Anda di halaman 1dari 179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH


DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU
KARYA RADITYA DIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Adven Desi Niatri
121224003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH


DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU
KARYA RADITYA DIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Adven Desi Niatri
121224003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

“Ketika kamu nyaris menyerah atas segala usaha dan perjuangan yang sudah
kamu lakukan, pertimbangkan bagaimana usaha dan perjuangan orang tuamu
untuk mengantarkanmu sampai di posisi saat ini. Kamu belum apa-apa
dibandingkan mereka, lagipula Tuhan tidak pernah mati rasa sehingga
mengabaikan setiap usaha umat-Nya”

(Adven Desi Niatri)

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan bagi:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai, memberi kekuatan, perlindungan,

dan segala sesuatu yang penulis butuhkan dalam kondisi apapun.

2. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang

selalu memberi dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam

berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai

kuliah dan biaya hidup saya.

3. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya

kedewasaan.

4. Adik keponakan saya Bima Erlangga Pratama dan Rafael Elko Seraf yang

memotivasi saya untuk selalu semangat kuliah agar dapat membiayai sekolah

mereka di masa mendatang.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Niatri, Adven Desi. 2016. Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut
Merah Jambu Karya Raditya Dika. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata
Dharma.

Penelitian ini bertujuan menjawab dua persoalan, yaitu 1) Jenis-jenis implikatur


percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut
Merah Jambu karya Raditya Dika? dan 2) Fungsi implikatur percakapan apa saja
yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya
Raditya Dika?. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa percakapan
antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.
Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti dengan teknik simak dan
catat. Peneliti menggunakan teori implikatur sebagai acuan utama melakukan analisis
penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti adalah pertama, peneliti menemukan tiga
jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya
Raditya Dika. Implikatur percakapan tersebut, yaitu implikatur percakapan khusus
(IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala
(IPB). Ketiga jenis implikatur percakapan tersebut masing-masing dibagi menjadi
beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya.
Kedua, fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah
Jambu karya Raditya Dika secara umum adalah menunjukkan realita kehidupan
remaja (SMA) kepada penonton. Fungsi implikatur percakapan secara lebih spesifik,
yaitu pertama membangun pencitraan setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan
kelucuan sebagai pendukung adegan. Kedua, penyalur pesan dari penulis sekaligus
sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik
terkait kehidupan sehari-hari (khususnya remaja). Ketiga, implikatur percakapan
berfungsi memperhalus tuturan untuk menarik simpati dan/atau meredam amarah
mitra tutur.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Niatri, Adven Desi. 2016. Implicature of Conversation Interfigure in Raditya


Dika’s Marmut Merah Jambu Movie. Yogyakarta: PBSI. JPBS. FKIP, Sanata
Dharma.

The research has purpose to answer two questions, they are 1) What are the
types of implicature of conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah
Jambu movie? 2) What are the functions of implicature of conversation interfigure in
Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie? The data of the research was taken
from conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu.
The types of the research was description-qualitative research since the data
were collected by using note and listen technique. The researcher used implicature
theory as the main reference to analyze the research.
The results of the research conducted by the researcher are: First, the researcher
found three types of implicature of conversation interfigure Raditya Dika’s Marmut
Merah Jambu movie. They are specific implicature of conversation, general
implicature of conversation, and scaled implicature of conversation. Each of these
types was divided into several types based on the meaning of the utterances and
specific characteristic of the implicature of conversation. The third kind of
implicature conversation are each divided into several types according markers
caracteristic and shape the conversation.
Second, generally the function found in implicature of conversation interfigure
in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie shows the real life occured
adolescents in senior high school (SMA). Specifically, the function found in
conversation of implicature: First, the implicature of conversation created characters
image (actor) and humor to support the scene. Second, the implicature of
conversation used to convey the messages which are advice and appeal for the daily
life, in particular the adolescents’ life. The third function of conversational
implicature refine the spceech to draw sympathy and/or quell anger hearer.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan untuk Tuhan Yesus Kristus karena berkat
kasih dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul
Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya
Dika. Skripsi ini saya ajukan kepada Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan dan Seni, Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
Sebagai tulisan ilmiah, penulis tidak dapat menyusun dan menyelesaikan
tulisan ini tanpa bantuan dari banyak pihak. Maka penulis sangat mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Prodi PBSI yang membantu
kelancaran penyelesaian skripsi saya.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang membantu dan
mengarahkan saya dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah/skripsi saya
ini.
4. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta
melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek dalam skripsi saya.
5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSI yang turut
membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi saya.
6. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang
selalu memberi saya dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam
berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai
kuliah dan biaya hidup saya.
7. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya
kedewasaan.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTO ............................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Batasan Istilah ...................................................................................... 7
F. Sistematika Penyajian .......................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 10


A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 10
B. Kajian Teori ......................................................................................... 12
1. Pragmatik ....................................................................................... 12
2. Implikatur....................................................................................... 14
3. Fungsi Implikatur ........................................................................... 24
4. Konteks ......................................................................................... 26
5. Film ................................................................................................ 29
6. Tokoh ............................................................................................. 30

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32


A. Jenis Penelitian .................................................................................... 32
B. Sumber Data dan Penelitian ................................................................. 33
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 33
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 34
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34
F. Triangulasi............................................................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 36


A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika ................ 36
B. Deskripsi Data ..................................................................................... 40
C. Hasil Analisis Data .............................................................................. 40
1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan ................................................. 41
1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK) ..................................... 41
1.2 Implikatur Percakapan Umum (IPU) ...................................... 58
1.3 Implikatur Percakapan Berskala (IPB) .................................... 71
2. Fungsi Implikatur Percakapan ....................................................... 78
2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Khusus (IPK) ......................... 79
2.2 Fungsi Implikatur Percakapan Umum (IPU) .......................... 87
2.3 Fungsi Implikatur Percakapan Berskala (IPB) ........................ 92
D. Pembahasan ......................................................................................... 95
1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan.................................................. 95
2. Fungsi Implikatur Percakapan ....................................................... 103

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 106


A. Kesimpulan ......................................................................................... 106
B. Saran .................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN ................................................................................................... 111


A. Tabel Analisis Implikatur Percakapan Antartokoh
dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 112
B. Tabel Jenis Implikatur Percakapan Antartokoh
dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 128
C. Tabel Transkip Percakapan Antartokoh
dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 137
BIODATA PENULIS .................................................................................... 165

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bertahan hidup.

Terjalin hubungan simbiosis mutualisme antarmanusia, artinya hubungan

tersebut saling menguntungkan satu sama lain. Salah satu hubungan

antarmanusia yang paling nyata dan tidak dapat dipungkiri keberadaanya

adalah hubungan sosial. Hubungan sosial yang terjalin antarmanusia ditandai

dalam bentuk interaksi satu sama lain.

Interaksi antarmanusia dapat terjalin dengan baik karena adanya

komunikasi yang saling dimengerti antara mereka. Salah satu alat yang

digunakan dalam berkomunkasi adalah bahasa. Menurut Chaer (2011 : 1)

bahasa sebagai suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer,

digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi,

dan mendefinisikan diri. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan manusia. Pergantian zaman tidak pula mengubah fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya.

Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka

pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa tidak pernah mencapai titik akhir.

Bahasa sendiri dapat dipelajari dengan berbagai hal dan cara. Salah satu

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa untuk berkomunikasi adalah

pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik termasuk ke dalam cabang ilmu

linguistik yang masih baru. Kendati demikian, banyak hal-hal menarik

berhubungan dengan bahasa yang dapat dipelajari melalui kajian pragmatik

ini.

Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi dapat dipelajari secara formal

maupun informal. Secara formal penggunaan bahasa dapat dipelajari melalui

dunia pendidikan. Secara informal salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mempelajari penggunaan bahasa adalah dengan memanfaatkan media audio

visual. Melalui media audio visual penggunaan bahasa secara verbal maupun

non verbal dapat dilihat secara langsung.

Film termasuk salah satu media audio visual yang dapat digunakan untuk

pembelajaran penggunaan bahasa. Film adalah lakon (cerita) gambar hidup

(KBBI, 2008: 392). Gambar hidup tersebut merupakan salah satu bentuk

hiburan yang di dalamnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Terdapat ragam tuturan langsung maupun tidak langsung dari para tokohnya.

Tuturan tersebut disajikan dalam suatu adegan yang disertai gerakan-gerakan

setiap lakonnya.

Penggunaan film sebagai salah satu media audio-visual yang dianggap

tepat untuk pembelajaran penggunaan bahasa didasari beberapa fakta. Fakta

bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung lebih mudah

meniru dan terpengaruh akan hal yang dapat terdengar dan terlihat (audio

visual). Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tanyangan film dapat menyumbangkan/menciptakan “bahasa baru”. Bahasa-

bahasa baru ini kemudian ditiru dan diteruskan antarmanusia sebagai bentuk

tuturan dalam berkomunikasi. Namun, bahasa baru tersebut kebanyakan tidak

sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar. Misalkan penggunaan kata

“alay, kepo, dan kamseupai” yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI.

Penggunaan kata-kata tersebut sudah lazim digunakan dalam komunikasi

sehari-hari. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam komunikasi acap kali

menganggap kata “alay” mengandung makna melebih-lebihkan atau

berlebihan, kepo mengandung makna terlalu ingin tahu sedangkan kamseupai

mengandung makna umpatan terhadap orang yang dianggap kampungan.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa film sedikit banyaknya membawa

pengaruh terhadap penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa

merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin

kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau

suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur

apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak

mengungkapkan pikiran atau bahasanya melalui tindak bahasa (baik verbal

maupun nonverbal) (Pranowo, 2009: 3). Hal tersebut menjadi salah satu

pemicu ketertarikan peneliti untuk menjadikan film sebagai objek

penelitiannya.

Suatu film disajikan oleh seorang sutradara tentu di dalamnya terkandung

sebuah pesan. Pesan tersebut tidak lantas ditunjukan secara gamblang kepada

penonton, melainkan disajikan dalam bentuk makna tersirat melalui setiap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

percakapan antartokoh di dalamnya. Makna tersirat tersebut bertujuan

memberikan pesan-pesan positif atau amanat yang baik bagi setiap

penontonnya. Faktanya, tidak semua orang dapat menangkap makna-makna

tersirat yang dimaksudkan oleh orang lain. Demikian halnya di dalam

berkomunikasi, terdapat makna-makna tersirat berupa ujaran yang tidak sesuai

dengan makna kata yang diucapkan si penutur kepada mitra tutur. Hal inilah

yang terkadang menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi

antarmanusia. Apa yang dimaksudkan si penutur berbeda dengan apa yang

ditangkap oleh mitra tuturnya.

Bentuk percakapan antartokoh yang mengandung makna tersirat berarti

makna percakapan itu berada di luar struktur bahasanya. Pada kondisi seperti

itulah peran ilmu pragmatik yaitu implikatur percakapan dipakai untuk

membuka makna tersirat. Grice melalui Nababan (1987: 28) menegaskan

bahwa konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering

terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Selain

itu, pendapat lain datang dari Levinson (Nadar, 2009: 61) yang menyebut

implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam

pragmatik (one of the single most important ideas in pragmatics). Berdasarkan

pemamaparan tersebut, tidak salah jika analisis implikatur dapat digunakan

untuk mengetahui makna-makna tersirat yang terkandung dalam suatu film.

Peneliti memutuskan memilih film Marmut Merah Jambu Karya Raditya

Dika sebagai objek penelitiannya. Film ini merupakan salah satu film dengan

genre komedi yang dirasa ringan untuk ditonton khalayak pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Film ini menyajikan kisah berdasarkan realitas sosial yang sering dialami anak

muda. Kendati demikian, film ini tidak menyajikan ekspose seksual seperti

kebanyakan film anak muda saat ini. Terdapat percakapan-percakapan

antartokohnya yang mengandung makna tersirat sehingga mampu

mengundang gelak tawa penontonya. Penonton dapat terhibur dan tertawa

bukan karena adegan fulgar atau adanya ekspose seksual melainkan sungguh

karena penggunaan bahasa dalam percakapan antartokohnya. Selain itu, Film

Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika diperankan sendiri oleh Raditya

Dika (sebagai pemeran utama) yang sekaligus merupakan sutradara dan

penulis naskah film ini. Hal ini tentu menambah kematangan penyampaian

maksud/makna tersirat yang hendak disampaikan Raditya Dika kepada

penonton melalui filmnya. Oleh karena itu, peneliti menjadikan film ini

sebagai objek penelitiannya dengan menggunakan kajian pragmatik khususnya

terkait implikatur percakapan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, rumusan masalah

penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?

2. Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film

Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.

2. Mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film

Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai analisis implikatur (makna tersirat) pada percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika ini

diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, antara lain:

1. Menambah koleksi penelitian yang berkaitan dengan kajian pragmatik,

khususnya tentang implikatur percakapan antartokoh dalam suatu film.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pragmatik dan implikatur

melalui teori-teori yang digunakan.

3. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang jenis implikatur percakapan

dan fungsinya.

4. Menjadi referensi dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar hasil

penelitiannya lebih sempurna dan berkembang.

5. Menambah wawasan pembaca untuk lebih mudah menangkap makna atau

pesan tersirat yang hendak disampaikan dalam suatu film.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Batasan Istilah

1. Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa

yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, 2009:

2).

2. Implikatur

Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam

Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply

sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari

bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk

mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan

dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang

dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan

interpretasi pada tuturan-tuturannya.

3. Fungsi Implikatur

Implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat

mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan “provides some

explicit account of how it is possible to mean more than what is actually

said” (Nadar, 2009: 61).

4. Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) sebagai

the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the

communication process to interact, and that make the linguistic


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam

arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi,

dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).

5. Film

Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film

merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara

kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk

popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat

serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan

tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134).

6. Tokoh

Tokoh adalah pelaku dalam cerita (Nurgiyanto, 2005: 165).

F. Sistematika Penyajian

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu: Bab I

Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV

Pembahasan, dan Bab V Penutup.

Bab I Pendahuluan

Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II Landasan Teori

Landasan teori terdiri dari penelitian-penelitia yang relevan dan kajian

teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab III Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, sumber data dan data

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulkan data, teknik analisis

data dan triangulasi.

Bab IV Pembahasan

Pembahasan berisi hasil penelitian yang dibahas dengan analisis.

Bab V

Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil

pembahasan terhadap analisis data. Kesimpulan inilah yang akan menjadi

hasil penelitian ini, sedangkan saran diperlukan untuk para peneliti lain yang

ingin meneliti dengan topik yang masih erat kaitannya dengan implikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian lain yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan saat ini. Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh

Mikael Jati Kurniawan (2013) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul

Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media

Televisi. Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti

(2015) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan

Orang Tua Dengan Anak Pada Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam

Keluarga Pendidik Di Yogyakarta. Ketiga adalah penelitian yang dilakukan

oleh Hery Susanto Andreas (2010) dari Universitas Sanata Dharma dengan

judul Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Novel Projo & Brojo Karya

Arswendo Atmowiloto.

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013)

termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan dengan

mengumpulkan data yang dihasilkan dari penyimakan pada media televisi.

Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) terdapat tiga jenis implikatur yang

terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi,

yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan

implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi adalah

untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan

mengkonsumsi produk operator selular. Fungsi implikatur dalam penelitian ini

terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif,

dan nilai imperatif.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015)

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh

dari dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan

malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Hasil penelitian yang

diperoleh, yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan antara

orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga

pendidik di Yogyakarta, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur

percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur

yang diperoleh yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran,

pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh,

meminta, menasihati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima kasih,

member ucapan selamat, memuji, dan mengkritik.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010)

merupakan penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat. Hasil penelitian yang

diperoleh, yaitu 1) ditemukan tiga jenis implikatur percakapan yaitu

implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur

percakapan berskala, ketiganya mengandung nilai komunikatif deklaratif,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

interogatif, dan imperatif; 2) fungsi implikatur yang terdapat dalam novel

Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proposisi sebagai

penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog

antartokoh. Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita.

Ketiga penelitian di atas termasuk ke dalam ranah pragmatik, yakni

implikatur. Sudut pandang implikatur yang digunakan dalam penelitian-

penelitian tersebut beraneka ragam. Terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang. Persamaan terletak pada

penggunaan pendekatan pragmatik khususnya teori implikatur dalam mengkaji

objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti.

Peneliti mengambil fokus penelitian pada implikatur percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika yang belum pernah

diteliti sebelumnya.

B. Kajian Teori

1. Pragmatik

Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik,

sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga

benar-benar menjadi berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika

Serikat sejak tahun 1970’an. Pada tahun 1970’an, para linguistik yang

bercorak pemikiran transformasi-generatif seperti misalnya Ross dan

Lakoff, menyatakan bahwa kajian ikhwal sintaksis sama sekali tidak dapat

dipisahkan dari konteks situasi pertuturannya. Penelanjangan atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

pemisahan terhadap konteks situasi pertuturan di dalam proses analisis

sintaksis khususnya, dan di dalam keseluruhan korpus linguistik pada

umumnya, tidak akan mampu membuahkan hasil yang betul-betul baik

dan berkualifikasi signifikan sebagai hasil temuan riset linguistik. Maka

sejak saat itu, lahirlah sosok baru di dalam linguistik yang kemudian

disebut dengan ilmu bahasa pragmatik (pragmatics), khususnya untuk

linguistik yang berkembang di belahan bumi Amerika Tengah (Rahardi,

2003: 3-5).

Verhaar (dalam Rahardi, 2003: 9-10) mengatakan bahwa pragmatik

sebagai cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja

yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan

interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai

pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar

bahasa.

David R. dan Dowty (dalam Rahardi, 2003: 13), secara sangat singkat

menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik adalah telaah

terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi,

implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional

antara penutur dan mitra tutur.

Yule (2006: 4) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang

bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.

Sedangkan, Nandar dalam bukunya Pragmatik & Penelitian Pragmatik

menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi

tertentu (Nadar, 2009: 2). Sejumlah definisi juga diajukan oleh Levinson

(dalam Nadar, 2009: 53-54) mengenai pragmatik, yaitu Pragmatics is the

study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech act

and aspects of discourse structure (“pragmatik adalah kajian mengenai

deiksis (setidak-tidaknya sebagian dari deiksis), implikatur, presuposisi,

tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana”).

Ragam pemahaman dan pengertian mengenai pragmatik muncul dari

banyak ahli bahasa. Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang sudah

dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang secara fokus

mempelajari dan mengkaji suatu tuturan antara si penutur dengan mitra

tutur untuk berkomunikasi yang dipengaruhi oleh konteks percakapannya

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

2. Implikatur

Setelah memahami berbagai uraian mengenai pengertian pragmatik,

selanjutnya kita akan memasuki pembahasan terkait dengan implikatur.

Sebagaimana diketahui bahwa implikatur merupakan salah satu bagian

dari kajian pragmatik selain deiksis, presuposisi, praanggapan, tidak tutur

dan aspek-aspek struktur wacana. Peneliti dalam penelitannya kali ini

berfokus pada penelitian menggunakan analisis implikatur untuk

mengetahui makna tersirat percakapan antartokoh dalam film Marmut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Merah Jambu karya Raditya Dika. Agar pembahasan tidak menyimpang

dan melebar ke hal-hal lain, maka peneliti berfokus pada implikatur

khususnya implikatur percakapan.

Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam

Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply

sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari

bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk

mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan

dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang

dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan

interpretasi pada tuturan-tuturannya.

Dijelaskan oleh Yule (2006) dalam bukunya Pragmatik bahwa bicara

mengenai implikatur, ternyata implikatur sangat erat kaitannya dengan

prinsip kerja sama. Bentuk kerja sama yang dimaksudkan dalam hal ini

ialah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang

berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan,

mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama

lain. Dalam banyak peristiwa, jenis kerja sama ini hanya merupakan titik

awal untuk menjelaskan apa yang dikatakan.

Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada

wanita lain sejauh mana ia menyukai hamburger yang sedang ia makan,

dan menerima jawaban dalam (1);

(1) A hamburger is a hamburger.


(hamburger ya hamburger)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Dari perspektif logika murni, jawaban dalam (1) tampak tidak memiliki

nilai komunikatif karena menyatakan sesuatu yang sangat jelas. Jika

ungkapan-ungkapan itu digunakan dalam percakapan, dengan jelas

penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari

pada yang dikatakan. Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam

(1), pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang

melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi.

Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar

kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan,

yang disebut dengan implikatur.

Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Menurut Grice

(dalam Abdul Rani, dkk, 2006: 177) implikatur adalah makna tidak

langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan

(eksplikatur). Menggunakan implikatur dalam percakapan berarti

menyatakan sesuatu secara tidak langsung.

Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) juga menjelaskan bahwa

implikatur terdiri dari dua macam, yaitu implikatur konvensional

(convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation

implicature).

a. Implikasi Konvensional

Menurut Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) implikatur

konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh “arti konvensional

kata-kata yang dipakai”. Lain lagi menurut Yule (2006: 78), ia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan dari implikatur

percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam

percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk

menginterpretasikannya. Seperti halnya presupposisi leksikal,

implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata itu digunakan.

Kata penghubung “tetapi” dalam bahasa Inggris adalah salah satu dari

kata-kata ini. Perhatikan contoh berikut.

1) Cicik menyarankan baju warna merah muda, tetapi saya memilih


warna hitam.

Implikatur konvensional “tetapi” seperti pada contoh di atas

menunjukkan bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau

mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang. Implikatur

konvensional tidak sangat tergantung pada konteks khusus untuk

menginterpretasikan makna tuturan.

b. Implikasi Percakapan

Rahardi (2003: 85) menyatakan bahwa di dalam sebuah pertuturan

yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar

berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan

latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu.

Juga, diantara penutur dan sang mitra tutur terdapat semacam kontrak

percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan

itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (975) dalam

artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa

sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan semacam itu

disebut implikatur percakapan. Perhatikan contoh berikut.

1) Bapak datang, jangan menangis!

Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan

bahwa sang ayah sudah datang dari bepergian. Penutur bermaksud

memperingatkan mitra tutur, bahwa sang ayah yang biasanya bersikap

keras dan berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya

apabila ia masih saja menangis ketika dia datang nantinya. Dengan

perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah

orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar

kepada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara

tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak

dituturkan bersifat tidak mutlak (unnecessary consequence). Jadi,

dalam sosok implikatur, hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan

yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan

tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak

antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu,

maka sangat dimungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki

implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas

jumlahnya. Maka peran konteks sangat penting untuk membatasi

implikatur makna pada suatu tuturan.

Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) menyatakan bahwa

implikatur percakapan mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh

partisipan harus saling berkait. Yule (2006: 78) menyatakan bahwa

implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Menurut Grice (dalam Cummings, 2007: 14) kerja

sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya

dan rasionalitas pada khususnya. Berikut ini merupakan maksim-

maksim Grice yang dijabarkan dalam buku Pragmatik (Yule, 2006:

63-64):

1) Maksim kuantitas

a) Buatlah informasi yang informatif seperti yang diminta

(dengan maksud pergantian percakapan yang sedang

berlangsung).

b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang

diminta.

2) Maksim kualitas: cobalah untuk membuat sesuatu informasi yang

benar.

a) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.

b) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti

yang memadai.

3) Maksim hubungan: relevanlah

4) Maksim tindakan: cerdiklah

a) Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.

b) Hindarkan ketaksaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).

d) Buatlah secara urut/teratur.

Yule (2006: 70-74) juga menyebutkan bahwa implikatur

percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus,

implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala.

Penjabaran dari masing-masing implikatur tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Implikatur percakapan khusus

Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus adalah

percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana

pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu,

implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar

belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang

diperlukan.

Kontribusi konteks terhadap upaya untuk menghasilkan

implikatur adalah sama dalam setiap kasus-konteks memungkinkan

penutur untuk mengomunikasikan niat mereka untuk melanggar

maksim kualitas dan dalam melakukannya, dia mengomunikasikan

makna yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya. Grice

menyebut implikatur-implikatur semacam ini-yakni implikatur-

implikatur yang tergantung pada konteks tertentu-dengan istilah

implikatur percakapan khusus (Cummings, 2007: 19). Perhatikan

contoh berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

1) Mahasiswa A: “Eh, berapa hutangku kemarin?”


Mahasiswa B : “Halah…udah pakai aja dulu, sering-sering BC
ya!”

Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa Mahasiswa A

tidak perlu membayar hutangnya pada saat percakapan itu terjadi

atau pada saat itu juga kepada Mahasiswa B. Mahasiswa B

memberikan kesempatan kepada Mahasiswa A untuk membayar

hutangnya lain waktu lantaran Mahasiswa A telah melakukan BC

(Broadcast) yang menguntungkan bagi Mahasiswa B. percakapan

tersebut juga mengimplikasikan bahwa terjalin keakraban antara

Mahasiswa A dan Mahasiswa B, serta adanya harapan yang

disampaikan Mahasiswa B terhadap Mahasiswa A untuk sering-

sering melakukan BC yang berarti bahwa sebelumnya Mahasiswa

A telah melakukan BC. BC (Broadcast) adalah fitur dalam BBM

(Blackberry Messenger) yang dapat mengirim berita ke seluruh

kontak di BBM yang kita miliki, hal ini menunjukkan bahwa kata

“BC” yang terdapat dalam percakapan antara Mahasiswa A dengan

Mahasiswa B secara tidak langsung merupakan konteks dan latar

belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua penutur tersebut.

Singkatnya, implikatur percakapan khusus merupakan maksud

yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui

konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan

pengetahuan. Melalui pengetahuan khusus itulah maksud atau

implikatur dalam suatu tuturan dapat diinterpretasikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2) Implikatur percakapan umum

Implikatur percakapan umum berbeda dengan implikatur

percakapan khusus. Implikatur umum tidak memerlukan konteks

untuk menginterpretasikan makna implikasinya. Yule (2006: 74)

mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur

yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain,

orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna

percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai.

Cummings (2007: 19) juga menyatakan hal yang sama, ia

menyatakan bahwa implikatur percakapan umum tidak

memerlukan konteks untuk menghasilkan implikatur. perhatikan

contoh berikut.

1) Biil is meeting a woman this evening.


(Biil akan menemui seorang wanita malam ini)

Implikatur yang dihasilkan oleh ujaran di atas menunjukkan bahwa

wanita yang akan ditemui oleh Biil bukanlah pacarnya, isterinya,

saudara perempuannya, ibunya, dan sebagainya. Implikatur ini

bukanlah akibat dari sebuah konteks tertentu, tetapi berasal dari

penggunaan kata sandang tak tentu “a” (seorang). Menurut Gazdar

(Cummings, 2007: 20), referen kata benda yang dimodifikasi oleh

kata sandang tak tentu “a” tidak berkaitan erat dengan siapa saja

yang telah diidentifikasi secara kontekstual. Namun demikian,

kendati implikatur ini dihasilkan oleh kata sandang tak tentu, ia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

sama sekali bukan bagian dari makna konvensial dari kata sandang

itu.

Melalui pemaparan-pemaparan seperti di atas, saya mengambil

kesimpulan bahwa implikatur percakapan umum dapat

menginterpretasikan makna implikasinya melalui struktur kalimat

yang diujarkan penutur sekalipun tidak dipengaruhi oleh konteks

percakapan.

Implikatur percakapan umum terkadang menimbulkan

ketaksaan karena dianggap hampir sama dengan implikatur

konvensional, namun keduanya adalah hal yang berbeda.

Implikatur percakapan umum tidak tergantung pada konteks untuk

menginterpretasikan makna tuturan, implikatur konvensional tidak

sangat tergantung pada konteks. Implikatur percakapan umum

hanya terdapat dalam suatu percakapan, implikatur konvensional

tidak harus terjadi pada percakapan.

3) Implikatur percakapan berskala

Yule (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu

selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan

suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas

dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti:

Semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit

Selalu, sering, kadang-kadang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Istilah-istilah seperti di atas didaftar dari skala nilai tertinggi ke

nilai terendah. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih

kata dari skala itu yang paling informative dan benar (kualitas dan

kuantitas).

Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif

dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun

dalam skala itu dinyatakan. Berbeda dengan implikatur percakapan

khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan

berskala tidak selalu melanggar maksim. Perhatikan contoh

berikut.

1) Saya memakan beberapa buah yang ada di meja itu.

Penutur telah menciptakan implikatur berskala dengan

menggunakan pilihan kata “beberapa”. Pilihan kata “beberapa”

artinya bahwa tidak semua buah-buahan yang ada di meja itu di

makan oleh penutur. “Beberapa” mengandung implikasi berskala

lebih rendah dari pada “semua”.

3. Fungsi Implikatur

Levinson (melalui Abdul Rani dkk, 2006: 173) menyebutkan bahwa

implikatur memiliki beberapa kegunaan. Ia menyebutkan kegunaan

tersebut dalam istilah faedah. Ia menjabarkan empat faedah/fungsi konsep

implikatur dalam tuturan sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta

kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik.

b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan

lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.

c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana

tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung

yang sama.

d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah

kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).

Rani (2006: 178) juga menjelaskan bahwa masyarakat bahasa sering

menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu,

misalnya untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka

menyelamatkan muka (saving face).

Menurut Rahardi (2005: 74) berdasarkan nilai komunikatifnya kalimat

dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu

kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya

(interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik).

Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang

mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat

interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu

kepada mitra tutur. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung

maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu

sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat eksklamatif adalah kalimat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

yang mengandung maksud untuk menyatakan rasa kagum. Kalimat

empatik adalah kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan

khusus. Meskipun implikatur berbeda dengan kalimat, namun peneliti

menganggap bahwa fungsi implikatur dapat dilihat dengan melihat nilai

komunikatifnya. Nilai komunikatif implikatur yang terkandung dalam

suatu percakapan atau maksud tambahan dapat dibentuk menjadi suatu

kalimat yang mudah dipahami sehingga dapat diketahui apa fungsi

implikaturnya.

4. Konteks

Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (via Nadar, 2009: 3-4)

sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants

in the communication process to interact, and that make the linguistic

expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam

arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi,

dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).

Konteks adalah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam

pragmatik. Menurut Cutting (Samarlam, 2014: 3) ada tiga jenis konteks,

yaitu (1) konteks situasional adalah konteks yang memperhatikan tentang

apa yang diketahui penutur tentang sekelilingnya atau kondisi di mana

tuturan terjadi. (2) Konteks pengetahuan, dibagi menjadi dua yaitu konteks

pengetahuan umum budaya dan pengetahuan antar-personal. Konteks

pengetahuan umum budaya adalah pengetahuan umum sekitar kehidupan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

manusia. Konteks pengetahuan antar-personal adalah pengalaman personal

dalam interaksi verbal sebelum bertindak tutur. (3) Konteks ko-teks adalah

isi seputar teks terdiri atas gramatikal dan kohensi leksikal.

Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam

Nadar, 2009: 3) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna

yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) yang

menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the

interpretation of syntactically defined exspressions of depends on the

particular conditions of their use in context (“pragmatik berkaitan dengan

interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu

dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi-

kondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks”).

Konteks situasi merujuk pada pada aneka macam kemungkinan latar

belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki

bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-

aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta

melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Maka dengan

mendasarkan gagasan Leech tersebut, Wijana (1996) dengan tegas

menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat juga disebut konteks

situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi pertuturan

menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996)

seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek kebahasaan

seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

a. Penutur dan lawan tutur

b. Konteks tuturan

c. Tujuan tuturan

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (dalam Rahardi, 2003: 18-19).

Secara khusus dan singkat, konteks tuturan dapat dijelaskan secara

singkat sebagai berikut.

Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang

pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama

dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang

mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si

penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan

hal itu, Geoffrey N. Leech (1993) telah menyatakan pandangannya sebagai

berikut. “ I shall considercontext to be any background knowledge

assumed to be shared by S and H and which contributes to H’s

interpretation of what S mean by a given utterance.” Pengetahuan dan

pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang dentitas atau jati

dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki

oleh para pelibar pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat

pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang

hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan (Rahardi, 2003: 20).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

5. Film

Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film

merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara

kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk

populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat

serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan

tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134).

Peneliti menganggap bahwa film merupakan salah satu bagian dari

media audio visual yang baik digunakan untuk pembelajaran bahasa. Film

menyajikan percakapan-percakapan antartokohnya yang menggunakan

ragam bahasa. Oleh karena itu, peneliti menjadikan percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika sebagai salah satu

bahan penelitiannya. Melalui film ini kita dapat mengetahui pesan, makna,

dan maksud yang hendak disampaikan kepada penonton melalui

percakapan antartokoh di dalamnya. Hal tersebut menjadikan film

memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa. Seperti

dijelaskan oleh Nurudin (2013: 9) bahwa media massa adalah alat-alat

dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat

kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa adalah

dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu

menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas.

Media massa mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Secara umum, Sudarman (2008: 7-8) menyatakan bahwa fungsi dari media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

massa, yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi;

media massa dapat mempengaruhi, memberikan respon sosial; dengan

adanya media massa dapat menanggapi tentang fenomena dan siuasi sosial

atau keadaan sosial yang terjadi, penghubung; media massa dapat

menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa

dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung.

6. Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2005: 165) tokoh adalah pelaku dalam

cerita. Tokoh sendiri tidak dapat dilepaskan dari penokohan. Penokohan

adalah karakter yang diperankan oleh tokoh. Jadi, tokoh merujuk pada

orangnya, sedangkan penokohan merujuk pada wataknya. Sejalan dengan

pendapat Nurgiyantoro, Sudjiman (Budianta, dkk., 2008: 86) menyatakan

bahwa tokoh adalah individu rekaan yang megalami peristiwa atau

berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

C. Kerangka Berpikir

PRAGMATIK

IMPLIKATUR

IMPLIKATUR PERCAKAPAN

FILM

1. Jenis-jenis implikatur 2. Fungsi implikatur percakapan apa

percakapan apa saja yang saja yang terdapat pada percakapan

terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut

antartokoh dalam film Merah Jambu karya Raditya Dika?

Marmut Merah Jambu karya

SIMAK+CATAT  INVENTARISASI
 IDENTIFIKASI
JENIS-JENIS  KLASIFIKASI
IMPLIKATUR  TAPSIR
KESIMPULAN
FUNGSI
IMPLIKATUR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai

penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan

cermat mengenai fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi tertentu

(Zuriah, 2005: 14). Artinya dalam penelitian ini peneliti mengamati dan

melakukan analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika melalui pendekatan terhadap

percakapan yang terdapat di dalamnya. Kemudian, peneliti

mendeskripsikan jenis serta fungsi implikatur yang terkandung di dalam

setiap percakapan tersebut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

beberapa metode alamiah (Moleong, 2006: 6).

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Penelitian ini bersifat deskriptif karena mendeskripsikan jenis

implikatur dan fungsinya yang terdapat dalam film Marmut Merah Jambu

karya Raditya Dika.

B. Sumber Data dan Penelitian

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika. Data yang dikumpulkan dari film

tersebut untuk kepentingan penelitian ini berupa percakapan antartokohnya

yang dicurigai mengandung implikatur percakapan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dapat diartikan sebagai suatu cara yang kita gunakan untuk

memperoleh data. Data adalah hasil akhir yang diperoleh. Penelitian ini

merupakan penelitian guna mencari jenis dan fungsi implikatur

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya

Dika. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

dengan teknik simak dan catat. Peneliti secara langsung menyimak setiap

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya

Dika, kemudian secara teliti peneliti mencatat percakapan-percakapan

antartokohnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

D. Instrumen Penelitian

Menurut pendapat Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, cepat, dan sistematis sehingga mudah diolah. Peneliti

menggunakan kemampuannya sendiri ketika menyimak percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Peneliti

menggunakan buku catatan guna mencatat setiap percakapan

antartokohnya yang mengandung implikatur.

E. Teknik Analisis Data

Bodgan dan Biklen (Syamsuddin, 2007: 110) menyatakan bahwa

analisis data adalah pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan

untuk meningkatkan pemahaman kepada orang lain.

Menurut Nurastuti (2007: 130) teknik analisis data dibedakan menjadi

dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis deskriptif

adalah analisis penelitian dengan merinci dan menjelaskan dengan rinci

dan menjelaskan dengan panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam

bentuk kalimat. Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini menghasilkan

data yang berupa kata-kata dari percakapan antartokoh dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika, sehingga penelitian ini dapat

digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Dalam teknik analisis data,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

peneliti menginventarisasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan terakhir

menafsirkan data yang berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika ke dalam bentuk deskripsi.

F. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Peneliti

melibatkan bantuan dari dosen selain dosen pembimbing, yaitu Dr. Y.

Karmin, M.Pd.. Beliau berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta

melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek yang diteliti oleh

peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika

Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah salah satu film

yang disutradarai, diperankan, dan ceritanya ditulis langsung oleh Radiya

Dika. Film ini ber-genre komedi. Banyak dialog antartokohnya yang mampu

menghibur para penonton.

Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika menceritakan kisah kilas

balik (flashback) masa remaja seorang siswa SMA bernama Dika dan teman-

temannya. Peran Dika sebagai tokoh utama dalam film tersebut diperankan

oleh Christoffer Nelwan sebagai Dika ketika SMA dan Raditya Dika ketika

dewasa. Dika (dewasa) menemui Bapak Ina (diperankan oleh Tio

Pakusodewo) untuk memberikan 1000 burung bangau kertas yang dibuatnya

sebagai hadiah untuk pernikahan Ina (diperankan oleh Anjani). Hadiah itu

sengaja diberikan oleh Dika untuk memenuhi janjinya kepada Ina sewaktu

mereka masih SMA. Ina merupakan gadis yang disukai Dika di SMA.

Ketika mengunjungi rumah Ina untuk memberikan hadiah, Dika tidak

mendapat sambutan hangat dari Bapak Ina. Hal ini dikarenakan Bapak Ina

menyangka bahwa Dika adalah orang yang menyebabkan dirinya terluka

sewaktu Ina merayakan ulang tahun di masa SMA. Dika pun mencoba

meyakinkan Bapak Ina bahwa dia bukanlah orang yang melakukan tindakan

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

tersebut. Dika menyakinkan Bapak Ina dengan cara menceritakan bagaimana

kejadian sebenarnya saat itu (saat Bapak Ina terluka oleh alat sengat listrik).

Dika diberikan waktu terbatas oleh Bapak Ina untuk menceritakan semua

kejadian yang sebenarnya terjadi. Dika menceritakan kronologis kejadian

dimulai dari ia masih SMA. Dika menceritakan bagaimana ia menyukai Ina

ketika masih SMA dan bagaimana perjuangannya bersama sahabatnya

(Bertus) yang ingin menjadi siswa popular di SMA. Keinginan Dika menjadi

popular sendiri dilatarbelakangi karena Dika menyukai Ina. Ia menganggap

satu-satunya cara mendapatkan Ina adalah dengan menjadi siswa popular

(terkenal) di SMA.

Berbagai cara dilakukan Dika dan Bertus untuk menjadi terkenal di

sekolah. Sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuat sebuah

Grup Detektif. Grup tersebut dibuat untuk mengungkapkan kejahatan-

kejahatan yang terjadi di sekolah. Grup Detektif awalnya hanya terdiri dari 2

orang, yaitu Bertus dan Dika. Kemudian bertambah 1 anggota lagi, yaitu Sindi

(diperanan oleh Sonya Pandarmawan ketika SMA dan Frada ketika dewasa).

Sindi adalah siswi perempuan yang tertarik dengan Grup Detektif karena

menganggap grup tersebut berbeda dengan grup-grup atau ekskul lainnya yang

ada di sekolah mereka. Grup Detektif kemudian menjadi popular di sekolah

lantaran mereka berhasil memecahkan berbagai kasus kejahatan yang terjadi

di sekolah. Grup Detektif mereka dikenal sebagai “Tiga Sekawan”.

Salah satu kasus terbesar yang diterima oleh Grup Tiga Sekawan adalah

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Kasus tersebut justru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

dimanfaatkan oleh Dika untuk menjatuhkan Michael. Michael adalah laki-laki

popular di sekolah yang disukai Ina. Dika dengan sengaja menuduh Michael

sebagai pelaku kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika

melakukan hal itu supaya Ina dapat menjauh dari Michael dan ia dapat

mencuri kesempatan untuk mendekati Ina.

Maksud terselubung yang direncanakan Dika selama menangani kasus

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah akhirnya diketahui para

sahabatnya (Bertus dan Sindi). Mereka mengetahui bahwa Dika telah

memfitnah Michael demi kepentingan pribadinya sendiri. Hal tersebut

membuat mereka marah dan menjauhi Dika. Tidak hanya itu, kepala sekolah

pun akhirnya memutuskan kerja sama dengan Grup Tiga Sekawan karena

Dika tidak berhasil membuktikan tuduhannya terhadap Michael. Kasus

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah pun tidak pernah terpecahkan

sejak saat itu.

Dika (dewasa) menceritakan semua kejadian di masa SMA-nya secara

runtut kepada Bapak Ina. Termasuk kisah ketika Bertus (SMA) tidak sengaja

melukai Bapak Ina dengan alat sengat listrik di pesta ulang tahun Ina. Setelah

menceritakan semua, barulah Bapak Ina ingat bahwa yang menyebabkan ia

terluka terkena alat sengat listrik memang bukan Dika melainkan Bertus. Usai

menceritakan kisahnya, barulah Dika ingat pula tentang kasus ancaman

pembunuhan kepala sekolah yang belum terpecahkan sampai ia dewasa. Ia

lantas mengubungi Bertus teman SMA-nya dahulu, mereka kemudian ke

sekolah untuk melihat gambar grafity iblis yang terdapat di tembok sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Gambar tersebut merupakan jejak kasus ancaman pembunuhan terhadap

kepala sekolah. Dika mengamati gambar grafity tersebut, ia menyadari bahwa

gambar tersebut bukanlah gambar iblis melainkan gambar marmut merah

jambu. Gambar yang sama persis terdapat pada sapu tangan pemberian Sindi

semasa mereka masih SMA.

Dika menyadari bahwa kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala

sekolah adalah sebuah kekeliruan. Kasus tersebut sebenarnya sengaja dibuat

oleh Sindi, salah satu anggota Grup Detektif Tiga Sekawan yang ditujukan

untuk Dika. Melalui kasus itu, Sindi ingin menyampaikan pesan bahwa

sebenarnya ia menyukai Dika. Dika tidak pernah menyadari hal tersebut,

kesalahpahaman justru muncul lantaran kepala sekolah menyangka kasus itu

adalah ancaman pembunuhan terhadap dirinya.

Akhirnya, Dika memutuskan untuk mencari keberadaan Sindi. Tepat di

acara pernikahan Ina, Dika sengaja hadir untuk bertemu dengan Sindi. Ia tahu

bahwa Sindi akan hadir dalam acara pernikahan tersebut. Setelah mereka

berdua bertemu, Dika pun langsung memaparkan hipotesanya mengenai kasus

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah kepada Sindi. Dika ingin

memastikan dan memperoleh kebenaran bahwa pesan dalam kasus tersebut

sengaja dibuat Sindi untuk dirinya. Sindi mengiyakan kebenaran hipotesa

tersebut. Sindi juga memaparkan bagaimana ia sebenarnya sangat menyukai

Dika sejak mereka masih SMA. Selama 11 tahun Sindi masih menantikan

Dika sebagai cinta pertamanya. Kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala

sekolah yang bertahun-tahun tidak terpecahkan akhirnya terungkap hari itu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Dika dan Sindi pun akhirnya menjalin hubungan “pacaran” setelah keduanya

saling terbuka akan perasaan masing-masing.

B. Deskripsi Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah percakapan-percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Data

diambil melalui simak catat film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika

yang berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Bahasa yang digunakan dalam film

ini adalah bahasa Indonesia yang tidak baku. Data penetitian pun dalam

bentuk percakapan bahasa Indonesia yang tidak baku. Peneliti menemukan 31

data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya

Dika yang mengandung implikatur percakapan. Data implikatur percakapan

tersebut dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang akan terjawab pada

hasil analisis data.

C. Hasil Analisis Data

Hasil analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Mamut Merah

Jambu karya Raditya Dika meliputi dua bagian, yaitu pertama menemukan

percakapan yang mengandung implikatur kemudian mengklasifikasi jenis-

jenis implikaturnya. Kedua, menemukan fungsi implikatur yang terkandung di

dalamnya.

Melalui analisis yang dilakukan, peneliti menemukan 31 data percakapan

yang mengandung implikatur. Data tersebut diklasifikasi dan diidentifikasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

berdasarkan jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya. Berikut ini

merupakan pemaparan jenis-jenis implikatur dan fungsi implikatur yang

ditemukan oleh peneliti.

1. Jenis-jenis implikatur percakapan

Implikatur percakapan yang ditemukan dalam film Marmut Merah

Jambu karya Raditya Dika telah diklasifikasi dan diidentifikasi oleh

peneliti. Implikatur percakapan diklasifikasi berdasarkan jenis-jenisnya

menggunakan landasan teori para ahli seperti yang sudah dipaparkan

sebelumnya. Setiap jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam

film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika dipaparkan sebagai

berikut.

1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK)

Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus (IPK)

adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di

mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena

itu, implikatur percakapan khusus (IPK) membutuhkan konteks dan

latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang

diperlukan. Implikatur percakapan khusus (IPK) muncul karena faktor

khusus yang melekat di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh

kalimat yang dipakai.

Peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam

film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung

implikatur percakapan khusus (IPK). Data-data implikatur percakapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

khusus (IPK) tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri

penanda dan wujud percakapannya. Perlu diketahui bahwa implikatur

dalam suatu percakapan tidak terungkap atau tampak pada proposisi

makna tuturan. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur ini peneliti

ingin menunjukkan bahwa implikatur yang terkandung dalam

percakapan pasti berbeda dengan makna tuturannya. Hal ini karena

hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya

itu tidak bersifat mutlak harus ada (Rahardi, 2003: 85). Perhatikan

implikatur percakapan khusus (IPK) berikut.

a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis

Hiperbolis artinya bersifat berlebih-lebihan (KBBI, 2005: 403).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus

hiperbolis adalah suatu percakapan yang didalamnya mengandung

implikatur percakapan khusus dan dituturkan secara berlebih-

lebihan. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus

hiperbolis berikut.

1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”


Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
(Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa
A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya)

Percakapan data 1) mengandung implikatur percakapan khusus

hiperbolis. Implikatur pada percakapan data 1) dapat dilihat

melalui tuturan Siswa A “Mendingan gue mati!” yang

mengimplikasikan dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar

Bertus, menjadi pacar Bertus sangatlah buruk sehingga dia lebih


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

“memilih mati”. Maksud sebenarnya dari tuturan “Mendingan gue

mati!!!” bukanlah Siswa A akan mengakhiri hidupnya tetapi Siswa

A menolak menjadi pacar Bertus. Penolakan tersebut dituturkan

dalam bentuk tuturan yang melebih-lebihkan maksud sebenarnya.

Bertus dapat menginterpretasikan implikatur pada tuturan Siswa A

lantaran ia tahu konteks percakapan yang terjadi. Bertus sudah

sering ditolak sebelumnya sehingga ia mengasumsikan informasi

yang dituturkan Siswa A secara lokal. Bertus tahu bahwa tuturan

“Mendingan gue mati!!!” tidak sama dengan arti sesungguhnya

secara umum. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa data 1)

merupakan implikatur percakapan khusus hiperbolis.

b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan

Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; sindiran

(KBBI, 2005: 286). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur

percakapan khusus ejekan adalah suatu percakapan yang

mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam

bentuk percakapan ejekan antarpenutur. Perhatikan contoh

implikatur percakapan khusus ejekan berikut.

2) Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar


kemungkinan diterimanya itu banyak.
Kalau gue nembak 100 cewek dengan
probilitas 10%, gue mungkin diterima 10
kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”
Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu
harus cocok-cocokan, lu nggak belajar
Kimia apa?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat


ni…liat”
(Konteks percakapan Bertus ingin meminta salah 1 siswa
menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang
sering ditolak saat menyatakan cinta)

3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan


cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”
Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita
bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita nikah”
Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah
ngomongin nikah!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak
terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah)

4) Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok


dipelihara. He…grup detektif itu kenapa
dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari
angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah,
ya?”
Dika : “Nggak pernah, Om”
(Konteks percakapan Dika membuat grup detektif aneh yang
sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi
terkenal)

Percakapan data 2) mengandung implikatur percakapan khusus

ejekan. Tuturan Dika pada data 2) “Ber…tapi yang namanya dua

unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?”

mengimplikasikan peringatan kepada Bertus bahwa untuk diterima

(saat menembak) kedua belah pihak harus saling memiliki

ketertarikan. Mereka saling mengejek dengan mengaitkan cara

menyatakan cinta sesuai rumus Matematika dan Kimia. Meskipun

mereka membicarakan mengenai mata pelajaran, mereka saling

mengetahui bahwa percakapan yang terjadi diantara mereka

memiliki hubungan yang tidak terungkap secara literal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Implikatur percakapan pada data 3) dapat dilihat melalui

tuturan Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah

ngomongin nikah!”, tuturan tersebut berupa ejekan Dika untuk

Bertus yang belum berani sunat namun implikasinya berupa

penegaskan bahwa belum sepantasnya Bertus berpikir ataupun

membicarakan pernikahan. Bertus dapat menginterpretasikan

maksud dalam tuturan Dika karena mengetahui konteks percakapan

yang terjadi. Pemaparan tersebut membuktikan percakapan data 3)

merupakan implikatur percakapan khusus ejekan.

Pada percakapan data 4) Bapak Ina menuturkan

“Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup

detektif itu kenapa dibikin lagi?...” implikasinya kesal terhadap

Dika. Ia mengungkapkan kekesalan atas tingkah Dika dengan

mengejeknya menggunakan kata goblok. Pertanyaan yang diajukan

Bapak Ina seputar jatuh dari angkot hanya kiasan untuk mengejek

Dika. Hubungan “Jatuh dari angkot kepalanya duluan”

dimaksudkan untuk mengungkapkan betapa bodohnya Dika dimata

Bapaj Ina. Grup detektif seharusnya tidak dibuat lagi karena itu

tindakan bodoh. Konteksnya Dika (ketika SMA) selalu melakukan

hal-hal keliru dan bodoh untuk menjadi terkenal.

c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan

Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata

supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus

permintaan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur

percakapan khusus dan dituturkan dalam wujud tuturan meminta.

Perhatikan contoh implikatur pecakapan khusus permintaan

berikut.

5) Bertus (SMA) : “Kenapa lu?!”


Dika (SMA) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue
lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu,
tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue
bayar ke elu lagi”
Bertus (SMA) : “Ok…ok”
Dika (SMA) : “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar
(makasih). Ber, lu bener. Kita emang harus
jadi populer”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika
merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin
berbaikan dengan Bertus)

6) Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas


makanan Michael di kantin)”
Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat
kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama
gue”
(Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting.
Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan
terhadap kepala sekolah dan Bertus meragukan tuduhan
tersebut)

7) Sindi : “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah


nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu
inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA?
Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak
nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah
ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue
nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang
gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak
marmut lucu warna merah jambu yang berada di
sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal
dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak,


Dik?”
Dika : “Berhenti yuk”
(Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun
tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya)

Implikatur percakapan data 5) mengandung implikatur

percakapan khusus, hal tersebut dapat dilihat dari tuturan Dika

“Siomay itu biar gue yang bayar”. Tuturan tersebut implikaturnya

Dika ingin berbaikkan dengan Bertus. Implikatur tersebut

mewakili permintaan maaf kepada Bertus sekaligus tanda bahwa ia

setuju mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal. Mitra tutur

dapat menginterpretasikan maksud lain atas tuturan dan sikap Dika

dengan melihat konteks percakapan yang terjadi.

Implikatur percakapan data 6) dapat dilihat melalui tuturan

Dika “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak

Dara. Lu percaya deh sama gue” implikasinya meyakinkan Bertus

agar percaya dengan tindakannya. Bertus menuturkan “Perlu

banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di

kantin)” karena ia ragu apakah tindakan yang mereka lakukan

memang diperlukan dalam penyelidikan kasus ancaman

pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika sudah pernah berhasil

memecahkan kasus sebelumnya sehingga Bertus percaya saja

dengan tindakan yang dilakukan Dika. Selain itu, Bertus juga

mengenal Dika sebagai sahabat yang pantas dipercayai, maka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

peneliri menyimpulkan bahwa data 6) mengandung implikatur

percakapan khusus permintaan.

Data percakapan 7) mengandung implikatur percakapan khusus

(IPK). Hal tersebut dibuktikan melalui tuturan Dika “Berhenti yuk”

yang implikasinya meminta Sindi menjadi pacarnya. Implikatur

tersebut mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat

konteks percakapan yang terjadi.

d. Implikatur Percakapan Penolakan

Penolakan berasal dari kata dasar tolak. Penolakan artinya

proses, cara, perbuatan menolak (KBBI. 2005: 1204). Peneliti

menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus penolakan

adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan

khusus dan dituturkan dalam tuturan penolakan. Perhatikan contoh

implikatur percakapan khusus penolakan berikut.

8) Dika : “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?”


Siswa B : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon
hubungi beberapa saat lagi”
(Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan
sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service
karena malas menjawab telepon Dika)

9) Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa ya?”


Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang
terakhir kali liat bola itu?”
Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah
kasus penting”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi.
Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang
mereka lakukan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

10) Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!”


Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih
masuk akal Bu”
Kepsek : “Cukup!”
(Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak
dapat membuktikan tuduhan tersebut)

Implikatur percakapan data 8) dapat dilihat melalui tuturan

Siswa B “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon

hubungi beberapa saat lagi” yang implikasinya menolak

permintaan Dika. Siswa B berpura-pura menjadi customer service

karena tidak ingin berbicara dengan Dika yang artinya sama saja

dia menolak menjadi pacar Dika. Implikasi dalam tuturan Siswa B

dapat dimengerti dan diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan

dengan melihat konteks percakapannya. Siswa B mengetahui latar

belakang Dika yang sering melakukan hal sama kepada siswa

perempuan lain di sekolahnya.

Implikatur percakapan data 9) dapat dilihat melalui tuturan

Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting”

yang mengimplikasikan bahwa mereka (Bertus dan Dika) tidak

ingin Sindi terlibat dalam penyelidikan kasus hilangnya bola volli.

Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Sindi. Konteks

percakapan data 9) terjadi ketika Bertus dan Dika sedang

melakukan penyelidikan kasus pertama yang mereka terima

sebagai sebuah grup detektif. Sindi tiba-tiba berbaur saat

penyelidikan kasus tanpa diinginkan. Sindi dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

menginterpretasikan maksud tuturan Dika sebagai bentuk

penolakan akan kehadirannya karena ia mengetahui konteks

percakapan yang terjadi. Tanpa mengetahui konteks percakapan,

bisa saja orang salah dalam menginterpretasikan tuturan Dika,

maka peneliti menyimpulkan bahwa data 9) termasuk implikatur

percakapan khusus penolakan.

Implikatur percakapan data 10) dapat dilihat melalui tuturan

kepala sekolah “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!” yang

implikasinya berupa kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap grup

detektif. Tuturan tersebut semakin dikuatkan dengan tuturan

berikutnya “Cukup!” yang memberikan ketegasan bahwa kepala

sekolah menolak penjelasan yang diberikan oleh gurp detektif. Ia

tidak ingin memberikan kesempatan lagi kepada grup detektif

untuk membuktikan tuduhan mereka terhadap Michael. Data 10)

termasuk implikatur percakapan khusus penolakan.

e. Implikatur Percakapan Khusus Tuduhan

Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil

menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus

tuduhan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur

percakapan khusus dan dituturkan dalam tuturan menuduh pihak

lain. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus tuduhan

berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

11) Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?”


Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis
surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng.
Ibu kantin!”
Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-
gini juga kali!”
(Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari
tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS.
Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa
bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)

Implikatur percakapan data 11) dapat dilihat melalui tuturan

Sindi (SMA) “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga

kali!” yang implikasinya kesal terhadap Bertus yang menuduh Ibu

Kantin. Implikatur dalam tuturan tersebut dapat diinterpretasikan

maknanya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Bertus

menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengiriman surat kaleng

kepada ketua OSIS padahal ia tidak memiliki bukti apapun. Bertus

memang ia sering bertindak sembarangan seperti itu sebelumnya.

Implikatur percakapan khusus yang terkandung pada data 11)

adalah tuduhan Bertus terhadap Ibu Kantin merupakan hal yang

salah.

f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan

Kesepakatan artinya setuju; perihal sepakat (KBBI, 2005:

1042). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan

khusus kesepakatan adalah suatu percakapan yang didalamnya

mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan

sehingga terjadi suatu kesepakatan antara penutur dan mitra tutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus kesepakatan

berikut.

12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak”


Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?”
Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich”
Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?”
Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ”
Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?”
(Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael
tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan
dirinya ke Michael)

Implikatur percakapan data 12) dapat dilihat melalui tuturan

Ina “Oops… aduh, eh ketabrak” implikasinya agar Michael

merespons tindakannya. Ina berharap Michael mengajaknya duduk

bersama. Implikatur percakapan pada data 12) tersebut dapat

dipahami dengan melihat konteks percakapan yang terjadi.

Percakapan yang terjadi menghasilkan sebuah kesepakatan antara

Ina dan Michael yang saling memaafkan dan akhirnya duduk

bersama. Apa yang menjadi implikasi dalam tuturan Ina akhirnya

tercapai. Implikatur percakapan data 12) termasuk implikatur

percakapan khusus kesepakatan.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa terdapat enam jenis implikatur percakapan khusus (IPK) pada

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya

Raditya Dika. Enam jenis implikatur percakapan khusus (IPK), yaitu

IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK

tuduhan, dan IPK kesepakatan. Pemaparan pada masing-masing jenis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

implikatur percakapan khusus (IPK) di atas memudahkan pembaca

memahami implikatur percakapan khusus (IPK) secara lebih spesifik.

Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan khusus

(IPK) seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan khusus

(IPK) selalu membutuhkan konteks untuk menginterpretasikan maksud

tuturan, pendengar mengasumsikan informasi secara lokal (artinya

sebatas lingkup percakapan), penutur yang terlibat dalam percakapan

memiliki latar belakang pengetahuan khusus (budaya, asal, perilaku,

dan/atau kebiasaan) yang sama, dan penutur yang telibat dalam

percakapan harus memiliki dasar pengetahuan umum yang sama

sehingga tidak menimbulkan salah paham.

Peneliti juga menemukan ciri penanda lain dalam implikatur

percakapan khusus (IPK) selain yang sudah dipaparkan sebelumnya.

Implikatur percakapan khusus (IPK) selalu melanggar maksim,

khususnya maksim hubungan. George Yule (2006: 78) menyatakan

bahwa implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Cummings (2007: 18) juga menyatakan bahwa

sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja

melanggar maksim telah memperoleh nama-nama khusus dan sejauh

ini telah dibahas dalam lingkaran sastra seperti yang ada dalam

berbagai lingkaran linguistik.

Implikatur percakapan khusus (IPK) pada percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika terbukti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

melanggar maksim, khususnya maksim tindakan. Perhatikan contoh

berikut.

a. IPK Hiperbolis
1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”
Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
(Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa
A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya)

b. IPK Ejekan
3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan
cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”
Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita
bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita nikah”
Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah
ngomongin nikah!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak
terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah)

c. IPK Permintaan
5) Bertus (SMA) : “Kenapa lu?!”
Dika (SMA) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue
lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu,
tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue
bayar ke elu lagi”
Bertus (SMA) : “Ok…ok”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika
merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin
berbaikan dengan Bertus)

d. IPK Penolakan
9) Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa ya?”
Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang
terakhir kali liat bola itu?”
Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah
kasus penting”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi.
Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang
mereka lakukan)

e. IPK Tuduhan
11) Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis


surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng.
Ibu kantin!”
Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-
gini juga kali!”
(Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari
tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS.
Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa
bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)

f. IPK Kesepakatan
12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak”
Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?”
Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich”
Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?”
Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ”
Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?”
(Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael
tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan
dirinya ke Michael)

Berikut ini merupakan pemaparan yang membuktikan bahwa

implikatur percakapan khusus (IPK) melanggar maksim, khususnya

maksim hubungan.

Implikatur percakapan khusus hiperbolis pada data percakapan 1)

melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan

Siswa A “Mendingan gue mati!!!” yang implikasinya menolak menjadi

pacar Bertus. Siswa A menggunakan tuturan tersebut untuk menjawab

pertanyaan Bertus “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”. Bertus

menanyakan apakah Siswa A mau menjadi pacaranya, namun jawaban

Siswa A justru tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang

diajukan. Selaras dengan maksim hubungan, Siswa A seharusnya

menjawab “Iya, mau” untuk menerima atau “Saya tidak mau” untuk

menolak. Meskipun terlihat tidak memiliki hubungan, implikatur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

percakapan dalam tuturan Siswa A sesungguhnya mewakili jawaban

bahwa ia menolak menjadi pacar Bertus.

Implikatur percakapan khusus ejekan pada data percakapan 3)

melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan

Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin

nikah!” saat menanggapi tuturan Bertus “Dik…gini gini, lu tahu kan?

Di SMA itu kita…”. Tanggapan Dika tersebut tidak relevan untuk

menanggapi tuturan Bertus. Bertus membicarakan mengenai urusan

“jodoh” dan “pernikahan” tetapi Dika justru menanggapi dengan

membahas masalah “sunat”. Keterkaitan percakapan keduannya

terdapat pada implikatur yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa

belum sepantasnya Bertus berpikir ataupun membicarakan pernikahan.

Implikatur percakapan khusus permintaan pada data percakapan 5)

melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan

Dika “Siomay itu biar gue yang bayar…” saat menjawab pertanyaan

Bertus “Kenapa lu?!”, jawaban Dika tidak relevan dengan pertanyaan

yang diajukan Bertus. Selaras dengan maksim hubungan, Dika

seharusnya memberikan jawaban “Nggak papa” untuk menerangkan

keadaannya. Pemaparan tersebut membuktikan implikatur percakapan

data 5) melanggar maksim hubungan.

Implikatur percakapan khusus penolakan pada data percakapan 9)

melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan

Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

menjawab pertanyaan Sindi “…Udah dipastiin siapa yang terakhir

kali liat bola itu?”, jawaban yang diberikan tidak relevan dengan

pertanyaan yang diajukan. Tampak tidak ada hubungan antara tuturan

Dika dengan Sindi. Keduanya saling mengetahui implikatur

percakapan yang terkandung dalam percakapan mereka sehingga

mereka tidak gagal dalam berkomunikasi.

Implikatur percakapan khusus tuduhan pada data percakapan 11)

melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan

Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!” yang

tidak relevan dalam menanggapi tuturan Bertus. Bertus memberikan

tuduhan tidak masuk akal kepada Ibu Kantin yang diduganya

mengirim surat kaleng untuk ketua OSIS. Selaras dengan maksim

hubungan seharusnya tanggapan yang diberikan Sindi “Apa alasannya

lu nuduh Ibu Kantin?” atau “Kenapa Ibu Kantin?” agar percakapan

mereka terlihat relevan.

Implikatur percakapan khusus kesepakatan pada data percakapan

12) melanggar maksim hubungan. Hal ini dibuktikan dari tuturan Ina

“Oops…aduh eh ketabrak” yang menjadi tidak relevan jika

mengetahui konteks sesungguhnya tuturan itu terjadi. Ina menabrakkan

diri dengan sengaja ke Michael, tetapi Michael justru menuturkan

“Sorry Na, lu nggak papa?”. Selaras dengan maksim hubungan,

seharusnya yang menuturkan “sorry” atau “maaf” adalah Ina karena ia

yang bertindak salah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Pemaparan di atas membuktikan bahwa implikatur percakapan

khusus (IPK) melanggar maksim hubungan. Kendati percakapan yang

terjadi tampak tidak relevan, komunikasi antarpenutur tetap berjalan

lancar. Hal tersebut karena penutur dan mitra tutur dapat

menginterpretasikan implikatur yang terkandung di dalam percakapan

yang terjadi.

1.2 Implikatur Percakapan Umum (IPU)

Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur umum

merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan.

Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan

mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur

kata yang dipakai. Implikatur percakapan umum (IPU) muncul karena

kata-kata tertentu dalam ujaran yang membawa implikatur tertentu.

Peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam

film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung

implikatur percakapan umum (IPU). Data-data percakapan tersebut

diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud

percakapannya. Perhatikan implikatur percakapan umum (IPU)

berikut.

a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan

Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata

supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

permintaan artinya suatu percakapan yang wujudnya berupa

percakapan permintaan dan di dalamnya mengandung implikatur

percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan

umum permintaan berikut.

13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen


nongkrong di sini”
Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi
agak kotor sedikit. Dik bangun Dik,
bangun bangun. Nggak papa, ini agak
kotor (sambil mengelap bangku bekas
mereka duduk)”
(Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama teman-
temannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh
Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah)

14) Dika : “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan


per…em…gimana kalau ceritanya, saya
langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om?
Jadi sebulan kemudian…”
Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa
cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok
loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?!
Yang bener! Terus…terus!”
(Konteks percakapan, Bapak Ina sangat galak. Dika diberi
waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin
mempersingkat ceritanya)

15) Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja,


Om?”
Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek
kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya)
Lampu!”
(Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi
ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut
dengan Bapak Ina)

Implikatur perckapan data 13) dapat dilihat melalui tuturan

Michael “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen nongkrong di sini”

implikasinya mengusir Dika dan Bertus. Michael dan teman-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

temannya ingin duduk di bangku yang sudah diduduki Dika dan

Bertus terlebih dahulu. Secara tidak langsung Michael meminta

agar Dika dan Bertus pergi dari tempat tersebut. Bertus dan Dika

dapat menginterpretasikan tuturan Michael meskipun mereka

mengabaikan konteks percakapan. Melalui struktur kata

“Nongkrong di sini” mengasumsikan sebuah informasi bahwa yang

dimaksud adalah di tempat duduk yang tadinya ditempati oleh

Dika dan Bertus. Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa data 13) merupakan implikatur percakapan umum

permintaan.

Implikatur percakapan data 14) dapat dilihat melalui tuturan

Bapak Ina “…Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita

kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener!

Terus…terus!” implikasinya ia ingin Dika menceritakan masa

SMA-nya secara runtut dan jelas. Implikatur dalam tuturan

menunjukkan Bapak Ina meminta Dika melakukan yang ia

inginkan. Dika diberi waktu terbatas oleh Bapak Ina untuk

menjelaskan maksud kedatangannya dengan menceritakan

kronologisnya dimulai dari ia SMA. Sebagaimana diketahui bahwa

implikatur percakapan umum (IPU) muncul karena kata-kata

tertentu yang membawa implikatur tertentu, maka mitra tutur

dalam percakapan data 14) dapat menginterpretasikan makna

tuturan penutur hanya dengan melihat kata-katanya. “…Cerita kok


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener!” artinya

hal yang benar menurut Bapak Ina adalah bahwa Dika seharusnya

bercerita dengan tidak “loncat-loncat” atau “runtut”. Melalui

pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa data 14) termasuk

implikatur percakapan umum permintaan.

Implikatur percakapan data 15) dapat dilihat melalui tuturan

Dika “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?”

implikasinya menyampaikan informasi bahwa lampu belum

dinyalakan dan situasi gelap. Secara tidak langsung Dika meminta

agar lampu dinyalakan. Meskipun tidak melihat dan mengetahui

konteks percakapan secara khusus, pilihan kata “lampunya”

membuat mitra tutur mampu menginterpretasikan implikatur

tuturan Dika.

b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan

Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil

menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum

tuduhan artinya suatu percakapan yang wujudnya tuduhan dan

mengandung suatu implikatur percakapan umum. Perhatikan

contoh implikatur percakapan umum tuduhan berikut.

16) Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!”


Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita
popular?”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena
luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah
mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng


untuk ketua OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang
nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh
Bertus…kamu masih banyak hutang di
sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)”
(Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya
kepada Ibu Kantin)

Implikatur percakapan data 16) dapat dilihat melalui tuturan

Dika “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” implikasinya

menyalahkan Bertus sebagai penyebab atas apa yang menimpa

mereka. Mereka mencoba terkenal dengan cara yang disarankan

Bertus tetapi justru membuat beberapa teman sekolahnya merasa

terganggu dan akhirnya melukai mereka. Struktur kalimat “kayak

gini!” memberikan petunjuk akan dampak yang diakibatkan oleh

tindakan Bertus. Bertus sepenuhnya dapat menginterpretasikan

maksud tuturan Dika tersebut dengan melihat struktur kata yang

digunakan.

Sepintas percakapan data 17) berwujud tuduhan karena Bertus

menanyakan suatu hal yang indikasinya menuduh Ibu Kantin

sebagai pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS.

Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat melalui tuturan Ibu

Kantin “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon

makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang

di sini!”. Implikatur dalam tuturan itu adalah Ibu Kantin meminta

Bertus membayar hutangnya atau dengan kata lain menagih hutang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Bertus. Bertus sebagai mitra tutur dapat menginterpretasikan

implikatur tuturan tersebut dengan melihat struktur kata yang

digunakan.

c. Implikatur Percakapan Umum Laporan (Memberitahu)

Laporan artinya memberitahukan; segala sesuatu yang

dilaporkan (KBBI, 2005: 540). Peneliti menyimpulkan bahwa

implikatur percakapan umum laporan adalah suatu percakapan

yang wujudnya berupa pemberitahuan dan mengandung implikatur

percakapan umum di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur

percakapan umum laporan (memberitahu) berikut.

18) Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan


kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih
goblok-goblok”
Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja
nggak bisa mecahin kasus itu Om!”
Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian
itu pada goblok. Ya?”
(Konteks percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus
ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina
tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu)

19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok


ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue
ambil sampelnya di lapangan tadi”
Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”
(Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar
menjauhi Michael. Dika menyukai Ina)

Implikatur percakapan data 18) dapat dilihat melalui tuturan

Dika “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa

mecahin kasus itu Om!” implikasinya memberi penegasan berupa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

informasi bahwa kasus yang ditanganinya memang sulit sehingga

orang sepintar Sindi pun tidak dapat memecahkan kasus tersebut.

Secara tidak langsung Dika juga menyampaikan bahwa

kemampuan Sindi lebih baik dari Dika dan Bertus. Mitra tutur

dapat menginterpretasikan maksud dalam tuturan Dika dengan

melihat struktur kata yang digunakan. Tuturan “paling pintar”

dalam tuturan Dika telah mewakili sebuah informasi bahwa

kemampuan/kepintaran Dika dan Bertus masih di bawah Sindi.

Implikatur percakapan data 19) dapat dilihat melalui tuturan

Ina “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”. Tuturan tersebut

mengimplikasikan penegasan bahwa menurut Ina normal jika ketek

seseorang terutama Michael basah sebab Dika pun demikian.

Tuturan Ina tersebut sekaligus memberitahukan kepada Dika

bahwa Ina tidak merasa bermasalah dengan keringat Michael.

Implikatur dalam tuturan Ina dapat diinterpretasikan maknanya

dengan melihat konteks percakapan yang terjadi.

d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan

Penyangkalan berasal dari kata dasar sangkal yang artinya

bantah; tidak membenarkan. Penyangkalan yaitu proses, cara,

perbuatan menyangkal (KBBI, 2005: 995). Peneliti menimpulkan

bahwa implikatur percakapan umum penyangkalan adalah

percakapan penyangkalan yang mengandung implikatur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan

umum penyangkalan berikut.

20) Sindi (SMA) : “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya


emang kita datangin aja alamatnya”
Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak
gitu dari tadi”
Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!”
(Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi
untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal
sarannya tersebut benar)

Implikatur percakapan data 20) dapat dilihat dalam tuturan

Sindi “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita

datangin aja alamatnya” implikasinya berupa pernyataan bahwa

Sindi sebelumnya telah menyarankan hal yang benar namun Bertus

tidak mempercayainya. Implikasi dalam tuturan tersebut dapat

diinterpretasikan oleh Bertus meskipun tidak melihat konteks

percakapan yang terjadi. Oleh karena itu Bertus menyangkal apa

yang dituturkan Sindi. Bertus menyangkal bahwa tadinya ia tidak

mempercayai saran Sindi. Melalui pemaparan tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa implikatur percakapan data 20) merupakan

implikatur percakapan umum penyangkalan.

e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan

Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; sindiran

(KBBI, 2005: 286). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur

percakapan umum ejekan adalah suatu percakapan yang wujudnya

berupa percakapan mengejek dan mengandung implikatur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

percakapan umum di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur

percakapan umum ejekan berikut.

21) Bapak Ina : “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi
padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em
2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pakai cabe
nggak? (tanya kepada Dika)”
Dika : “Enggak Om”
Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pakai cabe sih?”
Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang
banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes”
(Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang
yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut
mengatakannya karena Bapak Ina galak)

Wujud percakapan data 21) adalah percakapan ejekan, Bapak

Ina mengejek Dika dengan istilah “cemen”. Implikatur percakapan

data 21) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Eh…iya Om. Maksud

saya pakai cabe yang banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes”

yang implikaturnya ia tidak suka dan tidak mau makan pedas.

Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud tuturan tersebut

dengan melihat struktur kata yang dipakai dalam tuturannya.

“…pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedes”

intinya bahwa yang diinginkan Dika adalah makanan yang tidak

pedas. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa data

21) mengandung implikatur percakapan umum ejekan.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa terdapat lima jenis implikatur percakapan umum (IPU) pada

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya

Raditya Dika. Lima jenis implikatur percakapan umum (IPU), yaitu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU

penyangkalan, dan IPU ejekan. Pemaparan pada masing-masing jenis

implikatur percakapan umum (IPU) di atas memudahkan pembaca

memahami implikatur percakapan umum (IPU) secara lebih spesifik.

Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan umum (IPU)

seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan umum (IPU)

memiliki beberapa ciri penanda. Ciri penanda tersebut, yaitu

implikatur percakapan umum (IPU) tidak memerlukan konteks tuturan

untuk menginterpretasikan maksud yang terkandung di dalamnya dan

penginterpretasian makna dapat dilakukan hanya dengan mengamati

struktur kata yang dipakai penutur.

Selain ciri penanda yang dipaparkan di atas, implikatur pecakapan

umum (IPU) memiliki ciri melanggar maksim seperti yang telah

dikemukakan dalam implikatur percakapan khusus (IPK) sebelumnya.

Implikatur percakapan umum (IPU) pada percakapan antartokoh dalam

film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika terbukti melanggar

maksim, khususnya maksim tindakan dan maksim kualitas.

Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan umum (IPU) yang

terbukti melanggar maksim tindakan berikut.

a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan

15) Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja,


Om?”
Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek
kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya)
Lampu!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

(Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi


ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut
dengan Bapak Ina)

c. Implikatur percakapan Umum Laporan


19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok
ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue
ambil sampelnya di lapangan tadi”
Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”
(Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar
menjauhi Michael. Dika menyukai Ina)

e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan

21) Bapak Ina : “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi
padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em
2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pake cabe
nggak? (tanya kepada Dika)”
Dika : “Enggak Om”
Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?”
Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang
banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedas”
(Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang
yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut
mengatakannya karena Bapak Ina galak)

Implikatur percakapan umum permintaan pada data percakapan 15)

melanggar maksim tindakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan

“Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya

menyampaikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi

gelap. Secara tidak langsung Dika meminta agar lampu dinyalakan.

Tuturan tersebut menimbulkan ketaksaan. Kalimat Dika merupakan

kalimat pertanyaan tetapi maksudnya berupa pernyataan. Selaras

dengan maksim tindakan, akan lebih baik jika Dika menuturkan “Om,

lampunya belum dinyalakan” yang merupakan kalimat pernyataan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Implikatur percakapan umum laporan pada data 19) melanggar

maksim tindakan. Hal ini dibuktikan melalui tuturan “E…dinner! Oh

iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget.

Gue ambil sampelnya di lapangan tadi”. Ditegaskan bahwa di dalam

maksim tindakan hendaklah cerdik membuat ungkapan atau

percakapan. Sebagaimana diketahui bahwa tuturan Dika merupakan

bentuk ungkapan yang tidak jelas maksudnya. Ia menemukan sampel

keringat Michael di lapangan, hal itu tentu wajar karena saat sesorang

beraktivitas di lapangan tentu ia akan berkeringat. Ia membuat

ungkapan tidak jelas yang akhirnya melanggar maksim tindakan.

Implikatur percakapan umum ejekan pada data percakapan 21)

melanggar maksim tindakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan

Dika “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak, Om. Tapi

kalau bisa nggak pedas” yang implikasinya ia tidak ingin makan

pedas. Tuturan tersebut tentu melanggar maksim tindakan karena

terkesan panjang lebar yang tidak perlu. Dika menuturkan “Pakai cabe

yang banyak, Om” tetapi kemudian ia menuturkan lagi “Tapi kalau

bisa nggak pedas”, kedua tuturan tersebut mengandung makna

berlainan sehingga jika dituturkan bersama akan menimbulkan

ketidakjelasan. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur

percakapan umum ejekan pada data percakapan 21) melanggar maksim

tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan umum (IPU) yang

terbukti melanggar maksim kualitas berikut.

b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan

17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng


untuk ketua OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang
nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh
Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)”
(Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya
kepada Ibu Kantin)

d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan

20) Sindi (SMA) : “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya


emang kita datangin aja alamatnya”
Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak
gitu dari tadi”
Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!”
(Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi
untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal
sarannya tersebut benar)

Implikatur percakapan umum tuduhan pada percakapan data 17)

melanggar maksim kualitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan

Bertus “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua

OSIS?” yang implikasinya menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku

pengirim surat kaleng. Bertus menuturkan sebuah tuduhan kepada Ibu

Kantin tanpa memiliki bukti. Hal tersebut jelas melanggar maksim

kualitas yang mengharuskan penutur membuat informasi yang benar.

Implikatur percakapan umum penyangkalan pada percakapan data

20) melanggar maksim kualitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui

tuturan Sindi “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

datangin aja alamatnya” yang implikasinya menyalahkan Bertus.

Artinya, sebelum Sindi menuturkan demikian tentu Bertus telah

menuturkan sesuatu yang salah. Selaras dengan maksim kualitas,

seharusnya penutur membuat sesuatu informasi yang benar dan tidak

mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Pemaparan tersebut

membuktikan bahwa implikatur percakapan umum penyangkalan data

percakapan 20) melanggar maksim kualitas.

1.3 Implikatur Percakapan Berskala

Yole (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu selalu

disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai

dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-

istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian

besar, banyak, beberapa, sedikit, dan selalu, sering, kadang-kadang.

Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu

yang paling informatif dan benar (kualitas dan kuantitas).

Peneliti mengelompokkan jenis implikatur percakapan berskala

(IPB) yang ditemukan pada percakapan antartokoh dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika sesuai ciri penanda dan wujud

percakapannya. Perhatikan beberapa contoh percakapan berikut yang

mengandung implikatur percakapan berskala (IPB).

a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan (memberitahu)

Laporan artinya memberitahukan; segala sesuatu yang

dilaporkan (KBBI, 2005: 540). Peneliti menyimpulkan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

implikatur percakapan berskala laporan adalah suatu percakapan

yang wujudnya berupa pemberitahuan dan mengandung implikatur

percakapan berskala di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur

percakapan berskala laporan (memberitahu) berikut.

22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?”


Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258
kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di
jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar
lagi juga ada kasus”
Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas
mati! Di jalan banyak kejahatan!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk
ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan
mengamati jalanan di depan sekolah)

Implikatur percakapan data 22) dapat dilihat melalui tuturan

Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan

dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja,

palingan bentar lagi juga ada kasus” implikasinya memberitahu

Dika bahwa kejahatan akan terjadi di tempat itu (di depan sekolah).

Penggunaan pilihan kata “sebagian besarnya” merupakan salah

satu ciri penanda bahwa implikatur percakapan data 22) merupakan

implikatur percakapan berskala (IPB). “Sebagian besarnya”

menunjukkan skala nilai bahwa kejahatan “lebih besar” terjadi

dijalanan daripada di tempat/lokasi lain. Implikatur percakapan

data 22) merupakan implikatur percakapan berskala laporan

(memberitahu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

b. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan

Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata

supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan berskala

permintaan artinya suatu percakapan yang wujudnya berupa

percakapan permintaan dan di dalamnya mengandung implikatur

percakapan berskala. Perhatikan contoh implikatur percakapan

berskala permintaan berikut.

23) Jimmy : “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi


deh”
Vani : “Lah buat apa?”
Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket kita udah keseringan menang”
Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue
harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa
apa enggak”
(Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang
terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup
detektif)

Implikatur percakapan pada percakapan data 23) dapat dilihat

melalui tuturan Jimmy “Ya buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau

club basket kita udah keseringan menang” implikasinya

menyombongkan diri dengan memberitahukan kemenangan club-

nya. Penggunaan pilihan kata “keseringan” menunjukkan skala

nilai bahwa club basketnya “sering” atau “tidak hanya sekali,

beberapa, atau kadang-kadang” saja mendapatkan kemenangan.

Implikatur percakapan yang terbentuk dari percakapan data 23)

adalah implikatur percakapan berskala laporan (memberitahu).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

c. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan

Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil

menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215).

Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan berskala

tuduhan artinya suatu percakapan yang wujudnya tuduhan dan

mengandung implikatur percakapan berskala. Perhatikan contoh

implikatur percakapan berskala tuduhan berikut.

24) Kepsek : “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya


wangi itu?”
Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!”
Kepsek : “Nggak mungkin, masak?”
Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa
buktikan Bu”
(Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku
ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa
berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu)

Implikatur percakapan yang terkandung pada data 24) adalah

implikatur percakapan berskala tuduhan. Dika menuduh Michael

sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah.

Kepala sekolah tidak lantas percaya begitu saja atas tuduhan

tersebut mengingat bahwa Michael merupakan siswa terkenal yang

baik di sekolahan. Tuturan yang membuktikan bahwa data 24)

merupakan implikatur percakapan berskala terdapat pada tuturan

Dika “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu”. Pilihan

kata “beberapa” menunjukkan skala lebih dari satu. Implikasi

dalam tuturan tersebut adalah Dika belum dapat membuktikan

tuduhannya dan meminta tambahan waktu kepada kepala sekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

untuk membuktikannya. Melalui pemaparan tersebut dapat

disimpulkan bahwa implikatur data 24) merupakan implikatur

percakapan berskala tuduhan.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa terdapat tiga jenis implikatur percakapan berskala (IPB) pada

percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya

Raditya Dika. Tiga jenis implikatur percakapan berskala (IPB), yaitu

IPB laporan, IPB permintaan, dan IPB tuduhan. Pemaparan pada

masing-masing jenis implikatur percakapan berskala (IPB) di atas

memudahkan pembaca memahami implikatur percakapan berskala

(IPB) secara lebih spesifik.

Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan berskala

(IPB) seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan berskala

(IPB) memiliki beberapa ciri penanda. Ciri penanda tersebut, yaitu

implikatur percakapan berskala (IPB) dapat

menghiraukan/mengabaikan konteks dalam menginterpretasikan

makna implikaturnya dan menggunakan istilah-istilah untuk

mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak,

beberapa, sedikit, dan selalu, sering, kadang-kadang.

Mengenai pelanggaran maksim, ciri penanda implikatur

percakapan berskala (IPB) berbeda dengan implikatur percakapan

khusus (IPK) dan implikatur percakapan umum (IPU). Implikatur

percakapan berskala (IPB) tidak selalu melanggar maksim. Peneliti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

menemukan bahwa data percakapan 22) dan 23) melanggar maksim

kuantitas sedangkan data 24) tidak melanggar maksim.

Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala (IPB) yang

terbukti melanggar maksim kuantitas berikut.

a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan

22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?”


Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258
kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di
jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar
lagi juga ada kasus”
Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas
mati! Di jalan banyak kejahatan!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk
ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan
mengamati jalanan di depan sekolah)

b. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan

23) Jimmy : “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi


deh”
Vani : “Lah buat apa?”
Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket kita udah keseringan menang”
Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue
harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa
apa enggak”
(Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang
terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup
detektif)

Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan

22) melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui

tuturan Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258

kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan…” untuk

menjawab pertanyaan Dika “Kita ngapain sih di sini?”. Jawaban


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

yang diberikan Bertus melanggar maksim kuantitas karena

membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Dika

hanya membutuhkan informasi mengenai alasan mengapa mereka

berada di jalan saat itu tetapi Bertus justru memberikan informasi

lebih. Ini membuktikan bahwa data percakapan 22) melanggar

maksim kuantitas.

Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan

23) melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui

tuturan Jimmy “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club

basket kita udah keseringan menang” untuk menjawab pertanyaan

Vani “Lah buat apa?”. Jawaban yang dituturkan Jimmy berisi

lebih banyak informasi dari yang dibutuhkan untuk menjawab

pertanyaan Vani. Vani hanya menanyakan untuk apa ruangan yang

diminta Jimmy tetapi ia justru menambahkan informasi lain berupa

kemenangan club basketnya. Hal tersebut membuat percakapan

lebih informatif dari yang diminta. Pemaparan tersebut

membuktikan bahwa data percakapan 23) melanggar maksim

kuantitas.

Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala (IPB) yang

terbukti tidak melanggar maksim berikut.

c. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan

24) Kepsek : “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya


wangi itu?”
Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!”
Kepsek : “Nggak mungkin, masak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa


buktikan Bu”
(Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku
ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa
berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu)

Implikatur percakapan berskala tuduhan pada data percakapan

24) terbukti tidak melanggar maksim. Percakapan data 24) tidak

melanggar maksim kuantitas karena informasi dalam percakapan

tersebut tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang

diminta. Selain itu, tanya jawab antara Dika dan kepala sekolah

terjadi secara runtut dan relevan sesuai maksim hubungan. Dika

memberikan jawaban sesuai atas pertanyaan yang diajukan kepala

sekolah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur

percakapan bersakala tuduhan tidak melanggar maksim.

2. Fungsi Implikatur Percakapan

Pada dasarnya fungsi implikatur adalah untuk memperhalus proposisi

yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face)

seperti yang dikemukakan oleh Rani (2006: 176). Penggunaan implikatur

percakapan dianggap lebih sopan, misalnya untuk menuturkan tuturan

yang mengandung maksud memerintah, menolak, menegur, dan lain-lain.

Tuturan yang banyak melibatkan “emosi” atau “amarah” mitra tutur

biasanya akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan implikatur.

Semakin tidak langsung tuturan semakin tinggi implikaturnya dan semakin

mudah diterima oleh mitra tutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Berikut ini merupakan pemaparan fungsi implikatur percakapan secara

lebih khusus dan spesifik.

2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Khusus (IPK)

Fungsi implikatur percakapan khusus (IPK) dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut.

a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis

1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”


Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
(Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa
A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya)

b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan

2) Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar


kemungkinan diterimanya itu banyak.
Kalau gue nembak 100 cewek dengan
probilitas 10%, gue mungkin diterima 10
kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”
Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu
harus cocok-cocokan, lu nggak belajar
Kimia apa?”
Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat
ni…liat”
(Konteks percakapan Bertus ingin meminta salah 1 siswa
menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang
sering ditolak saat menyatakan cinta)

3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan


cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”
Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita
bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama
kita nikah”
Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah
ngomongin nikah!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak
terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah)

4) Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok


dipelihara. He…grup detektif itu kenapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari


angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah,
ya?”
Dika : “Nggak pernah, Om”
(Konteks percakapan Dika membuat grup detektif aneh yang
sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi
terkenal)

c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan

5) Bertus (SMA) : “Kenapa lu?!”


Dika (SMA) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue
lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu,
tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue
bayar ke elu lagi”
Bertus (SMA) : “Ok…ok”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika
merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin
berbaikan dengan Bertus)

6) Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas


makanan Michael di kantin)”
Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat
kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama
gue”
(Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting.
Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan
terhadap kepala sekolah)

7) Sindi : “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah


nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu
inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA?
Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak
nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah
ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue
nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang
gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak
marmut lucu warna merah jambu yang berada di
sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal
dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak
tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak,
Dik?”
Dika : “Berhenti yuk”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

(Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun


tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya)

d. Implikatur Percakapan Penolakan

8) Dika : “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?”


Siswa B : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon
hubungi beberapa saat lagi”
(Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan
sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service
karena malas menjawab telepon Dika)

9) Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa ya?”


Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang
terakhir kali liat bola itu?”
Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah
kasus penting”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi.
Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang
mereka lakukan)

10) Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!”


Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih
masuk akal Bu”
Kepsek : “Cukup!”
(Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku
ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak
dapat membuktikan tuduhan tersebut)

e. Implikatur Percakapan Khusus tuduhan

11) Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?”


Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis
surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng.
Ibu kantin!”
Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-
gini juga kali!”
(Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari
tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS.
Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa
bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan

12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak”


Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?”
Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich”
Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?”
Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ”
Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?”
(Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael
tidak tahu. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke
Michael)

Implikatur percakapan khusus pada data 1) terdapat pada tuturan

siswa A “Mendingan gue mati!”, implikasinya dia tidak ingin atau

menolak menjadi pacar Bertus. Nilai komunikatif dari implikatur

tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Maka, fungsi implikatur

percakapan data 1) adalah penyampaian berita atau informasi dari

Siswa A bahwa ia memilih mati daripada menjadi pacar Bertus.

Melalui implikatur percakapan tersebut dapat diketahui bahwa Siswa

A berkarakter tegas dan galak, ia menggunakan kalimat yang

hiperbolis padahal maksud tuturannya hanya menolak.

Implikatur percakapan khusus pada data 2) terdapat pada tuturan

Dika “Ber tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu

nggak belajar Kimia apa?” implikasinya memberitahu Bertus bahwa

untuk diterima jadi pacar, kedua pasangan harus saling memiliki

kecocokan. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 2) berupa

kalimat berita (deklaratif). Penyampaian berita atau informasi

mengenai bagaimana cara agar diterima ketika menyatakan cinta.

Secara literal percakapan mereka berupa ejekan namun implikaturya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

saling membertitahu. Maka, fungsi implikatur percakapan data 2)

memberitahukan informasi atau saran kepada penonton bagaimana

cara agar diterima ketika menyatakan cinta pada lawan jenis.

Implikatur percakapan khusus pada data 3) terdapat pada tuturan

Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin

nikah!”, implikasinya Bertus masih belum cukup umur dan belum

sepantasnya untuk berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Nilai

komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif).

Maka, fungsi implikatur percakapan data 3) adalah memberitahu.

Penulis ingin menyampaikan pesan kepada penonton bahwa perlu

keberanian dan usia yang matang untuk memikirkan sebuah

pernikahan. Sebagaimana diketahui tokoh Bertus dalam percakapan

data 3) berperan sebagai anak SMA, artinya penulis mengingatkan

bahwa pada rentan usia tersebut belum sepantasnya memikirkan

pernikahan.

Implikatur percakapan khusus data 4) terdapat pada tuturan Bapak

Ina “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup

detektif itu…” implikasinya kesal terhadap sikap bodoh Dika dan

Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat empatik

yaitu kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan

khusus. Secara tegas Bapak Ina menganggap bahwa tindakan yang

dilakukan Dika adalah sebuah kebodohan yang seharusnya tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

dilakukan. Penulis menunjukkan bahwa Dika berkatakter bodoh

melalui implikatur dalam tuturan Bapak Ina.

Implikatur percakapan data 5) terdapat pada tuturan Dika “Siomay

itu biar gue yang bayar…”, implikasinya dia meminta maaf dan ingin

berbaikan dengan Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa

kalimat berita (deklaratif). Dika memberitahukan sebuah informasi

bahwa dia akan membayar siomay yang dimakan Bertus dan setuju

mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal. Penulis menunjukkan

sebuah realita bahwa orang sering kali meminta maaf dengan cara

menyuap dan bersikap manis. Implikatur percakapan tersebut

menunjukkan pula bahwa tokoh Bertus adalah orang yang mudah

dibujuk.

Implikatur percakapan khusus pada data 6) dapat dilihat melalui

tuturan Dika “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya

Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” implikasinya meminta Bertus

percaya dengan tindakannya. Nilai komunikatif implikatur tersebut

adalah kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur percakapan

tersebut ingin menunjukkan bahwa prestasi akan tindakan yang pernah

dilakukan sebelumnya dapat dijadikan senjata membuat orang lain

percaya akan tindakan yang dilakukan selanjutnya.

Implikatur percakapan pada data 7) tampak pada tuturan Dika

“Berhenti yuk” yang implikasinya ia meminta Sindi menjadi pacarnya.

“Berhenti yuk” merupakan kalimat mengajak atau meminta Sindi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

melakukan sesuatu. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 7)

berupa kalimat imperative. Dika meminta Sindi untuk bersedia

menjalin hubungan dengannya. Fungsi implikatur percakapan data 7)

tersebut sekedar memberikan hiburan kepada penonton.

Implikatur percakapan data 8) terdapat pada tuturan Siswa B

“Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa

saat lagi” implikasinya dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar

Dika. Implikatur tersebut dapat diketahui dengan melihat konteks

percakapan bahwa Siswa B berpura-pura menjadi customer service.

Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita

(deklaratif). Fungsi implikatur percakapan data 8) adalah menolak.

Melalui implikatur tersebut penulis ingin menyampaikan dan

menunjukkan kepada penonton bahwa terkadang seseorang berpura-

pura tidak melihat atau mendengar hanya karena ia tidak perduli.

Implikatur percakapan data 9) terdapat pada tuturan Dika

“Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting”, implikasinya

bahwa mereka (Bertus dan Dika) tidak ingin Sindi terlibat dalam kasus

yang mereka tangani dan merasa terganggu dengan kehadirannya.

Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah

(imperative). Fungsi implikatur percakapan data 9) adalah menolak

secara halus dan meminta Sindi agar tidak terlibat.

Implikatur percakapan data 10) terdapat pada tuturan kepala

sekolah “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” dan “Cukup!”,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

implikasinya ia marah dan kecewa telah mempercayakan kasus

ancaman pembunuhan terhadapnya kepada grup detektif. Nilai

komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah (imperatif).

Implikatur percakapan tersebut berfungsi meyampaikan pesan kepada

penonton bahwa menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang

diberikan orang lain dapat menimbulkan amarah dan kekecewaan.

Implikatur percakapan data 11) terdapat pada tuturan Sindi

“Ber…gue tahu elu bego, tapi…”, implikasinya memberitahu bahwa

dugaan yang dituduhkan Bertus kepada Ibu Kantin salah/keliru.

“Nggak gini-gini juga kali” merupakan penegasan bahwa Sindi tidak

sependapat sekaligus menyalahkan hipotesa Bertus. Nilai komunikatif

implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi

implikatur percakapan data 11) menunjukkan kepada penonton

karakter Sindi yang keras, pintar, dan logis sementara Bertus

berkarakter ceroboh dan bodoh.

Implikatur percakapan data 12) terdapat pada tuturan Ina “Oops…

aduh. Eh ketabrak” sebenarnya tidak perlu dituturkan kepada Michael.

Konteksnya Ina menyukai Michael dan sengaja menabrakan diri ke

Michael. Implikasi dalam tuturan tersebut agar Michael merespon

tindakan yang ia lakukan dan mengajaknya makan di kursi yang sama.

Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita

(deklaratif). Tuturan Sindi memberikan informasi bahwa dia tidak

sengaja menabrak Michael. Fungsi implikatur percakapan data 12)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

memberitahu muslihat atau cara yang dengan sengaja dapat dilakukan

untuk mendekati seseorang.

2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Umum (IPU)

Fungsi implikatur percakapan umum (IPU) dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut.

a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan

13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen


nongkrong di sini”
Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi
agak kotor sedikit. Dik bangun Dik,
bangun bangun. Nggak papa, ini agak
kotor (sambil mengelap bangku bekas
mereka duduk)”
(Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama teman-
temannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh
Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah)

14) Dika : “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan


per…em…gimana kalau ceritanya, saya
langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om?
Jadi sebulan kemudian…”
Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa
cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok
loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?!
Yang bener! Terus…terus!”
(Konteks percakapan, Bapak Ina sangat galak. Dika diberi
waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin
mempersingkat ceritanya)

15) Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja,


Om?”
Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek
kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya)
Lampu!”
(Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi
ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut
dengan Bapak Ina)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan

16) Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!”


Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita
popular?”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena
luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah
mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal)

17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng


untuk ketua OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang
nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh
Bertus…kamu masih banyak hutang di
sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)”
(Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya
kepada Ibu Kantin)

c. Implikatur Percakapan Umum Laporan (Memberitahu)

18) Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan


kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih
goblok-goblok”
Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja
nggak bisa mecahin kasus itu Om!”
Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian
itu pada goblok. Ya?”
(Konteks percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus
ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina
tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu)

19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok


ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue
ambil sampelnya di lapangan tadi”
Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”
(Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar
menjauhi Michael. Dika menyukai Ina)

d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan

20) Sindi (SMA) : “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya


emang kita datangin aja alamatnya”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak


gitu dari tadi”
Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!”
(Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi
untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal
sarannya tersebut benar)

e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan

21) Bapak Ina : “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi
padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em
2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pake cabe
nggak? (tanya kepada Dika)”
Dika : “Enggak Om”
Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?”
Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang
banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes”
(Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang
yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut
mengatakannya karena Bapak Ina galak)

Implikatur percakapan data 13) dapat dilihat pada tuturan Michael

“Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” implikasinya

mengusir Dika dan Bertus secara halus. Nilai komunikatif implikatur

tersebut berupa kalimat perintah (imperatif). Michael secara tidak

langsung memerintahkan Bertus dan Dika pergi dari tempat yang

mereka duduki sebelumnya karena Michael bersama teman-temannya

ingin nongkrong di tempat itu. Fungsi implikatur percakapan data 13)

menunjukkan karakter Michael yang berkuasa sehingga dia dapat

melakukan dan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah.

Implikatur percakapan data 14) dapat dilihat pada tuturan Bapak

Ina “…Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok

loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener!

Terus…terus!” implikasinya meminta Dika menceritakan masa SMA-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

nya secara runtut dan jelas. Nilai komunikatif implikatur percakapan

data 14) tersebut berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi

implikatur data 14) menunjukkan karakter Bapak Ina yang galak

karena tuturannya disertai nada tinggi (dalam film).

Implikatur percakapan data 15) dapat dilihat pada tuturan Dika

“Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya

penyampaian informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi

gelap. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 15) tersebut

berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 15) adalah

memberitahukan info kepada Bapak Ina mengenai lampu yang belum

dinyalakan. Implikatur tersebut juga menunjukkan bahwa karakter

Dika takut dengan Bapak Ina.

Implikatur percakapan data 16) dapat dilihat pada tuturan Dika

“Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” implikasinya menyalahkan

Bertus atas apa yang menimpa mereka. Nilai komunikatif implikatur

percakapan data 16) tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi

implikatur data 16) menunjukkan karakter Bertus yang bodoh. Melalui

ide tidak masuk akalnya justru menyebabkan dirinya dan Dika terluka.

Melalui implikatur percakapan tersebut penulis juga menyampaikan

pesan kepada penonton agar tidak melakukan tindakan ceroboh yang

dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat pada tuturan Ibu

Kantin “…Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

implikaturnya Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau

dengan kata lain menagih hutang Bertus. Nilai komunikatif percakapan

data 17) berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur data

17) sama seperti sebelumnya yaitu menunjukkan karakter Bertus yang

sembarangan. Ibu Kantin menggunakan implikatur sebagai sindiran

agar Bertus sadar bahwa ia harusnya membayar hutangnya.

Implikatur percakapan data 18) dapat dilihat pada tuturan Dika “Ya

tapi kan dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus

itu, Om!” implikasinya memberitahu bahwa alasan tidak

terpecahkannya kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah karena

kasusnya yang sulit. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa

kalimat berita (deklaratif), yaitu kalimat yang mengandung maksud

memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Fungsi implikaturnya adalah

menunjukkan karakter tokoh Sindi yang pintar dibanding teman-

temanya yang lain.

Implikatur percakapan data 19) dapat dilihat pada tuturan Ina

“Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”. Tuturan tersebut

mengimplikasikan penegasan bahwa menurut Ina normal jika ketek

seseorang terutama Michael basah sebab Dika pun demikian. Nilai

komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif).

Fungsi implikaturnya memberikan nasihat kepada penonton agar

melihat kekurangan pada diri sendiri terlebih dahulu sebelum melihat

kekurangan orang lain. Nasihat lain adalah agar penonton tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

menjadi seperti Dika yang menghasut dan menjelek-jelekan orang lain

hanya demi kepentinga pribadi.

Implikatur percakapan data 20) dapat dilihat pada tuturan Sindi

“Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja

alamatnya” implikasinya bahwa sebelumnya Sindi sudah memberikan

saran yang benar tetapi Bertus meragukannya. Nilai komunikatif

implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi

implikaturnya menunjukkan bahwa tokoh Sindi memiliki kemampuan

yang baik. Sangkalan yang dituturkan Bertus juga menunjukkan

bagaimana keras kepalanya ia.

Implikatur percakapan data 21) dapat dilihat melalui tuturan Dika

“Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau

bisa nggak pedes” implikaturnya ia tidak suka dan tidak mau makan

pedas. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita

(deklaratif). Fungsi implikaturnya data 21) sebagai bahasa halus untuk

menolak.

2.3 Fungsi Implikatur Percakapan Berskala (IPB)

Fungsi implikatur percakapan berskala (IPB) dalam film Marmut

Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut.

a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan

22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?”


Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258
kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di
jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar
lagi juga ada kasus”
Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas


mati! Di jalan banyak kejahatan!”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk
ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan
mengamati jalanan di depan sekolah)

a. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan

23) Jimmy : “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi


deh”
Vani : “Lah buat apa?”
Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket kita udah keseringan menang”
Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue
harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa
apa enggak”
(Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang
terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup
detektif)

3. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan

24) Kepsek : “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya


wangi itu?”
Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!”
Kepsek : “Nggak mungkin, masak?”
Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa
buktikan Bu”
(Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku
ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa
berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu)

Implikatur percakapan data 22) dapat dilihat pada tuturan Bertus

“Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan…”

implikasinya memberitahu Dika bahwa kejahatan akan terjadi di

tempat itu (di depan sekolah). Nilai komunikatif tuturan tersebut

berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 22) adalah

memberitahukan bahwa sebagian besar kejahatan di Jakarta terjadi di

jalanan sehingga penonton wajib waspada dan berhati-hati.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Implikatur percakapan data 23) dapat dilihat pada tuturan Jimmy

“Ya buat piala…” implikasinya menyombongkan diri dengan

memberitahukan kemenangan club-nya. Nilai komunikatif implikatur

tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 23)

adalah menunjukkan karakter tokoh Jimmy yang sombong.

Implikatur percakapan data 24) dapat dilihat pada tuturan Dika

“Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” implikasinya

bahwa Dika belum dapat membuktikan tuduhannya terhadap Michael

kepada kepala sekolah dan meminta tambahan waktu. Nilai

komunikatif tuturan tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Dika

memberitahukan bahwa ia dapat membuktikan Michael adalah pelaku

ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Fungsi implikatur data

24) adalah menyampaikan pesan kepada penoton agar jangan

melakukan tindakan salah apalagi memfitnah orang lain demi

kepentingan pribadi.

Melalui pemaparan fungsi implikatur percakapan seperti di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa secara umum fungsi implikatur percakapan

pada film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah menunjukkan

realita kehidupan remaja (SMA). Raditya Dika sebagai penulis sekaligus

sutradara juga menyampaikan pesan berupa nasihat-nasihat dan peringatan

baik bagi penonton. Di luar itu, implikatur dalam percakapan

antartokohnya dibuat sedemikian rupa untuk membangun pencitraan setiap

tokohnya (pemeran) serta menciptakan kelucuan sebagai pendukung


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

adegan para tokoh. Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah

Jambu karya Raditya Dika merupakan film comedy yang tujuan utamanya

untuk memberikan hiburan kepada penonton.

D. Pembahasan

1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan

Peneliti melakukan penelitian terhadap percakapan antartokoh dalam

film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika untuk menemukan

implikatur percakapan di dalamnya. Bahasa Indonesia yang digunakan

dalam percakapan film tersebut adalah bahasa Indonesia yang tidak baku.

Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang diteliti oleh peneliti

berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Selama durasi waktu tersebut, peneliti

menyimak dan mencatat percakapan-percakapan antartokohnya untuk

menemukan jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya.

Peneliti menemukan 31 data percakapan dalam film Marmut Merah

Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan.

Implikatur percakapan tersebut diklasifikasi dan diidentifikasi berdasarkan

jenisnya. Jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam film tersebut,

yaitu implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum

(IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Masing-masing

implikatur yang ditemukan oleh peneliti, yaitu 15 implikatur percakapan

khusus (IPK), 13 implikatur percakapan umum (IPU), dan 3 implikatur

percakapan berskala (IPB).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus adalah

percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana

pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Ciri penanda implikatur

percakapan khusus (IPK) adalah sebagai berikut: (a) implikatur

percakapan khusus (IPK) selalu membutuhkan konteks untuk

menginterpretasikan maksud tuturan, (b) pendengar mengasumsikan

informasi secara lokal (artinya sebatas lingkup percakapan), (c) penutur

yang terlibat dalam percakapan memiliki latar belakang pengetahuan

khusus (budaya, asal, perilaku, dan/atau kebiasaan) yang sama, (d) penutur

yang telibat dalam percakapan harus memiliki dasar pengetahuan umum

yang sama sehingga tidak menimbulkan salah paham, dan (e) implikatur

percakapan khusus (IPK) melanggar maksim hubungan.

Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur percakapan umum

merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Ciri

penanda implikatur percakapan umum (IPU), yaitu (a) implikatur

percakapan umum (IPU) tidak memerlukan konteks tuturan untuk

menginterpretasikan maksud yang terkandung dalam percakapan, (b)

maksud yang terkandung dalam implikatur percakapan umum (IPU) dapat

diinterpretasikan maksud tuturannya hanya dengan mengamati struktur

kata yang dipakai penutur, dan (c) implikatur percakapan umum (IPU)

melanggar maksim tindakan dan maksim kualitas.

Menurut Yule (2006: 71) implikatur percakapan berskala (IPB)

merupakan implikatur yang termasuk dalam kategori implikatur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

percakapan umum (IPU). Ciri penanda implikatur percakapan berskala

(IPB), yaitu implikatur percakapan berskala (IPB) dapat

menghiraukan/mengabaikan konteks dalam menginterpretasikan makna

implikaturnya dan menggunakan istilah-istilah untuk mengungkapkan

kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, dan

selalu, sering, kadang-kadang (Yole, 2006: 71-74) dan implikatur

percakapan berskala (IPB) tidak selalu melanggar maksim.

Jenis implikatur percakapan khusus (IPK) dibagi lagi menjadi enam

jenis sesuai makna tuturan dan ciri penandanya, yaitu IPK hiperbolis, IPK

ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK tuduhan, dan IPK

kesepakatan. Implikatur percakapan umum (IPU) dibagi menjadi lima,

yaitu IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU

penyangkalan, dan IPU ejekan. Implikatur percakapan berskala (IPB)

dibagi menjadi tiga, yaitu IPB permintaan, IPB laporan (memberitahu),

dan IPB ejekan.

Perhatikan beberapa implikatur percakapan berikut sebagai contoh

pembanding.

11) Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?”


Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat
kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!”
Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga
kali!”
(Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu
pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa
aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi
anggota grub detektif yang paling pintar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

15) Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?”


Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek
kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya)
Lampu!”
(Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang
gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak
Ina)

22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?”


Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258
kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan.
Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada
kasus”
Kakek Tua : “Asalamualaikum…”
Bertus (SMA) : “Walaikmsalam…hati-hati ya kek, awas mati di
jalan banyak kejahatan”
(Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk
ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan mengamati
jalanan di depan sekolah)

Data percakapan 11) memperlihatkan bahwa percakapan tersebut

mengandung implikatur percakapan khusus (IPK). Hal ini dapat dilihat

dari tuturan Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali”

implikasinya bahwa selain Bertus “bego (bodoh)” ia juga sering membuat

keputusan dan dugaan yang salah/keliru. “Nggak gini-gini juga kali”

merupakan penegasan bahwa Sindi tidak sependapat sekaligus

menyalahkan hipotesa Bertus. Bertus dan orang-orang yang terlibat dalam

percakapan tersebut dapat menginterpretasikan maksud Sindi lantaran

melihat konteks situasional dan latar belakang percakapan yang terjadi.

Konteks percakapan tersebut terjadi dalam situasi bingung saat mereka

sedang mencari pelaku penulis surat kaleng. Hal ini membuktikan

pentingya konteks percakapan untuk meninterpretasikan maksud Sindi.

Para penutur yang terlibat dalam percakapan saat itu jugs memiliki latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

belakang pengetahuan sama tentang Bertus yang memang sering kali

melakukan kesalahan/kekeliruan dengan membuat praduga sembarangan.

Data 11) melanggar maksim hubungan. Melalui pemaparan tersebut dapat

disimpulkan bahwa percakapan pada data 11) merupakan implikatur

percakapan khusus (IPK).

Data percakapan 15) mengandung implikatur percakapan umum (IPU).

Hal ini dapat dibuktikan melalui pemaparan berikut; apa yang disampaikan

Dika tidak hanya sekedar menanyakan apakah lampunya tidak ingin

dinyalakan tetapi memiliki informasi lebih dari sekedar kata-kata yang

disampaikannya. Tuturan Dika tersebut mengandung sebuah implikatur.

Pertanyaan “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?”

memberikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan, situasi gelap,

dan/atau Dika menginginkan agar lampu dinyalakan. Mitra tutur yang

menjadi lawan bicara Dika mengerti maksud yang diinginkan Dika tanpa

melihat konteks, sehingga ia pun langsung meminta Siti (pembantunya)

untuk menyalakan lampu. Kata “lampu” juga merupakan struktur kata

kunci yang ditangkap oleh mitra tutur. Data 15) melanggar maksim

tindakan. Pemaparan tersebut cukup membuktikan bahwa percakapan di

atas merupakan implikatur percakapan umum (IPU).

Data percakapan 22) di atas mengandung implikatur percakapan

berskala. Pertama, Bertus menggunakan pilihan kata “sebagian besarnya”

yang merupakan salah satu ciri penanda implikatur berskala. Hal itu

menunjukkan bahwa skala yang dimaksudkan dalam percakapan itu “tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

semua”. “Sebagian besar” berarti masih ada “beberapa, sebagian kecil,

dan tidak semua” kejahatan terjadi di jalanan tetapi tetap saja skala nilai

kejahatan yang terjadi di jalanan lebih besar daripada kejahatan di tempat

lain. Selain itu, pilihan kata kedua yang menunjukkan implikatur berskala

adalah “banyak kejahatan” yang disampaikan oleh Bertus untuk Kakek

Tua yang lewat di jalan. Tuturan itu merupakan tuturan yang mengandung

maksud untuk memberikan peringatan kepada kakek tua yang lewat di

jalan bahwa banyak kejahatan yang mungkin akan menimpanya. Terdapat

informasi tertentu yang disampaikan dengan memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Data 22) tidak melanggar

maksim, melainkan selaras dengan maksim kuantitas. Selaras dengan

pendapat Yole (2006: 71-74), maka dapat disimpulkan bahwa data 22)

termasuk implikatur percakapan beskala (IPB).

6) Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas


makanan Michael di kantin)”
Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat
kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue”
(Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa
Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan
Bertus)

17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk
ketua OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon
makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih
banyak hutang di sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)”
(Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu
Kantin)

23) Jimmy : “Eh sorry kayaknya kita butuh ruangan lagi deh”
Anggota OSIS : “Lah buat apa?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket kita udah keseringan menang”
Anggota OSIS : “Oh ruangannya sih ada, tapi kayaknya gue
harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa
enggak”
(Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal
lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif)
Data percakapan 6) mengandung implikatur yang terdapat dalam

tuturan Dika. Implikatur yang terkandung adalah implikatur percakapan

khusus, hal ini dapat dibuktikan melalui pemaparan ketika Bertus

mengajukkan pertanyaan yang membutuhkan jawaban logis “iya” atau

“enggak/tidak”, namun Dika memberikan jawaban yang tampak tidak

relevan dengan pertanyaan yang diajukan. Hal yang ingin disampaikan

oleh Dika terkait jawabannya ialah berusaha meyakinkan Bertus bahwa

tindakan yang dilakukannya benar. Dika menggunakan tuturan “Kan

waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara” untuk

mengingatkan lawan tuturnya bahwa ia ahli dalam memecahkan kasus.

Kemudian, “Lu percaya deh sama gue” ditambahkan agar Bertus lebih

yakin akan tindakan yang dilakukan Dika. Perlu adanya pengetahuan

khusus serta melihat konteks percakapan tersebut agar mengetahui maksud

yang hendak disampaikan. Data (6) melanggar maksim hubungan. Melalui

pemaparan tersebut, dapat disimpulakan bahwa percakapan di atas

merupakan implikatur percakapan khusus (IPK).

Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat melalui tuturan Bertus

“Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” yang

implikasinya berupa tuduhan. Meskipun tuturan Bertus berupa kalimat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

pertanyaan namun maksud yang terkandung di dalamnya ialah sebuah

tuduhan bahwa Ibu Kantin merupakan pelaku pengirim surat kaleng. Mitra

tutur dapat menginterpretasikan maksud tuturan Bertus dengan melihat

struktur kata dalam tuturannya saja. Implikatur percakapan yang terdapat

pada percakapan antara Bertus dengan Ibu Kantin merupakan implikatur

percakapan umum tuduhan. Tuduhan ditujukan kepada Ibu Kantin sebagai

pelaku pengirim surat kaleng oleh Bertus.

Data percakapan 23) yang terjadi di atas merupakan implikatur

percakapan berskala (IPB). Implikatur percakapan pada data 23) terlihat

dalam tuturan yang disampaikan Jimmy. Jimmy menggunakan pilihan kata

“keseringan” yang menunjukkan skala nilai bahwa club basketnya

“sering” atau “tidak hanya sekali, beberapa, atau kadang-kadang” saja

club basketnya menang. Kata tersebut juga digunakan dengan maksud lain

selain informasi yang diberikannya melalui makna kata-kata yang

dituturkannya. Maksud tambahan yang terkandung dalam tuturan tersebut

ialah Jimmy menyombongkan club basketnya, menunjukkan

kelebihannya. Data 23) melanggar maksim kuantitas.

Implikatur percakapan adalah hubungan/keterkaitan tuturan penutur

dengan mitra tutur yang tidak terungkap secara literal. Implikatur

percakapan dapat pula diartikan sebagai makna tersirat atau maksud

tambahan yang tidak tampak secara langsung dalam tuturan yang

dituturkan. Implikatur yang terkandung dalam percakapan dapat

diinterpretasikan maksudnya sesuai jenis implikaturnya. Ciri penanda


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

masing-masing jenis implikatur percakapan akan mempermudah

membedakan antara implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur

percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB).

2. Fungsi Implikatur Percakapan

Fungsi implikatur adalah untuk memperhalus proposisi yang diujarkan

dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face) seperti yang

dikemukakan oleh Rani (2006: 176). Penggunaan implikatur percakapan

dianggap lebih sopan, misalnya untuk menuturkan tuturan yang

mengandung maksud memerintah, menolak, menegur, dan lain-lain.

Tuturan yang banyak melibatkan “emosi” atau “amarah” mitra tutur

biasanya akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan implikatur.

Semakin tidak langsung tuturan semakin tinggi implikaturnya dan semakin

mudah diterima oleh mitra tutur.

Berdasarkan nilai komunikatifnya, terdapat empat fungsi implikatur

dalam penelitian ini, yaitu nilai berita (deklaratif), perintah (imperative),

pertanyaan (interogarif), dan penegasan (empatik). Penutur menyimpulkan

bahwa setiap tuturan mengandung nilai komunikatif yang membuat

percakapan berjalan dengan lancar. Pembahasan fungsi implikatur

percakapan dipaparkan secara ringkas sebagai berikut.

1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”


Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
(Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A.
Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya)

13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong


di sini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak


kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun.
Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap
bangku bekas mereka duduk)”
(Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama teman-
temannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan
Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah)

17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk
ketua OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon
makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih
banyak hutang di sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)”
(Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu
Kantin)

Implikatur percakapan khusus pada data 1) terdapat pada tuturan

siswa A “Mendingan gue mati!”, implikasinya dia tidak ingin atau

menolak menjadi pacar Bertus. Nilai komunikatif dari implikatur

tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Maka, fungsi implikatur

percakapan data 1) adalah penyampaian berita atau informasi dari

Siswa A bahwa ia memilih mati daripada menjadi pacar Bertus.

Melalui implikatur percakapan tersebut dapat diketahui bahwa Siswa

A berkarakter tegas dan galak, ia menggunakan kalimat yang

hiperbolis padahal maksud tuturannya hanya menolak.

Implikatur percakapan data 13) dapat dilihat pada tuturan Michael

“Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” implikasinya

mengusir Dika dan Bertus secara halus. Nilai komunikatif implikatur

tersebut berupa kalimat perintah (imperatif). Michael secara tidak

langsung memerintahkan Bertus dan Dika pergi dari tempat yang

mereka duduki sebelumnya karena Michael bersama teman-temannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

ingin nongkrong di tempat itu. Fungsi implikatur percakapan data 13)

menunjukkan karakter Michael yang berkuasa sehingga ia dapat

melakukan dan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah.

Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat pada tuturan Ibu

Kantin “…Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”

implikaturnya Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau

dengan kata lain menagih hutang Bertus. Nilai komunikatif percakapan

data 17) berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur data

17) sama seperti sebelumnya yaitu menunjukkan karakter Bertus yang

sembarangan. Ibu Kantin menggunakan implikatur sebagai sindiran

agar Bertus sadar bahwa ia harusnya membayar hutangnya.

Melalui pemaparan fungsi implikatur percakapan seperti di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa secara umum fungsi implikatur percakapan

pada film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah menunjukkan

realita kehidupan remaja (SMA). Raditya Dika sebagai penulis sekaligus

sutradara juga menyampaikan pesan berupa nasihat-nasihat dan peringatan

baik bagi penonton. Di luar itu, implikatur dalam percakapan

antartokohnya dibuat sedemikian rupa untuk membangun pencitraan setiap

tokohnya (pemeran) serta menciptakan kelucuan sebagai pendukung

adegan para tokoh. Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah

Jambu karya Raditya Dika merupakan film comedy yang tujuan utamanya

untuk memberikan hiburan kepada penonton.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap percakapan

antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis implikatur percakapan yang terdapat dalam percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah implikatur

percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur

percakapan berskala (IPB). Adapun rincian masing-masing implikatur

percakapan yang ditemukan dalam percakapan film tersebut, yaitu 15

implikatur percakapan khusus (IPK), 13 implikatur percakapan umum (IPU),

dan 3 implikatur percakapan berskala (IPB). Masing-masing jenis implikatur

tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud

percakapannya. Pengklasifikasian jenis implikatur percakapan khusus (IPK),

yaitu IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK

tuduhan, dan IPK kesepakatan. Jenis implikatur percakapan umum (IPU),

yaitu IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

penyangkalan, dan IPU ejekan. Tiga jenis implikatur percakapan berskala

(IPB), yaitu IPB laporan dan IPB tuduhan.

2. Fungsi implikatur percakapan yang terkandung dalam percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika secara umum adalah

menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA) kepada penonton. Secara lebih

spesifik fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah

Jambu karya Raditya Dika, yaitu pertama untuk membangun pencitraan

setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan kelucuan sebagai pendukung adegan.

Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika

merupakan film comedy yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan

kepada penonton. Kedua, implikatur percakapan berfungsi sebagai penyalur

pesan dari penulis sekaligus sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa

nasihat-nasihat dan peringatan baik terkait kehidupan sehari-hari (khususnya

remaja). Ketiga, implikatur percakapan berfungsi memperhalus tuturan untuk

menarik simpati dan/atau meredam amarah mitra tutur. Fungsi implikatur

percakapan akan lebih mudah diketahui dengan mengetahui nilai komunikatif

di dalam percakapannya terlebih dahulu.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian mengenai implikatur percakapan dengan

judul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu

karya Raditya Dika ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat

digunakan bagi peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian sejenis

agar penelitiannya menjadi lebih baik lagi. Beberapa saran tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti percakapan antartokoh dalam film

Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang dicurigai mengandung

implikatur. Bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis selanjutnya, akan

lebih baik jika objek penelitian berbeda. Masih banyak objek penelitian lain

yang dapat diteliti dan dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

2. Penelitian ini hanya meneliti mengenai implikatur percakapan antartokoh

dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Untuk peneliti

selanjutnya, ada baiknya jika melakukan penelitian mengenai implikatur

konvensional atau meneliti ketidaksantunan dari film atau objek penelitian

yang lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik jika hasil penelitian yang dilakukan

dapat memberikan sumbangan pengetahuan baru terkait bahasa Indonesia

untuk bidang lain (misal; dunia hukum dan dunia pendidikan).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, Hery Susanto. 2011. Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Novel


Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto (SKRIPSI). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Indonesia Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Cumming, Louise. 2007. Pragmatics, A Multidisciplinary Perspective


(Pragmatik, Sebuah Perspektif Multidisipliner). Adbul Syukur Ibrahim
(penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jala


Sutra.

Halliday, M.A.K dan Ruquaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspek-
aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Kurniawan, Mikael Jati. 2013. Implikatur dalam Iklan Operator Selular


Berbahasa Indonesia Pada Media Televisi (SKRIPSI). Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

Kurniasari, Maria Friani. 2011. Tindak Tutur Dalam Film Alangkah Lucunya
(Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.

Lubis, A. Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Mariani, Maria Evi. 2015. Implikatur Percakapan Orang Tua dengan Anak pada
Peristiwa Makan Malam Bersama dalam Keluarga Pendidik di
Yogyakarta (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud.

Nandar, F. X. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Nurgiyanto, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Praowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. KBBI (Edisi Ketiga).


Jakarta: Balai Pustaka.

Putrayasa, Ida Bagus. 2015. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dan
Pemakaian. Malang: Bayu Media.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:


Penerbit Dioma.

_______________. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Samarlam. 2014. Pragmatik: Sastra dan Linguistik. Surakarta: Universitas


Sebelas Maret Surakarta.

Sudarman, Paryati. 2008. Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zuriah, Nurul. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Politik. Jakarta: Bumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kata-kata. Ya, menceritakan kisah Bisa…” implikasinya berupa


namanya masih ancaman pembunuhan pemberitahuan bahwa kemampuan
muda, masih goblok- kepala sekolah semasa Dika dan Bertus di anggota grup
goblok” ia masih SMA kepada detektif di bawah Sindi. Tidak
Dika : “Ya tapi kan, dulu Bapak Ina. terpecahkannya kasus ancaman
Sindi yang paling pembunuhan terhadap kepala
pinter aja nggak bisa sekolah karena kasusnya yang
mecahin kasus itu memang susah sehingga Sindi
Om?” sekalipun tidak dapat
Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau menyelesaikannya.
kamu itu sadar.
Kalau kalian itu pada
goblok. Ya?”
20. Pak Yoyok : “Yang di belakang itu Percakapan Pak Tuturan Pak Yoyok “…Emang ya
terus, ayok lanjut. Yoyok menyukai Bu nak, yang bukan siapa-siapa mana
Cantik, ya? (melihat Marsha. Dika bisa dapat apa-apa…”
Guru Sejarah sambil menyukai Ina. Ina dan implikasinya memberitahukan
berbisik pada Dika) Bu Marsha berada di informasi kepada Dika bahwa
Dia itu gebetan saya tempat yang sama dan untuk mendapatkan sesuatu yang
dari dulu” sedang bersebelahan. diinginkan ia harus menjadi
Dika (SMA) :“Pak, Ina kan masih seseorang yang berharga dan
kelas 1 SMA!” berkualitas.
Pak Yoyok : “Bukan Ina, Guru
Sejarah. Bu Marsha.
Tapi sayang dia udah
nikah sama bassis
terkenal di jaman
saya kuliah dulu.

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Emang ya nak, yang


bukan siapa-siapa
mana bisa dapat apa-
apa (menunjuk siswa
lain yang sedang olah
raga). Eh jangan
tidur! Lanjut terus.
Ayoook!”
21. Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa Dika dan Bertus tidak Tuturan Dika “Ee…maaf Sindi,
ya?” mengenal Sindi. kami lagi ada di tengah kasus
Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Mereka tidak ingin penting” yang mengimplikasikan
Udah dipastiin siapa Sindi ikut campur bahwa mereka (Bertus dan Dika)
yang terakhir kali urusan penyelidikan tidak ingin Sindi terlibat dalam
liat bola itu?” yang mereka lakukan penyelidikan kasus hilangnya bola
Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, volli. Mereka merasa terganggu
kami lagi ada di dengan kehadiran Sindi.
tengah kasus
penting”
22. Dika : “1 jam Om…kasih saya Bapak Ina mengira Tuturan Bapak Ina “Setengah
waktu 1 jam buat cerita, Dika penyebab jam!” mengimplikasikan dia hanya
Om” kekakacauan pesta memberi Dika waktu setengaj jam
Bapak Ina : “Setengah jam!” ulang tahun Ina yang untuk menjelaskan maksud
Dika : “Tapi kalau setengah ke 17 sehingga ia kedatangannya, tidak lebih dari
jam…” marah melihat itu.
Bapak Ina : “Di mulai dari sekarang! kedatangan Dika ke
Ya! (Menyalakan rumahnya.
stopwatch)
23. Dika : “Iya…elu mau jadi pacar Percakapan terjadi Tuturan Siswa B “Nomer yang

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gue, nggak?” antara Dika dengan anda tuju sedang tidak aktif,
Siswa B : “Nomer yang anda tuju teman sekolahnya. mohon hubungi beberapa saat
sedang tidak aktif, Dika adalah siswa lagi” mengimplikasikan sebuah
mohon hubungi aneh. Siswa B dengan penolakan.
beberapa saat lagi” sadar dan sengaja
berpura-pura menjadi
customer service
karena malas
menjawab telepon
Dika
24. Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu Percakapan terjadi di Tuturan Dika “Ber…tapi yang
harus banyak, biar sekolah. Bertus akan namanya dua unsur itu harus
kemungkinan menembak salah 1 cocok-cocokan, lu nggak belajar
diterimanya itu siswa agar menjadi Kimia apa?” mengimplikasikan
banyak. Kalau gue pacarnya. Bertus dan sebuah peringatan kepada Bertus
nembak 100 cewek Dika adalah siswa bahwa untuk diterima (saat
dengan probilitas aneh yang sering menembak) kedua belah pihak
10%, gue mungkin ditolak saat harus saling memiliki ketertarikan.
diterima 10 kali. Lu menyatakan cinta.
nggak belajar
Matematika apa?”
Dika (SMA) : “Ber…tapi yang
namanya dua unsur
itu harus cocok-
cocokan, lu nggak
belajar Kimia apa?”
Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak
usah sok pinter deh.

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Liat ni…liat”
25. Michael : “Temen-temen Percakapan terjadi Tuturan Michael “Temen-temen
sorry, ya. kita ketika Michael sorry, ya. kita pengen nongkrong
pengen nongkrong bersama teman- di sini” implikasinya mengusir
di sini” temannya ingin duduk Dika dan Bertus secara halus.
Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. di bangku yang sedang
Nggak papa, diduduki oleh Dika
silahkan. Tadi agak dan Bertus. Michael
kotor sedikit. Dik adalah siswa terkenal
bangun Dik, bangun di sekolah.
bangun. Nggak
papa, ini agak kotor
(sambil mengelap
bangku bekas
mereka duduk)”
26. Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita Dika dan Bertus Tuturan Dika “Tuh…lihatkan, kita
jadi kayak gini!” dibawa ke UKS karena jadi kayak gini!” implikasinya
Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, luka cubitan dari menuduh Bertus sebagai penyebab
gue nyoba ngebuat teman-temanya. atas apa yang menimpa mereka.
kita popular?” Mereka dicubit setelah
mengikuti ide Bertus
untuk menjadi terkenal
27. Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Dika membuat grup Tuturan Bapak Ina yang berupa
Goblok! Goblok kok detektif agar menjadi pertanyaan apakah Dika pernah
dipelihara. He…grup terkenal di sekolahnya. jatuh dari angkot atau tidak,
detektif itu kenapa Bapak Ina mengimplikasikan kejengkelan
dibikin lagi? Kamu menganggap membuat Bapak Ina atas sikap bodoh Dika
pernah, ya? Jatuh dari grub detektif di zaman dan Bertus.

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

angkot, kepalanya itu adalah tindakan


duluan, kena aspal? bodoh.
Pernah, ya?”
Dika : “Nggak pernah, Om”
28. Bertus (SMA) : “Gue sama Sindi Bertus dan Sindi “Tapi gue kan nggak di undang?”
udah make merencanakan agar implikaturnya berupa sebuah
kemampuan gue, Dika datang informasi bahwa Dika tidak
supaya kita sampai menyatakan cinta di berhak datang ke pesta ulang
di tempat ini untuk hari ulang tahun Ina. tahun Ina sebab ia bukan tamu
acara ulang tahunnya yang diharapkan kedatangannya.
Ina”
Dika (SMA) : “Tapi gue kan nggak
di undang?”
Sindi (SMA) : “Ya elah Dik, acara
ulang tahunnya anak
SMA mah nggak
perlu pakai
undangan segala
kali!”
29. Bertus (SMA) : “Kalian kemarin Bertus sedang Tuturan Bertus “Berarti elu
masuk ke ruang olah menyelidiki kasus pelakunya! Jangan bohong lu!
raga? hilangnya bola volli Jangan bohong!” implikasinya
(mengintrogasi)” Pak Yoyok. Bertus menuduh Siswa C sebagai pelaku
Siswa C : “Iya, kemarin gue adalah siswa yang pencuri bola volli.
yang narok bola volli sangat sok tahu dan
baru” sering bertindak
Bertus (SMA) : “Berarti elu ceroboh
pelakunya! Jangan

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bohong lu! Jangan


bohong!”
30. Bapak Ina : “Owh…gitu, ya? Eh Percakapan terjadi di Tuturan Dika “Sa…saya mau
kamu mbok nambah to, ruang makan. Dika minum aja sih, Om.” Implikasinya
kok makannya dikit tidak ingin menambah adalah sebuah informasi bahwa
banget sih? Ini, opo makanan tapi sungkan dia menolak apa yang ditawarkan
gulai ayam? Opo sayur? dan takut dengan Bapak Ina.
Sayur? Atau, paru? Paru, Bapak Ina.
ya?”
Dika : “Sa…saya mau minum
aja sih om”
31. Bertus (SMA) : “Lu yakin?” Bertus dan Dika Tuturan Bertus (SMA) “Lu
Dika (SMA) : “Ber…kita harus menyelidi Michael yakin?” mengimplikasikan sebuah
membela kebenaran yang dituduh sebagai keraguan terhadap penyelidikan
kan?” pelaku ancaman yang dilakukan Dika.
Bertus (SMA) : “Iya, sih” pembunuhan terhadap
Dika (SMA) : “Percaya sama gue” kepala sekolah.
32. Kepsek : “Kepala ekskul Dika menuduh Tuturan “ Berikan saya beberapa
basket itu? Yang Michael sebagai hari, saya bisa buktikan Bu”
rambutnya wangi pelaku ancaman implikasinya Dika belum dapat
itu?” pembunuhan kepala membuktikan tuduhannya dan
Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” sekolah. Michael meminta tambahan waktu kepada
Kepsek : “Nggak mungkin, siswa berprestasi dan kepala sekolah untuk
masak?” terkenal sehingga membuktikannya
Dika (SMA) : “Berikan saya kepala sekolah agak
beberapa hari, saya ragu
bisa buktikan Bu”
33. Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya Percakapan terjadi Tuturan Ina “Dik…ketek lu aja

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gue juga nemuin ketika Dika menghasut basah terus. Thanks, ya”
kalok ternyata dia Ina agar menjauhi menimplikasikan sebuah sindiran
keringetnya banyak Michael. Dika tehdap Dika sekaligus penegasan
banget. Gue ambil menyukai Ina. bahwa Ina tidak merasa
sampelnya di bermasalah dengan Michael yang
lapangan tadi” berkeringat.
Ina : “Dik…ketek lu aja
basah terus. Thanks,
ya”
34. Sindi : “Elu masih simpen nggak? Percakapan antara Tuturan Dika “Berhenti yuk”
Handuknya? Lu pernah Sindi dan Dika yang mengandung implikasi ia ingin
nggak sih, kalau elu lagi di sudah 11 tahun tidak menjalin hubungan khusus
keramaian, terus elu inget- betemu. Sindi semacam pacaran dengan Sindi.
inget cinta pertama elu menyukai Dika begitu
waktu di SMA? Orang pula sebaliknya.
yang lu suka waktu itu? Lu
sering nggak nanya sama
diri lu sendiri, jangan-
jangan gue udah ngelewatin
cinta pertama gue hanya
karena gue nggak berani
ngomong sama dia. Kira-
kira itu yang gue rasain
selama 11 tahun ini. Cinta
itu kayak marmut lucu
warna merah jambu yang
berada di sebuah roda,
seakan dia udah pergi jauh

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jenis Implikatur Percakapan

IPK : Implikatur percakapan khusus

IPU : Implikatur percakapan umum

IPB : Implikatur percakapan berskala

Jenis Implikatur
No. Percakapan Konteks
Percakapan
1. Dika : “1 jam Om…kasih saya Bapak Ina tidak berkenan IPU Permintaan
waktu 1 jam buat cerita, dengan kehadiran Dika.
Om”
Bapak Ina : “Setengah jam!”
Dika : “Tapi kalau setengah
jam…”
Bapak Ina : “Di mulai dari sekarang!
Ya! (Menyalakan
stopwatch)
2. Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak Percakapan antara Bertus IPK Hiperbolis
jadi pacar gue?” dengan Siswa A melalui
Siswa A : “Mendingan gue telepon, Bertus menembak
mati!!!” Siswa A. Bertus jelek dan
Siswa A tidak
menyukainya.
3. Dika : “Iya…elu mau jadi pacar Dika adalah siswa aneh. IPK Penolakan
gue, nggak?” Siswa B dengan sadar dan
Siswa B : “Nomer yang anda tuju sengaja berpura-pura
sedang tidak aktif, menjadi customer service
mohon hubungi beberapa karena malas menjawab
saat lagi” telepon Dika.
4. Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu Percakapan terjadi ketika IPK Ejekan
harus banyak, biar Bertus ingin meminta
kemungkinan salah 1 siswa menjadi
diterimanya itu pacarnya. Bertus dan Dika
banyak. Kalau gue adalah siswa aneh yang
nembak 100 cewek sering ditolak saat
dengan probilitas menyatakan cinta.
10%, gue mungkin

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

diterima 10 kali. Lu
nggak belajar
Matematika apa?”
Dika (SMA) : “Ber…tapi yang
namanya dua unsur
itu harus cocok-
cocokan, lu nggak
belajar Kimia apa?”
Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak
usah sok pinter deh.
Liat ni…liat”
5. Michael (SMA) : “Temen-temen Percakapan terjadi ketika IPK Permintaan
sorry, ya. kita Michael bersama teman-
pengen nongkrong di temannya ingin duduk di
sini” bangku yang sedang
Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. diduduki oleh Dika dan
Nggak papa, Bertus. Michael adalah
silahkan. Tadi agak siswa terkenal di sekolah
kotor sedikit. Dik
bangun Dik, bangun
bangun. Nggak papa,
ini agak kotor
(sambil mengelap
bangku bekas
mereka duduk)”
6. Dika (SMA) : “Ber emangnya Bertus dan Dika siswa IPK Ejekan
kenapa sih, populer aneh dan tidak terkenal
dan urusan cewek sehingga mereka sulit
sekarang jadi mendapatkan pacar di
penting banget buat sekolah.
elu?”
Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu
tahu kan? Di SMA
itu kita bisa ketemu
sama jodoh kita,
semakin lama kita
ketemu sama jodoh
kita, semakin lama
kita nikah”
Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat
nggak berani-berani,
udah ngomongin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

nikah!”
7. Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita Percakapan Dika dan IPU Tuduhan
jadi kayak gini!” Bertus dibawa ke UKS
Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, karena luka cubitan dari
gue nyoba ngebuat teman-temanya. Mereka
kita popular?” dicubit setelah mengikuti
ide Bertus untuk menjadi
terkenal
8. Bertus (SMA) : “Kenapa lu?!” Dika dan Bertus sedang IPK Permintaan
Dika (SMA) : “Siomay itu biar gue marahan. Dika merasa
yang bayar. Ber gue Bertus benar dengan
lupa bawa duit. idenya sehingga ia ingin
E…gue bayarin berbaikan dengan Bertus.
siomay elu, tapi gue
pinjem duit elu dulu,
nanti gue bayar ke
elu lagi”
Bertus (SMA) : “Ok…ok”
9. Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Dika membuat grup IPK Ejekan
Goblok! Goblok kok detektif aneh yang sudah
dipelihara. He…grup tidak popular di zamannya
detektif itu kenapa ketika SMA agar ia
dibikin lagi? Kamu menjadi terkenal.
pernah, ya? Jatuh dari
angkot, kepalanya
duluan, kena aspal?
Pernah, ya?”
Dika : “Nggak pernah, Om”
10. Bapak Ina : “Iya…lanjut lagi Percakapan antara Dika IPK Permintaan
ceritanya” dengan Bapak Ina
Dika : “Tapi?” dikediamnanya. Dika
Bapak Ina : “Saya masih punya menceritakan kisah SMA-
waktu setengah jam nya kepada Bapak Ina
lagi. Gimana? Terus dengan waktu terbatas
terus?” (hanya diberi waktu 1 jam
oleh Bapak Ina untuk
bercerita dan tinggal
tersisa waktu 30 menit).
11. Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di Percakapan Bertus dan IPB Laporan
sini?” Dika mencari kasus untuk
Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata ditangani. Bertus yakin
dalam sehari terjadi akan mendapatkan kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

258 kejahatan dan dengan mengamati jalanan


sebagian besarnya di depan sekolah.
terjadi di jalanan.
Kita tungguin aja,
palingan bentar lagi
juga ada kasus”
Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam
hati-hati ya kek,
awas mati! Di jalan
banyak kejahatan!”
12. Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa Dika dan Bertus tidak IPK Penolakan
ya?” mengenal Sindi. Mereka
Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah tidak ingin Sindi ikut
dipastiin siapa yang campur urusan
terakhir kali liat bola penyelidikan yang mereka
itu?” lakukan.
Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi,
kami lagi ada di
tengah kasus
penting”
13. Jimmy : “Eh sorry kayaknya Percakapan terjadi di IPB Permintaan
kita butuh ruangan ruang OSIS, Jimmy yang
lagi deh” terkenal lebih mudah
Vani : “Lah buat apa?” mendapatkan ruangan
Jimmy : “Ya, buat piala. Elu daripada grup detektif.
sendiri kan tahu
kalau club basket
kita udah keseringan
menang”
Vani : “Oh, ruangannya sih
ada tapi kayaknya
gue harus tanya ke
kepala sekolah dulu
deh bisa apa enggak”
14. Bapak Ina : “Bentar ya. Ee…iya, saya Percakapan terjadi ketika IPU Ejekan
mau pesen nasi padang. Bapak Ina memesan
Mau? (menawarkan makanan padang yang
kepada Dika), Em 2 pedas, Dika tidak
(Berbicara di telepon). menyukai makanan pedas
He’eh! Pake cabe nggak? namun takut
(tanya kepada Dika)” mengatakannya karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Dika : “Enggak Om” Bapak Ina galak.


Bapak Ina : “Cemen banget, masak
nggak pake cabe sih?”
Dika : “Eh…iya Om. Maksud
saya pakai cabe yang
banyak Om. Tapi kalau
bisa nggak pedes”
15. Dika : “Nah setelah dari Percakapan, Bapak Ina IPU Permintaan
perpustakaan, kami kan sangat galak. Dika diberi
per…em…gimana waktu terbatas untuk
kalau ceritanya, saya bercerita sehingga ia ingin
langsung ke bagian mempersingkat ceritanya.
yang penting aja? Ya,
Om? Jadi sebulan
kemudian…”
Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu,
tunggu. Kamu itu bisa
cerita apa enggak
sebenernya? Cerita kok
loncat-loncat kayak
begitu. Bagaimana
sih?! Yang bener!
Terus…terus!”
16. Bapak Ina : “Owh…gitu, ya? Eh Percakapan terjadi di IPU Permintaan
kamu mbok nambah to, ruang makan. Dika tidak
kok makannya dikit ingin menambah makanan
banget sih? Ini, opo gulai tapi sungkan dan takut
ayam? Opo sayur? dengan Bapak Ina.
Sayur? Atau, paru? Paru,
ya?”
Dika : “Sa…saya mau minum
aja sih om”
17. Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?” Bertus, Dika, dan Sindi IPK Tuduhan
Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak sedang mencari tahu
pernah kita duga pelaku pengiriman surat
nulis surat kaleng? kaleng kepada ketua
Ayo kita sebutin OSIS. Bertus siswa aneh,
bareng. Ibu kantin!” jelek, dan bodoh menuduh
Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu Ibu Kantin tanpa bukti.
bego, tapi nggak Sindi anggota grub
gini-gini juga kali!” detektif yang paling
pintar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

18. Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu Percakapan Bertus belum IPU Tuduhan
yang menulis surat membayar hutangnya
kaleng untuk ketua kepada Ibu Kantin
OSIS?”
Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak
tahu, tapi kalau yang
nulis bon makanan
ini memang Ibu. Eh
Bertus…kamu masih
banyak hutang di
sini!”
Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil
membayar hutang)”
19. Sindi (SMA) : “Ber…gue kan Percakapan Bertus tidak IPU Penyangkalan
udah bilang, mengindahkan saran Sindi
seharusnya emang untuk mendatangi alamat
kita datangin aja dalam surat kaleng
alamatnya” padahal sarannya tersebut
Bertus (SMA) : “Sebenernya gue benar.
pengen ngomong
kayak gitu dari
tadi”
Sindi (SMA) : “Terserah lu deh
Ber!”
20. Bapak Ina : “ Owh…gitu, ya? Eh, Dika tidak ingin IPU Penolakan
mbok kamu nambah to? menambah makanan yang
Kok makannya dikit ditawarkan Bapak Ina
banget, sih? Ini, opo karena ia sudah kenyang
gulai ayam? Opo sayur? dan hanya haus.
Sayur? Atau, paru? Paru,
ya?
Dika : “Sa…saya mau minum
aja, Om”
21. Ina : “Ee…gue mau ngajakin elu Percakapan terjadi di IPU Permintaan
sama grup detektif elu buat depan MADING sekolah.
ikutan ke acara gue. Ina menawarkan interview
Gimana, Dika?” untuk grub detektif. Dika
Dika : “Gue sih mau-mau aja. Nanti menyukai Ina dan senang
gue tanya temen-temen gue diuandang interview tetapi
dulu, ya?” ia berpura-pura cuek.
22. Ina : “Ee gue mau ngajakin Percakapan terjadi di IPU Permintaan
elu sama grup depan Mading sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

detektif elu buat Ina menawarkan interview


ikutan ke acara gue. untuk grup detektif.
Gimana, Dik?”
Dika (SMA) : “Gue sih mau-mau
aja. Nanti gue tanya
temen-temen gue
dulu, ya?”
23. Ina : “Oops… aduh, eh Ina menyukai Michael IPK Kesepakatan
ketabrak” tetapi Michael tidak tahu.
Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak Ina dengan sengaja
papa?” menabrakkan dirinya ke
Ina : “Ee nggak papa, Michael.
sorry ya Mich”
Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok.
Elu mau kemana?”
Ina : “Tuh (menunjuk),
mau duduk di situ”
Michael (SMA) : “Oh, ya udah.
Bareng yuk?”
24. Kepsek : “Kepala ekskul basket Dika menuduh Michael IPB Tuduhan
itu? Yang rambutnya sebagai pelaku ancaman
wangi itu?” pembunuhan kepala
Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” sekolah. Michael siswa
Kepsek : “Nggak mungkin, berprestasi dan terkenal
masak?” sehingga kepala sekolah
Dika (SMA) : “Berikan saya agak ragu.
beberapa hari, saya
bisa buktikan Bu”
25. Bertus (SMA) : “Lu yakin?” Bertus dan Dika IPK Permintaan
Dika (SMA) : “Ber…kita harus menyelidi Michael yang
membela kebenaran dituduh sebagai pelaku
kan?” ancaman pembunuhan
Bertus (SMA) : “Iya, sih” terhadap kepala sekolah.
Dika (SMA) : “Percaya sama gue”
26. Bertus (SMA) : “Perlu banget? Dika pernah memecahkan IPK Permintaan
(ketika Dika kasus penting. Dika
mengambil bekas menuduh Michael sebagai
makanan Michael pelaku ancaman
di kantin)” pembunuhan terhadap
Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue kepala sekolah dan Bertus
yang mecahin kasus meragukan tuduhan
surat kalengnya tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Kak Dara. Lu
percaya deh sama
gue”
27. Kepsek : “Apa saya salah Dika menuduh Michael IPK Penolakan
meminta bantuan sebagai pelaku ancaman
kalian?!!!” pembunuhan terhadap
Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. kepala sekolah dan tidak
Saya punya teori dapat membuktikan
yang lebih masuk tuduhan tersebut.
akal Bu”
Kepsek : “Cukup!”
28. Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya Percakapan terjadi ketika IPU Laporan
gue juga nemuin kalok Dika menghasut Ina agar
ternyata dia menjauhi Michael. Dika
keringetnya banyak menyukai Ina.
banget. Gue ambil
sampelnya di lapangan
tadi”
Ina : “Dik…ketek lu aja
basah terus. Thanks,
ya”
29. Dika : “Om…ini lampunya Percakapan Bapak Ina IPU Permintaan
nggak mau dinyalain tidak sadar bahwa kondisi
aja, Om?” ruang gelap karena lampu
Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek belum dinyalakan. Dika
lupa. Ngobrol sampek takut dengan Bapak Ina.
kemalaman. Siti!
(memanggil
pembantunya)
Lampu!”
30. Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian Percakapan Dika tidak IPU Laporan
cuma salah dapat memecahkan kasus
menerjemahkan kata- ancaman pembunuhan
kata. Ya, namanya kepala sekolah ketika
masih muda, masih SMA. Bapak Ina tahu
goblok-goblok” penyebab tidak
Dika : “Ya tapi kan, dulu terpecahkannya kasus itu.
Sindi yang paling
pinter aja nggak bisa
mecahin kasus itu
Om?”
Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu

Karya Raditya Dika

Tokoh Percakapan
Dika (Dewasa mendatangi rumah Ina)
Dika “Selamat siang, Inanya ada? (Ketika pintu rumah belum dibuka).
Em…selamat malam, Om.”
Bapak Ina “Jadi…kamu temenya Ina?”
Dika “Iya, Om. Bener, Om.”
Bapak Ina “Nama kamu?”
Dika “Nama...em nama saya Dika, Om.”
Bapak Ina “Dika? E…kamu pasti orang yang pernah datang, terus mengacaukan
pesta ulang tahun Ina, kan?
Dika “Oh…enggak om. Itu…itu bukan saya Om!”
Bapak Ina “Ah udah…saya nggak bakalan lupa!nih nih nih!”
Dika “Enggak…enggak itu bukan saya, Om!”
Bapak Ina “Ah…enggak lupa saya, kamu melakukan itu. Eh, sudahlah. Eh eh sudah-
sudah tarok lagi tehnya (bicara dengan pembantu yang menuang teh untuk
Dika). Nggak usah di tuang, bawa masuk ke dalam. Di suruh kok mencla-
mencle. Heh bawa pergi!”
Dika “Om, sabar Om”
Bapak Ina “Kamu, keluar!”
Dika “Om…Jadi. Jadi sebenernya gini, saya dapat ini kemarin”
Bapak Ina “Oh…iya. Anak saya memang akan menikah besok. Terus?”
Dika “Em…em…mau ngasih, ngasih ini, Om!” (1000 Burung Bangau Kertas).
Bapak Ina “Kamu mau mencoba mengacaukan, menggagalkan pernikahan anak saya?
Iya? Kayak di film-film? Iya?”
Dika “Em…enggak, Om. Saya bisa jelasin…jadi kan…”
Bapak Ina “Eits…kamu keluar sana! Di rumah ini tidak ada orang kecuali saya.
Kamu cuma berurusan sama saya. Paham nggak? Keluar!”
Dika “Om...Om…saya bisa jelasin semua, terutama soal luka itu. Tapi saya
butuh waktu lama buat cerita. Bisa-bisa 3 jam, belum lagi harus ke WC”
Bapak Ina “Nggak…nggak nggak…enggak!”
Dika “1 jam Om…kasih saya waktu 1 jam buat cerita, Om”
Bapak Ina “Setengah jam!”
Dika “Tapi kalau setengah jam…”
Bapak Ina “Di mulai dari sekarang! Ya!”
Dika “Ceritanya dimulai dari sebuah telepon, Om. Jadi waktu itu di kamar
saya…”
Percakapan terjadi di kamar Dika. Adegan dalam film menceritakan Dika dan Bertus
ketika SMA.
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Dika (SMA) “Telpon sekarang?”


Bertus (SMA) “Hallo…Momo? Ini Bertus anak kelas 1 B. Lu mau nggak jadi pacar
gue?”
Momo “Enggak!”
Bertus (SMA) “Hallo…hallo?”
Dika (SMA) “Iya hallo Sandra…Sandra ini Dika, jadi gini…”
Sandra (SMA) “Dika? Dika bencong?”
Dika (SMA) “Bencong? Enggak, gue nggak bencong.”
Bertus (SMA) “Hallo…ini Bertus anak kelas 1 B. Hallo…hallo…?”
Dika (SMA) “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?”
AQ (Tidak “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat
disebutkan lagi”
namanya)
Bertus (SMA) “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”
Siswa A (Tidak “Mendingan gue mati!”
disebutkan
namanya)
Dika (SMA) “Udah habis?”
Bertus (SMA) “Tinggal 1 lagi sih Dik, tapi kayaknya yang ini nggak bisa lu telpon deh”
Dika (SMA) “Ber, lu yakin? Lewat telpon aja gagal, gimana ngomong langsung?”
Bertus (SMA) “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu
banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue
mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?”
Dika (SMA) “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak
belajar Kimia apa?”
Bertus (SMA) “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat”
Bertus (SMA) “Hallo Sintia?”
Sintia “Iya Bertus”
Bertus (SMA) “Lu mau nggak?”
Sintia “Tunggu dulu. Kalau lu mau nembak gue, gue nggak mau ya!”
Bertus (SMA) “Eem…lu mau nggak, kalau siomaynya gue makan? Soalnya dari tadi, gue
liat kelihatannya enak (memakan siomay milik Sintia). Makasih ya!”
Teman Sintia “Eh tunggu, gue bunuh dulu kumannya!”
(Tidak
disebutkan
namanya)
Sintia “Thanks”
Bertus (SMA) “Apa ya, yang kurang dari kita?”
Jimmy “Eh Sorry, kita pengen duduk di sini jadi lu pergi dong”
Dika (SMA) “Sorry ya…kami duluan yang duduk di sini”
Teman Michael “Kok lu nyolot?”
(Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

disebutkan
namanya)
Bertus (SMA) “Lha elu yang nyolot”
Jimmy “Lha terus kenapa?”
Michael (SMA) “Ri…Jim…udahlah…nggak usah ribut-ribut”
Bertus & Dika “Michael, Michael”
(SMA)
Michael (SMA) “Temen-temen sorry ya, kita pengen nongkrong di sini”
Bertus (SMA) “Oh…o iya, nggak papa. Silahkan, tadi agak kotor sedikit. Dik, bangun
Dik. Bangun, bangun. Nggak papa, ini agak kotor”
Michael (SMA) “Sip temen-temen”
Bertus (SMA) “Silahkan duduk”
Michael (SMA) “Yo”
Bertus (SMA) “Dik, rambutnya wangi banget”
Dika (SMA) “Iya, ya”
Bertus (SMA) “Dik, gimana ya kita bisa kaya Michael?”
Dika (SMA) “Ber, dia itu popular! Lu tanya aja satu sekolah, siapa sih yang nggak tau
dia?”
Bayu Skak “Michael itu cowok yang beda dari yang lain. Soalnya kata orang-orang
(SMA) dia itu vegeratian. Keren! Nggak makan udang!”
Teman Bayu “Kayaknya vegetarian bukan itu deh?”
Skak (Tidak
disebutkan
namanya)
Guru “Selain ganteng, anaknya juga jujur. Padahal saya udah bilangin, nyontek
aja pas ulangan, nggak papa. Eh…anaknya nggak mau. Sayang saya udah
tua”
Adipati “Meskipun dia ketua team basket, ternyata dia juga jago main bolanya.
Kemaren ya, 11 orang dari team gue ngelawan dia sendiri. Kalah! Kalah
semuanya. Kalahnya 5-0 lagi”
Anca “Michael itu Shionya tikus, Bintangnya Aries, dia lahir senin Wage,
terus…”
Bertus (SMA) “Gue paham sekarang. Itu problem kita, Dik. Kita cemen, kita harus
populer supaya kita bisa bahagia”
Dika (SMA) “Emangnya kita sama sekali nggak terkenal ya, Ber?”
Bertus (SMA) “Ni ya, Dik. Kepala sekolah aja sampai nggak tahu nama kita. E…Sore
Bu?”
Kepsek “Sore. Itu siapa?”
Panji/wakil “Nggak tahu, Bu! Kayaknya bukan siswa murid sekolah sini deh!”
kepala sekolah
Dika (SMA) “Ber, emangnya kenapa sih populer dan urusan cewek sekarang jadi
penting banget buat elu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Bertus (SMA) “Dik…gini-gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh
kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah”
Dika (SMA) “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!”
Di mobil Bapak Dika
Bertus (SMA) “Om…dulu waktu Om muda, sekolah, Om populer nggak?”
Bapak Dika “Hei!!! Banget, Om kau ini”
Bertus (SMA) “Gimana sih caranya popular, Om?”
Bapak Dika “Kau mesti seperti jaman aku dulu. Ha…kalau jaman aku, kau main sepatu
roda, kau makan permen karet, hah…pasti kalian terkenal. Gaya itu nomer
1, percaya sama aku”
Adegan kembali ke masa Dika dewasa yang sedang bercerita dengan Bapak Ina
Bapak Ina “Ya, memang. Itu kan memang popular dan paling keren di zamannya,
Om. Tapi kamu kan nggak mungkin melakukan itu, iyakan?”
Adegan masa SMA
Bertus (SMA) “Hei…elu..elu…elu…apa kabar ne?”
Dika (SMA) “Lagi pada ngapain sih coy? Boleh ikutan, nggak?”
Kepsek “Sudah berapa kali saya bilang, jangan main kartu di sekolah!”
Wakapsek “Nah…ini bagus ni, Bu”
Kepsek “Hah?”
Wakapsek/panji: “Ini bagus nih! Buat saya ya, Bu?”
Kepsek “Boleh, saya juga mau satu”
Anak pemain “Gara-gara elu kartu gue diambil. Ah reseh lu!”
kartu di sekolah
Dika (SMA) “Temen-temen sorry banget ya, sorry banget. Gue nggak tahu akan
jadinya kayak begini. Sorry banget, ya”
Anak pemain “Kalau lu berdua nggak nyamperin kita dengan baju taman lawak elu itu,
kartu di sekolah pasti nggak bakal kayak begini!”
Bertus (SMA) “Sabar…sabar…!”
Anak pemain “Ah diem lu!”
kartu 1
Anak pemain “Ah udah…cutek aja…cubit teteknya”
kartu 2
Dika (SMA) “Nggak…nggak. Jangan cutek! Tetek gue sensitive”
Bertus (SMA) “Aa…iya jangan. Teteknya sensitive”
Anak pemain “Elu tahu dari mana?”
kartu 1
Anak pemain “Udah…cubit teteknya!!!”
kartu 2
Dika (SMA) “Pelan-pelan!”
Anak pemain “Cemen lu”
kartu 1
Dika (SMA) “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

Bertus (SMA) “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita populer?”
Dika (SMA) “Populer, populer, populer! Cuma itu aja yang ada di otak elu? Lagian
kenapa sih kita harus jadi populer?”
Bertus (SMA) “Dik, kita ini…”
Dika (SMA) “Udahlah Ber! Jadi populer udah nggak penting buat gue. Sekarang, yang
penting hidup gue tenang”
Ina “Hallo…Dika, ya?”
Dika (SMA) “Iya bener”
Ina “Cepet sembuh, ya”
Dika (SMA) “Ak…tunggu. Kok elu tahu nama gue?”
Ina “Iya, Dika 1 B kan?”
Dika (SMA) “Kok elu tahu kelas gue?”
Pak Yoyok “Terus yang dibelakang itu terus!”
(Guru Olah
raga)
Dika (SMA) “Aduuuh…Pak Pak, saya udah nggak kuat Pak.”
Bertus (SMA) “Saya juga, Pak”
Pak Yoyok “Kenapa kalian?”
(Guru Olah
Raga)
Dika (SMA) “Tetek saya sakit, Pak”
Bertus (SMA) “Tetek saya juga, Pak”
Pak Yoyok “Kalian berdua habis ngapain? Saya nggak perduli, kalian istirahat aja.
(Guru Olah Yang lain terus. Yang lain terus!”
Raga)
Dika (SMA) “Males gue deket-deket elu. Pergi sana!”
Pak Yoyok “Yang di belakang itu terus, ayok lanjut. Cantik ya? (melihat Guru Sejarah
(Guru Olah sambil berbisik pada Dika) Dia itu gebetan saya dari dulu”
Raga)
Dika (SMA) “Pak, Ina kan masih kelas 1 SMA!”
Pak Yoyok “Bukan Ina, Guru Sejarah. Bu Marsha. Tapi sayang dia udah nikah sama
(Guru Olah bassis terkenal di jaman saya kuliah dulu. Emang ya nak, yang bukan
Raga) siapa-siapa mana bisa dapat apa-apa (menunjuk siswa lain yang sedang
olah raga). Eh jangan tidur! Lanjut terus. Ayoook!”

Bertus (SMA) “Kenapa lu?!”


Dika (SMA) “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber, gue lupa bawa duit. E…gue bayarin
siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi”
Bertus (SMA) “Ok…ok”
Dika (SMA) “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar (makasih). Ber, lu bener. Kita
emang harus jadi populer”
Bertus (SMA) “Nah, gitu kek dari tadi. Gue nambah lagi boleh, ya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Dika (SMA) “Boleh, dong. Pak, Pak (memanggil)”


Di rumah Dika.
Bertus (SMA) “Ok…elu ikutin cara gue supaya kita jadi terkenal di sekolah”
Dika (SMA) “Gimana, gimana?”
Bertus (SMA) “Gini, kita bikin kehebohan, kita terkenal”
Dika (SMA) “Caranya gimana?”
Bertus (SMA) “Nggak tahu. Baru sampai sini doang rencana gue”
Ibu Dika “Nih, biar ide cemerlangnya keluar”
Dika (SMA) “Makasih, Ma”
Bertus (SMA) “Makasih, Tante”
Ibu Dika “Pah…?”
Bapak Dika “Hem?”
Ibu Dika “Tuh anaknya lagi bingung pengen ngetop. Bantuin dong, kerja aja”

Dika (SMA) “Oh…gimana kalau kita ikutin anak-anak yang terkenal di sekolah kita?”

Bertus (SMA) “Oh…oh iya. Gimana ya, cara kita bisa terkenal kayak mereka?”
Bapak Dika “Mereka ini siapa?”
Dika (SMA) “Nama-nama ketua Ekskul di sekolah, Pa”
Di Sekolah
Ketua PMR “Jadi kalian mau gabung di PMR? Kebetulan, kami lagi cari korban
bencana alam, kurang 2 orang. Yuk, langsung di buka bajunya”
(mengangguk)
Julio/Ketua “Nggak ada lowongan”
Pencak Silat
Anggota Ekskul “Yah…gentengnya abis nih”
Pencak Silat
(tidak
disebutkan
namanya)
Julio “Kebetulan kalian ada lowongan”
(ciaaaat)
Ge Pamungkas “Anda tahu? Ini Ekskul apa?”
(Ketua Ekskul
Bahasa)
Dika (SMA) “Ekskul Bahasa Inggris kan, Kak?”
Bertus (SMA) “We want to join”
Ge Pamungkas “Itu dulu, sekarang kami menjadi Ekskul Bahasa Hewan (Auk…auk
(Ketua Ekskul auk…auk aukkk)”
Bahasa)
Bertus (SMA) “Ekskul-ekskul itu nggak pantes buat kita, Dik!”
Dika (SMA) “Apa kita bikin ekskul sendiri aja, Ber?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Bertus (SMA) “Iya, ya! Pasti ada ekskul, club, atau grup yang belum pernah dibuat. Dik,
kita nggak usah bikin ekskul, kita bikin grup kita sendiri. Grup detektif,
detektif kan disukai semua orang!”
Dika (SMA) “Lu tahu apa soal detektif?”
Bertus (SMA) “Gue tahu banyak. Gue sering baca comic Konan, comic Dhaichi, bahkan
Silermoon”
Dika (SMA) “Dua cowok cemen kayak kita, bisa diketawain 1 sekolah”
Bertus (SMA) “Kita kan udah biasa diketawain 1 sekolah dan kedengerannya nggak
secemen itu”
Para “Ssst”
pengunjung
perpus
Bertus (SMA) “Biasa aja donk!!”
Para “Ssst”
pengunjung
perpus
Bertus (SMA) “Biasa aja donk (nada pelan)”
Adegan Dika dewasa
Dika “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau
ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja ya, Om? Jadi sebulan
kemudian”
Bapak Ina “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak
sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih! Yang
bener! Terus…terus!”
Dika “Sabar, Om. Sabar, Om. Jadi gini kan…tadinya saya nggak mau ngikutin
ide noraknya Si Bertus. Tapi, gara-gara anak, Om”
Dika (SMA) menelpon Ina
Ina “Hallo? Hallo? Ini Michael, ya? (telpon dari Dika)”
Dika (SMA) “Ber…kita harus bikin grup detektif”
Adegan Dika dewasa
Bapak ina “Haduuuh…haduuuh. Goblok, goblok kok dipelihara. He…grup detektif
itu kenapa dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya
duluan, kena aspal? Pernah, ya?”
Dika “Nggak pernah, Om”
Bapak ina “Gimana? Ayo…kenapa? Haus? Siti…Siti! Bawain teh Siti, sini! Siti!”

Siti (Pembantu) “Iya pak”


Bapak ina “Eh…eh…sudah tarok situ. Tekonya tarok situ…kamu (meminta pergi).
Hmm…tuang sendiri. Enak?”
Dika “Kayak teh pada umumnya, Om”
Bapak ina “Iya…lanjutkan”
Dika “Lanjutkan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Bapak ina “Iya…lanjut lagi ceritanya”


Dika “Tapi?”
Bapak ina “Saya masih punya waktu setengah jam lagi. Gimana? Terus terus?”
Adegan Dika (SMA)
Dika (SMA) “Ok. Gue cek ulang, ya? Ini pendaftaran kertas kasus-kasus yang bakalan
masuk ke kita kan?”
Bertus (SMA) “Betul! Lalu, ini teser, hati-hati itu berbahaya. Mulai sekarang, derajat kita
bakalan naik, Dik. Grup detektif ini bakal memecahkan kasus. Menjunjung
tinggi keadilan. Yang paling penting, semua orang yang ada di sini,
bakalan diem-diem ngomong; kok mereka jadi tambah keren, ya!”

Siswa B (Di “Kok mereka jadi makin tambah aneh, ya? (siswi di kantin)”
kantin, tidak
disebutkan
namanya)
Siswa C (Di “Iya, ya…pantes mereka nggak punya temen”
kantin, tidak
disebutkan
namanya)
Dika (SMA) “Kita ngapain sih di sini?”
Bertus (SMA) “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 285 kejahatan dan sebagian
besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada
kasus”
Kakek Tua “Assalamualaikum…”
Bertus (SMA) “Waalaikumsalam…hati-hati ya kek, awas mati di jalan banyak kejahatan”
Dika (SMA) “Lu liat muka anak itu. Keliatannya tampangnya suntuk ada masalah,
bentar ya (Menghampiri anak yang membaca buku). Ada masalah ya? Ada
masalah ya? Emang mukanya begitu. Udahlah, kita tawarin lagi aja yuk?”

Bertus (SMA) “Dik, detektif kayak kita nawarin kasus ke orang-orang, kayak di mangga
2”
Simulasi: “Boleh kakak, boleh kakak (menawarkan jasa penanganan kasus)”
Dika (SMA) “Coba kita tawarin ke Pak Yoyok”
Bertus (SMA) “Dia nggak mungkin punya kasus, Dik!”
Dika (SMA) “Kita nggak punya pilihan lain” (menghampiri)
Menghampiri Pak Yoyok
Dika (SMA) “Pak!”
Pak Yoyok “Hmm”
(Guru Olah
Raga)
Dika (SMA) “Kami baru bikin grup detektif”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Pak Yoyok “Terus?”


(Guru Olah
Raga)
Dika (SMA) “Bapak ada kasus?”
Pak Yoyok “Kasus? Ada. Bola basket saya hilang, padahal setelah pulang sekolah
(Guru Olah kemarin saya taruh didekat bola-bola volli itu (menunjuk). Tapi hari ini,
Raga) bola basket itu hilang secara misterius”
Bertus (SMA) “Misteri hilangnya bola basket guru olah raga tua. Maksud saya, guru olah
raga yang tidak terlalu tua”
Bertus (SMA) “Kalian kemarin masuk ke ruang olah raga? (mengintrogasi)”
Siswa D (Tidak “Iya, kemarin gue yang narok bola volli baru”
disebutkan
namanya)
Bertus (SMA) “Berarti elu pelakunya! Jangan bohong lu! Jangan bohong!”
Siswa D “Enggak!”
Bertus (SMA) “Lu narkoba, ya? Lu narkoba, ya!”
Siswa D “Enggak”
Sindi (SMA) “Ada berapa bola yang hilang?”
Bertus (SMA) “Eem…sorry. Siapa, ya?”
Sindi (SMA) “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?”
Dika (SMA) “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting”
Dika (SMA) “Ok, Pak tenang aja. Misteri hilangnya bola basket di sekolah ini sudah
terpecahkan”
Pak Yoyok “Secepat itu?”
(Guru Olah
Raga)
Dika (SMA) “Bener, Pak. Gini kejadiannya: Pak Yoyok menaruh bola basket pada
siang hari? Pada saat malam tiba si pencuri masuk (lalu), sudah lama ia
menginginkan bola basket itu, lalu pada saat dia berada di ruang olah raga,
dia mendengar suara penjaga sekolah, dia panik, dia lari, makanya ada
bekas sepatu lecet di lantai. Pencuri menyembunyikan bola basket tersebut
di tempat sampah. Mungkin pelakunya nggak akan ketemu, tapi yang jelas
bola basket itu ada di sini (menunjuk tong sampah).”
Bertus (SMA) “Hampir betul, tapi ada kesalahan sedikit pada hipotesa tersebut”
Pak Yoyok “Apa itu?”
(Guru Olah
Raga)
Bertus (SMA) “Kejadian yang sebenarnya seperti ini; pencurinya ada 2 orang. Yang 1
gempal dan yang 1 kurus”
Pak Yoyok “Kamu tahu dari mana?”
(Guru Olah
Raga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

Bertus (SMA) “Feeling aja, Pak. Boleh saya lanjutkan? Si pencuri bahkan tidak tahu
kalau ada bola basket. Pencuri ingin yang lebih besar lagi, yaitu AC bekas
yang ada di ruang olah raga. Kalau dijual lebih mahal. Saya tahu, karena
saya pernah jualan AC. Di saat mereka mau kabur, mereka mikir kenapa
nggak bawa bola basket sekalian?”
Pak Yoyok “Bentar, kenapa mereka harus bawa bola basket?”
(Guru Olah
Raga)
Bertus (SMA) “Itulah Pak, jalan pikiran criminal memang susah ditebak”
Pak Yoyok “Bajingan!”
(Guru Olah
Raga)
Bertus (SMA) “Pada saat di tengah jalan, mereka mikir berat kalau bawa dua-duanya.
Jadi, bola basketnya mereka buang ke tempat sampah”
Dika (SMA) “Kayaknya hipotesa lu lebih masuk akal”
Sindi (SMA) “Udah, Pak. Sini ikut saya aja, yuk”
Bertus (SMA) “Eh…kalau lu nggak tahu nggak usah ikut campur. Jelas-jelas bola
basketnya ada di tempat sampah…!!!”
Sindi (SMA) “Ayuk, Pak. Sebenernya penyelesaiannya gampang, Pak”
Pak Yoyok “Gimana, gimana?”
(Guru Olah
Raga)
Sindi (SMA) “Jadi gini, anak-anak yang nongkrong di depan kelas tadi sebagai petunjuk
pentingnya. Mereka masuk ke dalam gudang untuk menaruh bola volli,
tapi ternyata di belakang rak tralisnya udah rusak. Jadi sebenarnya, 3 bola
volli yang Pak Yoyok lihat sebenernya adalah 3 bola volli yang baru”
Pak Yoyok “Hebat anggota kalian ini”
(Guru Olah
Raga)
Dika (SMA) “Em Pak, dia bukan anggota…”
Bertus (SMA) “Eeee iya Pak, anggota kami memang sangat bagus. Em…makasih ya,
Sinta”
Sindi (SMA) “Sindi!”
Bertus (SMA) “Sindi”
Sindi (SMA) “Ok…buat kasus selanjutnya, mendingan kita…”
Bertus (SMA) “Eeet tunggu, jangan seneng dulu lu. Lu masih kami terima sebagai
anggota magang”
Dika (SMA) “Udah-udah kita mulai aja rapatnya. Kasus pertama udah selesai, sekarang
kita tinggal nyari kasus ke dua. Ada saran atau ide dari anggota?”
Sindi (SMA) “Tunggu sebentar deh, kita rapat di sini? Kita nggak punya ruangan lain?”
Bertus (SMA) “Nah…itu tugas pertama lu. Cariin ruangan buat grup ini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Vani (Anggota “Grup detektif? Itu ekskul resmi?”


OSIS 1)
Sindi (SMA) “Ee…sebenernya ini bukan Ekskul dan emang nggak resmi juga. Tapi kita
tetep butuh ruangan buat kegiatan kita”
Vani (Anggota “Eh ruang kosong yang di belakang itu masih kepake nggak sih?”
OSIS 1)
Anggota OSIS 2 “Kosong sih tapi kayaknya harus diberesin dulu deh”
(tidak
disebutkan
namanya)
Bertus (SMA) “Ee…nggak papa. Saya bisa beresin kok. Saya biasa buang sampah. Itu
hobby saya”
Jimmy “Hei Van?”
Vani (Anggota “Iya Jim”
OSIS 1)
Jimmy “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh”
Vani (Anggota “Lah, buat apa?”
OSIS 1)
Jimmy “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah
keseringan menang”
Vani (Anggota “Oh…ruangannya sih ada, tapi kayaknya gua harus tanya ke kepala
OSIS 1) sekolah dulu deh bisa apa enggak”
Michael (SMA) “Hei…sorry”
Dika & Bertus “Michael”
(SMA)
Michael (SMA) “Eh iya…sorry, jadi gini club basket kami butuh banget ruangan baru.
Boleh, ya?”
Vani (Anggota “Iya iya iya…boleh”
OSIS 1)
Michael (SMA) “Thanks, ya…”
Dika (SMA) “Balik lagi deh ke kantin”
Bertus (SMA) “Eh itu kak Dara, kenapa?”
Dika (SMA) “Kak Dara? Kak Dara ketua OSIS?”
Dara “Gue bener-bener nggak tahu deh ini pelakunya siapa?”
Teman Dara 1 “Kurang ajar banget sih”
Dara “Makanya”
Bertus (SMA) “Pelaku? Ada kasus?”
Dara “Ah…ini, gue dikirimi kayak surat kaleng gitu”
Dika (SMA) “Ok gini aja. Kami bakal nyari pelakunya siapa, kalau ketemu, kami dapat
ruangan. Gimana?”
Dika membaca surat kaleng untuk Dara
Dika (SMA) “Dear Dara, elu nggak usah belagu. Gue bakal bikin hidup elu susah. Gue
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

nggak suka ngliat tampang elu, kalau mau hidup elu tenang, kirim uang
500 ribu ke alamat ini. Lalu di bawahnya ada alamat”
Sindi (SMA) “Coba lihat”
Dika (SMA) “Petunjuk pertama, ada rambut keriting coklat di bawah amplop ini”
Bertus (SMA) “Terus? Terus?”
Dika (SMA) “Petunjuk kedua tulisannya agak miring ke kiri, berarti kemungkinan dia
jalannya agak miring ke kiri juga. Ini ada bekas cairan di sini. Ingus! Ini
ingus”
Bertus (SMA) “Ingus! Ini ingus. Berarti kita harus cari orang yang kepalanya miring ke
kiri, hidungnya ingusan, rambutnya keriting, dan warna coklat”
Sindi (SMA) “Ber, mana ada orang yang kayak gitu?”
Bertus (SMA) “Ingus! Ini ingus!”
Sindi (SMA) “Eh…tunggu, tunggu, tunggu! Ini ada alamatnya di bawah. Kita nggak
mau coba ke alamat ini aja? Ini kan petunjuk!”
Dika & Bertus “Aaahh…”
(SMA)
Sindi (SMA) “Ber…Dik…”
Adegan Dika sudah dewasa
Bapak Ina “Tapi kalau menurut Om sih, nggak mungkinlah. Masak ada orang kirim
surat kaleng dikasih alamat yang asli…kan goblok banget itu”

Dika “Ya, bener juga sih Om. Tapi ceritanya belum sampai sana, masih
panjang”
Bapak Ina “Eem…”
Dika “(Melihat jam) Eee”
Bapak Ina “Dah jam segini, ya?”
Dika “Iya, Om”
Bapak Ina “Bentar ya. E…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan pada
Dika), Em 2 (Berbicara di telefon). He’eh! Pake cabe nggak? (tanya pada
Dika)”
Dika “Enggak, Om”
Bapak Ina “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?”
Dika “Eh…iya om. Maksud saya pakai cabe yang banyak om. Tapi kalau bisa
nggak pedes”
Bapak Ina “Ha…iya iya, gini aja. Paketnya kamu yang atur, ya? Iya makasih. Terus
terus terus?”
Adegan Dika ketika SMA.
Dika (SMA) “Tulisannya beda, bukan dia orangnya”
Bertus (SMA) “Belajar dari semua kasus yang ada di buku-buku ini, kesimpulan yang
bisa gue dapat adalah pelakunya selalu orang yang tidak pernah kita duga”
Dika (SMA) “Jadi pelakunya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Bertus (SMA) “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin
bareng. Ibu kantin!”
Sindi (SMA) “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!”
Bertus (SMA) “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?”
Ibu Kantin “Kalau itu ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang
ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”
Bertus (SMA) “Maaf ya, Bu (sambil membayar hutang)”
Ibu Kantin “Iya”
Bapak Dika “Apa ini?”
Ibu Dika “Jangan-jangan dapat surat cinta, ya?”
Bapak Dika “Hah…mana mungkin ada yang suka sama dia?”
Ibu Dika “Iya, juga sih”
Dika (SMA) “Itu surat kaleng, Pa. kita lagi mau nyari siapa yang nulis”
Bapak Dika “Ini ada alamatnya, kenapa nggak kau cari?”
Sindi (SMA) “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja
alamatnya”
Bertus (SMA) “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi”
Sindi (SMA) “Terserah lu deh Ber!”
Dika (SMA) “Eh Pa…”
Bapak Dika “Iya?”
Dika (SMA) “Kok ini nomernya nggak urut, ya?”
Bapak Dika “Itu dia…nih liat! Itu nomer 1, itu nomer 165. Ini pasti alamatnya palsu,
Dik”
Bertus (SMA) “Bener kan alamatnya palsu”
Sindi (SMA) “Sekali lagi elu ngomong kayak gitu, gue colok hidung lu pake pensil!”
Bapak Dika “Ah…sudah, kalian berdua nggak usah bertengkar. Kita pulang aja dulu”
Bertus (SMA) “Eh…tapi, Om. Jangan-jangan pelakunya sengaja nuker-nuker nomer
rumah. Apa jangan-jangan ini hanya mimpi?
Bapak Dika “Kau banyak kali cakapnya! Abis udara kau bikin nih”
Dika (SMA) “Pa, Pa, Pa,…berenti Pa”
Bapak Dika “Ada apa?”
Dika (SMA) “Pah…”
Bapak Dika “E e Dika!”
Sindi “Dika”
Bertus (SMA) “Om…ini mimpi bukan, Om? Om, ini mimpi bukan?”
Bapak Dika “Ah…dia Bertus”
Bertus (SMA) “Om!”
Ina “Rambut lu kok bisa keren banget sih?”
Michael (SMA) “Oh…gue baru beli condisinioner dari Itali”
Ina “Serius?”
Michael (SMA) “Serius”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

Ina “Gue boleh pegang nggak?”


Michael (SMA) “Pegang aja…pegang pegang pegang”
Ina “Oh iya…tapi kok kalau gue pakai condisioner. Rambut gue enggak
sebagus elu ya?”
Sindi (SMA) “Dik, elu ngapain sih?”
Bertus (SMA) “Iya, elu ngapain sih?”
Dika (SMA) “Yang tadi nggak penting, ini yang penting. Alamat suratnya di tip-X, itu
berarti…sorry sorry mata gue kemasukan keringet. Bisa baca nggak Sin?”
Sindi (SMA) “Ok ok… ini berarti si pelaku tadinya nulis alamat yang asli, tapi dia
berubah pikiran dan menghapusnya pakai tip-X”
Bertus (SMA) “Kita harus cari orang yang punya tip-X”
Bapak Dika “Hah kemana kita sekarang?”
Sindi (SMA) “Oh…bentar om. Ok, aku ngerti kita harus kemana”
Dika (SMA) “Dia pelakunya!”
Bertus (SMA) “Gue inget muka dia”
Sindi (SMA) “Sasya anak kelas 1 C”
Bapak Dika “Aku tak tahu dia siapa!”
Dara “Maksud lu apaan nih, ngirimin surat kayak ginian? Elu piker elu udah
keren banget, udah asyik banget? Hah? Asal lu tahu ya…”
Dika (SMA) “Gue nggak enak juga sih sebenernya”
Bertus (SMA) “Gara-gara kita, dia dimarahin?”
Dika (SMA) “Ya, semacam itulah”
Bertus (SMA) “Dik…penjahat harus dihukum, orang yang nggak jujur harus di hukum
dengan hukuman yang setimpal. Untuk itu kan kita buat grup detektif ini?”
Sindi (SMA) “Gue setuju! Berkat kita, sekolah ini aman dari ancaman surat kaleng”
Ketua “Eh Dika, Sindi, Bertus…thanks you ya. Em…sama ini (menyerahkan
OSIS/Dara kunci) sesuai perjanjian”
Bertus (SMA) “Terima kasih”
Ketua “Eh…Cuma gini, ada 1 kendala. Masalahnya-kan club kalian ini bukan
OSIS/Dara termasuk ekskul resmi, jadi ruangan kalian terpaksa gabung sama ruangan
pialanya club basket. Nggak papa kan?”
Dika (SMA) “Ya, sebenernya sih kita…”
Sindi (SMA) “Eh, nggak papa”
Bertus (SMA) “Yang penting kita punya ruangan”
Ketua “Ok, sip kalau gitu. Oh sekali lagi makasih, ya”
OSIS/Dara
Bertus (SMA) “Nah…yang ini meja kerja gue”
Dika (SMA) “Ini meja gue”
Michael (SMA) “Sorry ini grup detektif, ya? Team basket kami pengen nitip piala, soalnya
kami baru menang kemaren. Gue tarok situ, ya?”
Bertus (SMA) “Oh, iya nggak papa”
Michael (SMA) “Thank you, ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Bertus (SMA) “Eh Michael…elu pakai shampo apa ya? Kok harum banget?”
Michael (SMA) “Oh itu…gue beli di Itali”
Bertus (SMA) “Oh gitu ya? Ba…baunya enak”
Michael (SMA) “Thanks, Suroso”
Bertus (SMA) “Bertus”
Michael (SMA) “Thanks you Bertus”
Bertus (SMA) “Keren, ya? Dia cuma salah sekali manggil nama gue”
Adegan Dika sudah dewasa
Dika “Terus, Om…hampir setiap hari kami kerja di ruangan itu”
Bapak Ina ”Owh…gitu ya…eh kamu mbok nambah to, kok makannya dikit banget
sih? Ini, opo gulai ayam? opo sayur sayur? Atau paru?paru, ya?”
Dika “Sa…saya mau minum aja, Om”
Bapak Ina “Oh ya nanti kalau minum, biar kuat ceritanya. Kalau habis makan boleh
minum, kalau sebentar nggak boleh. Ha…ayo makan. E e eh…jangan
terlalu, semua di telen gitu. Keselek nanti kamu mati lho, saya kan
penasaran ceritanya belum selesai. Ayo terus, terus gimana?”
Dika “Ok…selanjutnya kasus-kasus datang nggak berenti ke kami, Om”
Adegan saat SMA
Onsu “Duit gue kurang Ber…kayaknya ada yang ngambil deh”
Bertus (SMA) “Kurang gimana?”
Onsu “Jadi gini…dari rumah, gue kan bawa uang 50 ribu, terus di kantin gue
beli ayam 7 ribu 5 ratus, pas gue balik ke kelas, duit kembalian gue adanya
47.500. He…ada yang ngambil kan?”
Bertus (SMA) “Pasti nilai MTK lu jelek, ya?”
Onsu “Iya! Eh…kok hebat lu? Tau-tauan?”
Bertus (SMA) “Soalnya duit kembalian lu dari kantin itu kelebihan”
Onsu “Ah masak sih?”
Bertus (SMA) “Sebaiknya sih elu balikin”
Onsu “Em…oh…(kabur)”
Pelapor mobil “Jadi tu gini; pas gue mau masuk, tu mobil gue, gue parkir di sini, pas gue
hilang (tidak balik lagi tuh mobil gue ilang! Ini pasti kerjaan mantan gue…eh!”
disebutkan
namanya)
Dika (SMA) “Lu tadi pasti terburu-buru, ya?”
Pelapor mobil “Yo’i, yo’i banget. Kok lu tahu?”
hilang (tidak
disebutkan
namanya)
Dika (SMA) “Karna elu lupa pakai rem tangan. Tuh (menunjuk)”
Sindi (SMA) “Maka dari semua penjelasan yang gue jelasin tadi, orang yang make uang
kas karate untuk keperluan pribadinya adalah Herman, elu pelakunya
(menunjuk)”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

Jo “Balikin nggak duitnya!”


Herman “Gue nggak bakal balikin!”
Jo “Jangan sampek gue pukul elu, ya”
Herman “Pukul aja!”
Sindi (SMA) “Pantesan aja, Ekskul ini nggak pernah dapat piala!”
Saat memandang MADING
Ina “Keren”
Dika (SMA) “Yoi…eh Ina”
Ina “Dika…gue boleh minta tolong, nggak?”
Dika (SMA) “Boleh”
Ina “Lu tau acara high schol di Pramos nggak? Acara anak SMA gitu, gue
penyiarnya. Lu pernah denger nggak?”
Dika (SMA) “Enggak, gue nggak pernah denger”
Ina “Nah kembali lagi bersama Ina Nawang Kusumo, kita akan ngobrolin
seputar putih abu-abu. Udah pada kangen belum?”
Dika (SMA) “Kangen banget”
Dika (SMA) “Gue baru tahu, pas elu bilang ke gue barusan”
Ina “Eh gue mau ngajakin elu sama grup detektif elu buat ikutan ke acara gue.
Gimana, Dik?”
Dika (SMA) “Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu ya?”
Ina “Thanks, ya Dik. Oh iya, BTW elu keren banget”
Dika (SMA) “Eh Sin…”
Sindi (SMA) “Eh Dik…ini (sambil menyerahkan kartu). Eh gimana? Itu gue yang buat
lho”
Dika (SMA) “Oh iya, ini lebih bagus dari pada bikinan Bertus”
Sindi (SMA) “Kalau ini buat elu (shal/handuk)”
Dika (SMA) “E…bentar-bentar, ini sebenernya buat apa sih?”
Sindi (SMA) “Ya itu…mata lu kan suka kemasukan keringet”
Dika (SMA) “Ini lu yang gambar sendiri? Kok bocah banget, ya?”
Sindi (SMA) “Soalnya lu itu orangnya gigih, lincah, terus kecil, kayak gambar itu
(gambar kelinci)”
Bertus (SMA) “Ada kasus?”
Dika (SMA) “Kasus nggak ada, tapi kabar bagus ada. Kita bakal di interview di radio!”
Bertus (SMA) “Serius?”
Dika (SMA) “Iya”
Bertus (SMA) “Gue pake baju apa, ya?”
Dika (SMA) “Mana sih tu orang?”
Sindi (SMA) “Tahu nih”
Bertus (SMA) “Yo what’s up?”
Ina “Selamat datang di 102,2 prambois FM, balik lagi bersama saya Ina
Nawang Kusuma yang bakal nemenin kalian di high scool in love. Ok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

kaula muda, kali ini kita udah kedatangan tamu dan kali ini bintang
tamunya adalah grub detektif dari SMA gue. E…boleh tahu nggak nama
grub detektifnya apa?”
Dika (SMA) “E..iya sebenernya kami nggak punya nama grup karena kami bukan grup
band, jadi…”
Bertus (SMA) “E…nama grup kita, 3 sekawan”
Ina “E…ok 3 sekawan, boleh diceritain nggak tentang grup kalian ini?”
Bertus (SMA) “E…jadi gini”
Sindi (SMA) “Ee sorry, sebenernya nama grup kami bukan…”
Dika (SMA) “Eh…udah, udah Sin, biarin aja. Ber, mending elu pake kacamata item elu
biar lebih keren”
Bertus (SMA) “Thanks, Dik”
Adegan Dika sudah dewasa
Bapak Ina “Tiga sekawan? Sebenernya ada apa sih? Sama temenmu yang namanya si
Bertus itu tu, sebenernya ada apa? Kok dia aneh banget mikirnya?”
Dika (SMA) “Dia mah orangnya emang kayak gitu, Om”
Bapak Ina “Eh kamu apa? Es krim mu apa?”
Dika (SMA) “Coklat”
Bapak Ina “Ini stroberi, kalau kata Ina waktu kecil stloberi. Nih kamu cobain siapa
tahu kamu juga suka”
Dika (SMA) “Enggak, Om…saya…”
Bapak Ina “Udah cobain aja! Coba a a a ak! Nah! Eits ini harus disterilisasi dulu.
Ok…berarti sekarang grup cemenmu itu sudah terkenal dong?”
Dika (SMA) “Ya, lumayan sih Om. Tapi yang paling penting, aku jadi tahu satu hal
tentang anak Om”
Bapak Ina “Oh…apa itu?”
Dika (SMA) “Lagu kesukaan dia”
Adegan Dika masa kecil
Ina “Sekarang ada e-mail dari Putri Cedih Celalu, dear Ina aku sedih karena
gebetanku cuek dan nggak tahu kalau aku naksir dia. Apa yang harus aku
lakuin ya? Huft! Em ada saran nggak dari grup tiga sekawan? Dika
mungkin?”
Dika (SMA) “Oh, iya. Ya, itu gampang. Eh…mendingan pura-pura nabrak aja.
Biasanya kalau di sinetron-sinetron itu kalau ketabrak pasti langsung
jadian. Cobain aja”
Ina “Saran yang bagus. Ok, kaula muda sebenernya Ina juga punya problem
yang sama tapi malu nglakuinnya”
Dika (SMA) “Nah…kalau gitu coba lakuin aja, pura-pura aja tabrak dia di sekolah”
Ina “Bener juga, ya. Ok sekarang saatnya dengerin lagu kesukaan Ina, yaitu
Sheila On 7 Anugerah Terindah Yang Pernah Ku Miliki”
Sindi (SMA) “Dik, gue juga suka banget sama lagu ini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

Ina “Oops… aduh, eh ketabrak”


Michael (SMA) “Sorry Na, lu nggak papa?”
Ina “Ee nggak papa, sorry ya Mich”
Michael (SMA) “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?”
Ina “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ”
Michael (SMA) “Oh ya udah, bareng yuk”
Ina “Yuk”
Sindi (SMA) “Dik, ada kasus nih. Elu harus lihat. Yuk…”
Bertus (SMA) “Eh…temen-temen kita dipanggil kepala sekolah”
Dika (SMA) “Hah?”
Bertus (SMA) “Penting!”
Dika (SMA) “Ah enggak, tapi tadi Sindi…”
Bertus (SMA) “Penting. Ayok…ayok…”
Kepsek “Ibu mendengar kalian punya grup detektif?”
Dika (SMA) “Iya Bu, bener!”
Kepsek “Kalau begitu Ibu ada kasus yang penting”
Bertus (SMA) “Kasus apa, Bu?”
Kepsek “Ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah”
Kepsek “Tadi pagi penjaga sekolah menemukan ini. Saya yakin ini dibuat tadi
malam. Aku muridmu, tak bosan menyangka kamu jatuh selama cinta
sekolah”
Dika (SMA) “Berarti ada murid yang berharap Ibu jatuh”
Kepsek “Selama cinta sekolah semudah melenyapkan”
Dika (SMA) “Ada yang ingin melenyapkan Ibu karena dia cinta terhadap sekolah”
Kepsek “Ini teruntuk kepada sekolah sahabat kepala baruku”
Bertus (SMA) “Ibu baru dipindahkan dari sekolah lain kan?”
Kepsek “He’em”
Bertus (SMA) “Dia ingin melenyapkan Ibu karena dia…”
Dika (SMA) “Menganggap sekolah adalah sahabatnya”
Bertus (SMA) “Pasti yang bikin, kutu buku banget!”
Dika (SMA) “Atau cinta banget sama sekolah”
Kepsek “Jangan-jangan, gara-gara saya membuat upacara bendera harus dilakukan
setiap hari Senin. Sekarang ada yang ingin membunuh saya?”
Bertus (SMA) “Bisa jadi, Bu! Karena saya juga malas upacara”
Dika (SMA) “Ini gambar apa, ya?”
Bertus (SMA) “Kayaknya gambar iblis deh”
Kepsek “Dia sudah bersepakat dengan iblis!”
Kepsek “Apa sih?”
Pedagang “Barang kali Ibu lapar?”
Kepsek “Jadi bagaimana? Apakah sudah ada gambaran?”
Bertus (SMA) “Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah iblis di gambar itu sangat benci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

sama Ibu”
Kepsek “Kalau saya tahu siapa pelakunya, akan saya keluarkan dari sekolah ini!”
Dika (SMA) “Saya tahu siapa pelakunya, Bu”
Sindi (SMA) “Elu tahu siapa pelakunya, Dik?
Bertus (SMA) “Siapa, Dik?”
Dika (SMA) “Pelakunya Michael!”
Bertus (SMA) “Michael?”
Kepsek “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?”
Dika (SMA) “Ya betul, Bu!”
Kepsek “Nggak mungkin, masak?”
Dika (SMA) “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan, Bu”
Sindi (SMA) “Atas dasar apa lu nuduh Michael?”
Dika (SMA) “Michael itukan anak basket, pasti dia bisa bikin grafity”
Kepsek “Saya tidak perduli! Kalian urus, saya beri kalian wewenang penuh, pol
untuk melakukan apa saja sampai ketangkap pelakunya. You are
understand? You are understand? Understand?
Dika (SMA) “Siang, Bu?”
Ibu TU “Siang”
Dika (SMA) “Saya minta file data-data dari Michael Fiandi. Saya perlu tahu rumah,
hobby, dan apa saja yang dia suka”
Ibu TU “Sebentar”
Bertus (SMA) “Lu yakin?”
Dika (SMA) “Ber…kita harus membela kebenaran kan?”
Bertus (SMA) “Iya, sih”
Dika (SMA) “Percaya sama gue”
Bertus (SMA) “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di
kantin)”
Dika (SMA) “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu
percaya deh sama gue”
Bertus & Sindi Mengangguk
(SMA)
Dika (SMA) “Na nanti pulang sekolah bisa ngomong, nggak?”
Ina “Bisa”
Dika (SMA) “Di deket gudang, ya?”
Ina “Ok”
Dika (SMA) “Terima kasih semuanya yang sudah datang, hari ini saya akan
mempresentasikan temuan-temuan saya. Hipotesa saya begini: menurut
data yang saya peroleh dari secretariat sekolah, Michael adalah anak
tunggal, pasti dia frustrasi nggak punya adik. Dia pun menjadi kejam,
suatu hari dia memutuskan untuk melampiaskan kekejamannya dan dia
memutuskan untuk membenci kepala seolah. Michael adalah seorang anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

club basket, pasti dia adalah seorang yang atletis. Maka, dia bisa membuat
gambar iblis yang sesuai. Seseorang yang berambut indah seperti Michael
pasti gemar membaca puisi. Dengan kata-kata yang sok puitis, dia menulis
kata-kata itu di atas grafity-nya. Maka saya putuskan bahwa Michael
pelakunya.
Kepsek “Dika kamu terdengar mengada-ada, mana buktinya?”
Dika (SMA) “E…belum ada sih, Bu”
Kepsek “Dika, Michael seorang vegetarian. Setiap pulang sekolah, dia ikut
membantu membereskan mushola, dan dia telah mambangun sendiri
sebuah panti jompo didekat rumahnya bata demi bata, Michael seorang
anak yang baik. Jadi, kalau kamu tidak ada bukti saya tidak bisa percaya
kamu!”
Dika (SMA) “Ya, tapi…”
Kepsek “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!”
Bertus (SMA) “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal, Bu”
Kepsek “Cukup!”
Bertus (SMA) “Maksud lu apaan sih, Dik?”
Sindi (SMA) “Gue bener-bener nggak ngerti lu kanapa, Dik!”
Dika (SMA) “Elu sih pada nggak bantuin gue!”
Di belakang sekolah
Dika (SMA) “Ina…lu mendingan makan es pudding dulu deh. Lu tenangin diri lu.
Ina “Ada apa ya, Dik?”
Dika (SMA) “Na…lu sedeket apa sih sama Michael?”
Ina “Emang kenapa?”
Dika (SMA) “Michael itu orangnya nggak baik. Mendingan lu jauhin dia!”
Ina “Jauhin?”
Dika (SMA) “Iya…katanya dia vegetarian kan, tapi ternyata grup detektif gue nemuin
kalok dia pernah makan kambing guling. Ini buktinya (menyodorkan
sesuatu)”
Ina “Ya, nggak papa kali Dik. Gue juga suka kambing kok. Lagian kalok dia
suka kambing, kan kita jadi gampang dinner barengnya”
Dika (SMA) “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya
banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi”
Ina “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”
Sindi (SMA) “Seharusnya gue tahu, Dik!”
Dika (SMA) “Sin!”
Sindi (SMA) “Lu manfaatin kita semua? Gue pikir selama ini lu belain kebenaran, Dik”
Dika (SMA) “Sin, sebentar Sin”
Sindi (SMA) “Lu nggak ada bedannya sama orang-orang yang kasusnya kita bongkar,
tahu nggak!”
Dika (SMA) “Kok lu gitu sih? Sin, lu harus tau kalok gue suka sama Ina!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

Sindi (SMA) “Terus? Lu manfaatin temen lu? Dik, gue pikir grup ini tu beda dan gue
pikir lu itu beda!”
Dika (SMA) “Paling abis ini lu pergi! Lu cuma angin-anginan doang, kan?”
Sindi (SMA) “Maksud lu?”
Dika (SMA) “Lu sendiri yang bilang ke gue, kalok gue itu tekun. Ya udah, gue tekun
untuk suka sama Ina. Jadi sekarang mau lu gimana? Oh, lu maunya
ninggalin gue? Mau ninggalin grup kita?”
Sindi (SMA) “Kok lu ngomongnya kayak gitu sih?”
Dika (SMA) “Lu sama aja kayak Bertus, cuma mau ngelakuin apa yang lu pengen,
nggak pernah ngehargain apa yang orang lain pangen juga. (Melihat
Bertus) Eee…Ber”
Sindi (SMA) “Ber…dia itu nipu kita. Dia itu berusaha ngejebak Michael dengan bilang
kalok Michael itu pelakunya, padahal dia ngelakuin ini semua cuma
karena dia itu suka sama Ina!”
Bertus (SMA) “Gue pikir ini semua buat keadilan! Kita bikin grup ini buat apa?”
Dika (SMA) “Buat apa? Lu mau yang jujur? Buat elu populer, itu kan yang lu mau?”
Adegan saat Dika sudah dewasa
Dika “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?”
Bapak Ina “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampak kemalaman. Siti
(memanggil)! Lampu!”
Dika “Aku terusin ya, Om?”
Bapak Dika “Iya”
Dika “Jujur…waktu itu saya nggak menyangka kalau persahabatan kami bisa
rusak dengan segitu mudah. Semua gara-gara saya, Om”
Adegan saat masih SMA
Guru sejarah “Ada yang tahu kenapa Soekarno-Hatta bisa merebutkan kemerdekaan?
(Bertus tunjuk jari) Silahkan Bertus”
Bertus (SMA) “Karena salah satu dari mereka tidak ada yang egois dan manfaatin
pertemanan mereka untuk kepentingan mereka sendiri, karena mereka
tidak makan teman, makanaya mereka berdua bisa sangat populer. Tapi
kalau salah 1 dari mereka ada yang menghianati temannya sendiri,
mendingan nggak usah nginep di rumahnya lagi. Anggp aja dia udah
nggak ada. Merdeka!”
Guru sejarah “Bagus…kita lanjut, ya?”
Bapak Dika “Eh Dika…kau di cari Mamak kau”
Dika (SMA) “Iya, Pa”
Bapak Dika “Dia mau tahu kau mau makan apa?”
Dika (SMA) “Nasi goreng aja, Pa”
Bapak Dika “Eh…mana itu si Bertus? Ini malam minggu biasanya dia nginep sini?”
Dika (SMA) “Bertus udah nggak ada, Pa!”
Bapak Dika “Hah! Mati dia rupanya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Dika (SMA) “Ah enggak, maksudnya…dia udah nggak main ke sini lagi, Pa”
Bapak Dika “Eh kenapa kalian?”
Dika (SMA) “Berantem, Pa”
Bapak Dika “Berantem? Jangan gitulah…udah lama kalian berkawan”
Dika (SMA) “Abisnya dia…”
Bapak Dika “Ah…nggak ada habisnya! Udah…kau ikut sekarang!”
Bapak Dika “Jalan-jalan”
Dika (SMA) “Nggak mau ah, nggak mau”
Bapak Dika “Kau mau ikut atau ku potong jajan kau 6 bulan?”
Dika (SMA) “Curang”
Bapak Dika “Siapa suruh kau jadi anak?”
Ibu Dika “Eh Papa Dika, ada apakah?”
Bertus (SMA) “Saya mau ketemu dengan Bertus, dia ada?”
Ibu Albertus “Oh…ada-ada. Sebentar e sebentar. Albertus! Albertus (memanggil) kau
ada yang cari ini”
Bertus (SMA) “Iya, Mama”
Ibu Bertus “Kau ini…telpon-telpon terus, ada yang cari tu”
Bertus (SMA) “Iya, Ma. Ada apa, Om?”
Bapak Dika “Ayo, ikut Om keluar”
Bertus (SMA) “Tapi Om, masih banyak nomer-nomer yang belum ditelpon nih”
Bapak Dika “Ayolah sudah. Kau ikut Om sekarang atau Om panggil mamak kau, Om
minta mamak kau potong uang jajan kau selama 6 bulan? Mau?”
Bapak Dika “Kalian ini mengingatkan aku, waktu aku muda dulu. Bertus, dulu waktu
Om muda pacaran juga seperti kalian. Sering berantem, padahal kami ini
kompak. Ya seperti kalian lah”
Dika & Bertus “Kami nggak pacaran!”
(SMA)
Bapak Dika “Nah kan kompak. Tapi kalian seharusnya tahu kalok kalian itu saling
perduli satu sama lain, baikan lah”
Dika & Bertus “Kita mau kamana sih Om/Pa?”
(SMA)
Bapak Dika “Aku pesen cumi bakar 1 sama air putih 3”
Mas-nya “Kalian pesen apa?”
(penjual
makanan)
Dika & Bertus “Ikan gurameh 1 (serempak)”
(SMA)
Dika (SMA) “Elu pesennya kok samaan sih sama gue?”
Bertus (SMA) “Elu yang kenapa samaan sama gue?”
Dika (SMA) “Elu!”
Bertus (SMA) “Elu!”
Dika (SMA) “Elu suka kan kalok kita samaan? Itu berarti gue ngikutin mau elu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Bertus (SMA) “Maksud lu apaan sih?”


Dika (SMA) “Gue nggak ada mksud apa-apa sih, Ber. Elu sendiri kan yang bilang, kita
butuh ini buat popularitas. Gue paham itu, tapi gue nggak butuh
popularitas”
Bertus (SMA) “Terus lu butuh apaan?”
Dika (SMA) “Sama kayak yang elu butuhin, Ber. Temen yang bisa ngertiin doang kok”
Dika & Bertus “Sorry ya Ber/Dik”
(SMA)
Bapak Dika “Hah…sudah baikan kalian? Hah gitu doang. Nah kalok ini, kalian persis
sama waktu Om pacaran. Tapi kalau kalian berdua tidak usah sampek
ciuman yah, tidak baik”
Dika (SMA) “Sindi…gue mau lu balik lagi ke gue dan Bertus”
Sindi (SMA) “Dik, lu udah keterlaluan tahu”
Bertus (SMA) “Sindi, kita pengen lu balik lagi karena diantara kami, cuma elu yang
pinter”
Sindi (SMA) “Jadi, gue atau elu yang ngomong nih?”
Bertus (SMA) “Elu aja deh”
Dika (SMA) “Ada kasus enggak?”
Sindi (SMA) “Enggak, sih”
Dika (SMA) “Oh iya, kasus ancaman kepala sekolah itu gimana ya?”
Bertus (SMA) “Percuma, kepala sekolah kita udah pindah”
Dika (SMA) “Kalian kenapa sih? Kok mencurigakan banget?”
Sindi (SMA) “Dik, lu Sabtu malam ada acara nggak?”
Dika (SMA) “Enggak sih”
Sindi (SMA) “Kita udah siapain rencana buat lu”
Bertus (SMA) “Gue sama Sindi udah make kemampuan gue, supaya kita sampai di
tempat ini untuk acara ulang tahunnya Ina”
Dika (SMA) “Tapi gue kan nggak di undang?”
Sindi (SMA) “Ya elah Dik, acara ulang tahunnya anak SMA mah nggak perlu pakai
undangan segala kali!”
Bertus (SMA) “Di situ kami udah masukin hal-hal yang jadi kesukaan Ina, jadi pas
ngobrol sama dia, lu tinggal nyontek aja”
Sindi (SMA) “Dan satu lagi, selain suka banget sama lagunya Sheila On 7, Ina juga suka
banget sama puisi buatannya Djoko Sapardi Damono. Di sini ada puisinya
yang paling romantis judulnya “Aku Ingin”. Elu bacain di depan dia,
sebagai kado ulang tahunnya, gue yakin dia pasti klepek-klepek”
Bertus (SMA) “Kayak lele yang baru keluar dari ember”
Sindi (SMA) “Dari air”
Bertus (SMA) “Nah, dari air”
Sindi (SMA) “Dik, elu tuh udah nggak butuh apa-apa lagi, elu tinggal ngomong jujur
sama dia”
Ina “Yang ke dua buat Michael (menyerahkan potongan kue tart”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

Temen Ina 1 “Ina, selalu jadi yang terbaik ya dan tetep selalu ngasih kita contekkan”
(tidak
disebutkan
namanya)
Temen Ina 2 “Mudah-mudahan elu tambah cantik, ya walau pun kayaknya sudah
(tidak mentok sih”
disebutkan
namanya)
Dika (SMA) “Sorry, sorry gue boleh ngomong nggak? Selamat malam semuanya?”
Yang hadir “Malam”
dalam pesta Ina
Dika (SMA) “Selamat ulang tahun Ina. Ina, sahabat-sahabat gue bilang, kalau hari ini
gue harus ngomong jujur. Ina… Elu terlihat cocok banget sama Michael.
Jujur gue udah lama suka sama elu dan jujur gue nggak suka elu sama
Michael, tapi kalian berdua cocok banget. Ina elu baik dan cantik.
Michael, elu wangi, tinggi, dan ganteng. Kalau gue cewek, gue juga pasti
suka sama elu. Tapi gue nggak bisa bohong, gue pengen nglihat elu
bahagia”
Bertus (SMA) “Berkasnya?”
Dika (SMA) “Nanti gue kasih Michael aja, mungkin dia lebih butuh”
Ina “Dika? Dik, makasih ya udah nemenin sampai di sini”
Dika (SMA) “Iya, sama-sama”
Ina “Elu beneran balik?”
Dika (SMA) “Iya, kayaknya bokap gue udah di parkiran”
Ina “Yuk, gue temenin”
Dika (SMA) “Ina, gue boleh ngomong sesuatu nggak?”
Ina “Iya boleh, mau tanya apa?”
Dika (SMA) “Elu, kenapa sih elu dulu ngasih ini (burung kertas origami)?”
Ina “Itu kan tanda good luck dari Jepang. Gue suka kok ngasih burung bangau
kayak gitu. Ya, ke orang-orang yang gue anggap kurang beruntung. Elu
tahu nggak? Di Jepang itu, kalau ada yang menikah, Bapaknya akan
ngasih 1000 burung bangau”
Dika (SMA) “Berarti kalau entar lu nikah sama Michael, gue akan nitipin 1000 burung
banggau ke bokap lu”
Ina “Makasih, tapi kayaknya lu ngayalnya kejauhan deh”
Dika (SMA) “Iya juga sih”
Adegan Dika sudah dewasa
Bapak Ina “Ya saya jadi ingat, yang bawa alat setrum ke rumah itu bukan kamu”
Dika “Kan saya udah bilang dari awal, Om”
Bapak Ina “Si Bertus keling kampret itu kan? Eh, tapi saya jadi bersyukur”
Dika “Bersyukur gimana, Om?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Bapak Ina “Iya. Ina nggak jadi sama kamu, karena kamu itu cemen. Kamu itu
pekerjaannya sebagai apa?”
Dika “Penulis, Om”
Bapak Ina “Penulis itu bukannya miskin-miskin? Tapi ya nggak papa, orang kamu
pernah jadi detektif. Kamu sukses menangani kasus-kasus beres. Iyakan?
Dika “Ya, nggak semua kasus beres sih Om”
Bapak Ina “Yang kasus kepala sekolah itu?”
Dika “Iya, Om”
Bapak Ina “Ya mungkin kalian cuma salah menerjemahkan kata-kata, ya namanya
masih muda, masih goblok-goblok”
Dika “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus
itu Om?”
Bapak Ina “Ya baguslah kalau kamu itu sadar kalau kalian itu pada goblok. Ya?”
Dika “Iya, Om”
Dika “Hallo? Bisa bicara dengan Bertus?”
Bertus “Iya. Ini siapa, ya?”
Dika “Ber, ini Dika temen SMA lu dulu. Masih ingat, nggak?”
Bertus “Ya ampun, Dika. Lu apa kabar, Dik?”
Dika “Baik. Ee, Ber gue butuh ketemu sama lu sekarang. Lu bisa, nggak?”
Bertus “Sekarang banget? Kenapa?”
Dika “Gue nggak bisa jelasinnya di sini, bisa ketemu aja nggak?”
Bertus “Kayaknya lu gantengan dulu deh?”
Dika “Lu gimana? Masih pengen jadi populer?”
Bertus “Besok Ina kawinan tu. Lu, lu diundang nggak?”
Dika “Diundanglah”
Bertus “Ini misteri ancaman pembunuhan kepala sekolah, lu kenapa bawa-bawa
gue ke sini?”
Michael “Gue baru ingat, Ber. Ber, dulu kita nggak pernah bisa mecahin kasus
ini?”
Bertus “Ini, Sindi aja nggak bisa pecahin kan?”
Dika “Gue ngomong hal yang persis sama malam ini. Ber, lu tahu nggak Sindi
di mana?”
Bertus “Dia e-mail berapa kali gitu pindah rumah, cuma dia bilang dia mau
datang ke nikahan Ina”
Michael “Dino?”
Dika “Em, Dika”
Michael “Iya gue ingat, ini Dika. Lu yang punya grup band 3 sekawan itu kan?”
Dika “Ee, detektif”
Michael “Ee…iya…iya itu maksud gue, gue Michael”
Dika “Oh Michael? Pantes rambut lu kecium bau wangi gitu dikit-dikit”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Michael “Apa kabar lu?”


Dika “Baik”
Michael “Elu nggak salaman?”
Dika “Nanti aja gue salamannya. Masih ada orang yang mau gue cari di sini”
Michael “Udah minumnya?”
Dika “Udah, udah (keheranan)”
Michael “Gue kerja lagi ya? (sambil mengambil gelas). Eh elu mesti cobain
disertnya, enak banget. Pokoknya elu mesti coba”
Dika “Sin, masih ingat gue nggak?”
Sindi “Dika? Ya, masihlah. Gue waktu itu sempet invite frenster lu”
Dika “Iya, waktu gue masih kuliah. Sekarang kan udah jamannya facebook”
Sindi “Gue nggak main gitu-gituan Dik, banyak orang narsis”
Dika “Elu masih kayak dulu, ya?”
Sindi “Jadi apa kabar?”
Dika “Marmut!”
Sindi “Marmut?”
Dika “Iya, lu masih inget kasus ancaman pembunuhan kepada kepala sekolah?
Gambar di grafity itu, bukan gambar iblis. Petunjuk utama ada di
grafitynya, dituliskan pesan untuk dibaca berdua. Kalau misalnya kita baca
teka-tekinya, dibaca dua kata dua kata aja, jadinya “aku tak menyangka
jatuh cinta semudah ini kepada sahabat baruku”. Petunjuk ke dua ada di
sapu tangan yang pernah lu kasih ke gue. Di tengahnya ada gambar
marmut, jadi grafity itu bukan gambar iblis tapi gambar marmut dan itu elu
yang bikin Sin. Petunjuk ke-3, waktu itu gue ada di kantin, elu datang dan
elu bilang “Dik, ada kasus nih. Lu harus lihat” waktu itu, lu pengen gue
lihat grafitynya, lu pengen gue mecahin teka-teki itu, karena pesan di teka-
teki itu adalah pesan dari elu Sin, buat gue. Tapi karena kepala sekolah GR
dan menganggap itu adalah ancaman pembunuhan buat dia…”
Sindi “Padahal bukan”
Dika “Sin, kalau aja waktu itu gue tahu perasaan lu waktu itu, gue mungkin, gue
nggak bakal…”
Sindi “Elu masih simpen, nggak? handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau lu lagi
di keramaian, terus lu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang
yang lu suka waktu itu? lu sering nggak, nanya sama diri lu sendiri,
jangan-jangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue
nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang gue rasain selama 11
tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di
sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi
kmana-kemana. Nggak tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak,
Dik?”
Dika “Berhenti, yuk”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

PEMERAN

Sutradara: Raditya Dika


Dika: Raditya Dika
Dika (SMA): Christoffer Nelwan
Bertus (SMA): Julian Liberty
Bertus: Mohammed Kamga
Sindi (SMA): Sonya Pandarmawan
Sindi: Frada
Ina: Anjani
Bapak Ina: Tio Pakusodewo
Bapak Dika: Bucek
Ibu Dika: Dewi Irawan
Kepala sekolah: Jajang C Noer
Pak Yoyok: Mc Danny
Ibu Marsha: Feby Febiola
Ketua Eskul Bola: Adipati Dolken
Ketua Eskul Silat: Kevin Julio
Siswa Kehilangan Mobil: Fandy Christian
Michael (SMA): Axel Matthew Thomas
Michael Dewasa: Boy hamzah
Cynthia: Sheryl Sheinafia
Ketua Eskul bahasa: Ge Pamungkas
Siswa kurang kembalian: Jordi Onsu
Mama Ina: Roewina Sahertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Sasha: Zanetha Georgina


Cowok SMA vox pop 1: Bayu Skak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIODATA PENULIS

Adven Desi Niatri lahir di Putra Buyut-Lampung Tengah,

10 Desember 1993. Penulis menempuh pendidikan dasar di

SD Negeri I Putra Buyut-Lampung Tengah pada tahun

1999 dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya, penulis

meneruskan di SMP Negeri II Kota Gajah-Lampung

Tengah pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008.

Selepas SMP, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Seputih Raman-

Lampung Tengah. Pada tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma, di tahun 2012 penulis memutuskan untuk

pindah program studi. Akhirnya, tahun 2012 penulis tercatat sebagai mahasiswa

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

165

Anda mungkin juga menyukai