Anda di halaman 1dari 9

INTERTEKSTUAL NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DENGAN NOVEL PEREMPUAN


JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF

ARTIKEL E-JOURNAL

FENTY VIORA
NIM 130388201010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK

Fenty Viora. 2017. Intertekstual Novel Perempuan Berkalung Sorban


Karya Abidah El Khalieqy dengan Novel Perempuan Jogja Karya Achmad
Munif. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I
: Tessa Dwi Leoni, M.Pd., dan Pembimbing II : Siti Habibah, L.c., M.Ag.

Kata Kunci: Tema, Alur, Tokoh, Latar, Feminisme dan Intertekstual

Pada dasarnya sebuah karya sastra merupakan suatu ungkapan pengarang


yang memiliki daya pemikiran dan imajinasi tinggi. Saat ini, novel merupakan
salah satu karya sastra yang sangat diminati yang menampilkan bermacam
konflik, seting, tema yang unik dan menarik. Sebuah teks sastra termasuk novel
tidak berdiri sendiri melainkan terdiri dari teks-teks lain. Intertekstual mengkaji
tentang keterkaitan antara satu teks sastra dengan teks sastra yang lainnya,
pengaruh teks-teks lama terhadap teks-teks yang hadir kemudian.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur novel yang
terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
dengan novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif dan juga mendeskripsikan
hubungan intertekstual di dalam kedua novel tersebut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, sedangkan teknik analisis
data dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini berupa hubungan intertekstual pada novel


Perempuan Jogja yang berhipogram kepada novel Perempuan Berkalung Sorban.
Novel tersebut berusaha memposisikan lagi kedudukan wanita kepada kodrat
sebenarnya. Bahwa perempuan, apalagi perempuan Jawa memiliki suatu ciri khas
yang lemah lembut dan sangat berbakti kepada suami dan keluarga. Inilah yang
dibuktikan oleh tokoh Rumanti. Pengarang menginginkan dengan adanya
emansipasi tidak mengubah wanita sebagaimana takdirnya.
ABSTRACT

Fenty Viora. 2017. Analyzing Intertextual Novel Perempuan Berkalung


Sorban by Abidah El Khalieqy with Novel Perempuan Jogja by Achmad Munif.
Departement of Indonesian Education Language and Literature. Faculty of
Teacher Training and Knowledge. Tutor I: Tessa Dwi Leoni, M.Pd. Tutor II: Siti
Habibah, Lc., M.Ag.

Keyword: Theme, Plot, Character, Background, Feminism, and Intertextual

Basically literature works is phrase of writer which has resources thought


and imagination. Now, novel is one of favorite literature works, they show some
kind conflict, setting, unique and interesting theme. Novel is not composed by one
text but there are other texts. Interxtual usually analyze relationship between one
of text with other text, the impact of old text against present text.

This research purposed to describe structure of novel in novel Perempuan


Berkalung Sorban by Abidah El Khalieqy with novel Perempuan Jogja by
Achmad Munif, also purposed describing relation intextual between those novel.
This research used method descriptive qualitative, while technique analyzing data
was reduction data, presentation data, and conclusing.

Result of this research is relation intextual between novel Perempuan


Jogja which is related with novel Perempuan Berkalung Sorban. That novel tried
for positioning status of woman to reality. Every woman, especially Javanese
woman has one characteristic gently and devoted to husband and family. This is
proven by character Rumanti. Writer wanted to show emancipation but did not
change woman fate.
1. Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya waktu, karya sastra termasuk novel terus
saja bermunculan tanpa henti. Sebuah karya sastra yang muncul dari setiap
pengarang pasti memiliki kekhasan tersendiri. Namun sebuah karya sastra tidak
menutup kemungkinan akan memiliki persamaan dan perbedaan dengan karya
sastra lain. Dengan adanya persamaan dan perbedaan ini lahirlah sebuah studi
penelitian sastra yang dikenal dengan teori intertekstual. Teori intertekstual ini
merupakan bagian dari sastra bandingan (Endraswara, 2013:130). Sebuah karya
sastra tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh karya sastra yang pernah
muncul sebelumnya. Karya sastra yang baru muncul dimungkinkan memiliki
keterkaitan dengan sastra terdahulu. Hal ini bisa saja terjadi karena pengarang
mungkin pernah membaca sebuah karya sastra terdahulu.
Dalam kajian intertekstual ada dua istilah yang digunakan, yakni hipogram
dan transformasi. Hipogram merupakan latar belakang dari sebuah kelahiran
karya sastra. Sedangkan sebuah teks sastra yang menyerap dari kutipan teks
terdahulu disebut transformasi (Endraswara, 2013:132). Hipogram inilah yang
menjadi kepingan-kepingan teks yang akan dirangkum di dalam teks sastra yang
baru. Teks sastra yang baru pun tidak serta merta mengambil secara utuh yang
menjadi hipogramnya, tetapi kembali lagi kepada pengarang yang mengolah
hipogram itu menjadi sesuatu yang lebih baru. Hal inilah yang menyebabkan
seberapa pun sebuah teks yang dikaji dengan menggunakan prinsip intertekstual,
karya itu tidak akan bisa secara mudah kita katakan bahwa itu merupakan suatu
hipogram atau transformasi. Hal itu tergantung pada kreativitas sang pengarang
untuk menyatakannya secara jelas teks tersebut ataupun secara tersembunyi.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur novel yang
terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
dengan novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif dan juga mendeskripsikan
hubungan intertekstual di dalam kedua novel tersebut.

2. MetodologiPenelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan secara detil dan rinci pembahasan yang diteliti.Endraswara
(2013:8) menyebutkan bahwa metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih
oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai
subjek kajian.Pembahasan yang akan dideskripsikan secara detil dalam penelitian
ini berupanovel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy dan
Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data berdasarkan teori Miles dan Haberman (Sugiyono, 2012:252)
yakni Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
3. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Pada penelitian ini, untuk menganalisis unsur pembangun dalam novel
peneliti menggunakan teori Stanton yang membagi unsur pembangun ke dalam
dua bagian, yakni tema dan fakta (tokoh, latar dan alur). Berdasarkan teori
tersebut didapatkan hasil sebagai berikut.
Tema yang diangkat pada novel Perempuan Berkalung Sorban adalah
permasalahan hidup perempuan yang berjuang akan hak atas dirinya sendiri yang
tidak ingin dibedakan dan bisa menentukan pilhan hidupnya. Alur yang digunakan
merupakan alur campuran. Awal kisah merupakan alur mundur kemudian
dilanjutkan dengan alur maju.Tokohnya utama dalam novel Perempuan
Berkalung SorbanAnnisa Nurhayah. Annisa digambarkan sebagai seorang
perempuan yang keras kepala, pemberontak, cerdas, berwawasan, sabar,
penyayang, dan suka berorganisasi. Sedangkan Latar yang digunakan yakni latar
tempat, waktu dan suasana. Latar tempat yang paling dominan ialah di Pesantren,
rumah Samsudin, dan Yogyakarta.
Pada novel Perempuan Jogja,tema yang berpusat pada kehidupan
perempuan Jawa yang mengalami permasasalahan dalam kehidupan keluarganya.
Alur yang digunakan ialah alur campuran. Cerita dimulai dengan alur maju namun
di tengah-tengah cerita pengarang memasukkan beberapa unsur atau kenangan
masa lampau yang membuat pembaca membayangkan suasana pada saat itu.
Tokoh perempuan yang ditelitiialah tokoh Rumanti dan Indri. Rumanti
mempunyai sifat setia, rajin, ulet, sabar dan penyayang. Sedangkan Indri
mempunyai sifat pemberontak, cerdas dan juga mandiri. Sedangkan Latar yang
digunakan yakni latar tempat, waktu dan suasanan. Latar tempat yang paling
dominan ialah di Ndalem Sudarsanan dan Yogyakarta.
Unsur feminisme yang terdapat dalam novel Perempuan Berkalung
Sorban salah satunya yakni okoh Annisa yang mempunyai pemikiran tentang
persamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan novel halaman 10-11.
“Memangnya urusan laki-laki itu apa? Apa perempuan tidak boleh
untuk mengetahuinya?”
.... aku berpikir sejenak kemudian bertanya, “apa ke kantor itu
terasuk urisan laki-laki, Pak Guru?
“Tetapi Ibunya Dita juga pergi ke kantor, Pak guru, dan tidak
pernah pergi ke pasar.”
“Tetapi Ayahnya Dita belum meninggal, Pak. Ayahnya Dita
memiliki banyak burung dan setiap harinya memberi makan burung
dan mengajarinya kalimat.. rejeki nomplok, rejeki nomplok, rejeki
nomplok.”
Sedangkan pada novel Perempuan Jogja, tokoh Indri yang kerap
meberontak dan menentang perbuatan kakaknya. Indri menganggap bahwa
kakaknya, Danu, selalu bersikap sewenang-wenang dan tidak memperdulikan
orang lain, bahkan istrinya sendiri. Indri meminta Rumanti, kakak iparnya untuk
menolak permintaan Danu untuk menikah lagi.
“Itu tidak adil Mbak Rum. Sekarang bukan jamannya suami
memperlakukan istri seenaknya. Ini bukan bukan jamanya Romo atau
eyang-eyang kita dulu.”
“Mas danu itu tidak boleh dibiarkan menang sendiri, Mbak.
Semua orang dipaksa mematuhi perintahnya. Memangnya dia itu
raja? Romo saja tidak seperti itu. Berani tidak Mbak Rum menolak
kalau dimadu?” (hlm. 21)

Pada novel Perempuan Jogja, lelaki digambarkan masih memiliki


pengaruh yang dominan dalam keluarga. Oleh karena itu Danu bersikap seolah-
olah mempunyai kekuasaaan yang tidak bisa ditolak oleh istrinya.
“Rum tidak akan pernah berani menolak keinginanku. Inilah
keberuntunganku sebagai laki-laki, Ton.” (hlm. 105)

Kutipan di atas sangat menggambarkan bahwa lelaki masih bertindak


mendominasi dan menjadikan wanita sebagai makhluk yang dianggap lemah dan
tidak berani memberontak. Sikap Rum yang lemah dan selalu menurut kepada
suami menimbulkan suatu cela bagi laki-laki untuk menjadi lebih berkuasa dan
bertindak sewenang-wenang. Maka dari itu lah, sosok Indri menjadi pembela bagi
kaum perempuan dalam novel Perempuan Jogja yang tidak ingin diperlakukan
semena-mena oleh lelaki seperti yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2013:108),
bahwa gerakan feminisme lahir untuk mengakhiri dominasi laki-laki terhadap
perempuan yang terjadi di masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti melihat hubungan intertekstual yang
terdapat dalam kedua novel tersebut, yaitu novel Perempuan Berkalung Sorban
merupakan hipogram dari novel Perempuan Jogja. Novel Perempuan Jogja
berusaha meluruskan pandangan dari novel sebelumnya bahwa dengan adanya
feminisme tidak mengubah kodrat wanita sebagaimana mestinya. Tokoh Rumanti
memberikan gambaran kepada tokoh Annisa bahwa sebagai perempuan Jawa juga
harus bisa mengabdi dan melayani suami serta keluarga dengan baik. Pengarang
novel Perempuan Jogja tidak menolak pandangan feminisme, karena dalam
novelnya ia juga memasukkan unsur feminisme pada tokoh Indri.
4. Simpulan dan saran
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa novel Perempuan Jogja
berhipogram kepada novel Perempuan Berkalung Sorban. Novel tersebut
berusaha memposisikan lagi kedudukan wanita kepada kodrat sebenarnya. Bahwa
perempuan, apalagi perempuan Jawa memiliki suatu ciri khas yang lemah lembut
dan sangat berbakti kepada suami dan keluarga. Inilah yang dibuktikan oleh tokoh
Rumanti dan juga Indri. Pengarang ingin menunjukkan dengan adanya emansipasi
tidak mengubah wanita sebagaimana takdirnya.
Berdasarkan penelitian ini, Peneliti berharap agar pembaca dapat memahami
struktur karya sastra dan memahami konsep intertekstual.Peneliti juga berharap
bagi peneliti lain, agar penelitian mengenai kajian intertekstual ini dapat
dikembangkan lagi dengan ide-ide baru, untuk membantu mengenalkan ilmu
intertekstual ini terhadap pembaca dengan lebih baik, sehingga terlengkapi
pulalah penelitian ini. Selain itu, Penelitian ini diharapkan bisa berguna untuk
pembelajaran di sekolah, khususnya pada pembelajaran apresiasi sastra. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini bisa lebih dikembangkan sesuai dengan
keperluan dalam bidang pengajaran. Penelitian mengenai intertekstual ini
diharapkan dapat menajdi salah satu daya tarik bagi guru untuk lebih memperluas
lagi wawasan sastra, sehingga pada pembelajaran di sekolah dapat diterapkan
demi memperluas pengetahuan siswa dalam mempelajari sastra yang tidak hanya
sekedar memilah unsur instrinsik maupun ekstrinsik dan perbandingan.

5. Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Khalieqy, Abidah El. 2008. Perempuan Berkalung Sorban. Yogyakarta: Arti
Bumi Intara.
Munif, Achmad. 2012. Perempuan Jogja. Yogyakarta: Mara Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai