Anda di halaman 1dari 29

TUGAS B.

INDONESIA tentang periodisasi sastra


OLEH : ANDRIANI EKA WAHYUNI (02) LILIS ZUNIATI (16) LINDA SULISTIAN (17) NINA NURHAYATI (23) XII IPA A

SMA NEGERI 2 TUBAN TH. AJARAN 2011-2012 JL. Dr. Wahidin Sudiro Husodo no. 869

ANGKATAN 20AN (ANGKATAN BALAI PUSTAKA)


CIRI-CIRI :
Pengarangnya masih menggunakan bentuk-bentuk puisi lama Puisi barat mulai digunakan oleh penyair-penyair muda seperti Muh. Yamiin Bentuk roman yang paling dominan temanya perlawanan atau perjuangan terhadap adat lama misalnya kawin paksa. Karya-karya pada periode tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai pustaka sehingga disebut angkatan Balai pustaka

KARYA-KARYA PENTING
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Kabah), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdulah Muis (roman Salah Asuhan), M. Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk). M. Yamin (Indonesia Tumpah Darahku )

8.

Contoh karya angkatan 20an


Muhammad Yamin (dari Angkatan Balai Pustaka) INDONESIA TUMPAH DARAHKU Bersatu kita teguh Bercerai kita runtuh Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung-gunung bagus rupanya Dilingkari air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya Lihatlah kelapa melambai-lambai Berdesir bunyinya sesayup sampai Tumbuh di pantai bercerai-cerai Memagar daratan aman kelihatan Dengarlah ombak datang berlagu Mengejar bumi ayah dan ibu Indonesia namanya. Tanah airku Tanahku bercerai seberang-menyeberang Merapung di air, malam dan siang Sebagai telaga dihiasi kiambang Sejak malam diberi kelam Sampai purnama terang-benderang Di sanalah bangsaku gerangan menompang Selama berteduh di alam nan lapang Tumpah darah Nusa India Dalam hatiku selalu mulia Dijunjung tinggi atas kepala Semenjak diri lahir ke bumi Sampai bercerai badan dan nyawa Karena kita sedarah-sebangsa Bertanah air di Indonesia Sumber: Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

ANGKATAN 30AN (ANGKATAN PUJANGGA BARU)


CIRI-CIRI:
1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, 2) temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan 80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

KARYA-KARYA PENTING
1. STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung Padam), 2. Armin Pane (novel Belenggu), 3. Sanusi Pane (drama Manusia Baru), 4. Rustan Efendi (drama Bebasari), dan 5. Y.E.Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam).

CONTOH KARYA ANGKATAN 30AN


PERASAAN SENI Y.E.Tatengkeng bagaikan banjir gulung gemulung, bagaikan topan seruh menderu, demikian rasa, datang semasa, mengalir, menimbun, mendesak, mengepung, memenuhi sukma, menawan tubuh. serasa manis sejuknya embun, selagu merdu dersiknya angin, demikian rasa, datang semasa, membisik, mengajak, aku berpantun, mendayung jiwa ke tempat di ingin. jika kau datang sekuat raksasa, atau kau menjelma secantik juita, kusedia hati, akan berbakti, dalam tubuh kau berkuasa, dalam dada kau bertahta! ( Rindu Dendam, 1934 )

ANGKATAN 45AN (ANGKATAN CHAIRIL ANWAR)

CIRI-CIRI : Bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, Prosanya bercorak realisme, Puisinya bercorak ekspresionisme, Tema dan setting yang menonjol adalah revolusi, Lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, Jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.

KARYA PENTING
Chairil Anwar
Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949)

Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar


Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan

Achdiat K. Mihardja
Atheis (1949)

Trisno Sumardjo
Katahati dan Perbuatan (1952)

CONTOH KARYA ANGKATAN 45AN


MANTERA Oleh Asrul Sani Raja dari batu hitam, Di balik rimba kelam Naga malam, Mari kemari ! Aku laksamana dari lautan menghentam malam hari Aku panglima dari segala burung rajawali Aku tutup segala kota, aku sebar segala api, Aku jadikan belantara, jadi hutan mati. Pitam dan kelam punya aku Raja dari batu hitam, Di balik rimba kelam, Naga malam, Mari kemari ! Jaga segala gadis berhias diri, Biar mereka pesta dan menari Meningkah rebana Aku akan berbyanyi, Engkau akan terima cintaku. Siapa bercinta dengan aku, Akan bercinta dengan tiada akhir hari. Raja dari batu hitam, di balik rimba kelam, Naga malam, Mari kemari, Mari kemari, Mati !

Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa, Budak-budak tidur di pangkuan bunda Siapa kenal daku, akan kenal bahagia Tiada takut pada pitam, Tiada takut pada kelam

ANGKATAN 66
CIRI-CIRI : Tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa. Lahir bersamaan dengan kondisi politik di Indonesia yang telah mengalami kekacauan karena adanya PKI Karya-karyanya lebih banyak protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintahan pada masa ini

KARYA-KARYA PENTING
Sutardji Calzoum Bachri O Amuk Kapak Goenawan Mohamad Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (kumpulan esai) Misalkan Kita di Sarajevo Umar Kayam Seribu Kunang-kunang di Manhattan Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek) Jalan Menikung Danarto Godlob Adam Makrifat Putu Wijaya Aduh (drama) Edan (drama)

CONTOH KARYA ANGKATAN 66


Puisi O oleh Sutardji Calzoum Bachri dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O..

ANGKATAN 70AN
CIRI-CIRI : Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, Merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas.

KARYA-KARYA PENTING
Abdul Hadi WM
Meditasi(1976) Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur(1975) Tergantung Pada Angin (1977)

Goenawan Mohamad
Interlude (1971) Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)

CONTOH KARYA 70AN


JURANG

Di kerajaan nenek moyangku aku tak tahu Aku menyerupai kota yang mana

aku sudah lelah membuka mata dan tetap saja buta matahari bersembunyi di bagaian barat otakku dan hanya bersinar di belahan bumi yang sama

Kadang ayahku menyerupai Jakarta yang tua Ingin membangun, ingin membangun, ingin membangun Tak henti-hentinya Sedang aku ingin tidur sepuas-puasnya

1975, Abdul Hadi. W.M [Meditasi]

ANGKATAN 80AN
1. 2. 3.

4. 5.

6. 7.

CIRI-CIRI : mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme. Puisi bercorak spiritual religius. Novel mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya. Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya. Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi. Terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.

KARYA-KARYA PENTING
Ahmadun Yosi Herfanda o Ladang Hijau (1980) Y.B Mangunwijaya o Burung-burung Manyar (1981) Darman Moenir o Bako (1983) o Dendang (1988) Budi Darma o Olenka (1983) o Rafilus (1988) Sindhunata o Anak Bajang Menggiring Angin (1984) Arswendo Atmowiloto o Canting (1986) o Airlangga (1985)

CONTOH KARYA ANGKATAN80AN


NOVEL BURUNG BURUNG MANYAR Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu. Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor). Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu. Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.

Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya. Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku. Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri. Karakteristik karya sastra Drama Naga Bonar yang dibintangi oleh Dedi Mizwar ini cenderung mengarah kearah perjuangan atau bersifat Nasionalisme. Dalam drama ini dikisahkan seorang pencopet yaitu Naga Bonar yang menjadi jendral yang membela daerahnya dari penjajahan Inggris.Drama ini lebih banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan nasional dalam membela tanah airnya.Meskipun dalam drama ini banyak terdapat komedi atau cerita lucu tetapi cerita lucu disini mendidik tidak seperti cerita-cerita komedi sekarang ini yang membubuhi ceritanya dengan adegan promo.

Drama Naga Bonar ini menggunakan dialek batak karena setting cerita ini berada di Sumatra.Jadi logat serta kebiasaan dan kebudayaan yang banyak ditonjolkan dalam drama ini adalah kebudayaan batak.Yang cara berbicaranya keras berbeda dengan orang jawa. Karakteristik novel Kubah karya Imam Tohari ini memuat kritik sosial dan politik. Novel ini dibuat untuk mengkritik kebobrokan pemerintahan orde baru penuh dengan makar di mana-mana. Novel ini menceritakan Karman, seorang bekas tahanan politik akibat makar di tahun 1965. Penyebabnya adalah kekecewaan atas penolakan pinangan atas Rifah. Ia terjerumus ke aliran Marxisme yang notabene atheis. Berhari-hari ia dikejar polisi, sampai akhirnya ia tertangkap. Selama dua belas tahun ia terisolasi dari dunia luar. Keluar dari tahanan, ia berusaha merubah paradigma masyarakat Pegaten dengan membuat kubah masjid di sana. Puisi Putih, Putih, Putih adalah puisi yang bertema religius (keagamaan). Larik Putih, Putih, Putih adalah simbol kesucian yang mengacu pada warna jilbab kaum muslimah.

Penyair menyebutkan kata-kata Padang Mashyar / padang penantian di depan pintu gerbang janji keabadian, untuk mengajak kita merenungkan bahwa semua manusia akan berkumpul di Padang Mshyar setelah hari kiamat untuk menjalani pengadilan.Semua tampak Putih, Putih, Putih yang bisa mengacu pada arwah yang berkumpul di padang itu. Di padang Mashyar itu, penyair membayangkan seribu jilbab, bahkan bermilyarmilyar jilbab. Padang itu menjadi lautan putih dan lautan cinta kasih. Penyair membayangkan seolah-olah seribu galaksi / hamparan jiwa suci / bersujud / Putih, Putih, Putih. Dalam suasana hening penyair membayangkan alam raya / jagat segala jagat / bintang-bintang dan ruan kosong / mendengarkan panggilan itu. Panggilan yang disebut oleh penyair adalah panggilan dari Tuhan di Padang mashyar dengan suara yang didengar oleh telinga seratus abad. Tuhan bersabda Wahai jiwa bening / wahai muthmainah / kembalilah pada Tuhanmu / Masuklah ke pihak-Ku / Masuklah sorgaku / Wahai telaga /yang bening / hingga tiada. Manusia yang suci dan Mutmainah berhak atas sorga dalam keabadian

ANGKATAN REFORMASI
CIRI-CIRI Maraknya karya-karya sastra,puisi,cerpen dan novel yang bertema sosialpolitik Dibukanya rubrik sajaksajak peduli bangsa(reformasi)

KARYA-KARYA PENTING
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi Widji Thukul
Puisi Pelo Darman

CONTOH KARYA ANGKATAN REFORMASI


Peringatan Oleh Widji Thukul jika rakyat pergi ketika penguasa pidato kita harus hati-hati barangkali mereka putus asa kalau rakyat sembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri penguasa harus waspada dan belajar mendengar bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya ada satu kata: lawan!

ANGKATAN 2000
CIRI-CIRI 1. Karya-karyanya cenderung berani dan vulgar 2. Gaya penulisannya lebih terbuka dan membuat pengarangnya menonjol daripada pengarangpengarang lain 3. Pada masa ini banyak bermunculan fiksi-fiksi islami yang bahasanya santun dan bersih dari citraan-citraan yang erotis dan vulgar

CONTOH KARYA ANGKATAN 2000


Sinopsis novel sutera dalam lukisan Karya: Abdul Talib Hassan Novel ini memaparkan kisah seorang pemuda yang mengalami konflik jiwa akibat kematian ibunya yang telah dibunuh oleh bapa tirinya. Kenangan pahit itu telah menjadikan Bujei atau nama sebenarnya Mohamad Hafiz, akhirnya telah menjadi sasau akibat sering menjadi cemuhan, dipandang hina, dipermain dan diperbudakkan oleh masyarakat kampung malah bapa tirinya, Harun juga sering menyeksanya malah telah cuba mengambil peluang untuk merampas hak milik Bujei yang ditinggalkan oleh arwah ibunya.Hidupnya keseorangan dan menanti permata hati untuk menerangi semula sinar hidupnya. Kehadiran Adila telah mengubah segala-galanya dan Bujei mulai merasai erti sebuah kehidupan. Namun banyak ranjau duri yang terpaksa diharunginya untuk meneruskan hubungan persahabatan bersama Adila. Alias yang turut menyimpan perasaan terhadap Adila terus menyimpan dendam terhadap Bujei dan Adila. Satu demi satu rancangan jahat diatur dalam usaha untuk memiliki Adila.

Bujei diperdaya hingga akhirnya dia mempercayai Adila akan mengahwini Alias malah Adila turut difitnah menghidap penyakit AIDS kerana pernah menuntut di luar negara. Dendam yang kian membara menyebabkan Alias meminta khidmat neneknya untuk mendapatkan ilmu pengasih yang akan mendorong Adila tunduk kepada kehendaknya. Alias yang dirasuk kerinduan akhirnya telah menjadi sasau dan sanggup merayu kepada Bujei untuk mengharapkan simpati serta pengertian daripada Bujei supaya memujuk Adila menerima dirinya. Akhirnya, Alias sendiri terpaksa mendapatkan khidmat daripada dukun yang sama dalam usaha untuk memulihkannya. Orang kampung pula kini telah melihat perubahan diri Bujei yang menjadi manusia normal berbanding Alias yang kini telah mengambil alih tempat Bujei. Sebelum pulang ke kota, Adila telah meluahkan isi hatinya kepada Sidang Saman dan isterinya tentang keputusannya untuk menerima Hafiz sebagai pasangan hidupnya. Adila akhirnya terpaksa kembali ke kota kerana ditawarkan pekerjaan sebagai seorang pensyarah di salah sebuah universiti swasta.

BYE-BYE !

Anda mungkin juga menyukai