Anda di halaman 1dari 18

SATWIKA: Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial http://ejournal.umm.ac.id/index.

php/JICC
Volume 3, Nomor 1, April 2019
PISSN 2580-8567 EISSN 2580-4431

Pengembangan Teknik Peran Seorang


Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui
Sistem Stanislavski dalam Buku an Actor
Prepares and Building a Character
Roci Marciano
Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya
rocimarci@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui
Sistem Stanislavski An Actor Preapares And Building A Character ini dilakukan
ialah, untuk mengembangkan model pembelajaran pada mata kuliah Totalitas Keaktoran
yang ditempuh oleh mahasiswa semester lima. Pengembangan Teknik Peran Seorang
Aktor Untuk Pementasan Monolog Melalui Metode Stanislavski An Actor Preapers
And Building A Character penting untuk di pelajari saat ini. Karena penelitian
memberikan dampak positif bagi seorang mahasiswa khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya yang mengambil minat keaktoran. Kecerdasan yang bisa dipelajari dalam belajar
monolog tentu saja bukan hanya demi keberanian seorang aktor tampil sendirian di atas
panggung dengan menyampaikan kisah atau cerita. Tetapi nilai yang paling berharga dari
penemuan teknik peran ini adalah, seorang aktor bisa memulai pelatihannya dengan
tersistem, teratur dan terprogram. Karena monolog juga memiliki dampak yang positif
untuk dipelajari, seperti sebagai mahasiswa atau manusia mampu menghapalkan hasil
pemikiran seorang penulis naskah, merespon segala tatanan artistik dengan kecerdasan
lahiriah dan batiniah sebagai perangkat keaktoran untuk disampaikan kepada penonton.
Oleh sebab itu teknik-teknik dalam pelatihan seorang aktor untuk mewujudkan pementasan
monolog dan monodrama tentu saja dibutuhkan, sehingga penelitian ini akan berguna bagi
mahasiswa STKW Surabaya khususnya, dan seluruh mahasiswa teater yang ingin pentas
monolog pada umumnya.

Kata kunci: monolog; aktor; teater; drama; stanislavski

Abstract
The aim of the research is the Technique of the Role of an Actor for Monologue Staging
Through the Stanislavski An Actor Preapares And Building A Character System, to
develop learning models on courses in the Actual Totality taken by fifth semester students.
Development of an Actor's Role Technique for Monologue Staging Through the
Stanislavski An Actor Preapers And Building A Character Method is important to learn at
this time. Because research has a positive impact on a student in particular and the general
public in general who take an interest in activity. Intelligence that can be learned in learning
a monologue is of course not only for the courage of an actor to appear alone on the stage
by telling stories or stories. But the most valuable value of discovering this role technique
is that an actor can start his training in a systematic, organized and programmed manner.
Because monologues also have a positive impact to learn, such as students or humans able
to memorize the thoughts of a scriptwriter, respond to all artistic orders with physical and
inner intelligence as instruments of accuracy to be conveyed to the audience. Therefore the
techniques in training an actor to realize monologue and monodrama performances are of
course needed, so this research will be useful for STKW Surabaya students in particular,
and all theater students who want to perform monologues in general.

Keywords: monoloques; actor; theater; drama; stanislavski

PENDAHULUAN dijadikan sebagai media pendidikan karakter,


Belum ada buku khusus baik itu maka peserta didik tersebut akan sekaligus
berdasarkan penelitian maupun yang memerankan karakter yang akan dimainkan,
menuliskan tentang teknik peran untuk dinilai dan diapresiasi oleh penonton.
pementasan monolog. Kesulitan ini Penemuan Teknik Peran Seorang Aktor
disebabkan karena dalam menerapkan materi Untuk Pementasan Monolog Melalui Sistem
dan metode keaktoran masih sangat abstrak, Stanislavski dalam buku An Actor Prepares
tidak ada rumusan yang jelas dalam And Building Character ini, menghasilkan
pembelajaran, sedangkan peserta didik pembelajaran yang sangat membantu
(mahasiswa) sebagian besar tidak memiliki mahasiswa khususnya yang mengambil mata
modal dasar yang kuat pada materi keaktoran kuliah monolog. Mahasiswa dapat dengan
dalam hal ini adalah monolog. Perlu upaya efektif bisa melakukan pembelajaran secara
untuk mengatasi kesulitan ini, dengan mandiri, efektif dan praktis serta dapat
memberikan model dan media pembelajaran mengembangkan kemampuan monolog
yang sesuai, agar materi yang abstrak tersebut dalam berperan dengan menggunakan sistem
bisa dikongkretkan seperti buku teknik peran Stanislavski sebagai pembelajaran untuk
untuk pementasan monolog. Sistem seni mewujudkan kemandirian dalam
peran Stanislavski merupakan buku wajib berkehidupan. Oleh sebab itu sebagai insan
dalam dunia keaktoran secara umum, yang sedang melatih dan menempa diri dalam
khususnya untuk kebutuhan seni peran dalam kemandirian, perlu rasanya belajar tentang
teater. Oleh sebab itu perlu kajian khusus monolog.
untuk disesuaikan dengan kebutuhan Bila diartikan dari bahasa Inggris
pementasan Monolog. Penelitian ini juga monologue artinya berbicara sendiri, dan kata
akan mengembangkan modul pembelajaran monolog ini sendiri telah diserap dalam
pemeranan yang berorientasi pada teknik bahasa Indonesia yang juga diartikan sebagai
Stanislavski, Hal ini dilakukan karena pembicaraan yang dilakukan dengan diri
metode Stanislavski sangat efektif bagi sendiri atau seorang pelaku tunggal dalam
pecinta monolog, khususnya bagi mahasiswa sandiwara yang membawakan percakapan
Jurusan teater STKW Surabaya. seorang diri. Mengutip catatan Alterman
Kontribusi pada ilmu teater saat ini dalam Creating your own monologue
tentu saja penting diperhatikan, sebab jika mengatakan; A long monologue or

70 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


monodrama is a one-person play. Sebagai suatu genre dalam kesenian
Monodramas can be a powerful form of teater saat ini, monolog penting untuk
theater (Alterman, 2005: 4). Maka dipelajari khususnya dikalangan Mahasiswa,
berdasarkan kutipan ini mengatakan, bahwa baik dari sajian dalam bentuk pertunjukan,
pementasan yang dilakukan manusia seorang maupun dari segi aliran sebagai keilmuan.
diri atau seorang aktor di atas panggung Karena perkembangan monolog tersebut
disebut dengan monolog, dan monodrama ini mengalami banyak bentuk, seperti teater yang
memiliki kekuatan tersendiri sebagai bentuk juga terbagi dalam teater realis yang memuat
seni pertunjukan. teater realisme konvensional, realis epik dan
Penulis juga sepakat bahwa monolog realis sugestif. Begitu juga dengan teater non
sesungguhnya adalah kata hati yang realis yang memuat kotemporer,
diformulasikan dalam bentuk cakapan, dan eksperimental, tradisional, absurd, dadais,
kata hati ini dalam drama dibagi tiga macam surealis, postrealis dll. Sama halnya dengan
diantaranya ada monolog, soluloque dan aside monolog yang sudah terbagi dalam beraneka
(Abdullah, 2000: 86). Monolog adalah ragam bentuk istilah seperti monolog, mono
berbicara sendiri dan lawannya ialah dialog. play, one man show, teater solo dan masih
Monolog juga suara hati yang diucapkan, dan banyak lagi istilah yang menjadi perdebatan di
seyogyanya bisa didengar oleh penonton dari kalangan para teaterawan tanah air. Namun
bangku yang paling depan sampai bangku pada dasarnya semua pementasan yang
yang paling belakang di gedung pertunjukan. dilakukan oleh seoarang aktor di atas
Hal ini juga seiriama dengan apa yang ditulis panggung bersumber dari kata monolog, yakni
oleh seniman teater Indonesia Nano seorang manusia yang menceritakan sesuatu,
Riantiarno di dalam pengantar buku Sphinx dengan menggunakan kata dan tubuh sebagai
Triple X yang mengatakan; senjata komunikasinya.
Mengapa monolog ini menjadi penting?
Tradisi ‘monodrama’ Yunani klasik itu,
Sebab di dalam Mata Kuliah Prodi Teater
kemudian dilanjutkan oleh Wiliam
STKW monolog adalah mata kuliah wajib,
Shakespeare dalam banyak karya
selain itu Kementerian Pendidikan Tinggi juga
dramanya. Tapi Shakespeare menyebutnya
selalu mengadakan lomba Monolog dalam
sebagai solilog. Atau soliloque. Itulah
rangakaian acara Peksiminas (Pekan Seni
adegan ketika seorang pelakon
Mahasiswa Nasional) yakni perlombaan
mengungkapkan fikiran dan perasaannya,
monolog mahasiswa tingkat Nasional. Begitu
sendirian, tanpa kehadiran pelakon lain.
juga kampus-kampus dan sanggar-sanggar
Sebagaimana mono drama dalam karya
yang ada di Negeri ini, selalu mengadakan
Aeschylus, soliloque juga masih
festival monolog atau monodrama, akan tetapi
merupakan bagian dari sebuah drama
dalam prakteknya banyak terjadi perdebatan
panjang (Riantiarno, xiv; 2004).
dikalangan penyelenggara akan monolog itu
sendiri. Juga banyaknya mis-komunikasi
penerapan teknik yang dilakukan oleh seorang

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 71


aktor dalam bermain, dan yang tampak hanya membutuhkan sebuah metode pembelajaran
demonstrasi visual, namun tidak menjadi utuh yang efektif dan terukur dalam sebuah
sebagai demonstrasi pementasan monolog pembelajaran pemeranan, sehingga mampu
dimana keaktoranlah yang seharusnya menjadi melakukan pemeranan dengan langkah yang
poin utama dalam pementasan monolog. jelas dan dapat menjalankan peran tokoh yang
Oleh sebab itu penting rasanya diadakan baik. Akademisi yakni mahasiswa seni teater
suatu penelitian tentang Pengembangan diwajibkan mempunyai landasan metode yang
Teknik Peran Seorang Aktor Untuk jelas sehingga mahasiwa atau pelaku seni
Pementasan Monolog Melalui Metode pelajar dapat mempelajari seni peran dengan
Stanislavski dengan bukunya Actor An baik. Harapannya pelaku non akademis juga
Preapere And Building A Character. Sebab bisa terinspirasi dengan sistem yang telah
banyak peminat yang melakukan suatu ditemukan dan diuji secara akademis. Dalam
kegiatan monolog, tetapi tidak mengetahui penelitian ini tentu saja tidak ada maksud
landasan secara teoritis tentang teknik bermain untuk mengkotak-kotakkan antara seni
monolog itu sendiri. Di atas panggung para akademis dan non akademis, akan tetapi
aktor kemudian hanya sekedar menyampaikan maksud dari kajian ini memang terutama
cerita, tetapi tidak menghidupkan peristiwa ditujukan pada Mahasiswa yang mengambil
cerita. Hal inilah yang kemudian menjadi bidang khusus teater secara umum dan
tantangan bagi aktor monolog, bagaimana pemeranan secara khususnya.
caranya seorang diri bisa menghidupkan Dalam khasanah ilmu teater modern,
beraneka ragam bentuk, kisah dan cerita di teknik peran yang telah dijadikan pijakan
atas panggung. Bisa jadi tampai terasing dalam dalam pembelajaran peran salah satunya
sepi, atau justru tampak ramai walau sendiri. adalah teknik peran Stanislavski. Stanislavski
Seorang aktor harus mampu menghidupkan mempunyai langkah yang jelas dan terukur
tokoh, ruang, latar, tata busana, tata cahaya, dalam mempelajari seni peran. Hal inilah yang
tata panggung dan sebagainya. kemudian mendorong penulis untuk
Pembelajaran dalam Totalitas Pentas mengembangkan model pembelajaran totalitas
monolog yang ditempuh oleh Mahasiswa pentas keaktoran melalui sistem Stanislavski.
selama ini masih menggunakan teknik Oleh karena itu solusi yang ditawarkan agar
improvisasi yang belum mempunyai metode mahasiswa Jurusan teater bisa melakukan
terukur atau belum mempunyai pembelajaran peran dengan mudah yaitu dengan
yang berlandaskan teori yang sudah teruji, hal mengembangkan model pembelajaran teknik
ini disebabkan karena belum ada kajian khusus peran yang jelas dengan berorientasi pada
yang memperdalam teori dan teknik peran sistem Stanislavski dan harapanya model
untuk pementasan monolog. Pelaku seni yang pemebelajaran ini dapat dijadikan bahan ajar
mempunyai latar belakang akademisi seni untuk menunjang kemampuan akademik
sangatlah berbeda dengan pelaku non Mahasiswa yang mengambil minat keaktoan.
akademis dalam penyikapan proses untuk
melakukan pementasan monolog. Akademisi

72 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


METODE mengungkapakan sejujur-jujurnya hasil
Jenis penelitian yang sengaja dipilih untuk penelitian ini.
meningkatkan teknik peran seorang aktor Dalam perkembangannnya tidak
untuk kebutuhan monolog ini ialah penelitian menutup kemungkinan bahwa metode
kualitatif, yang pada dasarnya digunakan Penelitian yang digunakan adalah kualitatif
untuk menghasilkan berupa model rasionalistik, sedang pendekatan proses
pembelajaran dan perangkatnya. Untuk identifikasi masalah, menggunakan metode
mengetahui kualitas produk yang kualitatif intepretatif, karena berkaitan dengan
dikembangkan, digunakan tiga ukuran yaitu metode penafsiran yang dilakukan dalam
kevalidan, kefektifan, dan kepraktisan penelitian ini. Menurut Nyoman Kutha Ratna
(Sugiyono, 2011:26). Selain itu, penelitian (2010), penelitian kualitatif sebagai metode
kualitatif juga didasarkan pada kata-kata dan ilmu sosial (ilmu humanoria khususnya kajian
gambaran holistik (Moleong, 2011: 6). budaya) perlu diperluas dengan cara
Sehingga penelitian ini akan mencoba sedetil penafsiran yang secara khas bersifat tekstural
mungkin menghadirkan objek teliti, baik itu yang dikenal sebagai kualitatif interpretatif
disertai dengan nama dan bentuk, sekaligus (Ratna, 2010; 306). Maka dalam penelitian
disertai dengan analisis yang penulis temukan nantinya, penulis tidak serta merta menuliskan
pada saat penelitian. secara mentah apa yang ada di dalam buku,
Mengapa menggunakan metode akan tetapi juga menuliskan hasil analisis dan
penelitian kualitatif? Tentu saja didasari uji empiris yang penulis lakukan selama
dengan alasan yang jelas, sebab penelitian penelitian.
yang dilakukan berorientasi pada teori yang Penulis juga melakukan survey untuk
sudah ada. Penelitian kualitatif seperti yang menentukan kelas yang akan dijadikan
sudah diketahui, teori dibatasi pada sampel. Menjelaskan kepada peserta didik
pengertian. Suatu pernyataan yang sistematis tentang model yang akan dikembangkan.
berkaitan dengan perangkat proporsi yang Kemudian melakukan kegiatan model
berasal dari data dan diuji kembali secara pembelajaran yang berorientasi pada sistem
empiris (Moleong, 2007:14). Pengujian secara seni peran Stanislavski dalam buku An Actor
empiris inilah yang justru akan menghidupkan prepeare and Building Character dari sintak
kembali pengetahuan tersebut, apakah teori pertama sampai terakhir. Selanjutnya
yang tersaji masih bisa digunakan atau tidak, melakukan evaluasi sehubungan dengan
dan jika masih bisa digunakan, apakah butuh materi dan model pembelajaran yang
penyesuaian dengan kebutuhan zaman saat ini. dikembangkan dengan hasil respon yang
Metode kualitatif sebagai sebuah prosedur diberikan oleh peserta didik, dan dilanjutkan
penelitian menghasilkan deskriptif, baik dengan menganalisis hasil belajar untuk uji
berupa kata-kata yang tertulis, maupun kevalidan skala kelompok besar. Subjek uji
perilaku yang dapat diamati berkaitan dengan coba penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan
objek penelitian. Maka dengan kekuatan kata- teater Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta
kata yang penulis punya, akan Surabaya.

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 73


Adapun populasi dan yang menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Menyikapi uraian pada
prodi Teater yang berjumlah 8 orang, pendahuluan di atas, menimbulkan
khususnya mahasiswa semester lima yang berbagai pertanyaan kritis di dalam diri
mengambil mata kuliah totalitas keaktoran, penulis untuk merumuskan
selain dari Mahasiswa Teater STKW
permasalahan-permasalahannya.
Surabaya, penulis juga mengujikan materi
Adapun permasalahan tersebut adalah
penelitian ini di setiap workshop seni peran.
sebagai berikut: Bagaimana
Tidak menutup kemungkinan sambil mengajar
mengembangkan metode teknik peran
pada mata kuliah ini metode Stanislavski akan
diajarkan. Pengumpulan data dalam penelitian Stanislavski untuk kebutuhan
ini menggunakan metode dan teknik Validasi pementasan monolog? Bagaimana
model dan perangkat pembelajaran yang menyaring teknik peran yang dicetuskan
digunakan untuk menilai kualitas model dan oleh Stanislavski dalam bukunya actor and
perangkat yang dikembangkan. preapere dan Building A Character untuk
Mahasiswa menggunakan model kebutuhan teknik peran monolog?
pembelajaran Sistem Stanislavski, kemudian Sampai saat ini belum ditemukan ada
penulis selaku Dosen pangampu menilai buku khusus yang menciptakan teknik
menggunakan sistem penilaian teknik pemeranan untuk pementasan monolog
keaktoran untuk pementasan monolog. Hasil
berdasarkan metode pelatihan teknik
yang dicapai dalam penelitian ini adalah
peran Stanislavski. Oleh sebab itu, dalam
mahasiswa bisa menerapkan teknik
catatan yang singkat ini penulis akan
pemeranan Stanislavski untuk pementasan
menjelaskan tentang teknik pemeranan
monolog. Secara otomatis penulis juga
menuliskan hasil penelitian dalam bentuk untuk persiapan pementasan monolog,
jurnal, modul dan buku pembelajaran dan apa itu monolog secara teoritis.
pemeranan berorientasi valid, praktis, dan Menurut Lanvord Wilson dalam
efektif. Kriteria kevalidan, keefektifan, dan Shengold catatan bukunya The Actor's
kepraktisan modul. Seperti apa yang telah Book Of Contemporary Stage Monologues
dituliskan dalam jurnal ini, bahwa hasil mengatakan bahwa monolog It's almost a
penelitian yang telah dilakukan penulis one-act play, (Shengold, 1987: 324).
tuliskan sebagian di Jurnal ini dengan Kutipan ini jelas mengatakan bahwa
kapasitas tulisan yang dibutuhkan, untuk seorang aktor yang sedang berakting di
kelengkapannya ada pada buku Teknik
atas panggung sendirian, maka bisa
Monolog. Di dalam buku teknik monolog
disebut dengan monolog. Akting dalam
penulis juga memberikan contoh naskah
hal ini tentu saja ada kata-kata yang
monolog, dan teknik peran Stanislavski
disampaikan melalui ekspresi,
lengkap dengan tutorial tahapan yang bisa
dilakukan oleh seorang aktor. mengungkapkan apa yang dirasakan,

74 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


baik diri sebagai diri, diri sebagai aktor, merasa sepakat dengan kutipan ini, karena
maupun diri yang berakting sebagai belajar monolog juga memperkuat karakter
tokoh. Sebab dalam pertunjukan yang sebagai manusia. Sehingga harapannya
dilakukan oleh seorang manusia di atas melalui pembelajaran monolog ini pula,
latihan kemandirian dari mahasiswa bisa
panggung tentu saja tidak bisa semua
diwujudkan, baik bertanggungjawab terhadap
dikatakan monolog, sebab ada tari
diri sendiri, maupun kepada orang lain, karena
tunggal, pantomime dan permainan
teater meskipun pementasan monolog, tetap
sulap. Bahkan pidato terkadang juga
menjaga kolektivitas antar sesama awak
disebut oleh sebagian orang sebagai panggung. Mengapa demikian? Sebab aktor
pertunjukan monolog. Hal ini tentu saja monolog juga sangat membutuhkan petugas
tidak salah, apa bila seorang penceramah teknis yang bisa membantu untuk mendukung
disebut sebagai monolog masih bisa di pertunjukannya, baik itu team setting, lighting,
terima, tapi apakah seorang penceramah tata busana, produksi, penjaga pintu dan buku
disebut sebagai pertunjukan monolog? Itu tamu, stage manager, penata rias dan masih
yang keliru, sebab monolog adalah banyak lagi yang dibutuhkan oleh seorang
seorang aktor yang sedang memainkan aktor monolog untuk bersinergi dengan orang-
peran dan berkabar berita terhadap orang di sekitarnya.
Harapannya jelas demi memberikan
penonton (bermain peran dalam hal ini
karya terbaik kepada penonton dan
seorang aktor diharap bisa “menjadi”
menyajikan pementasan dengan tidak
tokoh).
mengganggu mood aktor dalam bermain.
Semoga hal ini menjadi pertimbangan seorang
aktor dengan serius, terutama yang ingin
mementaskan monolog, itulah sebabnya
mengapa monolog itu harus latihan dan untuk
kebutuhan latihannya juga membutuhkan
banyak tips dan trik keilmuan, khusunya ilmu
teater, seperti kutipan Lehman yang sengaja
penulis ambil di bawah ini;
Gambar 1. Pementasan Monolog berdasarkan
teknik Stanislavski dengan judul Bangkit Most studies of monologue proceed from
Pemuda Oleh Abiyan Renardi, karya: Roci the polarity of dialogue and monologue
Marciano (foto oleh: rifah Isyah; 2019). inherent to the analysis of drama, and
because of their text-centred approach do
Menurut Tina Howe dalam Shengold not recognize the theatrical subtlety of
monologies. Distinctions such as the one
mengatakan; A monologue has to do with between ‘soliloquies that are actional and
revealing things that the character has been those that are nonactional, or reflective’ or
unable to reveal before. So it's a very precious the thesis that the convention of the
soliloquy ‘stylises a pathological extreme’,
moment (Shengold, 1987: 331). Penulis

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 75


talking to oneself, ‘into a normal form of Actor Prepares And Building A Character.
communicative behaviour’ are informed Selanjutnya dibutuhkan juga teori-teori seni
by the schema of the more or less realistic
representation of a dramatic action. peran yang telah terinspirasi dari sistem
(Lemann, 128: 2006) Stansislavski ini. Oleh sebab itu penulis juga
menjadikannya sebagai teori sekunder, untuk
Berdasakan kutipan di atas secara tidak
bahan membantu menghayati, menjadi
langsung mengatakan bahwa monolog berasal
refrensi sebagai rujukan dan acuan dalam
dari soluloqui, yakni bagaimana seseorang
pendalaman seni peran. Adapun teknik peran
mengungkapkan isi hatinya, namun dalam
monolog yang bisa penulis sajikan di dalam
perkembangannya saat ini monolog tersebut
jurnal ini tidak selengkap dalam laporan
berkembang dengan kebutuhan zamannya,
penelitian, namun setidaknya yang tersaji di
bahkan dengan istilah-istilah yang
dalam jurnal ini juga bisa dimanfaatkan oleh
bermunculan untuk mewadahi ekspresi aktor
calon aktor untuk belajar monolog sampai
sebagai pembeda mana monolog berdasarkan
pada pementasan.
soluloqoi dan mana yang telah berkembang
Buku Stanislavski yang berjudul An
hingga disebut dengan mono-play dan one
Actor Prepares, adalah buku yang
man show, meskipun pada dasarnya tetap
menghadirkan metode baru bagi seni peran,
pentas tunggal yang menggunakan kata dan
dan secara sadar meninggalkan metode klasik,
dramatik serta menceritakan pengalaman
termasuk sistem bintang, seni deklamasi dan
seorang aktor atau tokoh sendirian di atas
sentimentalis yang berlebih-lebihan. Konsepsi
panggung, di dalamnya disebut monolog. Jika
tentang seni peran di dalam buku Stanislavski
permainan tanpa kata di lakukan oleh seorang
ini juga memberi pengaruh yang besar kepada
aktor? Maka bisa di sebut dengan monolog
kalangan Teater Amerika sampai saat ini. Oleh
apabila ia memainkan tokoh, baik itu tokoh
sebab itu penulis merasa penting menggali
bisu, atau permainan silent act, jika tidak ada
teori seni peran yang dikembangkan khusus
tokoh dalam bentuk karakter yang dihadirkan
untuk persiapan seorang aktor tanah air dalam
seorang aktor dan manusia pentas sendirian,
pementasan monolog. Karena di dalam buku
maka bisa dikatakan one man show, begitu
ini belum ada secara spesifik metode atau
juga dengan seorang aktor yang melakukan
sistem yang disiapkan untuk seorang aktor
berbagai aneka karakter dalam petunjukannya
dalam pementasan monolog. Di dalam jurnal
sendirian, maka secara tidak langsung apa
ini penulis mencoba adil, memasukkan tiga
yang aktor itu lakukan disebut dengan
teknik Stanislavski berdasarkan buku Actor an
monoplay atau one man play.
prepeare dan tiga teknik yang sengaja dipilih
Adapun landasan teori yang dipilih
dalam buku Building A Character
dalam pendalaman tentang metode-metode
(Pembangunan Watak). Adapun teknik yang
Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor
akan penulis sampaikan dalam jurnal ini,
Untuk Pementasan Monolog Melalui Sistem
dengan harapan calon aktor bisa melakukan
Stanislavski, tentu saja buku-buku
tahap demi tahap seperti berikut ini:
Stanislavaski itu sendiri, terutama buku An

76 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


mengapa latihan fisik seorang aktor menjadi
1. Latihan fisik poin utama yang harus diolah oleh calon aktor
Bagi sebagian orang yang belum demi mewujudkan tokohnya untuk berakting.
membaca buku Stanislavski yang bejudul Seperti yang terungkap dalam buku George R.
Persiapan Seorang Aktor (akan disingkat Kernoddle, Invitation To The Theater, 1996.
menjadi PSA), mungkin merasa asing dengan Diterjemahkan oleh Dr. Dra. Yudiaryani,
adanya instruksi latihan fisik ini, bahwa M.A. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
ternyata Stanislavski juga menganjurkan calon Tahun: 2005, 2007, 2008. Buku ini yang
aktor untuk mengolah fisiknya terlebih dulu. banyak menuliskan konsep-konsep Sistem
Hal ini penting untuk diketahui oleh seluruh Stanislavski, dan konsep-konsep keaktoran
calon aktor, karena buku ini memang dijadikan atau gaya pemeranan Stanislavski. Di dalam
sebagai teori primer untuk Pengembangan buku ini juga banyak keterangan tentang
Teknik Peran Seorang Aktor. Maka untuk pementasan Drama dan bagaimana bermain
Pementasan Monolog Melalui Sistem peran, juga memuat perkembangan teater
Stanislavski perlu rasanya penulis sejak zaman Renaisan.
mengingatkan kepada seluruh calon aktor Di buku ini tercatat bedanya aktor
untuk melakukan eksplorasi seperti yang Stanislavski dan Brecht diantaranya; aktor
dikatakan Stanislavski dalam bukunya yang Brecht bermain menurut keyakinan pribadi
diterjemahkan oleh Asrul Sani; “untuk atas kerja dan usaha untuk “menghadirkan
mengutarakan suatu kehidupan yang sangat tokoh”, bukan “menjadi tokoh” seperti yang
halus dan terutama bersifat bawah sadar, kita diharapkan oleh Stanislavski (Kernoddle. 123;
harus menguasai aparat vokal dan fisik yang 2008). Oleh sebab itu latihan fisik untuk
sangat peka dan dipersiapkan dengan baik kebutuhan aktor pada akhirnya nanti juga akan
sekali (Stanislavski, 15; 2007). Kata berbeda dengan latihan fisik kebutuhan tokoh.
dipersiapkan dengan baik sekali tentu saja Sebab kata menghadirkan dengan kata
menjadi kebutuhan dasar yang harus dilakukan menjadikan tentu saja memiliki makna yang
oleh seorang calon aktor. berbeda, seperti apa yang diinginkan Brecht
Mengapa penulis mengatakan bahwa dan Stanislavski. Meskipun kedua tokoh teater
fisik adalah hal utama yang harus dikuasai Internasional ini memiliki sistem yang berbeda
oleh seorang aktor, sebab saat sekarang ini, dalam pengolahan aktornya, tapi penulis yakin
dalam olah vokal sendiri sudah bisa dibantu bahwa keduanya sepakat bahwa seorang aktor
oleh yang namanya teknologi, baik itu untuk yang baik harus memiliki fisik yang baik,
memperjelas ucapan aktor di atas panggung, itulah sebabnya latihan fisik penulis tempatkan
maupun untuk mengeraskan dan pada poin utama.
menyelaraskan suara aktor, alatnya bisa
dengan adanya mick, kondensor, clip on atau 2. Latihan Imajinasi
sejenis teknologi lainnya. Tetapi tubuh? Tentu Di dalam metode Stanislavski, banyak
saja seorang aktor butuh kesabaran dan sistem latihan yang mengarahkan para
kecerdasan untuk mengolahnya, itulah aktornya untuk melakukan olah Imajinasi.

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 77


Oleh sebab itu seorang calon aktor terutama dengan Taman Budaya Jawa Barat dan PT
yang akan melakukan pementasan monolog Rekamedia Multiprakarsa. Sumbangan
sudah pasti olah imajinasi adalah kebutuhan Suyatna Anirun dalam bentuk metode
selanjutnya yang harus dipenuhi, sebab persiapan seorang manusia dalam menyiapkan
sebagai calon aktor yang bermain sendirian di diri untuk menjadi aktor/aktris. Buku teks
atas panggung, apabila miskin imajinasi di atas akting yang mampu memperlebar kemampuan
panggung bisa dipastikan akan membuat seorang yang menggeluti bidang akting,
pementasan tersebut menjadi hambar, tanpa karena dalam buku ini tertulis banyak teknik
rasa dan tanpa daya pukau. Hal ini bahkan berakting baik itu secara teoritis maupun
dinyatakan langsung oleh Stanislavski dengan praktis. Hampir setiap bab dari buku ini telah
memberikan ilustrasi tentang seoang aktor tua di uji oleh kenyataan, seperti yang telah di
Perancis, Coquelin yang menciptakan ketahui bahwa Sdr. Suyatna Anirun selain
modelnya dalam imajinasinya, dan seperti sutradara sejak SMA juga seorang dosen di
seorang pelukis ia teliti setiap segi dan cirinya, bidang pemeranan dan penyutradaraan di STSI
lalu ia pindahkan, bukan ke atas kanvas, tapi (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung, dan
kedalam dirinya sendiri, ia melihat kostumnya, pernah juga di IKJ (Institut Kesenian Jakarta)
lalu ia kenakan, ia melihat langkahnya lalu ia mengatakan;
tiru, ia melihat raut muka tokohnya lalu ia Media dalam seni peran adalah diri si
sadur pada dirinya sendiri dan bahkan ia pemeran sendiri yakni, tubuh dan sukmanya,
bersuara seperti tokoh yang ia dengar dan ia sebab pada tubuh ada panca indra, anggota
membuat pribadi tokoh yang ia ciptakan dan tubuh dan peralatan vokal (suara). Di dalam
menyerahkan sukmanya pada tokoh yang ia sukma ada semangat/kemauan, imajinasi,
perankan, hingga akhirnya penonton meyakini emosi, daya ingat dan intelegensia, seluruhnya
bahwa yang ia hadirkan adalah tokoh bukan adalah peralatan ekspresi yang menunjang
dirinya lagi ( Sani, 21: 2007). Melalui kutipan ketrampilan ketika melaksanakan tugas
ini saja, penulis merasa optimis bahwa calon sebagai seorang seniman pemeranan, dalam
aktor yang ingin melakukan pementasan kondisi yang direncanakan atau tidak
monolog sudah tahu apa yang harus ia lakukan direncanakan (Anirun, 43: 1998). Berdasarkan
untuk menciptakan tokohnya, hingga ia bisa pernyataan dua seniman ini Stanislavski dan
“menjadi tokoh” dengan terus berlatih. Suyatna Anirun maka, latihan berimajinasi
Oleh sebab itu latihan imajinasi menjadi adalah teknik yang penting untuk dikuasai
penting sebagai teknik seorang aktor untuk seorang aktor. Karena imajinasi inilah sumber
melakukan pementasan monolog. Dalam kreativitas seorang calon aktor untuk berkreasi
sistem Stanislavski, hal ini penting untuk menciptakan inovasi dalam penciptaan tokoh
diketahui oleh seorang calon aktor sebagai untuk kebutuhan pementasan monolog.
bekal dalam dunia seni peran. Hal ini juga
ditegaskan oleh Suyatna Anirun, dalam 3. Latihan olah vocal
bukunya Menjadi aktor, pengantar kepada seni Olah vocal adalah hal yang paling
peran dan sinema. (1998), STB bekerjasama penting untuk di kuasai oleh seoarang aktor,

78 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


sebab vokal adalah salah satu media intonasi, stress, mood, pacing dan accent
penyampai pesan setelah tubuh, meskipun saat dalam berkata-kata. Di dalam buku ini juga
sekarang ini panggung telah mendapatkan banyak menuliskan tentang teknik bagaimana
bantuan teknologi untuk membantu para aktor seorang aktor mengasah ketrampilannya
dalam menyampaikan pesan melalui vocalnya. dalam berakting, dan teknik berlatih menjadi
Namun yang perlu di perhatikan lebih dalam aktor yang profesional dan proporsional.
ialah, bahwa totalitas dalam olah vocal Vocal yang terolah juga bisa memberikan
seorang aktor di atas panggung bukanlah identifikasi tokoh.
persolan apakah vocal aktor itu keras saja,
melainkan totalitas yang diharapkan vokal
sang aktor bisa menyatu dengan irama musik,
permainan, penekanan, interjeksi, dan aura
vocal yang bisa membisikkan pesan sampai ke
relung hati penonton yang paling dalam. Itulah
dalam teknik peran Stanislavski ditekankan
kepada aktornya bahwa seorang aktor untuk
Gambar 2. Pementasan Monolog berdasarkan
latihan bernyanyi, menari dan senam harus di teknik Stanislavski dengan judul Bangkit
lakukan setiap hari; Pemuda Oleh Abiyan Renardi, karya: Roci
Marciano (foto oleh: rifah Isyah; 2019).
Pelajaran bernyanyi, senam, menari dan
main anggar (untuk aktor Indonesia boleh Apabila seorang aktor telah sukses
Silat). Pelajaran ini akan diberikan setiap hari, melatih vocalnya, maka ia tidak perlu lagi
karena pengembangan otot-otot tubuh khawatir untuk menerima peran apapun yang
manusia memerlukan latihan yang sistematis datang padanya. Sebab sudah semestinya
dalam jangka waktu yang lama (Sani, 31: seorang aktor yang baik bisa menguasai seni
2007). acting, dancing dan singing. Menari,
Sambil menghapalkan naskah untuk bernyanyi dan berakting memang tidak
mementaskan monolog, teknik yang telah mudah, oleh sebab itu latihan adalah salah satu
disampaikan di atas tentu saja adalah teknik kunci untuk menyempurnakan kemampuan
dasar yang harus disiapkan oleh seorang aktor seorang aktor, jika semua sudah terolah, maka
terlebih dahulu. Adapun pentingnya olah kata-kata aktor bisa menjadi kendaraan
vokal seperti yang dikatakan oleh RMA. imajinasi bagi penonton, dan tubuhnya
Harymawan, dalam bukunya Dramaturgi, 160: menjadi kendaraan visual bagi penonton.
1993) yakni: bahwa suara itu bisa Selanjutnya penulis akan memaparkan
menghidupkan bahasa untuk di pahami orang tiga teknik berdasarkan hasil penelitian di
lain sebagai petunjuk praktis atas buku Building A Character (Pembangunan
penggambaran suasana hati manusia seperti Watak). Di dalam buku ini ditemukan teknik
marah, riang, susah dan sebagainya. Oleh seorang aktor yang apabila ingin memukau
sebab itu, target seorang aktor dalam olah penonton televisi, mau menjadi aktor dan
vocalnya ialah bisa membedakan teksture,

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 79


aktris sukses dan mau menjadi singa podium. Bagi orang teater, kata analisis tokoh
Buku ini juga memberikan pedoman bagi tentu saja sudah tidak menjadi kata yang asing,
siapa saja yang ingin memukau publik entah sebab sebagai seorang aktor, analisis tokoh
sebagai aktor/aktris, pembawa acara, adalah kebutuhan dasar yang harus dikerjakan
penceramah, pengajar, juru kampanye, oleh seorang calon aktor, karena dalam
pemasar ataupun humas. Buku ini juga analisis ini pula keilmuan teater maupun
mengupas berbagai topik yang menyangkut keaktoran itu akan terasa berguna manfaatnya
kesiapan intelektual, fisik, spiritual dan sebagai peningkatan kecerdasan intelegensia
emosional seorang aktor secara rinci. Dengan manusia yang bergelut dalam dunia seni peran.
gaya dialog antara guru dan murid. Karena di Analisis tokoh adalah kajian mendalam yang
buku ini Stanislavski menunjukkan langkah dilakukan oleh seorang aktor untuk
demi langkah untuk menggerakkan publik mengetahui siapa tokoh yang akan ia mainkan,
pada tawa, air mata, dan emosi-emosi yang tak jika dalam konsep teater realisme, khususnya
terlupakan. yang menggunakan metode Stanislavski, maka
Namun secara spesifik untuk teknik dikenal dengan analisis tiga dimensi tokoh
kebutuhan monolog memang belum ada, (3D) yakni; 1. Aspek fisiologi, 2. Aspek
sebab secara tidak langsung yang dipaparkan sosiologi, 3. Aspek Psikologi. Tiga dimensi
dalam buku ini adalah kebutuhan untuk calon tokoh ini akan saling berkaitan satu sama lain,
aktor secara umum. Sehingga dalam penelitian sebab tokoh yang dimainkan oleh seorang
ini penulis akan mengembangkan sistem aktor, tentu saja tidak lepas dari tiga aspek
Stanislavski ini dalam Penemuan Teknik dimensi dasar manusia di dalam kehidupan.
Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Sehingga apabila aktor telah menemukan
Monolog. Penulisan teknik berdasarkan buku tokoh yang akan ia mainkan maka
Building A Character (Pembangunan Watak) perwatakanpun bisa dikembangkan, seperti
ini tetap lanjutan step by step dari apa yang yang dikatakan Stanislavski:
telah penulis paparkan di atas yang bersumber
Kita mengembangkan watak lahiriah
melalui buku PSA. Meskipun di dalam buku dengan sumber dari diri kita sendiri, selain
ini tidak semua teknik yang tertera akan diulas, dari orang lain, dari kehidupan nyata atau
tetapi penulis menyampaikan sesuai dengan imajiner, seturut intuisi dan amatan kita
atas diri sendiri dan orang lain. Kita
kebutuhan dasar seorang aktor saja, baik itu
memperolehnya dari pengalaman hidup
secara teknik dan teknis apa saja yang kita sendiri atau pengalaman teman-teman
diperlukan untuk kebutuhan monolog, kita, dari foto-foto, lukisan, sketsa, buku,
maupun kebutuhan standar penulisan jurnal cerita, novel, atau suatu peristiwa
sederhana-sama saja. Satu-satunya syarat
yang telah dibatasi dengan jumlah halaman. yang harus dipenuhi adalah bahwa selama
Penulis tetap berharap para pembaca melakukan penelitian lahiriah ini kalian
menemukan buku tentang teknik monolog tidak boleh kehilangan diri batiniah kalian
(Stanislavski, 7: 2008).
hasil penelitian penulis.
Bedasakan kutipan di atas maka semakin
4. Analisis Tokoh jelas bahwa pentingnya analisis tokoh, secara

80 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


tidak langsung untuk melakukan koneksi yang selamat penulis rasa juga bisa membantu
tehadap diri aktor itu sendiri, setidaknya sang seorang aktor untuk mengeksplorasi tokoh
aktor bisa merasakan apa yang akan ia rasakan pembunuh yang akan ia mainkan. Bila
oleh tokoh yang akan ia mainkan, sehingga bercermin pada aktor luar Negeri, mereka
ekspresi yang akan dihadirkan lewat akting berani membeli mayat tanpa status untuk
akan bisa dirasakan oleh penonton sebagai dibunuh, baik itu ditembak, ditusuk atau
suatu kejujuran dan kebenaran. Lantas disiksa, tetapi bagi aktor yang tidak punya
petanyaannya? Bagaimana dengan cara modal seperti aktor profesional yang penulis
akting-akting yang belum pernah dilakukan, jelaskan, maka cukup lakukan apa yang sudah
misalnya mendapatkan tokoh membunuh penulis paparkan dengan memperkuat ingatan
manusia? Tentu saja seorang aktor yang cerdas emosi.
seharusnya jangan penah membunuh manusia Nah perasaan inilah yang kemudian
jika ingin memerankan tokoh seorang harus diingat oleh sang aktor untuk ia terapkan
pembunuh. Namun untuk membantu aktor dalam tokoh pembunuh yang akan ia mainkan,
tesebut untuk mendapatkan perasaan dalam tentu saja tingkat kewajaran dalam cara
akting membunuh, maka bisa dialihkan membunuh bisa dilakukan dengan
dengan membunuh hewan yang paling menganalisis tokoh tersebut secara lebih
dibenci, misalnya seperti yang pernah penulis dalam, dan melatihkannya sewajar mungkin,
eksplorasi. Penulis paling benci dengan seekor agar aktor tersebut bisa menjadi tokoh seperti
tikus got, sehingga muncul keinginan untuk yang igin diwujudkan. Akting menjadi yang
membunuh tikus tersebut bila melihatnya, dan diharapkan oleh Stanislavski, yaitu bertujuan
ketika membunuh tikus got tersebut ada rasa untuk membenarkan laku, pembenaran ini
puas dan lega di dalam diri penulis. tidak hanya berlaku bagi motivasi, tetapi juga
Untuk kasus ini penulis juga bagi usaha untuk mempertahankan laku.
menghimbau kepada para calon aktor agar Mencari inspirasi, bagi aktor gaya Stanislavski
berhati-hati dalam membunuh hewan, sebab dengan diam-diam menunjukkan kebenaran
saat sekarang ini banyak UU yang sudah laku yang ada. Garis laku menghilangkan
mengatur perlindungan terhadap hewan, bangunan sosial dan dengan demikian
begitu juga dengan para komunitas pecinta mengubah alam realita secara politis.
hewan-hewan tertentu, harapannya dalam Membenamkan penonton kedalam suatu arus
melakukan tahap-tahap tertentu untuk tujuan yang berubah beserta konsekuensinya
eksplorasi akting, perlu kecerdasan agar tidak yang muncul, perubahan tersebut akan
menyinggung pihak lain. Penulis juga mengembangkan ilusi bahwa gambaran
menghimbau kepada calon aktor yang sekuens penyebabnya dalam beberapa hal
mendapatkan peran pembunuh, bisa bersifat absolut. Sekuens dimana a
melakukan wawancara terhadap para menyebabkan b menyebabkan c secara
pembunuh, atau membaca catatan-catatan di berlebihan menyatakan bahwa, menghadirkan
kepolisian sebagai bentuk observasi lapangan. a (kondisi yang ada), c pasti terjadi (Mitter, 94:
Wawancara terhadap korban pembunuhan 199).

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 81


Apabila seorang aktor telah melakukan berbasa-basi atau sekedar untuk menghormati
analsis lebih mendalam, maka tinggal yang menawarkan makan.
melakukan praktek, karena apalah artinya Di dalam buku membangun tokoh yang
kerja kreatif bila tidak dipraktekkan, teutama ditulis Stanislavski ini juga ada banyak metode
dibidang seni yang khususnya teater. Praktik yang mendekati pada olah rasa tersebut, tetapi
adalah puncak dari keja kreatif, dan seorang dalam kesempatan ini penulis memilih salah
aktor bisa melakukan analisis ulang apabila satu berdasakan yang paling disukai, semoga
terjadi kesalahan dalam penciptaan tokohnya. hal ini juga bermanfaat bagi calon aktor yang
Karena apabila pementasan telah belangsung, ingin melakukan monolog, dan membaca
maka aktor tesebut harus ikhlas dengan tokoh jurnal ini, sebab sistem latihan ini juga efektif
yang telah ia lahirkan. dilakukan oleh calon aktor seorang diri seperti:

Berlatih dengan musik, seorang aktor


5. Olah Rasa mendengarkan alunan musik, merasakan
Pada dasarnya di dalam buku dan kemudian mengikuti keinginan dari
Stanislavski edisi membangun tokoh ini, tidak lubuk hati untuk bergerak. Seorang aktor
harus bisa merasakan energi bergeak
ada kata yang menuliskan olah rasa secara
dengan gagah dan indah dalam alunan yang
spesifik seperti yang penulis tulis menjadi sub tak terputus. Karena itulah, gerak yang
judul, namun berdasakan dari pembacaan dan menciptakan keleluasaan, keliatan gerak
analisis yang penulis lakukan, secara tidak tubuh yang sangat dipelukan. Diusahakan
alur batin tersebut berasal dari lubuk
langsung apa yang dilakukan oleh Stanislavski terdalam diri aktor, dan energi yang
secara teknik mengarah kepada olah rasa. dihasilkan penuh dengan rangsangan
Sebab secara tidak langsung seorang aktor perasaan, kehendak dan kecerdasan.
Ketika dengan bantuan latihan sistematis,
dituntut benar-benar merasakan apa yang calon aktor terbiasa dan merasa nikmat
dirasakannya ketika berakting, agar perasaan mendasarkan laku kalian pada alur batin
aktor dalam menghidupkan tokoh tersbut bisa ketimbang alur lahir, maka aktor akan
mengetahui apa arti emosi gerak itu sendiri
dirasakan oleh penonton. Olah rasa sangat
(Stanislavski, 79: 2008).
berhubungan erat dengan batin seorang aktor,
sebab hubungannnya dengan perasaan, tentu Kutipan di atas mempertegas bahwa
saja motiv yang lahir sudah semestinya dari emosi gerak laku dan kata yang diekspresikan
dalam diri aktor atau yang mengimpuls sang seorang aktor hendaklah benar-benar bisa
aktor untuk bergerak. Misal ketika aktor dirasakan penonton, karena apabila emosi ini
merasakan lapar, maka muncul keinginan bekerja di dalam diri aktor, secara tidak
untuk makan, tentu saja rasa laparlah yang langsung akan melahirkan irama permainan
lebih dulu hadir di dalam diri sang aktor baru yang enak untuk dinikmati, meskipun dalam
kemudian ia bergerak untuk makan, jika tidak berakting tetap seorang aktor tidak larut dalam
ada rasa lapar, maka akting makan yang emosi yang tidak tekendali, sebab apabila
dihadirkan oleh seorang aktor tentu saja kesadaran emosi tidak digunkan maka akan
bukanlah akting tokoh yang kelaparan tejadi kekacauan dalam permainan, siaktor
melainkan seorang tokoh yang mungkin hanya akan sibuk dengan diri sendiri, tidak

82 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


memikikan emosi tokoh yang ia perankan, imajinasinya dan menghadirkan tokoh tesebut
maka koneksi rasa antara aktor dan juga atas kreasi dan imajinasinya sendiri (sang
penontonpun akan terputus, seperti sinyal aktor adalah pencipta/kreator). Kalimat ini
handphone yang tidak bisa berkoneksi dan yang perlu ditegaskan di dalam diri seorang
pesanpun tidak tersampaikan dengan baik. calon aktor, bahwa AKTOR ADALAH
KREATOR.
6. Uji Pencapaian Dalam Mewujudkan Uji pencapaian ini penting, karena
Tokoh Pada Saat Pementasan seorang aktor akan bisa menilai dirinya dari
Ketika calon aktor telah melakukan lima pandangan orang lain, yaitu penonton, apakah
hal penting yang telah dipaparkan di atas, ia berhasil atau tidak dalam menghidupkan
maka perlu rasanya menguji diri untuk tokohnya. Sebab apalah artinya peran yang
melakukan praktek yaitu, dengan cara dimainkan apabila hanya untuk dinikmati oleh
mewujudkan tokoh. Hal ini berguna untuk diri sendiri, dan puas atas pujian diri sendiri.
mengukur capaian calon aktor, dan Oleh sebab itu dalam hal ini penulis
mengujikannya pada saat pementasan, apakah menganjurkan pada para aktor, untuk
aktor tesebut berhasil atau tidak menerapkan mengujikan dirinya dengan para pakar
sistem Stanislavski untuk kepentingan keaktoran, agar pencapaian dalam
monolog? Memang pada dasarnya apa yang mewujudkan tokoh bisa didiskusikan setelah
telah penulis paparkan pada junal ini belum pementasan belangsung, karena seni peran ini
seutuhnya lengkap, akan tetapi secara esensi telah menjadi salah satu ranah keilmuan yang
hal ini bisa membantu para calon aktor yang seharusnya menjadi pembelajaran wajib di
ingin melakukan monolog. Adapun secara dalam kehidupan dan pendidikan. Hanya saja
metode latihan untuk mewujudkan tokoh yang pemerintah tampaknya belum menyadari akan
diinginkan seorang aktor ialah, harus tabah pentingnya pembelajaran seni peran ini.
dan ikhlas untuk melakukan eksplorasi Mengapa penulis mengatakan penting, sebab
terhadap diri sendiri, seperti mendandani diri pada akhirnya setiap manusia di dunia ini akan
sesuai dengan tokoh yang diharapkan. Seorang menjalani perannya masing-masing.
aktor yang belum memiliki kepercayaan Beruntung mereka yang pernah di tempa di
tehadap diri sendiri juga bisa menyamar teater, setidaknya di dalam kehidupan nyata
menjadi orang lain sebagai bentuk latihan, hal mereka bisa dengan ikhlas dan tulus
ini juga diterapkan oleh Stanislavski dalam menjalankan perannya, dan menggunakan
sistem pelatihannya. Akan tetapi secara teknis ilmu keaktorannya untuk betahan hidup.
orang lain yang akan dihadirkan telah
Di dalam pementasan seorang aktor
diobservasi dan dianalisis terlebih dahulu hendaknya bisa menghidupkan keadaan
dengan baik, sehingga hasil kerja seorang kreatifitas lahiriah dan batiniahnya,
aktor dalam menghadirkan tokoh tersebut di sehingga tiga kekuatan motif dalam
kehidupan batin bisa dirasakan, sepeti:
atas panggung akan tampak, meskipun tidak
Pikiran (Cipta), Kehendak (Karsa) dan
sama persis seperti yang diharapkan penonton, Perasaan (rasa), sehingga agar tujuan dan
sebab sang aktor tesebut juga menghidupkan sasaran menjadi hidup, seorang aktor harus

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 83


memiliki kesadaran tentang yang sejati, dalam seni peran adalah, seorang aktor bisa
rasa yakin akan apa yang sedang bermain wajar (“PAS”). Lantas bagaimana
dilakukannya, aktingpun tidak lagi menjadi
pura-pura, melainkan tindakan yang ukuran kesuksesan seorang aktor dalam seni
diyakini sebagai kebenaran (Stanislavski, peran? Tenang saja, bahwa yang namanya rasa
343-344: 2008). hanya bisa dinilai dengan rasa, sebab rasa
Penyataan Stanislavski ini adalah kunci tidak bisa dikalkulasi dengan angka dan logika
dalam berakting, dan apabila mengamati para dan pada akhirnya, pecayakanlah semua
aktor di dunia ini ketika melakukan tugasnya penilaian pada penonton atas suatu perasaan
dalam seni peran, maka sangat berkaitan erat yang bisa dirasakan, karena rasa pada dasarnya
dengan apa yang telah dinyatakan Stanislavski tidak pernah telibat dalam kedustaan.
di atas. Sehingga jurus yang bisa dilakukan
oleh seorang aktor sebagai solusi apabila ia KESIMPULAN
melakukan suatu kesalahan dalam berakting Sebuah karya seni seperti sistem
saat pementasan, dengan cara meyakini apa Stanislavski tentu saja telah banyak group-
yang ia lakukan sebagai kebenaran group teater yang menerapkannya, baik itu di
(sederhananya meyakini kesalahan tersebut dalam negeri maupun di luar negeri,
sebagai suatu kebenaran), karena, meskipun ia khususnya Rusia tempat asalnya penulis buku
melakukan kebenaran akting tapi ia itu sendiri. Namun belum ada yang secara
menyajikannya dengan keragu-raguan, maka spesifik merangkum dan mengembangkannya
penonton akan merasakan apa yang ia lakukan untuk kebutuhan pementasan monolog. Pada
adalah suatu kesalahan. Oleh sebab itu seorang kesempatan penyusunan Pengembangan
aktor dalam hal ini diwajibkan untuk belajar Teknik Peran Seorang Aktor Untuk
berakting dengan rasa keyakinan dan Pementasan Monolog Melalui Sistem
kebenaran, kalau bisa hingga membuat Stanislavski An Actor Prepares dan Building
penonton lupa bahwa ia sedang menyaksikan Character kali ini, penulis akan
petunjukan, karena jika bisa, buatlah seorang menjadikannya sebagai objek penelitian untuk
penonton seakan menjadi saksi atas peristiwa kebutuhan aktor yang akan melakukan pentas
yang nyata di hadapannya. monolog.
Hal inilah yang menyebabkan aktor- Berdasarkan atas apa yang telah
aktor disebut berperan dengan totalitas dalam diuraikan di atas, yang berawal dari
pencipataan tokohnya, baik itu melakukan pertanyaan, Bagaimana mengembangkan
pengurusan badan, penggendutan maupun metode teknik peran Stanislavski untuk
eksplorasi sesuai kebutuhan penokohan yang kebutuhan pementasan monolog? Bagaimana
ingin dihadirkan. Sebab pada prakteknya menyaring teknik peran yang dicetuskan oleh
banyak aktor salah mengartikan totalitas Stanislavski dalam bukunya actor and
dalam dunia seni peran, hingga kadang sebagai preapere dan Building A Character untuk
penonton melihat aktor tersebut menjadi over kebutuhan teknik peran monolog? Setidaknya
akting. Padahal totalitas yang diharapkan bisa penulis simpulkan bahwasanya teknik
yang telah dicetuskan oleh Stanislavski ini

84 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog


masih bisa dikembangkan dengan berbagai pembahasan. Adapun sinyal di dalam diri
macam cara, bahkan juga bisa diadopsi untuk aktor tersebut ialah tubuh, imajinasi, vocal,
kebutuhan aktor Indonesia. Sebelumnya intelegensia dan rasa yang terolah dengan
penulis menyepakati terlebih dahulu bahwa baik. Apabila sinyal aktor telah menyala
pementasan monolog adalah satu orang dengan kapasitas yang kuat, maka ketika pesan
manusia yang disebut sebagai aktor, berakting melalui tokoh yang dimainkan akan sampai
di atas panggung, dengan menghidupkan satu dengan indah pada penonton dan akan mudah
tokoh, dan aktor tersebut menjadi tokoh, diterima, dan penonton sebagai penerima
karakter yang dihadirkan bisa saja bermacam- pesan juga bisa merasakan dengan baik apa
macam, akan tetapi yang tampak hanya satu yang telah dikirim aktor terhadap panca
tokoh. Jika tokoh tersebut menceritakan orang indranya. Ibarat satu pesan yang bisa
lain maka ia tidak perlu berubah menjadi tokoh disampaikan dalam grup chatingan (WA), dan
ke dua, akan tetapi bisa ditirukan tanpa harus yang menjadi grupnya dalam hal ini adalah
persis seperti tokoh kedua, ketiga dst. Jika penonton. Seharusnnya seorang aktor lebih
ingin menceritakan tokoh lain, tokoh utama mudah menggenggam hati penonton dengan
yang dimainkan tidak hilang, maka hal ini aktingya, sebab apa yang disajikan sifatnya
disebut dengan pentas monolog, tanpa ada langsung tanpa media dan perantara seperti hp
bantuan suara manusia lainnya dari luar diri dan alat teknologi lainnya, inilah keunikan
aktor utama. teater.
Adapun hal yang penting didapatkan
oleh calon aktor selama proses penelitian ini, DAFTAR PUSTAKA
diantaranya ialah melatih diri untuk Abdullah, T Imron. (2000). (Editor Nur
menciptakan koneksi terhadap orang lain (bisa Sahid), Interkulturalisme dalam Teater,
penonton). Jika dijumlah secara komulatif, Yayasan Untuk Indonesa; Yogyakarta.
maka teknik peran yang terdapat dalam dua Alterman, Glenn. (2005). Creating your own
buku Stanislavski ini berjumlah sekitar, enam monologue, Published by Allworth
ratus teknik berlatih untuk menciptakan tokoh Press, 10 East 23rd Street, New York,
dalam pementasan teater. Namun penulis perlu NY 10010.
menyaring beberapa saja demi efisiensi kerja Anirun,Suyatna. (1998). Menjadi Aktor.
calon aktor yang ingin melakukan proses Bandung : Studi Teater Bandung
menuju pementasan monolog. bekerjasama dengan Taman Budaya
Latihan ini digunakan demi terjadinya Jawa Barat Dan PT Rekamedia
koneksi antara aktor dengan penonton, Multiprakarsa.
sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa Anwar,Chairul. (2005). Drama Bentuk Gaya
dibaca dan dirasakan oleh penonton. Aktor dan Aliran, Yohyakarta : Elkaphi
sebagai pengirim pesan harus bisa Harymawan, RMA. (1998). Dramaturgi,
menghidupkan “wifi” di dalam tubuhnya, bandung: CVRosda.
yakni sinyal yang ia ciptakan di dalam latihan Kernoddle, George R. (1996). Invitation To
seperti yang telah di paparkan pada bab The Theater, Terjemahan. Yudiaryani,

SATWIKA: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial 85


M.A. UPT Tahun: 2005, 2007, 2008.
Perpustakaan ISI Yogyakarta.
Miiter, Shomit. (2002). Sanilavsky, Brecht,
Grotowsky, Brook, system pelatihan
lakon. Yogyakarta: MSPI.
Moleong, M. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ratna, Kutha, Nyoman. (2013), Glosarium,
1250 Entri, Kajian Sastra, Seni, Dan
Sosial Budaya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Riantiarno, Nano, Bakdi, Soemanto. Sphinx
Triple X, Antologi Monolog Anti Budaya
Korupsi, Jomboran, Sidoarum.
Shengold, Nina. (1987). The Actor's Book Of
Contemporary Stage Monologues, A
Smith And Krausinc Book. Penguin
Books, 40 West 23RD Street. New
York, New York 10010. U.S.A.
Stanislavski, Constantin. (2008). Building
Character. Diterjemahkan oleh, B. Very
Handayani, Dina Octaviani,
Triwahyuni. Membangun Tokoh. PT.
Gramedia, Jakarta.
Stanislavski, Constantin. An Actor Preapers.
Diterjemahkan oleh, Asrul Sani. (2007).
Persiapan seorang aktor. 2007 (Cetakan
kedua). PT. Bastela Indah Prinindo,
Jakarta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung :
Alfabeta
Yudiariani. (2002). Panggung Teater Dunia,
Yogyakarta: Pustaka Gendho Suli.

86 Pengembangan Teknik Peran Seorang Aktor Untuk Pementasan Monolog

Anda mungkin juga menyukai