Anda di halaman 1dari 230

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS STRUKTUR DAN TEKSTUR DRAMA DALAM


NASKAH SERTA VIDEO PEMENTASAN MEGA-MEGA
KARYA ARIFIN C. NOER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Johanes Baptis Judha Jiwangga


131224018

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Apapun yang terjadi di panggung, silahkan dinikmati dan direspon karena


pertunjukan harus tetap berlangsung”
-Judha Jiwangga-

“Biarkan aku menjadi aku bagi diriku, sesama, dan dunia.”

-Teater Ingsun-

“Kita tumbuh bersama, kita berbuah bersama”

-Lakonilabs Production-

“Urip iku nyawiji, muga tata, titi, lan tentrem diparingi pengestu Pangeran”

-Judha Jiwangga-

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Empunya Hidup karena senantiasa


memberkati dan menguatkan saya dalam menyelesaikan buah pemikiran skripsi
ini. Karya ini saya persembahkan kepada khalayak umum untuk semakin
memperkaya khasanah bahasa Indonesia, sastra Indonesia, dan seni pertunjukan.
Semoga dengan buah pemikiran saya mengenai elaborasi bidang linguistik, sastra
dan pertunjukan, dapat menjadi referensi baru di bidang kebahasaan..

Kedua orang tua saya, T.A. Edhi Saptono dan Maria Prihastiti Indiyani
yang sudah selalu senantiasa berkicau merdu dengan nasihat-nasihatnya sehingga
saya selalu teringat untuk mengerjakan skripsi. Yang terpenting adalah bimbingan
mereka yang tetap mendukung saya berjalan di bidang kesenian dan akademik.

Ketiga, saya persembahkan kepada sahabat-sabahat ngelmu saya yaitu para


dosen PBSI Universitas Sanata Dharma, Bapak Suharyoso SK, Mas Rendra Bagus
Pamungkas, teman-teman Teater Ingsun, teman-teman Teater Seriboe Djendela,
teman-teman Lakonilabs Production, dan teman-teman Jurusan Teater Institut
Seni Indonesia. Merekalah yang selalu menjadi telaga untuk menggali wacana
baru dan semangat untuk selalu berkreasi.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2018. Analisis Struktur dan Tekstur Drama
Dalam Naskah serta Video Pementasan Mega-Mega Karya Arifin C.
Noer. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.

Drama memiliki dua bentuk luaran dari perspektif yang berbeda yaitu
bidang sastra dan pertunjukan. Pemahaman drama yang utuh dapat dilihat melalui
dua perspektif tersebut sehingga informasi yang didapat lebih komprehensif.
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau struktur dan tekstur drama dalam lakon
Mega-Mega karya Arifin C. Noer. Dengan tujuan tersebut, lakon Mega-Mega
akan dianalisis dari naskah dramanya dan juga video dokumentasi pertunjukannya
yang dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2013.

Penilitian struktur dan tekstur drama ini tergolong dalam penelitian


kualitatif. Secara spesifik, metode penelitian yang digunakan adalah analitik
deskriptif. Sumber data yang diacu adalah naskah drama Mega-Mega dan video
pementasan Mega-Mega yang dimainkan tahun 2013. Video dokumentasi akan
dicocokkan keseuaiannya dengan naskah drama. Dua sumber data tersebut
menjadi dasar referensi antara naskah drama dengan pertunjukan setelah melalui
proses intepretasi penyutradaraan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua aspek yaitu
struktur drama dan tekstur drama. Struktur drama membahas tentang tokoh, alur
dan tema. Tokoh yang dibahas ada delapan tokoh yakni Mae, Panut, Retno, Koyal,
Hamung, Tukijan, Pemuda, dan Mas Woto. Alur dianalisis berdasarkan naskah
yang terbagi menjadi tiga babak. Tema lakon Mega-Mega berbicara tentang
kerinduan orang-orang miskin terhadap hidup yang sejahtera dan cara mereka
untuk menggapai cita-cita mereka. Tekstur drama dalam lakon Mega-Mega
mengacu pada mood drama yang dilihat. Ada enam mood drama yang muncul
dari video pementasan Mega-Mega. Mood dicermati dari dialog dan spectacle
yang mendukung adegan yakni mood kesal, mood sedih, mood senang, mood
khawatir, mood marah, dan mood mesra.

Kata Kunci: Struktur drama, Tekstur Drama, Mega-Mega

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2018. Analysis of Drama Structure and Texture
in Script and Video Performance Mega-Mega by Arifin C. Noer.
Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study Program,
Faculty of Teacher Training in Education, Sanata Dharma University.

Drama has two outward forms from different perspectives of literary and
performing fields. Understanding the drama can be seen through these two
perspectives so that the information obtained more comprehensive. This study
aims to review the structure and texture of drama in the Mega-Mega plays by
Arifin C. Noer. With that goal, Mega-Mega plays will be analyzed from the script
and also the video of the show which was performed by Theatre Program of
Jakarta Institute of Art in 2013.

The study of the structure and texture of this drama belongs to


qualitative research. Specifically, the research method used is descriptive analytics.
The sources of data referred to the script and stage performances videos that are
being played in 2013. The documentation video will be matched to the script.
These two sources of data form the basis of reference between the drama script
and the show after going through the process of interpreting the directing.

The results obtained from this research are divided into two aspects:
drama structure and drama texture. Drama structure discusses characters, plots
and themes. Characters that discussed there are eight characters namely Mae,
Panut, Retno, Koyal, Hamung, Tukijan, Pemuda, and Mas Woto. Plot is analyzed
by script that divided into three chapters. The Mega-Mega theme play speaks of
the poor's longing for a prosperous life and their way of reaching their goals. The
texture of drama in Mega-Mega plays refers to the mood of the drama seen. There
are six moods drama that appear from the documentation of Mega-Mega. Mood
observed from the dialogue and spectacle that support the scene are mood of upset,
mood of sadness, mood of happiness, mood of worry, mood of angry, and mood
of intimate.

Keywords: Drama Structure, Drama Texture, Mega-Mega

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Syukur sebesar-besarnya saya haturkan kepada Tuhan yang punya


hidup atas pangestu dalam penyusunan skripsi yang berjudul Analisis
Tekstur Drama Dalam Naskah serta Video Pementasan Mega-Mega
Karya C.Noer. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain itu penulisan skripsi ini menjadi
penambah wacana dan referensi dalam khazanah sastra, linguistik dan
pertunjukan, terlebih bentuk pendekatan dalam memahami suatu
pertunjukan drama.

Penulis menyadari tanpa bantuan semua pihak, skripsi ini tidak


akan terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini sudah
memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi serta doa
yang menguatkan, sehingga penulis benar- benar merasa terberkati.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan


dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang turut
memperlancar penulisan skripsi ini.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum selaku Ketua Program Studi


Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu menjadi rekan diskusi
dan motivator dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Septina Krismawati, M.A.,


selaku dosen pembimbing satu yang selalu sabar menghadapai
idealisme pemikiran dan selalu menasihati untuk menyelesaikan skripsi
saya di tengah kesibukan berkesenian.

4. Septina Krisnawati, M.A selaku dosen yang menjadi patner

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bereksplorasi dan penasihat perihal sistematika penulisan serta


sistematika penelitian.

5. Suharyoso SK, M.Sn. selaku pensiunan dosen Institut Seni Indonesia


yang setiap pertemuan dengan beliau selalu memperkaya wawasan
tentang dunia teater serta menjadi konsultan yang arif dalam
penyusunan skripsi saya.

6. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan


serta wawasan kepada saya selama belajar di Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sehingga mempunyai bekal untuk
menjadi pendidik yang baik.

7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan


buku-buku penunjang selama selama menyelesaikan skripsi.

8. Karyawan sekretariat PBSI yang telah memperlancar saya dalam


menyelesaikan administrasi proses skripsi.

9. Orang tua tercinta, T.A Edhi Saptono dan Maria Prihastiti Indiyani
yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, finansial serta selalu
mendukung saya untuk menyelesaikan skripsi.

10. Yunita Dwi Rahmayani yang telah menjadi wanita hebat dalam
mendukung setiap jalan hidup saya dan yang selalu saja cerewet
kepada agar mengerjakan skripsi di tengah karya kesenian saya.

11. Teman-teman Teater Ingsun yang menjadi sahabat terbaik dalam


berproses bagi pengembangan wacana akademis dan kesenian saya,
serta menjadi wadah untuk menjadi semakin manusiawi di tengah
zaman yang penuh dengan dehumanisasi.

12. Teman-teman LakoniLabs Production yang selalu menjadi rotor


semangat dalam meritis proses dan wahana untuk mengembangkan
kreativitas terutama semakin memperkaya referensi untuk penyusunan

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian yang Relevan........................................................................ 9
2.2 Kajian Teori.......................................................................................... 10
2.2.1 Struktur Drama............................................................................ 12
2.2.1.1 Characters..................................................................... 12
2.2.1.2 Plot (Alur) .................................................................... 13
2.2.1.3 Tema ............................................................................. 15

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.2 Tekstur Drama............................................................................. 16


2.2.2.1 Dialog............................................................................ 17
2.2.2.2 Spectacle (Tontonan).................................................... 18
2.2.2.3 Mood (Suasana)............................................................. 18
2.2.3 Diction (Gaya Bahasa)................................................................. 19
2.2.4 Music (Efek Suara)...................................................................... 20
2.2.5 Akting.......................................................................................... 20
2.2.5.1 Olah Tubuh.................................................................... 25
2.2.5.2 Olah Suara..................................................................... 28
2.2.5.3 Olah Rasa....................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 35
3.2 Sumber Data.......................................................................................... 36
3.3 Data....................................................................................................... 36
3.4 Teknik Pengambilan Data..................................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


4.1 Struktur Drama dalam Pementasan Mega-Mega.................................. 39
4.1.1 Gambaran Tokoh.......................................................................... 39
4.1.1.1 Hasil Analisis Tokoh Mae............................................... 39
4.1.1.2 Hasil Analisis Tokoh Panut............................................. 41
4.1.1.3 Hasil Analisis Tokoh Retno............................................. 43
4.1.1.4 Hasil Analisis Tokoh Hamung........................................ 45
4.1.1.5 Hasil Analisis Tokoh Koyal............................................ 46
4.1.1.6 Hasil Analisis Tokoh Tukijan.......................................... 48
4.1.1.7 Hasil Analisis Tokoh Pemuda......................................... 50
4.1.1.8 Hasil Analisis Tokoh Mas Woto..................................... 50
4.1.2 Alur.............................................................................................. 51
4.1.2.1 Gambaran Alur Lakon Mega-Mega................................ 51
4.1.2.2 Hasil Analisis Eksposisi atau Perkenalan........................ 52

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.1.2.3 Hasil Analisis Konflik..................................................... 56


4.1.2.4 Hasil Analisis Klimaks.................................................... 58
4.1.2.5 Hasil Analisis Penyelesaian............................................. 59
4.1.3 Hasil Analisis Tema..................................................................... 61
4.2 Tekstur Drama dalam Pementasan Mega-Mega.................................... 64
4.2.1 Mood Kesal.................................................................................. 64
4.2.1.1 Gambar Adegan............................................................... 64
4.2.1.2 Hasil Analisis................................................................... 65
4.2.2 Mood Sedih.................................................................................. 68
4.2.2.1 Gambar Adegan............................................................... 68
4.2.2.2 Hasil Analisis................................................................... 69
4.2.3 Mood Senang............................................................................... 72
4.2.3.1 Gambar Adegan............................................................... 73
4.2.3.2 Hasil Analisis................................................................... 73
4.2.4 Mood Khawatir............................................................................ 76
4.2.4.1 Gambar Adegan............................................................... 77
4.2.4.2 Hasil Analisis................................................................... 77
4.2.5 Mood Marah................................................................................. 80
4.2.5.1 Gambar Adegan............................................................... 80
4.2.5.2 Hasil Analisis................................................................... 81
4.2.5 Mood Mesra................................................................................. 82
4.2.5.1 Gambar Adegan............................................................... 82
4.2.5.2 Hasil Analisis................................................................... 83

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................... 87
5.2 Saran..................................................................................................... 90
5.2.1 Bagi Para Peneliti Lain................................................................. 90
5.2.2 Bagi Para Guru Bahasa dan Guru Drama..................................... 91
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 92

LAMPIRAN................................................................................................ 94

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tokoh Mae........................................................................ 39


Gambar 2 Tokoh Panut...................................................................... 41
Gambar 3 Tokoh Retno...................................................................... 43
Gambar 4 Tokoh Hamung.................................................................. 45
Gambar 5 Tokoh Koyal...................................................................... 46
Gambar 6 Tokoh Tukijan................................................................... 48
Gambar 7 Tokoh Pemuda.................................................................. 50
Gambar 8 Situasi panggung pementasan Mega-Mega....................... 62
Gambar 9 Panut datang menceritakan ketakutannya......................... 66
Gambar 10 Panut menceritakan kesialannya ketika mencopet
di Pasar.............................................................................. 67
Gambar 11 Mae sedang menenangkan Retno yang menangis............. 70
Gambar 12 Mae tersinggung lalu mengeluarkan segala kesedihannya
sebagai wanita mandul...................................................... 71
Gambar 13 Mae menangis karena tersinggung ungkapan Retno......... 72
Gambar 14 Koyal masuk dari bagian depan panggung ...................... 75
Gambar 15 Koyal menceritakan bahwa dia hampir menang
pada Hamung.................................................................... 75
Gambar 16 Koyal menutupi senyumnya dengan Koran yang
berisi pengumuman nomor lotre....................................... 76
Gambar 17 Mae memandangi ke arah Panut keluar............................ 79
Gambar 18 Mae khawatir dan menunjuk ke arah Panut keluar........... 79
Gambar 19 Tukijan bangga dengan jengkel........................................ 81
Gambar 20 Tukijan membentak Koyal................................................ 82
Gambar 21 Tukijan berjalan pelan menghampiri Retno...................... 84
Gambar 22 Tukijan mengajak Retno untuk ikut merantau.................. 85
Gambar 23 Tukijan menyatakan perasaan cintanya kepada Retno,
bahkan mengajak Retno menikah .................................... 85

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Tangga Dramaturgi Lakon Mega-Mega................................ 52

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drama sebagai salah satu bidang seni memiliki kompleksitas tersendiri.

Drama juga memiliki dua bentuk yang dapat dilihat dari perspektif yang berbeda

yaitu sebagai karya sastra dan sebagai sebuah pertunjukan. Sebagai karya sastra,

drama dilihat dari tulisan yang memiliki piranti-piranti naratif untuk

memunculkan suatu peristiwa fiktif. Sebagai sebuah pertunjukan, drama memiliki

banyak bidang yang dapat dilibatkan dalam implementasi drama sebagai sebuah

pertunjukan. Drama, baik sebagai karya sastra dan pertunjukan, tidak dapat

dipisahkan keberadaannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Satoto (2012: 6)

yang mengatakan bahwa “seni drama memang belum mencapai kesempurnaan

apabila belum sampai ke tahap seni teater dalam bentuk pementasan atau

pergelaran sebagai perwujudan. Maka, pemahaman naskah lakon tanpa

memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pementasannya belumlah cukup”.

Drama memiliki aspek-aspek dramaturgi yang menunjang suatu peristiwa

naratif di dalamnya. Menurut Aristoteles (dalam Cohen, 2010:28-32), aspek-aspek

dramaturgi tersebut dibagi menjadi alur, tema, penokohan, gaya bicara, efek suara,

tontonan, dan konvensi. Dari aspek tersebut, aspek dramaturgi dispesifikan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi struktur dan tekstur drama. Struktur drama terdiri atas alur, tema dan

penokohan. Tekstur drama terdiri atas dialog, spectacle dan mood. Keberadaan

struktur dan tekstur drama tersebut saling melengkapi dalam membangun

keutuhan informasi yang hendak disampaikan. Pemahaman struktur dan tekstur

drama pun perlu menilik referensi naskah drama sebagai acuan dasar dan

pertimbangan-pertimbangan untuk perwujudannya (pementasannya).

Peneliti memilih pertunjukan Mega-Mega yang ditulis oleh Arifin C. Noer

dan dipentaskan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada Jumat, 24

Februari 2013. Pemilihan lakon Mega-Mega karya Arifin C. Noer karena naskah

Mega-Mega yang ditulis Arifin C. Noer pernah memperoleh penghargaan oleh

Badan Pembina Teater Nasional Indonesia (BPTNI) pada tahun 1967

(Kompas.com, 21 Oktober 2013). Dengan pemberian penghargaan tersebut,

kredibilitas lakon Mega-Mega sudah teruji secara nasional.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tentang struktur dan tekstur drama.

Tinjauan terhadap struktur dan tekstur drama dilakukan untuk memperoleh

pemahaman yang lengkap mengenai sebuah lakon baik secara naskah dan

pemanggungan. Aspek yang hendak menjadi sorotan utama adalah tokoh untuk

melihat penokohan, alur, tema, dialog, spectacle (tontonan), dan mood (perasaan).

Keenam unsur yang dicermati dalam naskah dan video pementasan Mega-Mega

dilihat untuk mengungkap pemunculan struktur dan tekstur drama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian ini dijabarkan menjadi

dua permasalahan yang dijelaskan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur drama tampak dalam perwujudan tokoh, alur dan

tema pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega?

1.2.2 Bagaimana tekstur drama tampak dalam perwujudan dialog, spectacle

dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1.3.1 Menganalisis struktur drama tampak dalam perwujudan tokoh, alur, dan

tema pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega.

1.3.2 Menganalisis tekstur drama tampak dalam perwujudan dialog, spectacle

dan mood pada naskah maupun video pementasan Mega-Mega.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga manfaat yang dapat dicemati sebagai berikut.

1.4.1 Bagi para praktisi di bidang sastra dan teater, penelitian ini berfungsi

sebagai sumber referensi dalam mengkaji tekstur drama dalam

pertunjukan drama dengan memanfaatkan lintas pemahaman tiap

bidang ilmu.

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4.2 Bagi cabang ilmu sastra, penelitian ini berguna untuk mengembangkan

pengkajian naskah drama yang sudah dipentaskan sehingga dapat

muncul komparasi antara naskah drama dengan pertunjukan drama.

1.4.3 Bagi cabang ilmu teater, penelitian ini berguna untuk alternatif

pengkajian pertunjukan untuk memperkaya referensi dalam bidang

keaktoran dan bentuk pertunjukan sehingga dapat memaparkan esensi

pertunjukan pada penonton.

1.6 Batasan Istilah

Terdapat sembilan batasan istilah yang dijabarkan sebagai batasan lingkup

pemahaman penelitian struktur dan tekstur drama yang akan dijabarkan sebagai

berikut.

1.6.1 Struktur Drama

Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 65) membagi unsur yang menciptakan

struktur drama tersebut menjadi tiga yakni plot, karakter dan tema.

1.6.2 Characters (Penokohan)

Characters (Penokohan) merupakan pelaku alur yang saling berinteraksi

melalui permasalahan dalam peristiwa yang dibangun (Cohen, 2010:28).

1.6.3 Plot (Alur)

Cohen (2010:33) menjabarkan bahwa pengalaman dramatik menurut

Aristoteles yang ada dalam alur setidaknya dibagi menjadi empat; exposition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(perkenalan), conflict (permasalahan), climax (klimaks), denouement

(penyelesaian).

1.6.4 Tema

Cohen (2010: 29) menjabarkan tema sebagai pernyataan keseluruhan drama:

topiknya, gagasan utamanya, atau pesan, tergantung keadaannya.

1.6.5 Tekstur Drama

Kernodle (1967: 345) mendefinisikan tekstur drama sebagai pengalaman

langsung yang hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu

yang dilihat (spectacle) dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan

aural (mood/suasana).

1.6.6 Dialog

Harymawan (1988: 58-59) menjelaskan bahwa dialog dapat ditinjau dari dua

segi yaitu segi estetis dan segi teknis. Dialog dalam segi estetis merupakan

faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan sebuah

lakon. Sedangkan, dialog dalam segi teknis merupakan pemberian catatan

pengucapan dan permainan yang biasanya diberi tanda kurung.

1.6.7 Diction (Gaya Bicara)

Cohen (2010: 30) menjabarkan diction (gaya bicara) bukan hanya menyakup

bagaimana cara untuk melafalkan dialog. Diction (gaya bicara) lebih

berorientasi pada bagaimana karakter dibangun berdasarkan orientasi naskah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.8 Spectacle

Cohen (2010: 30) menjabarkan Spectacle (tontonan) merupakan aspek-aspek

visual panggung yang perlu dihadirkan untuk menambah unsur dramatik

sebuah pertunjukan.

1.6.9 Mood

Kernodle (1967: 345) mendefinisikan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman

visual dan aural (mood/suasana).

1.6.10 Music

Cohen (2010: 29) menjabarkan music (efek suara) lebih mengacu pada

produksi bunyi yang dapat menggambarkan suasana dalam mendukung

pertunjukan.

1.6.11 Akting

Morettini (2010: 37) mendefinisikan akting sebagai “ ... kemampuan

mencitrakan sifat manusia yang dikenali dalam suatu konteks pertunjukan”.

1.5 Sistematika Penulisan

Bagian pertama dalam penelitan ini berisikan landasan dasar berupa latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan dan

juga beberapa definisi istilah. Bagian-bagian tersebut menjadi kerangka acuan

melaksanakan penelitian struktur dan tekstur drama dengan metode deskriptif

analitik dalam meneliti naskah dan video pementasan lakon Mega-Mega karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Arifin C. Noer oleh Program Studi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun

2013. Selain itu, bagian pertama dalam penelitian ini akan menjadi kerangka

umum bagi pembaca untuk memahami seluruh isi penelitian ini.

Bagian kedua dalam penelitian ini berisi penjabaran teori mengenai konsep-

konsep struktur, tekstur drama dan akting. Penjabaran teori-teori tersebut

kemudian menjadi acuan dasar untuk mencari aspek tokoh, alur, tema, dialog,

spectacle, dan mood. Melalui enam hal tersebut, sturktur dan tekstur drama

didefinisikan pada naskah dan video pementasan Mega-Mega.

Bagian ketiga dalam penelitian berisi mengenai paparan metodologi

penelitian struktur dan tekstur drama pada pementasan Mega-Mega. Sumber data

penelitian adalah naskah dan video pementasan lakon Mega-Mega karya Arifin C.

Noer yang dipentaskan oleh Program Studi Teater Institut Kesenian Jakarta pada

tahun 2013. Penelitian ini akan mencermati tokoh, alur, tema, dialog, spectacle

dan mood sebagai data penelitian. Teknik simak catat akan menjadi teknik utama

dalam mengambil data dalam penelitian ini. Setelah itu, data yang diperoleh akan

dianalisis menggunakan metode deskriptif analitik .

Bagain keempat dari penelitian ini adalah pemaparan hasil analisis data.

Pencatatan tokoh, alur, tema, dialog, spectacle, dan mood akan dijelaskan dalam

korelasinya dengan adegan. Kemudian, hasil pencatatan yang telah disusun

tersebut kemudian dispesifikkan menjadi penjelesan-penjelasan deskriptif


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai intepretasi struktur dan tekstur drama.

Bagian kelima dari penelitian ini berisi simpulan dan saran yang ditemukan

peneliti. Bagian simpulan berisi catatan-catatan hasil yang ditemukan dari menilik

struktur dan tekstur drama dari beberapa adegan yang dicermati. Saran berisi

catatan-catatan yang perlu dikembangkan lagi melalui hasil penelitian tekstur

drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Zulkarnain (2014) dengan judul

“Struktur dan Tekstur Lakon eMBeRR Yang Dibawakan Oleh Ludruk Paguyuban

Peminat Seni Tradisi Kota Malang” bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan

tekstur drama yang ada dalam pertunjukan ludruk berjudul eMBeRR. Yang

menjadi sumber data dari penelitian ini adalah naskah lakon dan rekaman pentas

eMBeRR yang dimainkan pada tahun 2008.

Penelitian yang kedua ditulis oleh Hidayahtulloh (2017) dengan judul

“Struktur dan Tekstur Drama Kabale Und Liebe Karya Friedrich Schiller”

bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan tekstur dalam drama Kabale Und

Liebe. Sumber data dari penelitian ini adalah naskah lakon Kabale Und Liebe

karya Friedrich Schiller. Hasil pembahasan struktur dan teskstur drama Kabale

Und Liebe yakni plot cerita berakhir tragis dengan kematian peran utama. Tema

yang diangkat adalah kisah cinta tragis yang terjadi karena perbedaan status sosial.

Mood yang muncul yaitu suasana tegang, gelisah, haru, kesal, dan penyesalan.

Spectacle yang dibutuhkan dalam drama Kabale Und Liebe diangaap tidak terlalu

rumit.

Peneliti menganggap adanya relevansi untuk menjadikan kedua penelitian

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

sebagai acuan referensi. Kedua penelitian tersebut membahas mengenai struktur

dan tekstur drama yang juga akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini.

Namun pada penelitian ini, peneliti hanya menekankan fokus pada tekstur drama

saja. Secara lebih spesifik, penelitian ini ditujukan untuk melihat tekstur drama

yang muncul pada video pementasan Mega-Mega karya Arifin C. Noer yang

dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2013.

Aspek pembeda yang tampak dari penelitian ini dengan dua penelitan

sebelumnya yaitu penelitian ini mendekati drama dari dua perspektif, sastra dan

pertunjukan. Hal tersebut dilandaskan dari mekanisme sebuah produksi

pementasan drama yang berbahan dasar teks (naskah) lalu diimplementasikan ke

dalam panggung. Tinjauan dari dua perspektif tersebut kemudian akan menjadi

tambang informasi yang lebih komprehensif karena meninjau dua bentuk drama

dari naskah dan pemanggungan. Dengan kesadaran tersebut, penelitian ini

memiliki posisi yang berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya yang tidak

mengolaborasikan kedua bentuk drama sebagai potensi penggalian informasi.

2.2 Kajian Teori

Dalam penelitian ini, teori-teori yang digunakan akan dibagai menjadi dua

pembahasan besar yaitu struktur dan tekstur drama. Subbab yang dituliskan

memiliki penjabaran yang lebih rinci pada aspek yang terkandung dalam struktur

dan tekstur drama. Pemilihan teori-teori tersebut bertujuan sebagai landasan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

perspekti dan kerangka berpikir yang digunakan untuk menganalisis lakon Mega-

Mega baik secara naskah maupun pemanggungannya.

Peneliti memiliki batasan-batasan tertentu dalam pemilihan teori untuk

menganalisis struktur dan tekstur drama dalam lakon Mega-Mega. Peneliti

memilih teori Kernodle sebagai batasan pengertian tentang struktur dan tekstur

drama. Kernodle (1967) mendefinisikan struktur drama sebagai alur, karakter, dan

tema. Sedangkan, tekstur didefinisikan sebagai dialog, spectacle, dan mood.

Latar tidak dimasukkan dalam kajian teori karena orientasi penelitian ini

hendak mengkaji struktur dan tekstur drama dengan pendekatan teori Kernodle

(1967). Selain itu, pembahasan latar akan bersinggungan langsung dengan

semiotika panggung dan proses intepretasi sutradara yang pada penelitian ini tidak

akan dibahas secara mendalam. Namun, latar hanya dicermati sepintas sebagai

data pendukung karena juga menjadi bagian dalam naskah dan panggung. Oleh

sebab itu, latar tidak dimasukkan ke dalam kajian teori, namun tetap dicermati

sebagai data pendukung.

Selain itu, teori dramaturgi Aristoteles (dalam Cohen, 2010) dan teori akting

juga diambil sebagai penunjang analisis untuk memahami struktur dan tekstur

drama yang diungkapkan oleh Kernodle. Teori dramaturgi yang diambil yaitu

seputar tokoh (characters), alur (plot), tema (theme), gaya bicara (diction), dan

efek suara (music). Teori akting yang diambil yaitu seputar pengertian akting, olah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

tubuh, olah suara, dan olah rasa. Teori-teori tersebut dianggap oleh peneliti

mampu menjadi penajam analisis untuk menilik peristiwa panggung.

2.2.1 Struktur Drama

Kernodle (1967: 345) mendefinisikan struktur drama terdiri atas alur,

karakter, dan tema. Struktur tersebut kemudian dapat dilihat dari dua bentuk

yaitu naskah drama dan pementasannya. Dalam penenelitian ini, struktur yang

terdiri atas alur, karakter dan tema dicermati melalui dua bentuk yaitu naskah

drama dan pementasannya. Kedua perspektif tersebut diambil agar informasi

mengenai struktur drama lebih komprehensif.

2.2.1.1 Characters (Penokohan)

Characters (Penokohan) merupakan pelaku alur yang saling

berinteraksi melalui permasalahan dalam peristiwa yang dibangun

(Cohen, 2010:28). Ketika tokoh dimainkan dalam panggung, ia akan

membangun dirinya seperti manusia pada umumnya yang akan turut

menggugah simpati penonton dengan aksinya di panggung. Cohen

(2010:28) mejabarkan sebagai berikut; “Mereka adalah citra keseluruhan,

manusia yang hidup dengan atribut, perasaan, dan harapan yang dimiliki

manusia nyata. Kita dapat mengidentifikasi diri dengan mereka. Kita

dapat bersimpati kepada mereka”.

Penokohan juga dapat dilihat dengan melalui tiga dimensi tokoh.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Dimensi pertama adalah dimensi fisiologis yang berhubungan dengan

aspek fisik tokoh. Aspek fisik tersebut yang kemudian akan dibangun

oleh aktor sesuai dengan kebutuhan naskah (usia, warna rambut, kerutan

kulit, cara berdiri, cara berjalan, dll). Dimensi yang kedua yaitu dimensi

psikologis yang berhubungan dengan sifat tokoh yang harus dimainkan

oleh aktor. Sifat tokoh tersebut dapat ditunjukkan secara langsung

maupun tidak langsung melalui dialog-dialog yang tersusun dalam

naskah drama. Dengan referensi tersebut, aktor memiliki

pertanggungjawaban untuk membawakan tokoh sesuai dengan

interpretasi aktor terhadap indikator yang terkandung dalam naskah

drama. Penghadiran tokoh tersebut tidak terlapas dari panduan

interpretasi sutradara. Dimensi yang ketiga adalah dimensi sosiologis

yang berhubungan dengan lingkungan yang dihadirkan dalam permainan.

Lingkungan tersebut dapat mengacu pada perlakuan antartokoh maupun

latar panggung. Lingkungan itu juga yang memberi motifasi dasar aktor

untuk memainkan tokoh.

2.2.1.2 Plot (Alur)

Alur berhubungan dengan cerita yang hendak dibangun. Alur

memberikan cerita berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dibangun dalam

pertunjukan drama. Melalui alur, kausalitas kejadian juga akan dipahami


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

dengan logis sehingga tokoh-tokoh yang hadir dapat memberikan makna

yang jelas terhadap alur cerita seperti yang diungkapkan oleh Barranger

(1993:57); “Sandiwara yang disusun berdasarkan prinsip sebab-akibat”.

Melalui rentetan peristiwa di dalamnya, alur memberikan yang menandai

eksistensi kemanusiaan. Hal tersebut dijelaskan oleh Barranger (1993:57)

sebagai berikut; “alur telah melampaui cara penyampaian cerita dalam

penciptaan penalaran kehadiran manusia yang berlaku”.

Cohen (2010:33) menjabarkan bahwa pengalaman dramatik menurut

Aristoteles yang ada dalam alur setidaknya dibagi menjadi empat;

exposition (perkenalan), conflict (permasalahan), climax (puncak

masalah), denouement (penyelesaian). Exposition (perkenalan)

memberikan pemahaman konteks terhadap apa yang akan terbangun

dalam pertunjukan, baik dari lingkungan panggung maupun kehidupan

tokoh.

Barranger (1993) menjelaskan exposition (perkenalan) sebagai

“permulaan drama yang memperkenalkan para tokoh beserta keadaan

masa lampau dan masa kini mereka”. Conflict (permasalahan) merupakan

permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam peristiwa yang

dibangun. Permasalahan tersebut akhirnya membawa penonton pada

pemahaman peristiwa dan tokoh yang dikemas dalam alur. Senada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

dengan hal tersebut, Cohen (2010:35) mengatakan sebagai berikut;

“bagaimana pun kejadiannya, permasalahan membawa tokoh ke dalam

pembebasan dan membiarkan penonton menilik ke dalam sifat manusia”.

Climax (puncak masalah) merupakan puncak dari permasalahan yang

dibangun dalam alur. Climax (puncak masalah) memberikan penegasan

pada masalah yang sejak awal sudah dimunculkan, seperti yang

dijelaskan Cohen (2010:36); “dalam bentuk dramatik apa pun, klimaks

merupakan permasalahan yang berada di posisi yang paling ekstrem;

momen ketika tekanan paling tinggi terjadi”. Denouement (penyelesaian)

merupakan bentuk simpulan dari cerita yang sudah dibangun sejak awal

pertunjukan. Bagian ini merupakan penjelasan dari akhir masalah yang

dibangun. Cohen (2010:36) mengatakan bahwa denouement

(penyelesaian) dapat dihadirkan dalam bentuk akting atau dialog terakhir,

atau bahkan satu kata atau gestur yang menunjukkan pemahaman dari

segala bentuk masalah yang sudah terbangun.

2.2.1.3 Tema

Tema merupakan kerangka umum yang memberikan penjelasan

topik pada alur dan penokohan. Cohen (2010:29) menjabarkan tema

sebagai pernyataan keseluruhan drama: topiknya, gagasan utamanya, atau

pesan, tergantung keadaannya. Tema hadir berorientasi pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

pembangunan masalah dalam lakon. Melalui masalah-masalah tersebut,

makna dan maksud pertunjukan akan ditujukan kepada penonton dan hal

tersebut terkandung dalam tema lakon yang diusung. Senada dengan itu,

Cohen (2010:29) menambahkan dengan pernyataannya; “kendati

demikian, sebuah pertunjukan peran tentunya memiliki sesuatu untuk

disampaikan dan sesuatu itu - temanya - pastinya bersangkut paut dengan

para penontonnya”.

2.2.2 Tekstur Drama

Kernodle (1967: 345) mendefinisikan tekstur drama sebagai pengalaman

langsung yang hadir melalui indra, sesuatu yang didengar (dialog), sesuatu

yang dilihat (spectacle) dan sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan

aural (mood/suasana). Dengan penjelasan tersebut, tekstur drama dapat

dijabarkan melalui tiga unsur yaitu dialog, spectacle, dan mood (suasana).

Ketiga unsur tersebut saling melengkapi kehadirannya baik dari naskah drama

maupun pementasannya karena keduanya menjadi referensi yang tidak bisa

dipisahkan. Hanya saja mood dapat muncul setelah dapat mengasosisikan

dialog dengan spectacle. Secara singkat, mood sebagai bentuk simpulan dari

dialog dan spectacle.

Dalam penelitian ini, tekstur drama akan dispesifikkan kajiannya untuk

memahami pemunculan tekstur drama pada pementasan Mega-Mega.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Pemunculan tekstur drama akan dilihat melalui tiga unsur yang dianggap

peneliti mampu memunculkan intepretasi tekstur drama yaitu dialog,

spectacle dan mood. Pemilihan tiga piranti tersebut didasarkan pada

kompleksitas mood yang muncul dalam pementasan perlu dilihat dari banyak

aspek sehingga dapat memunculkan intepretasi yang komprehensif. Selain itu,

pemahamman tekstur drama didukung juga dari aspek dramatrugi lainnya

yaitu diction, music dan akting.

2.2.2.1 Dialog

Dialog merupakan salah satu media dalam drama untuk

menyampaikan informasi. Constance Nash dan Virginia Oakey (dalam

Hamzah,1985:116) menjelaskan empat fungsi dialog yaitu

mengemukakan persoalan langsung, menjelaskan perihal tokoh,

menggerakkan plot, dan membukakan fakta. Fungsi dialog tersebut dapat

dicermati dari dua bentuk yang bisa dimunculkan yaitu naskah drama dan

pementasan drama.

Harymawan (1988: 58-59) menjelaskan bahwa dialog dapat

ditinjau dari dua segi yaitu segi estetis dan segi teknis. Dialog dalam segi

estetis merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur

keindahan sebuah lakon. Sedangkan, dialog dalam segi teknis yaitu

pemberian catatan pengucapan dan permainan yang biasanya diberi tanda


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

kurung.

2.2.2.2 Spectacle (Tontonan)

Spectacle (tontonan) merupakan aspek-aspek visual panggung yang

perlu dihadirkan untuk menambah unsur dramatik sebuah pertunjukan.

Secara etimologi kata, spectacle berasal dari frasa something seen atau

sesuatu yang dilihat. Cohen (2010:30) menjabarkan setidaknya unsur-

unsur spectacle menjadi scenery (latar), costumes (pakaian aktor),

lighting (tata lampu), makeup (tata rias), properties (peralatan yang

digunakan dalam permainan) dan apapun yang terlihat di panggung.

Selain aspek-aspek produksi yang dipenuhi sebagai kriteria visualisasi,

gestur dan blocking (gerak panggung) juga menjadi aspek yang

membangun spectacle terutama membangun visualisasi dramatik dalam

permainan aktor. Semua unsur visual tersebut digunakan untuk

menghidupkan alur dan memberikan konteks peristiwa bagi para aktor

yang memainkan peristiwa di panggung.

2.2.2.3 Mood (Suasana)

Kernodle (1967: 345) mendefinisikan sesuatu yang dirasa lewat

pengalaman visual dan aural (mood/suasana). Dengan definisi yang

diungkapkan Kernodle (1967), mood dapat diasumsikan dengan proyeksi

rasa yang dimunculkan dari suatu pertunjukan. Berdasarkan Kamus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Besar Bahasa Indonesia, arti kata ‘rasa’ dijelaskan sebagai 1) tanggapan

indra terhadap rangsangan saraf; 2) apa yang dialami oleh badan; 3) sifat

rasa suatu benda; 4) tanggapan hati terhadap sesuatu; dan 5) pendapat

mengenai baik atau buruk, salah atau benar. Dari pengertian tersebut, rasa

dapat diasumsikan pada tanggapan yang kemudian berhubungan dengan

ranah emosi. Dalam konteks naskah dan pertunjukan drama, rasa inilah

yang kemudian menjadi roh untuk dihadirkan dalam bentuk pengucapan

dialog, mimik wajah, gestur tubuh, respon terhadap ruang, respon

terhadap aktor lainnya dan juga aspek artistik panggung..

2.2.3 Diction (Gaya Bahasa)

Diction (gaya bicara) bukan hanya menyakup tentang bagaimana cara

untuk melafalkan dialog. Diction (gaya bicara) lebih berorientasi pada

bagaimana karakter dibangun berdasarkan orientasi naskah. Pembangunan

karakter tersebut mengacu pada nada dan imaji melalui penuturan dialog.

Penuturan dialog inilah yang melibatkan kompleksitas organ bunyi manusia

untuk menciptakan nada-nada tertentu yang mengasosiasikan perasaan dan

informasi. Peneliti mengutip pernyataan Cohen (2010:29) yang mengatakan,

“lebih penting lagi hal ini merujuk pada tokoh literer dalam sebuah naskah

drama, termasuk nada, imaji, irama, dan artikulasi, dan pada bentuk literer

dan kiasan yang digunakan oleh penulis naskah seperti bait, rima, metafora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

tanda petik, gurauan, dan epigram”. Dengan mencermati gaya bahasa, mood

dicermati melalui permainan artikulasi aktor dalam memerankan tokoh.

2.2.4 Music (Efek Suara)

Music (efek suara), menurut konsep Aristoteles, mengacu pada

penggunaan paduan suara dalam drama Yunani Kuno. Namun pada

perkembangann drama, music (efek suara) lebih mengacu pada produksi

bunyi yang dapat menggambarkan suasana dalam mendukung pertunjukan.

Pengadaan detil suara dapat menambahkan proyeksi pertunjukan kepada

penonton sehingga penonton dibawa pada dunia fiktif panggung yang

dirasakan secara riil. Cohen (2010:29) merincikannya sebagai berikut; “lebih

dalam lagi, musik dalam suatu sandiwara mencakup permainan langsung atau

musik yang direkam secara elektronik, diciptakan dan diterapkan oleh penata

suara yang menyediakan berbagai hal mulai dari musik insidensial

antaradegan hingga lanskap musik yang menguatkan rentang emosional

pertunjukan, mengiringi lakuan, menguatkan ketegangan dan klimaks yang

meninggi, dan menggugah penonton menuju keterikatan yang semakin

mendalam”.

2.2.5 Akting

Berbicara mengenai teater atau pertunjukan drama, salah satu yang

menjadi fokus adalah kepelakonan karena kepelakonan yang kemudian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

dijadikan media utama dalam sebuah pertunjukan. Ketika membahas seputar

kepelakonan, basis utama yang disoroti adalah akting. Morettini (2010: 37)

mendefinisikan akting sebagai “ ... kemampuan mencitrakan sifat manusia

yang dikenali dalam suatu konteks pertunjukan”. Cohen (2010: 288-290)

menjelaskan bahwa terdapat dua konsep akting yang menjadi arus besar

dalam dunia teater yaitu meniru (mimesis) dan mencipta (creating). Konsep

meniru mengutamakan pada pembangunan akting dari faktor eksternal, yaitu

meniru dunia dan kemudian dihadirkan sesuai dengan senyatanya. “... bahwa

aktor menciptakan suatu pertunjukan dari 'luar', pertama dengan

membayangkan bagaimana sebaiknya tokohnya akan berjalan, berbicara, dan

berlaku, dan kemudian dengan melakonkan, melalui mimikri (mimesis di

dalam bahasa Yunani), tindakan 'tokoh' yang dibayangkan ini,” (Cohen, 2010:

288). Konsep mencipta mengutamakan pada pembangunan akting

berdasarkan pemaknaan internal aktor, bagaimana aktor dapat merasakan,

menjiwai, mengalami dan memaknai karakter dari dalam diri aktor sendiri,

bukan dari hasil meniru dunia luar dan menerapkannya dalam membangun

aktingnya. “... pelakonan diciptakan dari 'dalam' dan aktor tersebut harus

berkonsentrasi untuk tidak mengimitasi perilaku tokoh yang dibayangkan

tetapi dengan secara sungguh-sungguh 'mengalami' tindakan dan perasaan

yang dialami tokoh tersebut,” (Cohen, 2010: 288-289).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Bahan dasar aktor dalam membangun aktingnya adalah tubuh dan

suara. Kemudian, bahan dasar tersebut diolah menyesuaikan naskah yang

dimainkan dan juga lingkungan panggung yang telah disiapkan. Brockett

(1964: 396-402) memaparkan beberapa poin yang perlu dibangun dalam

perspektif kepelakonan yaitu body (tubuh), voice (suara), observation and

imagination (pengamatan dan imajinasi), concentration (konsentrasi),

technique (teknis kepelakonan), systems of acting (metode akting) dan

additional skills and training (kemampuan dan latihan tambahan).

Tubuh menjadi hal paling prinsipil dan alat utama yang dimainkan

seorang aktor. Tubuh pun perlu dibangun untuk mampu mencapai ekspresi

tertentu sehingga dalam menyampaikan ekspresi tersebut dengan tepat.

Dalam pembangunan tubuh tersebut, kelenturan dan kegunaan perlu disadari

untuk dapat mencapai ekspresi tubuh. Brockett (1964: 396) menjelaskan

sebagai berikut,
“Tubuh. Karena tubuh adalah salah satu sarana pokok untuk berekspresi,
aktor harus berusaha membangun tubuh yang fleksibel, disiplin, dan
ekspresif. Fleksibilitas dibutuhkan supaya aktor dapat dengan seketika dan
kurang lebih tanpa sadar mengekspresikan berbagai sikap, tindakan dan
reaksi melalui tubuhnya...”

Di dalam tubuh terdapat berbagai organ yang digunakan oleh aktor,

salah satunya adalah organ yang menghasilkan suara. Suara juga merupakan

alat seorang aktor untuk menghadirkan akting. Melalui suara pula, pesan dan

capaian dapat dinikmati serta dipahami. Jika membahas suara, sistem


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

pernapasan pun menjadi bagian yang perlu dilatih karena produksi suara juga

mengacu pada pernapasan. Brockett (1964: 397) menjelaskan tentang suara

dan pernapasan sebagai berikut,


“... Aktor sebaiknya memahami bagaimana alat vokal berfungsi dan
ia harus berjuang keras guna mencapai kontrol maksimum atas nada,
volume, dan kualitas. Aktor sebaiknya berlatih bagaimana bernapas dengan
tepat, bagaimana mencapai keragaman, bagaimana cara memastikan bahwa
dia akan dapat berbicara dengan terbiasa serta sebaiknya memiliki
pengetahuan fonetik yang baik sebagai bantuan untuk merekam dan melatih
dialek dan semua penyimpangan penuturan panggung yang normal. ...
Aktor memiliki kemungkinan yang besar untuk sukses dalam tiap
pelakonan jika suaranya dapat dimanipulasi untuk mencapai hasil yang
diinginkan.”

Tubuh dan suara dibangun melalui pengamatan dan imajinasi sehingga

luaran akting yang muncul dapat menjadi variatif serta sesuai dengan

kebutuhan. Pengamatan terhadap dunia menjadi riil dan diolah menjadi

imajinasi-imajinasi yang membangun akting. Dengan referensi tersebut,

tubuh dan suara akan menjadi lebih hidup dalam berakting karena berpacu

pada orientasi tertentu. Brockett (1964: 397) menjelaskan mengenai konsep

pengamatan dan imajinasi sebagai berikut,


“Sementara tubuh dan suara merupakan sarana utama aktor untuk
berekspresi, untuk menentukan penggunaannya yang tepat ia harus
mengembangkan kemampuan lain yang dapat dikelompokkan secara kasar
sebagai pengamatan dan imajinasi. ... Untuk menampilkan peran dengan
baik, aktor harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perasaan,
sikap, dan motivasi manusia, dan ia harus mengetahui bagaimana hal-hal ini
dinyatakan secara eksternal.”

Hal penting yang diperlukan dalam dunia kepelakonan yaitu

konsentrasi. Konsentrasi merupakan cara aktor untuk memusatkan pikiran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

dan perasaannya (merujuk pada penguasaan tubuh juga), agar tidak terganggu

dalam pembangunan aktingnya. Brockett (1964: 398) menjelaskan bahwa

“konsentrasi merujuk pada kemampuan aktor melebur ke dalam drama dan

untuk menahan diri dari segala gangguan”.

Kepelakonan juga berhubungan dengan bagaimana akting tersebut

dipertontonkan dan dihadirkan dalam sebuah ruang atau panggung. Proses

penghadiran tersebut akan berhubungan dengan hal-hal teknis permainan.

Hal-hal teknis tersebut dibahasakan oleh Brockett sebagai technique. Teknis

kepelakonan tersebut dapat dijelaskan juga sebagai cara seluruh praktisi

menghadirkan pertunjukan, tidak hanya aktor saja. Teknis tersebut akan

bersinggungan dengan tata letak panggung (blocking), tata lampu, tata rias,

properti pertunjukan, penonton, dll.

Keaktoran perlu juga dibangun dengan metode latihan sehingga itu

bukan hanya sebuah proses instant. Brockett (1964: 401) mengatakan bahwa

“seseorang tidak dapat sekadar berkeinginan untuk menjadi seorang aktor

yang baik; ia harus menentukan tujuan dan kemudian berusaha mendapatkan

beberapa sarana untuk mencapainya”. Maka dari itu, proses membangun

kepelakonan dirumuskan dalam metode yang disesuaikan dengan tujuan-

tujuan tertentu sesuai dengan hasil capaian yang diinginkan. Untuk lebih

mendetail, pada bagian selanjutnya akan dijabarkan mengenai metode dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

hasil capaian dari beberapa teori latihan kepelakonan yang akan dibagi

menjadi tiga yaitu olah tubuh, olah suara, dan olah rasa.

2.2.5.1 Olah Tubuh

Tubuh menjadi media paling utama dalam dunia kepelakonan. Dalam

tubuh, setiap bagiannya menjadi alat dalam menghadirkan sebuah bentuk

ekspresi. Otot, sendi dan alat pernapasan yang menghasilkan bunyi

menjadi vital dalam penciptaan suatu karakter. Brockett (1964: 397)

mengatakan “apa pun sumber latihannya atau kemampuannya

sehubungan dengan gerakan, aktor haruslah mampu secara fisik

mewujudkan perannya. Aktor dengan tubuh yang telah terlatih dengan

baik berarti sudah menguasai sarana pokok untuk melakukannya”. Maka

dari itu, penguasaan tubuh aktor menjadi penting perannya membangun

sebuah ekspresi dalam permainan.

Dengan tuntutan pengolahan tubuh, pengenalan seorang aktor

terhadap dirinya menjadi penting. Seorang aktor perlu mengetahui

batasan-batasan dari tubuhnya, dan hingga bisa melampauinya untuk

memenuhi capaian-capain tertentu dalam berekspresi. Sitorus (2002: 59)

mengatakan konsep penguasaan aktor terhadap dirinya juga merupakan

proses seorang aktor memahami dirinya.


“ ... Jika seorang aktor melakukan tingkah yang tidak disadarinya,
yang lain dari biasanya dan dia tidak mengenal siapa dia, maka
sebenarnya dia belum mengenal siapa dirinya itu. Walaupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

mudah untuk belajar mengenal diri, sudah menjadi tugas utama


seorang aktor untuk mengenal siapa diri sendiri, mencari kehidupannya
yang tersembunyi yang tidak dikenalnya.”

Metode latihan olah tubuh mengajak aktor untuk sampai pada tataran

penyadaran diri. Hal tersebut mengantisipasi adanya dikotomi antara

“perasaan dan pikiran” atau “tubuh dan pikiran” karena perasaan dan

pikiran menjadi satu dalam tubuh manusia itu sendiri. Senada dengan

konsep tubuh seorang aktor yang dikatakan Sitorus;


“... Kebanyakan orang berpikir bahwa manusia terdiri dari dua sisi
yaitu ‘mental’ dan ‘fisik’ padahal seorang aktor harus menggunakan
suara, tubuh, pikiran, dan perasaannya untuk mencapai satu ciptaan,
dia harus mengerti bahwa tubuh dan pikirannya adalah satu dan tidak
terpisahkan. Bagi seorang aktor, konsep sebuah peran dan realisasi dari
fisik peran tersebut adalah satu dan sama. Tugas yang paling ideal
seorang aktor adalah menciptakan satu kesatuan antara konsep dan
bentuk fisik. ...” (Sitorus, 2002: 59).

Tubuh, sebagai bentuk kesatuan pikiran dan perasaan, memiliki sifat

yang dinamis. Ia tidak hanya melulu sebuah benda padat yang diam dan

kaku, tetapi satu mekanisme dinamis yang kompleks dalam bentuk

aktivitas. Dalam bentuk yang dinamis tersebut, tubuh membutuhkan

pusat yang mengontrol dirinya, yaitu pusat energi tubuh yang dipahami

melalui konsentrasi. Sitorus (2002: 75) menegaskan “... Jika pusat itu

terasa penuh dengan energi, maka gerak, bunyi dan pikiran akan menyatu

dan bekerja lebih efektif. ...”.

Dengan sebuah konsepsi tubuh yang utuh, pada akhirnya tubuh

menjadi bahasa nonverbal yang dihadirkan aktor dalam sebuah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

permainan. Bahasa nonverbal tersebut diartikan sebagai gestur atau juga

dapat diartikan sebagai bahasa tubuh. Gestur memunculkan simbol-

simbol tertentu yang memperkuat tindak komunikasi. Dalam kajian

pragmatik, gestur digunakan untuk membangun konteks untuk

menyampaikan pesan dalam komunikasi, baik secara makna tekstual dan

maksud kontekstual.

Posisi gestur dalam tindak komunikasi adalah membantu

pemahaman makna dan maksud komunikasi. Jika komunikasi verbal

menggunakan media bahasa secara linguistik, terurai dalam kata yang

menyusun kalimat dan membangun suatu wacana tertentu, komunikasi

nonverbal (dalam bidang linguistik dikenal dengan istilah paralinguistik)

memberikan penguatan makna dan maksud melalui nada suara, mimik

dan gerak tubuh. Sejalan dengan itu, Sitorus (2002: 80) menjelaskan “ ...

Karena fungsi simbolis ini, gestur memberikan analogi yang berbentuk

fisik untuk aksi-aksi atau perasaan perasaan yang sedang diekspresikan

atau digambarkan. Ketika bahasa verbal memberikan satu sisem

komunikasi yang artinya sudah cukup jelas dan tepat, bahasa tubuh

memberikan informasi tentang perasaan-perasaan dan aksi-aksi dengan

lebih ekspresif daripada kata-kata. ...”

Sitorus (2002: 80-81) menjelaskan gestur dapat dibagi menjadi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

empat jenis yaitu ilustratif atau imitatif, indikatif, empatik, dan austistik.

Gestur yang bersifat ilustratif adalah gestur yang disebut pantomimik,

ketika mencoba mengomunikasikan infromasi spesifik. Gestur indikatif

digunakan untuk menunjuk. Gestur empatik memberikan informasi yang

subjektif daripada objektif, berhubungan dengan bagaimana orang

merasakan sesuatu. Gestur autistik tidak dimaksud untuk komunikasi

sosial tetapi lebih diutamakan untuk komunikasi dengan diri sendiri. Pada

akhirnya, jenis-jenis gestur digunakan untuk melengkapi proses

komunikasi. Lebih spesifik lagi, gestur digunakan aktor untuk

menghadirkan komunikasi yang multidimensional dalam sebuah

pertunjukan. Seorang aktor menyesuaikan gestur-gestur tersebut

berdasarkan panduan yang dibangun dalam naskah menjadi sebuah

akting yang harmoni antara gerak dan pengucapan. Benedetti (1997: 35-

36) menjelaskannya sebagai berikut;


“Ketika melakonkan bahan tertulis, penulis naskah telah
menyediakan kata-kata yang diperlukan. Anda harus mengembangkan
banyak aspek non-verbal dari pertunjukan peran Anda -- gerak-isyarat,
perawakan, nada suara, mimik wajah dan lainnya. Ketika melakukan
ini, Anda dapat menemukan panduan di dalam naskah, baik melalui
arahan panggung atau dengan implikasi bahasa tubuh yang tinggi yang
merupakan tanda penulis naskah yang baik. Semakin Anda
memperoleh pengalaman, Anda akan mulai mengenali dan memperluas
implikasi.”

2.2.5.2 Olah Suara

Bahasa hadir dalam bentuk tuturan bunyi, atau Ferdinand de


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Saussure mengistilahkan sebagai parole. Bunyi tersebut terangkai dalam

gugusan morfem yang membentuk kata dan tersusun dalam rangkaian

frasa serta klausa yang membentuk kalimat. Bentuk kebahasaan tersebut

dihasilkan oleh tubuh manusia yang memiliki organ-organ untuk

menghasilkan suara. Senada dengan yang dikatakan oleh Edward Saphir

(dalam Beneditti, 1997: 39), “Tidak terdapat organ bicara yang pantas.

Hanya secara kebetulan terdapat organ yang berguna untuk menghasilkan

kemampuan berbicara”.

Di dalam tuturan bahasa tersebut, terkandung informasi yang hendak

disampaikan oleh penuturnya. Informasi tersusun dalam kata-kata yang

membentuk kalimat. Kemudian, informasi tersebut didukung

pengungkapannya melalui nada dan gestur yang digunakan. Sitorus

(2002: 93) mengatakan, “Sementara kata-kata yang kita ucapkan

membawa informasi yang ingin disampaikan, sikap diri kita tentang

informasi itu disampaikan oleh nadanya”. Maka, terjadilah kolaborasi

komunikasi antara bahasa verbal (aspek linguitik) dengan bahasa

nonverbal (aspek paralinguistik).

Tubuh manusia memiliki beberapa organ yang digunakan untuk

menghasilkan bunyi dan membantu dalam pengucapan bahasa. Muslich

(2008: 34-42) membagi organ tersebut dalam tiga komponen yaitu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

komponen supraglotal, komponen laring, dan komponen subglotal.

Komponen supraglotal berfungsi sebagai lubang resonansi dalam

pembentukan bunyi yang terdiri dari rongga kerongkongan (faring),

rongga hidung, dan rongga mulut. Komponen laring dengan kerja pita

suara berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru,

mulut dan hidung. Komponen subglotal berfungsi untuk mengalirkan

udara ke paru-paru yang terdiri dari paru-paru kiri, paru-paru kanan,

saluran bronkial, dan trakea.

Bunyi atau voice menjadi dasar munculnya tuturan atau speech.

Tuturan inilah yang kemudian menjadi media berkomunikasi

antarmanusia dan menjadi salah satu media dalam berakting. Benedetti

dalam bukunya The Actor At Work (1964: 44) mendefinisikan, “Umat

manusia pernah digambarkan sebagai "binatang yang berbicara".

Kemampuan berbicara merupakan kapasitas yang menakjubkan; sesuatu

yang didasarkan pada kemampuan untuk melambangkan ...”. Selain itu,

Cassier ( dalam Beneditti, 1997: 44) menjelaskan tentang kemampuan

tuturan sebagai berikut,


“Ketika kita berusaha mengikuti bahasa hingga permulaannya
yang paling awal, bahasa tampaknya bukan hanya sebuah tanda
representatif dari suatu gagasan, tetapi juga tanda emosional atas
dorongan panca indra dan rangsangan. Orang jaman dahulu telah
mengetahui bahwa bentukan bahasa ini berasal dari perasaan derita,
suka cita dan rasa sakit ... Ini adalah sumber terakhir yang umum bagi
manusia dan binatang dan oleh karena itu sungguh bersifat "alamiah",
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

sehingga kita perlu kembali, supaya dapat memahami asal-usul


bahasa.”

Tuturan tersebut muncul dari proses artikulasi organ-organ yang

kemudian membentuk bunyi bahasa. Kahan (1991:169) menjabarkan

bahwa dalam speech terdapat empat bagian yang terlibat dalam speech

itu sendiri, yaitu breathing (pernapasan), phonation or the intitial

creation of sound (pembunyian atau penciptaan bunyi), resonation or the

amplifying of the sound (getaran suara atau penguatan suara), dan

articulation or the shaping of intelligible syllables (pembentukan suku

kata agar dimengerti). Dalam tuturan yang memiliki kompleksitas

tersebut, terkandung informasi dan emosi dari si penutur yang kemudian

dalam drama digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan

naskah oleh aktor.

Dialog-dialog dalam naskah drama dihadirkan melalui akting yang

melibatkan proses artikulasi dalam menuturkan dialog. Capaiannya

adalah untuk membawa energi, makna, dan maksud pertunjukan kepada

penonton. Senada dengan penjelasan mengenai tuturan dan emosi,

Sitorus (2002: 109) menjelaskan sebagai berikut,


“Artikulasi adalah alat yang paling ekspresif dari perasaan seorang
aktor tentang situasi sosial. Penekanan terhadap bunyi yang keras dan
menggigit dapat memberikan satu indikasi dari sikapnya. Bunyi
panjang dan lembut dapat juga memberikan satu indikasi dari satu
sikap yang berbeda.” (Sitorus, 2002: 109)

Sitorus juga menambahkan bahwa proses artikulasi dialog tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tidak hanya bersifat tekstual naskah tetapi juga perlu dialami secara riil

sehingga mampu menggugah kemanusiaan penonton terhadap peristiwa

kehidupan yang dimainkan. Sitorus (2002: 98) menjelaskannya sebagai

berikut,
“Jika dia (aktor) menyampaikan dialognya hanya sekadar hasil hafalan
saja, dia mencabut proses kehidupan yang ada dalam kata-kata. Impuls si
karakter untuk mengekspresikan dirinya datang dari suatu kebutuhan atau
dari suatu reaksi, karena kata-kata yang diucapkannya adalah hasil dari satu
proses pemilihan sebelum dia membentuknya menjadi kalimat-kalimat.”

2.2.5.3 Olah Rasa

Mengolah rasa membutuhkan kontrol kesadaran dalam berperan

karena aktor memiliki dua kesadaran dalam dirinya ketika bermain;

kesadaran dirinya sebagai aktor yang sedang memainkan karakter dan

kesadaran dirinya sendiri terlepas dari dunia kepelakonannya. Kahan

menjelaskan dilema aktor di antara konsep situasi kesadaran tersebut

dalam membangun rasa bahwa aktor yang terlalu mendalami emosi

karakter aktingnya akan mengesampingkan bentuk akting yang

dimunculkannya. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut,


“Banyak aktor membiarkan diri mereka terbawa sepenuhnya ke
dalam tokoh yang mereka lakonkan. Secara eksplisit mereka menjadi
individu tersebut, merasakan perasaan dan hasratnya dan sering benar-
benar kehilangan diri dalam peran. Aktor yang terbawa perasaan
biasanya tidak memperhatikan teknik berseni peran terkait dengan
suara atau tubuh ...” (Kahan, 1991: 10).

Sedangkan, emosi diperlukan dalam berakting karena emosi

merupakan roh dalam membangun karakter peran dan juga emosi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

merupakan satu kesatuan dalam tubuh yang tidak dapat dipisahkan.

Beneditti menjelaskan sebagai berikut,


“... kita menyebut perasaan sebagai pengenalan akan suatu kondisi
tubuh yang merupakan respon terhadap situasi eksternal atau dengan
kata lain, bahwa perasaan tersebut merupakan kondisi fisik. ... Pola
fisik ini dengan sendirinya cukup kuat untuk membangkitkan suatu
keadaan emosional di dalam diri jika dilakonkan dengan partisipasi
penuh tubuh dan pikiran ...”. (Benedetti, 1997: 177-178).

Bahan dari seorang aktor untuk memunculkan gerak rasa dan emosi

dalam sebuah pertunjukan adalah naskah. Melalui pemahaman karakter

dalam naskah, aktor mampu memberikan proyeksi emosi sehingga

penonton dapat merasakan proyeksi emosi tersebut dan ikut larut dalam

pertunjukan. Sitorus (2002: 221) menjelaskannya sebagai berikut,


“... Dimulai dengan imitasi fisikal, otot-otot si penonton melalui
hubungan empati mengikuti keadaan fisik si aktor. Lalu karena otot-
otot si penonton memberikan respon yang sama dengan si aktor,
perasaan yang sama timbul dalam diri mereka. Dengan demikian si
penonton merasakan emosi si karakter, bukan dengan hanya
melakukan observasi saja. ...”

Berbicara mengenai emosi dan akting tidak bisa dihilangkan dari

memori emosi manusia terhadap hal-hal yang pernah dialami. Kondisi ini

juga yang membuat emosi yang bisa muncul dapat ditafsirkan secara

berbeda-beda. Misal, ketika orang marah ada banyak cara untuk

mengungkapkannya dan tensi yang akan dibangun. Ada yang marah

dengan cara melotot saja tetapi ada orang yang marah dengan diam saja

sambil mengepalkan tangan. Kondisi yang berbeda inilah yang perlu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

disadari secara manusiawi bahwa hal tersebut muncul karena memori

emosinya. Stanislavski (dalam Benedetti, 1997: 182) menegaskan bahwa

“aktor dapat mengembangkan sejumlah besar ingatan emosi sebagai

sumber daya untuk proses akting, seperti halnya seorang pelukis berlatih

mencampur warna”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif dijelaskan sebagai penelitian yang berupaya untuk

mendefinisikan penilain atau pemaknaan orang lain (Martono, 2014: 23). Dengan

pengertian tesebut, peneliti bersikap subjektif dalam menafsirkan suatu fenomena

yang diambil sebagai bahan penelitian. Hal tersebut dijelaskan dengan ungkapan

Martono (2014: 22) yang menjelaskan penelitian kualitatif secara ontologis

sebagai berikut, “Gejala sosial disusun melalui definisi hasil pemaknaan dan

intepretasi individu secara subjektif”. Dalam konteks penelitian ini, peneliti

memposisikan naskah dan video pementasan Mega-Mega sebagai objek yang

dikaji untuk mendalami perihal struktur dan tekstur drama.

Secara spesifik, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik.

Penggunaan metode deskriptif analitik dilakukan untuk mencari unsur-unsur

formal (struktur) kemudian ditafsirkan. Unsur-unsur formal yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah naskah drama untuk melihat susunan narasi sebelum

dipentaskan, dialog saat pentas, bentuk akting yang dilakukan oleh para aktor dan

didukung oleh piranti-piranti yang mendukung pertunjukan. Ratna (2012: 53)

menjelaskan bahwa deskripsi analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan

fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode deskriptif

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

analitik tersebut, penelitian ini hendak memaparkan intepretasi struktur dan

tekstur drama yang ditemukan dalam pementasan Mega-Mega.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber

primer dan sekunder. Sumber primer penelitian ini adalah video rekaman

pertunjukan lakon Mega-Mega yang dimainkan oleh Prodi Teater Institut

Kesenian Jakarta. Pertunjukan tersebut dimainkan pada 21 Februari 2013 di

Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan video tersebut diunduh dari Youtube. Sumber

sekunder penelitian ini adalah naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer.

3.3 Data

Data dalam penelitan ini berupa dialog-dialog antartokoh, bentuk akting yang

dimainkan aktor untuk membangun tokoh, dan unsur artistik panggung yang

dijadikan referensi dalam menganalisis struktur dan tekstur drama.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Empat tahapan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dari pertunjukan

Mega-Mega karya Arifin C. Noer dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian

Jakarta sebagai berikut.

3.4.1 Mengunduh video rekaman pertunjukan drama Mega-Mega karya

Arifin C. Noer yang dimainkan oleh Prodi Teater Institut Kesenian

Jakarta dari Youtube.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3.4.2 Mencermati sembari mencatat peristiwa panggung yang berupa

peristiwa tutur dalam dialog tokoh maupun antartokoh yang dicurigai

memunculkan struktur dan tekstur drama.

3.4.3 Mencermati sembari mencatat bentuk akting berupa gestur dan cara

melafalkan dialog para tokoh saat bermain di panggung.

3.4.4 Mencermati dan mencatat artistik yang dibangun berdasarkan setting,

tata lampu, musik latar, dan kostum terutama pada bagian-bagian

dialog yang diduga mengandung tekstur drama.

3.5 Teknik Analisis Data

Empat tahap yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian yang sudah

diperoleh:

3.5.1 Mencocokan video rekaman pertunjukan drama Mega-Mega dengan

naskah dramanya untuk pengecekan pengadeganan setelah melalui

intepretasi adaptasi sutradara.

3.5.2 Memenggal bagian dialog-dialog berdasarkan topik pembicaraan

tertentu Pemenggelan dialog tersebut kemudian diberi kode sesuai

dengan babak, adegan dan letak durasi pada video. Kode angka

romawi merujuk pada keterangan babak ke berapa. Kode angka

merujuk pada adegan ke berapa. Sedangkan, bagian setelah tanda

garis miring menandakan durasi menit pada video.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

3.5.3 Mencermati dialog, akting dan lingkungan panggung yang dibangun

dalam pengungkapan dialog antartokoh yang mengandung struktur

dan tekstur drama. Dialog merujuk pada pembangunan struktur dan

tekstur drama. Akting yang dicermati adalah gestur dan cara

melafalkan dialog. Lingkungan panggung yang dicermati adalah

unsur artisitik panggung.

3.5.4 Mengintepretasi dialog, bentuk-bentuk akting dan aspek artistik

panggung untuk menjelaskan struktur dan tekstur drama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Struktur Drama dalam Pementasan Mega-Mega

4.1.1 Gambaran Tokoh

Delapan tokoh akan dibahas dalam subbab berikut. Delapan tokoh

tersebut yaitu Mae, Panut, Retno, Hamung, Koyal, Tukijan, Pemuda dan Mas

Woto. Pemilihan tokoh tersebut dilihat dari dua bahan yang menjadi acuan

penelitian ini yaitu naskah drama Mega-Mega dan video pementasannya. Selain

itu, pembahasan tokoh akan ditilik dari dua sumber yaitu video pementasan dan

juga naskah.

4.1.1.1 Hasil Analisi Tokoh Mae

Gambar 1. Tokoh Mae

Mae diidentifikasi sebagai wanita tua dengan usia sekitar enam

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

puluhan tahun, bahkan merujuk enam puluhan tahun akhir. Dalam dialog,

usia Mae dapat ditafsirkan lebih dari lima puluh tahun yang ditunjukan

dalam dialog Mae berikut, “Saya telah menjalani hidup tidak kurang dari

lima puluh tahun, panjang dan lengang” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi

Adegan kode I.6/13.34). Dalam video pertunjukannya, Usia Mae didukung

dengan tata rias yang penuh kontur kerutan pada kening Mae. Selain itu,

rambut Mae tampak berwarna putih. Kostum Mae juga mengacu pada

rujukan usia enam puluh tahunan dengan mengenakan kebaya cokelat dan

jarik batik yang serba lusuh warnanya.

Mae adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya

walaupun bukan anak kandungnya. Bentuk perhatiannya bermacam-macam

bergantung kepada siapa perhatian itu akan diberikan. Selain itu, Mae

memiliki rasa kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya. Mae takut

jika terjadi apa-apa pada anak-anaknya karena Mae ingin semua anak-

anaknya menjadi orang yang baik. Sikap sayang Mae sebagai ibu bagi

mereka semua ditunjukkan juga dari kutipan dialog ketika khawatir Panut

ikut Mas Woto. Berikut kutipannya, “Mae tak pernah bertanggung jawab.

Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian. Salah satu di antara kalian

sedang menuju ke penjara tanpa disadarinya. Apakah Mae harus diam

saja?” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Mae dapat dilihat sebagai orang yang ada pada kalangan orang tidak

mampu secara ekonomi. Hal itu ditunjukan dengan tempat tinggal Mae

yang berada di beringin Alun-Alun. Selain itu, lingkungan tokoh Mae juga

merupakan orang-orang tidak mampu yang bekerja sebagai pelacur (Retno),

preman (Tukijan), pengamen (Koyal) dan pencopet (Panut).

4.1.1.2 Hasil Analisis Tokoh Panut

Gambar 2. Tokoh Panut

Panut diidentifikasi sebagai seorang pemuda dengan usia sekitar dua

puluhan tahun. Usia Panut yang masih muda dapat dicermati dalam dialog

Mae yang menegur Panut untuk menjadi kuli saja pada dialog berikut,

“Ototmu masih kuat tubuhmu masih utuh” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi

Adegan kode I.5/05.32). Dengan dialog tersebut, Panut ditunjukkan masih

muda dan memiliki tubuh yang kuat. Dari video pementasan, usia Panut

ditunjukkan dengan tata rias Panut yang tidak banyak memiliki kontur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

tegas. Penggunaan kontur yang tidak banyak ini menunjukkan Panut masih

pada tataran usia yang muda. Kostum Panut yang serba lusuh juga

menunjukkan bahwa Panut bukan orang yang mampu.

Panut adalah seorang lelaki yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan

menjadi copet ditunjukan dengan dialog “Saya tidak akan mencopet lagi”

(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Dialog tersebut

menunjukkan bahwa pekerjaan Panut adalah pencopet dan dia ingin

berhenti. Pada akhirnya turut bekerja dengan Mas Woto yang dikenal bukan

orang baik-baik (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).

Panut dapat dilihat sebagai orang yang tidak mampu dan dijelaskan

juga memiliki pekerjaan yang tidak halal, mencopet. Panut ditunjukkan

sering bekerja di lingkungan pasar yaitu pasar Beringharjo. Tempat kerja

Panut di pasar Beringharjo ditunjukkan dengan dialog “Coba di pasar

Bringharjo. Jelas laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saja

pinter dan cekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan” (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Melalui tokoh Mae,

Panut juga dijelaskan sebagai anak yang nakal dan tidak menurut dengan

Mae sebagai Ibu angkatnya (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode

I.9/26.03).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

4.1.1.3 Hasil Analisis Tokoh Retno

Gambar 3. Tokoh Retno

Retno diidentifikasi sebagai wanita pada usia tiga puluhan tahun dan

tidak ada dialog yang mengacu langsung pada usianya. Dari video

pementasan, tata rias Retno tidak mengacu langsung pada usia tiga puluhan

tahun dengan penggunaan kontur yang tipis. Namun, tata rias Retno

menggambarkan secara tidak langsung usia tersebut dengan penambahan

tata rias yang genit untuk menjelaskan profesinya sebagai pelacur. Profesi

ini didukung dengan dialog Retno berikut, “Dan perempuan seperti aku.

Lonte” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34).

Retno adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur dan

memiliki sikap yang keras dalam bertutur kata. Profesi dan sikap keras

Retno ditunjukkan dengan dialog “Banci sintiiing banci sinting banci


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

sintiing! UUuuh! Pasti Mahasiswa dia. Nafsu melimpah uang cuma

serupiah” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34). Dulu,

Retno pernah menikah dan mempunyai anak. Namun, Retno berpisah

dengan suaminya dan anaknya meninggal dunia karena suaminya. Kisah

tragis Retno ditunjukkan dengan dialog sebagai berikut,


“Sejak gadis dulu aku mengidamkan dapat melahirkan anak laki-laki.
Anak itu laki-laki dengan mata yang teduh seperti kolam. Hatiku selalu
bergetaran menyanyi setiap kali bertemu. Tapi makin lama mata itu
makin kering sebab bapaknya tidak pernah melakukan apa-apa. Suatu
ketika aku sakit. (lama diam) Anak itu sakit. Kelaparan. Ia mati. Sejak itu
aku hampir gila oleh perasaan kecewa dan kesal. (diam) Suatu hari
suamiku pulang setelah menuntaskan bergelas-gelas arak. Bukan main
aku marah. Dan sekonyong nasib turut campur. Rumah itu terbakar
(gerahamnya merapat ketat) Setan! Setan!” (lih. lampiran Tabel
Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)

Retno juga menaruh rasa cinta pada Tukijan, seorang lelaki yang

kemudian ia temui. Namun, Retno tidak mudah lagi percaya terhadap lelaki

karena pengalaman masa lalunya yang pahit. Pengalaman traumatik ini

yang kemudian menjadi motivasi dasar Retno takut untuk diajak

bertransmigrasi bersama Tukijan (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan

kode I.11/39.35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

4.1.1.4 Hasil Analisis Tokoh Hamung

Gambar 4. Tokoh Hamung

Hamung diidentifikasi sebagai seorang pemuda pada usia tiga puluhan

tahun. Usia Hamung tidak ditunjukkan dalam kutipan dialog hanya dapat

dicermati dari video pementasan. Hal tersebut ditunjukan dengan tata rias

Hamung yang memiliki garis kontur agak tegas. Selain itu, kostum

Hamung yang mengenakan surjan lurik, celana panjang dan sarung yang

diselempangkan juga mendukung untuk pembangunan karakter pada

tataran usia tiga puluhan tahun.

Hamung adalah orang yang selalu bergantung dengan orang lain dan

oportunis. Hamung selalu saja memanfaatkan Panut dengan selalu memuji

apa yang dilakukan Panut sehingga nanti Hamung mendapat imbalan. Hal

tersebut terlihat pada adegan Hamung yang meminta rokok dengan dialog

sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

HAMUNG : Buat saya?


PANUT : Buat Mas Hamung.
HAMUNG : Nanti dulu, dari siapa rokok itu?
PANUT : Dari……
HAMUNG : (menerima rokok) Jangan teruskan. Tak perlu.
Tak ada bedanya bagi saya. Yang penting rokok.
PANUT : Saya senang.
HAMUNG : Tidak perduli. Yang terang ini rokok mahal.
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.20/01.21.00)

Hamung juga memiliki sikap yang tidak peduli dengan orang lain. Saat

Panut ikut Mas Woto, Hamung hanya diam aja dan terus saja meyakinkan

Mae untuk tidak khawatir. Yang dilakukan Hamung merupakan bentuk rasa

malas Hamung melihat tingkah khawatir Mae yang berlebihan (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).

4.1.1.5 Hasil Analisis Tokoh Koyal

Gambar 5. Tokoh Koyal

Koyal diidentifikasi sebagai seorang pemuda pada usia dua puluhan

tahun. Usia Koyal tidak ditunjukkan secara langsung dalam dialog hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dapat dicermati dari video pementasan. Tata rias Koyal yang tidak penuh

dengan guratan kontur mengacu pada usia yang masih belia. Selain itu,

kostum yang compang-camping dan lusuh menandakan Koyal yang juga

orang tidak mampu secara ekonomi. Properti seruling yang selalu dibawa

Koyal juga menandakan profesi Koyal sebagai pengamen.

Koyal adalah orang yang dianggap tidak waras oleh para tokoh lain

karena kegemarannya mengkhayal. Ketidakwarasan itu ditunjukan dengan

dialog yang diungkapkan oleh Retno dan Hamung sebagai berikut:


RETNO & HAMUNG : Kau menang?
KOYAL : Hampir!
RETNO : Ha?
KOYAL : Hampir! Cuma beda sedikit. Beda satu
(tertawa)
RETNO : Edan.
HAMUNG : Biasa. Kepala penjol otaknya ya penjol.
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)

Koyal punya kesukaan untuk membeli lotre dan berangan-angan menjadi

orang yang kaya. Kegemaran Koyal untuk mengkhayal tersebut dapat

dicermati pada sepanjang babak dua dengan adegan Koyal mengkhayal

dirinya menang lotre lalu membelanjakan uangnya dengan makan guded

serta membeli keraton.

Pembawaan Koyal juga selalu ceria namun Koyal takut kepada Tukijan.

Tukijan Koyal takut kepada Tukijan karena sebenarnya Koyal juga

menaruh ketertarikan pada Retno. Hal tersebut ditunjukkan dengan adegan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Koyal yang mengelus kaki Retno ketika Retno tertidur. Ketakutan Koyal

juga mengacu pada tubuh Tukijan yang lebih besar daripada Koyal (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.18/01.11.31).

4.1.1.6 Hasil Analisis Tokoh Tukijan

Gambar 6. Tokoh Tukijan

Tukijan dapat dilihat sebagai seorang pemuda pada usia tiga puluhan.

Tata rias Tukijan tidak terlalu kuat dengan kontur tetapi perawakan aktor

yang memainkan Tukijan menunjukkan tataran usia tiga puluhan tahun.

Perawakan tiggi, gempal, dan berambut panjang sepundak menggambarkan

lelaki keras pada usia tiga puluhan tahun. Usia dan postur Tukijan tidak

ditunjukkan langsung melalui dialog dalam naskah namun dapat dicermati

dari video pementasan.

Tukijan adalah orang yang keras dan mau berusaha bekerja dengan

halal demi masa depan yang baik (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

kode I.11/39.35). Tukijan juga menaruh perasaan cinta terhadap Retno

bahkan mengajak Retno menikah. Selain itu, Tukijan juga mengajak Retno

untuk turut ikut dia transmigrasi ke Sumatera. Peristiwa tersebut

ditunjukkan dalam dialog berikut:


TUKIJAN : Sama sekali salah kalau orang mengira bahwa niat
saya ini didorong oleh rasa ingin menolong. Kalau
hanya lantaran perasaan itu barangkali tak perlu
sampai-sampai saya harus memperistri kau. Saya
membutuhkan kau. Tak lebih dari itu.
RETNO : (Masih membisu)
TUKIJAN : Impian itu mesti diwujudkan, barulah ada artinya.
RETNO : (cuma memandang laki-laki itu. Itupun cuma
beberapa saat).
TUKIJAN : Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa.
Semuanyya masih bakal. Yang saya miliki hanya
kemauan. Dan lagi kita hanya mendengar bahwa
tanah di seberang penuh kekayaan yang masih
terpendam. Sangat luas. Segalanya masih terpendam.
Segalanya. Di dalam tanah dan di dalam diri kita.
Kalau kita sungguh-sungguh menghendaki, kita harus
mengangkatnya ke permukaan hidup kita. Saya kira
begitu.
RETNO : (kembali memandang lelaki itu).
TUKIJAN : Retno! Kau percaya? Saya tak peduli siapa kau.
Saya hanya membutuhkan kau. Tak lebih dari itu. Saya
tidak tahu tapi betul saya tak akan melakukan apa-apa
seandainya kau tak ada. Itu saja. Itu pun.
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)

Tukijan tidak suka pada Koyal karena Koyal yang selalu mengkhayal

menjadi kaya namun tidak ada usaha realistis untuk menjadi kaya.

Ketidaksukaan Tukijan terhadap khayalan Koyal tersebut dapat dicermati

sepanjang babak dua yang selalu menjawab dengan kesal. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tukijan juga mengetahui bahwa diam-diam Koyal menaruh ketertarikan

pada Retno (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode III.18/01.11.31

dan III.19/01.14.56).

4.1.1.7 Hasil Analisis Pemuda

Gambar 7. Tokoh Pemuda

Pemuda diidentifikasi pada usia dua puluhan tahun dan berprofesi

sebagai mahasiswa. Hal tersebut ditunjukan dengan properti tas yang

digendong di depan dada. Pemuda hanya berlalu-lalang hendak membeli

jasa Retno sebagai pelacur. Pemuda ini hanya sebagai figuran yang lewat

dengan malu-malu.

4.1.1.8 Hasil Analisis Mas Woto

Mas Woto adalah tokoh yang tidak muncul di panggung hanya

suaranya saja yang terdengar dan keberadaannya diceritakan oleh tokoh

lain. Dialog Mas Woto hanya diungkapakan dengan “NUUUUT!! AYO!!”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

dan “Ada makanan! Cepat!” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode

I.9/26.03). Berdasarkan cerita tokoh Mae, Mas Woto memiliki kepribadian

yang buruk karena pekerjaannya bukan pekerjaan yang baik-baik (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03).

4.1.2 Alur

4.1.2.1 Gambaran Alur Lakon Mega-Mega

Mega-Mega karya Arifin C. Noer ini dibagi menjadi tiga bagian.

Dalam naskahnya, setiap bagian diberikan nama-nama tertentu. Bagian

pertama diberi nama “di bawah mega”. Bagian kedua diberi nama “di atas

mega”. Bagian ketiga diberi nama “di atas mega” sama dengan bagian

kedua.

Dalam pementasan Mega-Mega tahun 2013 yang dilakukan oleh Prodi

Teater Institut Kesenian Jakarta, ada beberapa adegan yang dikurangi.

Beberapa adegan pada bagian kedua tidak semua dimainkan seperti adegan

pergi ke toko serba ada dan adegan pergi ke Tawangmangu. Penghilangan

tersebut merupakan bagian dari pilihan sutradara dalam mengadaptasi

naskah ke dalam pertunjukan.

Alur dalam pementasan Mega-Mega ini akan dibagi menjadi empat

bagian besar yaitu perkenalan, konflik, klimas, dan penyelesaian.

Pembagian itu didasarkan pada teori Cohen (2010:33) yang menjabarkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

bahwa pengalaman dramatik menurut Aristoteles yang ada dalam alur

setidaknya dibagi menjadi empat; exposition (perkenalan), conflict

(permasalahan), climax (puncak masalah), denouement (penyelesaian).

Berdasarkan rekaman pementasan Mega-Mega, alur cerita dapat dijelaskan

dengan grafik alur sebagai berikut.

Klimak berada di
babak tiga dari
bagian awal babak Penyelesaian berada
Konflik berada di tiga hingga adegan di babak tiga dari
babak dua sebelum kedatangan adegan Panut
Panut datang hingga Mae
Eksposisi/
menyanyikan lagu
Perkenalan
Lelo Ledung
berada di
babak satu

Grafik 1. Tangga Dramaturgi Lakon Mega-Mega

4.1.2.2 Hasil Analisis Eksposisi atau Perkenalan

Dalam bagian eksposisi atau perkenalan, ada dua bagian yang

terkandung di dalamnya yaitu perkenalan tokoh dan perkenalan konflik.

Dua hal tersebut menjadi bagian penting dalam menjelaskan asal-muasal

permasalahan yang muncul. Perkenalan tokoh memberikan informasi

tentang latar belakang tokoh dan sekaligus menjadi dasar atas respon tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

terhadap peristiwa yang terbangun. Perkenalan konflik memberikan

informasi terhadap penyebab terjadinya suatu masalah. Perkenalan konflik

menjadi konteks ketika memahami perumitan konflik di tengah alur cerita.

Pada pementasan Mega-Mega, bagian eksposisi dijabarkan pada babak

satu atau dari kode adegan I.1/00.45 hingga I.11/39.35. Babak satu ini

menjadi bagian dalam perkenalan tokoh yang ada dalam alur cerita Mega-

Mega yaitu Mae, Retno, Panut, Hamung, Koyal, Tukijan. Perkenalan

mengenai tokoh dan konflik ini yang kemudian akan menjadi referensi

konteks awal dalam pengembangan alur cerita.

Mae diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang ibu walaupun

bukan ibu kandung karena setiap adegan dalam babak satu, Mae selalu

mengayomi tokoh-tokoh yang lain. Hal tersebut ditunjukan dengan sikap

Mae yang selalu menyayangi anak-anaknya walaupun nilai rasa yang

muncul bukan nilai rasa mesra. Selain itu saat adegan yang mengandung

pengenalan konflik, Mae selalu ada untuk menjadi tokoh yang terlibat

dalam peristiwa panggung tersebut.

Retno diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang pelacur yang

memiliki masa lalu yang menyakitkan dan seorang wanita yang ragu untuk

jatuh cinta karena latar masa lalunya. Profesi Retno ditunjukan dengan

adegan Pemuda yang masuk ke panggung lalu seketika Retno menawarkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

diri untuk mampir. Sedangkan masa lalu yang menyakitkan Retno

ditunjukkan melalui adegan Retno yang kemudian menceritakan tentang

kematian anaknya kepada Mae. Bagian wanita yang ragu untuk jatuh cinta

ditunjukkan ketika Tukijan tiba-tiba datang menghampirinya, Retno

mengatakan isi hatinya lalu meninggalkan Tukijan. Semua adegan tersebut

kemudian juga menjadi bagian perkenalan konflik pada tokoh Retno.

Panut diperkenalkan latar penokohannya sebagai seorang pemuda yang

menghalalkan segara cara untuk mencari uang dan tidak pernah patuh pada

Mae. Penokohan Panut secara eksplisit ditunjukan dengan adegan pertama

kali Panut memasuki panggung, Panut langsung menipu Mae dengan pura-

pura bisu. Lalu, Panut menceritakan bahwa dirinya memiliki kesialan

dalam hal mencopet. Pada akhirnya, Panut memutuskan untuk menjadi

seorang maling dan ikut Mas Woto. Mae telah menasihati dan

memperingatkan Panut berkali-kali, tetapi tak satu pun diperdulikan oleh

Panut.

Koyal diperkenalkan latar penokohannya sebagai pemuda yang sangat

gila dengan lotre dan uang sehingga seluruh hidupnya hanya dicurahkan

untuk main lotre agar dapat banyak uang. Ketidakwarasan Koyal

ditunjukkan dengan obrolan para tokoh tentang ke-edan-nan Koyal

sebelum Koyal masuk ke panggung. Kemudian, adegan pertama Koyal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

masuk panggung adalah Koyal masuk dengan gembira karena ia hampir

menang lotre. Seluruh aktor yang dipanggung, kecuali Panut dan Tukijan,

merasa gembira karena mengira Koyal menang lotre tetapi ternyata hanya

hampir menang. Bagian perkenalan konflik ini yang menjadi tonggak

penting dalam bagian konflik di babak dua karena pada bagian konflik

sudut pandang Koyal yang dipakai.

Hamung diperkenalkan latar penokohannya sebagai orang yang selalu

mengambil jalan aman dan selalu mengambil untung. Ketika Hamung

masuk panggung, ia langsung memaki-maki Tukijan karena tidak jadi

berangkat ke Sumatra untuk ikut program transmigrasi. Peristiwa tersebut

dapat diasumsikan bahwa Hamung ikut Tukijan tetapi Tukijan yang harus

berangkat terlebih dahulu supaya Hamung tidak menjadi yang pertama.

Yang kedua, ketika Koyal masuk dan memberitahu bahwa ia hampir

menang lotre, Hamung hanya mengiyakan saja agar Koyal gembira.

Referensi inilah yang kemudian akan ditegaskan dalam bagian konflik dan

klimaks pada bagian selanjutnya.

Tukijan diperkenalkan latar penokohannya sebagai lelaki yang bersifat

keras. Namun di balik itu, Tukijan lelaki yang mencintai Retno apa adanya.

Sifat keras Tukijan ditunjukan dengan respon takut Koyal dan Hamung

yang memilih untuk pergi ketika tahu Tukijan akan datang. Tukijan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

diasumsikan ditakuti oleh tokoh-tokoh lain kecuali Retno. Kemudian,

kedatangan Tukijan pertama kali ke panggung hanya untuk

mengungkapkan perasaannya kepada Retno yang hendak mengajak

menikah Retno dan membawanya ke Sumatera, walaupun kemudian

ditinggal pergi oleh Retno.

4.1.2.3 Hasil Analisis Konflik

Konflik yang terjadi di dalam pementasan Mega-Mega ini ditunjukkan

dalam babak dua. Konflik tersebut dihadirkan melalui sudut pandang Koyal

yang sedang mengkhayal tentang kemenangannya main lotre. Konflik yang

terbangun dalam babak dua ini masih terbagi menjadi dua bagian besar

yaitu Koyal yang masih ada pada realitas dengan bermonolog dan khayalan

Koyal yang membayangkan dirinya dengan beberapa tokoh dalam suatu

peristiwa imajiner.

Konflik bagian pertama dibuka dengan adegan monolog Koyal yang

sedang membicarakan lamunan kemenangannya pada bulan, rumput dan

beringin tua. Koyal bercerita tentang pengalaman yang sudah dilaluinya

yaitu hampir menang lotre. Setelah mengecek kertas lotrenya, khayalan

menangnya pun muncul. Koyal sangat gembira hingga menari-nari dan itu

ditunjukan dengan tarian dengan gerak yang diperlambat lalu menjadi cepat

lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Setelah bersenang ria sendiri, Koyal merasa kesepian karena

kesenangannya hanya dirayakannya sendiri. Hal tersebut ditunjukkan

dengan dialog, “melamun sendiri ternyata tidak enak”. Lalu, Koyal

membangunkan yang lain agar turut bergembira dengannya. Mae, Retno

dan Hamung langsung percaya dengan Koyal tetapi tidak dengan Tukijan

yang justru marah ketika dibangunkan dari tidurnya.

Dalam bagian kedua konflik ini terdapat tiga adegan khayalan yang

dibangun oleh Koyal. Ketika seluruhnya sudah bangun dari tidur masing-

masing, Koyal mengajak pergi ke bank untuk menukar lotre dengan uang.

Setelah mendapatkan penjelasan bahwa bukti kemenangan lotre itu dapat

dijadikan alat pengganti uang, mereka semua pergi ke pasar untuk makan

gudeg. Selesai makan, Koyal berkhayal untuk membeli keraton dan seluruh

isinya sehingga Koyal yang menjadi raja. Pada bagian kedua ini, tata

panggung yang menjadi penanda imajinasi Koyal adalah permainan lampu

yang berubah dari latar biru sebagai malam menjadi cahaya yang gemerlap

dengan warna jingga dan ungu. Selain itu, beberapa gerak tari yang diikuti

oleh nyanyian juga menjadi penanda pergantian tempat yang ingin

dihadirkan dalam adegan.

Babak dua menjadi representasi keingainan tiap tokoh pada situasi

ideal mereka masing-masing. Semua tokoh berangan-angan dalam bingkai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

khayalan Koyal. Hanya Tukijan saja yang masih waras dan menjadi simbol

realitas yang riil, bahwa kehidupan itu memang sulit dan kejam. Khayalan

ideal tersebut kemudian saling beradu dengan realitas yang berbeda jauh

sehingga memunculkan konflik dalam lakon Mega-Mega.

4.1.2.4 Hasil Analisis Klimaks

Klimaks dalam pementasan Mega-Mega ditunjukan dari bagian awal

babak tiga hingga tengah babak tiga. Adegan pembuka yang merujuk pada

klimaks yaitu Koyal ketahuan oleh Tukijan ketika menyentuh paha Retno.

Setelah ketahuan, Tukijan langsung marah terhadap Koyal dan kemudian

membangunkan setiap tokoh yang sedang tidur.

Adegan tersebut yang memantik respon setiap pemain yang kemudian

menjadi penegas setiap rangkaian peristiwa yang sebelumnya telah

dibangun. Tukijan langsung marah dan mengamuk terhadap tingkah Koyal.

Puncaknya adalah Tukijan menyobek lembaran lotre Koyal. Koyal yang

diperlakukan seperti itu menjadi sakit hati dan langsung pergi

meninggalkan panggung. Retno juga turut pergi ketika Tukijan bertanya

perihal sabuk Tukijan yang dimiliki Koyal karena Retno yang memberikan

sabuk pada Koyal. Mae, Tukijan, dan Hamung kemudian yang tersisa di

panggung.

Hamung mengungkit-ungkit lagi peristiwa Tukijan yang mengejek dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

merobek kertas lotre Koyal. Tukijan tersinggung dengan ucapan Hamung.

Bagi Tukijan, tindakan Koyal adalah tindakan yang tidak masuk akal. Bagi

Hamung, tindakan Tukijan tidak dapat diterima olenya karena merebut

kebahagian orang lain. Tukijan dan Hamung berkelahi karena Hamung

tidak suka dengan tingkah Tukijan.

Mae mencoba melerai Hamung dan Tukijan tapi percuma. Mae

kemudian hanya bisa menangis. Ternyata, tangisan Mae mampu

menghentikan perkelahian di antara Tukijan dan Hamung. Mae hanya terus

menasihati bahwa saat itu bukan saat yang tepat untuk berkelahi karena

malam sura, malam penuh berkah. Beberapa saat setelah dilerai, Tukijan

tiba-tiba pergi meninggalkan Mae dan hanya menyisakan Mae serta

Hamung di panggung.

4.1.2.5 Hasil Analisis Penyelesaian

Bagian penyelesaian ini muncul di tengah babak tiga. Bagian

penyelesaian ini melanjutkan pula bagian dari akhir klimaks. Pada bagian

penyelesaian ini terdapat juga dua bagian sebagai awalan dari penyelesaian

dan akhir. Awalan penyelesaian pada babak tiga ini ditandai dengan adegan

masuknya Panut yang dengan gembira menawarkan rokok yang baru saja

didapatkannya. Lalu, Retno dan Tukijan yang berpamitan dengan Mae

untuk pergi ke Sumatera. Bagian akhir penyelesaiannya adalah monolog


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Mae tentang kesepian kemudian menggendong boneka bayinya sambil

menyanyi lagu Lelo Ledung.

Awalan peneyelesaian dimulai saat Hamung menjadi gembira karena

Panut datang membawa rokok yang banyak padahal sebelumnya Hamung

sedang kesal setelah berkelahi dengan Tukijan. Hanya Mae yang masih

menyimpan perasaan tidak gembira, terbukti dengan isak tangis yang

belum selesai. Selain itu, Mae meminta rokok Panut, mencicipinya, lalu

membuangnya sembari berkata, “pahit! Semua terasa pahit!”.

Panut tersinggung dengan perlakuan Mae bukan karena membuang

rokok tetapi karena Mae mengatakan perihal mencuri. Panut merasa

tertuduh padahal Mae tidak mengatakan Panut mencuri. Puncak rasa

tersinggung Panut diungkapkan dengan hendak memukul Mae tetapi tidak

jadi lalu Panut menghampiri Hamung.

Setelah kejadian Panut dengan Mae, Hamung ingin pamit pergi kepada

Panut tetapi tidak pamit pada Mae. Hamung meminta rokok dan uang Panut

sebagai bekalnya melakukan perjalanan jauh. Mae melarang Panut untuk

memberikan uangnya pada Hamung karena Mae tahu bahwa Panut sedang

dibodohi. Panut tidak menuruti Mae dengan mengucapkan “Mae bukan ibu

saya!” dan begitu saja memberikan rokok serta uang pada Hamung.

Hamung pun setelah menerima langsung pergi begitu saja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Mae semakin sakit setelah melihat perkelahian anak-anaknya lalu

ditambah dengan tingkah Panut. Mae kemudian hanya menangis di bawah

pohon beringin. Setelah Hamung pergi, Panut mencoba minta maaf tetapi

Panut malah semakin tersinggung dengan jawaban-jawaban yang

dilontarkan Mae. Akhirnya, Panut pergi begitu saja meninggalkan Mae.

Rangkaian penyelesaian selanjutnya adalah adegan Retno dan Tukijan

yang kemudian pamit hendak pergi ke Sumatera. Pada awalnya, Retno ragu

untuk ikut pergi karena tidak ingin meninggalkan Mae sendirian. Mae

kemudian menyakinkan bahwa Mae akan turut bahagia melihat anaknya

juga bahagia. Lalu, pergilah Retno dengan Tukijan dan menyisakan Mae

seorang diri di panggung.

Mae merasa kehilangan dan kesepian karena pada akhirnya semua

pergi meninggalkan dirinya. Lalu, Mae menghampiri boneka bayinya dan

mencoba menghibur diri dengan menceritakan perasaan hatinya. Ungkapan

yang paling miris dari Mae sebagai puncak penyelesaian adalah kalimat

“kita tidak pernah mendapatkan tetapi selalu merasa kehilangan”. Adegan

terakhir ini pun ditutup dengan nyanyian Lelo Ledung.

4.1.3 Hasil Analisis Tema

Tema besar pementasan Mega-Mega adalah penggambaran kerinduan

orang miskin untuk menuju kesejahteraan hidup dengan cara mereka masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

masing. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemilihan tokoh, penokohan, latar,

dan pilihan-pilihan akting yang merujuk pada kehidupan kaum marjinal.

Keadaan tiap tokoh tersebut juga dapat dilihat dari penjelasan penokohan dan

juga penjelasan alur bagian perkenalan. Kehidupan mereka sederhana, hanya

tidur di bawah pohon beringin dan beralaskan koran ataupun kardus.

Gambar 8. Situasi panggung pementasan Mega-Mega

Orang kecil atau kaum marjinal tersebut digambarkan pula selalu berangan-

angan dengan konsep ideal yang hendak mereka capai. Mereka selalu berpikir

tentang kemakmuran. Penegasan konsep tersebut ditunjukkan dengan setiap

tokoh yang selalu membicarakan konten tentang cara mencukupi kebutuhan

hidup dan bahkan berpikir tentang cara untuk menjadi kaya. Secara eksplisit,

adegan-adegan pada babak dua menggambarkan isi khayalan orang miskin

tentang kemakmuran dan kekayaan.

Perihal khayalan orang miskin tersebut juga dapat dicermati dari judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

lakon Mega-Mega. Mega-Mega artinya awan-awan yang berasal dari bahasa

Jawa. Awan diasumsikan sebagai sesuatu yang tinggi. Selain itu didukung juga

dengan pemilihan nama tokoh Koyal, yang dapat didekatkan dengan khayal.

Kunci penting Koyal untuk merepresentasikan khayalan ini ada pada babak dua

di mana setiap tokoh masuk dalam khayalannya yang menjadi orang kaya.

Subtema kecil yang dapat ditafsirkan adalah tentang rasa kesepian kaum

marjinal dengan ilusi kemakmuran. Rasa kesepian yang dimaksud adalah

adanya afeksi-afeksi yang sengaja ataupun tanpa sengaja terepresi dengan ilusi

kemakmuran. Konsep sepi yang dimaksud dapat dicermati dengan sudut

pandang Mae yang selalu menanggapi seluruh isi pembicaraan para tokoh

dengan perspektif merawat kehidupan.

Mae memberikan teguran pada Panut tentang pilihannya untuk melakukan

pekerjaan yang tidak halal. Mae memberikan pertanyaan relfeklif pada Retno

seputar luka masa lalunya dan perasaannya pada Tukijan. Mae tetap

menyanyangi Koyal walaupun dia dianggap gila. Mae menasihati Hamung

untuk tidak membodohi Koyal. Mae juga membantu Tukijan untuk menetapkan

hati berangkat bersama Retno. Semua hal tersebut dilakukan Mae sebagai

bentuk mempertahankan pemaknaan hati nurani di tengah tekanan kebutuhan

untuk bertahan hidup dan ilusi kemakmuran yang dibangun oleh masing-masing

tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Sebagai penyimpul subtema, kutipan dialog Mae pada bagian akhir, “kita

tidak pernah mendapatkan tetapi selalu merasa kehilangan” (lih. Tabel

Klasifikasi Adegan kode III.22/01.37.34). Sebuah kutipan yang merangkum

seluruh alur yang dibangun dari awal. Setiap tokoh memiliki harapan sebagai

orang kecil dan itu berbeda-beda tergantung latar tokoh. Namun pada akhirnya,

mereka tidak mendapatkannya. Semua hanya tesisa sebagai harapan yang terus

saja diimpikan, malah mereka selalu merasa kehilangan dengan apa yang

mereka kejar.

4.2 Tekstur Drama dalam Pementasan Mega-Mega

4.2.1 Mood Kesal

Kesal, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam

kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. mendongkol; sebal; 2.

kecewa (menyesal) bercampur jengkel; 3. tidak suka lagi; jemu. Pada data

yang ditemukan oleh peneliti, tekstur kesal dapat dicermati dari dialog,

spectacle dan mood pada kode adegan I.5/05.32.

4.2.1.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan I.5/05.32, adegan yang ditunjukan adalah

peristiwa Panut menceritakan kegiatannya di pasar. Tokoh yang terlibat di

panggung ada dua yaitu Panut dan Mae. Namun tokoh yang lebih

menjadi sorotan adalah Panut. Topik pembicaraan antara Mae dan Panut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

yaitu kesialan Panut ketika mencopet di pasar karena Panut ketahuan saat

melancarkan aksi mencopetnya.

4.2.1.2 Hasil Analisis

Mood kesal yang muncul dalam adegan ini ditandai dengan peristiwa

Panut yang menceritakan kekesalannya karena gagal mencopet di pasar

Beringharjo. Kedatangannya yang buru-buru memberikan tanda pada

Mae bahwa terjadi sesuatu pada Panut. Kemudian, kekesalan Panut mulai

tampak setelah Mae menegur Panut atas pekerjaan yang dilakukannya

yaitu mencopet. Mae menegur dengan mengungkapkan dialog, “Berapa

kali Mae bilang? Tidak usah kau belajar mencopet. Tidak baik“ (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Dialog tersebut

menjadi pemantik Panut menceritakan peristiwa kesialannya.

Panut kemudian menanggapi ujaran Mae dengan menceritakan

pengalaman mencopet handphone seorang bapak di pasar Beringharjo.

Panut menceritakan dengan kesal secara langsung dengan penggunaan

diksi ‘jengkel’ pada tuturan “Sudah dua tahun saya berlatih tapi tak

pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel?” (lih. lampiran

Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32). Selain itu, tekstur kesal

ditunjukan secara tidak langsung dengan menceritakan detil pengalaman

mencopetnya pada dialog;


“Pada diri saya sendiri. Coba di pasar Bringharjo. Jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saja pinter dan
cekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan. Tapi tangan
saya gemetaran. karena gemetar rusak segalanya. Handphone
sudah ditangan tapi kaki sukar dilangkahkan. Terpaksa
handphone itu saya kembalikan ketika mata laki-laki itu melotot
dan segera saya menghilang.” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.5/05.32).
Melalui dua penggalan dialog tersebut, kekesalan Panut bukan

ditujukan pada orang lain tetapi pada dirinya sendiri. Panut merasa kesal

karena nasibnya selalu saja tidak baik ketika mencopet. Hal tersebut

ditegaskan dengan dialog antara Mae dan Panut. Mae melontarkan

pertanyaan “Jengkel pada siapa?” dan disahut oleh Panut, “Pada diri

saya sendiri.... “(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32).

Gambar 9. Panut datang menceritakan kekesalannya


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)
(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)

Secara spectacle, kekesalan Panut ditunjukan dengan pergerakan

Panut yang berjalan menjauh dari Mae dan tidak menatap Mae. Jarak

yang dibangun antara Panut dan Mae memberikan kesan bahwa Panut

awalnya ingin menyimpan kekesalannya sendiri. Namun akhirnya, Panut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

bercerita kepada Mae.

Kening yang dikerutkan dan bibir yang sedikit manyun ke depan.

Tangan Panut memainkan tidak bisa tenang dengan terus bergerak dan

kadang memainkan kaosnya. Spectacle ini terlihat pada dialog berikut,

“PANUT : Soal baik tidaknya saya tidak peduli. Soalnya tangan ini. Sial. Sudah

dua tahun saya berlatih tapi tak pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak

jengkel. MAE : Jengkel pada siapa?” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi

Adegan kode I.5/05.32).

Gambar 10. Panut menceritakan kesialannya ketika mencopet di pasar


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.5/05.32)

Selain itu, kekesalan Panut juga ditunjukkan dengan Panut kembali

duduk di dekat Mae setelah tadi menjauh dari Mae. Pada dialog “Artinya

kalau saja pinter dan cekatan tentu handphonenya sudah saya dapatkan.

Tapi tangan saya gemetaran. karena gemetar rusak segalanya.

Handphone sudah ditangan tapi kaki sukar dilangkahkan. Terpaksa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

handphone itu saya kembalikan ketika mata laki-laki itu melotot dan

segera saya menghilang”(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode

I.5/05.32), Tangan Panut masih saja tidak bisa diam dan memberikan

gestur yang menjadi reka ulang kejadian di pasar. Saat bercerita tentang

tangannya, nada bicara Panut jadi tinggi ditambahkan gestur nafas yang

tersengal-sengal.

4.2.2 Mood Sedih

Sedih, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam

kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. merasa sangat pilu di

hati; susah hati 2. menimbulkan rasa susah (pilu dsb) dl hati; duka. Pada data

yang ditemukan oleh peneliti, tekstur sedih dapat dicermati dari dialog,

spectacle dan mood pada kode adegan I.6/13.34.

4.2.2.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan I.6/13.34, adegan yang ditunjukan adalah

peristiwa Mae menceritakan perihal kemandulannya. Tokoh yang terlibat

di panggung ada tiga yaitu Panut, Retno dan Mae. Namun, tokoh yang

lebih menjadi sorotan adalah Mae dibantu dengan respon yang diberikan

Retno. Topik pembicaraan antara Mae dan Retno yaitu rasa sedih Mae

yang tidak pernah bisa mengandung dan mempunyai anak dari rahimnya

sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

4.2.2.2 Hasil Analisis

Dialog yang menunjukkan kesedihan Mae merujuk pada tanggapan

Mae atas cerita Retno. Kesedihan akan diri Mae yang Mandul kemudian

berkembang menjadi rasa sepi Mae yang tidak memiliki anak. Hal itu

ditunjukan dalam beberapa dialog antara Retno dan Mae sebagai berikut;
RETNO : Mae memang mandul.
MAE : (marah) Saya tahu! Tahu! Tahu! Saya tahu!
(menangis dan mengusap-usap matanya)
MAE : (seraya menangis) Setiap orang dijagat raya.
Semuanya. Seluruh isi jagat. Semut-semut pun tahu
saya perempuan mandul. Tapi tidak sepatutnya kau
berkata begitu dihadapan saya. (lih. lampiran Tabel
Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)
Rasa sedih Mae tidak ditunjukkan secara verbal dalam tautan dialog

yang diucapkan antara Mae dan Retno. Kesedihannya ditunjukkan

melalui cerita tentang kemandulan Mae yang dilebih-lebihkan serta

penegas dengan ucapan “Tapi tidak sepatutnya kau berkata begitu

dihadapan saya “. Kemudian kesedihan Mae berkembang menjadi cerita

tentang rasa sepinya yang dirujuk pada dialog;


“(makin reda tangisnya) Saya kesepian. Saya sungguh-
sungguh kesepian sebagai perempuan. Tidak itu saja. Bahkan
saya sangat kesepian sebagai manusia. Sampai-sampai saya
sangsi pada diri saya sendiri. Sampai-sampai saya tidak tahu
lagi dimana saya ini berada. Betul-betul seperti mimpi. Mimpi
yang sangat buruk! Kalau sampai pada tempat itu alangkah
ngerinya. Saya tidak lagi dapat melihat apa-apa. Saya mulai
menyangsikan semuanya. Saya sangsi apakah saya ada atau
tidak ada. Atau apakah yang ada dan apa yang tidak ada.
Apakah saya yang ada dan yang lain tidak ada. Atau apakah
yang lain ada dan saya tidak ada. apakah….tak taulah!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Seluruhnya hanyalah jalanan panjang yang lengang tak


berujung. Sementara tapak kaki mulai kabur.(diam) Segala yang
hidup disibuki oleh tugas kewajibannya masing-masing. Tapi
Mae…perempuan kertas yang dipinjami nyawa cuma. Tersia dan
disingkirkan dimana-mana.” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.6/13.34).

Gambar 11. Mae sedang menenangkan Retno yang menangis


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)

Secara spectacle, tempo jalan Mae menjadi melambat lalu duduk di

samping Retno. Suara Mae lembut namun memunculkan kesedihan. Di

kalimat “Tidak pernah sekalipun melahirkan anak”, nada suara Mae

mulai bergetar menahan tangis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Gambar 12. Mae tersinggung lalu mengeluarkan segala kesedihannya


sebagai seorang wanita mandul (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
kode I.6/13.34)

Ketika dijawab Retno “Mae memang mandul!”, Mae menjauh dari

Retno yang tadinya duduk berdekatan. Nada bicara Mae semakin tinggi

sambil nafas tersengal-sengal. Mae pun mulai menangis sambil teriak-

teriak kepada Retno. Bentuk teriak-teriak ini adalah wujud luapan

kesediahan Mae yang tiba-tiba keluar dengan rangsangan dari dialog

Retno. Walaupun sepintas luapan Mae tampak seperti marah, kesan sedih

lebih dominan muncul sebagai ekspresi yang diungkapkan oleh Mae (lih.

lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Gambar 13. Mae menangis karena tersinggung ungkapan Retno


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.6/13.34)

Di kalimat “Tapi tidak sepatutnya kau berkata begitu di hadapan

Mae”, tempo bicara Mae melambat dan masih tetap menangis. Lalu Mae

menuju bagian belakang panggung dan duduk di dekat beringin sambil

masih menangis tidak mau menatap Retno.

4.2.3 Mood Senang

Senang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam

kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. puas dan lega, tanpa

rasa susah dan kecewa; 2. betah; 3. berbahagia (tidak ada sesuatu yg

menyusahkan, tidak kurang suatu apa dl hidupnya); 4. suka; gembira; 5.

sayang; 6. dalam keadaan baik; 7. mudah; serba mudah; praktis. Pada data

yang ditemukan oleh peneliti, tekstur senang dapat dicermati dari dialog,

spectacle dan mood pada kode adegan I.10/28.36.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.2.3.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan I.10/28.36, adegan yang ditunjukan adalah

peristiwa Koyal hampir menang lotre. Tokoh yang terlibat di panggung

ada empat yaitu Koyal, Hamung, Retno dan Mae. Namun, tokoh yang

lebih menjadi sorotan adalah Koyal dibantu dengan respon yang

diberikan Retno, Mae dan Hamung. Topik pembicaraan yang ada pada

adegan ini yaitu cerita Koyal bahwa dirinya membeli lotre yang

angkanya hampir mirip dengan pengumuman di koran, hanya berbeda

angka terakhirnya.

4.2.3.2 Hasil Analisis

Mood senang yang muncul dalam adegan ini ditandai dengan

peristiwa kedatangan Koyal yang mengabarkan bahwa dirinya hampir

menang lotre. Adegan diawali dengan teriakan kegembiraan Koyal yang

tiba-tiba masuk ke dalam panggung. Kedatangan Koyal seketika

membuat seluruh nuansa para tokoh lain menjadi turut gembira. Lalu,

kabar kemenangan itu dilanjutkan dengan cerita Koyal dari ia menyobek

koran umum yang ada di depan Gedung Agung hingga perbedaan tipis

angka lotrenya.

Dialog Koyal yang merujuk pada tekstur senang secara tidak

langsung terdapat dalam penggalan dialog berikut; “Kau lihat, Mung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Pada koran ini tertulis : “hadiah seratus miliar pada nomer 432480,”,

sedangkan punyaku 432488. Ha, beda satu, kan? Hampir aku menang.

Betul tidak?” (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36).

Dalam penggalan tersebut, tekstur senang ditunjukkan dengan penegasan

bahwa Koyal hampir menang hanya berbeda satu angka di belakang.

Dengan kondisi itu, Koyal sudah merasa sangat senang dan berupaya

terus agar menang.

Pada penggalan dialog “Betul! Malam berkah melimpah. Lihatlah

kedua tanganku. Di tangan kiri, lembaran lotre. Di tangan kanan

sobekan koran! Kalian tahu? Aku telah menyobek koran yang terpasang

di muka gedung Agung. Aku terlalu girang. Aku sobek saja koran itu. Tak

peduli!” (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36), rasa

senang dirujuk secara langsung oleh Koyal dengan menggunakan diksi

‘girang’ pada kalimatnya. Rasa senang Koyal itu karena Koyal melihat

pengumuman di koran hampir sama dengan kertas lotre yang

dipegangnya. Pada akhirnya karena terlalu senang, Koyal menyobek

kertas koran tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Gambar 14. Koyal masuk dari bagian depan panggung


(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)

Secara spectacle, tekstur senang Koyal ditunjukan dengan teknik

muncul Koyal. Koyal berlari dari bagian penonton menuju bagian

panggung dekat dengan tiang lampu sambil tertawa-tawa. Koyal

melompat-lompat tampak kegirangan sambil tangan kanannya membawa

sobekan koran dan tangan kirinya membawa sebuah kertas lotre.

Gambar 15. Koyal menceritakan bahwa ia hampir menang pada Hamung


(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.10/28.36)

Koyal berlari menuju Hamung sambil tertawa senang. Mimik Koyal


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

selalu tersenyum. Koyal menuju ke arah Hamung untuk menunjukan apa

yang dibawanya. Sobekan koran dan kertas lotre selalu dipegang erat

oleh Koyal untuk menandakan bahwa itu sangat berharga. Tempo bicara

Koyal cepat dan menggunakan warna suara yang riang. Gerak tubuh

Koyal juga menggunakan tempo yang cepat sehingga merujuk pada

kegembiraan Koyal yang berlebih.

Gambar 16. Koyal menutupi senyumannya dengan koran yang berisi


pengumuman nomor lotre (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan
kode I.10/28.36)
Pada lanjutan dialog berikutnya untuk menunjukkan rasa senang,

Koyal menutupi senyumnya dengan sobekan koran. Kemudian Koyal

juga memberikan gestur menari-nari kecil. Seluruh gestur tubuh Koyal

digerakkan dengan tempo cepat. Pada dialog “100 milyar” dan nomor

lotre Koyal, nada yang digunakan Koyal diberi penekanan dengan

berteriak.

4.2.4 Mood Khawatir

Khawatir, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

dalam kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai takut (gelisah,

cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Pada data yang

ditemukan oleh peneliti, tekstur khawatir dapat dicermati dari dialog,

spectacle dan mood pada kode adegan I.9/26.03.

4.2.4.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan I.9/26.03, adegan yang ditunjukan adalah

peristiwa Mae khawatir terhadap Panut. Tokoh yang terlibat di panggung

ada dua yaitu Mae, Hamung, Retno dan Panut. Namun, tokoh yang lebih

menjadi sorotan adalah Mae. Topik pembicaraan Mae yang ada pada

adegan ini yaitu kekhawatiran Mae karena Panut pergi bersama Mas

Woto. Sedangkan, Mae menilai Mas Woto bukan orang yang baik-baik.

4.2.4.2 Hasil Analisis.

Mood khawatir Mae tidak diungkapkan secara eksplisit oleh Mae.

Ungkapan langsung yang merujuk pada rasa khawatir Mae justru

dimunculkan oleh Retno dan Hamung sebagai tanggapan dialog Mae.

Bahkan, tanggapan Retno mengandung diksi ‘khawatir’ yang merujuk

langsung pada perasaan Mae. Berikut kalimat yang menunjukan

kekhawatiran Mae dengan timpalan Retno dan Hamung;

MAE ` : Dia pasti mendapat celaka! Pasti mendapat


celaka! Tapi memang dia masih bocah. Bukan
salahnya.
HAMUNG : Jangan pedulikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

MAE : Dia tidak bersalah. Dia masih bocah. Setiap


orang harus…….
HAMUNG : Sama sekali tak ada salahnya. Tak ada yang salah.
MAE : Orang tuanya yang salah. Tapi siapa orang
tuanya? Di sini saya orang tuanya. Jadi saya yang
bersalah. Seharusnya saya terus menahannya.
HAMUNG : Tak ada gunanya.
RETNO : Mae tak usah terlalu susah.
MAE : Siapa bilang? Mae tak pernah bertanggung jawab.
Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian.
Salah satu di antara kalian sedang menuju ke
penjara tanpa di sadarinya. Apakah Mae harus
diam saja?
RETNO : Mae tak usah khawatir. Saya tak akan
meninggalkan Mae (lih. Lampiran Tabel Klasifikasi
Adegan kode I.9/26.03).
Melalui cuplikan dialog tersebut, kekhawatiran Mae dapat dijelaskan

dengan ketakutan Mae terhadap pilihan Panut yang mengikuti Mas Woto.

Bagi Mae, Mas Woto itu bukan orang yang baik-baik. Hal tersebut

ditunjukan dengan kalimat tidak langsung sebagai berikut; “Salah satu di

antara kalian sedang menuju ke penjara tanpa disadarinya” (lih.

Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03). Dengan kalimat itu,

logika yang muncul adalah jika Panut ikut Mas Woto pasti akan masuk ke

penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Gambar 17. Mae memandan ke arah Panut keluar


(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03)

Secara spectacle, tekstur khawatir Mae ditunjukkan dengan Mae

melihat ke arah keluar Panut. Mae bergerak dengan cepat dan mondar-

mandir seperti orang kebingungan. Warna suara Mae agak tinggi dan

berbicara dengan cepat. Semua itu adalah respon spontan Mae ketika

Panut pergi tiba-tiba.

Gambar 18. Mae khawatir dan menunjuk ke arah Panut keluar


(lih. Lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.9/26.03)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Pada bentuk gestur selanjutnya, warna suara Mae agak tinggi dan

berbicara dengan cepat. Mae sesekali menunjuk dan melihat ke arah

Panut keluar. Kening Mae dikerutkan dan juga bibir Mae ditekukkan ke

bawah. Suara Mae sedikit bergetar seperti ingin menangis.

4.2.5 Mood Marah

Marah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam

kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai sangat tidak senang

(karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dsb); berang; gusar. Pada data

yang ditemukan oleh peneliti, tekstur marah dapat dicermati dari dialog,

spectacle dan mood pada kode adegan II.13/46.54.

4.2.5.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan II.13/46.54, adegan yang ditunjukan adalah

peristiwa Tukijan yang memarahi Koyal. Tokoh yang terlibat di

panggung ada lima yaitu Tukijan, Hamung, Koyal, Mae dan Retno.

Namun, tokoh yang lebih menjadi sorotan adalah Tukijan yang terus

diberi tanggapan oleh Koyal. Topik pembicaraan Tukijan yang ada pada

adegan ini yaitu kemarahan Tukijan akibat dibangunkan Koyal hanya

untuk hal yang tidak penting bagi Tukijan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

4.2.5.2 Hasil Analisis

Mood marah Tukijan juga ditunjukkan secara tidak langsung. Dialog-

dialog Tukijan yang merujuk tekstur marah diungkapkan dalam bentuk

umpatan terhadap Koyal. Dialog-dialog seperti “Diam! Anjing!” dan

“Kau Menang! Asu!” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode

II.13/46.54) merupakan bentuk amarah Tukijan secara langsung. Penanda

puncak marah Tukijan juga ditunjukkan dengan sebuah ancaman bagi

Koyal melalui dialog “Kutampar kau nanti!” (lih. lampiran Tabel

Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54).

Gambar 19. Tukijan bangun dengan jengkel


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54)

Secara spectacle, tekstur marah Tukijan ditunjukkan dengan gestur

malas-malasan untuk bangun dari tidurnya. Ketika sudah terbangun,

Tukijan memegang kepalanya. Tukijan lalu berteriak “Diam, anjing!”,

memaki Koyal sambil memelototi Koyal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Gambar 20. Tukijan membentak Koyal


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode II.13/46.54)
Ketika sudah terbangun, Tukijan tiba-tiba bangkit berlutut sambil

masih memelototi Koyal yang duduk di bawah. Jemari-jemari Tukijan

tampak digerakkan menunjukkan kejengkelannya. Pada dialog

“Kutampar kau nanti!”, Tukijan menuding Koyal dengan telunjuk

kirinya. Pada dialog “Kau menang! Asu!”, Tukijan membentak Koyal.

4.2.6 Mood Mesra

Mesra, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diklasifikasikan dalam

kategori kata sifat (adjektiva) dan diartikan sebagai 1. lekat (terpadu dsb)

benar; merasuk; 2. sangat erat; karib; mendalam (tentang hubungan

persahabatan dsb). Pada data yang ditemukan oleh peneliti, tekstur mesra

dapat dicermati dari dialog, spectacle dan mood pada kode adegan I.11/39.35.

4.2.6.1 Gambaran Adegan

Pada kode adegan I.11/39.35, adegan yang ditunjukan adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

peristiwa Tukijan menyatakan perasaan sayangnya pada Retno. Tokoh

yang terlibat di panggung ada lima yaitu Tukijan, Retno dan Mae. Namun,

tokoh yang lebih menjadi sorotan adalah Tukijan yang terus mengajak

berbicara Retno. Topik pembicaraan Tukijan yang ada pada adegan ini

yaitu rasa sayang Tukijan yang menyakinkan Retno bahwa Tukijan

mencintai Retno apa adanya dan mengajak untuk turut pergi dengannya

merantau .

4.2.6.2 Hasil Analisis

Mood mesra ditunjukkan melalui dua ekspresi tokoh yaitu Retno dan

Tukijan. Tekstur mesra tersebut dibangun oleh Tukijan dan dihidupkan

dengan respon Retno. Kemesraan Tukijan ditunjukkan melalui dialog

berikut; “Sama sekali salah kalau orang mengira bahwa niat saya ini

didorong oleh rasa ingin menolong. Kalau hanya lantaran perasaan itu

barangkali tak perlu sampai-sampai saya harus memperistri kau. Saya

membutuhkan kau. Tak lebih dari itu” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi

Adegan kode I.11/39.35).

Melalui dialog tersebut, Tukijan mengungkapkan rasa cintanya pada

Retno. Penegasannya adalah pada kalimat “saya membutuhkan kau”

sebagai bentuk cinta yang hendak disampaikan oleh Tukijan. Bahkan,

Tukijan hendak memperistri Retno. Sedangkan, kemesraan Retno muncul


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

dengan penggunaan diksi ‘mencintaimu’ tetapi muncul secara ironis. Hal

tersebut ditunjukkan dalam balasan Retno terhadap Tukijan sebagai

berikut;

“Lantaran saya sangat mencintaimu, saya terpaksa menolak kau


ajak. Percayalah, kau akan lebih senang sekiranya kau berangkat
sendiri. Tak ada orang yang akan merepoti kau. Waktu kau lebih
banyak” (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35).

Gambar 21. Tukijan berjalan pelan menghampiri Retno


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)

Secara spectacle, tekstur mesra Tukijan diawali dengan teknik

muncul Tukijan yang berjalan pelan menuju Retno. Ketika Tukijan

masuk, efek musik yang memberikan kesan romantis dimainkan.

Sesampainya di dekat Retno, warna suara Tukijan lembut saat melafalkan

dialog untuk Retno.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Gambar 22. Tukijan mengajak Retno untuk ikut merantau


(lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode I.11/39.35)

Pada dialog “Impian itu mesti diwujudkan, barulah ada artinya”,

Tukijan duduk perlahan di samping Retno namun masih ada jarak di

tempat duduk dengan Retno. Warna suara Tukijan masih lembut. Pada

dialog “Kalau kita sungguh-sungguh menghendaki, kita harus

mengangkatnya ke permukaan hidup kita. Saya kira begitu”, warna suara

Tukijan ditambahi ketegasan untuk meyakinkan Retno.

Gambar 23. Tukijan menyatakan perasaan cintanya pada Retno, bahkan


mengajak Retno menikah (lih. lampiran Tabel Klasifikasi Adegan kode
I.11/39.35)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Pada adegan selanjutnya, Tukijan mendekatkan duduknya pada

Retno. Saat Retno beranjak, Tukijan langsung memegang tangan Retno,

menghalaunya untuk pergi. Warna suara Tukijan semakin meyakinkan

Retno. Pada dialog “Itu saja”, Retno tiba-tiba memeluk Tukijan. Lalu,

tangan Tukijan yang masih menggantung pun merengkuh punggung

Retno. Ketika Retno memeluk, efek musik bernuansa romantis

dimainkan sama seperti musik yang dimainkan saat Tukijan masuk ke

panggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Periskop struktur dan tekstur drama dalam penelitian ini berawal dengan

menilik naskah drama dalam perspektif sastra (memahami intrinsik naskah drama),

lalu baru menilik pemanggungannya. Melalui naskah drama, suatu adengan dapat

dicermati melalui topik pembicaraan yang diangkat. Topik pembicaraan itu yang

kemudian menjadi dasar dari klasifikasi adegan. Setelah melalui klasifikasi

adegan, kita dapat memahami tangga dramaturgi yang dibangun dalam naskah.

Selain itu, kita dapat mengenali tokoh dan penokohan dalam membangun alur

cerita, seberapa peran dan andil tokoh tersebut dalam cerita.

Dalam pemanggungannya, struktur dan tekstur drama mengambil andil

dominan dalam kajiannya. Teks yang berupa naskah kemudian direalisasikan

menjadi bentuk audio visual. Proses realisasi ini membutuhkan tekstur drama,

yang dijabarkan dalam dialog, spectacle dan mood. Setelah melalui realisasi

panggung, struktur drama (characters, plot, dan tema) akan ditilik dari dua bentuk

bidang drama naskah dan pemanggungan.

Melalui klasifikasi tangga dramaturgi, beberapa adegan dipilah untuk

memahami setiap topik yang ditonjolkan. Dengan topik yang sudah

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

diklasifikasikan tersebut, progresi peristiwa dapat dicermati dengan jelas. Topik-

topik itu muncul dari dialog-dialog tokoh yang dinamis dalam peristiwa panggung

yang dibangun.

Berdasarkan klasifikasi adegan dari naskah dan pemanggungan, tema besar

pementasan Mega-Mega adalah penggambaran kehidupan orang miskin yang

mengejar impian mereka masing-masing. Hal tersebut ditunjukkan dengan

pemilihan tokoh, penokohan, latar, dan pilihan-pilihan akting yang merujuk pada

kehidupan kaum marjinal. Kehidupan mereka sederhana, hanya tidur di bawah

pohon beringin dan beralaskan koran ataupun kardus. Penegasan konsep tersebut

ditunjukkan dengan setiap tokoh yang selalu membicarakan konten tentang cara

mencukupi kebutuhan hidup dan bahkan berpikir tentang cara untuk menjadi kaya.

Secara eksplisit, adegan-adegan pada babak dua menggambarkan isi khayalan

orang miskin tentang kemakmuran dan kekayaan. Panut, Koyal dan Hamung yang

bermimpi memiliki uang banyak agar hidupnya enak. Retno dan Tukijan yang

bermimpi dapat hidup bersama. Mae yang bermimpi dapat hidup bahagia dengan

anak-anaknya.

Subtema kecil yang dapat ditafsirkan adalah tentang rasa kesepian kaum

marjinal dengan ilusi kemakmuran. Rasa kesepian yang dimaksud adalah adanya

afeksi-afeksi yang sengaja ataupun tanpa sengaja terepresi dengan ilusi

kemakmuran. Konsep sepi yang dimaksud dapat dicermati dengan sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Mae yang selalu menanggapi seluruh isi pembicaraan para tokoh dengan

perspektif merawat kehidupan. Secara keseluruhan, rasa sepi tersebut merupakan

bagian dari alienasi para tokoh antara cita-cita dan realita yang mereka hadapi.

Selain itu, tekstur drama yang muncul di pertunjukan lakon Mega-Mega ada

enam tekstur. Tekstur drama tersebut antara lain adalah tekstur sedih, tekstur

senang, tekstur marah, tekstur khawatir, tekstur kesal, dan tekstur mesra. Tekstur

yang muncul tersebut didukung adanya pendalam lebih juga dari unsur struktur

dramanya. Pada akhirnya, tekstur drama menjadi puncak terakhir dalam

menimbah informasi lakon yang dihadirkan dalam aksi panggung sehingga

informasi menyeluruh mengenai sebuah lakon dapat dipahami secara utuh.

Melaui hasil penelitian drama Mega-Mega, hubungan antara struktur dan

tekstur drama dapat dicermati saling melengkapi keberadaannya dalam bentuk

naskah drama dan pemanggungannya. Naskah sebagai sumber informasi awal dari

pertunjukan drama memberikan acuan teks untuk menilik struktur dan tekstur

drama. Kemudian ketika naskah dialihwahanakan menjadi pertunjukan, struktur

dan tekstur drama menjadi lebih riil untuk dipahami karena ada objek yang

mampu diamati dengan panca indera. Naskah menjadi obyek empiris dalam

bentuk susunan narasi tertulis dan pertunjukan menjadi obyek empiris dalam

bentuk media audio visual yang lebih konkrit. Oleh sebab itu, penelitian mengenai

struktur dan tekstur drama sangat perlu ditinjau dari dua sisi penyajiannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

naskah drama dan pertunjukan sebagai sumber referensi data serta acuan

intepretasi.

5.2 Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang

hendak dicermati penelitian lain yang ingin mengembankan topik mengenai

struktur dan tekstur drama:

5.2.1 Bagi Para Peneliti Lain

a. Penelitian ini mencoba mengembangkan pemahaman tekstur dan struktur

drama dengan dua perspektif yaitu naskah dan pemanggungan. Dengan

kesadaran dua perspektif tersebut, perspektif yang didapatkan lebih kaya.

Maka dari itu, ketika melakukan pengkajian mengenai struktur dan

tekstur drama perlu menilik keberadaan drama yang memiliki dua bentuk.

b. Penelitian tentang drama yang mengkaji naskah drama saja hanya akan

terjebak pada keterbatasan wacana yang didapat. Apalagi ketika

penelitian hanya berfokus pada unsur intrinsik drama. Naskah drama

akan menjadi utuh informasinya ketika dimainkan dalam panggung. Dari

situ, kita dapat melihat bentuk utuh realisasi suatu drama. Maka dari itu,

penelitian drama hendaknya didasarkan dari naskah drama dan juga

pemanggungannya.

c. Bagi penelitian selanjutnya yang berfokus dalam mengkaji sturktur dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

tekstur drama, perlu untuk mencermati hubungan naskah dan

pemanggugan yang melalui proses penyutradaraan. Dalam penelitian ini,

keberadaan naskah dapat menjadi berbeda sesuai dengan kebutuhan

pemanggungan. Namun dalam realisasinya, proses adaptasi

penyutradaraan tidak mengubah garis cerita dan wacana yang hendak

diangkat.

5.2.2 Bagi Para Guru Bahasa Indonesia dan Guru Drama

Penelitian ini hendaknya menjadi pendoman untuk menyusun rancangan

pembelajaran dengan pada pembelajaran drama di sekolah. Pembelajaran drama

tidak hanya mengacu pada unsur intrinsik tetapi memberikan pemahaman yang

menyeluruh mengenai drama. Dengan bentuk yang ditawarkan penelitian ini,

pencermatan terhadap struktu dan tekstur dapat menjadi tawaran alternatif

dalam memahami topik pengajaran drama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

DAFTAR PUSTAKA

Barranger, Milly S. (1993). Understanding Plays (2ed.). Massachusetts: Ally &


Bacon A Division of Simon & Schuster, Inc.

Benedetti, Robert. (1997). The Actor at Work (7ed.). USA: Allyn & Bacon A
Viacom Company.

Boleslavsky, Richard. (2005). Acting: The First Six Lessons. New York: Routledge

Brockett, Oscar G. (1964). The Theatre an Introduction. USA: Holt, Rinehart and
Winston, Inc.

Cameron, Kenneth M & Hoffman, Theodore J. C. (1974). A Guide to Theatre


Study (2ed.). USA: Macmillan Publishing Co. Inc.

Cohen, Robert. (2010). Theatre (9ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc

Dahana, Radhar Panca. (2001). Homo Theatricus. Magelang: IndonesiaTera.

Hamzah, A. Adjib. (1985). Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV. ROSDA.

Harrop, John. (1992). Acting. New York: Routledge.

Harymawan, RMA. (1988). Dramaturgi. Bandung: CV. ROSDA.

Kahan, Stanley. (1991). Introduction to Acting (3ed.). USA: Allyn&Bacon A


Division of Simon & Schuster Inc.

Kernodle, George R.. (1967). Invitation To Theatre. New York: Hancourt, Brace
& World, Inc.

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Martono, Nanang. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder (2Ed, Cet.4). Jakarta: Rajawali Pers.

Morettini, Donna Soto. (2010). The Philosophical Actor: A Practical Meditation


for Practicing Theatre Artist. USA: Intellect Ltd.

Muslich, Masnur. (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem


Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

Ratna, Prof. Dr. Nyoman Kutha. (2012). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme: Perspektif Wacana
Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satoto, Prof. Dr. H. Soediro. (2012). Analisis Drama dan Teater Bagian 1.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sitorus, Eka. (2002). The Art of Acting. Jakarta: Gramedia.

S, Hardo. (1992). “Arifin C Noer, Sineas Lengkap”. Suara Karya Minggu


(Minggu Ketiga Agustus).

Wahono, Tri (Ed). “Mega-Mega Karya Arifin C. Noer Pentas di GKJ”.


Kompas.com diunggah pada 21 Oktober 2013 pukul 17.14 WIB.

93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

LAMPIRAN

94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel Klasifikasi Adegan dalam Video Pementasan Mega-Mega

No Adegan Menit Dialog Kode Adegan


Bagian Pertama
di bawah mega
1 Mae duduk di bagian 00.45 - 03.29 Retno menyanyikan lagu Bukak Sithik Jos I.1/00.45
belakang panggung
sedangkan Retno sedang MAE : Tidak kalah dibanding Srimulat. Tambahan dia
mangkal di lampu taman cantik. Seperti aku! Persis. (diam) Cantik dan
tersia. (tiba-tiba seperti mencari sesuatu di sekelilingnya,
tapi ia pun tersenyum apabila sadar yang dicarinya itu
sebenarnya tak ada. Lalu ia berseru keras) Retno! Suaramu
merdu.

RETNO : Ho-oh! (kembali menyanyi)

MAE : Percaya. Asli! tidak dibuat-buat.

(Mereka bercakap tanpa saling menengok dan keduanya


menerima cahaya listrik dari lampu yang tergantung pada
tiang listrik yang berhadapan dengan beringin itu )

MAE : Sebenarnya dia bisa ngamen (berseru) kamu bisa

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ngamen?

RETNO : Segala bisa. Asal mau. Apalagi cuma ngamen..

MAE : Kenapa kau tidak ngamen saja?

RETNO : Sama saja. (Menyanyi lagi)

MAE : Tidak. Kalau kau ngamen, untung-untung bisa


masuk radio. Pasti bisa. Kalau kau masuk radio kau akan
lebih baik.

RETNO : (pergi menjauh dari tiang lampu)

MAE : Semuanya harus dicoba!

RETNO : Sama saja. Sama edan. (menyanyi lagi tapi baru


sekecap ia berhenti). Sama edan. Sama…alaaahh setan!
(menyanyi lagi)

2 Seorang pemuda masuk 03.34 - 03.46 MAE : Saya kira enak ngamen. Cobalah. Tidak salahnya. I.2/03.34
lewat di depan Retno, Kenapa?
kemudian Retno

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengejarnya RETNO : Diam (pada yang lewat). Mampir Mas!

(Pemuda itu cuma lewat tapi jelas ia naik nafsu. Pemuda itu
lari dan Retno mengejarnya)

3 Panut masuk ke dalam 03.50 - 04.46 (Muncul Seorang pemuda remaja. Ia mendekati Mae dengan I.3/03.50
panggung dengan panik isyarat-isyarat tangannya, berlaku seperti orang bisu.
karena suaranya hilang. Namanya PANUT.)
Mae menjadi khawatir
karena Panut tiba-tiba bisu. PANUT : (menunjuk-nunjuk perutnya dengan mulutnya)
Seketika, Panut tertawa bbbbb….aaaaa..a….bbbb..bbb,,aaaa
mengejek Mae karena
tertipu oleh Panut. MAE : (jantungnya bergertar sangat cepat) Kenapa? Kenapa
Kemudian Panut lari kau? Kenapa kau? Kenapa kau, Panut? Panut?
keluar panggung dan
dilempari botol oleh Mae PANUT : bbbbb….aaaaaa..bbb….

MAE : Gustiku. Gusti Pangeran. Kenapa? Gusti. Kenapa


kau jadi bisu?

PANUT : (menggeleng-geleng) AAAaaaaa..aaa..bbbbb..

MAE : (menangis) Gusti. Saya jadi bingung. Siapa yang

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

salah? Kenapa? Panut, anakku Panut.

( Tiba-tiba Panut tertawa sangat keras.)

MAE : Edan!! (melemparkan botol pada Panut)

(Panut terus tertawa)

MAE : Kurang ajar (mengambil sebilah kayu dan


mengacung-acungkan kayu itu) Awas kalau kau ulangi.
Ayo!

( Panut menyusup kegelapan seraya tertawa )

4 Mae menuju ke belakang 04.47 - 05.31 MAE : Kurang ajar. Anak nakal……Tidak. Bukan kau I.4/04.47
menenangkan bayi yang sayang. Diam, sayang, (melemparkan kayu itu) Nah, diam
menangis dengan sekarang. Panut nakal, ya? (menyanyikan lagu Lelo Ledung)
menyanyikan lagu karena
ulah Panut
5 Panut masuk lagi ke 05.32 - 12.32 (Panut muncul lagi. Ia masih tertawa) I.5/05.32
panggung lalu mengobrol
tentang pekerjaan dengan PANUT : Gampang. Gampang, Mae! Lebih gampang dari
Mae mencopet,

98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Kau ini sedang apa?

PANUT : Tapi ada cara lain. Menari. (menari jawa seraya


mulutnya memusiki). Ha, ini lebih gampang tapi saya harus
membedaki dan menghiasi muka segala. Terlalu banyak
kerja.

MAE : Nanti dulu. Kau ini sedang bicara apa?

PANUT : Saya tidak akan mencopet lagi.

MAE : Berapa kali Mae bilang? tidak usah kau belajar


mencopet. tidak baik.

PANUT : Soal baik tidaknya saya tidak peduli. Soalnya


tangan ini. Sial. Sudah dua tahun saya berlatih tapi tak
pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel.

MAE : Jengkel pada siapa?

PANUT : Pada diri saya sendiri. Coba di pasar Bringharjo.


Jelas laki-laki itu orang yang ceroboh. Artinya kalau saja
pinter dan cekatan tentu handphonenya sudah saya
dapatkan. Tapi tangan saya gemetaran. karena gemetar
rusak segalanya. Handphone sudah ditangan tapi kaki sukar

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilangkahkan. Terpaksa handphone itu saya kembalikan


ketika mata laki-laki itu melotot dan segera saya
menghilang. (sembunyi di kolong kursi)

MAE : Apa kata Mae? Nguli saja, nguli saja. Kau nekat
coba-coba belajar nyopet. Nguli lebih baik dari apapun yang
dapat kau lakukan. Mae juga ingin nguli saja kalau ada
orang yang suka. Tapi Mae sudah terlalu tua. Cari kerja
untuk orang semacam Mae yang tidak punya tempat tinggal
tentu sangat sukar. Orang takut kepada kita. Orang sukar
percaya. Percayalah Panut. kalau nguli kau bisa merasa
senang.

PANUT : Saya tidak akan mencopet lagi.

MAE : Nah, itu baik sekali. Mae percaya kau memang anak
yang baik. Kau pernah dengar suara adzan tidak?

PANUT : Setiap kali saya dengar.

MAE : Maksudku kau percaya pada Tuhan tidak?

PANUT : Seperti setiap orang. Tapi Mas Woto bilang


Tuhan itu tidak ada. Tuhan itu arak. Candu. Tuhan itu asap

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

rokok. Kata Mas Woto.

MAE : Tidak usah didengarkan. Kau sendiri percaya tidak?


kalau kau percaya memang tak layak kau mencopeti barang
milik orang lain.

PANUT : Saya bilang saya tidak akan mencopet lagi.


Bajingan. Kemarin saya coba-coba bantu Mas Wiryo tapi
sial juga.

MAE : Membantu apa?

PANUT : Maling.

MAE : Astaga.

PANUT: Untung saya tidak tertangkap. Kasihan Mas Wiryo

MAE : Maling itu kan lebih jahat daripada mencopet.

PANUT : Tentu saja, maling itu kan tidak berjiwa ksatria


seperti pencopet.

MAE : Bukan itu maksud mae!

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Soalnya tangan ini Mae. Sial. Tapi Tunggu dulu.


Tadi itu Mae betul-betul percaya to? Kalau Panut bisu?

MAE : Haduuuuuuh, hampir Mae tidak bisa bernapas tadi.


Kaget bukan kepalang. Kok tiba-tiba kamu jadi bisu tadi.
Padahal kamu itu anak mae yang paling cerewet. Banyak
omong banyak cerita.

PANUT : Itu sudah cukup. Itu namanya saya berhasil.


Besok pagi saya akan mulai

MAE : Mulai apa?

PANUT : Ngemis

MAE : Astaga

PANUT : Apa salah?

MAE : Panut! Kalau kamu anak saya, kupingmu itu sudah


saya jewer. Otot mu masih kuat tubuh mu masih utuh.
Kamu mau minta-minta seperti tua bangka yang tersia
sebatang kara? Oalah le le. Kakimu itu akan membusuk
kalau tidak dipakai buat bekerja.

102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Ngemis kan juga kerja. Kamu kira ngemis itu


enteng? Kan makan tenaga dan perasaan juga. Soalnya
bukan itu. Soalnya sial saya ini. Dan lagi soal makan, bukan
soal perasaan.

MAE : Ya, tapi kau masih kuat untuk bekerja. Bekerja


baik-baik maksud Mae. Tidak mencelakakan. Nguli
misalnya. Kau bisa seperti Tukijan. Begitu rajin dia bekerja
di pasar. Tapi dasar orang suka bekerja dan rajin. Tadi
pagi-pagi benar ia pergi ke Sumantrah.

PANUT : Siapa?

MAE : Tukijan. Pagi tadi ia naik kereta api ke Jakarta. Dari


sana nanti ia nyeberang ke Sumantrah.

PANUT : Mulut rusak. Baru saja saya lihat dia sedang


nongkrong dekat bioskop.

MAE : Siapa?

PANUT : Tukijan.

PANUT : Percaya terserah, tidak terserah. Bukan urusan


saya! Tikarnya Mae. Saya kira enak sekali malam terang

103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bulan ini tidur di tengah alun-alun (tertawa) Tukijan,


Tukijan.

6 Retno masuk ke panggung 12.34 - 22.12 Tiba-tiba muncul Retno dari kegelapan. I.6/13.34
lalu mengobrol tentang
melahirkan dan anak RETNO : Sial!
dengan Mae
PANUT : (seraya membaringkan badan)

RETNO : Lama-lama aku ingin pergi dari tempat ini

MAE : Ke mana?

RETNO : Ke mana saja

MAE : Kalau kau bilang begitu pada Tukijan dia pasti


sudah…..

RETNO : Diam! Si banci itu lewat lagi.

(Pemuda yang tadi muncul lagi dari kegelapan)

RETNO : ( membusungkan dadanya) Mlampah-mlampah


dik?

104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Setelah beberapa lama berpaling dengan nafas yang kacau


segera pemuda itu menghilang dalam kegelapan)

RETNO : Banci sintiiing banci sinting banci sintiing!


UUuuh! (meludah) Pasti Mahasiswa dia. Nafsu melimpah
uang cuma serupiah.

PANUT : Ngaku santri lagi.

RETNO : Tahu saya. Dia sering lihat dia lewat. Kalau saya
sedang mencuci ia selalu lewat. Kalau siang ia buang
mukanya jauh-jauh dari saya (meludah). Tapi kalau malam
niak turun nafasnya melihat kecantikan saya (tertawa).
Besok malam saya peluk dia dari belakang (meludah)
Pura-pura.

MAE : Kau memang cantik.

RETNO : Menggiurkan! (tertawa pahit lalu meludah)

MAE : kau tidak pernah mengandung?

PANUT : (tertawa keras)

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Apa?

MAE : Kau tidak pernah mengandung?

RETNO : Gila! (senyum pahit tapi genit) Diam!

MAE : Tidak habis-habis kau mengutuk.

RETNO : (tak tahu kepada siapa) Gara-gara kau semuanya


serba sial.

MAE : Tidak baik. Apalagi untuk malam ini. Aku bilang


sekarang. Malam ini malam terang bulan. Sangat
menyenangkan tidur di alun-alun ini. Di muka pagelaran.
Berkat. Sinuwun itu sakti. Alangkah segarnya. Kita boleh
melamun dengan sempurna di sini.

PANUT : Tidak bau air kencing seperti di Musium

MAE : Nyaman. Banyak angin. Tapi juga angin yang baik.


Bersih. Anak-anak mesti dilindungi dari angin yang terbaik
sekalipun (muncul musik ilustrasi Lelo Ledung)

RETNO : Tukijan edam!

106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Apa?

RETNO : Bulan—–AH, Setan!

MAE : Kuning montok seperti kau (diam) Kau kira enak


orang tidak punya anak?

RETNO : (diam)

MAE : Retno!

RETNO : (malas) Hmmmm? (Makin kesal) Alaaaah setan!

MAE : Kau kira enak orang tidak punya anak?

RETNO : (diam)

MAE : Kau pernah mengandung?

RETNO : Ho-oh!

MAE : Berapa kali?

RETNO : Satu kali tapi persetan!

107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Berapa?

RETNO : Satu!!

MAE : Enak?

RETNO : Sakit!

MAE : Jadi sungguh-sungguh?

RETNO : (diam) Persetan!

MAE : Sungguh-sungguh sakit?

RETNO : Iya. kalau Mae ingin tahu, melahirkan itu rasanya


sakit.

(Sunyi sebentar)

MAE : Anak-anak manis. Semua orang berjuang untuk


mereka. (tiba-tiba bergetar dadanya) Aduuuuh
biyuuuung…..(kepada Retno) Kemana anak itu?

RETNO : (meledak) Mati!!!! (menyesal) Dia mati!!!

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : (marah) Kau juga yang salah.

RETNO : (meledak) Jangan banyak mulut!!! (diam) Maaf


Mae

MAE : Kau yang patut disalahkan. Sebenarnya kau bisa


berrbuat yang lebih baik.

RETNO : Memang. (tiba-tba) Aduuh! Setan!

MAE : Memang. Selalu ada pemecahan buat setiap


persoalan. Tapi kau malas mencari.

RETNO : Bukan aku.

MAE : Kau!

RETNO : Bukan.

MAE : Orang punya anak itu mesti prihatin! Mesti hati-hati.


kau tahu, Retno? Angin itu lembut ya? Nyaman ya? Tapi
Angin itu berbahaya bagaimanapun juga. Yang enak di
badan tidak selamanya enak di hati. Yang enak di hati tidak
enak di badan. Kau harus jujur. He, Retno angin bukan?
Angin itu kosong kelihatannya padahal setan isinya. Kau

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak hati-hati. Tidak mau, kau salah.

RETNO : Bukan aku. Suamiku.

MAE : Kau! Kau adalah Ibunya!

RETNO : Dan suamiku adalah bapaknya! Dia harus cari


makan.

MAE : Apa dia tidak cari makan?

RETNO : Cari makan! Untuk perkutut! (tiba-tiba ia


menangis. ia menghindar. Beberapa lama ia tersedu)
Sebenarnya aku sangat sayang padanya.

PANUT : (bangkit). Tadi Koyal makan, Mae? (karena Mae


tidak menjawab, ia kembali berbaring)

RETNO : Sejak gadis dulu aku mengidamkan dapat


melahirkan anak laki-laki. Anak itu laki-laki dengan mata
yang teduh seperti kolam. Hatiku selalu bergetaran
menyanyi setiap kali bertemu. Tapi makin lama mata itu
makin kering sebab bapaknya tidak pernah melakukan
apa-apa. Suatu ketika aku sakit. (lama diam) Anak itu sakit.
Kelaparan. Ia mati. Sejak itu aku hampir gila oleh perasaan

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kecewa dan kesal. (diam) Suatu hari suamiku pulang setelah


menuntaskan bergelas-gelas arak. Bukan main aku marah.
Dan sekonyong nasib turut campur. Rumah itu terbakar
(gerahamnya merapat ketat) Setan! Setan!

MAE : Pendeknya kalian berdua. Kalian berdua salah.


Kalian malas. Kalau anak itu sekarang masih hidup,
barangkali ia sudah cukup mampu menolong kau. Saya
yakin kau sangat menyesal dan suatu ketika kau bisa gila
bila kau merasa kangen kepada anak yang malang itu.

RETNO : Sudahlah.

MAE : Retno….

RETNO : (diam pergi dan bersandar pada tiang listrik)

MAE : Tapi tidak semua orang melahirkan anak.

PANUT : Laki-laki tidak.

RETNO : Dan….

MAE : Dan?

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Dan perempuan seperti aku. Lonte.

MAE : Tidak.

RETNO : Kenapa?

MAE : Perempuan seperti Mae. Ya, tidak?. Tidak semua


perempuan. Saya telah menjalani hidup tidak kurang dari
lima puluh tahun, panjang dan lengang. Tidak pernah
sekalipun melahirkan anak.

RETNO : Mae memang mandul.

MAE : (marah) Saya tahu! Tahu! Tahu! Saya tahu!


(menangis dan mengusap-usap matanya)

RETNO : (menyesal akan omong tadi tapi didahului Mae)

MAE : (seraya menangis) Setiap orang dijagat raya.


Semuanya. Seluruh isi jagat. Semut-semut pun tahu saya
perempuan mandul. Tapi tidak sepatutnya kau berkata
begitu dihadapan saya.

RETNO : Saya minta maaf. Mae

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : (makin reda tangisnya) Saya kesepian. Saya


sungguh-sungguh kesepian sebagai perempuan. Tidak itu
saja. Bahkan saya sangat kesepian sebagai manusia.
Sampai-sampai saya sangsi pada diri saya sendiri.
Sampai-sampai saya tidak tahu lagi dimana saya ini berada.
Betul-betul seperti mimpi. Mimpi yang sangat buruk! Kalau
sampai pada tempat itu alangkah ngerinya. Saya tidak lagi
dapat melihat apa-apa. Saya mulai menyangsikan
semuanya. Saya sangsi apakah saya ada atau tidak ada. Atau
apakah yang ada dan apa yang tidak ada. Apakah saya yang
ada dan yang lain tidak ada. Atau apakah yang lain ada dan
saya tidak ada. apakah….tak taulah! Seluruhnya hanyalah
jalanan panjang yang lengang tak berujung. Sementara
tapak kaki mulai kabur.(diam) Segala yang hidup disibuki
oleh tugas kewajibannya masing-masing. Tapi
Mae…perempuan kertas yang dipinjami nyawa cuma.
Tersia dan disingkirkan dimana-mana.

RETNO : Kita sama-sama Mae.

7 Hamung masuk ke dalam 22.13 - 24.30 HAMUNG : Maunya kita sama-sama, tapi si Tukijan itu I.7/22.13
panggung lalu tiba-tiba plintat-plintut seperti orang banci. Saya kira dia sudah tidur
membicarakan tentang di Senen dan niat saya pagi nanti akan menyusulnya.
Tukijan. Seketika, Mae, Setidaknya saya tidak langsung ke sana. Saya memang

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Panut dan Retno ikut belum berniat kesana. Ee, tahu-tahu, baru saja keluar dari
membicarakan Tukijan stasiun sore tadi, keluar dengan karcis di tangan,, nyelonong
hidungnya.

RETNO : Hidung siapa?

HAMUNG : Tukijan.

MAE : Betul, Retno. Panut juga bilang begitu.

PANUT : (bangkit) Betul. Aku juga melihatnya di Bioskop .


Mula-mula aku kira mataku yang salah. dan aku mengira
cuma hantu atau rohnya., (tertawa) agaknya memang
Tukijan.Jaaaaan!….. Jan!

MAE : Saya juga heran.

PANUT : Kan saya sudah bilang tadi Dia saya temi dekat
bioskop. Lagi melamun. Tapi juga seperti orang bingung.
Ah, dia itu. Seperti bukan laki-laki saja. Nih, lihat. Panut!

RETNO : (tak ambil perduli pada Panut seperti yang


lainnya juga) Kalau begitu….(tersenyum dan dibalik
senyumnya ia menyembunyikan sesuatu) Aneh sekali

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukan?

HAMUNG : Aneh sekali. Dia itu orang yang teguh


pendirian. Tapi, eh. Mengherankan sekali. Saya tanya
kenapa dia belum berangkat padahal dia sudah pamit pada
kita, ia cuma diam.

PANUT : Bukan mustahil ia pun telah pamit dan minta


restu pada Kanjeng Sinuwun. (tertawa) Memang sedih juga
kalau dia jadi berangkat. Tapi memang aneh….

MAE : Waktu adzan subuh tadi pagi untuk pertama kalinya


saya menangis seperti seorang Ibu yang sedang melepas
anaknya pergi jauh. Tidak kurang dari satu jam mata saya
meneteskan air. Berkali-kali saya menggelengkan kepala.
Mulut saya tak henti-henti berdoa. Eh, tahu-tahu dia belum
berangkat. Betul kata orang dulu. Orang yang bepergian tak
merasa tenang kalau ada diantara orang yang
ditinggalkannya belum rela.

8 Hamung dan Panut 24.31 - 26.00 RETNO : Biasanya dia sudah datang. I.8/24.31
menyinggung tentang
Koyal. Mae lalu bercerita PANUT : Siapa? Tukijan?
tentang keinginannya

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terhadap anak-anaknya RETNO : (genit) Cih! Koyal!

PANUT : O, Koyal. Daripada menunggu lama-lama, Kan


ada saya? (tertawa)

RETNO : Ee

MAE : Memang. Biasanya Koyal terus saja nyelonong


kalau kita sedang asyik-asyinya ngobrol

HAMUNG : Yakin saya. Dia bisa gila. Setengah mati dia


ingin jadi orang kaya.

PANUT : Impiannya selangit

HAMUNG : Lucunya dia cumua ingin punya uang


bertumpuk. Tapi sintingnya, sedikitnpun ia tidak mau
bekerja. Ia cuma ngemis.

PANUT : Makan pun tak mau ia urunan seperti kita-kita ini.


Dia cuma makan. Bayar tidak mau.

RETNO : (tertawa) Dan edannya uang hasil minta-minta


nya ia belikan lotre. Entah sudah berapa puluh lembar lotre

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibelinya. Satu kalipun belum pernah ia menang.

PANUT: Kalau makan dia tidak pernah urunan.

MAE : Biarkan ia tidak urunan. Ini permintaan Mae. Mae


bilang, kalau kalian semua yang Mae masakkan boleh Mae
anggap sebagai anak-anak Mae. Dan sudah umumnya
anak-anak. Tidak semuanya rajin. Mae ingin kalian semua
rukun satu sama lain. Sedikit-sedikit yang malas diajar
kerja. Sedikit-sedikit yang suka nyopet diajar kerja. Mae
ingin semua senang lahir batin.

9 Panut diajak Woto untuk 26.03 - 28.35 (Terdengar suara daari jauh : NUUUUT!! AYO!! ) I.9/26.03
bekerja. Mae melarang
karena khawatir. Tiba-tiba PANUT : Itu suara Mas Woto. (berseru) Hooooiiii!!
keluar mengikuti ajakan
Woto, lalu Mae MAE : Tak usah turut Panut. Tak usah. Lebih baik kau
menceritakan pura-pura tak dengar.
kekhawatirannya.
PANUT : (berseru) Kemana Mas?

( Terdengar dari jauh : Ada makanan! Cepat! )

MAE : (gelisah) Jangan turut, Nak. Jangan. Kasihan dirimu.

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : (semangat) Sebentar Moaaasss!

( Panut pergi Mae terluka dan sedih )

MAE `: Dia pasti mendapat celaka! Pasti mendaat celaka!


Tapi memang dia masih bocah. Bukan salahnya (menangis)

HAMUNG : Jangan pedulikan

MAE : Dia tidak bersalah. Dia masih bocah. Setiap orang


harus…….

HAMUNG : Sama sekali tak ada salahnya. Tak ada yang


salah.

MAE : Orang tuanya yang salah. Tapi siapa orang tuanya?


Di sini saya orang tuanya. Jadi saya yang bersalah.
Seharusnya saya terus menahannya.

HAMUNG : Tak ada gunanya.

RETNO : Mae tak usah terlalu susah.

MAE : Siapa bilang? Mae tak pernah bertanggung jawab.


Sekarang disini Mae berusaha jadi Ibu kalian. Salah satu di

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antara kalian sedang menuju ke penjara tanpa di sadarinya.


Apakah Mae harus diam saja?

RETNO : Mae tak usah khawatir. Saya tak akan


meninggalkan Mae.

MAE : Semua akan meninggalkan Mae pada akhirnya.


Suamiku yang pertama pun berkata begitu dulu, tapi
akhirnya ia pun mengusirku juga. Dan kemudian suamiku
yang bernama Sutar meninggalkan aku. Malah suamiku
yang paling setia dan paling tua pergi juga. dimakan gunung
merapi.

RETNO : Tidak, Mae. Saya juga sebatang kara. Saya juga


tersia. sebab itu saya lebih senang dengan Mae. Berkumpul
sangat membantu mengurangi kesusahan.

MAE : Tidak. Kau tidak tersia. Kau masih muda. Belum


masanya kau berputus asa. Sekiranya kau menurut nasihat
Mae dan tak usah kau menjadi….

RETNO : (memotong) Mae.

MAE : Retno. Mae sayang sekali padamu. Pada Hamung,


pada Tukijan, pada Koyal, pada Panut dan pada siapa saja

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang memandang Mae sebagai Ibunya, Mae betul-betul


kesepian.

RETNO : Sudahlah Mae.

10 Koyal masuk dengan 28.36 - 39.23 ( Ketika cuma beberapa angin yang berkata. Tiba-tiba I.10/28.36
perasaan gembira karena terdengar teriakan Koyal : HOOOOIIII! Aku dapat lotre!!
hampir menang lotre lalu Hoooiiii!!! Aku menang!! )
melantur tentang kekayaan
MAE : (menghapus air matanya) Koyal.

RETNO : Dapat lotre. Dia menang.

( Lelaki kurus tinggi berkulit terang, meski banyak daki,


dan berambut lurus, muncul dengan nafas kacau)

KOYAL : Wah! saya cari kemana-mana, rupanya kalian


disini

MAE : Kita disini malam ini. Malam terang bulan. Malam


syyura. Malam penuh berkah.

KOYAL : Betul! Malam berkah melimpah (tertawa


menang) Lihatlah kedua tanganku. Di tangan kiri ; lembaran

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lotre. Di tangan kanan sobekan koran.! Kalian tahu? Aku


telah menyobek koran yang terpasang di muka gedung
Agung. Aku terlalu girang. Aku sobek saja koran itu. Tak
peduli! ( tertawa )

MAE : Koyal…..

RETNO & HAMUNG : (hampr bersamaan) Kau menang?

KOYAL : ( tersenyum bangga ) Hampir!

RETNO : Ha?

KOYAL : (tersenyum bangga) Hampir! Cuma beda sedikit.


Beda satu (tertawa)

RETNO : Edan.

HAMUNG : Biasa. Kepala penjol otaknya ya penjol.

MAE : ( riang ) Anakku dapat lotre!

KOYAL : (bangga) Hampir Mae.

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Syukur. Syukurlah. Hampir.

KOYAL : Kau lihat, Mung. Pada koran ini tertulis : “hadiah


seratus miliar pada nomer 432480,”, sedangkan punyaku
432488. Ha, beda satu, kan? (tertawa senang) Hampir aku
menang. Betul tidak?

HAMUNG : Belum menang sudah hilang ingatan.

KOYAL : Tak ambil pusing aku. Yang penting aku hampir


menang. Artinya tak lama lagi aku pasti menang. Kau lihat,
Muung. (menunjukan lot yang lain) Nih, aku sudah beli
lagi. tidak cuma itu malah. Baru saja aku tanya tukang
nujum. Burung glatik yang cerdik itupun menjanjikan
kemenangan itu. Satu kartu dengan gambar bunga mawar,
satu kartu dengan gambar pohon beringin, satu kartu dengan
gambar rumah. kau mesti tak percaya?

HAMUNG : Kau sendiri percaya?

KOYAL : Tentu saja. Saya sudah bayar kok

HAMUNG : Ya, udah. Sama saja.

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Apanya yang sama?

HAMUNG : Ya, kalau kau sendiri percaya pada tukang


nujum itu, saya ya turut-turut percaya. Biar kau senang. Kau
kan slalu ingin senang?

KOYAL : (tertawa) Bagaimana kau ini. Senang itu kan


tujuan semua orang?

HAMUNG : Syukur, kalau kau mengerti itu.

KOYAL : Ah. Kalau kau percaya saya mengerti itu. Itu


sudah sejak semua orang tua saya hilang.

HAMUNG : Ya, sudah. Percaya. (diam) Nah saya yakin kau


telah melupakan sesuatu.

KOYAL : Apa?

HAMUNG : Nah betul kan? Belum kejatuhan uang kau


sudah melupakan sahabatmu sendiri.

(Koyal mengeluarkan suling dan yang lain tertawa melihat


tingkahnya)

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : (tertawa) mana bisa saya lupa? (mengambil


suling dari selipan ikat pinggangnya). Mau lagu apa?

MAE : Leloledung, Yal

KOYAL : Aduh. Lagu nenek-nenek

RETNO : Koyal sih biasanya lagu India.

KOYAL : Dengarkan aku punya lagu baru

(Koyal memainkan lagu india dan semua ikut menari)

HAMUNG : Koyal pintar ya?

RETNO : Kau memang pintar, Yal.

MAE : Anakku pinter…..

KOYAL : (berhenti) Itu sudah bakat. Pinter itu sudah bakat


saya. Kau sendiri pernah dengar cerita ayah saya yang dulu
pernah jadi Kumico. Sudah lumrah kalau ia punya anak
sepintar saya. Cuma sayangnya mereka terlampau cepat
mati.

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Maumu kapan?

KOYAL : Apanya yang kapan?

MAE : Hamung, sudah.

HAMUNG : (keras) Maumu kapan orang tuamu mati?

KOYAL : Mau saya setelah saya dewasa. Tapi mereka


terburu matii dan membiarkan saya terlunta-lunta
(melamun) Semua sudah mati. Saya kan butuh makan dan
minum. Saya juga kepingin jajan. Makanya saya ngemis,
beli lotre. Kalau saya kaya .....

HAMUNG : tentu tidak miskin

KOYAL : Tidak, tentu saya bisa memperkembangkan bakat


kepintaran saya. Lalu saya fikir…

HAMUNG : (memotong) Lalu saya melamun (tertawa)

MAE : Hamung.

RETNO : (tertawa)

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : ( tidak peduli ) Lalu saya fikir saya harus punya


banyak uang dulu. Malah akhir-akhir ini saya mencintai
uang. Mengapa tidak? Saya telah melihat rumah yang
bagus-bagus. Saya telah melihat mobil yang bagus-bagus.
Saya telah melihat segala apa saja yang hanya bisa
didapatkan dengan uang. Lalu…

HAMUNG : …..ngemis (tertawa bersama Retno)

KOYAL : ……lalu saya mulai mengumpulkan uang. Tapi


pasti terlalu lama. Lalu saya belikan lotre. Dan baru saja
saya hampir menang (tertawa) Itu tandanya tidak lama lagi
saya akan menang. Dan kalau saya menang dan menang dan
menang dan menang…dan menang lagi….oh, uang saya.
Bertumpuk setinggi gunung Merapi. (tertawa) Ya, Mung.
Kau boleh pergi ke Jakarta besok dan membuat rumah
setinggi pohon kelapa, dan di sebelahnya, Tukijan boleh
membangun rumah yang besarnya lima kali keraton. Apa
yang saya perbuat?

HAMUNG : Ngemis. (tertawa bersama Retno)

KOYAL : Tidak. Saya akan mendirikan di antara rumah


raksasa itu hanya sebuah gubug kecil saja. Tapi..dengar.
Kalau jam tujuh pagi saya, Raja Uang, Keluar dari gubug

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu dengan dua buah koper penuh berisi uang. Jangan lupa,
becak langganan saya sudah menunggu di muka. Dengan
dua koper itu saya berkeliling kota. (tertawa) Orang-orang
di sepanjang jalan bersorak sorak ; Hidup Raja Uang,
Hiduup Raja uang! Tentu saja saya hanya
manggut-manggut. Dan dari koper itu, saya
hambur-hamburkan uang. Pasti saya tertawa menyaksikan
orang-orang berebutan uang seperti anak-anak ayam. Nah,
kalau sudah jam 2 siang saya pulang. Uang habis sama
sekali. Dalam gubug ajaib itu saya tidur siang. Tidur di atas
kasur yang berisi uang. Berbantalkan bantal yang berisi
uang, seraya memeluk guling berisi uang (tertawa). Sorenya
saya keluar jalan-jalan dengan empat buah koper berisi
uang. Tentu saja kali ini saya mesti menyewa mobil.
Tiap-tiao rumah saya masuki dan saya taburi dengan uang.
Terutama sekali rumah kau dan rumah Tukijan. (tertawa)
Dan kalau sudah habis…

HAMUNG : (memotong) Ngemis lagi.

HAMUNG : (melihat kejauhan) Itu dia si Tukijan. Ia sedang


menuju kemari.

RETNO : ( berdebar ) Mana?

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : ( tak percaya ) Mana? Ah, kau pasti main-main


kan. Dia sudah berangkat ke Jakarta tadi pagi? ( melihat )
Eh, betul Mae, si Tukijan. (gemetar) Celaka. Celaka.

HAMUNG : Ada apa?

KOYAL : Tidak (gugup) Itu. Mungkin. Mungkin dia dapat


celaka. Barangkali. Ia (gugup mencari sarung dari dalam
kantongnya). (lalu tiba-tiba seperti kedinginan) Hhhhhh,
dinginnya. Hhhhhh. (dikenakannya sarungnya sehingga
celananya tak nampak).

MAE : Betul si Tukijan? Kau betul…

HAMUNG : Betul. Kenapa?

MAE : Kalau dia berniat pergi lagi besok atau lusa atau
besok atau lusa seharusnya dia tidak menolak. Tapi kenapa?
(diam) Tak tahu saya. Tak tahu. (melihat arah darimana
Tukijan akan muncul)

HAMUNG : Barangkali banyak untungnya kelak. Siapa


tahu? Barangkali kau lebih senang juga. Tapi itu urusanmu.
Nah, saya tentu saja tak hendak mencampuri sedikitpun.

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salah-salah malah menjerumuskan.

MAE : Kelihatannya sangat aneh. Sangat lesu kelihatannya.

KOYAL : (semakin gemetar dan itu diselimutinya dengan


gigilan dingin yang dibuat-buat) Hhuuuuufff. Hhhhhhh,
dinginya..

KOYAL : Kemana, Mung?

HAMUNG : Ngopi. (lenyap dalam kegelapan)

KOYAL : Ikut, Mung. (bangkit lalu lenyap dalam


kegelapan)

11 Tukijan masuk ke 39.35 - 42.07 TUKIJAN : Mae. I.11/39.35


panggung lalu mengajak
Retno untuk ikut merantau MAE : Mae mengerti (menangis)
dengannya
TUKIJAN : Sama sekali salah kalau orang mengira bahwa
niat saya ini didorong oleh rasa ingin menolong. Kalau
hanya lantaran perasaan itu barangkali tak perlu
sampai-sampai saya harus memperistri kau. Saya
membutuhkan kau. Tak lebih dari itu.

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : (Masih membisu)

TUKIJAN : Impian itu mesti diwujudkan, barulah ada


artinya.

RETNO : (cuma memandang laki-laki itu. Itupun cuma


beberapa saat).

TUKIJAN : Saya juga tidak suka menjanjikan apa-apa.


Semuanyya masih bakal. Yang saya miliki hanya kemauan.
Dan lagi kita hanya mendengar bahwa tanah di seberang
penuh kekayaan yang masih terpendam. Sangat luas.
Segalanya masih terpendam. Segalanya. Di dalam tanah dan
di dalam diri kita. Kalau kita sungguh-sungguh
menghendaki, kita harus mengangkatnya ke permukaan
hidup kita. Saya kira begitu.

RETNO : (kembali memandang lelaki itu).

TUKIJAN : Retno! Kau percaya? Saya tak peduli siapa kau.


Saya hanya membutuhkan kau. Tak lebih dari itu. Saya
tidak tahu tapi betul saya tak akan melakukan apa-apa
seandainya kau tak ada. Itu saja. Itu pun.

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Tiba-tiba Retno memeluk Tukijan)

RETNO : Lantaran saya sangat mencintaimu, saya terpaksa


menolak kau ajak. Percayalah, kau akan lebih senang
sekiranya kau berangkat sendiri. Tak ada orang yang akan
merepoti kau. Waktu kau lebih banyak.

TUKIJAN : (bernafas berat. Sebentar menundukan


kepalanya lalu melihat pada Mae).

MAE : (memandang kosong. ia hanya membayangkan


dirinya menangis. kosong).

RETNO : (tiba-tiba) Setan! Setan! (sebentar menutup


mukanya lalu sekonyong ia melangkah menyusup dan
lenyap dalam kegelapan)

Bagian Kedua
di atas mega
12 Koyal sedang melamun 42.48 - 46.53 KOYAL : Selamat malam, beringin tua. ( kepada bulan ) II.12/42.48
sendirian tentang lotrenya. Selamat malam, bulan gendut. ( kepada rumputan ) Selamat
Dalam lamunannya, dia malam rumput, ( memandang keliling ) Selamat malam
menyadari bahwa dia semuanya. Huh, malam! ( kepada bulan ) Apa? Melamun?
menang lotre. Enak memang. Melamun itu nikmat. ( kepada beringin )

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Melamun juga kerja kan? Dan tidak cuma itu, Aku membeli
lotre untuk menjelmakan keinginanku. Uang! Uang! Uang!
( tertawa memperlihatkan lotnya ) Lihat. ( kepada bulan )
Menang? ……Akan menang. Baru hammpir menang.
( kepada rumputan ) Kau yang tuli! ( kepada bulan ) Aku
baru akan menang…Tidak…satu bedanya (memperlihatkan
sobekan koran ) Aku bacakan ya! ( membacanya
lambat-lambat ) Di koran tertulis 4-3-2-4-8-0, sedangkan
kepunyaan saya : 4-3-2-4-8-0, ( terkejut ) Heran aku (tak
pecaya) Ah, mungkin aku salah baca. 4-3-2-4-8-….0
( kepada bulan ) He, aku menang artinya ( matanya makin
melotot ) aku menang sekarang ( tertawa ) Aku menang.
Aku menang. Tentu engkau yang telah menyulap. Bulan,
kau, main-main. Tapi biarlah. aku senang ( tertawa ) Aku
menang. He, rumput aku menang. (tertawa) Biar! Aku
menang beringin tua. (tertawa) Biar. Enak! ( kepada bulan )

( Sejak itu maka cahaya pentas pun berubah dengan cahaya


yang fantastis. Koyal berteriak kegirangan )

KOYAL : Horee!! Aku menang lotre!! Horee (diam)


Melamun sendirian kurang nikmat. Lebih asyik kalau
kubangunkan semua orang. Semua saja (berteriak)
Hoooooooiiiiiii!!! Koyal menaaaaaaaaang!!! Aku menang

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lotreeeeeeeee!!! (tertawa) Kubangunkan saja orang-orang


itu.

13 Koyal membangunkan 46.54 - 51.15 KOYAL : Mae, lihat (menunjukan lotnya serta sobekan II.13/46.54
semua orang yang sedang korannya) Aku menang. Baca. Ayo, baca. Sama ya?
tidur. Koyal memberitakan
bahwa dirinya sekarang MAE : Mae tidak bisa membaca.
sudah menang lotre.
Tukijan tak percaya KOYAL : Mae bilang saja. Koyal menang!
terhadap Koyal karena
Koyal hanya melantur saja. MAE : Koyal menang! O, ya. Koyal menang!

KOYAL : (tertawa) Horeeee! Koyal menang!!!!

KOYAL : Ha, lihat. Aku menang, ya?

RETNO : Tadi kau bilang baru hampir menang?

KOYAL : Sekarang bilanglah; Kau menang!

RETNO : Kau menang – Setan

KOYAL : (tertawa) Horeee!!! Menang!!! Menang!!!

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

( Hamung bangun )

KOYAL : Lihat Mung. Sama kan? 432480, di koran dan


punyaku juga 432480.

HAMUNG : Kau sendiri percaya?

KOYAL : Tentu saja. Kau?

HAMUNG : Ya percayaaaa.

KOYAL : Horeee!!! (tertawa) Menang!!! Horeee!!!

(Tukjan malas bangkit)

KOYAL : Jan, katakan aku menang.

TUKIJAN : (diam dan jengkel)

KOYAL : Jan, katakan. Aku menang. Katakan.

TUKIJAN : (masih diam)

KOYAL : Jan.

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : (sekonyong meletus) Diam, anjing!

KOYAL : Tentu aku akan diam nanti setelah kau bilang aku
menang.

TUKIJAN : (menahan amarhnya)

KOYAL : Jan, tolong. Tolonglah. Katakan aku menang


lotre.

TUKIJAN : DIam tidak?

KOYAL : Tentu. Tapi katakan dulu.

TUKIJAN : Kutampar kau nanti.

KOYAL : Kau mau. Pasti. Pasti. Nah, katakan. Aku


menang.

TUKIJAN : (dengan kesal) Kau menang! Asu!

KOYAL : Ah, aku senang (tertawa) Horeee!!!

KOYAL : Horeee!!! Koyal dapat lottre!!!

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Kau tak boleh enak sendiri.

HAMUNG : Tak boleh

RETNO : Sama sekali tak boleh.

MAE : Kau tak boleh mengucapkan Koyal menang lotre. Di


sini kau harus bilang; Kita menang lotre (berteriak) KIta
menang lotre!!!

KOYAL : Betuul (berteriak) Horeeee!!! Kita menang


lotre!!! (tertawa)

MAE : Kau juga harus serukan itu. Retno.

HAMUNG : Ya, kau juga, Retno.

KOYAL : Kau juga, Hamung.

MAE : Juga Tukijan.

KOYAL : Ayo serukan, Retno.

RETNO : Aku menang lotreeee!!!

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : KIta.

KOYAL : Bukan kau!

RETNO : Kita menang lotreeee!!!!

KOYAL : Kau, Hamung.

HAMUNG : Kita menang lotreeee!!!

MAE : Sekarang kau, Tukijan.

TUKIJAN : (terpaksa) Kita menang lotre!

MAE : Sekarang kita sama-sama.

KOYAL : Ya. Kita sama-sama berseru sekarang. Satu, dua,


tiga.

SEMUA : Kita menang lotre!!!

KOYAL : Kurang keras. satu, dua tiga!

SEMUA : Kita menang lotre!!!

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Sedikit keras lagi. Biar orang mendengar seruan


kita.

MAE : Ya, biar langit terbelah dan mengirimkan


keajaibannya.

KOYAL : Satu, dua, tiga!!

SEMUA : Kita menang lotre!!!

KOYAL : Satu, dua, tiga!!!

SEMUA : Kita menang lotre!!!!

KOYAL : Satu, dua, tiga!!!!

SEMUA : Kita menang lotre!!!!!!

TUKIJAN : Ini gila. Ini gila. Mimpi gila!

14 Koyal, Mae, Hamung, dan 51.16 - 54.57 KOYAL : Biar. Lezat. (tertawa) Jangan terlampau sadar. II.14/51.16
Retno berkhayal menuju Kita sibuk sekarang. Kita harus urus kemenangan kita.
bank untuk mencairkan Jangan biarkan waktu jadi terbuang. Kita harus punya
uang lotre. Tukijan masih rancangan. Jadi pertama-tama kita harus menukarkan lot ini
sebal dengan khayalan

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mereka. ke bank. Betul, Mung?

HAMUNG : Betul.

KOYAL : Uang! Uang! Uang! (tertawa) Kita ke bank


sekarang.

RETNO : Jam berapa sekarang?

( Lonceng keraton berdentang tiga kali.)

RETNO : Terang sudah tutup.

KOYAL : Perduli amat. Begitu, kan Mung?

HAMUNG : Begitu.

KOYAL : KIta mulai, bulan sayang (pada Retno) Iya.


Perduli tutup perduli buka. Uang, uang kita. Kalau perlu
bank itu kita beli. Akur, Mung?

HAMUNG : Akur.

KOYAL : Uang. (tertawa) Kita ke Bank sekarang. Tidak

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jauh dari sini. Dekat kantor pos. Setuju?

SEMUA : Setuju.

KOYAL : Kemana kita?

SEMUA : Ke Bank.

KOYAL : Tukar apa kita?

SEMUA : Tukar uang.

KOYAL : Uang siapa punya?

SEMUA : Uang kita punya.

KOYAL : Siap semua!

(Semua siap berbaris)

KOYAL : Kita serbu gudang uang. Maju jalan!

SEMUA : (sambil jalan ke krii) Kita serbu gudang uang.


Kita bongkar kantor Bank.

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

( Berkali-kali mereka menyerukan itu. Sampai sayup-sayuo


dan lenyap. Lampu jalan tergoyang-goyang. Suara mereka
mulai jelas lagi kedengarannya setelah agak beberapa lama.
Dari sebelah kanan itu muncul mereka berada di muka Bank
sekarang. Gednug itu bertingkat dua.)

KOYAL : Untung sekali kita. Direktur Bank ini berumah di


bagian atas gedung ini.

MAE : Mae pernah tidur disana.

HAMUNG : Saya pernah tidur dimana-mana.

RETNO : Tapi kita agak payah juga. Kita tak bisa mengetuk
pintu itu. Bagaimana bisa? Ketukan kita tak akan ada
artinya. Sama sekali pada pintu berterali besi itu.

KOYAL `: Susah-susah. Apa tidak ada yang bernama batu


di atas dunia ini. (tertawa) Akur tidak, Mung?

HAMUNG : Akur.

MAE : Tapi sebelum kita pergunakan batu, kita coba dulu


dengan seruan kita.

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Boleh juga. (berseru) Pak Direktur!!! Ayolah.

SEMUA : Pak Direktur!!! (tertawa) Pak DIrektur!!!!


(Tertawa) Pak Direktur!!!!

MAE : Kerbau juga tidur orang gede itu.

HAMUNG : Baru tau? Orang gede itu daging semuanya.


Seperti kerbau. Apalagi kalau sedang tidur.

KOYAL : Terpaksa dengan batu.

RETNO : Kalau dia marah?

KOYAL : Kita kan punyya uang. Sumbat saja mulutnya


dengan uang.

HAMUNG : Uang itu sumbat ajaib.

KOYAL : Ayo, ambil batu yang besar. Masing-masing satu.

(Semua ambil batu)

KOYAL : Ayo, kita ketuk saja keras-keras.

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Lima batu pada lima tangan di ketukan pada pintu besi.


Sound Effect.. Lima batu pada lima tangan di ketukan pada
pintu besi.
Sound Effect)

SEMUA : Pak Direktut!!!

( lima batu pada lima tangan di ketukan pada pintu besi.


Sound effect )

MAE : Hmmmm. Gemuknya. Persis babi.

HAMUNG : Tidak,. Babi di kebiri.

SEMUA : (tertawa)

RETNO : Hush. Betul kataku. Dia marah-marah.

KOYAL : Maaf, pak–Kebutuhan mendesak.

MAE : Betu;, Tuan.

RETNO : — Tapi sangat mendesak sekali.

KOYAL : —Tukar lotre, pak. Maksud kami, kami menang

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lotre. Kami mau tukar. — Tidak pak. Kami butuh malam


ini.

RETNO : Kasihan dia. Menguap terus.

MAE : Husssh.

KOYAL : Tapi uang, uang kami kan? Kenapa mesti tunggu


segala? — Tidak, pak. Tidak bisa.

HAMUNG : Tidak.

MAE : Tidak bisa

RETNO : Tidak. Tidak.

KOYAL : — Apa? —- Sungguh-sungguh pak? — (pada


kawan-kawannya) Apa betul omongannya?

RETNO : Tentu saja betul.

MAE : Tentu saja.

HAMUNG : Tentu.

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Bagaimana, Jan?

TUKIJAN : (marah) Betul!!!!

KOYAL : (tertawa) Jadi betul kita bebas beli apa saja cuma
dengan menunjukan lot ini, Mung?

HAMUNG : Betul.

KOYAL : Cuma dengan menunjukan lot?

HAMUNG : Cuma dengan menunjukan lot.

KOYAL : (tertawa besar kesenangan) Horeee!! Hidup Pak


Direktur!!!!

SEMUA : Hidup!!

KOYAL : Hidup uang!!!

SEMUA : Hidup!!!

KOYAL : Terimakasih, Pak. Silakan meneruskan tidur.

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SEMUA : Selamat tidur, Pak (tertawa).

15 Setelah mengambil uang di 54.58 - 01.00.09 KOYAL : Kemana kita sekarang? II.15/54.58
bank, Koyal, Mae,
Hamung dan Retno RETNO : Ke mana?
berkhayal makan gudeg di
Beringharjo. Tukijan tetap KOYAL : Mae?
kesal dengan lamunan
mereka MAE : Mae? Mae ingin makan.

RETNO : Makan gudeg.

MAE : Iya, gudeg.

KOYAL : Ke mana, Mung?

HAMUNG : Ke mana saja.

MAE : Ke tempat di mana kita paling sering dihina orang.

KOYAL : Ke pasar Beringharjo.

MAE : Itu salah satunya. Tapi baik juga.

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Ayo, Siap semua.

( semua berbaris )

KOYAL : Ke pasar makan gudeg.

SEMUA : (ambil jalan ke kanan) Ke pasar makan gudeg.

( Berkali-kali mereka menyerukan itu.)

KOYAL : (akan duduk) Permisi, mas (duduk) Retno di sisi


saya. Yang lain satu deret. (diam) Jangan pergi dulu, mas.
Saksikan dulu pesta kami —- Makan lagi? Boleh saja.
Sepuas anda (tertawa) Dunia kita yang punya. Semuanya
kita yang punyya (tertawa) Monggo, monggo. Silahkan.
Sampai ketemu. Kalau kesusahan soal uang temui saja saya
mas. Rumah kami di…… (pada Mae) Di mana, Mae?

MAE : Baru dibangun besok. Besok jadi.

KOYAl : Baru dibangun. Besok jadi. (tertawa) Monggo.


Monggo

HAMUNG : Kopi susu panas, pak!

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Saya coklat susu panas, pak!

KOYAL : Mae apa?

MAE : Teh susu panas.

KOYAL : Teh susu panas satu. Lalu satu gelas campuran


dari ketiga macam minuman yang tadi (oada Tukijan)
Segera kau pesan, Jan. Jangan sampai kadaluarsa.

TUKIJAN : Minuman yang tidak ada, pak!

KOYAL : Bagaimana itu?

HAMUNG: Minumannya ada tapi mereknya tidak ada

(Semua tertawa)

RETNO : Bagaimana, mbak yu? — Dada mentok.

KOYAL : Saya juga mbakyu. (pada yang lain) Kalian


sama?

HAMUNG : Tambah telor lima butir.

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Yang lain tidak usah kecuali enam potong hati dan
rempelo.

TUKIJAN : Campur aduk bijih besi dan kawat yang ruwet.

MAE : Gatotkaca

(Begitulah mereka mendapatkan minuman mereka


masing-masing. Begitulah mereka mendapatkan makanan
mereka masing-masing. Mereka bersantap dengan sopan
dan rakus sekali, kecuali Tukijan )

KOYAL : Enak jadi orang kaya, bukan?

RETNO : Ya. Terang enak. ( pada Mae ) Bagaimana, Mae?

MAE : Tidak tahu.

KOYAL : Bagaimana menurut kau, Mung?

HAMUNG : Sama saja.

KOYAL : Tentu saja tidak sama.

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Ya, tidak sama.

KOYAL : Sudah kenyang semua?

SEMUA : Sudah.

KOYAL : Minuman dulu. Hitung, pak. — Gudeg berapa,


mbak yu? — Ya, semuanya saja lihat lot ini dan lihat
sobekan koran ini. —- Ha, beres? — (tertawa) Kalian lihat?
(tertawa)

SEMUA : (tertawa)

16 Setelah kenyang makan, 01.00.10 - KOYAL : Ke mana kita sekarang? II.16/01.00.10


Koyal, Mae, Hamung dan 01.09.04
Retno berkhayal membeli MAE : Keraton.
Keraton dan menjadi para
penghuni Keraton. Masih HAMUNG : Beli saja.
saja Tukijan sebal dengan
khayalan mereka KOYAL : Apa?

HAMUNG : Kalau perlu kau beli saja keraton itu.

KOYAL : (terbahak-bahak) Setuju. Semua menyiapkan diri.

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

( Semua berbaris )

KOYAL : Kita berangkat. Keraton kita beli.

SEMUA : (seraya berangkat) Keraton kita beli. Raja kita


beli. Keraton kita beli.

( Beberapa kali mereka menyerukan itu.)

KOYAL : (menunjuk dirinya) Inii Sinuwun Gusti. Semua


jangan salah dan keliru. (berlagak raja jawa) Ha, ha,
ha…..Kebetulan. Mereka telah boyong, sebelum kita
menghunus keris dan tombak-tombak prajurit diangkkatkan,
paman patih.

HAMUNG : (berlaku sebagai patih) Demikianlah yang


tersedia, Gusti.

KOYAL : Paman Patih.

HAMUNG : Hamba, Gusti Prabu?

KOYAL : Ibunda.

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Ada apa, ananda Raja?

KOYAL : Cuma memanggil. (diam) Rajinda.

RETNO : Kanda.

KOYAL : Paman Patih.

HAMUNG : Adakah yang dapat hamba lakukan, Gusti?

KOYAL : Aku hanya memanggil. (tertawa) Bulan, sejak


kini permainan yang kau ciptakan luar biasa sekali.
Kenikmatan yang kau kirim terasa sangat aneh. Badan saya
tergetar-getar jadinya. Enak. Enak. (tergetar-getar seperti
kedinginan) Nikmat. Nikmat. (tertawa) Ibunda.

MAE : Mengapa, nanda sayang?

KOYAL : Sewaktu Ibunda melahirkan ananda, apakah


mendiang ayahanda tidak kelupaan sesuatu?

MAE : Kelupaan apa, ananda?

KOYAL : Memberi nama ananda.

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Betul juga. Oh, baru ibunda ingat sekarang. (pada


Hamung) Patih.

HAMUNG : Hamba, bunda Ratu?

MAE : Kita harus mencari nama sekarang.

HAMUNG : Apa tidak sebaiknya nama koyal saja, Gusti?

KOYAL : Nama siapa itu?

HAMUNG : Nama Gusti Prabu.

KOYAL : Cuma satu? Begitu pendek.

MAE : Itu nama kecil (pada Hamung) Sekarang marilah


kita cari nama gelar yang sepadan dengan kesaktian dan
keagungan dan cita-cita ananda Prabu.

HAMUNG : Tepat saatnya. Bulan Syura. Sang Dewa


Waktu telah berkenan hadir malam ini untuk meramaikan
keraton jaya ini, dengan anugerah kemenangan besar
kerajaan mega dan berkenan pula semoga Sang Hyang
membisikkan ilham wahyu sebuah nama yang gagah megah
pada telinga Sinuwun Gusti Koyal. Sehingga karenanya

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kerajaan mega dengan rakyatnya yang bergumpal-gumpal


banyaknya akan beroleh raja gagah megah dengan nama
gelar yang megah gagah.

MAE : Dengarlah; Sultan Batara Nirwana. Apakah bukan


nama yang merdu?

KOYAL : Cukup merdu tapi terlampau pendek untuk bisa


dinyanyikan.

HAMUNG : Sekiranya hamba diperkenankan, Gusti?

KOYAL : Tentu. Cobalah.

HAMUNG : Sultan Raja Purnama Maha Raja.

RETNO : Kanda.

KOYAL : Ya. Adinda?

RETNO : Apa tidak kena kalau kanda bergelar Pangeran


Endah Takterperi?

KOYAL : (manggut) Bagus sangat. Tapi saya kira

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketiga-tiganya sama-sama bagus.

HAMUNG : Jatuh tersila pada Sinuwun Gusti Prabu


tentunya.

KOYAL : Saya tidak usah memilih. Yang terbaik adalah


menggunakan ketiga-tiganya.

HAMUNG : Bagaimana, Gusti?

KOYAL : Malam ini saya bergelar, siapa Rajinda?

RETNO : Pangeran Endah Takterperi.

KOYAL : Lengkapnya begini; Sultan Raja Pangeran Endah


Takterperi, kau punya usul, Paman?

HAMUNG : Sultan Raja Purnama Maha Raja.

KOYAL : Jadi, Sultan Raja Pangeran Endah Takterperi, eh


Purnama Maha Raja, eh, Ibu punya kemauan bagaimana
tadi?

MAE : Sultan Batara Nirwana.

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Komplit ; Sultan Raja Pangeran Endah


Takterperi, eh, Purnama, eh, Maha Raja, eh, Batara
Nirwana. Bagaimana Paman Patih?

HAMUNG : Agung nian, Gusti Prabu.

KOYAL : Coba kau yang sebutkan.

HAMUNG : Tidakkah lidah hamba terlampau pendek?

KOYAL : Maksud, paman?

HAMUNG : Ampuni hamba, Gusti, hamba bertanya


tidakkah nama sepanjag itu tidak sukar menyimpannya.

KOYAL : Panjang sekali sukar dihafal, pendek sekali sukar


untuk dinyanyikan. (diam) Kita bagi empat saja. Begini.
Pertama, setiap kali saya menyebutkan Pangeran Raja
Sultan.

RETNO : (segera) Endah Takterperi.

HAMUNG : (segera) Purnama Maha Raja.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : (segera) Duryudana

KOYAL : (tertawa) Ya, begitu maksud saya. Raja Pangeran


Sultan.

RETNO : Endah Takterperi.

HAMUNG : Purnama Maha Raja.

MAE : Gatotkaca. (gelagapan karena salah)

TUKIJAN : Ampuni hamba, Gusti.

KOYAL : Ya.

TUKIJAN : Apakah jabatan hamba dalam kerajaan mega


ini, Gusti?

KOYAL : Boleh kau pilih sesuka kau.

TUKIJAN : Kalau begitu hamba akan bertindak, selaku


Bendahara Istana sahaja.

KOYAL : Terserah.

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Ampuni hamba, Sinuwun Gusti. Sehubungan


dengan kewajiban hamba, perkenankanlah hamba bertanya
bukankah tatkala Paduka makan di pasar Beringharjo,
Paduka telah khilaf, maksud saya Paduka belum bayar?

KOYAL : Apa benar demikian, Paman Patih?

KOYAL : Apakah benar demikian, Ibunda?

MAE : Apakah itu tidak berarti dengan semena-mena kita


dituduh ceroboh dan tidak senonoh?

KOYAL : Jadi?

HAMUNG & MAE & RETNO : Ada udang dibalik batu.

KOYAL : (pada Tukijan) Bagaimana?

TUKIJAN : Sama saja.

KOYAL : (tersinggung) Sama bagaimana?

TUKIJAN : Semuanya mega.

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Benar juga.

TUKIJAN : Kalau begitu mari ramai-ramai kita bakar saja


kerajaan ini.

KOYAL : (murka) Mau berontak?

MAE : (semangat) Pemberontakan?

HAMUNG : Pemberontakan?

RETNO : Pemberontakan?

TUKIJAN : (meledak) Cape! Kita jadi sinting semua!

MAE : (semangat) Penghinaan!

KOYAL : (murka) Saya yang di sini jadi raja yang bergelar


Pangeran Sultan Raja.

RETNO : (murka) Endah Takterperi!

HAMUNG : (murka) Purnama Maha Raja!

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : (murka) Batara Durga!

KOYAL : (tertawa dibuat-buat seperti raja) Jangan bicara


sembarang bicara. Bicara sopan besar anugrahnya.
Penghinaan, perang akibatnya. Di sini raja bukan
sembarang raja. Raja sakti mandraguna
(manggut-manggut). Masih ada ampunan. Nah, kalau kau
ada usul apa usulmu, kalau ada kehendak, ucapkan
semerdu-merdunya.

TUKIJAN : Hamba cape. Kita semua nanti bisa jadi hilang


fikiran dan hilang ingatan.

RETNO : Penghinaan lagi!

MAE : Habiskan riwayatnya!

HAMUNG : Huru Hara!

KOYAL : Sabar. Sabar. (pada Tukijan) Ulangi kalimat


pertama saja. Kalimat selanjutnya kau simpan saja sendiri.
Itu namanya kesopanan.

TUKIJAN : Hamba cape. Kita….

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Cukup (pada Hamung) Bagaimana, usul itu


ditimbnang, Paman Patih?

HAMUNG : Berdasarkan kebutuhan kerajaan usul itu


sangat tepat. Memang sebaiknya kita harus segera menukar
tenaga yang lelah setelah berkeras menghalau prajurit
musuh dalam perang laga baru saja.

KOYAL : Usul diterima. Gatutkoco pun telah binasa. Tak


ada lagi kebutuhan tenaga (bertepuk sekali) Perintah!
Paman Patih tidur di kamar sana. Dan selama saya beradu,
umumkan pada rakyat bahwa kerajaan dalam bahaya.

HAMUNG : Titah hamba agungkan, Gusti Paduka.


(menyingkir dan tidur)

KOYAL : Bendahara hanya boleh tiduran. Rancangkan


sumber harta dan kekayaan.

TUKIJAN : Hamba patuh, Gusti Prabu. (menyingkir lalu


terbaring).

KOYAL : Ibunda.

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Bunda di kamar sana.

KOYAL : Bunda bebas memilih ranjang. Hanya satu yang


tabu. Ranjang ananda.

MAE : Tentu (menyingkir terus tidur)

( Semuanya ke kamarnya masing-masing )

Bagian Ketiga
di atas mega
17 Koyal bermonolog sedih 01.09.30 - KOYAL : Semua orang sudah tahu Koyal menang lotre. III.17/01.09.30
sedangkan yang lain masih 01.11.30 Kau juga sudah tahu. Kelelawar juga sudah tahu, saya telah
terlelap tidur menjadi orang yang terkaya. Kau juga, rumput. Kau juga
maklum, beringin tua. Lebih-lebih kau bulan. Kaulah yang
paling tahu segala apa yang sekarang ada pada saya.
Seantero jagat raya tahu segalanya tentang diri saya. Tapi
semuanya, juga kau bulan gendut tak pernah tahu, tak
pernah mau tahu……oh kalian…….oh, kau……tak pernah
peduli………pasti! Semuanya tidak tahu bahwa sejak lama
Koyal jatuh cinta……jatuh cinta pada Retno……Kau
menertawakan saya, ndut? Biar. Rumput-rumputan juga

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mencibir. Biar. Kau juga terkekeh-kekeh, beringin tua. Biar.


Sudah sejak lama saya selalu ingin memegang kakinya.
(berhenti menangis) Malam ini, ya? Ya? Saya akan pegang
kaki itu. (tertawa) — Berani. Kenapa? —- Biar. Kalau dia
marah beri saja dia uang satu juta atau dua juta —- . Saya
orang kaya — (tertawa) Kaya (tertawa) Kaki. Biar. (Bangkit
perlahan dan dengan bergetar dan nafas berdesah. Ia
mendekati Retno yang lelap tidur berselimut kain. Betisnya
kelihatan. Beberapa saat Koyal cuma memandangi saja dan
sesekali ia meminta pertimbangan sang rembulan. Lalu
dengan hati-hati sekali ia menyibak ujung selimutnya
sehingga betis Retno nampak lebih jelas. Lalu dengan
nafasnya yang makin kacau ia meraba betis Retno. Baru
saja sedikit kulit tangannya menyentuh kulit betis itu segera
ditariknya lagi seperti tersentuh api. tersenyum)
Bulan……(turun naik nafasnya) Kaki, eh, betis perempuan
itu lain, ya? (tertawa berdesis) Halus….. (dirabanya lagi
kaki itu) Halus….. Dia diam saja. (tertawa berdesis)
Barangkali dia juga senang….. (dipegangnya kaki itu agak
lama) Bulan, (tertawa) Kau tidak ingin pegang? ……….
Mana yang lebih enak, uang atau betis perempuan? …….
Saya jadi agak pusing. Pusing-pusing enak. (tertawa
berdesis)

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18 Koyal ingin menyentuh 01.11.31 - (Sekonyong-konyong Tukijan bangkit dan segera menyeret III.18/01.11.31
kaki Retno karena Koyal 01.14.56 Koyal menjauh dari Retno )
suka terhadapnya. Tukijan
melihat itu dan marah TUKIJAN : Bajingan.
terhadap Koyal. Retno dan
Mae terbangun lalu KOYAL : (terkejut dan takut amat). Tidak, eh, tidak.
Tukijan memarahi Koyal.
Setelah tahu siapa yang TUKIJAN : Tidak? Kau kurang ajar. Kau bangsat. Kau gila.
memberikan sabuk itu,
Retno keluar panggung KOYAL : ….tidak,….

TUKIJAN : Kau mau melawan?

KOYAL : Tidak.

TUKIJAN : Kenapa kau lakukan itu? Kenapa?

KOYAL : Eh, ….. tidak.

TUKIJAN : Tidak?

KOYAl : Tidak.

TUKIJAN : Boleh melakukan apa saja, sesuka hatimu

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Tidak…..aku tidak macam-macam kok

TUKIJAN : Siapa bisa melarang? Aku tahu dia lonte.


(menunjuk Retno) Aku tahu kamu bisa melakukan apa saja
pada dia, tapi tidak di depan mataku.

KOYAL : Ampun

TUKIJAN : Diam-diam kau memancing amarahku!


(memukuli Koyal)

KOYAL : Ampun jan, ampun

TUKIJAN : Kau gila. Bilang (meledak) Gila!

KOYAL : Ampun

TUKIJAN : Bangsat!

( Sekali Tukijan menempeleng pipi Koyal dan Koyal


menangis meraung-raung)

TUKIJAN : Lagi?

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : …….tidak…..

TUKIJAN : Bajingan!

( Sekali lagi Tukijan menempeleng pipi Koyal dan Koyal


meraung-raung kesakitan sehingga karenanya Mae terkejut
dan terjaga dari tidurnya. Jantung perempuan tua itu
kencang berdenyut. Segera ia masuk ke dalam persoalan
itu )

MAE : E,ee ada apa ini? Kenapa? Jan, jangan pukul dia.

TUKIJAN : Bangsat!

MAE : Ada apa? Kenapa?

( Retno Terbangun )

RETNO : Ada apa?

( Hamung terbangun )

HAMUNG : Tidak ada apa-apa.

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Mae?

MAE : Nanti dulu. Nanti dulu. (baru saja ia membayangkan.


Tukijan seolah-olah akan memukul Koyal) Nanti dulu.
(mencucur air dari matanya) Sabar. Sabar. (mendekati
Koyal yang masih terisak dan membelai kepalanya) Kenapa
mesti bertengkar? Kenapa mesti?

TUKIJAN : Ikat pinggang saya. Bajingan. Setengah mati


saya putar-putar mencari barang itu, Kembalikan!

KOYAL : (seraya terisak) Saya tidak mencurinya. Saya


menemukannya.

TUKIJAN : Menemukan di tempat saya.

KOYAL : Tidak.

TUKIJAN : Lepaskan, bangsat.

KOYAl : Saya tidak mencuri. Saya menemukannya.

MAE : Lepaskan nak. Kau nanti boleh beli ikat pinggang


yang baru. Lepaskan.

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Saya tidak mencuri.

TUKIJAN : Bilang lagi!

KOYAL : Tidak. Saya diberi.

TUKIJAN : Bangsat! Siapa yang memberi kamu? Setan?

KOYAL : Bukan. Orang.

TUKIJAN : Bangsat. Siapa?

KOYAL : Bukan. Dia.

TUKIJAN : Dia siapa? Ayo, lepaskan dulu.

KOYAL : (takut menyerahkan ikat pinggang) Jangan pukul


saya. Saya diberi kok.

TUKIJAN : (menyambar ikat pinggangnya) Diberi


pangeranmu! Siapa yang memberi kamu?

( Koyal melihat kepada Retno )

168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Siapa?

KOYAL : Dia?

TUKIJAN : Dia siapa?

KOYAL : Retno.

19 Setelah Retno pergi, 01.14.56 - TUKIJAN : Yal, kemari. III.19/01.14.56


Tukijan marah besar 01.20.59
terhadap Koyal dan ( Koyal diam saja )
menyobek kertas lotrenya.
Hamung tersulut emosi TUKIJAN : Ke sini.
lalu terjadi perkelahian
antara Hamung dan KOYAL : (takut-takut) Apa?
Tukijan. Mae melerai
mereka berdua lalu TUKIJAN : Maaf, ya?
menangis terisak-isak
KOYAL : Saya tidak mau mencuri.

TUKIJAN : Ke sini kau.

KOYAL : Saya juga tidak mau dipukul.

169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Tidak.

KOYAL : Tidak mau.

TUKIJAN : Kalau kau tidak mau ke sini malah saya pukul.

( Takut-takut Koyal mendekati Tukijan )

TUKIJAN : Yal.

TUKIJAN : Kau tahu…

KOYAL : Tidak tahu.

TUKIJAN : Ya, kalau kau tahu artinya kau waras Yal. Kau
ingin sembuh?

KOYAL : Saya tidak sakit kok. Bagaimana?

TUKIJAN : Kau memang tidak sakit. Kau cuma tidak


waras.

MAE : Tukijan! Jaga bicaramu! Tak patut kata-katamu!

170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Biar dia sembuh, Mae.

MAE : Tidak begitu caranya. Lagi pula dia masih bisa


merasa sakit hati seperti kau. Dia juga manusia seperti kau.
— Dan adakah perlunya?

HAMUNG : Diam saja. Mae.

MAE : Kau memang begitu. Kau tak pernah ambil pusing.

HAMUNG : Siapa orangnya yang rela pusing dan


pusing-pusing, Mae? Mae, jagat ini sangat besar dan tidak
pernah menghiraukan siapa saja. Sebaiknya Mae diam. Mae
akan senang.

MAE : Saya bukan kau.

TUKIJAN : Saya juga. Saya sebenarnya sayang pada Koyal.

HAMUNG : Mae nanti kecewa. Kita tidak akan


mendapatkan apa yang kita minta. Orang lain tidak akan
memberikan apa-apa pada kita. Lebih baik diam. Dan apa
gunanya?

171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Kau memang tak punya hati, Hamung.

HAMUNG : Sama saja.

TUKIJAN : Tapi saya punya. He, Yal. Kau butuh apa?

KOYAL : Uang.

TUKIJAN : kalau begitu serahkan kepada saya lot itu?

( Koyal menyerahkan semua lotnya, ragu-ragu dengan tanda


tanya )

TUKIJAN : Kau ingin uang?

KOYAL : Yang banyak.

TUKIJAN : Kau bisa mendapatkannya lebih banyak tanpa


kertas ini.

KOYAL : Kali ini saya pasti menang.

TUKIJAN : Saya kira kau nanti akan sembuh kalau saya


berani melakukan sesuatu. Betul kau ingin uang banyak?

172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KOYAL : Betul?

TUKIJAN : Pasti suatu ketika kau akan menjadi orang kaya,


kaya harta dan kaya segalanya. ( disobeknya lot itu).

KOYAL : Jangan! Mae, dia menyobek uang saya.

MAE : (benci) Kau telah menyakiti hatinya.

TUKIJAN : Ini lebih baik.

HAMUNG : Tak ada yang lebih baik. Juga sebaliknya.

TUKIJAN : Jangan menangis. Kau bukan anak kecil. Kalau


kau tetap menangis kau tak akan pernah mendapatkan uang
yang banyak itu, kecuali angka-angka.

KOYAL : kau jahat (bangkit takut-takut mengancam


Tukijan). Berikan lot itu!

TUKIJAN : Tak ada gunanya.

KOYAL : Kau terlalu jahat. Berikan lot itu.

TUKIJAN : Lebih berguna untuk angin. (dilemparkannya

173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sobekkan lot itu tepat tatkala angin menderas).

KOYAL : Mae, dia jahat sekali. Oh, uang saya diterbangkan


angin. (mengejar sobekan lot) Tolong….!

(Seraya berteriak-teriak Koyal terus mengejar


sobekan-sobekan itu dan menyusup kegelapan. sementara
itu Tukijan duduk terpekur dan Hamung menyatakan
ketidaksenangannya )

HAMUNG : Kau sebenarnya ingin menampar Retno.

( Tukijan cuma menarik nafas berat )

HAMUNG : Kalau saya jadi kau tentu pipi Retno yang saya
tampar dan bukan pipi orang lain, apalagi pipi si kepala
kopong itu.

TUKIJAN : Diam, Mung.

HAMUNG : Kau juga tahu saya bisa melakukan hal yang


serupa atas diri kau. Saya anggap kau sama dengan Koyal.

MAE : Sudah. semuanya diam.

174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Tidak apa-apa, Mae

MAE : Cukup. Mae tak suka ada percekcokan lagi.

HAMUNG : Kau telah memperkosa kebahagiaan orang


lain.

MAE : Cukup. Sekali lagi Mae minta. Berhenti kalian


bertengkar mulut. Kalian mulai lupa. Kalian sudah lupa.
Kalian anak-anak Mae. Sekarang Ibu kalian menyuruh
kalian diam. — Oh Betapa enaknya dunia ini
tanpa….tanpa…Maksud saya kita akan lebih bahagia tanpa
pertengkaran.

HAMUNG : Jangan harapkan itu Mae.

MAE : Ini malam syura. Di alun-alun ini bertebaran


semalam suntuk berbagai ragam berkah. Semuanya.
Seluruhnya bernama berkah.

HAMUNG : Kecewa pada akhirnya. Jangan terlalu banyak


berharap.

175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20 Panut masuk ke panggung 01.21.00 - PANUT : Rokok, Mas Hamung. III.20/01.21.00


lalu menawari Hamung 01.31.38
rokok yang mahal. Mae ( Setelah beberapa lama memperhatikan Panut, Hamung
tetap saja menangis dan tersenyum dan mengambil sebatang. Tanpa diminta, Panut
sedih melihat tingkah menggoreskan sebatang geretan dan akhirnya menyalalah
Panut. Panut diperdaya kedua ujung rokok. Lagi, Hamung memperhatikan Panut.
Hamung untuk Karena pandangan itu Panut jadi agak risih dan merasa
memberikan uangnya. Mae tidak enak. Lalu melentangkan badan )
melarang tapi Panut tetap
saja melakukan. Lalu, HAMUNG : Rokok mahal itu marem.
Hamung meninggalkan
Panut dan Mae. Panut HAMUNG : Berapa harganya sebungkus?
meminta maaf kepada Mae
tapi Mae tetap menasihati MAE : Sebaiknya saya juga merokok. Barangkali saya bisa
Panut. Akhirnya, Panut lebih baik. Berikan sebatang pada saya.
pergi dengan
marah-marah. ( Panut bangkit dan menyerahkan sebatang rokok. Tatkala
rokok itu di bibir Mae itu menyala, Panut mulai bisa
tersenyum. Satu kali hisapan Mae tidak apa-apa. Dua kali
hisapan juga tidak apa-apa. Tiga kali hisapan ia
batuk-batuk. Hamung dan Panut tertawa )

MAE : Tidak enak. ( Sambil batuk-batuk) Tidak enak.


Tidak ada yang enak.

176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Belum biasa.

MAE : Kalau sudah biasa?

PANUT : Enak.

MAE : Tidak begitu. Kalau sudah biasa kita tidak akan lagi
merasakan pahitnya.

PANUT : Nih. (mengisap dengan nikmat dan


menghembuskannya) Nikmat.

MAE : Seperti mencuri.

PANUT : (Marah) Saya tidak mencuri! Bilang lagi!

MAE : Saya tidak mengatakan kau mencuri. Saya hanya


bilang kalau sudah biasa mencuri lama-lama juga kita tidak
rasakan seperti kerjaan yang jahat.

PANUT : Saya tidak mencuri! Bilang lagi! Saya pukul!


Dengar!

MAE : Saya tidak bilang kau mencuri. Kau pasti tidak


pernah mencuri. Dan kalau pun pernah melakukannya, kau

177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pasti tak akan mengatakannya.

PANUT : Mas Hamung, rokok ini untuk Mas Hamung


(menyerahkan sebungkus rokok)

HAMUNG : Buat saya?

PANUT : Buat Mas Hamung.

HAMUNG : Nanti dulu, dari siapa rokok itu?

PANUT : Dari……

HAMUNG : (menerima rokok) Jangan teruskan. Tak perlu.


Tak ada bedanya bagi saya. Yang penting rokok.

PANUT : Saya senang.

HAMUNG : Tidak perduli. Yang terang ini rokok mahal.

PANUT : Rokok kretek termahal.

HAMUNG : Kau masih punya?

178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Masih. Barangkali tinggal enam batang.

HAMUNG : Coba beri saya sebatang. Saya isap sekarang.

( Panut memberikan sebatang lagi pada Hamung )

HAMUNG : Yang masih utuh baru saya buka nanti kalau


kereta api itu telah membawa saya ke arah barat. Coba
nyalakan.

( Panut menggoreskan geretan )

HAMUNG : Nah, lihat. Sekarang saya punya dua sekaligus.


Sekali waktu memang tak ada jeleknya kita menikmati
sesuatu lebih dari biasanya (tertawa)

PANUT : Saya sungguh-sungguh senang.

HAMUNG : Kau pikir begitu? Kau senang kalau saya


mengisap rokok pemberianmu ini?

PANUT : Senang.

HAMUNG : Biar kau lebih senang, berikan rokok itu

179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

semua.

PANUT : Jangan, yang lima batang ini untuk saya sendiri.

HAMUNG : Dan kau senang?

PANUT : Senang.

HAMUNG : Bagus. Kalau begitu kelak kau akan jadi


laki-laki yang jantan.

PANUT : Saya makin senang sekarang.

HAMUNG : Dan kalau kereta api itu membawa saya ke


arah barat, kau juga tetap senang?

PANUT : Tidak.

HAMUNG : Kenapa?

PANUT : Karena saya sedih.

HAMUNG : Jadi kau tidak senang karena kau sedih?

180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Saya tidak senang karena kita berpisah.

HAMUNG : Betul?

PANUT : Betul.

HAMUNG : Betul tidak senang?

PANUT : Tidak senang.

HAMUNG : Betul sedih?

PANUT : Sedih sekali

HAMUNG : Sungguh sayang. Kalau begitu kau akan jadi


laki-laki yang tidak bahagia.

PANUT : Saya sungguh-sungguh tidak paham.

HAMUNG : Kau memang masih bocah.

PANUT : Tapi kau seharusnya menerangkan semua itu.


Saya ingin menjadi laki-laki yang jantan.

181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Betul?

PANUT : Betul. Bagaimana?

HAMUNG : Itu gampang.

PANUT : Bagaimana?

HAMUNG : Kalau saya berangkat nanti, tepat sewaktu saya


melangkahkan kaki kesana kau harus membenci saya.
Setidak-tidaknya kau tidak boleh menyimpan perasaan apa
pun karena peristiwa itu. Sekalipun kita sudah lama sekali
bergaul.

PANUT : Kenapa mesti begitu?

HAMUNG : Tidak apa-apa. Memang harus begitu.

( Lama Panut berpikir. Mereka bertatapan )

PANUT : Bisa.

HAMUNG : Bisa ?

182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Bisa.

HAMUNG : Kau yakin akan berhasil?

PANUT : Yakin. Dua hari ini saya selalu merasa yakin.


Memang harus begitu.

HAMUNG : Betul?

PANUT : Percayalah, Mas. Saya tidak tahu kenapa.

HAMUNG : Kalau begitu saya juga yakin kelak kau akan


bisa jantan dan bahagia.

( Panut menyalakan rokok lagi menyambung rokoknya


sendiri )

PANUT : Semalam ini saya sudah menghabiskan


sebungkus lebih.

HAMUNG : Kuat betul kau.

PANUT : Saya sudah dewasa.

183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Saya lihat begitu.

MAE : Saya lihat malah dia seperti telah beruban


rambutnya. Tapi kenapa kumisnya panjang sekali dan amat
tajam ujungnya.

HAMUNG : Bukan main.

MAE : Gatotkoco.

PANUT : Saya lebih suka Ontorejo.

HAMUNG : (seraya mengamati karcis sepur) Pas Betul


uang saya.

PANUT : Saya punya uang.

HAMUNG : Banyak?

PANUT : Tidak. Tapi lebih banyak dari biasanya.

HAMUNG : Berapa?

PANUT : Saya hitung dulu.

184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HAMUNG : Tidak usah. Saya anggap saja jumlahnya


terlampau banyak sehingga sukar dihitung oleh tiga orang.

MAE : (mengancam) jangan berani kau merampasnya,


Hamung. Jangan sekali-kali kau ambil uangnya. Uang itu
hak miliknya.

HAMUNG : Siapa yang akan merampas uangmu, Nut?

PANUT : Tidak ada. Malah saya ingin memberikan kepada


Mas Hamung sedikit.

MAE : Jangan. kau anak tolol. Uang itu uangmu sendiri.


Kenapa kau berikan kepada orang lain?

PANUT : Tidak semuanya.

MAE : Jangan.

PANUT : Mae nanti juga saya beri.

MAE : Jangan.

PANUT : Ini uang saya. Uang saya sendiri.

185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MAE : Tapi kau anak saya.

PANUT : Tapi kau bukan ibu saya.

( Hamung tersenyum. Lama diam mereka )

PANUT : Terimalah uang ini, Mas Hamung. Untuk jajan di


jalan.

HAMUNG : (setelah menerima uang itu) Sekarang saya


akan pergi ke musium. Saya akan mandi. Lalu saya
berangkat ke stasiun.

( Hamung dan Panut saling memandang )

HAMUNG : Kita mulai.

( Hamung lenyap dalam kabut pagi. Lonceng keraton


berdentang empat kali.

PANUT : Mae, terimalah uang ini.

( Mae cuma menangis )

186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PANUT : Terimalah, Mae. Semuanya dapat bagian.

MAE : Kau telah mencuri.

PANUT : (marah) Bilang lagi! Saya pukul!

MAE : Saya tidak bertanggung jawab. Saya salah.

PANUT : (menahan diri) Karena saya bukan anak Mae.


Lebih baik begitu. Mae nanti bisa senang. Terimalah, Mae.

MAE : Saya tidak mau makan tanpa lebih dulu saya


bekerja.

PANUT : (marah) Saya sudah bekerja!

MAE : Kalau begitu makanlah sendiri.

PANUT : (luka) Mae.

( Mae cuma menangis )

PANUT : (pasti) Saya harus jadi laki-laki, tapi saya sedih.


Lebih baik merokok banyak-banyak. (membuang ingusnya)

187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Saya mulai merasa benci entah pada siapa. Persetan..

21 Retno dan Tukijan masuk 01.31.41 - RETNO : Sebagian di musium. Biar saya saja yang III.21/01.31.41
ke panggung berdebat 01.37.21 berkemas. — Tapi nanti dulu. Kau tahu aku tak akan
tentang pergi merantau. memberi kau anak?
Retno tidak mau diajak
Tukijan merantau karena TUKIJAN : Saya tidak butuh anak. Saya butuh kau.
tidak ingin meninggalkan
Mae sendirian. Tapi, Mae RETNO : Tapi sebenarnya kita butuh.
memberikan restu dan
menyuruh Mae dan Retno TUKIJAN : Bukan halangan.
untuk mengikuti Tukijan.
( Retno diam saja )

TUKIJAN : Apalagi yang kau tunggu?

( Masih diam )

TUKIJAN : Kita nanti terlambat.

( Masih diam )

TUKIJAN : Apalagi yang dipikirkan? Kita sudah


kehilangan waktu satu hari.

188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

( Retno memandang Mae )

TUKIIJAN : Retno.

RETNO : Kau saja yang pergi.

TUKIJAN : Kenapa? Apalagi?

RETNO : Saya tidak tahu.

TUKIJAN : Semuanya hanya berkisar pada perasaan saja.


Ruwet jadinya. Semua tidak ada yang terwujud.

( Di kejauhan melengking peluit kereta api )

RETNO : Saya tidak bisa.

TUKIJAN : Kenapa?

( Retno diam )

TUKIJAN : Berubah lagi. Kau harus berpikir, bukan


merasakan.

189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Dan saya tidak sanggup.

( Tukijan memandang beringin tua )

RETNO : Saya mencintai kau, tapi juga mencintai yang


lain.

TUKIJAN : Siapa?

RETNO : Saya tidak bisa berdusta.

TUKIJAN : Ya, kau mencintai dirimu juga. Kau tidak


pernah mencintai siapapun kecuali mencintai gincumu.

RETNO : (bangkit marah) Apa kau pikir kau juga mencintai


saya? Omong kosong! Kau cuuma mencintai dirimu sendiri.
saya akui yang paling saya cintai tentu diri saya sendiri,
sebab tak ada orang yang mencintai orang lain lebih
daripada mencintai dirinya sendiri.

TUKIJAN : Kenapa kau jadi marah-marah begitu?

RETNO : (marah) Siapa yang mulai?

190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Saya marah karena kau berubah sikap lagi.

RETNO : Saya marah karena kau marah. Belum apa-apa


sudah berani marah-marah. Akan kau jadikan apa saya di
tanah seberang sana? Jadi babu? Seenaknya saja. Apa kau
pikir saya akan mati kelaparan kalau tetap tinggal di sini?
(tiba-tiba menangis) Saya jadi bingung.

TUKIJAN : Tentu saja kau jadi bingung. Sudah saya bilang


yang harus kau lakukan sekarang adalah berpikir bukan
merasakan.

RETNO : Saya bingung karena terlampau banyak orang


yang saya cintai. Dan, O Gusti, saya tidak bisa
melupakannya. Saya sangat mencintai perempuan tua itu
juga.

TUKIJAN : Saya mengerti. Bukan kau saja yang


mencintainya. Banyak orang yang mencintainya. Kita
semua berhutang budi kepada mae. Dengan sayang ia
mengurus makanan kita. Paling tidak saya tidak bisa
melupakan masakannya. Kita selalu tidak percaya bahwa
dengan bahan-bahan yang kacau kita dapat menikmati
makanan yang luar biasa lezatnya. Saya yakin, orang-orang
yang berumah mewah akan menghabiskan makanan itu

191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam sekejap, sekiranya makanan itu disajikan dalam


wadah yang biasa dipergunakan mereka. Apalagi kalau
disajikan dalam wadah yang berukir dari keraton (diam)
Tapi apa kau pikir demikian picik Mae, sehingga Mae
mengharapkan balasan dari setiap yang dilakukannya untuk
kita? Mae orang tua. Orang tua tidak pernah mengharap
apa-apa. Mereka cuma mengharapkan anak-anaknya senang
dan bahagia; jauh lebih senang daripada dia sendiri.

RETNO : Justru karena itu saya tidak tega. Saya tidak bisa.
Sudahlah. Kau nanti terlambat. Pergilah kau. kalau
mungkin, saya akan menyusul kelak. Percayalah, saya
mencintai kau kapan saja. Saya akan selalu mengenangkan
kau.

TUKIJAN : Betul-betul kau tidak punya kepala. Apa kau


mau makan tanah karena perempuan bangka itu?

MAE : Retno putriku.

RETNO : Ya, Mae (pada Tukijan)

MAE : Mae akan mengatakan sesuatu.

RETNO : Kali ini saya akan mendengarkan lebih dari yang

192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pernah saya lakukan.

MAE : Kenapa saya tiba-tiba melihat kau sedang menimang


anak di suatu rumah yang teduh di bawah pohon-pohon
yang rimbun?

RETNO : Melihat saya?

MAE : Dalam khayalan Mae. Tapi saya harap demikianlah


yang sebenarnya. Kau nanti dapat berkah. Sebagai anak
perempuan Mae, pergilah kau sebab masih banyak yang
lebih baik yang perlu kau kerjakan. Kau harus lebih cepat
dari pada matahari sekarang. Apalagi di sana.

TUKIJAN : Segera, Retno.

RETNO : Mae.

MAE : Lebih baik kau tak mengucapkan apa-apa.

RETNO : Saya tidak bisa.

MAE : Apa dulu kau menyangka bisa melakukan apa yang


selama ini kau lakukan di sini setiap malam?

193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RETNO : Mae.

MAE : Percayalah. lama-lama kau bisa dan biasa.

TUKIJAN : Minta pangestu, Mae.

22 Mae sendirian di panggung 01.37.34 MAE : Gusti Pangeran. (anaknya bangun) Kau bangun, III.22/01.37.34
setelah ditinggal pergi oleh sayang. Kau tertawa, sayang. (memainkan anak itu) Nah,
semua anak-anaknya. Ia cah bagus. Kita tak pernah mendapatkan, tapi selalu merasa
bermonolog tentang kehilangan. (memejamkan mata) Tak ada. Sama saja —-
kesendiriannya lalu gustiku, cuma kita berdua. (menyanyikan Lelo Ledung)
menyanyikan lagu Lelo
Ledung sembari menangis

194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN


STRUKTUR DRAMA DALAM PEMENTASAN “MEGA-MEGA” KARYA ARIFIN C. NOER

Petunjuk :
1. Bapak/Ibu yang menjadi triangulator dimohon untuk memberikan memeriksa kolom triangulasi analisis struktur drama “MEGA-MEGA” karya
Arifin C. Noer.
2. Hasil analisis struktur akan dicermati dari tiga aspek yaitu tokoh, alur, dan tema
3. Kode adegan mengacu pada Tabel Klasifikasi Adegan yang telah dibuat oleh peneliti dengan keterangan sebagai berikut;
- Simbol angka romawi di bagian depan merujuk pada keterangan BABAK
- Simbol angka setelah angka romawi merujuk pada keterangan ADEGAN
- Simbol angka setelah garis miring merujuk pada keterangan MENIT DALAM VIDEO PEMENTASAN

No Struktur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis


Drama
1 Tokoh Mae
Mae adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya walaupun
bukan anak kandungnya. Bentuk perhatiannya bermacam-macam
Kehadiran Mae dapat dicermati pada setiap adegan
bergantung kepada siapa perhatian itu akan diberikan. Selain itu, Mae
dari awal hingga akhir.
memiliki rasa kekhawatiran yang besar terhadap anak-anaknya. Mae takut
jika terjadi apa-apa pada anak-anaknya karena Mae ingin semua
anak-anaknya menjadi orang yang baik.
Panut Pemunculan karakter Panut dapat dicermati dalam

195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Panut adalah seorang lelaki yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Awalnya adegan berikut:
dia hanya menjadi pengemis, lalu mencoba menjadi copet, dan pada I.3/03.50
akhirnya turut bekerja dengan Mas Woto yang dikenal bukan orang I.5/05.32
baik-baik. Panut orang yang oportunis selalu memanfaatkan keaadaan yang I.6/13.34
baik-baik saja demi keuntungannya. Panut juga orang yang selalu I.7/22.13
menghalakan banyak cara untuk mencari rezeki. I.8/24.31
I.9/26.03
III.20/01.21.00
Retno Pemunculan karakter Retno dapat dicermati dalam
Retno adalah seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur dan memiliki adegan berikut:
sikap yang keras dalam bertutur kata. Dulu, Retno pernah menikah dan I.1/00.45
mempunyai anak. Namun, Retno berpisah dengan suaminya dan anaknya I.2/03.34
meninggal dunia karena suaminya. Retno juga menaruh rasa cinta pada I.6/13.34
Tukijan, seorang lelaki yang kemudian ia temui. Namun, Retno tidak mudah I.7/22.13
lagi percaya terhadap lagi karena pengalaman masa lalunya yang pahit. I.8/24.31
I.9/26.03
I.10/28.36
I.11/39.35
II.12/42.48
II.13/46.54
II.14/51.16
II.15/54.58
II.16/01.00.10
III.17/01.09.30

196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

III.18/01.11.31
III.19/01.14.56
III.21/01.31.41
Koyal Pemunculan karakter Koyal dapat dicermati dalam
Koyal adalah orang yang dianggap tidak waras oleh para tokoh lain karena adegan berikut:
kegemarannya mengkhayal. Koyal punya kesukaan untuk membeli lotre I.10/28.36
dan berangan-angan menjadi orang yang kaya. Pembawaan Koyal juga II.12/42.48
selalu ceria namun Koyal takut kepada Tukijan. II.13/46.54
II.14/51.16
II.15/54.58
II.16/01.00.10
III.17/01.09.30
III.18/01.11.31
III.19/01.14.56
Hamung Pemunculan karakter Hamung dapat dicermati
Hamung adalah orang yang selalu bergantung dengan orang lain dan dalam adegan berikut:
oportunis. Hamung selalu saja memanfaatkan Panut dengan selalu memuji I.7/22.13
apa yang dilakukan Panut sehingga nanti Hamung mendapat imbalan. I.8/24.31
Hamung juga memiliki sikap yang tidak peduli dengan orang lain, dia hanya I.9/26.03
peduli dengan dirinya sendiri. I.10/28.36
II.12/42.48
II.13/46.54
II.14/51.16
II.15/54.58

197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

II.16/01.00.10
III.17/01.09.30
III.18/01.11.31
III.19/01.14.56
Tukijan Pemunculan karakter Tukijan dapat dicermati
Tukijan adalah orang yang keras dan mau berusaha bekerja dengan halal dalam adegan berikut:
demi masa depan yang baik. Tukijan juga menaruh perasaan cinta terhadap I.11/39.35
Retno bahkan mengajak Retno menikah. Selain itu, Tukijan juga mengajak II.12/42.48
Retno untuk turut ikut dia transmigrasi ke Sumatera. Tukijan tidak suka II.13/46.54
pada Koyal karena Koyal yang selalu mengkhayal menjadi kaya namun II.14/51.16
tidak ada usaha realistis untuk menjadi kaya. II.15/54.58
II.16/01.00.10
III.17/01.09.30
III.18/01.11.31
III.19/01.14.56
Pemuda Pemunculan karakter Pemuda dapat dicermati
Pemuda adalah orang yang berlalu-lalang hendak membeli jasa Retno dalam adegan berikut:
sebagai pelacur. Pemuda ini hanya sebagai figuran yang lewat dengan I.2/03.34
malu-malu.
Mas Woto
Mas Woto adalah tokoh yang tidak muncul di panggung hanya suaranya Pemunculan karakter Mas Woto dapat dicermati
saja yang terdengar dan keberadaannya diceritakan oleh tokoh lain. dalam adegan berikut:
Berdasarkan cerita tokoh lain, Mas Woto memiliki kepribadian yang buruk I.9/26.03
karena pekerjaannya bukan pekerjaan yang baik-baik.

198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2 Alur Eksposisi
Bagian perkenalan terdapat pada seluruh babak satu. Perkenalan yang
Awal babak satu hingga akhir babak satu
dimaksud adalah perkenalan seluruh latar belakang tokoh yang terlibat
dalam peristiwa.
Konflik
Bagian konflik terdapat pada seluruh babak dua. Konflik yang muncul dapat
Awal babak dua hingga akhir babak dua
dibagi menjadi dua bentuk yaitu khayalan Koyal dan juga realitas
kehidupan mereka semua.
Klimaks
III.17/01.09.30 - III.19/01.14.56
Bagian klimaks terdapat pada awal babak tiga hingga adegan sebelum Panut
masuk ke panggung. Adegan ini menjadi pergulatan setiap tokoh yang
kemudian memilih untuk pergi meninggalkan Mae.
Penyelesaian
Bagian penyelesaian terdapat pada babak tiga ketika Panut masuk panggung III.20/01.21.00 - III.22/01.37.34
hingga diakhiri dengan Mae yang ditinggal sendirian. Akhir cerita ditandai
dengan Mae yang menyanyikan lagu Lelo Ledhung
3 Tema Tema Mayor Pemunculan tema mayor ini dapat dicermati pada
Tema Mayor yang ditemukan peneliti yaitu gambaran kehidupan keras adegan-adegan pada babak satu karena
orang-orang marjinal yang tidur di alun-alun. Yang dimaksud orang-orang memperkenalkan latar kehidupan tiap-tiap tokoh.
marjinal ini adalah orang-orang yang hidup dalam kemiskinan dan
pekerjaan yang tidak tetap bahkan dalam konteks sosial dianggap pekerjaan
tabu (pencuri, preman, pelacur, dll)
Tema Minor Pemunculan tema minor ini dapat dicermati dari
Tema Minor yang ditemukan peneliti yaitu tentang kesepian. Semua tokoh adegan yang paling kuat memunculkan topik

199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dalam drama ini memiliki bentuk kesepian masing-masing. Pada akhirnya, kesepian pada adegan III.22/01.37.34. Terutama
semua yang datang akan pergi. Tema minor ini sangat kuat ditunjukkan oleh didukut secara eksplisit dengan dialog “Kita tak
Mae sebagai seorang ibu yang ditinggalkan anak-anaknya. pernah mendapatkan, tapi selalu merasa
kehilangan”.

Triangulator
Yogyakarta, 26 April 2018

Drs. Suharyoso S.K., M.Sn.


NIDN: 00-0307-5005

200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN


TEKSTUR DRAMA DALAM PEMENTASAN “MEGA-MEGA” KARYA ARIFIN C. NOER
Petunjuk :
4. Bapak/Ibu yang menjadi triangulator dimohon untuk memberikan memeriksa kolom triangulasi analisis tekstur drama “MEGA-MEGA” karya Arifin
C. Noer.
5. Hasil analisis tekstur akan dicermati dari tiga aspek yaitu dialog, spectacle, dan mood.
6. Kode adegan mengacu pada Tabel Klasifikasi Adegan yang telah dibuat oleh peneliti dengan keterangan sebagai berikut;
- Simbol angka romawi di bagian depan merujuk pada keterangan BABAK
- Simbol angka setelah angka romawi merujuk pada keterangan ADEGAN
- Simbol angka setelah garis miring merujuk pada keterangan MENIT DALAM VIDEO PEMENTASAN

Tekstur Kode Keterangan


No Dialog Spectacle Mood
Drama Adegan Adegan
1. Kesal I.5/05.32 Panut PANUT : Soal baik tidaknya saya Panut berjalan menjauh dari MaeDengan rujukan dialog
menceritakan tidak peduli. Soalnya tangan ini. dan tidak menatap Mae. dan spectacle, mood yang
kegagalannya Sial. Sudah dua tahun saya berlatih Kening yang dikerutkan dan bibir
ditunjukkan dalam adegan
mencopet di tapi tak pernah saya berhasil. yang sedikit manyun ke depan. ini adalah rasa kesal.
pasar Bagaimana saya tidak jengkel. Tangan Panut memainkan tidak Kekesalan tersebut sangat
bisa tenang dengan terus bergerak
dominan ditujunkan oleh
MAE : Jengkel pada siapa?
dan kadang memainkan kaosnya Panut yang menceritakan
peristiwa kesialan ketika
PANUT : Pada diri saya sendiri. Panut kembali duduk di dekat Mae mencopet di pasar.
Coba di pasar Bringharjo. Jelas setelah tadi menjauh dari Mae.
laki-laki itu orang yang ceroboh. Tangan Panut masih saja tidak bisa

201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Artinya kalau saja pinter dan diam dan memberikan gestur yang
cekatan tentu handphonenya sudah menjadi reka ulang kejadian di
saya dapatkan. Tapi tangan saya pasar.
gemetaran. karena gemetar rusak Saat bercerita tentang tangannya,
segalanya. Handphone sudah nada bicara Panut jadi tinggi
ditangan tapi kaki sukar ditambahkan gestur nafas yang
dilangkahkan. Terpaksa handphone tersengal-sengal
itu saya kembalikan ketika mata
laki-laki itu melotot dan segera saya
menghilang.

2. Sedih I.6/13.34 Mae meratapi MAE : Perempuan seperti Mae. Ya, Tempo jalan Mae menjadi
Dengan rujukan dialog
nasibnya yang tidak?. Tidak semua perempuan. melambat lalu duduk di samping
dan spectacle, mood yang
tak dapat punya Saya telah menjalani hidup tidak Retno sembari mengelus punggung
dimunculkan dalam
anak karena kurang dari lima puluh tahun, Retno. adegan ini adalah rasa
mandul. panjang dan lengang. Tidak pernah Di kalimat “Tidak pernah sekalipun
sedih. Kesedihan dalam
sekalipun melahirkan anak. melahirkan anak”, nada suara Mae
penggalan adegan ini
RETNO : Mae memang mandul. mulai bergetar menahan tangis.
didominasi oleh Mae yang
menceritakan bahwa
dirinya mandul dan tidak
MAE : Saya tahu! Tahu! Tahu! Mae menjauh dari Retno yang
bisa memiliki anak.
Saya tahu! tadinya duduk berdekatan
Kesedihan Mae juga
Nada bicara Mae semakin tinggi
diperkuat oleh Retno yang
MAE : (seraya menangis) Setiap sambil nafas tersengal-sengal.
turut sedih mendengar
orang dijagat raya. Semuanya. Mae pun mulai menangis sambil

202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Seluruh isi jagat. Semut-semut pun teriak-teriak kepada Retno. kisah Mae lalu meminta
tahu saya perempuan mandul. Tapi Di kalimat “Tapi tidak sepatutnya maaf telah menyinggung
tidak sepatutnya kau berkata begitukau berkata begitu di hadapan perasaan Mae.
dihadapan saya. Mae”, tempo bicara Mae melambat
dan masih tetap menangis. Lalu
RETNO : Saya minta maaf. Mae Mae menuju bagian belakang
panggung dan duduk di dekat
beringin sambil masih menangis tak
mau menatap Retno.
3. Senang I.10/28.36 Koyal hampir KOYAL : Wah! saya cari Koyal berlari dari bagian penonton Dengan rujukan dialog
menang lotre kemana-mana, rupanya kalian disini menuju bagian panggung dekat dan spectacle, mood yang
dengan tiang lampu sambil dimunculkan dalam
MAE : Kita disini malam ini. tertawa-tawa. adegan ini adalah rasa
Malam terang bulan. Malam Koyal melompat-lompat tampak senang. Kesenangan yang
syyura. Malam penuh berkah. kegirangan sambil tangan kanannya muncul dalam adegan ini
membawa sobekan koran dan didominasi oleh
tangan kirinya membawa sebuah permainan Koyal yang
kertas lotre. sedang menceritakan
bahwa dirinya hampir
KOYAL : Betul! Malam berkah Koyal berlari menuju Hamung menang lotre.
melimpah (tertawa menang) sambil tertawa senang.
Lihatlah kedua tanganku. Di tangan Mimik Koyal selalu tersenyum.
kiri ; lembaran lotre. Di tangan Sobekan koran dan kertas lotre
kanan sobekan koran.! Kalian tahu? selalu dipegang erat oleh Koyal

203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Aku telah menyobek koran yang untuk menandakan bahwa itu


terpasang di muka gedung Agung. sangat berharga.
Aku terlalu girang. Aku sobek saja Tempo bicara Koyal cepat dan
koran itu. Tak peduli! menggunakan warna suara yang
MAE : Koyal….. riang.

RETNO & HAMUNG : Kau


menang?
KOYAL : Hampir!
RETNO : Edan. Koyal menutupi senyumnya dengan
HAMUNG : Biasa. Kepala penjol sobekan koran.
otaknya ya penjol. Koyal menari-nari kecil.
Koyal memeluk Mae
MAE : ( riang ) Anakku dapat lotre!
Seluruh gestur tubuh Koyal
KOYAL : (bangga) Hampir Mae. digerakkan dengan tempo cepat.
MAE : Syukur. Syukurlah. Hampir. Pada dialog “100 milyar” dan
KOYAL : Kau lihat, Mung. Pada nomor lotre Koyal, nada yang
koran ini tertulis : “hadiah seratus digunakan Koyal diberi penekanan
miliar pada nomer 432480,”, dengan berteriak.
sedangkan punyaku 432488. Ha,
beda satu, kan? (tertawa senang)
Hampir aku menang. Betul tidak?
HAMUNG : Belum menang sudah
hilang ingatan.

204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Khawatir I.9/26.03 Mae khawatir MAE : Dia pasti mendapat celaka! Mae melihat ke arah keluar Panut. Dengan rujukan dialog
karena Panut Pasti mendaat celaka! Tapi memang Mae bergerak dengan cepat dan dan spectacle, mood yang
pergi mengikuti dia masih bocah. Bukan salahnya mondar-mandir seperti orang dimunculkan dalam
Mas Woto kebingungan. adegan ini adalah rasa
HAMUNG : Jangan pedulikan Warna suara Mae agak tinggi dan khawatir. Kekhawatiran
berbicara dengan cepat. yang muncul dalam
MAE : Dia tidak bersalah. Dia adegan ini didominasi
masih bocah. Setiap orang oleh permainan Mae yang
harus……. takut dengan nasib Panut
ketika Panut memutuskan
HAMUNG : Sama sekali tak ada untuk ikut Mas Woto.
salahnya. Tak ada yang salah.

MAE : Orang tuanya yang salah.


Tapi siapa orang tuanya? Di sini
saya orang tuanya. Jadi saya yang
bersalah. Seharusnya saya terus
menahannya.

HAMUNG : Tak ada gunanya.


RETNO : Mae tak usah terlalu Warna suara Mae agak tinggi dan
susah. berbicara dengan cepat.
Mae sesekali menunjuk dan melihat
MAE : Siapa bilang? Mae tak ke arah Panut keluar.

205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pernah bertanggung jawab. Kening Mae dikerutkan dan juga


Sekarang disini Mae berusaha jadi bibir Mae ditekukkan ke bawah.
Ibu kalian. Salah satu di antara Suara Mae sedikit bergetar seperti
kalian sedang menuju ke penjara ingin menangis.
tanpa di sadarinya. Apakah Mae
harus diam saja?

RETNO : Mae tak usah khawatir.


Saya tak akan meninggalkan Mae.

5. Marah II.13/46.54 Tukijan marah KOYAL : Horeee!!! Menang!!! Tukijan malas untuk bangun dari Dengan rujukan dialog
karena Horeee!!! tidurnya. dan spectacle, mood yang
dibangunkan Ketika sudah terbangun, Tukijan dimunculkan dalam
oleh Koyal yang KOYAL : Jan, katakan aku memegang kepalanya. adegan ini adalah rasa
sedang menang. Tukijan lalu berteriak memaki marah. Kemarahan yang
mengigau bahwa Koyal sambil memelototi Koyal. muncul dalam adegan ini
dirinya menang KOYAL : Jan, katakan. Aku didominasi oleh
lotre. menang. Katakan. permainan Tukijan yang
dibangunkan Koyal hanya
KOYAL : Jan. untuk hal yang tidak
berguna yaitu khayalan
TUKIJAN : Diam, anjing! Koyal menang lotre.

KOYAL : Tentu aku akan diam Tukijan tiba-tiba bangkit berlutut

206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nanti setelah kau bilang aku sambil masih memelototi Koyal


menang. yang duduk di bawah.
KOYAL : Jan, tolong. Tolonglah. Jemari-jemari Tukijan tampak
Katakan aku menang lotre. digerakkan menunjukkan
kejengkelannya.
TUKIJAN : DIam tidak?
Pada dialog “Kutampar kau nanti!”,
KOYAL : Tentu. Tapi katakan Tukijan menuding Koyal dengan
dulu. telunjuk kirinya.
TUKIJAN : Kutampar kau nanti. Pada dialog “Kau menang! Asu!”,
KOYAL : Kau mau. Pasti. Pasti. Tukijan membentak Koyal.
Nah, katakan. Aku menang.
TUKIJAN : Kau menang! Asu!

6. Mesra I.11/39.35 Tukijan TUKIJAN : Sama sekali salah kalau Tukijan berjalan pelan menuju
Dengan rujukan dialog
menngungkapka orang mengira bahwa niat saya ini Retno yang duduk di bangku dan spectacle, mood yang
n rasa sayangnya didorong oleh rasa ingin menolong. Ada efek musik dimainkan ketika
dimunculkan dalam
pada Retno dan Kalau hanya lantaran perasaan itu Tukijan melangkah ke arah Retno.
adegan ini adalah rasa
mengajaknya barangkali tak perlu sampai-sampai Warna suara Tukijan lembut saat
mesra. Kemesraan yang
untuk merantau. saya harus memperistri kau. Saya melafalkan dialog untuk Retno
muncul dalam adegan ini
membutuhkan kau. Tak lebih dari didominasi oleh
itu. permainan Tukijan yang
menyatakan perasaan
TUKIJAN : Impian itu mesti Tukijan duduk perlahan di samping cintanya pada Retno.
diwujudkan, barulah ada artinya. Retno namun masih ada jarak di

207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TUKIJAN : Saya juga tidak suka tempat duduk dengan Retno.


menjanjikan apa-apa. Semuanyya Warna suara Tukijan masih lembut
masih bakal. Yang saya miliki namun kini juga ditambahi
hanya kemauan. Dan lagi kita hanya ketegasan untuk meyakinkan
mendengar bahwa tanah di seberang Retno.
penuh kekayaan yang masih
terpendam. Sangat luas. Segalanya
masih terpendam. Segalanya. Di
dalam tanah dan di dalam diri kita.
Kalau kita sungguh-sungguh
menghendaki, kita harus
mengangkatnya ke permukaan
hidup kita. Saya kira begitu.
TUKIJAN : Retno! Kau percaya? Tukijan mendekatkan duduknya
Saya tak peduli siapa kau. Saya pada Retno.
hanya membutuhkan kau. Tak lebih Saat Retno beranjak, Tukijan
dari itu. Saya tidak tahu tapi betul langsung memegang tangan Retno,
saya tak akan melakukan apa-apa menghalaunya untuk pergi.
seandainya kau tak ada. Itu saja. Itu Warna suara Tukijan semakin
pun. meyakinkan Retno.
Pada dialog “Itu saja”, Retno
tiba-tiba memeluk Tukijan. Lalu,
tangan Tukijan yang masih
menggantung pun merengkuh

208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

punggung Retno.
Saat Retno memeluk, efek musik
bernuansa romantis dimainkan.

Triangulator
Yogyakarta, 22 April 2018

Drs. Suharyoso S.K., M.Sn.


NIDN: 00-0307-5005

209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sinopsis Mega-Mega

Lakon Mega-Mega diciptakan oleh Arifin C. Noer yang terbagi menjadi tiga babak. Tiap babak memiliki judul masing-masing sebagai
berikut di bawah mega (babak pertama), di atas mega (babak kedua), dan di atas mega (babak ketiga). Tokoh dalam lakon Mega-Mega
terdiri dari delapan tokoh yaitu Mae, Panut, Retno, Hamung, Koyal, Tukijan, Pemuda, dan Mas Woto. Latar yang dihadirkan adalah
Alun-Alun Yogyakarta yang kemudian dapat dicermati dalam video pementasan dihadirkan dengan simbol pohon besar di bagian tengah.

Babak Pertama (di bawah mega)


Di panggung, Mae menimang bayi dan Retno sedang berdiri menunggu pelanggan. Retno lalu menyayikan lagu yang bernuansa ceria.
Setelah menyanyi, Mae memuji suara Retno dan mengusulkan Retno untuk menjadi penyiar radio atau mengamen saja. Retno hanya
menanggapi dengan ketus. Tiba-tiba seorang pemuda berlalu, Retno bersiap untuk menyambut. Pemuda tersebut kabur kemudian dikejar
oleh Retno.

Panut masuk ke dalam panggung dengan berpura-pura bisu. Mae percaya bahwa Panut benar-benar bisu dan menjadi sangat khawatir.
Ketika Panut berhenti berpura-pura dan tertawa hebat, Mae marah-marah. Panut langsung kabur, lari meninggalkan Mae sendirian.

Panut masuk lagi. Kini, Panut sangat ceria karena dirinya sudah menemukan pekerjaan yang lebih menggiurkan. Mae hanya
menasehati bahwa pekerjaannya sebagi pencopet itu tidak baik. Panut tersinggung dengan nasihat Mae lalu menceritakan kesialannya
mencopet di pasar tadi.

Retno masuk sambil mengumpat-umpat pemuda yang tak jadi menggunakan jasanya. Mae lalu bertanya apakah Retno pernah memiliki
anak. Retno tersinggung dengan pertanyaan Mae lalu dia mengeluarkan isi hatinya tentang masa lalu Retno dan anaknya yang sudah
meninggal. Semakin Retno menceritakan, semakin Retno menjadi kesal lalu mengatai Mae mandul. Mae tersinggung dengan ungkapan
Retno lalu menceritakan bahwa semua bentuk perhatian Mae kepada mereka adalah bentuk kasih sayang Ibu bagi mereka.

210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hamung masuk ke panggung. Hamung tampak kesal menceritakan bahwa Tukijan tidak jadi berangkat. Topik tersebut menarik bagi
aktor-aktor lain yang kemudian ikut menimpali pembicaraan Hamung tentang Tukijan. Di tenah obrolan mereka, Panut dipanggil oleh Mas
Woto. Mae menjadi khawatir karena Mas Woto bukan orang yang baik dan melarang Panut untuk ikut Mas Woto. Ketika Mae lengah,
Panut langsung keluar Panut, menyisakan Mae yang sangat khawatir. Hamung dan Retno mencoba menentramkan Mae agar tak perlu
khawatir.

Tiba-tiba Koyal masuk dengan gembira sambil membawa kertas di dua tangannya, kertas koran dan lotre. Koyal menceritakan bahwa
dirinya hampir menang lotre. Semua tokoh terhibur dengan tingkah Koyal yang konyol. Koyal bercerita bahwa dirinya melihat
pengumuman di koran lalu menyobek koran tersebut. Ternyata Koyal hanya hampir menang belum menang lotre.

Ketika tahu Tukijan hendak mendekati tempat mereka, Hamung dan Koyal meninggalkan Mae dan Retno. Mae menuju pohon beringin
memberikan ruang bagi Tukijan dan Retno. Tukijan masuk lalu mendekati Retno. Tukijan menyatakan perasaannya pada Retno dan hendak
mengajak Retno untuk ikut merantau. Retno juga mengungkapkan perasaan cintanya pada Tukijan, namun Retno belum bisa ikut dengan
Tukijan. Setelah memeluk Tukijan, Retno pergi meninggalkan Tukijan.

Babak kedua (di atas mega)


Koyal bercerita sendiri pada bulan, rumput dan beringin tua. Koyal bercerita bahwa dirinya hampir menang lotre. Lalu, Koyal
mengambil sobekan korannya tadi dan lotrenya. Ketika melihat kedua kertas itu, Koyal sangat kaget dan begitu girang karena dia
menemukan bahwa nomor lotrenya sama dengan pengumuman. Koyal begitu senang lalu membangunkkan setiap tokoh yang sedang
tertidur. Koyal hanya takut ketika membangunkan Tukijan. Ternyata Koyal kena marah ketika membangunkan Tukijan.

Semua tokoh sudah terbangun. Koyal mengajak mereka untuk pergi ke bank menukarkan lotre dengan hadiah uang yang dijanjikan.
Semua tokoh setuju keculi Tukijan yang bermalas-malasan dengan khayalan Koyal. Akhirnya, mereka pergi ke bank dan membangunkan
direktur bank yang sedang tertidur. Kata direktur bank, tidak perlu ditukar lotre dengan uang, cukup menunjukkan tiket lotre tersebut sudah

211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat menjadi jaminan bagi Koyal.

Akhinya Koyal dan para tokoh lainnya sepakat untuk makan gudeg di pasar Beringharjo. Koyal berjanji akan mentraktir semua tokoh
untuk makan sepuasnya karena dia baru saja menang lotre. Semua tokoh kemudian memesan gudeg dengan lauk kesukaannya
masing-masing. Hanya Tukijan yang tetap kesal dengan khayalan yang tak masuk akal baginya. Tukijan hanya mengikuti khayalan Koyal
tersebut dengan malas-malasan.

Setelah puas makan gudeg, Koyal berencana membeli keraton dan menjadi raja di keraton. Akhirnya khayalan berpindah ke keraton
dan Koyal menjadi Rajanya. Koyal memberikan gelar pada masing-masing tokoh dan semua harus menuruti perintah Koyal. Karena sudah
sangat muak, Tukijan pun menuturkan kekesalannya. Semua tokoh balik menyerang Tukijan. Pada akhirnya, Koyal merasa lelah dan
menitahkan semua tokoh untuk beristirahat.

Babak ketiga (di atas mega)


Koyal kembali dari lamunannya. Koyal melihat kaki Retno yang begitu mulus lalu mendekati Retno. Koyal mengelus kaki Retno.
Tiba-tiba, Tukijan membentak Koyal dan memarahi tingkah Koyal. Tukijan mengancam bahkan hendak memukul Koyal. Karena ketakutan
Koyal berteriak-teriak sehingga membangunkan semua tokoh.

Hamung membela Koyal saat Tukijan mengintimidasi Koyal. Mae melerai pertengkaran yang terjadi. Koyal pun turut meninggalkan
panggung terpukul dengan amarah Tukijan. Retno tiba-tiba meninggalkan panggung karena perkelahian tersebut kemudian disusul Tukijan
yang mengejarnya. Yang tersisa hanya Hamung dan Mae di panggung.

Panut datang membawa beberapa bungkus rokok dan memamerkannya pada Hamung. Masih terguncang oleh peristiwa perkelahian
Tukijan dan Koyal, Mae tambah terpukul ketika Panut datang membawa banyak rokok yang pasti hasil dari ikut Mas Woto. Hamung
menyanjung jerih payah Panut agar dia diberi rokok yang banyak itu. Panut terus saja mengoceh tentang dirinya yang sekarang merokok

212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan sudah menjadi lelaki sejati. Hamung pun turut mendukung argumen-argumen Panut. Hanya Mae yang tersia sendiri melihat tingkah
Panut dan Hamung.

Hamung berpamitan hendak pergi jauh lalu meminta rokok yang dibawa Panut. Panut memberikan rokoknya karena dia senang dengan
perlakuan Hamung. Ketika rokok sudah diberikan, Hamung juga meminta beberapa uang untuk bekal di perjalanan. Mae melarang Panut
untuk memberikan uangnya karena itu hasil jerih payahnya. Namun, Panut lebih percaya Hamung daripada Mae dan pada akhirnya
memberikan beberapa lembar uang pada Hamung.

Tersisa Panut dan Mae setelah kepergian Hamung. Mae terus saja menasihati Panut karena perilakunya yang benar-benar tak
mencerminkan orang yang baik. Mae menasihati mengenai pekerjaan dan prinsip hidup. Panut terpancing emosinya ketika diberikan
nasihat oleh Mae. Hampir saja Panut memukul Mae tetapi terhenti begitu saja dan Panut memilih pergi meninggalkan Mae. Mae menangis
meratapi tingkah Panut.

Dari kejauhan terdengar suara Retno dan Tukijan, Mae segera menghapus tangisnya dan berpura-pura tak terjadi apa-apa. Tukijan dan
Retno tampak bersiap-siap untuk pergi merantau. Mereka hendak berpamitan dengan Mae. Mae merestui mereka berdua bahkan
meyakinkan Retno yang masih ragu karena tak sampai hati meninggalkan Mae sendirian. Akhirnya, Retno dan Tukijan berpamitan dengan
Mae dan meninggalkan Mae sendirian.

Tersisalah Mae sendirian, meratapi dirinya yang ditinggalkan oleh anak-anaknya. Mae merasa kesepian dan menceritakan rasa sepinya.
Mae bersedih sebagai manusia dia hanya selalu bertemu rasa sepinya. Mae menangis, tiba-tiba Mae menghampiri boneka anak lalu
menimangnya, menghiburnya. Mae kemudian menyanyikan lagu lelo ledhung dan pertunjukan berakhir.

213

Anda mungkin juga menyukai