Anda di halaman 1dari 203

TINDAK TUTUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG FILM BUJANG

LAPOK

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH :

NURINI

140702029

PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINDAK TUTUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG FILM BUJANG
LAPOK

OLEH NURINI
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur Percakapan Dalam Dialog Film Bujang
Lapok” adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa
sajakah bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok, dan
bagaimanakah deskripsi makna dari tindak tutur yang ada dalam dialog film
Bujang Lapok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tindak tutur yang
terdapat dalam film Bujang Lapok, dan mendeskripsikan makna dari tuturan yang
ada dalam dialog film Bujang Lapok. Teori yang digunakan adalah teori tindak
tutur Austin (1956) dan teori makna denotasi dan konotasi menurut Sudaryat
(2009). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, metode
deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan bentuk tindak
tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok meliputi tindak tutur lokusi
sebanyak 133 data tuturan, tindak tutur ilokusi sebanyak 341 data tuturan, dan
tindak tutur perlokusi sebanyak 226 data tuturan. Makna tuturan yang ada dalam
film Bujang Lapok lebih banyak mengarah pada makna denotasi dari pada makna
konotasi. Tuturan yang mengarah pada makna denotasi sebanyak 644 data tuturan,
dan tuturan yang mengarah pada makna konotasi sebanyak 56 data tuturan.
Kata kunci : Tindak Tutur, Tindak Lokusi, Tindak Ilokusi, Tindak Perlokusi,
Makna Denotasi, Makna Konotasi, Film Bujang Lapok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


‫تيىداق تُتُر دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق‬

‫اَنً وُريىي‬

‫ابسترق‬

‫سكريڤسي ايه برجُدَل "تيىداق تُتُر دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق" اداڤُن يڠ مىجدي ڤر مسهٍه دانم‬
‫ڤىهتيان ايه ادانً اڤ سجكً بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق‪ ,‬دان بكايمىكً‬
‫ديسكرڤسي مكىا داري تيىداق تُتُر يڠ ادا دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق‪.‬‬

‫تُجُان ڤىهتيان ايه ادانً اَوتُق مڠتٍُي بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق‪ ,‬دان‬
‫مىدسكريڤسيكه مكىا داري تُتُرن يڠ ادا دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق‪ .‬تيُري يڠ ديكُوكه ادانً تيُري‬
‫تيىداق تُتُر اءَستيه (‪ )٦٥٩١‬دان تيُري مكىا ديىُتسي دان مكىا كُوُتسي مىُرَت‬
‫سُداريات(‪ .)٢٠٠٥‬متُدي ڤىهتيان يڠ ديكُوكه ادانً متُدي ديسكرڤتف‪ ,‬متُدي ديسكرڤتف دڤيهيً كرن‬
‫ڤىهتيان يڠ دالكُكه برتُجُان اَوتُق مىهتي ڤاد كُودسي اَبجق انمياي‪.‬‬

‫ٌاسم يڠ دڤرَنيً داري ڤىهتيان ايه ادانً دتمُكه بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق‬
‫مهيڤُتي تيىداق تُتُر نُكُسي سبڽك ‪ ٦١١‬دتا تُتُرن‪ ,‬تيىداق ايهُكُسي سبڽك ‪ ١٤٦‬دتا تُتُرن‪ ,‬دان‬
‫تيىداق ڤرنُكُسي سبڽك ‪ ٢٢١‬دتا تُتُرن‪ .‬مكىا تُتُر يڠ ادا دانم فيهم بُجڠ الڤُق نبيً بڽك مڠاري ڤدا‬
‫مكىا ديىُتسي داري ڤدا مكىا كُوُتسي‪ .‬تُتُرن يڠ مڠاري ڤدا مكىا ديىُتسي سبڽك ‪ ١٤٤‬دتا تُتُرن‪ ,‬دان‬
‫تُتُرن يڠ مڠاري ڤدا مكىا كُوُتسي سبڽك ‪ ٩١‬دتا تُتُرن‪.‬‬

‫كت كُوچي ‪ :‬تيىداق تُتُر‪ ,‬تيىداق نُكُسي‪ ,‬تيىداق ايهُكُسي‪ ,‬تيىداق ڤرنُكُسي‪ ,‬مكىا ديىُتسي‪ ,‬مكىا‬
‫كُوُتسي‪ ,‬فيهم بُجڠ الڤُق‪.‬‬

‫‪ii‬‬

‫‪UNIVERSITAS SUMATERA UTARA‬‬


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam
selalu dihadiahkan kepada nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan hidup
penulis sampai saat ini dan sampai akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur Percakapan Dalam Dialog Film Bujang
Lapok”. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Skripsi
ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dalam bidang ilmu bahasa
daerah Melayu Program Studi Sastra Melayu.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan dan


pengkajian ilmu bahasa khususnya bahasa Melayu. Skripsi ini dapat selesai tidak
terlepas dari bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Mei 2018

Penulis,

Nurini

140702029

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucaokan kepada Allah SWT, yang telah memberi
karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan dan kasih saying sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan,
motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran sehingga setiap kesulitan yang
dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang tidak


terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M.A., selaku Dosen Pembingbing dan Ketua
Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mardiah Mawar Kembaren, M.A. Ph.D., selaku Dosen Penasihat
Akademik dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
5. Kedua orang tua yang penulis sangat sayangi. Ayahanda Satini dan Ibunda
tercinta Katikem yang telah memberikan doa, nasihat, semangat, dan
pengorbanan baik moril dan materil.
6. Abangda dan kakanda penulis Sudarmin, Ngadi, Sri Wahyuni, Nuraida,
dan adik-adik penulis Sudarianto, Rahmat Kurniawan yang selalu
memberikan doa, semangat, nasihat, dan motivasi dalam penulisan skripsi
ini.
7. Sahabat terbaik penulis Nur Aisyah, Endang Fransiska, Desy Maya Sari,
dan Hervina Sinulingga yang selalu ada di saat suka maupun duka, yang
telah banyak memberikan semangat, saran, kritikan, dan saling menghibur
satu sama lain.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Teman-teman kuliah di Program Studi Sastra Melayu FIB USU,
khususnya stambuk 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Keluarga besar Sastra Melayu dan Ikatan Mahasiswa Sastra Melayu
(IMSAM) FIB USU, teman-teman Sobat Bumi Medan dan Sobat Bumi
Indonesia yang telah memberi warna dalam berproses bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca dan menjadi cikal bakal karya tulis lainnya.

Medan, Mei 2018

Penulis,

Nurini

140702029

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

‫ ابسترق‬....................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5

2.1 Kepustakaan Yang Relevan .......................................................................5

2.2 Teori Yang Digunakan ...............................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................14

3.1 Metode Dasar ...........................................................................................14

3.2 Sumber Data .............................................................................................14

3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................15

3.4 Metode Analisis Data ...............................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN .....................................................................................16

4.1 Bentuk Tindak Tutur Dalam Film Bujang Lapok ....................................16

4.2 Makna Tuturan Dalam Dialog Film Bujang Lapok .................................74

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................128

5.1 Simpulan .................................................................................................128

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2 Saran ......................................................................................................128

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................129

LAMPIRAN 1 .....................................................................................................131

LAMPIRAN 2 .....................................................................................................132

LAMPIRAN 3 .....................................................................................................133

LAMPIRAN 4 .....................................................................................................134

LAMPIRAN 5 .....................................................................................................136

LAMPIRAN 6 .....................................................................................................137

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan


sesamanya untuk bertahan hidup. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi. Seseorang yang ingin
mengemukakan atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain, itulah yang
disebut makna atau maksud kalimat. Namun untuk menyampaikan makna atau
maksudnya itu orang tersebut harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur.

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule. 1996:3). Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak tutur (speech act). Tindakan-tindakan
yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Istilah deskriptif
untuk tindak tutur yang berlainan digunakan untuk maksud komunikatif penutur
dalam menghasilkan tuturan. Penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya
akan dimengerti oleh pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh
keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini disebut peristiwa
tutur. Sifat peristiwa tutur menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika
menampilkan suatu tindak tutur (Yule, 1996:82). Tindak tutur atau speech act
adalah telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan
memanfaatkan kalimat-kalimat (Tarigan, 1986:82).

Menurut Yule (1996:3) pada suatu tuturan akan mengandung 3 tindak


yang saling berhubungan. Yang pertama adalah tindak lokusi, yang merupakan
tindak dasar tuturan atau menghasilkan sesuatu ungkapan linguistik yang
bermakna. Kebanyakan kita tidak hanya menghasilkan tuturan-tuturan yang
terbentuk dengan baik tanpa suatu tujuan. Tindak ilokusi membentuk tuturan
dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Tentu kita tidak secara sederhana
menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan itu
memiliki akibat. Inilah tuturan ketiga, tindak perlokusi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peristiwa tutur atau suatu tuturan tidak hanya dapat kita lihat dari segi
komunikasi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya saja film, di dalam
film terdapat komunikasi antar tokoh, komunikasi tersebut pastilah menghasilkan
tuturan. Film sebagai karya seni budaya yang terwujud berdasarkan kaidah
sinematografi merupakan fenomena kebudayaan. Hal itu bermakna bahwa film
merupakan hasil proses kreatif warga Negara yang dilakukan dengan memadukan
keindahan, kecanggihan teknologi, serta sistem nilai, gagasan, norma, dan
tindakan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Film sebagai
karya seni budaya yang dapat dipertunjukkan dengan atau tanpa suara juga
bermakna bahwa film merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan
yang berisi gagasan vital kepada publik (khalayak) dengan daya pengaruh yang
besar (Penjelasan tentang UU RI no 33 tahun 2009 tentang perfilman).

Rahman dan Nur Afifah (2005:42) dalam jurnalnya yang berjudul


“Idiosyncrasy P. Ramlee dalam Genre Filem Komedi” mengatakan bahwa film
Bujang Lapok adalah film dengan genre komedi pertama yang disutradarai oleh
aktor kawakan Malaysia P. Ramlee. Terdapat 3 seri dalam film ini, seri pertama
berjudul Bujang Lapok yang dirilis tahun 1957, seri kedua Pendekar Bujang
Lapok tahun 1959. Film Pendekar Bujang Lapok telah terpilih sebagai Anugerah
Komedi Terbaik pada tahun 1959 di Film Festival Asia ke-6, Kuala Lumpur. Seri
ketiga berjudul Seniman Bujang Lapok tahun 1961. Penulis memilih seri pertama
film Bujang Lapok. Bujang Lapok mengisahkan kehidupan tiga bujang yang
hidup satu kamar dengan menyewa rumah janda yang bernama Normah. Kisah
tiga sahabat ini menggambarkan suasana kehidupan zaman 60-an yang hidup
serba kekurangan, tetapi jalinan persahabatan mereka begitu akrap sekali
sebagaimana hubungan persaudaraan kakak beradik.

Berkaitan dengan tindak tutur, penelitian ini membahas tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi pada dialog film. Judul penelitian ini adalah “Tindak Tutur
Percakapan dalam Dialog Film Bujang Lapok”. Penulis tertarik memilih judul ini
karena dialog film Bujang Lapok banyak menonjolkan pribadi masyarakat Melayu
pada masa itu yang suka membanggakan diri sebagai orang terkenal dan
bangsawan jika mempunyai sedikit kemewahan, seperti mempunyai cincin berlian
dan sebagainya. Watak Mak Zaiton yang sangat merendahkan orang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kehidupannya tidak mewah seperti Sudin inilah contohnya. Kisah ini banyak juga
memperlihatkan konflik rumah tangga, seperti Pak Nyong yang hidup menyewa
kamar tetapi sudah mempunyai tiga orang anak. Kisah masyarakat ini adalah
realita pada waktu film ini dihasilkan. Kehidupan masyarakat Melayu zaman itu
kekurangan segala-galanya karena baru mengecapi kemerdekaan pada tahun 1957.
Dialog dalam film ini memperlihatkan para tokoh menggunakan rangkaian tutur
dengan makna berbeda-beda untuk mengungkapkan hal-hal tertentu maupun
berbagai kegunaan lainya, disadari atau tidak para tokoh akan menggunakan
tindak tutur berbahasa tertentu. Selain itu, penulis ingin menggambarkan makna
dari setiap tuturan yang ada dalam dialog film tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah pokok


yang hendak dijawab dalam penulisan yang berkaitan dengan tindak tutur
percakapan dalam dialog film bujang lapok tersebut, menyangkut:

1. Apa sajakah bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok?
2. Bagaimanakah deskripsi makna dari tindak tutur yang ada dalam dialog
film Bujang Lapok?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok.
2. Mendeskripsikan makna dari tuturan yang ada dalam dialog film Bujang
Lapok.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan teori-teori


dan penerapannya tentang kajian linguistik terapan khususnya ilmu
pragmatik terutama percakapan dalam dialog film.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat menambah kajian analisis pragmatik
khususnya pemakaian tindak tutur dengan objek kajian film.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam


pemahaman dialog dalam film Bujang Lapok terutama dalam hal
memahami jenis tindak tutur dan makna dari setiap tuturan khususnya
kepada para peminat ilmu pragmatik.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan terutama dalam
penelitian mengenai jenis tindak tutur dan makna dari setiap tuturan dalam
dialog film.
3. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang realitas
sosial yang digambarkan di dalam film Bujang Lapok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Menulis suatu karya ilmiah bukanlah hal yang mudah. Untuk


mempermudah pengerjaanya, kita harus mencari dan mengumpulkan data yang
akurat serta buku-buku ataupun sumber dari penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan objek kajian yang akan dibahas. Berikut beberapa penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Lubis (2015) dalam suatu skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Dalam
Bahasa Melayu Tanjungbalai” mengatakan bahwa, jenis tindak tutur yang
digunakan dalam bahasa Melayu Tanjungbalai terdiri dari lokusi, ilokusi dan
perlokusi. Tindak lokusi berupa kalimat deklaratif (kalimat berita) yang
membicarakan tentang sesuatu. Tindak ilokusi mengandung maksud tertentu mitra
tuturnya, dan tidak hanya mengandung satu tindak ilokusi saja namun dapat
memiliki dua tindak ilokusi. Tindak perlokusi menghasilkan efek seperti yang
diharapkan oleh penutur. Fungsi tindak tutur dalam bahasa Melayu Tanjungbalai
memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi asertif, (2) fungsi direktif, (3) fungsi
ekspresif, (4) fungsi komisif, (5) fungsi deklarasi. Kesantunan dalam bahasa
Melayu Tanjungbalai berfungsi untuk memberikan hasil yang baik dikarenakan
semakin santun kita mengucapkan sesuatu maka semakin baguslah komunikasi
yang terjalin dan maksud tujuan bertutur akan tercapai.

Ginting (2009) dalam suatu skripsi yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita” menjelaskan bahwa, dari segi
tindak tutur, percakapan yang terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita
terdapat tiga bentuk tindak tutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Setiap
tuturan merupakan tindak lokusi karena mengacu pada makna denotasinya.
Sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi, tidak semua tuturan yang memiliki kedua
tindak tersebut. Dan menjelaskan makna pragmatis dari setiap tuturan dalam
dialog film tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Astuti (2013) dalam suatu jurnal yang berjudul “Analisis tindak tutur
cerita bersambung Tresnaku Mung Sepisan dalam majalah Penjebar Semangat
tahun 2011/2012 karya Ismoe Riyanto” mengatakan bahwa, terdapat 3 jenis tindak
tutur dalam cerita bersambung Tresnaku Mung Sepisan karya Ismoe Riyanto
tahun 2011/2012 yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak ilokusi yang
ditemukan yaitu menganjurkan, mengusulkan, melaporkan, mengungkapkan,
meminta, mengakui, bertanya, menyuruh, berterima kasih. Tindak perlokusi yang
ditemukan yaitu membujuk dan meyakinkan. Prinsip kerjasama yang terdapat
dalam cerbung Tresnaku Mung Sepisan yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas,
maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan/ cara. Prinsip sopan santun yang
terdapat dalam cerbung Tresnaku Mung Sepisan yaitu maksim kebijaksanaan,
maksim pemufakatan, dan maksim simpati.

Muntolib (2013) dalam suatu jurnal yang berjudul “Analisis tindak tutur
novel Para Abdi Sami Cecaturan karya Mas Nggabehi Wasesa Pangrawit”
menemukan bahwa, dalam novel Para Abdi Sami Cecaturan ditemukan bentuk
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berdasarka prinsip kerjasama terdapat
empat aturan maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
hubungan, dan maksim cara. Berdasarkan prinsip kesopanan terdapat enam
maksim atau bentuk aturan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penghargaan/
pujian, maksim kesederhanaan, maksim kesepakatan, maksim simpati, dan
maksim kedermawanan.

Hapsari (2014) dalam suatu jurnal yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Dalam Novel Jaring Kalamangga Karya Suparto Brata” mengemukakan bahwa,
penggunaan tindak tutur dalam novel Jaring Kalamangga terdapat tindak lokusi
sebanyak 22 tuturan, tindak tutur ilokusi sebanyak 12 tuturan, tindak tutur
perlokusi sebanyak 8 tuturan. Prinsip kerjasama dalam novel Jaring Kalamangga
terdapat maksim kuantitas sebanyak 16 tuturan, maksim kualitas sebanyak 5
tuturan, dan maksim relevansi 1 tuturan. Prinsip sopan santun terdapat maksim
kebijaksanaan sebanyak 4 tuturan, maksim penerimaan 1 tuturan, maksim
kemurahan 1 tuturan, maksim kerendahan hati sebanyak 4 tuturan, maksim
kecocokan 2 tuturan, dan maksim kesimpatian 1 tuturan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun penelitian ini mengenai kajian tindak tutur, tidak sama dengan
karya ilmiah yang tersebut di atas, penulis mengkaji tentang, “Tindak Tutur
Percakapan Dalam Dialog Film Bujang Lapok” yang objek kajian ataupun analisis
tindak tutur film ini belum pernah ada yang mengkaji. Sehingga hasil dari
penelitian ini sudah pasti berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai tindak
tutur.

2.2 Teori Yang Digunakan

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule. 1996:3). Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak ujar atau tindak tutur (speech act).
Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik menelaah
makna dalam kaitan dengan situasi tuturan. (Leech, 1983:19).

Chaer dan Leonie (2004:47-50) mengatakan bahwa peritiwa tutur (speech


event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur
dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Peristiwa
tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (speech
act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Peristiwa tutur
merupakan gejala sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam
situasi dan tempat tertentu. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih
dilihat pada tujuan peristiwanya, dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau
arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua
gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.

Menurut Yule (1996:82) tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan


biasanya disebut tindak tutur. Istilah deskriptif untuk tindak tutur yang berlainan
digunakan untuk maksud komunikatif penutur dalam menghasilkan tuturan.
Penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya akan dimengerti oleh
pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh keadaan di sekitar
lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini disebut peristiwa tutur. Dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


banyak hal, sifat peristiwa tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu
tuturan ketika menampilkan suatu tindak tutur.

Teori digunakan untuk mendukung penganalisisan objek kajian yang akan


dibahas. Teori mengenai tindak tutur diperkenalkan oleh Austin pada tahun 1956
(Chaer dan Agustina, 2004:50). Dalam serangkaian ceramahnya yang kemudian
dibukukan menjadi How To Do Things with Words (1962). Austin berpendapat
bahwa bahasa bukan sekedar ujaran yang bermakna tetapi juga merupakan suatu
tindakan. Ia membedakan tindak tutur menjadi 3 bentuk, antara lain :

1. Tindak Lokusi (locutionary act)

Tindak lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan
kalimat dengan makna tersurat yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu
seperti apa adanya. Tindak tutur lokusi mengutamakan isi tuturan yang
disampaikan oleh penutur. Wujud tindak tutur lokusi adalah tuturan-tuturan yang
berisi pernyataan atau tentang sesuatu. Tindak lokusi dibagi menjadi tiga tipe,
yakni (1) naratif menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau
mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi (2) deskriptif bertalian dengan usaha
perincian dari objek-objeknya yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-
pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur,
penutur menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan
pada objek tertentu (3) informatif mengandung makna yang sedemikian rupa
sehingga pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan
(Ibrahim, 1992:16).

Contoh : „Saya lapar‟ maksud dari contoh tersebut, „aku‟ sebagai orang pertama
tunggal (penutur), dan „lapar‟ mengacu pada „perut kosong dan perlu diisi‟, tanpa
bermaksud untuk meminta makanan, semata-mata hanya dimaksudkan untuk
memberi tahu si mitra tutur bahwa penutur memang benar-benar menyatakan
keadaan dirinya yang sebenarnya bahwa ia merasa lapar.

2. Tindak Ilokusi (illocutianory act)

Tindak ilokusi (illocutianory act) adalah tindak tutur yang diujarkan


dengan makna tambahan di samping makna yang sebenarnya. Tindak ilokusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mempertimbangkan penutur dan mitra tuturnya, kapan dan di mana tuturan
terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh sebab itu, tindak ilokusi
merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur. Tindak ilokusi dibagi
menjadi empat, yakni (1) konstantif merupakan ekspresi kepercayaan yang
dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk kepercayaan
yang serupa. Konstantif dibagi menjadi beberapa tipe, yakni menyatakan,
meramalkan, memperhatikan, menilai, mengajukan, melaporkan, membuktikan,
mengakui atau menyetujui, membantah, menerima, membedakan, menolak,
menanggapi, menerka, dan mengasumsikan (2) direktif mengekspresikan sikap
penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Direktif dapat
dibagi menjadi beberapa tipe yaitu meminta, bertanya, menginteruksikan,
melarang, menyetujui, dan menasehati (3) komisif merupakan tindak mewajibkan
atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
dispesifikasikan dalam isi proposisinya, yang bisa juga menspesifikasikan
kondisi-kondisi tempat, isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan. Komisif
dibagi menjadi beberapa tipe yaitu menjanjikan, membuat janji bersyarat, berjanji
melakukan sesuatu, berjanji bahwa yang dikatakannya adalah benar, mengaku
salah, permohonan kehadiran dengan janji, menawarkan, dan menawarkan
pengabdian (4) acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra
tutur baik yang berupa rutinitas atau yang murni. Acknowledgment dibagi menjadi
beberapa tipe yaitu permintaan maaf, ucapan ikut berduka, harapan,
mengucapkan, penerimaan, menolak, dan mengucapkan selamat (Ibrahim,
1992:16).

Contoh : „Saya lapar‟ dengan tuturan ini penutur (sorang pengemis), misalnya
sebenarnya tidak merasa lapar; ia berharap diberi uang oleh pendengarnya.

3. Tindak Perlokusi (perlocutionary act)

Tindak perlokusi (perlocutionary act) adalah efek yang ditimbulkan oleh


sebuah tuturan terhadap pendengarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi
pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata,
tetapi juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau pengaruh ini dapat secara
sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak perlokusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menghasilkan efek seperti yang diharapkan penuturnya. Beberapa verba tindak
ujar yang membentuk tindak perlokusi yakni, meyakinkan mitra tutur, membujuk,
menipu, mendorong, menjengkelkan, menakuti, menyenangkan, mempengaruhi,
mengilhami, mengesankan, mengalihkan perhatian, mempersukar, melegakan,
mempermalukan, menarik perhatian, dan menjemukan (Leech, 1993:323).

Contoh : „Saya lapar‟, yang dituturkan oleh pengemis menimbulkan efek kepada
mitra tutur, yaitu memberikan uang kepada pengemis tadi yang mengatakan „saya
lapar‟. Tindakan mitra tutur tersebut adalah tindak perlokusi.

Tindak tutur lebih melihat makna atau arti dari tindakan dalam tuturannya.
Makna tuturan ialah arti, maksud atau pesan penutur yang ingin disampaikan oleh
mitra tutur. Oleh sebab itu, penelitian ini mengutamakan sisi pengujaran dan
tindakan para tokoh dalam film Bujang Lapok untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini yaitu berupa makna tuturan dalam dialog guna mempermudah
maksud dari setiap ujaran.

Penulis menggunakan teori Austin dalam menganalisis tindak tutur untuk


memecahkan masalah penelitian tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan
aspek peristiwa tutur menurut Hymes dalam memecahkan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini.

Peristiwa tutur (speech event) adalah berlangsungnya interaksi linguistik


dalam satu bentuk ujaran atau lebih melibatkan dua pihak, penutur dan lawan
tutur, dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.
Misalnya, interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di
pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur (Chaer dan Agustina, 2004:47).
Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau
memenuhi syarat seperti yang dikatakan oleh Hymes (1972), suatu peristiwa tutur
harus memenuhi delapan komponen. Kededelapan komponen itu diantaranya :

S = Setting and scene

P = Participants

E = Ends : purpose and goal

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


A = Act sequences

K = Key : tone or spirit of act

I = Instrumentalities

N = Norms of interaction and interpretation

G = Genres

Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangdung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau
situasi psikologis pembicara. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan
sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai
tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak
orang membaca dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara
keras atau berteriak, tapi di ruang perpustakaan harus dengan suara rendah.

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa


pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima
(pesan). Dua orang yang bebicara dapat berganti peran sebagai pembicara atau
pendengar; tetapi dalam khotbah di masjid, khotib khotib sebagai pembicara dan
Jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status partisipan sangat
menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan
menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang
tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara terhadap teman-teman
sekelasnya.

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang
terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara;
namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan
yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha
memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah linguistik,
ibu dosen yang cantik itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mahasiswanya; namun, barangkali di antara para mahasiswa itu ada yang datang
hanya untuk memandang wajah ibu dosen yang cantik itu.

Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaanya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran
dalam kuliah umum, percakapan biasa, dan dalam pesta pasti berbeda. Begitu pula
dengan isi yang dibicarakan.

Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan: dengan senang hati, serius, singkat, sombong, mengejek, dan
sebagainya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh atau bahasa tubuh dan
isyarat.

Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur


lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu
pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register.

Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan


dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya, dan sebagainya. Norm of Interaction and Interpretation juga mengacu
pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,


pepatah, doa, dan sebagainya.

Menganalisis makna ujaran atau tuturan dapat kita lihat dari makna
denotasi dan konotasi. Setiap tuturan akan menghasilkan suatu makna, oleh
karenanya penulis mengarahkan analisis makna tuturan ke dalam makna denotasi
dan konotasinya agar lebih mudah dipahami.

Makna denotasi atau denotatif adalah makna kata yang didasarkan atas
penunjukkan yang langsung pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna
denotasi bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus dari penutur dan
respon dari mitra tutur yang menyangkut hal-hal yang dapat diamati panca indera
(kesadaran), dan logika manusia. Makna denotasi juga bertalian dengan informasi-
informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna denotasi

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adalah makna yang sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan
(Sudaryat, 2009:23).
Contoh : Bunga bermekaran di taman
Kata bunga dalam kalimat tersebut bermakna denotatif yang berarti bagian
tumbuhan yang indah.

Makna konotasi atau konotatif adalah makna yang tidak langsung


menunjukkan hal, benda, atau objek yang diacunya. Makna konotasi biasanya
mengandung perasaan, kenangan, dan tafsiran terhadap objek lain. Makna
konotasi merupakan pemakaian makna yang tidak sebenarnya (Sudaryat,
2009:25).

Contoh : Dia adalah bunga desa

Kata bunga dalam kalimat tersebut bermakna konotasi karena bukan merujuk
pada suatu tumbuhan tetapi merujuk pada seorang gadis cantik di suatu desa.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode adalah cara ataupun upaya yang harus dilakukan atau diterapkan
dalam mencapai suatu tujuan. Adapun Metode dasar yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Sudaryanto,
2015:9). Metode deskriptif lebih menandai terhadap ada atau tidak adanya
penggunaan bahasa daripadas menandai cara penanganan bahasa tahap demi
tahap, langkah demi langkah.

Menurut Nazir (2005:54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam


meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu
penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara
umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh penulis
sesuai dengan masalah yang diteliti (Sudaryanto, 2015:34). Adapun sumber data
dalam penelitian ini berupa dialog secara keseluruhan dari film Bujang Lapok.

Judul Film : Bujang Lapok

Sutradara : P. Ramlee

Skenario : P. Ramlee

Produser : Run Run Shaw

Pemeran Utama : S. Shamsuddin, P. Ramli, Aziz Satar

Rilis : Tahun 1957

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode simak


(Sudaryanto, 2015: 203). Metode simak yaitu suatu metode yang dilakukan
dengan cara menyimak penggunaan suatu bahasa. Adapun teknik yang digunakan
dalam metode ini, yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap. Dalam teknik ini,
peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbalan wicara. Jadi, penulis
tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang sedang berbicara
dalam film tersebut.

Setelah itu, penulis juga menggunakan teknik Catat. Dalam teknik ini,
penulis mencatat seluruh data yang ditemukan pada kartu data yang segera
ssdilanjutkan dengan klasifikasi serta menggunakan media komputer sebagai
tempat menyimpan data (Sudaryanto, 2015: 205).

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan


dan mengelompokkan data. Pengklasifikasian dan pengelompokan data harus
didasarkan pada tujuan penelitian untuk memecahkan masalah yang memang
menjadi fokus penelitian. Menganalisis data dalam film dilakukan secara utuh dan
menyeluruh. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut :

1. Menuliskan data berupa dialog percakapan dalam film


2. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan seluruh data berdasarkan
butir masalah yang ada dalam film.
4. Setelah itu, data dianalisis sesuai dengan kajian yang telah ditetapkan yaitu
tindak tutur. Kemudian mendeskripsikan makna dari setiap tuturan.
5. Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis
sehingga semua data dipaparkan dengan baik.
6. Menyimpulkan hasil analisis data sehingga masalah yang diajukan dapat
dipaparkan secara jelas.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1V

PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian ini, analisis yang digunakan meliputi bentuk tindak


lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam dialog film Bujang Lapok. Setelah ditentukan
ketiga bentuk tersebut, selanjutnya akan dianalisis makna dari tuturan tersebut.

4.1 Bentuk Tindak Tutur Dalam Film Bujang Lapok

Austin dalam serangkaian ceramahnya yang kemudian dibukukan menjadi


How To Do Things with Words (1962) berpendapat bahwa bahasa bukan hanya
sekedar ujaran yang bermakna tetapi juga merupakan suatu tindakan. Ia
membedakan tindak tutur menjadi tiga bentuk, yakni tindak lokusi (locutionary
act), tindak ilokusi (illocutianory act), tindak perlokusi (perlocutionary act).
Penulis menyajikan data percakapan yang akan dianalisis berdasarkan
percakapan setiap tokoh dan situasinya, bukan beruntun dari awal hingga akhir
setiap tuturan dalam film karena tidak semua tuturan peneliti analisis dalam bab
ini. Tuturan yang tidak dianalisis dalam bab ini akan dilampirkan dan dibedakan
berdasarkan tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berikut akan ditampilkan
contoh-contoh tindak tutur yang ada dalam film Bujang Lapok. Tuturan akan
ditentukan tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Contoh 1. Data Percakapan 1.

Konteks tuturan :

Tuturan dilakukan di sebuah kantor. Percakapan melibatkan dua orang partisipan,


yaitu Lina dan Sudin yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur.
Tujuan pembicaraan menanyakan suatu berkas.

(1) Lina : Bye-bye, bye. „Sampai jumpa‟

(2) Sudin : Bye. (kembeli memeriksa berkas). „Sampai jumpa‟

(3) Sudin : Oii. Miss Lina, what about the file?

„Oii. Nona Lina, bagaimana dengan berkasnya?‟

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4) Lina : Oh, it’s in manager office.

„Oh, itu di kantor manajer‟.

(Sumber: film Bujang Lapok, 03:08)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (1) penutur Lina mengatakan kata „sampai jumpa‟, tuturan ini
semata-mata hanya menginformasikan berpisah atau seseorang akan pergi tanpa
maksud lain kepada rekan kerjanya, salah satunya yaitu Sudin. Tuturan ini
disampaikan secara sengaja oleh Lina yang disebut tindak lokusi. Dari tuturan
tersebut kemudian menimbulkan efek atau direspon oleh Sudin pada tuturan (2)
dengan memberikan pernyataan yang sama yaitu kata „sampai jumpa‟, tuturan ini
disebut tindak perlokusi.

Tuturan (3) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (3)
adalah pertanyaan tentang suatu berkas oleh penutur Sudin kepada mitra tutur
Lina. Sudin sebagai penutur bermaksud ingin mengetahui tentang suatu berkas
yang kemudian dijawab oleh Lina pada tuturan (4) yang menyatakan bahwa
berkas tersebut ada di ruang manajer. Tuturan (4) adalah respon atau jawaban dari
pertanyaan Sudin kepada Lina, tuturan (4) disebut tindak perlokusi.

Contoh 2. Data Percakapan 2.

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di ruangan manager. Partisipan yang terlibat adalah Ramli dan
manager yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Tujuan
tuturan dilakukan Ramli untuk menawarkan beberapa produk minyak wangi yang
ia bawa.

Ramli mengetuk pintu ruang manajer.

(6) Manager : masuk ! „masuk !‟

(7) Ramli : Ahh. Tuan manager yang setiawan dan rupawan


makan di pinggan, minum di cawan. Saya sungguh
beruntung dapat berjumpa dengan tuan yang
budiman dan tuan jugak tentu tidak jemu dapat

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melihat muka saya bercendawan. Kedatangan saya
bukan hendak mengganggu tuan, tapi membawak
sampel minyak wangi yang tuan pesan. Ini
katalognya cuba tuan bukak. Kalau tuan kurang
percaya biar saya renjiskan.

„Ahh. Pak manager yang setia dan tampan makan di


atas piring, minum dalam cangkir. Saya sangat
beruntung bisa bertemu dengan bapak yang
budiman dan bapak juga tentu tidak bosan melihat
wajah saya yang bulukan. Kedatangan saya bukan
untuk mengganggu bapak, tapi membawa sampel
parfum yang bapak pesan. Ini katalognya, coba
bapak buka. Jika bapak tidak percaya biar saya
percikkan‟.

(8) Manajer : Hmm, harum. Apa namanya minyak ini?

„Hmm, wangi. Apa nama parfum ini?‟

(9) Ramli : Evening in Russia. „Sore di Rusia‟.

(10) Manajer : Ah...? „Ah..?‟

(11) Ramli : Ohh. Fernando, minyak wangi ini sungguh harum


baunya. Tuan tidak akan dapat dimana-mana.
Jikalau tuan kurang percaya, boleh usul boleh
periksa. Haa, isap rokok.

Ohh. Fernando, minyak wangi ini benar-benar


harum. Bapak tidak bisa menemukannya di mana-
mana. Jika bapak tidak percaya, Anda bisa
memeriksanya. Haa, hisap rokok.

(12) Manajer : Eh! Rokok radioka. „Eh! Rokok radioka‟.

(13) Ramli : Tuan boleh hisap. „Bapak bisa hisap‟

(14) Manajer : Huh Rasa curut. „Hah rasa cerutu‟.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(15) Ramli : Oh! Fernando, bukankah telah saya katakan,
jikalau tuan berlanggan dengan saya, semuanya
barang istimewa.

„Oh! Fernando, saya telah katakan, jika bapak


berlangganan dengan saya, semuanya barang
istimewa‟.

(16) Manajer : Baiklah, berapa harganya?

„Baiklah. Berapa harganya‟.

(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize. „Haaa, saya akan beri bapak potongan harga‟.

Ketika Ramli mengeluarkan sebotol minyak, terdengar ulasan perlombaan di


radio. Manajer berdiri dan menutup mulut ramli agar tidak berbicara. Ramli
terlihat tidak begitu semangat mendengar siaran radio tersebut dan merasa kecewa
karena manajer tidak mempedulikannya.manajer begitu semangat mendengarkan
siaran radio tersebut. Saat terakhir siaran radio, manajer menepuk dahinya dan
terduduk di kursi sambil memegang kepalanya.

(18) Ramli : Sekarang bagaimana pulak dengan minyak wangi


ni tuan manager?

Sekarang bagaimana dengan minyak wangi ini pak


manager?

(19) Manajer : Biarlah saya pakai minyak kelapa.

„Biarlah saya pakai minyak kelapa.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 03:25)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (6), (12), (14), dan (17) adalah tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (6) menyatakan bahwa manajer menyuruh Ramli untuk masuk. Tindak
lokusi pada tuturan (12) berisi pernyataan bahwa rokok yang diberi Ramli kepada
manajer adalah rokok radioka tanpa maksud lain. Tindak lokusi pada tuturan (14)
berisi pernyataan bahwa rokok yang dihisap manajer rasanya seperti cerutu.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindak lokusi pada tuturan (17) menyatakan bahwa Ramli memberikan potongan
harga kepada manajer.

Tuturan (7), (11), (13), (15), dan (18) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (7) adalah Ramli menyatakan bahwa manajer yang setia dan
tampan. Ramli bermaksud memuji manajer, namun selain itu ia juga bermaksud
untuk memperkenalkan dan menawarkan produk minyak wangi yang ia bawa
dengan memperlihatkan katalog dan memercikkan salah satu sampel parfum.
Tindak ilokusi pada tuturan (11) adalah Ramli berusaha untuk meyakinkan
manajer bahwa parfum yang ia jual tidak ada duanya, ia lalu menawarkan manajer
untuk menghisap sebatang rokok. Tindak ilokusi pada tuturan (13) yaitu Ramli
menyuruh dan meyakinkan manajer agar kembali menghisap rokok. Tindak
ilokusi pada tuturan (15) yaitu Ramli berusaha membujuk manajer dengan
mengatakan jika berlangganan dengannya semua barang yang ia jual adalah
barang istimewa. Tindak ilokusi pada tuuran (18) adalah Ramli bermaksud
menanyakan kejelasan manajer yang akan membeli parfum.

Tuturan (8), (9), (10), (16), dan (19) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (8) yaitu manajer berekspresi menyukai wangi parfum
yang ditawarkan hingga mengatakan bahwa parfum tersebut wangi lalu bertanya
apa nama parfum tersebut karena merasa tertarik. Tindak perlokusi pada tuturan
(9) ialah Ramli menjawab pertanyaan manajer dengan mengatakan bahwa nama
parfum yang ditawarkan kepada manajer adalah Evening in Rusia „sore hari di
Rusia‟. Tindak perlokusi pada tuturan (10) merupakan efek yang tidak disengaja
dari tuturan (9) yaitu dengan berekspresi keheranan, kaget sekaligus kagum
dengan nama parfum tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (16) adalah manajer
terpengaruh untuk membeli parfum tersebut dengan menanyakan harganya.
Tindak perlokusi pada tuturan (8) yaitu respon manajer yang tidak lagi tertarik
untuk membeli parfum dengan mengatakan ‘Biarlah saya pakai minyak kelapa‟.

Contoh 3. Data Percakapan 3 :

Konteks tuturan :

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan terjadi di jalan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Sudin, dan Azis yang
saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Maksud dan tujuan tuturan
adalah makan apa hari ini.

(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.

„Sangat lelah badanku ini Ramli. Perut pun sudah


lapar. Ayo kita makan nasi warung.‟

(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.

Aku tidak selera makan nasi warung Zis.

(30) Azis : Amacam kau Din? „Kalau kamu Din?‟

(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam?

„Ah! Kalau begitu, kita masak sendiri, bagaimana?‟

(32) Ramli : Aaah.. (menuding Sudin) „Aaah…‟

(33) Azis : Itupun bagus. „Itu juga bagus.‟

(34) Sudin : Mula-mula kita beli? „Pertama-tama kita beli?‟

(35) Azis/ Ramli/ Sudin : Ayam! „Ayam!‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 06:56)

Analisis tindak tutur :

Tuturan dan (33) merupakan tindak lokusi. Pada tuturan (33) tindak lokusi
adalah Azis mengatakan saran Sudin bagus.

Tuturan (28), (29), (30), dan (34) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (28) yaitu Azis mengatakan bahwa dirinya sudah kelelahan dan
lapar, karena itulah, Azis bermaksud untuk mengajak makan nasi di warung.
Tindak ilokusi pada tuturan (29) adalah Ramli bermaksud menolak untuk makan
nasi di warung karena Ramli tidak selera makan nasi di warung. Tindak ilokusi
pada tuturan (30) yaitu Azis bermaksud untuk menanyakan pendapat Sudin
tentang makan apa hari ini. Tindak ilokusi pada tuturan (34) adalah Sudin
bermaksud menanyakan apa yang akan dibeli untuk mereka masak.

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (31), (32), dan (35) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi
pada tuturan (31) yaitu Sudin menjawab petanyaan Azis dengan menyarankan
untuk memasak sendiri. Tindak perlokusi pada tuturan (32) yaitu Ramli
berekspresi setuju dengan saran Sudin sembari menunjuk ke arah Sudin. Tindak
perlokusi pada tuturan (35) adalah respon dari pertanyaan Sudin, mereka serentak
berkata ayam.

Contoh 4. Data Percakapan 4 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah pasar. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Azis, Sudin,
dan Penjual. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk membeli ayam.

(36) Ramli : Berapa? „Berapa?‟

(37) Penjual : 2 kati, tiga ringgit. „1 kg 2 ons, tiga ringgit.‟

(38) Ramli : Ha, kau dengar tak? „Ha, kau dengar tidak?‟

(39) Azis : Habis? „Lalu?‟

(40) Ramli : Seorang seringgitlah. „Satu orang seringgitlah.‟

Masing-masing mengeluarkan uang seringgit dan mengumpulkannya pada Azis.

(41) Azis : Nah, tauke. „Ini tauke (majikan/ penjual/ bos).‟

(42) Penjual : Kamsia, kamsia. „Terima kasih, terima kasih.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 07:16)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (41) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (41)
Azis memberikan uang kepada penjual ayam tersebut.

Tuturan (36), (38), (39), dan (40) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (36) yaitu Ramli bermaksud menanyakan harga ayam yang
ditimbang penjual. Tindak ilokusi pada tuturan (38) adalah Ramli bermaksud
untuk menyuruh Azis dan Sudin ikut membayar ayam tersebut dengan
mengatakan „Ha, kau dengar tidak?’. Tindak ilokusi pada tuturan (39) yaitu Azis
bermaksud untuk mencari tahu maksud tuturan Ramli dengan bertanya „Lalu?’.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindak ilokusi pada tuturan (40) yaitu Ramli bermaksud agar setiap dari mereka
bertiga membayar sebanyak satu ringgit seorang.

Tuturan (37) dan (42) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada
tuturan (37) yaitu penjuak menjawab pertanyaan Ramli yang menanyakan harga
ayam dengan mengatakan „2 kati, 3 ringgit’. Tindak perlokusi pada tuturan (42)
adalah ucapan terima kasih penjual kepada pembeli.

Contoh 5. Data Percakapan 5 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan mak Munah. Tujuan tuturan dilakukan Mak Munah berjalan melewati
Ramli, ia pun menyapa mak Munah sambil tersenyum.

(64) Ramli : Mak Munah. „Mak Munah.‟

(65) Mak Munah : Ramli. „Ramli.‟

(66) Ramli : Masak nasi? „Masak nasi?‟

(67) Mak Munah : Panaskan sayur, nak. „Panaskan sayur, nak.‟

Mak Munah berlalu meninggalkan Ramli dan masuk ke kamarnya. Ramli pun
kembali memanggil Normah.

Analisis tindak tutur :

Tuturan (64), dan (66) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada
tuturan (64) yaitu Ramli bermaksud menyapa mak Munah yang kebetulan lewat di
depannya. Tindak ilokusi pada tuturan (66) adalah Ramli bermaksud sekedar
berbasa-basi dengan bertanya kepada mak Munah apakah mak Munah baru selesai
memasak nasi.

Tuturan (65) dan (67) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada
tuturan (65) yaitu mak Munah membalas sapaan Ramli dengan menyatakan
„Ramli‟. Tindak perlokusi pada tuturan (67) adalah jawaban dari pertanyaan
Ramli dengan mengatakan „Panaskan sayur, nak‟.

Contoh 6. Data Percakapan 6 :

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Zaitun dan mak
Zaitun. Maksud dan tujuan pembicaraan adalah menasehati Zaitun agar ia sudah
pulang ke rumah jika hari sudah mulai petang, karena ibunya khawatir.

(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.

„Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kamu Tun?


Sudah malam begini tidak senang duduk di rumah,
maunya keluar saja.‟

(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.

„Berisik sajalah! Pergi ke rumah bibi pun sudah


teriak-teriak.‟

(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.

„Eh, Tun. Bagaimana aku tidak berteriak, kamu kan


sudah besar. Bukan anak-anak lagi. Sebentar lagi
kamu akan bersuami.‟

(147) Zaiton : Tak siapa nak ingin belaki.

„Tidak ada yang mau bersuami.‟

(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.

„Aii, selama kamu sudah besar Tun, satu kata yang


aku katakan, empat kata yang kamu katakan. Lama-
lama aku bisa mati gagal jantung.‟

(149) Zaiton : Apa mak? „Apa bu?‟

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(150) Mak Zaiton : Lemah jantunglah. „Gagal jantunglah.‟

(151) Zaiton : Amboi, mak ni. Selama Miss Wong tinggal di


sebelah rumah, berambuk skipping London.

„Amboi, ibu. Selama nona Wong tinggal di sebelah


rumah, cambuk yang melompati London.‟

(152) Mak Zaiton : Alaah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota
jangan konon-kononkan kita. Kau pun mesti
belajar, Ton. Bukannya susah. One, two, three. A,
B, C. What you going?

„Alaah, aku belajar sedikit-sedikitlah supaya orang


kota tidak mengata-ngatai kita. Kamu pun harus
belajar Tun. Tidak sulit. Satu, dua, tiga. A, B, C.
Apa yang akan kamu lakukan?‟

(153) Ayu : Hi...hi...hi (tertawa) „Hi...hi...hi‟

(154) Mak Zaiton : Kenapa kau ketawa? Salahkah aku cakap?

„Kenapa kamu tertawa? Salah aku berbicara?

(155) Ayu : Salah tu tidak, tapi tak betul.

„Tidak salah, tapi tidak benar‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 21:44)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (150), (152), dan (155) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (150) yaitu mak Zaitun memberitahukan bahwa yang dimaksud
adalah penyakit gagal jantung. Tindak lokusi pada tuturan (152) adalah mak
Zaitun menjelaskan bahwa ia telah belajar sedikit bahasa asing agar orang kota
tidak mencibir mereka. Tindak lokusi pada tuturan (155) yaitu Ayu tidak
menyalahkan ibunya yang berbicara bahasa inggris, tetapi yang dikatakan ibunya
kurang benar.

Tuturan yang termasuk tindak ilokusi diantaranya tuturan (144), (145),


(146), (147), (148), (151), dan (154). Tindak ilokusi pada tuturan (144) yaitu ibu

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Zaitun bermaksud mencari tahu ke mana Zaitun pergi dengan bertanya kepada
Zaitun kemana saja dia malam hari baru pulang karena mak Zaitun merasa
khawatir padanya. Tindak ilokusi pada tuturan (145) adalah Zaitun bermaksud
melarang ibunya agar tidak berisik dan mencari-carinya. Tindak ilokusi pada
tuturan (146) yaitu ibu Zaitun bermaksud menasehati Zaitun karena khawatir
terjadi sesuatu pada Zaitun sebab dia bukan anak-anak lagi dan sudah pantas
untuk menikah. Tindak ilokusi pada tuturan (147) adalah Zaitun bermaksud
bahwa ia tidak setuju dengan perkataan ibunya yang mengatakan bahwa Zaitun
sudah pantas untuk bersuami dengan berkata „Tidak ada yang mau bersuami‟.
Tindak ilokusi pada tuturan (148) yaitu mak Zaitun bermaksud meluapkan
kekecewaannya bahwa semenjak Zaitun sudah dewasa selalu melawan
perkataannya hingga ia merasa akan meninggal karena penyakit jantung. Tindak
ilokusi pada tuturan (151) adalah Zaitun bermaksud memuji ibunya karena sudah
banyak belajar. Tindak ilokusi pada tuturan (154) yaitu mak Zaitun bermaksud
mencari tahu dengan bertanya kepada Ayu apa yang membuat dia tertawa.
Apakah karena yang diucapkan mak Zaitun itu salah.

Tuturan yang termasuk tindak perlokusi diantaranya tuturan (149) dan


(153). Tindak perlokusi pada tuturan (149) yaitu Zaitun terkejut dengan
pernyataan ibunya dengan mengatakan „apa bu?‟. Tindak perlokusi pada tuturan
(153) adalah Ayu tertawa mendengar ibunya berbicara bahasa inggris.

Contoh 7. Data Percakapan 7 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di kamar Sudin, Ramli, dan Azis. Partisipan yang terlibat adalah
Sudin dan Ramli. Maksud dan tujuan pembicaraan mereka adalah membahas
masalah Sudin dan Zaitun.

(164) Sudin : Tetapi Zaiton suka berkahwin dengan orang


kebanyakkan macam aku. Bagaimana Ramli?

„Tapi Zaitun suka menikah dengan orang biasa


seperti aku. Bagaimana Ramli?‟

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(165) Ramli : Kalau dah suka sama suka. Memang tak kenal
botol kicap dengan botol cuka. Peduli apa mak dia
tak suka. Dengan mak dia kah yang kau nak
menikah.

„Jika sudah sama-sama suka. Memang tidak kenal


botol kecap dengan botol cuka. Tidak usah peduli
dengan ibunya yang tidak suka. Memangnya dengan
ibunya kamu menikah.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 23:26)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (164) dan (165) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada
tuturan (164) adalah Sudin menyatakan bahwa Zaitun maunya menikah dengan
orang biasa seperti dirinya sehingga Sudin bertanya bagaimana pendapat Ramli
tentang hal ini. Tindak ilokusi pada tuturan (165) yaitu Ramli bermaksud
menasehati Sudin dengan menyatakan jika kita sudah saling suka tidak usah
peduli dengan orang yang tidak setuju, karena Sudin bukan menikah dengan ibu
Zaitun.

Contoh 8. Data Percakapan 8 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan kamar Normah. Partisipan yang terlibat dalam tuturan
ialah Safiah, Normah, dan Azis. Maksud dan tujuan tuturan adalah Safiah ingin
meminjam beras kepada Normah.

(166) Safiah : Kak Normah, kak Normah!

„Kak Normah, kak Normah!

(167) Normah : Hah, ada apa lagi Safiah?

„Hah, ada apa lagi Safiah?‟

(168) Safiah : Saya ni memang cukup malu dengan kak Normah.


Hari-hari bapak suruh datang sini mintak pinjam
beras.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Saya sudah cukup malu dengan kak Normah.
Setiap hari ayah menyuruh datang ke sini untuk
meminjam beras.‟

(169) Normah : Bapak angkat kau memang tak gunalah Safiah.


asyik isap ganja, minum arak, main judi. Itu saja
yang dia tahu. Kalau aku tak kasihankan kaulah
Safiah, aku tak ingin nak kasi beras.

„Ayah angkat kamu memang tidak berguna Safiah.


Selalu menghisap ganja, minum alkohol, berjudi.
Hanya itu yang dia tahu. Jika aku tidak kasihan
padamu Safiah, aku tidak mau memberi beras.‟

(170) Azis : Hah, kenapa cik Normah?

„Hah, kenapa cik Normah?

(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).

„Tidak. Ayah Safiah ini, sedikit pun tidak ingat


rumah tangga. Suka bermain judi, minum alkohol.
Entah manusia seperti apa, aku tidak tahu.

(172) Azis : Bapak awak tu, bapak betul kah?

„Ayah kamu itu, benar ayahmu?

(173) Safiah : Bukan, bapak angkat. „Tidak, ayah angkat.‟

(174) Azis : Hah? Ini tak boleh jadi man. Ini mesti mau kena
bedal man. Bapak awak macam mana?

„Hah? Ini tidak bisa dibiarkan. Ini harus dilawan.


Ayah kamu seperti apa?‟

(175) Safiah : Orangnya bengis. Mukanya garang. Tangannya


berurat-urat.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Orangnya kejam. Wajahnya galak. Tangannya
berotot.‟

(176) Azis : Hah, urat-urat? tak jadi.

„Hah, otot-otot? Tidak jadi.‟

(177) Normah : Hah. Bilang sama bapak kau Safiah. Kalau bapak
kau asyik main judi, minum arak lagi. Kak Normah
tak mau kasi beras. Nah! pegi balik.

„Hah. Katakan pada ayahmu Safiah. Jika ayah kamu


selalu berjudi, minum alkohol lagi. Kak Normah
tidak mau memberi beras. Ini! pulanglah.‟

(178) Sofiah : Terima kasih, kak Normah (lalu berlari


meninggalkan Normah dan Azis).

„Terima kasih kak Normah.‟

(179) Azis : Kasihan ya cik Normah. Kalau saya tak ingat


badan saya kurus, saya hentam bapak dia (sambil
berlalu kembali ke kamarnya).

„Kasihan ya cik Normah. Jika saya tidak ingat tubuh


saya kurus, saya hajar ayahnya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 24:14)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (166), (168), (169), dan (179) merupakan tindak lokusi. Tindak
lokusi pada tuturan (166) adalah Safiah memanggil Normah. Tindak lokusi pada
tuturan (168) yaitu Safiah menjelaskan perasaannya yang sudah cukup malu
karena setiap hari ayahnya menyuruh datang kepada Normah untuk meminjam
beras. Tindak lokusi pada tuturan (169) adalah Normah mengungkapkan bahwa
ayah Safiah adalah orang yang tidak berguna, selalu menghisap ganja, minum
alkohol, dan berjudi. Normah tidak ingin ingin memberi beras jika tidak kasihan
dengan Safiah. Tindak lokusi pada tuturan (179) adalah Azis menyatakan kasihan
terhadap Safiah. Jika saja tubuhnya tidak kurus, ia akan menghajar ayah Safiah.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (167), (170), (172), (174), (176), dan (177) merupakan tindak
ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (167) adalah Normah bertanya kepada Safiah
maksud kedatangannya. Tindak ilokusi pada tuturan (170) yaitu Azis bertanya
kepada Normah bermaksud mencari tahu apa yang sedang teerjadi. Tindak ilokusi
pada tuturan (172) adalah Azis bertanya kepada Safiah bermaksud ingin
mengetahui apakah ayah Safiah adalah ayah kandungnya. Tindak ilokusi pada
tuturan (174) yaitu Azis mengungkapkan bahwa yang terjadi pada Safiah tidak
bisa dibiarkan dan harus dilawan, lalu menanyakan bagaimana ciri-ciri ayah
Safiah. Tindak ilokusi pada tuturan (176) adalah Azis merasa takut dengan ayah
Safiah yang berotot hingga ia mengurungkan niat untuk melawan ayah Safiah.
Tindak ilokusi pada tuturan (177) yaitu Normah bermaksud menyuruh Safiah
memberitahu ayahnya jika masih berjudi dan minum alkohol, Normah tidak akan
memberi beras. Lalu memberi Safiah beras dan menyuruhnya pulang.

Tuturan (171), (173), (175), dan (178) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (171) adalah Normah menjawab pertanyaan Azis dengan
mengungkapkan tentang keburukan ayah Safiah. Tindak perlokusi pada tuturan
(173) yaitu Safiah memberi jawaban dari pertanyaan Azis dengan mengatakan
bahwa ayahnya adalah ayah angkat. Tindak perlokusi pada tuturan (175) adalah
Safiah menjawab pertanyaan Azis dengan menjelaskan bahwa ayahnya orang
yang kejam, galak, dan tangannya berotot. Tindak perlokusi pada tuturan (178)
yaitu Safiah berterimakasih pada Normah.

Contoh 9. Data Percakapan 9 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan kamar Ramli, Sudin, dan Azis. Partisipan yang terlibat
ialah mak Sudin dan mak Bibah. Maksud dan tujuan tuturan adalah saling
berkenalan antara mak Sudin dan Mak Bibah.

(226) Mak Sudin : Apa khabar kak? „Apa kabar kak?‟

(227) Mak Bibah : Khabar baik. Apa ni mak Sudin?

„Baik. Apakah ini ibunya Sudin?‟

(228) Mak Sudin : Ya. Baru pindah di sini ya?

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Iya. Baru pindah di sini ya?‟

(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.

„Iya! Baru seminggu saya pindah di sini. Barang-


barang belum diangkat semua.‟

(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.

„Baguslah tinggal di sini. Karena di sini ramai.‟

(231) Mak Bibah : Mak Sudin tinggal di sini juga?

„Ibunya Sudin tinggal di sini juga?‟

(232) Mak Sudin : Tidak. Saya cuma datang sekali-sekali saja.


Namanyalah anak banyak. Sebentar di sana,
sebentar di sini, begitu.

„Tidak. Saya hanya datang sesekali saja. Beginilah


banyak anak. Sebentar di sana, sebentar di sini.

(233) Mak Bibah : Kampungnya, kampung mana?

„Kampungnya di mana?‟

(234) Mak Sudin : Saya tinggal di kampung samping.

„Saya tinggal di kampung sebelah.‟

(235) Mak Bibah : Senang-senang datang tau!

„Sering-sering datang ya!‟

(236) Mak Sudin : Iya. „Iya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 28:54)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (230) dan (235) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (230) adalah mak Sudin mendukung mak Bibah yang tinggal di rumah
sewa milik Normah karena ramai. Tindak lokusi pada tuturan (235) yaitu mak
Bibah menyarankan agar mak Sudin sering-sering berkunjung.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (226), (228), (231), dan (233) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (226) adalah mak Sudin menanyakan kabar mak Bibah
bermaksud memulai perkenalan. Tindak ilokusi pada tuturan (228) yaitu mak
Sudin bertanya kepada mak Bibah bermaksud menduga bahwa mak Bibah baru
pindah. Tindak ilokusi pada tuturan (231) adalah mak Bibah bertanya pada mak
Sudin bermaksud mencari tahu apakah mak Sudin dan Sudin tinggal bersama.
Tindak ilokusi pada tuturan (233) adalah mak Bibah bertanya pada mak Sudin
bermaksud mencari tahu di kampung mana mak Sudin tinggal.

Tuturan (227), (229), (232), (234), dan (236) merupakan tindak perlokusi.
Tindak perlokusi pada tuturan (227) adalah mak Bibah menjawab pertanyaan mak
Sudin dengan berkata „Baik. Apakah ini ibunya Sudin?‟. Tindak perlokusi pada
tuturan (229) yaitu mak Bibah membenarkan pertanyaan mak Sudin dengan
menyatakan bahwa baru seminggu pindah dan barang-barang belum diangkat
semua. Tindak perlokusi pada tuturan (232) adalah mak Sudin menjawab
pertanyaan mak Bibah dengan mengatakan bahwa ia tidak tinggal bersama Sudin
dan hanya datang sesekali saja. Tindak perlokusi pada tuturan (234) yaitu mak
Sudin menjawab pertanyaan mak Bibah dengan mengatakan bahwa ia tinggal di
kampung sebelah. Tindak perlokusi pada tuturan (236) adalah mak Sudin
membalas pernyataan mak bibah dengan berkata „iya‟.

Contoh 10. Data Percakapan 10 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan rumah sewa Normah. Partisipan yang terlibat yaitu Sudin
dan Azis. Sudin yang terkejut mendengar teriakan ibunya Zaitun spontan
bertingkah seperti sedang berolahraga, lalu Azis datang bertanya pada Sudin.
Maksud dan tujuan tuturan adalah Azis menanyakan apa yang sedang dilakukan
Sudin.

(273) Azis : Hah. Kenapa engkau Din? Nak belajar kuntau?

„Hah. Kenapa kamu Din? Mau belajar silat?‟

(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.

„Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.‟

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(275) Azis : Betul Din, yang diketuk si cantik manis, sekali
yang keluar si badak sumbu.

„Benar Din, yang diketuk si cantik manis, yang


keluar si badak sumbu.‟

(276) Sudin : Iyalah. „Iya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 34:36)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (276) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (276)
adalah Sudin mengiyakan atau setuju dengan yang dikatakan Azis.

Tuturan (273), (274), dan (275) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (273) adalah Azis bertanya kepada Sudin apa yang sedang dilakukan
Sudin. Karena Sudin seperti sedang belajar silat melihat tingkahnya yang terlalu
semangat. Di samping itu, Azis juga bermaksud meledek Sudin yang terkejut dan
spontan menggerakkan badannya seperti sedang berolahraga. Tindak ilokusi pada
tuturan (274) yaitu Sudin mengungkapkan bahwa ia bermaksud memanggil Zaitun
dengan isyarat memukul-mukul botol, namun yang muncul malah ibu Zaitun yang
berteriak memanggil Ayu dengan suara melengking hingga membuat Sudin
terkejut. Tindak ilokusi pada tuturan (275) adalah Azis membenarkan pernyataan
Sudin yang bermaksud memanggil Zaitun tetapi malah ibu Zaitun yang muncul.

Contoh 11. Data Percakapan 11 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah tempat makan tampak ramai pengunjung yang tengah
menikmati hidangan sekaligus berbincang-bincang. Ramli dan seorang wanita
bernama Prani berjalan menuju tempat duduk. Mereka duduk berhadapan. Lalu
datang seorang pelayan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Prani, dan seorang
pelayan. Adapun maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih mengenal
Prani

(323) Ramli : Saudari ni, namanya siapa?

„Nama saudari siapa?‟

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(324) Prani : Prani. „Prani.‟

(325) Ramli : Bapaknya kerja apa? „Ayahnya kerja apa?‟

(326) Prani : Inspektor Polis. „Inspektur Polisi.‟

(327) Ramli : Ohh. „Ohh.‟

Pelayan datang membawa minuman.

(328) Ramli : Silakan. „Silahkan.‟

(329) Prani : Cik abang ni namanya siapa?

„Nama abang siapa?‟

(330) Ramli : Ramli. „Ramli‟

(331) Prani : Kerjanya? „Kerja apa?‟

(332) Ramli : Salesman. „Salesman.‟

(333) Prani : Oh! „Oh!‟

(334) Ramli : Lepas ni, Prani nak ke mana?

„Setelah ini, Prani mau ke mana?‟

(335) Prani : Tidak ke mana-mana. „Tidak ke mana-mana.‟

(336) Ramli : Hmm, sudikah kita pegi berjalan di tepi laut.


Makan angin. Sudikah?

„Hmm, mari kita pergi ke pantai. Jalan-jalan.


Bersediakah?‟

(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.

„Jika cik Ramli bersedia, seribu kali saya bersedia.


Ah! Saya minta maaf cik Ramli. Saya tidak bisa
pergi, karena kartu identitas saya tertinggal di
rumah.‟

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(338) Ramli : Ahh, itukan senang. Kan Prani boleh pulang
ambek?

„Ahh, itu mudah. Prani bisa pulang ambil?‟

(339) Prani : Tapi, uang saya juga ketinggalan.

„Tapi, uang saya juga ketinggalan.‟

(340) Ramli : Yakah? Soal uang jangan khuatir. Nah! Ambek


sepuluh ringgit buat tambang.

„Iyakah? Masalah uang jangan khawatir. Ini! Ambil


10 ringgit untuk ongkos.‟

(341) Prani : Terima kasih cik Ramli, jangan pergi mana-mana


ya. Nanti saya datang tau.

„Terima kasih cik Ramli, jangan ke mana-mana ya.


Nanti saya datang.‟

(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.

„Tapi jangan lama, saya tunggu di sini.‟

Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.

Sudah 3 jam setengah semenjak Prani pamit mengambil kartu identitasnya ia


belum juga kembali. Karena lama menunggu, Ramli merasa gerah dan sadar
bahwa ia sudah ditipu.

(343) Ramli : Alamak. Aku dah kena tipu rupanya.

„Alamak. Aku sudah ditipu ternyata.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 38:31)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (328) dan (343) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (328) adalah Ramli mempersilahkan Prani untuk minum. Tindak lokusi
pada tuturan (343) yaitu Ramli sadar bahwa ia sudah tertipu.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (323), (325), (329), (331), (334), (336), (337), (338), (339), (341),
dan (342) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (323) adalah
Ramli bertanya nama perempuan yang ia temui bermaksud ingin berkenalan
dengannya. Tindak ilokusi pada tuturan (325) yaitu Ramli bermaksud mencari
tahu apa pekerjaan ayah Prani. Tindak ilokusi pada tuturan (329) adalah Prani
balik bertanya pada Ramli bermaksud ingin mengenalnya. Tindak ilokusi pada
tuturan (331) ialah Prani bertanya pada Ramli bermaksud ingin tahu pekerjaan
Ranli. Tindak ilokusi pada tuturan (334) adalah Ramli bertanya pada Prani
bermaksud ingin tahu ke mana dia setelah mereka bertemu. Tindak ilokusi pada
tuturan (336) yaitu Ramli bermaksud mengajak Prani jalan-jalan di pinggir pantai.
Tindak ilokusi pada tuturan (337) ialah Prani awalnya menerima ajakan Ramli
namun ia mengatakan bahwa kartu identitasnya ketinggalan di rumah, dan semua
yang dikatakan Prani adalah tipu daya. Tindak ilokusi pada tuturan (338) adalah
Ramli bermaksud menyuruh Prani untuk mengambil kartu identitasnya. Tindak
ilokusi pada tuturan (339) yaitu Prani beralasan bahwa uangnya juga tertinggal
agar Ramli memeberinya uang. Tindak ilokusi pada tuturan (341) ialah Prani
mengucapkan terima kasih pada Ramli dan menyuruhnya agar tidak pergi, dan
tentu saja itu hanyalah tipu daya Prani pada Ramli agar Ramli percaya padanya.
Tindak ilokusi pada tuturan (342) adalah Ramli bermaksud mengingatkan Prani
agar ia cepat kembali karena Ramli menunggunya.

Tuturan (324), (326), (327), (330), (332), (333), (335), dan (340)
merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan (324) adalah Prani
menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa namanya adalah Prani.
Tindak perlokusi pada tuturan (326) yaitu Prani menjawab pertanyaan Ramli
dengan mengatakan bahwa ayahnya seorang Inspektor Polisi. Tindak perlokusi
pada tuturan (327) adalah Ramli hanya berkata „ohh‟ tanda ia paham dengan yang
dikatakan Prani. Tindak perlokusi pada tuturan (330) ialah Ramli menjawab
pertanyaan Prani dengan mengatakan bahwa namanya adalah Ramli. Tindak
perlokusi pada tuturan (332) adalah Ramli menjawab pertanyaan Prani dengan
berkata „Salesman‟. Tindak perlokusi pada tuturan (333) yaitu Prani hanya berkata
„ohh‟ tanda ia mengerti pekerjaan Ramli. Tindak perlokusi pada tuturan (335)
yaitu Prani menjawab bahwa ia tidak pergi ke mana-mana. Tindak perlokusi pada

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tuturan (340) ialah sesuai dengan rencana tipu daya Prani, Ramli memberikan
uang kepadanya sebanyak 10 ringgit.

Contoh 12. Data Percakapan 12 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah taman. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli dan Normah.
Ramli sedang bernyanyi sambil berjalan menikmati keindahan taman. Tiba-tiba
terdengar suara wanita yang menyambung lagunya, nyanyian mereka berdua
terdengar bersahut-sahutan. Ramli mencari-cari arah suara itu, tak lama kemudian
ia menunjuk ke arah wanita yang sedang bernyanyi, wanita itu yang tidak lain
ialah Normah. Mereka pun saling berpandangan lalu Ramli menghampiri Normah
dan duduk di sebelahnya. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah ingin
menceritakan pada Ramli tentang pemuda yang ia sukai dan bertanya bagaimana
pendapat Ramli.

(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?

„Hei! Sedang apa di sini tuan timah. Eh! Tuan


timah. Cik Normah?‟

(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.

„Tidak. Saya datang ke sini ingin berjumpa anak


pak Husein ngok-ngek itu.‟

(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.

„Oh! Baru saja dia pulang naik sampan. Baru saja.‟

(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?

„Ohh. Cik Ramli, saya punya satu pertanyaan. Bisa


bantu jawab tidak?‟

(348) Ramli : Boleh jugak, cuba terangkan.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Boleh juga, coba jelaskan.‟

(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?

„Begini cik Ramli, saya sudah jadi janda tiga tahun.


Jadi saya rasa, saya tidak mau bersuami lagi. Tapi
satu dua bulan ini, saya telah jatuh cinta dengan
seorang pemuda. Jadi apa yang harus saya
lakukan?‟

(350) Ramli : Ehh, adakah pemuda itu tahu?

: Ehh, pemuda itu sudah tahu?‟

(351) Normah : Tidak, dia tidak tahu. „Tidak, dia tidak tahu.‟

(352) Ramli : Hahh. Itu sangat berbahaya cik Normah. Jikalau


cik Normah tak kasih tau sama pemuda itu, cik
Normah nanti mati dapat TB.

„Hahh. Itu berbahaya cik Normah. Jika cik Normah


tidak memberi tahu pada pemuda tersebut, cik
Normah akan meninggal karena TB.

(353) Normah : Tapi, saya malulah cik Ramli.

„Tapi, saya malu cik Ramli.‟

(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.

„Jika malu, lepaskan. Janda lain nanti yang dapat.


Jagalah cik Normah, di zaman ini lelaki berharga.‟

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(355) Normah : Baiklah, saya pakai nasihat cik Ramli. Kalau saya
dapat kahwin dengan pemuda itu, saya rasa
sungguh bahagia.

„Baiklah, saya turuti nasihat cik Ramli. Jika saya


bisa menikah dengan pemuda itu, saya sangat
bahagia.‟

(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.

„Iya, cik Normah pasti bahagia. Tapi kami yang


bersedih.‟

(357) Normah : Sebab? „Kenapa?‟

(358) Ramli : Sebab kami terpaksa pindah mencari rumah lain.

„Karena kami terpaksa pindah mencari rumah lain.‟

(359) Normah : Tidak, kalau saya kahwin dengan pemuda itulah.


Cik Ramli boleh tinggal di rumah saya dengan tak
payah bayar sewa pun.

„Tidak, jika saya menikah dengan pemuda itu. Cik


Ramli bisa tinggal di rumah saya dengan tidak perlu
membayar sewa.‟

(360) Ramli : Iyeke? Kalau begitu lekas-lekaslah kahwin cik


Normah.

„Benarkah? Kalau begitu cepatlah menikah cik


Normah.‟

Ramli dan Normah pun tertawa bersama.

(Sumber: film Bujang Lapok, 44:05)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (353) dan (356) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (353) adalah Normah merasa malu untuk mengungkapkan isi hatinya.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindak lokusi pada tuturan (356) yaitu Ramli menjelaskan jika Normah pasti
bahagia, namun mereka yang akan sedih.

Tuturan (344), (345), (346), (347), (349), (350), (352), (354), (357), (359),
dan (360) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (344) adalah
Ramli bertanya pada Normah bermaksud mencaritahu apa yang sedang dilakukan
Normah di taman sendirian. Tindak ilokusi pada tuturan (345) yaitu Normah
bermaksud menyinggung Ramli dengan mengatakan bahwa ia akan berjumpa
dengan anak pak Husein ngok-ngek yang sebelumnya pernah diceritakan Ramli
namun orang tersebut sebenarnya tidak benar-benar ada, hanya lelucon Ramli
saja. Tindak ilokusi pada tuturan (346) ialah Ramli bermaksud mengelabui
Normah dengan berkata orang yang akan dijumpai Normah baru saja pulang naik
sampan. Tindak ilokusi pada tuturan (347) adalah Normah bertanya pada Ramli
bermaksud meminta pendapat dari Ramli. Tindak ilokusi pada tuturan (349) yaitu
Normah mengungkapkan isi hatinya selama ini ia telah jatuh cinta dengan seorang
pemuda yang tak lain adalah Ramli. Normah bermaksud menanyakan pendapat
Ramli tentang apa yang harus ia perbuat. Tindak ilokusi pada tuturan (350) ialah
Ramli bermaksud ingin mengetahui apakah pemuda yang disukai Normah sudah
tahu jika Normah menyukai pemuda tersebut. Tindak ilokusi pada tuturan (352)
adalah Ramli bermaksud memberi saran pada Normah, bahwa jika Normah tidak
memberi tahu perasaannya pada pemuda tersebut ia akan menyesal dan meninggal
karena penyakit TBC. Tindak ilokusi pada tuturan (354) yaitu Ramli menasehati
Normah jika ia merasa malu berarti ia akan melepaskan pemuda tersebut dan
janda lain yang akan mendapatkannya karena di zaman sekarang lelaki sangat
berharga. Tindak ilokusi pada tuturan (357) ialah Normah bermaksud mencari
tahu alasan Ramli sedih jika ia menikah dengan pemuda tersebut. Tindak ilokusi
pada tuturan (359) adalah Normah bermaksud jika ia menikah dengan pemuda
tersebut maka Ramli bisa tinggal tanpa membayar uang sewa karena pemuda yang
dimaksud Normah adalah Ramli tentu saja jika mereka menikah Ramli tidak perlu
membayar sewa. Tindak ilokusi pada tuturan (360) yaitu Ramli merasa senang
dengan pernyataan Normah yang memberinya tempat tinggal tanpa membayar
sewa hingga ia menyuruh Normah agar cepat menikah dengan pemuda tersebut.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (348), (351), (355), dan (358) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (348) adalah Ramli menanggapi pertanyaan Normah
dengan mengatakan „Boleh juga, coba jelaskan‟. Tindak perlokusi pada tuturan
(351) yaitu Normah menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa
pemuda tersebut tidak tahu. Tindak perlokusi pada tuturan (355) ialah Normah
mengikuti saran dan nasehat Ramli karena jika ia dapat menikah dengan pemuda
tersebut ia merasa sangat bahagia. Tindak perlokusi pada tuturan (358) adalah
Ramli menjawab pertanyaan Normah dengan mengatakan bahwa mereka akan
pindah mencari rumah lain.

Contoh 13. Data Percakapan 13 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah sewa milik Normah. Di kamar Normah bertanya pada
Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.

(435) Normah : Kenapa Safiah? „Kenapa Safiah?‟

(436) Safiah : Bapak telah kalah main judi! Untuk membayar


kekalahannya, Bapak menyuruh orang itu
memperkosa kehormatan Safiah.

„Ayah sudah kalah berjudi! Untuk membayar


kekalahannya, ayah menyuruh orang itu
memperkosa Safiah.‟

(437) Normah : Bapak kau tu memang binatanglah Safiah! Eh,


Safiah itu bukan bapak kau betul tau. Itu bapak
angkat engkau.

„Ayah kamu itu memang binatang Safiah! Eh,


Safiah dia bukan ayah kandungmu. Itu ayah
angkatmu.‟

(438) Safiah : Ya, Safiah tahu kak Normah.

„Iya, Safiah tahu kak Normah.‟

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(439) Normah : Sudahlah Safiah, jangan menangis. Daripada ini
hari kau boleh tinggal di sini. Tinggal bersama-
sama kak Normah ya!

„Sudahlah Safiah, jangan menangis. Mulai hari ini


kamu boleh tinggal di sini. Bersama kak Normah
ya!‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 54:47)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (437), (438) dan (439) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (437) adalah Normah mengungkapkan bahwa ayah Safiah seperti
binatang yang tidak berakal dan mengatakan bahwa ayah safiah hanyalah ayah
angkat bukan ayah kandung. Tindak lokusi pada tuturan (438) yaitu Safiah pun
tahu keburukan ayahnya dan fakta bahwa ayahnya hanyalah ayah angkat. Tindak
lokusi pada tuturan (439) yaitu Normah mencoba menenangkan Safiah agar tidak
menangis dan dan menyarankan Safiah tinggal bersama dengannya.

Tuturan (435) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (435)
adalah Normah bertanya pada Safiah apa yang sebenarnya sedang ia alami sampai
ingin bunuh diri.

Tuturan (436) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(436) adalah Safiah menjawab pertanyaan Normah dengan mengatakan bahwa
ayahnya telah menjadikan Safiah sebagai alat untuk membayar hutang karena
kalah main judi.

Contoh 14. Data Percakapan 14 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat
adalah Babjan, Azis, Sudin, Ramli, dan salah satu penghuni rumah. Tiba-tiba
terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah ayah

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


angkat Safiah Babjan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Babjan mencari Azis
karena marah dan menuduh Azis menculik Safiah.

(442) Babjan : Azis! Azis! (menggedor rumah salah satu


penghuni). Mana Azis?

„Azis! Azis! Mana Azis?‟

Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.

(443) Babjan : Azis mana? „Azis mana?‟

(444) Penghuni : Tak tau. „Tidak tahu.‟

(445) Babjan : Jangan ketawa! Aku tanya Azis!

„Jangan tertawa! Aku tanya Azis!‟

(446) Azis : Saya pakcik. Ada apa pakcik? (menghampiri


Babjan)

„Saya paman. Ada apa paman?‟

(447) Babjan : Ada apa? Kau curi anak aku ya?

„Ada apa? Kamu menculik anakku ya?‟

Tanpa pikir panjang, Babjan melayangkan kepalan tangannya di wajah Azis. Azis
pun tumbang dalam sekali pukulan karena badanya yang tak seimbang jika
dibandingkan dengan Babjan. Babjan terus melayangkan pukulannya ke muka
Azis. Melihat Azis yang tidak berdaya, Sudin pun mencoba menghalau Babjan
agar tidak memukul Azis lagi.

(448) Sudin : Allah, sudah pakcik, sudah.

„Allah, sudahlah paman, sudah.‟

Babjan kembali melayangkan pukulan pada Sudin dan Sudin pun jatuh
tersungkur.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(449) Babjan : Siapa-siapa masuk campur, aku pecahkan kepala
dia!

„Siapa saja yang ikut campur, aku pecahkan kepala


dia!‟

Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.

(450) Ramli : Sudahlah pakcik, tak baik kita begaduh begini


pakcik.

„Sudahlah paman, tidak baik kita berkelahi seperti


ini paman.‟

(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!

„Ooh, kamu mau ikut campur ya? Kurang ajar!‟

(452) Ramli : Saya tak melawan dengan pakcik. Pakcik orang


tua.

„Saya tidak akan melawan paman. Paman orang


tua.‟

(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!

„Jika kamu tidak mau melawan, kenapa kamu ikut


campur!‟

Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.

(454) Ramli : Pakcik bukannya manusia, tapi pakcik adalah


syaitan bertopengkan manusia. Pakcik sanggup
mempertaruhkan anak untuk bermain judi ya! Tau
tak perbuatan pakcik itu membiakkan persundalan
di sisi masyarakat! Pakcik sanggup memukul Azis!
Pakcik sanggup memukul Azis. Jikalau tidak ada

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Azis, anak pakcik akan mati dalam sungai, dan
pakcik akan dituduh menjadi pembunuh tau!

„Paman bukanlah manusia, tapi paman adalah


syaitan bertopeng manusia. Paman sanggup
mempertaruhkan anak untuk bermain judi ya! Tahu
tidak perbuatan paman itu membiakkan pelacuran di
masyarakat! Paman sanggup memukul Azis! Paman
sanggup memukul Azis. Jika tidak ada Azis, anak
paman akan mati di sungai, dan paman akan dituduh
menjadi pembunuh!‟

(455) Babjan : Saya minta maaf, saya minta maaf.

„Saya minta maaf, saya minta maaf.‟

(456) Ramli : Baiklah. Selagi pakcik tidak mau bersumpah.


Pakcik tidak akan minum arak lagi, tidak main judi
lagi. Saya tidak akan serahkan Safiah ke tangan
pakcik.

„Baiklah. Selagi paman tidak mau bersumpah.


Paman tidak akan minum alkohol lagi, tidak berjudi
lagi. Saya tidak akan menyerahkan Safiah kepada
paman.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 55:30)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (447), (451), dan (452) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (447) yaitu Babjan menuduh Azis menculik Safiah. Tindak lokusi
pada tuturan (451) ialah Babjan kembali marah karena Ramli yang mencoba
mengahalaunya. Tindak lokusi pada tuturan (452) adalah Ramli tidak ingin
melawan Babjan karena Babjan adalah orang tua.

Tuturan (442), (443), (445), (446), (448), (449), (450), (453), (454), (455),
dan (456) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (442) adalah
Babjan memanggil Azis dan bermaksud mencari tahu di mana Azis berada pada

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


salah satu penghuni rumah. Tindak ilokusi pada tuturan (443) yaitu Babjan
menanyakan keberadaan Azis pada penghuni yang lain. Tindak ilokusi pada
tuturan (445) ialah Babjan melarang untuk tertawa kepada salah satu penghuni
karena ia sudah sangat marah. Tindak ilokusi pada tuturan (446) adalah Azis
memberanikan diri menghadapi Babjan lalu bertanya pada Babjan sekedar basa-
basi untuk menenagkan Babjan. Tindak ilokusi pada tuturan (448) yaitu Sudin
bermaksud menghalau Babjan agar tidak memukuli Azis lagi, karena Azis terlihat
sudah tak berdaya. Tindak ilokusi pada tuturan (449) ialah Babjan mengancam
siapa saja yang ikut campur akan dipecahkan kepalanya agar tidak ada yang
berani melawannya. Tindak ilokusi pada tuturan (450) adalah Ramli bermaksud
menghalau Babjan dengan menasehatinya agar tidak kembali membuat
kegaduhan. Tindak ilokusi pada tuturan (453) yaitu Babjan bermaksud menantang
Ramli. Tindak ilokusi pada tuturan (454) ialah Ramli meluapkan emosinya
dengan mengatakan bahwa Babjan bukanlah manusia karena sifatnya yang tidak
terpuji. Ramli menasehati Babjan agar ia sadar bahwa yang dilakukannya adalah
tindakan kriminal dan tercela yang akan mengakibatkan dampak buruk di
masyarakat. Tindak ilokusi pada tuturan (455) adalah Babjan menyadari
perbuatannya dan meminta maaf. Tindak ilokusi pada tuturan (456) yaitu Ramli
menasehati jika Babjan tidak bersumpah untuk tidak minum alkohol dan berjudi
lagi, Safiah tidak akan diserahkan pada Babjan.

Tuturan (444) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(444) yaitu penghuni menjawab pertanyaan Babjan dengan mengatakan bahwa ia
tidak tahu di mana Azis berada.

Contoh 15. Data Percakapan 15 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Normah, mak
Zaitun, dan mak Sudin. Mereka tengah berunding perihal Sudin dan Zaitun.
Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana. Maksud dan tujuan tuturan adalah
mendamaikan mak Sudin dan mak Zaitun sekaligus menentukan uang hantaran.

(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hendaknya kita sama-sama sekampung. Kankah
begitu mak Zaiton.

„Saya benar-benar senang melihat ibu Sudin dan ibu


Zaitun sudah berbaikan seperti semula. Ha, seperti
inilah kita satu kampung. Bukankah begitu ibu
Zaitun.‟

(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?

„Benar, cik Normah. Jika ibu si perempuan dan ibu


si lelaki bertengkar itu tandanya ingin?‟

(465) Mak Sudin : Nak bebesan. „Ingin berbesan.‟

(466) Mak Zaitun : Betullah kata awak tu. Minumlah, minum cik. Eh,
Zaiton kenapa kau tak pelawa abang Sudin kau tu?
Nah! agar-agar nah.

„Benar katamu itu. Minumlah, minum cik. Eh,


Zaitun kenapa kamu tidak melayani abang Sudinmu
itu? Ini! agar-agar nih.‟

(467) Normah : Sekarang, Sudin dan Zaiton pegilah main-main di


bawah, karna kita nak cakap rahsia.

„Sekarang, Sudin dan Zaitun pergilah bermain di


bawah, karena kita akan berbicara rahasia.‟

Sudin dan Zaitun pun segera turun ke bawah rumah.

(468) Normah : Sekarang, kita balik pulak tentang soal meminang.


Bagaimana mak Zaiton, setuju tak?

„Sekarang, kita kembali bahas tentang meminang.


Bagaimana ibu Zaitun, setuju tidak?‟

(469) Mak Zaitun : Saya setuju Zaiton dikahwinkan dengan Samsudin.

„Saya setuju Zaitun dinikahkan dengan Samsudin.‟

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(470) Mak Sudin : Berapa pula hantarannya? „Berapa hantarannya?‟

(471) Mak Zaitun : Hantarannya? Hantarannya, hantarannya?

„Hantarannya? Hantarannya, hantarannya?‟

(472) Mak Sudin : Tak usahlah malu-malu, katakanlah berapa.

„Tidak usah malu-malu, katakanlah berapa.‟

(473) Mak Zaitun : Hantarannya, seribu serba satu.

„Hantarannya, seribu serba satu.‟

(474) Mak Sudin : Saya setuju (memukul lantai). „Saya setuju.‟

Semua terkejut karena bunyi pukulan ke lantai mak Sudin.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:00:22)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (463), (464), (466), (467), (468), (470), (471), dan (472)
merupakan tindak ilokusi. Tidak ilokusi pada tuturan (463) adalah Normah merasa
senang melihat mak Sudin dan mak Zaitun akur. Ia bermaksud menasehati
keduanya bahwa jika satu kampung memang harus akur. Tindak ilokusi pada
tuturan (464) yaitu mak Zaitun setuju dengan Normah, ia bermaksud membuat
pembelaan dengan mengatakan jika ibu sang lelaki dan ibu sang perempuan
bertengkar adalah pertanda baik. Tindak ilokusi pada tuturan (466) ialah mak
Zaitun setuju dengan yang dikatakan mak Sudin. Kemudian menyuruh Normah
dan mak Sudin untuk minum lalu menyuruh Zaitun melayani Sudin dengan
memberikan agar-agar. Tindak ilokusi pada tuturan (467) adalah Normah
bermaksud menyuruh Zaitun dan Sudin bermain di luar supaya mereka dapat
merundingkan pinangan dan hantaran. Tindak ilokusi pada tuturan (468) yaitu
Normah bermaksud membuka pembahasan peminangan Zaitun. Normah
menanyakan apakah mak Zaitun setuju jika Sudin menikah dengan Zaitun. Tindak
ilokusi pada tuturan (470) ialah mak Sudin bertanya pada mak Zaitun bermaksud
ingin mengetahui hantaran yang harus disiapkan Sudin untuk meminang Zaitun.
Tindak ilokusi pada tuturan (471) adalah mak Zaitun berpikir berapa hantaran
yang harus disiapkan. Tindak ilokusi pada tuturan (472) yaitu mak Sudin

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


meyakinkan mak Zaitun agar tidak perlu sungkan menyebutkan berapa
hantarannya.

Tuturan (465), (469), (473), dan (474) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (465) adalah mak Sudin dengan spontan menyambung
pernyataan mak Zaitun dengan berkata „ingin berbesan‟. Tindak perlokusi pada
tuturan (469) yaitu mak Zaitun menjawab pertanyaan Normah dengan berkata
bahwa ia setuju Zaitun menikah dengan Sudin. Tindak perlokusi pada tuturan
(473) ialah mak Zaitun menyebutkan hantaran yang harus disiapkan Sudin dengan
berkata „seribu serba satu‟. Tindak perlokusi pada tuturan (474) adalah tanpa
berpikir panjang mak Sudin pun setuju dengan hantaran yang disebutkan mak
Zaitun.

Contoh 16. Data Percakapan 16 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di kamar pak Nyong dan mak Munah. Partisipan yang terlibat
adalah pak Nyong dan mak Munah. Maksud dan tujuan tuturan ialah mak Munah
meminta cerai pada suaminya pak Nyong karena suaminya dianggap tidak dapat
membahagiakan mak Munah. Adu mulut pun terjadi anatara mak Munah dan pak
Nyong.

(489) Mak Munah : Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah.
Kau tak guna jadi jantan. Jantan tak malu...hah!
hah! Kau...kau.

„Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah. Kau


tidak berguna jadi laki-laki. Laki-laki tidak tahu
malu.. hah! hah! Kau..kau.‟

(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?

„ Kenapa kau berkata yang bukan-bukan. Apa


kurang yang aku beri padamu?‟

(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


orang sebelah tu. Nah! Gelangnya. Aku semayam
emaspun, tak pernah kau belikan.

„Iya, memang kurang. Setiap aku minta, kau marah.


Setiap aku minta, kau marah. Coba kau lihat orang
sebelah itu. Nah! Gelangnya. Aku satu mayam
emaspun, tidak pernah kau belikan.‟

(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya
salah. Waktu aku kahwin dulu dengan kau, mak
bapak kau minta sampai lima ribu. Aku tidak ada
uang. Aku pinjam Benggali. Sekarang dah-dah
sampai ada tiga anak. Hutang Benggali pun belum
habis-habis lagi dibayar. Kau tahu bunga makin
naik. Mak bapak kau yang salah!

„Siapa yang bersalah dalam hal ini? Siapa yang


bersalah? Ini semua ibu dan ayahmu yang salah.
Ketika aku menikah denganmu dulu. Ibu dan
ayahmu minta lima ribu. Aku tidak punya uang.
Aku pinjam pada Benggali. Sekarang sudah punya
tiga anak. Hutang pada Benggali pun belum lunas
dibayar. Kau tahu bunga semakin naik. Ibu dan
ayahmu yang salah!‟

(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?

„Jika ibu dan ayahku minta lima ribu, kenapa ibu


dan ayahmu terima?‟

(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Karena kau berjanji, kau mau sehidup semati
denganku. Itu sebabnya aku terima. Jika aku tahu
kau mau minta cerai begini, aku tak ingin
denganmu.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:02:55)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (494) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (494)
adalah pak Nyong mengatakan bahwa mak Munah berjanji mau sehidup semati
dengannya. Ia pun menyesal menikah dengan mak Munah jika tahu mak Munah
akan meminta cerai.

Tuturan (489), (490), (491), (492), dan (493) merupakan tindak ilokusi.
Tindak ilokusi pada tuturan (489) adalah mak Munah meminta cerai pada
suaminya yaitu pak Nyong dengan marah-marah dan mengatakan bahwa pak
Nyong laki-laki yang tidak berguna. Tindak ilokusi pada tuturan (490) yaitu pak
Nyong bertanya pada mak Munah kenapa dia berbicara yang tidak-tidak apa yang
pak Nyong beri masih kurang dan bermaksud mencari tahu alasan mak Munah
meminta cerai. Tindak ilokusi pada tuturan (491) ialah mak Munah bermaksud
menyatakan bahwa selama ini pak Nyong tidak pernah membuat dia bahagia
karena apa yang diminta mak Munah pak Nyong selalu marah lalu mak Munah
membandingkan ia dengan orang lain yang punya gelang emas karena mak
Munah tidak pernah dibelikan emas oleh pak Nyong. Tindak ilokusi pada tuturan
(492) adalah pak Nyong bermaksud membuat pembelaan. Ia mengatakan bahwa
semua itu adalah salah orang tua mak Munah karena saat menikah dengan mak
Munah, orang tuanya meminta uang hantaran 5000 ringgit. Pak Nyong yang tidak
memiliki uang terpaksa berhutang dan sampai saat ini hutang tersebut belum lunas
karena bunga pinjaman semakin lama semakin naik. Tindak ilokusi pada tuturan
(493) yaitu mak Munah bermaksud tetap menyalahkan pak Nyong. Kenapa pak
Nyong menyanggupi permintaan orang tuanya.

Contoh 17. Data Percakapan 17 :

Konteks tuturan :

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
ialah Sudin dan manajer. Sudin masuk ke ruangan kantor dengan berhati-hati dan
terlihat agak khawatir karena ia datang terlambat. Dia pun terkejut melihat
Manajer yang tiba-tiba muncul. Maksud dan tujuan tuturan ialah manajer menegur
Sudin karena keterlambatannya masuk kerja.

(495) Manager : Jam berapa? „Jam berapa?‟

(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.

„Ehhh. Saya memakai satu, bapak memakai satu eeh


dua. Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding
satu, enam.‟

(497) Manager : Bukan berapa banyak jam yang aku maksudkan.


Pukul berapa kau datang bekerja?

„Bukan berapa banyak jam yang aku maksud. Pukul


berapa kau datang bekerja?‟

(498) Sudin : Ohh, pukul berapa ya? „Ohh, pukul berapa ya?‟

Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.

(499) Manager : Haa? Ehh, mana jarumnya?

„Haa? Ehh, mana jarumnya?‟

(500) Sudin : Heheh, telupa pasang cik.

„Heheh, lupa memasangnya cik.‟

(501) Manager : Huh, potong gaji kau 2 ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).

„Huh, potong gajimu 2 ringgit karena kau terlambat


datang bekerja.‟

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(502) Manager : Ehh, Sudin mari sini. Nah, ambil 2 ringgit.

„Ehh, Sudin mari sini. Ini, ambil 2 ringgit.‟

(503) Sudin : Tadi tuan manajer bilang sudah potong 2 ringgit.

„Tadi pak manajer bilang sudah potong 2 ringgit.‟

(504) Manager : Potong tetap potong! „Potong tetap potong!‟

(505) Sudin : Yang ni? „Yang ini?‟

(506) Manager : Pasang jarum jam. „Pasang jarum jam.‟

Manager lalu kembali ke ruangannya sementara Sudin keheranan sambil


menggaruk kepala berjalan ke meja kerjanya.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:06:59)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (501) dan (504) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (501) yaitu manajer berkata bahwa gaji Sudin dipotong 2 ringgit karena
dia terlambat. Tindak lokusi pada tuturan (504) manajer mengatakan bahwa gaji
Sudin tetap dipotong.

Tuturan (495), (496), (497), (498), (499), (502), (503), dan (505)
merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (495) adalah manajer
bermaksud menanyakan jam berapa Sudin datang dan sekaligus menyinggung
keterlambatan Sudin. Tindak ilokusi pada tuturan (496) yaitu Sudin mengalihkan
maksud manajer dengan mengatakan jam yang ada di ruang kantor saat itu
jumlahnya ada 6. Tindak ilokusi pada tuturan (497) ialah manajer memperjelas
maksud pertanyaannya dengan menanyakan pukul berapa Sudin datang. Tindak
ilokusi pada tuturan (498) adalah Sudin mengelabui manajer dengan melihat jam
tangannya yang tidak memiliki jarum. Tindak ilokusi pada tuturan (499) adalah
manajer keheranan melihat jam tangan Sudin yang tidak ada jarumnya lalu
bertanya pada Sudin bermaksud ingin tahu mengapa jarum jam tangan milik
Sudin tidak ada. Tindak ilokusi pada tuturan (502) ialah manajer memanggil
Sudin dan memberinya uang 2 ringgit bermaksud menyuruh Sudin memasang
jarum jam tangannya. Tindak ilokusi pada tuturan (503) yaitu Sudin bermaksud

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ingin mengetahui kejelasan maksud manajer karena ia bingung dengan uang yang
diberikan manajer karena tadi manajer berkata sudah dipotong 2 ringgit. Tindak
ilokusi pada tuturan (505) ialah Sudin bermaksud mencari tahu uang 2 ringgit
yang diberi manajer untuk apa.

Tuturan (500) dan (506) merupakan tindak perlokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (500) adalah Sudin menjawab pertanyaan manajer dengan berkata bahwa
ia lupa memasang jarum jam tangan miliknya. Tindak perlokusi pada tuturan
(506) adalah manajer menjawab pertanyaan Sudin dengan menyuruh Sudin agar
memakai uang 2 ringgit tersebut untuk memasang jarum jam tangan miliknya.

Contoh 18. Data Percakapan 18 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
adalah Sudin dan teman kerjanya Kemat. Maksud dan tujuan tuturan adalah Sudin
meminta bantuan pada Kemat untuk memberinya pekerjaan lembur jika ada.

(507) Kemat : Din kenapa kau datang lambat hari ni?

„Din kenapa kamu terlambat hari ini?‟

(508) Sudin : Saya hantar mak ke stesenlah cik Kemat.

„Saya mengantar ibu ke stasiun cik Kemat.‟

(509) Kemat : Yakah? „Iyakah?‟

(510) Sudin : Haha, ah cik Kemat. „Haha, ah cik Kemat.‟

(511) Kemat : (menoleh) haa. „haa‟

(512) Sudin : Kalau, macam ada kerja-kerja malamkah. Tolong


panggil saya.

„Jika, ada pekerjaan malam. Tolong hubungi saya.‟

(513) Kemat : Kau nak kahwin ya Din?

„Kamu mau menikah ya Din?‟

(514) Sudin : Iyalah. Hehehe. „Iya. Hehehe.‟

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(515) Kemat : Ahh. Baiklah, aku akan datang tolong kau.

„Ahh. Baik, aku akan membantumu.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:07:48)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (510) dan (515) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (510) adalah Sudin memanggil Kemat. Tindak ilokusi pada tuturan (515)
yaitu Kemat bersedia membantu Sudin.

Tuturan (507), (512), dan (513) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (507) adalah Kemat bertanya pada Sudin bermaksud mencari tahu
alasan dibalik keterlambatan Sudin. Tindak ilokusi pada tuturan (512) ialah Sudin
bermaksud meminta bantuan Kemat dengan menyuruh Kemat agar memberitahu
Sudin jika ada kerja lembur. Tindak ilokusi pada tuturan (513) adalah Kemat
bermaksud menduga bahwa Sudin akan menikah.

Tuturan (508), (509), (511), dan (514) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (508) adalah Sudin menjawab pertanyaan Kemat dengan
mengatakan bahwa ia mengantar ibunya ke stasiun KA. Tindak perlokusi pada
tuturan (509) yaitu Kemat mengatakan „iyakah?‟ pertanda ia paham akan alasan
Sudin mengapa ia terlambat. Tindak perlokusi pada tuturan (511) yaitu Kemat
merespon panggilan Sudin dengan menoleh ke arah Sudin dan berkata „haa‟.
Tindak perlokusi pada tuturan (514) ialah Sudin membenarkan dugaan Kemat
dengan berkata „iya‟ lalu tertawa.

Contoh 19. Data Percakapan 19 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli,
Junainah, dan Rapi. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih
mengenal teman kencannya, namun ia kembali tertipu oleh wanita karena ternyata
wanita tersebut memiliki teman lelaki lain.

Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(518) Junainah : Sama sapa abang telefon tadi?

„Siapa yang abang telefon tadi?‟

(519) Ramli : Sama kawan di office. „Dengan teman di kantor.‟

Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.

(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa dokter.

„Eeh, mata abang sudah sakit. Lebih baik temui


dokter.‟

Tampak seorang lelaki muncul dan melihat sekeliling, kemudian Junainah


memandang lelaki tersebut dan menyapanya.

(521) Junainah : Eeh, bang Rapi (menghampiri Rapi).

„Eeh, bang Rapi.‟

(522) Rapi : Hai! Junainah, mana kau pe..(belum selesai


bicara).

„Hai! Junainah, di mana kamu pe..‟

Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.

(523) Junainah : Jangan marah. „Jangan marah.‟

Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.

(524) Rapi : Tauke, beefsteak satulah. „Pelayan, beefsteak


satu.‟

(525) Ramli : Kena tipu lagi. „Tertipu lagi.‟

Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tinggal Prani. Prani memberikan kue yang diambil tadi untuk adiknya, lalu
memberikan uang kepada ibunya. Ramli terus mengamati Prani dari kejauhan.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:09:02)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (521), (524), dan (525) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (521) adalah Junainah menyapa Rapi. Tindak ilokusi pada tuturan
(525) yaitu Ramli mengatakan bahwa ia sudah tertipu oleh wanita lagi. Tindak
lokusi pada tuturan (524) yaitu Rapi memesan beefsteak kepada pelayan
restauran.

Tuturan (518), (520), (522), dan (523) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (518) adalah Junainah bertanya pada Ramli bermaksud
mencari tahu siapa yang Ramli telpon. Tindak ilokusi pada tuturan (520) yaitu
Junainah mengira Ramli sakit mata karena melihat Ramli mengedip-ngedipkan
mata, ia pun menyarankan Ramli bertemu dokter. Namun sebenarnya bukan mata
Ramli yang sakit, Ramli hanya berniat menggoda Junainah tapi Junainah tidak
peka. Tindak ilokusi pada tuturan (522) ialah Rapi bertanya pada Junainah
bermaksud mencari tahu ke mana saja Junainah pergi. Tindak ilokusi pada tuturan
(523) adalah Junainah bermaksud agar Ramli tidak usah mempedulikannya dan
meminta Ramli untuk tidak marah dengan kepergian Junainah yang akan
menemui laki-laki lain.

Tuturan (519) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(519) adalah Ramli menjawab pertanyaan Junainah dengan mengatakan bahwa
Ramli menelpon teman kantor.

Contoh 20. Data Percakapan 20 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan rumah sebuah perkampungan. Partisipan yang terlibat


ialah Prani, mak Prani, dan adik-adik Prani. Prani memberikan kue yg diambil
tadi untuk adiknya, lalu memberikan uang kepada ibunya. Maksud dan tujuan
tuturan adalah Prani berniat memberi ibunya uang namun ibunya tidak mau
menerima uang tersebut.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(526) Adik Prani : Yeee, kakak balik. „Yeee, kakak pulang.‟

Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.

(527) Prani : Nah, mak. „Ini, bu.‟

(528) Mak Prani : Mak tak mahu. „Ibu tidak mau.‟

(529) Prani : Kenapa mak? „Kenapa bu?‟

(530) Mak Prani : Sudahlah Prani, kau janganlah menipu lagi!

„Sudahlah Prani, kamu jangan menipu lagi!‟

(531) Prani : Mak, dalam dunia ni kalau kita baik hati, kita
jujur, tak mahu cakap banyak, kita akan dipijak
mak. Tetapi kalau kita bohong, menipu,
meninggikan diri, orang pandang mulia pada kita
mak. Sekarang mak pilih, satu antara dua. Mak
suka Prani beginikah atau suka Prani menjualkan
kehormatan Pranikah?

„Bu, di dunia ini jika kita baik hati, kita jujur, tidak
mau banyak berkata, kita akan dipijak bu. Tetapi
jika kita kita berdusta, menipu, menyombongkan
diri, orang memandang mulia pada kita bu.
Sekarang ibu pilih satu antara dua. Ibu suka Prani
seperti ini atau suka Prani menjual kehormatan
Prani?‟

(532) Mak Prani : Dua-dua mak tak suka. „Dua-dua ibu tidak suka.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:10:53)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (526) dan (527) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (526) adalah adik Prani merasa senang dengan kepulangan Prani. Tindak
lokusi pada tuturan (527) yaitu Prani memberikan uang kepada ibunya.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (528), (529), (530), dan (531) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (528) adalah ibu Prani bermaksud menolak uang pemberian
Prani. Tindak ilokusi pada tuturan (529) yaitu Prani bermaksud ingin tahu alasan
ibunya menolak uang pemberiannya. Tindak ilokusi pada tuturan (530) ialah ibu
Prani bermaksud melarang Prani untuk tidak menipu orang lagi. Tindak ilokusi
pada tuturan (531) adalah Prani bermaksud membela diri karena berpikir yang
dilakukan Prani tidak sepenuhnya salah, dengan mengungkapkan pendapatnya
bahwa di dunia ini orang yang berbuat baik tidak akan diakui dan dihormati oleh
masyarakat, lalu menyuruh ibunya untuk memilih antara Prani menipu atau
menjual diri.

Tuturan (532) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(532) adalah Ibu Prani menjawab pertanyaan Prani dengan mengatakan bahwa ia
tidak menyukai Prani menipu orang atau menjual diri.

Contoh 21. Data Percakapan 21 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah Babjan. Partisipan yang terlibat ialah Babjan, Safiah, dan
Sharif. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk mempertaruhkan keperawanan
Safiah kepada Sharif.

(541) Babjan : Safiah, bapak keluar sekejap ya!

„Safiah, ayah keluar sebentar ya!‟

(542) Safiah : Baik pak. „Iya, yah.‟

Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.

(543) Babjan : Kau boleh masuk sekarang.

„Kamu bisa masuk sekarang.‟

Sharif berjalan masuk ke rumah Babjan.

(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!

„Sharif, mulai hari ini hutangku lunas ya!‟

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(545) Sharif : Ya, mulai hari ini kau tak ada hutang lagi padaku.

„Iya, mulai hari ini kamu tidak punya hutang lagi


padaku.‟

Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.

(546) Sharif : Abang datang cantik manis.

„Abang datang cantik manis.‟

(547) Safiah : Siapa kau? Bapak aku tak ada di rumah!

„Siapa kamu? Ayahku tidak ada di rumah!‟

(548) Sharif : Jangan takut, abang tidak berbuat apa-apa. Bapak


kau hanya suruh menyampaikan uang ini kepada
kau. Nah.

„Jangan takut, abang tidak berbuat apa-apa. Ayahmu


hanya menyuruh memberikan uang ini padamu. Ini.‟

Sharif mengulurkan beberapa lembar uang lalu Safiah hendak mengambilnya.


Saat itulah Sharif merengkuh tubuh Safiah.

(549) Safiah : Lepaskan, lepaskan, lepaskan aku. Lepaskan aku.

„Lepaskan, lepaskan, lepaskan aku. Lepaskan aku.‟

Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.

(550) Sharif : Kau cakar aku ya cantik manis.

„Kmau cakar aku ya cantik manis.‟

Namun Sharif terus mencoba merengkuh tubuh Safiah.

(551) Safiah : Lepaskan, lepaskan aku.

„Lepaskan, lepaskan aku.‟

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Safiah pun kembali meronta dan berteriak, ia lalu memukul kepala Sharif dengan
belantan besi yang kebetulan ada di lantai. Kepala Sharif terluka dan berdarah.
Safiah tampak panik, tanpa berpikir panjang ia pun bergegas melarikan diri.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:14:04)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (541) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (541)
adalah Babjan mengatakan bahwa ia akan keluar sebentar.

Tuturan (543), (544), (546), (548), (549), dan (551) merupakan tindak
ilokusi Tindak ilokusi pada tuturan (543) adalah Babjan bermaksud menyuruh
Sharif untuk masuk ke rumahnya dan melancarkan aksinya untuk menyetubuhi
Safiah. Tindak ilokusi pada tuturan (544) yaitu Babjan bermaksud meyakinkan
hutangnya pada Sharif telah lunas. Tindak ilokusi pada tuturan (546) Sharif
bermaksud menyapa Safiah agar Safiah tahu kedatangan Sharif. Tindak ilokusi
pada tuturan (548) ialah Sharif bermaksud meyakinkan Safiah agar ia tidak takut
dan mencoba mengelabui Safiah untuk melancarkan aksinya dengan alasan bahwa
ayah Safiah menyuruh memberikan uang padanya. Tindak ilokusi pada tuturan
(549) adalah Safiah bermaksud menyelamatkan diri dengan berteriak meminta
Sharif agar melepaskan dirinya hingga mencakar wajah Sharif. Tindak ilokusi
pada tuturan (551) yaitu Safiah bermaksud menyelamatkan diri dengan berteriak
meminta Sharif agar melepaskan dirinya, lalu berusaha meraih belantan besi dan
memukul kepala Sharif.

Tuturan (542), (545), (547), dan (550) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (542) adalah Safiah mengerti dengan yang dikatakan
Babjan dengan berkata „Baik pak’. Tindak perlokusi pada tuturan (545) yaitu
Sharif menanggapi pernyataan Babjan dengan mengatakan pada Babjan bahwa
Babjan tidak lagi memiliki hutang padanya. Tindak perlokusi pada tuturan (547)
yaitu Safiah terkejut dengan kedatangan Sharif karena Safiah tidak mengenal
Sharif dengan mengatakan „Siapa kamu? Ayahku tidak ada di rumah!‟. Tindak
perlokusi pada tuturan (550) ialah Sharif tampak marah dan tambah beringas
melancarkan aksinya karena Safiah berani mencakar wajahnya.

Contoh 22. Data Percakapan 22 :

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah toko cincin. Partisipan yang terlibat adalah Ramli,
Zaitun, dan penjual. Tampak penjual memberikan sekotak cincin imitasi. Mereka
bersama-sama mencari cincin yang mirip dengan cincin berlian milik mak Zaitun.
Maksud dan tujuan tuturan adalah mencari cincin yang mirip dengan cincin
berlian milik ibu Zaitun.

(610) Zaitun : Haa, ini dia. „Haa, ini dia.‟

(611) Ramli : Haaa, salah salah. „Haaa, salah salah.‟

(612) Zaitun : Haaaa, ini dia! „Haaaa, ini dia!‟

(613) Ramli : Haa, dia sama. Zaiton pakai yang palsu ya.
Berapa harganya?

„Haa, ini sama. Zaitun pakai yang palsu ya. Berapa


harganya?‟

(614) Peniaga : 1 ringgit 20 sen. „1 ringgit 20 sen.‟

(615) Ramli : 1 ringgit 20 sen. Hah ambil berkat, seorang dua


puluh sen.

„1 ringgit 20 sen. Hah begini baiknya, satu orang 20


sen.‟

Mereka lalu mengambil uang dan mengumpulkannya di atas meja.

(616) Ramli : Mari kita ke pajak gadai.

„Ayo kita ke pajak gadai.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:26:55)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (616) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (616)
adalah Ramli mengajak teman-temannya pergi ke tempat pegadaian.

Tuturan (610), (611), (612), (613), dan (615) merupakan tindak ilokusi.
Tindak ilokusi pada tuturan (610) yaitu Zaitun bermaksud memberi tahu bahwa
cincin yang ia temukan sama persis dengan cincin berlian ibunya. Tindak ilokusi

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada tuturan (611) ialah Ramli bermaksud bahwa cincin yang ditemukan Zaitun
tidak sama dengan milik ibu Zaitun. Tindak ilokusi pada tuturan (612) adalah
Zaitun bermaksud memberi tahu bahwa cincin yang ia temukan sama persis
dengan cincin berlian ibunya. Tindak ilokusi pada tuturan (613) yaitu Ramli
bermaksud bahwa kali ini cincin yang ditemukan Zaitun sama dengan cincin
berlian ibu Zaitun lalu menyuruh Zaitun untuk memakainya dan bertanya harga
cincin palsu tersebut kepada penjual. Tindak ilokusi pada tuturan (615) ialah
Ramli bermaksud untuk berlaku adil dengan menyuruh masing-masing dari
mereka membayar 20 sen.

Tuturan (614) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(614) ialah penjual menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa harga
cincin palsu tersebut sebesar 1 ringgit 20 sen.

Contoh 23. Data Percakapan 23 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah tempat pegadaian. Partisipan yang terlibat ialah pemilik
tempat pegadaian dan Ramli. Tampak seorang pemilik tempat pegadaian sedang
memeriksa keaslian cincin berlian dengan sebuah kaca pembesar. Maksud dan
tujuan tuturan adalah menetapkan harga gadai cincin berlian milik ibu Zaitun.

(617) Peniaga Pajak Gadai : Berapa tauke? „Berapa tauke?‟

(618) Ramli : Tiga ribu. „Tiga ribu.‟

(619) Peniaga Pajak Gadai : Baiklah. Sang Chen. „Baiklah. Sang Chen.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:27:26)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (619) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (619)
yaitu pemilik tempat pegadaian menyetujui harga yang ditawarkan Ramli.

Tuturan (617) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (617)
adalah pemilik tempat pegadaian bertanya pada tauke (orang yang menggadaikan

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


barang berharga) berapa harga yang ditawarkan untuk cincin berlian milik ibu
Zaitun.

Tuturan (618) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan


(618) ialah Ramli menjawab dengan menawarkan harga cincin tersebut sebesar
3000 ringgit.

Contoh 24. Data Percakapan 24 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah ruangan, tampak barang-barang hantaran dari pihak


peminang tertata rapi. Partisipan yang terlibat ialah Normah, mak Zaitun, mak
Sudin, cik Wan, dan wakil rombongan. Maksud dan tujuan tuturan adalah
menetapkan tanggal pernikahan antara Sudin dan Zaitun.

(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.

„Bicaralah cik Normah agar ibu Zaitun bisa


selesaikan. Jangan malu-malu.‟

(630) Normah : Sekarang janji dah ditunaikan. Uang belanja dah


dihantar. Tentang sandingnya bila pulak?

„Sekarang janji sudah dilaksanakan. Uang belanja


sudah diantar. Kapan bersanding di pelaminan?‟

(631) Mak Zaitun : Bila si Azis dengan Safiah nak disandingkan?

„Kapan Azis dengan Safiah bersanding?‟

(632) Mak Sudin : Mereka bersanding satu hari bulan depan.

„Mereka bersanding hari pertama bulan depan.‟

(633) Mak Zaitun : Kalau begitu, kita samakan kan bagus.

„Jika seperti itu, kita samakan kan lebih baik.‟

(634) Semua : Bagus juga tu. „Bagus juga itu.‟

(635) Normah : Baguskan makcik ya. „Baguskan bi.‟

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(636) Wakil Rombongan : Bagus jugak tu. Jadi satu kali kerja.

„Bagus juga tuh. Jadi satu kali kerja.‟

(637) Normah : Yalah. „Iya.‟

(638) Mak Sudin : Tak buang masa, kerjanya ringkas.

„Tidak membuang waktu, kerjanya singkat.‟

(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah di sebelah itu, supaya jangan
lupa dia datang ya.

„Cik Wan kalau pulang nanti, tolong beri tahu cik


Bibah di sebelah itu, supaya jangan lupa dia datang
ya.‟

(640) Cik Wan : InsyaAllah. „InsyaAllah.‟

(641) Normah : Tolong mak, sirehnya. „Tolong bu, sirihnya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:28:53)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (629), (630), (631), (633), (635), (636), (638), (639), (640), dan
(641) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (629) adalah wakil
rombongan bermaksud menyuruh Normah segera memulai pembicaraan agar ibu
Zaitun bisa menentukan tanggal pernikahan. Tindak ilokusi pada tuturan (630)
yaitu Normah bermaksud menanyakan kapan Sudin dan Zaitun akan bersanding
karena hantaran sudah diberikan kepada pihak perempuan. Tindak ilokusi pada
tuturan (631) ialah mak Zaitun bertanya dengan maksud ingin tahu kapan Azis
dan Safiah akan bersanding. Tindak ilokusi pada tuturan (633) adalah mak Zaitun
bermaksud menyarankan lebih baik kedua pasangan pengantin disandingkan di
hari yang sama. Tindak ilokusi pada tuturan (635) ialah Normah bermaksud
sependapat dengan pemikiran mak Zaitun. Tindak ilokusi pada tuturan (636)
adalah wakil rombongan setuju dengan pendapat mak Zaitun karena acaranya
dapat selesai dengan satu kali kerja saja. Tindak ilokusi pada tuturan (638) yaitu
mak Sudin juga bermaksud setuju dengan pendapat mak Zaitun yang sangat bagus

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karena apabila kedua pasangan tersebut bersanding bersama maka tidak akan
membuang waktu dan kerjanya juga singkat. Tindak ilokusi pada tuturan (639)
ialah mak Zaitun bermaksud menyuruh cik Wan agar mengingatkan cik Bibah
agar tidak lupa untuk datang. Tindak ilokusi pada tuturan (640) ialah cik Wan
bermaksud akan berusaha sebisa mungkin untuk mengingatkan cik Bibah. Tindak
ilokusi pada tuturan (641) adalah Normah meminta tolong kepada salah satu tamu
agar menghidangkan sirih.

Tuturan (632), (634), dan (637) merupakan tindak perlokusi. Tindak


perlokusi pada tuturan (632) adalah mak Sudin menjawab pertanyaan mak Zaitun
dengan mengatakan bahwa Azis dan Safiah akan bersanding di hari pertama bulan
depan. Tindak perlokusi pada tuturan (634) yaitu semua orang menyetujui
pemikiran mak Zaitun. Tindak perlokusi pada tuturan (637) yaitu Normah
merespon ucapan para tamu yang setuju dengan pemikiran mak Zaitun dengan
berkata „Iya‟.

Contoh 25. Data Percakapan 25 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli, Habibah,
adik-adik Rokiah dan pelayan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin
menolong seorang anak dengan membelikan makan. Tapi malah adik-adiknya
yang banyak ikut datang dan dengan terpaksa Ramli harus membelikan makanan
pada mereka juga.

(662) Ramli : Cik ni namanya siapa? „Nama cik siapa?‟

(663) Habibah : Habibah. „Habibah.‟

(664) Ramli : Kakak? „Kakak?‟

(665) Habibah : Nama Rokiah. „Namanya Rokiah.‟

Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang sedang makan bersama Ramli.

(666) Rokiah : Encik, yang ini adik saya.

„Encik, ini adik saya.‟

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(667) Habibah : Hah, yang ini lah kakak saya, Rokiah.

„Hah, inilah kakak saya, Rokiah.‟

(668) Ramli : Silakan duduk cik Rokiah.

„Silahkan duduk cik Rokiah.‟

(669) Rokiah : Terima kasih. „Terima kasih.‟

(670) Ramli : Aah, cik Rokiah nak makan apa?

„Aah, cik Rokiah mau makan apa?‟

(671) Rokiah : Tak apalah makan. „Tidak perlu makan.‟

(672) Ramli : Mana boleh, mesti makan. Tauke, beefsteak satu.

„Tidak bisa, harus makan. Pelayan, beefsteak satu.‟

(673) Habibah : Beefsteak ini sedap kakak.

„Beefsteak ini enak kakak.‟

Rokiah tersenyum memandang Habibah, sementara Ramli memandangi Rokiah.

(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?

„Aaa cik Rokiah, hanya dua orang bersaudara saja?‟

(675) Rokiah : Tidak, adik beradik saya banyak, 11 orang semue.

„Tidak, adik-adik saya banyak, 11 orang semua.‟

(676) Ramli : Iyekeh? Ramainya. „Benarkah? Ramainya.‟

Kemudian muncul pelayan membawa makanan menuju meja mereka dan


meletakkan makanan tersebut.

(677) Ramli : Aah, silakan cik Rokiah. „Aah, silahkan cik


Rokiah.‟

(678) Rokiah : Abang tak makan? „Abang tidak makan?‟

(679) Ramli : Aah saya tak apa. „Aah saya tidak apa-apa.‟

(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Jika abang tidak makan, saya pun tidak mau
makan.‟

(681) Ramli : Baiklah. Tauke beefsteak lagi satu.

„Baiklah. Pelayan beefsteak satu lagi.‟

(682) Rokiah : Aahh, itu pun adik beradik saya datang.

„Aahh, itu adik-adik saya datang.‟

Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.

(683) Rokiah : Hei!! Diam. Kenapa bang, demam?

„Hei!! Diam. Kenapa bang, demam?‟

(684) Ramli : Tidak. Faaanasss. „Tidak. Faaanasss.‟

Selesai makan, Rokiah pun bergegas pamit dan menyuruh adik-adiknya


berterimakasih kepada Ramli.

(685) Rokiah : Sudah semua? „Sudah semua?‟

(686) Adik-adik Rokiah : Sudah. „Sudah.‟

(687) Rokiah : Sekarang mari kita pulang. Kasih terima kasih


sama abang.

„Sekarang ayo kita pulang. Bilang terima kasih pada


abang.‟

Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.

(688) Pelayan : 38 ringgit abang. „38 ringgit abang.‟

Ramli pun terkejut mendengar tagihan makanan yang disebutkan pelayan.

(689) Ramli : Eh! Tauke, hutang boleh tak?

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Eh! Pelayan, bisa hutang tidak?‟

Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.

(690) Ramli : Alamak, mati aku. „Alamak, mati aku.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:30:38)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (667), (668), (673), (677), (682), dan (690) merupakan tindak
lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (667) adalah Habibah mengatakan bahwa
Rokiah adalah kakaknya. Tindak lokusi pada tuturan (668) yaitu Ramli
mempersilakan Rokiah untuk duduk. Tindak lokusi pada tuturan (673) adalah
Habibah mengatakan bahwa beefsteaknya sangat enak. Tindak lokusi pada tuturan
(677) ialah Ramli mempersilakan Rokiah untuk menikmati beefsteak. Tindak
lokusi pada tuturan (682) adalah Rokiah memberi tahu Ramli bahwa adik-adiknya
sudah datang semua. Tindak lokusi pada tuturan (690) yaitu Ramli merasa dirinya
akan mati karena ketiban sial alias tertipu lagi.

Tuturan (662), (664), (666), (670), (671), (672), (674), (678), (680), (683),
(684), (685), (687), (688), dan (689) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (662) adalah Ramli bertanya pada perempuan yang ditolongnya
bermaksud ingin berkenalan. Tindak ilokusi pada tuturan (664) yaitu Ramli
bermaksud menanyakan nama kakak Habibah yang ditunggunya tadi. Tindak
ilokusi pada tuturan (666) ialah Rokiah bermaksud menyapa Ramli dengan
mengatakan bahwa Habibah adalah adiknya. Tindak ilokusi pada tuturan (670)
adalah Ramli menawarkan makan pada Rokiah dengan bertanya apa makanan
yang ia inginkan. Tindak ilokusi pada tuturan (671) yaitu Rokiah bermaksud
menolak tawaran Ramli. Tindak ilokusi pada tuturan (672) ialah Ramli tetap
menyuruh Rokiah untuk makan lalu memasankannya beefsteak. Tindak ilokusi
pada tuturan (674) adalah Ramli bertanya pada Rokiah bermaksud ingin tahu
apakah mereka berdua hanya 2 bersaudara saja. Tindak ilokusi pada tuturan (678)
yaitu Rokiah bertanya pada Ramli bermaksud ingin tahu apakah dia makan atau
tidak. Tindak ilokusi pada tuturan (680) ialah Rokiah bermaksud membujuk

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ramli agar ia juga ikut makan. Tindak ilokusi pada tuturan (683) adalah Rokiah
menyuruh adik-adiknya untuk diam agar tidak membuat keributan lalu bertanya
apakah Ramli sedang sakit karena terlihat memegangi kepalanya. Tindak ilokusi
pada tuturan (684) yaitu Ramli beralasan bahwa ia sedang kepanasan namun
dibalik itu ia merasa sangat terbebani dengan kedatangan adik-adik Rokiah sebab
mau tidak mau Ramli harus membelikan makanan juga kepada adik-adiknya yang
datang. Tindak ilokusi pada tuturan (685) ialah Rokiah bertanya pada adik-
adiknya bermaksud memeriksa apakah sudah selesai makan semuanya. Tindak
ilokusi pada tuturan (687) adalah Rokiah mengajak adik-adiknya untuk pulang
dan menyuruh mereka untuk berterima kasih kepada Ramli yang sudah
memberikan mereka makan. Tindak ilokusi pada tuturan (688) yaitu pelayan
bermaksud menagih bayaran semua makanan yang dipesan Ramli. Tindak ilokusi
pada tuturan (689) ialah Ramli bermaksud bernego dengan pelayan agar ia bisa
berhutang karena uangnya tidak cukup. Namun pemilik restauran tidak
memberikan pelanggan untuk berhutang.

Tuturan (663), (665), (669), (675), (676), (679), (681), dan (686)
merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan (663) adalah Habibah
menjawab pertanyaan Ramli dengan menyebutkan namanya. Tindak perlokusi
pada tuturan (665) yaitu Habibah menjawab pertanyaan Ramli dengan
meyebutkan nama kakaknya yaitu Rokiah. Tindak perlokusi pada tuturan (669)
ialah Rokiah mengucapkan terima kasih pada Ramli karena telah
mempersilakannya untuk duduk. Tindak perlokusi pada tuturan (675) ialah
Rokiah menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa mereka 11
bersaudara. Tindak perlokusi pada tuturan (676) yaitu Ramli merasa terkesan
dengan banyaknya saudara Rokiah. Tindak perlokusi pada tuturan (679) adalah
Ramli menjawab dengan berkata bahwa ia tak perlu makan. Tindak perlokusi
pada tuturan (681) yaitu Ramli menuruti maksud Rokiah lalu ia pun memesan
beefsteak. Tindak perlokusi pada tuturan (686) adalah adik-adik Rokiah
menjawab serentak dengan berkata „Sudah‟.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Contoh 26. Data Percakapan 26 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah ruangan yang cukup luas. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan Normah. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah memberitahu
Ramli bahwa selama ini pemuda yang disukainya adalah Ramli.

Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.

Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.

(691) Ramli : Saya bukan hantu cik Normah, saya Ramli,


sumpah saya Ramli.

„Saya bukan hantu cik Normah, saya Ramli, sumpah


saya Ramli.‟

(692) Normah : Kenapa jadi begini? „Kenapa jadi seperti ini?‟

(693) Ramli : Jangan marah. „Jangan marah.‟

Normah langsung menarik tangan Ramli menuju kamarnya. Dan memberikan


kain sarung pada Ramli.

(694) Normah : Kenapa jadi begini cik Ramli?

„Kenapa jadi seperti ini cik Ramli?‟

(695) Ramli : Saya kena tipu dengan perempuan cik Normah.


Dia orang cekik sampai 38 ringgit. Saya tak cukup
duit, sekali Cina restoran tu rampas seluar saya
dan baju saya, cik Normah. Jangan marah.

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Saya tertipu dengan perempuan cik Normah. Dia
habiskan 38 ringgit. Saya tidak punya cukup uang,
pemilik restaurant itu merampas celana dan baju
saya, cik Normah. Jangan marah.‟

(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.

„Ini! Pakai ini. Buka baju itu, seperti roti jala saja.‟

Normah memberikan sarung kemudian duduk di atas kasur.

(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.

„Itulah cik Ramli, yang dekat tidak mau, mau cari


yang jauh.‟

(698) Ramli : Yang dekat tu siape? Cik Normahkah?

„Yang dekat itu siapa? Cik Normah?‟

(699) Normah : Yalah, siape lagi? „Iyalah, siapa lagi?‟

(700) Ramli : Haa? astaghfirulaaha-l-‘azhiim. Kenapa tak cakap


dari dulu cik Normah?

„Haa? astaghfirulaaha-l-„azhiim. Kenapa tidak


bicara dari dulu cik Normah?‟

Ramli dan Normah pun melangsungkan pernikahan secara sederhana. Tampak


Ramli, Sudin, Azis, Normah, Zaitun, dan Safiah berjalan lalu melihat kebelakang
lalu serentak semua berkata jangan marah.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:33:46)

Analisis tindak tutur :

Tuturan (693) dan (695) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (693) adalah Ramli berkata agar Normah tidak marah kepadanya. Tindak
lokusi pada tuturan (695) yaitu Ramli menjelaskan pada Normah bahwa ia telah
tertipu oleh perempuan hingga menghabiskan uang 38 ringgit. Pemilik restauran

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merampas pakaian Ramli untuk membayar uang makan karena ia tidak memiliki
uang sebanyak 38 ringgit untuk membayarnya.

Tuturan (691), (692), (694), (696), (697), dan (698) merupakan tindak
ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (691) adalah Ramli berusaha meyakinkan
Normah agar Normah percaya dan tidak perlu takut padanya karena dia bukan
hantu. Tindak ilokusi pada tuturan (692) yaitu Normah bertanya pada Ramli
bermaksud ingin tahu apa yang membuatnya menjadi berpenampilan tak layak
karena hanya mengenakan dalaman yang compang-camping. Tindak ilokusi pada
tuturan (694) ialah Normah bertanya pada Ramli bermaksud ingin tahu apa yang
membuatnya menjadi berpenampilan tak layak karena hanya mengenakan
dalaman yang compang-camping. Tindak ilokusi pada tuturan (696) adalah
Normah menyuruh Ramli mengenakan sarung miliknya dan mengatakan bahwa
Ramli seperti kue jala. Tindak ilokusi pada tuturan (697) adalah Normah
bermaksud menyinggung Ramli yang sibuk mencari wanita di luar sana padahal
ada Normah di sini yang menyukainya. Tindak ilokusi pada tuturan (698) yaitu
Ramli bermaksud memperjelas maksud pernyataan Normah dengan menebak
bahwa wanita tersebut adalah Normah.

Tuturan (699) dan (700) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi


pada tuturan (699) adalah Normah spontan membenarkan tebakan Ramli. Tindak
ilokusi pada tuturan (700) ialah Ramli terkejut lalu menanyakan pada Normah
kenapa ia tidak mengatakannya dari dulu.

Kesimpulan dari rumusan masalah pertama yaitu tentang jenis tindak tutur
dalam dialog film Bujang Lapok adalah :

1. Tindak lokusi

Dijumpai tindak tutur yang diujarkan dengan kata, frasa, dan kalimat
dengan makna tersurat yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu seperti
apa adanya tanpa ada maksud lain. Seperti contoh-contoh pada nomer tuturan
berikut : (1), (6), (12), (14), (17), (33), (41), (150), (152), (155), (166), (168),
(169), (179), (230), (235), (276), (328), (343), (353), (356), (437), (438), (439),
(447), (451), (452), (494), (501), (504), (510), (515), (521), (524), (525), (526),

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(527), (541), (616), (619), (629), (630), (631), (633), (635), (636), (638), (639),
(640), (641), (667), (668), (673), (677), (682), (690), (693), (695).

2. Tindak ilokusi

Tidak ilokusi dalam dialog film Bujang Lapok lebih banyak dijumpai.
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang diujarkan dengan makna tambahan di
samping makna yang sebenarnya. Seperti contoh-contoh pada nomer tuturan
berikut : (3), (7), (11), (13), (15), (18), (28), (29), (30), (34), (36), (38), (39), (40),
(64), (66), (144), (145), (146), (147), (148), (151), (154), (164), (165), (167),
(170), (172), (174), (176), (177), (226), (228), (231), (233), (273), (274), (275),
(323), (325), (329), (331), (334), (336), (337), (338), (339), (341), (342), (344),
(345), (346), (347), (349), (350), (352), (354), (357), (359), (360), (435), (442),
(443), (445), (446), (448), (449), (450), (453), (454), (455), (456), (463), (464),
(466), (467), (468), (470), (471), (472), (489), (490), (491), (492), (493), (495),
(496), (497), (498), (499), (502), (503), (505), (507), (512), (513), (518), (520),
(522), (523), (528), (529), (530), (531), (543), (544), (546), (548), (549), (551),
(610), (611), (612), (613), (615), (617), (662), (664), (666), (670), (671), (672),
(674), (678), (680), (683), (684), (685), (687), (688), (689), (691), (692), (694),
(696), (697), (698).

3. Tindak perlokusi

Tindak perlokusi adalah efek yang ditimbulkan oleh sebuah tuturan


terhadap pendengarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.
Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi juga berbentuk
tindakan atau perbuatan. Efek atau pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak
sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Seperti contoh-contoh pada nomer tuturan
berikut : (2), (4), (8), (9), (10), (16), (19), (31), (32), (35), (37), (42), (65), (67),
(149), (153), (171), (173), (175), (178), (227), (229), (232), (234), (236), (324),
(326), (327), (330), (332), (333), (335), (340), (348), (351), (355), (358), (436),
(444), (465), (469), (473), (474), (500), (506), (508), (509), (511), (514), (519),
(532), (542), (545), (547), (550), (614), (618), (632), (634), (637), (663), (665),
(669), (675), (676), (679), (681), (686), (699), (700).

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Makna Tuturan Dalam Dialog Film Bujang Lapok

Suatu tuturan akan menghasilkan makna. Tuturan dapat mengarah pada


makna denotasi atau makna konotasi. Makna denotasi atau denotatif adalah makna
yang sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sedangkan makna
konotasi atau konotatif adalah makna yang tidak sebenarnya atau makna kiasan.
Data yang ditampilkan adalah data pada rumusan pembahasan sebelumnya.
Tuturan yang tidak dianalisis dalam bab ini akan dilampirkan dan dibedakan
berdasarkan makna denotasi dan makna konotasi. Dalam tindak tutur film Bujang
Lapok dijumpai makna denotasi dan konotasi, di bawah ini akan diuraikan makna-
makna tersebut.

Contoh 1. Data Percakapan 1.

Konteks tuturan :

Tuturan dilakukan di sebuah kantor. Percakapan melibatkan dua orang partisipan,


yaitu Lina dan Sudin yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur.
Tujuan pembicaraan menanyakan suatu berkas.

(1) Lina : Bye-bye, bye. „Sampai jumpa‟

(2) Sudin : Bye. (kembeli memeriksa berkas). „Sampai jumpa‟

(3) Sudin : Oii. Miss Lina, what about the file?

„Oii. Nona Lina, bagaimana dengan berkasnya?‟

(4) Lina : Oh, it’s in manager office.

„Oh, itu di kantor manajer‟.

(Sumber: film Bujang Lapok, 03:08)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (1) mengarah pada makna denotasi, yaitu pada kata „bye-bye’
memiliki arti sampai jumpa. Kata ini memiliki arti yang sebenarnya sesuai dengan
kenyataan yang dilihat yakni sebagai tanda berpisah atau seseorang akan pergi.
Tuturan (2) mengarah pada makna denotasi, yakni balasan dari mitra tutur kepada
penutur dengan mengatakan „bye‟ yang memiliki arti sampai jumpa sama seperti
tuturan (1). Tuturan (3) mengarah pada makna denotasi, yaitu kalimat tanya yang

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mempertanyakan mengenai suatu berkas. Tuturan (4) mengarah pada makna
denotasi, yakni menyatakan bahwa berkas yang dipertanyakan ada di ruang
manajer. Hal ini sesuai dengan kenyataan atau fakta yang ada.

Contoh 2. Data Percakapan 2.

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di ruangan manager. Partisipan yang terlibat adalah Ramli dan
manager yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Tujuan
tuturan dilakukan Ramli untuk menawarkan beberapa produk minyak wangi yang
ia bawa.

Ramli mengetuk pintu ruang manajer.

(6) Manager : masuk ! „masuk !‟

(7) Ramli : Ahh. Tuan manager yang setiawan dan rupawan


makan di pinggan, minum di cawan. Saya sungguh
beruntung dapat berjumpa dengan tuan yang
budiman dan tuan jugak tentu tidak jemu dapat
melihat muka saya bercendawan. Kedatangan saya
bukan hendak mengganggu tuan, tapi membawak
sampel minyak wangi yang tuan pesan. Ini
katalognya cuba tuan bukak. Kalau tuan kurang
percaya biar saya renjiskan.

„Ahh. Pak manager yang setia dan tampan makan di


atas piring, minum dalam cangkir. Saya sangat
beruntung bisa bertemu dengan bapak yang
budiman dan bapak juga tentu tidak bosan melihat
wajah saya yang bulukan. Kedatangan saya bukan
untuk mengganggu bapak, tapi membawa sampel
parfum yang bapak pesan. Ini katalognya, coba
bapak buka. Jika bapak tidak percaya biar saya
percikkan‟.

(8) Manajer : Hmm, harum. Apa namanya minyak ini?

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Hmm, wangi. Apa nama parfum ini?‟

(9) Ramli : Evening in Russia. „Sore di Rusia‟.

(10) Manajer : Ah...? „Ah..?‟

(11) Ramli : Ohh. Fernando, minyak wangi ini sungguh harum


baunya. Tuan tidak akan dapat dimana-mana.
Jikalau tuan kurang percaya, boleh usul boleh
periksa. Haa, isap rokok.

Ohh. Fernando, minyak wangi ini benar-benar


harum. Bapak tidak bisa menemukannya di mana-
mana. Jika bapak tidak percaya, Anda bisa
memeriksanya. Haa, hisap rokok.

(12) Manajer : Eh! Rokok radioka. „Eh! Rokok radioka‟.

(13) Ramli : Tuan boleh hisap. „Bapak bisa hisap‟

(14) Manajer : Huh Rasa curut. „Hah rasa cerutu‟.

(15) Ramli : Oh! Fernando, bukankah telah saya katakan,


jikalau tuan berlanggan dengan saya, semuanya
barang istimewa.

„Oh! Fernando, saya telah katakan, jika bapak


berlangganan dengan saya, semuanya barang
istimewa‟.

(16) Manajer : Baiklah, berapa harganya?

„Baiklah. Berapa harganya‟.

(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize. „Haaa, saya akan beri bapak potongan harga‟.

Ketika Ramli mengeluarkan sebotol minyak, terdengar ulasan perlombaan di


radio. Manajer berdiri dan menutup mulut ramli agar tidak berbicara. Ramli
terlihat tidak begitu semangat mendengar siaran radio tersebut dan merasa kecewa
karena manajer tidak mempedulikannya.manajer begitu semangat mendengarkan

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


siaran radio tersebut. Saat terakhir siaran radio, manajer menepuk dahinya dan
terduduk di kursi sambil memegang kepalanya.

(18) Ramli : Sekarang bagaimana pulak dengan minyak wangi


ni tuan manager?

Sekarang bagaimana dengan minyak wangi ini pak


manager?

(19) Manajer : Biarlah saya pakai minyak kelapa.

„Biarlah saya pakai minyak kelapa.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 03:25)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (6) mengarah pada makna denotasi. Makna denotasi pada tuturan
(6) adalah menyuruh masuk, yang memiliki arti sebenarnya sesuai dengan
kenyataan. Tuturan (7) mengarah pada makna konotasi, yaitu bermaksud memuji
dengan cara merendah diri. Kata setia dan tampan. Setia berarti berpegang teguh
pada janji dan tampan yang berarti wajah yang menarik. Kata setia dan tampan
menyatakan pujian, lalu pada kalimat „tidak bosan melihat wajah saya yang
bulukan’ wajah saya yang bulukan dimaksudkan untuk membandingkan wajah
yang tampan. Ramli bermaksud merendah agar pujian tersebut lebih terasa.
Tuturan (8) mengarah pada makna denotasi, yaitu menyatakan bahwa parfum
yang dipercikkan memiliki bau yang enak dihirup. Tuturan (9) mengarah pada
makna konotasi, yakni kalimat „Evening in Rusia’ apabila diartikan ke dalam
bahasa Indonesia berarti sore hari di Rusia. Namun „Evening in Rusia’ di sini
bukan bermaksud waktu sore di Negara Rusia, melainkan diibaratkan sebagai
nama parfum. Tuturan (10) mengarah pada makna denotasi, yaitu berekspresi
keheranan, kaget sekaligus kagum dengan nama parfum tersebut. Tuturan (11)
mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kata Fernando yang sering digunakan
sebagai nama seorang laki-laki yang memiliki arti perjalanan yang berani,
petualang, inovatif, dan penuh ide. Ramli bermaksud memuji manajer dengan
mengibaratkan manajer seperti arti nama Fernando agar manajer luluh dan
percaya pada rayuan Ramli lalu tertarik membeli parfum yang ditawarkan Ramli.

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (12) mengarah pada makna denotasi, yakni rokok radiokarbon berarti
sama seperti rokok biasanya yang mengandung karbon monoksida. Tututan (13)
mengarah pada makna denotasi, yaitu menyuruh manajer untuk menghisap rokok.
Tuturan (14) mengarah pada makna denotasi, yakni mengatakan yang sebenarnya
bahwa rokok yang dihisap rasa cerutu yang sama dengan rokok biasanya. Tuturan
(15) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kata Fernando yang sering
digunakan sebagai nama seorang laki-laki yang memiliki arti perjalanan yang
berani, petualang, inovatif, dan penuh ide. Ramli memuji manajer dengan
mengibaratkan manajer seperti arti nama Fernando berusaha meyakinkan manajer
untuk membeli parfum. Tuturan (16) mengarah pada makna denotasi, yaitu
bertanya berapa harga parfum yang ditawarkan. Tuturan (17) mengarah pada
makna denotasi, yakni memberikan potongan harga, sesuai dengan kenyataan
yang ada. Tuturan (18) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya mengenai
kejelasan parfum yang akan dibeli manajer. Tuturan (19) mengarah pada makna
denotasi, yaitu manajer tidak tertarik lagi untuk membeli parfum dan lebih
memilih memakai minyak kelapa.

Contoh 3. Data Percakapan 3 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di jalan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Sudin, dan Azis yang
saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Maksud dan tujuan tuturan
adalah makan apa hari ini.

(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.

„Sangat lelah badanku ini Ramli. Perut pun sudah


lapar. Ayo kita makan nasi warung.‟

(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.

Aku tidak selera makan nasi warung Zis.

(30) Azis : Amacam kau Din? „Kalau kamu Din?‟

(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam?

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Ah! Kalau begitu, kita masak sendiri, bagaimana?‟

(32) Ramli : Aaah.. (menuding Sudin) „Aaah…‟

(33) Azis : Itupun bagus. „Itu juga bagus.‟

(34) Sudin : Mula-mula kita beli? „Pertama-tama kita beli?‟

(35) Azis/ Ramli/ Sudin : Ayam! „Ayam!‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 06:56)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (28) mengarah pada makna denotasi, yaitu badan yang sudah lelah
dan perut yang sudah terasa lapar. Tuturan (29) mengarah pada makna denotasi,
yakni tidak bernafsu untuk makan nasi di warung. Tuturan (30) mengarah pada
makna denotasi, yaitu bertanya bagaimana pendapat Sudin. Tuturan (31)
mengarah pada makna denotasi, yakni menyarankan untuk masak sendiri. Tuturan
(32) mengarah pada makna konotasi, yaitu kata „Aaah..‟ diibaratkan sebagai
ekspresi setuju dengan pendapat Sudin. Tuturan (33) mengarah pada makna
denotasi, yakni mengatakan bahwa ide Sudin untuk memasak sendiri juga bagus.
Tuturan (34) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya apa yang pertama
akan dibeli. Tuturan (35) mengarah pada makna denotasi, yaitu semua
mengatakan untuk membeli ayam.

Contoh 4. Data Percakapan 4 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah pasar. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Azis, Sudin,
dan Penjual. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk membeli ayam.

(36) Ramli : Berapa? „Berapa?‟

(37) Penjual : 2 kati, tiga ringgit. „1 kg 2 ons, tiga ringgit.‟

(38) Ramli : Ha, kau dengar tak? „Ha, kau dengar tidak?‟

(39) Azis : Habis? „Lalu?‟

(40) Ramli : Seorang seringgitlah. „Satu orang seringgitlah.‟

Masing-masing mengeluarkan uang seringgit dan mengumpulkannya pada Azis.

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(41) Azis : Nah, tauke. „Ini tauke (majikan/ penjual/ bos).‟

(42) Penjual : Kamsia, kamsia. „Terima kasih, terima kasih.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 07:16)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (36) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan harga


ayam, sesuai dengan arti sebenarnya kata berapa ditujukan sebagai kalimat tanya.
Tuturan (37) mengarah pada makna denotasi, yakni 1 kg 2 ons berarti berat ayam
dan 3 ringgit berarti harga ayam tersebut. Tuturan (38) mengarah pada makna
denotasi, yaitu bertanya apakah Sudin dan Ramli mendengar harga ayam yang
dikatakan si penjual. Tuturan (39) mengarah pada makna denotasi, yakni tidak
mengerti dengan maksud yang dikatakan Ramli. Tuturan (40) mengarah pada
makna denotasi, yaitu mengatakan bahwa setiap dari mereka bertiga membayar
sebanyak 1 ringgit seorang. Tuturan (41) mengarah pada makna denotasi, yakni
membayar ayam tersebut. Tuturan (42) mengarah pada makna denotasi, yaitu
ucapan terima kasih penjual kepada pembeli.

Contoh 5. Data Percakapan 5 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan mak Munah. Tujuan tuturan dilakukan Mak Munah berjalan melewati
Ramli, ia pun menyapa mak Munah sambil tersenyum.

(64) Ramli : Mak Munah. „Mak Munah.‟

(65) Mak Munah : Ramli. „Ramli.‟

(66) Ramli : Masak nasi? „Masak nasi?‟

(67) Mak Munah : Panaskan sayur, nak. „panaskan sayur, nak.‟

Mak Munah berlalu meninggalkan Ramli dan masuk ke kamarnya. Ramli pun
kembali memanggil Normah.

Analisis makna tuturan :

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (64) mengarah pada makna denotasi, yaitu menyapa mak Munah,
yang mana mak Munah adalah nama sapaan seorang ibu rumah tangga tetangga
Ramli. Tuturan (65) mengarah pada makna denotasi, yakni membalas sapaan
Ramli dengan mengatak „Ramli‟ yang mana Ramli adalah nama sapaan seorang
pemuda lajang yang tinggal bertiga dengan 2 rekannya. Tuturan (66) mengarah
pada makna denotasi, yaitu bertanya apakah mak Munah baru selesai masak nasi.
Tuturan (67) mengarah pada makna denotasi, yaitu menghangatkan atau
menjadikan sayur kembali bersuhu panas.

Contoh 6. Data Percakapan 6 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Zaitun dan mak
Zaitun. Maksud dan tujuan pembicaraan adalah menasehati Zaitun agar ia sudah
pulang ke rumah jika hari sudah mulai petang, karena ibunya khawatir.

(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.

„Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kamu Tun?


Sudah malam begini tidak senang duduk di rumah,
maunya keluar saja.‟

(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.

„Berisik sajalah! Pergi ke rumah bibi pun sudah


teriak-teriak.‟

(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.

„Eh, Tun. Bagaimana aku tidak berteriak, kamu kan


sudah besar. Bukan anak-anak lagi. Sebentar lagi
kamu akan bersuami.‟

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(147) Zaiton : Tak siapa nak ingin belaki.

„Tidak ada yang mau bersuami.‟

(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.

„Aii, selama kamu sudah besar Tun, satu kata yang


aku katakan, empat kata yang kamu katakan. Lama-
lama aku bisa mati gagal jantung.‟

(149) Zaiton : Apa mak? „Apa bu?‟

(150) Mak Zaiton : Lemah jantunglah. „Gagal jantunglah.‟

(151) Zaiton : Amboi, mak ni. Selama Miss Wong tinggal di


sebelah rumah, berambuk skipping London.

„Amboi, ibu. Selama nona Wong tinggal di sebelah


rumah, cambuk melompati London.‟

(152) Mak Zaiton : Alaah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota
jangan konon-kononkan kita. Kau pun mesti
belajar, Ton. Bukannya susah. One, two, three. A,
B, C. What you going?

„Alaah, aku belajar sedikit-sedikitlah supaya orang


kota tidak mengata-ngatai kita. Kamu pun harus
belajar Tun. Tidak sulit. Satu, dua, tiga. A, B, C.
Apa yang akan kamu lakukan?‟

(153) Ayu : Hi...hi...hi (tertawa) „Hi...hi...hi‟

(154) Mak Zaiton : Kenapa kau ketawa? Salahkah aku cakap?

„Kenapa kamu tertawa? Salah aku berbicara?

(155) Ayu : Salah tu tidak, tapi tak betul.

„Tidak salah, tapi tidak benar‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 21:44)

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Analisis makna tuturan :

Tuturan (144) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan dari


mana Zaitun hingga malam baru pulang. Tuturan (145) mengarah pada makna
denotasi, yakni mengatakan ibunya berisik, karena hanya pergi ke rumah bibi ibu
Zaitun sudah berteriak memanggil Zaitun. Tuturan (146) mengarah pada makna
denotasi, yaitu mengungkapkan perasaan khawatir sudah malam Zaitun belum
pulang karena ia sudah besar dan patut untuk bersuami, itulah sebab ibunya
berteriak memanggil-manggil Zaitun. Tuturan (147) mengarah pada makna
denotasi, yakni Zaitun belum ingin bersuami. Tuturan (148) mengarah pada
makna konotasi, yaitu pada kalimat ‘sepatah aku kata, empat patah kau kata’
bermakna saat ibu Zaitun menasehatinya Zaitun menanggapi ataupun melawan
apa yang dikatakan ibunya. Tuturan (149) mengarah pada makna denotasi, yakni
Zaitun bertanya apa yang ibunya katakan. Tuturan (150) mengarah pada makna
denotasi, yakni penyakit gagal jantung. Tuturan (151) mengarah pada makna
konotasi, yaitu Zaitun memuji ibunya yang sudah banyak belajar bahasa Inggris
lalu mengibaratkannya seperti „Cambuk yang melewati London’. Cambuk berarti
alat pukul yang biasanya lentur, cambuk diibaratkan sebagai usaha seseorang. Jadi
arti yang dapat kita pahami yaitu usaha seseorang yang sudah berhasil melewati
atau mempelajari sesuatu yang baru. Tuturan (152) mengarah pada makna
denotasi, yakni ibu Zaitun belajar sedikit demi sedikit belajar agar orang kota
tidak mencibir mereka karena tidak sulit mempelajarinya. Tuturan (153)
mengarah pada makna denotasi, yaitu tertawa. Tuturan (154) mengarah pada
makna denotasi, yakni ibu Zaitu bertanya pada Ayu apa yang menyebabkan Ayu
tertawa, apakah salah yang dikatakannya. Tuturan (155) mengarah pada makna
denotasi, yaitu tidak menyalahkan ibunya, namun pengucapan bahasa Inggris
ibunya yang kurang benar.

Contoh 7. Data Percakapan 7 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di kamar Sudin, Ramli, dan Azis. Partisipan yang terlibat adalah
Sudin dan Ramli. Maksud dan tujuan pembicaraan mereka adalah membahas
masalah Sudin dan Zaitun.

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(164) Sudin : Tetapi Zaiton suka berkahwin dengan orang
kebanyakkan macam aku. Bagaimana Ramli?

„Tapi Zaitun suka menikah dengan orang biasa


seperti aku. Bagaimana Ramli?‟

(165) Ramli : Kalau dah suka sama suka. Memang tak kenal
botol kicap dengan botol cuka. Peduli apa mak dia
tak suka. Dengan mak dia kah yang kau nak
menikah.

„Jika sudah sama-sama suka. Memang tidak kenal


botol kecap dengan botol cuka. Tidak usah peduli
dengan ibunya yang tidak suka. Memangnya dengan
ibunya kamu menikah.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 23:26)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (164) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan pendapat


Ramli bagaimana kelanjutan hubungan asmara Sudin dan Zaitun yang ditentang
dan khawatir akan ibu Zaitun karena tidak suka dengan orang dari kalangan
bawah atau orang biasa. Tuturan (165) mengarah pada makna konotasi, yakni
kalimat „Jika sudah suka sama suka. Memang tidak mengenal botol kecap dengan
botol cuka’ yang bersinonim dengan jika sudah cinta tidak akan bisa membedakan
mana yang benar dan yang salah. Ramli pun menyarankan agar Sudin tetap
memperjuangkan cintanya kepada Zaitun.

Contoh 8. Data Percakapan 8 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan kamar Normah. Partisipan yang terlibat dalam tuturan
ialah Safiah, Normah, dan Azis. Maksud dan tujuan tuturan adalah Safiah ingin
meminjam beras kepada Normah.

(166) Safiah : Kak Normah, kak Normah!

„Kak Normah, kak Normah!

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(167) Normah : Hah, ada apa lagi Safiah?

„Hah, ada apa lagi Safiah?‟

(168) Safiah : Saya ni memang cukup malu dengan kak Normah.


Hari-hari bapak suruh datang sini mintak pinjam
beras.

„Saya sudah cukup malu dengan kak Normah.


Setiap hari ayah menyuruh datang ke sini untuk
meminjam beras.‟

(169) Normah : Bapak angkat kau memang tak gunalah Safiah.


asyik isap ganja, minum arak, main judi. Itu saja
yang dia tahu. Kalau aku tak kasihankan kaulah
Safiah, aku tak ingin nak kasi beras.

„Ayah angkat kamu memang tidak berguna Safiah.


Selalu menghisap ganja, minum alkohol, berjudi.
Hanya itu yang dia tahu. Jika aku tidak kasihan
padamu Safiah, aku tidak mau memberi beras.‟

(170) Azis : Hah, kenapa cik Normah?

„Hah, kenapa cik Normah?

(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).

„Tidak. Ayah Safiah ini, sedikit pun tidak ingat


rumah tangga. Suka bermain judi, minum alkohol.
Entah manusia seperti apa, aku tidak tahu.

(172) Azis : Bapak awak tu, bapak betul kah?

„Ayah kamu itu, benar ayahmu?

(173) Safiah : Bukan, bapak angkat. „Tidak, ayah angkat.‟

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(174) Azis : Hah? Ini tak boleh jadi man. Ini mesti mau kena
bedal man. Bapak awak macam mana?

„Hah? Ini tidak bisa dibiarkan. Ini harus dilawan.


Ayah kamu seperti apa?‟

(175) Safiah : Orangnya bengis. Mukanya garang. Tangannya


berurat-urat.

„Orangnya kejam. Wajahnya galak. Tangannya


berotot.‟

(176) Azis : Hah, urat-urat? tak jadi.

„Hah, otot-otot? Tidak jadi.‟

(177) Normah : Hah. Bilang sama bapak kau Safiah. Kalau bapak
kau asyik main judi, minum arak lagi. Kak Normah
tak mau kasi beras. Nah! pegi balik.

„Hah. Katakan pada ayahmu Safiah. Jika ayah kamu


selalu berjudi, minum alkohol lagi. Kak Normah
tidak mau memberi beras. Ini! pulanglah.‟

(178) Sofiah : Terima kasih, kak Normah (lalu berlari


meninggalkan Normah dan Azis).

„Terima kasih kak Normah.‟

(179) Azis : Kasihan ya cik Normah. Kalau saya tak ingat


badan saya kurus, saya hentam bapak dia (sambil
berlalu kembali ke kamarnya).

„Kasihan ya cik Normah. Jika saya tidak ingat tubuh


saya kurus, saya hajar ayahnya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 24:14)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (166) mengarah pada makna denotasi, yaitu memanggil kak


Normah, yang mana Normah adalah nama panggilan atau sapaan seseorang.

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (167) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya maksud kedatangan
Safiah. Tuturan (168) mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa malu karena
setiap hari ayahnya selalu menyuruh Safiah datang menemui Normah untuk
meminjam beras. Tuturan (169) mengarah pada makna denotasi, yaitu
mengatakan ayah Safiah adalah orang yang tidak berguna karena senang berjudi
dan minum alkohol. Jika Normah tidak kasihan pada Safiah ia tak akan
memberikan beras. Tuturan (170) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya
apa yang sedang terjadi. Tuturan (171) mengarah pada makna denotasi, yaitu
mengatakan bahwa ayah Safiah tidak pernah ingat urusan rumah tangga, senang
berjudi dan minum alkohol. Tuturan (172) mengarah pada makna denotasi, yaitu
bertanya apa ayah Safiah adalah ayah kandungnya. Tuturan (173) mengarah pada
makna denotasi, yakni mengatakan bahwa ayahnya adalah ayah angkat. Tuturan
(174) mengarah pada makna denotasi, yaitu kebiasaan ayah Safiah tidak bisa
dibiarkan dan harus diberi pelajaran lalu bertanya seperti apa ayah Safiah. Tuturan
(175) mengarah pada makna denotasi, yaitu ayah Safiah orang yang kejam,
berwajah galak, dan tangannya berotot. Tuturan (176) mengarah pada makna
denotasi, yakni tangan ayah Safiah yang berotot mengurungkan niat Azis untuk
memberi pelajaran pada ayah Safiah. Tuturan (177) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyuruh Safiah agar mengatakan pada ayahnya apabila ayahnya
masih senang berjudi dan minum alkohol Normah tidak akan memberikan beras,
lalu memberikan beras pada Safiah dan menyuruhnya pulang. Tuturan (178)
mengarah pada makna denotasi, yaitu ucapan terima kasih Safiah untuk Normah.
Tuturan (179) mengarah pada makna denotasi, yaitu Azis merasa kasihan dengan
Safiah, jika badannya tidak kurus sudah dihajar ayah Safiah.

Contoh 9. Data Percakapan 9 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan kamar Ramli, Sudin, dan Azis. Partisipan yang terlibat
ialah mak Sudin dan mak Bibah. Maksud dan tujuan tuturan adalah saling
berkenalan antara mak Sudin dan Mak Bibah.

(226) Mak Sudin : Apa khabar kak? „Apa kabar kak?‟

(227) Mak Bibah : Khabar baik. Apa ni mak Sudin?

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Baik. Apakah ini ibunya Sudin?‟

(228) Mak Sudin : Ya. Baru pindah di sini ya?

„Iya. Baru pindah di sini ya?‟

(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.

„Iya! Baru seminggu saya pindah di sini. Barang-


barang belum diangkat semua.‟

(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.

„Baguslah tinggal di sini. Karena di sini ramai.‟

(231) Mak Bibah : Mak Sudin tinggal di sini juga?

„Ibunya Sudin tinggal di sini juga?‟

(232) Mak Sudin : Tidak. Saya cuma datang sekali-sekali saja.


Namanyalah anak banyak. Sebentar di sana,
sebentar di sini, begitu.

„Tidak. Saya hanya datang sesekali saja. Beginilah


banyak anak. Sebentar di sana, sebentar di sini.

(233) Mak Bibah : Kampungnya, kampung mana?

„Kampungnya di mana?‟

(234) Mak Sudin : Saya tinggal di kampung samping.

„Saya tinggal di kampung sebelah.‟

(235) Mak Bibah : Senang-senang datang tau!

„Sering-sering datang ya!‟

(236) Mak Sudin : Iya. „Iya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 28:54)

Analisis makna tuturan :

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (226) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan kabar.
Tuturan (227) mengarah pada makna denotasi, yaitu kabar baik atau sehat lalu
bertanya apakah yang berbicara dengannya adalah ibu Sudin. Tuturan (228)
mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya apakah mak Bibah baru pindah di
rumah sewa milik Normah. Tuturan (229) mengarah pada makna denotasi, yakni
mengatakan bahwa mak Bibah baru seminggu pindah di rumah sewa Normah dan
barang-barangnya baru diangkat. Tuturan (230) mengarah pada makna denotasi,
yaitu mendukung mak Bibah yang tinggal di rumah sewa Normah karena ramai.
Tuturan (231) mangarah pada makna denotasi, yakni bertanya apakah mak Sudin
tinggal dengan Sudin. Tuturan (232) mengarah pada makna denotasi, yaitu mak
Sudin tidak tinggal dengan Sudin, hanya datang sesekali saja karena punya
banyak anak jadi ke sana kemari. Tuturan (233) mengarah pada makna denotasi,
yakni menanyakan di mana kampung mak Sudin. Tuturan (234) mengarah pada
makna denotasi, yaitu tinggal di kampung sebelah atau kampungnya terletak di
sebelah kampung yang Sudin tinggali. Tuturan (235) mengarah pada makna
denotasi, yakni menyarankan agar mak Sudin sering-sering berkunjung. Tuturan
(236) mengarah pada makna denotasi, yaitu mengiyakan atau setuju dengan saran
mak Bibah.

Contoh 10. Data Percakapan 10 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan rumah sewa Normah. Partisipan yang terlibat yaitu Sudin
dan Azis. Sudin yang terkejut mendengar teriakan ibunya Zaitun spontan
bertingkah seperti sedang berolahraga, lalu Azis datang bertanya pada Sudin.
Maksud dan tujuan tuturan adalah Azis menanyakan apa yang sedang dilakukan
Sudin.

(273) Azis : Hah. Kenapa engkau Din? Nak belajar kuntau?

„Hah. Kenapa kamu Din? Mau belajar silat?‟

(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.

„Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.‟

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(275) Azis : Betul Din, yang diketuk si cantik manis, sekali
yang keluar si badak sumbu.

„Benar Din, yang diketuk si cantik manis, yang


keluar si badak sumbu.‟

(276) Sudin : Iyalah. „Iya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 34:36)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (273) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
sedang dilakukan Sudin, apakah ingin belajar silat. Tuturan (274) mengarah pada
makna konotasi, yakni kata „Lain yang diketuk, lain yang keluar’ memiliki arti
lain yang diberi isyarat panggilan, lain pula yang muncul. Diketuk di sini berarti
pukulan botol yang biasa digunakan Sudin dan Zaitun sebagai isyarat panggilan
mereka. Tuturan (275) mengarah pada makna konotasi, yakni kata „yang diketuk
si cantik manis, yang keluar si badak sumbu’ memiliki arti yang dipanggil adalah
Zaitun, malah yang muncul ibunya. Tuturan (276) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyatakan setuju.

Contoh 11. Data Percakapan 11 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah tempat makan tampak ramai pengunjung yang tengah
menikmati hidangan sekaligus berbincang-bincang. Ramli dan seorang wanita
bernama Prani berjalan menuju tempat duduk. Mereka duduk berhadapan. Lalu
datang seorang pelayan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Prani, dan seorang
pelayan. Adapun maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih mengenal
Prani

(323) Ramli : Saudari ni, namanya siapa?

„Nama saudari siapa?‟

(324) Prani : Prani. „Prani.‟

(325) Ramli : Bapaknya kerja apa? „Ayahnya kerja apa?‟

(326) Prani : Inspektor Polis. „Inspektur Polisi.‟

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(327) Ramli : Ohh. „Ohh.‟

Pelayan datang membawa minuman.

(328) Ramli : Silakan. „Silahkan.‟

(329) Prani : Cik abang ni namanya siapa?

„Nama abang siapa?‟

(330) Ramli : Ramli. „Ramli‟

(331) Prani : Kerjanya? „Kerja apa?‟

(332) Ramli : Salesman. „Salesman.‟

(333) Prani : Oh! „Oh!‟

(334) Ramli : Lepas ni, Prani nak ke mana?

„Setelah ini, Prani mau ke mana?‟

(335) Prani : Tidak ke mana-mana. „Tidak ke mana-mana.‟

(336) Ramli : Hmm, sudikah kita pegi berjalan di tepi laut.


Makan angin. Sudikah?

„Hmm, mari kita pergi ke pantai. Jalan-jalan.


Bersediakah?‟

(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.

„Jika cik Ramli bersedia, seribu kali saya bersedia.


Ah! Saya minta maaf cik Ramli. Saya tidak bisa
pergi, karena kartu identitas saya tertinggal di
rumah.‟

(338) Ramli : Ahh, itukan senang. Kan Prani boleh pulang


ambek?

„Ahh, itu mudah. Prani bisa pulang ambil?‟

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(339) Prani : Tapi, uang saya juga ketinggalan.

„Tapi, uang saya juga ketinggalan.‟

(340) Ramli : Yakah? Soal uang jangan khuatir. Nah! Ambek


sepuluh ringgit buat tambang.

„Iyakah? Masalah uang jangan khawatir. Ini! Ambil


10 ringgit untuk ongkos.‟

(341) Prani : Terima kasih cik Ramli, jangan pergi mana-mana


ya. Nanti saya datang tau.

„Terima kasih cik Ramli, jangan ke mana-mana ya.


Nanti saya datang.‟

(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.

„Tapi jangan lama, saya tunggu di sini.‟

Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.

Sudah 3 jam setengah semenjak Prani pamit mengambil kartu identitasnya ia


belum juga kembali. Karena lama menunggu, Ramli merasa gerah dan sadar
bahwa ia sudah ditipu.

(343) Ramli : Alamak. Aku dah kena tipu rupanya.

„Alamak. Aku sudah ditipu ternyata.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 38:31)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (323) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan nama.


Tuturan (324) mengarah pada makna denotasi, yakni bernama Prani. Tuturan
(325) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan pekerjaan ayah Prani.
Tuturan (326) mengarah pada makna denotasi, yaitu ayah Prani adalah seorang
Inspektur Polisi. Tuturan (327) mengarah pada makna denotasi, yakni mengerti
atau paham dengan pekerjaan ayah Prani. Tuturan (328) mengarah pada makna

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


denotasi, yaitu mempersilakan Prani untuk minum. Tuturan (329) mengarah pada
makna denotasi, yakni menanyakan nama. Tuturan (330) mengarah pada makna
denotasi, yaitu bernama Ramli. Tuturan (331) mengarah pada makna denotasi,
yakni menanyakan pekerjaan Ramli. Tuturan (332) mengarah pada makna
denotasi, yaitu bekerja sebagai salesman atau orang yang bekerja menawarkan
barang dagangan. Tuturan (333) mengarah pada makna denotasi, yakni mengerti
atau paham dengan pekerjaan Ramli. Tuturan (334) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menanyakan ke mana Prani pergi pertemuannya dengan Ramli.
Tuturan (335) mengarah pada makna denotasi, yaitu tidak pergi ke mana-mana.
Tuturan (336) mengarah pada makna denotasi, yakni mengajak pergi jalan-jalan
ke pantai. Tuturan (337) mengarah pada makna denotasi, yaitu bersedia diajak
jalan-jalan ke pantai, namun sepertinya tidak dapat pergi karena kartu identitas
Prani tertinggal di rumah. Tuturan (338) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyuruh untuk mengambil kartu identitas tersebut. Tuturan (339) mengarah
pada makna denotasi, yakni uang Prani juga ketinggalan di rumah. Tuturan (340)
mengarah pada makna denotasi, yaitu memberikan uang 10 ringgit untuk ongkos.
Tuturan (341) mengarah pada makna denotasi, yakni berterima kasih dan akan
datang kembali. Tuturan (342) mengarah pada makna denotasi, yakni berkata
jangan terlalu lama pergi mengambil kartu identitasnya karena Ramli menunggu
Prani. Tuturan (343) mengarah pada makna denotasi, yaitu telah terpedaya atau
tertipu oleh Prani.

Contoh 12. Data Percakapan 12 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah taman. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli dan Normah.
Ramli sedang bernyanyi sambil berjalan menikmati keindahan taman. Tiba-tiba
terdengar suara wanita yang menyambung lagunya, nyanyian mereka berdua
terdengar bersahut-sahutan. Ramli mencari-cari arah suara itu, tak lama kemudian
ia menunjuk ke arah wanita yang sedang bernyanyi, wanita itu yang tidak lain
ialah Normah. Mereka pun saling berpandangan lalu Ramli menghampiri Normah
dan duduk di sebelahnya. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah ingin

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menceritakan pada Ramli tentang pemuda yang ia sukai dan bertanya bagaimana
pendapat Ramli.

(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?

„Hei! Sedang apa di sini tuan timah. Eh! Tuan


timah. Cik Normah?‟

(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.

„Tidak. Saya datang ke sini ingin berjumpa anak


pak Husein ngok-ngek itu.‟

(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.

„Oh! Baru saja dia pulang naik sampan. Baru saja.‟

(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?

„Ohh. Cik Ramli, saya punya satu pertanyaan. Bisa


bantu jawab tidak?‟

(348) Ramli : Boleh jugak, cuba terangkan.

„Boleh juga, coba jelaskan.‟

(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?

„Begini cik Ramli, saya sudah jadi janda tiga tahun.


Jadi saya rasa, saya tidak mau bersuami lagi. Tapi
satu dua bulan ini, saya telah jatuh cinta dengan
seorang pemuda. Jadi apa yang harus saya
lakukan?‟

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(350) Ramli : Ehh, adakah pemuda itu tahu?

: Ehh, pemuda itu sudah tahu?‟

(351) Normah : Tidak, dia tidak tahu. „Tidak, dia tidak tahu.‟

(352) Ramli : Hahh. Itu sangat berbahaya cik Normah. Jikalau


cik Normah tak kasih tau sama pemuda itu, cik
Normah nanti mati dapat TB.

„Hahh. Itu berbahaya cik Normah. Jika cik Normah


tidak memberi tahu pada pemuda tersebut, cik
Normah akan meninggal karena TB.

(353) Normah : Tapi, saya malulah cik Ramli.

„Tapi, saya malu cik Ramli.‟

(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.

„Jika malu, lepaskan. Janda lain nanti yang dapat.


Jagalah cik Normah, di zaman ini lelaki berharga.‟

(355) Normah : Baiklah, saya pakai nasihat cik Ramli. Kalau saya
dapat kahwin dengan pemuda itu, saya rasa
sungguh bahagia.

„Baiklah, saya turuti nasihat cik Ramli. Jika saya


bisa menikah dengan pemuda itu, saya sangat
bahagia.‟

(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.

„Iya, cik Normah pasti bahagia. Tapi kami yang


bersedih.‟

(357) Normah : Sebab? „Kenapa?‟

(358) Ramli : Sebab kami terpaksa pindah mencari rumah lain.

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Karena kami terpaksa pindah mencari rumah lain.‟

(359) Normah : Tidak, kalau saya kahwin dengan pemuda itulah.


Cik Ramli boleh tinggal di rumah saya dengan tak
payah bayar sewa pun.

„Tidak, jika saya menikah dengan pemuda itu. Cik


Ramli bisa tinggal di rumah saya dengan tidak perlu
membayar sewa.‟

(360) Ramli : Iyeke? Kalau begitu lekas-lekaslah kahwin cik


Normah.

„Benarkah? Kalau begitu cepatlah menikah cik


Normah.‟

Ramli dan Normah pun tertawa bersama.

(Sumber: film Bujang Lapok, 44:05)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (344) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
sedang dilakukan Normah di taman. Tuturan (345) mengarah pada makna
denotasi, yakni akan bertemu dengan anak pak Husein Ngok-ngek. Tuturan (346)
mengarah pada makna denotasi, yaitu anak pak Husein baru saja pulang naik
sampan. Tuturan (347) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta Ramli
menjawab pertanyaan yang diajukan Normah. Tuturan (348) mengarah pada
makna denotasi, yaitu bersedia menjawab pertanyaan Normah. Tuturan (349)
mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan pendapat Ramli apa yang
harus diperbuat Normah tentang rasa cintanya pada seorang pemuda. Tuturan
(350) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan apakah pemuda yang
dicintai Normah tahu akan perasaannya. Tuturan (351) mengarah pada makna
denotasi, yakni pemuda yang dicintai Normah belum tahu perasaannya. Tuturan
(352) mengarah pada makna konotasi, yaitu kalimat ‘cik Normah akan meninggal
karena TB’ mengibaratkan jika Normah tidak segera memberitahu pemuda
tersebut tentang perasaannya maka Normah akan menyesal, dan penyesalan pasti
menimbulkan rasa sesak di hati sama seperti penyakit Tuberculosis. Tuturan (353)

97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa malu jika harus mengatakan
perasaannya pada pemuda tersebut. Tuturan (354) mengarah pada makna
konotasi, yakni pada kalimat ‘jika malu. Melepas. Mak Bonda lain nanti kebas’
berarti jika malu mengungkapkan perasaan kita, maka hal itu sama saja kita
bersedia melepas orang yang kita sukai karena orang lain yang akan
mengungkapkan perasaan dan mendapatkannya. Karena lelaki sangat berharga di
zaman sekarang. Tuturan (355) mengarah pada makna denotasi, yakni menuruti
nasehat yang diberikan Ramli dan merasa bahagia jika dapat menikah dengan
pemuda tersebut. Tuturan (356) mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa
sedih jika Normah menikah. Tuturan (357) mengarah pada makna denotasi, yaitu
bertanya apa sebab Ramli merasa sedih jika Normah menikah. Tuturan (358)
mengarah pada makna denotasi, yaitu Ramli harus pindah mencari rumah sewa
lain jika Normah sudah menikah nanti. Tuturan (359) mengarah pada makna
denotasi, yakni jika Normah menikah dengan pemuda yang dicintainya maka
Ramli tidak perlu pindah dan tidak perlu membayar sewa karena pemuda yang
dimaksud Normah adalah Ramli. Tuturan (360) mengarah pada makna denotasi,
yaitu merasa senang dengan pernyataan Normah hingga menyuruhnya agar cepat
menikahi pemuda yang dimaksud Normah.

Contoh 13. Data Percakapan 13 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah sewa milik Normah. Di kamar Normah bertanya pada
Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.

(435) Normah : Kenapa Safiah? „Kenapa Safiah?‟

(436) Safiah : Bapak telah kalah main judi! Untuk membayar


kekalahannya, Bapak menyuruh orang itu
memperkosa kehormatan Safiah.

„Ayah sudah kalah berjudi! Untuk membayar


kekalahannya, ayah menyuruh orang itu
memperkosa Safiah.‟

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(437) Normah : Bapak kau tu memang binatanglah Safiah! Eh,
Safiah itu bukan bapak kau betul tau. Itu bapak
angkat engkau.

„Ayah kamu itu memang binatang Safiah! Eh,


Safiah dia bukan ayah kandungmu. Itu ayah
angkatmu.‟

(438) Safiah : Ya, Safiah tahu kak Normah.

„Iya, Safiah tahu kak Normah.‟

(439) Normah : Sudahlah Safiah, jangan menangis. Daripada ini


hari kau boleh tinggal di sini. Tinggal bersama-
sama kak Normah ya!

„Sudahlah Safiah, jangan menangis. Mulai hari ini


kamu boleh tinggal di sini. Bersama kak Normah
ya!‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 54:47)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (435) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
terjadi pada Safiah. Tuturan (436) mengarah pada makna denotasi, yakni Safiah
dijadikan alat untuk membayar hutang kekalahan berjudi ayahnya. Tuturan (437)
mengarah pada makna konotasi, yaitu Normah mengibaratkan ayah Safiah seperti
binatang pada kata „Ayah kamu itu memang binatang Safiah’ yang memiliki arti
ayah Safiah adalah orang yang berperangai buruk dan suka melakukan perbuatan
yang tercela seperti berjudi dan minum alkohol. Tuturan (438) mengarah pada
makna denotasi, yakni Safiah pun sudah tahu akan keburukan dan fakta
sesungguhnya bahwa ayah Safiah hanyalah ayah angkat. Tuturan (439) mengarah
pada makna denotasi, yaitu mencoba menenangkan Safiah dan menyarankannya
untuk tinggal bersama Normah.

Contoh 14. Data Percakapan 14 :

99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat
adalah Babjan, Azis, Sudin, Ramli, dan salah satu penghuni rumah. Tiba-tiba
terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah ayah
angkat Safiah Babjan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Babjan mencari Azis
karena marah dan menuduh Azis menculik Safiah.

(442) Babjan : Azis! Azis! (menggedor rumah salah satu


penghuni). Mana Azis?

„Azis! Azis! Mana Azis?‟

Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.

(443) Babjan : Azis mana? „Azis mana?‟

(444) Penghuni : Tak tau. „Tidak tahu.‟

(445) Babjan : Jangan ketawa! Aku tanya Azis!

„Jangan tertawa! Aku tanya Azis!‟

(446) Azis : Saya pakcik. Ada apa pakcik? (menghampiri


Babjan)

„Saya paman. Ada apa paman?‟

(447) Babjan : Ada apa? Kau curi anak aku ya?

„Ada apa? Kamu menculik anakku ya?‟

Tanpa pikir panjang, Babjan melayangkan kepalan tangannya di wajah Azis. Azis
pun tumbang dalam sekali pukulan karena badanya yang tak seimbang jika
dibandingkan dengan Babjan. Babjan terus melayangkan pukulannya ke muka
Azis. Melihat Azis yang tidak berdaya, Sudin pun mencoba menghalau Babjan
agar tidak memukul Azis lagi.

(448) Sudin : Allah, sudah pakcik, sudah.

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Allah, sudahlah paman, sudah.‟

Babjan kembali melayangkan pukulan pada Sudin dan Sudin pun jatuh
tersungkur.

(449) Babjan : Siapa-siapa masuk campur, aku pecahkan kepala


dia!

„Siapa saja yang ikut campur, aku pecahkan kepala


dia!‟

Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.

(450) Ramli : Sudahlah pakcik, tak baik kita begaduh begini


pakcik.

„Sudahlah paman, tidak baik kita berkelahi seperti


ini paman.‟

(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!

„Ooh, kamu mau ikut campur ya? Kurang ajar!‟

(452) Ramli : Saya tak melawan dengan pakcik. Pakcik orang


tua.

„Saya tidak akan melawan paman. Paman orang


tua.‟

(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!

„Jika kamu tidak mau melawan, kenapa kamu ikut


campur!‟

Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.

(454) Ramli : Pakcik bukannya manusia, tapi pakcik adalah


syaitan bertopengkan manusia. Pakcik sanggup
mempertaruhkan anak untuk bermain judi ya! Tau

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tak perbuatan pakcik itu membiakkan persundalan
di sisi masyarakat! Pakcik sanggup memukul Azis!
Pakcik sanggup memukul Azis. Jikalau tidak ada
Azis, anak pakcik akan mati dalam sungai, dan
pakcik akan dituduh menjadi pembunuh tau!

„Paman bukanlah manusia, tapi paman adalah


syaitan bertopeng manusia. Paman sanggup
mempertaruhkan anak untuk bermain judi ya! Tahu
tidak perbuatan paman itu membiakkan pelacuran di
masyarakat! Paman sanggup memukul Azis! Paman
sanggup memukul Azis. Jika tidak ada Azis, anak
paman akan mati di sungai, dan paman akan dituduh
menjadi pembunuh!‟

(455) Babjan : Saya minta maaf, saya minta maaf.

„Saya minta maaf, saya minta maaf.‟

(456) Ramli : Baiklah. Selagi pakcik tidak mau bersumpah.


Pakcik tidak akan minum arak lagi, tidak main judi
lagi. Saya tidak akan serahkan Safiah ke tangan
pakcik.

„Baiklah. Selagi paman tidak mau bersumpah.


Paman tidak akan minum alkohol lagi, tidak berjudi
lagi. Saya tidak akan menyerahkan Safiah kepada
paman.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 55:30)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (442) mengarah pada makna denotasi, yakni memanggil Azis dan
menanyakan keberadaannya. Tuturan (443) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menanyakan di mana Azis berada. Tuturan (444) mengarah pada makna denotasi,
yakni tidak mengetahui di mana Azis berada. Tuturan (445) mengarah pada
makna denotasi, yaitu melarang salah satu penghuni untuk tertawa. Tuturan (446)

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengarah pada makna denotasi, yakni menghampiri Babjan dan menanyakan
maksud kedatangan Babjan. Tuturan (447) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menuduh Azis menculik Safiah. Tuturan (448) mengarah pada makna denotasi,
yakni mencoba menghalau Babjan agar tidak memukul Azis lagi. Tuturan (449)
mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kalimat ‘aku pecahkan kepala dia’,
pecahkan di sini berarti memukul sekuat tenaga hingga terluka di bagian kepala.
Tuturan (450) mengarah pada makna denotasi, yakni menenangkan Babjan agar
tidak membuat kegaduhan lagi. Tuturan (451) mengarah pada makna denotasi,
yaitu kembali marah pada Ramli karena dianggap ikut campur. Tuturan (452)
mengarah pada makna denotasi, yakni menyatakan tidak ingin melawan orang tua.
Tuturan (453) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan kenapa harus
ikut campur jika tidak mau melawan. Tuturan (454) mengarah pada makna
konotasi, yakni pada kalimat ‘paman bukanlah manusia, tapi paman adalah
syaitan yang bertopengkan manusia’. ramli mengibaratkan Babjan sebagai
syaitan yang bertopengkan manusia yang memiliki arti orang yang memiliki sifat
dan perilaku seperti syaitan, makhluk yang terkutuk juga musuh umat manusia.
Kemudian menasehati Babjan bahwa betapa buruk akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan Babjan. Tuturan (455) mengarah pada makna denotasi, yaitu meminta
maaf. Tuturan (456) mengarah pada makna denotasi, yaitu jika Babjan tidak
bersumpah untuk tidak bermain judi dan minum alkohol lagi, Safiah tidak akan
diserahkan kepada Babjan.

Contoh 15. Data Percakapan 15 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Normah, mak
Zaitun, dan mak Sudin. Mereka tengah berunding perihal Sudin dan Zaitun.
Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana. Maksud dan tujuan tuturan adalah
mendamaikan mak Sudin dan mak Zaitun sekaligus menentukan uang hantaran.

(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah
hendaknya kita sama-sama sekampung. Kankah
begitu mak Zaiton.

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Saya benar-benar senang melihat ibu Sudin dan ibu
Zaitun sudah berbaikan seperti semula. Ha, seperti
inilah kita satu kampung. Bukankah begitu ibu
Zaitun.‟

(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?

„Benar, cik Normah. Jika ibu si perempuan dan ibu


si lelaki bertengkar itu tandanya ingin?‟

(465) Mak Sudin : Nak bebesan. „Ingin berbesan.‟

(466) Mak Zaitun : Betullah kata awak tu. Minumlah, minum cik. Eh,
Zaiton kenapa kau tak pelawa abang Sudin kau tu?
Nah! agar-agar nah.

„Benar katamu itu. Minumlah, minum cik. Eh,


Zaitun kenapa kamu tidak melayani abang Sudinmu
itu? Ini! agar-agar nih.‟

(467) Normah : Sekarang, Sudin dan Zaiton pegilah main-main di


bawah, karna kita nak cakap rahsia.

„Sekarang, Sudin dan Zaitun pergilah bermain di


bawah, karena kita akan berbicara rahasia.‟

Sudin dan Zaitun pun segera turun ke bawah rumah.

(468) Normah : Sekarang, kita balik pulak tentang soal meminang.


Bagaimana mak Zaiton, setuju tak?

„Sekarang, kita kembali bahas tentang meminang.


Bagaimana ibu Zaitun, setuju tidak?‟

(469) Mak Zaitun : Saya setuju Zaiton dikahwinkan dengan Samsudin.

„Saya setuju Zaitun dinikahkan dengan Samsudin.‟

(470) Mak Sudin : Berapa pula hantarannya? „Berapa hantarannya?‟

(471) Mak Zaitun : Hantarannya? Hantarannya, hantarannya?

104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Hantarannya? Hantarannya, hantarannya?‟

(472) Mak Sudin : Tak usahlah malu-malu, katakanlah berapa.

„Tidak usah malu-malu, katakanlah berapa.‟

(473) Mak Zaitun : Hantarannya, seribu serba satu.

„Hantarannya, seribu serba satu.‟

(474) Mak Sudin : Saya setuju (memukul lantai). „Saya setuju.‟

Semua terkejut karena bunyi pukulan ke lantai mak Sudin.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:00:22)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (463) mengarah pada makna denotasi, yakni senang karena mak
Sudin dan mak Zaitun sudah berbaikan selayaknya sesame kampung. Tuturan
(464) mengarah pada makna denotasi, jika ibu si perempuan dan ibu si laki-laki
bertengkar itu sebuah pertanda. Tuturan (465) mengarah pada makna denotasi,
yakni pertanda akan berbesan. Tuturan (466) mengarah pada makna denotasi,
yaitu membenarkan perkataan mak Sudin lalu mempersilakan Normah dan mak
Sudin untuk minum, kemudian menyuruh Zaitun melayani Sudin dengan
memberikan agar-agar. Tuinda turan (467) mengarah pada makna denotasi, yakni
menyuruh Sudin dan Zaitun bermain di luar supaya mak Sudin dan mak Zaitun
dapat berunding tentang pinangan dan hantaran. Calon mempelai tidak boleh tahu,
itulah sebabnya dikatakan sebagai rahasia. Tuturan (468) mengarah pada makna
denotasi, yakni mulai membahas tentang meminang lalu bertanya bagaimana
persetujuan mak Zaitun. Tuturan (469) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyetujui Zaitun menikah dengan Sudin. Tuturan (470) mengarah pada makna
denotasi, yakni menanyakan berapa hantaran yang harus disiapkan. Tuturan (471)
mengarah pada makna denotasi, yaitu berpikir berapa hantaran yang akan
diajukan. Tuturan (472) mengarah pada makna denotasi, yakni menyuruh mak
Zaitun agar tidak sungkan menyeebutkan berapa hantaran yang diminta. Tuturan
(473) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kalimat „seribu serba satu’
seribu maksudnya uang hangus atau uang belanja sebesar 1000 ringgit dan serba
satu maksudnya 1 set perlengkapan perempuan dari ujung rambut ke ujung kaki

105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan juga cincin. Tuturan (474) mengarah pada makna denotasi, yaitu menyetujui
hantaran yang disebutkan mak Zaitun.

Contoh 16. Data Percakapan 16 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di kamar pak Nyong dan mak Munah. Partisipan yang terlibat
adalah pak Nyong dan mak Munah. Maksud dan tujuan tuturan ialah mak Munah
meminta cerai pada suaminya pak Nyong karena suaminya dianggap tidak dapat
membahagiakan mak Munah. Adu mulut pun terjadi anatara mak Munah dan pak
Nyong.

(489) Mak Munah : Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah.
Kau tak guna jadi jantan. Jantan tak malu...hah!
hah! Kau...kau.

„Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah. Kau


tidak berguna jadi laki-laki. Laki-laki tidak tahu
malu.. hah! hah! Kau..kau.‟

(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?

„ Kenapa kau berkata yang bukan-bukan. Apa


kurang yang aku beri padamu?‟

(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok
orang sebelah tu. Nah! Gelangnya. Aku semayam
emaspun, tak pernah kau belikan.

„Iya, memang kurang. Setiap aku minta, kau marah.


Setiap aku minta, kau marah. Coba kau lihat orang
sebelah itu. Nah! Gelangnya. Aku satu mayam
emaspun, tidak pernah kau belikan.‟

(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


salah. Waktu aku kahwin dulu dengan kau, mak
bapak kau minta sampai lima ribu. Aku tidak ada
uang. Aku pinjam Benggali. Sekarang dah-dah
sampai ada tiga anak. Hutang Benggali pun belum
habis-habis lagi dibayar. Kau tahu bunga makin
naik. Mak bapak kau yang salah!

„Siapa yang bersalah dalam hal ini? Siapa yang


bersalah? Ini semua ibu dan ayahmu yang salah.
Ketika aku menikah denganmu dulu. Ibu dan
ayahmu minta lima ribu. Aku tidak punya uang.
Aku pinjam pada Benggali. Sekarang sudah punya
tiga anak. Hutang pada Benggali pun belum lunas
dibayar. Kau tahu bunga semakin naik. Ibu dan
ayahmu yang salah!‟

(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?

„Jika ibu dan ayahku minta lima ribu, kenapa ibu


dan ayahmu terima?‟

(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.

„Karena kau berjanji, kau mau sehidup semati


denganku. Itu sebabnya aku terima. Jika aku tahu
kau mau minta cerai begini, aku tak ingin
denganmu.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:02:55)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (489) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta cerai pada
suaminya karena dianggap tidak berguna jadi laki-laki. Tuturan (490) mengarah
pada makna denotasi, yaitu menanyakan apa yang membuat mak Bibah berbicara

107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang bukan-bukan, apakah kurang yang diberi selama ini. Tuturan (491)
mengarah pada makna denotasi, yaitu tidak pernah memberikan apa yang mak
Bibah minta, lalu membandingkan dengan orang lain yang punya gelang
sedangkan mak Bibah satu mayam emas pun tidak punya. Tuturan (492)
mengarah pada makna denotasi, yakni menyalahkan orang tua mak Bibah karena
meminta mas kawin 5000, pak Nyong yang tidak memiliki uang sebanyak itu pun
meminjam Benggali sampai saat ini pun hutang dengan Benggali belum lunas.
Tuturan (493) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya kenapa orang tua
pak Nyong menerima permintaan orang tua mak Bibah. Tuturan (494) mengarah
pada makna denotasi, yaitu alasan pak Nyong menerima permintaan orang tua
mak Bibah adalah karena janji setia mak Bibah. Jika tahu mak Bibah akan
meminta cerai pak Nyong tidak akan mau menikah dengan mak Bibah.

Contoh 17. Data Percakapan 17 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
ialah Sudin dan manajer. Sudin masuk ke ruangan kantor dengan berhati-hati dan
terlihat agak khawatir karena ia datang terlambat. Dia pun terkejut melihat
Manajer yang tiba-tiba muncul. Maksud dan tujuan tuturan ialah manajer menegur
Sudin karena keterlambatannya masuk kerja.

(495) Manager : Jam berapa? „Jam berapa?‟

(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.

„Ehhh. Saya memakai satu, bapak memakai satu eeh


dua. Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding
satu, enam.‟

(497) Manager : Bukan berapa banyak jam yang aku maksudkan.


Pukul berapa kau datang bekerja?

„Bukan berapa banyak jam yang aku maksud. Pukul


berapa kau datang bekerja?‟

108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(498) Sudin : Ohh, pukul berapa ya? „Ohh, pukul berapa ya?‟

Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.

(499) Manager : Haa? Ehh, mana jarumnya?

„Haa? Ehh, mana jarumnya?‟

(500) Sudin : Heheh, telupa pasang cik.

„Heheh, lupa memasangnya cik.‟

(501) Manager : Huh, potong gaji kau 2 ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).

„Huh, potong gajimu 2 ringgit karena kau terlambat


datang bekerja.‟

(502) Manager : Ehh, Sudin mari sini. Nah, ambil 2 ringgit.

„Ehh, Sudin mari sini. Ini, ambil 2 ringgit.‟

(503) Sudin : Tadi tuan manajer bilang sudah potong 2 ringgit.

„Tadi pak manajer bilang sudah potong 2 ringgit.‟

(504) Manager : Potong tetap potong! „Potong tetap potong!‟

(505) Sudin : Yang ni? „Yang ini?‟

(506) Manager : Pasang jarum jam. „Pasang jarum jam.‟

Manager lalu kembali ke ruangannya sementara Sudin keheranan sambil


menggaruk kepala berjalan ke meja kerjanya.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:06:59)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (495) mengarah pada makna konotasi, yaitu selain bermaksud


menanyakan pukul berapa, kalimat „jam berapa’ memiliki maksud sebagai
sindiran keterlambatan datang. Tuturan (496) mengarah pada makna denotasi,
yaitu menyatakan bahwa jam yang ada di ruang kantor saat itu jumlahnya ada 6.

109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (497) mengarah pada makna denotasi, yakni manajer memperjelas
maksud pertanyaannya yang menanyakan pukul berapa Sudin datang ke kantor.
Tuturan (498) mengarah pada makna denotasi, yakni melihat jam tangan yang
tidak ada jarumnya. Tuturan (499) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menanyakan di mana jarum jam tangannya. Tuturan (500) mengarah pada makna
denotasi, menyatakan bahwa telah lupa memasang jarum jam tangan. Tuturan
(501) mengarah pada makna denotasi, yakni memotong gaji Sudin karena
terlambat datang. Tuturan (502) mengarah pada makna denotasi, yaitu memanggil
Sudin lalu memberikan uang 2 ringgit. Tuturan (503) mengarah pada makna
denotasi, yakni bingung dengan uang 2 ringgit yang diberikan manajer karena
sudah dipotong 2 ringgit. Tuturan (504) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyatakan bahwa gaji Sudin tetap akan dipotong. Tuturan (505) mengarah pada
makna denotasi, yaitu menanyakan untuk apa manajer memberikan uang 2 ringgit.
Tuturan (506) mengarah pada makna denotasi, yakni menyatakan bahwa uang 2
ringgit tersebut untuk memasang jarum jam tangan.

Contoh 18. Data Percakapan 18 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
adalah Sudin dan teman kerjanya Kemat. Maksud dan tujuan tuturan adalah Sudin
meminta bantuan pada Kemat untuk memberinya pekerjaan lembur jika ada.

(507) Kemat : Din kenapa kau datang lambat hari ni?

„Din kenapa kamu terlambat hari ini?‟

(508) Sudin : Saya hantar mak ke stesenlah cik Kemat.

„Saya mengantar ibu ke stasiun cik Kemat.‟

(509) Kemat : Yakah? „Iyakah?‟

(510) Sudin : Haha, ah cik Kemat. „Haha, ah cik Kemat.‟

(511) Kemat : (menoleh) haa. „haa‟

(512) Sudin : Kalau, macam ada kerja-kerja malamkah. Tolong


panggil saya.

110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Jika, ada pekerjaan malam. Tolong hubungi saya.‟

(513) Kemat : Kau nak kahwin ya Din?

„Kamu mau menikah ya Din?‟

(514) Sudin : Iyalah. Hehehe. „Iya. Hehehe.‟

(515) Kemat : Ahh. Baiklah, aku akan datang tolong kau.

„Ahh. Baik, aku akan membantumu.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:07:48)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (507) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan


penyebab Sudin datang terlambat. Tuturan (508) mengarah pada makna denotasi,
yakni Sudin terlambat datang ke kantor karena mengantar ibunya ke stasiun kereta
api. Tuturan (509) mengarah pada makna denotasi, yaitu paham akan alasan Sudin
datang terlambat. Tuturan (510) mengarah pada makna denotasi, yakni memanggil
Kemat, yang mana Kemat adalah nama panggilan seorang teman kerja Sudin
sekaligus mitra tutur. Tuturan (511) mengarah pada makna denotasi, yakni pada
kata „haa‟ yang berarti respon Kemat terhadap panggilan Sudin. Tuturan (512)
mengarah pada makna denotasi, yaitu meminta kerja lembur pada Kemat jika ada.
Tuturan (513) mengarah pada makna denotasi, yakni menduga Sudin akan
menikah. Tuturan (514) mengarah pada makna denotasi, yaitu membenarkan
dugaan Kemat. Tuturan (515) mengarah pada makna denotasi, yakni bersedia
membantu Sudin.

Contoh 19. Data Percakapan 19 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli,
Junainah, dan Rapi. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih
mengenal teman kencannya, namun ia kembali tertipu oleh wanita karena ternyata
wanita tersebut memiliki teman lelaki lain.

Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.

111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(518) Junainah : Sama sapa abang telefon tadi?

„Siapa yang abang telefon tadi?‟

(519) Ramli : Sama kawan di office. „Dengan teman di kantor.‟

Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.

(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa dokter.

„Eeh, mata abang sudah sakit. Lebih baik temui


dokter.‟

Tampak seorang lelaki muncul dan melihat sekeliling, kemudian Junainah


memandang lelaki tersebut dan menyapanya.

(521) Junainah : Eeh, bang Rapi (menghampiri Rapi).

„Eeh, bang Rapi.‟

(522) Rapi : Hai! Junainah, mana kau pe..(belum selesai


bicara).

„Hai! Junainah, di mana kamu pe..‟

Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.

(523) Junainah : Jangan marah. „Jangan marah.‟

Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.

(524) Rapi : Tauke, beefsteak satulah. „Pelayan, beefsteak


satu.‟

(525) Ramli : Kena tipu lagi. „Tertipu lagi.‟

Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat

112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tinggal Prani. Prani memberikan kue yang diambil tadi untuk adiknya, lalu
memberikan uang kepada ibunya. Ramli terus mengamati Prani dari kejauhan.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:09:02)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (518) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan siapa


yang ditelpon Ramli. Tuturan (519) mengarah pada makna denotasi, yaitu teman
di kantor yang di telpon Ramli. Tuturan (520) mengarah pada makna denotasi,
yakni menyarankan agar Ramli bertemu dokter. Junainah berpikir Ramli sakit
mata karena melihat Ramli mengedip-ngedipkan mata. Tuturan (521) mengarah
pada makna denotasi, yaitu menyapa Rapi. Tuturan (522) mengarah pada makna
denotasi, yakni menyapa Junainah. Tuturan (523) mengarah pada makna denotasi,
yaitu meminta Ramli agar tidak marah. Tuturan (524) mengarah pada makna
denotasi, yakni memesan beefsteak kepada pelayan. Tuturan (525) mengarah pada
makna denotasi, yaitu tertipu oleh wanita lagi.

Contoh 20. Data Percakapan 20 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di depan rumah sebuah perkampungan. Partisipan yang terlibat


ialah Prani, mak Prani, dan adik-adik Prani. Prani memberikan kue yg diambil
tadi untuk adiknya, lalu memberikan uang kepada ibunya. Maksud dan tujuan
tuturan adalah Prani berniat memberi ibunya uang namun ibunya tidak mau
menerima uang tersebut.

(526) Adik Prani : Yeee, kakak balik. „Yeee, kakak pulang.‟

Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.

(527) Prani : Nah, mak. „Ini, bu.‟

(528) Mak Prani : Mak tak mahu. „Ibu tidak mau.‟

(529) Prani : Kenapa mak? „Kenapa bu?‟

(530) Mak Prani : Sudahlah Prani, kau janganlah menipu lagi!

„Sudahlah Prani, kamu jangan menipu lagi!‟

113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(531) Prani : Mak, dalam dunia ni kalau kita baik hati, kita
jujur, tak mahu cakap banyak, kita akan dipijak
mak. Tetapi kalau kita bohong, menipu,
meninggikan diri, orang pandang mulia pada kita
mak. Sekarang mak pilih, satu antara dua. Mak
suka Prani beginikah atau suka Prani menjualkan
kehormatan Pranikah?

„Bu, di dunia ini jika kita baik hati, kita jujur, tidak
mau banyak berkata, kita akan dipijak bu. Tetapi
jika kita kita berdusta, menipu, menyombongkan
diri, orang memandang mulia pada kita bu.
Sekarang ibu pilih satu antara dua. Ibu suka Prani
seperti ini atau suka Prani menjual kehormatan
Prani?‟

(532) Mak Prani : Dua-dua mak tak suka. „Dua-dua ibu tidak suka.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:10:53)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (526) mengarah pada makna denotasi, yakni merasa senang


dengan kepulangan Prani. Tuturan (527) mengarah pada makna denotasi, yaitu
memberikan uang. Tuturan (528) mengarah pada makna denotasi, yakni menolak
uang pemberian Prani. Tuturan (529) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menanyakan penyebab ibu Prani tidak mau menerima uang yang diberikan Prani.
Tuturan (530) mengarah pada makna denotasi, yakni menasehati Prani agar tidak
menipu laki-laki lagi. Tuturan (531) mengarah pada makna denotasi, yaitu
mengatakan bahwa di duina ini, orang yang berbuat baik tidak akan diakui dan
dihormati oleh masyarakat dan menyuruh ibu Prani untuk memilih antara Prani
menipu atau menjual diri. tuturan (532) mengarah pada makna denotasi, yakni
tidak menyukai Prani menipu orang atau menjual diri.

Contoh 21. Data Percakapan 21 :

Konteks tuturan :

114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan terjadi di rumah Babjan. Partisipan yang terlibat ialah Babjan, Safiah, dan
Sharif. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk mempertaruhkan keperawanan
Safiah kepada Sharif.

(541) Babjan : Safiah, bapak keluar sekejap ya!

„Safiah, ayah keluar sebentar ya!‟

(542) Safiah : Baik pak. „Iya, yah.‟

Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.

(543) Babjan : Kau boleh masuk sekarang.

„Kamu bisa masuk sekarang.‟

Sharif berjalan masuk ke rumah Babjan.

(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!

„Sharif, mulai hari ini hutangku lunas ya!‟

(545) Sharif : Ya, mulai hari ini kau tak ada hutang lagi padaku.

„Iya, mulai hari ini kamu tidak punya hutang lagi


padaku.‟

Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.

(546) Sharif : Abang datang cantik manis.

„Abang datang cantik manis.‟

(547) Safiah : Siapa kau? Bapak aku tak ada di rumah!

„Siapa kamu? Ayahku tidak ada di rumah!‟

(548) Sharif : Jangan takut, abang tidak berbuat apa-apa. Bapak


kau hanya suruh menyampaikan uang ini kepada
kau. Nah.

„Jangan takut, abang tidak berbuat apa-apa. Ayahmu


hanya menyuruh memberikan uang ini padamu. Ini.‟

115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sharif mengulurkan beberapa lembar uang lalu Safiah hendak mengambilnya.
Saat itulah Sharif merengkuh tubuh Safiah.

(549) Safiah : Lepaskan, lepaskan, lepaskan aku. Lepaskan aku.

„Lepaskan, lepaskan, lepaskan aku. Lepaskan aku.‟

Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.

(550) Sharif : Kau cakar aku ya cantik manis.

„Kmau cakar aku ya cantik manis.‟

Namun Sharif terus mencoba merengkuh tubuh Safiah.

(551) Safiah : Lepaskan, lepaskan aku.

„Lepaskan, lepaskan aku.‟

Safiah pun kembali meronta dan berteriak, ia lalu memukul kepala Sharif dengan
belantan besi yang kebetulan ada di lantai. Kepala Sharif terluka dan berdarah.
Safiah tampak panik, tanpa berpikir panjang ia pun bergegas melarikan diri.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:14:04)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (541) mengarah pada makna denotasi, yaitu Babjan akan keluar
sebentar. Tuturan (542) mengarah pada makna denotasi, yakni mengerti dengan
yang dikatakan ayahnya. Tuturan (543) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyuruh Sharif masuk ke rumah Babjan. Tuturan (544) mengarah pada makna
denotasi, yakni menanyakan hutangnya pada Sharif telah lunas. Tuturan (545)
mengarah pada makna denotasi, yaitu hutang Babjan pada Sharif sudah tidak ada.
Tuturan (546) mengarah pada makna konotasi, yaitu menyapa Safiah dengan
menyebut Safiah „cantik manis’, „cantik manis’ berarti wanita yang berparas
menarik. Tuturan (547) mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa terkejut lalu
bertanya siapa kamu kepada Sharif dan menyatakan bahwa ayah Safiah tidak di
rumah. Tuturan (548) mengarah pada makna denotasi, yaitu meyakinkan Safiah
agar tidak takut, lalu memberi uang pemberian ayah Safiah. Tuturan (549)
mengarah pada makna denotasi, yaitu meminta Sharif agar melepaskan dirinya.

116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (550) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kalimat ‘kau cakar aku
ya cantik manis’ kata cantik manis yang mengibaratkkan Safiah telah mencakar
Sharif. Tuturan (551) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta Sharif agar
melepaskan dirinya.

Contoh 22. Data Percakapan 22 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah toko cincin. Partisipan yang terlibat adalah Ramli,
Zaitun, dan penjual. Tampak penjual memberikan sekotak cincin imitasi. Mereka
bersama-sama mencari cincin yang mirip dengan cincin berlian milik mak Zaitun.
Maksud dan tujuan tuturan adalah mencari cincin yang mirip dengan cincin
berlian milik ibu Zaitun.

(610) Zaitun : Haa, ini dia. „Haa, ini dia.‟

(611) Ramli : Haaa, salah salah. „Haaa, salah salah.‟

(612) Zaitun : Haaaa, ini dia! „Haaaa, ini dia!‟

(613) Ramli : Haa, dia sama. Zaiton pakai yang palsu ya.
Berapa harganya?

„Haa, ini sama. Zaitun pakai yang palsu ya. Berapa


harganya?‟

(614) Peniaga : 1 ringgit 20 sen. „1 ringgit 20 sen.‟

(615) Ramli : 1 ringgit 20 sen. Hah ambil berkat, seorang dua


puluh sen.

„1 ringgit 20 sen. Hah begini baiknya, satu orang 20


sen.‟

Mereka lalu mengambil uang dan mengumpulkannya di atas meja.

(616) Ramli : Mari kita ke pajak gadai.

„Ayo kita ke pajak gadai.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:26:55)

Analisis makna tuturan :

117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (610) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kata „ini dia’
yang menyatakan cincin, yaitu benda berbentuk lingkaran kecil yang biasa
dijadikan perhiasan di jari tangan, bukan menyatakan dia manusia atau seseorang.
Tuturan (611) mengarah pada makna denotasi, yaitu Ramli menyatakan bahwa
cincin yang ditemukan Zaitun tidak sama atau bukan seperti yang dicari. Tuturan
(612) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kata „ini dia’ yang menyatakan
cincin, yaitu benda berbentuk lingkaran kecil yang biasa dijadikan perhiasan di
jari tangan, bukan menyatakan dia manusia atau seseorang. Tuturan (613)
mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kata ‘dia sama’ berarti cincin yang
ditemukan Zaitun sama dengan milik ibu Zaitu, kemudian menyuruh Zaitun
memakai cincin palsu yang mereka cari dan bertanya harga cincin tersebut.
Tuturan (614) mengarah pada makna denotasi, yaitu menyatakan harga cincin
sebesar 1 ringgit 20 sen. Tuturan (615) mengarah pada makna denotasi, yaitu
harga cincin 1 ringgit 20 sen, baiknya masing-masing membayar 20 sen. Tuturan
(616) mengarah pada makna denotasi, yakni mengajak pergi ke tempat pegadaian.

Contoh 23. Data Percakapan 23 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah tempat pegadaian. Partisipan yang terlibat ialah pemilik
tempat pegadaian dan Ramli. Tampak seorang pemilik tempat pegadaian sedang
memeriksa keaslian cincin berlian dengan sebuah kaca pembesar. Maksud dan
tujuan tuturan adalah menetapkan harga gadai cincin berlian milik ibu Zaitun.

(617) Peniaga Pajak Gadai : Berapa tauke? „Berapa tauke?‟

(618) Ramli : Tiga ribu. „Tiga ribu.‟

(619) Peniaga Pajak Gadai : Baiklah. Sang Chen. „Baiklah. Sang Chen.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:27:26)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (617) mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kata „tauke‟
yang memiliki arti bos, penjual atau pedagang. Tauke diibaratkan sebagai orang
yang memiliki barang yang akan digadaikan jadi orang tersebutlah yang
menyebutkan harga jual barang tersebut. Tuturan (618) mengarah pada makna

118

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


denotasi, yaitu menyebutkan harga cincin sebesar 3000 ringgit. Tuturan (619)
mengarah pada makna denotasi, yakni setuju dengan harga yang disebutkan.

Contoh 24. Data Percakapan 24 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah ruangan, tampak barang-barang hantaran dari pihak


peminang tertata rapi. Partisipan yang terlibat ialah Normah, mak Zaitun, mak
Sudin, cik Wan, dan wakil rombongan. Maksud dan tujuan tuturan adalah
menetapkan tanggal pernikahan antara Sudin dan Zaitun.

(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.

„Bicaralah cik Normah agar ibu Zaitun bisa


selesaikan. Jangan malu-malu.‟

(630) Normah : Sekarang janji dah ditunaikan. Uang belanja dah


dihantar. Tentang sandingnya bila pulak?

„Sekarang janji sudah dilaksanakan. Uang belanja


sudah diantar. Kapan bersanding di pelaminan?‟

(631) Mak Zaitun : Bila si Azis dengan Safiah nak disandingkan?

„Kapan Azis dengan Safiah bersanding?‟

(632) Mak Sudin : Mereka bersanding satu hari bulan depan.

„Mereka bersanding hari pertama bulan depan.‟

(633) Mak Zaitun : Kalau begitu, kita samakan kan bagus.

„Jika seperti itu, kita samakan kan lebih baik.‟

(634) Semua : Bagus juga tu. „Bagus juga itu.‟

(635) Normah : Baguskan makcik ya. „Baguskan makcik.‟

(636) Wakil Rombongan : Bagus jugak tu. Jadi satu kali kerja.

„Bagus juga tuh. Jadi satu kali kerja.‟

(637) Normah : Yalah. „Iya.‟

119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(638) Mak Sudin : Tak buang masa, kerjanya ringkas.

„Tidak membuang waktu, kerjanya singkat.‟

(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah di sebelah itu, supaya jangan
lupa dia datang ya.

„Cik Wan kalau pulang nanti, tolong beri tahu cik


Bibah di sebelah itu, supaya jangan lupa dia datang
ya.‟

(640) Cik Wan : InsyaAllah. „InsyaAllah.‟

(641) Normah : Tolong mak, sirehnya. „Tolong bu, sirihnya.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:28:53)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (629) mengarah pada makna denotasi, yakni menyuruh Normah


untuk memulai pembicaraan agar ibu Zaitun bisa menyelesaikan perihal waktu
bersanding. Tuturan (630) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan
waktu bersanding. Tuturan (631) mengarah pada makna denotasi, yakni
menanyakan kapan Azis dan Safiah akan bersanding. Tuturan (632) mengarah
pada makna denotasi, yaitu Azis dan Safiah akan bersanding di hari pertama bulan
depan. Tuturan (633) mengarah pada makna denotasi, yakni memberi saran agar
disandingkan bersama. Tuturan (634) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyatakan bahwa saran mak Zaitun bagus. Tuturan (635) mengarah pada makna
denotasi, yakni menyatakan bahwa saran mak Zaitun bagus. Tuturan (636)
mengarah pada makna denotasi, yaitu menyatakan bahwa saran mak Zaitun bagus
karena bisa satu kali kerja. Tuturan (637) mengarah pada makna denotasi, yakni
menyatakan setuju. Tuturan (638) mengarah pada makna denotasi, yaitu tidak
membuang waktu dan kerjanya singkat. Tuturan (639) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyuruh cik Wan agar memberi tahu cik Bibah agar tidak lupa
untuk datang. Tuturan (640) mengarah pada makna denotasi, yakni jika Allah
menghendaki atau berusaha semaksimal mungkin untuk memberi tahu cik Bibah.

120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (641) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta tolong kepada salah
satu tamu agar menghidangkan sirih.

Contoh 25. Data Percakapan 25 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli, Habibah,
adik-adik Rokiah dan pelayan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin
menolong seorang anak dengan membelikan makan. Tapi malah adik-adiknya
yang banyak ikut datang dan dengan terpaksa Ramli harus membelikan makanan
pada mereka juga.

(662) Ramli : Cik ni namanya siapa? „Nama cik siapa?‟

(663) Habibah : Habibah. „Habibah.‟

(664) Ramli : Kakak? „Kakak?‟

(665) Habibah : Nama Rokiah. „Namanya Rokiah.‟

Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang sedang makan bersama Ramli.

(666) Rokiah : Encik, yang ini adik saya.

„Encik, ini adik saya.‟

(667) Habibah : Hah, yang ini lah kakak saya, Rokiah.

„Hah, inilah kakak saya, Rokiah.‟

(668) Ramli : Silakan duduk cik Rokiah.

„Silahkan duduk cik Rokiah.‟

(669) Rokiah : Terima kasih. „Terima kasih.‟

(670) Ramli : Aah, cik Rokiah nak makan apa?

„Aah, cik Rokiah mau makan apa?‟

(671) Rokiah : Tak apalah makan. „Tidak perlu makan.‟

(672) Ramli : Mana boleh, mesti makan. Tauke, beefsteak satu.

121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


„Tidak bisa, harus makan. Pelayan, beefsteak satu.‟

(673) Habibah : Beefsteak ini sedap kakak.

„Beefsteak ini enak kakak.‟

Rokiah tersenyum memandang Habibah, sementara Ramli memandangi Rokiah.

(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?

„Aaa cik Rokiah, hanya dua orang bersaudara saja?‟

(675) Rokiah : Tidak, adik beradik saya banyak, 11 orang semue.

„Tidak, adik-adik saya banyak, 11 orang semua.‟

(676) Ramli : Iyekeh? Ramainya. „Benarkah? Ramainya.‟

Kemudian muncul pelayan membawa makanan menuju meja mereka dan


meletakkan makanan tersebut.

(677) Ramli : Aah, silakan cik Rokiah. „Aah, silahkan cik


Rokiah.‟

(678) Rokiah : Abang tak makan? „Abang tidak makan?‟

(679) Ramli : Aah saya tak apa. „Aah saya tidak apa-apa.‟

(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.

„Jika abang tidak makan, saya pun tidak mau


makan.‟

(681) Ramli : Baiklah. Tauke beefsteak lagi satu.

„Baiklah. Pelayan beefsteak satu lagi.‟

(682) Rokiah : Aahh, itu pun adik beradik saya datang.

„Aahh, itu adik-adik saya datang.‟

Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.

122

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(683) Rokiah : Hei!! Diam. Kenapa bang, demam?

„Hei!! Diam. Kenapa bang, demam?‟

(684) Ramli : Tidak. Faaanasss. „Tidak. Faaanasss.‟

Selesai makan, Rokiah pun bergegas pamit dan menyuruh adik-adiknya


berterimakasih kepada Ramli.

(685) Rokiah : Sudah semua? „Sudah semua?‟

(686) Adik-adik Rokiah : Sudah. „Sudah.‟

(687) Rokiah : Sekarang mari kita pulang. Kasih terima kasih


sama abang.

„Sekarang ayo kita pulang. Bilang terima kasih pada


abang.‟

Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.

(688) Pelayan : 38 ringgit abang. „38 ringgit abang.‟

Ramli pun terkejut mendengar tagihan makanan yang disebutkan pelayan.

(689) Ramli : Eh! Tauke, hutang boleh tak?

„Eh! Pelayan, bisa hutang tidak?‟

Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.

(690) Ramli : Alamak, mati aku. „Alamak, mati aku.‟

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:30:38)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (662) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan nama.


Tuturan (663) mengarah pada makna denotasi, yakni bernama Habibah. Tuturan
(664) mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan nama kakak Habibah.

123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tuturan (665) mengarah pada makna denotasi, yakni bernama Rokiah. Tuturan
(666) mengarah pada makna denotasi, yaitu Rokiah menyatakan bahwa Habibah
adalah adiknya. Tuturan (667) mengarah pada makna denotasi, yakni Habibah
menyatakan bahwa Rokiah adalah kakaknya. Tuturan (668) mengarah pada
makna denotasi, yaitu mempersilakan Rokiah untuk duduk. Tuturan (669)
mengarah pada makna denotasi, yakni Rokiah berterima kasih pada Ramli karena
telah mempersilakannya untuk duduk. Tuturan (670) mengarah pada makna
denotasi, yakni Ramli menanyakan ingin makan apa pada Rokiah. Tuturan (671)
mengarah pada makna denotasi, yaitu tidak perlu atau tidak terlalu ingin makan.
Tuturan (672) mengarah pada makna denotasi, yakni tetap menyuruh makan
Rokiah lalu memesankan beefsteak. Tuturan (673) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyatakan bahwa rasa beefsteak yang dimakan Habibah sangat
enak. Tuturan (674) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya apakah
Rokiah hanya dua bersaudara saja dengan Habibah. Tuturan (675) mengarah pada
makna denotasi, yaitu menyatakan bahwa adik-adik Rokiah ada 11 orang. Tuturan
(676) mengarah pada makna denotasi, yakni paham dan terkesan dengan
banyaknya saudara Rokiah. Tuturan (677) mengarah pada makna denotasi, yaitu
mempersilakan Rokiah untuk menyantap makanan yang dipesan. Tuturan (678)
mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya apakah Ramli tidak makan.
Tuturan (679) mengarah pada makna denotasi, yaitu Ramli tak masalah jika tidak
makan. Tuturan (680) mengarah pada makna denotasi, yakni jika Ramli tidak
makan maka Rokiah juga tidak akan makan. Tuturan (681) mengarah pada makna
denotasi, yaitu memesan beefsteak lagi. Tuturan (682) mengarah pada makna
denotasi, yakni Rokiah memberitahukan bahwa adik-adiknya sudah datang.
Tuturan (683) mengarah pada makna denotasi, yaitu Rokiah menyuruh agar adik-
adiknya diam, lalu bertanya apakah Ramli sedang demam. Tuturan (684)
mengarah pada makna denotasi, yaitu Ramli berasalan sedang kepanasan, padahal
ia merasa terbebani dengan kedatangan adik-adik Rokiah karena mau tidak mau
Ramli harus membelikan makanan kepada adik-adik Rokiah yang datang. Tuturan
(685) mengarah pada makna denotasi, yaitu Rokiah bertanya pada semua adik-
adiknya sudahkah semua selesai makan. Tuturan (686) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyatakan sudah selesai makan. Tuturan (687) mengarah pada

124

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makna denotasi, yakni Rokiah mengajak adik-adiknya pulang dan menyuruh
mereka untuk berterima kasih kepada Ramli. Tuturan (688) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyatakan jumlah tagihan makan yang harus dibayar Ramli
sebesar 38 ringgit. Tuturan (689) mengarah pada makna denotasi, yakni mencoba
bernego dengan pelayan agar ia bisa berhutang karena uangnya tidak cukup.
Namun pemilik restauran tidak memberikan pelanggan untuk berhutang. Tuturan
(690) mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa dirinya akan mati karena
ketiban sial alias tertipu lagi.

Contoh 26. Data Percakapan 26 :

Konteks tuturan :

Tuturan terjadi di sebuah ruangan yang cukup luas. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan Normah. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah memberitahu
Ramli bahwa selama ini pemuda yang disukainya adalah Ramli.

Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.

Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.

(691) Ramli : Saya bukan hantu cik Normah, saya Ramli,


sumpah saya Ramli.

„Saya bukan hantu cik Normah, saya Ramli, sumpah


saya Ramli.‟

(692) Normah : Kenapa jadi begini? „Kenapa jadi seperti ini?‟

(693) Ramli : Jangan marah. „Jangan marah.‟

125

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Normah langsung menarik tangan Ramli menuju kamarnya. Dan memberikan
kain sarung pada Ramli.

(694) Normah : Kenapa jadi begini cik Ramli?

„Kenapa jadi seperti ini cik Ramli?‟

(695) Ramli : Saya kena tipu dengan perempuan cik Normah.


Dia orang cekik sampai 38 ringgit. Saya tak cukup
duit, sekali Cina restoran tu rampas seluar saya
dan baju saya, cik Normah. Jangan marah.

„Saya tertipu dengan perempuan cik Normah. Dia


habiskan 38 ringgit. Saya tidak punya cukup uang,
pemilik restaurant itu merampas celana dan baju
saya, cik Normah. Jangan marah.‟

(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.

„Ini! Pakai ini. Buka baju itu, seperti roti jala saja.‟

Normah memberikan sarung kemudian duduk di atas kasur.

(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.

„Itulah cik Ramli, yang dekat tidak mau, mau cari


yang jauh.‟

(698) Ramli : Yang dekat tu siape? Cik Normahkah?

„Yang dekat itu siapa? Cik Normah?‟

(699) Normah : Yalah, siape lagi? „Iyalah, siapa lagi?‟

(700) Ramli : Haa? astaghfirulaaha-l-‘azhiim. Kenapa tak cakap


dari dulu cik Normah?

„Haa? astaghfirulaaha-l-„azhiim. Kenapa tidak


bicara dari dulu cik Normah?‟

126

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ramli dan Normah pun melangsungkan pernikahan secara sederhana. Tampak
Ramli, Sudin, Azis, Normah, Zaitun, dan Safiah berjalan lalu melihat kebelakang
lalu serentak semua berkata jangan marah.

(Sumber: film Bujang Lapok, 1:33:46)

Analisis makna tuturan :

Tuturan (691) mengarah pada makna denotasi, yakni menyatakan bahwa


dirinya bukan hantu, tetapi Ramli. Tuturan (692) mengarah pada makna denotasi,
yakni menanyakan penyebab Ramli berpenampilan tak layak hingga disangka
hantu. Tuturan (693) mengarah pada makna denotasi, yakni menyatakan agar
Normah tidak marah. Tuturan (694) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menanyakan penyebab Ramli berpenampilan tak layak hingga disangka hantu.
Tuturan (695) mengarah pada makna denotasi, yakni menjelaskan bahwa Ramli
tertipu oleh perempuan hingga menghabiskan uang 38 ringgit. Pemilik restauran
merampas pakaian Ramli untuk membayar uang makan karena ia tidak memiliki
uang sebanyak 38 ringgit untuk membayarnya. Tuturan (696) mengarah pada
makna konotasi, yaitu pada kata „roti jala’. Roti jala adalah salah satu makanan
khas suku melayu yang berbentuk seperti jaring-jaring dan biasanya diberi kuah
kari. Ramli diibaratkan seperti roti jala karena pakaian dalamnya yang compang-
camping dan banyak sobek di sana sini. Tuturan (697) mengarah pada makna
denotasi, yaitu pada kalimat „itulah cik Ramli, yang dekat tidak mau, mau cari
yang jauh’ Normah mengibaratkan dirinya sebagai yang dekat bersinonim
dengan orang terdekat atau yang tinggal bertetangga dengan Ramli dan menyukai
Ramli yang tak lain adalah Normah. Yang jauh bersinonim dengan perempuan
yang selama ini berkenalan dengan Ramli. Tuturan (698) mengarah pada makna
denotasi, yakni menanyakan siapa orang terdekat yang menyukai Ramli, apakah
orang tersebut Normah. Tuturan (699) mengarah pada makna denotasi, yaitu
membenarkan pertanyaan Ramli. Tuturan (700) mengarah pada makna denotasi,
yakni meminta maaf pada Normah lalu bertanya kenapa ia tidak mengatakannya
dari dulu.

Kesimpulan dari permasalahan kedua yaitu tentang makna dari tuturan


dalam dialog film Bujang Lapok adalah :

127

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Makna denotasi

Makna denotasi adalah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan


yang langsung pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna denotasi bertalian
dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus dari penutur dan respon dari mitra
tutur yang menyangkut hal-hal yang dapat diamati panca indera (kesadaran), dan
logika manusia. Makna denotasi juga bertalian dengan informasi-informasi atau
pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna denotasi adalah makna yang
sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan. Tuturan dalam dialog film
Bujang Lapok lebih banyak yang mengarah pada makna denotasi. Seperti contoh-
contoh pada nomer tuturan berikut (1), (2), (3), (4), (6), (8), (10), (12), (13), (14),
(16), (17), (18), (19), (28), (29), (30), (31), (33), (34), (35), (36), (37), (38), (39),
(40), (41), (42), (64), (65), (66), (67), (144), (145), (146), (147), (149), (150),
(152), (153), (154), (155), (164), (166), (167), (168), (169), (170), (171), (172),
(173), (174), (175), (176), (177), (178), (179), (226), (227), (228), (229), (230),
(231), (232), (233), (234), (235), (236), (273), (276), (277), (323), (324), (325),
(326), (327), (328), (329), (330), (331), (332), (333), (334), (335), (336), (337),
(338), (339), (340), (341), (342), (343), (344), (345), (346), (347), (348), (349),
(350), (351), (353), (355), (356), (357), (358), (359), (360), (435), (436), (439),
(442), (443), (444), (445), (446), (447), (448), (450), (451), (452), (453), (455),
(456), (463), (464), (465), (466), (467), (468), (469), (470), (471), (472), (474),
(489), (490), (491), (492), (493), (494), (496), (497), (498), (499), (500), (501),
(502), (503), (504), (505), (506), (507), (508), (509), (510), (511), (512), (513),
(514), (515), (518), (519), (520), (521), (522), (523), (524), (525), (526), (527),
(528), (529), (530), (531), (532), (541), (542), (543), (544), (545), (547), (548),
(549), (551), (611), (614), (615), (616), (618), (619), (629), (630), (631), (632,
(633), (634), (635), (636), (637), (638), (639), (640), (641), (662), (663), (664),
(665), (666), (667), (668), (669), (670), (671), (672), (673), (674), (675), (676),
(677), (678), (679), (680), (681), (682), (683), (684), (685), (686), (687), (688),
(689), (690), (691), (692), (693), (694), (695), (698), (699), (700).

2. Makna konotasi

128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Makna konotasi adalah makna yang tidak langsung menunjukkan hal,
benda, atau objek yang diacunya. Makna konotasi biasanya mengandung
perasaan, kenangan, dan tafsiran terhadap objek lain. Makna konotasi merupakan
pemakaian makna yang tidak sebenarnya. Tuturan dalam dialog film Bujang
Lapok yang mengarah pada makna konotasi seperti contoh-contoh pada nomer
tuturan berikut (7), (9), (11), (15), (32), (148), (151), (165), (274), (275), (352),
(354), (437), (449), (454), (473), (495), (546), (550), (610), (612), (613), (617),
(696), (697).

129

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Data percakapan yang ditemukan pada film Bujang Lapok sebanyak 700
tuturan. Berdasarkan pembahasan pada yang telah dilakukan pada bab IV, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Percakapan yang terdapat dalam dialog film Bujang Lapok dapat dianalisis
dari segi bentuk tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin (1956). Dari segi
tindak tutur, percakapan dalam film Bujang Lapok terdapat tiga bentuk tindak
tutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berdasarkan tindak lokusi
terdapat 133 data tuturan, tindak ilokusi sebanyak 341 data tuturan, dan tindak
tutur perlokusi sebanyak 226 data tuturan.
2. Percakapan atau tuturan yang terdapat dalam dialog film Bujang Lapok
dapat juga dianalisis dari segi makna, khususnya kearah makna denotasi dan
makna konotasi. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, ditemukan
sebanyak 644 data tuturan yang mengarah pada makna denotasi, dan sebanyak 56
data tuturan mengarah pada makna konotasi.

5.2 Saran

Penelitian ini berusaha menyajikan tentang jenis tindak tutur dan makna
dalam dialog film Bujang Lapok. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam melakukan penelitian ini karena
kekurangan pengetahuan analisis tindak tutur bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang berhubungan dengan analisis
kebahasaan. Dari hasil analisis tindak tutur dan makna tuturan film Bujang Lapok
semoga dapat dijadikan sedikit tambahan ilmu pengetahuan tentang analisis tindak
tutur dan makna tuturan bagi penulis dan bagi pembaca. Penulis berharap di masa
yang akan datang dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam
mengenai penerapan tindak tutur yaitu : maksim dan prinsip sopan santun karena
banyak aspek dari dialog film Bujang Lapok yang masih dapat diteliti lebih lanjut.

130

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Asdi
Mahasatya.

Ginting, Reza Pahlevi. 2009. Analisis Tindak Tutur Dalam Dialog Film
Perempuan Punya Cerita. (skripsi). Medan: Departemen Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lubis, Andika Syahputra. 2015. Tindak Tutur Dalam Bahasa Melayu


Tanjungbalai. (skripsi). Medan: Departemen Sastra Daerah Program Studi
Bahasa dan Sastra Melayu.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.

Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa


Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana : Prinsip-Prinsip Semantik dan


Pragmatik. Bandung: Yrama Widya.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumber Internet :

Astuti, Reni Yuli. 2013. Analisis Tindak Tutur Cerita Bersambung Tresnaku
Mung Sepisan Dalam Majalah Panjebar Semangat Tahun 2011/2012 Karya
Ismoe Rianto. (Jurnal) Vol /0 2 / No. 01 / Mei 2013.

131

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


http://download.portalgaruda.org/article.php?article=71982&val=616&title=ANA
LISIS%20TINDAK%20TUTUR%20CERITA%20BERSAMBUNG%20TRESN
AKU%20MUNG%20SEPISAN%20DALAM%20MAJALAH%20PANJEBAR%
20SEMANGAT%20TAHUN%202011/2012%20KARYA%20ISMOE%20RIAN
TO (diakses pada 17 Desember pukul 11:46 WIB)

Hapsari, Riyana Widya. 2014. Analisis Tindak Tutur Dalam Novel Jaring
Kalamangga Karya Suparto Brata. (Jurnal) Vol./ 04/ No. 02/ Mei 2014.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=161387&val=616&title=ANALISIS
%20TINDAK%20TUTUR%20DALAM%20NOVEL%20JARING%20KALAMANGGA%20KARYA
%20SUPARTO%20BRATA (diakses pada 17 Desember pukul 11:46 WIB)

Muntholib. 2013. Analisis Tindak Tutur Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya
Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. (Jurnal) Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72000&val=616&title=ANALISIS
%20TINDAK%20TUTUR%20NOVEL%20PARA%20ABDI%20SAMI%20CECATUR
AN%20KARYA%20MAS%20NGABEHI%20WASESA%20PANGRAWIT (diakses
pada 17 Desember pukul 11:46 WIB)

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009


Tentang Perfilman
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:HOt8uwKw6k4J:peratur
an.go.id/search/download/11e44c4efbbfccd0a7ac313231383034.html+&cd=6&hl
=id&ct=clnk&gl=id (diakses pada 17 Desember 2017 pukul 11:18 WIB)

Rahman dan Nur Afifah. 2005. Idiosyncrasy P. Ramlee dalam Genre Filem
Komedi. Wacana Seni journal of arts discourse.jil/vol.4.2005.

http://wssacanaseni.usm.my/WACANA%20SENI%20JOURNAL%20OF%20ARTS%20
DISCOURSE/JOURNAL_4%20PDF/ws4_article3.pdf (diakses pada 17 desember
2017 pukul 11:21 wib.)

132

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

Tuturan Yang Termasuk Tindak Lokusi

(5), (24), (53), (55), (56), (63), (68), (79), (80), (81), (83), (89), (90), (101), (103),
(109), (112), (141), (163), (180), (186), (190), (194), (196), (214), (216), (254),
(261), (263), (264), (266), (270), (272), (290), (295), (310), (322), (366), (371),
(372), (382), (389), (397), (417), (420), (425) (426), (433), (434), (440), (457),
(458), (459), (479), (481), (483), (485), (516), (533), (534), (540), (552), (559),
(560), (572), (576), (585), (609), (620), (626), (627), (628), (651), (652), (655).

133

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Tuturan Yang Termasuk Tindak Ilokusi

(20), (21), (22), (26), (43), (44), (46), (48), (50), (51), (54), (57), (59), (61), (70),
(71), (72), (73), (74), (75), (76), (82), (85), (86), (88), (91), (92), (94), (96), (98),
(100), (104), (105), (106) , (107), (111), (114), (116), (118), (119), (120), (122),
(124), (125), (126), (128), (129), (130), (131), (133), (134), (136), (138), (142),
(156), (158), (159), (161), (183), (184), (188), (192), (193), (195), (197), (198),
(199), (200), (202), (205), (207), (208), (209), (211), (217), (219), (221), (222),
(224), (225), (237), (239), (241), (242), (244), (245), (246), (247), (249), (250),
(251), (253), (255), (256), (258), (259), (262), (265), (267), (269), (271), (277),
(279), (281), (283), (284), (285), (288), (289), (291), (293), (296), (298), (300),
(301), (302), (304), (306), (308), (311), (313), (315), (316), (318), (321), (361),
(363), (367), (368), (369), (373), (375), (377), (378), (380), (383), (385), (388),
(391), (393), (394), (398), (400), (402), (404), (406), (408), (410), (411), (412),
(414), (419), (422), (424), (427), (429), (430), (462), (475), (477), (480), (482),
(486), (488), (487), (517), (537), (539), (554), (555), (556), (562), (564), (566),
(568), (570), (573), (578), (580), (582), (584), (586), (587), (588), (590), (592),
(594), (595), (598), (600), (602), (603), (606), (608), (621), (623), (625), (642),
(645), (648), (654), (657), (659), (661).

134

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

Tuturan Yang Termasuk Tindak Perlokusi

(23), (25), (27), (45), (47), (49), (52), (58), (60), (62), (69), (77), (78), (84), (87),
(93), (95), (97), (99), (102), (108), (110), (113), (115), (117), (121), (123), (127),
(132), (135), (137), (139), (140), (143), (157), (160), (162), (181), (182), (185),
(187), (189), (191), (201), (203), (204), (206), (210), (212), (213), (215), (218),
(220), (223), (238), (240), (243), (248), (252), (257), (260), (268), (278), (280),
(282), (286), (287), (292), (294), (297), (299), (303), (305), (307), (309), (312),
(314), (317), (319), (320), (362), (364), (365), (370), (374), (376), (379), (381),
(384), (386), (387), (390), (392), (395), (396), (399), (401), (403), (405), (407),
(409), (413), (415), (416), (418), (421), (423), (428), (431), (432), (441), (460),
(461), (476), (478), (484), (488), (535), (536), (538), (553), (557), (558), (561),
(563), (565), (567), (569), (571), (574), (575), (577), (579), (581), (583), (589),
(591), (593), (596), (597), (599), (601), (604), (605), (607), (622), (624), (644),
(646), (647), (649), (650), (653), (656), (658), (660).

135

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

Tuturan Yang Mengarah Pada Makna Denotasi

(5), (20), (21), (22), (23), (43), (45), (46), (47), (48), (50), (51), (52), (53),
(55), (57), (58), (59), (60), (61), (62), (63), (68), (69), (70), (71), (72), (73),
(74), (75), (76), (77), (78), (79), (80), (81), (82), (83), (84), (85), (86), (89),
(90), (91), (92), (93), (94), (95), (96), (97), (98), (99), (101), (102), (103),
(106), (107), (108), (109), (110), (111), (112), (113), (114), (115), (116),
(117), (118), (120), (121), (122), (123), (124), (125), (126), (127), (128),
(129), (130), (131), (132), (133), (134), (135), (136), (137), (138), (139),
(140), (141), (142), (143), (156), (157), (158), (159), (160), (161), (163),
(180), (181), (182), (184), (185), (186), (187), (188), (189), (190), (191),
(192), (193), (194), (195), (196), (197), (198), (199), (200), (201), (202),
(204), (205), (206), (207), (208), (209), (210), (211), (212), (213), (214),
(215), (216), (217), (218), (219), (220), (221), (222), (223), (224), (225),
(237), (238), (239), (240), (241), (242), (243), (244), (246), (247), (248),
(249), (250), (251), (252), (253), (254), (255), (257), (258), (259), (261),
(262), (263), (264), (266), (267), (268), (270), (271), (272), (277), (278),
(279), (280), (281), (282), (283), (284), (285), (286), (287), (288), (289),
(290), (291), (292), (293), (294), (295), (296), (297), (298), (299), (300),
(301), (302), (303), (304), (305), (306), (307), (308), (309), (310), (311),
(312), (313), (314), (317), (318), (319), (320), (321), (322), (361), (362),
(363), (364), (365), (366), (368), (369), (370), (371), (372), (373), (374),
(375), (376), (377), (378), (379), (380), (381), (383), (384), (385), (386),
(387), (388), (389), (390), (391), (392), (393), (394), (395), (397, (398), (399),
(400), (401), (402), (403), (404), (405), (406), (407), (408), (411), (412),
(413), (414), (415), (416), (417), (418), (419), (420), (421), (422), (423),
(424), (425), (426), (427), (428), (429), (430), (431), (432), (433), (434),
(440), (441), (457), (458), (459), (460), (461), (462), (476), (477), (478),
(479), (480), (481), (482), (483), (484), (485), (486), (488), (516), (517),
(534), (535), (536), (537), (538), (539), (540), (552), (553), (554), (555),
(556), (557), (558), (559), (560), (561), (562), (563), (564), (565), (566),
(567), (568), (569), (570), (571), (572), (573), (574), (575), (576), (577),

136

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(579), (580), (581), (582), (583), (584), (585), (586), (587), (588), (589),
(590), (591), (592), (593), (594), (595), (596), (597), (598), (599), (600),
(601), (602), (603), (604), (605), (606), (607), (608), (609), (620), (621),
(622), (623), (624), (625), (626), (627), (628), (642), (643), (644), (645),
(646), (647), (648), (649), (650), (651), (652), (653), (654), (655), (656),
(657), (658), (659), (660), (661).

137

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

Tuturan Yang Mengarah Pada Makna Konotasi

(44), (49), (54), (56), (87), (88), (100), (104), (105), (119) (162) (183), (203),
(245), (256), (260), (265), (269), (315), (316), (367), (382), (396), (409),
(410), (475), (487), (533), (578).

138

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

Data Percakapan Film Bujang Lapok

Siang hari di sebuah kantor, terlihat tiga orang pegawai sedang bekerja.

(1) Lina : Bye-bye.. bye…

(2) Sudin : Bye.

(3) Sudin : Oii. Miss Lina, what about the file?

(4) Lina : Oh…it’s in manager office.

Lina kemudian berjalan menuju pintu dan berpapasan dengan Ramli saat
membuka pintu. Lina lalu berhenti dan Ramli pun masuk.

(5) Ramli : Thank you.

Ramli kemudian berjalan ke arah ruang manajer dan mengetuk pintu ruang
manajer.

(6) Manager : masuk !

(7) Ramli : Ah... tuan manager yang setiawan dan rupawan


makan di pinggan, minum di cawan. Saya sungguh
beruntung dapat berjumpa dengan tuan yang
budiman dan tuan jugak tentu tidak jemu dapat
melihat muka saya bercendawan. Kedatangan saya
bukan hendak mengganggu tuan, tapi membawak
sampel minyak wangi yang tuan pesan. Ini
katalognya cuba tuan bukak. Kalau tuan kurang
percaya biar saya renjiskan.

(8) Manajer : Hmm, harum. Apa namanya minyak ini?

(9) Ramli : Evening in Russia.

(10) Manajer : Ah...?

(11) Ramli : Oh…Fernando, minyak wangi ini sungguh harum


baunya. Tuan tidak akan dapat dimana-mana.

139

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jikalau tuan kurang percaya, boleh usul boleh
periksa. Haa, hisap rokok.

(12) Manajer : Eh! Rokok radioka.

(13) Ramli : Tuan boleh hisap.

(14) Manajer : Huh Rasa curut.

(15) Ramli : Oh! Fernando, bukankah telah saya katakan,


jikalau tuan berlanggan dengan saya, semuanya
barang istimewa.

(16) Manajer : Baiklah, berapa harganya ?

(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize.

Ketika Ramli mengeluarkan sebotol minyak, terdengar ulasan perlombaan di


radio. Manajer berdiri dan menutup mulut ramli agar tidak berbicara. Ramli
terlihat tidak begitu semangat mendengar siaran radio tersebut dan merasa kecewa
karena manajer tidak mempedulikannya.manajer begitu semangat mendengarkan
siaran radio tersebut. Saat terakhir siaran radio, manajer menepuk dahinya dan
terduduk di kursi sambil memegang kepalanya.

(18) Ramli : Sekarang bagaimana pulak dengan minyak wangi


ni tuan manager?

(19) Manajer : Biarlah saya pakai minyak kelapa.

Ramli menepuk kepalanya dan memasukkan botol minyak wangi ke dalam tasnya.
Kemudian ia keluar dari ruangan manajer dengan raut wajah murung. Dia
menggelengkan kepala lalu berjalan menghampiri Sudin yang sedang merapikan
meja kerjanya sambil tersenyum memandang Ramli.

(20) Sudin : Amacam berniage, bagus?

(21) Ramli : Lain kali meniaga minyak kelapalah.

Sudin tertawa mendengar perkataan Ramli, mereka berdua kemudian


meninggalkan kantor itu.

140

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sudin dan Ramli menuruni anak tangga, sampai di bawah Ramli dan Sudin
memandang kiri dan kanan.

(22) Sudin : Mane Azis ?

(23) Ramli : Itu ape !

Azis sedang tidur nyenyak di dalam truk di kursi pengemudi. Kemudian Sudin
dan Ramli menghampiri Azis. Sudin menepuk kursi truk untuk membangunkan
Azis.

(24) Sudin : Zis! Zis! Zis!. Zis! Zis! Zis! (menekan klakson).

(25) Azis : Hmmm, apelah kau ni. Aku piki kretaku belanggar
engkau ni.

(26) Sudin : Sudahlah, mari kite balek.

(27) Azis : Iyelah.

Di tengah jalan mereka bertiga berbincang-bincang mengenai akan makan apa


mereka hari ini.

(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.

(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.

(30) Azis : Amacam kau Din?

(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam ?

(32) Ramli : Aaah.. (menuding Sudin)

(33) Azis : Itupun bagus.

(34) Sudin : Mula-mula kita beli?

(35) Azis/ Ramli/ Sudin : Ayam!

Di sebuah pasar. Terlihat Ramli, Sudin, dan Azis sedang membeli ayam.

(36) Ramli : Berapa?

(37) Penjual : 2 kati, tiga ringgit.

141

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(38) Ramli : Ha, kau dengar tak?

(39) Azis : Habis?

(40) Ramli : Seorang seringgitlah.

Masing-masing mengeluarkan uang seringgit dan mengumpulkannya pada Azis.

(41) Azis : Nah, tauke. „Ini tauke (majikan/ penjual/ bos).‟

(42) Penjual : Kamsia, kamsia. „Terima kasih, terima kasih.‟

Di sebuah perkampungan terlihat ada anak yang sedang bermain dengan


mengelindingkan ban dan beberapa orang laki-laki sedang memotong kayu.

(43) Pak Nyong : Beli ayam nampaknya, tulah disuruh kahwin tak
mau. Sekarang, siapa nak masak ayam tu ?

(44) Azis : Pak Nyong, jangan pandang kita semua tak ada
mata. Kita semua ada diploma pasal masak-
memasak.

(45) Sudin : Yah!

(46) Pak Nyong : Hah? Diploma? Diploma tu apa?

(47) Sudin : Ijazah, saya mendapat ijazah di waktu mogok.


Ramli mendapat ijazah di masa Jepun, di zaman ubi
kayu.

(48) Pak Nyong : Si Azis?

(49) Sudin : Di Sharrif Jel.

(50) Pak Nyong : Hah...?

(51) Ramli : Sekarang Pak Nyong nak tolong kita. Tolong


sembelihkan ayam ni ya. Boleh tak ?

(52) Pak Nyong : Boleh.

Di dalam rumah, mereka berhenti di depan kamar Normah melihatnya sedang


berhias diri di depan cermin.

(53) Ramli : Tuan rumah kita lawa.

142

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(54) Azis : Dalam kita tiga orang, siapa nak kena lotre belum
tau...aaa!

(55) Sudin : Jangan marah.

Mereka lalu masuk ke kamar dan berganti pakaian.

(56) Azis : Ai! macam batang piano (menyentuh tulang


rusuk).

(57) Sudin : Hai! Zis, kain aku mana?

(58) Azis : Nah! (melemparkan sarung kepada Sudin).

Ramli bergaya layaknya seorang yang memiliki otot dan kekuatan seperti petinju.
Kemudian Azis mengejutkan Ramli dengan menekan bokong Ramli dengan jari
telunjuknya hingga membuat Ramli terkejut sampai terjatuh ke kasur.
(59) Ramli : Apalah kau ni Zis.

(60) Azis : Seluar kau tu koyak, jangan kau nak menyinggoh


macam Marlyn Mondro. Nah! ganti kain.

(61) Sudin : Hei, Ramli ! sudahlah, pergilah pinjam dapur kat


tuan rumah tu.

(62) Ramli : Ya tak ya jugak.

Setelah Ramli membalutkan sarung di badannya, ia bergegas keluar kamar dan


memanggil Normah

(63) Ramli : Tuan rumah! Tuan rumah! Oi...Tuan rumah..

Tiba-tiba mak Munah berjalan melewati Ramli, ia pun menyapa mak Munah
sambil tersenyum.

(64) Ramli : Mak Munah.

(65) Mak Munah : Ramli.

(66) Ramli : Masak nasi?

(67) Mak Munah : Panaskan sayur, nak.

143

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mak Munah berlalu meninggalkan Ramli dan masuk ke kamarnya. Ramli pun
kembali memanggil Normah.

(68) Ramli : Oi… Tuan rumah!

(69) Normah : (keluar dari kamar) Kan saya dah kata jangan
panggil saya tuan rumah.

(70) Ramli : Maafkan saya tuan tanah. Eh... tuan tanah pulak.
Ehh, cik Normah.

(71) Normah : Ha, begitulah. Mengapa cik Ramli?

(72) Ramli : Kalau saya mintak, kasi tak?

(73) Normah : Hmm... Kalau kena dengan mintaknya tentulah


kasi. Nak mintak apa?

(74) Ramli : Nak mintak pinjam dapur, boleh tak?

(75) Normah : Kalau cik Ramli nak pinjam dapur saya, saya nak
pakai dapur apa?

(76) Ramli : Bukan nak pinjam terus. Nak pinjam sekejap saja,
boleh tak?

(77) Normah : Oh! Sekejap saja. Bolehlah, pergilah pakai,


pakailah.

(78) Ramli : Terima kasih.

Normah masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci dapur dan Ramli terlihat
senang hingga menari-nari.

(79) Normah : Nah! ini kuncinya.

(80) Ramli : (menerima kunci) Jangan marah.

Di dapur terlihat Azis sedang memotong bawang hingga membuat matanya pedih.

(81) Azis : Pedihnya. Din air, Din, pedih Din. Alamak Din
pedihnya Din. Alamak air Din, air Din, Din air
mana Din. Alamak tak tahan Din. Alamak Din,
mana air Din, pedih.

144

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(82) Sudin : Diploma hapa yang kau dapat ni, baru potong
bawang saja sudah terpekik-pekik.

(83) Ramli : (mengaduk) Hei, Din.

(84) Sudin : Hmm.

(85) Ramli : Mana kau taruh garam ni?

(86) Sudin : Hai, Azis di mana kau taruh garam?

(87) Azis : Itu apa tu. Selama ni tukang masak ni, mata pun
naik rabun.

(88) Ramli : Garam kau taruh tinggi-tinggi. Macam ketul emas


berbongkah-bongkah (mengambil garam dan
memasukkanya ke dalam panci).

(89) Sudin : Heemm. Masak tawar, kurang garam. (merasakan


masakan dan menambahkan lagi garam ke dalam
masakan).

(90) Azis : Ah! sukses, sukses. Dah cukup puas hati, puas
hati. Ha... Ha...Ha... Yapu..... Alamak!

Karena perasaan senang dan puas dengan masakannya, Azis tak sengaja
menumpahkan garam ke dalam masakan saat tanganya diangkat ke atas tempat
garam terletak.

Mereka duduk menghadap hidangan yang tersaji.

(91) Azis : Apa lagi yang kita nanti ni? Kita kebaslah, perut
dah lapar ni.

(92) Sudin : Chiiith. Kalau kita kebas sekarang, berarti kita


sudah melanggar undang-undang Bujang
(menuding ke arah Ramli).

(93) Ramli : Lapok!

(94) Sudin : Hah! Kita mesti hormatkan kepada tuan rumah.

(95) Ramli : Ya!

145

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(96) Sudin : Kita mesti jemput dia makan sama-sama kita.

(97) Ramli : Benar.

(98) Sudin : Sebab dia sudah meminjamkan kita.

(99) Ramli : Dapur.

(100) Sudin : Betul kata tuan presiden.

(101) Ramli : Jangan marah.

(102) Azis : Takda, takda.

(103) Ramli : Tuan rumah. Oi....tuan rumah!

(104) Azis : Hai, Ramli, nampak-nampaknya dalam kita tiga


orang ni engkaulah yang kena ekor Ramli.

(105) Ramli : Hei! Azis, kalaulah masin mulut kau tu, kalaulah
tuan rumah gila kat muka ini. Aku berniat dekat
keramat si Luncai, kau tau.

(106) Sudin : Luncai? Luncai mana?

(107) Ramli : Si Luncai tak tahu ? Si Luncai terjun dengan labu-


labunya.

(108) Azis : Biarkan.

(109) Sudin : Oh! Si Luncai terjun dengan labu-labunya.

(110) Ramli/ Azis/ Sudin : Biarkan.

(111) Ramli : Tuan rumah! Eh! Sama-sama panggil 1, 2, 3.

Tiba-tiba Normah datang dan seketika pula teriakan mereka terhenti.

(112) Ramli/ Azis/ Sudin : Oii…Tuan ru, eehh.

(113) Normah : Lagi-lagi panggil saya tuan rumah.

(114) Ramli : Maafkan kami tuan kemah. Eh!

(115) Sudin : Cik Normah.

146

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(116) Ramli : Cik Normah. Kita ni nak jemput cik Normah
makan sama-sama, silakan.

(117) Normah : Terima kasih sajalah cik abang semua. Saya baru
saja habis makan. Makanlah, lain kali saja ya.
(berlalu meninggalkan mereka bertiga).

(118) Sudin : (menirukan Normah) Makanlah, lain kali saja ye.


Mari kita cekik ya (menyatap ayam) Hei! apa ni?
Ayamkah, kayukah?

(119) Ramli : Inilah kalau tukang masak diploma. Kau tengok


kuahnya berminyak, je (mencicipi kuah lalu
menyeringai karena rasanya sangat asin). Hei!
Berapa tan garam korang taruh di dalam?

(120) Sudin : Hei! Azis. Apa kau tak rasa kah? Lauk ni masam
kah? Masin kah? Ayam ni keras macam kayukah?

(121) Azis : Beginilah Din. Jangankan kau katakan kayu,


engkau taruh batu pun aku cekik.

Zaiton berlari ke arah Sudin yang sedang menunggunya di sebuah gubuk, mereka
lalu berbincang bersama.

(122) Sudin : Ada khabar baik?

(123) Zaiton : Aku khuatirlah bang Sudin. Mak aku mengatakan


ia tak suka aku kahwin dengan kau. Tapi, ia suka
pada orang kaya.

(124) Sudin : Engkau mesti bilang sama mak engkau Ton.


Engkau kahwin dengan orang kaya kau lekas jadi
jande.

(125) Zaiton : Carenye?

(126) Sudin : Carenye, cuba kau lihat orang kaya tu. Serba-
serbi kerjanya kelam-kabut, bawak kereta besar.
Uuuuuu sana, huuuuu sini, huuu...sini. Tup! Tup!

147

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pelepop, berlanggar kereta tu, mampus si kaya tu.
Nah! Kau dah tinggal jadi janda.

(127) Zaiton : Iyalah! kalau kahwin orang kebanyakan, kita rehat


saja, jalan-jalan di kaki lima, boleh tengok barang-
barang di kedai cantik-cantik. Tak boleh kena
langgar. Ya bang Sudin ya!

Tiba-tiba datang adik Zaiton, mereka pun terkejut melihatnya.

(128) Ayu : Ehemhem. Kakak mintak duit 20 sen beli ice


cream.

(129) Zaiton : Sudah, takde duit. Mana ada jual ice cream
malam-malam.

(130) Ayu : Kalau takde rahsia buka aah.

(131) Sudin : Nah! Ambik ini, 20 sen. Lekas! Pergi main jauh-
jauh, ya dik.

(132) Ayu : Rahsia tutup, aah.

(133) Sudin : Lagipun kalau kau kahwin dengan orang kaya


celaka badan.

(134) Zaiton : Mengapa?

(135) Sudin : Jangan kau harap kau nak pergi berkelah naik
perahu atau kolek, tak boleh Ton.

(136) Zaiton : Kenapa tak boleh naik kolek?

(137) Sudin : Hah! Sekarang katakanlah kau tengah naik kolek


ya! Berdayung. Ngiat-ngiot, ngiat-ngiot, tup-tup,
tecebur, tebalik. Kau tak boleh berenang.

(138) Zaiton : Mengapa?

(139) Sudin : Sebab barang-barang emas engkau tu berat.

(140) Zaiton : Ya, betul kata bang Sudin. Kalau kahwin orang
kebanyakan, kalau jatuh dari perahu tak berat

148

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


badannya. Ringan saja, kita boleh berenang ye
bang Sudin ye?

Sudin hanya tersenyum mendengar perkataan Zaiton. Tiba-tiba terdengar suara


Ibu Zaiton memanggilnya.

(141) Mak Zaiton : Ton, oh... Zaiton.

(142) Zaiton : Alamak! Mak dah terjerit-jerit tu, tinggal ya bang


Sudin ya.

(143) Sudin : Baiklah.

Zaiton langsung pergi meninggalkan Sudin dan kembali ke rumahnya.

Tampak ibu Zaitun berdiri di depan rumah melihat ke arah Zaitun yang berjalan
masuk ke rumah.

(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.

(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.

(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.

(147) Zaiton : Tak siapa nak ingin belaki.

(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.

(149) Zaiton : Apa mak?

(150) Mak Zaiton : Lemah jantunglah.

(151) Zaiton : Amboi, mak ni. Selama Miss Wong tinggal di


sebelah rumah, berambuk skipping London.

149

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(152) Mak Zaiton : Alaah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota
jangan konon-kononkan kita. Kau pun mesti
belajar, Ton. Bukannya susah. One, two, three. A,
B, C. What you going?

(153) Ayu : Hi...hi...hi (tertawa)

(154) Mak Zaiton : Kenapa kau ketawa? Salahkah aku cakap?

(155) Ayu : Salah tu tidak, tapi tak betul.

Zaitun masuk ke kamar lalu memanggil ibunya dan mengajak berbicara di dalam
kamar.

(156) Zaiton : Mak, mak. Mari mak. Marilah.

(157) Mak Zaiton : Nak apa lagi! Ayu, go to play. Eh, playkan main-
main. Ayu! Go to, tidurlah (lalu berjalan ke kamar
menghampiri Zaitun).

(158) Mak Zaiton :Apa Ton?

(159) Zaiton : Mak, mak. Eton tanya mak marah tak?

(160) Mak Zaiton : Tidak. Apa?

(161) Zaiton : Kenapa mak tak suka Eton kahwin dengan orang
kebanyakkan?

(162) Mak Zaiton : Orang kebanyakkan tu apa. Semuanya kelabu


asap. Kais pagi, makan pagi. Kais petang, makan
petang, kan bagus kau kahwin orang kaya, sampai
tua kau boleh senang.

(163) Zaiton : Pendirian mak berlainanlah dengan Eton. Eton tak


sukalah kahwin orang kaya.

Di kamar Ramli, Sudin, dan Azis terlihat mereka sedang berbincang.


(164) Sudin : Tetapi Zaiton suka berkahwin dengan orang
kebanyakkan macam aku. Bagaimana Ramli?

150

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(165) Ramli : Kalau dah suka sama suka. Memang tak kenal
botol kicap dengan botol cuka. Peduli apa mak dia
tak suka. Dengan mak dia kah yang kau nak
menikah.

Sofiah berlari ke rumah Normah. Saat dia berlari terlihat pak Nyong sedang menyapu
halaman dan melihatnya berlari menaiki anak tangga.
(166) Safiah : Kak Normah, kak Normah!

(167) Normah : Hah, ada apa lagi Safiah?

(168) Safiah : Saya ni memang cukup malu dengan kak Normah.


Hari-hari bapak suruh datang sini mintak pinjam
beras.

(169) Normah : Bapak angkat kau memang tak gunalah Safiah.


asyik isap ganja, minum arak, main judi. Itu saja
yang dia tahu. Kalau aku tak kasihankan kaulah
Safiah, aku tak ingin nak kasi beras.

(170) Azis : Hah, kenapa cik Normah?

(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).

(172) Azis : Bapak awak tu, bapak betul kah?

(173) Safiah : Bukan, bapak angkat.

(174) Azis : Hah? Ini tak boleh jadi man. Ini mesti mau kena
bedal man. Bapak awak macam mana?

(175) Safiah : Orangnya bengis. Mukanya garang. Tangannya


berurat-urat.

(176) Azis : Hah, urat-urat? tak jadi.

151

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(177) Normah : Hah. Bilang sama bapak kau Safiah. Kalau bapak
kau asyik main judi, minum arak lagi. Kak Normah
tak mau kasi beras. Nah! pegi balik.

(178) Sofiah : Terima kasih, kak Normah (lalu berlari


meninggalkan Normah dan Azis).

(179) Azis : Kasihan ya cik Normah. Kalau saya tak ingat


badan saya kurus, saya hentam bapak dia..(sambil
berlalu kembali ke kamarnya).

Saat Azis kembali ke kamarnya, mak Sudin datang dari pintu masuk rumah dan
langsung memeri salam.

(180) Mak Sudin : Assalammualaikum.

(181) Normah : Hah, Waalaikumsalam. Eh mak Sudin. Apa


khabar?

(182) Mak Sudin : Khabar baik cik Normah.

(183) Normah : Amboi mak! Lamanya tak nampak tenggelam-


tenggelam timbul.

(184) Mak Sudin : Begitulah orang banyak anak. Sekejap sana,


sekejap sini. Ah, Sudin ada cik Normah?

(185) Normah : Ada. Cik Sudin. Marilah (mengajak mak Sudin


masuk ke kamar Sudin). Cik Sudin !

(186) Mak Sudin : Sudin!

(187) Sudin : Hai mak, bila mak sampai? Duduk mak.

(188) Mak Sudin : Mari kita berbual dulu cik Normah.

(189) Normah : Boleh jugak.

Mak Sudin dan Normah terkejut melihat Ramli tertidur pulas di atas tempat tidur,
mereka pun segan untuk berbincang di kamar Sudin

(190) Normah : Makcik dan Sudin silalah berbual di bilik saya.

(191) Mak Sudin : Baik.

152

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(192) Normah : Pergilah Din.

(193) Mak Sudin : Mari Din.

(194) Normah : Silakan makcik.

(195) Mak Sudin : Mari Din.

(196) Normah : Nanti saya siapkan kopi makcik, ya.

Normah berniat membangunkan Ramli, namun Ramli tidak segera bangun dari
tidurnya malah ia mengigau dan itba-tiba tangannya memegang tangan Normah
hingga membuat Normah tersipu malu dan tak ingin melepaskan genggaman
tangan Ramli.

(197) Normah : Ramli, Ramli. Eh Ramli. Ramli, Ramli. Eh Ramli.


Ramli, Ramli bangunlah sayang.

Tiba-tiba Azis masuk ke kamar dan terkejut melihat Normah dan Ramli
perpegangan tangan. Ia lalu keluar kamar sambil menepuk dahinya. Lalu keluar
Sudin dan ibunya keluar dari kamar Normah hendak mengambil pakaian kotor
Sudin. Melihat ibu Sudin akan masuk ke kamar, Azis pun mencoba menghalau
dengan bertanya sesuatu yang tidak penting.

(198) Mak Sudin : Din, Din! Kau ambil baju-baju kotor kau. Biar
mak cucikan.

(199) Sudin : Mak pegilah ambil sendiri.

Mak Sudin berekpresi seperti tidak berkenan karena segan Ramli sedang tidur.

(200) Sudin : Ah! Tak apa, Ramli tu tidur tak apa.

(201) Azis : Alamak!

(202) Mak Sudin : Eh! Zis, kenapa kau tercangkung di sini?

(203) Azis : Jadi benggali jaga makcik.

(204) Mak Sudin : Jadi jaga. Ha...ha...ha (hendak masuk kamar)

(205) Azis : Ke mana ni makcik?

(206) Mak Sudin : Mahu ambik baju kotor Sudinlah.

153

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(207) Azis : Yalah, pegilah ambik masuk saja. Makcik, makcik.
Sa sapa. Sapa, sapa yang tinggal di belakang
rumah Makcik? Tu yang kurus-kurus yang janggut,
janggut-janggutnya putih tu?

(208) Mak Sudin : Yang janggutnya putih.

(209) Azis : Kadang-kadang, janggutnya hitam.

(210) Mak Sudin : Hah?

(211) Azis : Bukan, yang matanya juling, hidungnya ternaik,


terbongkok-bongkok jalannya begini, begini tu,
makcik. Hi...hi...hi.

(212) Mak Sudin : Oh! Pak Musa.

(213) Azis : Ooo.

(214) Mak Sudin : Dia sudah meninggal sekarang.

(215) Azis : Meninggal? Inalillahi’ wainalillahi rojiun.

(216) Mak Sudin : Kasihan (melangkah masuk ke kamar).

(217) Azis : Makcik, makcik. Ah, siapa tu yang gemuk-gemuk


tu yang ada misai, rambutnya kerinting tu, yang
cantik, cantik tu? Yang tinggal depan rumah makcik
tu?

(218) Mak Sudin : Hah!

(219) Azis : Depan rumah makcik tu.

(220) Mak Sudin : Depan rumah makcik laut. Takde orang tinggal.

(221) Azis : Laut? Astaghfirullahalazim. Makcik-makcik. Emm,


mamak Maiden tu yang jual mee goreng tu ada lagi
makcik?

(222) Sudin : Apa kau tu Zis? Mamak mee lah, pak Musa lah.
Biarlah mak aku masuk ke dalam ambil baju-baju
kotor. Apa salahnya?

154

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(223) Azis : Bukan, pasal Ramli tu tengah tidurlah.

(224) Sudin : Kalau Ramli tu tengah tidur biarlah dia tidur, apa
salahnya? Bukan mak aku nak ganggu dia. Mak aku
hanya nak ambil kain kotor saja.

(225) Azis : Bukan pasal kain ko.. Hah! Mak Bibah, ni mak
Sudin, kata nak kenal mak Sudin.

Sementara mak Sudin berbincang dengan mak Bibah, Sudin dan Azis
berkomunukasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Azis memberitahu Sudin
bahwa di kamar ada Ramli dan Normah seperti sedang bermesraan, Azis tak ingin
mak Sudin tahu hingga dia mencari-cari alasan agar mak Sudin tidak masuk ke
kamar mereka. Sementara di sudut lain tampak mak Sudin dan mak Bibah tengah
bertegur sapa.

(226) Mak Sudin : Apa khabar kak?

(227) Mak Bibah : Khabar baik. Apa ni mak Sudin?

(228) Mak Sudin : Ya. Baru pindah di sini ya?

(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.

(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.

(231) Mak Bibah : Mak Sudin tinggal di sini juga?

(232) Mak Sudin : Tidak. Saya cuma datang sekali-sekali saja.


Namanyalah anak banyak. Sebentar di sana,
sebentar di sini, begitu.

(233) Mak Bibah : Kampungnya, kampung mana?

(234) Mak Sudin : Saya tinggal di kampung samping.

(235) Mak Bibah : Senang-senang datang tau!

(236) Mak Sudin : Iya.

Mak Sudin bermaksud untuk masuk ke kamar Sudin mengambil pakaian kotor
milik Sudin. Namun niatannya itu dihalangi oleh Sudin dan Azis.

155

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(237) Sudin : No, no, no. Mak, mak. Haah! Kenape mak datang
sorang-sorang mak, tak datang dengan bapak?

(238) Mak Sudin : Din apa kau sudah gila ya. Bapak kau kan sudah
mati tiga tahun dulu. Mengapa kau orang berdua ni
Din, yang pelik-pelik kau orang tanya.

(239) Sudin : Bukan, mak. Yang panjang-panjang tu yang bila


ditarik..kwek...kwek...kwek dikoce...kwek...kwek.

(240) Azis : Ha....ya...ya.

(241) Sudin : Yang pek, pek, pek tu apa Zis?

(242) Azis : Hapa Din?

Sudin menendang kaki Azis.

(243) Azis : Aduh, Din! Bejaga, bejaga.

(244) Sudin : Haaa! Bejaga, bejaga.

Tiba-tiba terdengar suara botol yang dipukul. Bunyi botol yang dipukul tersebut
pertanda panggilan Sudin kepada Zaiton begitu juga sebaliknya. Zaiton memukul-
mukul dua botol di jendela rumahnya sambil memandangi ke arah luar rumahnya.

(245) Azis : Botol dah bunyi, botol dah bunyi.

(246) Mak Sudin : Hah! Apa yang bunyi?

(247) Sudin : Bukan, mak. Kapal terbang tu ada dua botol. Satu
botol panjang, yang satu botol pendek. Hah! Dalam
botol tu, apa isi dia Zis, isi dia?

(248) Azis : Oksigen, oksigen.

(249) Sudin : Oksigen. Bila dia taruh oksigen, dia terbang


ongiiing (sambil menendang kaki Azis hingga
membuat Azis kesakitan).

(250) Mak Sudin : Kenapa Zis?

Azis menunjuk kakinya yang sakit.

156

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di rumah Zaiton terlihat ibunya datang menghampiri dan menegur Zaiton.

(251) Mak Zaiton : Apa yang bising-bising di situ tu Ton?

(252) Zaiton : (terkejut) Tidak, mak. Papan jendela ni semua dah


renggang.

(253) Mak Zaiton : Ah! Tak usah kau nak jadi tukang kayu di sini.
Lekas kau masuk di dalam salin baju, kita nak pegi
tempat nenek kau.

Zaitun tidak menjawab apa-apa, ia berlalu meninggalkan ibunya dengan wajah


cemberut.

(254) Sudin : Haah dah berenti pun.

(255) Mak Azis : Apa yang dah berenti?

(256) Azis : Tok Pekong Siam.

(257) Mak Sudin : Hah!

(258) Sudin : Bu bukan mak. Ei… Belakang rumah ada satu


rumah besar mak. Ada orang yang begini, begini
dia taruh emas. Hmm dia ketuk, yang dia ketuk tung
tung tung tung. Dia sembah, sembah, sembah.
Sekarang dah berenti, mak.

(259) Mak Sudin : Apanya berenti?

(260) Sudin : Tok Saminya.

(261) Mak Sudin : Alamaak! macam-macam saja budak-budak ini.


Bikinnya aku jadi gila. Sudahlah, nanti kerja aku
semua tak habis.

(262) Sudin : Mak, mak. Mak pergi lah bilik mandi dulu, nanti
Sudin bawakkan kain kotor tu.

(263) Mak Sudin : Tadi kau suruh aku. Sekarang kau pulak, macam-
macam saja budak-budak ni lah (pergi
meninggalkan Sudin dan Azis)

157

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Azis dan Sudin memakai bahasa isyarat, Azis menyuruh Sudin menutup mata saat
mengambil pakaian.

(264) Sudin : Gila kau, tutup mata sekali, terlanggar kepalaku


bengkak.

Saat Sudin mengambil pakaian kotor, Normah bersembunyi di balik pintu lalu
mengendap-endap keluar kamar agar tidak ketahuan ketika Sudin sedang
memunguti pakaian kotornya. Ketika Normah berhasil keluar, ia tak sadar ada
Azis di depan pintu. Normah pun terkejut melihat Azis, ia tersipu malu melihat
Azis dan langsung masuk ke kamarnya. Azis pula masuk ke kamar dengan
tersenyum.

(265) Sudin : Nampaknya cik Ramli dah kena lotere (nadanya


seperti bernyanyi).

(266) Azis : Aku jugak bujang tak laku.

(menghampiri Ramli bermaksud menggagunya seperti sedang merayu, Ramli pun


tanpa sadar meraba tangan dan mencium pipi Azis hingga membuat Azis geli dan
refleks membalikkan tempat tidur Ramli hingga terjatuh)

(267) Azis : : Encik Ramli, encik Ramli, bangun sayang. Encik


Ramli. Alaah, seramnya bulu tengkuk aku, Ramli.
Heee, aduh! seramnya. Heeep! apa ni. Ya!

(268) Ramli : Haaah! Hey apa ini? Apa lah engkau ni Zis, kau ni
kacau aku tengah mimpi cium tuan rumah, kau
kasih putus gambarlah.

(269) Azis : Apa? Eh Ramli, engkau mimpi cium tuan rumah


ya? Pipi aku yang karat ni kau cium.

Saat Sudin memukul botol di depan rumah sambil melihat jendela rumah Zaitun.
Zaitun yang sedang berada di kamar bersama ibunya hendak menuju ke arah
jendela namun terhenti karena dipanggil oleh ibunya.

158

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(270) Mak Zaitun : Ton! O...Ton. Nah Ton. Cincin berlian ni, kau
pakai satu, aku pakai satu. Inilah saja peninggalan
pusaka bapak kau.

Karena melihat Zaitun seperti merasa resah dan kebingungan, ibunya menegur
dan menyuruhnya di luar rumah dan menunggu.

(271) Mak Zaitun : Eh! Ton, apalagi kau terhegeh-hegeh di sini lekas
turun tunggu aku di bawah, biar aku tutup jendela.

Mak Zaitun lalu berjalan ke arah jenela memanggil Ayu dengan suara nyaring.

(272) Mak Zaitun : Ayu....! (lalu menutup jendela).

Sudin terkejut sampai menjatuhkan botolnya dan berpura-pura sedang olahraga,


lalu Azis datang bertanya pada Sudin.

(273) Azis : Hah. Kenapa engkau Din? Nak belajar kuntau?

(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.

(275) Azis : Betul Din, yang diketuk si cantik manis, sekali


yang keluar si badak sumbu.

(276) Sudin : Iyalah.

Di kamar tampak Ramli sedang menyisir rambutnya di depan cermin dan mak
Sudin sedang melipat pakaian Sudin.

(277) Sudin : Hai! Ramli, cepat sangat nampak dah mandi?

(278) Ramli : Cuci muka sajalah.

(279) Sudin : Oh! Itu pasal lah bau masam.

(280) Ramli : Chitt!

Sudin lalu menghampiri ibunya yang sedang melipat pakaian.

(281) Mak Sudin : Cik Ramli berpakaian lawa nak ke mana?

(282) Ramli : Nak ke rumah mata air, makcik.

(283) Mak Sudin : Mat Tahir? Mat Tahir tu siapa?

159

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(284) Ramli : Hah! Mat Tahir? Oh! Ya makcik, Mat Tahir
orangnya gemuk, misainya begini, giginya panjang-
panjang ini makcik.

(285) Mak Sudin : Iiih takutnya. Mat Tahir tu apa kerjanya?

(286) Sudin : Gosok gigi harimau mak.

(287) Mak Sudin : Ha! Gosok gigi harimau?

Tiba-tiba Ayu muncul.

(288) Ayu : Abang Sudin. Abang Sudin, kakak tunggu tempat


selalu. Pukul lima petang. Jangan marah, 20 sen.

Ayu berjalan ke arah Sudin sambil menunjukkan dua jari pertanda meminta uang
dua puluh sen kepada Sudin. Sudin pun memberikan dua puluh sen untuk Ayu
yang langsung pergi setelah diberi uang.

(289) Mak Sudin : Oh, ini rupanya. Patutlah tersasul Tok samilah,
Tok Pekong siamlah. Mamak meelah. Rupanya ada
udang di sebalik batu. Siapa nama kakak budak tu?

(290) Sudin : Zaiton mak. Hehe jangan marah mak.

Ramli terlihat memanggil Sudin dengan bahasa isyarat. Mereka lalu keluar kamar.

(291) Ramli : Din, aku tak cukup duitlah. Pinjam duit kau
sepuluh ringgit?

(292) Sudin : Mana aku ada duit, satu sen pun tak ada duit.
Haram, satu sen tak ada?

(293) Ramli : Kau ni lokeklah, Din. Pinjam kat mak kau


kejaplah. Nanti aku dapat gaji aku bayarlah?

(294) Sudin : Iyalah (masuk ke kamar).

(295) Ramli : Ehhh marah pulak, orang mintak.

Normah menghampiri Ramli.

(296) Normah : Hai cik Ramli. Lawa nampaknye, nak ke mana ni?

160

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(297) Ramli : Saya nak ke rumah Mat Tahir.

(298) Normah : Mat Tahir? Mat Tahir kah mata air?

(299) Ramli : Sumpah, Wa Nabi Muhammad cik Normah. Saya


tak ada mata air. Sumpah.

(300) Normah : Mat Tahir tu, Mat Tahir mana?

(301) Ramli : Mat Tahir tak kenal. Aii, Mat Tahir! Tak tahu ?
Mat Tahir anak pak Husin ngok-ngek kaki untut
kepala kemek.

(302) Normah : Hah? Tak pernah dengar pulak, yang mana satu?

(303) Ramli : Ada, yang selalu datang di sini tu.

(304) Normah : Yang mane?

(305) Ramli : Yang kepala otaknya bejambul tu ape?

(306) Normah : Tinggal di mana?

(307) Ramli : Tinggal di rumahlah, takkan tinggal di dalam


longkang.

(308) Normah : Iyalah, rumahnya mana?

(309) Ramli : Oh rumahnya, tepi laut.

Tiba-tiba Sudin keluar dari kamar dan langsung memberikan uang kepada Ramli.

(310) Sudin : Nah! Ramli. Dapat gaji nanti boleh baaa naa naa.

(311) Normah : Ehh, duit apa ni?

(312) Sudin : Ehh, tidak cik Normah. Ramli dia kekurangan duit,
jadi nak pinjam dengan saye, saye tak ada duit saye
pinjam dengan mak.

(313) Normah : Sudah! Kasih balik duit tu sama mak (mengambil


uang). Nah! ambil duit ini. Lain kali kalau tak ada
duit jangan mintak dengan orang. Mintak dengan
saya. Nah! Ambeklah.

161

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(314) Ramli : Hehe. Jangan maraaah (seraya menerima uang
yang diberikan Normah).

Normah pun berlalu meninggalkan mereka berdua.

(315) Sudin : Nampaknya kau dah kena ekor.

(316) Ramli : Sebab itulah malam tadi aku mimpi, gigi kau
berterabur.

(317) Sudin : Chiiiiiit! (seperti tersinggung)

Keduanya lalu bertatapan seperti akan bertengkar namun hanya candaan saja.

Di sebuah tempat makan tampak ramai pengunjung yang tengah menikmati


hidangan sekaligus berbincang-bincang. Ramli dan seorang wanita bernama Prani
berjalan menuju tempat duduk. Mereka duduk berhadapan. Lalu datang seorang
pelayan.

(318) Pelayan : Cik, mau minum apa cik?

(319) Ramli : Eh macam biasa, saudari?

(320) Prani : Saya ape sajalah.

(321) Ramli : Air sejuk je dua.

(322) Pelayan : Lo kim ki ki (air sejuk dua)

(323) Ramli : Saudari ni, namanya siapa?

(324) Prani : Prani.

(325) Ramli : Bapaknya kerja apa?

(326) Prani : Inspektor Polis.

(327) Ramli : Ohh.

Pelayan datang membawa minuman.

(328) Ramli : Silakan.

(329) Prani : Cik abang ni namanya siapa?

(330) Ramli : Ramli.

162

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(331) Prani : Kerjanya?

(332) Ramli : Salesman.

(333) Prani : Oh!

(334) Ramli : Lepas ni, Prani nak ke mana?

(335) Prani : Tidak ke mana-mana.

(336) Ramli : Hmm, sudikah kita pegi berjalan di tepi laut.


Makan angin. Sudikah?

(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.

(338) Ramli : Ahh, itukan senang. Kan Prani boleh pulang


ambek?

(339) Prani : Tapi, uang saya juga ketinggalan.

(340) Ramli : Yakah? Soal uang jangan khuatir. Nah! Ambek


sepuluh ringgit buat tambang.

(341) Prani : Terima kasih cik Ramli, jangan pergi mana-mana


ya. Nanti saya datang tau.

(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.

Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.

Sudah 3 jam setengah semenjak Prani pamit mengambil kartu identitasnya ia juga
belum kembali. Karena lama menunggu, Ramli merasa gerah dan sadar bahwa ia
sudah ditipu.

(343) Ramli : Alamak. Aku dah kena tipu rupanya.

Di sebuah taman, Ramli sedang bernyanyi sambil berjalan menikmati keindahan


taman. Tiba-tiba terdengar suara wanita yang menyambung lagunya, nyanyian

163

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mereka berdua terdengar bersahut-sahutan. Ramli mencari-cari arah suara itu, tak
lama kemudian ia menunjuk ke arah wanita yang sedang bernyanyi, wanita itu
yang tidak lain ialah Normah. Mereka pun saling berpandangan lalu Ramli
menghampiri Normah dan duduk di sebelahnya.

(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?

(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.

(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.

(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?

(348) Ramli : Boleh jugak, cuba terangkan.

(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?

(350) Ramli : Ehh, adakah pemuda itu tahu?

(351) Normah : Tidak, dia tidak tahu.

(352) Ramli : Hahh. Itu sangat berbahaya cik Normah. Jikalau


cik Normah tak kasih tau sama pemuda itu, cik
Normah nanti mati dapat tibi.

(353) Normah : Tapi, saya malulah cik Ramli.

(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.

164

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(355) Normah : Baiklah, saya pakai nasihat cik Ramli. Kalau saya
dapat kahwin dengan pemuda itu, saya rasa
sungguh bahagia.

(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.

(357) Normah : Sebab?

(358) Ramli : Sebab kami terpaksa pindah mencari rumah lain.

(359) Normah : Tidak, kalau saya kahwin dengan pemuda itulah.


Cik Ramli boleh tinggal di rumah saya dengan tak
payah bayar sewa pun.

(360) Ramli : Iyeke? Kalau begitu lekas-lekaslah kahwin cik


Normah.

Ramli dan Normah pun tertawa bersama.

Sudin tampak sedang menunggu seseorang, ia duduk di bawah perahu yang


seperti sedang dijemur. Ia melihat ke arah Zaitun yang juga berlari ke arahnya
sambil melambaikan tangan. Mereka pun duduk berhadapan.

(361) Sudin : Sudahkah kau pujuk mak kau Ton?

(362) Zaitun : Mak aku masih berdegillah bang Sudin.

(363) Sudin : Jadi apa yang kita nak buat sekarang?

(364) Zaitun : Bang Sudin, kita lari mau?

(365) Sudin : Tak boleh lah Ton. Nanti nama keluarga kita
malu.

Tiba-tiba mak Sudin datang dan menegur mereka berdua.

(366) Mak Sudin : Ohhh! Oohh, di sini rupanya tempat berjumpa.


Jangan takut, mak cuma mahu tengok bakal
menantu mak saja.

(367) Mak Sudin : Amboi! Manisnya, pandai betul kau memilih


bunga Din.

165

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(368) Sudin : Ton, kenal-kenal lah, yang inilah mak aku.

(369) Zaitun : Apa khabar makcik?

(370) Mak Sudin : Khabar baik. Amboi! manis betul bakal menantu
mak. Ahh, cakaplah cakap ye. Aah, biar mak balik
dulu ya (melangkah pergi tak terlalu jauh lalu
berkata).

(371) Mak Sudin : Sudin, mak kasi can tau.

(372) Zaitun : Pendirian mak engkau memang berlainan dengan


pendirian mak aku. Aku suka pada mak kau bang
Sudin.

Tiba-tiba Ayu datang dan berdehem sambil menunjukkan dua jarinya pertanda
meminta uang 20 sen agar pertemuan mereka tidak diberitahukan kepada Mak
Zaitun.

(373) Zaitun : Takde duit, pegi balik.

(374) Ayu : Takde duit rahsia bukak, aaa!

(375) Zaitun : Pergi bilang mak. Tak takut.

(376) Ayu : Emaaaak.

Mak Zaitun sedang menyalakan lampu minyak dan menoleh ke luar menuju depan
pintu rumah mencari-cari anaknya.

(377) Mak Zaitun : Mana, budak-budak ini sudah malam buta belum
balik-balik lagi. Eton..Ton…Ayu, Ayuuuu.

Ayu berjalan masuk ke rumah.

(378) Mak Zaitun : Ehh, Ayu kau ini ke mana saja merayap, sampai
segini malam kau baru balik. Eh Ayu, kakak kau
mana? Tengoklah budak, ini asal aku tanya saja tak
mahu menyahut. Mana kakak kau?

(379) Ayu : 20 sen.

166

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(380) Mak Zaitun : Kau ini Ayu sampai aku tak boleh tanya langsung.
Tanya saja 20 sen, Tanya saja 20 sen. Sudah aku
takde duit.

(381) Ayu : Takde duit mulut tutup.

(382) Mak Zaitun : Ada anak pun cekik darah. Yang satu, kalau di
tanya asyik nak mintak upah.Yang satu lagi sampai
begini malam buta belum balik-balik lagi. Apalah
nasib aku ni.

Zaitun muncul di tangga depan pintu tempat Ayu duduk.

(383) Zaitun : Kenapa mak, mak cari Eton ye?

(384) Mak Zaitun : Kenapa mak, mak cari Eton? Kau ni kemana saja,
sampai malam buta baru balik?

(385) Zaitun : Alaah mak ni bising sajalah. Sampai tak boleh


jalan langsung. Orang pergi rumah kak Salmah pun
dah terpekik-pekik.

(386) Mak Zaitun : Kau ni ada-ada saja, kak Salmahlah, kak


Normahlah, kak Saimahlah, kak Putehlah, kak Siti
Tanjung Peraklah. Eh, nama aku.

(387) Ayu : Hi..hi..hii..

(388) Mak Zaitun : Apa yang kau terhegeh-hegeh tuh Yu.

(389) Mak Zaitun : Ton, Ton.

(390) Zaitun : Ya mak.

(391) Mak Zaitun : Tadi mak pegi rumah makcik Ratna kau. Budak
Leman tu dah besar cantik pun dia sekarang.
Mereka bercadang nak meminang kau. Aku suka,
kau setuju tak?

(392) Zaitun : Aton tak sukalah mak.

167

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(393) Mak Zaitun : Aiii...! Tengoklah, anak-anak di zaman sekarang,
kalau kita pilih semua tak suka. Ini mesti ada
perhubungan yang sulit. Eh! Ayu kau mesti tau
dengan siapa kakak kau selalu berjumpa?

Ayu menunjukkan dua jarinya lalu ibunya memberikan uang.

(394) Mak Zaitun : Nah! Dengan siapa kakak kau selalu jalan?

(395) Ayu : Dengan abang Sudin rumah sebelah, mami.

(396) Mak Zaitun : Oh! Baru aku tau sekarang dengan si bujang
lapok itu rupanya ye? Nanti aku cabut kepala kau
macam sotong (berjalan ke arah rumah Normah).

Zaitun menghampiri Ayu yang masih duduk di depan pintu.

(397) Ayu : Jangan marah.

(398) Zaitun : Kenapa Ayu bilang sama mak.

(399) Ayu : Kakak tak bekali 20 sen. Tentulah rahsia bukak.

Di halaman rumah Normah, mak Zaitun terus melontarkan amarahnya dan berkata
kasar kepada Sudin. Beberapa orang terlihat menghalau dan menenangkan mak
Zaitun namun tak berpengaruh. Ia terus marah-marah di depan rumah Normah.

(400) Mak Zaitun : Ini rupanya kerja ni korang ya! Di sini tempat dia
orang main mata ya. Eh! Sudin, Sudin! Turun kau
sini Sudin. Bujang lapok tak sadar diri. Entah obat
guna apa yang dia sudah kasi pada anak saya,
sampai anak saya berani menolak pinangan
orang.Turun kau sini!

(401) Tetangga : Sudah, sudah, sudah. Sudahlah. Sabar, sabar.

(402) Mak Zaitun : Turun kau sini bujang lapok. Turun bujang lapok
!!

Mak Sudin pun muncul dari dalam rumah sewa milik Normah dan melanggati
mak Zaitun. Tampak beberapa orang tetangga tengah menghalau keduanya agar
tidak beradu fisik.

168

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(403) Mak Sudin : Jangan cuba hendak memanggil anak saya bujang
lapuk tau. Kalau tak anak awak yang terhegeh-
hegeh, tidak nanti anak saya melese. Sekarang,
anak awak pun salah, anak saya pun salah.

(404) Mak Zaitun : Apa pulak anak aku yang salah. Anak kau yang
jadi hantu. Anak kau yang turunan jin aprit, jin
aprit...jin aprit. Haaah.....kau...!

(405) Mak Sudin : Eh! mak Eton jangan tuduh sembarangan ya !


Saya punya anak bukan keturunan jin iprit tau.
Saya punya anak keturunan Nabi Adam, mengerti.

(406) Mak Zaitun : Aku jugak turunan Nabi Adam, laki aku jugak
turunan Nabi Adam. Anak aku jugak. Kau apa?
Hah?

(407) Mak Sudin : Aku cucu Adam, kau mengerti. Kalau pun sama
cucu Adam mengapa kita gadoh? Hah?

(408) Sudin : Mak, sudahlah mak. Sudah.

(409) Mak Sudin : Mak tak mahu sudah. Mak tak mahu sudah. Mak
sudah naik berani. Lepaskan, lepas.

(410) Mak Zaitun : Wah! Kalau kau berani aku pun tak takut. Eh!
Mak Sudin, kalau kau tak jaga anak kau, palang
pintu naik kepala nanti tau. Hahh.

(411) Mak Sudin : Eh! Mak Zaiton. Kalau awak tak suka anak awak
dimiliki orang, ikat kakinya kuat-kuat dengan rantai
kapal.

(412) Ramli : Sudah, sudah. Kita kan sekampung, bukannya


begini. Makcik tak seharusnya bergaduh begini.
Makcik bukan orang biasa. Makcik ni orang ada-
ada.

169

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(413) Mak Zaitun : Betul kata kau Ramli. Eh! Mak Sudin. Aku ni
orang ada-ada tau. Aku ada dua cincin berlian tau,
hmmm (berpaling ke arah rumahnya).

(414) Mak Sudin : Mak Zaiton aku pun adalah.

(415) Mak Zaitun : Eehh! Ada apa kau?

(416) Mak Sudin : Cincin tembaga (masuk ke dalam rumah).

(417) Sudin : Eh, Ramli nampak-nampaknya aku tak boleh


kahwin ni.

(418) Ramli : He he he. Ehh? Mana Azis?

Di pinggir sungai, tampak Azis sedang menghisap rokok. Ia tak sengaja melihat
Safiah berlari ke arah sungai dan menenggelamkan dirinya ke dalam sungai. Azis
terkejut dan langsung lari menolong Safiah yang tidak tidak ingin ditolong namun
Azis tetap berusaha menolong Safiah membawanya ke tepi sungai.

(419) Safiah : Lepaskan, Lepaskan aku. Lepaskan aku, lepaskan


(menangis).

(420) Azis : Safiah.

(421) Safiah : Abang Azis (masih menangis).

(422) Azis : Kenapa Safiah? Kenapa kau cuba nak membunuh


diri Safiah? Terangkanlah pada bang Azis.

(423) Safiah : Bapak paksa Safiah kahwin, kerana dia telah


kalah judi.

(424) Azis : Apa? Kalah judi. Mari Safiah. Mari tinggal di


rumah bang Azis. Badan bang Azis pun sudah
gemuk.Tulang pun sudah keras. Mari Safiah,
jangan takut.

Azis pun membawa Sofiah ke rumahnya. Di depan pintu kamar Normah, Azis
berhenti dan menyuruh Sofiah untuk masuk ke kamar Normah.

170

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(425) Azis : Safiah, Safiah masuk dalam dulu ya. Abang Azis
pergi panggil cik Normah ya.

Safiah hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar Normah. Sementara Azis
menghampiri Normah yang sedang berbincang dengan mak Sudin, Sudin, dan
Ramli. Azis agak terkejut melihat mereka berkumpul dan berbincang.

(426) Ramli : Kalau beginilah seterusnya, sudah tentu Sudin tak


boleh menikah dengan Zaiton.

(427) Mak Sudin : Jadi, apa kita nak buat?

(428) Ramli : Hanya ada satu jalan sahaja yang boleh


menyelamatkan perkahwinan Sudin dan Zaiton.

(429) Sudin : Bagaimana? Bagaimana Ramli?

(430) Ramli : Begini. Besok, cik Normah mesti bawak Sudin dan
emak Sudin berjumpa dengan Mak Zaiton. Orang-
orang di kampung sini semuanya segan pada cik
Normah. Jadi, cik Normahlah jelah yang dapat
menyelesaikan perkara ini. Bagaimana?

(431) Mak Sudin : Makcik setuju Ramli. Makcik setuju, sekiranya


perkara ini selesai besok. Kita terus pergi
meminang. Bagaimana?

(432) Normah : Itu yang semolek-moleknya makcik.

(433) Ramli : Tapi ingat! Biar kita belembut, asalkan kita


menang dapat Zaiton.

(434) Azis : Cik Normah! Cik Normah!

Normah lalu menghampiri Azis. Azis berbisik kepada Normah tentang masalah
Sofiah, Normah pun terkejut mendengarnya lalu bergegas ke kamarnya. Azis
melambai tangan mengajak Ramli, Sudin, dan mak Sudin untukikut dengannya
pula.

Konteks tuturan : tuturan terjadi di dalam rumah seawa milik Normah. Di kamar
Normah bertanya pada Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.

171

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(435) Normah : Kenapa Safiah?

(436) Safiah : Bapak telah kalah main judi! Untuk membayar


kekalahannya, Bapak menyuruh orang itu
memperkosa kehormatan Safiah.

(437) Normah : Bapa kau tu memang binatanglah Safiah! Eh,


Safiah itu bukan bapak kau betul tau. Itu bapak
angkat engkau.

(438) Safiah : Ya, Safiah tahu kak Normah.

(439) Normah : Sudahlah Safiah, jangan menangis. Daripada ini


hari kau boleh tinggal di sini. Tinggal bersama-
sama kak Normah ya!

Tiba-tiba terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah
ayah angkat Safiah Babjan.

(440) Babjan : Azis! Azis!

(441) Safiah : Bapak! Kak Normah. Tolong Safiah, tolong Safiah


(memeluk Normah).

(442) Babjan : Azis! Azis! (menggedor rumah salah satu


penghuni). Mana Azis?

Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.

(443) Babjan : Azis mana?

(444) Penghuni : Tak tau.

(445) Babjan : Jangan ketawa! Aku tanya Azis!

(446) Azis : Saya Pakcik. Ada apa pakcik? (menghampiri


Babjan)

(447) Babjan : Ada apa? Kau curi anak aku ya?

172

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tanpa pikir panjang, Babjan melayangkan kepalan tangannya di wajah Azis. Azis
pun tumbang dalam sekali pukulan karena badanya yang tak seimbang jika
dibandingkan dengan Babjan. Babjan terus melayangkan pukulannya ke muka
Azis. Melihat Azis yang tidak berdaya, Sudin pun mencoba menenangkan Babjan
agar tidak memukul Azis lagi.

(448) Sudin : Allah, sudah pakcik, sudah.

Namun sia-sia saja karena Sudin juga mendapat pukulan dari Babjan dan Sudin
pun jatuh tersungkur.

(449) Babjan : Siapa-siapa masuk campur, aku pecahkan kepala


dia!

Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.

(450) Ramli : Sudahlah pakcik, tak baik kita begaduh begini


pakcik.

(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!

(452) Ramli : Saya tak melawan dengan pakcik. Pakcik orang


tua.

(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!

Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.

(454) Ramli : Pak cik bukannya manusia, tapi pakcik adalah


syaitan bertopengkan manusia. Pakcik sanggup
mempertaruhkan anak untuk bermain judi ya! Tau
tak perbuatan pakcik itu membiakkan persundalan
di sisi masyarakat! Pakcik sanggup memukul Azis!
Pakcik sanggup memukul Azis. Jikalau tidak ada
Azis, anak pakcik akan mati dalam sungai, dan
pakcik akan dituduh menjadi pembunuh tau!

173

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(455) Babjan : Saya minta maaf, saya minta maaf.

(456) Ramli : Baiklah. Selagi pakcik tidak mau bersumpah.


Pakcik tidak akan minum arak lagi, tidak main judi
lagi. Saya tidak akan serahkan Safiah ke tangan
pakcik.

Normah sedang memijat tangan Ramli. Ramli memperlihatkan mimik wajah


kesakitan karena tadi beradu pukul dengan Babjan.

(457) Normah : Saya cukup bangga dengan cara cik Ramli


menasihati bapak angkatnya Safiah. Dan saya rasa,
dia tentu insaf.

(458) Ramli : Ya. Soal Safiah dengan Azis saya telah selesaikan.
Hanya tinggal cik Normah saja, untuk
menyelesaikan soal Sudin dan Zaiton.

Safiah tampak sedang bernyanyi riang, lalu Azis pula datang bernyanyi bersama.
Kebahagiaan tampak di raut wajah mereka berdua.

(459) Azis : Suaramu sungguh menawan hatiku Safiah.

(460) Safiah : Suaramu jugak.

(461) Azis : Suaraku, alamak (gembira).

(462) Azis : Ehh? Eh, Safiah, encik Normah mana?

Di rumah Zaitun tengah berunding ibunya, Normah, dan mak Sudin perihal Sudin
dan Zaitun. Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana.

(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah
hendaknya kita sama-sama sekampung. Kankah
begitu mak Zaiton.

(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?

(465) Mak Sudin : Nak bebesan.

174

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(466) Mak Zaitun : Betullah kata awak tu. Minumlah, minum cik. Eh,
Zaiton kenapa kau tak pelawa abang Sudin kau tu?
Nah! agar-agar nah.

(467) Normah : Sekarang, Sudin dan Zaiton pegilah main-main


dibawah, karna kita nak cakap rahsia.

Sudin dan Zaitun pun segera turun ke bawah rumah.

(468) Normah : Sekarang, kita balik pulak tentang soal meminang.


Bagaimana mak Zaiton, setuju tak?

(469) Mak Zaitun : Saya setuju Zaiton dikahwinkan dengan Samsudin.

(470) Mak Sudin : Berapa pula hantarannya?

(471) Mak Zaitun : Hantarannya? Hantarannya, hantarannya?

(472) Mak Sudin : Tak usahlah malu-malu, katakanlah berapa.

(473) Mak Zaitun : Hantarannya, seribu serba satu.

(474) Mak Sudin : Saya setuju (memukul lantai).

Semua terkejut karena bunyi pukulan ke lantai mak Sudin.

Di kamar, Sudin, Ramli, Azis, dan Mak Sudin sedang berbincang.

(475) Sudin : Mengapa mak sanggup seribu serba satu. Dari


mana kita nak korek duit?

(476) Mak Sudin : Apa yang kau susahkan Din. Berapa banyak adik
beradik kita orang kaya, mak boleh meminjam. Soal
uang kau jangan kuatir. Mak yang
bertanggungjawab. Mak tau kau, kawin dengan
Zaiton. Itu saja.

(477) Sudin : Betulkah mak.

(478) Mak Sudin : Iya.

(479) Sudin : Sudin tahu yang mak selalu sayang pada Sudin.

175

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(480) Ramli : Tapi, walau bagaimanapun, kau mesti kerja kuat
Din. Mengumpulkan uang dari sekarang.

(481) Azis : Aku tak setujulah kahwin secara besar-besaran ni.

(482) Sudin : Mengapa pulak?

(483) Mak Sudin : Begini cik Azis. Kalau kita kahwin, harus kita buat
besar- besaran. Kerna, hari itulah kita menjadi raja
sehari.

(484) Sudin : Iya memang betul kata makku Zis.

(485) Azis : Betul tu, betul. Buat sayalah, makcik. Kahwin


secara besar-besaran ni, semata-mata membazir.

(486) Ramli : Akibatnya?

(487) Azis : Oii... kicik. Bunga takde, pokok takde, saya


saman....court dalam.

(488) Sudin : Engkau ni merapeklah Zis. Tak delah pernah aku


dengar orang kawin hutang dengan pak Bai.

Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut dari kamar sebelah mereka. Lalu Azis
mengintip dari lubang dinding. Ia melihat mak Munah sedang rebut dengan
suaminya pak Nyong.

(489) Mak Munah : Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku,hah.


Kau tak guna jadi jantan. Jantan tak malu...hah!
hah! kau...kau.

(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?

(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok
orang sebelah tu. Nah! gelangnya. Aku semayam
emaspun, tak pernah kau belikan.

(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya

176

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


salah. Waktu aku kahwin dulu dengan kau, mak
bapak kau minta sampai lima ribu. Aku tidak ada
uang. Aku pinjam Benggali. Sekarang dah-dah
sampai ada tiga anak. Hutang Benggali pun belum
habis-habis lagi dibayar. Kau tahu bunga makin
naik. Mak bapak kau yang salah!

(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?

(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.

Sudin masuk ke dalam kantor dengan berhati-hati dan terlihat agak khawatir
karena ia datang terlambat. Dia pun terkejut melihat Manajer yang tiba-tiba
muncul.

(495) Manager : Jam berapa?

(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.

(497) Manager : Bukan berapa banyak jam yang aku maksudkan.


Pukul berapa kau datang bekerja?

(498) Sudin : Ohh, pukul berapa ya?

Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.

(499) Manager : Haa? Ehh, mana jarumnya?

(500) Sudin : Heheh, telupa pasang cik.

(501) Manager : Huh, potong gaji kau dua ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).

(502) Manager : Ehh, Sudin mari sini. Nah, ambil dua ringgit.

177

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(503) Sudin : Tadi tuan manajer bilang sudah potong dua
ringgit.

(504) Manager : Potong tetap potong!

(505) Sudin : Yang ni?

(506) Manager : Pasang jarum jam.

Manager lalu kembali ke ruangannya sementara Sudin keheranan sambil


menggaruk kepala berjalan menuju meja kerjanya yang berada di samping meja
kerja Kemat.

(507) Kemat : Din kenapa kau datang lambat hari ni?

(508) Sudin : Saya hantar mak ke stesenlah cik Kemat.

(509) Kemat : Yakah?

(510) Sudin : Haha, ah cik Kemat.

(511) Kemat : (menoleh) haa.

(512) Sudin : Kalau, macam ada kerja-kerja malamkah. Tolong


panggil saya.

(513) Kemat : Kau nak kahwin ya Din?

(514) Sudin : Iyalah. Hehehe.

(515) Kemat : Ahh, baiklah, aku akan datang tolong kau.

Terdengar bunyi dering telepon, Sudin langsung mengangkatnya yang ternyata itu
telepon dari Ramli.

(516) Sudin : Mosye-mosye. Eh, ehem mosye-mosye pulak. Eh


hallo. Eeh ya, oh Ramli. Ah ya aku dah hantar mak
aku ke stesen kereta api tadi. He eleeh kau ni asyik
ingat mata air saja. Nanti aku kasi tahu dengan
tuan rumah, baru kau tahu.

(517) Ramli : Ehh Sudin kalaulah tuan rumah tu gila dekat aku,
aku tak merayap macam inilah cari mata air lain.
Hmmm. Tuan rumah tu ada mata air tau? Haah, dia

178

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kata apa tau? Kalaulah dia kahwin dengan pemuda
itu, kita semua boleh tinggal di rumah dia ni dengan
tak payah bayar sewa. He he he. Aku suruh dia
kahwin lekas-lekaslah. Ha...ha... ya...bye-bye.

Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.

(518) Junainah : Sama sapa abang telefon tadi?

(519) Ramli : Sama kawan di office.

Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.

(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa doktor.

Tampak seorang lelaki muncul dan melihat sekeliling, kemudian Junainah


memandang lelaki tersebut dan menyapanya.

(521) Junainah : Eeh, bang Rapi (menghampiri Rapi).

(522) Rapi : Hai! Junainah, mana kau pe.

Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.

(523) Junainah : Jangan marah.

Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.

(524) Rapi : Tauke, beefsteak satulah.

(525) Ramli : Kena tipu lagi.

Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat

179

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tinggal Prani. Prani memberikan kue yang diambil tadi untuk adiknya, lalu
memberikan uang kepada ibunya. Ramli terus mengamati Prani dari kejauhan.

Prani memberikan kue yg diambil tadi untuk adiknya, lalu memberikan uang
kepada ibunya. Ramli terus mengamati Prani dari kejauhan.

(526) Adik Prani : Yeee, kakak balik.

Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.

(527) Prani : Nah, mak.

(528) Mak Prani : Mak tak mahu.

(529) Prani : Kenapa mak?

(530) Mak Prani : Sudahlah Prani, kau janganlah menipu lagi!

(531) Prani : Mak, dalam dunia ni kalau kita baik hati, kita
jujur, tak mahu cakap banyak, kita akan dipijak
mak. Tetapi kalau kita bohong, menipu,
meninggikan diri, orang pandang mulia pada kita
mak. Sekarang mak pilih, satu antara dua. Mak
suka Prani beginikah atau suka Prani menjualkan
kehormatan Pranikah?

(532) Mak Prani : Dua-dua mak tak suka.

(533) Ramli : Inilah sandiwara dunia (berlalu meninggalkan


tempat itu).

Azis pulang dengan mengendarai truk, ia lalu turun dari truk dengan membaawa
bungkusan. Setibanya di dalam rumah, Safiah keluar dari kamar Normah
kemudian Azis memanggilnya dan memberikan bungkusan tersebut.

(534) Azis : Safiah.

(535) Safiah : Abang Azis.

Azis memberikan bungkusan itu, Safiah lalu menerimanya dan langsung


membukanya. Ia tampak menyukai pemberian Azis. Azis mengambil uang dari

180

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


saku baju lalu memberikannya pada Safiah. Safiah tampak tidak suka dengan
uang pemberian Azis dan ragu mengabil uang tersebut. Tiba-tiba Safiah berlari
masuk ke kamar lalu menangis di atas tempat tidur. Normah terkejut mendengar
Safiah yang tiba-tiba menagis lalu menghampirinya.

(536) Safiah : Aku tak mahu, aku tak mahu! (sambil menangis).

(537) Normah : Kenapa Safiah? Kenapa kau menangis?

(538) Safiah : Disebabkan uanglah, saya hampir-hampir jadi


korban, kak Normah.

(539) Normah : Kak Normah tak mengerti. Cuba kau terangkan


bagaimana?

(540) Safiah : Di satu malam yang sunyi, sewaktu saya sedang


mencuci pinggan mangkuk.

Safiah lalu menceritakan kejadian yang menimpanya hingga membuat ia ingin


bunuh diri dan menangis melihat Azis yang memberinya uang.

(541) Babjan : Safiah, bapak keluar sekejap ya!

(542) Safiah : Baik pak.

Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.

(543) Babjan : Kau boleh masuk sekarang.

Sharif berjalan masuk ke rumah Babjan.

(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!

(545) Sharif : Ya, mulai hari ini kau tak ada hutang lagi padaku.

Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.

(546) Sharif : Abang datang cantik manis.

(547) Safiah : Siapa kau? Bapak aku tak ada di rumah!

181

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(548) Sharif : Jangan takut, abang tidak berbuat apa-apa. Bapa
kau hanya suruh menyampaikan wang ini kepada
kau. Nah.

Sharif mengulurkan beberapa lembar uang lalu Safiah hendak mengambilnya.


Saat itulah Sharif merengkuh tubuh Safiah.

(549) Safiah : Lepaskan, lepaskan, lepaskan aku. Lepaskan aku.

Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.

(550) Sharif : Kau cakar aku ya cantik manis.

Namun Sharif terus mencoba merengkuh tubuh Safiah.

(551) Safiah : Lepaskan, lepaskan aku.

Safiah pun kembali meronta dan berteriak, ia lalu memukul kepala Sharif dengan
belantan besi yang kebetulan ada di lantai. Kepala Sharif terluka dan berdarah.
Safiah tampak panik, tanpa berpikir panjang ia pun bergegas melarikan diri.

(552) Safiah : Sesudah itu, saya terus lari membuangkan diri ke


dalam sungai. Kemudian, abang Azis
menyelamatkan saya. Sekarang, abang Azis nak
buat begitu pulak pada saya.

(553) Normah : Sudahlah Safiah, jangan menangis. Kau tak boleh


samakan orang tu dengan abang Azis kau.
Sudahlah.

Normah bangun dan menghampiri Azis yang berada di depan pintu kamar.

(554) Normah : Cik Azis. Dah dengar bukan? Sekarang, pegilah


pujuk.

Normah meninggalkan Azis. Azis pun masuk ke kamar dan menghampiri Safiah.

(555) Azis : Safiah, abang Azis mintak maaf ya. Abang Azis
mintak maaf.

182

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(556) Safiah : Abang Azis mesti bersumpah, yang abang Azis tak
akan lukakan hati Safiah lagi?

(557) Azis : Sumpah wa Nabi Muhammad. Quran 30 juz,


abang Azis takan melukakan hati Safiah lagi.
Percaya tak?

(558) Safiah : Percaya.

(559) Azis : Jangan marah.

Tiba-tiba terdengar suara Babjan memanggil Safiah dengan nada rendah.

(560) Babjan : Safiah! Safiah!

Safiah langsung bangun dan keluar kamar untuk melihat bapaknya yang berada di
depan pintu. Penampilan Babjan sudah berubah, ia tampak mengenakan peci.
Safiah tampak terkejut melihat perubahan Babjan yang memandangnya dengan
perasaan bersalah.

(561) Safiah : Bapak. Bapak! Bapak! (berlari memeluk Babjan


dan menangis).

(562) Babjan : Nak, bapak sudah insaf nak. Bapak tak main judi
lagi. Bapak tak minum arak lagi. Maafkanlah
kepada bapak.

(563) Safiah : Safiah sedia memaafkan bapak. Safiah bersyukur


kepada Tuhan yang bapak telah insaf.

Normah menghampiri Babjan dan Safiah.

(564) Normah : Sekarang, jikalau pakcik Babjan hendak


membawak balik Safiah pun, saya izinkan.

(565) Babjan : Saya rasa, lebih baik Safiah tinggal di sini


bersama-sama cik Normah. Sebab di sini ia akan
mendapat didikan yang lebih sempurna.

Kemudian Azis keluar dari kamar.

(566) Babjan : Azis. Pakcik minta maaf ya?

183

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(567) Azis : Saya juga begitu pakcik.

(568) Babjan : Tinggal ya nak.

(569) Safiah : Baik pak.

Saat Babjan hendak pergi, Sudin masuk rumah agak terkejut melihat kehadiran
Babjan. Babjan yang melihat Sudin lalu mengulurkan tangan dan meminta maaf
pada Sudin.

(570) Babjan : Sudin. Pakcik minta maaf atas perbuatan pakcik.

(571) Sudin : Baiklah pakcik, saya pun begitu jugak.

Babjan berlalu meninggalkan mereka.

(572) Sudin : Sudahlah Safiah, janganlah menangis.

Lalu Sudin berjalan masuk ke kamar dan terkejut melihat ibunya yang sedang
menangis.

(573) Sudin : Bila mak sampai? Kenepa mak menangis?

(574) Mak Sudin : Adik beradik kita tak mahu kasi pinjam uanglah
Din.

(575) Sudin : Haaaah. Alamak.

Sudin, Mak Sudin, Normah, Azis, dan Safiah tampak duduk termenung di lantai
kamar. Wajah mereka terlihat murung. Sementara itu, Ramli berjalan masuk ke
rumah dan bertegur sapa dengan pak Nyong.

(576) Pak Nyong : Encik Ramli!

(577) Ramli : Ya (melambai tangan).

Ramli kemudian masuk ke kamar dan mendapati orang-orang yang sedang duduk
dengan wajah murung tersebut.

(578) Ramli : Eh, mengapa macam Tok Pengkong Siam


semuanya ni.

184

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(579) Sudin : Mak aku tak dapat pinjam duit lah Ramli.
Bagaimana nak hantar belanja ni sekarang, tinggal
dua hari saja.

(580) Ramli : Ehh Sudin, kau boleh panggil Zaiton tak?

(581) Sudin : Boleh, boleh, boleh.

Sudin beranjak dari tempat ia duduk lalu mengambil botol yang berada di bawah
meja tepat di samping Ramli berdiri.

(582) Sudin : Aku panggil Zaiton haa.

(583) Ramli : Iyalah.

Sudin bergegas pergi memanggil Zaitun dan Ramli memandang ke arah mak
Sudin, Normah, Azis, dan Safiah.

(584) Ramli : Haa, dengar sini, semua orang mari ikut saya.
Tapi makcik, tinggal di rumah ya.

Ramli, Normah, Sudin, Azis, Safiah, dan Zaitun bertemu di gubuk tempat Sudin
dan Zaitun biasa berjumpa.

(585) Sudin : Ton, Ton.

(586) Zaitun : Ada apa bang Sudin?

(587) Sudin : Ton... Ton, ba...ba...ba... Allah, eh Allah. Ramli


kau tolong cakapkanlah. Aku dah lupa apa aku nak
cakap ni.

Ramli mengambil alih pembicaraan Sudin dan Zaitun. Setiap pertanyaan yang
terucap dari mulut Ramli, Zaitun menanggapinya dengan anggukan.

(588) Ramli : Zaiton sayang dekat abang Sudin tak?

(589) Zaitun : (mengangguk).

(590) Ramli : Zaiton nak kahwin dengan abang Sudin tak?

(591) Zaitun : (mengangguk).

(592) Ramli : Zaiton suka abang Sudin bunuh diri tak?

185

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(593) Zaitun : (mengangguk lalu terkejut dan menggelengkan
kepala).

(594) Ramli : Haaaa, kalau begitu. Zaiton balik sekarang,


Zaiton pegi ambil cincin berlian mak Iton bawak
kemari.

(595) Zaitun : Haaa, nak buat apa?

(596) Ramli : Kita gantikan dengan yang palsu. Cincin berlian


yang betul kita gadaikan, uangnya kita boleh buat
hantar belanja Zaiton kawin dengan Sudin.

(597) Zaitun : Ahhh, Eton setuju. Eton pergi ambil ye!

Beranjak kembali ke rumah.

(598) Zaitun : Jangan lupa tebus balik tau?

(599) Sudin : Ohh, mesti. Mesti Ton.

Zaitun masuk ke kamar dengan hati-hati menghampiri ibunya yang sedang tidur di
samping Ayu. Kemudian Zaitun berjalan menuju lemari mengambil kotak
perhiasan namun tidak ada cincin berlian di kotak itu, Zaitun melihat cincin itu
dipakai oleh ibunya. Zaitun menjadi serba salah untuk mengambilnya karena takut
akan membangunkan ibunya. Ia meletakkan kembali kotak perhiasan itu dalam
lemari lalu berlari keluar menuju gubuk tadi.

(600) Ramli, Sudin, Azis,Normah, dan Safiah : Mana cincin?

(601) Zaitun : Cincin, mak pakai tidur.

Ramli, Sudin, Azis, Normah, dan Safiah menepuk dahi masing-masing.

(602) Sudin : Matilah kita Ramli. Ramli bagaimana kita


sekarang ni Ramli?

(603) Ramli : Eton, Eton tepaksa kena ambil jugak-jugak. Kalau


tidak. Heyah..nyaah...nyaaaa.

Ramli menggunakan bahasa isyarat agar Zaitun tetap berusaha mengambil cincin
itu dari jari tangan ibunya.

186

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(604) Zaitun : Baiklah.

Zaitun kembali ke rumah, ia masuk kamar dan menghampiri ibunya yang tidur
dan berusaha mengambil cincin berlian di jari ibunya. Zaitun tampak kesulitan
mengambil cinicin itu karena ibunya mengggaruk-garuk jari tangan yang
terpasang cincin. Saat berusaha mengambil cincin, tiba-tiba Ayu berteriak
mengejutkan Zaitun dan ibunya hingga membuat ibunya terbangun.

(605) Mak Zaitun : Eeehh, Aton. Astagfirullah Halaalazim.


Terperanjat aku, Ton. Kuss, semangat.

(606) Zaitun : Mak tu tidur pun pakai cincin berlian. Kalau


pencuri masuk, potong tangan mak, baru mak tahu.
Siapa yang susah? Kita jugak yang susah kan?

(607) Mak Zaitun : Ia tak ia jugak kata kau, Ton. Nah, ambil simpan.

Zaitun mengambil cincin yang diberikan oleh ibunya, lalu berjalan menuju lemari
menaruh cincin satunya ke dalam kotak perhiasan sementara ia membawa cincin
berlian yg lain. Saat hendak melangkahkan kaki ke luar kamar, Zaitun terkejut
melihat adiknya yang menunjukkan dua jari pertanda meminta uang 20 sen
sebagai uang tutup mulut. Zaitun langsung melemparkan uang 20 sen untuk Ayu.

Zaitun berlari sekuat tenaga menuju gubuk tempat Ramli, Sudin, Azis, Normah,
dan Safiah berkumpul tadi.

(608) Zaitun : Nah, abang Sudin. Ini dia.

(609) Ramli : Haaaaaa. Bagus Ton, bagus. Besok kita cari yang
palsu.

Keesokan harinya, mereka berada di sebuah toko cincin, tampak penjual


memberikan sekotak cincin imitasi. Mereka bersama-sama mencari cincin yang
mirip dengan cincin berlian milik mak Zaitun.

(610) Zaitun : Haa, ini dia.

(611) Ramli : Haaa, salah salah.

(612) Zaitun : Haaaa, ini dia!

187

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(613) Ramli : Haa, dia sama. Zaiton pakai yang palsu ya.
Berapa harganya?

(614) Peniaga : 1 ringgit 20 sen.

(615) Ramli : 1 ringgit 20 sen. Hah ambil berkat, seorang dua


puluh sen.

Mereka lalu mengambil uang dan mengumpulkannya di atas meja.

(616) Ramli : Mari kita ke pajak gadai.

Sesampainya di tempat pegadaian, tampak seorang pemilik tempat pegadaian


sedang memeriksa keaslian cincin berlian dengan sebuah kaca pembesar.

(617) Peniaga Pajak Gadai : Berapa tauke?

(618) Ramli : Tiga ribu.

(619) Peniaga Pajak Gadai : Baiklah. Sang Chen.

Saat Zaitun sampai di rumah, ia terkejut mendengar ibunya menangis. Ia bergegas


masuk ke rumah dan menghampiri ibunya yang tengah menangis di depan lemari
pakaian.

(620) Mak Zaitun : Kalau aku pakai semalam tak hilang Ton. Kau
suruh buka pulak (menangis).

(621) Zaitun : Kenapa mak?

(622) Mak Zaitun : Cincin berlian aku yang sebentuk itu sudah tak
ada lah Ton.

(623) Zaitun : Kenapa mak tak tanya! Eton pakai.

(624) Mak Zaitun : Haah!!

(625) Zaitun : Nah! ini dia mak.

(626) Mak Zaitun : Alah sayang, aku fikir kau sudah hilang, Uhhuhu
sayang, sayang (menangis).

Di sudut lain, Ayu menunjukkan jarinya seolah-olah pertanda ia meminta


upahnya. Zaitun lekas memberikan uang 20 sen. Sementara ibunya tetap menangis

188

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sambil berkata betapa pentingnya cincin berlian tersebut dan terus menciumi
cincin tersebut tanpa menoleh ke arah Zaitun dan Ayu.

(627) Mak Zaitun : Nasib aku baik dapat cincin aku balik. Heehh,
berkat-berkat pusaka laki aku, dapat balik.
Senangnya hati aku. Uh uhuhu, ini bukan cincin
palsu, Ton. Kalau masuk pajak kurang-kurang Cina
mau tiga ribu dia berani, Ton.

Ayu menggelengkan kepala karena merasa uang tersebut kurang. Zaitun bertanya
berapa uang yang harus diberikan dengan bahasa isyarat dan Ayu menunjukkan
kelima jarinya, pertanda ia meminta 50 sen. Zaitun pun segera memberikan uang
tersebut.

(628) Mak Zaitun : Ini kalau untuk apa nak menolong adik kau
belakang hari kalau dia nak pegi sekolah. Kau
kalau sudah kahwin nanti Ton kau dibawa laki kau.
Siapa nak tolong aku lagi kalau bukan barang-
barang yang ada ini, Ton.

Ayu menghitung jumlah uang yang diberikan Zaitun, ia lalu mengacungkan ibu
jarinya tanda setuju.

Di sebuah ruangan, tampak barang-barang hantaran dari pihak peminang tertata


rapi.

(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.

(630) Normah : Sekarang janji dah ditunaikan. Uang belanja dah


dihantar. Tentang sandingnya bila pulak?

(631) Mak Zaitun : Bila si Azis dengan Safiah nak disandingkan?

(632) Mak Sudin : Mereka bersanding satu hari bulan depan.

(633) Mak Zaitun : Kalau begitu, kita samakan kan bagus.

(634) Semua : Bagus juga tu.

(635) Normah : Baguskan makcik ya.

189

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(636) Wakil Rombongan : Bagus jugak tu. Jadi satu kali kerja.

(637) Normah : Yalah.

(638) Mak Sudin : Tak buang masa, kerjanya ringkas.

(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah disebelah itu, supaya jangan lupa
dia datang ya.

(640) Cik Wan : InsyaAllah.

(641) Normah : Tolong mak, sirehnya.

Di pinggir jalan raya, tampak sebuah becak berhenti dan ternyata penumpangnya
adalah Babjan. Babjan turun dari becak karena kebetulan melihat Ramli di pinggir
jalan.

(642) Babjan : Becak, nanti nanti, nanti.

(643) Ramli : Haa. Pakcik. Apa khabar Pakcik?

(644) Babjan : Khabar baik.

(645) Ramli : Pakcik nak ke mana ni?

(646) Babjan : Nak beli barang-barang buat hadiah dia orang


kahwin.

(647) Ramli : Oh!

(648) Babjan : Apa kau tak dapat jemputan, Azis dan Sudin nak
kahwin hari ini?

(649) Ramli : Dapat, dapat. Oh pakcik nak ke sana lah ni?

(650) Babjan : Heeh!

(651) Ramli : Tak apalah pakcik pegi dulu. Saya nak pergi sini
saja.

(652) Babjan : Baiklah. Nanti malam kita jumpa ye.


Assalamualaikum.

(653) Ramli : Waalaikumussalam.

190

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Babjan lalu menaiki becak.

(654) Babjan : Becak, jalan.

(655) Ramli : Jumpa malam ni pakcik ya.

(656) Babjan : Baik.

Babjan pun berlalu meninggalkan Ramli. Kemudian Ramli menyebrang jalan


dengan hati-hati, sampai di sebrang depan sebuah rumah makan tempat biasa
Ramli bertemu dengan gadis yang selama ini ia temui, tampak seorang anak
perempuan sedang menangis. Ramli pun menegurnya.

(657) Ramli : Hai, kenapa cik menangis?

(658) Habibah : Kakak suruh tunggu sini, tapi dia tak datang pun.

(659) Ramli : Ada kakak ya? kecik?

(660) Habibah : Besar.

(661) Ramli : Dah makan belum? Jangan nangis, mari kita


makan ya.

Di dalam rumah makan, Ramli dan anak perempuan bernama Habibah sedang
duduk. Habibah terlihat sedang menyatap makanan.

(662) Ramli : Cik ni namanya siapa?

(663) Habibah : Habibah.

(664) Ramli : Kakak?

(665) Habibah : Nama Rokiah.

Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang duduk bersama Ramli.

(666) Rokiah : Encik, yang ini adik saya.

(667) Habibah : Hah, yang ini lah kakak saya, Rokiah.

(668) Ramli : Silakan duduk cik Rokiah.

(669) Rokiah : Terima Kasih.

191

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(670) Ramli : Aah, cik Rokiah nak makan apa-apa?

(671) Rokiah : Tak apalah makan.

(672) Ramli : Mana boleh, mesti makan. Tauke, beefsteak satu.

(673) Habibah : Beefsteak ini sedap kakak.

Rokiah tersenyum memandang Habibah, sementara Ramli memandang Rokiah.

(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?

(675) Rokiah : Tidak, adik beradik saya banyak, 11 orang semue.

(676) Ramli : Iyekeh? Ramainya.

Kemudian muncul pelayan membawa makanan menuju meja mereka dan


meletakkan makanan tersebut.

(677) Ramli : Aah, silakan cik Rokiah.

(678) Rokiah : Abang tak makan?

(679) Ramli : Aah saya tak apa.

(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.

(681) Ramli : Baiklah. Tauke beefsteak lagi satu.

(682) Rokiah : Aahh, itupun adik beradik saya datang.

Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.

(683) Rokiah : Hei!! Diam. Kenapa bang, demam?

(684) Ramli : Tidak. Faaanasss.

Selesai makan, Rokiah pun bergegas pamit dan menyuruh adik-adiknya


berterimakasih kepada Ramli.

(685) Rokiah : Sudah semua?

192

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(686) Adik-adik Rokiah : Sudah.

(687) Rokiah : Sekarang mari kita pulang. Kasih terima kasih


sama abang.

Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.

(688) Pelayan : 38 ringgit abang.

Ramli pun terkejut mendengar tagihan makanan yang disebutkan pelayan.

(689) Ramli : Eh! Tauke, hutang boleh tak?

Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.

(690) Ramli : Alamak, mati aku.

Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.

Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.

(691) Ramli : Saya bukan hantu cik Normah, saya Ramli,


sumpah saya Ramli.

(692) Normah : Kenapa jadi begini?

(693) Ramli : Jangan marah.

Normah langsung menarik tangan Ramli menuju kamarnya. Dan memberikan


kain sarung pada Ramli.

193

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(694) Normah : Kenapa jadi begini cik Ramli?

(695) Ramli : Saya kena tipu dengan perempuan cik Normah.


Dia orang cekik sampai 38 ringgit. Saya tak cukup
duit, sekali Cina restoran tu rampas seluar saya
dan baju saya, cik Normah. Jangan marah.

(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.

Normah memberikan sarung kemudian duduk di atas kasur.

(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.

(698) Ramli : Yang dekat tu siape? Cik Normahkah?

(699) Normah : Yalah, siape lagi?

(700) Ramli : Haa? astaghfirulaaha-l-‘azhiim. Kenapa tak cakap


dari dulu cik Normah?

Ramli dan Normah pun melangsungkan pernikahan secara sederhana. Tampak


Ramli, Sudin, Azis, Normah, Zaitun, dan Safiah berjalan lalu melihat kebelakang
lalu serentak semua berkata jangan marah.

194

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai