Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH MATAKULIAH BAHASA INDONESIA

“EJAAN YANG DISEMPURNAKAN”

Dosen Pengampu : Zira Fatmahira, M.Pd

OLEH : SYAIFUL IKHRAM LUBIS

20441139

PRODI SISTEM INFORMASI 5 C PAGI

STMIK KAPUTAMA BINJAI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, karena penulis telah diberikan kekuatan dan kesabaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sedemikian rupa untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Zira Fatmahira, M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang turut membantu hingga penyusunan makalah ini selesai. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis.

Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis mohon maaf apabila
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Penulis telah membuat makalah ini dengan
semaksimal mungkin, namun dengan segala kerendahan hati diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Atas kritik dan saran, penulis ucapkan terima kasih.

Binjai, Januari 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2

1.2 Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Ejaan ................................................................................................................ 4

2.2 Penulisan Huruf .................................................................................................................. 5

2.3 Pemakaian Huruf................................................................................................................ 7

2.4 Penulisan Kata .................................................................................................................. 10

2.5 Penulisan Unsur Serapan ................................................................................................. 11

2.6 Pemakaian Tanda Baca .................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 17

3.2 Saran .................................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari menggunakan katakata yang salah alias
tidak sesuai dengan ejaan dalam Bahasa Indonesia. Ejaan yang salah dalam kehidupan
sehari-hari sah-sah saja, tetapi bagi guru dan dosen itu tidak diperbolehkan. Ejaan yang
baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis
ilmiah. Ejaan baku adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang

2
tidak benar atau ejaan salah. Untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis
tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku, maka membuka buku kamus
bahasa Indonesia sebagai referensi.
Ejaan yang Disempurnakan adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan. Penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan
tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk
membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Setelah menguasai EYD barulah
seseorang baru bisa membuat sebuah kalimat. Semua orang tentu bisa membuat sebuah
kalimat, tetapi tidak semua orang bisa membuat sebuah kalimat yang efektif. Masyarakat
modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi
secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung.
Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara
langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak
langsung. Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan
berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan
menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud
dan tujuannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, ada enam perumusan masalah
yang perlu dibahas dalam makalah ini.
1. Jelaskan pengertian Ejaan!
2. Bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar?
3. Bagamaina pemakaian huruf yang baik dan benar?
4. Bagaimana penulisan kata yang baik dan benar?
5. Bagaimana penulisan unsur serapan yang baik dan benar?
6. Bagaimana pemakaian tanda baca yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka makalah ini mempunyai tujuan
sebagai berikut.
1. Memahani pengertian ejaan.
2. Mengetahui bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar.

3
3. Mengetahui Bagamaina pemakaian huruf yang baik dan benar.
4. Mengetahui Bagaimana penulisan kata yang baik dan benar.
5. Mengetahui Bagaimana penulisan unsur serapan yang baik dan benar.
6. Mengetahui Bagaimana pemakaian tanda baca yang baik dan benar.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan

A. Pengertian ejaan yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan Bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu
(pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan
ejaan adalah penulisan huruf, rangkaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
pemakaian tanda baca.

4
B. Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019),
ejaan harus diterapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki sejumlah fungsi penting, yaitu:
• Landasan pembakuan tata bahasa Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan
membuat tata bahasa yang digunakan semakin baku.
• Landasan pembakuan kosa kata serta istilah Tidak hanya membuat tata bahasa semakin
baku, ejaan juga membuat pemilihan kosa kata dan istilah mennadi lebih baku.
• Penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia Ejaan juga memiliki fungsi
penting sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia. Sehingga dalam
penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya.
• Membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi Penggunaan ejaan akan
membuat penulisan bahasa lebih teratur.

2.2 Penulisan Huruf

A. Nama-nama huruf

Dalam buku pedoman umum bahasa Indonesia yang disempurnakan disebutkan bahwa abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia diri atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiaptiap
huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf Dibaca Huruf Dibaca
A a A N n En
B b be bukan bi O o O
C c ce bukan se P p Pe
D d De Q q Ki bukan kyu
E e E R r Er
F F Ef S s Es
G G ge bukan ji T t te bukan ti
H H Ha U u U
I I I V v fe bukan fi
J j Je W w We
K K Ka X x eks bukan ek
L L El Y y ye bukan ey
M M Em Z z zet

5
Dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja au, ai, dan oi yang dilafalkan
sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran W atau Y. Dalam bahasa Indonesia
terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan huruf, seperti KH, NG, NY, dan SY. Hal-
hal khusus terdapat juga gabungan huruf NK, misalnya dalam bank dan sanksi. Akan tetapi,
pemakaian gabungan huruf DL, DH, GH, dz, TH dan TS, seperti dalam kata dharma, maghrib,
adzan, bathin, dan hatsil tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.

Huruf e dapat di lafalkan menjadi e dan benar atau e taling, seperti terdapat dalam katakata
lele, beres, materi, merah, dan kaget dan dapat pula dilafalkan menjadi de e Lemah atau e pepet
seperti terdapat dalam kata-kata beras, segan, kenal, benar dan cepat.

B. Lafal dan Singkatan dan Kata

Kita merasa ragu Bagaimana melafalkan suatu singkatan atau suatu kata dalam bahasa
Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan oleh pengaruh lafal bahasa daerah atau lafal
bahasa asing. Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia masuk
singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara Indonesia. Lafal singkatan ini
tidak harus mengikuti lafal bahasa asing, Seperti bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jepang,
atau bahasa Rusia.
Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
AC a se a ce
BBC be be se, bi bi si be be ce
MTQ em te kyu em te ki
IGGI ay ji ji ay i ge ge i
Pascasarjana Paskasarjana pascasarjana

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional maupun
kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, singkatan itu tetap dilafalkan
seperti lafal aslinya. Misalnya:
Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
Unesco u nes tjo yu nes ko
Unicef u ni tjef yu ni sef

C. Persukuan

Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus sebuah kata dalam tulisan jika terjadi
pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan

6
tanda hubung (-) diantara suku suku kata itu tanpa jarak /spasi. Untuk kata-kata yang berasal
dari dua unsur yang masing-masing mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua tahap.
Pertama kata tersebut dipisahkan unsur-unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah dipisahkan itu
dipenggal suku-suku katanya. Misalnya:
Kilogram Kilo-gram Ki-lo-gram
Telegram Tele-gram Te-le-gram
Biologi Bio-logi Bi-o-lo-gi

2.3 Pemakaian Huruf

1. Pemakaian Huruf besar atau Huruf Kapial Pemakaian

huruf kapital itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung. Misalnya:

• Presiden Joko Widodo mengatakan, "Pemilihan menteri dilakukan secara hati-hati dan
cermat dari kalangan profesional yang memiliki integritas dan bersih dari arti korupsi.
• Pemerintah menjelaskan, "Pulau-pulau terdepan di perbatasan hendaknya mendapat
perhatian khusus."

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti -Nya. Huruf
pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus ditulis dengan huruf
kapital, dirangkai dengan tanda hubung tanda (-). Misalnya:

• Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.


• Amir Hamzah mengatakan, "Segala cintaku Hilang terbang. Kembali pulang aku pada-
Mu, seperti dahulu."

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan,
keagamaan), jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya:

• Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI periode 2014-2019, berpendapat bahwa peningkatan gaji
pegawai negeri harus diimbangi oleh kualitas pegawai negeri itu sendiri.
• Pada masa revolusi peranan Jenderal Soedirman tidak dapat dilupakan.

7
Kata-kata yang biasa kita hargai dengan menuliskan huruf pertamanya kapital, antara lain, haji,
presiden, nasional, perguruan tinggi, International, Panglima, dan jenderal.

d. Kata-kata Van, den, da, de, di, bin, ar dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap
ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata itu digunakan sebagai nama pertama atau
terletak pada awal kalimat. Misalnya:

• Buku-buku Ibnu Sina telah tersebar di Dunia Barat.


• Pujangga lama yang terkenal adalah Nuruddin

e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:

• Yaser Arafat, Presiden Palestina, meninggal dunia pada tahun 2004


• Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.

f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

• Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari Lebaran.
• Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijah tahun Hijriyah.

g. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi. Misalnya:

8

Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
• Tidak dihindari pendapat bahwa Sungai Ciliwung meliuk-liuk bagai ular untuk kota
Jakarta.

h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi. Misalnya:

• Pasal 36 undang-undang Dasar 1945 mengatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.
• Pembukaan undang-undang Dasar 1945 berasal dari Piagam Jakarta.

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:

• Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak sembilan


kali.
• Iran pada saat itu masih berbentuk kerajaan.

i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari,
untuk, dan yang, yang terletak pada posisi awal. Misalnya:

• Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.


• Untuk mengetahui seluk beluk pabrik kertas, Saudara dapat membaca buku Nusa dan
Bangsa yang Membangun.

j. Huruf besar atau kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar
dokter.
Misalnya:

• Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Hakim
• Sejak Ir. Bahraini, M.Si. menangani masalah perlistrikan di desa kami, penduduk desa
tidak pernah mengeluh lagi.

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan Paman yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan. Misalnya:

• Surat Saudara sudah saya terima.

9

Kepala sekolah berkata kepada saya, " Tadi saya menerima berita bahwa Ibu Sri sakit
keras di Bandung. "

Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata petunjuk hubungan
kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

• Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.


• Semua camat dalam kabupaten itu hadir.

2. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan. Dalam tulis tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan
huruf miring ditandai dengan garis bawah satu. misalnya:

• Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca


• Ibu selalu membaca tabloid Nova selama tiga tahun terakhir.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata. Misalnya:

• Buatlah kalimat dengan kata dukacita


• Kata mencanangkan berarti " mengatakan " atau " merencanakan " yang kata dasarnya
canang, yaitu g ong kecil.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan
bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya. Misalnya:

• Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading?
• Kami sedang menuju Airport ' bandara' dengan taksi.

2.4 Penulisan Kata

1. Kata dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:

• Ibu percaya bahwa engkau tahu.


• Kantor pajak penuh sesak.
• Buku itu sangat tebal.

B. Kata turunan

10

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan serangkaian kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola, menengok, mempermainkan
• Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: luaskan
• Jika kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan,
dilipatgandakan, penghancurleburkan
• Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkaian. Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram

C. Bentuk ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak,
gerak-gerik

D. Gabungan kata

Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan. Misalnya:

Alat pandang-dengar

Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya: acapkali, matahari, manasuka

2.5 Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shutttle cock, I'exploitation de 1'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua,
unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.

11
Berikut ini didaftarkan sebagai kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia, yang sering
digunakan oleh pemakai bahasa.

Kata Asing Penyerapan Salah Penerapan Benar

Risk Resiko Risiko

System Sistim Sistem

Management Managemen Manajemen

Carier Karir Karier

Ambulance Ambulan Ambulans

Complex Komplek Kompleks

Taxi Taxi Taksi

February Pebruari Februari

2.6 Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan mencakupi
pengaturan

1. Tanda titik

Pemakaian tanda titik dapat diatur sebagai berikut

a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:

• W.S. Rendra merupakan sastrawan tahun 1970-an


• Hingga saat ini nama H.B Jassin tetap dianggap kritikus terkemuka di Indonesia
walaupun H.B Jassin sudah tiada.

b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

• Rapat pada kesempatan ini dipimpin oleh Dr. Basuki.


• Pasien nomor 17 ditangani oleh dr. Budi Satria.

12
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis
dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas 2 huruf diberi dua buah tanda titik, karangan
singkat yang terdiri atas tiga buah huruf atau hanya diberi 1 buah tanda titik. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
s/d (sampai dengan) s.d. (sampai dengan)
a/n (atas nama) a.n. (atas nama)
d/a (dengan alamat) d.a. (dengan alamat)
d.k.k (dan kawan-kawan) dkk. (dan kawan-kawan)
t.s.b (tersebut) tsb. (tersebut)
u/p(untuk perhatian) u.p. (untuk perhatian)
d.s.b (dan sebagainya) dsb. (dan sebagainya

d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan,
jutaan, dan seterusnya. Misalnya:

• Tebal buku itu 1.150 halaman.


• Minyak tanah sebanyak 2.500 liter tertumpah di laut

Akan tetapi , jika angka itu tidak menyatakan suatu jumlah, tanda titik tidak digunakan.
Nomor telepon dan nomor rekening tidak diberi tanda titik pada setiap angka. Misalnya:

• Saudara dapat menghubungi PT Pustaka Ceria pada nomor HP. 081234567890.

e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku
suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim). Misal:

• SMA NEGERI XX
• Sekjen Depdiknas
• Radar • Hiksi
• Tilang

f. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang. Misalnya:

• Lambang Au adalah lambang emas (Aurum).


g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala
ilustrasi tabel, dan sebagainya. Misalnya:

13
• Bentuk dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945)

h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta di belakang
nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

• Jalan Harapan III/AB 19

2. Tanda Koma

Ada kaidah yang mengatur kapan tanda Koma digunakan dan ada kapan tanda Koma tidak
digunakan.

a. Tanda Koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Misalnya:

• Saya menerima hadiah dari Paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu.

Jika Pemerintah itu hanya terdiri atas dua unsur sebelum kata dan tidak dibubuhkan tanda
koma. Akan tetapi, jika pemerinciannya terdiri atas lebih dari dua unsur, di antara unsur
unsurnya dibubuhkan tanda koma. Sebelum dimunculkan unsur terakhir, dibubuhkan kata dan.

b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:

• Dia bukan mahasiswa Uinsu, mainkan mahasiswa Kaputama.

c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat Apabila
anak kalimat tersebut induk kalimat. Biasanya, anak kalimat didahului oleh kata penghubung
bahwa, karena, agar, karena, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya.
Misalnya:

• Apabila belajar sungguh-sungguh, kita akan berhasil dalam ujian.

d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya Oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara
itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, kedua,
misalnya, sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, padahal, maka,
dan sebagainya. Misalnya:

• Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.

14
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat. Kalau kata-kata tersebut terdapat pada posisi tengah kalimat,
tanda koma tidak dibubuhkan. Misalnya:

• Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester 1 tahun depan.

f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:

• " Saya sedih sekali, "Kata Paman, " karena kamu tidak lulus. "

g. digunakan diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis, berurutan. Misalnya:

• Bandung, 10 Oktober 2015

h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka. Misalnya:

• Halim, Amran. Editor. 1976. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat bahasa.

i. Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademik jika nama akademi tersebut
mengikuti nama orang itu. Hal itu digunakan untuk membedakan dari singkatan nama
keluarga atau marga, Singkatan gelar kesarjanaan yang mendahului nama orang tidak diikuti
oleh tanda koma. Misalnya:

• Ny. Maimunah, M.A.

j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya:

Seorang warga, selaku wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.

k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
Apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Misalnya:

• Menteri mengatakan// bahwa pembangunan harus dilanjutkan. IK AK

3. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:

15
• Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus ditempuh; para pelaksana
mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang
diperlukan.

4. Tanda Titik Dua

Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh rangkaian atau pemerian.
Misalnya:

• Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah
Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

5. Tanda Hubung (-)

a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.


Misalnya:

• Dia membeli mesin-potong tangan (mesin potong digunakan dengan tangan).

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (a) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengandengan -an dan (d) singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya:

• Pada tahun depan akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Jawa di Surabaya

6. Tanda Pisah (--)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar
bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ' sampai
dengan' atau diantara dua nama kota yang berarti 'ke' atau ' sampai', panjangnya dua ketukan
(dua kali tanda hubung). Misalnya:

• Kemerdekaan bangsa--saya yakin akan tercapai--di perjuangkan oleh bangsa itu


sendiri.

7. Tanda Petik ("...")

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya:

• Kata Hasan, "Saya ikut."

16
8. Tanda petik tunggal ('...')

Tanda petik tunggal mengapit terjemah atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya:

• Lailatul Qadar 'malam bernilai', malam yang ditunggu.

9. Tanda Apostrof (')

Tanda apostrof (') digunakan untuk mengikat kata. Tanda ini banyak digunakan dalam ragam
sastra. Misalnya:

• ' kan kucari dari akan kucari


• Kita juga pergi ke Bandung, 'kan?

10. Garis Miring

Garis miring dipakai untuk menyatakan (a) dan atau atau; (b) per yang artinya 'tiap'; ,(c)
akademik/ tahun ajaran/ tahun takwim; (d) nomor rumah setelah nomor jalan; (e) nomor surat.
Misalnya:

• Harga laptop Rp 5.000.000.00/unit


• Semester ganjil tahun akademik 2014/2015

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya) dengan kaidah
tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan merupakan kaidah yang
harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam
bahasa tulis.

17
Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi kata. Dan
ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara
menggabungkan beberapa komponen yang berbeda.

3.2 Saran

Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain,
misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut
system ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi,
kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem
(bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya,
ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini
dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasan. (2015 ). Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Pustaka Mandiri.

Vanya Kurnia. 2021. Ejaan: Pengertian, Fungsi, Penulisan, dan Pemakaiannya


https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/115052769/ejaan-pengertian-
fungsipenulisan-dan-pemakaiannya diakses pada 20 Januari 2023

18

Anda mungkin juga menyukai