Anda di halaman 1dari 27

ANGKATAN ‘45

Kevin Aditya Nugratama


Yehezkiel Rizky Pratama
Muhammad Sultan Agung
x

SEJARAH
S
BENTUK KARYA SASTRA
A
S ALIRAN
T
KARAKTERISTIK R
A
CIRI-CIRI PUISI
W
CIRI-CIRI PROSA A
N
NAMA-NAMA LAIN
SEJARAH ANGKATAN ‘45
Istilah angkatan ‘45 adalah sebuah nama bagi angkatan setelah mulai
pudarnya eksistensi periode Pujangga Baru. Istilah angkatan ‘45 sendiri secara
lugas baru digunakan pertama kali oleh Rosihan Anwar dalam majalah Siasat
yang diterbitkan pada 9 Januari 1949. Pradopo menyebutkan bila angkatan ‘45
dimulai dari tahun 1940 dan berakhir tahun 1955. Konsepsi angkatan ’45
tertuang dalam Surat Kepercayaan Gelanggang yang menjadi pandangan
pokok para pengarang angkatan ’45. Waluyo mengemukakan tiga pokok
pikiran yang terkandung dalam Surat Kepercayaan Gelanggang itu, yaitu:
a.Bahwa para sastrawan merupakan ahli waris yang sah dari kebudayaan
dunia;
b.Ciri keindonesiaan tidak ditandai oleh wujud fisik, tetapi terlebih oleh
ungkapan jiwa, kebudayaan Indonesia terjadi oleh pengaruh dari luar dan
perkembangan dari dalam. Jadi tidak usah menyebut keaslian yang
mempersempit ukuran dan nilai;
c.Revolusi adalah penempatan nilai baru atas nilai lama yang usang.
BENTUK KARYA SASTRA
ANGKATAN ‘45
Angkatan 45 dipengaruhi oleh pujangga-pujangga dunia seperti Rusia,
Italia, Perancis, Belanda, Amerika dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk
karya Angkatan ‘45, yaitu sebagai berikut :
1. Sajak, pada Angkatan ‘45 dan sesudahnya berisi akibat dari perperangan
dan perjuangan gerilya;
2. Novel, pada Angkatan ‘45 novel lebih banyak dihasilkan dari pada roman;
3. Drama, setalah perang kemerdekaan, drama dibuka oleh El-Hakim dan
Idrus, serta diberi bentuk selanjutnya oleh Usman Ismail, Armijn Pane, dan
Rustandi Kartakusuma;
4. Cerpen, isinya menggambarkan peri kehidupan manusia.
ALIRAN SASTRA
ANGKATAN ‘45
Ekspresionisme merupakan aliran seni yang berkembang setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Ekspresionisme yang mendasari Sastra Angkatan ‘45 sebenarnya sudah
berkembang lama di Eropa (penghujung abad ke-19) seperti Baudelaire, Rimbaud, Mallarme
(Prancis), F.G. Lorca (Spanyol), G. Ungaretti (Italia), T.S Eliot (Inggris), G.Benn (Jerman), dan
H. Marsman (Belanda).
Aliran ekspresionisme timbul sebagai reaksi terhadap aliran impresionisme. Dalam sastra
Indonesia, Pujangga Baru bersifat impresionistik dan Angkatan ‘45 mereaksinya dengan
aliran ekspresionistik.
Penyair ekspresionis tidak ditentukan oleh alam, justru penyairlah yang menentukan
gambaran alam. Kritikus pertama yang dapat memahami sajak-sajak Chairil Anwar ialah HB
Yassin. Kritikus ini pulalah yang membela dan menjelaskan karya-karya Chairil yang bersifat
ekspresionis itu.
Berbeda dengan Pujangga Baru yang beraliran romantik impresionistik sehingga
melahirkan sajak-sajak yang harmonis, Angkatan ‘45 melahirkan sajak-sajak yang penuh
kegelisahan, pemberontakan, agresif dan penuh kejutan. Vitalisme dan individualisme
melahirkan sajak-sajak penuh pertentangan semacam itu.
KARAKTERISTIK KARYA
SASTRA ANGKATAN ‘45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya
sastrawan angkatan ‘45. Pelopor puisi angkatan ‘45 ialah Chairil Anwar.
Sedangkan pelopor prosa angkatan ‘45 adalah Idrus. Menurut Ambary,
pandangan penulis dalam bentuk-bentuk karangan lebih bebas dari angkatan
Pujangga Baru, sedangkan dalam isi, angkatan ‘45 bercorak realistis.
1. Bahasanya lugas, hidup dan berjiwa serta bernilai sastra.
2. Sastrawannya lebih berjiwa patriotik.
3. Bergaya ekspresi dan revolusioner (H.B.Yassin).
4. Bertujuan universal nasionalis.
5. Bersifat praktis.
6. Sikap sastrawannya “tidak berteriak tetapi melaksanakan”.
CIRI-CIRI PUISI ANGKATAN
‘45
1. Puisi adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris, dan persajakan;
2. Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionalisme dan realisme;
3. Diksinya mengemukakan pengalaman batin yang mendalam dan mengungkapkan intensitas
arti. Katanya adalah bahasa sehari-hari sesuai dengan realisme;
4. Gaya bahasa metafora dan metafolik banyak dipergunakan. Kata-kata, frasa, dan kalimat
bermata ganda menyebabkan tafsiran ganda bagi pembaca;
5. Gaya sajaknya prismatis, hubungan baris dan kalimat-kalimatnya bersifat implisit;
6. Gaya pernyataan pikiran berkembang dan hal ini kelak berkembang menjadi sloganis;
7. Gaya ironi dan sinisme banyak kita jumpai dalam puisi-puisi periode ini.

Pada Angkatan 45, benar-benar terjadi revolusi dalam puisi. Ikatan puisi lama sudah
ditinggalkan. Pada Angkatan 45 yang dipentingkan adalah makna atau bentuk batin puisi, ikatan
bentuk fisik npuisi tidak dominan lagi. Kepadatan puisi di masa Angkatan 45 ini dipandang kurang
memuaskan. Puisi-puisi yang mementingkan isi dirasa kurang hiasan dan terlalu kering.
CIRI-CIRI PROSA
ANGKATAN ’45
1. Banyak alur sorot balik, meskipun ada juga alur lurus.
2. Sisipan-sisipan cerita dihindari, sehingga alurnya padat.
3. Penokohan secara analisis fisik nggak dipentingkan, yang ditonjolkan analisis
kejiwaan, tetapi nggak dengan analisis langsung, melainkan dengan cara dramatik.
4. Mengangkat masalah kemasyarakatan, seperti kesengsaraan kehidupan,
kemiskinan, ketidakadilan dalam masyarakat, perbedaan kaya dan miskin,
eksploitasi manusia oleh manusia.
5. Mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal. Misalnya, masalah
kesengsaraan karena perang, tidak adanya perikemanusiaan dalam perang,
pelanggaran hak asasi manusia, ketakutan-ketakutan manusia, impian perdamaian,
dan ketenteraman hidup.
6. Manyajikan pandangan hidup dan pikiran-pikiran pribadi untuk memecahkan
sesuatu masalah.
7. Latar cerita pada umumnya latar peperangan, terutama perang kemerdekaan
melawan Belanda, meskipun ada juga latar perang menentang Jepang. Selain itu,
ada juga latar kehidupan masyarakat sehari-hari.
NAMA-NAMA LAIN UNTUK
ANGKATAN ‘45
1. Angkatan Kemerdekaan
2. Angkatan Chairil Anwar
3. Angkatan Perang
4. Angkatan Sesudah Perang
5. Angkatan Sesudah Pujangga Baru
6. Angkatan Pembebasan
7. Generasi Gelanggang
SASTRAWAN PADA ANGKATAN ‘45
CHAIRIL ANWAR
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April
1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku),
adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.
Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45
sekaligus puisi modern Indonesia.
Puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme,
dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi. Karya sastra yang di terbitkan :
• Deru Campur Debu (1949)
• Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
• Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
• "Aku Ini Binatang Jalang :koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata
penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
• Derai-derai Cemara (1998)
• Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
• Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck
ASRUL SANI
Asrul Sani (lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926 – meninggal di Jakarta, 11 Januari
2004 pada umur 77 tahun) adalah seorang sastrawan dan sutradara film ternama asal
Indonesia. Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan
’45. Tahun 2000 Asrul menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Pemerintah RI.

Karya Sastra : Karya Film :


1. Tiga Menguak Takdir (kumpulan 1. Titian Serambut Dibelah
sajak bersama Chairil Anwar dan Tudjuh, 1959
Rivai Avin, 1950) 2. Pagar Kawat Berduri (1963)
2. Dari Suatu Masa dari Suatu 3. Apa Jang Kau Tjari, Palupi?
Tempat (kumpulan cerpen, 1972) (1970)
3. Mantera (kumpulan sajak, 1975) 4. Jembatan Merah (1973)
4. Mahkamah (drama, 1988) 5. Salah Asuhan (1974)
5. Jenderal Nagabonar (skenario 6. Bulan di Atas Kuburan
film, 1988) (1976)
6. Surat-Surat Kepercayaan 7. Kemelut Hidup (1978)
(kumpulan esai, 1997) 8. Di Bawah Lindungan Ka'bah
(1981)
IDRUS
Abdullah Idrus (lahir di Padang, Sumatera Barat, 21 September 1921 – meninggal di
Padang, Sumatera Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun) adalah seorang sastrawan
Indonesia. Perkenalan Idrus dengan dunia sastra sudah dimulainya sejak duduk di bangku
sekolah, terutama ketika di bangku sekolah menengah. Ia sangat rajin membaca karya-
karya roman dan novel Eropa yang dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah
menghasilkan cerpen pada masa itu.

Karya Novel Karya Cerita pendek


• Aki (1949) • Anak Buta
• Corat-Coret di Bawah • Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Tanah Roma (1948)
• Dengan Mata Terbuka • Karya Drama
• Hati Nurani Manusia • Dokter Bisma
• Hikayat Petualang Lima • Jibaku Aceh
• Hikayat Putri Penelope • Kejahatan Membalas Dendam
• Perempuan dan • Keluarga Surono
Kebangsaan
• Surabaya
ACHDIAT K. MIHARDJA
Achdiat Karta Mihardja (lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911 – meninggal di Canberra, Australia,
8 Juli 2010 pada umur 99 tahun), yang lebih dikenal dengan nama pena singkatnya Achdiat K. Mihardja,
adalah seorang sastrawan dan penulis Indonesia. Kumpulan cerpennya, Keretakan dan Ketegangan (1956)
mendapat Penghargaan Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya, Atheis (1949) memperoleh Penghargaan
Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J. Maguire menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972)
dan Sjumandjaja mengangkatnya pula ke layar lebar pada tahun 1974 dengan judul yang sama, yaitu
Atheis.

Karya sastra :
1. Polemik Kebudayaan (editor, 1948)
2. Atheis (novel, 1949) - diangkat ke film layar lebar dengan
judul yang sama tahun 1974
3. Bentrokan Dalam Asrama (drama, 1952)
4. Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen, 1956)
5. Kesan dan Kenangan (1960)
6. Debu Cinta Berterbangan (novel, Singapura, 1973)
7. Belitan Nasib (kumpulan cerpen, 1975)
8. Pembunuhan dan Anjing Hitam (kumpulan cerpen, 1975)
9. Pak Dullah in Extrimis (drama, 1977)
10.Si Kabayan, Manusia Lucu (1997)
11.Si Kabayan Nongol di Zaman Jepang
12.Manifesto Khalifatullah (novel, 2006)
TRISNO SUMARDJO
Trisno Sumardjo adalah seorang Budayawan, sastrawan dan pelukis, ia dikelompokkan ke dalam Sastrawan
Angkatan 45. Disamping sebagai pengarang dan pelukis, ia dikenal sebagai penerjemah. Diantaranya
adalah beberapa Drama William Shakespeare yang sudah diindonesiakannya. Trisno Sumardjo, bersama-
sama dengan H.B. Jassin, mendapatkan Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia
bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1969. Penghargaan ini
diberikan kepada Trisno Sumardjo atas jasa-jasanya dalam mengembangkan kebudayaan Indonesia.

Karya Puisi Karya Cerpen


Silhuet (kumpulan). Jakarta: Yayasan • Katahati dan Perbuatan, kumpulan cerpen,
UNIK 1965. drama, dan sajak, Balai Pustaka, 1952.
Kata Hati dan Perbuatan. Jakarta: Balai • Rumah Raja (kumpulan). Jakarta:
Pustaka, 1952. Pembangunan, 1957.
• Daun Kering. Jakarta: Balai Pustaka, 1962.
• Penghuni Pohon. Jakarta: Balai Pustaka
Karya Drama 1963.
Tjita Teruna. Jakarta: Balai Pustaka, • Keranda Ibu. Jakarta: Balai Pustaka, 1963.
1953 • Wajah-wajah yang Berubah. Jakarta: Balai
Pustaka, 1968.
• Pak Iman Intelek Istmewa.
UTUY TATANG SONTANI
Utuy Tatang Sontani (lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 – meninggal di Moskwa, 17 September 1979
pada umur 59 tahun) seorang penulis sastra drama, cerpenis, dan novelis Indonesia, ia
dikelompokkan ke dalam Sastrawan Angkatan 45 terkemuka. Utuy menulis karyanya dalam
bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.
Karya sastra
• Tambera (1948)
• Orang-orang Sial: sekumpulan tjerita tahun 1948-1950 (1951)
• Selamat Djalan Anak Kufur (1956)
• Si Kampeng (1964)
• Si Sapar: sebuah novelette tentang kehidupan penarik betjak di Djakarta (1964)
• Kolot Kolotok
• Di bawah langit tak berbintang (2001)
• Menuju Kamar Durhaka - kumpulan cerpen (2002)
Selain ke dalam bahasa Rusia dan Estonia, karya-karya Utuy juga diterjemahkan ke dalam bahasa-
bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, Mandarin, Tagalog, dll.
Pada masa Orde Baru, sama seperti para penulis yang mendapatkan stigma komunis, karya-karya
Utuy dilarang beredar oleh pemerintah.

Drama:
• Suling (1948)
• Bunga Rumah Makan: pertundjukan watak dalam satu babak (1948)
• Awal dan Mira: drama satu babak (1952)
• Sajang Ada Orang Lain (1954)
• Di Langit Ada Bintang (1955)
• Sang Kuriang: opera dua babak (1955)
• Si Kabajan: komedi dua babak (1959)
• Tak Pernah Mendjadi Tua (1963)
• Manusia Kota: empat buah drama (1961)
• Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
SUMAN HS.
Soeman Hasibuan (EYD: Suman Hasibuan; 1904 – 8 Mei 1999) (lahir 1904, Bengkalis, Riau ;
Meninggal 8 Mei 1999, Pekanbaru, Riau), yang lebih dikenal dengan nama pena-nya
Soeman Hs, adalah seorang pengarang Indonesia yang diakui karena mempelopori
penulisan cerita pendek dan fiksi detektif dalam sastra nega Sebagai seorang pengarang,
Soeman menulis cerita-cerita yang bertemakan suspens dan humor, menggambarkan fiksi
detektif dan petualangan Barat serta sastra Melayu klasik.ra tersebut.

Karya-karyanya:
• “Kasih tak terlerai” (novel, Balai Pustaka 1929)
• “Percobaan Setia” (novel, Balai Pustaka, 1931)
• “Mencari Pencuri Anak Per4wa4n” (novel, Balai Pustaka 1932)
• “Kawan Bergelut” (kumpulan cerpen, Balai Pustaka 1938)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai