Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra pada tahun 1942 yang
karya nya berjudul “Majalah Nisan”, pada saat itu dia baru berusia 20 tahun.
Puisi-puisinya beredar selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak
diterbitkan hingga tahun 1945.
Salah satu puisinya yang paling terkenal yaitu berjudul “Aku mau hidup
Seribu Tahun lagi!”. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya
“Gelanggang” dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman
Merdeka” (1946).
Chairil Anwar meninggal pada tanggal 28 April 1949 dalam usia yang
masih muda yaitu sebelum menginjak usia 27 tahun. Chairil Anwar meninggal
karena penyakit TBC. Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet
Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya. Hari
meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Chairil Anwar memiliki banyak karya yang indah dan menjadi acuan bagi
para sastrawan masa kini. Selama Hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94
karya termasuk 70 puisi. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai
Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949. Salah satu bukti keabadian karyanya,
pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar masih dianugerahi penghargaan Dewan
Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk kategori seniman satra
Biografi Chairil Anwar
Orientasi:
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar
merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, berasal dari Taeh Baruah,
Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh,
Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Syahrir,
Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup
berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai.
Salah satu puisinya yang paling terkenal yaitu berjudul “Aku mau hidup
Seribu Tahun lagi!”. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya
“Gelanggang” dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman
Merdeka” (1946).
Chairil Anwar meninggal pada tanggal 28 April 1949 dalam usia yang
masih muda yaitu sebelum menginjak usia 27 tahun. Chairil Anwar meninggal
karena penyakit TBC Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet
Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya. Hari
meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Reorientasi:
Chairil Anwar memiliki banyak karya yang indah dan menjadi acuan bagi
para sastrawan masa kini. Selama Hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94
karya termasuk 70 puisi. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai
Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949. Salah satu bukti keabadian karyanya,
pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar masih dianugerahi penghargaan Dewan
Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk kategori seniman satra
Kepribadian Unggul Chairil Anwar
Selalu berusaha untuk menambah pengetahuan:
Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris,
bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan
membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M.
Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar
du Perron.