Anda di halaman 1dari 6

Nama : Duanne Ranee Justisia

NIM : 180211604546
Judul : Perencanaan Pementasan Drama RT 0 RW 0

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Biografi Pengarang
Iwan Simatupang, sastrawan tahun 1960-an, wan Simatupang lahir di Sibolga,
Sumatra Utara, tanggal 18 Januari 1928 dengan nama Iwan Martua Dongan
Simatupang. Dia dianggap sebagai anak yang cerdas. Dia dibesarkan dalam
keluarga Islam. Tahun 1954 Iwan Simatupang memperoleh beasiswa ke Eropa
untuk memperdalam pengetahuannya tentang kebudayaan. Iwan memperdalam
antropologi di Leiden (1956), memperdalam drama di Amsterdam (1957), dan
memperdalam filsafat di Paris (1958). Bulan November 1955, Iwan berkenalan
dengan Corinne Imalda de Gaine (Corry) dan tanggal 2 Desember 1955 mereka
menikah di Amsterdam. Iwan Simatupang akhirnya memilih agama Katolik
sebagai agamanya sampai akhir hayatnya.
Dari perkawinan itu mereka memperoleh dua orang anak, yaitu Ino Alda dan
Ion Partibi. setelah menyelesaikan studi di Paris Iwan dan keluarganya pulang ke
indonesia. Pada tahun 1960 istrinya meninggal karena penyakit tipus. Kenangan
dengan istrinya membuat Iwan menukis novel ziarah. Tanggal 10 Juni 1961 Iwan
menikah lagi dengan Dra. Tanneke Burki. Dia memperoleh seorang anak
perempuan, Violeta. Akan tetapi, umur perkawinan itu tidak panjang. Mereka
bercerai tahun 1964.
Selain bekerja sebagai dosen pada beberapa perguruan tinggi, ia juga bekerja
pada sebuah perusahaan mobil dan sebagai wartawan. Tempat tinggalnya tidak
tetap. Dengan dua orang anaknya, ia pernah menyewa satu kamar Hotel Salak di
Bogor. Pada waktu itu ia sering diundang untuk berceramah di berbagai forum.
Karena kegiatan fisiknya terlalu banyak, Iwan menderita penyakit lever. Iwan
meninggal dunia tanggal 4 Agustus 1970 di Jakarta.
Beberapa karya Iwan Simatumpang:
1. Bulan Bujur Sangkar - drama (1960)
2. Petang di Taman - drama sebabak (1966, judul asli Taman, diubah penerbit
menjadi Petang di Taman)
3. RT Nol /RW Nol - drama sebabak (1966)
4. Merahnja merah - novel (1968)
5. Ziarah - novel (1969)
6. The Pilgrim - terjemahan bahasa Inggris oleh Harry Aveling (1975)
7. Kering - novel (1972)
8. Drought - terjemahan bahasa Inggris oleh Harry Aveling (1978)
9. Kooong: kisah tentang seekor perkutut (1975)
10. Tegak lurus dengan langit: lima belas cerita pendek (1982, penyunting:
Dami N. Toda)
11. Surat-surat politik Iwan Simatupang, 1964-1966 (1986, penyunting: Frans
M. Parera)
12. Sejumlah Masalah Sastra - kumpulan esai (1982, penyunting: Satyagraha
Hoerip)
13. Ziarah - novel (1983)
14. Ziarah - terjemahan bahasa Perancis (1989)
15. Poems - selections (1993)
16. Square moon, and three other short plays - terj. John H. McGlynn (1997)
17. Ziarah malam: sajak-sajak 1952-1967 - penyunting: Oyon Sofyan, S.
Samsoerizal Dar, catatan penutup, Dami N. Toda (1993)
18. Kebebasan pengarang dan masalah tanah air: esai-esai Iwan Simatupang,
editor, Oyon Sofyan, Frans M. Parera (2004)
19. Iwan Simatupang Pembaharu Sastra Indonesia (Korrie Layun Rampan, ed),
Yayasan Arus, 1985
1.1.2 Latar Belakang Penciptaan Naskah
Naskah drama “RT 0 RW 0” karya Iwan Simatupang yang ditulis pada tahun
1966 adalah sebuah naskah drama yang menceritakan sebuah kehidupan di kolong
jembatan di sebuah kota besar. Dalam naskah drama RT 0 RW 0 ini dibawakan
oleh enam tokoh yang hampir keseluruhannya hidup sebagai gelandangan. Keenam
tokoh ini adalah (1) Kakek; (2) Pincang; (3) Ani; (4) Ina; (5) Bopeng; dan (6) Ati.
Naskah drama ini menceritakan perjuangan para gelandangan untuk merubah hidup
mereka yang bergelut dalam dunia gelandangan menjadi masyarakat yang bisa
hidup lebih baik lagi dan bisa diakui keberadaanya di masyarakat.
1.1.3 Alasan Memilih Naskah
Dasar dalam memilih naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatumpang
untuk dipentaskan pertama, karena kemenarikan cerita serta konflik yang diangkat.
Konflik yang diangkat sederhana namun sesuai dengan realitas kehidupan sosial
yang terjadi dalam negeri ini.
Kedua, Naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang memiliki tema
tentang perjuangan hidup sekelompok orang untuk mendapatkan kehidupan yang
layak dan lebih baik. Penggunaan tokoh gelandangan dan PSK menunjukkan
masyarakat kaum bawah, yang miskin dan menderita. osial-ekonomi saat itu..
Ketiga, naskah drama RT 0 RW 0 karya Iwan Simatupang memiliki durasi
yang pas, tidak singkat dan tidak terlalu lama. Alur dalam naskah drama ini juga
memiliki alur yang sederhana. Sehingga menjadi naskah drama yang cocok untuk
dipentaskan karena tidak berbelit-belit atau berputar-putar. Alur yang sederhana ini
mampu memudahkan sutradara dan para pemainnya untuk merepresentasikan
cerita dalam naskah serta memudahkan penonton untuk memahami isi cerita.
Naskah drama ini termasuk naskah drama yang dapat dipentaskan meskipun telah
lama ditulis dan masih menarik untuk disaksikan.
Agustina (2013), berpendapat bahwa karya sastra Iwan Simatupang yang
berjudul “RT 0 RW 0” merupakan karya sastra yang mempunyai daya tarik
tersendiri. Daya tarik yang bisa dilihat secara langsung, terletak pada judulnya “RT
0 RW 0” hal ini sarat dengan muatan semiotika. Kemudian dari latar belakang
pengarang yang menyebut dirinya sebagai manusia marjinal, maka karya sastra
“RT 0 RW 0” mempunyai muatan yang mampu merangkum pola pikir pengarang
dalam menanggapi keadaan sosial yang tercermin dalam karyanya. Naskah ini
mempunyai setting atau latar yang menarik yaitu di kolong jembatan.

1.1.4 Kekuatan dan Potensi Naskah


Kekuatan dan potensi naskah terletak pada tema yang diangkat yaitu tentang
perjuangan hidup sekelompok orang untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
lebih baik. Meskipun demikian penulis mampu menghadirkan suatu dunia yang
hidup dari konflik yang menarik. Konflik tersebut dihadirkan secara realisme
tentang kehidupan di kolong jembatan. Naskah ini memiliki potensi untuk
dipentaskan karena relevan dengan kondisi saat ini, yaitu gelandangan yang ingin
diakui keberadaannya oleh masyarakat.

1.1.5 Tujuan Penciptaan


Tujuan dari penciptaan naskah ini yang tidak boleh hilang pada saat
pementasan ialah tersampainya karakter peduli terhadap sekitar dan semangat
dalam mengubah kehidupan agar lebih baik lagi. Tujuan dari pementasan naskah
ini selain untuk menyampaikan pesan yaitu peduli pada sesama memberikan
edukasi kepada penonton. Edukasi tersebut ialah jangan memiliki prasangka-
pransangka terhadap gelandangan yang tak mungkin bisa dipekerjakan.

1.2 Struktur dan Tekstur


1.2.1 Sinopsis
Disebuah kota besar hiruk – pikuk kendaraan yang melintas di atas jembatan
yang tidak begitu besar, hidup beberapa orang di bawahnya.  Seorang kakek
tinggal di bawah kolong jembatan itu dia adalah mantan klasi kapal, ada pula Si
pincang dengan kondisi fisiknya yang kurang telah mencari kerja kemana – mana
dan tidak pernah mendapatkan hasil yang memuaskan, dengan di temani  Ani dan
Ina kakak – beradik yang bekerja sebagai  PSK ( Pekerja Seks Komersial )
mereka meratapi kejamnya kota besar.

Yang kemudian membawa sebuah permasalahan pelik diantara mereka,


Pincang telah putus asa dengan kehidupan yang Ia alami, karena tidak pernah satu
pun ia berhasil mendapatkan sebuah pekerjaan yang dapat menunjang kebutuhan
hidupnya.

Datanglah seorang laki – laki bernama Bopeng, Ia adalah mantan penghuni


kolong jembatan tempat tinggal kakek, pincang, Ani dan Ina. Ia telah bekerja di
sebuah kapal  sebagai Klasi Kapal, tapi Ia membawa seorang wanita bersamanya
yang bernama Ati. Ati adalah sosok wanita yang mencari Suaminya yang entah
kemana telah menghilang dan kemudian Ia tersesat dan kehabisan uang untuk
pulang ke kampungnya.

Karena iri hati Pincang pun selalu memojokkan Bopeng, karena pada awal
bertemu dengan Ati, Bopeng berjanji untuk mengantarkannya pulang ke kampung
tetapi karena adanya panggilan kerja sebagai klasi kapal Bopeng mengurungkan
niat tersebut.

Setelah pertengkaran argumen antara Si Pincang dan Bopeng, akhirnya kakek


pun menengahi pertengkaran mereka, selang beberapa waktu Ani dan Ina pun
datang setelah bekerja dengan membawa kabar bahwa mereka akan dinikahi oleh
Pria yang menjadi langganan mereka. Akhirnya mereka meninggalkan kolong
jembatan yang menjadi tempat mereka tinggal. Disusul oleh bopeng dan Si
pincang yang akan berjuang mengantarkan Ati kembali ke kampung halamannya
dan berjanji mencari pekerjaan kembali dan menikahi Ati. Akhir cerita Tinggal
lah Kakek sendiri di bawah jembatan itu yang mereka semua memberi nama
tempat tinggal mereka RT 0 RW 0.

1.2.2 Struktur Naskah


Struktur dalam sebuah naskah terdiri dari dua unsur, yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang memangun sebuah karya
sastra dari dalam, seperti tema, amanat, alur, tokoh, penokohan, latar, dan sudut
pandang. Unsur ekstrinsik terdiri dari aspek psikologi, sosiologi, agama, sejarah,
filsafat, ideologi, politik, dan lain sebagainya (Riza Darmawan & Al-Ma’ruf,
2017).
Tema dalam naskah drama RT 0 RW 0 Karya Iwan Simatupang adalah realita
sosial perjuangan hidup orang-orang di bawah kolong jembatan yang
keberadaannya ingin di akui oleh masyarakat sekitar.
Alur Malam Jahanam ialah alur maju. Alur Maju ialah peristiwa yang dialami
oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya dengan berurutan. Alur
dari naskah ini tidak begitu rumit bahkan dapat dikatan sederhana. Meskipun
demikian, alur yang sederhana ini Iwan Simatumpang mampu menghadirkan
sebuah menghadirkan konflik yang menarik dan sangat jitu dalam menghadirkan
realisme kehidupan kolong jembatan, yang dipilihnya sebagai latar atau setting dari
naskah RT 0 RW 0.
Tahapan-tahapan alur yang terdapat dalam naskah Malam Jahanam ialah
sebagai berikut:
a) Ekposisi merupakan tahap yang menjelaskan asal-usul, latar belakang
tokoh Kakek, Pincang, Ina, dan Ani.
b) Tahap Pemunculan Konflik pemunculan konflik yang menjelaskan
penolakan Ani terhadap Pincang, kemudian Ani dan Ina pergi beroperasi
mencari makanan diluar kolong jembatan menggunakan becak. Konflik
kecil lagi ketika Kakek berbincang bersama Pincang membahas bahwa
gelandangan itu tidak cocok untuk menerima pekerjaan. Konflik semakin
meninggkat tahap yang menjelaskan konflik-konflik di kolong jembatan.
Tokoh lain dimunculkan dalam tahap ini seperti Bopeng dan Ati. Mereka
mempunyai konflik yang berbeda seperti Ati yang ditinggalkan oleh 6
suaminya dikapal sedangkan Bopeng sudah diterima menjadi kelasi kapal
dan siap meninggalkan penghuni kolong jembatan. Mendengar Bopeng
menjadi kelasi kapal Ati ingin ikut berlayar bersama dia tetapi tidak
diperbolehkan.
c) Tahap Klimaks merupakan tahap puncak dari konflik antara Pincang dan
Bopeng. Konflik mereka terjadi dikarenakan Bopeng tidak mau berterus
terang kepada Ati atas rencana yang telah ia buat. Tokoh Ina kembali
muncul menambah klimaks cerita tersebut. Ina pulang ke kolong jembatan
mengabarkan kepada Kakek, Pincang, Bopeng bahwa Ani telah dilamar
oleh Babah gemuk langgananya dan Ina juga memberitahukan kepada
mereka bahwa ia juga telah menerima lamaran Bang becak.
d) Tahap penyelesian tahap ini semua konflik yang terjadi berangsur-angsur
padam. Satu per satu tokoh akan meningglakan kolong jembatan mulai
dari Bopeng yang akan berlayar, Ani menjadi istri Babah-babah gendut,
Pincang mengatarkan Ati pulang kekampungnya, Ina menerima lamaran
Abang becak dan hanyalah Kakek yang menjadi penghuni kolong
jembatan RT 0 RW 0.
1.2.3 Tekstur Naskah

Anda mungkin juga menyukai