Anda di halaman 1dari 111

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA DU

FU

杜甫诗歌修辞格 析(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)

SKRIPSI SARJANA

OLEH:

ANITA KESUMA

NIM: 110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA DU
FU
杜甫诗歌修辞格 析
(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:
ANITA KESUMA
110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA DU
FU
杜甫诗歌修辞格 析
(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:
Anita Kesuma
110710002

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A Liu Feng,


Ph.D
NIP. 19630109 198803 2 001

PROGRAM STUDI SASTRA CINA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

Universitas Sumatera Utara


2015
Disetujui oleh
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan

Program Studi Sastra Cina


Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.


NIP. 19360109 198803 2 001

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam

Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

Pada :

Universitas Sumatera Utara


Tanggal :
Hari :

Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Sumatera Utara
Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A.


NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( )

2. Dr. Rohani Ganie, M.Hum ( )

3. Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL ( )

4. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL ( )

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila penyataan yang

saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan

gelar sarjana yang saya peroleh.

Universitas Sumatera Utara


Medan, Juli 2015

Penulis,

Anita Kesuma

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya
Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis
is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi.
Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang
Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000
years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this
book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language
meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five most-
common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems.
They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question.
This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du
Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or
emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting
and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
Puisi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya
Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5
gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang
(hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan
Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di
dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律
诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik
leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada
level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang
(hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou
(pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

Kata kunci: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
Puisi

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi

Karya Du Fu”. Berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak yang

telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini akhirnya dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, MA,. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus

merupakan Dosen Pembina Akademik dan Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktunya membimbing penulis selama masa

perkuliahan dan dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program studi

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Liu Feng, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing dan

mendukung dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

Universitas Sumatera Utara


5. Para dosen Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Cina, dan dosen tamu dari Jinan

University, Republik Rakyat China yang pernah memberikan mata kuliah

selama penulis kuliah dan jasa-jasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan,

budi pekerti, dan moral kepada penulis.

6. Keluarga penulis, Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan teman spesial penulis, atas

perhatian, kasih sayang dan dukungan baik dalam materi dan non-materi

selama proses penyelesaian skripsi,

7. Teman-teman seangkatan dari stambuk 011 yang memberikan dukungan,

saran, kritik, bantuan lainnya, dan teman-teman lain yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, 27 Juli 2015

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACK................................................................................................. i
ABSTRAKSI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................1
1.2 Batasan Masalah ...................................................................................6
1.3Rumusan Masalah..................................................................................8
1.4Tujuan Penelitian ...................................................................................8
1.5Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.5.1 Manfaat Teoritis .........................................................................8
1.5.2 Manfaat Praktis...........................................................................9

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


....................................................................................................................10
2.1 Konsep ................................................................................................10
2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa..................................................................10
2.1.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa Mandarin 11 ...............................11
1. Gaya Bahasa Biyu (比喻) ...........................................11
2. Gaya Bahasa Bini ( 拟) ............................................. 14
3. Gaya Bahasa Kuazhang (夸张) .................................16
4. Gaya Bahasa Dui’ou (对偶) ......................................16
5. Gaya Bahasa Shewen (设问) .....................................17
2.1.3 Pengertian Puisi............................................................... 18
2.1.3.1 Pengertian Puisi China.....................................................18
2.1.4 Penyair Du Fu ....................................................................20
2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu ....................................................21

Universitas Sumatera Utara


2.2 Tinjauan Pustaka .................................................................................23
2.3 Landasan Teori ..................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................27


3.1 Data dan Sumber Data ...........................................................28
3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................................29
3.3 Teknik Analisis Data ........................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................32


4.1 Hasil ....................................................................................................32
4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi
Karya Du Fu.......................................................................................32
4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa
Puisi Karya Du Fu ....................................................................................34
4.2 Pembahasan ........................................................................................35
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu ..............................36
4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu .......................36
4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu ........................38
4.2.1.3 Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu ..............40
4.2.1.4 Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu .................42
4.2.1.5 Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu ................ 45
4.2.2 Analisis Makna Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Du Fu .....47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63


5.1 Kesimpulan .........................................................................................63
5.2 Saran ....................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................66


LAMPIRAN .............................................................................................68

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya
Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis
is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi.
Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang
Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000
years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this
book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language
meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five most-
common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems.
They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question.
This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du
Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or
emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting
and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
Puisi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya
Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5
gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang
(hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan
Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di
dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律
诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik
leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada
level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang
(hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou
(pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

Kata kunci: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
Puisi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa tidak lain merupakan sarana manusia untuk mencapai berbagai

tujuan. Bahasa diartikan sebagai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. (Kushartanti &

Multamia RMT Lauder, 2005). Dengan kata lain, tidak ada kegiatan

manusia yang tidak disertai dengan bahasa.

Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian,yang baik maupun

yang buruk; tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa; tanda yang jelas

dari budi kemanusiaan. (Samsuri, 1994:4). Dari pembicaraan seseorang

dapat diketahui kepribadiannya melalui motif keinginannya, latar belakang

pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.

Menurut pakar bahasa Mandarin, Huang dan Liao. (2007: 1), bahasa

merupakan produk dari masyarakat, yang dihasilkan dengan munculnya

masyarakat, dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat.

Dilihat dari strukturnya, bahasa merupakan suatu sistem yang berbentuk

dari tiga unsur utama yaitu tata bunyi, tata bentuk kata (kosa kata) dan tata

bahasa. Dilihat dari fungsinya, pengertian bahasa terdiri atas tiga, yaitu (i)

dilihat dari hubungan antara masyarakat dengan masyarakat, bahasa

Universitas Sumatera Utara


merupakan alat komunikasi yang sangat penting, (ii) dilihat dari hubungan

masyarakat dengan dunia luar, bahasa merupakan alat untuk mengenal

dunia luar, dan (iii) dilihat dari hubungan masyarakat dengan budaya,

bahasa merupakan sarana pengembangan kebudayaan, masyarakat

menggunakan bahasa untuk meneruskan dan membina kebudayaan.

Jika berbicara mengenai bahasa, maka tidak lepas dari berbicara

mengenai unsur-unsur bahasa. Unsur-unsur bahasa yang dapat

membangun atau menceritakan teknik bercerita dinamakan gaya bahasa.

(Zulfahnur, 1996: 38). Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan

pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan

kepribadian penulis. (Keraf, 2007: 113)

Gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa, baik ragam

lisan, tulis, nonsastra, maupun ragam sastra, karena gaya bahasa adalah

cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu

untuk maksud tertentu. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal,

struktur kalimat, majas, citraan dan pola rima, yang digunakan seorang

sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

Karya sastra telah melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia,

karena karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang

meliputi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa apa yang

terjadi dalam dirinya sendiri atau orang lain. Karya sastra memiliki

dunianya sendiri yang merupakan hasil pengamatan sastrawan terhadap

Universitas Sumatera Utara


kehidupan yang diciptakan, baik berupa novel, puisi maupun drama yang

dipahami dan dimanfaatkan oleh para penikmat karya sastra sebagai media

hiburan dan apresiasi. (Wellek dan Warren, 1990: 51)

Wellek dan Warren (1990: 48), menggolongkan karya sastra menjadi

dua yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah

sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai

media penyampaiannya. Sastra tulisan adalah karya sastra yang

dipopulerkan melalui tulisan-tulisan yang sering ditemui seperti prosa,

puisi, roman dan cerpen. Sementara menurut Pradopo (1999: 5), karya

sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa

disebut juga karangan bebas yang berarti prosa tidak terikat oleh aturan-

aturan ketat, sementara puisi disebut sebagai karangan terikat karena puisi

terikat oleh aturan-aturan ketat.

Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan

penggulangan suara sebagai ciri khasnya. (Damayanti, 2013: 12). Negeri

China terkenal dengan pepatah atau puisi klasik yang memiliki arti,

amanat dan manfaat yang mendalam dalam kehidupan manusia, serta

dapat menjadi pedoman atau prinsip bagi setiap orang yang mendalami

makna dari puisi tersebut. Puisi China memiliki sejarah yang panjang dan

kaya akan gaya bahasa serta dikembangkan dari zaman ke zaman.

Membahas puisi China tidak terlepas dari satrawan Du Fu (712-770),

seorang penyair yang terkenal dan bersejarah pada masa Dinasti Tang.

Hingga saat ini nama beliau sangat tersohor di kalangan sastrawan dan

Universitas Sumatera Utara


tokoh pendidikan. Karya puisi Du Fu berjumlah 1.400 buah puisi, puisi-

puisinya mengekspresikan jiwa kearifan yang terdapat dalam dirinya.

Beliau sangat menghargai kaum buruh pada masa Dinasti Tang, dan terus

membela rakyat untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang lebih layak

bagi buruh. Oleh karena itu, puisi-puisinya dikenang dan menjadi inspirasi

bagi para sastrawan dari dahulu hingga sekarang.

Sajak dalam puisi Du Fu terdapat banyak gaya bahasa yang memukau

dan mempesona hati para pembacanya. Du Fu memanfaatkan berbagai

gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk memperindah sajak dalam

puisinya. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal

lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Berikut adalah salah satu bait

dari puisi karya Du Fu yang menggunakan gaya bahasa, puisi yang

berjudul Wàng yuè (望岳) ini terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul

Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗).

会当凌绝顶,一 山小
Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.
Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung,
melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang samar-
samar. (Jiang, 1996: 52)

Dalam bait tersebut Du Fu menggunakan gaya bahasa Khuazhang atau

hiperbola yang mendeskripsikan puncak gunung dan dilebih-lebihkan

dengan menggunakan kata “penuh dengan harapan yang samar-samar”.

Universitas Sumatera Utara


Dalam bait tersebut penyair menggambarkan sekumpulan gunung yang

terlihat seperti saling berbaris.

Gaya bahasa dipakai dalam puisi untuk mengekspresikan pengarang dalam

memperindah puisi, menguatkan nilai pada puisi atau menguatkan makna puisi.

Gaya bahasa yang digunakan setiap penyair maupun penulis dalam karya sastra

mereka berbeda-beda, mencerminkan jalan pikiran dan sudut pandang mereka

yang berbeda. Karya Du Fu lebih banyak menceritakan tentang penderitaan rakyat

dan kesetiaannya pada negara melalui bahasa yang indah, jiwa kearifannya

terhadap hak kaum buruh melalui bahasa yang indah, serta menggunakan bahasa

yang mudah dipahami.

Gaya bahasa tidak terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, karena

melalui gaya bahasa pembaca dapat dengan mudah memahami maksud tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna adalah pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna termasuk dalam golongan kata

semantik, karena semantik juga membahasa tentang makna. Berdasarkan jenisnya

semantik terdiri dari beberapa makna salah satunya adalah makna leksikal,yaitu

dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau

bersifat kata yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna

sesungguhnya di dalam kehidupkan kita. Misalnya leksem kuda memiliki makna

leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai’. (Chaer 1990:62)

Penulis sangat tertarik membahas tentang gaya bahasa. Oleh karen itu,

penulis terkait untuk mengangkat topik “Analisis Gaya Bahasa pada Beberapa

Puisi Karya Du Fu”. Penulis berfokus pada puisi karya Du Fu yang berjumlah 15

Universitas Sumatera Utara


buah puisi yang terdapat pada buku Tang Shi Jing Cui (LuShi) 唐诗精萃 (律

诗) yang berisi kumpulan puisi terkenal yang ditulis oleh penyair-penyair pada

masa Dinasti Tang. Kelima belas puisi karya Du Fu dapat mewakili 1400 buah

puisinya adalah puisi yang termasyur atau terkenal. Gaya bahasa yang terdapat

didalam puisi tersebut adalah gaya bahasa yang sering digunakan pada

pembelajaran bahasa Mandarin. Dengan demikian diharapkan pembaca dapat

lebih memahami penggunaan gaya bahasa dalam puisi China klasik, dan

membantu meningkatkan pengetahuan tentang gaya bahasa yang terdapat pada

puisi China.

Penelitian ini memfokuskan pada lima jenis gaya bahasa yang sering

digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin, yakni: gaya bahasa Bǐyù ( 喻),

Bn ( 拟), Kuāzhāng (夸 ), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat

penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut

terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta

tujuan dari penelitian dapat tercapai. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di

atas, penulis hanya akan membahas mengenai gaya bahasa yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu. Hal ini disebabkan penggunaan gaya bahasa cukupbanyak

ditemukan di dalam puisi beliau

Lima belas buah puisi yang dipilih dan dianalisis adalah: (1) 望岳

Wàng yuè, (2) 画鹰 Huà yīng, (3) 夜 Yuèyè, (4) 悲陈

Universitas Sumatera Utara


Bēi chén táo, (5) 春望 Chūn wàng, (6) 天 怀李 Tiān mò huái

lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè

shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高

Dēnggāo, (14) 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登楼

Dēnglóu.

Gaya bahasa dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi 21 jenis,

berdasarkan fungsi dan struktur masing-masing. Menurut Huang dan Liao, jenis

gaya bahasa Mandarin terdiri atas 21, yakni: Bǐyù ( 喻), Bǐnǐ ( 拟), Jièdài (借

代), Niān lián (拈连), Kuāzhāng (夸 ), Shuāngguān ( 关), Fǎng cí (仿词),

Fǎnyǔ ( 语), Wǎnqū (婉曲), Duì’ǒu (对偶), Páibǐ (排 ), Céng dì (层递), Dǐng

zhēn (顶真), Huíhuán (回 ), Duìbǐ (对 ), Yìngchèn ( 衬), Fǎnfù ( 复), Shè

wèn ( 设 问), Fǎnwèn ( 问), Tōng gǎn ( 通感) dan Jǐngcè ( 警 策). Namun

dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menganalisis gaya

bahasa puisi China, maka penulis membatasi pembahasan pada 5 jenis gaya

bahasa saja, yaitu: gaya bahasa Bǐyù ( 喻), Bǐnǐ ( 拟), Kuāzhāng (夸 ),

Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问). Lima jenis gaya bahasa tersebut adalah gaya

bahasa yang sering digunakan dalam proses belajar bahasa Mandarin serta sering

muncul di dalam puisi karya Du Fu.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Gaya bahasa apakah yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu ?

2. Makna apakah yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi karya Du Fu.

2. Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi


karya Du Fu.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan

penelitian mengenai kesusasteraan China dan selanjutnya dapat

membantu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan

pembahasan gaya bahasa pada beberapa puisi karya Du Fu.

2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan

keilmuan, khususnya terhadap kajian sastra, kajian linguistik, struktur

dan pengajaran.

Universitas Sumatera Utara


3. Penelitian ini diharapkan mampu mengilhami sastrawan dalam

menggunakan gaya bahasa pada puisi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman bagi publik tentang penggunaan gaya bahasa

pada puisi.

2. Memberikan kontribusi terhadap ciri khas gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu.

3. Memberikan motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih giat

melakukan penelitian tentang gaya bahasa.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun

yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk

memahami hal-hal tersebut. (Kridalaksana, 2001: 117). Konsep yang

digunakan di dalam penelitian ini yakni: pengertian gaya bahasa, puisi,

penyair Du Fu dan landasan teori.

2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal

lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa dapat dibatasi

sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. ( Keraf, 2007: 113)

Huang dan Liao (1991: 208), menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki

tiga makna, yakni: (1) Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam

menggunakan bahasa; (2) Gaya bahasa pada saat berbicara atau menulis karya

sastra berfungsi untuk mengatur tingkah laku bahasa, dikenal sebagai kegiatan

Universitas Sumatera Utara


retoris; (3) Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi

atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa

adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

(Moelino, 1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan

pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga

tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi

dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita

harus memahami gaya bahasa tersebut.

2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa

Huang dan Liao (1991: 240), membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara

lain:

1. Gaya Bahasa Bǐyù ( 喻)

Huang dan Liao (1991:240), menjelaskan Bǐyù adalah

perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama

lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau

benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan

menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding

disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang

menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan

sebagai “kata banding”. Noumenon dan pembanding haruslah sesuatu

Universitas Sumatera Utara


benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi

kemiripan untuk melakukan perbandingan.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:

Míngyù, Ànyù dan Jièyù.

a. Gaya Bahasa Míngyù (明喻)

Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa

Indonesia. Menurut Tarigan (1985: 9), perumpamaan adalah perbandingan dua

hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.

Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan

sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka (seolah-olah),

serupa, dan lain-lain).

Menurut Huang dan Liao (1991: 241-242), pada gaya bahasa Míngyù

(perumpamaan), noumenon (benda yang dibandingkan), dan Yuti (pembanding)

muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti: “ xiàng, 如rú,

似shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.

Contoh:
(1)
叶子出水限高, 舞女裙
Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún
Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.

Pada contoh (1) di atas yang menjadi noumenon adalah “daun”,

pembandingnya adalah “rok penari”, dan kata bandingnya adalah “seperti”.

Universitas Sumatera Utara


b. Gaya Bahasa Ànyù (暗喻)

Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang

dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut

juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan

pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变

biànchéng (menjadi), chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)”

dan lain-lain.

Contoh:

(2)
爱护书籍吧,他是知识的源泉。
Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán.
Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.

Pada contoh (2) di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya

adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”.

c. Gaya Bahasa Jièyù (借喻)

Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,

langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon (Huang,

1991: 242).

Contoh:

(3)
鲁迅在一片文章 , 打落水狗 他说,如果 打落水狗,它一
跳起来,就要咬你,最 限度也要溅你一身的污泥

Universitas Sumatera Utara


Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù
dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn
nǐ yīshēn de wū ní
Luxun (novelis) dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang
jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia
keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil
juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.

Pada contoh (3) di atas perumpamaan menggunakan klausa

“anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan

“musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan

tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai

noumenon-nya.

2. Gaya Bahasa Bǐnǐ ( 拟)

Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda

maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti

manusia (Huang, 1991: 246). Dalam bahasa Indonesia disebut juga

sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan

menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi.

a. Membuat benda seolah-olah menjadi manusia (personifikasi)

Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda

mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.

(Rahmad, 1987: 75)

Universitas Sumatera Utara


Contoh:

(4)
春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花
Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.
Angin musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow,
hujan malam hari diam-diam menyirami bunga.

Pada contoh (4) di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata

kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah

pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh

(4) merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang

dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan

memberanikan diri.

b. Membuat manusia seolah-olah menjadi benda (depersonifikasi)

Gaya Bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa

personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya

bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang.

Contoh:

(5)
骄傲自满, 巴都翘 来了
Tā jiāo'ào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.
Dia(laki-laki) sombong dan berpuas diri, sampai-sampai ekornya
muncul keluar.

Universitas Sumatera Utara


“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan

dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh (5) di atas manusia

digambarkan seolah-olah memiliki ekor.

3. Gaya Bahasa Kuāzhāng (夸 )

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia.

Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda

menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya.

Contoh:

(6)
隔壁千家醉,开坛十 香
Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shí lǐxiāng.
Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang, membuka tutup arak
aromanya tercium sampai ribuan meter.

Pada contoh (6) aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat

mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan

aromanya yang sangat kental.

4. Gaya Bahasa Duì’ǒu (对偶)

Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa

Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang

memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti

yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan.

(Huang, 1991: 264)

Universitas Sumatera Utara


Contoh

(7)

风声 雨声 读书声 声声入耳
家 国 关心
Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr;
jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.
Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh
telinga;
Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan
oleh hati.

Pada contoh (7) di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian

bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter per-

baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas

merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah

keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang

disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada

akan selalu dicemaskan.

5. Gaya Bahasa Shè wèn (设问)

Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan

erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam

kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih

memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. (Huang, 1991:

280)

Universitas Sumatera Utara


Contoh:

(8)
是谁创造了人类世界?是 们劳动群人
Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.
Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia? Adalah kita para
pekerja.

Pada contoh (8) di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun

langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata

“siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda

tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan

tersebut.

2.1.3 Pengertian Puisi

Pengertian pusis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

“puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,

serta penyusunan larik dan bait”. Puisi adalah ungkapan perasaan atau

pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang

mengandung makna.

Menurut Waluyo dalam Damayanti (2013: 12), puisi merupakan

bentuk kesusastraan yang menggunakan penggulangan suara sebagai ciri

khasnya. Penggulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau

ritme.Seperti yang diungkapkan Ahmad dalam Pradopo (1999: 3-4), puisi

memiliki tiga unsur pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide atau

Universitas Sumatera Utara


emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga, kesannya. Semua unsur-unsur

tersebut diungkapkan dengan menggunakan media bahasa.

2.1.3.1 Puisi China

Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:

1. Gǔtǐshī ( 体诗)

Gǔtǐshī merupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap baris terdiri

dari empat, lima, enam atau tujuh kata, kalimatnya tidak terbatas dan jumlah

aksaranya boleh tidak sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.

2. Jìntǐshī ( 体诗)

Jìntǐshī disebut juga puisi gaya “modern”, yakni puisi klasik yang mulai

tumbuh sejak era Dinasti Tang (618-907), yang mempunyai ketentuan yang

ketat mengenai kata atau kalimat, nada dan rima. Jìntǐshī dibedakan menjadi

dua jenis yakni:

a. Sajak delapan baris (Lǜshī 律诗)

Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti Tang, terkenal

dengan aturan komposisi yang ketat. Pada umumnya setiap syair terdiri

dari delapan kalimat, setiap kalimat terdiri dari lima aksara disebut Wulu

dan kalimat yang terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.

b. Puisi empat seuntai (Juégōu 绝 )

Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han, mengalami

pembentukan pada Dinasti WeiJinNanBei dan berjaya pada zaman Dinasti

Universitas Sumatera Utara


Tang. Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik

mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada zaman ini.

(http://wenku.baidu.com/view/9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html).

2.1.4 Penyair Du Fu

Du Fu (Hanzi: 杜甫), 12 Februari, 712-770, merupakan seorang

penyair China yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Ia bernama lengkap

Dùziměi (杜子美). Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar China.

Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya

membawa pengaruh yang besar bagi budaya China dan Jepang. Ia disebut

sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China. Di

dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo,

Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga

Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”.

Seperti kebanyakan penyair China lainnya, Du Fu berasal dari

keluarga bangsawan yang telah jatuh miskin. Tidak lama setelah ia lahir,

ibunya meninggal, Du Fu pun dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai

seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga

mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan

yang sering disebutkannya dalam puisi-puisi karangannya, meskipun ia tak

pernah menyebut ibu tirinya di dalam puisinya.

Universitas Sumatera Utara


Sebagai seorang anak sarjana dan pejabat kecil, masa kecilnya

dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu

mempelajari dan menghafalkan tulisan-tulisan klasik Kong Hu Cu tentang

filsafat sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat

beberapa puisi yang baik pada masa remajanya, namun puisi-puisi tersebut

hilang.

Du Fu meninggal pada tahun 770 M, saat ia berusia 59 tahun di Tanzhou

dan sekarang Changsha. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh

moral dan keahliannya dalan menulis. Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering

disebut sebagai “Penyair Sejarah” ( 诗史). Puisi-puisinya mengomentari taktik

militer atau kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang

ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh

ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu untuk dirinya dan juga rakyat

China lainya.

Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan

lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya beliau mulai dinikmati

pada abad ke 9 M dan setelah memasuki abad ke 11 yaitu pada masa

Dinasti Song Selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya.

Perkembangan neo-Konfusisme pada masa itu juga memengaruhi

kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari

neo-Konfusisme.

Universitas Sumatera Utara


Pada masa negara China sebagai Republik, Du Fu menghasilkan

karya-karya tentang penderitaan rakyat dan kesetiaannya kepada negara.

Puisinya juga menggunakan bahasa rakyat sehingga menjadi salah satu

daya tarik masyarakat China. http://id.wikipedia.org/wiki/Du_Fu

2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu

Du Fu telah banyak menulis puisi pada masa Dinasti Tang, berikut

adalah puisi terkenal karya Du Fu.

Tabel 1. Puisi Karya Du Fu

No Judul Puisi Tahun

1. 望岳 Wàng yuè 735

2. 画鹰 Huà yīng 735

3. 夜 Yuèyè 756

4. 悲陈 Bēi chén táo 756

5. 春望 Chūn wàng 759

6. 天 怀李 Tiān mò huái lǐbái 759

7. 蜀相 Shǔxiāng 760

8. 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ 761

9. 军收河南 Wén guān jūn 763


shōu hénán běi

10 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái 765

11. 秋兴八首 一 Qiū xìng bā 766


shǒu(Qí yī)

Universitas Sumatera Utara


12. 咏怀 迹五首 Yǒnghuái 766
gǔjī wǔ shǒu (qí sān)

13. 登高 Dēnggāo 767

14. 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu 768

15. 登楼 Dēnglóu 764

2.2 Tinjauan Pustaka

Yu Nianhu (2009) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis

artikel yang berjudul “Dù shī xiūcí gé de chāocháng yùnyòng” (Gaya

Bahasa pada Puisi Du Fu dalam Keistimewaan Penggunaan) yakni lima

jenis gaya bahasa yang ada dalam puisi-puisi karya Du Fu dengan

menggunakan bahasa kiasan yang tidak terbatas pada penggunaan

tradisionalnya, puisinya dapat memberikan kesan dan pengertian yang

lebih daripada orang-orang biasanya. Penelitian ini memberikan kontribusi

positif bagi penulis mengenai keistimewaan dan ciri khas gaya bahasa

metafora dan peran penting gaya bahasa hiperbola.

Han Xiaoguang (2011) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina

menulis artikel yang berjudul “Dùfǔ juégōu zhōng chángyòng jù shì qiǎn

xī” (Analisis Penggunaan Kalimat pada Puisi Empat Seuntai Karya Du

Fu), menjelaskan karya Du Fu berusaha menunjukkan gaya yang berbeda,

Universitas Sumatera Utara


diantaranya dengan pemilihan kalimat yang dapat dengan sepenuhnya

mengapresiasikan keindahan yang diinginkan. Penelitian ini memberikan

kontribusi positif bagi penulis mengenai teknik mengapresiasikan

keindahan dalam kalimat.

Rao Fanli (2013) dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis

artikel yang berjudul “Shì lùn dùfǔ juégōu shī de yìshù tèsè” (Ciri

Kesenian pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu), serta menjelaskan ciri

khas dari puisi empat seuntai karya Du Fu, dari struktur puisi, perubahan

intonasi, gaya penulisan dan gaya bahasa yang ada pada puisi empat

seuntai karya Du Fu. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi

penulis mengenai ciri khas gaya bahasa, struktur puisi yang terdapat pada

puisi empat seuntai karya Du Fu.

Rudy (2007) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair

Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya bahasa pada

12 puisi yang terdapat dalam buku Li Taibai Quanji, dengan

menggunakan teori semantik untuk menguji makna pada puisi Li Bai.

Keempat gaya bahasa tersebut yaitu Dui’ou, metafora, hiperbola dan

litotes. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai

fungsi dari masing-masing gaya bahasa tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Landasan Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan semantik yaitu semantik leksikal

untuk mengupas masalah mengenai makna yang terkandung di dalam karya puisi

Du Fu.

Huang dan Liao (1991: 215) menjelaskan bahwa dengan mempelajari dan

menggunakan gaya bahasa, dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam

mengungkapkan perasaan dan dapat dengan sempurna menyampaikan sebuah

pemikiran.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau

lambang (sign). Kata “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog

Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian

disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang

mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh

karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang

arti, yaitu salah satu dari empat tataran linguistik: fonologi, sintaksis, morfologi

dan semantik. (Chaer, 1990: 2)

Menurut Tarigan (1985:7), semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah

lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna

yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.

Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan

perubahannya.

Ada beberapa jenis semantik yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian

dari bahasa penyelidikannya adalah leksikon (kosakata) dari bahasa itu, maka

Universitas Sumatera Utara


jenis sematiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki makna

yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu makna yang

ada pada leksem-leksem itu disebut leksem leksikal. (Chaer, 1990:7)

Chaer (2002:60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektif

yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata,

perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan

bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai

makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Oleh

karena itu,dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai

dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera,

atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya,

kata ‘tikus’, makna leksikalnya adalah sejenis binatang yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam

kalimat ‘Tikus itu mati diterkam kucing’, kata ‘tikus’ merujuk kepada

‘binatang tikus’, bukan kepada yang lain. Di dalam kalimat, ‘yang menjadi

tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam’ bukanlah dalam makna

leksikal sehingga kata ‘tikus’ sudah bermakna konotasi. Dengan kata lain,

kata tikus tidak merujuk kepada ‘binatang tikus’ melainkan kepada

‘seorang manusia’, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan

tikus.

Gaya bahasa sering dan banyak dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi yang

dipentingkan bukan gaya bahasanya, melainkan makna kata atau kalimat yang

menggunakan gaya bahasa tersebut. Penulis mengaplikasikan kajian semantik

Universitas Sumatera Utara


khususnya semantik leksikal pada rumusan masalah kedua dengan menjelaskan

makna pada puisi sesuai dengan makna leksikalnya atau makna yang

sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yangbersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang

ditentukan. (Djadjasudarma, 1993: 1)

Menurut Djadjasudarma (1993: 3), metode penelitian merupakan alat,

prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam

mengumpulkan data). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang

bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta

hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. (Djajasudarma, 1993: 8-9)

Penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, di mana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi. (Sugiono, 2013: 218)

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan

Universitas Sumatera Utara


data dan informasi yang bersumber dari buku-buku, penelitian, jurnal

yang terkait dengan gaya bahasa pada puisi China.

3.1 Data dan Sumber Data

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan

atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau

kesimpulan). Data dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang

membentuk gaya bahasa pada 15 puisi China karya Du Fu. Data ini

diambil dari sumber data berupa kata Tang Shi Jing Cui (LuShi),

kumpulan puisi dari penyair-penyair terkenal pada Dinasti Tang.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Sumber Data Utama : Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗).

Cover : Warna abu-abu dengan tulisan berwarna hijau.

Halaman : 159.

Terbitan : Shanxi Guji Chubanshe.

Tahun Terbit : 1996.

Selain itu penulis juga menggunakan sumber data sekunder sebagai

data pendukung. Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah tersedia. Sumber data sekunder dalam penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


diambil dari buku Dùfǔ shī xuǎn yì 杜甫诗选译 yaitu berisi puisi

karya Du Fu yang telah dimodifikasi, selain itu jurnal, artikel, makalah,

skripsi dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan gaya bahasa

puisi karya Du Fu, baik bahan yang berbahasa Mandarin maupun bahasa

Indonesia.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2013: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

tahapan/langkah yang dilakukan penulis pada teknik pengumpulan data.

1. Mengumpulkan puisi karya Du Fu yang terdapat pada buku Tángshī

jīngcuì (Lǜshī) yang ditulis pada tahun 1996.

2. Berulang-ulang membaca puisi-puisi terkenal karya Du Fu. Apabila

terdapat arti kata yang tidak dimengerti maka penulis merujuk kepada

Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Tionghoa-Indonesia karangan Dian

Rakyat terbitan tahun 2001.

3. Mengidentifikasi puisi-puisi terkenal karya Du Fu yang terdapat di dalam

buku tersebut.

4. Menyeleksi 15 puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam buku Tángshī

jīngcuì (Lǜshī).

Universitas Sumatera Utara


5. Memberi tanda kata dan frasa dengan cara menggarisbawahi aksara China

pada puisi karya Du Fuyang memiliki gaya bahasa.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam rangka

mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan lainnya dalam sebuah

penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis gaya bahasa yang terdapat didalam puisi karya Du Fu

berdasarkan jenis gaya bahasa menurut Huang dan Liao.

Misalnya:

感时花溅泪,恨别鸟惊心 Chūn wàng 春望


Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.
Bunga yang mengeluarkan percikan air mata

Dalam puisi tersebut Du Fu mendeskripsikan suatu masalah yang

penyampaiannya dilebih-lebihkan dengan menggunakan kata “bunga

yang mengeluarkan percikan air mata”. Penyair menganggap bunga

seolah-olahseperti manusia karena dapat mengeluarkan air mata. Seperti

yang diketahui bahwa bunga tidak dapat mengeluarkan air mata, hanya

manusia yang dapat mengeluarkan air mata. Manusia sebagai cipatan

Tuhan yang merupakan makhluk paling sempurna.

Universitas Sumatera Utara


Melalui analisis di atas dapat dinyatakan bahwa gaya bahasa yang

terdapat pada bait puisi tersebut adalah gaya bahasa Niren atau

personifikasi.

2. Menganalisis makna yang terkandung di dalam gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu.

Misalnya:

岱 如何?齐鲁青未了 Wàng yuè 望岳


Dài zōngfū rúhé? Qílǔ qīng wèiliǎo.
Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan, mulai

dari negara Qi hingga negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih

belum dapat terlihat. Melalui gaya bahasa erotesis, penyair Du Fu ingin

menyampaikan bahwa gunung Taishan yang terkenal sangat tinggi puncak

gunungnya. Sehingga mengandung makna yang menakutkan bagi

pembaca ketika menyebutkan gunung Taishan. Secara pengetahuan umum

Republik Rakyat China, gunung Taishan merupakan gunung yang terkenal

karena ketinggiannya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan mengenai

penelitian tentang “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Penulis

membahas gaya bahasa yang terdapat pada 15 buah puisi karya Du Fu dan makna

yang terkandung di dalam gaya bahasa 15 puisi tersebut. Hasil dan pembahasan

dijelaskan sebagai berikut.

4.1 Hasil

Pada sub bab hasil penelitian terhadap analisis gaya bahasa pada

puisi karya Du Fu, penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan

rumusan masalah pertama yaitu gaya bahasa apakah yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu dan rumusan masalah kedua yaitu makna apakah yang

terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu. Berikut hasil

penelitian tentang gaya bahasa dan makna yang terkandung di dalam gaya

bahasa puisi karya Du Fu.

4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi

Karya Du Fu

Berdasarkan Pada penelitian ini penulis menganalisis lima belas

buah puisi karya Du Fu berdasarkan gaya bahasa, yaitu: (1) 望岳

Wàng yuè, (2) 画鹰 Huà yīng, (3) 夜 Yuèyè, (4) 悲陈

Bēi chén táo, (5) 春望 Chūn wàng, (6) 天 怀李 Tiān mò huái

Universitas Sumatera Utara


lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè

shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高

Dēnggāo, (14) 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登楼

Dēnglóu.

Kelima belas buah puisi pada kumpulan puisiberjudul Tángshī

jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗), maka ditemukan 5 gaya bahasa

Mandarin tersebut yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng

(夸张), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

Du Fu juga mengkaitkan pemandangan yang dilihat atau dirasakan

pada saat itu, kemudian dituangkan menjadi puisi yang indah. Gaya bahasa

yang terdapat dalam 15 buah puisi karya Du Fu dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4.1 Frekuensi Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu

No. Gaya Bahasa Puisi Jumlah Persen


(%)
1. Bini (personifikasi) 4 23%
2. Kuazhang 4 23%
(hiperbola)
3. She wen (erotesis) 4 23%
4. Dui ou 3 18%

(pararelisme)

Universitas Sumatera Utara


5. Biyu 2 13%
(perumpamaan)
Total 17 100%

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1, Du Fu banyak

menggunakan gaya bahasa pada puisinya dan level pertama yang dominan

adalah gaya bahasa Bini, Kuazhang dan Shewen; level kedua adalah

Dui’ou dan level ketiga adalah Biyu.

4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa

Puisi Karya Du Fu

Berdasarkan analisis makna yang terkandung dalam lima gaya

bahasa tersebut, maka berikut adalah hasil penelitian pada makna setiap

lima gaya bahasa seperti: Bǐyù (比 喻 ) mengumpamakan sesuatu yang

abstrak menjadi konkret, pada puisi perasaan penyair tersampaikan dengan

baik; Bǐnǐ ( 比 拟 ) menghidupkan suatu benda atau hal menjadi hidup

ataupun sebaliknya, pada puisi penyair dapat membawa rasa segar dan

menyentuh bagi pembaca; Kuāzhāng (夸张) melebih-lebihkan suatu benda

atau hal melalui sifat, ukuran maupun jumlah aslinya, pada puisi terlihat

sifat dan kepribadian Du Fu yang penuh percaya diri dan membela kaum

buruh yang juga merupakan salah satu karakteristik menonjol Du Fu;

Duì’ǒu (对偶) mempunyai bentuk kata yang sama atau mirip, jumlah kata

yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk menyatakan

Universitas Sumatera Utara


maksud yang sama ataupun berlawanan, pada puisi terlihat memiliki suatu

gaya yang khas, dengan susunan yang seimbang dari sisi kiri dan

kanannya, sehingga puisi-puisi tersebut terasa lebih berirama dan begitu

indah sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca; Shè

wèn (设问) mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan

memikirkan makna dari pertanyaan tersebut, pada puisi terlihat seperti

menegaskan pendapat, pujian, ketidakpuasan, kemarahan dan kesedihan

penyair.

Dalam puisi karya Du Fu terdapat banyak gaya bahasa,

mencerminkan Du Fu memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi,

menggunakan gaya bahasa yang indah, pikiran dan perasaan menulis

dengan nilai seni yang tinggi.

4.2 Pembahasan

Pada subbab pembahasan ini dipaparkan analisis gaya bahasa terhadap

15 buah puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisiberjudul

Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 ( 律 诗 ) . Analisis dilakukan

berdasarkan 2 masalah penelitian, yaitu (1) gaya bahasa apakah yang

terdapat puisi karya Du Fu; (2) makna apakah yang terkandung di dalam

gaya bahasa puisi karya Du Fu. Teori Huang dan Liao digunakan untuk

menjawab rumusan pertama dan menjawab rumusan masalah kedua

menggunakan pendekatan semantik leksikal untuk menganalisis makna

gaya bahasa.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu

Analisis gaya bahasa terhadap 15 puisi karya Du Fu dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah yang berkenaan dengan gaya bahasa yang

terdapat di dalam puisi karya Du Fu. Puisi karya Du Fumerupakan hasil

karya sastra yang bersejarah dan dipelajari dari zaman ke zaman. Gaya

bahasa yang terdapat dalam puisinya dapat mengekspresikan jiwa kearifan

beliau melalui bahasa yang indah.

Sebagaimana yang dinyatakan pada bab II bahwa gaya bahasa yang

digunakan pada pembelajaran bahasa Mandarin adalah 5 jenis gaya

bahasa, yaitu gaya bahasa Biyu,Bini,Kuazhang, Dui’ou dan Shewen.

Berikut adalah analisis gaya bahasa pada 15 puisi karya Du Fu.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Bǐyùatau disebut juga

perumpamaan,mengumpamakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.

Benda yang dibandingkan disebut “Benti atau disebut juga noumenon”,

dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti atau disebut

juga pembanding”, kata yang menghubungkan kedua benda disebut “Yuci

atau disebut juga kata banding”.Noumenon dan pembanding haruslah

sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu

sisi kemiripan untuk membandingkannya.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:

Míngyù, Ànyù dan Jièyù. Míngyù atau disebut juga simile merupakan

Universitas Sumatera Utara


perbandingan secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan

sejenisnya; Ànyù atau disebut juga dengan metafora merupakan

pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变 biànchéng (menjadi),

chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)” dan lain-lain; dan Jièyù

merupakan benda atau disebut juga noumenon yang tidak muncul, tidak

terlihat pada kalimat, langsung menggunakan pembanding untuk

menggantikan noumenon.

Puisi Du Fu yang berjudul Huà yīng dan Lǚ yè shū huái

menggunakan gaya bahasa Bǐyù atau (perumpamaan), adalah sebagai

berikut:

(1) 㧐身思狡兔,侧目似愁胡 画鹰
Sǒng shēn sī jiǎo tù, cèmù shì chóu hú. Hu à ī g
Tubuh menjulang tinggi dan bermata elang, sisi pinggir mata dan alis
seperti kera (sejenis monyet). (Hua Ying, Jiang, 1996:53)

Pada bait puisi Huà yīng menggunakan gaya bahasa Mingyu

(simile), karena muncul noumenon dan pembandingnya. Kata banding

berupa “seperti”, noumenonnya berupa “bermata elang” dan

pembandingnya adalah “kera (sejenis monyet)”. Mengumpamakan mata

elang seperti mata kera yang sama-sama lebih sensitif dan lebih tajam,

karena memiliki daya penglihatan yang terkuat. Berdasarkan deskripsi dari

internet, ‘elang’ dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar,

memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar dan paruh yang

besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan

tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang jauh. Dengan kemampuan

Universitas Sumatera Utara


seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan

pada ekosistem dimana dia berada. (http://smart-

pustaka.blogspot.com/2011/09/burung-elang.html). Gaya bahasa ini

menggambarkan mata elang yang tajam dan menjelaskan mata elang yang

terlihat pada puisi tentang lukisan elang tersebut.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Lu Ye Shu Huai yang

juga menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile).

(2) 飘飘何所似? 地一沙鸥 旅夜书怀


Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i
Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi. (Lu
Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Bait pada puisi data 2 menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile),

karena muncul noumenon dan pembandingnya, yaitu kata banding

“seperti”, noumenonnya adalah “berkibaran” dan pembandingnya adalah

“camar”.Burung Camar adalah penerbang yang hebat karena dia mampu

membumbung tinggi dan melayang di atas tiupan angin laut. Berdasarkan

informasi yang diperoleh, pada saat burung camar terbang di atas lautan,

binatang ini menghemat energinya dengan menggunakan aliran udara yang

disebabkan oleh gelombang-gelombang tinggi.

(http://www.puncakbukit.net/2013/08/burung-camar.html)

Sebagaimana dengan kehidupan unggas air yang dapat terbang di

atas laut, mengungkapkan perasaan berkeliaran penyair seperti

mencerminkan kehidupan yang tidak stabil dari penyair, seperti burung

yang terbang di sekitar laut.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu

Gaya bahasaBǐnǐ (personifikasi), yaitu menghidupkan benda atau

hal menjadi hidup ataupun sebaliknya. Puisi Du Fu yang berjudul Chūn

wàng, Chūn yè xǐyǔ dan Dēnggāo menggunakan gaya bahasa Bǐnǐ

(personifikasi). Seperti tergambar pada bait berikut ini.

(3) 感时花溅泪,恨别鸟惊心 春望
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn. Chū àw g
Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci
burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi Chūn wàng, klausa “mengeluarkan percikan air mata”,

membuat bunga seolah-olah seperti manusia karena dapat mengeluarkan

air mata. Sebagaimana yang diketahui bahwa bunga tidak dapat

mengeluarkan air mata, hanya manusia yang dapat mengeluarkan air mata,

karena manusia adalah cipatan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan

dengan makhluk lainnya.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa Bini muncul pada bait puisi

Chun ye xiyu.

(4) 随风潜入夜,润物细无声 春夜喜雨


Suí fēng qiánrù yè, rùn wù xì wúshēng. Chū à à ǐ ǔ
Angin malam menyelinap masuk, melicinkan dan menghaluskan
tanpa suara. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada bait puisi Chūn yè xǐyǔ, klausa “menyelinap masuk”, diperankan

oleh angin seolah-olah berperan seperti manusia. Sebagaimana yang

diketahui angin tidak dapat menyelinap masuk, melainkan manusia yang

dapat menyelinap masuk. Hal ini disebabkan angin memiliki sifat yang

Universitas Sumatera Utara


licin dan wujudnya tidak tampak. Dengan demikian angin dapat

menyelinap masuk dengan licin.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul

Denggao menggunakan gaya bahasa Bini, seperti berikut ini.

(5) 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回 登高


Fēng jí tiān gāo yuán xiào āi, zhǔ qīng shā bái niǎo fēi huí. Dē ggāo

Angin kencang, langit tinggi dan kera bersiul sedih, negara hijau dan
burung terbang kembali. (Denggao, Jiang, 1996: 70)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Dēnggāo, klausa “kera bersiul

sedih” mengungkapkan bahwa kera sedang bersedih. Binatang “kera”

digambarkan seolah-olah ia seperti manusia yang memiliki perasaan sedih.

Seperti yang digambarkan dalam puisi, angin kencang berarti menandakan

akan turun hujan sehingga kera menjadi sedih dan harus mencari tempat

untuk berlindung.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun ye xiyu
yang menggunakan gaya bahasa Bini.
(6) 好雨知时节,当春乃发生 春夜喜雨
Hǎo yǔ zhī shíjié, dāng chūnnǎi fāshēng. Chū à à ǐ ǔ
Hujan yang baik pada musim ini, ketika musim semi disini. (Chun
ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Chūn yè xǐyǔ, “hujan yang

baik” digambarkan seperti manusia yang dapat mengekspresikan kasih

sayang penulis terhadap hujan yang hadir pada musim semi. Sebagaimana

yang diketahui, manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, yang

memiliki perasaan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Pada bait

puisi ini, gaya bahasa yang tergambar dengan jelas yaitu personifikasi.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.3 Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Kuāzhāng atau disebut juga hiperbola, yaitu hal atau

sesuatu benda menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah

aslinya. Puisi Du Fu yang berjudul Wàng yuè, Bēi chén táo, dan Chūn

wàng menggunakan gaya bahasa Kuāzhāng (hiperbola), tergambar pada

bait berikut ini.

(7) 会当凌绝顶,一 山小 望岳
Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo. Wàng yuè
Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung, melihat
sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang samar-
samar. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “melihat sekumpulan gunung yang tampak

penuh harapan yang samar-samar” mendeskripsikan bayangan gunung

yang terlihat tidak jelas dari puncak gunung Taishan, sehingga

sekumpulan gunung terlihat seperti saling berbaris. Penyair juga disuguhi

pemandangan yang indah dari puncak tertinggi gunung Taishan.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Wang yue yang
menggunakan gaya bahasa hiperbola.
(8) 造 钟神秀, 割 晓 望岳
Zàohuà zhōng shénxiù, yīnyáng gē hūn xiǎo. Wàng yuè
Keindahan alam yang terkonsentrasi, membagi gunung utara dan
gunung selatan menjadi fajar dan senja. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “keindahan alam yang terkonsentrasi”

menggambarkan pemandangan alam yang indah dan megah hingga tak

tertandingi keindahannya sampaike gunung Taishan. Keindahan alam

yang begitu indah dan megah dapat menakjubkan indra penglihatan atau

Universitas Sumatera Utara


mata. Penyair sangat menikmati pemandangan disekitar, salah satunya

melihat keindahan pemandang cahaya matahari terbit dan terbenam.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa hiperbola muncul pada bait


puisi Bei chen tao.
(9) 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水 悲陈陶
Mèngdōng shí jùn liángjiāle, xiě zuò chéntáozé zhōng shuǐ. Bēià h à t o

Musim dingin bulan 10 yang layak, darah Chentaoze menjadi air. (Bei
chen tao, Jiang, 1996: 57)

Pad bait puisi data 9 “darah Chen Tao Ze menjadi air” maksudnya

adalah darah yang keluar sangat banyak seperti air yang terus mengalir

tanpa terkendali. Darah memiliki wujud cair seperti air dan mengalir

didalam tubuh. Pada puisi darah tersebut telah mengalir diluar tubuh

dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat mengakibatkan seseorang

meninggal karena kekurangan darah.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun Wang
yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.
(10) 烽火连 ,家书抵万金 春望
Fēnghuǒ lián sān yuè, jiāshū dǐ wàn jīn. Chū àw g
Perang sampai 3 bulan, surat rumah layak berjuta emas.
(Harapan Musim Semi, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi ini “surat rumah layak berjuta emas” maksudnya

adalah setiap huruf yang ada di dalam surat lebih berharga daripada emas.

Emas merupakan logam mulia yang berwarna kuning dan bernilai tinggi.

Emas juga memiliki harga yang mahal dan relatif tinggi, serta banyak

orang yang menyukai atau ingin memilikinya. Pada puisi terdapat surat

yang setiap kata memiliki informasi penting dan sangat berharga bagi

Universitas Sumatera Utara


keluarga yang menerima surat, seperti emas yang berharga dan bernilai

tinggi.

4.2.1.4 Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Duì’ǒu atau disebut juga pararelisme, menggunakan

kelompok kata atau kalimat yang memiliki bentuk yang sama atau mirip,

jumlah kata yang sama, dan memiliki arti yang berkaitan erat untuk

menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan. Puisi Du Fu yang

berjudul Chūn wàng, Shǔxiāng dan Lǚ yè shū huái menggunakan gaya

bahasa Duì’ǒu (pararelisme) tergambar sebagai berikut.

(11) 国破山河在,城春草木深 春望
Guó pò shānhé zài, chéng chūn cǎomù shēn. Chū àw g
感 花溅泪,恨别鸟惊心
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.
Negara rusak gunung dan sungai dalam, kota musim semi dan kayu
yang mendalam.Bunga yang mengeluarkan percikan air mata,
jangan membenci burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang,
1996: 58)

Pada bait puisi Chūn wàng terdapat kata “negara” dan “kota

musim semi” (kondisi yang berlawanan), “gunung” dan “rumput”,

“sungai” dan “kayu” adalah 4 kata benda yang berlawanan. “Dalam” dan

“mendalam” merupakan 2 kata kerja. Pada kalimat kedua, “rasa” dan

“benci” (kondisi yang berlawanan), “bunga” dan “burung” merupakan 2

kata benda yang berlawanan, “percikan air mata” dan “ menajubkan”

Universitas Sumatera Utara


merupakan 2 kata kerja yang berlawanan. Dilihat dari struktur kata baris

kiri dan kanan seimbang, jumlah kata pada baris kiri 6 karakter dan kanan

6 karakter termasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis pada kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Chūn wàng termasuk dalam gaya

bahasa Duì’ǒu (Pararelisme).

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa pararelisme muncul


pada bait puisi Shuxiang.
(12) 阶碧草自春色,隔叶黄鹂空好音 蜀相
Yìng jiē bì cǎo zì chūnsè, gé yè huánglí kōng hǎo yīn. ìhǔ iā g
Bayangan hijau rumput yang cocok sejak musim semi, setiap daun
dan burung oriole berwarna kuning tebang dengan suara yang
indah. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Pada bait puisi Shǔxiāng terdapat kata “bayangan”dan “setiap

daun” (kondisi yang bersamaan), “hijau”dan “kuning” merupakan 2 kata

benda yang berhubungan berupa warna, “rumput”dan “burung oriole”

merupakan 2 kata benda yang berlawanan, “cocok sejak musim semi” dan

“suara yang indah” merupakan 2 kata sifat yang berlawanan. Dilihat dari

struktur kata yang seimbang, jumlah kata pada baris kiri 8 karakter dan

baris kanan 8 karakter termasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Shǔxiāng termasuk dalam gaya bahasa

Duì’ǒu (Pararelisme).

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul

Lu Ye Shu Huai menggunakan gaya bahasa pararelisme, seperti berikut ini.

(13) 垂平 阔, 涌大江流 旅夜书怀


Xīng chuí píngyě kuò, yuè yǒng dàjiāng liú. Lǚà àshūàhu i

Universitas Sumatera Utara


Cahaya bintang menerangi sejagat raya, sinar bulan menyinari
sungai Jiang. (Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996: 65)

Pada bait puisi Lǚ yè shū huái terdapat kata “bintang” dan “bulan”

merupakan 2 kata benda yang berhubungan, “menerangi” dan “menyinari”

merupakan 2 kata kerja yang berhubungan, “sejagat raya” dan “sungai

Jiang” merupakan 2 kata benda yang menyatakan lokasi. Dilihat dari

struktur kata yang seimbang, jumlah kata pada baris kiri 6 karakter dan

baris kanan 6 karaktertermasuk koma (,) dan titik (.) dan jenis kata yang

dibandingkan sama. Bait pada puisi Lǚ yè shū huái termasuk dalam gaya

bahasa Duì’ǒu (Pararelisme).

4.2.1.5 Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Shè wèn (Erotesis), pada umumnya menggunakan

pertanyaan dengan kata tanya kemudian langsung dijawab dalam kalimat,

memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih

memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. Puisi Du Fu yang

berjudul Wàng yuè, Shǔxiāng, Wén guān jūn shōu hénán héběi dan Lǚà à

shūà hu i menggunakan gaya bahasa Shè wèn (Erotesis), tergambar sebagai

berikut.

(14) 岱 如何?齐鲁青未了 望岳
Dài zōngfū rúhé?Qílǔ qīng wèiliǎo. Wàng yuè
Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung
Taishan, bagaimana mendreskripsikannya? Dari negara Qi
sampai negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih juga
belum terlihat. (Wang yue, Jiang, 1996:52)

Universitas Sumatera Utara


Pada bait puisi Wàng yuè menggunakan kalimat pertanyaan

kemudian dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca memikirkan makna

dari pertanyaan. Pada bait dalam puisi Wàng yuè yang ingin dijelaskan

adalah gambaran mengenai gunung Taishan yang terkenal akan ketinggian

puncak gunungnya.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Shuxiang

yang menggunakan gaya bahasa erotesis.

(15) 丞相祠堂何处 ?锦 城外 森森 蜀相
Chéngxiàng cítáng hé chù xún? Jǐn guān chéng wài bǎi sēnsēn.
ìhǔ iā g
Dimana mencari kuil perdana menteri? Di luar hutan pohon
sipres Jinguancheng. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Pada bait puisi Shǔxiāng menggunakan kalimat pertanyaan

kemudian dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca memikirkan makna

dari pertanyaan. Pada bait dalam puisi Shǔxiāng yang ingin dijelaskan

adalah kuil perdana menteri yang berada diluar hutan pohon spires

Jinguancheng.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul Wen

guan jun shou henan hebei menggunakan gaya bahasa erotesis, seperti

berikut ini.

(16) 却看妻子愁何在?漫卷诗书喜欲狂 闻 收河南河


Què kàn qīzi chóu hézài? Mànjuǎn shī shū xǐ yù kuáng. Wén
guān jūn shōu hénán héběi
Melihat kembali istrinya, dimana letak kesedihan? Menggulung
dengan cepat puisi sukacita hingga menjadi gila. (Wen guan jun
shou henan hebei, Jiang, 1996: 62)

Universitas Sumatera Utara


Pada bait puisi Wén guān jūn shōu hénán héběi menggunakan

kalimat pertanyaan kemudian dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca

memikirkan makna dari pertanyaan. Pada bait dalam puisi Wén guān jūn

shōu hénán héběi yang ingin dijelaskan adalah penyair dan keluarganya

menerima sebuah surat yang mengabarkan berita kemenangan dari

pasukan tentara Henan dan Hebei.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul Lu

Ye Shu Huai menggunakan gaya bahasa erotesis, seperti berikut ini.

(17) 飘飘何所似? 地一沙鸥 旅夜书怀


Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i
Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan
bumi. (Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996: 65)

Pada bait puisi di atas menggunakan kalimat pertanyaan kemudian

dijawab sendiri oleh penyair agar pembaca memikirkan makna dari

pertanyaan. Pada bait puisi Lu Ye Shu Huai yang ingin dijelaskan adalah

penyair terpaut akan perasaan yang sentimental terhadap pemerintahan

pada saat itu.

4.2.2 Analisis Makna Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu

Berdasarkan pengertian makna yaitu setiap kata terdiri dari satu

atau beberapa unsur yang membentuk makna kata atau makna leksikal.

Berikut makna gaya bahasa pada puisi karya Du Fu.

Universitas Sumatera Utara


(1) 㧐身思狡兔,侧目似愁胡 画鹰
Sǒng shēn sī jiǎo tù, cèmù shì chóu hú. Hu à ī g
Tubuh menjulang tinggi dan bermata elang, sisi pinggir mata dan alis
seperti kera (sejenis monyet). (Hua ying, Jiang, 1996:53)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada tahun 735 dan merupakan puisi

lukisan pertama dalam karya awal penulis. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), kata “elang” merupakan burung buas yang mempunyai

daya penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan cengkeramannya kuat,

menangkap mangsanya dengan menyambar. Kata ‘kera’ merupakan suku

paling sempurna dari kelas binatang menyusui, bentuk tubuhnya mirip

manusia, berbulu pada seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relatif lebih

besar dan lebih cerdas daripada hewan lain. Pada kalimat tersebut gaya

bahasa perumpamaan digunakan untuk menggambarkan elang dan kera,

karena elang memiliki penglihatan tajam yang sama dengan penglihatan

kera yang cerdas.

Penyair menggunakan bahasa yang ringkas dan padat untuk

menjelaskan secara rinci lukisan elang tersebut. Teknik penulisan yang

sesuai dengan tema telah menunjukkan hasil suatu kesenian. Deskripsi

puisi tentang lukisan pada gaya dan sikap elang, kemudian

menggambarkan mata elang dan kera adalah mirip membuat lukisan

tersebut terlihat sangat nyata dan hidup.

Berikut adalah baris puisi Lu Ye Shu Huai yang menyatakan

keindahan alam yaitu pemandangan alam dengan binatang.

Universitas Sumatera Utara


(2) 飘飘何所似? 地一沙鸥 旅夜书怀
Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i
Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi. (Lu Ye
Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada pemerintahan kaisar dinasti Tang

tahun 765 di kota Yongtai provinsi Fuzhou. Latar belakang puisi ini adalah

pada saat Du Fu melewati musim panas bersama keluarganya untuk

meninggalkan Chengdu, provinsi Yuzhou.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “berkibar”

yaitubergerak-gerak mengombak karena ditiup angin. Kata “camar” yaitu

burung laut berwarna putih keabu-abuan, berparuh panjang dan runcing,

bersayap panjang yang ujungnya meruncing, ekornya bercanggah seperti

garpu, badannya langsing, berkaki pendek kemerah-merahan dan

berselaput renang. Pada bait puisi Lu Ye Shu Huai, gaya bahasa

perumpamaan digunakan untuk menyatakan hubungan sesuatu yang

bergerak karena ditiup angin seperti mengungkapkan perasaan berkeliaran

penyair seperti perasaan yang mencerminkan kehidupan yang tidak stabil

dari penulis, seperti burung terbang di sekitar.

Berikut ini adalah baris puisi Chun wang yang menyatakan kondisi

atau keadaan yang terjadi pada masa itu.

(3) 感时花溅泪,恨别鸟惊心 春望
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn. Chū àw g
Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci burung
yang menajubkan. (Chun wang, Jiang, 1996: 58)

Puisi Chun wang ditulis oleh Du Fu pada bulan Maret, tahun 757.

Puisi ini berlatar belakang tentang kehidupan Du Fu yang dimasukkan ke

Universitas Sumatera Utara


dalam penjara. Saat itu ia sebagai tahanan yang dikuasai oleh pemberontak

Lushan Chang. Puisi ini mengungkapkan negara asal penyair dan juga

menyebutkan tentang alam. Puisi Chun Wang digambarkan hal

menyenangkan bagi burung-burung, melihat bunga-bungamenangis,

bauburungmengejutkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “percikan” yaitu

titik-titik air yang memercik.Gaya bahasa personifikasi dalam puisi

memberikan perasaan yang lebih kaya dan hidup. Meskipun puisi ini

menulis tentang pemandangan, namun pemandangan ini memberikan

pembaca kekayaan dari segi penglihatan dan pendengaran, seperti

mengajak pembaca ke dalam lingkungan yang digambarkan. “Bunga yang

mengeluarkan percikan air mata” kalimat ini menyiratkan kesedihanyang

terlihat mendalam yang dirasakan olehpenyair.

Berikut ini adalah baris puisi Chun ye xiyu yang menyatakan keadaan

pada malam hari yang sepi.

(4) 随风潜入夜,润物细无声 春夜喜雨


Suí fēng qiánrù yè, rùn wù xì wúshēng. Chū à à ǐ ǔ
Angin malam menyelinap masuk, melicinkan dan menghaluskan tanpa
suara. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada tahun 761, saat Du Fu bermukim

di Chengdu bagian barat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), kata menyelinap” yaitu (1)menyuruk (menyusup, menyelundup,

dsb) lekas-lekas;(2) melantas ke dalam, masuk meresap, masuk terus;(3)

Universitas Sumatera Utara


menghindarkan diri dengan segera, mengendap (menyembunyikan diri

dsb).

Penyair membuat puisi menjadi lebih kuat dan luar biasa. Penyair

menggunakan gaya bahasa personifikasi, “angin malam menyelinap

masuk” dibuat seolah-olah seperti manusia yang dapat melakukan

pekerjaan “menyelinap”. Melalui gaya bahasa personifikasi, penyair

mengungkapkan perasaannya yang sedang menikmat angin malam yang

sejuk dan larut dalam malam yang sepi.

Berikut ini adalah baris puisi Denggao yang menyatakan

keindahan alam yaitu pemandangan tentang alam dengan binatang.

(5) 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回 登高


Fēng jí tiān gāo yuán xiào āi, zhǔ qīng shā bái niǎo fēi huí. Dē ggāo

Angin kencang, langit tinggi dan kera bersiul sedih, negara hijau dan
burung terbang kembali. (Denggao, Jiang, 1996: 70)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada musim gugur tahun 767, pada saat

itu Du Fu sedang berada di Kuizhou. Latar belakang puisi ini yaitu di

suasana sepi sungai Jiang pada musim gugur. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), kata “kera” yaitu suku paling sempurna dari

kelas binatang menyusui, bentuk tubuhnya mirip manusia, berbulu pada

seluruh tubuhnya, memiliki otak yang relatif lebih besar dan lebih cerdas

daripada hewan lain, termasuk hewan pemakan buah, biji-bijian, dsb.

Universitas Sumatera Utara


Penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, yaitu “kera bersiul

sedih” kemudian dibuat seolah-olah memiliki perasaan sedih seperti

manusia, walaupun kera hanyalah terlihat menyerupai wujud manusia.

Melalui gaya bahasa personifikasi, penyair ingin menyampaikan

pemandangan yang menyedihkan. Terlihat pada kalimat “angin kencang”

menandakan hal yang tidak baik bagi “kera” karena kemungkinan akan

turun hujan yang deras. Dan “burung terbang kembali” kemungkinan

burung sedang terbang kesana-kemari di atas sungai Jiang, ketika melihat

angin kencang, burung kembali terbang untuk mencari tempat berteduh.

Berikut ini adalah baris puisi Chun ye xiyu yang menyatakan

pemandangan alam.

(6) 好雨知时节,当春乃发生 春夜喜雨


Hǎo yǔ zhī shíjié, dāng chūnnǎi fāshēng. Chū à à ǐ ǔ
Hujan yang baik pada musim ini, ketika musim semi disini.(Chun ye xiyu,
Jiang, 1996: 61)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu padatahun 761, saat Du Fu bermukim

di Chengdu bagian barat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), kata “baik” yaitu (1)elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada

celanya, dsb); (2)mujur; beruntung (tentang nasib); (3) menguntungkan

(tentang kedudukan dsb); (4) berguna; manjur (tentang obat dsb);(5)tidak

jahat (tentang kelakuan, budi pekerti, keturunan, dsb); (6)sembuh; pulih

(tentang luka, barang yang rusak, dsb); (7) selamat (tidak kurang suatu

apapun); (8) selayaknya, sepatutnya; (9) (untuk menyatakan) entah ...

entah ...; (10)ya (untuk menyatakan setuju); (11)kebaikan; kebajikan.

Universitas Sumatera Utara


Penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, yaitu “hujan yang

baik pada musim ini” kemudian dibuat seolah-olah seperti manusia yang

memiliki kelakuan atau sifat yang baik. Melalui gaya bahasa personifikasi,

penyair ingin menyampaikan suatu pemandangan yang selayaknya dan

sepatutnya terjadi hujan di musim itu, karena akan menghidupkan bunga-

bunga di musim semi.

Berikut ini adalah baris puisi Wang yue yang menyatakan

keindahan alam yang indah.

(7) 会当凌绝顶,一 山小 望岳
Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo. Wàng yuè
Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung, melihat
sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang samar-samar.
(Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu padatahun 735, pada saat Du Fu

berusia 23tahun. Latar belakang puisi ini yaitu pada saat Du Fu sampai di

Luoyang untuk mengikuti ujian sarjana, alhasil terlambat sampai Luodi

sehingga melakukan perjalanan ke negara Qilu bagian utara. Penyair

dibuat tertarik oleh gunung Taishan, kemudian menuliskan sebuah puisi

yang sangat mengagumi kemegahan akan pemandangan yang indah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “samar”

yaitu (1)kabur, tidak kelihatan nyata, agak gelap; (2) sayup-sayup (tentang

pendengaran); (3) tersembunyi, kurang jelas (apa yang dilihat, dilakukan,

dsb); (4) gaib alam yg tidak dapat dilihat dengan indra biasa.

Universitas Sumatera Utara


Penyair menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu “melihat

sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang samar-samar”

kalimat ini terlihat sangat melebih-lebihkan suatu bayangan gunung yang

saling berbaris yang dilihat dari puncak gunung Taishan. Melalui gaya

bahasa hiperbola, penyair menggambarkan objek yang ada dengan sangat

detail, menunjukkan penyair sangat pandai dalam memperhatikan alam

dan pandai menikmati pemandangan yang ada pada saat itu, serta

menuangkannya ke dalam puisi.

Berikut ini adalah baris puisi Wang yue yang menyatakan

keindahan alam yang tak tertandingi.

(8) 造 钟神秀, 割 晓 望岳
Zàohuà zhōng shénxiù, yīnyáng gē hūn xiǎo. Wàng yuè
Keindahan alam yang terkonsentrasi, membagi gunung utara dan
gunung selatan menjadi fajar dan senja. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu padatahun 735, pada saat Du Fu

berusia 23tahun. Latar belakang puisi ini yaitu pada saat Du Fu sampai di

Luoyang untuk mengikuti ujian sarjana, dan akhirnya terlambat sampai

Luodi sehingga melakukan perjalanan ke negara Qilu bagian utara.

Penyair dibuat tertarik oleh gunung Taishan, kemudian menuliskan sebuah

puisi yang sangat mengagumi kemegahan akan pemandangan yang indah.

Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI), kata

“konsentrasi” yaitu (1) pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal;

(2) pemusatan tenaga, kekuatan, pasukan, dsb di suatu tempat.Penyair

Universitas Sumatera Utara


menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu “keindahan alam yang

terkonsentrasi”, kalimat ini terlihat sangat melebih-lebihkan suatu

pemandangan mengenai keindahan alam yang dimiliki oleh gunung

Taishan.

Melalui gaya bahasa hiperbola, penyair ingin menyampaikan

keindahan alam yang terkonsentrasi tersebut sungguh merupakan

keindahan alam yang tak tertandingi kemegahan dan keindahnya,

termasuk juga pada saat gunung utara dan gunung selatan dibagi menjadi

fajar yaitu pada saat matahari terbit, dan senja pada saat matahari

terbenam.

Berikut ini adalah baris puisi Bei chen tao yang menyatakan alam

dengan manusia dan kesedihan yang terjadi pada saat itu.

(9) 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水 悲陈陶


Mèngdōng shí jùn liángjiāle, xiě zuò chéntáozé zhōng shuǐ. Bēià h à
táo
Musim dingin bulan 10 yang layak, darah Chentaoze menjadi air. (Bei
chen tao, Jiang, 1996: 57)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada bulan 10 tahun 756. Latar

belakang puisi ini yaitu perdana menteri Chentao memimpin dan membagi

tentara dalam 3 kelompok yaitu mengirimkan pasukan untuk menumpas

perang, pemberontak sejarah dan mencoba untuk memulihkan Chang’an.

Tanggal 1 bulan 10 pemberontak pertempuran ingin memiringkan

Chentao, alhasil tentara tewas lebih dari empat penjuru, seluruhnya hampir

dimusnahkan. Pada saat itu, Du Fu tertangkap di kota Chang’an. Setelah

Universitas Sumatera Utara


mendengar dari pedagang keliling mengenai kekalahan tentara Tang yang

menyedihkan dan juga menyaksikan pemberontak yang sombong dan

sewenang-wenang, Du Fu menuliskan sebuah puisi ini yang berjudul

Kesedihan Chen Tao.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “mengalir”

yaitu (1) bergerak maju (tentang air, barang cair, udara, dsb); (2) meleleh

(tentang air mata, peluh, dsb); (3) berpindah tempat secara beramai-ramai.

Penyair menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu “darah

Chentaoze menjadi air” dengan melebih-lebihkan darah yang keluar sangat

banyak seperti air yang terus mengalir. Puisi ini mencatat tentang

peristiwa yang ada pada saat itu, di dalam puisi ini tertulis waktu di mana

pemberontakan itu terjadi, tempat dan kekalahan itu terjadi. Melalui gaya

bahasa hiperbola, penyair ingin menyampaikan setiap kata dan kalimat

semuanya mengungkapkan kesedihan penyair yang tanpa batas terhadap

Chentao.

Berikut ini adalah baris puisi Chun Wang yang menyatakan kondisi

yang menyedihkan yang tejadi pada saat itu.

(10) 烽火连 ,家书抵万金 春望


Fēnghuǒ lián sān yuè, jiāshū dǐ wàn jīn. Chū àw g
Perang sampai 3 bulan, surat rumah layak berjuta emas.
(Chun Wang, Jiang, 1996: 58)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada bulan 3, tahun 757.Latar belakang

puisi ini yaitu pada saat Du Fu dilemparkan sebagai tahanan yang dikuasai

oleh pemberontak Lushan Chang.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “emas”

yaitu (1) logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk,

biasa dibuat perhiasan seperti cincin; (2) sesuatu yang tinggi mutunya

(berharga; bernilai). Sedangkan “berjuta” mengartikan jumlah yang

banyak.

Penyair menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu “surat rumah

layak berjuta emas” dengan melebih-lebihkan surat rumah seperti berjuta

emas yang berharga. Melalui gaya bahasa hiperbola, penyair ingin

menyampaikan pada saat itu terjadi perang selama 3 bulan dan sangat sulit

untuk menulis surat kepada keluarga yang ditinggalkan. Perang ini

sungguh mengungkapkan suasana penyair yang kacau karena kehilangan

kerabat tercinta. Puisi ini memberikan kesan yang mendalam pada

pembaca mengenai kondisi orang-orang pada saat itu, dan dalam puisi ini

juga terlihat perasaan depresi penyair dan memiliki seni bahasa yang kuat.

Berikut ini adalah baris puisi Chun Wang yang menyatakan

keindahaan alam yaitu alam dengan manusia.

(11) 国破山河在,城春草木深 春望
Guó pò shānhé zài, chéng chūn cǎomù shēn. Chū àw g
感 花溅泪,恨别鸟惊心
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.
Negara rusak gunung dan sungai dalam, kota musim semi dan kayu
yang mendalam. Bunga yang mengeluarkan percikan air mata,
jangan membenci burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang,
1996: 58)

Universitas Sumatera Utara


Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada bulan 3, tahun 757.Latar belakang

puisi ini yaitu pada saat Du Fu dilemparkan sebagai tahanan yang dikuasai

oleh pemberontak Lushan Chang. Gaya penulisan pada awal kalimat mulai

terlihat sangat kaku dalam mengembangkan puisi ini.

Kata “negara” dan “kota musim semi” menyatakan kondisi yang

berbeda, “gunung” dan “rumput”, “sungai” dan “kayu” menyatakan

pemandangan alam. “Dalam” dan “mendalam” menyatakan kata kerja

yang memiliki arti bagian di dalam dan meresap masuk. Pada kalimat

kedua, “rasa” dan “benci” menyatakan kondisi yang berbeda,“bunga” dan

“burung” menyatakan pemandangan alam yang berupa tanaman dan

hewan, “percikan air mata” dan “ menajubkan” menyatakan kata kerja

yang menyentuh suatu perasaan sedih dan mengagumkan.

Penyair menggunakan gaya bahasa pararelisme yang terlihat pada

kalimat pertama dan kalimat kedua menceritakan suatu kondisi yang

berbeda, dan menggunakan pemandangan alam, hewan dan tanaman. Puisi

ini mempunyai efek kesedihan dibagian awal dan juga dibagian akhir.

Melalui penggunaan gaya bahasa ini, penyair meninggalkan kesan yang

mendalam pada pembaca mengenai kondisi yang kacau balau pada saat

itu.

Berikut ini adalah baris puisi Shuxiang yang menyatakan

keindahan alam yaitu tumbuhan dengan binatang.

(12) 阶碧草自春色,隔叶黄鹂空好音 蜀相

Universitas Sumatera Utara


Yìng jiē bì cǎo zì chūnsè, gé yè huánglí kōng hǎo yīn. ìhǔ iā g
Bayangan hijau rumput yang cocok sejak musim semi, setiap daun
dan burung oriole berwarna kuning tebang dengan suara yang
indah. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada musim semi tahun 760, pada saat

itu Du Fu sedang mengunjungi aula vihara Zhuge di kota Chengdu bagian

barat. Kata “bayangan” dan “setiap daun” menyatakan kondisi yang

bersamaan, “hijau” dan “kuning” menyatakan sifat warna, “rumput” dan

“burung oriole” menyatakan tanaman dan hewan, “cocok sejak musim

semi” dan “suara yang indah” menyatakan kata sifat yang menimbulkan

keindahan.

Puisi ini menggunakan gaya bahasa pararelisme, pada kalimat

tersebut menggunakan pemandangan alam yang berupa hewan, tanaman

dan jenis warna yang memberikan pembaca kenikmatan dalam segi

penglihatan.Melalui penggunaan gaya bahasa ini, penyair ingin

menyampaikan kesenangannya terhadap pemandangan indah yang berada

disekitarnya, seperti memandangi rumput hijau di musim semi dan

mengamati burung oriole bewarna kuning terbang dengan suara yang

indah.

Berikut ini adalah baris puisi Lu Ye Shu Huai yang menyatakan

keindahan alam.

(13) 垂平 阔, 涌大江流 旅夜书怀


Xīng chuí píngyě kuò, yuè yǒng dàjiāng liú. Lǚà àshūàhu i
Cahaya bintang menerangi sejagat raya, sinar bulan menyinari
sungai Jiang. (Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Universitas Sumatera Utara


Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada pemerintahan kaisar dinasti Tang

tahun 765 di kota Yongtai provinsi Fuzhou. Latar belakang puisi ini adalah

pada saat Du Fu melewati musim panas bersama keluarganya untuk

meninggalkan Chengdu, Yuzhou (nama provinsi).

Kata “bintang” dan “bulan” menyatakan kondisi yang

berhubungan, “menerangi” dan “menyinari” menyatakan kata kerja yang

memberi terang dan memancarkan cahaya, “sejagat raya” dan “sungai

Jiang” menyatakan tempat yang dibuat terang dan dipancarkan cahaya.

Puisi ini menggunakan gaya bahasa pararelisme, pada kalimat

tersebut menggunakan pemandangan malam hari yang tampak berupa

bintang dan bulan. Jika dilihat dari angkasa bintang menerangi sejagat

raya, dan bulan menyinari sungai Jiang. Melalui penggunaan gaya bahasa

ini, penyair ingin menyampaikanperasaan kesepian dan suasan hati yang

sedih untuk meninggalkan Chengdu pada saat itu.

Berikut ini adalah baris puisi Wang yue yang menyatakan

keindahan alam.

(14) 岱 如何?齐鲁青未了 望岳
Dài zōngfū rúhé?Qílǔ qīng wèiliǎo. Wàng yuè
Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan,
bagaimana mendreskripsikannya? Dari negara Qi sampai negara
Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih juga belum terlihat.
(Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu padatahun 735, pada saat Du Fu

berusia 23tahun. Latar belakang puisi ini yaitu pada saat Du Fu sampai di

Universitas Sumatera Utara


Luoyang untuk mengikuti ujian sarjana, alhasil terlambat sampai Luodi

sehingga melakukan perjalanan ke negara Qilu bagian utara. Penyair

dibuat tertarik oleh gunung Taishan, kemudian menuliskan sebuah puisi

yang sangat mengagumi kemegahan akan pemandangan yang indah.

Puisi ini menggunakan gaya bahasa erotesis, yaitu menggunakan

pertanyaan yang ingin ditanyakan, kemudian dijawab sendiri oleh penyair

agar pembaca dapat memikirkan kembali makna dari pertanyaan tersebut.

Melalui gaya bahasa erotesis, penyair ingin menyampaikan gunung

Taishan yang terkenal akan ketinggian puncak gunungnya.

Berikut adalah baris puisi Shuxiang yang menyatakan keindahan

alam dengan manusia.

(15) 丞相祠堂何处 ?锦 城外 森森 蜀相
Chéngxiàng cítáng hé chù xún? Jǐn guān chéng wài bǎi sēnsēn.
ìhǔ iā g
Dimana mencari kuil perdana menteri? Di luar hutan pohon sipres
Jinguancheng. (Shuxiang, Jiang, 1996: 60)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada musim semi tahun 760, pada saat

itu Du Fu sedang mengunjungi aula vihara Zhuge di kota Chengdu bagian

barat.Pemandangan puisi ini diambil dari pemandangan yang berada

disekitar vihara. Puisi ini menggunakan gaya bahasa erotesis, yaitu

menggunakan pertanyaan yang ingin ditanyakan, kemudian dijawab

sendiri oleh penyair agar pembaca dapat memikirkan kembali makna dari

pertanyaan tersebut. Melalui gaya bahasa erotesis, penyair ingin

Universitas Sumatera Utara


menyampaikan rasa hormat dan kekagumannya kepada perdana menteri

yang merupakan politikus pada dinasti San Guo.

Berikut adalah baris puisi Wen guan jun shou henan hebei yang

menyatakan perasaan sukacita.

(16) 却看妻子愁何在?漫卷诗书喜欲狂 闻 收河南河


Què kàn qīzi chóu hézài? Mànjuǎn shī shū xǐ yù kuáng. Wén
guān jūn shōu hénán héběi
Melihat kembali istrinya, dimana letak kesedihan? Menggulung
dengan cepat puisi sukacita hingga menjadi gila. (Wen guan jun
shou henan hebei, Jiang, 1996: 62)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada bulan 1 tahun 763. Latar belakang

puisi ini yaitu prajurit Shi Li mengalami kekalahan dan bunuh diri, semua

anak buahnya menyerahkan diri, dinasti Tang menerima kembali lahan

yang luas disekitar sungai kuning bagian utara dan selatan, berlangsung

sampai tujuh atau delapan tahun dan kekacauan berakhir. Setelah

mendengar kabar ini, perasaan Du Fu bahagia dan bercampur dengan rasa

terkejut karena beliau masih memiliki harapan untuk kembali ke Luoyang.

Puisi ini menggunakan gaya bahasa erotesis, yaitu menggunakan

pertanyaan yang ingin ditanyakan, kemudian dijawab sendiri oleh penyair

agar pembaca dapat memikirkan kembali makna dari pertanyaan tersebut.

Melalui gaya bahasa erotesis, penyair ingin menyampaikan perasaan

bahagia dan keluarganya atas kemenangan dari pasukan tentara Henan dan

Hebei.

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah baris puisi Lu Ye Shu Huai yang menyatakan

keindahan alam yaitu alam dengan binatang.

(17) 飘飘何所似? 地一沙鸥 旅夜书怀


Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i
Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi.
(Lu Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Puisi ini ditulis oleh Du Fu pada pemerintahan kaisar dinasti Tang

tahun 765 di kota Yongtai provinsi Fuzhou. Latar belakang puisi ini adalah

pada saat Du Fu melewati musim panas bersama keluarganya untuk

meninggalkan Chengdu, Yuzhou (nama provinsi).

Puisi ini menggunakan gaya bahasa erotesis, yaitu menggunakan

pertanyaan yang ingin ditanyakan, kemudian dijawab sendiri oleh penyair

agar pembaca dapat memikirkan kembali makna dari pertanyaan tersebut.

Melalui gaya bahasa erotesis, penyair ingin menyampaikan perasaannya

yang sentimental, tulus dan melayang terhadap politik yang terjadi pada

saat itu.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis lima gaya bahasa pada 15 buah puisi karya

Du Fu yang dapat dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī)

唐诗精萃 (律诗), penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Gaya bahasa yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu yang dapat dilihat

pada setiap kalimat yang mengandung kelima gaya bahasa tersebut.

Pertama, gaya bahasa Biyu dapat memperkuat daya imajinasi pembaca

atau memberikan gambaran akan suatu hal/benda. Kedua, gaya bahasa

Bini membuat kalimat dalam puisi menjadi lebih hidup atau membuat hal

yang disebutkan menjadi lebih nyata. Ketiga, gaya bahasa Kuazhang dapat

dengan kuat mengungkapkan emosi dan perasaan dari penyair. Keempat,

gaya bahasa Dui’ou mempersembahkan puisi yang indah memberikan

pesona kepada pembaca seolah-olah berada dalam lingkungan tersebut.

Kelima, gaya bahasa Shewen dapat mencuri perhatian para pembaca nya

dan membuat pembaca lebih memikirkan makna dari hal yang ditanya dan

jawaban dari pertanyaan dalam puisi tersebut. Gaya bahasa masing-masing

memiliki peran untuk menghidupkan puisi, merenungkan sesuatu dan

tentunya memperindah puisi.

Universitas Sumatera Utara


2. Makna leksikal pada gaya bahasa yang terdapat di dalam puisi merupakan

jembatan bagi penyair untuk menyampaikan pesan-pesan terhadap

masyarakat dan lingkungan pada era tersebut. Isi puisi karya Du Fu tidak

hanya menulis tentang pemandangan yang indah, tetapi juga mencakup

tentang menyampaikan kritikan terhadap situasi negara. Pemakaian kata-

kata yang sederhana dan mudah diingat tetapi memiliki makna

tersembunyi yang mendalam merupakan salah satu karakteristik dari

penyair Du Fu. Kata yang terdapat dalam gaya bahasa digunakan untuk

mempengaruhi ekspresi dari puisi karya Du Fu, menciptakan konsep seni

yang istimewa.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa pada kumpulan puisi karya

Du Fu yang berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗), dapat

diketahui Du Fu merupakan salah satu penyair terbesar China dan beliau

sangat terkenal dikalangan sastrawan pendidikan hingga saat ini. Du Fu

disebut sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China.

Di dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo,

Horace, dan penyair besar lainnya.

Puisi klasik China dalam penulisannya yang singkat tetapi

memiliki makna yang mendalam, untuk mencapai hal tersebut Du Fu

banyak menggunakan gaya bahasa untuk mempesona hati para

Universitas Sumatera Utara


pembacanya. Agar lebih memahami dan menikmati pesona puisi karya Du

Fu, disarankan terlebih dahulu mempelajari gaya bahasa.

Saran yang ingin penulis sampaikan atau yang penulis harapkan

adalah bagi peneitian selanjutnya diharapkan mampu menggembangkan

penelitian gaya bahasa melalui struktural, semiotik atau cabang ilmu

linguistik lainnya, maupun cabang non-linguistik seperti menganalisis

melalui pendekatan moral, psikologi sastra, dan lain-lain.

Dengan melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan

kontribusiatau pemahaman bagi publik mengenai gaya bahasa dan cara

penggunaan yang tepat, baik dalam membaca atau menikmati suatu karya

sastra kuno yang salah satunya seperti puisi klasik China.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Damayanti, D. 2013. Buku Pintar Sastra Indonesia: Puisi, Sajak, Syair, Pantun
dan Majas. Yongyakarta: Araska.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian


Dan Kajian. Bandung: Eressco.

Han Xiaoguang. 2011. Du Fu Juejuzhong Jizhang Changyoung Jushi Qianxi.


Jingxi: Jing Dezhen College.

Huang Borong dan Liao Xudong. 1991. Xiandai Hanyu (Zengding Sanban) xiace.
Beijing: Gaodeng Jiaoyu Chubanshe.

Huang Borong dan Liao Xudong, 2007.Xiandai Hanyu (Zengding Siban) xiace.
Beijing: Gaodeng Jiaoyu Chubanshe.

Jiang Shufeng. 1996. Tangshi Jingcui (Lushi). Shanxi: Shanxi Guji Chubanshe.

Liang Liji,dkk. 2010. Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Tionghoa-Indonesia.


Jakarta: Dian Rakyat.

Keraf, G. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Moeliono, A. M. 1989. “Diksi atau Pilihan Kata”. dalam Kembara Bahasa

Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.

Pradopo, R.D. 1999. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis
Struktur Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Universitas Sumatera Utara


Rao Fanli. 2013. Shi Lun Du Fu Juejushi de Yishu Tese. Chongqing: Chongqing
University of Science and Technology.

Samsuri. 1994.Analisis Bahasa. Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta:


Erlangga.

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tarigan, H. G. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Wellek, Rene dan Austin Warren, 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia.

Yu Nianhu. 2009. Du Shi Xiucige de Chaochang Yunyong. Shandong: Xianyang


Normal University.

Zang Zhonggang. 2009. Du Fu Shixuan. Beijing: Zhongguo Shehui Shuju

Press.

Zulfahnur, Z.F. 1996. Teori Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

http://id.wikipedia.org/wiki/Du_Fu diunduh pada tanggal 20 Maret 2015,


pukul 3:17 WIB

http://wenku.baidu.com/view/9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html diunduh pada


tanggal 18 Maret 2015, pukul 18:38 WIB

http://kbbi.web.id diunduh pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 20.37 WIB

http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/09/burung-elang.html diunduh pada


tanggal 6 Juli 2015, pukul 14:15 WIB

http://www.puncakbukit.net/2013/08/burung-camar.html diunduh pada tanggal 6


Juli 2015, pukul 14:29 WIB

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

1
望 Wàng yuè
岱 夫 何? 齐鲁青 了
D iàzō gfūà h ? Q lǔà ī gàw iliǎo.
造 钟神秀, 割 晓
) ohu àzhō gàsh i , ī gàgēàhū à iǎo.
荡胸生层云, 决眦入归鸟
D gà iō gàshē gàc gà ,àju àz àr àguīà iǎo.
会当凌绝顶, 一览众山小
Hu àdā gàl gàju dǐ g, īlǎ àzh gàshā à iǎo.

2
画 鹰 Hu à ī g
素 风霜起, 苍鹰画作殊
ì àli àfē gshuā gà ǐ, ā gà ī gàhu zu àshū.
㧐身 狡兔, 侧目似愁胡
ìǒ gàshē àsīàjiǎoàt ,à cèmù shì chóu hú.
绦镟 堪搞, 轩楹势
Tāoà u àguā gàkā àgǎo,à uā à gàsh àkěàhū.
何当击 鸟, 手血酒 芜
H àdā gàjīàf à iǎo, shǒuà u àjiǔàp gàw .

(3)
夜 Yuè yè
今夜鄜州 , 中 独看
Jī àfūàzhōuà u , guīàzhō gàzhǐàd àk .

Universitas Sumatera Utara


遥 小儿女, 解忆长安
Yáo li à iǎoà ǚ, w iàjiěà à h g'ā .
香雾云鬟湿, 清辉玉璧寒
Xiā gàw à àhu àshī,à ī gàhuīà à àh .
何 椅虚幌, 照泪痕 ?
H àsh à ǐà ūàhuǎ g,à shuā gàzh oàl ih àg ?

4
悲 陈 Bēià h àt o
孟冬十郡良家了, 血作陈 泽中水
M gdō gàsh àj àli gjiāle,à iěàzu à h t oz àzhō gàshuǐ.
天清无战声, 四方义军 日死
Yěàku gàtiā à ī gàw àzh àshē g,às fā gà jū àt g àsǐ.
群湖归来血洗箭, 扔唱胡歌饮都市
Q àh àguīl ià u ǐàji ,à ē gà h gàh àgēà ǐ àdūsh .
都人回面向 啼, 日夜更望 军
Dōuà àhu à i i gà ěiàt ,à àg gàw gàguā àjū àzh .

5
春 望 Chū àw g
国破山河在, 城春 木深
Gu àp àshā h àz i, h gà hū à ǎo àshē .
感 花溅泪, 恨别鸟惊心
Gǎ àsh àhuāàji àl i,à h à i à iǎoàjī gà ī .
烽火连 , 家书抵万金
Fē ghuǒàli àsā à u ,à jiāshūàdǐàw àjī .
头搔更短, 浑欲 胜簪
B it uàsāoàg gàduǎ , h à à sh gàzā .

Universitas Sumatera Utara


6
天 怀李 Tiā à àhu iàlǐ i
凉风起天 , 君子意 何?
Li gàfē gà ǐàtiā à ,à jū zǐà à h ?
鸿雁 到, 江湖秋水多!
H g àjǐsh àd o, jiā gh à iūshuǐàduō!
文 憎 达, 魑魅喜人过
W zhā gàzē gà gàd ,à hī ià ǐ gu .
应共冤魂语, 投诗赠汩
Yī gàg gà uā h à ǔ,à t uàshīàz gàgǔàluō.

7
蜀 相 ìhǔà iā g
丞相祠堂何处寻? 锦 城外柏森森
Ch g i gà t gàh à h à ?àJǐ àguā à h gàw ià ǎiàsē sē .
阶碧 自春色, 隔叶黄鹂空好音
Y gàjiēà à ǎoàz à hū s ,àg à àhu gl àkō gàhǎoà ī .
顾频烦天 计, 两朝开济老臣心
ìā àg àp àf àtiā i àj ,àliǎ gà h oàkāiàj àlǎo h à ī .
出师 捷身 死, 长使英雄泪满襟
Chūshīàw iàji àshē à iā àsǐ, zhǎ gàshǐà ī g i gàl ià ǎ àjī .

8
春夜喜雨 Chū à à ǐ ǔ
好雨知 节, 当春乃发生
Hǎoà ǔàzhīàsh ji ,à dā gà hū ǎiàfāshē g.
随风潜入夜, 润物细无声
ìu àfē gà i à ,à àw à àw shē g.
径云俱黑, 江船火独

Universitas Sumatera Utara


Yě jìng yún jù hēi, jiāng chuán huǒ dú míng.
晓看红湿处, 花 锦 城
Xiǎoàk àh gàshīà h ,àhuāàzh gàjǐ àguā à h g.

9
军收河南河 W àguā àjū àshōuàh àh ěi
剑外忽传收蓟 , 初 涕泪满衣裳
Ji àw iàhūà hu àshōuàj à ěi,à hūàw àt l ià ǎ à īsha g.
看妻子愁何在? 漫卷诗书喜欲狂
Qu àk à īzià h uàh z i?àM juǎ àshīàshūà ǐà àku g.
日 歌须纵酒, 青春作伴好
Bái rì f ggēà ūàz gjiǔ,à ī g hū àzu à àh oàhu à iā g.
从巴峡穿巫峡, 便 襄 向洛
Jà gà āà i à huā àwūà i ,à i à i à iā g gà i gàlu g.

10
旅夜书怀 Lǚà àshūàhu i
细 微风岸, 危樯独夜
X à ǎoàw ifē gà , wēià i gàd à àzhōu.
垂 阔, 涌大江流
Xī gà hu àp g ěàku ,à yuè ǒ gàd jiā gàli .
岂文 著, 应老病休
M gà ǐàw zhā gzhe, guā à ī gàlǎoà g iū.
飘飘何所似? 天地一沙鸥
Piāoàpiāoàh àsuǒàsh ,àtiā d à īàshā'ōu.

Universitas Sumatera Utara


(11)
秋兴八首 一 Qiūà gà āàshǒu Q à ī
玉露淍伤枫树林, 巫山巫峡气萧森
Y l àzhōuàshā gàfē gàsh l ,àwūshā àwūà i à à iāosē .
江间波浪兼天涌, 塞 风云接地
Jiā gàjiā à ōl gàjiā àtiā à ǒ g,àsāiàsh gàfē g àjiēd à ī .
菊两开 日泪, 孤 一系故园心
C gàj àliǎ gàkāiàtāà àl i,àgūàzhōuà īà àg u à ī .
塞衣处处催刀尺, 帝城高急暮砧
ìāià īà h h à uīàdāoà hǐ,à iàd à h gàgāoàj à àzhē .

12
咏怀 迹五首 Yǒ ghu iàgǔjīàwǔàshǒu Q àsā
群山万壑赴 门, 生长 尚 村
Q àshā àw àh àf àjī gà ,àshē gà h gà gàfēiàsh gà ǒuà ū .
一去紫 连朔漠, 独留青冢向黄
Yīà àzǐàt iàli àshu à ,àd àli à ī gàzhǒ gà i gàhu ghū .
画图省识春风面, 珮空归 夜魂
Hu t àshě gàsh à hū fē gà i ,àhu àp iàkō gàguīà u àh .
千载 作胡语, 恨曲中论
Qiā àzǎiàp p àzu àh à ǔ,àfē gà u h à ūàzhō gàl .

13
登 高 Dē gàgāo
风急天高 啸 , 渚清沙 鸟飞回
Fē gàj àtiā àgāoà u à i oàāi,àzhǔà ī gàshāà ià iǎoàfēiàhu .
无边落木萧萧 , 长江滚滚来
W iā àlu à iāo iāoà i ,à àj à h gjiā gàgǔ gǔ àl i.
万 悲秋常作客, 多病独登

Universitas Sumatera Utara


W lǐà ēià iūà h gàzu k ,à ǎi i àduōà gàd àdē gt i.
艰难苦恨繁霜鬓, 潦倒新停浊酒杯
Jiā àkǔàh àf àshuā gà ,àlǎodǎoà ī àt gàzhu àjiǔ ēi.
14
登岳 楼 Dē gà u gl u
昔 洞庭水,今 岳 楼
Xīàw àd gt gàshuǐ,ààjī àsh gà u gl u.
吴楚 南坼,乾坤日夜浮
W à hǔàdō g à h ,à i kū à àf .
亲朋无一 ,老病 孤
Qī p gàw à īàz ,àlǎo gà ǒuàgūàzhōu.
戎马关山 ,凭轩涕泗流
R g ǎàguā àshā ěi,àp gà uā àt às àli .

15
登 楼 Dē gàl u
花 高楼伤客心, 万方多难 登临
Huāàj àgāol uàshā gàk à ī ,àw àfā gàduōà à ǐàdē gl .
锦江春色来天地, 玉垒浮云变 今
Jǐ jiā gà hū s àl iàtiā d ,à àlěiàf à i àgǔjī .
极朝迋终 改, 山西寇盗莫相侵
Běij à h oàw gàzhō gà àgǎi,àshā īàk uàd oà à iā gà ī .
主 祠庙, 日暮聊为 梁甫吟
Kěli àhòuàzhǔàh iàc à i o,àr àli oàw ià li gfǔ .

Universitas Sumatera Utara


苏 大学
中文系本科生 业论文

Universitas Sumatera Utara


题 杜甫诗歌修辞格分析_
学生姓名 辜锦玲 _
学 号 110710002 _
指导老师 刘峰 ______
学 院 人文学院 _
学 系 中文系 _
狡题日期 2015 年 5 月 25 日 _

答辩日期 2015 年 7 月 31 日 _

摘要
中国 诗歌历史 久, 千多 的历史 到了唐代,诗歌
更是发展到了一个新的顶峰 杜甫是唐代著 的诗人, 的诗歌从
代到 在一直都很 杜甫诗歌 用的修辞手法使作 独特 优
美,能给读者带来强烈的语言美感和感 文通过统计杜甫的 15
首诗歌, 析了 的诗歌中 用的五种修辞格, 别是 比喻 比拟
夸张 对偶和设问 通过 体的例子, 析了 些修辞格的修辞作用,

Universitas Sumatera Utara


使 们对杜甫诗歌的修辞手法和语言艺术 了更 一 的认识 们
的 析也为喜欢读诗和写诗的人 供参考和借鉴

关键词 诗歌 杜甫 修辞格 修辞作用 统计

Universitas Sumatera Utara


目录

第一章 绪论 ......................................................................................................1

1.1 选题背景 .................................................................................................................1

1.2 研究目的和意 ......................................................................................................1

1.3 研究 状 .................................................................................................................2

1.4 研究方法和思路 .....................................................................................................2

第 章 杜甫诗歌及 点.............................................................................3

2.1 杜甫及 诗歌 ............................................................................................3

2.2 杜甫诗歌的艺术 点 ................................................................................3

第 章 杜甫修辞 析 ..................................................................................4

3.1 喻 ...............................................................................................................4

3.2. 拟 ............................................................................................................5

3.3 夸 ..............................................................................................................5

3.4 对偶 ..............................................................................................................6

3.5 设问 ..............................................................................................................7

第四章结论 ........................................................................................................9

谢 ....................................................................................................................10

参考文献 ............................................................................................................11

附录 ...................................................................................................................12

Universitas Sumatera Utara


1. 绪论

1.1 研究背景

随着中国在世界 的地位 断 升,世界各地学 汉语的学生


越来越多 首 ,中国的经济实力 断增强,中国 经 为世界强国
之一 自然而然,学 汉语就 为了外国人 中国交 的主要方式之
一 中国文 博大精深,极 特色,文学也很 意
文学形式主要包括诗歌 小说 散文和戏剧 诗歌是一种 情言
志的文学体裁 小说是以刻画人物形象为中心,是一种通过完整的故
情节和 境 写来 社会生活的文学体载 散文是最自由的文体,
讲究音韵, 讲究排比,没 任何的束缚 限制 戏剧是指以语言
动作 蹈 音乐 木偶的形式达到叙 目的的 表演艺术的总称
诗歌是世界 最 老 最基 的文学形式,体 出一个民族的文
心理 诗歌 种文学样式是中国 代文学非常 要的 部 中
国诗歌 久的历史,也是中国文 的 要 部 而中国 诗
歌源 流长, 千多 的历史 到了唐代,诗歌更是发展到了一
个新的顶峰 一说到中国诗歌 能 杜甫 位 誉 今的大诗人
杜甫是唐代著 的诗人, 诗作 仅在当 著 , 今也是很著
杜甫是一位富 造 的人,比较而言,对 人的影响很大 杜甫诗
歌共 一千四 首 杜甫诗歌 用的修辞手法使作 独特 优美,
能给读者带来强烈的语言美感和感
随着 代的发展,诗歌越来越边缘 写诗的人越来越少,读诗的
人越来越少 所以 文想对杜甫诗歌中的修辞手法 行一些 写和 析,
让人们从修辞的角度来更深入的欣赏和了解杜甫诗歌,学 诗歌的语言
修辞艺术

Universitas Sumatera Utara


1.2 研究目的和意

杜甫 唐代著 诗人,也是中国 代 秀诗人的代表 对杜


甫诗歌修辞手法的 一 析和研究,能够让 们更加了解 伟大
诗人诗歌的语言艺术及 色 研究的意 在于
1 通过 文的 析,让 们 一 了解杜甫诗歌的语言修辞特
点,欣赏 诗歌的语言之美
2 为喜欢读诗 写诗的人 供参考和借鉴,学 诗歌大家的语言
修辞手法

1.3 研究 状

杜甫一生的诗歌作 丰,流传 来的就 1400 多首 根据目


前找到资料,大 以 一些研究
在 杜甫诗歌修辞格的超常 用 (2009) 中,于 湖 析了杜
甫诗歌 面的五种修辞格, 求 对比 求异用 当 对 错位比
喻和 内顶真 于 湖 到杜甫使用修辞格 , 限于传统的用法
根据 想 艺术表达的需要,突破了人们对 些修辞格传统意义的
理解,真 达到了 语 惊人死 休 的效果
韩晓 在 杜甫绝 中常用的 种 式浅析 2011 中认为杜
甫在绝 作中 意识的力求表 出 一种风格, 中在 式选择
用方面充 体 出杜甫的审美追求 韩晓 在 的文 中 析了杜
甫绝 中的流水 散文 对 和拗体
饶樊莉的 试论杜甫绝 诗的艺术特色 2013 解析了杜甫
绝 的特色,她从篇 结构 音调文 写作手法 修辞手的四个方
面对绝 艺术特色 行了简单解析
陈国兴的 李 诗歌修辞格 析 2007 艺术手法等四个方面

对李 诗歌做了概述,主要修辞格——对偶 比喻 夸张 问 行了
析 些修辞格使李 的诗歌更生动,更 弹 ,更 表 力, 也体
出李 诗歌的主要特点 豪 和浪漫

Universitas Sumatera Utara


1.4 研究方法和思路

一 研究方法 文献搜集法, 写 析法
研究思路
1. 材料搜集 在杜甫诗集中查找 诗歌所用的修辞 ,在互联网
查找杜甫诗歌修辞的相关语料
2. 类 写: 对收集到的修辞 行 写 析
3. 写 析 对杜甫诗歌中所用修辞 行 类 写,得出相关结论

2. 杜甫诗歌及 点

诗歌是一种 情言志的文学体裁 诗歌的特点是 情 形象


型的 生活 意境和音乐美 杜甫诗歌的特点是 社会的动荡
治的黑暗和人民的痛苦 忧国忧民,人格高尚,诗艺精湛

2.1 杜甫及 诗歌

杜甫 712-770 , 子美,汉族, 襄 人, 徙河南巩


县 杜甫在中国 诗歌中的影响非常深 ,被 人称为 诗圣 ,
的诗被称为 诗史 世称 杜拾 杜工部,也称 杜少
杜 堂 杜甫一生流传 来的就 1400 多首,杜甫的诗歌由于深受
儒家忠义用世 想的影响, 实感很强 的目 始终关注着天 苍
生 社会国家 代表作 ” 别 , 人行
车行 等, 些诗歌无 传达出那一个 代的民情疾苦
2.2 杜甫诗歌的艺术 点

杜甫诗歌 仅 丰富的社会内容,鲜 的时代色彩和强烈的

政治倾向,而且充溢着热爱祖国 热爱人民 惜自 牲的崇高精

神 因之自唐以来,他的诗就被公认 诗史 杜甫诗歌 时候是

通过人物对话,对某些 概括的介绍 他的 实 的 点在于

Universitas Sumatera Utara


实生活中选取 型的 ,加以高度的概括的 写,通过 样的

写,去揭表 实生活的本质

杜甫诗歌艺术境界是雄浑壮阔的,但是表 手法 是细 入微
的 由于杜甫 爱国爱民的胸襟,博大精深的知识,以 丰富的生
活经验,所以 的诗歌境界是雄浑壮阔的 是 种雄浑壮阔的境界
是通过刻画眼前 体细 的景物和表 内心情感的细微波动来达
到的

3. 杜甫诗歌修辞 析

修辞 一词 个 义 第一, 用语言的方法 指巧和规


律 第 ,指说话和写作中积极调整语言的行为, 修辞活动 第 ,
指以 强表达效果的方法 规律为研究对象的修辞学或修辞著作
文所说的 修辞 是指第一种 义 修辞格就是语言在长期 用过程
形 的 特定形式和表达 能的修辞格式 的修辞格 鲜 的形
式特 , 的 在表达 能 独 特色 据黄和廖 1991:240-285
的统计,汉语的修辞格 21 种,它们 别是 比喻 比拟 借代
拈连 夸张 关 仿词 语 婉曲 对偶 排比 层递 顶真
回 对比 衬 复 设问 问 通感和警策 由于 间和精
力的限制, 们 析 15 首杜甫诗歌中出 的修辞格, 些诗歌中
常见的修辞格 5种 比喻 比拟 夸张 对偶和设问 们首 对
杜甫诗歌中出 的修辞格 行 写 析,在 述 析的基础 , 行
定 的统计,统计所调查的 15 首诗歌中出 5 种修辞格的数 以
每一种修辞格出 的比例

Universitas Sumatera Utara


3.1 喻

喻就是打 方,是用本质 又 相似点的 物 绘 物或说


道理的修辞 ,也叫 譬喻 喻 被 方的 物叫 本体 ,
用来打 方的 物叫 喻体 ,联系 者的词语叫 喻词
1 㧐身思狡兔,侧目似愁胡 画鹰
诗的意 是说,鹰直起身子像要 狡 的兔子,眼睛和猢狲
一种猴子 的眼睛相似 因为猢狲的眼睛比较敏锐和锐利,所以鹰
的眼睛和猢狲的眼睛相似 中鹰的眼睛是 体,猢狲的眼睛是喻体,
似 是 喻词 通过 个比喻,刻画了鹰的眼晴很锐利,对鹰的
眼睛的 写 体 形象
2 飘飘何所似, 地一沙鸥 旅夜书怀
的意 是说,一生飘飘究 像个什么? 过是天地之间一
沙鸥 把人生比喻 常在海 飞的水鸟,表达出诗人内心漂泊 没
依靠的感情, 了作者生活的 稳定,像鸟一样到处飞

3.2 拟
根据想象把物当做人写或者把人当做物写,或把 物当做乙物来
写 拟可以 两类 拟人和拟物 拟人就是把物当做人来写,赋
物 以人的言行或思想感情 例如
3 感时花溅泪,恨别鸟惊心 春望
的意思是 人感伤时 ,花朵溅泪, 恨离别,啼鸟惊心 花溅
泪 是说 花 流泪 话 用 拟 的拟人修辞 ,把 花 当做人来
写, 写 花 人一样流泪, 人一样 感情 通过拟人的修辞 ,表
了诗人非常悲伤的心情
4 随风潜入夜,润物细无声 春夜喜雨
的意 是说春雨伴着风在夜间悄悄地 着,滋润万物而轻
细无声 诗 用拟人的修辞格,把 春雨 当做人来写,因为

Universitas Sumatera Utara


人才能 潜 诗人认为 雨 像人一样在夜 悄悄 的来到
人间,形容雨悄悄地在晚 着,表达了诗人喜爱春雨的感情
5 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回 登高
诗的意 是秋风紧急,秋气高爽, 那 声 ,州渚青
青,沙滩雪, 鸟儿飞回 用比拟 的拟人, 啸 是
说 像人一样 感情,很伤心,很悲 ,把动物当做人来写,表
了作者悲 的心情
6 好雨知时节,当春乃发生 春夜喜雨
的意思是说春雨知道 节, 当春 万物萌生的时候就来了,
来的很及时 用拟人修辞手法,把春雨拟写 人,说春雨 知
道 节,生动形象地写出春雨及时的 点,表达了 者对春雨的
喜爱之情

3.3 夸
夸 就是把人或物故意言过 实地 写,对客 的人 物 扩
大或缩小的 述
7 会当凌绝顶,一 山小 望岳
诗的意思是说终 一 要攀登 泰山的顶峰,看尽群山都
显得那样渺小 诗 用夸 修辞手法,修辞 用是突出泰山的高

8 造 钟神秀, 割 晓 望岳
话的意思是说大自然的神奇都集中到 ,山 山南 割
黄 和拂晓 用夸 修辞手法,认 大自然的美好风景都集中到泰
山了,通过夸 ,突出了泰山神奇秀丽的风景和高大威 的形象
9 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水 悲陈陶
诗的意思是说初冬十 十郡良家子 ,他们的鲜血 陈陶泽中
的流水,形容战士流的血 多了, 水一样 话 用夸 修辞手法,

Universitas Sumatera Utara


写了战 死了很多人,战士流的血 河 的水一样多,突出了奋起救国的忠
队死伤惨 ,血流 河
10 烽火连 ,家书抵万金 春望
诗的意思是战火接连 熄,家信 值到万金 用夸 修
辞手法,言及战 时期家书的难得, 封家书 值万金,真 地表达出战乱
中诗人思念离散亲人的感情

3.4 对偶
对偶就是结构相 或 本相 字数相等 意 密 相连的两
个短语或 子,对称地排 例如
11 国破山河在,城春草木深 春望
感时花溅泪, 恨别鸟惊心
的意思是说国家破碎山河侬 , 城的春 草木荫深 国破
对 城春 情况相对 , 山 对 草 , 河 对 木 是相对的四个
词, 在 对 深 两个动词相对的 第 感时 对 恨别 情况
相对 , 花 对 鸟 是相对的两个 词, 溅泪 对 惊心 是相对的
两个动词 诗从词 意 的关联和结构 来看, 两 是 用对偶修辞
手法 对偶修辞 的 用,使得诗读起来朗朗 ,富 音乐感
12 阶碧草自春色,隔叶黄鹂空好音 蜀相
的意思是说相 阶前的绿草自呈春色,相隔树叶的黄鹂空 好
音 阶 和 隔叶 情况相 , 碧 和 黄 是表示颜色的
词, 草 和 鹂 是相对的 词, 自春色 和 空好音 是相对
的形容词 诗结构相 ,词 也一样,意 也关联,所以 用了对偶
修辞手法

Universitas Sumatera Utara


13 垂平 阔, 涌大江流 旅夜书怀
的意思是 光密密的垂在原 ,更显得广阔, 色照 大江
江水 停地奔流 中 垂 涌 字用得极妙而是动词 平阔的原
在 暮的遮盖 ,周围的 宿如 嵌在 空 地面的连接处,故曰
垂 影 入江中,好 从翻动的浪花 钻出,故曰 涌 字 锤炼,
气象雄浑,历来 人所称道 中 垂 和 涌 相对, 平 和
大江 相对, 阔 和 流 相对 对偶修辞 的 用, 衬出诗人 苦
的形象和凄凉的心情

3.5 设问
设问就是无疑而问,自问自答,以引 读者注意和思考问题
例如
14 岱 如何?齐鲁青未了 造 钟神秀, 割 晓 望岳
意思是五岳之长的泰山啊,是怎样的形象?从齐到鲁,青青的山
色 没 看了 大自然的神寄集中到 ,山 山南 割 黄 和拂

是模拟别人的 气来问杜甫,你 得泰山怎 样呀?齐鲁,
是 代在山东的两个国家,齐国和鲁国, 来山东又被称 齐鲁大地
青是指 ,青未了就是说 是一片茂盛, 物 熟但
没 收割 写 望中所 泰山的神寄秀美丽和巍峨高大的形象 山前
向 的一面 ,山 背 的一面 , 于山高, 色一
一晓判割于山的 面,所以说 割 晓
用设问修辞手法,自问自答,把要表达的意思问出来,然
自 回答,让 们再思考 修辞 用是表 了泰山的高大和魅力的
风景
15 丞相祠堂何处 ?锦 城外 森森 蜀相

Universitas Sumatera Utara


的意思是丞相的祠堂该向何处找 ?锦 城外 树深深
第一 是提问,丞相的祠堂到底在哪 呢?第 回答 原来是在锦
城外的郁郁葱葱的 树间啊! 用设问修辞手法,自问自答,
告诉 们诸葛 祠堂的所在地,让人印象深刻
16 却看妻子愁何在?漫卷诗书喜欲狂 闻 收河南河
的意 是说回看妻子哪 愁容?胡乱卷起诗书欢喜得
快要发狂 看 和 漫卷诗书 富 意蕴的表情动作,将诗
人自 家人初 胜利的消息— 喜欲狂 的情形刻画的入木
,真 感人 用设问修辞手法,自问自答,表 了诗人 到战
争胜利的消息的喜悦心情
17 飘飘何所似? 地一沙鸥 旅夜书怀
的意 是一生飘飘究 像个什么? 过是天地之间一 沙
鸥!沙鸥是一种水鸟,栖息沙洲,常飞海 表达出诗人内心漂泊无
依的感伤,真挚感人 用设问修辞手法,自问自答,表达了诗
人寂寞 漂泊的心情

们对杜甫的15首诗歌 行了统计,仅统计了五种修辞手法,
别 喻 拟 夸 对偶和设问 它们出 的频率
五种修辞 出 频率统计表

修辞手法 个数 所


喻 2 12

拟 4 23

Universitas Sumatera Utara


夸 4 23

对偶 3 18

设问 4 23

总数 17

从统计表可以看出,杜甫诗歌中 用了多种修辞 ,而且 五


种修辞 用的数 都很多,出 的频率也差 多 杜甫诗中多种修
辞 的 用,表 了的杜甫诗歌 很高的语言表达技巧,语言 美,
多种修辞 的使用,充 表 了 者的思想感情, 很高的艺术

4.结论

唐诗以 极高的美学 值而 誉中外,唐代诗人在诗歌创 中大


用修辞 手法,往往在一首诗 一 诗中多种修辞 手法并用 杜甫的诗
歌 丰富的社会内涵和鲜 的时代 色,饱含忧国忧民的高尚情操,是中
华文 及 世界文学的的 要组 部 虽然杜甫在当朝 世人所知,但
过 世的研究,他的 最终对中国文学和 本文学产生了深 的影响

诗是语言的艺术,是音乐在精神 城的统一整体 相比别的文学


作 ,诗关注内心生活,需要更 多样 的表 形式 中国 诗词
语言凝 , 义深 诗词 生活的高度集中 ,要求诗词的语词
也必须凝 ,精粹,用极少的语言去表 丰富的内容, 就要求诗人
力争言简意身,一笔传神 为了让诗篇更为动人,需要 用修辞手法

Universitas Sumatera Utara


, 在一首诗基 一 诗中就 用多种修辞手法 杜甫在 诗歌
也 用了大 的修辞格 文从修辞的角度对杜甫诗歌的语言特点
行 析,由于 间和精力的限制, 文 析了杜甫十五首诗中所
用的五种修辞格,通过 例子的方式,对五种修辞格 行 体的 类
写,并对 五种修辞格 行了定 的统计和 析
文的研究希望给今 的研究和对 代文学 兴趣的人 供一些
参考和帮助


在 , 别要感谢 的 师 Dr.T.Thyrhaya Zein, MA和 峰
师 从论文的选题 文献的采集 框架的设计 结构的布局到最终
的论文定稿 从内容到 式 标题到标点,他们都费尽心血 没 两
师的幸勤 ,孜孜教诲,就没 论文的顺利完 次,
也向所 教过 的 师表示感谢,没 师们的悉心教 会
一 师们的教 和爱心 会永 铭记于心的
感谢和 一起走过四 美好 的老师 学和朋 们,
们的交流使 受益 多 感谢 的家人以 的朋 们对 的理解
支持 鼓励和帮助, 是因为 了 们, 所做的一 才 意义 也
是因为 了 们, 才 了追求 的勇气和信心

间的仓促 自身专 水 的 足,整篇论文肯定 在尚 发


的缺点和错误 恳请阅读 篇论文的老师多指教,谢谢!

辜锦玲

2015 6
,棉兰

Universitas Sumatera Utara


参考文献

[1] 韩晓 .杜甫绝 中 种常用 式浅析[J].景德镇高专学报,


2011 3 .
[2] 黄伯荣 廖序 . 代汉语[M]. 高等教育出版社,1991.
[3] 江树峰.唐诗精粹 律诗 [M].山西 山西 籍出版社,1996.
[4] 绕樊莉.试论杜甫绝 诗的艺术特色[J]. 庆科技学院学报 社
科版 ,2013 5
[5] 于 湖.杜诗修辞格的超常 用[J].咸 师范学院学报,2009 1
.
[6] 张忠 .杜甫诗选[M]. 中华书局版社,2009.

Universitas Sumatera Utara


附录

1
望 Wàng yuè

岱 夫 何? 齐鲁青 了
D iàzō gfūà h ? Q lǔà ī gàw iliǎo.
造 钟神秀, 割 晓
) ohu àzhō gàshénxiù, ī gàgēàhū à iǎo.
荡胸生层云, 决眦入归鸟
D gà iō gàshē gàc gà ,àju àz àr àguīà iǎo.
会当凌绝顶, 一览众山小
Hu àdā gàl gàju dǐ g, īlǎ àzh gàshā à iǎo.

2
画 鹰 Hu à ī g
素 风霜起, 苍鹰画作殊
ì àli àfē gshuā gà ǐ, ā gà ī gàhu zu àshū.
㧐身 狡兔, 侧目似愁胡
ìǒ gàshē àsīàjiǎoàt ,à cèmù shì chóu hú.
绦镟 堪搞, 轩楹势
Tāoà u àguā gàkā àgǎo,à uā à gàsh àkěàhū.
何当击 鸟, 手血酒 芜
H àdā gàjīàf à iǎo, shǒuà u àjiǔàp gàw .

(3)
夜 Yuè yè
今夜鄜州 , 中 独看
Jī àfūàzhōuà u , guīàzhō gàzhǐàd àk .
遥 小儿女, 解忆长安

Universitas Sumatera Utara


Y oàli à iǎoà ǚ, w iàjiěà à h g'ā .
香雾云鬟湿, 清辉玉璧寒
Xiā gàw à àhu àshī,à ī gàhuīà à àh .
何 椅虚幌, 照泪痕 ?
H àsh à ǐà ūàhuǎ g,à shuā gàzh oàl ih àg ?

4
悲 陈 Bēià h àt o

孟冬十郡良家了, 血作陈 泽中水


M gdō gàsh àj àli gjiāle,à iěàzu à h t oz àzhō gàshuǐ.
天清无战声, 四方义军 日死
Yěàku gàtiā à ī gàw àzh àshē g,às fā gà jū àt g àsǐ.
群湖归来血洗箭, 扔唱胡歌饮都市
Q àh àguīl ià u ǐàji ,à ē gà h gàh àgēà ǐ àdūsh .
都人回面向 啼, 日夜更望 军
Dōuà àhu à i i gà ěiàt ,à àg gàw gàguā àjū àzh .

5
春 望 Chū àw g
国破山河在, 城春 木深
Gu àp àshā h àzài, h gà hū à ǎo àshē .
感 花溅泪, 恨别鸟惊心
Gǎ àsh àhuāàji àl i,à h à i à iǎoàjī gà ī .
烽火连 , 家书抵万金
Fē ghuǒàli àsā à u ,à jiāshūàdǐàw àjī .
头搔更短, 浑欲 胜簪
B it uàsāoàg gàduǎ , h à à sh gàzā .

Universitas Sumatera Utara


天 怀李 Tiā à àhu iàlǐ i

凉风起天 , 君子意 何?
Li gàfē gà ǐàtiā à ,à jū zǐà à h ?
鸿雁 到, 江湖秋水多!
H g àjǐsh àd o, jiā gh à iūshuǐàduō!
文 憎 达, 魑魅喜人过
W zhā gàzē gà gàd ,à hī ià ǐ gu .
应共冤魂语, 投诗赠汩
Yī gàg gà uā h à ǔ,à t uàshīàz gàgǔàluō.

7
蜀 相 ìhǔà iā g
丞相祠堂何处寻? 锦 城外柏森森
Chéngxiàng t gàh à h à ?àJǐ àguā à h gàw ià ǎiàsē sē .
阶碧 自春色, 隔叶黄鹂空好音
Y gàjiēà à ǎoàz à hū s ,àg à àhu gl àkō gàhǎoà ī .
顾频烦天 计, 两朝开济老 臣心
ìā àg àp àf àtiā i àj ,àliǎ gà h oàkāiàj àlǎo h à ī .
出师 捷身 死, 长使英雄泪满襟
Chūshīàw iàji àshē à iā àsǐ,àzhǎ gàshǐ ī g i gàl ià ǎ àjī .

8
春夜喜雨 Chū à à ǐ ǔ
好雨知 节, 当春乃发生
Hǎoà ǔàzhīàsh ji ,à dā gà hū ǎiàfāshē g.
随风潜入夜, 润物细无声
ìu àfē gà i à ,à àw à àw shē g.
径云俱黑, 江船火独
Yě jìng yún jù hēi, jiāng chuán huǒ dú míng.

Universitas Sumatera Utara


晓看红湿处, 花 锦 城
Xiǎoàk àh gàshīà h ,àhuāàzh gàjǐ àguā à h g.

9
军收河南河 W àguā àjū àshōuàh àh ěi

剑外忽传收蓟 , 初 涕泪满衣裳
Ji àw iàhūà hu àshōuàj à ěi,à hūàw àt l ià ǎ à īsha g.
看妻子愁何在? 漫卷诗书喜欲狂
Qu àk à īzià h uàh z i?àM juǎ àshīàshūà ǐà àku g.
日 歌须纵酒, 青春作伴好
B ià àf ggēà ūàz gjiǔ,à ī g hū àzu à àh oàhu à iā g.
从巴峡穿巫峡, 便 襄 向洛
Jà gà āà i à huā àwūà i ,à i à i à iā g gà i gàlu g.

10
旅夜书怀 Lǚà àshūàhu i
细 微风岸, 危樯独夜
X à ǎoàw ifē gà , wēià i gàd à àzhōu.
垂 阔, 涌大江流
Xī gà hu àp g ěàku ,à u à ǒ gàd jiā gàli .
岂文 著, 应老病休
M gà ǐàw zhā gzhe, guā à ī gàlǎoà g iū.
飘飘何所似? 天地一沙鸥
Piāoàpiāoàh àsuǒàsh ,àtiā d à īàshā'ōu.

(11)
秋兴八首 一 Qiūà gà āàshǒu Q à ī

玉露淍伤枫树林, 巫山巫峡气萧森
Y l àzhōuàshā gàfē gàsh l ,àwūshā àwūà i à à iāosē .

Universitas Sumatera Utara


江间波浪兼天涌, 塞 风云接地
Jiā gàjiā à ōl gàjiā àtiā à ǒ g,àsāiàsh gàfē g àjiēd à ī .
菊两开 日泪, 孤 一系故园心
C gàj àliǎ gàkāiàtāà àl i,àgūàzhōuà īà àg u à ī .
塞衣处处催刀尺, 帝城高急暮砧
ìāià īà h h à uīàdāoà hǐ,à iàd à h gàgāoàj à àzhē .

12
咏怀 迹五首 Yǒ ghu iàgǔjīàwǔàshǒu (Qí sā

群山万壑赴 门, 生长 尚 村
Q àshā àw àh àf àjī gà ,àshē gà h gà gàfēiàsh gà ǒuà ū .
一去紫 连朔漠, 独留青冢向黄
Yīà àzǐàt iàli àshu à ,àd àli à ī gàzhǒ gà i gàhu ghū .
画图省识春风面, 珮空归 夜魂
Hu t àshě gàsh à hū fē gà i ,àhu àp iàkō gàguīà u àh .
千载 作胡语, 恨曲中论
Qiā àzǎiàp p àzu àh à ǔ,àfē gà u h à ūàzhō gàl .

13
登高 Dē gàgāo
风急天高 啸 , 渚清沙 鸟飞回
Fē gàj àtiā àgāoà u à i oàāi,àzhǔà ī gàshāà ià iǎoàfēiàhu .
无边落木萧萧 , 长江滚滚来
W iā àlu à iāo iāoà i ,à àj à h gjiā gàgǔ gǔ àl i.
万 悲秋常作客, 多病独登
W lǐà ēià iūà h gàzu k ,à ǎi i àduōà gàd àdē gt i.
艰难苦恨繁霜鬓, 潦倒新停浊酒杯
Jiā àkǔàh àf àshuā gà ,àlǎodǎoà ī àt gàzhu àjiǔ ēi.

Universitas Sumatera Utara


14
登岳 楼 Dē gà u gl u

昔 洞庭水,今 岳 楼
Xīàw àd gt gàshuǐ, jī àsh gà u gl u.
吴楚 南坼,乾坤日夜浮
W à hǔàdō g à h ,à i kū à àf .
亲朋无一 ,老病 孤
Qī p gàw à īàz ,àlǎo gà ǒuàgūàzhōu.
戎马关山 ,凭轩涕泗流
R g ǎàguā àshā ěi,àp gà uā àt às àli .

15
登楼 Dē gàl u
花 高楼伤客心, 万方多难 登临
Huāàj àgāol uàshā gàk à ī ,àw àfā gàduōà à ǐàdē gl .
锦江春色来天地, 玉垒浮云变 今
Jǐ jiā gà hū s àl iàtiā d ,à àlěiàf à i àgǔjī .
极朝迋终 改, 山西寇盗莫相侵
Běij à h oàw gàzhō gà àgǎi,àshā īàk uàd oà à iā gà ī .
主 祠庙, 日暮聊为 梁甫吟
Kěli àhòuàzhǔàh iàc à i o,àr àli oàw ià li gfǔ .

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai