Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN MUTU TERPADU

DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


dalam Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam

Oleh :

ZALKHAIRI
NIM. 2020090018

Dosen Pembimbing :
PROF. DR. H. ASNAWIR, MA

PROGRAM DOKTOR (S.3)


KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2020 M

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran sehingga penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam buat rahmatan lil „alamin, Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini, berjudul “ Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan
Islam” mata kuliah ManajemenPendidikan Islam yang diampu oleh Bapak Prof.
Dr. H. Asnawir, MA, pada Program Doktoral (S3) Prodi Pendidikan Islam
Pascasarjana UIN Imam Bonjol semester ganjil tahun akademik 2020/2021.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi teknis penulisan maupun konten. Oleh karena itu, pada tempatnya penulis
mohon kritik dan saran dari para pembaca budiman, wa bil khusus kepada Bapak
Prof. Dr. H. Asnawir, MA, pengampu mata kuliah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
khususnya penulis, terutama untuk memahami lebih jauh bagaimana keberadaan
kedua lembaga pendidikan tersebut dalam menjawab tantangan zaman.

Padang, Desember 2020


Penulis

Zalkhairi
Nim : 2020090018

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Pembahasan ................................................................... 6

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM)………………. 7
B. Prinsip, Model dan Keuntungan Manajemen Mutu Terpadu. 14
C. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang
Pendidikan Islam ……………………………..…………….. 17

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 39
B. Saran ........................................................................................... 40
DAFTAR BACAAN………………………………………………………….. 41

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, di
antaranya adalah: 1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, 2)
masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; 3) masih lemahnya manajemen
pendidikan, di samping belum terwujudnya keunggulan ilmu pengetahuan dan
teknologi di kalangan akademisi dan kemandirian.1 Berbagai usaha telah
dilakukan untuk mengatasi masalah pendidikan nasional, misalnya
pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti.Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan
manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu
maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.
Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan
tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.2 Namun saat ini dunia pendidikan
kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu
ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang
tidak sampai tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi
proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat.
Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya.
Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga

1
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press. 2005),
hal. 288.
2
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah / Madrasah (MMBS/M),CEQM. 2004 , hal.
1

3
kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM
yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya
memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam
kemajemukan budaya bangsa.
Hal tersebut masih sangat kontradiktif dengan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (sisdiknas)
bab II pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dan pada bab III pasal 4
ayat 6 disebutkan bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah dengan
memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Akibat dari kontradiksi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat
menjadi pesimis terhadap madrasah/sekolah. Ada anggapan bahwa pendidikan
tidak lagi mampu menciptakan mobilitas sosial mereka secara vertikal, karena
sekolah tidak menjanjikan pekerjaan yang layak. Sekolah/madrasah kurang
menjamin masa depan anak yang lebih baik. Sebagaimana diungkapkan di muka,
perubahan paradigma baru pendidikan kepada mutu (quality oriented) merupakan
salah satu strategi untuk mencapai pembinaan keunggulan pribadi anak.3
Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M
telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor
pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yang
otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang
diotomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan
lainnya seperti kehutanan, pertanian, koperasi dan pariwisata. Otonomisasi sektor
pendidikan kemudian didorong pada madrasah/sekolah, agar kepala
madrasah/sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam peningkatan
3
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2002),
hal. 19

4
kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.4 Baik
dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan
kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai aktivitas
pendidikan, baik sarana prasarana, ketenagaan, maupun berbagai program
pembelajaran yang direncanakan sekolah untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas.
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang bermutu
sebagaimana yang diharapkan banyak orang atau masyarakat bukan hanya
menjadi tanggungjawab sekolah/ madrasah, tetapi merupakan tanggungjawab dari
semua pihak termasuk didalamnya orang tua dan dunia usaha sebagai customer
internal dan eksternal dari sebuah lembaga pendidikan. Suryadi Poerwanegara
menyampaikan ada enam ungsur dasar yang mempengarui suatu produk : 1)
Manusia 2) Metode 3) Mesin 4) Bahan 5) Ukuran 6) Evaluasi Berkelanjutan.5
Untuk itu perlu mengantisipasi keadaan ini dengan memperkuat kemampuan
bersaing diberbagai bidang dengan pengembangan Sumber Daya
Manusia.Sayangnya SDM kita saat ini memprihatinkan.
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan sangat
signifikan.Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional untuk
memfokuskan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan
diperoleh pada sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan
menghasilkan SDM yang bermutu pula.
Berkaitan dengan peningkatan mutu bahwa 85% dari masalah-masalah
mutu terletak pada manajemen (pengelolaan), oleh sebab itu sejak dini manajemen
haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin. Salah satu bentuk
manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa diadaptasi
dalam dunia pendidikan adalah TQM (Total Quality Management) pada sistem
pendidikan yang sering disebut sebagai: Total Quality Management in Education
(TQME).
TQM (Total Quality Management) dan TQME Total Quality Management
in Education (TQME) telah dan akan diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan.

4
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokatis, (Jakarta: Kencana 2004), hal. 37
5
Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru TentangManajemen Mutu Terpadu, (Jakarta,
PT.Bumi Aksara. 2002), hal. 12.

5
Prinsip manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota
lembaga pendidikan terhadap kegiatan Organaisasi.Penerapan TQM berarti semua
warga madrasah/sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.
Untuk ketercapaian, semua pihak yang terlibat dalam proses akademis di
lembaga pendidikan Islam, mulai dari komite, kepala, kepala tata usaha, guru,
siswa sampai dengan karyawan madrasah/sekolah harus benar – benar mengerti
hakekat dan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat
harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman
menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.
TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem
manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem lembaga
pendidikan Islam yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan
lembaga itu sendiri. Permasalahan yang ingin penulis bahas dalam makalah yang
berjudul “ Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Islam”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah tentang Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Pendidikan Islam” adalah sebagai berikut : Permasalahan yang ingin penulis
bahas dalam tulisan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) ?;
2. Apa Saja Prinsip dan Keuntungan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Dalam Pendidikan Islam ?;
3. Bagaimana implementasi TQM dan indikator – indikator keberhasilan
Dalam pendidikan Islam ?.

C. Tujuan Pembahasan
Dari permasalahan yang penulis pilih,maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM),
2. Menjelaskan Prinsip, model dan Keuntungan TQM Dalam Pendidikan
Islam
3. Mengidentifikasi indikator – indikator keberhasilan implementasi TQM di
bidang pendidikan Islam.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
1. Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing” –pengelolaan–, sedangkan
pelaksananya disebut dengan manager atau pengelola.6 Manajemen juga
merupakan ilmu pengetahuan atau seni. Dikatakan sebagai seni adalah suatu
pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dengan kata lain
seni merupakan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan
pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Pada awalnya istilah manajemen cenderung ditempatkan pada dunia bisnis
dan perusahaan. Mengingat pentingnya peranan manajemen dalam usaha
pengelolaan dunia pendidikan maka istilah manajemen diadaptasikan dalam dunia
pendidikan. Dengan kata lain pendidikan memposisikan istilah menajemen dalam
dunia pendidikan dan memunculkan istilah yang disebut dengan manajemen
pendidikan. Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang
tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan sebelumya, agar efektif dan efisien.7
Tak dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah suatu hal penting yang
menyentuh, mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan
manusia layaknya darah dan raga.Juga telah dimengerti bahwa dengan
manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya berikut kelebihannya dan
kekurangannya.Begitu juga dalam dimensi pendidikan Islam manajemen telah
menjadi sebuah istilah yang tak dapat dihindari demi tercapainya suatu
tujuan.Untuk mencapai tujuannya, maka pendidikan Islam mesti dan harus

6
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam;Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
TERAS. 2009),
7
Ibid, hal. 13

7
memiliki manajemen yang baik dan terarah. Adapun pengertian manajemen
pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan
Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan non muslim dalam
menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan
efisien.8
Selanjutnya penulis akan mengungkapkan pula tentang manajemen
pendidikan. Menurut Mohammad al-Ghannam,9 : manajemen pendidikan
merupakan sejumlah proses yang melaluinya dapat disiapkan tenaga manusia
dan material serta memobilisasikannya dengan sempurna untuk mencapai
tujuan-tujuan personel yang ada padanya. Manajemen pendidikan sebagai
sejumlah proses yang dikerjakan oleh lebih dari seorang individu dengan jalan
partisipasi, kerja sama, dan saling mengerti dimana setiap individu dalam batas-
batas kemampuannya bekerja untuk memberi pelayanan yang menolong
memperbaiki proses pendidikan dan pengajaran dan mencapai tujuan-tujuan
sosial umum.
Menurut Asnawir, manajemen pendidikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan yang berkaitan dengan
pendidikan.10 Sedangkan Menurut Syafruddin, Manajemen Pendidikan Islam
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan kepemimpinan
11
seseorang dalam memimpin lembaga pendidikan Islam.
Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumya, agar tujuan tercapai secara
efektif dan efisien.
Berbeda redaksi dengan Ramayulis, menurutnya manajemen pendidikan
Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam,
lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara

8
Ibid., hal. 14
9
Salah Seorang Peserta Simposium di Kairo, bulan Juni 1959
10
Asnawir, Manajemen Pendidikan, ( Padang, IAIN. Press, 2006 ) h. 57.
11
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.
186.

8
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik
di dunia maupun di akhirat.12
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat
manajemen adalah al-tadbir (pengaturan).13 Kata ini merupakan derivasi dari kata
dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur‟an seperti firman Allah
SWT :
ُ َُُُ‫جُإِلَ أي ُِوُفِيُيَ أومُُ َكانَُُ ِم أقدَا ُر ُٓۥهُُأَ ألفَُُ َسنَةُُ ِّم َّماُتَ ُع ُّدون‬ ُِ ‫يُ َدبِّ ُُرُ أٱۡلَمأ َُرُ ِمهَُُٱل َّس َمآ ُِءُإِلَىُ أٱۡلَ أر‬
ُُ ‫ضُثُ َُّمُيَ أع ُر‬
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah
pengatur alam (manager).Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran
Allah swt dalam mengelola alam ini.Namun, karena manusia yang diciptakan
Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur
dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam
raya ini.
Kata-kata manajemen juga sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan
profesi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha untuk
memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Manajemen dikatakan
sebagai kiat dan profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk
mencapai suatu prestasi menejer dan para profesionalnya dituntut oleh suatu
kode etik.14
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik dan boleh
dilakukan secara asal-asalan.15 Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan
Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah
negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam
bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa

12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2008), hal. 260
13
Ibid., hal. 362.
14
Asnawir, Op-cit , h.29.
15
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prakatik, (Gema
Insani, Jakarta, 2003), hal. 1

9
selesai secara efisien dan efektif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
manajemen pendidikan adalah proses pengembangan kegiatan kerja sama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan manajemen
pendidikan dalam arti luas adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang
turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
2. Mutu Pendidikan
Pengertian mengenai mutu pendidikan mengandung makna yang
berlainan.Namun, perlu ada suatu pengertian yang operasional sebagi suatu
pedoman dalam pengelolaan pendidikan untuk sampai pada pengertian mutu
pendidikan, kita lihat terlebih dahulu pengertian mutu pendidikan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda,
keadaan, taraf atau derajad (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).16
Menurut Oemar Hamalik, Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
segi normatif dan segi deskriptif. Dalam artian normatif, mutu ditentukan
berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik.Berdasarkan kritria
intrisik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang
terdidik sesuai dengan standar ideal.Berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan
merupakan instrumen untuk mendidik, tenaga kerja yang terlatih.Dalam artian
deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar.17
Korelasi mutu dengan pendidikan, sebagaimana pengertian yang dikemukakan
oleh Dzaujak Ahmad, .Mutu pendidikan adalah kemampuan madrasah/sekolah
dalam pengelolaan secara operasional dan efisien tehadap komponen-komponen
yang berkaitan dengan madrasah/madrasah sehingga menghasilkan nilai tambah
terhadap komponen tersebut menurut norma/ standar yang berlaku.18
Defenisi mutu dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah : ukuran baik

16
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1999) cet.10, hal. 677.
17
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1990) cet.ke 1
hal 33
18
Dzaujak Ahmad, Penunjuk Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah Dasar, (Jakarta
: depdikbud, 1996) hal. 8:

10
buruk suatu benda : kadar, taraf atau derajat ( kepandaian, kecerdasan, dsb),
satuan ukuran ketulenan ; emas 24 karat, emas sepuluh, emas tulen (24 karat). 19
Kualitas tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandangan yaitu kualitas
desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain berkaitan dengan fungsi
spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuain merupakan suatu ukuran
seberapa jauh suatu produk atau jasa memenuhi persyaratan atau spesifikasi
kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.20
Pemahaman yang lebih luas menyatakan bahwa kualitas tersebut tidak
hanya menekankan pada aspek hasil dan jasa yang diberikan, akan tetapi juga
berkaitan dengan aspek kualitas manusia dan kualitas proses, dan lingkungan.
Walaupun terdapat perbedaan dalam memberikan defenisi kualitas tesebut, akan
tetapi secara umum ada kesamaan berkenaan dengan elemen-elemen kualitas
tersebut.
Menurut Asnawir,21 bahwa : kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Ada tujuh dimensi kualitas yang dikembangkan oleh Garvin dan dapat
digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Asnawir,22 sebagai berikut :
1) Kinerja ( performance ) karakteristik operasi pokok dari produk inti,
2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan ( fetures ), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap.
3) Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau kegagalan dalam pemakaian.
4) Kesesuain dengan spesifikasi ( conformance to specifications ), yaitu
sejauhmana karakteristik disain dan operasi memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.
5) Daya tahan ( durability ), meliputi kecapatan, kompetensi, kenyamanan,
mudah direperasi, peneanganan keluhan yang memuaskan.

19
.Deparemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga (
Jakarta: Balai Pustaka, 2000 ), h. 768.
20
Asnawir, Op-Cit., h. 215.
21
Ibid., h.,276.
22
Ibid., h. 276 – 277.

11
6) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.
7) Kualitas yang dipersepsikan ( perceiped quality ) yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab organisasi terhadap produk tersebut.
Selanjutnya mutu pendidikan tersebut ada standarnya yang berlaku secara
umum di Indonesia. Adapun Standar Nasional mutu pendidikan yang berlaku di
Indonesia dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 bab 1
pasal 1 ayat 1: bahwa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kata lain, setiap lembaga pendidikan
dituntut untuk memenuhi kriteria minimum yang telah ditentukan, guna
tercapainya tujuan pemerataan pendidikan di wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bicara pendidikan
bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh
tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman. Oleh
karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan
mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan
masyarakat.
3. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Menurut Hadari Nawari23 Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen
fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada
peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari
masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public
service) dan pembangunan masyarakat(community development).
Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian
kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi
pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar terwujud
kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan
dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan,
persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara
kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa

23
Hadari Nawawi ; Manajemen Strategik,(Yogyakarta: Gadjah Mada Pers ,2005), h. 46

12
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Cassio seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi ia memberi
pengertian bahwa “TQM, a philosophy and set of guiding principles that represent
the foundation of a continuosly improving organization, include seven broad
components (1) A focus on the customer or user of a product or service, ensuring
the customer’s need an expectations are satisfied consistenly. (2)
Activeleadership from executives to establish quality as a fundamental value to be
incorporated into a company’s managemen philosophy.(3) Quality concept (e.g.
statistical process control or computer assisted design, engineering, and
manufacturing) that are thoroughly integrated throughout all activities of or a
company. (4) A corporate culture, established and reinforced by top executives,
that involves all employees in contributing to quality improvement. (5) A focus on
employee involvement, teamwork, and training at all levels in order to strengthen
employee commitment to continous quality improvement. (6) An approach to
problem solving that is base on continously gathering, evaluating, and acting on
facts and data is a systematic manner.(7) Recognition of supliers as full partners
in quality management process.24
Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana25 yang mengatakan bahwa “ TQM merupakan
sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, menyatakan
pula bahwa “ Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya. Pengertian yang agak sama tentang Total Quality Management
(TQM) menurut Edward Sallis adalah; a philoshopy and a methodology which
assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing
with the plethora of new external pressure. Pendapat di atas menekankan
pengertian bahwa Manajemen Mutu Terpadu adalah merupakan suatu filsafat dan

24
Ibid, h. 127
25
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM),
(Yogyakarta;Andi Offset , 1998),

13
metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola
perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-
tekanan faktor eksternal.26 Jadi dengan kata lain Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) adalah cara yang dapat digunakan oleh berbagai lembaga
pendidikan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) dalam konteks
pendidikan merupakan sebuah filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus
menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,, dan harapan pelanggan, saat
ini maupun masa yang akan datang.27 TQM merupakan suatu sistem manajemen
yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.Total Quality
Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.28
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, karakteristik TQM sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal;
2. Memiliki opsesi yang tinggi terhadap kualitas;
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah;
4. Memiliki komitmen jangka panjang;
5. Membutuhkan kerjasama tim;
6. Memperbaiki proses secara kesinambungan;
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
8. Memberikan kebebasan yang terkendali;
9. Memiliki kesatuan yang terkendali;
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa
manajemen pendidikan adalah proses pengembangan kegiatan kerja sama

26
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2002),
hal.29
27
Edward Sallis, Total Quality Management, terj., Ahmad Ali Riyadi, (Yogyakarta: Ircisod.
2006), h.73
28
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004 ), hal. 18

14
sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan manajemen
pendidikan dalam arti luas adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam
mencapai tujuan yang disepakati bersama.

B. Prinsip, Model dan Keuntungan Manajemen Mutu Terpadu


Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel
sebagaimana dikutip oleh Syafarudin 29 dikatakan bahwa Total qulity management
education is process wich involves focusing on meeting and exceeding custumer
expectations, continous impruvment, sharing responsibilities with employess, and
reducasing scraf and rework. Artinya bahwa mutu terpadu pendidikan dipahami
sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan
harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung
jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan
kembali.
Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli
dengan pengalaman praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana
akan tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu
di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan : Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan
disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan
keinginan pelanggan.
Prinsip : Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
Elemen : Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganja
pengukuran.

Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu yaitu :


1. Fokus Pada Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan menjadi
dua, yaitu:Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah) dan Pelanggan
eksternal (di luar organisasi sekolah). Organisasi dikatakan bermutu apabila
29
Syafaruddin,op cit, , h.35

15
kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik.Dalam arti bahwa pelanggan
internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari
petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru
selalu menanggapi keinginan siswa.begitu pula pada pelanggan eksternal
misalnya masyarakat sekitar.
2. Perbaikan Proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu
seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan
output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja
sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki
keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang
handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa
variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan
hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah
merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal
maupun yang eksternal menjadi puas.
3. Keterlibatan Total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang
aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan
bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif
(competitive advantage) di dunia pendidikan. Warga sekolah wewenang/kuasa
untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang
luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan
memuaskan.
Mengacu pada Enwar Deming, Sallis30 merumuskan 14 prinsip
manajemen mutu terpadu: 1) miliki tekad yang kuat dan terus menerus untuk
memperbaiki mutu produk dan jasa; 2) Gunakan Filosofi yang tidak bisa
menerima keterlambatan, kesalahan, cacat materi dan cacat pekerjaan; 3)
Hentikan pemeriksaan mutu pada akhir proses, ganti dengan adanya proses yang
baik sejak awal sampai akhir guna mendapatkan hasil yang bermutu; 4) jangan

30
Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education, 1993, h. 48-49

16
terkecoh dengan besarnya gaya saja; yang mahal belum tentu baik; yang mudah
belum tentu baik dan begitu juga sebaliknya; 5) lakukan dan terus dan selamanya
usaha- usaha perbaikan kualitas dalam setiap kegiatan; 6) lembagakan pembinaan
dalam bentuk on-the-job training untuk semua orang agar masing-masing dapat
selalu meningkatkan kualitas kerjanya; 7) lembagakan kepemimpinan yang
membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik; 8)
hilangkan sumber-sumber yang membuat orang takut dalam organisasi; 9)
Hilangkan segala yang menghambat komunikasi antar bagian dan antar individu
dalam organisasi; 10) hilangkan slogan dan ajakan bekerja keras pada para
pelaksana;penyebab rendahnya mutu dan produktivita bukan pada pihak
pelaksana tetapi pada sistem organisasi; 11) hilangkan target kerja pada para
pelaksana dan hilangkan angka-angka tujuan bagi para pimpinan; 12)singkirkan
penghalang yang merrebut hak pimpinan dan pelaksana untuk bangga atas hasil
kerjanya; 13) lembagakan progam yang kuat untuk pendidikan , pelatihan dan
pengembangan diri bagi semu orang; dan 14) ciptakan struktur yang memungkin
semua orang bisa ikut serta dalam usaha memperbaiki mutu organisasi sekolah
Manfaat atau keuntungan dari MMT secara umum dalah memberikan
jaminan kepada pelanggan, bahwa organisasi memiiki tanggung jawab tentang
kualitas dan mampu menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Berikut manfaat dari MMT: 1) pelanggan-pelanggan yang puas dan setia
karena barang dan jaksa selalu diproduksi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
mereka; 2) biaya-biaya operasional yang berkurang sebagai akibat dihilangkannya
pemborosan dan ditingkatkannya efisiensi sebagai suatu hasil penghapusan
sesuatu yang tidak sesuai; 3) daya saing dan profitabilitas diperbaiki karena biaya-
biaya kegiatan operasional berkurang; 4) semangat pegawai ditingkatkan karena
mereka bekerja dengan efesien.
Bila dihubungkan dengan pendidikan, adapun manfaat dari implementasi
manajemen mutu terpadu di Madrasah/sekolah, antara lain:1) Membantu dalam
menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab madrasah/sekolah.
Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas
peranan masing-masing komponen madrasah/sekolah. Seperti kepala guru dan
siswa, serta masyarakat; 2)Meningkatkan madrasah/sekolah sebagai ” jalan

17
hidup.” Sebagian orang menganggap bahwa madrasah/sekolah hanya sebagai
kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan TQM maka akan menjadikan
sekolah sebagai jalan hidup artinya madrasah/sekolah merupakan salah satu jalan
bagi mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik; 3) Memberikan bantuan
dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik
pada semua tingkatan; Membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis
untuk memandu kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di madrasah/sekolah serta
ditujukan untuk adanya perbaikan secara terus menerus.. 4) Mendisain secara
menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan adanya TQM akan
memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan peserta
didik.

C. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Islam


Di lingkungan organisasi non profit, khususnya di bidang pendidikan
Islam, penetapan kualitas produk dan kualitas proses untuk mewujudkannya,
merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian Manajemen
Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran
produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah
lokal dan gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga
berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan
memanfaatkannya.
Demikian juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang
kualitasnya sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di
lingkungan organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari
Nawari31 ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan
sebagai berikut : 1) Produktivitas Internal, berupa hasil yang dapat diukur secara
kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase lulusan sekolah, atau jumlah gedung
dan lokal yang dibangun sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan; dan 2)
Produktivitas Eksternal, berupa hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif,
karena bersifat kualitatif yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang
waktu tertentu yang cukup lama.

31
Hadari Nawari, op cit, h. 47

18
Masih menurut Hadari Nawawi32, bagi organisasi pendidikan, adaptasi
manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala –
gejala sebagai berikut : 1) Tingkat konsistensi produk dalam memberikan
pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan
kualitas SDM terus meningkat; 2) Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak
menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin
berkurang; 3) Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat; 4)
Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak
berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya: 5) Kontrol berlangsung
efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga
mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 6)
Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah; 7) Peningkatan
ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan
produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan suatu organisasi non profit
termasuk pendidikan tidak mungkin diwujudkan jika tidak didukung dengan
tersedianya sumber – sumber untuk mewujudkan kualitas proses dan hasil yang
akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang kondisinyan sehat, terdapat berbagai
sumber kualitas yang dapat mendukung pengimplementasian TQM secara
maksimal. Menurut Hadari Nawawi33 beberapa di antara sumber – sumber
kualitas tersebut adalah sebagai berikut :
pertama, Komitmen Pucuk Pimpinan (Kepala Sekolah/madrasah) terhadap
kualitas.Komitmen ini sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap
pembuatan keputusan dan kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan
proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan kontrol.Tanpa komitmen ini
tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan pelaksanaan fungsi – fungsi
manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan pelayanan umum.
Kedua, Sistem Informasi Manajemen. Sumber ini sangat penting karena
32
Ibid
33
Ibid, hal. 138-141

19
usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat
tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap
dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas
pokok organiasi.
Ketiga, Sumberdaya manusia yang potensial. SDM di lingkungan
madrasah/sekolah sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung
jumlahnya. Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban
melaksanakan tugas pokok madrasah/sekolah untuk mewujudkan
eksistensinya. Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi
yang dimiliki oleh SDM, baik yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja
maupun yang masih bersifat potensial dan dapat dikembangkan.
Keempat, Keterlibatan semua Fungsi.Semua fungsi dalam organisasi
sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi
harus dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang
lainnya.
Kelima, Filsafat Perbaikan Kualitas secara Berkesinambungan. Sumber –
sumber kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada
kondisi pucuk pimpinan yang selalu menghadapi kemungkinan dipindahkan,
atau dapat memohon untuk dipindahkan.Sehubungan dengan itu, realiasi TQM
tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber
kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda.
Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat
kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
Semua sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat
manifestasinya melalui dimensi – dimensi kualitas yang harus direalisasikan
oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan warga sekolah yang ada dalam
lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi,34 dimensi kualitas yang dimaksud
adalah :
Pertama, Dimensi Kerja Organisasi. Kinerja dalam arti unjuk perilaku
dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan

34
Ibid

20
mendayagunakan sumber – sumber kualitas, yang berdampak pada
keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
organisasi (madrasah/sekolah).
Kedua, Iklim Kerja. Penggunaan sumber – sumber kualitas secara intensif
akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di lingkungan organisasi. Di
dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan terwujud kerjasama yang
efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling menghargai dan
menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk selalu
meningkatkan kualitas.
Ketiga,Nilai Tambah. Pendayagunaan sumber – sumber kualitas secara
efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau keistimewaan tambahan
sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan hasil yang dicapai
oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat pada rasa puas dan
berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
Keempat, Kesesuaian dengan Spesifikasi. Pendayagunaan sumber –
sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan
personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya
dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran
kualitas yang disepakati.
Kelima, Kualitas Pelayanan dan Daya Tahan Hasil Pembangunan.
Dampak lain yang dapat diamati dari pendayagunaan sumber – sumber kualitas
yang efektif dan efisien terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan
tugas pelayanan kepada siswa.
Keenam, Persepsi Masyarakat. Pendayagunaan sumber – sumber kualitas
yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari persepsi
masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip
mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang
lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Secara singkat dapat digambarkan diagram komitmen kualitas dalam
Manajemen Mutu Terpadu adalah sebagai berikut :

21
TQM

KOMITMEN PADA KUALITAS

PERBAIKAN KUALITAS SUMBER – SUMBER


SECARA BERKELANJUTAN KUALITAS

FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN :


PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, PELAKSANAAN,
PENGANGGARAN, KONTROL

PELAKSANAAN PEKERJAAN
SECARA BERKUALITAS

HASIL :
PELAYANAN UMUM DAN
PEMBANGUNAN FISIK/NON FISIK
MEMUASKAN MASYARAKAT

Komponen-komponen dari model implementasi Total Quality


35
Management dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan;
2. Pendekatan fokus terhadap pelanggan;
3. Iklim organisasi;
4. Tim pemecahan masalah;
5. Tersedia data yang bermakna;
6. Metode ilmiah dan alat-alat;
7. Pendidikan dan latihan
Pemimpin lembaga pendidikan Islam, khususnya di lingkungan pesantren
dan madrasah merupakan motivator, event Organizer, bahkan penentu arah
kebijakan sekolah dan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujutkan hal tersebut maka
35
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum
Teaching. 2005), hal 150.

22
kepala madrasah/sekolah yang efektif adalah kepala madrasah/sekolah yang
memenuhi kriteria sebagai berikut: 36
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan pruduktif;
2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan;
3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujutkan tujuan
sekolah dan pendidikan;
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pengawai lain di sekolah;
5. Bekerja dengan Tim manajemen;
6. Berhasil mewujutkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan
ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan. Oleh karena hanya dengan
memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan
menghargai kualitas. Semua usaha/ manajemen dalam TQM harus diarahkan pada
suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen
tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Keberhasilan aplikasi Manajemen Mutu Terpadu di madrasah/sekolah
diukur dari tingkat kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal.
Madrasah/sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sesuai
harapan pelanggan. Dengan kata lain, keberhasilan madrasah/sekolah
dikemukakan dalam panduan manajemen madrasah/sekolah sebagai berikut:37
1. Siswa puas dengan layanan madrasah/sekolah;
2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya;
3. Pihak pemakai atau penerima lulusan puas karena menerima lulusan
dengan kualitas tinggi dan sesuai harapan;

36
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002), hal.126.
37
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, op cit, 288.

23
4. Guru dan karyawan puas dengan layanan madrasah/sekolah.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan mutu madrasah/sekolah perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut:38
1. Menyamakan komitmen mutu oleh kepala madrasah/sekolah;
2. Mengusahakan adanya program peningkatan mutu madrasah/sekolah;
3. Meningkatkan pelayanan administrasi madrasah/sekolah;
4. Kepemimipinan kepala madrasah/sekolah yang efektif;
5. Ada standar mutu lulusan;
6. Jaringan kerja sama yang baik dan luas;
7. Penataan organisasi madrasah/sekolah yang baik;
8. menciptakan iklim dan budaya madrasah/sekolah yang kondusif.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam TQM kepuasan pelanggan
ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya
dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat
menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus
diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan
manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan. Untuk
dapat mencapai peningkatan mutu pendidikan Islam sebagaimana yang
diharapkan, perlu memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini:
1. Kerjasama Tim (Team Work)
Kerjasama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam Manajemen
Mutu Terpadu. Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama
dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada
seluruh satakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan
komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan
kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama
tim dalam menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan
merupakan salah satu bagian dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan
kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar.
Eksistensi kerjasama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama

38
Ibid, h, 290

24
dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu
secara ber-kesinambungan.
Ada tiga komponen saling berkaitan yang mempengaruhi kinerja dalam
produktifitas suatu tim dan ini merupakan kunci keberhasilan tim, yaitu sebagai
berikut:
1) Organisasi secara keseluruhan;
2) Tim Kerja;
3) Para individu anggota tim.
Strategi untuk meningkatkan kinerja tim dalam Pencapaian Tujuan yang
hendak dicapai pada lembaga pendidikan Islam adalah: Saling ketergantungan,
Perluasan Tugas, Penjajaran (alignment), Bahasa yang umum,
Kepercayaan/Respek, Kepemimpinan, Ketrampilan pemecahan masalah,
Ketrampilan menangani komprontasi/konflik, Penilaian/tindakan, Penghargaan
2. Keterlibatan Stakeholders
Misi utama dari Manajemen Mutu Terpadu adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan seluruh pelanggan. Madrasah/sekolah yang baik adalah
yang mampu menjaga hubungan dengan pelanggannya dan memiliki obsesi
terhadap mutu. Menurut Edward Sallis dalam institusi pendidikan pelanggan
utama adalah pelajar yang secara langsung menerima jasa, pelanggan kedua
yaitu orang tua atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung
secara individu maupun institusi dan pelanggan ketiga yaitu pihak yang
memiliki peran penting, meskipun tak langsung seperti pemerintah dan
masyarakat secara keseluruhan.
Guru, staf dan setiap orang yang bekerja dalam masing-masing institusi
turut memberikan jasa kepada para kolega mereka adalah pelanggan internal.
Hubungan internal yang kurangbaik akan menghalangi perkembangan sebuah
institusi sekolah dan akhirnya membuat pelanggan eksternal menderita. Salah
satu tujuan TQM adalah untuk merubah sebuah institusi sekolah manjadi
sebuah tim yang ikhlas, tanpa konflik, dan kompetisi internal, untuk meraih
sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan seluruh pelanggan.
Adapun komponen-komponen yang harus dilibatkan secara
berkesinambungan guna mencapai tujuan dalam Manajemen Peningkatan Mutu

25
pada suatu lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Keterlibatan Siswa
Upaya melibatkan siswa telah menjadi fenomena yang berkembang pada
sekolah akhir-akhir ini, tetapi belum maksimal siswa yang terlibat dan
mempengaruhi proses penyusunan kegiatan belajar mengajar disekolah. Perlu
didesain agar supaya dalam penyusunan kurikulum dan peraturan-peraturan
disekolah disusun secara fair dan efektif dengan melibatkan siswa. Adalah
penting melibatkan siswa dalam proses pembuatan keputusan seperti dalam
penyusunan kurikulum dan hal – hal yang berkenaan dengan desain materi
pembelajaran. Sebuah lingkungan kelas yang memberi otonomi atau
keleluasaan bagi siswa memiliki kaitan erat dengan kemampuan siswa dalam
berekspresi, kreatif menunjukkan kemampuan diri belajar secara konseptual
dan senang terhadap tantangan. Siswa yang memiliki andil dalam kegiatan-
kegiatan instrusional atau pembuatan peraturan sekolah memilik rasa cinta
terhadap sekolah dan pada gilirannya secara signifikan keterlibatan mereka
terhadap kegiatan – kegiatan sekolah.
Selama ini siswa dijadikan obyek dikelas ketimbang dijadikan sebagai
subyek pendidikan. Siswa diharuskan tunduk kepada seluruh aturan yang
dibuat oleh madrasah/sekolah siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan kemampuan yang dimilinya. Siswa dalam menerima pelajaran
dari guru dan menjalankan peraturan yang ada dimadrasah/sekolah dalam
keadaan terpaksa, karena merasa tidak nyaman dan tidak dilibatkan dalam
desain pembelajaran dan pembuatan peraturan.
Bahwa orientasi negatif bisa muncul jika kebijakan, tujuan dan norma
madrasah/sekolah dikembangkan tanpa melibatkan siswa atau siapa saja yang
akan melaksanakannya. Sebaliknya keterlibatan yang maksimal, terutama
siswa akan memberikan respon positif terhadap program, peraturan, tuntutan
atau norma–norma, keterlibatan siswa dalam perencanaan aktifitas kelas
adalah merupakan bagian dari aspek otonomi dan kontrol dari siswa sendiri.
Jika siswa merasa tidak berseberangan dengan aturan kelas, kemungkinan
besar mereka akan mengembangkan prilaku positif terhadap madrasah/sekolah
secara umum dan terhadap prestasi akademis secara khusus.

26
b. Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak di madrasah/sekolah
merupakan hal yang penting dilakukan oleh institusi pendidikan dan inilah
salah satu unsur penting dalam TQM. Peran orang tua dalam pembentukan
motivasi dan penguasaan diri anak sejak dini merupakan modal besar bagi
kesuksesan anak di s madrasah/sekolah. Peran orang tua terdiri dari: orang tua
dapat mendukung perkembangan intelektual anak dan kesuksesan akademik
anak dengan memberi mereka kesempatan dan akses ke sumber- sumber
pendidikan seperti jenis sekolah yang dimasuki anak atau akses ke
perpustakaan, multi media seperti internet dan televisi pendidikan. Orang tua
dapat membentuk perkembangan kognitif anak dan pencapaian akademik
secara langsung dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan
mereka. Orang tua juga mengajarkan anak norma dalam berhubungan dengan
orang dewasa dan teman sebaya yang relevan dengan suasana kelas.
Cara alternatif untuk mengakrabkan antara madrasah/sekolah dan orang tua
yaitu: Melakukan komunikasi secara intensif, secara proaktif sekolah
menghubungi orang tua siswa. Ini dapat dilakukan :
1) Kirimkan ucapan selamat bergabung dengan Madrasah/sekolah dan Komite,
bagi orang tua siswa baru, setelah perlu dilakukan perkenalan dan orientasi
singkat agar orang tua mengetahui sekolah dengan aktivitasnya;
2) Rapat tertentu, sebaiknya dilakukan pada level kelas, sehingga diantara rapat
dapat efektif dan orang tua dapat saling kenal;
3) Kirimkan berita sekolah secara periodik, sehingga orang tua selalu
mengetahui perkembangan terakhir;
4) Bagikan daftar personal sekolah secara lengkap, termasuk alamat dan tugas-
tugas pokok mereka, sehingga orang tua dapat menghubungi;
5) Mengundang orang tua jika anaknya berprestasi, jangan hanya mengundang
kalau anaknya bermasalah;
6) Melakukan kunjungan rumah bila diperlukan;
7) Lakukan identifikasi kebutuhan sekolah dan bagaimana orang tua dapat
membantu pada kegiatan tersebut. Libatkan guru, staf dan wakil komite
dalam identifikasi tersebut. Susun uraian tugas untuk posisi-posisi yang

27
mungkin dapat dibantu oleh orang tua sebagai relewan. Upayakan tugas
tersebut tidak terikat oleh jadwal waktu yang ketat;
8) Bantu guru untuk menyusun program relawan yang terkait dengan tugasnya;
9) Informasikan secara luas program relawan tersebut, lengkap dengan
diskripsi tugas untuk setiap tugas/posisi;
10) Undang orang tua yang bersedia menjadi relawan;
11) Berikan penghargaan bagi orang tua yang telah melaksanakan tugas
sebagai relawan.
1. Manjemen Mutu Terpadu Pendidikan Islam
Manajemen mutu dalam pendidikan (Islam) lebih populer dengan sebutan
istilah Total Quality Education (TQE). Secara filosofis, konsep ini menekankan
pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk
mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Strategi yang dikembangkan dalam
penggunaan manajemen mutu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan
memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri
jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang
diinginkan pelanggan (custumer).
Manajemen pendidikan mutu berlandaskan kepada kepuasaan pelanggan
sebagai sasaran utama. Pelanggan pendidikan ada dua aspek, yaitu; pelanggan
internal dan pelanggan eksternal 39, yaitu :
a) Pelanggan internal (kepala madrasah/sekolah, guru, dan karyawan)
berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara lain mendapatkan
imbalan finasial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi
kesempatan untuk terus belajar mengembangkan kemampuan, bakat dan
kreativitasnya.
b) Pelanggan eksternal :
a. Eksternal primer (para siswa) : Menjadi pembelajar sepanjang hayat,
komunikator yang baik, punya keterampilan dalam kehidupan sehari-hari,
integritas tinggi, pemecah masalah, dan pencipta pengetahuan serta menjadi
warga negara yang bertanggungjawab.

39
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, terj. Ahmad Ali Riadi &
Fahrurozi, (Yogyakarta: Ircisod, 2012), hlm. 6

28
b. Eksternal sekunder (orang tua, pemerintah, dan perusahaan) : Para lulusan
dapat memenuhi harapan orang tua, pemerintah, dan perusahaan dalam hal
menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
c. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas) : Para lulusan memiliki
kompetensi dalam dunia kerja dan pengembangan masyarakat, sehingga
mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, dan
keadilan sosial.
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan Islam sebagai
industri jasa harus memenuhi standar mutu. Institusi dapat disebut bermutu, harus
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara operasional, mutu ditentukan
dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan pengguna jasa.
Mutu yang pertama disebut, mutu sesungguhnya, mutu yang kedua disebut mutu
persepsi.
Standar mutu produksi dan pelayanan diukur dengan kriteria sesuai dengan
spesifikasi, cocok dengan tujuan pembuatan dan penggunaan, tanpa cacat, dan
selalu baik sejak awal. Mutu dalam persepsi diukur dari kepuasaan pelanggan atau
pengguna, meningkatnya minat dan harapan serta kepuasaan pengguna. Dalam
penyelenggaraannya mutu sesungguhnya merupakan profil lulusan institusi
pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan, yang berbentuk
standar kemampuan dasar berupa kualifikasi akademik minimal yang dikuasai
peserta didik. Sedangkan pada mutu persepsi pendidikan adalah kepuasaan dan
bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.
Beranjak dari pembahasan tersebut dalam operasi manajemen mutu dunia
pendidikan Islam ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1) Perbaikan secara terus menerus
Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola pendidikan
Islam (manajemen personalia) senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan
peningkatan terus menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggara
pendidikan telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Konsep ini juga
berarti bahwa antara institusi pendidikan senantiasa memperbaharui proses
berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Jika tuntutan dan kebutuhan

29
pelanggan berubah, maka pihak pengelola institusi pendidikan Islam dengan
sendirinya akan merubah mutu, serta selalu memperbaharui komponen
produksi atau komponen-komponen yang ada dalam institusi pendidikan Islam.
Perbaikan terus-menerus ini dilakukan secara menyeluruh meliputi semua
unsur-unsurُ manajemen pendidikan Islam, seperti; manajemen pembelajaran
dan kurikulum pendidikan Islam, manajemen personalia di lembaga pendidikan
Islam, perencanaan kebutuhan sumber daya manusia manajemen peserta didik
di lembaga pendidikan Islam, dan manajemen hubungan lembaga pendidikan
Islam dengan masyarakat.40
2) Menentukan Standar Mutu
Untuk menetapkan standar-standar mutu dari semua komponen yang bekerja
dalam proses produksi atau transformasi lulusan institusi pendidikan Islam.
Standar mutu pendidikan Islam misalnya, dapat berupa kepemilikan,
kemampuan dasar pada masing-masing pembelajaran dan sesuai dengan
jenjang pendidikan yang ditempuh. Selain itu, pihak manajemen juga harus
menentukan standar mutu materi kurikulum dan standar evaluasi yang akan
dijadikan sebagai alat untuk mencapai standar kemampuan dasar.
Standar mutu proses pembelajaran harus pula ditetapkan, dalam arti bahwa
pihak manajemen pendidikan Islam perlu menetapkan standar mutu proses
pembelajaran yang diharapkan dapat berdayaguna untuk mengoptimalkan
proses produksi dan untuk melahirkan produk yang sesuai, yaitu yang
menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan
dasar. Pembelajarn yang dimaksud sekurang-kurangnya memenuhi
karakteristik : menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif, pembelajaran konstruktif, dan pembelajaran tuntas.
Begitu pula pada akhirnya, pihak pengelola pendidikan Islam menentukan
standar mutu evaluasi pembelajaran. Standar mutu evaluasi yaitu, bahwa
evaluasi harus dapat mengukur tiga bentuk penguasaan peserta didik atas dasar
standar kemampuan dasar, yaitu penguasaan materi, penguasaan metodologi,
dan penguasaan keterampilan yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain penilaian diarahkan pada dua aspek hasil pembelajaran, yaitu

40
Lebih lengkap lihat Mukhamad Ilyas dan Nanik Nurhayati, Manajemen..., hlm. 74-106

30
instructional effects dan nurturant effects. instructional effects adalah hasil-
hasil yang kasat mata dari proses hasil pembelajaran, sedangkan nurturant
effects adalah hasil-hasil laten proses pembelajaran, seperti kebiasaan membaca
dan kebiasaan memecahkan masalah.
Bagi pendidikan Islam, mutu yang mengacu kepada output harus
menghasilkan minimal dua ranah yaitu, pertama terciptanya manusia yang
dapat mengakomodasi seluruh fenomena kehidupannya sesuai dengan ajaran
atau dasar al-Qur‟an dan as-Sunnah, kedua terbentuknya manusia yang
mempunyai skill kompetitif di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan perkembangan zaman.
3) Perubahan kultur
Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu
dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika
manajemen ini diterapkan di institusi pendidikan Islam maka pihak pimpinan
harus berusaha membangun kesadaran para anggotanya, mulai dari pemimpin
sendiri, staff, guru, pelajar, dan berbagai unsur terkait seperti yayasan, orang
tua dan para pengguna lulusan pendidikan Islam akan pentingnya
mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran baik mutu hasil
maupun proses pembelajaran. Disinilah letak penting dikembangkannya faktor
rekayasa dan faktor motivasi agar secara bertahap dan pasti kultur mutu itu
akan berkembang di dalam organisasi institusi pendidikan Islam. Perubahan
kultur ke arah kultur mutu ini antara lain dilakukan dengan menempuh cara-
cara rumusan keyakinan bersama, intervensi nilai-nilai keagamaan Islam, yang
dilanjutkan dengan perumusan visi-misi organisasi pendidikan Islam sesuai
dengan ajaran sumber ajaran Islam.
4) Perubahan Organisasi
Jika visi-misi serta tujuan organisasi sudah berubah atau mengalami
perkembangan, maka sangat dimungkinkan terjadinya perubahan organisasi.
Perubahan organisasi ini bukan berarti perubahan wadah organisasi, melainkan
sistem atau struktur organisasi yang melambangkan hubungan-hubungan kerja
struktur organisasi yang melambangkan hubungan-hubungan kerja dan
kepengawasan dalam organisasi. Perubahan ini menyangkut perubahan

31
kewenangan, tugas-tugas dan tanggungjawab. Misalnya, dalam kerangka
manajemen berbasis madrasah/sekolah struktur organisasi dapat berubah terbalik
dibandingkan dengan struktur konvensional. Berdirinya yayasan dalam
pendidikan Islam merubah pola kepemimpinan manajemen organisasi di
madrasah/sekolah
5) Mempertahankan hubungan dengan pelanggan
Karena organisasi pendidikan Islam berbasis mutu menghendaki kepuasan
pelanggan, maka perlunya mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan
menjadi sangat penting. Inilah yang dikembangkan dalam unit publik relations.
Menurut Jhonson sebagaimana dikutip Nur Kholish bahwa lembaga pendidikan
bisa maju ketika didukung empat hal, yaitu: pertama, memiliki tujuan yang
jelas berkaitan dengan pencapaian akademis. Kedua, memiliki staf yang
berpeilaku positif dalam kerjasama dengan koleganya. Ketiga,
mempertahankan keseimbangan antara tuntutan akademis dan administratif.
Keempat, mempertahankan hubungan dengan lingkungan luar, orang tua dan
masyarakat. Berbagi informasi antara organisasi pendidikan dan pelanggan
harus terus-menerus dipertukarkan, agar institusi pendidikan senantiasa dapat
melakukan perubahan-perubahan atau improvisasi yang diperlukan terutama
berdasarkan perubahan sifat dan pola tuntutan serta kebutuhan pelanggan.
Apalagi mengingat bahwa penduduk Indonesia mayoritas Islam, tentu
pendidikan Islam harus mampu mengambil “hati” masyarakat Indonesia.
Untuk itu, pelanggan juga diperkenankan melakukan kunjungan,
pengamatan, penilaian, dan pemberian masukan kepada institusi pendidikan
Islam. Selanjutnya semua masukan itu akan diolah dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu proses dan hasil-hasil pembelajaran.
Dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam manajemen berbasis sekolah,
guru dan staff justru dipandang sebagai pelanggan internal, sedangkan pelajar
termasuk orang tua pelajar dan masyarakat umum masuk pada pelanggan
eksternal. Jerome S. Arcaro menyampaikan bahwa terdapat lima karakteristik
sekolah atau lembaga pendidikan yang bermutu yaitu: fokus pada pelanggan,
keterlibatan total, pengukuran, komitmen, perbaikan berkelanjutan.41

41
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata

32
2. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU MADRASAH/SEKOLAH

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan


yang memiliki kemampuan atau kompetensi. Baik kompetensi akademik maupun
kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan sosial, yang
secara menyeluruh disebut sebagai kecakapan hidup (life skill). Pendidikan
kecakapan hidup adalah pendidikan bermutu, baik quality in fact maupun quality
in perception.
Peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara
terus-menerus dan berkesinambungan untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat. Dalam menajemen peningkatan mutu terkandung upaya :
a. Mengendalikan proses yang berlangsung di lembaga pendidikan, baik
kurikuler maupun administrasi.
b. Melibatkan proses diagnosis dan proses tindakan untuk menindak lanjuti
diagnosis.
c. Peningkatan mutu harus didasarkan atas data dan fakta, baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
d. Peningkatan mutu harus dilasanakan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
e. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang
ada di lembaga pendidikan.
f. Peningkatan mutu memiliki tujuan yang menyatakan bahwa
madrasah/sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik,
orangtua, dan masyarakat.42
Membahas konsep manajemen lembaga pendidikan Islam akan timbul
beberapa asumsi pemahaman tentang penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam.
Hal ini disebabkan lembaga pendidikan Islam mempunyai karakteristik tersendiri
sesuai dengan core value yang dikembangkan. Nilai-nilai inti yang menjadi ajaran
Islam akan mewarnai proses pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Islam.
Perilaku menajerial dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus senantiasa

Langkah Penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 36


42
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013. h.
277

33
didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-
Hadits serta praktik-praktik keteladanan yang diberikan oleh para ulama dan
pemimpin Islam.
Penjelasan tentang konsep manajemen lembaga pendidikan Islam sangat
dipengaruhi oleh beberapa asumsi yang mendasari dalam sistem pengelolaannya.
Asumsi-asumsi yang di maksud antara lain :
1). teori-teori yang digali dari sumber dan khazanah ke-Islaman;
2). teori-teori yang manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan
pendidikan secara umum yang ada pada saat ini;
3). teori-teori manajemen yang telah berkembang dalam dunia bisnis dan
pendidikan secara umum dengan menjadikan Islam sebagi nilai untuk
memandu dalam proses penelenggaraan pendidikannya.43

3. CONTOH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN ISLAM,


(Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan)

Suatu organisasai akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-


programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, diperlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan
segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Dalam suatu organisasi,
berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Agar kepemimpinan yang dilaksanakan
oleh pemimpin tersebut efektif dan efisien, salah satu tugas yang harus dilakukan
adalah memberikan kepuasan kepada orang yang dipimpinnya.44
Untuk mendukung efektifitas dan efisiensi kinerja kepala madrasah/
sekolah harus memiliki beberapa kompetensi khusus diantaranya:
a. Kompetensi Profesional
Kepala madrasah/sekolah dituntut mempunyai kompetensi profesional
sebagai pemimpin dan manajer di sekolah supaya dapat melaksanakan tugas

43
Ibid., Hal 29-30.
44
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2012), h. 425

34
dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan
dengan sebaik mungkin termasuk di dalamnya sebagai pemimpin pengajaran.
Selain itu juga agar kepala dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya
dengan seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang
diemban dalam mengoperasikan madrasah/sekolah.
Kepala madrasah/sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas
dalam menjalankan manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Dengan demikian, kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat penting dan menjadi kunci atas keberhasilan
terhadap madrasah/sekolah yang dipimpinnya. Kompetensi profesional kepala
madrasah/sekolah pada hakekatnya berkaitan erat dengan :
1) Kepala madrasah/sekolah sebagai pemimpin (leader) pendidikan.
2) Kepala madrasah/sekolah sebagai administrator dan manajer pendidikan.
3) Kepala madrasah/sekolah sebagai supervisor.
4) Kepala madrasah/sekolah sebagai pendidik.
5) Kepala madrasah/sekolah sebagai wirausahawan (entrepreneur).
6) Kepala madrasah/sekolah sebagai pencipta iklim kerja.
7) Kepala madrasah/sekolah sebagai penyelia (supervisor)
b. Kompetensi Wawasan Kependidikan dan Manajemen
Kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen yang harus dimiliki
oleh kepala madrasah/sekolah berkaitan erat dengan :
1) Menguasai landasan pendidikan,
2) Menguasai kebijakan pendidikan,
3) Menguasai konsep kepemimpinan dalam tugas, peran dan fungsi kepala
madrasah/sekolah.
Kepala madrasah/sekolah sebagai pemimpin dan manajer di sekolah harus
mampu mengadakan perbaikan pendidikan yang dipimpinnya. Perbaikan mutu
pendidikan, harus diiringi dengan penataan kelembagaan dengan manajemen
yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan dituntut
bisa mengelola lembaganya dengan baik sehingga bisa menjadi lembaga
pendidikan yang maju dan kompetitif. Lembaga pendidikan yang majuakan

35
mampu berkembang dengan baik dan bisa menghasilkan output yang
berkualitas.
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh kepala madrasah/sekolah
sebagaimana dijelaskan dalam standar kompetensi kepala adalah sebagai
berikut:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Berakhlak mulia,
3) Memiliki etos kerja yang tinggi meliputi disiplin dalam bekerja,
bersemangat, meiliki rasa percaya diri, berinisiatif, kreatif, tekun dan
cekatan dalam bekerja,
4) Bersikap terbuka mau menerima saran dan kritik,
5) Berjiwa pemimpin,
6) Mampu mengendalikan diri meliputi memiliki stabilitas emosi, hati-hati,
cermat, teliti dan tidak mudah putus asa,
7) Mampu mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan dan
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi,
8) Memiliki integritas kepribadian meliputi dapat dipercaya, jujur, konsisten
antara ucapan dan perbuatan, memiliki komitmen yang tinggi, berdedikasi
tinggi dan tegas dalam bersikap dan bertindak.
Pengembangan kompetensi kepribadian dalam praktik kepemimpinan,
kepala dituntut mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi karena
mempunyai peran yang sangat penting dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinannya. Kecerdasan emosional (emmosional intellegence) kepala
merupakan kemampuan mengenali perasaan dan memotivasi diri serta
mengelola emosi secara tepat, baik yang ada pada diri sendiri maupun orang
lain untuk mengolah informasi dalam hubungan interpersonal.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh kepala madrasah/sekolah
sebagaimana dijelaskan dalam standar kompetensi sekolah antara lain :
1) Mampu bekerja sama dengan orang lain,
2) Berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan madrasah/sekolah,

36
3) berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan berperan aktif dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk menjadi kepala Madrasah/sekolah yang sukses dalam menjalankan
kepemimpinannya, harus mempunyai kompetensi sosial salah satunya adalah
terampil dalam berkomunikasi yang efektif sehingga dapat mengubah perilaku
staff, guru dan peserta didik di sekolah. Untuk mengubah perilaku tersebut,
kepala memerlukan kemampuan dan seni mempengaruhi. Seni mempengaruhi
sangat penting dimiliki oleh kepala, karena salah satu dari fungsi
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk diajak bekerja sama
dalam mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.45
Demikianlah bentuk implementasi pelaksanasaan manejemen mutu
terpadu pada lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan utuh yang menjadi
total managemen (TQM) untuk mewujudkan visi dan misi lembaga sesuai dengan
standar dan tujuan yang akan dicapai.

45
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media. 2012), hlm. 429

37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha anggota organisai lainnya, agar tercapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. karena semua manajer harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan–tujuan yang diinginkan, yaitu:
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Mutu pendidikan merupakan usaha memenuhi harapan masyarakat yang
mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan sesuai situasi dan kondisi
masyarakat saat itu, karena kondisi yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman, sehingga apa yang dianggap
bermutu saat ini mungkin tidak bermutu lagi pada masa yang akan datang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bab II, pasal 2,
ayat 1, bahwa : lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi delapan aspek
yaitu : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam
bidang pendidikan Islam tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas, daya
saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya kompetensi baik intelektual
maupun skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai
hasil tersebut, implementasi TQM di dalam organisasi pendidikan Islam perlu
dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan setengah hati. Dengan memanfaatkan
semua entitas kualitas yang ada dalam organisasi maka pendidikan kita tidak akan
jalan di tempat seperti saat ini.
Implementasi TQM di organisasi Pendidikan khususnya di lembaga
pendidikan Islam memang tidak mudah.Adanya hambatan dalam budaya kerja,
unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat mempengaruhi.Tidak perlu dipungkiri
bahwa budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin pegawai negeri sipil di negara kita
ini sangat rendah.Ini sangat mempengaruhi efektifitas implementasi TQM.
Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah/Sekolah/ (MBM/S) yang

38
telah mengadopsi prinsip – prinsip TQM ternyata tidak serta merta mendongkrak
peningkatan kinerja pelaksana sekolah yang implikasinya dapat meningkatkan
kompetensi siswa kita. Menurut penulis, yang paling pertama diperbaiki adalah
budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin dari pelaksana sekolah/madrasah (guru,
karyawan dan kepala madrasah/sekolah). Semuanya harus dapat memandang
siswa sebagai “pelanggan”, yang harus dilayani dengan sebaik – baiknya demi
kepuasan mereka. Pelaksana Madrasah/sekolah selalu bersemangat untuk maju,
bersemangat terus untuk menambah kemampuan dan ketrampilannya yang pada
akhirnya akan meningkatkan unjuk kerja mereka di hadapan siswa. Apabila semua
pelaksana sudah mempunyai budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin yang tinggi,
maka implementasi TQM dapat secara nyata berjalan dan akan menjadikan
organisasi pendidikan (madrasah/sekolah) akan semakin maju, eksis, memiliki
brand image yang semakin tinggi dan pada akhirnya dapat menciptakan kader –
kader bangsa yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan bangsa lain.
B. Saran
1. Diperlukan manajemen yang bermutu dalam pengembangan lembaga
pendidikan Islam yang profesional sebagai jawaban atas problematika yang
terjadi pada saat sekarang, lebih-lebih dalam konteks otonomi pendidikan
dewasa ini. Salah satu tawaran yang diberikan adalah dengan memberikan
sentuhan manajeman mutu dalam pendidikan Islam. Strategi yang
dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu dalam dunia pendidikan
Islam adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi
jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa. Yakni institusi yang
memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan
pelanggan (costumer).
2. Manajemen peningkatan mutu sekolah/madrasah yang perlu dilakukan
adalah bagaimana mengelola lembaga pendididkan Islam dengan baik
sehingga menjadi bermutu dan berkualitas sesuai dengan visi dan misi yang
ingin dicapai, dalam menata lembaga pendidikan Islam dengan melibatkan
seluruh sumber daya manusia dan non manusia dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien di lembaga pendidikan Islam.

39
3. Madrasah/Sekolah sebagai lembaga pendidikan Islam harus dikelola dengan
baik agar menjadi berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi terhadap
lembaga pendidikan lainnya. Untuk mewujudkan madrasah/sekolah yang
berkualitas, sangat dibutuhkan kepala madrasah/Sekolah yang kreatif dan
inovatif serta mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang berkualitas
dalam mencapai visi dan misi madrasah. Kepala madrasah/sekolah sebagai
manager harus mampu mengelola dengan baik dan penuh tanggung jawab
serta dapat memberdayakan sumber daya manusia dan nonmanusia yang ada
dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Saleh, Abd. Rahman, Educational Theory a Quranic al-Islamiyah,


diterjemahkan oleh M.Arifin dan Zainuddin dengan judul “Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an” (Jakarta: Rineka Cipta, 1990)
Arcaro,Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan Dan
Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007)
Arifin,ُ M., Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
Asnawir, Manajemen Pendidikan, ( Padang, IAIN. Press, 2006 )
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media. 2012)
Burhanuddin,N. Perencanaan Strategik, ( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1994)
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokatis, (Jakarta: Kencana 2004)
Deparemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2000 )
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prakatik,
(Gema Insani, Jakarta, 2003)
Dzaujak Ahmad, Penunjuk Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah Dasar,
(Jakarta: Depdikbud 1996)
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002)
Echols, John M. dan Shadily, Hasan , Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta,
Gramedia, 1993)
Edward Sallis, Total Quality Management, terj., Ahmad Ali Riyadi, (Yogyakarta:
Ircisod. 2006)
Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education, 1993
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM),
(Yogyakarta : Andi Offset , 1998),
Hadari Nawawi ;Manajemen Strategik, (Yogyakarta: Gadjah Mada Pers ,2005)
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986)
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004 )
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
2011)
Muslihusah dan Wijdan, Adi, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial
(Cet.I; Yogyakarta: PT.Aditya Medya, 1997)
Mutohar, Prim Masrokan, Manajemen Mutu Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Cet.IV; Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2000)
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1990)

41
cet.ke 1
Poerbawakatja, Soegondo, Ensiklopedia Pendidikan (Jakarta: Pustaka Gunung
Agung, 1983)
PP. No. 19 Tahun 2005, bab IV, pasal 19.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1999)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia. 2008)
Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, terj. Ahmad Ali Riadi &
Fahrurozi, (Yogyakarta: Ircisod, 2012)
Siagian, Sondang P., Filsafat Administrasi, ( Jakarta: Gunung Agung, 1971), cet.
Ke 3.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam;Konsep, Strategi dan Aplikasi,
(Yogyakarta: TERAS. 2009)
Suryadi Prawirosentono, Filosofi Baru TentangManajemen Mutu Terpadu,
(Jakarta, PT.Bumi Aksara. 2002)
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum
Teaching. 2005)
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press.2005)
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo
2002)
Syaibany, al, Umar Muhammad al-Toumy, Falsafat Tarbiyyah al-Islamiyyah,
diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul “Filsafat Pendidikan
Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
T, Handoko, Hari, , Manajemen, (Yogyakarta: lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, 1994 )
Tadjab, dkk., Dasar-dasar Pendidikan Islam, Suatu Pengantar Pendidikan Islam
(Cet.I; Surabaya: PT Akrya Aditama, 1996)
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet.II; Bandung: PT
Rosda Karya, 1994)
Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah / Madrasah
(MMBS/M),CEQM.2004)

42

Anda mungkin juga menyukai