Anda di halaman 1dari 4

Chairil Anwar, Sastrawan Pelopor Angkatan ‘45

Chairil Anwar (1922-1949) membawa nuansa baru bagi kesusastraan Indonesia, sajak-sajaknya
juga banyak menginspirasi orang-orang.

Chairil Anwar, “Si Binatang Jalang” (dalam karyanya berjudul Aku), dianggap sebagai pelopor
sastrawan Angkatan ‘45 dan berjasa terhadap pembaruan puisi-puisi Indonesia. Ia yang
menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid dan
kuat.

Chairil Anwar meninggal dalam usia muda dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum
Karet Bivak, Jakarta. Hari Puisi Nasional dirayakan bertepatan dengan peringatan hari wafatnya,
yaitu 28 April.

• Profil Singkat Chairil Anwar

Pada tanggal 22 Juli 1922, Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatra Utara. Sosoknya merupakan
penyair yang tidak lepas dari puisi Indonesia modern. Oleh sebab itu, Chairil menjadi pelopor
Angkatan ‘45 dalam sejarah sastra Indonesia.

Chairil Anwar merupakan anak tunggal dari pasangan Teoloes bin Haji Manan dan Saleha atau
biasa dipanggil Mak Leha. Kedua orang tuanya berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat.
Ayahnya adalah seorang mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau.

Ayah dan anak ini meninggal pada tahun yang sama. Toeloes ditembak oleh Belanda saat Aksi
Polisionil Belanda (Agresi Militer) yang terjadi pada tanggal 5 Januari 1949 di Rengat. Selang
tiga bulan setelah kematian ayahnya, tepatnya tanggal 28 April 1949, Chairil Anwar meninggal
karena sakit di Jakarta.

Chairil kecil sangat dekat dengan neneknya di Medan. Kedekatannya memberikan kesan dalam
hidup Chairil yang jarang berduka. Salah satu dukanya yang paling membekas mungkin adalah
ketika neneknya harus pergi untuk selamanya. Chairil mengabadikan perasaan duka tersebut
dalam sajaknya berjudul Nisan.

Nenek dan ibu adalah dua wanita yang paling Chairil puja. Sebagai tanda menemani nasib
ibunya, Chairil terbiasa menyebut ayahnya hanya dengan namanya (Toeloes). Di hadapan ibunya,
Chairil juga menghilangkan sisi dirinya yang liar. Chairil juga menyatakan cintanya terhadap ibu
dalam beberapa sajaknya.

Nisan

(Chairil Anwar)
untuk nenekanda

Bukan kematian benar menusuk kalbu

Keridlaanmu menerima segala tiba

Tak kutahu setinggi itu atas debu

Dan duka maha tuan bertahta

Oktober, 1942

•Pendidikan Chairil

Chairil Anwar hidup pada masa penjajahan Belanda, maka nama-nama tempat ia sekolah
menggunakan bahasa asing. Pendidikan sekolah dasar Chairil Anwar ditempuh di Hollands-
Inlandsche School (HIS), Medan. Untuk tingkat SMP Chairil Anwar bersekolah di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Pendidikannya di MULO Medan tidak tamat, Chairil hanya
sampai kelas satu.

Saat Chairil pindah ke Jakarta, ia melanjutkan sekolahnya di MULO Jakarta. Di Jakarta, ia hanya
melanjutkan pendidikannya sampai kelas dua. Setelah itu, Chairil belajar secara mandiri atau
autodidak.

Chairil sudah membaca buku-buku HBS (Hogere Burger-School) atau setara SMA, walaupun ia
masih mengenyam pendidikan di MULO. Chairil gemar mempelajari berbagai bahasa, ia belajar
bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Dari hasil mempelajari bahasa-bahasa itu,
ia dapat membaca dan mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dalam bahasa asing.

• Chairil Anwar dan Sutan Sjahrir

Chairil Anwar memiliki pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir. Chairil Anwar adalah keponakan
dari Sutan Sjahrir. Sjahrir menjadi gerbang bagi Chairil untuk mengenal sastra dunia. Chairil
banyak mengenal sastra dunia ketika tinggal di rumah Sjahrir. Di perpustakaan pribadi Sjahrir, ia
membaca koleksi buku sastra Belanda dan penyair Eropa, seperti Archibald MacLeish, H.
Marsman, J. Slauerhoff, dan Edgar du Perron.

Menurut Sjahrir, sastrawan harus mempelajari kehidupan rakyat dan mengenalnya lebih dekat.
Chairil terpengaruh dengan hal itu, lalu hidup di antara kaum intelektual dan rakyat jelata. Chairil
bergaul dengan tokoh-tokoh besar bangsa, hingga pegiat seni ternama. Chairil sering juga
bergaul dengan rakyat jelata dan mengikuti kegiatannya secara langsung. Hal ini dilakukan
untuk mengambil bahan, bahasa, dan inspirasi dalam menulis sajak-sajaknya.

Sutan Sjahrir merupakan pengagum filsafat Nietzsche, eksistensialisme, dan Barat. Dapat
dikatakan jika Sjahrir adalah mentor pertama Chairil dalam filsafat sebelum penyair Laurens
Koster Bohang (LK Bohang). Sajak dan pemikiran Chairil dipengaruhi oleh paham yang ia dapat.
Terdapat kemiripan dalam pemikiran Chairil dan Sjahrir, yaitu kebebasan individu.

Berada di kediaman Sjahrir merupakan berkah tersendiri bagi Chairil ketika hijrah ke Batavia
tahun 1941. Sjahrir sebagai tokoh politik sudah memiliki modal sosial dan intelektual yang baik.
Modal sosialnya adalah jaringan aktivis dan seniman, sedangkan modal intelektualnya adalah
pengetahuan Sjahrir dalam filsafat dan politik yang luas. Dengan begitu, Sjahrir secara langsung
dan tidak langsung juga memengaruhi Chairil dalam aktivitas politik, filsafat, dan kebangsaan.

Dengan akses sosial dari Sjahrir, Chairil dapat dengan mudah diterima oleh jaringan Sjahrir.
Kemudian, hal ini memudahkan Chairil untuk aktif dengan kalangan pemuda kemerdekaan di
markas pemuda Menteng 31, Prapatan 10, dan Cikini 71.

Pada zaman pendudukan Jepang, Jepang memiliki tujuan dalam propaganda dan kontrol politik.
Jepang melakukan penyegelan radio dan memutus semua siaran radio luar negeri. Kempeitai
telah menyiapkan hukuman mati bagi mereka yang kedapatan mendengarkan siaran luar negeri.
Jepang hanya membolehkan siaran radio Jepang di bawah pengawasan Nippon Hoso Kyokai.

Sjahrir mempunyai radio gelap bermerek Philips yang ia dapatkan dari Chairil. Radio itu dibeli
dari perempuan blaster Indo-Belanda yang sedang kesulitan ekonomi. Chairil membeli radio
tersebut seharga 125 gulden.

Sebelum tahun 1945, Sjahrir pernah memberikan modal kepada Chairil dan Des Alwi (anak
angkat Sjahrir) untuk usaha jual-beli barang bekas. Salah satu barang bekas yang dibeli adalah
radio tersebut. Sjahrir menggunakannya untuk memantau siaran BBC London atau VOA (Voice
of America). Jepang tidak mengetahui keberadaan radio itu karena Sjahrir menyembunyikannya
di dalam lemari di kamar tidurnya.

Pada 10 Agustus 1945, dari radio yang diberikan Chairil, Sjahrir mendapat berita penting, yaitu
tentang bom atom kedua di Nagasaki dan ultimatum dari sekutu yang menyatakan agar Jepang
segera menyerah. Mendengar berita tersebut, Sjahrir mamberi arahan kepada Chairil untuk
menginformasikan apa yang ia dapat kepada kalangan pemuda dan pergerakan lainnya.

Dalam buku Soebadio Sastrosatomo (1995), Chairil datang ke Komite Bahasa Indonesia di
Jalan Pegangsaan Timur No 23 pukul 10.00 WIB. Kemudian, Chairil menemui Soebadio untuk
menyampaikan pesan dari Sjahrir. Soebadio meneruskan pesan itu kepada yang lainnya dan
berujung pada peristiwa Rengasdengklok serta proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
• Perjalanan Karir dan Karya Chairil Anwar

Chairil Anwar merupakan sosok fenomenal, ia dikenal dengan puisi-puisinya. Selain menulis
puisi, ia juga tercatat memiliki kegiatan atau karier lainnya, antara lain: menerjemahkan karya-
karya asing ke dalam bahasa Indonesia; menjadi penyiar radio; menjadi redaktur Gema Suasana;
menjadi redaktur rubrik kebudayaan Siasat “Gelanggang”; mendirikan “Gelanggang Seniman
Merdeka”.

Pada tahun 1942, ketika berusia dua puluh tahun, Chairil Anwar memulai kariernya dengan
menciptakan sajak berjudul “Nisan”. Ia terus menulis hingga akhir hayat (1949). Pada tahun
1949, Chairil menulis enam buah sajak, yaitu “Mirat Muda”, “Chairil Muda”, “Buat Nyonya N”,
“Aku Berkisar Antara Mereka”, “Yang Terhempas dan Yang Luput”, “Derai-Derai Cemara”, dan
“Aku Berada Kembali”.

Selama rentang waktu enam setengah tahun dari 1942 sampai 1949, Chairil Anwar tercatat
telah menghasilkan karya yang jumlahnya sekitar 90-an. Gue tidak menemukan jumlah pastinya
karena perbedaan data yang ditemukan. Namun, dalam buku Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45
(HB Jassin, 1978 [cetakan IV]: 49), Chairil Anwar telah menulis 72 sajak asli (satu dalam bahasa
Belanda), 2 sajak saduran, 11 sajak terjemahan, 7 prosa asli (satu dalam bahasa Belanda), dan 4
prosa terjemahan. Dengan demikian, karya Chairil Anwar berjumlah 96 judul.

Anda mungkin juga menyukai