Anda di halaman 1dari 12

RIKSA BAHASA

Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pembelajarannya

Volume 3, No. 1, Maret 2017 ISSN 2460-9978

DAFTAR ISI
JENIS PERTANYAAN PENYIDIK DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA
ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM
Andika Dutha Bachari, Dadang Sudana, & Wawan Gunawan – SPs UPI ................................1

PENDIDKKAN KARAKTER LEWAT PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA


“AYAHKU PULANG” KARYA USMAR ISMAIL
Een Nurhasanah – Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) .................................15

PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, LINGKUNGAN, KREATIF, EFEKTIF,


MENARIK UNTUK MEMAHAMI STRUKTUR DAN CIRI TEKS FIKSI
Hj. Lilis Mulyati – SMK Negeri 1 Sumedang ....................................................................... 24

ANALISIS KONTEKS, DAN PROSES PENCIPTAAN NYANYIAN LUSI NEGERI


DULAK KECAMATAN PULAU GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
Abdul Karim Tawaulu – STKIP Gotong Royong Masohi SBT ..............................................32

GAYA BAHASA SASTRA SUFISTIK TERNATE


Muamar Abd. Halil – Universitas Khairun Ternate ................................................................45

MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK BERBASIS PERTANYAAN TINGKAT TINGGI


DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA
Muhamad Arwani – STAI An-Nawawi Purworejo Jawa Tengah ...........................................55

KONTRIBUSI BAHASA SUNDA TERHADAP PEMERKAYAAN BAHASA


INDONESIA
Nandang R. Pamungkas – Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat ............................................... 68

PILIHAN KODE DALAM MASYARAKAT DWIBAHASA


Kajian Sosiolinguistik pada SMP-SMA Semesta Bilingual Boarding School, Semarang
Nike Aditya Putri – Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs. UPI ........................................ 78

PERGESERAN IDEOLOGI GENDER DALAM ADAPTASI FILM KE KOMIK DAN


GAME PENDEKAR TONGKAT EMAS
Ratih Ika Wijayanti – Universitas Indonesia ...........................................................................83

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS


NARASI
Resi Amalia – SMP Negeri 1 Sungai Aur ...............................................................................94

KAJIAN SEMIOTIKA NOVEL AKU DAN DUNIAKU KARYA HELEN KELLER


Rini Mairiza – SMP Negeri 4 Lembang Jaya Kab Solok Sumbar ....................................... 103
KAJIAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI MORAL CERITA RAKYAT SEBAGAI
BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
Siti Hijiriah – SMP Negeri 1 Labuhanhaji Timur Kab. Aceh Selatan .................................. 117

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN METODE TWO STAY TWO


STRAY
Sri Maryati – SMP Negeri 2 Sadaniang, Kab. Mempawah .................................................. 126

MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR BERBASIS HYPNOTEACHING UNTUK


MENGATASI KESULITAN MEMBACA NYARING
Supriyatin – SMPN 2 Bengkayang, Kalimantan Barat ........................................................ 137

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STUDI


LAPANGAN
Tanti Hartanti – SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan ..................................................... 151
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

PENDIDKKAN KARAKTER LEWAT PEMBELAJARAN APRESIASI


DRAMA “AYAHKU PULANG” KARYA USMAR ISMAIL
Een Nurhasanah
Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA)
Pos-el: nurhasanah@staff.unsika.ac.id

ABSTRAK

Pendidikan Karakter lewat Pembelajaran Apresiasi Drama “Ayahku Pulang” Karya Usmar
Ismail. Tujuan penelitian ini untuk menemukan bahwa mata kuliah Apresiasi Drama dapat
memberikan kotribusi dalam pendidikan karakter. Pembelajaran apresiasi drama dengn titik berat
konstruktivisme, mengungkapkan pertunjukan drama dilihat dari segi dialog, pemain, sutradara, tata
panggung, kostum, tata rias, tata lampu, musik, properti, dan penampilan. Gelaran drama “Ayahku
Pulang” karya Usmar Ismail tidak hanya merupakan tontonan, tetapi sekaligus juga merupakan
tuntunan bagi pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Lickona (2012: 82)
memiliki tiga bagian yang saling berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan
moral. Karakter yang baik terdiri atas: mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan
melakukan hal yang baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif (struktural). Pendekatan
objektif dipilih karena berdasarkan objek karya sastra itu sendiri. Pendekatan objektif
merupakan pendekatan terpenting karena memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra
modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Hasil yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdiri atas: kesadaran moral dan hati
nurani, empati, kendali diri, penentuan perspektif, dan kerendahan hati. Nilai-nilai tersebut terlihat
pada dialog dan sikap tokoh ibu dalam menghadapi masalah keluarga. Kepulangan ayah ke rumah
membawa konflik batin bagi tokoh ibu dan anak-anaknya. Sikap tokoh ibu yang meredam emosi
amarah anaknya mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang perlu diteladani oleh masyarakat.

Kata kunci: pembelajaran, apresiasi drama, nilai-nilai karakter.

ABSTRACT

Character Education through Drama Appreciation Lesson "My Father Returns" by Usmar Ismail.
The purpose of this study was to find that the course of Dramatic Appreciation can contribute to
character education. The learning of drama appreciation with the emphasis of constructivism, reveals
drama performances in terms of dialogue, players, directors, stage, costume, cosmetology, lighting,
music, property, and appearance. The performance "My Father Returns" by Usmar Ismail, is not only
a spectacle, but also a guide for character education. The values of character education according to
Lickona (2012: 82) have three interrelated parts: moral knowledge, moral feeling, and moral action.
Good characters consist of: knowing good things, wanting good things, and doing good things. This
research uses an objective (structural) approach. The objective approach is chosen because it is
based on the object of the literary work itself. The objective approach is the most important approach
because it has the most close connection with modern literary theory, especially the theories that use
the basic concept of structure. The results found in this study are character education values
consisting of: moral awareness and conscience, empathy, self-control, perspective determination, and
humility. These values are seen in the dialogue and attitude of the mother figure in dealing with
family problems. The return of the father to the house brings in inner conflicts for the mother figure
and her children. The attitude of the mother character who muffle the emotion of his son's anger
contains the values of character education that need to be emulated by the community.

Keywords : learning, drama appreciation, character values.

15
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

PENDAHULUAN atas karya sastra. Prinsip-prinsip


Program Studi Bahasa dan Sastra pembelajaran apresiasi sastra yang perlu
Indonesia di Universitas Singaperbangsa diperhatikan adalah sebagai berikut: (1)
Karawang terbilang masih sangat muda, pembelajaran sastra dapat meningkatkan
baru memiliki dua angkatan akan tetapi kepekaan rasa terhadap budaya bangsa,
minat calon mahasiswa yang mendaftar khususnya bidang keseniaan; (2)
sangat banyak. Mata kuliah Apresiasi pembelajaran sastra memberikan kepuasan
Drama diambil pada semester empat tingkat batin dan keterampilan pengajaran karya
sarjana, sebagai mata kuliah wajib. estetis melalui bahasa; (3) pembelajaran
Pemahaman apresiasi masih sangat minim sastra bukan merupakan pengajaran sejarah
di kalangan mahasiswa, berdasarkan itulah sastra, aliran, dan teori tentang sastra; (4)
penulis mengkaji tentang “Pembelajaran pembelajaran sastra merupakan
Apresiasi Drama dalam Membentuk pembelajaran untuk memahami nilai
Karakter”. kemanusiaan dari karya-karya tersebut.
Apresiasi merupakan langkah awal untuk Pembelajaran sastra dimaksudkan
lebih memahami karya sastra. Pembaca atau untuk meningkatkan kemampuan siswa
pun penonton mendapatkan pengalaman dalam mengapresiasi karya sastra.
melalui karya sastra. Ratna (2003: 235) Kegiatan mengapresiasi karya sastra
mengatakan bahwa karya sastra berkaitan erat dengan pelatihan
memberikan sumbangan terhadap motivator mempertajam perasaan, penalaran, daya
pengalaman emosional dan intelektual dan khayal, kepekaan terhadap masyarakat,
sebagai motivator kesadaran sosial. budaya, dan lingkungan hidup. Pengajaran
Sumbangan karya sastra dalam dunia sastra memberikan kontribusi yang positif
pendidikan meliputi dimensi-dimensi terhadap pendidikan karakter.
kemanusiaan. Fungsi pengalaman Tujuan penelitian ini untuk memberi
tersebut tidak terbatas dalam wilayah etis pemahaman mata kuliah Apresiasi Drama
estetis, filsafat religius, dan berbagai dalam pembentukan pendidikan karakter
apresiasi yang lain, melainkan telah bagi mahasiswa. Hasil dari penelitian ini
memasuki wilayah intelektual, termasuk diharapkan dapat memberikan sumbangsih
logika, meskipun bukan dalam pengertian dalam pembelajaran mata kuliah Apresiasi
positivistik. Drama tingkat sarjana yang mampu
S. Effendi (dalam Aminudin, 2004: 35) membentuk karakter di dalamnya.
mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah Drama. Istilah drama berasal dari bahasa
kegiatan menggauli karya sastra secara Yunani “draw” yang berarti melakukan atau
sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan berbuat sesuatu. Drama sebagai cermin
pengertian penghargaan, kepekaan pikiran pantulan hidup kita sendiri. Drama tidak
kritis, dan kepekaan perasaan yang baik hanya merupakan pencerminan atau pantulan
terhadap karya sastra. Dari pendapat lingkungan hidup, tetapi juga menolong kita
tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan untuk mengatasi masalahnya, untuk
apresiasi dapat tumbuh dengan baik mengembangkannya dengan baik dengan
apabila pembaca mampu menumbuhkan imajinasi dan pengetian mengenai hidup itu
rasa akrab dengan teks sastra yang sendiri.
diapresiasinya, bersikap sungguh-sungguh Menurut Zaidan, drama adalah ragam
serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu satra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan
sebagai bagian dari hidupnya. untuk dipertujukkan di atas pentas (Zaidan,
Pembelajaran apresiasi sastra merupakan 2000). Kemungkinan-kemungkinan yang
bagian integral dari pembelajaran positif dalam drama adalah:
komponen pemahaman bahasa. Artinya, 1) Drama merupakan sarana yang
pembelajaran sastra terpusat pada efektif dan langsung melukiskan
pemahaman, penghayatan, dan penikmatan konflik-konflik sosial, dilema moral

16
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

dan masalah pribadi. 7) Sosiodrama telah dikenal dapat


2) Aktor-aktor drama memaksa kita menampilkan suatu fungsi yang sama
untuk memusatkan perhatian pada bagi kelompok-kelompok kecil
protagonis lakon serta merasakan dalam masyarakat.
emosi-emosinya. Dengan demikian drama harus dipandang
3) Melalui tragedi, dapat belajar sebagai suatu sarana memanusiakan manusia
bagaimana hidup penuh derita, dapat agar terdorong ke arah imajinasi untuk
mengajarkan suatu ketabahan. mengerti, menyadari dan penuh kepastian
4) Melalui komedi, kita dapat untuk menemukan jati diri.
menikmati peluapan gelak tawa. Ragam atau genre sastra yang lain
5) Melodrama, dapat mengusir mungkin saja tidak dalam bentuk dialog.
keengganan dan memperluas Misalnya, puisi berbentuk monolog dan
imajinasi kita. prosa (cerpen dan novel) berbentuk
6) Para psikiatris telah dikenal tabu campuran antara dialog dan monolog. Agar
menggunakan psikodrama sebagai perbedaan bentuk itu jelas, dapat
suatu sarana yang efektif. diperhatikan skema berikut.

Drama (dialog) Puisi (monolog)

Tokoh Tokoh Aku lirik Pendengar

Prosa (dialog dan monolog)

Tokoh Tokoh
Pencerita Pendengar

Apresiasi. Istilah Apresiasi berasal dari sastra; dan


bahasa Inggris “appreciation” yang berarti d. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut
penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk menghasilkan kritik, terutama cipta
ini berasal dari kata kerja “ to appreciate sastra.
“ yang berarti menghargai, menilai, mengerti.
Mengapresiasi, berarti memberikan Pendidikan Karakter. Konsep
penghargaan, menilai, memahami atau pendidikan karakter, pertama kali
mengerti terhadap karya sastra yang dicetuskan dalam pertemuan di Aspen
berbentuk drama, prosa maupun puisi. Colorado tahun 1992. Pendidikan karakter
Apresiasi sastra dapat dibagi menjadi (character education) didasarkan kenyataan
beberapa tingkatan, yaitu: bahwa Amerika mengalami kegagalan
a. Tingkat menggemari, yang ditandai dalam pengelolaan moral anak didik.
adanya rasa tertarik dan ingin Kegagalan ini ditandai dengan demoralisasi
membaca buku cipta sastra; yang semakin mengkhawatirkan. Sejak itu,
b. Tingkat menikmati, yaitu mulai di AS diberlakukan pendidikan karakter
dapat menikmati cipta sasta karena sebagai solusi untuk mengatasi
tumbuhnya pengertian; demoralisasi yang terjadi di negara tersebut.
c. Tingkat merespons atau memberikan Pendidikan nasional kita juga
reaksi, mulai adanya keinginan untuk mengandung ruh pendidikan berkarakter.
menyatakan pendapat tentang cipta Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

17
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

Sistem Pendidikan Nasional, pasal (1) ayat dalam pendidikan berkarakter, yang
(2) disebutkan bahwa, Pendidikan nasional ditanamkan kepada peserta didik dalam
adalah pendidikan yang berdasarkan pendidikan kita adalah nilai-nilai yang
Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, nilai-
berakar pada nilai-nilai agama, nilai agama, dan kebudayaan nasional
kebudayaan nasional Indonesia dan Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
tanggap terhadap tuntutan zaman. Dalam zaman. Komitmen pendidikan berkarakter
pasal (3) dikatakan bahwa, Pendidikan juga dipertegas dalam pasal (3) di atas.
nasional berfungsi mengembangkan Bahkan secara eksplisit ditegaskan bahwa
kemampuan dan membentuk watak serta pendidikan nasional berfungsi
peradaban bangsa yang bermartabat mengembangkan kemampuan dan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan membentuk watak peradaban bangsa yang
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya bermartabat. Jelas bahwa konsep
potensi peserta didik agar menjadi manusia pendidikan berkarakter juga terdapat dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang sistem pendidikan nasional kita.
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Karakter baik memiliki tiga bagian yang
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi saling berhubungan: pengetahuan moral,
warga yang demokratis serta bertanggung perasaan moral, dan tindakan moral.
jawab. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui
Berdasarkan Undang-Undang Sistem hal yang baik, menginginkan hal yang baik,
Pendidikan Nasional itu, nilai-nilai etika dan melakukan hal yang baik. (Lickona,
seperti yang dikonsepkan oleh Lickona 2012: 82).

Diagram komponen yang baik (Lickona, 2012: 84).

Pembelajaran Konstruktivisme. Teknik kognitivisme dan konstruktivisme (Mustaji,


pembelajaran umumnya berangkat dari teori- 2005: 30). Teori belajar behaviorisme lebih
teori belajar, artinya teknik pembelajaran menekankan pada terbentuknya perilaku
didasarkan pada teori behaviorisme, yang nampak sebagai hasil belajar,

18
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

sedangkan kognitivisme lebih menekankan yang berasal dari sumber-sumber


pembentukan perilaku internal yang sangat primer dan bahan-bahan yang
memengaruhi perilaku yang nampak tersebut dapat dimanipulasi.
(Degeng, 2005: 1). Degeng (2005:2)  Penataan lingkungan belajar
mengatakan bahwa pembelajaran dewasa ini  Hubungan dosen dan
nampak sekali bertumpu pada paradigma mahasiswa
keteraturan sebagai lawan kesemrawutan.  Evaluasi belajar
Teknik keteraturan oleh sebagian guru
hingga kini masih dianggap teknik yang METODE PENELITIAN
sahih. Padahal dunia sudah berubah, Sebelum menentukan metode dalam
memerlukan pemecahan masalah belajar menganalisis karya sastra, diperlukan
yang lebih cocok. Degeng (2005: 5) pendekatan terhadap karya sastra sebagai
menyatakan teori belajar konstruktivisme objek penelitian yang akan dianalisis.
memandang bahwa belajar sebagai Pendekatan ini berfungsi sebagai cara-cara
penyusunan dari pengalaman konkret, mendekati objek penelitian. Ratna (2004:
aktivitas kolaboratif, refleksi, serta 54-55) menjelaskan, bahwa pada dasarnya
interpretasi. pendekatan dilaksanakan untuk
Slavin (1994) mengindetifikasi tiga mengimplikasikan cara-cara memahami
karakteristik teknik konstruktivisme, yaitu: hakikat keilmuan tertentu, serta dalam
(1) Top down processing; (2) Menekankan pendekatan terkandung manfaat penelitian
pada sifat belajar social; (3) Generative secara teoretis dan praktis, baik terhadap
learning. peneliti maupun masyarakat, dan
kemungkinan apakah penelitian dapat
Pengguaan teknik konstruktivisme dilakukan sehubungan dengan dana, waktu,
dalam pembelajaran akan berimplikasi dan aplikasi berikutnya. Melalui proses
pada: pendekatan terlebih dahulu, peneliti dapat
a) Isi pembelajaran. Degeng (2005:8- diarahkan kepada penelusuran data-data
9) menyatakan penyajian isi sekunder sehingga peneliti dapat
menekankan pada penggunaan memrediksi literatur yang harus dimiliki.
pengetahuan secara bermakna Penelitian ini menggunakan pendekatan
untuk mengikuti keseluruhan objektif (struktural). Pendekatan objektif
bagian. karena berdasarkan objek karya sastra
b) Tujuan pembelajaran. Mustaji itu sendiri. Pendekatan objektif
(2005:18) tujuan pembelajaran merupakan pendekatan terpenting karena
dengan teknik konstruktivisme memiliki kaitan yang paling erat dengan
membantu membangun pengetahuan teori sastra modern, khususnya teori-teori
siswa melalui proses internalisasi, yang menggunakan konsep dasar struktur.
pembentukan kembali, dan informasi- Dalam hal ini, melalui teori strukturalisme,
informasi yang diperoleh menjadi pendekatan objektif dapat memberikan
pengetahuan baru. hasil-hasil yang baru sekaligus maksimal
c) Strategi pembelajaran. Menurut dalam rangka memahami karya sastra.
Meier (2005), teknik kontruktivisme Penjelasan Ratna tersebut senada
mementingkan pengembangan dengan apa yang diungkapkan oleh Semi
lingkungan belajar yang (1989: 43-50), bahwa pendekatan objektif
meningkatkan pembentukan membatasi diri pada penelaahan karya
pengertian dari perspektif ganda dan sastra itu sendiri, terlepas dari soal
informasi yang efektif atau control pengarang dan pembaca. Dalam hal ini
eksternal yang teliti. kritikus memandang karya sastra sebagai
d) Sumber belajar. Sumber belajar suatu kebulatan makna, akibat perpaduan
dalam konstruktivisme adalah data isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai

19
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

alatnya. senang, dan mereka dapat


Oleh karena itu, melalui pendekatan menghayati peran mereka. Karakter
objektif atau pendekatan struktural yang dimiliki tiap pemain yaitu, Ibu
diharapkan dapat mengantarkan peneliti adalah sosok yang ikhlas, pemaaf,
pada penemuan-penemuan baru dari dan mencintai keluarga, sosok Saleh
struktur-struktur karya sastra yang diteliti adalah seorang ayah yang materialis
sehingga menjadi sumbangan terhadap karena rela meninggalkan keluarga
perkembangan strukturalisme di Indonesia, demi mencari harta berlimpah,
serta perkembangan metode dalam namun Saleh juga seorang yang
pengkajian sastra modern. sadar diri karena pada akhir drama
Secara luas metode dianggap sebagai dia berani datang ke rumahnya dulu
cara-cara, strategi untuk memahami realitas, untuk bertemu istri dan anak-
langkah-langkah sistematis untuk anaknya sekaligus minta maaf.
memecahkan rangkaian sebab akibat Sosok Gunarto adalah seorang anak
berikutnya, yang berfungsi untuk yang pendendam, dia membenci
menyederhanakan masalah sehingga ayahnya karena telah meninggalkan
lebih mudah dipahami (Ratna, 2004: 34). keluarga, setelah ayahnya pulang
Sebagaimana pula diungkapkan Sugiyono pun dia merasa dendam dan tidak
(2010: 2) metode penelitian pada menerima kepulangan ayah. Sosok
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk Maimun adalah seorang anak yang
mendapatkan data dengan tujuan dan mencintai keluarga karena bisa
kegunaan tertentu. menerima kepulangan ayahnya
setelah lama pergi meninggalkan
keluarga. Sosok Mintarsih adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN seorang anak yang pendiam dan
Penelitian ini mengapresiasi karya Usmar mencintai keluarga, dia dapat
Ismail yang berjudul “Ayahku Pulang”. menerima kepulangan ayahnya yang
Naskah ini dipentaskan di Kampung Budaya, telah lama pergi meninggalkan
Karawang pada tanggal 14 dan 15 Maret keluarga.
2015 oleh sutradara Hendri Purnomo. 3) Sutradara. Dalam drama “Ayahku
Beberapa catatan apresiasi terhadap Pulang”, tidak
pementasan drama “Ayahku Pulang” karya dijelaskan/ditunjukkan siapa
Usmar Ismail, sebagai berikut: sutradara di balik drama ini, namun
1) Dialog. Dialog yang diucapkan para pemain adalah kelompok Teater
setiap pemain sesuai dengan karakter dari Karawang yaitu Komunitas
yang dimainkan. Intonasi yang Fotosintesa. Seharusnya pada awal
digunakan sudah tepat. Malam pentas ada sedikit pengantar dengan
lebaran yang seharusnya meriah dan menyampaikan siapa sutradara,
penuh kebahagiaan justru dibalik pemain, dan crew yang terlibat
menjadi keadaan yang mengharukan sehingga penonton akan tahu.
dan penuh ketegangan konflik. 4) Tata panggung. Tata panggung
Dialog antartokoh diucapkan saling disusun dalam sebuah ruang tamu,
menyambung sehingga terlihat namun juga dilengkapi dengan
seperti sebuah percakapan. jendela yang menggantung tanpa
2) Pemain. Pemain dalam drama tembok/penutup ruangan
“Ayahku Pulang” terdiri atas, sepenuhnya sehingga terlihat bagian
Ibu, Saleh (Ayah), Gunarto, dalam ruangan. Hal ini terlihat
Maimun, dan Mintarsih. Para menarik. Tidak ada properti yang
pemain bermain dengan total. Kapan sia-sia karena properti yang ada di
mereka harus sedih dan kecewa, dalam ruangan disediakan

20
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

secukupnya dan memang dipakai menjadi hal yang penting dalam


oleh pemain. sebuah pementasan. Peran penonton
5) Kostum. Kostum yang dipakai sebagai apresiator sekaligus
pemain adalah kostum orang-orang komentator sangat mendukung
zaman dulu. Pakaian yang dikenakan sebuah pementasan.
Ibu cocok dengan peran seorang Ibu. 10) Properti. Properti yang terlihat
Pakaian Mintarsih sebagai seorang dalam pementasan seperti meja dan
anak kecil yang pendiam dengan kursi ruang tamu, jendela, jam
memakai dress dan kuciran rambut dinding, dsb. Properti tersebut dapat
belah dua. Ayah sebagai seorang dimanfaatkan sepenuhnya oleh para
yang baru saja bangkrut sehingga pemain karena menjadi suatu
dalam masa susah berpakaian seperti pendukung dalam adegan.
seorang pengemis dan membawa 11) Penampilan. Para pemain
pakaian-pakaian yang dibungkus menampilkan diri secara total sesuai
kain besar. Gunarto dan Maimun karakter pemain. Adanya kerjasama
sebagai seorang perjaka yang yang baik dalam beradegan
bekerja di suatu pabrik berpakaian menjadikan pementasan drama
formal dengan hem dan celana “Ayahku Pulang” sukses.
panjang namun masih terkesan
santai. Nilai Pendidikan Karakter dalam drama
6) Tata rias. Tata rias tidak begitu “Ayahku Pulang” karya Usmar Ismail
terlihat bagaimana make-up para 1) Nilai Kesadaran Moral dan hati
pemain karena settingan lampu yang nurani
remang-remang. Namun dari Ada beberapa nilai pendidikan yang
aksesori dan kostum yang dipakai terkandung dalam drama “Ayahku Pulang”
seharusnya tata rias dapat karya Usmar Ismail. Cerita diawali dengan
menyesuaikan. Tata rias terlihat kerinduan seorang ibu bernama Tina. Ia
natural, wajah orang-orang biasa. rindu akan suaminya yang telah lama pergi.
7) Tata lampu. Tata lampu yang Pada hari lebaran seperti sekarang ini
dipakai terlihat remang-remang, kerinduan itu semakin larut, apalagi
namun dapat menguatkan suasana kepergian suaminya tanpa meninggalkan
drama “Ayahku Pulang” yang pesan sepatah kata pun. Kondisi ibu yang
mengharukan dan penuh ketegangan mengenang suaminya itu mendapat
konflik. tantangan keras dari anak laki-lakinya,
8) Musik. Musik yang dihadirkan Gunarto, yang merasakan penderitaan
terlalu keras sehingga kadang karena ditinggalkan ayahnya. Gunarto
mengalahkan suara para pemain. merasa, tak ada gunanya mengingat lagi
Musik yang seharusnya sebagai orang yang sudah tidak ingat keluarga.
penguat keadaan dan mengiringi Gunarto merasa besar sendiri tanpa
adegan justru mengganggu suara bimbingan ayah. Karena itu Gunarto selalu
para pemain. Sebaiknya volume mengalihkan pembicaraan tentang adik-
musik tidak sampai mengganggu adiknya ketika pembicaraan mengarah pada
suara para pemain dan harus Saleh, ayahnya.
dikontrol/diatur lebih baik lagi. Sebagai seorang ibu, Tina selalu
9) Penonton. Dalam pementasan mendengarkan hati nurani, menuntun anak-
drama “Ayahku Pulang” tidak anaknya untuk menerima kembali kehadiran
diperlihatkan penonton yang berada ayahnya. Gunarto tetap menolak keras
dalam pementasan itu. Namun tepuk kepulangan ayahnya ke rumah. Ada
tangan penonton terdengar ketika kesadaran moral yang coba ditanamkan oleh
pementasan berakhir. Penonton tokoh ibu, bahwa seburuk apa pun seorang

21
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

ayah, dia tetap seorang ayah. Ibu mendengar hinaan. Maemun berusaha
menanamkan kepada anak-anaknya, sikap mengejar ayahnya namun terlambat.
memaafkan ayahnya. Ternyata ayahnya telah berpulang untuk
2) Nilai Empati. selama-lamanya, dan hanya meninggalkan
Perdebatan semakin seru setelah adiknya kopiah dan baju saja.
Maemun mendengar kabar bahwa ada Tokoh ibu yang mengajarkan kendali diri
seorang tua yang konon mirip orang tuanya. kepada anak-anaknya untuk tidak emosi
Kabar dibawa oleh Pak Tirto. Ibu merasa pada kehadiran ayahnya. Tokoh Gunarto
yakin mungkin benar juga ia kembali. yang tidak menginginkan kehadiran
Namun, Gunarto merasa tidak percaya. ayahnya. Amarah yang terpendam bertahun-
Perang kata-kata tentang keberadaan orang tahun oleh Gunarto dilampiaskan ketika
tuanya semakin seru setelah adik perempuan, ayahnya pulang. Ibu berusaha meredam
Mintarsih, pulang. Ia yang menceritakan amarah Gunarto, bahwa peritiwa yang
ada orang tua seperti pengemis yang terdahulu bukanlah keinginan ayahnya
memandangi rumahnya. Gunarto dan sendiri. Kendali diri dibutuhkan ketika
Maimun tak percaya. Mereka ingin seseorang sedang penuh amarah.
membuktikan ucapan adiknya, namun tak 4) Penentuan Perspektif
mendapatkan apa-apa. Ibu yakin bahwa itu Gunarto menyesali apa yang telah ia
mungkin suaminya yang lama telah pergi lakukan kepada ayah kandungnya sendiri.
pada malam hari raya seperti ini. Pementasan ini menonjolkan perwatakan
Tokoh ibu berempati pada seorang lelaki ibu dengan ketabahannya dalam
tua berpakaian compang-camping sedang menghadapi cobaan dalam rumah tangga. Ia
berdiri di depan rumah. Perasaan iba dan menerima kenyatataan hidup yang sekian
kasihan terlihat pada adegan tokoh ibu lama ditinggalkan suaminya untuk
mempersilahkan lelaki itu masuk ke rumah membesarkan anak-anaknya. Penonjolan
dan yakin bahwa lelaki itu adalah suaminya karakter kedua pada tokoh Gunarto yang
yang sudah lama tidak pulang. Nilai empati menentang ibu terutama setelah ayahnya
ini memberi pelajaran bahwa kita harus pulang.
memiliki rasa kasih sayang, apalagi kepada Pementasan ini patut dihargai karena
anggota keluarga sendiri. Rasa empati tidak naskah ini adalah naskah kategori sastra
memandang status sosial, ekonomi, karya sastrawan ternama di negeri ini. Tema
pendidikan dan agama seseorang. Orang yang ingin diungkapkan adalah tema sosial
yang memiliki rasa empati akan penuh seperti realita yang ada dalam masyarakat
dengan kasih sayang dan memaafkan. yang tergiur oleh keindahan hidup yang
disuguhkan dengan harta yang melimpah.
3) Nilai Kendali Diri Drama ini memberi pelajaran bahwa dengan
Tak disangka suaminya R.Saleh pulang harta yang banyak tidak mesti bahagia terus.
dengan penampilan beda seperti pengemis Harta akan pergi begitu cepat seperti
tidak seperti dulu kaya raya. Ibu kaget dicontohkan dalam tokoh ayah yang rela
hampir tak percaya namun senang lalu meninggalkan keluarga memburu
menyuruh Saleh untuk masuk dan kesenangan dan berujung kebangkrutan.
memerintahkan anak-anaknya untuk Ujung-ujungnya ingat keluarga setelah tua.
mendekat. Gunarto sendiri yang acuh. Perspektif dari pandangan hidup, bahwa
Kebencian kepada ayahnya yang lama harta bukanlah segalanya, tetapi keluarga
dipendam dilampiaskan. Itu semua karena adalah segalanya. Sikap tokoh ibu
penderitaan yang dialami selama mendeskripsikan bagaimana melihat
ditinggalkan ayahnya. Pelampiasan permasalahan dari sudut pandang lain.
kemarahan memuncak dengan menghina Walaupun ibu ditinggalkan suaminya tanpa
kepada orang tuanya sendiri. Melihat sesen pun, akan tetapi ia masih menerima
kenyataan itu R.Saleh pergi. Ia tak tahan ketika suaminya pulang. Keberterimaan

22
RIKSA BAHASA
Volume 3, No. 1, Maret 2017

tokoh ibu akan kehadiran tokoh ayah yang Kaswanti Purwo (Ed.). Yogyakarta:
pulang, menunjukkan sikap dan cara Kanisius.
pandang yang bijak. Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra.
5) Kerendahan Hati Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bagi penonton yang ingin mengenal Lickona, Thomas. 2012. (Terj.) Educating
makna hidup dapat mengambil pelajaran for Character: Mendidik Untuk
dari pementasan naskah "Ayahku Pulang", Membentuk Karakter. Jakarta : Pt. Bumi
hidup tak selamanya mujur. Seperti roda Aksara.
berputar kadang jaya kadang terpuruk. Meier, Dave. 2005. The Accelerated of
Sikap kerendahan hati merupakan sikap Learning. Bandung: Kaifa
yang harus ditanamkan semenjak dini. Mustaji, Sugiarso. 2005. Pembelajaran
Hidup berputar, kadang di atas kadang di Berbasis Konstruktivisme. Surabaya:
bawah. Ketika kita berada di atas maka Unnesa University.
jangan bersikap sombong atau memandang Nyoman Degeng. 2005. “Orkestra
rendah orang lain. Ketika kita berada di Pembelajaran”. Makalah.
bawah, jangan merasa rendah diri. Sikap- Disampaikan pada Diskusi Ilmiah
sikap inilah yang menentukan karakter Peningkatan Instruksional, PPS-UNS 30
seseorang. November 2005.
Ratna, N.K. 2004. Teori, Metode dan
SIMPULAN Teknik Penelitian Sastra dari
Pembelajaran mata kuliah Apresiasi Strukturalisme hingga Postrukturalisme
Drama berdasarkan pertunjukan dan naskah Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta:
drama “Ayahku Pulang” karya Usmar Pustaka Pelajar.
Ismail mengandung nilai pendidikan Ratna, N.K. 2005. Sastra dan Culture
karakter. Nilai pendidikan karakter yang Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
terkandung dalam drama tersbut adalah nilai Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kesadaran moral dan hati nurani, empati, Ratna, Nyoman. 2003. Undang-Undang
kendali diri, penentuan perspektif, dan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
kerendahan hati. Nilai-nilai tersebut terlihat Pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus
pada dialog dan sikap tokoh ibu dalam Media.
menghadapi masalah keluarga. Kepulangan Zaidan, Abdul Razak. 2000. Kamus Istilah
ayah ke rumah membawa konflik batin bagi Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
tokoh ibu dan anak-anaknya, terutama
Gunarto. Sikap tokoh ibu yang meredam
emosi amarah anaknya mengandung nilai-
nilai pendidikan karakter yang harus
ditanamkan kepada masyarakat.
Masih banyak aspek yang perlu dikaji
lebih mendalam terhadap naskah drama
“Ayahku Pulang” ini, seperti dari aspek
semiotika, struktural, pertunjukan, dan
sebagainya.

PUSTAKA RUJUKAN
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Boen S. Oemarjati. 1991. “Pembinaan
Apresiasi Sastra dalam Proses Belajar-
Mengajar”. Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa:
Pembaharuan Pengajaran. Bambang

23

Anda mungkin juga menyukai