Chairil Anwar lahir di Medan pada tanggal 26 Juli 1922. Ia merupakan anak satu-satunya dari
pasangan Toeloes dan Saleha. keduanya orang tuanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota,
Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Sebagai anak tunggal,
orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tak mau
dimanja serta tidak ingin kehilangan apa pun, sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
Setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942 nama Chairil mulai terkenal
dalam dunia sastra, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk
pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk
dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat
Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Namun, ia tidak mudah menyerah. Ia terus berusaha
menyampaikan isi hatinya. Ia terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari
pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multiinterpretasi.
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi manusia untuk meraih
kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Melalui
karyanya ia mendukung perjuangan bangsa dan negaranya. Hal tersebut antara lain tercermin dari
sajaknya bertajuk “Kerawang–Bekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers”, karya
Archibal Macleish. Ia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang merefleksikan
dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan,
sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan.
Kata aku binatang jalang dalam sajak “Aku” diapresiasi sebagai dorongan hati rakyat Indonesia untuk
bebas merdeka. Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dalam puisi “Aku”) adalah
pelopor angkatan ’45 yang menciptakan tren baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat
lugas, solid, dan kuat. Oleh karena itu, Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan sebagai
pelopor puisi modern Indonesia.
Chairi telah tiada tetapi karya-karyanya telah menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan
bangsanya. Ia seoarng penyair legendaris Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin (digemari)
sepanjang zaman. Salah satu bukti kebadian karyanya, pada Jumat, 8 Juni 2007, Chairil Anwar masih
dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekas (DKB) Award 2007 untuk ketegori seniman sastra.