LAPOK
SKRIPSI
DIKERJAKAN OLEH :
NURINI
140702029
OLEH NURINI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur Percakapan Dalam Dialog Film Bujang
Lapok” adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa
sajakah bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok, dan
bagaimanakah deskripsi makna dari tindak tutur yang ada dalam dialog film
Bujang Lapok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tindak tutur yang
terdapat dalam film Bujang Lapok, dan mendeskripsikan makna dari tuturan yang
ada dalam dialog film Bujang Lapok. Teori yang digunakan adalah teori tindak
tutur Austin (1956) dan teori makna denotasi dan konotasi menurut Sudaryat
(2009). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, metode
deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan bentuk tindak
tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok meliputi tindak tutur lokusi
sebanyak 133 data tuturan, tindak tutur ilokusi sebanyak 341 data tuturan, dan
tindak tutur perlokusi sebanyak 226 data tuturan. Makna tuturan yang ada dalam
film Bujang Lapok lebih banyak mengarah pada makna denotasi dari pada makna
konotasi. Tuturan yang mengarah pada makna denotasi sebanyak 644 data tuturan,
dan tuturan yang mengarah pada makna konotasi sebanyak 56 data tuturan.
Kata kunci : Tindak Tutur, Tindak Lokusi, Tindak Ilokusi, Tindak Perlokusi,
Makna Denotasi, Makna Konotasi, Film Bujang Lapok.
اَنً وُريىي
ابسترق
سكريڤسي ايه برجُدَل "تيىداق تُتُر دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق" اداڤُن يڠ مىجدي ڤر مسهٍه دانم
ڤىهتيان ايه ادانً اڤ سجكً بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق ,دان بكايمىكً
ديسكرڤسي مكىا داري تيىداق تُتُر يڠ ادا دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق.
تُجُان ڤىهتيان ايه ادانً اَوتُق مڠتٍُي بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق ,دان
مىدسكريڤسيكه مكىا داري تُتُرن يڠ ادا دانم ديانُك فيهم بُجڠ الڤُق .تيُري يڠ ديكُوكه ادانً تيُري
تيىداق تُتُر اءَستيه ( )٦٥٩١دان تيُري مكىا ديىُتسي دان مكىا كُوُتسي مىُرَت
سُداريات( .)٢٠٠٥متُدي ڤىهتيان يڠ ديكُوكه ادانً متُدي ديسكرڤتف ,متُدي ديسكرڤتف دڤيهيً كرن
ڤىهتيان يڠ دالكُكه برتُجُان اَوتُق مىهتي ڤاد كُودسي اَبجق انمياي.
ٌاسم يڠ دڤرَنيً داري ڤىهتيان ايه ادانً دتمُكه بىتُق تيىداق تُتُر يڠ ترداڤت دانم فيهم بُجڠ الڤُق
مهيڤُتي تيىداق تُتُر نُكُسي سبڽك ٦١١دتا تُتُرن ,تيىداق ايهُكُسي سبڽك ١٤٦دتا تُتُرن ,دان
تيىداق ڤرنُكُسي سبڽك ٢٢١دتا تُتُرن .مكىا تُتُر يڠ ادا دانم فيهم بُجڠ الڤُق نبيً بڽك مڠاري ڤدا
مكىا ديىُتسي داري ڤدا مكىا كُوُتسي .تُتُرن يڠ مڠاري ڤدا مكىا ديىُتسي سبڽك ١٤٤دتا تُتُرن ,دان
تُتُرن يڠ مڠاري ڤدا مكىا كُوُتسي سبڽك ٩١دتا تُتُرن.
كت كُوچي :تيىداق تُتُر ,تيىداق نُكُسي ,تيىداق ايهُكُسي ,تيىداق ڤرنُكُسي ,مكىا ديىُتسي ,مكىا
كُوُتسي ,فيهم بُجڠ الڤُق.
ii
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam
selalu dihadiahkan kepada nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan hidup
penulis sampai saat ini dan sampai akhir zaman.
Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur Percakapan Dalam Dialog Film Bujang
Lapok”. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pembaca. Skripsi
ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dalam bidang ilmu bahasa
daerah Melayu Program Studi Sastra Melayu.
Penulis,
Nurini
140702029
iii
Puji syukur penulis ucaokan kepada Allah SWT, yang telah memberi
karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan dan kasih saying sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan,
motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran sehingga setiap kesulitan yang
dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.
1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M.A., selaku Dosen Pembingbing dan Ketua
Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mardiah Mawar Kembaren, M.A. Ph.D., selaku Dosen Penasihat
Akademik dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sastra Melayu Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Sastra Melayu Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
5. Kedua orang tua yang penulis sangat sayangi. Ayahanda Satini dan Ibunda
tercinta Katikem yang telah memberikan doa, nasihat, semangat, dan
pengorbanan baik moril dan materil.
6. Abangda dan kakanda penulis Sudarmin, Ngadi, Sri Wahyuni, Nuraida,
dan adik-adik penulis Sudarianto, Rahmat Kurniawan yang selalu
memberikan doa, semangat, nasihat, dan motivasi dalam penulisan skripsi
ini.
7. Sahabat terbaik penulis Nur Aisyah, Endang Fransiska, Desy Maya Sari,
dan Hervina Sinulingga yang selalu ada di saat suka maupun duka, yang
telah banyak memberikan semangat, saran, kritikan, dan saling menghibur
satu sama lain.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca dan menjadi cikal bakal karya tulis lainnya.
Penulis,
Nurini
140702029
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ابسترق....................................................................................................................... ii
vi
LAMPIRAN 1 .....................................................................................................131
LAMPIRAN 2 .....................................................................................................132
LAMPIRAN 3 .....................................................................................................133
LAMPIRAN 4 .....................................................................................................134
LAMPIRAN 5 .....................................................................................................136
LAMPIRAN 6 .....................................................................................................137
vii
PENDAHULUAN
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule. 1996:3). Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak tutur (speech act). Tindakan-tindakan
yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Istilah deskriptif
untuk tindak tutur yang berlainan digunakan untuk maksud komunikatif penutur
dalam menghasilkan tuturan. Penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya
akan dimengerti oleh pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh
keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini disebut peristiwa
tutur. Sifat peristiwa tutur menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika
menampilkan suatu tindak tutur (Yule, 1996:82). Tindak tutur atau speech act
adalah telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan
memanfaatkan kalimat-kalimat (Tarigan, 1986:82).
Berkaitan dengan tindak tutur, penelitian ini membahas tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi pada dialog film. Judul penelitian ini adalah “Tindak Tutur
Percakapan dalam Dialog Film Bujang Lapok”. Penulis tertarik memilih judul ini
karena dialog film Bujang Lapok banyak menonjolkan pribadi masyarakat Melayu
pada masa itu yang suka membanggakan diri sebagai orang terkenal dan
bangsawan jika mempunyai sedikit kemewahan, seperti mempunyai cincin berlian
dan sebagainya. Watak Mak Zaiton yang sangat merendahkan orang yang
1. Apa sajakah bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok?
2. Bagaimanakah deskripsi makna dari tindak tutur yang ada dalam dialog
film Bujang Lapok?
1. Mengetahui bentuk tindak tutur yang terdapat dalam film Bujang Lapok.
2. Mendeskripsikan makna dari tuturan yang ada dalam dialog film Bujang
Lapok.
TINJAUAN PUSTAKA
Lubis (2015) dalam suatu skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Dalam
Bahasa Melayu Tanjungbalai” mengatakan bahwa, jenis tindak tutur yang
digunakan dalam bahasa Melayu Tanjungbalai terdiri dari lokusi, ilokusi dan
perlokusi. Tindak lokusi berupa kalimat deklaratif (kalimat berita) yang
membicarakan tentang sesuatu. Tindak ilokusi mengandung maksud tertentu mitra
tuturnya, dan tidak hanya mengandung satu tindak ilokusi saja namun dapat
memiliki dua tindak ilokusi. Tindak perlokusi menghasilkan efek seperti yang
diharapkan oleh penutur. Fungsi tindak tutur dalam bahasa Melayu Tanjungbalai
memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) fungsi asertif, (2) fungsi direktif, (3) fungsi
ekspresif, (4) fungsi komisif, (5) fungsi deklarasi. Kesantunan dalam bahasa
Melayu Tanjungbalai berfungsi untuk memberikan hasil yang baik dikarenakan
semakin santun kita mengucapkan sesuatu maka semakin baguslah komunikasi
yang terjalin dan maksud tujuan bertutur akan tercapai.
Ginting (2009) dalam suatu skripsi yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita” menjelaskan bahwa, dari segi
tindak tutur, percakapan yang terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita
terdapat tiga bentuk tindak tutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Setiap
tuturan merupakan tindak lokusi karena mengacu pada makna denotasinya.
Sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi, tidak semua tuturan yang memiliki kedua
tindak tersebut. Dan menjelaskan makna pragmatis dari setiap tuturan dalam
dialog film tersebut.
Muntolib (2013) dalam suatu jurnal yang berjudul “Analisis tindak tutur
novel Para Abdi Sami Cecaturan karya Mas Nggabehi Wasesa Pangrawit”
menemukan bahwa, dalam novel Para Abdi Sami Cecaturan ditemukan bentuk
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berdasarka prinsip kerjasama terdapat
empat aturan maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
hubungan, dan maksim cara. Berdasarkan prinsip kesopanan terdapat enam
maksim atau bentuk aturan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penghargaan/
pujian, maksim kesederhanaan, maksim kesepakatan, maksim simpati, dan
maksim kedermawanan.
Hapsari (2014) dalam suatu jurnal yang berjudul “Analisis Tindak Tutur
Dalam Novel Jaring Kalamangga Karya Suparto Brata” mengemukakan bahwa,
penggunaan tindak tutur dalam novel Jaring Kalamangga terdapat tindak lokusi
sebanyak 22 tuturan, tindak tutur ilokusi sebanyak 12 tuturan, tindak tutur
perlokusi sebanyak 8 tuturan. Prinsip kerjasama dalam novel Jaring Kalamangga
terdapat maksim kuantitas sebanyak 16 tuturan, maksim kualitas sebanyak 5
tuturan, dan maksim relevansi 1 tuturan. Prinsip sopan santun terdapat maksim
kebijaksanaan sebanyak 4 tuturan, maksim penerimaan 1 tuturan, maksim
kemurahan 1 tuturan, maksim kerendahan hati sebanyak 4 tuturan, maksim
kecocokan 2 tuturan, dan maksim kesimpatian 1 tuturan.
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca (Yule. 1996:3). Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak ujar atau tindak tutur (speech act).
Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik menelaah
makna dalam kaitan dengan situasi tuturan. (Leech, 1983:19).
Tindak lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan
kalimat dengan makna tersurat yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu
seperti apa adanya. Tindak tutur lokusi mengutamakan isi tuturan yang
disampaikan oleh penutur. Wujud tindak tutur lokusi adalah tuturan-tuturan yang
berisi pernyataan atau tentang sesuatu. Tindak lokusi dibagi menjadi tiga tipe,
yakni (1) naratif menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau
mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi (2) deskriptif bertalian dengan usaha
perincian dari objek-objeknya yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-
pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur,
penutur menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan
pada objek tertentu (3) informatif mengandung makna yang sedemikian rupa
sehingga pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan
(Ibrahim, 1992:16).
Contoh : „Saya lapar‟ maksud dari contoh tersebut, „aku‟ sebagai orang pertama
tunggal (penutur), dan „lapar‟ mengacu pada „perut kosong dan perlu diisi‟, tanpa
bermaksud untuk meminta makanan, semata-mata hanya dimaksudkan untuk
memberi tahu si mitra tutur bahwa penutur memang benar-benar menyatakan
keadaan dirinya yang sebenarnya bahwa ia merasa lapar.
Contoh : „Saya lapar‟ dengan tuturan ini penutur (sorang pengemis), misalnya
sebenarnya tidak merasa lapar; ia berharap diberi uang oleh pendengarnya.
Contoh : „Saya lapar‟, yang dituturkan oleh pengemis menimbulkan efek kepada
mitra tutur, yaitu memberikan uang kepada pengemis tadi yang mengatakan „saya
lapar‟. Tindakan mitra tutur tersebut adalah tindak perlokusi.
Tindak tutur lebih melihat makna atau arti dari tindakan dalam tuturannya.
Makna tuturan ialah arti, maksud atau pesan penutur yang ingin disampaikan oleh
mitra tutur. Oleh sebab itu, penelitian ini mengutamakan sisi pengujaran dan
tindakan para tokoh dalam film Bujang Lapok untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini yaitu berupa makna tuturan dalam dialog guna mempermudah
maksud dari setiap ujaran.
P = Participants
10
I = Instrumentalities
G = Genres
Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangdung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau
situasi psikologis pembicara. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan
sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai
tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak
orang membaca dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara
keras atau berteriak, tapi di ruang perpustakaan harus dengan suara rendah.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang
terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara;
namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan
yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha
memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah linguistik,
ibu dosen yang cantik itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami
11
Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaanya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran
dalam kuliah umum, percakapan biasa, dan dalam pesta pasti berbeda. Begitu pula
dengan isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan: dengan senang hati, serius, singkat, sombong, mengejek, dan
sebagainya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh atau bahasa tubuh dan
isyarat.
Menganalisis makna ujaran atau tuturan dapat kita lihat dari makna
denotasi dan konotasi. Setiap tuturan akan menghasilkan suatu makna, oleh
karenanya penulis mengarahkan analisis makna tuturan ke dalam makna denotasi
dan konotasinya agar lebih mudah dipahami.
Makna denotasi atau denotatif adalah makna kata yang didasarkan atas
penunjukkan yang langsung pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna
denotasi bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan, stimulus dari penutur dan
respon dari mitra tutur yang menyangkut hal-hal yang dapat diamati panca indera
(kesadaran), dan logika manusia. Makna denotasi juga bertalian dengan informasi-
informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna denotasi
12
Kata bunga dalam kalimat tersebut bermakna konotasi karena bukan merujuk
pada suatu tumbuhan tetapi merujuk pada seorang gadis cantik di suatu desa.
13
METODE PENELITIAN
Metode adalah cara ataupun upaya yang harus dilakukan atau diterapkan
dalam mencapai suatu tujuan. Adapun Metode dasar yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Sudaryanto,
2015:9). Metode deskriptif lebih menandai terhadap ada atau tidak adanya
penggunaan bahasa daripadas menandai cara penanganan bahasa tahap demi
tahap, langkah demi langkah.
Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu
penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara
umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh penulis
sesuai dengan masalah yang diteliti (Sudaryanto, 2015:34). Adapun sumber data
dalam penelitian ini berupa dialog secara keseluruhan dari film Bujang Lapok.
Sutradara : P. Ramlee
Skenario : P. Ramlee
14
Setelah itu, penulis juga menggunakan teknik Catat. Dalam teknik ini,
penulis mencatat seluruh data yang ditemukan pada kartu data yang segera
ssdilanjutkan dengan klasifikasi serta menggunakan media komputer sebagai
tempat menyimpan data (Sudaryanto, 2015: 205).
15
PEMBAHASAN
Konteks tuturan :
16
Tuturan (1) penutur Lina mengatakan kata „sampai jumpa‟, tuturan ini
semata-mata hanya menginformasikan berpisah atau seseorang akan pergi tanpa
maksud lain kepada rekan kerjanya, salah satunya yaitu Sudin. Tuturan ini
disampaikan secara sengaja oleh Lina yang disebut tindak lokusi. Dari tuturan
tersebut kemudian menimbulkan efek atau direspon oleh Sudin pada tuturan (2)
dengan memberikan pernyataan yang sama yaitu kata „sampai jumpa‟, tuturan ini
disebut tindak perlokusi.
Tuturan (3) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (3)
adalah pertanyaan tentang suatu berkas oleh penutur Sudin kepada mitra tutur
Lina. Sudin sebagai penutur bermaksud ingin mengetahui tentang suatu berkas
yang kemudian dijawab oleh Lina pada tuturan (4) yang menyatakan bahwa
berkas tersebut ada di ruang manajer. Tuturan (4) adalah respon atau jawaban dari
pertanyaan Sudin kepada Lina, tuturan (4) disebut tindak perlokusi.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di ruangan manager. Partisipan yang terlibat adalah Ramli dan
manager yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Tujuan
tuturan dilakukan Ramli untuk menawarkan beberapa produk minyak wangi yang
ia bawa.
17
18
(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize. „Haaa, saya akan beri bapak potongan harga‟.
Tuturan (6), (12), (14), dan (17) adalah tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (6) menyatakan bahwa manajer menyuruh Ramli untuk masuk. Tindak
lokusi pada tuturan (12) berisi pernyataan bahwa rokok yang diberi Ramli kepada
manajer adalah rokok radioka tanpa maksud lain. Tindak lokusi pada tuturan (14)
berisi pernyataan bahwa rokok yang dihisap manajer rasanya seperti cerutu.
19
Tuturan (7), (11), (13), (15), dan (18) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (7) adalah Ramli menyatakan bahwa manajer yang setia dan
tampan. Ramli bermaksud memuji manajer, namun selain itu ia juga bermaksud
untuk memperkenalkan dan menawarkan produk minyak wangi yang ia bawa
dengan memperlihatkan katalog dan memercikkan salah satu sampel parfum.
Tindak ilokusi pada tuturan (11) adalah Ramli berusaha untuk meyakinkan
manajer bahwa parfum yang ia jual tidak ada duanya, ia lalu menawarkan manajer
untuk menghisap sebatang rokok. Tindak ilokusi pada tuturan (13) yaitu Ramli
menyuruh dan meyakinkan manajer agar kembali menghisap rokok. Tindak
ilokusi pada tuturan (15) yaitu Ramli berusaha membujuk manajer dengan
mengatakan jika berlangganan dengannya semua barang yang ia jual adalah
barang istimewa. Tindak ilokusi pada tuuran (18) adalah Ramli bermaksud
menanyakan kejelasan manajer yang akan membeli parfum.
Tuturan (8), (9), (10), (16), dan (19) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (8) yaitu manajer berekspresi menyukai wangi parfum
yang ditawarkan hingga mengatakan bahwa parfum tersebut wangi lalu bertanya
apa nama parfum tersebut karena merasa tertarik. Tindak perlokusi pada tuturan
(9) ialah Ramli menjawab pertanyaan manajer dengan mengatakan bahwa nama
parfum yang ditawarkan kepada manajer adalah Evening in Rusia „sore hari di
Rusia‟. Tindak perlokusi pada tuturan (10) merupakan efek yang tidak disengaja
dari tuturan (9) yaitu dengan berekspresi keheranan, kaget sekaligus kagum
dengan nama parfum tersebut. Tindak perlokusi pada tuturan (16) adalah manajer
terpengaruh untuk membeli parfum tersebut dengan menanyakan harganya.
Tindak perlokusi pada tuturan (8) yaitu respon manajer yang tidak lagi tertarik
untuk membeli parfum dengan mengatakan ‘Biarlah saya pakai minyak kelapa‟.
Konteks tuturan :
20
(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.
(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.
(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam?
Tuturan dan (33) merupakan tindak lokusi. Pada tuturan (33) tindak lokusi
adalah Azis mengatakan saran Sudin bagus.
Tuturan (28), (29), (30), dan (34) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (28) yaitu Azis mengatakan bahwa dirinya sudah kelelahan dan
lapar, karena itulah, Azis bermaksud untuk mengajak makan nasi di warung.
Tindak ilokusi pada tuturan (29) adalah Ramli bermaksud menolak untuk makan
nasi di warung karena Ramli tidak selera makan nasi di warung. Tindak ilokusi
pada tuturan (30) yaitu Azis bermaksud untuk menanyakan pendapat Sudin
tentang makan apa hari ini. Tindak ilokusi pada tuturan (34) adalah Sudin
bermaksud menanyakan apa yang akan dibeli untuk mereka masak.
21
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah pasar. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Azis, Sudin,
dan Penjual. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk membeli ayam.
(38) Ramli : Ha, kau dengar tak? „Ha, kau dengar tidak?‟
Tuturan (41) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (41)
Azis memberikan uang kepada penjual ayam tersebut.
Tuturan (36), (38), (39), dan (40) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (36) yaitu Ramli bermaksud menanyakan harga ayam yang
ditimbang penjual. Tindak ilokusi pada tuturan (38) adalah Ramli bermaksud
untuk menyuruh Azis dan Sudin ikut membayar ayam tersebut dengan
mengatakan „Ha, kau dengar tidak?’. Tindak ilokusi pada tuturan (39) yaitu Azis
bermaksud untuk mencari tahu maksud tuturan Ramli dengan bertanya „Lalu?’.
22
Tuturan (37) dan (42) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada
tuturan (37) yaitu penjuak menjawab pertanyaan Ramli yang menanyakan harga
ayam dengan mengatakan „2 kati, 3 ringgit’. Tindak perlokusi pada tuturan (42)
adalah ucapan terima kasih penjual kepada pembeli.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan mak Munah. Tujuan tuturan dilakukan Mak Munah berjalan melewati
Ramli, ia pun menyapa mak Munah sambil tersenyum.
Mak Munah berlalu meninggalkan Ramli dan masuk ke kamarnya. Ramli pun
kembali memanggil Normah.
Tuturan (64), dan (66) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada
tuturan (64) yaitu Ramli bermaksud menyapa mak Munah yang kebetulan lewat di
depannya. Tindak ilokusi pada tuturan (66) adalah Ramli bermaksud sekedar
berbasa-basi dengan bertanya kepada mak Munah apakah mak Munah baru selesai
memasak nasi.
Tuturan (65) dan (67) merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada
tuturan (65) yaitu mak Munah membalas sapaan Ramli dengan menyatakan
„Ramli‟. Tindak perlokusi pada tuturan (67) adalah jawaban dari pertanyaan
Ramli dengan mengatakan „Panaskan sayur, nak‟.
23
Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Zaitun dan mak
Zaitun. Maksud dan tujuan pembicaraan adalah menasehati Zaitun agar ia sudah
pulang ke rumah jika hari sudah mulai petang, karena ibunya khawatir.
(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.
(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.
(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.
(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.
24
(152) Mak Zaiton : Alaah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota
jangan konon-kononkan kita. Kau pun mesti
belajar, Ton. Bukannya susah. One, two, three. A,
B, C. What you going?
Tuturan (150), (152), dan (155) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (150) yaitu mak Zaitun memberitahukan bahwa yang dimaksud
adalah penyakit gagal jantung. Tindak lokusi pada tuturan (152) adalah mak
Zaitun menjelaskan bahwa ia telah belajar sedikit bahasa asing agar orang kota
tidak mencibir mereka. Tindak lokusi pada tuturan (155) yaitu Ayu tidak
menyalahkan ibunya yang berbicara bahasa inggris, tetapi yang dikatakan ibunya
kurang benar.
25
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di kamar Sudin, Ramli, dan Azis. Partisipan yang terlibat adalah
Sudin dan Ramli. Maksud dan tujuan pembicaraan mereka adalah membahas
masalah Sudin dan Zaitun.
26
Tuturan (164) dan (165) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada
tuturan (164) adalah Sudin menyatakan bahwa Zaitun maunya menikah dengan
orang biasa seperti dirinya sehingga Sudin bertanya bagaimana pendapat Ramli
tentang hal ini. Tindak ilokusi pada tuturan (165) yaitu Ramli bermaksud
menasehati Sudin dengan menyatakan jika kita sudah saling suka tidak usah
peduli dengan orang yang tidak setuju, karena Sudin bukan menikah dengan ibu
Zaitun.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan kamar Normah. Partisipan yang terlibat dalam tuturan
ialah Safiah, Normah, dan Azis. Maksud dan tujuan tuturan adalah Safiah ingin
meminjam beras kepada Normah.
27
(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).
(174) Azis : Hah? Ini tak boleh jadi man. Ini mesti mau kena
bedal man. Bapak awak macam mana?
28
(177) Normah : Hah. Bilang sama bapak kau Safiah. Kalau bapak
kau asyik main judi, minum arak lagi. Kak Normah
tak mau kasi beras. Nah! pegi balik.
Tuturan (166), (168), (169), dan (179) merupakan tindak lokusi. Tindak
lokusi pada tuturan (166) adalah Safiah memanggil Normah. Tindak lokusi pada
tuturan (168) yaitu Safiah menjelaskan perasaannya yang sudah cukup malu
karena setiap hari ayahnya menyuruh datang kepada Normah untuk meminjam
beras. Tindak lokusi pada tuturan (169) adalah Normah mengungkapkan bahwa
ayah Safiah adalah orang yang tidak berguna, selalu menghisap ganja, minum
alkohol, dan berjudi. Normah tidak ingin ingin memberi beras jika tidak kasihan
dengan Safiah. Tindak lokusi pada tuturan (179) adalah Azis menyatakan kasihan
terhadap Safiah. Jika saja tubuhnya tidak kurus, ia akan menghajar ayah Safiah.
29
Tuturan (171), (173), (175), dan (178) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (171) adalah Normah menjawab pertanyaan Azis dengan
mengungkapkan tentang keburukan ayah Safiah. Tindak perlokusi pada tuturan
(173) yaitu Safiah memberi jawaban dari pertanyaan Azis dengan mengatakan
bahwa ayahnya adalah ayah angkat. Tindak perlokusi pada tuturan (175) adalah
Safiah menjawab pertanyaan Azis dengan menjelaskan bahwa ayahnya orang
yang kejam, galak, dan tangannya berotot. Tindak perlokusi pada tuturan (178)
yaitu Safiah berterimakasih pada Normah.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan kamar Ramli, Sudin, dan Azis. Partisipan yang terlibat
ialah mak Sudin dan mak Bibah. Maksud dan tujuan tuturan adalah saling
berkenalan antara mak Sudin dan Mak Bibah.
30
(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.
(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.
„Kampungnya di mana?‟
Tuturan (230) dan (235) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (230) adalah mak Sudin mendukung mak Bibah yang tinggal di rumah
sewa milik Normah karena ramai. Tindak lokusi pada tuturan (235) yaitu mak
Bibah menyarankan agar mak Sudin sering-sering berkunjung.
31
Tuturan (227), (229), (232), (234), dan (236) merupakan tindak perlokusi.
Tindak perlokusi pada tuturan (227) adalah mak Bibah menjawab pertanyaan mak
Sudin dengan berkata „Baik. Apakah ini ibunya Sudin?‟. Tindak perlokusi pada
tuturan (229) yaitu mak Bibah membenarkan pertanyaan mak Sudin dengan
menyatakan bahwa baru seminggu pindah dan barang-barang belum diangkat
semua. Tindak perlokusi pada tuturan (232) adalah mak Sudin menjawab
pertanyaan mak Bibah dengan mengatakan bahwa ia tidak tinggal bersama Sudin
dan hanya datang sesekali saja. Tindak perlokusi pada tuturan (234) yaitu mak
Sudin menjawab pertanyaan mak Bibah dengan mengatakan bahwa ia tinggal di
kampung sebelah. Tindak perlokusi pada tuturan (236) adalah mak Sudin
membalas pernyataan mak bibah dengan berkata „iya‟.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan rumah sewa Normah. Partisipan yang terlibat yaitu Sudin
dan Azis. Sudin yang terkejut mendengar teriakan ibunya Zaitun spontan
bertingkah seperti sedang berolahraga, lalu Azis datang bertanya pada Sudin.
Maksud dan tujuan tuturan adalah Azis menanyakan apa yang sedang dilakukan
Sudin.
(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.
32
Tuturan (276) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (276)
adalah Sudin mengiyakan atau setuju dengan yang dikatakan Azis.
Tuturan (273), (274), dan (275) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (273) adalah Azis bertanya kepada Sudin apa yang sedang dilakukan
Sudin. Karena Sudin seperti sedang belajar silat melihat tingkahnya yang terlalu
semangat. Di samping itu, Azis juga bermaksud meledek Sudin yang terkejut dan
spontan menggerakkan badannya seperti sedang berolahraga. Tindak ilokusi pada
tuturan (274) yaitu Sudin mengungkapkan bahwa ia bermaksud memanggil Zaitun
dengan isyarat memukul-mukul botol, namun yang muncul malah ibu Zaitun yang
berteriak memanggil Ayu dengan suara melengking hingga membuat Sudin
terkejut. Tindak ilokusi pada tuturan (275) adalah Azis membenarkan pernyataan
Sudin yang bermaksud memanggil Zaitun tetapi malah ibu Zaitun yang muncul.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah tempat makan tampak ramai pengunjung yang tengah
menikmati hidangan sekaligus berbincang-bincang. Ramli dan seorang wanita
bernama Prani berjalan menuju tempat duduk. Mereka duduk berhadapan. Lalu
datang seorang pelayan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Prani, dan seorang
pelayan. Adapun maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih mengenal
Prani
33
(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.
34
(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.
Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.
Tuturan (328) dan (343) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (328) adalah Ramli mempersilahkan Prani untuk minum. Tindak lokusi
pada tuturan (343) yaitu Ramli sadar bahwa ia sudah tertipu.
35
Tuturan (324), (326), (327), (330), (332), (333), (335), dan (340)
merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan (324) adalah Prani
menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa namanya adalah Prani.
Tindak perlokusi pada tuturan (326) yaitu Prani menjawab pertanyaan Ramli
dengan mengatakan bahwa ayahnya seorang Inspektor Polisi. Tindak perlokusi
pada tuturan (327) adalah Ramli hanya berkata „ohh‟ tanda ia paham dengan yang
dikatakan Prani. Tindak perlokusi pada tuturan (330) ialah Ramli menjawab
pertanyaan Prani dengan mengatakan bahwa namanya adalah Ramli. Tindak
perlokusi pada tuturan (332) adalah Ramli menjawab pertanyaan Prani dengan
berkata „Salesman‟. Tindak perlokusi pada tuturan (333) yaitu Prani hanya berkata
„ohh‟ tanda ia mengerti pekerjaan Ramli. Tindak perlokusi pada tuturan (335)
yaitu Prani menjawab bahwa ia tidak pergi ke mana-mana. Tindak perlokusi pada
36
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah taman. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli dan Normah.
Ramli sedang bernyanyi sambil berjalan menikmati keindahan taman. Tiba-tiba
terdengar suara wanita yang menyambung lagunya, nyanyian mereka berdua
terdengar bersahut-sahutan. Ramli mencari-cari arah suara itu, tak lama kemudian
ia menunjuk ke arah wanita yang sedang bernyanyi, wanita itu yang tidak lain
ialah Normah. Mereka pun saling berpandangan lalu Ramli menghampiri Normah
dan duduk di sebelahnya. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah ingin
menceritakan pada Ramli tentang pemuda yang ia sukai dan bertanya bagaimana
pendapat Ramli.
(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?
(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.
(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.
(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?
37
(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?
(351) Normah : Tidak, dia tidak tahu. „Tidak, dia tidak tahu.‟
(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.
38
(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.
Tuturan (353) dan (356) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (353) adalah Normah merasa malu untuk mengungkapkan isi hatinya.
39
Tuturan (344), (345), (346), (347), (349), (350), (352), (354), (357), (359),
dan (360) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (344) adalah
Ramli bertanya pada Normah bermaksud mencaritahu apa yang sedang dilakukan
Normah di taman sendirian. Tindak ilokusi pada tuturan (345) yaitu Normah
bermaksud menyinggung Ramli dengan mengatakan bahwa ia akan berjumpa
dengan anak pak Husein ngok-ngek yang sebelumnya pernah diceritakan Ramli
namun orang tersebut sebenarnya tidak benar-benar ada, hanya lelucon Ramli
saja. Tindak ilokusi pada tuturan (346) ialah Ramli bermaksud mengelabui
Normah dengan berkata orang yang akan dijumpai Normah baru saja pulang naik
sampan. Tindak ilokusi pada tuturan (347) adalah Normah bertanya pada Ramli
bermaksud meminta pendapat dari Ramli. Tindak ilokusi pada tuturan (349) yaitu
Normah mengungkapkan isi hatinya selama ini ia telah jatuh cinta dengan seorang
pemuda yang tak lain adalah Ramli. Normah bermaksud menanyakan pendapat
Ramli tentang apa yang harus ia perbuat. Tindak ilokusi pada tuturan (350) ialah
Ramli bermaksud ingin mengetahui apakah pemuda yang disukai Normah sudah
tahu jika Normah menyukai pemuda tersebut. Tindak ilokusi pada tuturan (352)
adalah Ramli bermaksud memberi saran pada Normah, bahwa jika Normah tidak
memberi tahu perasaannya pada pemuda tersebut ia akan menyesal dan meninggal
karena penyakit TBC. Tindak ilokusi pada tuturan (354) yaitu Ramli menasehati
Normah jika ia merasa malu berarti ia akan melepaskan pemuda tersebut dan
janda lain yang akan mendapatkannya karena di zaman sekarang lelaki sangat
berharga. Tindak ilokusi pada tuturan (357) ialah Normah bermaksud mencari
tahu alasan Ramli sedih jika ia menikah dengan pemuda tersebut. Tindak ilokusi
pada tuturan (359) adalah Normah bermaksud jika ia menikah dengan pemuda
tersebut maka Ramli bisa tinggal tanpa membayar uang sewa karena pemuda yang
dimaksud Normah adalah Ramli tentu saja jika mereka menikah Ramli tidak perlu
membayar sewa. Tindak ilokusi pada tuturan (360) yaitu Ramli merasa senang
dengan pernyataan Normah yang memberinya tempat tinggal tanpa membayar
sewa hingga ia menyuruh Normah agar cepat menikah dengan pemuda tersebut.
40
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah sewa milik Normah. Di kamar Normah bertanya pada
Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.
41
Tuturan (437), (438) dan (439) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (437) adalah Normah mengungkapkan bahwa ayah Safiah seperti
binatang yang tidak berakal dan mengatakan bahwa ayah safiah hanyalah ayah
angkat bukan ayah kandung. Tindak lokusi pada tuturan (438) yaitu Safiah pun
tahu keburukan ayahnya dan fakta bahwa ayahnya hanyalah ayah angkat. Tindak
lokusi pada tuturan (439) yaitu Normah mencoba menenangkan Safiah agar tidak
menangis dan dan menyarankan Safiah tinggal bersama dengannya.
Tuturan (435) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (435)
adalah Normah bertanya pada Safiah apa yang sebenarnya sedang ia alami sampai
ingin bunuh diri.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat
adalah Babjan, Azis, Sudin, Ramli, dan salah satu penghuni rumah. Tiba-tiba
terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah ayah
42
Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.
Tanpa pikir panjang, Babjan melayangkan kepalan tangannya di wajah Azis. Azis
pun tumbang dalam sekali pukulan karena badanya yang tak seimbang jika
dibandingkan dengan Babjan. Babjan terus melayangkan pukulannya ke muka
Azis. Melihat Azis yang tidak berdaya, Sudin pun mencoba menghalau Babjan
agar tidak memukul Azis lagi.
Babjan kembali melayangkan pukulan pada Sudin dan Sudin pun jatuh
tersungkur.
43
Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.
(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!
(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!
Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.
44
Tuturan (447), (451), dan (452) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (447) yaitu Babjan menuduh Azis menculik Safiah. Tindak lokusi
pada tuturan (451) ialah Babjan kembali marah karena Ramli yang mencoba
mengahalaunya. Tindak lokusi pada tuturan (452) adalah Ramli tidak ingin
melawan Babjan karena Babjan adalah orang tua.
Tuturan (442), (443), (445), (446), (448), (449), (450), (453), (454), (455),
dan (456) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (442) adalah
Babjan memanggil Azis dan bermaksud mencari tahu di mana Azis berada pada
45
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Normah, mak
Zaitun, dan mak Sudin. Mereka tengah berunding perihal Sudin dan Zaitun.
Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana. Maksud dan tujuan tuturan adalah
mendamaikan mak Sudin dan mak Zaitun sekaligus menentukan uang hantaran.
(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah
46
(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?
(466) Mak Zaitun : Betullah kata awak tu. Minumlah, minum cik. Eh,
Zaiton kenapa kau tak pelawa abang Sudin kau tu?
Nah! agar-agar nah.
47
Tuturan (463), (464), (466), (467), (468), (470), (471), dan (472)
merupakan tindak ilokusi. Tidak ilokusi pada tuturan (463) adalah Normah merasa
senang melihat mak Sudin dan mak Zaitun akur. Ia bermaksud menasehati
keduanya bahwa jika satu kampung memang harus akur. Tindak ilokusi pada
tuturan (464) yaitu mak Zaitun setuju dengan Normah, ia bermaksud membuat
pembelaan dengan mengatakan jika ibu sang lelaki dan ibu sang perempuan
bertengkar adalah pertanda baik. Tindak ilokusi pada tuturan (466) ialah mak
Zaitun setuju dengan yang dikatakan mak Sudin. Kemudian menyuruh Normah
dan mak Sudin untuk minum lalu menyuruh Zaitun melayani Sudin dengan
memberikan agar-agar. Tindak ilokusi pada tuturan (467) adalah Normah
bermaksud menyuruh Zaitun dan Sudin bermain di luar supaya mereka dapat
merundingkan pinangan dan hantaran. Tindak ilokusi pada tuturan (468) yaitu
Normah bermaksud membuka pembahasan peminangan Zaitun. Normah
menanyakan apakah mak Zaitun setuju jika Sudin menikah dengan Zaitun. Tindak
ilokusi pada tuturan (470) ialah mak Sudin bertanya pada mak Zaitun bermaksud
ingin mengetahui hantaran yang harus disiapkan Sudin untuk meminang Zaitun.
Tindak ilokusi pada tuturan (471) adalah mak Zaitun berpikir berapa hantaran
yang harus disiapkan. Tindak ilokusi pada tuturan (472) yaitu mak Sudin
48
Tuturan (465), (469), (473), dan (474) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (465) adalah mak Sudin dengan spontan menyambung
pernyataan mak Zaitun dengan berkata „ingin berbesan‟. Tindak perlokusi pada
tuturan (469) yaitu mak Zaitun menjawab pertanyaan Normah dengan berkata
bahwa ia setuju Zaitun menikah dengan Sudin. Tindak perlokusi pada tuturan
(473) ialah mak Zaitun menyebutkan hantaran yang harus disiapkan Sudin dengan
berkata „seribu serba satu‟. Tindak perlokusi pada tuturan (474) adalah tanpa
berpikir panjang mak Sudin pun setuju dengan hantaran yang disebutkan mak
Zaitun.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di kamar pak Nyong dan mak Munah. Partisipan yang terlibat
adalah pak Nyong dan mak Munah. Maksud dan tujuan tuturan ialah mak Munah
meminta cerai pada suaminya pak Nyong karena suaminya dianggap tidak dapat
membahagiakan mak Munah. Adu mulut pun terjadi anatara mak Munah dan pak
Nyong.
(489) Mak Munah : Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah.
Kau tak guna jadi jantan. Jantan tak malu...hah!
hah! Kau...kau.
(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?
(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok
49
(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya
salah. Waktu aku kahwin dulu dengan kau, mak
bapak kau minta sampai lima ribu. Aku tidak ada
uang. Aku pinjam Benggali. Sekarang dah-dah
sampai ada tiga anak. Hutang Benggali pun belum
habis-habis lagi dibayar. Kau tahu bunga makin
naik. Mak bapak kau yang salah!
(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?
(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.
50
Tuturan (494) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (494)
adalah pak Nyong mengatakan bahwa mak Munah berjanji mau sehidup semati
dengannya. Ia pun menyesal menikah dengan mak Munah jika tahu mak Munah
akan meminta cerai.
Tuturan (489), (490), (491), (492), dan (493) merupakan tindak ilokusi.
Tindak ilokusi pada tuturan (489) adalah mak Munah meminta cerai pada
suaminya yaitu pak Nyong dengan marah-marah dan mengatakan bahwa pak
Nyong laki-laki yang tidak berguna. Tindak ilokusi pada tuturan (490) yaitu pak
Nyong bertanya pada mak Munah kenapa dia berbicara yang tidak-tidak apa yang
pak Nyong beri masih kurang dan bermaksud mencari tahu alasan mak Munah
meminta cerai. Tindak ilokusi pada tuturan (491) ialah mak Munah bermaksud
menyatakan bahwa selama ini pak Nyong tidak pernah membuat dia bahagia
karena apa yang diminta mak Munah pak Nyong selalu marah lalu mak Munah
membandingkan ia dengan orang lain yang punya gelang emas karena mak
Munah tidak pernah dibelikan emas oleh pak Nyong. Tindak ilokusi pada tuturan
(492) adalah pak Nyong bermaksud membuat pembelaan. Ia mengatakan bahwa
semua itu adalah salah orang tua mak Munah karena saat menikah dengan mak
Munah, orang tuanya meminta uang hantaran 5000 ringgit. Pak Nyong yang tidak
memiliki uang terpaksa berhutang dan sampai saat ini hutang tersebut belum lunas
karena bunga pinjaman semakin lama semakin naik. Tindak ilokusi pada tuturan
(493) yaitu mak Munah bermaksud tetap menyalahkan pak Nyong. Kenapa pak
Nyong menyanggupi permintaan orang tuanya.
Konteks tuturan :
51
(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.
(498) Sudin : Ohh, pukul berapa ya? „Ohh, pukul berapa ya?‟
Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.
(501) Manager : Huh, potong gaji kau 2 ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).
52
Tuturan (501) dan (504) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (501) yaitu manajer berkata bahwa gaji Sudin dipotong 2 ringgit karena
dia terlambat. Tindak lokusi pada tuturan (504) manajer mengatakan bahwa gaji
Sudin tetap dipotong.
Tuturan (495), (496), (497), (498), (499), (502), (503), dan (505)
merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (495) adalah manajer
bermaksud menanyakan jam berapa Sudin datang dan sekaligus menyinggung
keterlambatan Sudin. Tindak ilokusi pada tuturan (496) yaitu Sudin mengalihkan
maksud manajer dengan mengatakan jam yang ada di ruang kantor saat itu
jumlahnya ada 6. Tindak ilokusi pada tuturan (497) ialah manajer memperjelas
maksud pertanyaannya dengan menanyakan pukul berapa Sudin datang. Tindak
ilokusi pada tuturan (498) adalah Sudin mengelabui manajer dengan melihat jam
tangannya yang tidak memiliki jarum. Tindak ilokusi pada tuturan (499) adalah
manajer keheranan melihat jam tangan Sudin yang tidak ada jarumnya lalu
bertanya pada Sudin bermaksud ingin tahu mengapa jarum jam tangan milik
Sudin tidak ada. Tindak ilokusi pada tuturan (502) ialah manajer memanggil
Sudin dan memberinya uang 2 ringgit bermaksud menyuruh Sudin memasang
jarum jam tangannya. Tindak ilokusi pada tuturan (503) yaitu Sudin bermaksud
53
Tuturan (500) dan (506) merupakan tindak perlokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (500) adalah Sudin menjawab pertanyaan manajer dengan berkata bahwa
ia lupa memasang jarum jam tangan miliknya. Tindak perlokusi pada tuturan
(506) adalah manajer menjawab pertanyaan Sudin dengan menyuruh Sudin agar
memakai uang 2 ringgit tersebut untuk memasang jarum jam tangan miliknya.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
adalah Sudin dan teman kerjanya Kemat. Maksud dan tujuan tuturan adalah Sudin
meminta bantuan pada Kemat untuk memberinya pekerjaan lembur jika ada.
54
Tuturan (510) dan (515) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (510) adalah Sudin memanggil Kemat. Tindak ilokusi pada tuturan (515)
yaitu Kemat bersedia membantu Sudin.
Tuturan (507), (512), dan (513) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (507) adalah Kemat bertanya pada Sudin bermaksud mencari tahu
alasan dibalik keterlambatan Sudin. Tindak ilokusi pada tuturan (512) ialah Sudin
bermaksud meminta bantuan Kemat dengan menyuruh Kemat agar memberitahu
Sudin jika ada kerja lembur. Tindak ilokusi pada tuturan (513) adalah Kemat
bermaksud menduga bahwa Sudin akan menikah.
Tuturan (508), (509), (511), dan (514) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (508) adalah Sudin menjawab pertanyaan Kemat dengan
mengatakan bahwa ia mengantar ibunya ke stasiun KA. Tindak perlokusi pada
tuturan (509) yaitu Kemat mengatakan „iyakah?‟ pertanda ia paham akan alasan
Sudin mengapa ia terlambat. Tindak perlokusi pada tuturan (511) yaitu Kemat
merespon panggilan Sudin dengan menoleh ke arah Sudin dan berkata „haa‟.
Tindak perlokusi pada tuturan (514) ialah Sudin membenarkan dugaan Kemat
dengan berkata „iya‟ lalu tertawa.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli,
Junainah, dan Rapi. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih
mengenal teman kencannya, namun ia kembali tertipu oleh wanita karena ternyata
wanita tersebut memiliki teman lelaki lain.
Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.
55
Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.
(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa dokter.
Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.
Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.
Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat
56
Tuturan (521), (524), dan (525) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi
pada tuturan (521) adalah Junainah menyapa Rapi. Tindak ilokusi pada tuturan
(525) yaitu Ramli mengatakan bahwa ia sudah tertipu oleh wanita lagi. Tindak
lokusi pada tuturan (524) yaitu Rapi memesan beefsteak kepada pelayan
restauran.
Tuturan (518), (520), (522), dan (523) merupakan tindak ilokusi. Tindak
ilokusi pada tuturan (518) adalah Junainah bertanya pada Ramli bermaksud
mencari tahu siapa yang Ramli telpon. Tindak ilokusi pada tuturan (520) yaitu
Junainah mengira Ramli sakit mata karena melihat Ramli mengedip-ngedipkan
mata, ia pun menyarankan Ramli bertemu dokter. Namun sebenarnya bukan mata
Ramli yang sakit, Ramli hanya berniat menggoda Junainah tapi Junainah tidak
peka. Tindak ilokusi pada tuturan (522) ialah Rapi bertanya pada Junainah
bermaksud mencari tahu ke mana saja Junainah pergi. Tindak ilokusi pada tuturan
(523) adalah Junainah bermaksud agar Ramli tidak usah mempedulikannya dan
meminta Ramli untuk tidak marah dengan kepergian Junainah yang akan
menemui laki-laki lain.
Konteks tuturan :
57
Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.
(531) Prani : Mak, dalam dunia ni kalau kita baik hati, kita
jujur, tak mahu cakap banyak, kita akan dipijak
mak. Tetapi kalau kita bohong, menipu,
meninggikan diri, orang pandang mulia pada kita
mak. Sekarang mak pilih, satu antara dua. Mak
suka Prani beginikah atau suka Prani menjualkan
kehormatan Pranikah?
„Bu, di dunia ini jika kita baik hati, kita jujur, tidak
mau banyak berkata, kita akan dipijak bu. Tetapi
jika kita kita berdusta, menipu, menyombongkan
diri, orang memandang mulia pada kita bu.
Sekarang ibu pilih satu antara dua. Ibu suka Prani
seperti ini atau suka Prani menjual kehormatan
Prani?‟
(532) Mak Prani : Dua-dua mak tak suka. „Dua-dua ibu tidak suka.‟
Tuturan (526) dan (527) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (526) adalah adik Prani merasa senang dengan kepulangan Prani. Tindak
lokusi pada tuturan (527) yaitu Prani memberikan uang kepada ibunya.
58
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah Babjan. Partisipan yang terlibat ialah Babjan, Safiah, dan
Sharif. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk mempertaruhkan keperawanan
Safiah kepada Sharif.
Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.
(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!
59
Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.
Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.
60
Tuturan (541) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (541)
adalah Babjan mengatakan bahwa ia akan keluar sebentar.
Tuturan (543), (544), (546), (548), (549), dan (551) merupakan tindak
ilokusi Tindak ilokusi pada tuturan (543) adalah Babjan bermaksud menyuruh
Sharif untuk masuk ke rumahnya dan melancarkan aksinya untuk menyetubuhi
Safiah. Tindak ilokusi pada tuturan (544) yaitu Babjan bermaksud meyakinkan
hutangnya pada Sharif telah lunas. Tindak ilokusi pada tuturan (546) Sharif
bermaksud menyapa Safiah agar Safiah tahu kedatangan Sharif. Tindak ilokusi
pada tuturan (548) ialah Sharif bermaksud meyakinkan Safiah agar ia tidak takut
dan mencoba mengelabui Safiah untuk melancarkan aksinya dengan alasan bahwa
ayah Safiah menyuruh memberikan uang padanya. Tindak ilokusi pada tuturan
(549) adalah Safiah bermaksud menyelamatkan diri dengan berteriak meminta
Sharif agar melepaskan dirinya hingga mencakar wajah Sharif. Tindak ilokusi
pada tuturan (551) yaitu Safiah bermaksud menyelamatkan diri dengan berteriak
meminta Sharif agar melepaskan dirinya, lalu berusaha meraih belantan besi dan
memukul kepala Sharif.
Tuturan (542), (545), (547), dan (550) merupakan tindak perlokusi. Tindak
perlokusi pada tuturan (542) adalah Safiah mengerti dengan yang dikatakan
Babjan dengan berkata „Baik pak’. Tindak perlokusi pada tuturan (545) yaitu
Sharif menanggapi pernyataan Babjan dengan mengatakan pada Babjan bahwa
Babjan tidak lagi memiliki hutang padanya. Tindak perlokusi pada tuturan (547)
yaitu Safiah terkejut dengan kedatangan Sharif karena Safiah tidak mengenal
Sharif dengan mengatakan „Siapa kamu? Ayahku tidak ada di rumah!‟. Tindak
perlokusi pada tuturan (550) ialah Sharif tampak marah dan tambah beringas
melancarkan aksinya karena Safiah berani mencakar wajahnya.
61
Tuturan terjadi di sebuah toko cincin. Partisipan yang terlibat adalah Ramli,
Zaitun, dan penjual. Tampak penjual memberikan sekotak cincin imitasi. Mereka
bersama-sama mencari cincin yang mirip dengan cincin berlian milik mak Zaitun.
Maksud dan tujuan tuturan adalah mencari cincin yang mirip dengan cincin
berlian milik ibu Zaitun.
(613) Ramli : Haa, dia sama. Zaiton pakai yang palsu ya.
Berapa harganya?
Tuturan (616) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (616)
adalah Ramli mengajak teman-temannya pergi ke tempat pegadaian.
Tuturan (610), (611), (612), (613), dan (615) merupakan tindak ilokusi.
Tindak ilokusi pada tuturan (610) yaitu Zaitun bermaksud memberi tahu bahwa
cincin yang ia temukan sama persis dengan cincin berlian ibunya. Tindak ilokusi
62
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah tempat pegadaian. Partisipan yang terlibat ialah pemilik
tempat pegadaian dan Ramli. Tampak seorang pemilik tempat pegadaian sedang
memeriksa keaslian cincin berlian dengan sebuah kaca pembesar. Maksud dan
tujuan tuturan adalah menetapkan harga gadai cincin berlian milik ibu Zaitun.
(619) Peniaga Pajak Gadai : Baiklah. Sang Chen. „Baiklah. Sang Chen.‟
Tuturan (619) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (619)
yaitu pemilik tempat pegadaian menyetujui harga yang ditawarkan Ramli.
Tuturan (617) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (617)
adalah pemilik tempat pegadaian bertanya pada tauke (orang yang menggadaikan
63
Konteks tuturan :
(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.
64
(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah di sebelah itu, supaya jangan
lupa dia datang ya.
Tuturan (629), (630), (631), (633), (635), (636), (638), (639), (640), dan
(641) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (629) adalah wakil
rombongan bermaksud menyuruh Normah segera memulai pembicaraan agar ibu
Zaitun bisa menentukan tanggal pernikahan. Tindak ilokusi pada tuturan (630)
yaitu Normah bermaksud menanyakan kapan Sudin dan Zaitun akan bersanding
karena hantaran sudah diberikan kepada pihak perempuan. Tindak ilokusi pada
tuturan (631) ialah mak Zaitun bertanya dengan maksud ingin tahu kapan Azis
dan Safiah akan bersanding. Tindak ilokusi pada tuturan (633) adalah mak Zaitun
bermaksud menyarankan lebih baik kedua pasangan pengantin disandingkan di
hari yang sama. Tindak ilokusi pada tuturan (635) ialah Normah bermaksud
sependapat dengan pemikiran mak Zaitun. Tindak ilokusi pada tuturan (636)
adalah wakil rombongan setuju dengan pendapat mak Zaitun karena acaranya
dapat selesai dengan satu kali kerja saja. Tindak ilokusi pada tuturan (638) yaitu
mak Sudin juga bermaksud setuju dengan pendapat mak Zaitun yang sangat bagus
65
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli, Habibah,
adik-adik Rokiah dan pelayan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin
menolong seorang anak dengan membelikan makan. Tapi malah adik-adiknya
yang banyak ikut datang dan dengan terpaksa Ramli harus membelikan makanan
pada mereka juga.
Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang sedang makan bersama Ramli.
66
(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?
(679) Ramli : Aah saya tak apa. „Aah saya tidak apa-apa.‟
(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.
67
Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.
Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.
68
Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.
Tuturan (667), (668), (673), (677), (682), dan (690) merupakan tindak
lokusi. Tindak lokusi pada tuturan (667) adalah Habibah mengatakan bahwa
Rokiah adalah kakaknya. Tindak lokusi pada tuturan (668) yaitu Ramli
mempersilakan Rokiah untuk duduk. Tindak lokusi pada tuturan (673) adalah
Habibah mengatakan bahwa beefsteaknya sangat enak. Tindak lokusi pada tuturan
(677) ialah Ramli mempersilakan Rokiah untuk menikmati beefsteak. Tindak
lokusi pada tuturan (682) adalah Rokiah memberi tahu Ramli bahwa adik-adiknya
sudah datang semua. Tindak lokusi pada tuturan (690) yaitu Ramli merasa dirinya
akan mati karena ketiban sial alias tertipu lagi.
Tuturan (662), (664), (666), (670), (671), (672), (674), (678), (680), (683),
(684), (685), (687), (688), dan (689) merupakan tindak ilokusi. Tindak ilokusi
pada tuturan (662) adalah Ramli bertanya pada perempuan yang ditolongnya
bermaksud ingin berkenalan. Tindak ilokusi pada tuturan (664) yaitu Ramli
bermaksud menanyakan nama kakak Habibah yang ditunggunya tadi. Tindak
ilokusi pada tuturan (666) ialah Rokiah bermaksud menyapa Ramli dengan
mengatakan bahwa Habibah adalah adiknya. Tindak ilokusi pada tuturan (670)
adalah Ramli menawarkan makan pada Rokiah dengan bertanya apa makanan
yang ia inginkan. Tindak ilokusi pada tuturan (671) yaitu Rokiah bermaksud
menolak tawaran Ramli. Tindak ilokusi pada tuturan (672) ialah Ramli tetap
menyuruh Rokiah untuk makan lalu memasankannya beefsteak. Tindak ilokusi
pada tuturan (674) adalah Ramli bertanya pada Rokiah bermaksud ingin tahu
apakah mereka berdua hanya 2 bersaudara saja. Tindak ilokusi pada tuturan (678)
yaitu Rokiah bertanya pada Ramli bermaksud ingin tahu apakah dia makan atau
tidak. Tindak ilokusi pada tuturan (680) ialah Rokiah bermaksud membujuk
69
Tuturan (663), (665), (669), (675), (676), (679), (681), dan (686)
merupakan tindak perlokusi. Tindak perlokusi pada tuturan (663) adalah Habibah
menjawab pertanyaan Ramli dengan menyebutkan namanya. Tindak perlokusi
pada tuturan (665) yaitu Habibah menjawab pertanyaan Ramli dengan
meyebutkan nama kakaknya yaitu Rokiah. Tindak perlokusi pada tuturan (669)
ialah Rokiah mengucapkan terima kasih pada Ramli karena telah
mempersilakannya untuk duduk. Tindak perlokusi pada tuturan (675) ialah
Rokiah menjawab pertanyaan Ramli dengan mengatakan bahwa mereka 11
bersaudara. Tindak perlokusi pada tuturan (676) yaitu Ramli merasa terkesan
dengan banyaknya saudara Rokiah. Tindak perlokusi pada tuturan (679) adalah
Ramli menjawab dengan berkata bahwa ia tak perlu makan. Tindak perlokusi
pada tuturan (681) yaitu Ramli menuruti maksud Rokiah lalu ia pun memesan
beefsteak. Tindak perlokusi pada tuturan (686) adalah adik-adik Rokiah
menjawab serentak dengan berkata „Sudah‟.
70
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah ruangan yang cukup luas. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan Normah. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah memberitahu
Ramli bahwa selama ini pemuda yang disukainya adalah Ramli.
Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.
Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.
71
(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.
„Ini! Pakai ini. Buka baju itu, seperti roti jala saja.‟
(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.
Tuturan (693) dan (695) merupakan tindak lokusi. Tindak lokusi pada
tuturan (693) adalah Ramli berkata agar Normah tidak marah kepadanya. Tindak
lokusi pada tuturan (695) yaitu Ramli menjelaskan pada Normah bahwa ia telah
tertipu oleh perempuan hingga menghabiskan uang 38 ringgit. Pemilik restauran
72
Tuturan (691), (692), (694), (696), (697), dan (698) merupakan tindak
ilokusi. Tindak ilokusi pada tuturan (691) adalah Ramli berusaha meyakinkan
Normah agar Normah percaya dan tidak perlu takut padanya karena dia bukan
hantu. Tindak ilokusi pada tuturan (692) yaitu Normah bertanya pada Ramli
bermaksud ingin tahu apa yang membuatnya menjadi berpenampilan tak layak
karena hanya mengenakan dalaman yang compang-camping. Tindak ilokusi pada
tuturan (694) ialah Normah bertanya pada Ramli bermaksud ingin tahu apa yang
membuatnya menjadi berpenampilan tak layak karena hanya mengenakan
dalaman yang compang-camping. Tindak ilokusi pada tuturan (696) adalah
Normah menyuruh Ramli mengenakan sarung miliknya dan mengatakan bahwa
Ramli seperti kue jala. Tindak ilokusi pada tuturan (697) adalah Normah
bermaksud menyinggung Ramli yang sibuk mencari wanita di luar sana padahal
ada Normah di sini yang menyukainya. Tindak ilokusi pada tuturan (698) yaitu
Ramli bermaksud memperjelas maksud pernyataan Normah dengan menebak
bahwa wanita tersebut adalah Normah.
Kesimpulan dari rumusan masalah pertama yaitu tentang jenis tindak tutur
dalam dialog film Bujang Lapok adalah :
1. Tindak lokusi
Dijumpai tindak tutur yang diujarkan dengan kata, frasa, dan kalimat
dengan makna tersurat yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu seperti
apa adanya tanpa ada maksud lain. Seperti contoh-contoh pada nomer tuturan
berikut : (1), (6), (12), (14), (17), (33), (41), (150), (152), (155), (166), (168),
(169), (179), (230), (235), (276), (328), (343), (353), (356), (437), (438), (439),
(447), (451), (452), (494), (501), (504), (510), (515), (521), (524), (525), (526),
73
2. Tindak ilokusi
Tidak ilokusi dalam dialog film Bujang Lapok lebih banyak dijumpai.
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang diujarkan dengan makna tambahan di
samping makna yang sebenarnya. Seperti contoh-contoh pada nomer tuturan
berikut : (3), (7), (11), (13), (15), (18), (28), (29), (30), (34), (36), (38), (39), (40),
(64), (66), (144), (145), (146), (147), (148), (151), (154), (164), (165), (167),
(170), (172), (174), (176), (177), (226), (228), (231), (233), (273), (274), (275),
(323), (325), (329), (331), (334), (336), (337), (338), (339), (341), (342), (344),
(345), (346), (347), (349), (350), (352), (354), (357), (359), (360), (435), (442),
(443), (445), (446), (448), (449), (450), (453), (454), (455), (456), (463), (464),
(466), (467), (468), (470), (471), (472), (489), (490), (491), (492), (493), (495),
(496), (497), (498), (499), (502), (503), (505), (507), (512), (513), (518), (520),
(522), (523), (528), (529), (530), (531), (543), (544), (546), (548), (549), (551),
(610), (611), (612), (613), (615), (617), (662), (664), (666), (670), (671), (672),
(674), (678), (680), (683), (684), (685), (687), (688), (689), (691), (692), (694),
(696), (697), (698).
3. Tindak perlokusi
74
Konteks tuturan :
Tuturan (1) mengarah pada makna denotasi, yaitu pada kata „bye-bye’
memiliki arti sampai jumpa. Kata ini memiliki arti yang sebenarnya sesuai dengan
kenyataan yang dilihat yakni sebagai tanda berpisah atau seseorang akan pergi.
Tuturan (2) mengarah pada makna denotasi, yakni balasan dari mitra tutur kepada
penutur dengan mengatakan „bye‟ yang memiliki arti sampai jumpa sama seperti
tuturan (1). Tuturan (3) mengarah pada makna denotasi, yaitu kalimat tanya yang
75
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di ruangan manager. Partisipan yang terlibat adalah Ramli dan
manager yang saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Tujuan
tuturan dilakukan Ramli untuk menawarkan beberapa produk minyak wangi yang
ia bawa.
76
(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize. „Haaa, saya akan beri bapak potongan harga‟.
77
Tuturan (6) mengarah pada makna denotasi. Makna denotasi pada tuturan
(6) adalah menyuruh masuk, yang memiliki arti sebenarnya sesuai dengan
kenyataan. Tuturan (7) mengarah pada makna konotasi, yaitu bermaksud memuji
dengan cara merendah diri. Kata setia dan tampan. Setia berarti berpegang teguh
pada janji dan tampan yang berarti wajah yang menarik. Kata setia dan tampan
menyatakan pujian, lalu pada kalimat „tidak bosan melihat wajah saya yang
bulukan’ wajah saya yang bulukan dimaksudkan untuk membandingkan wajah
yang tampan. Ramli bermaksud merendah agar pujian tersebut lebih terasa.
Tuturan (8) mengarah pada makna denotasi, yaitu menyatakan bahwa parfum
yang dipercikkan memiliki bau yang enak dihirup. Tuturan (9) mengarah pada
makna konotasi, yakni kalimat „Evening in Rusia’ apabila diartikan ke dalam
bahasa Indonesia berarti sore hari di Rusia. Namun „Evening in Rusia’ di sini
bukan bermaksud waktu sore di Negara Rusia, melainkan diibaratkan sebagai
nama parfum. Tuturan (10) mengarah pada makna denotasi, yaitu berekspresi
keheranan, kaget sekaligus kagum dengan nama parfum tersebut. Tuturan (11)
mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kata Fernando yang sering digunakan
sebagai nama seorang laki-laki yang memiliki arti perjalanan yang berani,
petualang, inovatif, dan penuh ide. Ramli bermaksud memuji manajer dengan
mengibaratkan manajer seperti arti nama Fernando agar manajer luluh dan
percaya pada rayuan Ramli lalu tertarik membeli parfum yang ditawarkan Ramli.
78
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di jalan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Sudin, dan Azis yang
saling bertukar peran sebagai penutur dan mitra tutur. Maksud dan tujuan tuturan
adalah makan apa hari ini.
(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.
(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.
(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam?
79
Tuturan (28) mengarah pada makna denotasi, yaitu badan yang sudah lelah
dan perut yang sudah terasa lapar. Tuturan (29) mengarah pada makna denotasi,
yakni tidak bernafsu untuk makan nasi di warung. Tuturan (30) mengarah pada
makna denotasi, yaitu bertanya bagaimana pendapat Sudin. Tuturan (31)
mengarah pada makna denotasi, yakni menyarankan untuk masak sendiri. Tuturan
(32) mengarah pada makna konotasi, yaitu kata „Aaah..‟ diibaratkan sebagai
ekspresi setuju dengan pendapat Sudin. Tuturan (33) mengarah pada makna
denotasi, yakni mengatakan bahwa ide Sudin untuk memasak sendiri juga bagus.
Tuturan (34) mengarah pada makna denotasi, yakni bertanya apa yang pertama
akan dibeli. Tuturan (35) mengarah pada makna denotasi, yaitu semua
mengatakan untuk membeli ayam.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah pasar. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Azis, Sudin,
dan Penjual. Maksud dan tujuan tuturan adalah untuk membeli ayam.
(38) Ramli : Ha, kau dengar tak? „Ha, kau dengar tidak?‟
80
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan mak Munah. Tujuan tuturan dilakukan Mak Munah berjalan melewati
Ramli, ia pun menyapa mak Munah sambil tersenyum.
Mak Munah berlalu meninggalkan Ramli dan masuk ke kamarnya. Ramli pun
kembali memanggil Normah.
81
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Zaitun dan mak
Zaitun. Maksud dan tujuan pembicaraan adalah menasehati Zaitun agar ia sudah
pulang ke rumah jika hari sudah mulai petang, karena ibunya khawatir.
(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.
(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.
(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.
82
(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.
(152) Mak Zaiton : Alaah, aku belajar sikit-sikitlah supaya orang kota
jangan konon-kononkan kita. Kau pun mesti
belajar, Ton. Bukannya susah. One, two, three. A,
B, C. What you going?
83
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di kamar Sudin, Ramli, dan Azis. Partisipan yang terlibat adalah
Sudin dan Ramli. Maksud dan tujuan pembicaraan mereka adalah membahas
masalah Sudin dan Zaitun.
84
(165) Ramli : Kalau dah suka sama suka. Memang tak kenal
botol kicap dengan botol cuka. Peduli apa mak dia
tak suka. Dengan mak dia kah yang kau nak
menikah.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan kamar Normah. Partisipan yang terlibat dalam tuturan
ialah Safiah, Normah, dan Azis. Maksud dan tujuan tuturan adalah Safiah ingin
meminjam beras kepada Normah.
85
(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).
86
(177) Normah : Hah. Bilang sama bapak kau Safiah. Kalau bapak
kau asyik main judi, minum arak lagi. Kak Normah
tak mau kasi beras. Nah! pegi balik.
87
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan kamar Ramli, Sudin, dan Azis. Partisipan yang terlibat
ialah mak Sudin dan mak Bibah. Maksud dan tujuan tuturan adalah saling
berkenalan antara mak Sudin dan Mak Bibah.
88
(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.
(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.
„Kampungnya di mana?‟
89
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di depan rumah sewa Normah. Partisipan yang terlibat yaitu Sudin
dan Azis. Sudin yang terkejut mendengar teriakan ibunya Zaitun spontan
bertingkah seperti sedang berolahraga, lalu Azis datang bertanya pada Sudin.
Maksud dan tujuan tuturan adalah Azis menanyakan apa yang sedang dilakukan
Sudin.
(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.
90
Tuturan (273) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
sedang dilakukan Sudin, apakah ingin belajar silat. Tuturan (274) mengarah pada
makna konotasi, yakni kata „Lain yang diketuk, lain yang keluar’ memiliki arti
lain yang diberi isyarat panggilan, lain pula yang muncul. Diketuk di sini berarti
pukulan botol yang biasa digunakan Sudin dan Zaitun sebagai isyarat panggilan
mereka. Tuturan (275) mengarah pada makna konotasi, yakni kata „yang diketuk
si cantik manis, yang keluar si badak sumbu’ memiliki arti yang dipanggil adalah
Zaitun, malah yang muncul ibunya. Tuturan (276) mengarah pada makna
denotasi, yaitu menyatakan setuju.
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah tempat makan tampak ramai pengunjung yang tengah
menikmati hidangan sekaligus berbincang-bincang. Ramli dan seorang wanita
bernama Prani berjalan menuju tempat duduk. Mereka duduk berhadapan. Lalu
datang seorang pelayan. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli, Prani, dan seorang
pelayan. Adapun maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih mengenal
Prani
91
(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.
92
(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.
Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.
93
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah taman. Partisipan yang terlibat yaitu Ramli dan Normah.
Ramli sedang bernyanyi sambil berjalan menikmati keindahan taman. Tiba-tiba
terdengar suara wanita yang menyambung lagunya, nyanyian mereka berdua
terdengar bersahut-sahutan. Ramli mencari-cari arah suara itu, tak lama kemudian
ia menunjuk ke arah wanita yang sedang bernyanyi, wanita itu yang tidak lain
ialah Normah. Mereka pun saling berpandangan lalu Ramli menghampiri Normah
dan duduk di sebelahnya. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah ingin
94
(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?
(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.
(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.
(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?
(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?
95
(351) Normah : Tidak, dia tidak tahu. „Tidak, dia tidak tahu.‟
(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.
(355) Normah : Baiklah, saya pakai nasihat cik Ramli. Kalau saya
dapat kahwin dengan pemuda itu, saya rasa
sungguh bahagia.
(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.
96
Tuturan (344) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
sedang dilakukan Normah di taman. Tuturan (345) mengarah pada makna
denotasi, yakni akan bertemu dengan anak pak Husein Ngok-ngek. Tuturan (346)
mengarah pada makna denotasi, yaitu anak pak Husein baru saja pulang naik
sampan. Tuturan (347) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta Ramli
menjawab pertanyaan yang diajukan Normah. Tuturan (348) mengarah pada
makna denotasi, yaitu bersedia menjawab pertanyaan Normah. Tuturan (349)
mengarah pada makna denotasi, yaitu menanyakan pendapat Ramli apa yang
harus diperbuat Normah tentang rasa cintanya pada seorang pemuda. Tuturan
(350) mengarah pada makna denotasi, yakni menanyakan apakah pemuda yang
dicintai Normah tahu akan perasaannya. Tuturan (351) mengarah pada makna
denotasi, yakni pemuda yang dicintai Normah belum tahu perasaannya. Tuturan
(352) mengarah pada makna konotasi, yaitu kalimat ‘cik Normah akan meninggal
karena TB’ mengibaratkan jika Normah tidak segera memberitahu pemuda
tersebut tentang perasaannya maka Normah akan menyesal, dan penyesalan pasti
menimbulkan rasa sesak di hati sama seperti penyakit Tuberculosis. Tuturan (353)
97
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah sewa milik Normah. Di kamar Normah bertanya pada
Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.
98
Tuturan (435) mengarah pada makna denotasi, yaitu bertanya apa yang
terjadi pada Safiah. Tuturan (436) mengarah pada makna denotasi, yakni Safiah
dijadikan alat untuk membayar hutang kekalahan berjudi ayahnya. Tuturan (437)
mengarah pada makna konotasi, yaitu Normah mengibaratkan ayah Safiah seperti
binatang pada kata „Ayah kamu itu memang binatang Safiah’ yang memiliki arti
ayah Safiah adalah orang yang berperangai buruk dan suka melakukan perbuatan
yang tercela seperti berjudi dan minum alkohol. Tuturan (438) mengarah pada
makna denotasi, yakni Safiah pun sudah tahu akan keburukan dan fakta
sesungguhnya bahwa ayah Safiah hanyalah ayah angkat. Tuturan (439) mengarah
pada makna denotasi, yaitu mencoba menenangkan Safiah dan menyarankannya
untuk tinggal bersama Normah.
99
Tuturan terjadi di lorong rumah sewa milik Normah. Partisipan yang terlibat
adalah Babjan, Azis, Sudin, Ramli, dan salah satu penghuni rumah. Tiba-tiba
terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah ayah
angkat Safiah Babjan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Babjan mencari Azis
karena marah dan menuduh Azis menculik Safiah.
Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.
Tanpa pikir panjang, Babjan melayangkan kepalan tangannya di wajah Azis. Azis
pun tumbang dalam sekali pukulan karena badanya yang tak seimbang jika
dibandingkan dengan Babjan. Babjan terus melayangkan pukulannya ke muka
Azis. Melihat Azis yang tidak berdaya, Sudin pun mencoba menghalau Babjan
agar tidak memukul Azis lagi.
100
Babjan kembali melayangkan pukulan pada Sudin dan Sudin pun jatuh
tersungkur.
Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.
(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!
(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!
Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.
101
Tuturan (442) mengarah pada makna denotasi, yakni memanggil Azis dan
menanyakan keberadaannya. Tuturan (443) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menanyakan di mana Azis berada. Tuturan (444) mengarah pada makna denotasi,
yakni tidak mengetahui di mana Azis berada. Tuturan (445) mengarah pada
makna denotasi, yaitu melarang salah satu penghuni untuk tertawa. Tuturan (446)
102
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah Zaitun. Partisipan yang terlibat yaitu Normah, mak
Zaitun, dan mak Sudin. Mereka tengah berunding perihal Sudin dan Zaitun.
Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana. Maksud dan tujuan tuturan adalah
mendamaikan mak Sudin dan mak Zaitun sekaligus menentukan uang hantaran.
(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah
hendaknya kita sama-sama sekampung. Kankah
begitu mak Zaiton.
103
(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?
(466) Mak Zaitun : Betullah kata awak tu. Minumlah, minum cik. Eh,
Zaiton kenapa kau tak pelawa abang Sudin kau tu?
Nah! agar-agar nah.
104
Tuturan (463) mengarah pada makna denotasi, yakni senang karena mak
Sudin dan mak Zaitun sudah berbaikan selayaknya sesame kampung. Tuturan
(464) mengarah pada makna denotasi, jika ibu si perempuan dan ibu si laki-laki
bertengkar itu sebuah pertanda. Tuturan (465) mengarah pada makna denotasi,
yakni pertanda akan berbesan. Tuturan (466) mengarah pada makna denotasi,
yaitu membenarkan perkataan mak Sudin lalu mempersilakan Normah dan mak
Sudin untuk minum, kemudian menyuruh Zaitun melayani Sudin dengan
memberikan agar-agar. Tuinda turan (467) mengarah pada makna denotasi, yakni
menyuruh Sudin dan Zaitun bermain di luar supaya mak Sudin dan mak Zaitun
dapat berunding tentang pinangan dan hantaran. Calon mempelai tidak boleh tahu,
itulah sebabnya dikatakan sebagai rahasia. Tuturan (468) mengarah pada makna
denotasi, yakni mulai membahas tentang meminang lalu bertanya bagaimana
persetujuan mak Zaitun. Tuturan (469) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyetujui Zaitun menikah dengan Sudin. Tuturan (470) mengarah pada makna
denotasi, yakni menanyakan berapa hantaran yang harus disiapkan. Tuturan (471)
mengarah pada makna denotasi, yaitu berpikir berapa hantaran yang akan
diajukan. Tuturan (472) mengarah pada makna denotasi, yakni menyuruh mak
Zaitun agar tidak sungkan menyeebutkan berapa hantaran yang diminta. Tuturan
(473) mengarah pada makna konotasi, yakni pada kalimat „seribu serba satu’
seribu maksudnya uang hangus atau uang belanja sebesar 1000 ringgit dan serba
satu maksudnya 1 set perlengkapan perempuan dari ujung rambut ke ujung kaki
105
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di kamar pak Nyong dan mak Munah. Partisipan yang terlibat
adalah pak Nyong dan mak Munah. Maksud dan tujuan tuturan ialah mak Munah
meminta cerai pada suaminya pak Nyong karena suaminya dianggap tidak dapat
membahagiakan mak Munah. Adu mulut pun terjadi anatara mak Munah dan pak
Nyong.
(489) Mak Munah : Ceraikan aku, ceraikan aku, ceraikan aku, hah.
Kau tak guna jadi jantan. Jantan tak malu...hah!
hah! Kau...kau.
(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?
(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok
orang sebelah tu. Nah! Gelangnya. Aku semayam
emaspun, tak pernah kau belikan.
(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya
106
(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?
(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.
Tuturan (489) mengarah pada makna denotasi, yakni meminta cerai pada
suaminya karena dianggap tidak berguna jadi laki-laki. Tuturan (490) mengarah
pada makna denotasi, yaitu menanyakan apa yang membuat mak Bibah berbicara
107
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
ialah Sudin dan manajer. Sudin masuk ke ruangan kantor dengan berhati-hati dan
terlihat agak khawatir karena ia datang terlambat. Dia pun terkejut melihat
Manajer yang tiba-tiba muncul. Maksud dan tujuan tuturan ialah manajer menegur
Sudin karena keterlambatannya masuk kerja.
(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.
108
Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.
(501) Manager : Huh, potong gaji kau 2 ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).
109
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di ruangan kantor tempat Sudin bekerja. Partisipan yang terlibat
adalah Sudin dan teman kerjanya Kemat. Maksud dan tujuan tuturan adalah Sudin
meminta bantuan pada Kemat untuk memberinya pekerjaan lembur jika ada.
110
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli,
Junainah, dan Rapi. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin lebih
mengenal teman kencannya, namun ia kembali tertipu oleh wanita karena ternyata
wanita tersebut memiliki teman lelaki lain.
Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.
111
Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.
(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa dokter.
Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.
Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.
Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat
112
Konteks tuturan :
Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.
113
„Bu, di dunia ini jika kita baik hati, kita jujur, tidak
mau banyak berkata, kita akan dipijak bu. Tetapi
jika kita kita berdusta, menipu, menyombongkan
diri, orang memandang mulia pada kita bu.
Sekarang ibu pilih satu antara dua. Ibu suka Prani
seperti ini atau suka Prani menjual kehormatan
Prani?‟
(532) Mak Prani : Dua-dua mak tak suka. „Dua-dua ibu tidak suka.‟
Konteks tuturan :
114
Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.
(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!
(545) Sharif : Ya, mulai hari ini kau tak ada hutang lagi padaku.
Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.
115
Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.
Safiah pun kembali meronta dan berteriak, ia lalu memukul kepala Sharif dengan
belantan besi yang kebetulan ada di lantai. Kepala Sharif terluka dan berdarah.
Safiah tampak panik, tanpa berpikir panjang ia pun bergegas melarikan diri.
Tuturan (541) mengarah pada makna denotasi, yaitu Babjan akan keluar
sebentar. Tuturan (542) mengarah pada makna denotasi, yakni mengerti dengan
yang dikatakan ayahnya. Tuturan (543) mengarah pada makna denotasi, yaitu
menyuruh Sharif masuk ke rumah Babjan. Tuturan (544) mengarah pada makna
denotasi, yakni menanyakan hutangnya pada Sharif telah lunas. Tuturan (545)
mengarah pada makna denotasi, yaitu hutang Babjan pada Sharif sudah tidak ada.
Tuturan (546) mengarah pada makna konotasi, yaitu menyapa Safiah dengan
menyebut Safiah „cantik manis’, „cantik manis’ berarti wanita yang berparas
menarik. Tuturan (547) mengarah pada makna denotasi, yaitu merasa terkejut lalu
bertanya siapa kamu kepada Sharif dan menyatakan bahwa ayah Safiah tidak di
rumah. Tuturan (548) mengarah pada makna denotasi, yaitu meyakinkan Safiah
agar tidak takut, lalu memberi uang pemberian ayah Safiah. Tuturan (549)
mengarah pada makna denotasi, yaitu meminta Sharif agar melepaskan dirinya.
116
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah toko cincin. Partisipan yang terlibat adalah Ramli,
Zaitun, dan penjual. Tampak penjual memberikan sekotak cincin imitasi. Mereka
bersama-sama mencari cincin yang mirip dengan cincin berlian milik mak Zaitun.
Maksud dan tujuan tuturan adalah mencari cincin yang mirip dengan cincin
berlian milik ibu Zaitun.
(613) Ramli : Haa, dia sama. Zaiton pakai yang palsu ya.
Berapa harganya?
117
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah tempat pegadaian. Partisipan yang terlibat ialah pemilik
tempat pegadaian dan Ramli. Tampak seorang pemilik tempat pegadaian sedang
memeriksa keaslian cincin berlian dengan sebuah kaca pembesar. Maksud dan
tujuan tuturan adalah menetapkan harga gadai cincin berlian milik ibu Zaitun.
(619) Peniaga Pajak Gadai : Baiklah. Sang Chen. „Baiklah. Sang Chen.‟
Tuturan (617) mengarah pada makna konotasi, yaitu pada kata „tauke‟
yang memiliki arti bos, penjual atau pedagang. Tauke diibaratkan sebagai orang
yang memiliki barang yang akan digadaikan jadi orang tersebutlah yang
menyebutkan harga jual barang tersebut. Tuturan (618) mengarah pada makna
118
Konteks tuturan :
(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.
(636) Wakil Rombongan : Bagus jugak tu. Jadi satu kali kerja.
119
(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah di sebelah itu, supaya jangan
lupa dia datang ya.
120
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di rumah makan. Partisipan yang terlibat ialah Ramli, Habibah,
adik-adik Rokiah dan pelayan. Maksud dan tujuan tuturan adalah Ramli ingin
menolong seorang anak dengan membelikan makan. Tapi malah adik-adiknya
yang banyak ikut datang dan dengan terpaksa Ramli harus membelikan makanan
pada mereka juga.
Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang sedang makan bersama Ramli.
121
(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?
(679) Ramli : Aah saya tak apa. „Aah saya tidak apa-apa.‟
(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.
Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.
122
Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.
Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.
123
124
Konteks tuturan :
Tuturan terjadi di sebuah ruangan yang cukup luas. Partisipan yang terlibat yaitu
Ramli dan Normah. Maksud dan tujuan tuturan adalah Normah memberitahu
Ramli bahwa selama ini pemuda yang disukainya adalah Ramli.
Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.
Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.
125
(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.
„Ini! Pakai ini. Buka baju itu, seperti roti jala saja.‟
(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.
126
127
2. Makna konotasi
128
129
5.1 Simpulan
Data percakapan yang ditemukan pada film Bujang Lapok sebanyak 700
tuturan. Berdasarkan pembahasan pada yang telah dilakukan pada bab IV, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Percakapan yang terdapat dalam dialog film Bujang Lapok dapat dianalisis
dari segi bentuk tindak tutur yang dikemukakan oleh Austin (1956). Dari segi
tindak tutur, percakapan dalam film Bujang Lapok terdapat tiga bentuk tindak
tutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berdasarkan tindak lokusi
terdapat 133 data tuturan, tindak ilokusi sebanyak 341 data tuturan, dan tindak
tutur perlokusi sebanyak 226 data tuturan.
2. Percakapan atau tuturan yang terdapat dalam dialog film Bujang Lapok
dapat juga dianalisis dari segi makna, khususnya kearah makna denotasi dan
makna konotasi. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, ditemukan
sebanyak 644 data tuturan yang mengarah pada makna denotasi, dan sebanyak 56
data tuturan mengarah pada makna konotasi.
5.2 Saran
Penelitian ini berusaha menyajikan tentang jenis tindak tutur dan makna
dalam dialog film Bujang Lapok. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam melakukan penelitian ini karena
kekurangan pengetahuan analisis tindak tutur bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang berhubungan dengan analisis
kebahasaan. Dari hasil analisis tindak tutur dan makna tuturan film Bujang Lapok
semoga dapat dijadikan sedikit tambahan ilmu pengetahuan tentang analisis tindak
tutur dan makna tuturan bagi penulis dan bagi pembaca. Penulis berharap di masa
yang akan datang dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam
mengenai penerapan tindak tutur yaitu : maksim dan prinsip sopan santun karena
banyak aspek dari dialog film Bujang Lapok yang masih dapat diteliti lebih lanjut.
130
Sumber Buku :
Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Asdi
Mahasatya.
Ginting, Reza Pahlevi. 2009. Analisis Tindak Tutur Dalam Dialog Film
Perempuan Punya Cerita. (skripsi). Medan: Departemen Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sumber Internet :
Astuti, Reni Yuli. 2013. Analisis Tindak Tutur Cerita Bersambung Tresnaku
Mung Sepisan Dalam Majalah Panjebar Semangat Tahun 2011/2012 Karya
Ismoe Rianto. (Jurnal) Vol /0 2 / No. 01 / Mei 2013.
131
Hapsari, Riyana Widya. 2014. Analisis Tindak Tutur Dalam Novel Jaring
Kalamangga Karya Suparto Brata. (Jurnal) Vol./ 04/ No. 02/ Mei 2014.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=161387&val=616&title=ANALISIS
%20TINDAK%20TUTUR%20DALAM%20NOVEL%20JARING%20KALAMANGGA%20KARYA
%20SUPARTO%20BRATA (diakses pada 17 Desember pukul 11:46 WIB)
Muntholib. 2013. Analisis Tindak Tutur Novel Para Abdi Sami Cecaturan Karya
Mas Ngabehi Wasesa Pangrawit. (Jurnal) Vol /0 2 / No. 03 / Mei 2013.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72000&val=616&title=ANALISIS
%20TINDAK%20TUTUR%20NOVEL%20PARA%20ABDI%20SAMI%20CECATUR
AN%20KARYA%20MAS%20NGABEHI%20WASESA%20PANGRAWIT (diakses
pada 17 Desember pukul 11:46 WIB)
Rahman dan Nur Afifah. 2005. Idiosyncrasy P. Ramlee dalam Genre Filem
Komedi. Wacana Seni journal of arts discourse.jil/vol.4.2005.
http://wssacanaseni.usm.my/WACANA%20SENI%20JOURNAL%20OF%20ARTS%20
DISCOURSE/JOURNAL_4%20PDF/ws4_article3.pdf (diakses pada 17 desember
2017 pukul 11:21 wib.)
132
(5), (24), (53), (55), (56), (63), (68), (79), (80), (81), (83), (89), (90), (101), (103),
(109), (112), (141), (163), (180), (186), (190), (194), (196), (214), (216), (254),
(261), (263), (264), (266), (270), (272), (290), (295), (310), (322), (366), (371),
(372), (382), (389), (397), (417), (420), (425) (426), (433), (434), (440), (457),
(458), (459), (479), (481), (483), (485), (516), (533), (534), (540), (552), (559),
(560), (572), (576), (585), (609), (620), (626), (627), (628), (651), (652), (655).
133
(20), (21), (22), (26), (43), (44), (46), (48), (50), (51), (54), (57), (59), (61), (70),
(71), (72), (73), (74), (75), (76), (82), (85), (86), (88), (91), (92), (94), (96), (98),
(100), (104), (105), (106) , (107), (111), (114), (116), (118), (119), (120), (122),
(124), (125), (126), (128), (129), (130), (131), (133), (134), (136), (138), (142),
(156), (158), (159), (161), (183), (184), (188), (192), (193), (195), (197), (198),
(199), (200), (202), (205), (207), (208), (209), (211), (217), (219), (221), (222),
(224), (225), (237), (239), (241), (242), (244), (245), (246), (247), (249), (250),
(251), (253), (255), (256), (258), (259), (262), (265), (267), (269), (271), (277),
(279), (281), (283), (284), (285), (288), (289), (291), (293), (296), (298), (300),
(301), (302), (304), (306), (308), (311), (313), (315), (316), (318), (321), (361),
(363), (367), (368), (369), (373), (375), (377), (378), (380), (383), (385), (388),
(391), (393), (394), (398), (400), (402), (404), (406), (408), (410), (411), (412),
(414), (419), (422), (424), (427), (429), (430), (462), (475), (477), (480), (482),
(486), (488), (487), (517), (537), (539), (554), (555), (556), (562), (564), (566),
(568), (570), (573), (578), (580), (582), (584), (586), (587), (588), (590), (592),
(594), (595), (598), (600), (602), (603), (606), (608), (621), (623), (625), (642),
(645), (648), (654), (657), (659), (661).
134
(23), (25), (27), (45), (47), (49), (52), (58), (60), (62), (69), (77), (78), (84), (87),
(93), (95), (97), (99), (102), (108), (110), (113), (115), (117), (121), (123), (127),
(132), (135), (137), (139), (140), (143), (157), (160), (162), (181), (182), (185),
(187), (189), (191), (201), (203), (204), (206), (210), (212), (213), (215), (218),
(220), (223), (238), (240), (243), (248), (252), (257), (260), (268), (278), (280),
(282), (286), (287), (292), (294), (297), (299), (303), (305), (307), (309), (312),
(314), (317), (319), (320), (362), (364), (365), (370), (374), (376), (379), (381),
(384), (386), (387), (390), (392), (395), (396), (399), (401), (403), (405), (407),
(409), (413), (415), (416), (418), (421), (423), (428), (431), (432), (441), (460),
(461), (476), (478), (484), (488), (535), (536), (538), (553), (557), (558), (561),
(563), (565), (567), (569), (571), (574), (575), (577), (579), (581), (583), (589),
(591), (593), (596), (597), (599), (601), (604), (605), (607), (622), (624), (644),
(646), (647), (649), (650), (653), (656), (658), (660).
135
(5), (20), (21), (22), (23), (43), (45), (46), (47), (48), (50), (51), (52), (53),
(55), (57), (58), (59), (60), (61), (62), (63), (68), (69), (70), (71), (72), (73),
(74), (75), (76), (77), (78), (79), (80), (81), (82), (83), (84), (85), (86), (89),
(90), (91), (92), (93), (94), (95), (96), (97), (98), (99), (101), (102), (103),
(106), (107), (108), (109), (110), (111), (112), (113), (114), (115), (116),
(117), (118), (120), (121), (122), (123), (124), (125), (126), (127), (128),
(129), (130), (131), (132), (133), (134), (135), (136), (137), (138), (139),
(140), (141), (142), (143), (156), (157), (158), (159), (160), (161), (163),
(180), (181), (182), (184), (185), (186), (187), (188), (189), (190), (191),
(192), (193), (194), (195), (196), (197), (198), (199), (200), (201), (202),
(204), (205), (206), (207), (208), (209), (210), (211), (212), (213), (214),
(215), (216), (217), (218), (219), (220), (221), (222), (223), (224), (225),
(237), (238), (239), (240), (241), (242), (243), (244), (246), (247), (248),
(249), (250), (251), (252), (253), (254), (255), (257), (258), (259), (261),
(262), (263), (264), (266), (267), (268), (270), (271), (272), (277), (278),
(279), (280), (281), (282), (283), (284), (285), (286), (287), (288), (289),
(290), (291), (292), (293), (294), (295), (296), (297), (298), (299), (300),
(301), (302), (303), (304), (305), (306), (307), (308), (309), (310), (311),
(312), (313), (314), (317), (318), (319), (320), (321), (322), (361), (362),
(363), (364), (365), (366), (368), (369), (370), (371), (372), (373), (374),
(375), (376), (377), (378), (379), (380), (381), (383), (384), (385), (386),
(387), (388), (389), (390), (391), (392), (393), (394), (395), (397, (398), (399),
(400), (401), (402), (403), (404), (405), (406), (407), (408), (411), (412),
(413), (414), (415), (416), (417), (418), (419), (420), (421), (422), (423),
(424), (425), (426), (427), (428), (429), (430), (431), (432), (433), (434),
(440), (441), (457), (458), (459), (460), (461), (462), (476), (477), (478),
(479), (480), (481), (482), (483), (484), (485), (486), (488), (516), (517),
(534), (535), (536), (537), (538), (539), (540), (552), (553), (554), (555),
(556), (557), (558), (559), (560), (561), (562), (563), (564), (565), (566),
(567), (568), (569), (570), (571), (572), (573), (574), (575), (576), (577),
136
137
(44), (49), (54), (56), (87), (88), (100), (104), (105), (119) (162) (183), (203),
(245), (256), (260), (265), (269), (315), (316), (367), (382), (396), (409),
(410), (475), (487), (533), (578).
138
Siang hari di sebuah kantor, terlihat tiga orang pegawai sedang bekerja.
Lina kemudian berjalan menuju pintu dan berpapasan dengan Ramli saat
membuka pintu. Lina lalu berhenti dan Ramli pun masuk.
Ramli kemudian berjalan ke arah ruang manajer dan mengetuk pintu ruang
manajer.
139
(17) Ramli : Haaa, saya akan beri tuan dengan harga cost
prize.
Ramli menepuk kepalanya dan memasukkan botol minyak wangi ke dalam tasnya.
Kemudian ia keluar dari ruangan manajer dengan raut wajah murung. Dia
menggelengkan kepala lalu berjalan menghampiri Sudin yang sedang merapikan
meja kerjanya sambil tersenyum memandang Ramli.
140
Azis sedang tidur nyenyak di dalam truk di kursi pengemudi. Kemudian Sudin
dan Ramli menghampiri Azis. Sudin menepuk kursi truk untuk membangunkan
Azis.
(24) Sudin : Zis! Zis! Zis!. Zis! Zis! Zis! (menekan klakson).
(25) Azis : Hmmm, apelah kau ni. Aku piki kretaku belanggar
engkau ni.
(28) Azis : Bukan main penat lagi badan aku ni Ramli. Perut
pun dah lapar, mari kite makan nasi kedailah.
(29) Ramli : Aku tak ada tekak nak makan kedai Zis.
(31) Sudin : Ah, kalau begitu, kita masak sendiri apa macam ?
Di sebuah pasar. Terlihat Ramli, Sudin, dan Azis sedang membeli ayam.
141
(43) Pak Nyong : Beli ayam nampaknya, tulah disuruh kahwin tak
mau. Sekarang, siapa nak masak ayam tu ?
(44) Azis : Pak Nyong, jangan pandang kita semua tak ada
mata. Kita semua ada diploma pasal masak-
memasak.
142
Ramli bergaya layaknya seorang yang memiliki otot dan kekuatan seperti petinju.
Kemudian Azis mengejutkan Ramli dengan menekan bokong Ramli dengan jari
telunjuknya hingga membuat Ramli terkejut sampai terjatuh ke kasur.
(59) Ramli : Apalah kau ni Zis.
Tiba-tiba mak Munah berjalan melewati Ramli, ia pun menyapa mak Munah
sambil tersenyum.
143
(69) Normah : (keluar dari kamar) Kan saya dah kata jangan
panggil saya tuan rumah.
(70) Ramli : Maafkan saya tuan tanah. Eh... tuan tanah pulak.
Ehh, cik Normah.
(75) Normah : Kalau cik Ramli nak pinjam dapur saya, saya nak
pakai dapur apa?
(76) Ramli : Bukan nak pinjam terus. Nak pinjam sekejap saja,
boleh tak?
Normah masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci dapur dan Ramli terlihat
senang hingga menari-nari.
Di dapur terlihat Azis sedang memotong bawang hingga membuat matanya pedih.
(81) Azis : Pedihnya. Din air, Din, pedih Din. Alamak Din
pedihnya Din. Alamak air Din, air Din, Din air
mana Din. Alamak tak tahan Din. Alamak Din,
mana air Din, pedih.
144
(87) Azis : Itu apa tu. Selama ni tukang masak ni, mata pun
naik rabun.
(90) Azis : Ah! sukses, sukses. Dah cukup puas hati, puas
hati. Ha... Ha...Ha... Yapu..... Alamak!
Karena perasaan senang dan puas dengan masakannya, Azis tak sengaja
menumpahkan garam ke dalam masakan saat tanganya diangkat ke atas tempat
garam terletak.
(91) Azis : Apa lagi yang kita nanti ni? Kita kebaslah, perut
dah lapar ni.
145
(105) Ramli : Hei! Azis, kalaulah masin mulut kau tu, kalaulah
tuan rumah gila kat muka ini. Aku berniat dekat
keramat si Luncai, kau tau.
146
(117) Normah : Terima kasih sajalah cik abang semua. Saya baru
saja habis makan. Makanlah, lain kali saja ya.
(berlalu meninggalkan mereka bertiga).
(120) Sudin : Hei! Azis. Apa kau tak rasa kah? Lauk ni masam
kah? Masin kah? Ayam ni keras macam kayukah?
Zaiton berlari ke arah Sudin yang sedang menunggunya di sebuah gubuk, mereka
lalu berbincang bersama.
(126) Sudin : Carenye, cuba kau lihat orang kaya tu. Serba-
serbi kerjanya kelam-kabut, bawak kereta besar.
Uuuuuu sana, huuuuu sini, huuu...sini. Tup! Tup!
147
(129) Zaiton : Sudah, takde duit. Mana ada jual ice cream
malam-malam.
(131) Sudin : Nah! Ambik ini, 20 sen. Lekas! Pergi main jauh-
jauh, ya dik.
(135) Sudin : Jangan kau harap kau nak pergi berkelah naik
perahu atau kolek, tak boleh Ton.
(140) Zaiton : Ya, betul kata bang Sudin. Kalau kahwin orang
kebanyakan, kalau jatuh dari perahu tak berat
148
Tampak ibu Zaitun berdiri di depan rumah melihat ke arah Zaitun yang berjalan
masuk ke rumah.
(144) Mak Zaiton :Ton...Ton. Nah ini dia. Kemana saja kau ni, Ton?
Sudah malam begini asyik tak senang duduk di
rumah, asyik nak merayap saja.
(145) Zaiton : Asyik bising ajelah! Orang pegi rumah kat bibi
pun, dah terjerit-jerit.
(146) Mak Zaiton : Eh, Ton. Macam mana aku tak menjerit, kau kan
sudah besar. Bukan budak-budak lagi. Tak lama
lagi kau nak belaki.
(148) Mak Zaiton : Aii, selama kau sudah besar ni Ton, sepatah aku
kata, empat patah kau kata. Lama-lama kalau
begini aku boleh mati heart failure.
149
Zaitun masuk ke kamar lalu memanggil ibunya dan mengajak berbicara di dalam
kamar.
(157) Mak Zaiton : Nak apa lagi! Ayu, go to play. Eh, playkan main-
main. Ayu! Go to, tidurlah (lalu berjalan ke kamar
menghampiri Zaitun).
(161) Zaiton : Kenapa mak tak suka Eton kahwin dengan orang
kebanyakkan?
150
Sofiah berlari ke rumah Normah. Saat dia berlari terlihat pak Nyong sedang menyapu
halaman dan melihatnya berlari menaiki anak tangga.
(166) Safiah : Kak Normah, kak Normah!
(171) Normah :Tidak. Bapak Safiah ni, sedikit pun tak ingat rumah
tangga. Asyik main judi, minum arak. Entah apa
punya manusia pun, aku tak tahulah. Mintak
mangkok tu (masuk ke kamar mengambilkan beras).
(174) Azis : Hah? Ini tak boleh jadi man. Ini mesti mau kena
bedal man. Bapak awak macam mana?
151
Saat Azis kembali ke kamarnya, mak Sudin datang dari pintu masuk rumah dan
langsung memeri salam.
Mak Sudin dan Normah terkejut melihat Ramli tertidur pulas di atas tempat tidur,
mereka pun segan untuk berbincang di kamar Sudin
152
Normah berniat membangunkan Ramli, namun Ramli tidak segera bangun dari
tidurnya malah ia mengigau dan itba-tiba tangannya memegang tangan Normah
hingga membuat Normah tersipu malu dan tak ingin melepaskan genggaman
tangan Ramli.
Tiba-tiba Azis masuk ke kamar dan terkejut melihat Normah dan Ramli
perpegangan tangan. Ia lalu keluar kamar sambil menepuk dahinya. Lalu keluar
Sudin dan ibunya keluar dari kamar Normah hendak mengambil pakaian kotor
Sudin. Melihat ibu Sudin akan masuk ke kamar, Azis pun mencoba menghalau
dengan bertanya sesuatu yang tidak penting.
(198) Mak Sudin : Din, Din! Kau ambil baju-baju kotor kau. Biar
mak cucikan.
Mak Sudin berekpresi seperti tidak berkenan karena segan Ramli sedang tidur.
153
(220) Mak Sudin : Depan rumah makcik laut. Takde orang tinggal.
(222) Sudin : Apa kau tu Zis? Mamak mee lah, pak Musa lah.
Biarlah mak aku masuk ke dalam ambil baju-baju
kotor. Apa salahnya?
154
(224) Sudin : Kalau Ramli tu tengah tidur biarlah dia tidur, apa
salahnya? Bukan mak aku nak ganggu dia. Mak aku
hanya nak ambil kain kotor saja.
(225) Azis : Bukan pasal kain ko.. Hah! Mak Bibah, ni mak
Sudin, kata nak kenal mak Sudin.
Sementara mak Sudin berbincang dengan mak Bibah, Sudin dan Azis
berkomunukasi dengan menggunakan bahasa isyarat. Azis memberitahu Sudin
bahwa di kamar ada Ramli dan Normah seperti sedang bermesraan, Azis tak ingin
mak Sudin tahu hingga dia mencari-cari alasan agar mak Sudin tidak masuk ke
kamar mereka. Sementara di sudut lain tampak mak Sudin dan mak Bibah tengah
bertegur sapa.
(229) Mak Bibah : Ya! Baru seminggu saya pindah sini. Barang-
barang semua belum angkat.
(230) Mak Sudin : Baguslah tinggal sini. Sebab di sini orang ramai.
Mak Sudin bermaksud untuk masuk ke kamar Sudin mengambil pakaian kotor
milik Sudin. Namun niatannya itu dihalangi oleh Sudin dan Azis.
155
(238) Mak Sudin : Din apa kau sudah gila ya. Bapak kau kan sudah
mati tiga tahun dulu. Mengapa kau orang berdua ni
Din, yang pelik-pelik kau orang tanya.
Tiba-tiba terdengar suara botol yang dipukul. Bunyi botol yang dipukul tersebut
pertanda panggilan Sudin kepada Zaiton begitu juga sebaliknya. Zaiton memukul-
mukul dua botol di jendela rumahnya sambil memandangi ke arah luar rumahnya.
(247) Sudin : Bukan, mak. Kapal terbang tu ada dua botol. Satu
botol panjang, yang satu botol pendek. Hah! Dalam
botol tu, apa isi dia Zis, isi dia?
156
(253) Mak Zaiton : Ah! Tak usah kau nak jadi tukang kayu di sini.
Lekas kau masuk di dalam salin baju, kita nak pegi
tempat nenek kau.
(262) Sudin : Mak, mak. Mak pergi lah bilik mandi dulu, nanti
Sudin bawakkan kain kotor tu.
(263) Mak Sudin : Tadi kau suruh aku. Sekarang kau pulak, macam-
macam saja budak-budak ni lah (pergi
meninggalkan Sudin dan Azis)
157
Saat Sudin mengambil pakaian kotor, Normah bersembunyi di balik pintu lalu
mengendap-endap keluar kamar agar tidak ketahuan ketika Sudin sedang
memunguti pakaian kotornya. Ketika Normah berhasil keluar, ia tak sadar ada
Azis di depan pintu. Normah pun terkejut melihat Azis, ia tersipu malu melihat
Azis dan langsung masuk ke kamarnya. Azis pula masuk ke kamar dengan
tersenyum.
(268) Ramli : Haaah! Hey apa ini? Apa lah engkau ni Zis, kau ni
kacau aku tengah mimpi cium tuan rumah, kau
kasih putus gambarlah.
Saat Sudin memukul botol di depan rumah sambil melihat jendela rumah Zaitun.
Zaitun yang sedang berada di kamar bersama ibunya hendak menuju ke arah
jendela namun terhenti karena dipanggil oleh ibunya.
158
Karena melihat Zaitun seperti merasa resah dan kebingungan, ibunya menegur
dan menyuruhnya di luar rumah dan menunggu.
(271) Mak Zaitun : Eh! Ton, apalagi kau terhegeh-hegeh di sini lekas
turun tunggu aku di bawah, biar aku tutup jendela.
Mak Zaitun lalu berjalan ke arah jenela memanggil Ayu dengan suara nyaring.
(274) Sudin : Alamak Zis. Lain yang diketuk, lain yang keluar.
Di kamar tampak Ramli sedang menyisir rambutnya di depan cermin dan mak
Sudin sedang melipat pakaian Sudin.
159
Ayu berjalan ke arah Sudin sambil menunjukkan dua jari pertanda meminta uang
dua puluh sen kepada Sudin. Sudin pun memberikan dua puluh sen untuk Ayu
yang langsung pergi setelah diberi uang.
(289) Mak Sudin : Oh, ini rupanya. Patutlah tersasul Tok samilah,
Tok Pekong siamlah. Mamak meelah. Rupanya ada
udang di sebalik batu. Siapa nama kakak budak tu?
Ramli terlihat memanggil Sudin dengan bahasa isyarat. Mereka lalu keluar kamar.
(291) Ramli : Din, aku tak cukup duitlah. Pinjam duit kau
sepuluh ringgit?
(292) Sudin : Mana aku ada duit, satu sen pun tak ada duit.
Haram, satu sen tak ada?
(296) Normah : Hai cik Ramli. Lawa nampaknye, nak ke mana ni?
160
(301) Ramli : Mat Tahir tak kenal. Aii, Mat Tahir! Tak tahu ?
Mat Tahir anak pak Husin ngok-ngek kaki untut
kepala kemek.
(302) Normah : Hah? Tak pernah dengar pulak, yang mana satu?
Tiba-tiba Sudin keluar dari kamar dan langsung memberikan uang kepada Ramli.
(310) Sudin : Nah! Ramli. Dapat gaji nanti boleh baaa naa naa.
(312) Sudin : Ehh, tidak cik Normah. Ramli dia kekurangan duit,
jadi nak pinjam dengan saye, saye tak ada duit saye
pinjam dengan mak.
161
(316) Ramli : Sebab itulah malam tadi aku mimpi, gigi kau
berterabur.
Keduanya lalu bertatapan seperti akan bertengkar namun hanya candaan saja.
162
(337) Prani : Jikalau cik Ramli sudi, seribu kali saya sudi
(membuka tas). Ah! saya mintak maaf cik Ramli.
Saya tak boleh pegi, kerana identity card saya
tetinggal di rumah.
(342) Ramli : Tapi jangan lambat tau, saya tunggu di sini tau.
Ramli menghadap ke samping karena bersin, saat itu pula Prani mengambil semua
kue dan memasukkanke dalam tas. Prani bergegas pergi meninggalkan Ramli,
mereka saling melambaikan tangan.
Sudah 3 jam setengah semenjak Prani pamit mengambil kartu identitasnya ia juga
belum kembali. Karena lama menunggu, Ramli merasa gerah dan sadar bahwa ia
sudah ditipu.
163
(344) Ramli : Hai! Buat apa di sini tuan timah. Eh! Tuan timah
pulak. Cik Normah?
(345) Normah : Tidak. Saya datang sini nak jumpa anak pak Husin
ngok-ngek tu.
(346) Ramli : Oh! Baru saja dia balik naik kolek. Baru saja
lepas.
(347) Normah : Ohh. Cik Ramli, saya ada satu soalan. Boleh
tolong jawabkan tidak?
(349) Normah : Begini cik Ramli, saya sudah jadi jande selama
tiga tahun. Jadi saya rase, saya tak mahu bersuami
lagi. Tapi dalam satu dua bulan ni, saya telah jatuh
cinta pulak dengan saorang pemuda. Jadi apa yang
harus saya buat?
(354) Ramli : Kalau malu, melepas. Mak Bonda lain nanti kebas.
Jaga cik Normah, di zaman ini orang lelaki lebih
berharga.
164
(356) Ramli : Ya, cik Normah tentulah bahagia. Tapi kami yang
berduka.
(365) Sudin : Tak boleh lah Ton. Nanti nama keluarga kita
malu.
165
(370) Mak Sudin : Khabar baik. Amboi! manis betul bakal menantu
mak. Ahh, cakaplah cakap ye. Aah, biar mak balik
dulu ya (melangkah pergi tak terlalu jauh lalu
berkata).
Tiba-tiba Ayu datang dan berdehem sambil menunjukkan dua jarinya pertanda
meminta uang 20 sen agar pertemuan mereka tidak diberitahukan kepada Mak
Zaitun.
Mak Zaitun sedang menyalakan lampu minyak dan menoleh ke luar menuju depan
pintu rumah mencari-cari anaknya.
(377) Mak Zaitun : Mana, budak-budak ini sudah malam buta belum
balik-balik lagi. Eton..Ton…Ayu, Ayuuuu.
(378) Mak Zaitun : Ehh, Ayu kau ini ke mana saja merayap, sampai
segini malam kau baru balik. Eh Ayu, kakak kau
mana? Tengoklah budak, ini asal aku tanya saja tak
mahu menyahut. Mana kakak kau?
166
(382) Mak Zaitun : Ada anak pun cekik darah. Yang satu, kalau di
tanya asyik nak mintak upah.Yang satu lagi sampai
begini malam buta belum balik-balik lagi. Apalah
nasib aku ni.
(384) Mak Zaitun : Kenapa mak, mak cari Eton? Kau ni kemana saja,
sampai malam buta baru balik?
(391) Mak Zaitun : Tadi mak pegi rumah makcik Ratna kau. Budak
Leman tu dah besar cantik pun dia sekarang.
Mereka bercadang nak meminang kau. Aku suka,
kau setuju tak?
167
(394) Mak Zaitun : Nah! Dengan siapa kakak kau selalu jalan?
(396) Mak Zaitun : Oh! Baru aku tau sekarang dengan si bujang
lapok itu rupanya ye? Nanti aku cabut kepala kau
macam sotong (berjalan ke arah rumah Normah).
Di halaman rumah Normah, mak Zaitun terus melontarkan amarahnya dan berkata
kasar kepada Sudin. Beberapa orang terlihat menghalau dan menenangkan mak
Zaitun namun tak berpengaruh. Ia terus marah-marah di depan rumah Normah.
(400) Mak Zaitun : Ini rupanya kerja ni korang ya! Di sini tempat dia
orang main mata ya. Eh! Sudin, Sudin! Turun kau
sini Sudin. Bujang lapok tak sadar diri. Entah obat
guna apa yang dia sudah kasi pada anak saya,
sampai anak saya berani menolak pinangan
orang.Turun kau sini!
(402) Mak Zaitun : Turun kau sini bujang lapok. Turun bujang lapok
!!
Mak Sudin pun muncul dari dalam rumah sewa milik Normah dan melanggati
mak Zaitun. Tampak beberapa orang tetangga tengah menghalau keduanya agar
tidak beradu fisik.
168
(404) Mak Zaitun : Apa pulak anak aku yang salah. Anak kau yang
jadi hantu. Anak kau yang turunan jin aprit, jin
aprit...jin aprit. Haaah.....kau...!
(406) Mak Zaitun : Aku jugak turunan Nabi Adam, laki aku jugak
turunan Nabi Adam. Anak aku jugak. Kau apa?
Hah?
(407) Mak Sudin : Aku cucu Adam, kau mengerti. Kalau pun sama
cucu Adam mengapa kita gadoh? Hah?
(409) Mak Sudin : Mak tak mahu sudah. Mak tak mahu sudah. Mak
sudah naik berani. Lepaskan, lepas.
(410) Mak Zaitun : Wah! Kalau kau berani aku pun tak takut. Eh!
Mak Sudin, kalau kau tak jaga anak kau, palang
pintu naik kepala nanti tau. Hahh.
(411) Mak Sudin : Eh! Mak Zaiton. Kalau awak tak suka anak awak
dimiliki orang, ikat kakinya kuat-kuat dengan rantai
kapal.
169
Di pinggir sungai, tampak Azis sedang menghisap rokok. Ia tak sengaja melihat
Safiah berlari ke arah sungai dan menenggelamkan dirinya ke dalam sungai. Azis
terkejut dan langsung lari menolong Safiah yang tidak tidak ingin ditolong namun
Azis tetap berusaha menolong Safiah membawanya ke tepi sungai.
Azis pun membawa Sofiah ke rumahnya. Di depan pintu kamar Normah, Azis
berhenti dan menyuruh Sofiah untuk masuk ke kamar Normah.
170
Safiah hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar Normah. Sementara Azis
menghampiri Normah yang sedang berbincang dengan mak Sudin, Sudin, dan
Ramli. Azis agak terkejut melihat mereka berkumpul dan berbincang.
(430) Ramli : Begini. Besok, cik Normah mesti bawak Sudin dan
emak Sudin berjumpa dengan Mak Zaiton. Orang-
orang di kampung sini semuanya segan pada cik
Normah. Jadi, cik Normahlah jelah yang dapat
menyelesaikan perkara ini. Bagaimana?
Normah lalu menghampiri Azis. Azis berbisik kepada Normah tentang masalah
Sofiah, Normah pun terkejut mendengarnya lalu bergegas ke kamarnya. Azis
melambai tangan mengajak Ramli, Sudin, dan mak Sudin untukikut dengannya
pula.
Konteks tuturan : tuturan terjadi di dalam rumah seawa milik Normah. Di kamar
Normah bertanya pada Sofiah yang tengah duduk sambil menangis tersedu-sedu.
171
Tiba-tiba terdengar suara teriakan memanggil nama Azis. Suara itu tak lain adalah
ayah angkat Safiah Babjan.
Teriakan Babjan membuat para penghuni rumah keluar. Salah satu penghuni yang
rumahnya digedor-gedor Babjan menunjuk ke arah kamar Azis. Azis, Ramli,
Sudin, dan Mak Sudin keluar kamar dan melihat Babjan yang sedang mencari
Azis.
172
Namun sia-sia saja karena Sudin juga mendapat pukulan dari Babjan dan Sudin
pun jatuh tersungkur.
Melihat kejadian itu Ramli pun tak tinggal diam, ia lalu menghalau Babjan.
(451) Babjan : Ooh, kau mau masuk campur ya? Kurang ajar!
(453) Babjan : Kalau kau tak mahu lawan, kenapa kau masuk
campur!
Terjadilah perkelahian antara Ramli dan Babjan. Ramli terus menangkis pukulan
Babjan dan Ramli punberhasil mengalahkan Babjan hingga jatuh tersungkur dan
mengaku bersalah.
173
(458) Ramli : Ya. Soal Safiah dengan Azis saya telah selesaikan.
Hanya tinggal cik Normah saja, untuk
menyelesaikan soal Sudin dan Zaiton.
Safiah tampak sedang bernyanyi riang, lalu Azis pula datang bernyanyi bersama.
Kebahagiaan tampak di raut wajah mereka berdua.
Di rumah Zaitun tengah berunding ibunya, Normah, dan mak Sudin perihal Sudin
dan Zaitun. Tampak pula Sudin dan Zaitun duduk di sana.
(463) Normah : Saya ni gembira betul melihat mak Sudin dan mak
Zaiton telah berbaik-baik semula. Ha, begitulah
hendaknya kita sama-sama sekampung. Kankah
begitu mak Zaiton.
(464) Mak Zaitun : Betul, cik Normah. Kalau mak si perempuan dan
mak si lelaki begadoh itu tandanya nak?
174
(476) Mak Sudin : Apa yang kau susahkan Din. Berapa banyak adik
beradik kita orang kaya, mak boleh meminjam. Soal
uang kau jangan kuatir. Mak yang
bertanggungjawab. Mak tau kau, kawin dengan
Zaiton. Itu saja.
(479) Sudin : Sudin tahu yang mak selalu sayang pada Sudin.
175
(483) Mak Sudin : Begini cik Azis. Kalau kita kahwin, harus kita buat
besar- besaran. Kerna, hari itulah kita menjadi raja
sehari.
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut dari kamar sebelah mereka. Lalu Azis
mengintip dari lubang dinding. Ia melihat mak Munah sedang rebut dengan
suaminya pak Nyong.
(490) Pak Nyong : Apa yang kau merepek yang bukan-bukan ni. Apa
kurang yang aku kasi sama kau?
(491) Mak Munah : Ya, memang kurang. Asal aku mintak, kau marah.
Asal aku mintak, kau marah. Cuba kau tengok
orang sebelah tu. Nah! gelangnya. Aku semayam
emaspun, tak pernah kau belikan.
(492) Pak Nyong : Siapa yang besalah dalam soal ini? Siapa yang
besalah? Ini semua mak bapak kau yang punya
176
(493) Mak Munah : Kalau mak bapak aku minta lima ribu, kenapa mak
bapak engkau terima?
(494) Pak Nyong : Sebab kau berjanji, kau nak sehidup semati
dengan aku. Itu sebab aku terima. Kalau aku tahu
kau nak minta cerai begini, aku tak ingin sama kau.
Sudin masuk ke dalam kantor dengan berhati-hati dan terlihat agak khawatir
karena ia datang terlambat. Dia pun terkejut melihat Manajer yang tiba-tiba
muncul.
(496) Sudin : Ehhh. Saya pakai satu, tuan pakai satu eeh dua.
Hamid satu, tiga, empat, lima. Jam dinding satu,
enam.
Sudin dan Manager serentak melihat jam tangan Sudin yang dalam keadaan tidak
memiliki jarum jam.
(501) Manager : Huh, potong gaji kau dua ringgit kerna kau lambat
datang kerja (berjalan meninggalkan Sudin lalu
berbalik lagi).
(502) Manager : Ehh, Sudin mari sini. Nah, ambil dua ringgit.
177
Terdengar bunyi dering telepon, Sudin langsung mengangkatnya yang ternyata itu
telepon dari Ramli.
(517) Ramli : Ehh Sudin kalaulah tuan rumah tu gila dekat aku,
aku tak merayap macam inilah cari mata air lain.
Hmmm. Tuan rumah tu ada mata air tau? Haah, dia
178
Setelah pembicaraan lewat telepon antar Ramli dan Sudin berakhir, Ramli
berjalan menghampiri teman wanitanya.
Ramli bermain mata dengan wanita tersebut, namun tanggapan wanita itu justru
membuatnya menepuk dahi.
(520) Junainah : Eeh, mata abang tu dah sakit. Lebih baik pegi
jumpa doktor.
Junainah meletakkan jari telunjuk di bibirnya agar Rapi tidak berbicara lagi,
mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Setelah itu, Junainah
kembali menghampiri Ramli.
Ramli kelihatan kecewa, melihat Junainah pergi dengan membawa makanan dan
minumannya lalu duduk bersama dengan lelaki tersebut.
Di sudut lain, Ramli tak sengaja melihat Prani sedang bersama seorang lelaki.
Kelakuan Prani sama saat Ramli bertemu dengannya dahulu, ia menipu seorang
lelaki lagi. Saat Prani beranjak pergi, Ramli terus mengikutinya sampai di tempat
179
Prani memberikan kue yg diambil tadi untuk adiknya, lalu memberikan uang
kepada ibunya. Ramli terus mengamati Prani dari kejauhan.
Prani lalu memberikan beberapa potong kue kepada adiknya lalu menghampiri
ibunya dan memberikan uang.
(531) Prani : Mak, dalam dunia ni kalau kita baik hati, kita
jujur, tak mahu cakap banyak, kita akan dipijak
mak. Tetapi kalau kita bohong, menipu,
meninggikan diri, orang pandang mulia pada kita
mak. Sekarang mak pilih, satu antara dua. Mak
suka Prani beginikah atau suka Prani menjualkan
kehormatan Pranikah?
Azis pulang dengan mengendarai truk, ia lalu turun dari truk dengan membaawa
bungkusan. Setibanya di dalam rumah, Safiah keluar dari kamar Normah
kemudian Azis memanggilnya dan memberikan bungkusan tersebut.
180
(536) Safiah : Aku tak mahu, aku tak mahu! (sambil menangis).
Babjan meninggalkan Safiah, lalu menemui teman Babjan bernama Sharif yang
menunggunya di depan rumah.
(544) Babjan : Sharif, mulai hari ini hutang aku habis ya!
(545) Sharif : Ya, mulai hari ini kau tak ada hutang lagi padaku.
Sharif masuk ke rumah Babjan dan menghampiri Safiah yang sedang mencuci
pring.
181
Safiah meronta-ronta dan berteriak untuk melepaskan diri hingga mencakar wajah
Sharif.
Safiah pun kembali meronta dan berteriak, ia lalu memukul kepala Sharif dengan
belantan besi yang kebetulan ada di lantai. Kepala Sharif terluka dan berdarah.
Safiah tampak panik, tanpa berpikir panjang ia pun bergegas melarikan diri.
Normah bangun dan menghampiri Azis yang berada di depan pintu kamar.
Normah meninggalkan Azis. Azis pun masuk ke kamar dan menghampiri Safiah.
(555) Azis : Safiah, abang Azis mintak maaf ya. Abang Azis
mintak maaf.
182
Safiah langsung bangun dan keluar kamar untuk melihat bapaknya yang berada di
depan pintu. Penampilan Babjan sudah berubah, ia tampak mengenakan peci.
Safiah tampak terkejut melihat perubahan Babjan yang memandangnya dengan
perasaan bersalah.
(562) Babjan : Nak, bapak sudah insaf nak. Bapak tak main judi
lagi. Bapak tak minum arak lagi. Maafkanlah
kepada bapak.
183
Saat Babjan hendak pergi, Sudin masuk rumah agak terkejut melihat kehadiran
Babjan. Babjan yang melihat Sudin lalu mengulurkan tangan dan meminta maaf
pada Sudin.
Lalu Sudin berjalan masuk ke kamar dan terkejut melihat ibunya yang sedang
menangis.
(574) Mak Sudin : Adik beradik kita tak mahu kasi pinjam uanglah
Din.
Sudin, Mak Sudin, Normah, Azis, dan Safiah tampak duduk termenung di lantai
kamar. Wajah mereka terlihat murung. Sementara itu, Ramli berjalan masuk ke
rumah dan bertegur sapa dengan pak Nyong.
Ramli kemudian masuk ke kamar dan mendapati orang-orang yang sedang duduk
dengan wajah murung tersebut.
184
Sudin beranjak dari tempat ia duduk lalu mengambil botol yang berada di bawah
meja tepat di samping Ramli berdiri.
Sudin bergegas pergi memanggil Zaitun dan Ramli memandang ke arah mak
Sudin, Normah, Azis, dan Safiah.
(584) Ramli : Haa, dengar sini, semua orang mari ikut saya.
Tapi makcik, tinggal di rumah ya.
Ramli, Normah, Sudin, Azis, Safiah, dan Zaitun bertemu di gubuk tempat Sudin
dan Zaitun biasa berjumpa.
Ramli mengambil alih pembicaraan Sudin dan Zaitun. Setiap pertanyaan yang
terucap dari mulut Ramli, Zaitun menanggapinya dengan anggukan.
185
Zaitun masuk ke kamar dengan hati-hati menghampiri ibunya yang sedang tidur di
samping Ayu. Kemudian Zaitun berjalan menuju lemari mengambil kotak
perhiasan namun tidak ada cincin berlian di kotak itu, Zaitun melihat cincin itu
dipakai oleh ibunya. Zaitun menjadi serba salah untuk mengambilnya karena takut
akan membangunkan ibunya. Ia meletakkan kembali kotak perhiasan itu dalam
lemari lalu berlari keluar menuju gubuk tadi.
Ramli menggunakan bahasa isyarat agar Zaitun tetap berusaha mengambil cincin
itu dari jari tangan ibunya.
186
Zaitun kembali ke rumah, ia masuk kamar dan menghampiri ibunya yang tidur
dan berusaha mengambil cincin berlian di jari ibunya. Zaitun tampak kesulitan
mengambil cinicin itu karena ibunya mengggaruk-garuk jari tangan yang
terpasang cincin. Saat berusaha mengambil cincin, tiba-tiba Ayu berteriak
mengejutkan Zaitun dan ibunya hingga membuat ibunya terbangun.
(607) Mak Zaitun : Ia tak ia jugak kata kau, Ton. Nah, ambil simpan.
Zaitun mengambil cincin yang diberikan oleh ibunya, lalu berjalan menuju lemari
menaruh cincin satunya ke dalam kotak perhiasan sementara ia membawa cincin
berlian yg lain. Saat hendak melangkahkan kaki ke luar kamar, Zaitun terkejut
melihat adiknya yang menunjukkan dua jari pertanda meminta uang 20 sen
sebagai uang tutup mulut. Zaitun langsung melemparkan uang 20 sen untuk Ayu.
Zaitun berlari sekuat tenaga menuju gubuk tempat Ramli, Sudin, Azis, Normah,
dan Safiah berkumpul tadi.
(609) Ramli : Haaaaaa. Bagus Ton, bagus. Besok kita cari yang
palsu.
187
(620) Mak Zaitun : Kalau aku pakai semalam tak hilang Ton. Kau
suruh buka pulak (menangis).
(622) Mak Zaitun : Cincin berlian aku yang sebentuk itu sudah tak
ada lah Ton.
(626) Mak Zaitun : Alah sayang, aku fikir kau sudah hilang, Uhhuhu
sayang, sayang (menangis).
188
(627) Mak Zaitun : Nasib aku baik dapat cincin aku balik. Heehh,
berkat-berkat pusaka laki aku, dapat balik.
Senangnya hati aku. Uh uhuhu, ini bukan cincin
palsu, Ton. Kalau masuk pajak kurang-kurang Cina
mau tiga ribu dia berani, Ton.
Ayu menggelengkan kepala karena merasa uang tersebut kurang. Zaitun bertanya
berapa uang yang harus diberikan dengan bahasa isyarat dan Ayu menunjukkan
kelima jarinya, pertanda ia meminta 50 sen. Zaitun pun segera memberikan uang
tersebut.
(628) Mak Zaitun : Ini kalau untuk apa nak menolong adik kau
belakang hari kalau dia nak pegi sekolah. Kau
kalau sudah kahwin nanti Ton kau dibawa laki kau.
Siapa nak tolong aku lagi kalau bukan barang-
barang yang ada ini, Ton.
Ayu menghitung jumlah uang yang diberikan Zaitun, ia lalu mengacungkan ibu
jarinya tanda setuju.
(629) Wakil Rombongan : Cakaplah cik Normah supaya mak Zaiton boleh
selesaikan. Janganlah malu-malu.
189
(639) Mak Zaitun : Cik Wan nanti kalau balik, tolonglah bilangkan
sama si cik Bibah disebelah itu, supaya jangan lupa
dia datang ya.
Di pinggir jalan raya, tampak sebuah becak berhenti dan ternyata penumpangnya
adalah Babjan. Babjan turun dari becak karena kebetulan melihat Ramli di pinggir
jalan.
(648) Babjan : Apa kau tak dapat jemputan, Azis dan Sudin nak
kahwin hari ini?
(651) Ramli : Tak apalah pakcik pegi dulu. Saya nak pergi sini
saja.
190
(658) Habibah : Kakak suruh tunggu sini, tapi dia tak datang pun.
Di dalam rumah makan, Ramli dan anak perempuan bernama Habibah sedang
duduk. Habibah terlihat sedang menyatap makanan.
Sementara di sudut lain, tampak sang kakak Rokiah mencari Habibah, ia lalu
menghampiri adiknya yang duduk bersama Ramli.
191
(674) Ramli : Aaa cik Rokiah ini, cuma dua orang sajakah adik
beradik?
(680) Rokiah : Kalau abang tak makan, saya pun tak mau makan.
Tampak anak-anak muncul dan berlari menuju meja Ramli. Adik-adik Rokiah
sangat banyak hingga membuat kebisingan, ada pula yang langsung berdiri di atas
meja. Sadar akan kegaduhan yang dibuat oleh adik-adiknya, Rokiah pun
menyuruh mereka diam.
192
Satu per satu adik Rokiah mengucapkan terima kasih kepada Ramli begitu pula
Rokiah sambil berjalan meninggalkan Ramli. Ramli membalas dengan wajah agak
tersenyum yang terlihat lucu. Lalu datanglah pelayan menagih uang makan.
Pelayan tersebut menunjuk ke arah kasir. Kasir pun menunjukkan tulisan term
cash yang artinya tunai, tidak boleh berhutang. Ramli hanya bisa menepuk
dahinya.
Pesta pernikahan Sudin dengan Zaitun dan Azis dengan Safiah pun digelar.
Mereka duduk di pelaminan dan menundukkan kepala. Terdengar lagu pernikahan
yang diputar melalui gramophone, namun tak lama kemudian suara lagu yang
diputar agak tersendat. Normah bergegas membetulkan gramophone tersebut dan
lagu terdengar normal kembali. Masing-masing pasangan pengantin melirik ke
arah pasangannya, rona bahagia terpancar di wajah para pengantin.
Tiba-tiba salah satu tamu menjerit dan berteriak hantu. Sontak semua orang yang
berada di ruangan itu pun terkejut. Melihat hal tersebut, Normah langsung keluar
dan terkejut melihat Ramli yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan lubang
di sana sini.
193
(696) Normah : Nah, nah! Pakai ni. Buka baju tu, macam roti kirai
je.
(697) Normah : Itulah cik Ramli, yang dekat-dekat tak mahu, nak
cari yang jauh.
194