Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI PEMBELAJARAN DRAMA

Ditulis pada Juni 21, 2012 oleh pgsdums4fpengalaman

Strategi pembelajaran drama berkaitan dengan dua hal yaitu: (1) strategi
pembelajaran teks drama dan (2) strategi pembelajaran drama pentas. Strategi pembelajaran
teks drama yang diuraikan meliputi: (a) strategi stratta, (b) strategi analisis, (c) role
playing(bermain peran), (d) sosio drama dan (e) simulasi. Strategi pembelajaran drama
pentasmeliputi: (a) pementasan drama di kelas dan, (b) pementasan drama oleh teater
sekolah(Herman J. Waluyo, 2008: 186). Strategi yang digunakan dalam pembelajaran
apresiasidrama disini adalah salah satu strategi pembelajaran teks drama, yaitu bermain
peran(role playing). Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha
untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi
masalah,analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta
didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran
harusmampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi
dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.

Strategi Role Playing (bermain peran) termasuk metode pementasan drama yangsangat
sederhana. Peran diambil dari kisah kehidupan nyata sehari-hari (bukanimajinatif). Role
Playing dan sosiodrama merupakan langkah awal dalam pengajarandrama. Dalam Role
playing dan sosiodrama ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ada sepuluh hal yang
dikemukakan oleh Torrance, 1976 (dalam Herman J. Waluyo, 2008:189), yaitu sebagai
berikut: 1) Jika mengadakan role playing, hendaknya dapat mencobaperanan dari situasi, jadi
orangnya. Aktivitas ini jangan digunakan sebagai terapi. 2)Tujuannya harus bersifat
pendidikan, bukan memiliki hiburan. 3) Jangan buru-buru,siswa harus mempunyai
kesempatan untuk mengikuti peranannya dan situasi kedalamandan meliputi beberapa aspek.
4) Problem dan konflik hendaknya berhubungan denganhal yang akan digunakan siswa, dan
berkenaan dengan hal yang akan digunakan siswa.5) Situasi hendaknya tepat dengan tingkat
daya tarik siswa dan kematangannya. 6)Perasaan yang kompleks tidak boleh secara mudah
diubah. 7) Fokus dari usahakelompok ditujukan untuk mencoba cara yang dapat ditempuh
untuk mengelolakelakuan seefektif mungkin. 8) Situasi hendaknya bersifat open ended. 9)
Tekanan jugaditujukan untuk membantu siswa belajar berfikir untuk mereka sendiri.
10)Situasi danrespon dari actor berkembang. Jangan bicara terlalu banyak untuk diri sendiri.
Shaffel dan Shaffel, 1967 (dalam Herman J. Waluyo, 2008: 196) menyebutkan ada
Sembilanlangkah dalam role playin, yaitu: (1) memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran
(casting ) ; (3) menyiapkan pengamat; (4) menyiapkan tahap-tahap peran; (5)
pemeranan(pentas di depan kelas); (6) diskusi dan evaluasi I (spontanitas) ; (7) pemeranan
(pentas)ulang; (8) diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah, dan (9) membagi
pengalamandan menarik generalisasi. Dari role playing dapat dicapai aspek perasaan, sikap,
nilai,persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan pemahaman terhadap
pokok permasalahan. Unsur sampingan yang dapat dicapai melalui role playing adalah:
(1)analisis nilai dan perilaku pribadi, (2) pemecahan masalah, (3) empati terhadap oranglain,
(4) masalah social dan nilai; dan (5) kemampuan mengemukakan pendapat danmenghargai
pendapat orang lain. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranandapat melatih sikap
empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya.Pemeranan tenggelam dalam
peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkandirinya secara emosional dan
berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaanyang tengah bergejolak dan
menguasai pemeranan. Pada pembelajaran bermain peran,pemeranan tidak dilakukan secara
tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal inidimaksudkan untuk mengundang rasa
kepenasaran peserta didik yang menjadipengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari
jalan ke luar. Dengan demikian,diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan
menggairahkan peserta didik.Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan
emosional pemeran danpengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui
bermain perandalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1)
mengeksplorasiperasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya;
(3)mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi;dan
(4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melaluiberbagai cara. Pembelajaran
partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatanbelajar dan kegiatan pembelajaran.
Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa pesertadidik memiliki kebutuhan belajar,
memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar.Prinsip dalam kegiatan membelajarkan
bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan
belajar yang cocok dengan kebutuhanbelajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik.
Prinsip-prinsip tersebutdijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai
wujud interaksidukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik.
Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik
supayapeserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan
untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan
taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya.Penerapan metode role palaying (bermain peran) adalah metode yang cocok
untuk pembelajaran apresiasi drama. Karena dengan metode role playing (bermain
peran),pembelajaran apresiasi drama akan dapat dilaksanakan dengan baik.

E. Pembelajaran Apresiasi Drama

Menurut Moody (dalam Suminto A. Sayuti, 1985: 197) pengajaran sastra


membekalipara siswa dengan empat keterampilan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca,
danmenulis. Dalam pengajaran sastra khususnya drama merupakan perpaduan antara keempat
keterampilan tersebut. Pembelajaran apresiasi drama memang lebihmenekankan pada
keterampilan berbicara, tetapi tidak tertutup kemungkinan, bahwamendengar (pada
menyimak pementasan drama), membaca (berlatih dialog/ naskahdrama), dan menulis
(menulis tekas drama/ scenario). Jadi, keempatempatnya salingberkaitan. Istilah apresiasi
berasal dari bahasa Latin “apreciatio” yang berarti“mengindahkan” atau “menghargai”.

Apresiasi menurut Grove (dalam Aminudin,1991: 34) memberikan pengertian bahwa (1)
pengenalan melalui perasaan tau kepekaanbatin; dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap
nilai-nilai keindahan yangdiungkapkan pengarang. Apresiasi melibatkan tiga unsur inti yakni:
(1) aspek kognitif,(2) aspek emotif, dan (3) aspek evaluative, Squire dan Taba (dalam
Aminudin, 1991:34). Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan, keterlibatan intelegensi
pembacadalam memahami unsure-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Aspek
emotif berkaitan dengan unsure psikis, keterlibatan unsure emosi pembaca atau
penikmatdalam upaya menghayati unsure-unsur karya sastra yang ditonton/ dilihat. Aspek
emotif ini sangat berperanan sekali dalam memhami unsure-unsur secara subjektif.
Sedangkanaspek evaluatif berkaitan dengan sebuah penilaian terhadap suatu karya sastra
yangdibaca dan dilihat. Penilaian sebuah karya sastra itu bisa dilaksanakan apabila dia
sudahmembaca atau menonton dalam hal ini sebuah pementasan drama. Baik
buruknyasebuah pementasan drama bergantung pada bagaimana unsure-unsur pendukung
dalamdrama dapat berperan secara pas sesuai dengan karakter masing-masing tokoh.
Dramaadalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni sastra
danseni pertunjukan atau teater. Orang yang melihat drama sebagai seni sastramenunjukkan
perhatiannya pada seni tulis teks drama yang dinamakan juga dengan senilakon. Teknik
penulisan teks drama berbeda dengan teknik penulisan puisi atau prosa.Orang yang
menganggap drama sebagai seni pertunjukan (teater) fokus perhatiannyaditujukan pada
pertunjukannya atau pementasannya, tidak semata pada teksnya saja.Teks sastra menurut
pandangan mereka hanyalah bagian dari seni pertunjukan yangharus berpadu dengan unsur
lainnya, yaitu: gerak, suara, bunyi, musik, dan rupa.Bahkan sumber ekspresi seni pertunjukan
tidak hanya teks drama melainkan juga teks-teks lainnya di luar unsur sastra, seperti: teks
pidato, pledoi, dan penyidikan, berita dimedia massa, esai, dan lain-lain. Baik drama sebagai
karya sastra maupun sebagaibagian dari kelengkapan teater, teks drama selalu mengarah pada
pementasan. Halinilah yang membedakan genre sastra drama dengan genre sastra puisi
maupun prosafiksi. Arah terhadap pementasan itu menyebabkan drama identik dengan
pementasan.Berdasarkan pembelajaran yang ditawarkan, guru dapat merancang pembelajaran
dramayang mengajak siswa beraktivitas dengan kegiatan drama. Misalnya, guru
akanmelaksanakan pembelajaran menulis pengalaman yang manarik dalam bentuk
drama.Untuk menulis naskah drama tentunya diperlukan pemahaman tentang unsur-unsur
yangterdapat di dalam teks drama. Sebagai sebuah teks sastra, drama merupakan suatu
genresastra yang mempunyai konvensi (kaidah) yang dikelompokkan ke dalam dua
kelompok besar.

Pertama , yang berhubungan dengan kaidah bentuk, yaitu adanya alur danpengaluran, tokoh
dan penokohan, latar ruang dan waktu, dan perlengkapan (sarana).

Kedua, yang berhubungan dengan kaidah stilistika, yaitu bahasa serta dialog yangdigunakan
sesuai dengan lingkungan sosial, watak yang diemban tokoh, serta amanatyang disampaikan
melalui dialogdialog yang dikemukakan. Fungsi pengajaran sastramenurut Situmorang (1983:
25) adalah penciptaan watak/ karakter, yaitu untuk menanamkan rasa cinta sastra, sehingga
setelah dewasa anak didik akan dewasa puladalam kegemaran, kemampuan apresiasi, dan
penilaian terhadap hasil-hasil sastra.

F. Langkah-langkah penerapan bermain peran ( role playing) dalam pembelajaranapresiasi


drama

1.Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

;2.Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM

;3.Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;

4.Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;

5.Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yangsudah
dipersiapkan;

6.Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambilmemperhatikan


mengamati skenario yang sedang diperagakan;

7.Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagailembar kerja


untuk membahas;
8.Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;

9.Guru memberikan kesimpulan secara umum;

10.Evaluasi;

11.Penutup

G. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama denganstrategi bermain


peran ( role playing) dan cara mengatasinya

1 Segi waktuWaktu yang dibutuhkan dalam pembelajarn apresiasi drama dengan strategi ini
lebihlama dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Apalagi bagi siswa yang masih
awamtentang bermain peran/ drama. Mereka membutuhkan waktu untuk
menghafalkandialog-dialog teks drama yang akan diperankan;

2. Materi/ bahanMateri yang dibutuhkan dalam pembelajaran ini masih sangat terbatas. Di
perpustakaansekolah buku-buku, majalah, yang ada hubungannya dengan pembelajaran
apresiasidrama masih sedikit. Hal ini sangat menghambat kelancaran proses
pembelajaranapresiasi drama;

3. Guru, kurangnya pengetahuan guru tentang drama, sehingga pembelajarandrama menjadi


tidak menarik. Bahkan cenderung terkesan diabaikan, hanyasekedar teori. Sedangkan
pelaksanaan/ praktek bermain drama masih sangatkurang;

Siswa, siswa kurang memahami tentang bermain drama. Kurangnya keberaniandalam


memerankan seorang tokoh. Mereka masih cenderung menghafalkan saja,sehingga
penjiwaannya kurang.Kendala-kendala tersebut bias diatasi dengan cara: (1) dengan
menambah alokasi waktudi luar jam pelajaran, sehingga menjadi kegiatan ekstrakurikuler; (2)
denganmelengkapi koleksi buku-buku, majalah, teks drama, di perpustakaan; (3)
denganmengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru tentang pembelajaran apresiasi drama
yangkreatif dan menyenangkan; (4) dengan melatih keberanian siswa dengan cara
seringmengadakan pentas drama meskipun paling sederhana, misalnya tiap akhir
semesteratau tiap akhir tahun pelajaran.

;http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif-2/

Anda mungkin juga menyukai