Anda di halaman 1dari 7

1.

Pendahuluan
Pada penyusunan Business Model Canvas, elemen Cost Structure didesain pada tahap
paling akhir karena semua bisnis yang beroperasi di bawah suatu model bisnis pasti
membutuhkan biaya. Menciptakan dan memberikan nilai kepada pelanggan, menjaga
hubungan baik dengan pelanggan, upaya memperoleh pendapatan, menjalankan aktivitas
bisnis, mendapatkan dan mengelola sumber daya serta bekerja sama dengan mitra,
semuanya membutuhkan biaya. Struktur biaya akan lebih mudah dirancang apabila semua
elemen tersebut sudah didesain.
Value Propositions menjadi penghubung antara konsep manfaat dan konsep efisiensi
dalam kanvas. Nilai yang ditawarkan dapat menentukan aktivitas utama, mitra utama, dan
sumber daya utama, dan ketiganya menentukan seperti apa desain struktur biaya
perusahaan tersebut.
2. Teori Elemen Business Management Canvas
Secara umum, semua bisnis harus bisa menciptakan dan menjaga struktur biaya yang
efisien. Walaupun begitu, terdapat model bisnis yang mengandalkan pada efisiensi
struktur biaya. Cost structure harus sangat efisien pada model bisnis hotel-hotel low
budget, atau penerbangan murah.
Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur menyebutkan terdapat dua jenis Cost Structure:
Cost-Driven dan value-driven.
2.1 Cost Driven
Dalam model bisnis yang menekankan cost-driven, upaya difokuskan pada
minimalisasi biaya untuk membuat struktur biaya menjadi ramping. Caranya adalah
dengan menetapkan segmen pelanggan yang sensitif terhadap harga, menawarkan
value

proposition

murah,

mengurangi

SDM

melalui

otomatisasi,

serta

mengalihdayakan nonaktiktivitas inti.


2.2 Value Driven
Dalam model bisnis yang menekankan value driven, efisiensi biaya tidak menjadi
pertimbangan utama. Sasaran utamanya adalah memberi kepuasan kepada pelanggan
dengan memberi pelayanan premium. Caranya adalah menetapkan sasaran pada
elemen pelanggan yang tidak sensitif harga, value proposition yang menawarkan
kemewahan dan pelayanan personal. Kita bisa dengan mudah melihat contohnya pada
industri penerbangan. Garuda Indonesia, misalnya menggunakan model bisnis value

Page 1 of 7

driven. Kita juga dapat melihat contoh pada industri perbankan yang melayani
nasabah premium.
Menurut Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur, cost structure memiliki
karakteristik sebagai berikut:
A. Fixed Cost
Biaya yang harus dikeluarkan tanpa dipengaruhi oleh volume aktivitas ataupun
jasa dan produk yang dihasilkan. Misalnya gaji pegawai, pengadaan dan
pemeliharaan pabrik. Perusahaan manufaktur mobil misalnya, harus tetap
mengeluarkan biaya pengadaan dan pemeliharaan pabrik maupun pegawai yang
sudah direkrut meskipun produksi terhenti. PLN juga merupakan perusahaan yang
porsi Fixed Costnya besar.
B. Variable Cost
Biaya yang dikeluarkan mengikuti jumlah produk atau jasa yang dihasilkan.
contoh biaya variabel adalah biaya bahan mentah. Beberapa model bisnis memiliki
porsi biaya variabel yang besar. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam
bidang event organizer memliki variable cost yang dominan.
C. Economies of Scale
Struktur biaya yang mengandalkan Economies of Scale memanfaatkan volume
produk/jasa yang dihasilkan untuk menurunkan biaya.
D. Economies of Scope
Struktur biaya yang mengandalkan Economies of Scale memanfaatkan volume
aktivitas untuk menurunkan biaya.
3. Penerapan Elemen Business Management Canvas di Perusahaan
3.1 PLN - Cash is the Blood, Cost is the Heart
Sebagai perusahaan yang hidup melalui subsidi, PT PLN memperhatikan arus kas
operaasional dari dua sisi, yaitu sisi subsidi dan sisi pendapatan. Sisi subsidi
merupakan aspek pemasukan yang harus diperjuangkan untuk mendapat persetujuan
dari pemerintah dan DPR. Dalam hal pendapatan, pembenahan terhadap struktur tarif,
penetapan tarif dasar atau TDL, dan pembaruan sistem pembayaran merupakan
sebagain dari langkah-langkah strategis yang wajib dilakukan. Salah satu manfaat
penggunaan kartu prabayar adalah untuk memastikan arus kas masuk dari pelanggan.
A. Cost is The Heart
Bagi PLN, biaya adalah jantung, yang dapat menentukan hidup matinya
organisasi. Bila perusahaan pada umumnya senang dengan semakin besar volume
Page 2 of 7

belanja mereka, PLN sebaliknya, berharap konsumen menghemat listrik. Ini


terutama karena keterbatasan PLN untuk menyediakan fasilitas produksi yang
mencukupi. Akan semakin menguntungkan bagi PLN bila kelompok segmensegmen dengan rasio harga jual terhadap biaya pokok penyediaan di bawah 100%.
B. Cost-Driven Enterprise
Menurut Business Model Canvas, PLN termasuk ke dalam perusahaan yang cost
driven. Oleh karena pasar yang sudah jelas, dan harga yang diatur oleh
pemerintah, maka focus perusahaan adalah bagaimana menekan biaya serendah
mungkin tanpa mengorbankan Value Propositions yang ditawarkan ke masyarakat.
Yang dapat dikembangkan oleh PLN untuk memanajemeni biaya adalah hal-hal
berikut:

Efisiensi bahan bakar sejalan dengan program fast track 10,000 MW, beberapa
pembangkit listrik yang menggunakan BBM sebagai bahan bakar diganti dengan
teknologi yang mampu menggunakan bahan bakar lain yang lebih murah, seperti

batubara dan gas.


Biaya Pengamanan Kebocoran investasi infrastruktur dan operasional ini
sangat penting mengingat kebocoran listrik, baik kebocoran listrik, baik kebocoran
teknis maupun administratif, masih cukup besar. Kebocoran telah berhasil
diturunkan dari 14% menjadi di bawah 10%. Penghematan kebocoran 1% dapat

menghemat 900 Milyar Rupiah.


Alih daya penyediaan Listrik pembelian produk listrik independent power
plant merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kebutuhan investasi,

sekaligus menggeser karakter biaya dan biaya tetap ke biaya variabel.


Ekonomi cakupan dengan memanfaatkan jaringan listrik untuk penyediaan jasa
lainnya. Jaringan listrik saat ini telah dapat digunakan untuk saluran komunikasi
data. Penggunaan saat ini masih terbatasa pada komunikasi untuk keperluan
penyampaian informasi terkait listrik. Untuk ke depan, pemanfaatan jaringan untuk
kepentingan komunikasi dan informasi yang lebih intensif bisa menekan biaya per
unit listrik maupun produk komunikasi.

Ke depannya, struktur biaya PLN akan semakin baik memperhatikan beberapa


tantangan yang bersifat strategis.
3.2 PT Great Eastern Life Indonesia
Page 3 of 7

PT Great Eastern Life Indonesia (Great Eastern) merupakan salah satu perusahaan
asuransi Joint Venture di Indonesia, dengan perusahaan induk yang berbasis di
Singapura. Di Indonesia, Great Eastern termasuk perusahaan asuransi skala menengah
dilihat dari segi Aset dan Premi.
Walaupun belum menjadi pemain besar di industri asuransi, Great Eastern melalui
Channel Bancassurance yang berpartner dengan Bank OCBC NISP telah menetapkan
Customer Segment-nya, yaitu nasabah OCBC NISP Prioritas dengan total Asset
Under Management (AUM) lebih dari lima ratus juta rupiah. Dikarenakan segment
nasabah yang diprospek bukan merupakan segment premium, maka pelayanannya pun
berbeda, agar dapat memberikan Value Proposition yang lebih.
Upaya untuk melayani segment premium seperti ini, efisiensi perlu dilakukan dengan
syarat tidak boleh mengorbankan Value Proposition yang dijanjikan. Mengeluarkan
sedikit biaya lebih untuk merealisasikan manfaat yang dijanjikan akan mendorong
nasabah untuk membeli produk asuransi Great Eastern. Produk yang ditawarkan pun
merupakan produk inovatif, asuransi jiwa tipe Universal Life, dengan Uang
Pertanggungan minimal satu milyar rupiah, dan polis asuransi jiwa ini dapat menjadi
jaminan apabila pemegang polis mengambil kredit di Bank OCBC NISP.

Page 4 of 7

4. Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan bisnis dengan OCBC NISP, karakteristik value-driven sangat
terlihat jelas dikarenakan segmen nasabah yang dilayani adalah segment premium.
Didukung pula oleh produk asuransi jiwa yang ditawarkan juga merupakan produk
premium dimana tidak semua orang mampu membelinya.
4.2 Saran
Untuk menyeimbangkan pengeluaran dan pemasukan serta memperbesar market
share di OCBC NISP, ada baiknya Great Eastern mempertimbangkan untuk
memperluas Customer Segmentnya di bawah prioritas, yaitu segment Mass Affluent
dan Mass Market. Range produk asuransi pun harus ditambah untuk merambah
Customer Segment tersebut, seperti:
Produk asuransi Unit Link untuk Customer Segment Mass Affluent.
Produk asuransi kecelakaan dan rawat inap di rumah sakit untuk Customer Segment
Mass Market.

Page 5 of 7

Business Model Canvas Great Eastern


Key Partnerships
Strategic alliance
dengan Bank OCBC
NISP dalam
pemasaran produk
asuransi
Hubungan buyer
supplier dengan
outsourcing kepada
PT RDS

Key Activities

Aktivitas Pra
Penjualan, Product
Development dan
Training
Aktivitas Penjualan,
customer fact finding
Aktivitas Pasca
Penjualan, Service
Level Agreement yang
ketat
Dukungan Teknologi
Informasi

Value Propositions
Ragam produk Asuransi
Kemudahan membeli
10% discount premi
pasangan
Mengurangi risiko
finansial

Key Resources
Kapabilitas sumber daya
manusia yang spesifik
per departemen
Fasilitas yang cukup
memadai untuk
mendukung kinerja
Skil intelektual dalam
segmentasi profil
customer
Channel yang kuat dalam
proses end-to-end bisnis
Dukungan finansial dari
pemegang saham

Customer
Customer Segments
Relationships
Dedicated personal
Pemegang polis Produk
assistance pemegang
GLH
Uang pertanggungan 1
polis GLH
Automated service Call
miliar rupiah
Center bagi pemegang
polis GLH
Co-creation dengan
cross selling produk
sesuai customer profile

Channels
Website
Tenaga pemasar
Call Center

Cost Structures
Value driven, pertimbangan biaya tidak menjadi fokus karena
Customer Segment adalah nasabah Prioritas OCBC NISP

Page 6 of 7

Revenue Streams

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai