Parafrase BAB II
Parafrase BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pengalaman masa lalu merupakan bagian yang berperan sebagai acuan penulis dalam
menyampaikan penelitian, sehingga penulis esai dapat melihat hipotesis yang ada dan
yang akan datang dalam tinjauannya, sebagai bahan pemikiran dan kajian yang mendasari
tidak menemukan eksplorasi dengan judul yang mirip dengan judul eksplorasi pencipta.
menyempurnakan bahan kajian. Berikutnya adalah eksplorasi masa lalu sebagai beberapa
karya logis, dua proposisi dan catatan harian yang berhubungan dengan penelitian yang
a. Rinop Budi, 2022, Judul Penelitian: Representasi Nilai Moral dalam Film
Parasite,
menjadi subjek penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film
pergaulan manusia dengan dirinya sendiri, dengan individu, dan dengan Tuhan.
Charles Sandar Peirce dengan model segitiga kepentingan yang terdiri dari tanda,
1
Rinop Budi, Representasi Nilai Moral dalam Film Parasite, (Skripsi: Universitas Islam Riau, 2022)
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Alauddin Makassar. Hipotesis Null (Ho)
ditolak dan Hipotesis Kerja (Ha) diterima yaitu adanya pengaruh tayangan K-
Nussa”,
Ketulusan (juga dikenal sebagai kejujuran), kasih sayang, dan kerja sama sering
disebut sebagai nilai moral. Oleh karena itu, film Nussa patut dievaluasi untuk
tersebut berencana untuk memberikan lebih banyak informasi atau ide kepada
media (khususnya YouTube) agar lebih spesifik dalam memilih film untuk anak-
2
Asheriyanti Tri Putri, Pengaruh Tayangan K-Drama (Korean Drama) Terhadap Perubahan Perilaku
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2019)
3
Istiqomatul Faridah, Nilai-Nilai Moral dalam “Film Nussa” , (Skripsi: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, 2021)
d. Dinda Intan Nur Fadillah, 2022, Pengaruh Menonton Tayangan Korean Drama
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat
belajar bahasa Korea siswa SMAN 5 Karawang dengan menonton drama Korea.
berdampak namun tidak besar terhadap minat mempelajari bahasa Korea siswa
dalam penelitian ini. Dalam ulasan ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa usia
inspirasi Age Z selain dari acara TV Korea yang tidak termasuk dalam faktor
yang dianalisis dalam eksplorasi ini. 137 orang yang lahir antara tahun 1997 dan
2012 dan menonton drama Korea berpartisipasi dalam studi kuantitatif ini.
Informasi dibedah menggunakan teknik direct relapse dengan bantuan SPSS 20.5
Hal tersebut dapat diuraikan dalam bentuk tabel berikut terkait persamaan dan
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
4
Dinda Intan Nur Fadillah, Pengaruh Menonton Tayangan Korea Drama Terhadap Minat Penggunaan Bahasa
Korea, Jurnal.um-taspel.ac.id., Universitas Singaperbangsa Karawang, Vol. 9 No. 10 (2022)
5
M. Ichsan Nawawi, Pengaruh Tayangan K-Drama (Korean Drama) terhadap Motivasi Belajar, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Universitas Islam Negeri Alauddin, Vol. 3 No. 6 (2021)
No Judul Penelitian Penulis Persamaan Perbedaan
1. Representasi Nilai Rinop Budi Nilai Moral Jenis penelitian
Moral dalam Film Menggunakan yang digunakan
Parasite metode kualitatif analisis
semiotika
Teori yang
digunakan
Charles Sanders
Peirce
2. Pengaruh Asheriyanti Tri Tayangan Drama Jenis penelitian
Tayangan K- Putri Korea yang digunakan
Drama (Korean mix method
Drama) Terhadap Penelitian ini
Perubahan Perilaku berfokus pada
Mahasiswi perubahan
Universitas Islam perilaku
Negeri Alauddin mahasiswi UIN
Makassar Alauddin
Mkassar dengan
tontonan drama
korea bergenre
Rommance-
Komedi
Pada penelitian
ini berfokus
pada mahasiswi
S1 UIN
Alauddin
Makassar
Jurusan
Sosiologi
Agama.
3. Nilai-Nilai Moral Dinda Intan Nur Nilai-Nilai Moral Animasi Film
dalam “Film Fadillah Pendekatan Nussa
Nussa” Kualitatif Fokus penelitian
pada penelitian
ini terkait
dengan
gambaran
umum dan nilai-
nilai moral yang
terkandung
dalam film
Nussa
4. Pengaruh Dinda Intan Nur Tayangan Jenis penelitian
Menonton Fadillah Drama Korea yang digunakan
Tayangan Korean kuantitatif
Drama Terhadap dengan metode
Minat Penggunaan survei
Bahasa Korea eksplanatori
Penelitian ini
berfokus pada
minat
pengunaan
bahasa korea
5. Pengaruh M. Ichsan Tayangan Jenis penelitian
Tayangan K- Nawawi Drama Korea yang digunakan
Drama (Korean kuantitatif
Drama) terhadap dengan metode
Motivasi Belajar regresi linier
Penelitian ini
berfokus pada
motivasi belajar
generasi-Z yang
berdomisili di
Sulawesi
Selatan
Sampel yang
digunakan
berjumlah 137
orang.
B. Kajian Teori
1. Konstruksi Nilai-Nilai Moral
1) Teori Konstruksi Sosial
Munculnya hipotesis perkembangan realitas sosial Peter L Berger dan
sejati karena hanya bergantung pada informasi yang kasat mata (observasional)
ditunjukkan oleh Peter dan Luckman, kehidupan sehari-hari adalah realitas yang
kompleksitas dalam satu budaya. Ketiga, stabil terhadap masyarakat dan waktu.8
6
Ferry Adhi Hidayat, Konstruksi Realitas Sosial, (Jurnal Ilmu Komunikasi, Ilmu Sosial Universitas Airlangga,
September 2018), Vol 7, 3.
7
Peter L. Berger & Thomas Luckman, “The Social Construction of Reality a Treatise in the Society of
Knowledge, Anchor Books, Doble Day, and Compay, (Garden City, New York: 1996), 15.
8
Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial, ASE, Volume 7 Nomor 2, (Mei 2011), 1.
kehidupan yang dipertahankan sebagai realitas sosial melalui interaksi sosial.
Ketika manusia berinteraksi dengan orang lain, manusia akan terus memberikan
berinteraksi dengan dirinya sendiri. Melalui cara paling umum dalam memahami
intersubjektif.9
Seperti yang dikemukakan oleh Max Weber, kebenaran sosial adalah cara
perilaku sosial menjadi “sosial” ketika orang berasumsi bahwa apa yang tersirat
adalah abstrak dan bahwa perilaku sosial memaksa orang untuk mengarahkan
masyarakat.10
kebenaran sosial dikembangkan secara tulus dan digambarkan oleh orang lain
asosiasi sosialnya.11
9
Charles R. Ngangi, 16.
10
Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 192.
11
Burhan Bugin, 193.
Dengan cara ini, dapat beralasan bahwa realitas sosial yang ada pada
kehidupan kita adalah hal yang bermula dari kesadaran dalam diri kita pribadi..
Kebenaran sosial ini adalah serangkaian latihan yang terjadi dalam hidup kita.
Melalui hal inilah kita mempunyai berbagai tingkat reaksi dekat seperti yang
ditunjukkan oleh hal yang kita hadapi. Berger dan Luckman menyebutnya
realitas yang dibingkai sebagai suatu proses memasukkan kembali tujuan dan
yang kesemuanya dipahami dengan cara yang sama seperti Marx menetapkan
otak sosial Amerika yang premis hipotetisnya berasal dari George Herbert Mead
dalam tulisannya yang berjudul Psyche, Self, and Society. Berger dan Luckmann
eksternalisasi, internalisasi, dan objektivasi Notulensi ini tidak serta merta terjadi
dalam suatu periode yang berurutan, namun masyarakat dan setiap orang yang
berkepentingan untuk itu selalu dijabarkan melalui ketiga notulen ini, sehingga
a. Internalisasi
12
Charles R. Ngangi, 16.
13
Ferry Adhi Hidayat, Konstruksi Realitas Sosial, (Jurnal Ilmu Komunikasi, Ilmu Sosial Universitas Airlangga,
September 2018), Vol 7, 5.
individu terjadi dengan dunia nyata. Asimilasi menjadi alasan pemahaman
yang melibatkan waktu, dan selama itu pula ia jenuh sebagai anggota
siklus emosi orang lain, yang akibatnya menjadi signifikan secara abstrak
dapat diakses secara adil oleh orang-orang dan menjadi penting bagi
bersama.15
Tanpa disadari, mereka pun menjadi sekutu kualitas yang ada. Pada tahap
b. Objektivasi
14
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial dari Klasik Hingga Postderm, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
154.
15
Burhan Bugin 201.
16
Tia Herlina, “Internalisasi Nilai Islam Melalui Seni Budaya di Pondok Pesantren Kaliopak”, (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), 18-19.
jalannya hubungan individu ke dalam dunia intersubjektif yang
pembuatnya dan lain-lain. Kondisi ini terjadi tanpa mereka bertemu satu
dan tanpa adanya tatap muka antara individu dengan pembuat barang
sosial tersebut.18
yang institusi sosialnya adalah individu. Dalam siklus ini yang tunggal
c. Eksternalisasi
17
Sindung Haryanto, 154.
18
Burhan Bugin, 198.
19
Tsabita Shabrina Alfanani, “Konstruksi Sosial Komunitas Pesantren Mengenai Isu Radikalisme (Studi Kasus
pada Pesantren Salaf dan Modern di Kota Malang)”, Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama dan Perubahan Sosial, (Vol.
10, No. 2, Juli-Desember 2016), 11.
eksternalisasi. Siklus persuasif ini merupakan interaksi yang
masuk akal dalam iklim yang tertutup dan tidak bergerak. Kehidupan
apa yang tersirat dalam eksternalisasi oleh Berger dan Luckmann adalah
20
Poloma Margaret M, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 302.
21
M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 14.
22
Sindung Haryanto, Spektrum Teori Sosial dari Klasik Hingga Postderm, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
154.
23
Tia Herlina, “Internalisasi Nilai Islam Melalui Seni Budaya di Pondok Pesantren Kaliopak”, (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), 18.
24
Burhan Bugin Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 198.
Saat ini analis dapat mengetahui lebih banyak tentang bagaimana
itu kita juga bisa mengetahui alasan mengapa mahasiswa PAI terus
Pada tahap asimilasi ini, para ahli dapat mengetahui perhatian untuk
masyarakat arus utama acara Korea adalah sebuah transmisi yang secara
2) Nilai-Nilai Moral
1) Definisi Nilai
dan Anda dapat merasakan bahwa ada implikasi berbeda dari nilai yang
kebenaran dan keadilan sehingga tidak akan pernah lepas dari sumbernya
yang unik, khususnya sebagai pelajaran dan standar luar biasa yang berlaku di
manusia lainnya yang harus dicari, sehingga kita tidak bisa melihat nilai
Sesuatu yang berharga sudah ada dan terkandung, jadi pelatihan dapat
mencari tahu hubungannya satu sama lain serta pekerjaan dan kegunaannya
berhubungan dengan kesusilaan yang ada pada sesuatu. Jadi harga diri adalah
Menurut beberapa ahli, harga diri menjadi acuan dan keyakinan dalam
arti nilai adalah sebagai standar, moral, pedoman, peraturan, adat istiadat,
prinsip-prinsip yang tegas dan berbagai acuan yang mempunyai harga diri dan
2) Definisi Moral
dalam menyimpulkan apa yang baik dan buruk. Kata Latin mores, yang berarti
kebiasaan, aturan, adat istiadat, nilai-nilai, atau cara hidup, merupakan akar
26
Mardiatmaja, Hubungan Nilai dengan Kebaikan, (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), 105.
kata “moral”. Sedangkan kualitas mendalam berarti kecenderungan, adat
bertindak. Lebih jauh lagi, kata kualitas mendalam juga merupakan deskriptor
moralis lainnya, mempunyai arti serupa, sehingga dalam arti pentingnya lebih
Etika individu atau keseluruhan standar dan nilai sehubungan dengan apa
yang baik dan apa yang buruk disebut kualitas mendalam. W. Poespo Prodjo
kegiatan manusia yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan itu benar atau
berhubungan dengan diskusi tentang larangan dan perilaku benar dan salah.
Keadaan besar dan buruk yang sebagian besar diakui dalam kegiatan, cara
sebagai berikut:29
27
Asmara As, Pengantar Studi,, cet 1, (Jakarta: Rajawali Press,1992), 8.
28
Tim Penyusunan Kamus pusat dan pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud kamus besar bahasa
Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1994), 192.
29
Bambang Daroeso, Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: Aneka Ilmu, 1986), 22.
2) Akhlak adalah menunjukkan tingkah laku hidup yang layak
agama.
sifat positif dari etika baik yang dimilikinya dan menghindari etika buruk
ِ شَ ان َوِا ْيتَاِئ ِذى ا ْلقُْر َبى َو َي ْن َهى َع ِن ا ْلفَ ْح ِ ِ
اء ِس َ ْأم ُر ِبا ْل َع ْد ِل َوااْل ْح
ُ اهلل َي
َ ا َّن
urusan akal budi yang erat kaitannya antara manusia dan binatang ciptaan
perbuatan besar.31
30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 386.
31
Muhammad Firwan, Nilai Moral dalam Noel Sang Pencerah Karrya Akmal Nasrey Basral, Jurnal Bahasa dan
Sastra, Vol 2 no 2, 2017, 53.
32
Hasnida, Analisa Kebutuhan Anak Usia Dini, (Jakarta: Satulangit, 2015), h. 20.
Dari penjelasan definisi di atas, cenderung beralasan bahwa kebajikan
dimana istilah manusia mengacu pada orang atau orang lain dalam kegiatan
pasca-biasa.33
standar yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa untuk
konvensional.
masyarakat.
masyarakat. Hal ini bertujuan agar ada keterkaitan yang sesuai antara
33
Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2018), 185-186.
Data mengenai keutamaan dalam kehidupan manusia menjadi hal yang
a) Jujur
yang ada saat ini. Individu yang autentik atau berakal sehat secara
alamiah akan menujukkan bahwa kita dapat dipercaya oleh orang lain.
yang tidak menyembunyikan apa pun yang terlihat kurang baik dalam
hidup kita. Pilihan hidup untuk menjaga keyakinan agar kita tidak
karakter yang kuat dan dewasa seperti yang ditunjukkan oleh dunia
c) Bertanggung Jawab
34
Adi Suryanto, Skripsi: “Pesan Moral Dalam Novel Mencari Buku Pelajaran Karya Maman Mulyana”,
(Purwokerto:UMP,2013), 12.
Kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan apa
yang perlu dilakukan. Intinya, kita tidak akan mengalami rasa cemas,
membantu diri kita sendiri serta setiap anak perusahaan yang terkait
d) Kemandirian
kita memang memerlukan suatu sifat yang otonom, agar kelak kita
bisa hidup dalam iklim tanpa harus bergerak dengan bantuan orang
untuk melatih membuat pilihan dalam hidup kita pada kondisi apa
e) Keberanian Moral
f) Kerendahan Hati
Pola pikir yang tidak masuk akal atau berpikiran sempit adalah
ditunjukkan oleh fakta yang sudah ada. Pola pikir yang rendah hati
dapat hancur dan terbakar, dan tidak ada tujuan yang dapat diprediksi.
menyimpan penilaian pada diri sendiri. dengan apa yang kita perlukan.
Melalui sikap dasar, kita menjadi tidak terlalu egois dan puas dengan
dalam hidup kita agar kita tahu dan menghargai bahwa setiap sifat
yang ada pada diri kita harus dimanfaatkan dengan tegas, bukan
diperlihatkan.
g) Kritis
mendorong hal-hal yang bisa berakibat buruk dalam gaya hidup kita.
h) Toleransi
pergantian moral masa muda dan tipe kepribadian anak. Teknik tersebut juga
mentalitas, wacana dan perilaku yang unggul. Wali juga harus pandai
35
M. Borba, Building Moral Intelligence. (San Fransisco : Josey-Bass, 2001), 4.
36
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), 195.
memahami kesalahan atau kelakuan buruk yang anak lakukan,
dengan orang lain, jika cara berperilaku anak kurang baik, orang tua
produktif.
akomodatif
percakapan tentang kesulitan moral adalah salah satu dari dua prosedur
didesak untuk mencapai tingkat perbaikan moral yang lebih tinggi dalam
orang lain.
kerangka perbaikan akhlak merupakan suatu cara atau langkah seorang guru
37
Masganti Sit., 201
atau orang tua untuk memberikan penanaman akhlak sejak dini, serta
c. Genre
1. Pengertian Genre
Genre berasal dari bahasa perancis yang maknanya jenis. Dan berasal dari bahasa
inggris yang maknanya macam-macam.38 Lebih jelasnya, jenis adalah contoh atau
struktur dan desain yang menunjukkan karya seni individu, yang memberi makna
pada perkembangan atau karya seni atau kreasi film oleh pembuat karya tersebut,
serta dibaca oleh orang banyak.39 Genre yakni dipakai untuk mengurutkan teks media
ini penting dalam meningkatkan asumsi orang banyak dan bagaimana mereka menilai
dan memilih sebuah teks. Penonton memahami dan terhubung dengan teks saat
mereka terbiasa dengan kode dan konvensi genre. Jane Stirs membagi kode-kode dan
aransemen film, klasifikasi juga efektif memberikan gambaran kepada penonton film
yang akan mereka tonton.42 Artinya, motivasi utama yang melatarbelakangi hadirnya
kelas adalah sebagai pembatas untuk mempersepsikan sebuah film tanpa ada masalah.
ahli yang berbeda-beda di bidang perfilman. Setiap film mempunyai ciri khas yang
berbeda-beda, terdapat beberapa kualitas film yang menggarisbawahi hal yang sama
dan berulang kali terjadi,, hal ini harus dilihat dari cerita dan unsur-unsur asli yang
38
Sunarto, 2009, Televisi, Kekerasan, & Perempuan. Jakarta: Kompas, h. 102.
39
Rachmah Ida, 2011, Metode Penelitian Kajian Media dan Budaya. Surabaya: Airlangga University Press, h. 96.
40
Devita Francisca, 2013, “Wreck It Ralph”: Studi Genre Pada Film Disney Animation Studios, Jurnal E-
Komunikasi, Vol.1, No.2. h. 266.
41
Stokes, J, 2007, How To Do Media And Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Kajian
Media Dan Budaya, Yogyakarta: Bentang, h.82.
42
Rizky & Stellarosa, 2018, Preferensi penonton terhadap film Indonesia, Jurnal Communicare, 4 (1), 15–34.
dijadikan motivasi untuk melihat ciri-ciri luar biasa tersebut. . Jadi permintaan yang
selama ini dibawa ke ranah perfilman sampai saat ini muncul, strateginya apik.43
namun biasanya sebuah film sebenarnya memiliki beberapa jenis yang berlaku. 44
Pembuat film awal menggunakan materi film dari buku, vaudeville, pasar, dan
sumber lain sebagai skenario mereka. Selain itu, mereka mendirikan subgenre mereka
sendiri, yang masih mempengaruhi pembuatan film hingga saat ini. Faktanya, tujuan
utama kelas ini adalah untuk memberikan cerita yang mengarahkan yang baru-baru
Kelas tidak hanya mengingat kejadian nyata, atau kejadian nyata yang pernah ada.
atau bahkan hanya pada fantasi dan legenda.46 Genre sebagai desain bersifat dinamis
dan dapat berubah. Salah satunya karena membaiknya keadaan budaya yang ada.47
Kelas sebagai semacam film juga mempunyai kekuatan. Jenis film yang dinamis
terus berubah mengikuti inovasi para produser dan penonton film itu sendiri. Suatu
jenis juga dapat dipadukan dengan berbagai jenis untuk menghilangkan kejenuhan
penonton dengan genre film serupa.48 Prasad mengungkapkan, setiap film terkenal,
baik kelas atas maupun bawah, merupakan persilangan atau kombinasi dari berbagai
Melihat dari pernyataan di atas, maka dapat diasumsikan bahwa kelas film adalah
contoh atau jenis jenis film yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan
keadaan budaya yang ada, imajinasi para produser dan penonton film.
2. Macam-Macam Genre
43
Hardi, 2014, Analisis genre film action Indonesia dalam film The Raid Redemption (2011) dan The Raid 2
Berandal (2014), Jurnal Commonline Departemen Komunikasi, 4(2), 110–121.
44
Pratista, 2008, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, h. 11.
45
Kencana, 2014, Rasisme Dalam Film The Help (Analisis Semiotik Pendekatan Roland Barthes), Surabaya : UIN
Sunan Ampel, h. 28.
46
Graeme Burton, 2006, Yang Tersembunyi di Balik Media; Pengantar Kepada Kajian Media. Yogyakarta:
Jalasutra, h. 108.
47
Nick Lacey, 2000, Narrative and Genre: Key Concept in Media Studies, London: Macmillan Press, h. 142.
48
Angga Permana, Tt. Analisis Genre Film Horor Indonesia Dalam Film Jelangkung (2001). Jurnal Commonline
Departemen Komunikasi. Vol. 3. No. 3, h. 560.
49
M. Madhava. Prasad, 2011, Genre Mixing As Creative Fabrication. BioScope, vol. 2, no. 1, Hal 69-81, SAGE
Publications, h. 70.
Genre utama primer dan genre utama sekunder merupakan dua kategori genre
film yang dikemukakan Pratista, dkk. Kelas induk penting terdiri dari; Musikal,
Petualangan, Perang, Western, Aksi, Drama, Epos Sejarah, Fantasi, Fiksi Ilmiah,
Horor, Komedi, serta Gangster dan Kejahatan. Sedangkan jenis tambahan utama
terdiri dari: Fiasco, Account, Analyst, Film noir, Acting, Sports, Travel, Sentiment,
asosiasi. Jenis ini sangat didasarkan pada pedoman utamanya, khususnya visual non-
akun. Standar-standar ini jelas akan membentuk tahapan pembuatan gambar. Hal ini
gambar, hambatan garis besar, dan meningkatkan koherensi sudut pandang antar
gambar untuk menghasilkan data yang ideal. Jenis Affiliation Picture Story
merupakan bahan untuk membuat pembicaraan yang akan diperkenalkan dalam film
naratif. Standar dan kualitas dalam narasi jenis cerita bergambar afiliasi bergantung
pada aturan dasarnya, khususnya visual non-akun. Aturan ini jelas akan membentuk
belakang, dan memoar. Jenis film saat ini berkembang pesat berkat teknologi yang
semakin canggih. Dimulai dari mulai berkembangnya film pada tahun 1900an hingga
Film eksekusi merupakan salah satu kelas penyampaian yang umum karena begitu
luas cakupan cerita yang ditampilkan. Biasanya, film drama dihubungkan dengan
karakter, tema, dan lokasi dunia nyata. Pertempuran dapat dibentuk melalui
50
Ibid.
51
Oktavianus, 2015, Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di dalam Film Conjuring, Jurnal E-
Komunikasi Vol 3. No.2 Tahun 2015, h. 3.
52
Pratista, 2008, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, h. 13.
lingkungan, diri sendiri, atau alam. Kisah-kisahnya seringkali intim, mengharukan,
Hal ini memberi penekanan pada sisi human interest dengan mengharapkan agar
penonton seolah-olah berada di dalam film. Para pengamat diperkirakan akan merasa
d. Drama Korea
Korea Selatan terkenal dengan cara hidupnya yang biasa disebut Hallyu (Korean
Wave). Pada akhirnya, Korean Wave adalah penyebaran budaya Korea, seperti K-
Show, K-Pop, dan K-Design. Drama merupakan produk budaya Korea dalam hal ini.
Di Indonesia, penonton drama Korea tidak hanya remaja saja namun juga orang
dewasa. Drama ini menghadirkan budaya Korea dalam bentuk fashion, musik,
manusia semakin meningkat, dan pertunjukan saat ini mulai ditampilkan dalam
bentuk film dan dapat disaksikan di TV. Tak terhitung banyaknya pertunjukan-
pertunjukan ini yang menjadi terkenal di seluruh Asia dan telah menambah keunikan
umum gelombang Korea, yang dikenal sebagai "Hallyu" (Korea), serta kegilaan
Amerika Latin, Timur Tengah, dan tempat lain. Tipe pertama biasanya
menggambarkan konflik yang melibatkan koneksi, barter uang, dan hubungan antara
mertua dan gadis muda dalam peraturan, sedangkan tipe kedua menggambarkan
peristiwa resmi di Korea (dikenal sebagai sa geuk), yang menjadi fiksi sensasi dari
dramatisasi Korea.
53
Oktavianus, 2015, Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di dalam Film Conjuring, Jurnal E-
Komunikasi Vol 3. No.2 Tahun 2015, h. 4
54
Shinta Kristanty, “Drama Korea sebagai Tayangan Alternatif dimasa Pandmi Covid-19”, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol.10, No. 02, Universitas Budi Luhur, (Jakarta: Desember 2022), 292.
Pertunjukan Korea adalah sebuah cerita atau fiksi yang menceritakan tentang
budaya Korea dan dibawakan oleh orang Korea Selatan dan ditayangkan di televisi
Korea Selatan. Kemudian, pada saat itu, masih banyak lagi penghibur dan penghibur
Korea yang telah menemukan cara untuk memukau dan memenangkan hati banyak
Korea melalui pertunjukan dan film yang menggambarkan karakter dengan kualitas
kreatif yang fenomenal, karakter yang mendalam, dan konten cerdas yang terutama
mengandalkan karakter prototipe. Selain pamerannya yang memukau, para perajin ini
Istilah "hallyu" pertama kali digunakan di Tiongkok oleh jurnalis di Beijing pada
budaya di sana. Saat ini, masyarakat arus utama Korea sedang berkembang dan
mencapai fase masuknya dinamis di berbagai belahan Asia. Budaya pop industri
hiburan, yang mencakup film, musik, serial drama, dan budaya pop, kini menjadi
Korean wave dipastikan siap dipamerkan secara global sesuai dengan bantuan
penuh dari Otoritas Publik sejak pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998)
yang merek dagang politiknya adalah “Making of the New Korea”. Secara
keseluruhan, pemerintah Korea perlu menghapuskan gambaran umum yang ada dan
membuat gambaran umum yang lebih segar dan kekinian. Strategi sosial pada masa
pemerintahan Kim Dae Jung dirancang untuk membangun karakter sosial berdasarkan
sudut pandang global dan membangun imajinasi sosial dalam suatu negara dengan
Pengaruh dunia hiburan Korea memberi sejumlah keuntungan yang sangat besar
bagi negara perfilman Korea pada tahun 2002-2006 seiring kemajuan film yang
55
Velda Ardila,”Drama Korea Dan Budaya Populer”, Jurnal Komunikasi Universitas Muhammadiyah
Jakarta,Vol.2, No. 3, Mei – Agustus (Jakarta: 2014), 12.
56
Idola Perdini Putri, “K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia”, Jurnal Fakultas Komunikasi dan
Bisnis,Vol.3, No.1, Universitas Telkom (Bandung: 2019), 69.
diiringi dengan kemajuan bisnis penyiaran, melalui berkembangnya serial
bahwa serial pertunjukan memiliki daya tawarkan produk yang besar ke berbagai
negara, khususnya di wilayah Asia yang secara sosial dekat dengan Korea. Selain itu,
masyarakat Korea yang terlihat dari potongan rambut dan gaya hidup mereka
membuat penonton terpikat oleh gambaran modern yang mereka miliki sehingga
memberikan gambaran bahwa Korea adalah negara yang maju dan modern.58
tahun 2002 setelah Piala Dunia di Korea Selatan dan Jepang. Serial drama Korea
Selatan yang dikenal dengan K-Drama kemudian diperkenalkan pada masa ini yang
utama untuk mengkomunikasikan K-Show bertajuk Mother’s Sea di Walk 26, 2002.
Pada tahun 2002 dramatisasi Korea muncul,, yang tidak bisa begitu saja mengalahkan
pertunjukan Jepang. dorama. Dorama yang berjudul “Itazura Na Kiss” pada tahun
2004 memberikan banyak perhatian para penggemar dorama, mereka tidak serta
merta mengabaikan dorama dan beralih total ke acara Korea. Adaptasi dari drama
Korea yang ditayangkan di televisi Indosiar pada tahun 2011 dorama Jepang” Itazura
seperti yang dijelaskan dalam artikel tersebut di The Jakarta Post pada Juli 2011
berjudul Korean Wave Casts a Spell in Indonesia. Sejak Winter Sonata menarik
seri Korea Selatan lainnya. Semenjak munculnya Korean wave di Indonesia, hal
57
Velda Ardia, “Drama Korea Dan Budaya Populer”, Jurnal Komunikasi Universitas Muhammadiyah
Jakarta,Vol. 2, No. 3, Mei-Agustus( Jakarta: 2014), 13.
58
Farah Dhiba Putri Liany,Hadi Purnama,” K-Drama Dan Perkembangan Budaya Populer Korea Di
Indonesia :Kajian Historis Pada K-Drama Sebagai Budaya Populer Di Indonesia Tahun 2002-2013”, Jurnal
Fakultas Komunikasi Dan Bisnis, Universitas Telkom, hlm. 5
59
Idola Perdini Putri,”K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia”, Jurnal Universitas Telkom
Bandung, Volume 3, No. 1, (Bandung: 2019), 70.
tersebut berpengaruh dengan hampir terdapat 50.000 orang tergabung dalam
begitu pesat.
Semenjak saat itu, Korean wave mulai menyebar di Indonesia K-Drama. Terdapat
penayangan drama seri Korea Selatan di stasiun televisi di Indonesia dengan lebih
dari 50 seri, dan dari sekian K-Drama yang ditayangkan di Indosiar, drama seri Full
House yang mencapai rating mendekati 40 persen saat ditayangkan di tahun 2005
Karena kemajuan terkini, kini kita memiliki dua bilah yang sama-sama tajam.
Selain itu, dunia hiburan, seperti halnya Korea, kini terbagi menjadi dua bagian,
wilayah tertentu.
seseorang, ada sejumlah dampak yang diakibatkan setelah menonton atau mensurvei
drama Korea. Yang pertama adalah efek individu, yang terus-menerus mendapatkan
pengaruh saat menonton acara, perasaan dari dekat dan pribadi, misalnya perasaan
Dampak dekat dan pribadi ini tersampaikan ketika mereka benar-benar menonton
Kedua, dampak sosial, yaitu dampak yang berkaitan dengan tujuan, kepastian, usaha
dan usaha yang pada umumnya akan menjelma menjadi suatu pembangunan atau
gerakan.
Setelah menonton suatu tayangan, efek sosial merupakan efek yang dapat
barang Korea, termasuk pakaian, makanan, permata dan lain-lain menjadi salah satu
60
Idola Perdini Putri,”K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia”, Jurnal Universitas Telkom
Bandung, Volume 3, No. 1, (Bandung: 2019), 71.
61
Herpina, Amsal Amri, “Dampak Ketergantungan Menonton Drama Korea Terhadap Perilaku Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala Indonesia”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fisip Unsiyah, Vol. 2, No. 2,
a. Dampak Negatif
utama; sebaliknya, ini adalah adegan dari orang fundamental yang berubah
mendapat keberuntungan.”62
Korea. Moralitas dan kesopanan sangat dijunjung tinggi dalam budaya asli
Januari ( 2017), 9.
62
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 165.
mereka. Namun, saat ini dampak luar biasa dari westernisasi di Korea
realitas, meskipun tidak ada adegan yang memuakkan tentang seks, dalam
drama Korea Anda dapat menemukan banyak anekdot tentang seks di luar
nikah yang saat ini tidak dapat diganggu gugat. sehingga orang yang
kelamaan akan berdampak dan harus ada saluran dan arah agar sifat-sifat
buruk ini tidak tertelan. Karena keraguan dalam Islam adalah sebuah
pameran yang mengerikan, maka ada perintah untuk tidak mengarah pada
4) Rela Begadang
rekaman yang penuh dengan episode, akan sulit untuk membuat penonton
63
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), 286.
penonton penasaran dan selalu ingin melanjutkan ke episode berikutnya.
Oleh karena itu, penonton selalu begadang dan melewatkan aktivitas pagi
hari.
b. Dampak Positif
pekerjaan akan memiliki topik luar biasa yang selalu diselidiki secara
kepolisian, sains, dan bahkan sejarah. Oleh karena itu, acara Korea dapat
Usaha sang legenda untuk menghadapi apa pun dalam hidupnya pada
menghargai individu yang lebih mapan, hal ini terlihat dari penggunaan
untuk usia yang lebih muda, sahabat dan sahabat tersayang, bahasa santai
(banmal).
Korea atau semacamnya adalah sebuah ujian karena Anda berpikir di luar