Anda di halaman 1dari 7

PANDANGAN DUNIA PENGARANG DAN KONTEKS SOSIAL “RUMAH TANPA

JENDELA” KARYA ASMA NADIA

Muawanah

Teguh Supriyanto

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Progam Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,


Indonesia

Kata kunci: Sudut pandang pengarang, konteks sosial

Salah satu bentuk karya sastra dapat berupa novel, diantara novel yang populer salah
satunya adalah novel “Rumah Tanpa Jendela” karya Asma Nadia yang disingkat menjadi RTJ.
Novel RTJ mengangkat kisah tentang realita kehidupan anak-anak yang kurang mampu.
Dengan setting kawasan akhir pembuangan sampah kampung Menteng Pulo, Jakarta. Novel
RTJ bercerita mengenai perjalanan hidup seorang gadis kecil bernama Rara anak berusia 8
tahun. Rara mempunyai keinginan sangat sederhana, bermimpi memiliki sebuah jendela kecil
dalam rumah pinggirannya. Rara hanya ingin melihat mentari ketika pagi, juga memandang
bulan dan bintang bila malam hari tiba. Mimpi untuk dapat melihat hujan jatuh ke bumi dari
balik jendela dan juga berharap bahwa dengan memiliki jendela, dia bisa menghirup udara
dengan bebas dan segar.
Kehidupan yang digambarkan dalam Novel RTJ, merupakan kisah yang terinspirasi dari
kehidupan masyarakat pinggiran. Masyarakat yang tinggal di sebagian sudut kota Jakarta
khususnya kehidupan para pemulung. Kehidupan para pemulung tentu sangat kontras dengan
kehidupan keluarga-keluarga kaya yang juga digambarkan keterwakilannnya melalui kehadiran
keluarga Aldo dalam perjalanan hidup tokoh Rara. Masalah sosial yang terdapat dalam sebuah
karya sastra merupakan reaksi dan tangggapan pengarang terhadap berbagai kenyataan sosial
yang terjadi di tengah masyarakat. Hal ini digambarkan oleh pengarang dalam sebuah karya
sastra seperti novel. Novel memiliki karakteristik permasalahan yang luas dan komplek
dibandingkan dengan karya sastra lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menganggap perlu untuk menelaah dan mengangkat
kajian tinjauan sosiologi sastra dalam novel RTJ karya Asma Nadia sebagai sebuah refleksi atas
permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian sastra. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini digunakan salah satu pendekatan dalam membedah sebuah karya sastra dengan pendekatan
strukturalisme genetik. Penelitian strukturalisme genetik memandang karya sastra dari dua sudut
yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawal dari kajian unsur intrinsik sebagai data dasarnya.
Selanjutnya peneliti akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakat. Karya
dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya,
politik, ekonomi dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan
langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra (Endraswara 2013:56). Dalam rangka
melaksanakan kajian secara sistematis dan terarah, langkah-langkah strategis untuk memudahkan
dalam proses penelitian, yaitu membaca Novel RTJ karya Asma Nadia, mengidentifikasi
masalah, pembatasan masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan
analisis data, dan penyajian hasil penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik noninteraktif yaitu dengan menggunakan content analysis (analisis isi).
Analisis isi biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Analisis isi adalah penelitian mengenai
isi teks secara mendalam. Menurut Weber (dalam Moleong 2005: 220) kajian isi adalah
metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang
shahih dari sebuah buku atau dokumen. Burhan Nurgiantoro (dalam Martinah, 2013)
menggambarkan alur analisis dengan content analysis sebagai berikut:shahih dari sebuah buku
atau dokumen. Burhan Nurgiantoro (dalam Martinah, 2013) menggambarkan alur analisis
dengan content analysis sebagai berikut:

Prosedur Teknik Content


Menemukan klasifikasi data Prediksi/
data analisis data

Hasil penelitian terhadap novel RTJ karya Asma Nadia dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, Latar belakang kehidupan sosial budaya secara keseluruhan yang terdapat dalam
kisah ini adalah adanya dua kelompok masyarakat yang berbeda yaitu kelompok masyarakat
miskin dan kelompok masyarakat kaya. Kedua, Pandangan dunia pengarang dalam
menyelesaikan masalahmasalah sosial karta sebagai latar utama secara khusus dalam kisah RTJ
dan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Ketiga , konteks hubungan
antara pandangan dunia pengarang dengan realitas sosial. Problematika sosial budaya yang
digambarkan dalam kisah ini, secara khusus, merupakan representasi dari kehidupan masyarakat
Jakarta sebagai latar utama dalam kisah RTJ dan bangsa Indonesia pada umumnya.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA
DENGAN METODE PICTURE AND PICTURE

Ahmad Syukron
Tommi Yuniawan Subyantoro

Kata kunci: Menulis Drama, picture and picture

Kegiatan menulis naskah drama di mata sebagian peserta didik merupakan sebuah
pelajaran yang sulit dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain. Asumsi tersebut
memang benar karena menulis naskah drama membutuhkan proses kreatif yang mampu
merangsang penonton maupun pemain. Senada dengan itu, Waluyo (2001:31) menyatakan
bahwa tingkat keterampilan menulis naskah drama ditentukan oleh keterampilan menjalin
konflik yang diwarnai oleh kejutan dan suspense. Dengan demikian, keunggulan naskah drama
adalah pada konflik yang dibangun. Hal inilah yang menjadi kesulitan para peserta didik dalam
menulis naskah drama. Mengingat pentingnya pengajaran keterampilan menulis naskah drama,
sebagai motivator dan fasilitator, guru harus berusaha untuk menarik minat peserta didik agar
lebih tertarik dan bersemangat dalam pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Subyantoro
(2009:215) bahwa dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berbahasanya. Peserta didik merupakan
subjek utama, tidak hanya sebagi objek belaka.
Media yang dipilih untuk menunjang prestasi belajar menulis naskah drama ini adalah
media gambar. Penulis berusaha memanfaatkan beberapa gambar sebagai media yang diurutkan
peserta didik menjadi urutan yang logis atau metode pembelajaran picture and picture (Hamdani
2010:89). Metode picture and picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Suyatno (2004: 81) menyatakan bahwa penggunaan media gambar dalam
pembelajaran menulis bertujuan agar peserta didik dapat menulis dengan cepat dan tepat. Media
gambar dapat merangsang peserta didik agar lebih termotivasi dan tertarik dalam pembelajaran.
Peserta didik dapat melihat secara langsung gambar yang akan dijadikan objek tulisan, sehingga
peserta didik memperoleh kemudahan dalam kegiatan menulis.
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus. Siklus I merupakan tindakan awal dalam penelitian keterampilan menulis
naskah drama dengan metode picture and picture, sedangkan siklus II bertujuan untuk
memperbaiki hasil dari siklus I. Setiap siklus berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Data diperoleh dari tes dan nontes. Data nontes berupa jurnal guru, jurnal peserta didik,
wawancara, lembar observasi, serta dokumentasi foto. Subjek penelitian ini adalah keterampilan
menulis naskah drama peserta didik Kelas VIII A MTs NU Jogoloyo Wonosalam Demak.
Proses pembelajaran keterampilan menulis naskah drama dengan metode picture and picture
yaitu antara lain: intensifnya proses internalisasi penumbuhan minat-minat peserta didik untuk
menulis naskah drama, proses diskusi peserta didik dalam mengidentifikasi unsur-unsur naskah
drama terlaksana secara kondusif, intensifnya peserta didik dalam proses menulis naskah drama
dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, kondusifnya kondisi peserta didik saat
proses menyunting naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, dan
terbangunnya suasana reflektif saat kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran sehingga peserta
didik bisa menyadari kekurangan saat proses pembelajaran dan mengetahui apa yang akan
dilakukan setelah proses pembelajaran.
Pada siklus I pembelajaran keterampilan menulis naskah drama dengan metode picture
and picture belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II.
Dari data tes dapat diketahui nilai rata-rata siklus I 64,24 dalam katagori cukup. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 75,06 dalam kategori baik atau
mengalami peningkatan sebesar 10,82 atau 16,84%. Rata-rata tiap aspek seperti aspek
menentukan unsur intrinsik drama dari 70,59 menjadi 80,59 mengalami peningkatan 10 atau
14,17%, aspek menyusun kerangka naskah drama dari 75,29 menjadi 86,47 mengalami
peningkatan 11,18 atau 14,84%, dan aspek mengembangkan kerangka naskah drama menjadi
naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama dengan nilai 63,97 menjadi
77,94 meningkat 13,97 atau 21,84%. Hasil analisis data nontes juga menunjukkan adanya
perubahan perilaku. Peserta didik juga merespons positif terhadap pembelajaran keterampilan
menulis naskah drama dengan metode picture and picture. Perilaku peserta didik kelas VIII MTs
NU Jogoloyo Wonosalam Demak selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan
metode picture and picture tersebut yaitu peserta didik mampu menunjukkan sikap antusias
selama proses pembelajaran, peserta didik lebih aktif selama proses pembelajaran, peserta didik
lebih berani dan percaya diri mempresentasikan hasil diskusi, peserta didik lebih mandiri dalam
mengembangankan kerangka naskah drama yang ditulis, dan peserta didik lebih bertanggung
jawab dalam menyunting. Perilaku positif aktif pada siklus I sebesar 67,74% meningkat 14,61%
menjadi 82,35% pada siklus II. Perilaku positif antusias pada siklus I 76,47% meningkat 14,71%
menjadi 91,18% pada siklus II. Perilaku positif berani dan percaya diri pada siklus I 50%
meningkat 26,47% menjadi 76,47% pada siklus II. Perilaku positif mandiri pada siklus I 61,76%
meningkat 14,71% menjadi 76,47%. Perilaku positif tanggung jawab pada siklus I 44,12%
meningkat 27,47% menjadi 70,59% pada siklus II.
PENINGKATKAN MINAT BACA SISWA SEKOLAH DASAR
MELALUI
CLASSROOM READING PROGRAM
Oleh: R.Ahmad Sarjita

Menurut kamus Bahasa Inggris Drs. Sandy Putra mengartikan istilah Classroom berarti
ruang kelas atau ruang belajar di suatu sekolah, kata Raeading berarti membaca
dan Program berarti rencana atau daftar kegiatan, jika digabungkan tiga kata tersebut
menjadi Classroom Reading Program yang berarti Program Membaca di Kelas. Pada program
ini Class room Reading Program diartikan program membaca di kelas.
Classroom Reading Program adalah sebuah program untuk meningkatkan minat dan
kemampuan membaca pada siswa sekolah dasar. Classroom Reading Program pertama
dikenalkan di Indonesia pada awal tahun 2010 melaui Program membaca di kelas oleh DBE 2
USAID. Di Indonesia program ini disebut “ Program Membaca di Kelas.” (modul Classroom
Reading Program, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan classroom
reading program meningkatkan minat membaca dan hasil belajar pada siswa kelas VI SD
Negeri I Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun
2011. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas. Jumlah siswa yang dijadikan subyek penelitian 40 siswa.
Tulisan ini bertolak dari introspeksi yang peneliti lakukan setelah melakukan analisis
hasil ulangan formatif yang diperoleh siswa VI. Dari hasil analisis nilai ulangan
formatif diketahui bahwa tingkat kesalahan siswa dalam menjawab soal – soal isian singkat dan
uraian menjadi penyumbang terbesar terhadap tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimal.
Dari hasil study dokumen pada pengunjung dan peminjam buku di perpustakaan serta hasil
survey tentang minat siswa dalam membaca dapat diketahui bahwa minat membaca siswa kelas
VI sangat rendah. Peneliti menyimpulkan bahwa rendahnya minat membaca pada siswa
berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman terhadap isi bacaan. Sehingga sangat mungkin
siswa sulit memahami soal – soal isian dan uraian.
Dari hasil studi dokumentasi analisis penilaian 5 mata pelajaran ( PKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA dan IPS) khususnya untuk soal-soal uraian yang memerlukan pemahaman,
lebih dari 50 % siswa kelas VI mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Dari study dokumentasi analisa hasil penilaian pada kegiatan latihan ulangan tengah
semester diperoleh data tingkat kebenaran menjawab soal – soal pilihan ganda, isian singkat dan
uraian, diperoleh perbadingan sebagai berikut ; 1) Mata Pelajaran PKn, 67%, 30% dan 20% ; 2)
Bahasa Indoensia, 70%, 40% dan 40% ; 3) Matematika, 62%, 40% dan 20% ; 4) Ilmu
Pengetahuan Alam, 80%, 50%, dan 40% ; 5) Ilmu Pengetahuan Sosial, 72%, 50% dan 40%.
Dari introspeksi diatas, maka penulis berkeinginan untuk mencoba meningkatkan minat
membaca dan hasil belajar melalui tindakan dengan menerapkan classroom reading program.
Adapun langkah – langkah classroom reading programtersebut adalah ; 1) Mengadakan
perpustakaan kelas dengan melibatkan anak dalam mengelola buku – buku di
perpustakaantersebut. 2) Menggunakan buku - buku bacaan sebagai tambahan refensi dalam
proses pembelajaran. 3) Menciptakan kegiatan membaca kreatif untuk menghasilkan apa yang
telah dibaca siswa.
Dalam menjalankan kegiatan Classroom Reading Program memiliki tiga langkah yang
disebut (Three steps to implement a program to read in class ) yaitu ; 1) Mengenalkan buku,
kegiatan bisa dilakukan guru dengan melibatkan siswa mengenal, memanfaatkan, merawat dan
menentukan aturan – aturan penggunaan buku – buku di dalam kelas. 2) Mengembangkan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan/ buku – buku bacaan yang tersedia di dalam kelas.
Penggunaan buku tidak terpancang pada buku materi pelajaran tetapi buku – buku bacaan yang
sudah dikelompokan ke dalam mata pelajaran ; 3) Menciptakan kegiatan membaca yang dapat
meningkatkan kreatifitas siswa.
Hasil Penerapan classroom reading program yang pernah dicobakan oleh penulis pada
siswa kelas VI SD Negeri I Kalibeber Semester I Tahun 2011-2012, memiliki dampak positif
dalam meningkatkan minat membaca dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari semakin
meningkatnya nilai ulangan formatif dan meningkatnya jumlah kunjungan dan peminjaman buku
oleh siswa di perpustakaan. Hasil survei yang dilakukan oleh penulis terhadap minat membaca
juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara klasikal minat membaca dan hasil
belajar terjadi peningkatan dari kondisi awal, kegiatan pertama dan kegiatan ke dua masing –
masing 25 %, 66,37% dan 75,07%. Pada kegiatan ke dua secara klasikal penigkatan minat
membaca dan hasil belajar siswa tercapai.

Anda mungkin juga menyukai