Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN

PEMENTASAN DRAMA PANGGUNG, DRAMATISASI PUISI,


MUSIKALISASI PUISI DAN FILM

Tema:
“Harmonisasi Mahakarya Gemasastrin: Imajinasikan Bahasamu”

Oleh:

Budi Arianto, S.Pd., M.A.


NIP 197201232005011001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015
2
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .......................................................................................... 1


Pendahuluan ...................................................................................................... 4
Nama Kegiatan .................................................................................................. 5
Tujuan Kegiatan ............................................................................................... 5
Pelaksanaan Kegiatan ...................................................................................... 5
Bentuk Kegiatan................................................................................................ 5
Peserta Kegiatan ............................................................................................... 5
Konsep Kekaryaan............................................................................................ 5
Penutup .............................................................................................................. 6
Daftar Pustaka ................................................................................................. 7
Lampiran Poster ............................................................................................... 9
Lampiran Foto .................................................................................................. 11

3
Laporan Pertanggungjawaban Karya Seni Pertunjukan
Pementasan Drama Panggung, Dramatisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, dan Film
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Unsyiah

A. Pendahuluan
Teater sebagai seni yang kompleks mengeksplorasi intensitas seniman dalam
bentuk emosi dan spektakel (setiap benda yang ada di atas panggung, termasuk aktor,
seting, cahaya, proferti, rias dan busana). Menurut Herwan fakhrizal (1996/1997:10)
spektakel adalah: “Ekspresi atau ungkapan sutradara/aktor yang ditangkap oleh
penonton dalam wujud struktur dan tekstur serta konvensi sebuah teater dalam
rentang waktu pemanggungannya, menjadi wujud kesatuan tontonan”. Oleh karena
itu, sutradara dan aktor harus mampu merubah lakon verbal menjadi wujud permainan
yang mempesona; dalam bentuk audio (pendengaran), visual (penglihatan), dan
kenetsic (gerak). Teater dihidupkan oleh penampilan aktor, bersama para aktor ada
sutradara yang membentuk corak dan watak penampilan tersebut.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama / teater juga telah
menjadi lahan bisnis yang luar biasa.
Pementasan drama merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan jiwa
kreativitas dan solidaritas mahasiswa. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dilatih untuk
berkreasi dan bekerjasama. Secara tidak langsung, kegiatan ini diharapkan pula dapat
meningkatkan kepedulian siswa pada situasi zaman, mengiventarisasi persoalan, dan
mencari jalan pemecahan secara arif dan tepat.

4
Mata Kuliah Drama dalam kurikulum Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah merupakan salah satu
bentuk perhatian program studi sebagai salah satu upaya menumbuhkan jiwa
kreativitas dan solidaritas mahasiswa, serta menghidupkan seni pementasan drama di
Banda Aceh, khususnya di Universitas Syiah Kuala.
Untuk memenuhi tugas akhir mahasiswa semester III untuk mata kuliah puisi
dan semester V Untuk Mata Kuliah Drama mengadakan sebuah pementasan drama
dan Puisi. Drama yang dipentaskan oleh Mahasiswa terdiri dari drama panggung
(teater) maupun Film kesemua pementasan ini merupakan hasil dari pendadaran yang
dilakukan oleh dosen pengasuh matakuliah drama dan matakuliah puisi.

B. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah Pentas Drama Panggung, Film Pendek, Dramatisasi Puisi
dan Musikalisasi Puisi 2015 dengan tema “Harmonisasi Mahakarya Gemasastrin:
Imajinasikan Bahasamu”

C. Tujuan Kegiatan
Tujuan Kegiatan ini adalah:
1. Menggalakkan kreativitas mahasiswa di bidang pementasan drama dan puisi
2. Mengoptimalkan keseriusan mahasiswa dalam berlatih drama dan puisi.
3. Mengembangkan potensi mahasiswa yang berbakat di bidang teater.
4. Menumbuhkan jiwa solidaritas mahasiswa
5. Menyediakan wahana apresiasi drama dan puisi di kalangan mahasiswa,
khususnya Mahasiwa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Unsyiah.

D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini telah dilaksanakan pada :
Hari/ tanggal : Sabtu dan Minggu, 10 - 11 Januari 2015
Pukul : 08.00 WIB s.d. 17.00 WIB
Tempat : Auditorium FKIP Unsyiah

E. Bentuk Kegiatan
Pementasan Drama Panggung, Dramatisasi Puisi, Musikalisasi Puisi, dan Film
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Unsyiah

F. Peserta
Pementasan Drama dan Puisi ini disajikan oleh mahasiswa peserta kuliah drama dan
puisi yang mengambil mata kuliah pada semester Ganjil 2014-2015. Adapun
penonton yang hadir berasal dari unsur umum, mahasiswa, dan dosen.

G. Konsep Kekaryaan

1) Pementasan Drama
Drama dalam dimensi seni pertunjukan, merupakan tiruan kehidupan manusia yang
ditampilkan di pentas. Melihat drama, penonton seolah melihat kejadian dalam
masyarakat. Drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis,
dan hitam putih kehidupan. Drama berarti perbuatan, tindakan atau reaksi. Dalam
bahasa Indonesia terdapat istilah “sandiwara”. Istilah ini diambil dari bahasa Jawa

5
‘sandi’ dan ‘warah’, yang berarti pelajaran yang diberikan secara diam-diam atau
rahasia. Kata ‘sandi’ berarti rahasia dan kata ‘warah’ artinya pelajaran. Istilah
sandiwara radion, sandiwara televise, sandiwara pentas menunjukkan bahwa kata
sandiwara dapat menggantikan kata drama. Dalam bahasa Belanda dikenal istilah
‘tonil’ (toneel) yang mempunyai makna sama dengan istilah sandiwara (Waluyo,
2011).
Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Seluruh perjalanan drama berisi
konflik antartokoh. Konflik itu terjadi antara dua pihak, yaitu tokoh yang mendukung
cerita dan tokoh yang melawan arus cerita. Tokoh pendukung cerita sering disebut
tokoh protagonist, sedangkan tokoh yang melawan arus cerita disebut tokoh
antagonis. Konflik antara tokoh antagonis dan protagonist dalam drama dapat bersifat
sangat keras dan kontras. Akan tetapi, konflik tersebut harus tetap wajar, realistis, dan
logis. Artinya, pertentangan antartokoh tersebut mempunyai kemungkinan mirip atau
sama dengan kehidupan di masyarakat, sehingga masih dapat dipahami oleh
penonton. Konflik yang terlalu dibuat-buat justru akan mengurangi keunggulan
drama.
Pengertian tentang drama yang dikenal selama ini menyebutkan, bahwa drama
adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Munculnya pengerti-an
tersebut jika ditinjau dari makna kata drama sudah tepat. Kata drama berasal dari
kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagai-
nya (Harymawan, 1988:1). Jadi kata drama berarti perbuatan atau tindakan.
Berdasarkan kenyataan ini memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan
kepada dimensi genre sastranya dan sekaligus sebagai seni pertunjukan.
Dalam dimensi genre sastra, drama ialah semua teks yang bersifat dialog dan
yang isinya membentangkan sebuah alur (Luxemburg, 1984). Drama itu berbeda
dengan prosa cerita dan puisi karena dimaksudkan untuk dipentaskan. Pementasan itu
memberikan kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain
menafsirkan teks, sedangkan para penonton menafsirkan versi yang telah ditafsirkan
oleh para pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementas-
annya mau tidak mau membayangkan jalur peristiwa di atas panggung. Pengarang
drama pada prinsipnya mem-perhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas,
akibat pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan (Luxemburg ,
1984).
Dalam drama dialog-dialog merupakan bagian terpenting, dan sampai taraf
tertentu ini juga berlaku bagi monolog-monolog. Pada pokoknya sebuah drama terdiri
atas teks-teks para aktor, dan tak ada seorang juru cerita yang langsung menyapa para
penonton. Para aktor saling menyapa. Menurut konvensi drama, mereka tidak
langsung menyapa para penonton, tetapi konvensi tersebut sering dilanggar,
khususnya dalam drama modern. Sementara itu, petunjuk-petunjuk untuk pementasan
bersifat sekunder, karena selama pementasan tak pernah diucapkan, tetapi di-
konkretkan lewat isyarat-isyarat nonbahasa. Teks yang memuat petunjuk pementasan
tersebut disebut sebagai teks samping. Di samping dialog, unsur lain sastra drama
lebih mirip dengan unsur fiksi yaitu adanya alur (rangkaian cerita), tokoh dan
karakternya, latar, gaya bahasa, dan tema.
Luxemburg (1984) mengemuakakan, teks-teks drama ialah teks yang bersifat
dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur Drama itu berbeda dengan prosa
cerita dan puisi karena dimaksudkan untuk di-pentaskan. Pementasan itu memberikan
kepada drama sebuah penafsiran kedua. Sang sutradara dan para pemain menafsirkan
teks, sedangkan para penonton menafsirkan versi yang telah ditafsirkan oleh para
pemain. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementas-annya mau

6
tidak mau membayangkan jalur peristiwa di atas panggung. Pengarang drama pada
prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat
pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan.

2) Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertian.
Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan
untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Kedua, film diartikan sebagai
lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup
atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam
bentuk gambar negative (KBBI, 2013). Meskipun kini film bukan hanya dapat
disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar
kembali dalam media digital.
Jika kita benar-benar ingin memahami film, maka kita harus mengetahui
aspek-aspek pembangun dari sebuah film. Seperti layaknya karya seni lainnya, film
juga memiliki sifat-sifat dasar dari sebuah karya seni. Seperti seni pahat, film
memiliki garis, susunan, warna, bentuk, volume dan massa. Seperti seni drama, film
melakukan komunikasi visual melalui laku dramatik, gerak dan ekspresi dan
komunikasi verbal melalui dialog. Seperti seni musik, film mempergunakan irama
yang kompleks dan halus. Seperti seni puisi, film berkomunikasi melalui citra dan
metafora juga lambang-lambang. Seperti pantomim, film memusatkan diri pada
gambar bergerak. Seperti seni tari, gambar bergerak pada film memiliki sifat-sifat
ritmis tertentu. Seperti novel, film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan
waktu. Film sangat memiliki hampir semua aspek dari seni-seni yang lain.
Selain banyak persamaan dengan karya seni lain, film juga memiliki
perbedaan yang merupakan nilai lebih dari karya seni lain. Film dapat bergerak bebas
dan tetap sehingga mampu mengatasi keterbatasan statis dari sebuah karya lukis dan
pahat. Film memiliki kemampuan mengambil sudut pandang, gerak, waktu yang
beragam yang tidak dapat dilakukan dengan seni drama panggung. Perbedaan yang
paling nyata antar film dan drama faktanya, bahwa suatu film bisa
direkam, disimpan diedit bisa juga diulangi kembali berbeda dengan teater. Ada
persamaan film dan novel yaitu bisa dibaca dan dilihat berulang-ulang.Perbedaannya
dengan novel, film tidak berkomunikasi dengan lambang-lambang yang tercetak pada
media kertas, tetapi film berkomunikasi melalui lambang visual dan suara aslinya atau
juga dengan rekayasa.

H. Penutup
Demikian laporan kegiatan ini disusun sebagai laporan pertanggungjawaban karya
seni pertunjukan pelaksanaan kegiatan “Pementasan Drama Panggung, Dramatisasi
Puisi, Musikalisasi Puisi, dan Film Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Unsyiah”.

7
Daftar Pustaka

Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama. Yogyakarta: CAPS.


Hamzah, A.A. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda.
Jakob Sumardjo, 2004. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia.
Bandung: STSI PRESS.
Luxemburg, Jan Van & Mieke Bal Willem G.W. 1984. Pengantar Ilmu Sastra
(Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Dick Hartoko) Jamakarta: Gramedia.
Santoso, Eko. dkk. 2008. Seni Teater Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah.
Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Media Pressindo.
Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT.
Hanindita Graha Widia.

8
LAMPIRAN:
Poster Pertunjukan:

9
10
Foto Pertunjukan:
Persiapan Panggung

Pementasan Teater Naskah “Air dan Bensin”

Musikalisasi Puisi

11

Anda mungkin juga menyukai