Anda di halaman 1dari 1

Putu Wijaya

I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau biasa dipanggil Putu Wijaya lahir di Puri Anom, Tabanan, Bali
pada tanggal 11 April 1944. Putu Wijaya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga
bersaudara seibu. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam
mendidik anak dan ibunya bernama Mekel Ermawati. Reni Jayusman merupakan istri perta Putu Wijaya,
yang kemudian kandas akibat perceraian. Setelah bercerai Putu Wijaya menikah dengan Dewi
Pramunawati dan dikaruniai seorang anak perempuan. bernama I Gusti Ngurah Taksu Wijaya.

Masa sekolah dari sekolah rakyat sampai sekolah atas diselesaikan di tempat kelahirannya.
Kemudian ia melanjutkan di fakultas hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ia dapat
menyelesaikan studinya pada tanggal 28 Juni 1969. Selain menempuh ilmu hukum di UGM, Putu Wijaya
juaga menimba ilmu di Akademi Seni Drama dan Film, Asdrafi, selama setahun, yaitu tahun 1964. Putu
juga pernah mengikuti mengikuti International Writing Programme, Iowa, AS pada tahun 1974.

Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai,
novel, dan juga penulis skenario film dan sinetron. Putu juga sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40
naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama.

Skenario film yang pernah ditulis Putu Wijaya antara lain : Perawan Desa (memperoleh Piala Citra
FFI 1980), Kembang Kertas (memperoleh Piala Citra FFI 1985), Ramadhan dan Ramona, Dokter
Karmila, Bayang-Bayang Kelabu, Anak-Anak Bangsa, Wolter Monginsidi, Sepasang Merpati, dan
Telegram.

Penulis skenario sinetron, beberapa diantaranya adalah : Keluarga Rahmat, Pas, None, Warung
Tegal, Dukun Palsu (komedi terbaik pada FSI 1995), Jari-Jari Cinta, Balada Dangdut, Dendam, Cerpen
Metropolitan, Plot, Klop, Melangkah di Atas Awan (penyutradaraan), Nostalgia, Api Cinta Antonio
Blanco, Tiada Kata Berpisah, Intrik, Pantang Menyerah, Sejuta Makna dalam Kata, dan Nona-Noni.

Karya drama diantaranya adalah : Dalam Cahaya Bulan (1966), Lautan Bernyanyi (1967), Bila
Malam Bertambah Malam (1970), Invalid (1974), Tak Sampai Tiga Bulan (1974), Anu (1974), Aduh
(1975), Dag-Dig-Dug (1976), Gerr (1986), dan lain-lain.

Karya novel diantaranya adalah : Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1972), Stasiun
(1977), Pabrik (1976), Keok (1978), Byar Pet (Pustaka Firdaus, 1995), Kroco (Pustaka Firdaus, 1995),
Dar Der Dor (Grasindo, 1996), Aus (Grasindo, 1996), dan lain-lain.

Karya cerpen diantaranya adalah : kumpulan cerpen Bom (1978), Es (1980, Gres (1982), Protes
(1994), Darah (1995), Yel (1995), Blok (1994), Zig Zag (1996), Tidak (1999), dan lain-lain. Karya
esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror
Mental, dan Bertolak dari yang Ada.

Ada yang menarik dari cerpen karya-karya Putu Wijaya ini. Lucu, lugas dan enak untuk dibaca.
Mungkin itu yang menjadi ciri khas cerpen Putu Wijaya. Setiap kalimat ditulis dengan gaya lugas dan
jumlah kata di dalam kalimatnya sedikit. Dengan kata lain, cerpen Putu Wijaya ini tidak berumit-rumit
dengan diksi yang membingungkan.

Anda mungkin juga menyukai