Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada
tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya,
eksistensi dirinya.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama / teater juga telah
menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran
akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke
situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai apresiasi drama dan film serta
pengajarannya.
B. Apresiasi
Oxford judge rightly the value of; understand and enjoy[1], yang berarti menetapkan
karya”[2].
Apresiasi terhadap nilai seni yang terkandung sastra terdapat dalam tulisan atau
sebuah pembelajaran yang menghasilkan karya seni yang bernilai seperti drama, fiksi,
essay, puisi, film dan biografi[3]. Adanya nilai seni dalam karya tulis sastra seperti karya
William Shakespeare dalam Romeo and Juliet sangat berbeda dengan buku telepon,
Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi dalam karya sastra adalah
penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk
drama maupun film atau suatu kegiatan mengakrabkan sastra dengan sungguh-
1. Apresiasi Drama
actors. A more particular meaning is a serious play; not necessarily tragedy. See
comédie; comedy; drame; tragedy[5]. Drama adalah salah satu genre sastra yang
berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra dan seni pertunjukan atau teater. “The
dramatic or performing arts, however, combine the verbal with a number of non-verbal
or optical- visual means, including stage, scenery, shifting of scenes, facial expressions,
bagaimanapun juga merupakan pertunjukkan verbal atau non-verbal atau seni optikal
menunjukkan perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan
seni lakon. Teknik penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau
prosa. Orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus
teksnya saja.
Drama anak merupakan suatu bentuk drama yang diperankan/ tokoh pelakunya
Pendahuluan
drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak
manusia dengan action dan perilaku. Dengan kata lain, drama berisi kisah yang merupakan
Pembelajaran drama di sekolah saat ini masih didominasi ranah apresiasi drama. Siswa
diajak untuk menonton atau membaca naskah drama. Kegiatan ekspresi drama terkadang
dilupakan. Hal tersebut sangat disayangkan, karena kegiatan berekspresi dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk mendalami sebuah naskah drama, misalnya kegiatan
menulis drama.
Kemampuan menulis drama merupakan kemampuan yang tidak datang secara tiba-tiba.
Kemampuan tersebut harus terus diasah dengan melakukan pembelajaran dan latihan. Kondisi
kemampuan menulis teks drama pada siswa saat ini belum maksimal. Hal ini disebabkan strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis drama,
biasanya guru hanya memberi teori tanpa praktik. Guru hanya memberi penjelasan mengenai
teks drama, tanpa melibatkan siswa secara langsung. Hal ini pulalah yang menyebabkan siswa
menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks
drama.
Hal tersebut senarai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arif Rahman dan tertuang
dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis naskah Drama dengan
Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agus Hamdani dan tertuang dalam tesisnya yang berjudul “Penyusunan model
pengajaran apresiasi drama : studi kuasi eksperimen terhadap siswa kelas II SMU Negeri Cililin
Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia”, salah satu faktor yang
menyebabkan kurang maksimalnya hasil pembelajaran yang diraih adalah kurang variatifnya
Keluhan ini umumnya mengarah pada hasil pengajaran sastra yang dianggap kurang memuaskan
dan pelaksanaan pengajarannya yang dianggap cenderung lebih memberi tekanan pada
pengetahuan sastra dibanding pada pengalaman sastra. Salah satu faktor penyebab terjadi
keluhan ini adalah karena guru kurang memahami dan menguasai model-model pengajaran yang
sesuai dengan hakikat pengajaran sastra. Dari pernyataan tersebut bisa dilihat bahwa model
pembelajaran menjadi salah satu faktor yang bisa menentukan keberhasilan pembelajaran,
Model pembelaran menulis drama yang ada sekarang cenderung monoton dan tidak
komunikatif. Siswa jarang dilibatkan secara aktif. Mereka sering diberi teori-teori tanpa praktik.
Padahal dalam pembelajaran sastra, khususnya drama, keterlibatan siswa menjadi aspek yang
penting.
B. Isi
drama. Salah satu model tersebut adalah model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar
dihadapkan dengan berbagai macam sumber belajar yang bisa dipilih sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, dengan tujuan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Berikut ini pengertian PBSB menurut Blakley dan Carrigan (dalam Campbel, dkk., 2009)
Resource-based learning is an educational model designed to actively engage students
with multiple resources in both print and non-print form. Ideally, the classroom teacher and
media specialist collaborate to plan resource-basedunits.
Model PBSB pertama kali resmi digunakan oleh Association of College and
Penerapan model PBSB dalam pembelajaran terus berkembang hingga saat ini.
Kini, sumber belajar yang digunakan pun semakin bervariasi, mulai dari sumber yang
model ini digunakan dan berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
perpaduan dari model pembelajaran berbasis guru dan berbasis murid. PBSB adalah model
pembelajaran yang dirancang agar siswa terlibat secara aktif dengan berbagai sumber
berporgram, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Berikut ini
sumber pembelajaran, baik itu media ataupun bahan ajar. Siswa mau tidak mau harus
menerima semua hal itu, baik itu cocok untuk dirinya ataupun tidak cocok. Di dalam
model pembelajaran PBSB, siswa dapat memilih sumber pembelajaran apa yang paling
dan Marsha Weil (2000), maka model pembelajaran PBSB dirumuskan memiliki konsep-konsep
sebagai berikut.
a. Orientasi Model
Model pembelajaran PBSB berorientasi pada sumber belajar. Pada setiap proses pembelajaran
dengan model PBSB, sumber belajar yang variatif merupakan faktor penunjang keberhasilan
mahasiswa. Mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih sumber belajar yang paling sesuai
b. Model Mengajar
(1) Sintaksis
Model ini memiliki empat fase, yaitu (a) siswa dihadapkan pada masalah; (2) siswa dihadapkan
pada sumber-sumber belajar; (3) siswa memilih sumber belajar yang cocok untuk memecahkan
masalah; (4) siswa memecahkan masalah dengan sumber belajar yang sudah dipilihnya. Fase-
fase tersebut bisa terlihat pada bagan Prosedur PBSB berikut ini.
1) Fase kesatu: Siswa menerima informasi tentang model PBSB, kemudian mahasiswa dihadapkan
3) Fase ketiga: Siswa memilih sumber belajar yang paling sesuai bagi dirinya untuk memecahkan
masalah.
4) Fase keempat: Siswa memanfaatkan/ menggunakan sumber belajar tersebut untuk memecahkan
(2) Sistem Sosial
Sistem sosial model PBSB ini bersifat kooperatif. Guru dan siswa menjadi satu tim yang sama-
sama bekerja untuk menemukan sumber belajar yang cocok untuk diterapkan mahasiswa dalam
memecahkan masalah.
(3) Prinsip-prinsip Reaksi
Reaksi dari guru terutama dibutuhkan pada fase kedua dan ketiga. Tugas guru pada fase kedua
dan ketiga adalah membantu siswa dalam mencari dan menemukan sumber belajar yang cocok
siswa untuk menggunakan sumber belajar yang telah dipilihnya semaksimal mungkin agar
(4) Sistem Penunjang
Penunjang yang secara optimal dapat berdampak positif pada pelaksanaan model ini ialahadanya
c. Penerapan
Model PBSB ini tidak hanya sesuai bagi pelajaran ilmu sosial akan tetapi juga bagi ilmu
pengetahuan alam. Model PBSB dapat diterapkan pada setiap materi pelajaran dan pada semua
pada proses sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Model ini memberikan dampak
penyertanya ialah dalam hal (1) memupuk inisiatif; (2) menumbuhkan keaktifan dalam
Secara umum pengertian drama anak adalah teks yang bersifat dialog dan isinya
membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984: 158). Dapat juga dikatakan bahwa
drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
mengemukakan emosi lewat lakuan dan dialog, lazimnya dirancang untuk
pementasan di panggung, (Sudjiman, 1984: 20). Sedangkan secara khusus,
pengertian drama anak-anak adalah proses lakuan anak sebagai tokoh. Dalam
berperan, mencontoh atau meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan
atau memanfatkan pengalaman dan pengetahuan tentang karakter dan situasi dalam
suatu lakuan, baik dialog maupun monolog guna menghadirkan peristiwa dan
rangkaian cerita tertentu, (Wood dan Attfield, 1996:144).
Strategi pembelajaran drama berkaitan dengan dua hal yaitu: (1) strategi pembelajaran teks
drama dan (2) strategi pembelajaran drama pentas. Strategi pembelajaran teks drama yang
diuraikan meliputi: (a) strategi stratta, (b) strategi analisis, (c) role playing(bermain peran), (d)
sosio drama dan (e) simulasi. Strategi pembelajaran drama pentasmeliputi: (a) pementasan
drama di kelas dan, (b) pementasan drama oleh teater sekolah(Herman J. Waluyo, 2008: 186).
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran apresiasidrama disini adalah salah satu strategi
pembelajaran teks drama, yaitu bermain peran(role playing). Bermain peran dalam
pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-
langkah identifikasi masalah,analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut,
sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang
pemeran harusmampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik
berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang
dipilih.
Strategi Role Playing (bermain peran) termasuk metode pementasan drama yangsangat
sederhana. Peran diambil dari kisah kehidupan nyata sehari-hari (bukanimajinatif). Role
Playing dan sosiodrama merupakan langkah awal dalam pengajarandrama. Dalam Role playing
dan sosiodrama ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ada sepuluh hal yang dikemukakan
oleh Torrance, 1976 (dalam Herman J. Waluyo, 2008:189), yaitu sebagai berikut: 1) Jika
mengadakan role playing, hendaknya dapat mencobaperanan dari situasi, jadi orangnya.
Aktivitas ini jangan digunakan sebagai terapi. 2)Tujuannya harus bersifat pendidikan, bukan
memiliki hiburan. 3) Jangan buru-buru,siswa harus mempunyai kesempatan untuk mengikuti
peranannya dan situasi kedalamandan meliputi beberapa aspek. 4) Problem dan konflik
hendaknya berhubungan denganhal yang akan digunakan siswa, dan berkenaan dengan hal
yang akan digunakan siswa.5) Situasi hendaknya tepat dengan tingkat daya tarik siswa dan
kematangannya. 6)Perasaan yang kompleks tidak boleh secara mudah diubah. 7) Fokus dari
usahakelompok ditujukan untuk mencoba cara yang dapat ditempuh untuk mengelolakelakuan
seefektif mungkin. 8) Situasi hendaknya bersifat open ended. 9) Tekanan jugaditujukan untuk
membantu siswa belajar berfikir untuk mereka sendiri. 10)Situasi danrespon dari actor
berkembang. Jangan bicara terlalu banyak untuk diri sendiri. Shaffel dan Shaffel, 1967 (dalam
Herman J. Waluyo, 2008: 196) menyebutkan ada Sembilanlangkah dalam role playin, yaitu: (1)
memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran (casting ) ; (3) menyiapkan pengamat; (4)
menyiapkan tahap-tahap peran; (5) pemeranan(pentas di depan kelas); (6) diskusi dan evaluasi
I (spontanitas) ; (7) pemeranan (pentas)ulang; (8) diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah,
dan (9) membagi pengalamandan menarik generalisasi. Dari role playing dapat dicapai aspek
perasaan, sikap, nilai,persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan pemahaman terhadap
pokok permasalahan. Unsur sampingan yang dapat dicapai melalui role playing adalah:
(1)analisis nilai dan perilaku pribadi, (2) pemecahan masalah, (3) empati terhadap oranglain,
(4) masalah social dan nilai; dan (5) kemampuan mengemukakan pendapat danmenghargai
pendapat orang lain. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranandapat melatih sikap
empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya.Pemeranan tenggelam dalam
peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkandirinya secara emosional dan
berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaanyang tengah bergejolak dan menguasai
pemeranan. Pada pembelajaran bermain peran,pemeranan tidak dilakukan secara tuntas
sampai masalah dapat dipecahkan. Hal inidimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran
peserta didik yang menjadipengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar.
Dengan demikian,diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan
peserta didik.Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional
pemeran danpengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain
perandalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1)
mengeksplorasiperasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya;
(3)mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi;dan
(4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melaluiberbagai cara. Pembelajaran
partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatanbelajar dan kegiatan pembelajaran.
Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa pesertadidik memiliki kebutuhan belajar,
memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar.Prinsip dalam kegiatan membelajarkan
bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan
belajar yang cocok dengan kebutuhanbelajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik.
Prinsip-prinsip tersebutdijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai
wujud interaksidukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik.
Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik
supayapeserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan
untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan
taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.Penerapan
metode role palaying (bermain peran) adalah metode yang cocok untuk pembelajaran apresiasi
drama. Karena dengan metode role playing (bermain peran),pembelajaran apresiasi drama
akan dapat dilaksanakan dengan baik.