Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EJAAN DAN TANDA BACA

DOSEN PEMBIMBING
Alamsyah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
Anisa Ayu Nabila Nur Rahmah (202210370311009)
Mohamad Raihan (202210370311011)
M. Adriyan Maulana (202210370311005)
Muhamad Syafruddin (202210370311007)

JURUSAN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Ejaan dan Tanda Baca” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Alamsyah, M.Pd pada mata kuliah Bahasa Indonesia, selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Ejaan dan Tanda Baca. Kami mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Alamsyah, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
mata kuliah yang kami pelajari.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAAN....................................................................................................................5
A. Ejaan................................................................................................................................5
B. Tanda baca......................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. Simpulan.......................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia Mengonstruksi teks laporan hasil observasi
dengan memerhatikan isi serta aspek kebahasaan menunjukkan hambatan yaitu masih
banyaknya masyarakat melakukan kesalahan pada aspek kebahasaan berupa
penggunaan ejaan serta tanda baca pada waktu menulis teks laporan hasil observasi.
setelah produk berupa tulisan teks laporan hasil observasi masyarakat dikoreksi
ditemukan kesalahan penulisan huruf kapital, tanda baca serta ejaan yang banyak
terjadi.
aktivitas menulis tidak hanya berkaitan dengan tertuangnya pandangan baru
dalam bentuk tulisan. masalah penggunaan ejaan serta tanda baca pada menulis juga
merupakan salah satu kondisi agar tulisan tersebut bisa mengomunikasikan gagasan
penulis pada pembaca. oleh sebab itu, di dalam pembelajaran menulis perlu
dibiasakan agar bisa memahami kaidah penggunaan ejaan serta tanda baca sesuai
dengan EYD dan menerapkannya pada praktik menulis.
permasalahan ejaan serta tanda baca kerap kali dilihat menjadi permasalahan
yang sepele. namun, dalam praktiknya masih banyak terjadi kesalahan. Hal ini
sebagaimana dikemukakan Hasnun (2006:16) bahwa usia EYD sudah lebih dari dua
dasawarsa. akan tetapi, hingga kini masih dijumpai banyak kesalahan penggunaan
ejaan serta pertanda baca. Kesalahan tersebut juga banyakdijumpai dalam karangan-
karangan ilmiah dan surat-surat resmi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan maka
yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah penggunaan Ejaan dan
Tanda baca.

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan Ejaan dan tanda
baca dalam penulisan.

BAB II

PEMBAHASAAN

4
A. Ejaan
I. Pengertian Ejaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) Dalam tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda baca. Penjelasan terebut mengartikan bahwa ejaan
hanya terkait dengan tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan kata,
termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam
ejaan tidak terdapat kaidah pemilihaan kata atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya banyak orang yang salah dalam memahami ejaan, dalam
hubungan ini Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau yang sering
disingkat menjadi EYD. Jika orang ditanya apakah Anda tahu arti slogan yang
berbunyi, “Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” kebanyakan
jawaban yang terlontar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Jawaban
itu tidak tepat karena EYD hanya sebagian kecil dari kaidah bahasa Indonesia.
Dalam slogan di atas terdapat dua hal penting, yaitu (1) bahasa Indonesia yang baik
dan (2) bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa
Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi komunikasi, sedangkan bahasa
Indonesia Yang benar adalah bahasa Indonesia Yang penggunaannya sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, Tata
bentuk kata, tata kalimat, dan tata tulis. Tata tulis itulah yang disebut ejaan.

II. Ejaan yang pernah Berlaku dalam Bahasa Indonesia


Sejak bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu sudah ada ejaan yang
berlaku. Sesuai dengan nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada zaman Belanda
itu bernama Ejaan van Ophujsen. Ejaan yang mulai berlaku sejak tahun 1901 itu
terdapat dalam Kitab Logat Melajoe. Setelah Indonesia merdeka, disusunlah ejaan
baru yang merupakan perbaikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan itu diberi nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Tampaknya pemilihan nama Ejaan Republik
dikaitkan dengan peristiwa sejarah kemerdekaan negara kita dan pemilihan nama
Ejaan Soewandi dikaitkan de- ngan nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
waktu itu, yaitu Mr. Soewandi. Ejaan Soewandi mulai berlaku tahun 1947. Setelah
lebih dari dua dasawarsa Ejaan Soewandi berlaku, diberlakukan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Orang sering menyingkatnya menjadi EYD. Ejaan
itu diresmikan pemberlakuannya oleh Presiden Soeharto berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Setiap pergantian ejaan tentu ada
perubahan.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh perubahan dari zaman Ejaan van
Ophuijsen, Ejaan Republik, sampai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Ophuijsen Republik EYD
djoedjoer djudjur jujur
setoedjoe setudju setuju
tjoetjoe tjutju cucu

5
setjertjah setjertjah secercah
chawatir chawatir khawatir
choesoes chusus khusus
njanji njanji nyanyi
menjoeroeh menjuruh menyuruh
sjarat sjarat syarat
moesjawarah musjawarah musyawarah
sajang sajang sayang
bajang bajang bayang
bapa‟ bapak bapak
tida‟ tidak tidak
ma‟mur makmur makmur
ra‟yat rakyat rakyat
Jum‟at Jumat Jumat
do‟a doa doa
ma‟af maaf maaf
poera2 pura2 pura-pura
koera2 kura2 kura-kura

III. Pemakaian Huruf


A. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas 26 huruf
berikut.
Huruf
Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital

6
A a a a
B b be bé
C c ce cé
D d de dé
E e e é
F f ef èf
G g ge gé
H h ha ha
I i i i
J j je jé
K k ka ka
L l el èl
M m em èm
N n en èn
O o o o
P p pe pé
Q q ki ki
R r er èr
S s es ès
T t te té
U u u u
V v ve vé
W w we wé
X x eks èks
Y y ye yé
Z z zet zèt

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa indonesia terdiri atas lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u

C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
21 huruf, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang di- lambangkan
dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.

7
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,


termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman

G. Huruf Miring
A. Huruf miring di pakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Majalah Poedjangga baroe melontarkan semangat kebangsaan.

B. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,


bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.

C. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam


bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
Ungkapan bhinneka tunggal ika di jadikan semboyan negara
Indonesia

H. Huruf Tebal
Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan

B. Tanda baca
Tanda baca yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan meliputi tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua,
tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda petik,
tanda kurung, tanda garis miring dan tanda apostrof. Berikut penjelasannya.

I. Tanda titik(.)
Penerapan kaidah tanda titik tidak banyak menimbulkan masala selain yang dibahas
pada penulisan singkatan atau akronim di atas. Namun, ada kesalahan yang masih sering
di temukan, yaitu (1) penggunaan tanda titik pada akhir penomoran yang lebih dari satu
angka dan (2) digunakan pada angka atau huruf yang sudah menggunakan tanda kurung.
Perhatikan contoh berikut.
8
(1) * 1. Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Asing
1.1. Pengaruh Bahasa Daerah
1.1.1. Pengaruh Positif
1.1.2. Pengaruh Negatif
1.2. Pengaruh Bahasa Asing
1.2.1. Pengaruh Positif
1.2.2. Pengaruh Negatif

(2)* Hal-hal yang harus disiapkan dalam pelaksanaan


kemah adalah sebagai berikut:
a). tenda,
b). pakaian secukupnya,
c). peralatan masak,
d). peralatan mandi,
e). Bekal makanan, dan
f). Obat-obatan.

Kesalahan penggunaan tanda titik seperti pada contoh (1) di atas sering ditemukan dalam
tulisan-tulisan resmi seperti karya ilmiah atau laporan kegiatan. Begitu juga kesalahan
penggunaan seperti pada contoh (2). Menurut kaidahnya, tanda titik tidak di gunaka pada
akhir penomoran yang lebih dari satu angka. Tanda titik juga tidak digunakan pada
penomoran yang sudah menggunakan tanda kurung. Oleh karena itu, contoh di atas dapat
diperbaiki menjadi seperti berikut.

1a) 1. Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Asing


1.1 Pengaruh Bahasa Daerah
1.1.1 Pengaruh Positif
1.1.2 Pengaruh Negatif
1.2 Pengaruh Bahasa Asing
1.2.1 Pengaruh Positif
1.2.2 Pengaruh Negatif

2a) Hal-hal yang harus disiapkan dalam pelaksanaan kemah adalah sebagai berikut:
a) tenda,
b) pakaian secukupnya,
c) peralatan masak,
d) peralatan mandi,
e) bekal makanan, dan
f) obat-obatan.

II. Tanda koma(,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.

9
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
Dia membaca cerita pendek, sedangkan DIKNY melukis panorama.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimat.
Misalnya:
Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
Kalau diundang, saya akan datang.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat,


seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar
di luar negeri.

5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
Hati-hati ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?

6. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis.
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis,
Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang

7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1.
Jakarta: Pusat Bahasa.

8. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan


gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

10
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.

III. Tanda Titik Koma(;)


1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; ibu menulis makalah;
Adik membaca cerita pendek.

2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1)berkewarganegaraan indonesia;
(2)berijazah sarjana S-1;
(3)berbadan sehat; dan
(4)bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara kesatuan republik Indonesia.

3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam


kalimat yang sudah menggunakan tadnda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi
a. Pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. Pendapatan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi

IV. Tanda Titik Dua(:)


1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. Persiapan,
b. Pengumpulan data,
c. Pengolahan data, dan

11
d. Pelaporan.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi

b. Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi


Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.pd.

4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu :”Bawa koper ini, Nak!”
Amir :”Baik, Bu.”
Ibu :”Jangan lupa, letakkan baik-baik!”

V. Tanda Hubung(-)
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris.
Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
Ra baru ....
Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
Put laut.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.


Misalnya:
Anak-anak
Berulang-ulang

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang ditanyakan
dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2011
p-a-n-i-t-i-a

4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
Ber-evolusi
Meng-ukur

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai.


Misalnya:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);

12
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf
kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rah-mat-Mu);

VI. Tanda Pisah(—)


1. Tanda Pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-hatta—proklamator kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar
udara internasional.
Gerakan pengutamaan bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus
digelorakan.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 2010—2015
Tanggal 5—10 April 2017
Jakarta—Bandung

VII. Tanda Tanya(?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhiran kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

VIII. Tanda Seru(!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut bunaken!

13
Mari kita dukung gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
Merdeka!

IX. Tanda Elipsis(...)


1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam undang-undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....

2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujuran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
“jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.”

X. Tanda Petik(“...”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
Menurut pasal 31 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan.”

2. Tanda petik dipakai untuk menjepit judul sejak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!

XI. Tanda Petik Tunggal(‘...’)


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, “kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan.
Misalnya:
Tergugat ‘yang digugat’
Noken ‘tas khas papua’
Tadulako ‘panglima’
Policy ‘kebijakan’
XII. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu belum memiliki KTP(kartu tanda penduduk).

14
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) transjakarta
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (kota) padang.

XIII. Tanda Kurung Siku([...])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang di
tulis orang lain.
Misalnnya:
Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa
Indonesia.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35-38]) perlu dibentangkan di sini.

XIV. Tanda Garis Miring(/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam
dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2012/2013

2. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata,


atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas
kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis
orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

XV. Tanda Penyingkat atau Apostrof(‘)


Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)

15
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
5-2-‘13 (’13 = 2013)

16
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan data-data yang ditemukan dan dianalisi, dapat disimpulkan
bahwa kesalahan bahasa pada penulisan ejaan dan tanda baca masih sering dijumpai,
bahkan tidak sesuai kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar. Secara umum
pemakaian penulisan bahasa indonesia tanpa memikirkan kaidah bahasa yang baik
dan benar. Dalam penelitian ini banyak kesalahan pada penulisan bahasa indonesia
maupun penulisan bahasa asing.
Kesalahan tersebut diakibatkan adanya keterbiasaan penulisan tanpa
memperhatikan kaidah bahasa yang baik dan benar, pengaruh bahasa sehari-hari dan
juga masyarakat menghiraukan bagaimana penulisan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, sehingga kesalahan sering kali dijumpai.

B. Saran
Bisa menambah pengetahuan dalam menganalisis kesalahan pada
keterampilan menulis dari segi ejaan dan memperbanyak penambahan kosa kata
baru bahasa Indonesia pada saat pembelajaran.
Bisa mengetahui mengenai penulisan teks deskripsi dan lebih meningkatkan
kemampuannya dalam menulis menggunakan ejaan yang baik dan benar sesuai
dengan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA
INDONESIA. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, diakses pada 20 Oktober
Sriyanto. 2014. Ejaan. Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, diakses pada 20
Oktober 2022
Tamara, Bella dkk. 2020. Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Pada
Media Sosial Resmi Universitas Ahmad Dahlan. Pekalongan, diakses pada 20 Oktober 2022
Rismaya, Rima. Asep F., dan Fauziah S. 2020. Kesalahan Penulisan Kata dan Tanda Baca
pada Online News, diakses pada 20 Oktober 2022
Sibawae, S. (2017). PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN EJAAN DAN
TANDA BACA DALAM MENULIS TEKS LAPORAN OBSERVASI DENGAN METODE
JIGSAW. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 1(1), diakses pada 20 Oktober
2022

18

Anda mungkin juga menyukai