Studi Kuasi Eksperimen pada Peserta Ekstrakurikuler Teater Siswa IPA dan IPS
SMAN 1 Telukjambe Karawang
Euis Heryanti
SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang
Pos-el: isheryanti85@gmail.com
ABSTRAK
Pengaruh Metode Acting Stanislavski terhadap Kemampuan Siswa SMA Bermain Drama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bermain drama siswa peserta Ekstrakurikuler
Teater dengan menggunakan metode acting Stanislavski. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen kuasi dengan desain faktorial. Sebagai variabel moderator, diambil kelas IPA dan IPS.
Data penelitian dikumpulkan melalui tes unjuk kerja bermain drama, dokumentasi, dan wawancara
untuk mengetahui tanggapan observer terhadap pelatihan drama dengan menggunakan metode Acting
Stanislavski. Dari hasil uji t, hasil kemampuan acting kelas IPS mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan kelas IPA yang menunjukan sig = 0,015 < α =0,05, menyatakan
bahwa ditolak. Dengan demikian kemampuan peserta IPS lebih unggul dibandingkan peserta IPA.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pola pikir dan kebiasaan antara siswa kelas IPA dan IPS.
Kemampuan bermain drama peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPS lebih unggul dari peserta
ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA.
Kata kunci : metode acting Stanislavski, drama, kelas IPA dan IPS
ABSTRACT
Stanislavski Method Acting Influence on the Ability to Play Drama Theatre Participants
Extracurricular Science and Social Studies. This study aims to determine the ability of participants
to play drama science and social studies using the Stanislavski acting method. This study uses a quasi
experimental factorial design. Due to the extracurricular theater participants come from all walks of
classes, the researchers took the class background (IPA and IPS) as a moderator variable. The research
data was collected through performance tests play drama, documentation, and interviews to determine
the response of the observer drama training using the Stanislavski acting method. From the results of
the t test, the results of social studies class acting ability has increased significantly compared to the
science class that show sig = 0.015 <α = 0.05, stating that Ho rejected. Thus the ability of participants
IPS superior IPA participants. This shows the difference in mindset and habits among students in
grade science and social studies. That's why in terms of ability to play drama, theater extracurricular
participants who set IPS superior extracurricular participants IPA theater background.
Keywords: Stanislavski method acting, drama, science and social studies
33
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski
biasa, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dia Pelatihan drama juga perlu disertai dengan
memiliki postur tubuh, kualitas suara dan latihan agar siswa lebih paham. Oleh sebab
bahasa yang berbeda-beda. Demikian pula itu, peneliti beranggapan bahwa pelatihanan
halnya dengan rasa percaya diri, rasa apakah acting dengan metode acting Stanislavski
dia menarik atau tidak, dan cara dapat meningkatkan kemampuan peserta
memproyeksikan pandangan diri orang- ekstrakurikuler teater dalam bermain drama.
orang tersebut tentang dirinya. Semua itu Penelitian ini merujuk pada
mempunyai bentuk dan cara yang berbeda- penelitian sebelumnya yang berkenaan
beda, tetapi semua itu tetap mewakili diri mengenai pelatihan apresiasi drama.
pribadi si pemeran, bukan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Antika
Demikian pula halnya ketika di atas dari Universitas Pendidikan Indonesia yang
panggung. Pemeran akan memainkan peran berjudul “Peningkatan Keterampilan
yang berbeda-beda tetapi tetap adalah Ekspresi Drama dengan Menggunakan
dirinya sendiri. Segi sosial dari pemeranan Metode Pelatihan Acting Stanislavski”. Pada
ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
dia peka dan memiliki respon yang Penelitian Tindakan kelas (PTK). Tindakan
beragam. Sebelum pemeran melakukan yang diberikan kepada siswa berupa
pelatihan, ada beberapa prasayat yang harus Pelatihan Acting Stanislavski untuk
dipersiapkan, yaitu fisik, mental, dan meningkatkan keterampilan ekspresi drama
konsentrasi (Anirun, 1979, dalam Sumiyadi siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya
dan Memen Durachman). peningkatan yang signifikan dari tahap
Teater adalah salah satu bentuk pratindakan sampai siklus II. Penerapan
kegiatan manusia yang secara sadar metode Pelatihan Acting Stanislavski
menggunakan tubuhnya sebagai unsur mampu membuat pelatihan lebih
utama untuk menyatakan dirinya yang menyenangkan, dan mampu meningkatkan
diwujudkan dalam suatu karya seni suara, keterampilan siswa dalam ekspresi drama
bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita dan memberikan motivasi kepada siswa.
pergulatan kehidupan manusia. Unsur-unsur Adapun dalam penelitian ini, peneliti
teater menurut urutannya ada 6 ingin mengetahui sejauh mana pengaruh
permasalahan, yakni: (1) Tubuh manusia, metode Acting Stanislavski dalam pelatihan
sebagai unsur utama acting bagi peserta ekstrakurikuler teater di
(pemeran/pelaku/pemain), (2) Gerak, SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang.
sebagai unsur penunjang, (3) Suara, sebagai Selain itu, peneliti pun ingin mengetahui
unsur penunjang (kata/untuk acuan faktor lain yang memengaruhi hasil
pemeran), (4) Bunyi, sebagai unsur perlakuan. Dalam hal ini variabel
penunjang (bunyi benda, efek, dan musik), moderatornya adalah latar kelas (IPA dan
(5) Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, IPS). Penelitian ini bertujuan untuk
rias, dan kostum), dan (6) Lakon sebagai mengetahui secara bersamaan pengaruh
unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi, dan metode pelatihan acting Stanislavski dengan
narasi). mempertimbangkan faktor latar kelas
Kegiatan ekstrakurikuler teater terhadap kemampuan bermain drama bagi
merupakan kegiatan di luar jam pelajaran peserta ekstrakurikuler teater.
sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler teater
dikhususkan untuk menyalurkan minat dan METODOLOGI PENELITIAN
bakat peserta dalam seni drama. Pelatihan Dalam penelitian ini, peneliti
drama haruslah menyeluruh, pelatihan yang menggunakan metode penelitian
hanya terpaku pada teori dapat eksperimen, karena peneliti ingin
mengakibatkan siswa merasa bosan. mengetahui sebab akibat pengaruh metode
34
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
pelatihan acting Stanislavski terhadap 2. Membuat tabel skor pretest dan posttest
kemampuan bermain drama peserta peserta ekstrakurikuler dari kelompok
ekstrakurikuler teater. Arikunto (2010, hlm IPA dan kelompok IPS;
9) mengatakan bahwa metode eksperimen 3. Melakukan perhitungan rata-rata skor tes
selalu dilakukan dengan maksud untuk di setiap kelompok;
melihat akibat suatu perlakuan. Untuk 4. Melakukan perhitungan reliabilitas
memermudah alur penelitian, diperlukan pretest dan posttest dari tiga penilai
suatu desain penelitian yang berfungsi dengan menggunakan rumus realibilitas
sebagai acuan. berikut
Adapun desain penelitian yang
∑
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan ( )( )
menggunakan faktorial design. Desain ini
merupakan modifikasi dari design true
experimental, yaitu dengan memerhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator 5. Melakukan perhitungan standar deviasi
yang memengaruhi perlakuan (variabel untuk mengetahui penyebaran
independen) terhadap hasil (variabel kelompok dan menunjukkan tingkat
dependen). Sampel dalam penelitian ini kelompok data; Melakukan
adalah peserta ekstrakurikuler teater yang perbandingan hasil skor pretest dan
berjumlah 16 orang yang terdiri atas 8 posttest untuk mendapatkan angkat
peserta yang berlatar IPA dan 8 orang peningkatan (gain) yang terjadi setelah
berlatar IPS. Teknik pengumpulan data pelatihan/perlakuan berlangsung pada
dalam penelitian ini menggunakan teknik tes kelompok IPA dan kelompok IPS yang
unjuk kerja bermain drama, observasi, dan kemudian dihitung dengan
wawancara. Pengolahan data hasil tes menggunakan rumus gain
kemampuan bermain drama peserta ternormalisasi Hake (dalam Musriandi,
ekstrakurikuler teater digunakan dengan 2013: 47).
bantuan program SPSS versi 21 Microsoft
office excel 2007. Kegiatan yang pertama Gain = Spost – Spret
dilakukan, yaitu melakukan analisis
deskriptif pada data awal sebagai gambaran
umum pencapaian kemampuan bermain N – Gain =
drama peserta ekstrakurikuler teater yang
terdiri atas skor rata-rata dan simpangan
baku. Kemudian langkah selanjutnya adalah Hasil perhitungan yang didapat kemudian
melakukan analisis perbedaan peningkatan diinterpretasikan dengan menggunakan
kemampuan bermain drama dengan uji klasifikasi yang dibuat oleh Hake (1999).
kesamaan dua rata-rata melalui uji
parametrik atau nonparametric (uji Mann-
Withney/ uji- U). Sebelum melakukan Tabel 1
analisis data yang didapatkan, ada beberapa Kriteria N-Gain
hal yang dilakukan, yaitu N-Gain Interpretasi
1. Melakukan penyekoran atas hasil G ≥ 0,7 Tinggi
kemampuan bermain drama peserta 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
ekstrakurikuler teater dengan pedoman g ≤ 0,3 Rendah
penyekoran yang telah ditetapkan, baik
pada pretest maupun posttest;
35
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski
36
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
Tabel 2
Nilai Akhir dan N-Gain Pretest dan Postest Kelompok IPA dan IPS
37
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski
38
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
membawakan peran bukan sesuatu yang menguasai dialog dalam naskah, sedangkan
datang begitu saja seperti ilham. Ia peserta IPS lebih menonjol dalam aspek
merupakan proses kongkret yang hanya improvisasi dan penguasaan ruang. Ketika
akan hadir setelah ada sesuatu perjuangan ada kegiatan pementasan, peserta IPS lebih
yang berat. Tidak cukup hanya dengan cenderung mengerjakan kegiatan yang
keterampilan, pengetahuan, pengalaman, bersifat teknis, seperti mengatur tata
kecerdasan dan kepekaan. Ia harus terwujud panggung dan lighting, sedangkan peserta
dari suatu penyerahan total jiwa dan raga, IPA lebih cenderung mengerjakan kegiatan
lewat latihan tahap demi tahap sampai peran yang berkonsep (berpikir sistematis). Dari
tersebut terasa hadir menggunakan media hasil temuan yang diperoleh peneliti selama
diri yang sudah dibentuk dan dikemas penelitian, dapat dikatakan bahwa
sedemikian rupa hingga menjadi bentuk siap kemampuan bermain drama peserta IPS
untuk ditampilkan (Anirun, 1998:13). lebih baik dibandingkan dengan peserta
Dalam pelatihan bermain drama, siswa IPA, jika hal ini dilihat dari aspek-aspek
dituntut untuk menguasai 3 kawasan penilaian. Namun , hal ini juga tidak
keterampilan, yaitu kognitif, psikomotorik, menutup kemungkinan, jika peserta yang
dan afektif. Artinya siswa harus memiliki berlatar IPA bisa lebih baik kemampuan
kemampuan berpikir, sikap, dan emosi yang bermain dramanya daripada peserta IPS jika
kompeten untuk dapat menunjukkan peserta tersebut memiliki faktor lainnya
kemampuannya dalam bermain drama atau yang mempengaruhi kemampuan
seni peran. berperannya.
Berdasarkan hasil temuan di
lapangan selama proses pelatihan acting SIMPULAN
dengan menggunakan metode acting Berdasarkan hasil penelitian yang
Stanislavski, peserta ekstrakurikuler terlihat diperoleh dari data pretest dan postest,
lebih antusias dan serius dalam menerima analisis data, dan hasil temuan penelitian
arahan dan mengikuti sesi-sesi latihan terhadap pelatihan drama dengan
dengan baik. Hanya saja kuantitas latihan menggunakan metode pelatihan acting
yang diikuti peserta ekstrakurikuler kelas Stanislavski, hasil penelitian ini dapat
IPS lebih sering hadir dan cenderung disimpulkan bahwa pelatihan drama dengan
bersemangat dan rajin berlatih dibandingkan menggunakan metode pelatihan acting
dengan peserta ekstrakurikuler kelas IPA. Stanislavski bagi peserta ekstrakurikuler
Hal ini menunjukkan bahwa kelas IPS lebih teater SMAN 1 Telukjambe Timur
berminat untuk mengikuti pelatihan drama Karawang dapat meningkatkan kemampuan
yang menurut mereka dirasa lebih acting peserta ekstrakurikuler teater baik
menyenangkan dan dapat meningkatkan peserta yang berlatar IPA maupun peserta
kemampuan atau bakat mereka. Peserta yang berlatar IPS.
yang berlatar IPA terlihat kurang antusias Hal ini terlihat dari peningkatan
dan sering berhalangan hadir dalam sesi kemampuan bermain drama peserta
latihan dengan alasan banyak mengerjakan ekstrakurikuler. Selama proses pelatihan
tugas atau PR dari guru mata pelajaran IPA. dengan menggunakan pelatihan acting
Dari hasil penilaian bermain drama, Stanislavski, peserta ekstrakurikuler terlihat
terdapat pula perbedaan kemampuan peserta lebih antusias dan aktif dalam mengikuti
IPA dan IPS. Dari aspek pemeranan, peserta latihan-latihan yang diberikan oleh pelatih.
IPA lebih cenderung menghayati peran- Hal ini menunjukkan adanya respon positif
peran protagonis, sedangkan peserta IPS dari peserta ekstrakurikuler teater terhadap
lebih liar imajinasinya dan bangun penerapan metode pelatihan acting
emosinya lebih kuat sehingga peran-peran Stanislavski dalam proses pelatihan bermain
antagonis lebih mereka hayati. Dalam segi drama.
hapalan dialog, peserta IPA lebih cepat dan
39
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski
40
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
41