Anda di halaman 1dari 9

Riksa Bahasa

Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

PENGARUH METODE ACTING STANISLAVSKI TERHADAP


KEMAMPUAN SISWA SMA BERMAIN DRAMA

Studi Kuasi Eksperimen pada Peserta Ekstrakurikuler Teater Siswa IPA dan IPS
SMAN 1 Telukjambe Karawang

Euis Heryanti
SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang
Pos-el: isheryanti85@gmail.com

ABSTRAK
Pengaruh Metode Acting Stanislavski terhadap Kemampuan Siswa SMA Bermain Drama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bermain drama siswa peserta Ekstrakurikuler
Teater dengan menggunakan metode acting Stanislavski. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen kuasi dengan desain faktorial. Sebagai variabel moderator, diambil kelas IPA dan IPS.
Data penelitian dikumpulkan melalui tes unjuk kerja bermain drama, dokumentasi, dan wawancara
untuk mengetahui tanggapan observer terhadap pelatihan drama dengan menggunakan metode Acting
Stanislavski. Dari hasil uji t, hasil kemampuan acting kelas IPS mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan kelas IPA yang menunjukan sig = 0,015 < α =0,05, menyatakan
bahwa ditolak. Dengan demikian kemampuan peserta IPS lebih unggul dibandingkan peserta IPA.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pola pikir dan kebiasaan antara siswa kelas IPA dan IPS.
Kemampuan bermain drama peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar IPS lebih unggul dari peserta
ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA.
Kata kunci : metode acting Stanislavski, drama, kelas IPA dan IPS

ABSTRACT
Stanislavski Method Acting Influence on the Ability to Play Drama Theatre Participants
Extracurricular Science and Social Studies. This study aims to determine the ability of participants
to play drama science and social studies using the Stanislavski acting method. This study uses a quasi
experimental factorial design. Due to the extracurricular theater participants come from all walks of
classes, the researchers took the class background (IPA and IPS) as a moderator variable. The research
data was collected through performance tests play drama, documentation, and interviews to determine
the response of the observer drama training using the Stanislavski acting method. From the results of
the t test, the results of social studies class acting ability has increased significantly compared to the
science class that show sig = 0.015 <α = 0.05, stating that Ho rejected. Thus the ability of participants
IPS superior IPA participants. This shows the difference in mindset and habits among students in
grade science and social studies. That's why in terms of ability to play drama, theater extracurricular
participants who set IPS superior extracurricular participants IPA theater background.
Keywords: Stanislavski method acting, drama, science and social studies

PENDAHULUAN pribadi ketika berhubungan sosial dengan


Dalam seni pertunjukan, penguasaan orang lain. Dengan fondasi ini kemudian
dasar-dasar seni pertunjukan khususnya cara dibangun kemampuan-kemampuan ekspresi
bermain drama, sangatlah penting. diri. Dalam kehidupan sehari-hari seorang
Kemampuan ekspresi drama menuntut calon pemeran sudah memainkan peran
teknik-teknik penguasaan tubuh seperti yang berbeda-beda untuk situasi dan
relaksasi, konsentrasi, situasi dan tuntutan- penonton yang berbeda-beda.
tuntutan teknis dari sebuah pementasan. Misalnya ketika berbincang dengan
Dasar dari kemampuan ekspresi adalah diri sahabatnya, atasannya, pacarnya, kenalan

33
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski

biasa, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dia Pelatihan drama juga perlu disertai dengan
memiliki postur tubuh, kualitas suara dan latihan agar siswa lebih paham. Oleh sebab
bahasa yang berbeda-beda. Demikian pula itu, peneliti beranggapan bahwa pelatihanan
halnya dengan rasa percaya diri, rasa apakah acting dengan metode acting Stanislavski
dia menarik atau tidak, dan cara dapat meningkatkan kemampuan peserta
memproyeksikan pandangan diri orang- ekstrakurikuler teater dalam bermain drama.
orang tersebut tentang dirinya. Semua itu Penelitian ini merujuk pada
mempunyai bentuk dan cara yang berbeda- penelitian sebelumnya yang berkenaan
beda, tetapi semua itu tetap mewakili diri mengenai pelatihan apresiasi drama.
pribadi si pemeran, bukan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Antika
Demikian pula halnya ketika di atas dari Universitas Pendidikan Indonesia yang
panggung. Pemeran akan memainkan peran berjudul “Peningkatan Keterampilan
yang berbeda-beda tetapi tetap adalah Ekspresi Drama dengan Menggunakan
dirinya sendiri. Segi sosial dari pemeranan Metode Pelatihan Acting Stanislavski”. Pada
ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
dia peka dan memiliki respon yang Penelitian Tindakan kelas (PTK). Tindakan
beragam. Sebelum pemeran melakukan yang diberikan kepada siswa berupa
pelatihan, ada beberapa prasayat yang harus Pelatihan Acting Stanislavski untuk
dipersiapkan, yaitu fisik, mental, dan meningkatkan keterampilan ekspresi drama
konsentrasi (Anirun, 1979, dalam Sumiyadi siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya
dan Memen Durachman). peningkatan yang signifikan dari tahap
Teater adalah salah satu bentuk pratindakan sampai siklus II. Penerapan
kegiatan manusia yang secara sadar metode Pelatihan Acting Stanislavski
menggunakan tubuhnya sebagai unsur mampu membuat pelatihan lebih
utama untuk menyatakan dirinya yang menyenangkan, dan mampu meningkatkan
diwujudkan dalam suatu karya seni suara, keterampilan siswa dalam ekspresi drama
bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita dan memberikan motivasi kepada siswa.
pergulatan kehidupan manusia. Unsur-unsur Adapun dalam penelitian ini, peneliti
teater menurut urutannya ada 6 ingin mengetahui sejauh mana pengaruh
permasalahan, yakni: (1) Tubuh manusia, metode Acting Stanislavski dalam pelatihan
sebagai unsur utama acting bagi peserta ekstrakurikuler teater di
(pemeran/pelaku/pemain), (2) Gerak, SMAN 1 Telukjambe Timur Karawang.
sebagai unsur penunjang, (3) Suara, sebagai Selain itu, peneliti pun ingin mengetahui
unsur penunjang (kata/untuk acuan faktor lain yang memengaruhi hasil
pemeran), (4) Bunyi, sebagai unsur perlakuan. Dalam hal ini variabel
penunjang (bunyi benda, efek, dan musik), moderatornya adalah latar kelas (IPA dan
(5) Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, IPS). Penelitian ini bertujuan untuk
rias, dan kostum), dan (6) Lakon sebagai mengetahui secara bersamaan pengaruh
unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi, dan metode pelatihan acting Stanislavski dengan
narasi). mempertimbangkan faktor latar kelas
Kegiatan ekstrakurikuler teater terhadap kemampuan bermain drama bagi
merupakan kegiatan di luar jam pelajaran peserta ekstrakurikuler teater.
sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler teater
dikhususkan untuk menyalurkan minat dan METODOLOGI PENELITIAN
bakat peserta dalam seni drama. Pelatihan Dalam penelitian ini, peneliti
drama haruslah menyeluruh, pelatihan yang menggunakan metode penelitian
hanya terpaku pada teori dapat eksperimen, karena peneliti ingin
mengakibatkan siswa merasa bosan. mengetahui sebab akibat pengaruh metode

34
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

pelatihan acting Stanislavski terhadap 2. Membuat tabel skor pretest dan posttest
kemampuan bermain drama peserta peserta ekstrakurikuler dari kelompok
ekstrakurikuler teater. Arikunto (2010, hlm IPA dan kelompok IPS;
9) mengatakan bahwa metode eksperimen 3. Melakukan perhitungan rata-rata skor tes
selalu dilakukan dengan maksud untuk di setiap kelompok;
melihat akibat suatu perlakuan. Untuk 4. Melakukan perhitungan reliabilitas
memermudah alur penelitian, diperlukan pretest dan posttest dari tiga penilai
suatu desain penelitian yang berfungsi dengan menggunakan rumus realibilitas
sebagai acuan. berikut
Adapun desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan ( )( )
menggunakan faktorial design. Desain ini
merupakan modifikasi dari design true
experimental, yaitu dengan memerhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator 5. Melakukan perhitungan standar deviasi
yang memengaruhi perlakuan (variabel untuk mengetahui penyebaran
independen) terhadap hasil (variabel kelompok dan menunjukkan tingkat
dependen). Sampel dalam penelitian ini kelompok data; Melakukan
adalah peserta ekstrakurikuler teater yang perbandingan hasil skor pretest dan
berjumlah 16 orang yang terdiri atas 8 posttest untuk mendapatkan angkat
peserta yang berlatar IPA dan 8 orang peningkatan (gain) yang terjadi setelah
berlatar IPS. Teknik pengumpulan data pelatihan/perlakuan berlangsung pada
dalam penelitian ini menggunakan teknik tes kelompok IPA dan kelompok IPS yang
unjuk kerja bermain drama, observasi, dan kemudian dihitung dengan
wawancara. Pengolahan data hasil tes menggunakan rumus gain
kemampuan bermain drama peserta ternormalisasi Hake (dalam Musriandi,
ekstrakurikuler teater digunakan dengan 2013: 47).
bantuan program SPSS versi 21 Microsoft
office excel 2007. Kegiatan yang pertama Gain = Spost – Spret
dilakukan, yaitu melakukan analisis
deskriptif pada data awal sebagai gambaran
umum pencapaian kemampuan bermain N – Gain =
drama peserta ekstrakurikuler teater yang
terdiri atas skor rata-rata dan simpangan
baku. Kemudian langkah selanjutnya adalah Hasil perhitungan yang didapat kemudian
melakukan analisis perbedaan peningkatan diinterpretasikan dengan menggunakan
kemampuan bermain drama dengan uji klasifikasi yang dibuat oleh Hake (1999).
kesamaan dua rata-rata melalui uji
parametrik atau nonparametric (uji Mann-
Withney/ uji- U). Sebelum melakukan Tabel 1
analisis data yang didapatkan, ada beberapa Kriteria N-Gain
hal yang dilakukan, yaitu N-Gain Interpretasi
1. Melakukan penyekoran atas hasil G ≥ 0,7 Tinggi
kemampuan bermain drama peserta 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
ekstrakurikuler teater dengan pedoman g ≤ 0,3 Rendah
penyekoran yang telah ditetapkan, baik
pada pretest maupun posttest;

35
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski

6. Menetapkan tingkat kesalahan atau Kriteria pengujian adalah


tingkat signifikansi dengan taraf diterima jika signifikansi > α dan
signifikansi 5% (α = 0,05). akan ditolak jika nilai signifikansi < α.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji c. Uji Hipotesis
kesamaan rata-rata (uji-t), terlebih dahulu Untuk menguji apakah ada
dilakukan uji normalitas dan homogenitas perbedaan peningkatan kemampuan bermain
data. drama pada peserta ekstrakurikuler teater
baik kelompok IPA maupun kelompok IPS
a. Uji Normalitas yang mendapatkan pelatihan atau perlakuan
Uji normralitas dilakukan dengan dengan menggunakan metode acting
menguji normalitas distribusi hasil pretest Stanislavski, dilakukan pengujian hipotesis
dan posttest dengan bantuan program SPSS dengan taraf signifikansi α = 0,05.
versi 21. Penerimaan normalitas data
didasarkan pada hipotesis berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN
: sampel berasal dari populasi Penelitian dilakukan di SMAN 1
berdistribusi normal Telukjambe Timur Karawang dengan
: sampel berasal dari populasi mengambil kelas ekstrakurikuler teater
berdistribusi tidak normal sebagai subjek penelitian. Pemilihan kelas
Setelah melakukan perhitungan, data ekstrakurikuler teater karena berkaitan
kemudian dibandingkan dengan α. Jika nilai dengan metode yang digunakan dalam
signifikansi > α, akan diterima. Bila penelitian ini berupa pelatihan acting,
tidak berdistribusi normal, data tersebut sehingga subjek penelitian lebih tepat
diperhitungkan dengan pengujian dilakukan terhadap peserta ekstrakurikuler
nonparametrik. teater. Peserta ekstrakurikuler teater ini
terdiri atas 16 orang peserta. 8 peserta dari
b. Uji Homogenitas kelas IPA dan 8 orang peserta dari kelas
Uji homogenitas variansi antara dua IPS.
kelompok penelitian IPA dan IPS bertujuan Pembahasan terhadap hasil
guna memperoleh penyebaran atau variansi penelitian berikut ini dilakukan berdasarkan
kedua kelompok penelitian sama atau hasil penelitian mengenai hasil kemampuan
memiliki perbedaan. Uji homogenitas juga peserta ekstrakurikuler yang berlatar IPA
dihitung dengan menggunakan bantuan dan IPS dalam bermain dengan
program SPSS versi 21. Adapun pengujian menggunakan metode pelatihan acting
yang akan dilakukan dengan program Stanislavski. Setelah diperoleh nilai pretest
tersebut akan tampak pada hipotesis dan postest kemampuan bermain drama,
pengujian seperti berikut. selanjutnya data-data yang ada dianalisis
: = untuk mengetahui pengaruh dan
: ≠ peningkatan kemampuan bermain drama
Keterangan : setelah adanya perlakuan.
= variansi kelompok IPA Berikut data rekapitulasi nilai akhir
= variansi kelompok IPS dan N-gain pretest dan posttest kelompok
IPA dan IPS

36
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

Tabel 2
Nilai Akhir dan N-Gain Pretest dan Postest Kelompok IPA dan IPS

N Kode Kelompok Kode Kelompok


o Peserta IPA Peserta IPS
Prete Gai N- Prete Gai N-
Postets Postets
st n Gain st n Gain
1 P1 49 73 24 0.48 P9 56 84 28 0.64
2 P2 44 69 25 0.45 P10 55 82 27 0.60
3 P3 54 81 27 0.58 P11 53 81 27 0.59
4 P4 50 80 30 0.59 P12 51 75 24 0.48
5 P5 57 87 31 0.71 P13 59 83 24 0.58
6 P6 61 87 26 0.67 P14 59 87 28 0.68
7 P7 57 85 27 0.64 P15 56 86 31 0.69
8 P8 51 73 22 0.45 P16 58 90 32 0.76
JUMLAH 423 635 212 4.57 JUMLAH 446 667 221 5.02
RATA- 26.5 RATA- 27.6
52.83 79.38 0.57 55.75 83.38 0.63
RATA 4 RATA 3

Berdasarkan hasil penelitian dan memeroleh skor sebesar 10.96. Aspek


analisis data didapatkan bahwa kemampuan improvisasi peserta IPA memeroleh skor
bermain drama peserta ekstrakurikuler 16.58 dan peserta IPS memeroleh skor
teater mengalami peningkatan setelah 18.38. Aspek penguasaan ruang peserta IPA
mendapatkan perlakuan berupa metode memeroleh skor 15.71 dan peserta IPS
pelatihan acting Stanislavski. Namun, jika memeroleh skor 16.67. Jika dilihat dari
diperbandingkan hasil kemampuan antara keseluruhan aspek peniaian, hampir seluruh
peserta yang berlatar IPA dengan peserta aspek penilaian lebih dikuasai oleh peserta
yang berlatar IPS, ternyata hasil postest IPS, kecuali untuk aspek konsentrasi dan
yang diperoleh peserta IPS lebih tinggi imajinasi peserta IPA lebih unggul daripada
dibandingkan dengan peserta IPA. Hal ini peserta IPS.
terlihat dari beberapa aspek dalam penilaian Berdasarkan hasil tes kemampuan
bermain drama. Berdasarkan aspek bermain drama peserta ekstrakurikuler
imajinasi dan konsentrasi, peserta IPA teater setelah mendapatkan pelatihan acting
memperoleh rata-rata skor sebesar 13.46, dengan menggunakan metode acting
sedangkan peserta IPS memperoleh skor Stanislavski, kemampuan bermain drama
rata-rata sebesar 13.13, hal ini menunjukan peserta ekstrakurikuler mengalami
bahwa kemampuan konsentrasi peserta IPA peningkatan, baik peserta yang berlatar IPA
lebih tinggi dibandingkan peserta IPS. maupun yang berlatar IPS. Hal ini dapat
Untuk aspek penghayatan, peserta IPA dilihat dari hasil tes pretes dan postest
memperoleh skor rata-rata 12.71 dan peserta bermain drama. Dimana nilai rata-rata
IPS memperoleh skor rata-rata sebesar postest lebih besar dari nilai rata-rata
13.13. Hal ini menunjukkan bahwa dari pretest. Hal ini menunjukan bahwa ada
aspek penghayatan peserta IPS lebih baik perubahan kemampuan setelah peserta
dibandingkan dengan peserta IPA. Untuk ekstrakurikuler diberikan perlakuan berupa
aspek vokal, peserta IPA memeroleh rata- metode pelatihan acting Stanislavski. Selain
rata skor sebesar 10.29 dan peserta IPS itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti
memeroleh skor rata-rata sebesar 11.13. dengan pelatih dan peserta ekstrakurikuler,
Aspek tubuh peserta IPA memeroleh skor bahwa metode pelatihan acting Stanislavski
rata-rata sebesar 10.63 dan peserta IPS dapat meningkatkan kemampuan peserta

37
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski

ekstrakurikuler dalam bermain peran.  Matematika/keter dimensi


Adapun adanya perbedaan nilai rata-rata ampilan ilmiah  Musik dan
peningkatan (gain) kelas IPA dan IPS  Menganalisa selera seni
setelah mendapatkan perlakuan, hal ini yang  Obyektifitas  Penyatuan
menjadikan peneliti lebih mengamati  Menulis  Subyektifitas
adanya pengaruh variabel moderator (IPA  Berbicara  Imajinasi
dan IPS) dalam meningkatkan kemampuan  Logika  Intuisi
bermain peserta ekstrakurikuler. 
 Pertimbangan Kreatifitas
Dari hasil gain yang diperoleh
 Emosi
peserta ekstrakurikuler, ternyata peserta
yang berlatar kelas IPS memperoleh
Menurut teori, otak kanan
peningkatan (gain) yang lebih tinggi setelah
bertanggung jawab secara acak, intuitif,
dibandingkan dengan perolehan nilai gain
holistik, menyatukan dan pemikiran
peserta ekstrakurikuler teater yang berlatar
subyektif. Sementara otak kiri berperan
IPA. Berdasarkan hasil temuan di lapangan,
untuk berfikir logika, sekuensial, rasional,
perbedaan hasil peningkatan kemampuan
analitis, dan obyektif. Kebanyakan individu
bermain drama peserta ekstrakurikuler yang
memiliki preferensi berbeda dalam
berlatar IPA dan IPS disebabkan karena
menggunakan salah satu gaya berfikir ini.
adanya pengalaman belajar dan kebiasaan
Jadi seseorang mungkin lebih cenderung
pola pikir yang diperoleh peserta
menggunakan otak kiri, dan yang lain
ekstrakurikuler selama pelatihan di sekolah.
mungkin lebih cenderung menggunakan
Peserta ekstrakurikuler yang berlatar IPA
otak kanan –didasarkan pada bagaimana
terbiasa dengan pelajaran eksak atau logika
mereka menggunakan otak kanan dan otak
yang identik dengan metode ilmiah yang
kiri untuk memecahkan masalah.
berupa ilmu pasti dan lebih banyak
Orang yang lebih dominan
menggunakan kemampuan kerja otak kiri
menggunakan otak kanan cenderung
dibanding sosial atau otak kanan, dan
menggunakan kreativitas untuk
terlihat lebih serius karena pelajaran ipa
memecahkan suatu masalah. Mereka lebih
memang membutuhkan konsentrasi tinggi.
banyak mengandalkan intuisi dan lebih
Peserta ekstrakurikuler yang berlatar
cepat menangkap gambaran keseluruhan
IPS lebih cenderung memiliki gaya belajar
situasi. Pada intinya, orang yang banyak
yang bersifat hafalan, membutuhkan
menggunakan otak kanan tidak detail
penalaran dan kekrtitisan dalam
oriented.
berpikir, harus lebih dekat ke masyarakat,
Orang yang lebih dominan
berani kerja di lapangan, dan tingkat
menggunakan otak kiri lebih memilih alasan
sosialitasnya tinggi. Hal ini juga
untuk segala sesuatu yang lain. Mereka
menunjukkan adanya perbedaan kerja atau
menggunakan logika rasional untuk
fungsi otak kanan dan otak kiri pada peserta
mengidentifikasi penyebab masalah, dan
ekstrakurikuler IPA dan IPS. Percobaan
kemudian berpikir tentang bagaimana cara
menunjukkan bahwa kedua sisi otak yang
mengatasinya. Pada intinya, orang yang
berbeda berperan untuk perilaku berpikir
berfikir menggunakan otak kiri adalah
yang berbeda pula:
detail-oriented.
Keterampilan bermain drama adalah
Tabel 2
suatu keterampilan seseorang
Kemampuan Otak Kiri dan Otak Kanan
mengekspresikan dirinya saat memerankan
Fungsi otak kiri Fungsi otak kanan
suatu peran atau karakter tokoh dalam
 Mengontrol tubuh  Mengontrol drama. Tiga hal yang harus diperhatikan
bagian kiri tubuh bagian dalam bermain drama adalah teknik (fisik),
 Ketrampilan kanan mental (intelektual), emosi (spiritual)
angka-angka  Bentuk 3 (Waluyo, 2001: 115). Keterampilan

38
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

membawakan peran bukan sesuatu yang menguasai dialog dalam naskah, sedangkan
datang begitu saja seperti ilham. Ia peserta IPS lebih menonjol dalam aspek
merupakan proses kongkret yang hanya improvisasi dan penguasaan ruang. Ketika
akan hadir setelah ada sesuatu perjuangan ada kegiatan pementasan, peserta IPS lebih
yang berat. Tidak cukup hanya dengan cenderung mengerjakan kegiatan yang
keterampilan, pengetahuan, pengalaman, bersifat teknis, seperti mengatur tata
kecerdasan dan kepekaan. Ia harus terwujud panggung dan lighting, sedangkan peserta
dari suatu penyerahan total jiwa dan raga, IPA lebih cenderung mengerjakan kegiatan
lewat latihan tahap demi tahap sampai peran yang berkonsep (berpikir sistematis). Dari
tersebut terasa hadir menggunakan media hasil temuan yang diperoleh peneliti selama
diri yang sudah dibentuk dan dikemas penelitian, dapat dikatakan bahwa
sedemikian rupa hingga menjadi bentuk siap kemampuan bermain drama peserta IPS
untuk ditampilkan (Anirun, 1998:13). lebih baik dibandingkan dengan peserta
Dalam pelatihan bermain drama, siswa IPA, jika hal ini dilihat dari aspek-aspek
dituntut untuk menguasai 3 kawasan penilaian. Namun , hal ini juga tidak
keterampilan, yaitu kognitif, psikomotorik, menutup kemungkinan, jika peserta yang
dan afektif. Artinya siswa harus memiliki berlatar IPA bisa lebih baik kemampuan
kemampuan berpikir, sikap, dan emosi yang bermain dramanya daripada peserta IPS jika
kompeten untuk dapat menunjukkan peserta tersebut memiliki faktor lainnya
kemampuannya dalam bermain drama atau yang mempengaruhi kemampuan
seni peran. berperannya.
Berdasarkan hasil temuan di
lapangan selama proses pelatihan acting SIMPULAN
dengan menggunakan metode acting Berdasarkan hasil penelitian yang
Stanislavski, peserta ekstrakurikuler terlihat diperoleh dari data pretest dan postest,
lebih antusias dan serius dalam menerima analisis data, dan hasil temuan penelitian
arahan dan mengikuti sesi-sesi latihan terhadap pelatihan drama dengan
dengan baik. Hanya saja kuantitas latihan menggunakan metode pelatihan acting
yang diikuti peserta ekstrakurikuler kelas Stanislavski, hasil penelitian ini dapat
IPS lebih sering hadir dan cenderung disimpulkan bahwa pelatihan drama dengan
bersemangat dan rajin berlatih dibandingkan menggunakan metode pelatihan acting
dengan peserta ekstrakurikuler kelas IPA. Stanislavski bagi peserta ekstrakurikuler
Hal ini menunjukkan bahwa kelas IPS lebih teater SMAN 1 Telukjambe Timur
berminat untuk mengikuti pelatihan drama Karawang dapat meningkatkan kemampuan
yang menurut mereka dirasa lebih acting peserta ekstrakurikuler teater baik
menyenangkan dan dapat meningkatkan peserta yang berlatar IPA maupun peserta
kemampuan atau bakat mereka. Peserta yang berlatar IPS.
yang berlatar IPA terlihat kurang antusias Hal ini terlihat dari peningkatan
dan sering berhalangan hadir dalam sesi kemampuan bermain drama peserta
latihan dengan alasan banyak mengerjakan ekstrakurikuler. Selama proses pelatihan
tugas atau PR dari guru mata pelajaran IPA. dengan menggunakan pelatihan acting
Dari hasil penilaian bermain drama, Stanislavski, peserta ekstrakurikuler terlihat
terdapat pula perbedaan kemampuan peserta lebih antusias dan aktif dalam mengikuti
IPA dan IPS. Dari aspek pemeranan, peserta latihan-latihan yang diberikan oleh pelatih.
IPA lebih cenderung menghayati peran- Hal ini menunjukkan adanya respon positif
peran protagonis, sedangkan peserta IPS dari peserta ekstrakurikuler teater terhadap
lebih liar imajinasinya dan bangun penerapan metode pelatihan acting
emosinya lebih kuat sehingga peran-peran Stanislavski dalam proses pelatihan bermain
antagonis lebih mereka hayati. Dalam segi drama.
hapalan dialog, peserta IPA lebih cepat dan

39
Euis Heryanti
Pengaruh Metode Acting Stanislavski

Dari hasil uji hipotesis dengan Cresswell, J.W. 2008. Educational


menggunakan uji t, kemampuan bemain Research: Planning, Conductiong,
drama kelompok IPS dengan kelompok IPA and Evaluating Quantitative and
memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini Qualitative Research. New York:
menunjukkan bahwa data memiliki sig = 0, Merril Prentice Hall.
015, ini berarti bahwa sig = 0,015 < α = Darwinah, dkk. 2015. Penerapan Model
0.05, menunjukkan bahwa ditolak. Bengkel Sastra untuk
Artinya ada perbedaan nyata antara Meningkatkan Kemampuan
kemampuan bermain drama peserta Menulis Puisi. Jurnal Antologi,
ekstrakurikuler IPA dengan peserta 3(2), hlm. 1-9.
ekstrakurikuler IPS. Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi.
Dari hasil peningkatan gain Bandung: BIT PT Remaja
ternormalisasi ternyata peserta Rosdakarya.
ekstrakurikuler yang berlatar IPS Husein, F.A dan Diyanto. 2004. Actors
memperoleh peningkatan yang lebih besar Unlimited. Bandung: Batic Press.
dibandingkan dengan peserta kelompok IPS. Ismet, A. 2007. Seni Peran. Bandung: Kelir.
Kemampuan bermain drama merupakan Jalidu, M. A. 2010. Rahasia Akting
kemampuan yang membutuh kerja otak Sempurna. Yogyakarta:
kanan yang lebih dominan dibandingkan Garudhawaca.
dengan kerja otak kiri, karena bermain Machfudin. 1996. Antara Konsientasi,
drama termasuk ke dalam seni. Kemampuan Masifikasi, dan Gnosiologi dalam
dalam bidang seni berada pada kawasan Pendidikan. Jurnal Insania, 2(1),
kemampuan kerja otak kanan. Kemampuan hlm. 8-18.
logika yang identik dilakukan oleh siswa Mulyadi, Y dan Heni Rohaeni. 2010.
IPA berada pada kawasan kerja otak kiri. Itu Kreatif Berteater. Jakarta: Pusat
sebabnya dalam hal kemampuan bermain Perbukuan, Kementrian Pendidikan
drama, peserta ekstrakurikuler teater yang Nasional.
berlatar IPS lebih unggul dari peserta Rendra, W.S. 1982. Tentang Bermain
ekstrakurikuler teater yang berlatar IPA. Drama. Jakarta: Pustaka Jaya.
Rendra, W.S. 2009. Seni Drama untuk
DAFTAR RUJUKAN Remaja. Jakarta: Burungmerak
Anirun, Suyatna. 1979. Teknik Pemeranan. Press.
Diktat. Bandung: Studiklub Teater Saptaria, El Rikrik. 2006. Acting Handbook.
Bandung. Bandung: Rekayasa Sains.
Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor. Semiawan, C.R. dkk. 1984. Memupuk Bakat
Bandung: PT Rekamedia Multiprakarsa. dan Kreativitass Siswa Sekolah
Berg, B.L. 2007. Qualitative Research Menengah: Pertunjukan bagi Guru
Methods for the Social Sciences. dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia.
Boston: Pearson. Semiawan, C.R. 2010. Kreativitas
Burden, P.R. dan Bryd, D.M. 1999. Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan
Methods for Effective Teaching. Bagaimana. Jakarta: PT. Indeks.
New York: Allyn and Bacon. Sudjana. 1995. Desain dan Analisis
Boleslavsky, R. 1960. Enam Peladjaran Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Pertama bagi Tjalon Aktor. Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian
Penerjemah: Asrul Sani. Jakarta: Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Djaja Sakti. Kualitatif, dan R&D. Bandung;
Boliger, D. 2005. Teaching Character Alfabeta.
Education through Literature. Sitorus, Eka D. 2002. The Art Of Acting.
London: Rotlegge Falmer. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

40
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

Sugono, D. 2008. Kamus Besar Bahasa Tambayong, Y. 2000. Seni Akting.


Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-prinsip Dasar
Sumiyadi. 1992. Drama Sebagai Seni Sastra. Bandung: Angkasa.
Sastra dan Pertunjukan. Mimbar Taylor, Loren E. 1988. Drama dan Teater
Pendidikan Bahasa dan Seni No. Remaja. Penerjemah: A.J.
XVIII. Bandung: FPBS IKIP Sutrisman. Yogyakarta: Hanindita.
Bandung. UPI. 2015. Pedoman Penulisan Karya
Sumiyadi dan Memen Durachman. 2014. Ilmiah. Bandung : UPI.
Sanggar Sastra. Bandung: Alfabeta. Wahid, F.L. 2013. Tesis. Proses Kreatif
Stanislavsky, C. 2008. Building A Berteater pada Mahasiswa dan Nilai
Character ( Membangun Tokoh), Karakter yang Terbangun di
terjemahan B. Verry. dalamnya. Bandung: UPI.
Stanislavsky. 1980. Persiapan Seorang Waluyo, Herman J. 2001. Drama “Teori
Aktor. Terjemahan Asrul Sani. Pembelajarannya”.Yogyakarta: PT.
Jakarta : Pustaka Jaya. Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. Waluyo, H.J. 2006. Drama: Naskah,
2006. Metode Penelitian Pendidikan Pementasan, dan Pengajarannya.
Bahasa. Bandung: Sekolah Surakarta: UNS Press.
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia dengan PT. Remaja
Rosdakarya.

41

Anda mungkin juga menyukai