Luthfi Naufan Yamin Muhammad Hamid Al Faqihi Nabila Lotus Amala Nur Muhammad Ichsan ALASAN NAMA Golongan ini diberi nama setelah proklamasi kemerdekaan. Usul Rosihan Anwar untuk nama angkatan periode ini adalah Pujangga Angkatan ’45 yang segera mendapat dukungan publik opini. Sebelumnya disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka menulis dalam rubrik majalah Siasat yang diberi nama rubrik Gelanggang. LATAR BELAKANG Memiliki jiwa nasionalisme telah mendarah daging, karena itu suaranya lantang dan keras. Di zaman Jepang muncul sajak berjudul 1943 dari Chairil Anwar, prosa Radio Masyarakat dari Idrus, dan drama Citra dari Usmar Ismail. Pada tanggal 29 November 1946 di Jakarta didirikan Gelanggang oleh Chairil Anwar, Asrul Sani, Baharudin, dan Henk Ngantung. Orientasi Pujangga Angkatan ’45 masih ke Barat, namun dalam penyerapan kebudayaan Baratnya ini mengalami pemasakan dalam jiwa, sehingga lahir bentuk baru. Setelah Chairil Anwar meninggal (Jakarta, 28 April 1949, dikuburkan di Karet), Surat Kepercayaan Gelanggang baru diumumkan dalam warta sepekan SIASAT tanggal 23 Oktober 1950. Dokumen inilah yang dijadikan tempat berpaling untuk dasar segala konsepsi nilai hidup dan seni dari Angkatan ’45. ANGGARAN DASAR GELANGGANG Generasi Gelanggang terlahir dari pergolakan roh dan pikiran kita, yang sedang menciptakan manusia Indonesia yang hidup. Generasi yang harus mempertanggungjawabkan dengan sesungguhnya penjadian dari bangsa kita. Kita hendak melepaskan diri dari susunan lama yang telah mengakibatkan masyarakat lapuk dan kita berani menantang pandangan, sifat, dan anasir lama untuk menyalakan bara kekuatan baru. KARAKTERISTIK ANGKATAN 45 Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek, terpilih, padat berbobot. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih. Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam perjuangan keadilan dunia. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemanusiaan dan perdamaian dunia. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar. PERISTIWA PENTING Penjajahan Jepang (1942—1945) Proklamasi kemerdekaan (17 Agustus 1945) Agresi Militer Belanda I dan II (21 Juli 1949 dan 18 Desember 1948) Penyerahan kedaulatan RI (12 Desember 1949) Gebrakan Chairil Anwar dengan bahasa puisinya yang pendek, padat, berbobot, dan bernas dan struktur puisinya yang menyimpang dari pola sastra sebelumnya. Diumumkannya Surat Kepercayaan Gelanggang pada 23 Oktober 1950. RELEVANSI ANGKATAN ‘45 DENGAN SEKARANG Pada masa angkatan ’45, Chairil Anwar—si binatang jalang—walaupun melakukan suatu gebrakan dengan bahasanya yang singkat tetapi bernas itu telah melakukan beberapa kebohongan yang membuatnya dicap sebagai plagiator. Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis yang mengisahkan tentang kebobrokan seorang pemimpin. Relevansi karya sastra tersebut dengan kehidupan kita di masa kini adalah banyak pemimpin kita yang akhlaknya bobrok. Pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda yang terjadi antara sastrawan Angkatan tua (Angkatan sebelum ‘45) dengan Angkatan muda (Angkatan ‘45). Angkatan ’45 menginginkan sastra Indonesia menjadi bagian sastra dunia yang universal. Dalam kehidupan saat ini juga ditemukan pertentangan antara kaum tua dan kaum muda. Biasanya yang dipertentangkan adalah masalah budaya. PENULIS DAN KARYA SASTRANYA Chairil Anwar Kerikil Tajam (1949) Deru Campur Debu (1949) Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar Tiga Menguak Takdir (1950) Idrus Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948) Aki (1949) Perempuan dan Kebangsaan Achdiat K. Mihardja Atheis (1949) Trisno Sumardjo Katahati dan Perbuatan (1952) Utuy Tatang Sontani Suling(drama) (1948) Tambera (1949) Awal dan Mira (drama satu babak) (1962) Suman Hs. Kasih Ta' Terlarai (1961) Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957) Pertjobaan Setia (1940) Pramoedya Ananta Toer Ceritadari Blora (1963) Keluarga Gerilya (1951) Mochtar Lubis Harimau! Harimau! Tidak Ada Esok ADA YANG MAU DITANYAKAN ? TERIMA KASIH