NIM : 223020202030
Matakuliah : Membaca Sastra
Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu
cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film
dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan
telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Di antaranya yaitu
mementaskan naskah Gerr (Geez), dan Aum (Roar) di Madison, Connecticut dan di
LaMaMa, New York City, dan pada tahun 1991 membawa Teater Mandiri dengan
pertunjukkan Yel keliling Amerika. Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan
skenario sinetron.
Cerita pendek karangannya kerap mengisi kolom pada Harian Kompas dan Sinar
Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison.
Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia
(FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai seorang penulis
fiksi yang produktif, sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak
diperbincangkan adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-
Tiba Malam, Sobat, dan Nyali. Sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Belanda, Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Arab, dan Thailand.
D. Penghargaan
Pemenang penulisan lakon Depsos (Yogyakarta)
Pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali
Pemenang penulisan novel IKAPI
Pemenang penulisan drama BPTNI
Pemenang penulisan drama Safari
Pemenang penulisan cerita film Deppen (1977)
Tiga kali pemenang sayembara penulisan novel DKJ
Empat kali pemenang sayembara penulisan lakon DKJ
Pemenang penulisan esei DKJ
Dua kali pemenang penulisan novel Femina
Dua kali pemenang penulisan cerpen Femina
Pemenang penulisan cerpen Kartini
Hadiah buku terbaik Depdikbud (Yel)
Pemenang sinetron komedi FSI (1995)
SEA Write Award 1980 di Bangkok
Pemenang penulisan esei Kompas
Anugerah Seni dari Menteri P&K, Dr Fuad Hasan (1991)
Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang
(1991-1992)
Anugerah Seni dari Gubernur Bali (1993)
Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan Presiden RI (2004)
Penghargaan Achmad Bakrie (2007)
Penghargaan Akademi Jakarta (2009) dsb.
E. Karya-Karya
Putu Wijaya telah menulis karya sastra dalam jumlah yang besar, baik dalam bentuk
drama, novel, cerpen, maupun puisi. Beberapa drama yang ditulis Putu Wijaya, antara
lain, (1) Lautan Bernyanyi, 1967, (2) Anu, 1974, (3) Aduh, 1975; (4) Dag Dig Dug, 1976,
(5) Edan, 1977, dan (6) Gerr, 1986. Kumpulan cerita pendek Putu Wijaya, seperti (1)
Bom, 1978, (2) Es, 1980, dan (3) Gres, 1982 juga dikenal secara luas. Kumpulan puisi
Putu Wijaya berjudul Dadaku adalah Perisaiku, terbit tahun 1974. Dia juga menulis
banyak novel yang mendapat sambutan luas. Novel-novel tersebut ialah (1) Bila Malam
Bertambah Malam, 1971, (2) Telegram, 1972, (3) Pabrik, 1976, (4) Stasiun, 1977, (5)
Ms, 1977, (6) Tak Cukup Sedih, 1977, (7) Ratu, 1977, (8) Sah, 1977, (9) Keok, 1978,
(10) Sobat, 1981, (11) Lho, 1982, (12) Nyali, 1983, (13) Pol, 1987, (14) Perang, 1995,
dan (15) Mala Tetralogi Dangdut (2008). Kumpulan cerpennya berjudul Klop (2010)
Sejak tahun 1990-an Putu bergiat juga dalam dunia perfilman. Dia mendirikan "Putu
Wijaya Mandiri Production", rumah produksi untuk pembuatan sinetron di televisi. Dia
telah menyutradarai 3 buah film untuk layar lebar, yaitu: "Cas-Cis-Cus, "Zig Zag", dan
"Plong". Untuk jenis sinetron, rumah produksinya telah menghasilkan "Dukun Palsu" (13
episode), "Pas" (52 episode), "None" (39 episode), "Warteg" (20 episode), dan "Jari-Jari
Cinta". Putu Wijaya mendapat beberapa penghargaan dan hadiah atas karya-karyanya.
Tahun 1967 naskah Putu Wijaya "Lautan Bernyanyi" mendapat hadiah ketiga dari Badan
Pembina Teater Nasional Indonesia dalam Sayembara Penulisan Lakon. Tahun 1980 ia
memperoleh Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) yang diselenggarakan di Bangkok,
Thailand atas karyanya Telegram dan tahun 2008 ia menerima Penghargaan Federasi
Teater Indonesia di Taman Ismail Marzuki.
F. Ciri khas penulisan karya
Ciri Khas Putu Wijaya dalam karya-karyanya salah satunya adalah absurditas. Cerita
absurd tergolong sulit diterima akal sehat. Hal-hal di luar nalar manusia kadang menjadi
santapan empuk bagi Putu. Boleh dikatakan, lewat keabsurdan itu Putu lebih mudah
menyampaikan pesan dalam ceritanya.
Karya Putu juga identik dengan kritik dan satir, Bukan cerita yang jadi poin utama
dalam setiap karya Putu, melainkan pesan yang hendak disampaikan. Cerita dalam karya
Putu bisa dikatakan hanya sebagai perantara pesan moral tersebut.
Ulasan beberapa cerpen karya Putu Wijaya.
A. Cerpen Valentine
Pada cerpen “Valentine” dijelaskan makna pada tokoh ibu yang menolak akan valentine
karena dianggap bukan budaya asli dari lingkungannya. Hal ini tentunya berkaitan
dengan zaman sekarang yang dimana para muda mudi cenderung banyak mengambil
budaya baru dari luar, hal ini juga yang menjadi permasalahan bagi umat beragama yang
tidak memperbolehkan budaya ini karena dianggap mengarah pada perzinaan dan
tindakan asusila lainnya.
Namun disisi lain cerpen ini juga berusaha menceritakan tentang pentingnya toleransi
yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tokoh Amat yang berusaha memberi tahu ibunya
tentang pentingnya menghargai kebudaayan orang lain meskipun kita tidak ikut
merayakannya, berikut adalah percakapan Amat dengan Ibunya.
“Kita ini masyarakat plural, jadi harus bisa hidup saling menghargai. Itu namanya
silahturahmi,”kata Amat.
Cerpen ini memuat banyak pesan moral diantaranya nilai toleransi, serta nilai
kemanusiaan. Cerpen ini tentunya layak dibaca untuk kalangan manapun guna
mengedukasi bagaimana sikap kita terhadap budaya baru.
B. Cerpen Suap
Dalam cerpen “Suap” mengandung makna yang sangat dalam, yang dimana cerpen ini
menggambarkan keadaan pada zaman dahulu, dimana kasus korupsi dan suap terjadi
dimana- mana. Karena perekonomian yang kurang stabil membuat seseorang terpaksa
menerima suap demi kepentingan pribadi.
Cerpen ini juga menggambarkan tentang kondisi yang terjadi saat ini di negara kita,
dimana maraknya korupsi yang dilakukan para pejabat serta kaum atas yang hanya
mementingkan kepentingan pribadi atas dasar demi memenuhi kebutuhan hidup. Kita
harusnya sadar bahwa kasus korupsi ini dapat menghambat perekonomian negara serta
memperparah kemiskinan.
Cerpen ini juga memberikan amanat yang sangat baik. Terdapat amanat secara implisit
bahwa kita harus menghindari suap karena suap merupakan perbuatan yang buruk dan
dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kita tidak boleh ragu-ragu dan harus berani
dalam mengambil keputusan. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki karena
masih banyak orang lain yang kurang beruntung daripada kita. Selain itu, juga terdapat
amanat secara eksplisit yaitu kalimat yang diucapkan oleh istri dari tokoh “saya” bahwa
“Jangan memaksakan sesuatu yang tidak baik, nanti tidak akan pernah baik”.