Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS NOVEL DALAM “SENJA HUJAN DAN CERITA YANG TELAH USAI”
KARYA BOY CANDRA

DISUSUN OLEH : TIARA RIKKI


KELAS : Xl MIPA 3
GURU : MINAYANTI S, PD

SMA NEGERI 8 LUWU UTARA


MASAMBA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul analisis novel dalam “ senja
hujan dan cerita yang telah usai” karya boy candra

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Minayanti selaku guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini terkait tentang alur cerita yang terdapat pada sebuah novel, dimana kita
dapat mengetahui alur cerita dalam sebuah novel yang saya analisis.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa di harapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga
karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang alur yang terdapat pada sebuah
novel yang berjudul “ senja hujan dan cerita yang telah usai”.

Masamba, 7 Maret 2022

Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan intertekstualitas antara novel Senja, Hujan,

dan Cerita yang Telah Usai Karya Boy Candra dan Novel Hujan Karya Tere Liye. Jenis penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan berupa peristiwa yang merupakan hasil

persamaan dan perbedaan tema dan alur dari kedua novel. Hasil penelitian ini menunjukka bahwa

terjadi kesamaan dalam kedua novel yaitu tema hujan yang menjadi simbol penanda kenangan masa

lalu dan alur yang digunakan adalah alur campuran. Dasar kesamaan tema dan alur didukung oleh

kesamaan peristiwa-peristiwa dalam cerita menunjukkan adanya hubungan intertekstual antara kedua

novel. Sebagai karya yang terbit terebih dahulu novel Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai

karya Boy Candra adalah hipogram dan novel Hujan karya Tere Liye sebagai transformasi. Pada

tema dan alur, tranformasi novel Hujan sedikit meneruskan dan banyak menyimpangi hipogramnya.

Kata kunci : Hipogram, Intertekstual, Transformasi.


1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah teks karya sastra senantiasa berada di antara teks-teks lain yang mendahuluinya, sehingga

terjalin relasi yang interstekstual (Teeuw dalam Sungkowati, 2014). Intertekstualitas pertama kali

dikenalkan oleh Julia Kristeva yang mengembangkan pemikiran Michael Bakhtin seorang Filsuf

Rusia sebagai teori yang menyatakan bahwa sebuah teks harus dibaca dengan latar belakang lain,

dikarenakan sebuah teks tidak benar-benar dapat berdiri sendiri tanpa adanya teks lain sebagai

teladan. Kristeva (dalam Rokhmansyah, 2014, hal 119) menegaskan dua alasan perihal munculnya

teori intertekstual. Alasan pertama, pengarang adalah pembaca teks sebelum menciptakan atau

menulis teks. Sedangkan alasan yang kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan.

Kemungkinan adanya penerimaan atau pertentangan terletak pada pengarang melalui proses

pembacaan.

Menurut Kristeva setiap teks, termasuk teks sastra merupakan mozaik kutipan dan tanggapan

atau penyerapan teks-teks lain. Oleh karena itu, Teeuw (dalam Rokhmansyah, 2014, hal 119) juga

menegaskan bahwa suatu teks baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan teks-teks lain.

Sedangkan menurut Riffaterre (dalam Rokhmansyah, 2014, hal 121) juga berpendapat bahwa teks

tertentu yang menjadi latar penciptaan teks baru disebut hiprogram, sedangkan teks yang menyerap

hiprogram disebut transformasi. Hubungan antara teks terdahulu dengan teks yang kemudian inilah

yang sebut dengan hubungan intertekstual. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kajian intertekstual adalah fenomena resepsi pengarang terhadap teks-teks yang pernah dibacanya

kemudian dilibatkan dalam hasil karyanya.

Saat membaca suatu novel, pembaca sering kali merasa pernah membaca novel lain yang

memiliki jalan cerita yang mirip. Beberapa novel juga pasti dirasa memiliki kesamaan tokoh, alur,

dan latar yang hampir mirip. Untuk mengetahui kesaamaan dan perbedaan dalam novel-novel itulah

diperlukan kajian intertekstualitas. Melalui kajian intertekstual itu pulalah dapat diketahui novel
mana yang menjadi hipogram, dan novel mana yang menjadi transformasi. Tujuan kajian

intertekstual sendiri tidak untuk membedakan hasil karya seorang pengarang, melainkan untuk

melihat seberapa jauh kreativitas pengarang.

Novel Senja, Hujan dan Cerita yang Telah Usai karya Boy Candra atau selanjutnya disingkat

SHC lebih dulu terbit pada tahun 2015, mengisahkan seorang lelaki yang ingin melupakan semua

kisah cinta yang terpendam terhadap sahabat perempuannya. Sedangkan Novel Hujan karya Tere

Liye atau yang selanjutnya disingkat H terbit pada tahun 2016, mengisahkan seorang perempuan

yang ingin menghapus semua ingatan masa lalunya melalui terapi mesin. Kedua novel tersebut juga

memiliki alur yang sama yaitu flashback atau menceritakan kenangan-kenangan bersama seseorang

yag berarti bagi hidup tokoh utama.

Kehadiran kedua novel tersebut cukup ditunggu oleh pembaca, mengingat kedua pengarang

novel tersebut sama-sama memiliki nama yang besar di Indonesia. Boy Candra selalu ditunggu

penggemarnya melalui puisi-puisi romantisnya yang selalu diunggah di akun youtube pribadinya,

sedangkan Tere Liye selalu ditunggu kata-kata romantisnya di akun media sosialnya. Sehingga

kripah kedua penulis hingga saat ini masih digandrungi semua kalangan masyarakat, terutama

generasi milenial. Persamaan dan perbedaan dalam kedua novel tersebut sangat menonjol. Persamaan

dan perbedaan itu pulalah yang menjadi titik tolak dan kekuatan

masing-masing novel.

Berdasarkan perihal yang melatarbelakangi terjadinya kajian intertekstual, peneliti menyakini

bahwa kajian intertekstual bisa digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar pada siswa tentang

menulis karya sastra. Mengingat penulis yang memiliki latar belakang yang sama, bisa memiliki

persamaan dalam menulis karya sastra. Siswa yang ada disekolah juga memiliki latar belakang yang

sama, yaitu guru yang mengajar adalah orang yang sama. Sehingga guru bisa mengunakan kajian

intertekstual pada materi menulis sastra. Siswa terlebih dahulu mengamati hasil karya sastra milik
orang lain untuk menemukan ide dalam menulis. Setelah itu siswa dipersilahkan membuat karya

sastranya sendiri dengan gaya dan kreativitasnya masing-masing.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana alur cerita dari novel Senja Hujan dan Cerita yang Telah Usai Karya Boy Candra?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana isi yang ada di dalam

novel Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai Karya Boy Candra dan alur-alur yang ada di

dalamnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga

untuk kehidupan kita selanjutnya, belajar ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, jangan memaksakan

diri untuk menjalani hal yang memang tidak membuat kita nyaman dan manfaat lainya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, karena peneliti mendeskripsikan data-

data yang telah diperoleh berdasarkan analisis. Pendekatan kualitatif bersifat deskriptif berpandangan

bahwa semua hal yang berkaitan dengan system tanda adalah penting dan memiliki pengaruh antara

yang satu dengan yang lainnya. Dengan mendeskripsikan system tanda akan memberikan suatu

pemahaman yang komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji (Semi, 1993 : 30). Sumber data

dalam penelitian ini adalah novel SHC karya Boy Candra dan novel H karya Tere Liye. Data yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengekspresikan adanya unsur intrinsik

dan hubungan intertekstualitas pada novel SHC dan H. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah membaca secara berulang-ulang dengan teliti, kemudian menyiapkan

lembar pengumpulan data, lalu mencatat data-data yang berisi hubungan intertekstual.

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti sendiri dan tabel (Siswantoro, 2016 : 73).

Peneliti bertugas sebagai pelaksana, pengumpul data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.
Selain itu, peneliti juga memerlukan tabel dan catatan untuk memudahkan proses pengumpulan data.

Adapun teknik analisis data, dilakukan dengan pengelompokan data, mengklasifikasi data, mengkode

data, dan menginterpretasi data serta mendeskripsikan data (Semi, 1993 : 15). Selanjutnya untuk

menguji kesahihan data, peneliti menggunakan validitas semantic. Validitas semantis adalah yaitu

mengukur tingkat kesensitifan makna simbolik yang bergelanyut dalam konteks. Dimana pengukuran

makna simbolik tersebut dikaitkan dengan konteks karya sastra dan konsep analisis. Sehingga dalam

penelitian ini, teknik pengujian kesahihan data dapat dilihat dari sejauh mana peneliti

mendeskripsikan setiap makna dari kalimat-kalimat yang diprediksi memiliki hubungan

intertekstualitas (Endaswara, 2003 : 164)


2. KAJIAN TEORI

3. Pengertian Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
“Sastra”, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar “Sas”
yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan “Tra” yang berarti “alat” atau “sarana”. Sastra lahir
oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan,
dan semesta (Semi, 1993 : 1).

Terdapat beberapa kutikan menarik dari Dr. Wahyudi S., seorang dosen yang sejak tahun
1988 hingga sekarang telah menjadi dosen di Universitas Malang dan turut aktif dalam
memberikan sumbangsih serta berdedikasi dalam bidang penelitian dan pengajaran sastra.
“Kalau kita berbicara tentang studi sastra, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembicaraan
tentang karya sastra itu sendiri. Tanpa ada karya sastra, kita tidak mungkin berbicara tentang
studi sastra. Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah
kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Sastrawan dapat dikatakan sebagai ahli ilmu
jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat, bukan dengan cara
teknis akademis melainkan melalui tulisan sastra.”

Dalam sebuah buku referensi yang penulis miliki, dikatakan pula bahwa “Karya sastra adalah
anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang.” (Selden, 1985 :
52).

4. Jenis – Jenis Sastra


Secara umum, sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra
yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan
tertentu. Contoh karya sastra puisi yaitu puisi, pantun, dan syair sedangkan contoh karya sastra
prosa yaitu novel, cerita/cerpen, dan drama.

1. Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :


a. Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan
panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b. Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan
padat serta indah.
c. Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan
bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d. Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas
dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua
pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
a. Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan
pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b. Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif. c.
Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d. Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk)
denan pelukisan yang berlebih-lebihan.

3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :


a. Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi :
1) Kesusastraan zaman purba,
2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
3) Kesusastraan zaman Islam, dan
4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b. Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah:
1) Hikayat Abdullah
2) Syair Singapura Dimakan Api
3) Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
4) Syair Abdul Muluk, dll.
c. Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman :
1) Balai Pustaka / Angkatan 20
2) Pujangga Baru / Angkatan 30
3) Jepang
4) Angkatan 45
5) Angkatan 66
5. Pengertian Novel
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi
dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel
biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang
terkandung dalam novel tersebut.

Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti “sepotong kisah atau berita”. Kemudian,
kata itu diartikan sebagai sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Jepang adalah tempat lahir
novel yang pertama. Novel itu berjudul Hikayat Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh
Murasaki Shikibu.

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi
dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel
biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang
terkandung dalam novel tersebut.

6. Macam – Macam Novel


1. Novel Romantis
Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang bertemakan percintaan.
Novel ini hanya dibaca khusus oleh para remaja dan orang dewasa. Alur ceritanya
pertemuan kedua tokoh yang berlawanan jenis tersebut ditulis semenarik mungkin. Lalu
dilanjutkan dengan konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks,
lalu diakhiri dengan sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi tiga: happy
ending (dua tokoh utama bersatu), sad ending (dua tokoh utama tidak bersatu),
dan ending menggantung (pembaca dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).

2. Novel Komedi
Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang humoris (lucu) dan menarik
dengan gaya bahasa yang ringan dengan diiringi gaya humoris dan mudah dipahami.
3. Novel Religi
Novel ini bisa saja merupakan kisah romantis atau inspiratif yang ditulis
lewat sudut pandang religi. Atau novel yang lebih mengarah kepada religi meski tema
tersebut beragam.

4. Novel Horor

Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang menarik dari novel ini adalah
latar tempatnya, yang kebanyakan sebagai sumber hantu itu berasal. Cerita juga biasa
disajikan dalam bentuk perjalanan sekelompok orang ke tempat angker.

5. Novel Misteri

Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki rumit yang merespons
pembacanya untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bersifat
mistis, dan keras.Tokoh-tokoh yg terlibat biasanya banyak dan beragam, seperti polisi,
detektif, ilmuwan, budayawan, dll.

6. Novel Inspiratif

Novel Inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah cerita yang bisa memberi
inspirasi pembacanya. Biasanya novel inspiratif ini banyak yang berasal dari cerita
nonfiksi atau nyata. Tema yang disuguhkan pun banyak, seperti tentang pendidikan,
ekonomi, politik, prestasi, dan percintaan. Gaya bahasanya pun kuat, deskriptif, dan
akhirnya menemui karakter tokoh yang tak terduga.

7. Unsur – Unsur Instrinsik Novel


Yang dimaksud unsur - unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur
pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Yaitu
sebagai berikut :

1. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema.
Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang
menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan inti atau pokok persoalan yang menjadi dasara
pengembangan cerita. Tema menyngkut segala persoalan, baik masalah
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya
(Engkos Kosasih, 2005 : 99).

2. Tokoh
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada
umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang
atau benda yang diinsankan.
Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam
cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan
positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

b.Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang


bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

3. Penokohan atau perwatakan

Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam


sebuah novel. "Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter atau sifat,
misalnya pemarah, periang, pemabuk,atau rajin. Penggambaran watak tokoh
dapat secara langsung ataupun tidak langsung."

4. Alur

Tema merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh


hubungan sebab-akibat (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Tema adalah jalinan
cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun
atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita. Sebuah cerita
sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat. Jalinan itu yang dinamakan alur/plot. Alur dapat dikategorikan
menjadi tiga :

a. Alur maju (alur lurus)

Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis)

b. Alur mundur (alur flashback)


Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back)

c. Alur campuran (maju-mundur)

Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.

6. Setting/Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan


dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa dalam suatu karya
sastra beserta tempatnya (Syamsuddin A. R. 2005 : 99). Latar dapat
dibedakan ke dalam dua unsur pokok:

a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan


dalam sebuah novel.
b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah „kapan‟ terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah novel.
c. Latar suasana, suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan
dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan
dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung
dalam suasana tertentu. Misalnya, suasana gembira, sedih, tegang, penuh
semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Suasana dalam cerita biasanya
dibangun bersama pelukisan tokoh utama. Pembaca mengikuti kejadian
demi kejadian yang dialami tokoh utama dan bersama dia pembaca
dibawa larut dalam suasana cerita.

7. Sudut Pandang
Sudut pandang atau titik pengisahan adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita (Engkos Kosasih, 2006 : 83). Posisi pengarang ini
terdiri atas dua macam :
a. Sudut pandang orang pertama

Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di


dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam
cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu). Salah satu ciri sudut
pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti „aku‟ dalam cerita.
Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut
pandang akuan.

b. Sudut pandang orang ketiga


Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita.
Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya
seperti dalang atau pencerita saja. Ciri utama sudut pandang orang ketiga
adalah penggunaan kata ganti „dia‟ atau „nama-nama tokoh.

9. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui


bahasa yang digunakan. Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing.
Gaya bahasa berfungsi sebagai alat utama pengarang untuk melukiskan,
menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. misalnya
personifikasi, gaya bahasa ini mendeskripsikan benda–benda mati dengan
cara memberikan sifat–sifat seperti manusia. Simile (perumpamaan), gaya
bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan. Hiperbola, gaya
bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud
memberikan efek berlebihan.
”Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana
persuasive, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesame tokoh. Kemampuan sang penulis
mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana
yang berterus terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, dan objektif
atau emosional" (Engkos Kosasih, 2006 : 84).

10. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu (Engkos
Kosasih, 2006 : 84). Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat,
anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang
jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti pesan yang bersifat positif.
8. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas dua masalah, yakni hipogram dan transformasi pada tema dan alur

dalam novel SHC dan H. Karena melalui hasil analisis tersebut dapat dideskripsikan hubungan

intertekstualitas dalam novel SHC dan H.

a. Tema

Hasil analisis pertama yaitu mengenai tema, dimana kedua novel tersebut memiliki keterkaitan

yang kuat. Tema dalam kedua novel tersebut adalah tentang cinta dan melupakan. SHC dan H,

menjadikan hujan sebagai simbol kenangan yang mengingatkan tokoh utama terhadap hal-hal yang

berarti dalam hidupnya. Novel SHC menceritakan aku (tokoh utama) yang berusaha melupakan

sosok sahabat perempuan yang dicintainya. Tokoh aku menceritakan bahwa dia memiliki kenangan-

kenangan indah saat hujan bersama orang yang dicintainya. Namun di akhir waktu, kenangan-

kenangan bersama hujan tersebut menjadi kenangan paling buruk dalam hidup si aku. Sampai si aku

ingin melupakan semua kenangankenangan tersebut. Novel H menceritakan sosok Lail seorang

perempuan yang hidup pada tahun 2050. Dimana kejadian-kejadian indah dan buruk dalam hidup

Lail terjadi pada saat hujan. Lail kehilangan orang tua, menjadi yatim piatu, bertemu Esok (pujaan

hatinya), relawan kemanusiaan yang hebat, semua terjadi pada saat hujan. Hingga pada akhirnya ada

kenangan buruk Lail bersama Esok yang membuat Lail ingin menghapus semua kenangannya

melalui mesin penghapus ingatan. (1) Hujan juga datang membawa pulang kehangatanmu di

kepalaku. Sementara tubuhku harus tabah menikmati dinginya waktu. Namun, demi semua hal yang

sudah kita sepakati. Aku pun mngerti, aku harus sabar menanti. Aku harus memperjuangkan apa-apa

yang kumiliki. (SHC: 3) (2) Hujan gerimis membungkus kota. Lail tersengal, duduk di atas trotoar.

Wajahnya pucat. Dia baru saja melewati kengerian yang tidak pernah bisa di bayangkan sebelumnya.

b. Alur

Alur yang digunakan dalam novel SHC dan H adalah alur campuran. Novel SHC

menggambarkan kenangan-kenangan tokoh utama dalam bentuk catatan seperti buku diari. Setiap
catatan cerita selalu diakhiri dengan tanggal, bulan, dan tahun. Sedangkan novel H menggambarkan

kenangan-kenangan tokoh utama dalam bentuk cerita yang dipantau dari mesin penghilang ingatan.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, dalam novel SHC dan H terdapat delapan tahapan

dalam cerita. Tahap pertama adalah tahap perkenalan, kedua permasalahan mulai muncul, ketiga

munculnya konflik, keempat konflik mulai memanas, kelima puncak konflik, keenam tahap

penyelesaian konfik, terakhir tahap penyelesaian cerita. Tahapan-tahapan tersebut menunjukkan alur

cerita berdasarkan kriteria waktu. Sedangkan alur cerita berdasarkan kriteria isi, novel SHC dan H

termasuk plot peruntungan. Karena seluruh isi cerita berdasarkan nasib dan peruntungan tokoh

utama.
9. SIMPULAN

Novel SHC dan H dibangun dari tiga tema minor. Tema minor yang pertama menggambarkan hujan

mengingatkan kenangan buruk bagi tokoh, kedua menggambarkan hujan memiliki kenangan indah,

ketiga menggambarkan kedua tokoh berusaha melupakan seluruh kenangannya. Sedangkan tema

mayor dalam kedua novel adalah memeluk kenangan masa lalu. Sehingga kedua novel tersebut

sama-sama memiliki tema tentang cinta dan melupakan. Perbedaan dalam novel H dibumbui tentang

keluarga dan persahabatan.

Alur dalam novel SHC dan H terdapat delapan tahapan dalam cerita. Tahap pertama adalah tahap

perkenalan, kedua permasalahan mulai muncul, ketiga munculnya konflik, keempat konflik mulai

memanas, kelima puncak konflik, keenam tahap penyelesaian konfik, terakhir tahap penyelesaian

cerita. Tahapan-tahapan tersebut menunjukkan alur cerita berdasarkan kriteria waktu. Sedangkan alur

cerita berdasarkan kriteria isi, novel SHC dan H termasuk plot peruntungan. Karena seluruh isi cerita

berdasarkan nasib dan peruntungan tokoh utama.


10. DAFTAR PUSTAKA

Bandung, SDM 7 (2018). Kenapa dipanggil Tere Liye? Talk Show Kepenulisan Bersama Tere Liye.
Youtube : https://youtu.be/MGPT0_Z9Mz8.

Candra, B. (2015). Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai. Jakarta : Mediakita Endaswara, S.

(2003). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta :

Media Pressindo Grobmart.com (2018). Lebih Dekat dengan Boy Candra. Youtube :
https://youtu.be/LBSfyhCDnNg.

Kristeva, J. (1986). Word, Dialogue and Novel. New York : Columbia University Press. Kusuma,
K.A. Waluyo, H.J. Wardani, N.E (2018). Pengakuan Calabai : Sebuah Analisis Intertekstual
Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Novel Calabai karya Pepi Al-bayqunie :
Jurnal Kata. Vol. 2 (1) Mei. Universitas Sebelas Maret.

Liye, T. (2016). Hujan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, B. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai