Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya
bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari
pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati
Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir,
Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu
memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak
ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan
terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda
menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan
sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada
ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya
Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil
Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa
kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu
persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya.
1962)
* Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New
York, New
Directions,
1963)
* "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby
[New Guinea]:
Papua
Verlag, 1978)
* The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh
Burton Raffel
(Athens,
1993)
(Djakarta, 1953)
* Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag:
Martinus Nijhoff,
1972).
* Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar"
(Ujung Pandang:
Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas
Sastra, Universitas
Hasanuddin, 1974)
* S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and
Chairil Anwar" (New
York,
1976)
Agung, 1983)
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Disusun Oleh :
Nama
Kelas
: IV Ibnu Hayan