SMA NEGERI 2 TUBAN TH. AJARAN 2011-2012 JL. Dr. Wahidin Sudiro Husodo no. 869
KARYA-KARYA PENTING
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Kabah), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdulah Muis (roman Salah Asuhan), M. Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk). M. Yamin (Indonesia Tumpah Darahku )
8.
KARYA-KARYA PENTING
1. STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung Padam), 2. Armin Pane (novel Belenggu), 3. Sanusi Pane (drama Manusia Baru), 4. Rustan Efendi (drama Bebasari), dan 5. Y.E.Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam).
CIRI-CIRI : Bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, Prosanya bercorak realisme, Puisinya bercorak ekspresionisme, Tema dan setting yang menonjol adalah revolusi, Lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, Jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
KARYA PENTING
Chairil Anwar
Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949)
Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
Katahati dan Perbuatan (1952)
Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa, Budak-budak tidur di pangkuan bunda Siapa kenal daku, akan kenal bahagia Tiada takut pada pitam, Tiada takut pada kelam
ANGKATAN 66
CIRI-CIRI : Tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa. Lahir bersamaan dengan kondisi politik di Indonesia yang telah mengalami kekacauan karena adanya PKI Karya-karyanya lebih banyak protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintahan pada masa ini
KARYA-KARYA PENTING
Sutardji Calzoum Bachri O Amuk Kapak Goenawan Mohamad Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (kumpulan esai) Misalkan Kita di Sarajevo Umar Kayam Seribu Kunang-kunang di Manhattan Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek) Jalan Menikung Danarto Godlob Adam Makrifat Putu Wijaya Aduh (drama) Edan (drama)
ANGKATAN 70AN
CIRI-CIRI : Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, Merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas.
KARYA-KARYA PENTING
Abdul Hadi WM
Meditasi(1976) Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur(1975) Tergantung Pada Angin (1977)
Goenawan Mohamad
Interlude (1971) Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
Di kerajaan nenek moyangku aku tak tahu Aku menyerupai kota yang mana
aku sudah lelah membuka mata dan tetap saja buta matahari bersembunyi di bagaian barat otakku dan hanya bersinar di belahan bumi yang sama
Kadang ayahku menyerupai Jakarta yang tua Ingin membangun, ingin membangun, ingin membangun Tak henti-hentinya Sedang aku ingin tidur sepuas-puasnya
ANGKATAN 80AN
1. 2. 3.
4. 5.
6. 7.
CIRI-CIRI : mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme. Puisi bercorak spiritual religius. Novel mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya. Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya. Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi. Terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
KARYA-KARYA PENTING
Ahmadun Yosi Herfanda o Ladang Hijau (1980) Y.B Mangunwijaya o Burung-burung Manyar (1981) Darman Moenir o Bako (1983) o Dendang (1988) Budi Darma o Olenka (1983) o Rafilus (1988) Sindhunata o Anak Bajang Menggiring Angin (1984) Arswendo Atmowiloto o Canting (1986) o Airlangga (1985)
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya. Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku. Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri. Karakteristik karya sastra Drama Naga Bonar yang dibintangi oleh Dedi Mizwar ini cenderung mengarah kearah perjuangan atau bersifat Nasionalisme. Dalam drama ini dikisahkan seorang pencopet yaitu Naga Bonar yang menjadi jendral yang membela daerahnya dari penjajahan Inggris.Drama ini lebih banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan nasional dalam membela tanah airnya.Meskipun dalam drama ini banyak terdapat komedi atau cerita lucu tetapi cerita lucu disini mendidik tidak seperti cerita-cerita komedi sekarang ini yang membubuhi ceritanya dengan adegan promo.
Drama Naga Bonar ini menggunakan dialek batak karena setting cerita ini berada di Sumatra.Jadi logat serta kebiasaan dan kebudayaan yang banyak ditonjolkan dalam drama ini adalah kebudayaan batak.Yang cara berbicaranya keras berbeda dengan orang jawa. Karakteristik novel Kubah karya Imam Tohari ini memuat kritik sosial dan politik. Novel ini dibuat untuk mengkritik kebobrokan pemerintahan orde baru penuh dengan makar di mana-mana. Novel ini menceritakan Karman, seorang bekas tahanan politik akibat makar di tahun 1965. Penyebabnya adalah kekecewaan atas penolakan pinangan atas Rifah. Ia terjerumus ke aliran Marxisme yang notabene atheis. Berhari-hari ia dikejar polisi, sampai akhirnya ia tertangkap. Selama dua belas tahun ia terisolasi dari dunia luar. Keluar dari tahanan, ia berusaha merubah paradigma masyarakat Pegaten dengan membuat kubah masjid di sana. Puisi Putih, Putih, Putih adalah puisi yang bertema religius (keagamaan). Larik Putih, Putih, Putih adalah simbol kesucian yang mengacu pada warna jilbab kaum muslimah.
Penyair menyebutkan kata-kata Padang Mashyar / padang penantian di depan pintu gerbang janji keabadian, untuk mengajak kita merenungkan bahwa semua manusia akan berkumpul di Padang Mshyar setelah hari kiamat untuk menjalani pengadilan.Semua tampak Putih, Putih, Putih yang bisa mengacu pada arwah yang berkumpul di padang itu. Di padang Mashyar itu, penyair membayangkan seribu jilbab, bahkan bermilyarmilyar jilbab. Padang itu menjadi lautan putih dan lautan cinta kasih. Penyair membayangkan seolah-olah seribu galaksi / hamparan jiwa suci / bersujud / Putih, Putih, Putih. Dalam suasana hening penyair membayangkan alam raya / jagat segala jagat / bintang-bintang dan ruan kosong / mendengarkan panggilan itu. Panggilan yang disebut oleh penyair adalah panggilan dari Tuhan di Padang mashyar dengan suara yang didengar oleh telinga seratus abad. Tuhan bersabda Wahai jiwa bening / wahai muthmainah / kembalilah pada Tuhanmu / Masuklah ke pihak-Ku / Masuklah sorgaku / Wahai telaga /yang bening / hingga tiada. Manusia yang suci dan Mutmainah berhak atas sorga dalam keabadian
ANGKATAN REFORMASI
CIRI-CIRI Maraknya karya-karya sastra,puisi,cerpen dan novel yang bertema sosialpolitik Dibukanya rubrik sajaksajak peduli bangsa(reformasi)
KARYA-KARYA PENTING
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi Widji Thukul
Puisi Pelo Darman
ANGKATAN 2000
CIRI-CIRI 1. Karya-karyanya cenderung berani dan vulgar 2. Gaya penulisannya lebih terbuka dan membuat pengarangnya menonjol daripada pengarangpengarang lain 3. Pada masa ini banyak bermunculan fiksi-fiksi islami yang bahasanya santun dan bersih dari citraan-citraan yang erotis dan vulgar
Bujei diperdaya hingga akhirnya dia mempercayai Adila akan mengahwini Alias malah Adila turut difitnah menghidap penyakit AIDS kerana pernah menuntut di luar negara. Dendam yang kian membara menyebabkan Alias meminta khidmat neneknya untuk mendapatkan ilmu pengasih yang akan mendorong Adila tunduk kepada kehendaknya. Alias yang dirasuk kerinduan akhirnya telah menjadi sasau dan sanggup merayu kepada Bujei untuk mengharapkan simpati serta pengertian daripada Bujei supaya memujuk Adila menerima dirinya. Akhirnya, Alias sendiri terpaksa mendapatkan khidmat daripada dukun yang sama dalam usaha untuk memulihkannya. Orang kampung pula kini telah melihat perubahan diri Bujei yang menjadi manusia normal berbanding Alias yang kini telah mengambil alih tempat Bujei. Sebelum pulang ke kota, Adila telah meluahkan isi hatinya kepada Sidang Saman dan isterinya tentang keputusannya untuk menerima Hafiz sebagai pasangan hidupnya. Adila akhirnya terpaksa kembali ke kota kerana ditawarkan pekerjaan sebagai seorang pensyarah di salah sebuah universiti swasta.
BYE-BYE !