Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KARYA SASTRA SASTRAWAN ANGKATAN 2000-AN

Kelompok 10
Angela Ana Gita Permatasari (225030024)
Hanif Zulfani (225030025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
A. Pendahuluan

Pada tahun 2002, Korrie Layun melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan
Angkatan 2000. Kemudian diterbitkannya buku tentang Sastrawan Angkatan 2000 pada
tahun 2002 oleh Gramedia di Jakarta. Seratus lebih penyair dan kritikus sastra yang
dimasukkan Korrie Layun ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah
mulai menulis sejak tahun 1980-an.

B. Ciri-ciri karya sastra angkatan reformasi dan 2000-an

1. Tema sosial-politik, romantik, mewarnai tema karya sastra.

2. Pilihan kata diambil dari bahasa sehari-hari yang disebut bahasa


kerakyatjelataan.

3. Karya-karyanya profetik (keagamaan/ religius) dengan kecenderungan


menciptakan penggambaran yang lebih konkret melalui alam.

4. Kritik sosial juga muncul lebih keras.

5. Banyak muncul kaum perempuan.

6. Disebut sebagai angkatan modern.

7. Adanya sastra bertema gender, perkelaminan, seks, dan feminism.

8. Banyak muncul karya populer atau gampang dicerna, dipahami pembaca.

9. Revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi
konkre.

10. Penggunaan estetika baru yang disebut "antromofisme" (gaya bahasa berupa
penggantian tokoh manusia sebagai 'aku lirik' dengan benda-benda).

C. Kelebihan dan kekurangan sastrawan angkatan reformasi dan 2000-an

Berikut kelebihan karya sastra angkatan reformasi dan 2000-an, yaitu:

1. Munculnya Sastrawan wanita.

2. Kekuatan narasi yang lancar dan mengalir.

3. Banyak muncul karya sastra pembangun jiwa.


4. Banyak muncul media untuk menerbitkan karya sastra.

5. Adanya kebebasan untuk berpikir dan berekspresi dalam menciptakan karya


sastra.

6. Penggunaan tema yang bermacam-macam, seperti tema percintaan hingga


sosial politik.

7. Kejadian menarik yang inspiratif banyak digunakan pengarang dalam


menuliskan karyanya.

Kekurangan Karya Sastra Angkatan Reformasi dan 2000-an, yaitu:

1. Banyak munculnya perkelaminan yang cenderung dapat merusak masa depan


bangsa.

2. Adanya sastrawan muda dengan ekspresinya yang bergairah, berkarya dengan


bebas, dan tidak memperhatikan nilai moral yang ada di masyarakat.

3. Beberapa sastrawan cenderung sekuler dan feminis dalam menuliskan


karyanya.

D. Tokoh sastrawan dan karyanya


1. Andrea Hirata
Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun atau yang lebih dikenal Andrea
Hirata lahir di Belitung, Bangka Belitung, pada 24 Oktober 1976. Andrea Hirata
mendapat beasiswa program master di Universitas Sheffield Hallam, Britania
Raya. Meski pun mengambil jurusan Ekonomi dalam studinya, beliau juga
menggemari sains dan sangat menyenangi sastra. Andrea Hirata adalah salah
satu pengarang yang merevolusi sastra Indonesia. Karya-karya Andrea Hirata
antara lain:
a. Sang Pemimpi (novel, tahun 2006)
Novel keduanya yang menceritakan tentang kisah persahabatan antara
Ikal, Jimbron dan Arai yang kini tengah berada di bangku SMA di
Belitung. Kisah ini memfokuskan perjalanan ketiga sahabat itu sampai
mereka lulus hingga jenjang karier mereka kedepanya.
b. Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas (novel, tahun 2010)
Padang Bulan adalah buku yang berkisah tentang Enong, gadis kecil
yang ketika usia ke 14 harus kehilangan sosok seorang ayah dan
mengemban tugas sebagai anak pertama yang begitu berat. Enong harus
meninggalkan sekolahnya demi sekolah adik-adiknya dan mengambil
suatu pekerjaan yang hina, yaitu seorang pendulang timah.
c. Sebelas Patriot (novel. tahun 2011)
Novel Sebelas Patriot adalah buku yang di tulis oleh Andrea Hirata.
Buku ini menceritakan tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang
ayah, dan kegigihan dalam menggapai mimpi-mimpi. Novel ini
mengisahkan seorang anak yang bernama Ikal yang bermimpi untuk
menjadi pemain sepak bola dan menjadi kebanggaan ayahnya.
2. Wiji Thukul

Seorang penyair sekaligus aktivis anti-otoriter Orde Baru (Orba) lahir pada 26
Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah. Kini, Wiji Thukul dikenang sebagai simbol
perlawanan kepada penguasa rezim militeristik-otoritarian dan penegakan Hak
Asasi Manusia (HAM). Wiji Thukul adalah satu dari 13 aktivis, pemuda, dan
mahasiswa yang dihilangkan negara menjelang kejatuhan Soeharto. Hingga
kini, para keluarga korban menagih keadilan kepada pemerintah melalui Aksi
Kamisan. Adapun karyanya yaitu:

1) Peringatan

Dalam puisi ini Wiji Tukul menjelaskan bahwa banyak hal yang terjadi pada
pihak pemerintahan yang benar-benar merupakan sebuah ruang gelap bagi
negeri. Saat rakyat acuh dan tidak mendengar pemerintah, dan ketika
kebenaran tidak bisa diperoleh di mana pun. Kemelut itu akan membawa
Indonesia dalam keterpecah belahan, cerai-berai, dan tak memilki tujuan
bernegara lagi.

2) Puisi Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Memiliki makna bahwa sejatinya seseorang yang berilmu namun tidak


mengamalkan ilmunya dalam kebaikan itu tidak ada gunanya sama sekali
dan orang yang selalu membaca buku namun selalu bungkam dan tidak bisa
menegakkan kebenaran itu juga hanyalah sebuah kesia-siaan.
3. Pidi Baiq

Sejak tahun 2014, banyak orang sudah semakin mengenal sosok Pidi Baiq. ia
merupakan seniman dengan berbagai macam keahlian, seperti menulis novel
dan buku, menjadi ilustrator, musisi, penulis lagu, komikus, bahkan sempat
menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung.

Pidi Baiq lahir di Bandung, Jawa Barat pada 8 Juli 1972 dan saat ini sudah
berusia 49 tahun. Ia menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung
(ITB) dan menjalani studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) karena
memang fokusnya di bidang keilmuan terkait seni. Berikut adalah beberapa
karya terbaik Pidi Baiq:

1) Dilan 1990 (2014)

Novel “Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990” bercerita tentang kisah
cinta dua remaja Bandung pada tahun 90an. Berawal dari seorang siswa
bernama Dilan yang jatuh cinta dengan siswi pindahan dari SMA di Jakarta
bernama Milea. Dilan memiliki beragam cara untuk mendekati dan mencuri
perhatian Milea.

2) Dilan 1991 (2015)

Dilan 1991 merupakan sekuel kedua dari novel sebelumnya yang berjudul
Dilan 1990. Setting waktu pada film ini menceritakan kurun waktu yang
berselang satu tahun dari setting waktu pada novel pertamanya, yaitu di
tahun 1991 di kota Bandung. Novel ini juga masih menggunakan sudut
pandang yang sama seperti novel pendahulunya, yaitu menggunakan sudut
pandang Milea. Sepanjang novel, kamu akan mendengar narasi Milea dalam
menceritakan kisahnya bersama Dilan.

3) Milea, Suara Dari Dilan (2016)

Jika film sebelumnya mengambil dari sudut pandang Dilan, pada film ketiga
ini, akan lebih banyak menampilkan pandangan seorang Milea kepada
Dilan. Bagaimana ia mulai mengenalnya hingga akhirnya menjalin asamara.
4. Dewi Lestari
Dewi Lestari lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 20 Januari 1976. Dewi
menyelesaikan pendikannya di Universitas Katolik Parahyangan, Jurusan
Hubungan Internasional. Dahulu ia dikenal sebagai seorang penyanyi. Dewi
adalah salah seorang pengarang yang menyita perhatian dalam dunia sastra
ketika novel pertamanya, Supernova 1: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, laku
12.000 hanya dalam 35 hari. Beberapa novelnya telah diadaptasi dalam bentuk
film. Karya-karya Dewi Lestari antara lain:
1) Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001)
Buku ini menceritakan mengenai sepasang kekasih, Reuben dan Dimas,
yang berniat mewujudkan ikrar mereka menciptakan suatu karya fenomenal
pada hari jadi mereka yang kesepuluh. Mereka sepakat membuat sebuah
roman sains yang ide utamanya diambil dari sebuah dongeng anak-anak
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
2) Filosofi Kopi (2003)
Filosofi Kopi merupakan sebuah buku kumpulan prosa dan cerpen. Melalui
buku ini Dewi atau yang biasa dikenal Dee menceritakan tentang dua orang
lelaki yaitu Ben dan Jody yang membangun sebuah usaha kedai kopi mulai
dari nol.
3) Perahu Kertas (2009)
Perahu Kertas bercerita tentang Kugy, seorang gadis yang gemas berkhayal
dan menulis dongeng. Ia kerap kali membuat surat untuk Dewa Neptunus
dalam bentuk perahu kertas yang dihanyutkan ke danau atau laut. Kecintaan
Kugy terhadap dunia sastra membuatnya menempuh pendidikan sastra di
sebuah universitas di Kota Bandung.
5. Djenar Maesa Ayu
Djenar Maesa Ayu atau yang akrab disapa Nai adalah penulis yang berbakat.
Nai yang lahir di Jakarta tanggal 14 Januari 1973 berasal dari keluarga seniman.
Ayahnya, Syuman Djaya, adalah sutradara film dan ibunya, Tuti Kirana, adalah
aktris terkenal tahun 1970-an. Djenar memiliki dua orang anak, yaitu Banyu
Bening dan Btari Maharani.
Nai memulai menggeluti menulis dengan menemui sejumlah sastrawan yang
dijadikannya sebagai guru. Mereka itu adalah Budi Darma, Seno Gumira
Ajidarma, dan Sutardji Calzoum Bachri. Karya Nai banyak mendapat kritik dan
pujian karena kontroversi. Namun, baginya, hal itu tidak memengaruhi
kreativitasnya. Ia tetap menulis apa yang ingin diekspresikannya. Salah satu ciri
karyanya adalah temanya dunia perempuan dan seksualitas. Berikut karyanya
djenar maesa ayu yaitu:
1) Novel, Nayla (2005)
Nayla, seorang perempuan yang tidak mencari cinta namun kasih sayang.
Namun jangan pernah sekali pun mengira bahwa Nayla, mengemis akan hal
“kasih sayang” itu, terutama pada keluarga—Ibunya yang sudah lama jauh
dengan Nayla. Ia mencarinya sendiri, merangkak dari dunia kegelapan yang
satu kegelapan lain dan mencoba keluar untuk membuktikan kepada dunia,
Nayla bisa melakukan sesuatu. Seorang perempuan yang mencari mabuk.
Seorang perempuan yang sebenarnya sedang mabuk cinta tapi tidak mau
mengakuinya.

6. Fiersa Besari
Fiersa besari lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 03 maret 1984. Fiersa besari
menyelesaikan pendidikannya di STBA Yapardi ABA Bandung. Sumber:
Fiersa Besari adalah nama yang sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Ia
adalah seorang penulis buku, pencipta lagu, dan penyanyi.Ya, kecintaannya
pada dunia sastra mengantarkannya kepada karier yang ia tekuni pada saat ini.
Ia dikagumi oleh banyak kaum muda lantaran karyanya yang berbentuk tulisan
maupun lagu sangat indah dan mudah untuk dipahami maknanya.Ia tercatat
pernah merilis beberapa buku yang laris di pasaran yaitu:
1) Garis Waktu (2016)
Garis Waktu berkisah tentang permasalah mencintai dan mengikhlaskan
melalui tokoh “Aku”, dan “Kamu”. “Aku” adalah karakter seorang laki-laki
yang sudah jatuh cinta pada karakter “Kamu”, seorang perempuan. Di sisi
lain, sang wanita yaitu “Kamu” tidak kunjung menyadari perasaan cinta
yang dipendam oleh “Aku”.
2) Konspirasi Alam Semesta (2017)
Konspirasi Alam Semesta bercerita tentang Juang Astrajingga dan Ana
Tidae, dua manusia berbeda yang dipertemukan oleh semesta, lalu menjalin
cinta di tengah berbagai rintangan. Fiersa berujar bahwa melalui bukunya ia
ingin menyampaikan pesan sosial dan kemanusiaan.
3) Arah Langkah (2018)
Kisah dalam buku Arah Langkah karya Fiersa Besari ini merupakan catatan
perjalanannya saat berpetualang menyusuri daerah-daerah di Indonesia.
Bersama kedua temannya bernama Baduy dan Prem, ia pun nekat untuk
mewujudkan mimpinya menjelajahi Indonesia dengan cara yang tak bisa
dijangkau oleh nalar.
E. Kesimpulan
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan
pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif,
cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media
bahasa. Sastrawan angkatan ini sering disebut ‘Sastra Wangi’. Munculnya sastra wangi
yang kontroversial ini dipicu oleh terbitnya fiksi berlatar belakang seksual dari tangan
segelintir penulis perempuan muda, terutama dalam mengungkap hal-hal tabu yang
awalnya tidak layak untuk dibicarakan sehingga layak untuk dipublikasikan.
Daftar Pustaka

Syam, Yunus dkk. 2021. Ensiklopedi Perkembangan Bahasa Indonesia: Kesusastraan


Indonesia. Yogyakarta: Hikam Pustaka.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
https://www.gramedia.com/best-seller/rekomendasi-buku-fiersa-besari/
https://haloedukasi.com/biografi-pidi-baiq
https://www.minews.id/kisah/deretan-karya-terbaik-dari-pidi-baiq
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/tokoh-detail/3368/djenar-maesa-ayu
https://gasbanter.com/biografi-wiji-thukul/
https://www.bola.com/ragam/read/4340919/kumpulan-puisi-wiji-thukul-menyiratkan-
perlawanan-dan-tak-lekang-oleh-waktu
https://bacaterus.com/review-dilan-1991/

Anda mungkin juga menyukai