Anda di halaman 1dari 25

i

ANALISIS GAYA BAHASA RETORIS DALAM NOVEL DILAN 1990


KARYA PIDI BAIQ
(KAJIAN STRUKTURAL)

SKRIPSI

Yuliana Hengkesa
NIM : 2016 35 015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan wadah komunikatif kreatif dan imajinatif. Sastra

bukan hanya cerita khayal semata tetapi salah satu media yang menjembatani

hubungan realita dan fiksi. Dalam kenyataannya, karya sastra bukan hanya

berdasarkan imajinatif saya. Karya sastra terinspirasi dari kenyataan dan

imanjinatif. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai

permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang

menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang

kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi menurut pandangannya.

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya

dengan lingkungan sesama interaksinya dengan diri sendiri dan Tuhan. Fiksi

merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap

lingkungan dan kehidupan. Selain itu, fiksi juga merupakan karya imajintif

yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai

karya seni Nurgiyantoro (2007:2-3).

Salah satu bentuk karya sastra fiksi yang banyak diminati oleh

masyarakat adalah novel. Novel merupakan sastra yang dibangun melalui

berbagai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik bersumber pada teks

sastra itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik berasal dari sumber-sumber di

luar karya sastra. Unsur-unsur tersebut akan membangun novel secara

totalitas. Nurgiyantoro (2005:4), menyatakan bahwa “novel sebagai sebuah


2

karya sastra menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang

diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur

instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut

pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajinatif ”.Unsur ekstrinsik

novel adalah unsur yang membangun novel dari luar, biasanya berupa latar

pribadi penulis maupun nilai-nilai dari luar.

Gaya Bahasa retoris merupakan gaya Bahasa yang semata-mata

merupakan penyimpangan dari kontruksi biasa untuk mencapai efek tertentu

(Keraf, 2006:130). Gaya Bahasa memiliki berbagai fungsi antara lain:

menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menimbuklan gelak

tawa, atau untuk hiasan. Contohnya “Untuk apa kita berperang, bukankah

sebaiknya kita berdamai?”

Dalam kalimat di atas sudah jelas bahwa sebenarnya opsi yang dipilih

adalah opsi damai dan tidak ada opsi lain. Kalimat retoris sering dipakai untuk

menegaskan suatu maksud, tanpa mengeliminasi kondisi yang sedang terjadi.

Novel Dilan, diterbitkan tahun 1990, novel ini menceritakan kisah cinta

seorang Dilan yang humoris dan Milea seorang gadis yang rajin, Dilan

menyukai Milea dan menaruh perhatian besar seperti memberikan ucapan-

ucapan romantis hampir setiap hari, perhatian yang terus menerus itu membuat

Milea mempunyai rasa kepada Dilan akan tetapi masih menjaga jarak

dikarenakan Milea sudah mempunyai seorang kekasih. Hingga Milea

memutuskan hubungan dengan kekasihnya dan mulai mempererat

hubungannya dengan Dilan.


3

Surayah, yang kerap disapa sebagai Ayah, namun dikenal luas dengan

nama Pidi Baiq dan kadang mndapatkan penambahan nama berupa Herdi Pidi

Baiq (lahir di Kota Bandung, Jawa Barat, 8 Juli 1972; umur 48 tahun) adalah

seniman, penulis, penulis naskah, pemusik, dosen, illustrator, komikus dan

pencipta lagu berkebangsaan Indonesia. Namanya mulai dikenal melalui grup

band The Panas Dalam yang didirikan tahun 1995.

Pidi Baiq semakin dikenal para pecinta karya sastra khususnya bergenre

humor melalui karyanya berjudul Dilanku 1990 : Dia adalah Dilanku tahun

1990 terbit tahun 2014, Dilan dibagian kedua: Dia adalah Dilanku tahun 1991

terbit tahun 2015dan Milea: Suara dari Dilan terbit tahun 2016. Selain ketiga

karya diatas, Pidi Baik juga memiliki karya-karya novel yang lain seperti: (1)

Drunken Monster: Kumpulan Kisah Tidak Teladan terbit tahun 2008; (2)

Drunken Molen: Kumpulan Kisah Tidak Teladan terbit tahun 2008; (3)

Drunken Mama: Keluarga Besar Kisah-kisah Tidak Teladan terbit tahun 2009;

(4) Drunken Marmut: Ikatan Perkumpulan Cerita Teladan terbit tahun 2009;

(5) Al-Asbun Manfaatulngawur terbit tahun 2010; (6) At-Twitter: Geogle

Menjawab Semuanya Pidi Baiq Menjawab Semuanya Terbit Tahun 2012; (7)

S.P.B.U: Dongeng Sebelum Bangun Terbit Tahun 2012.

Adapun kesengajaan peneliti menganalisis novel ini karena ditemukan

banyak gaya bahasa retoris. Kebanyakan pengarang karya sastra selalu

berusaha menunjukkan kemampuan sastranya dengan mengolah kata dan

kalimat indah. Keindahan inilah yang membuat status pengarang menjadi

tinggi atau tidak. Dalam mengolah kata atau kalimat, mereka biasanya secara
4

tidak langsung akan menggunakan berbagai macam gaya bahasa seperti

penggunaan kata-kata slang, kata-kata eufimisme, litotes, pleonasme,

hiperbola,paradoks dan lain-lain. Karena hal inilah peneliti tertarik untuk

meneliti Novel Dilan Karya Pidi Baiq dengan tujuan untuk mengetahui gaya

bahasa retoris dalam novel tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji Penggunaan

Gaya Bahasa Retoris dalam Novel Dilan 1990 karya Pidi Baiq, dengan

menggunakan kajian struktural. Kajian struktural menelaah karya sastra dengan

mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan

antarunsur intrinsik karya sastra. Penelitian ini berjudul Penggunaan Gaya

Bahasa Retoris dalam Novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq

1.2 Rumusan Masala

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah: Bagaimanakah penggunaan gaya bahasa retoris dalam

Novel Dilan 1990’’ Karya Pidi Baiq?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa

retoris dalam Novel Dilan 1990’’ Karya Pidi Baiq.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

memahami penggunaan gaya bahasa retoris yang terkandung dalam

Novel Dilan 1990’’ Karya Pidi Baiq.


5

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat bermanfaan bagi masyarakat atau pembaca untuk

dapat mengetahui penggunaan gaya bahasa retoris yang terkandung

dalam novel Dilan 1990’’ Karya Pidi Baiq

b. Menambah wawasan bagi para pembaca dan penikmat karya sastra

tentang gaya bahasa pada novel Dilan 1990’’ Karya Pidi Baiq
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Novel

Menurut Tarigan (1986: 164) kata novel berasal dari kata Latin

novellusyang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan

baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi

dan drama, maka jenis novel ini muncul kemudian. Pendapat lain dikemukakan

oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 9) yang menyatakan jika kata novel

berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman novelle). Secara

harfiah novellaberarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan

sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Jika dicermati kedua pendapat di

atas, yaitu pendapat Tarigan dan Abrams mengacu pada pengertian novel

ditinjau dari asal kata novel.

Pendapat lain dikemukakan oleh Nurgiyantoro. Menurut Nurgiyantoro

(2005: 2-9) novel bersinonim dengan fiksi sehingga pengertian fiksi juga dapat

digunakan untuk mendefinisikan istilah novel. Definisi fiksi adalah suatu karya

yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak

ada dan tidak sungguh-sungguh terjadi sehingga tidak perlu dicari

kebenarannya dalam dunia nyata. Lebih lanjut Nurgiyantoro (2005: 129)

menyatakan novel merupakan sebuah karya yang bersifat imajiner dan kreatif.

Pendapat Nurgiyantoro ini mengacu pada sifat novel yang disamakan dengan

arti fiksi, yaitu bersifat imajinatif dan kreatif.


7

Selain beberapa pendapat di atas, pengertian novel juga dikemukakan

oleh Jassin. Menurut Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005: 16) novel adalah suatu

cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita,

tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang,

dan lebih mengenai sesuatu episode. Pengertian yang dikemukakan oleh Jassin

ini mengacu pada hal yang diceritakan, yaitu bersifat tidak mendalam dan

hanya pada saat tertentu, tidak mencakup pada keseluruhan kehidupan tokoh

cerita. Senada dengan pendapat Jassin adalah pendapat Waluyo (1994: 37)

yang menyebut pengertian novel adalah cerita yang termasuk dalam klasifikasi

menengah. Pendapat lain dikemukakan oleh Iskandar (2008: 6) yang

mengartikan novel sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan

permasalahan-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-

unsurnya secara lebih luas dan rinci.

Dari beberapa pendapat di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa

novel merupakan salah satu genre sastra. Novel seperti juga karya sastra yang

lain merupakan cerita rekaan. Lingkup penceritaan novel hanya pada saat

tertentu namun memiliki kompleksitas dan penggarapan unsur karya sastra

yang rinci. Dari beberapa pengertian novel tersebut dapat disimpulkan bahwa

novel adalah salah satu genre sastra, cerita rekaan berbentuk prosa yang

bersifat imajiner dan kreatif.


8

2.2 Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik novel adalah unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca

karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur secara langsung

turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah

yang membuat sebuah novel berwujud . di bawah ini akan diuraikan unsur

intrinsik novel adalah sebagai berikut :

1. Tema

Menentukan tema pokok sebuah cerita pada hakekatnya,

merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan dan menilai, di antara

sejumlah makna yang ditafsirkan ada dikandung oleh karya yang

bersangkutan. Makna pokok cerita tersirat dalam sebagaian besar, untuk

tidak dikatakan dalam keseluruhan, cerita bukan makna yang hanya

terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita saja.

2. Alur / Plot

Alur adalah jalan cerita yang dikisahkan pengarang dari awal

sampai akhir. Kadang jalan cerita yang dikisahkan penulis juga seringkali

membuat luapan emosi dari para pembaca fisik. Dan hal ini merupakan

tahap-tahap awal munculnya sebuah konflik.

3. Penokohan dan Perwatakan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.tokoh cerita (character).

Menurut Ambras (dalam Nurgiantoro, 2000:165), adalah orang-orang


9

yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan.

4. Latar/ Setting

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams

(dalam Nurgiyantoro, 2005 : 216) . latar dapat dibedakan dalam tiga

unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

5. Sudut Pandang / Point of view

Sudut pandang merupaka salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton

digolongkan sebagai sarana cerita. Walau demikian hal itu tidak berarti

bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah

diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang

akan berpengaruh terhadap penyajian cerita.

2.3 Jenis-Jenis Novel

Seiring perkembangan dunia kesastraan, novel mengalami perkembangan

dengan munculnya klasifikasi jenis novel. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan

segi karakteristik jenis novel. Nurgiyantoro (2005: 16) mengemukakan

klasifikasi novel menurut karakteristik jenisnya, yaitu: (1) novel serius; dan (2)

novel populer.
10

Novel serius adalah novel yang berusaha untuk meresapi hakikat

kehidupan (Nurgiyantoro, 2005: 20-21). Secara lebih tegas Waluyo (1994: 40)

mengemukakan novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra

(tinggi). Novel serius selain memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan

memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak,

mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh

tentang permasalahan yang dikemukakan. Hakikat kehidupan akan tetap

bertahan sepanjang masa. Maka tidak mengherankan jika novel serius ini bisa

bertahan lama dan tidak pernah ketinggalan zaman. Novel serius tetap menarik

untuk dibicarakan sepanjang masa.

Novel populer adalah novel yang nilai sastranya diragukan (rendah)

karena tidak ada unsur kreatifitas karena teknik dan topik penggarapannya

mengulang ulang problem dan teknik yang sudah ada (Waluyo, 1994: 40).

Novel popular adalah novel yang populer pada masanya dan banyak

penggemarnya, khususnya pembaca pada kalangan remaja (Nurgiyantoro,

2005: 18). Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara

lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Novel populer pada

umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan

zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Bisa

dikatakan bahwa novel ini memiliki kecenderungan hanya bersifat menghibur.

Bahasa yang digunakan dalam novel populer mudah dipahami, selain itu

permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ringan tetapi aktual dan

menarik.
11

2.4 Kajian Struktural

Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah

sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur

pembangunnya. Sebuah karya sastra juga memiliki sifat keotonomian, sehingga

pembincaraan terhadapnya juga tak perlu dikaitkan dengan hal-hal lain yang

diluar karya itu. Disatu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai

susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi

komponennya secara bersama untuk membentuk kebulatan yang indah.

Menurut (Abrans, 1981 : 68).

Hubungan karya sastra dengan masyarakat, dengan kemajuan teknologi

informasi yang menyertainya dan yang menopang sarana prasarana penelitian,

serta minat masyarakat terhadap manfaat penelitian interdisiplin, dan

memberikan pengaruh terhadap perkembangan teori sastra. Selain istilah

struktural atau dunia kesastraan (juga : linguistik) dikenal juga istilah

strukturalisme. Strukturalisme dapat di pandang sebagai salah satu pendekatan

yaitu kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur

pembangun karya yang bersangkutan.

Menurut Pradopo, 1987; 119-20, pada dasarnya juga dapat dipandang

sebagai cara berpikir tentang dunia (dunia kesustraan) yang lebih menekankan

kepada susunan hubungan dari pada susunan benda. Dengan demikian, setiap

unsur dalam bagian sistem struktur itu baru mempunyai makna setelah berada

dalam hubungannya dengan unsur-unsur yang lain yang terkandung dalamnya.

Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan


12

fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama

menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.

Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur

tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang

lain. Namun yang lebih penting adalah bagaimana menunjukan hubungan antar

unsur itu dan sumbangan apasaja yang diberikan terhadap tujuan estetik dan

makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal ini perlu di ingat bahwa karya

sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, ciri kekompleksan

dan keuinikannya sendiri hal inilah yang membedakan karya satu dengan karya

yang lain.

Dalam strukturalisme terdapat prisip-prisip antar hubungan dan konsep

fungsi memegang peranan penting. Artinya, unsur-unsur sevagai ciri khas teori

tersebut dapat berperan secara maksimal karena adanya funsi, yakni dalam

rangka menunjukan antar hubungan unsur-unsur yang terlibat. Struktur

dikatakan lebih dari sekedar unsur-unsur dan totalitasnya, karya sastra lebih

dari sekedar pemahaman bahasa sebagai medium, serta lebih dari sekedar

penjumlahan bentuk dan isinya.

2.5 Hakikat Bahasa

Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan sosial

masyarakat. Karena dengan menggunakan bahasa, kita dapat berkomunikasi

dan bersosialisasi dengan masyarakat. Bahasa merupakan cermin kepribadian

seseorang. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau suatu

bangsa dapat diketahui kepribadiannya (Pranowo, 2009: 3). Jika kita berbahasa
13

dengan baik dan sopan, maka mencerminkan bahwa kepribadian kita juga baik

dan sopan. Tetapi, jika kita berbahasa secara kasar dan tidak sopan, maka

tercermin bahwa perilaku kita tidak baik dan kurang sopan. Seperti yang

dikatakan oleh Pranowo (2009: 8) jika seseorang berbahasa secara baik, benar

dan santun dapat membentuk perilaku seseorang tersebut menjadi lebih baik.

Slamet dan Amir (2007: 31) mendefinisikan bahasa sebagai alat

komunikasi yang umum dalam masyarakat. Bagaimanapun wujudnya, setiap

masyarakat pastilah memiliki bahasa sebagai alat komunikasi. Hal tersebut

diperkuat juga oleh Widjono, Hs (2007: 14) yang mengatakan bahwa bahasa

adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

masyarakat pemakainya.

2.6 Jenis – Jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa ialah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan

efek dengan jelan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal

tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya

bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. (Dale [et

al]’1971:220).

Tarigan (2009:5) mengatakan bahwa gaya bahasa dapat dibagi

menjadi empat kelompok besar yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya Bahasa

sindiran, gaya bahasa penegasan dan gaya bahasa pertentangan

1. Gaya Bahasa Perbandingan

gaya bahasa perbandingan adalah bahasa yang menyamakan satu

hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding,


14

seperti; bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana dan

kata-kata pembanding yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya

bahasa perbandingan adalah gaya bahsa yang mengandung maksut

membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau mempunyai

persamaan sifat (bentuk) dari dua hal yang dianggap sama. Contoh:

bibirnya seperti delima merekah, adapun gaya bahasa perbandingan ini

meliputi: Hiperbola, metonimia, personfikasi, metafora, sinekdoke, alusi,

simile, asosiasi, eufemisme, pars pro toto, epitet, eponym dan hipalase.

2. Gaya Bahasa Sindiran

Gaya bahasa sindiran merupakan gaya bahasa berkias yang tidak

akan tampak makna aslinya. Penggunaan gaya bahasa sindiran ditujukan

agar seseorang merasa dan melakukan perubahas atas sindiran dari

seseorang. Keistimewaan gaya bahasa sindiran dapat dilihat melalui

penggunaan kata berkias di dalamnya. Semakin bagus dalam

menggunakan kata kata akan menciptakan kesan khusus ketika

menuturkan pada seseorang yang menjadi sasaran. Bahasa berkias yang

mengungkapkan suatu sindiran untuk tujuan menciptakan kesan serta

pengaruh terhadap pembaca maupun pendengar disebut sebagai gaya

bahasa sindiran.

3. Gaya Bahasa Penegasan

Gaya bahasa Penegasan adalah majas yang digunakan untuk

menyatakan suatu hal secara tegas guna meningkatkan pemahaman dan

kesan bagi para pembaca dan pendengar


15

4. Gaya Bahasa Pertentangan

Majas pertentangan adalah penggunaan gaya bahasa atau kata

berkias yang menyatakan pertentangan dengan maksud sebenarnya oleh

pembicara atau penulis dengan tujuan untuk memberikan kesan dan

pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar.

2.7 Hakikat Retoritis

Gaya bahasa retoris merupakan bagian dari gaya bahasa yang semata-

mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek

tertentu (keraf,2004:130). Jenis gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut :

1. Aliterasi

Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud

perulangan konsonan yang sama.

Contoh:

Keras-keras kerak kena air lembut juga.

2. Litotes

Litotes ialah majas yang didalam pengungkapanya menyatakan sesuatu

yang positif dengan bentuk negatif atau bentuk yang bertentangan.

Litotes kebalikan dari hiperbola, ialah sejenis gaya bahasa yang

mengandung pernyataan yang dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya

misalnya untuk merendahkan diri (Tarigan, 1984:144; Tarigan,

1985:187).

Contoh :
16

Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima

kasihku.

3. Pleonasme

Pleonasme artinya menambahkan keterangan pada pernyataan yang

sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak

diperlukan.

Contoh :

Saya menyaksikan kecelakaan di depan kantor lura dengan

mata kepala saya sendiri.

4. Hiperbol

Hiperbolah ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan

yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan

maksud memeberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk

memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini

melibatkan frase,atau kalimat (Tarigan, 1984:143; Tarigan, 1985:186).

Contoh :

Gedung-gedung perkantoran di kota besar telah mencapai

langit.

5. Anastrof

Anastrof atau inversi adalah semacam gaya bahasa retoris

yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam

kalimat,

Contoh :
17

Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat

perangainya

2.8 Penelitian Relevan

Bebrapa penelitian yang relevan dalam penetian ini antara lain :

1. Hasil peneitian Putri Nirmala (2020), yang berjudul “Penggunaan Gaya

Retoris Dalam Suasana Tidak Formal Di Desa Lembah Sumara

Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali Utara” Setelah melakukan

penelitian mengenai penggunaan retoris dalam suasana tidak formal,

peneliti menemukan beberapa bentuk dan fungsi pada penggunaan

retoris. Persamaan penelitian di atas dengan proposal penulis yaitu,

penggunaan gaya bahasa retoris. Perbedaan penelitian di atas yaitu

Penggunaan Gaya Retoris Dalam Suasana Tidak Formal Di Desa,

sedangkan proposal penulis penggunaan gaya bahasa retoris dalam novel

2. Hasil penelitian Imran Rambe (2017), yang berjudul “Gaya Bahasa

Retoris Dan Kiasan Dalam Kumpulan Puisi “ Cinta Setahun Penuh”

Karya Trie Utami (Suatu Tinjauan Stilistika)” Dari hasil penelitian ini,

kita dapat menilai kemampuan seorang penulis dalam menciptakan

sebuah cipta sastra yang dianggap sebagai hasil karya sastra yang

berbobot. Karya sastra yang baik adalah karya yang mampu

merefleksikan pengalaman, nilai-nilai, pandangan, pikiran yang

istimewaatau khusus. Persamaan penelitian di atas dengan proposal

penulis, yaitu pengunaan gaya retoris. Perbedaan penelitian di atas yaitu


18

penggunaan gaya bahasa kiasan dalam puisi, sedangkan penelitian hanya

menggunakan penggunaan gaya bahasa retoris dalam novel.

3. Hasil penelitian Asnani (2020), yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa

Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku 1990 Karya Pidi Baiq” Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Dilan: Dia adalah

Dilanku 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sebelas gaya bahasa retoris,

yaitu: Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apostrof, Polisindeton, Pleonasme

dan Tautologi, Perifrasis, Erotesis, Koreksio, Hiperbola, dan Oksimoron.

Tujuh gaya bahasa kiasan, yaitu: simile, personifikasi, eponim, epitet,

sinekdoke, sinisme, sarkasme, dan inuendo. Persamaan penelitian di atas

dengan proposal penulis yaitu gaya Bahasa dalam novel dilan 1990

KARYA PIDI BAIQ. Perbedaan dalam penelitian yaitu analisis gaya

Bahasa retoris dengan perbandingan gaya Bahasa retoris (kajian

struktural).
19

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan

maksud menafsirkan fenomena yang terjaei dengan melibatkan berbagai

metode yang ada. Jadi, dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan secara

alamiah data dari proses interaksi dengan objek yang diteliti yaitu novel Dilan

1990 Karya Pidi Baiq. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan

gambaran secara jelas tentang bagaimana wujud nilai moral dalam novel

Dilan 1990 Karya Pidi Baiq. Denzin dan Lincon (dalam Moleong, 2017:5).

Moleong (2017:8-13) membagi Penelitian kualitatif menjadi sebelas

ciri-ciri/karakteristik, yakni : latar alamiah, manusia sebagai alat (instrumen),

metode kualitatif. Analisis data secara induktif, teori dari dasar (grounded

theory), deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya batas

yang ditentukan oleh fokus, adanya fokus, adanya kriteria khusus keabsahan

data, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama. Dari kesebelas ciri-ciri/karakteristik dalam peniletian ini

hanya menggunakan tujuh saja yaitu:

1. Latar alamiah (natural setting). Hal ini dilakukan, karena ontologi

alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan

yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.


20

2. Menusia sebagai instrumen kecil. Hal ini dilakukan, karena jika

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan memprsiapkan dirinya

terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik,

maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap

kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan.

3. Analisis data secara induktif. Proses induktif lebih dapat menemukan

kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data.

4. Teori dari dasar. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah dan

bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.

5. Deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka-angka. Laporan ini berisi kutipan-kitipan data untuk

meberikan gambaran penyajian laporan tersebut.

6. Lebih mementingkan proses daripada hasil. Penelitian kualitatif lebih

banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan

oleh hubungan yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila

diamati dalam proses.

7. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus. Penelitian kualitatif

menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar

fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

3.2 Data dan Sumber Data

1. Data

Data penelitian ini adalah berupa kata-kata dan kalimat mengenai gaya

bahasa retoritis dalam novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq.


21

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah teks novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan

data untuk memecahkan masalah penelitian ini. Ketiga teknik yang digunakan

peneliti dalam pengumpulan data antara lain yaitu:

1. Teknik baca berarti peneliti sendiri yang sebagai intrumen kunci,

2. teknik catat teknik baca adalah cara peneliti untuk menggumpulkan

data dari sumber-sumber tertulis yang menjadi inti penelitian yang

akan diteliti dalam novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq.

3. Teknik pustaka adalah untuk mengumpulkan sumber sumber tertulis

untuk memperoleh data.

Peneliti menggunakan ketiga teknik dengan teliti dan cermat agar ketiga

teknik tersebut agar data yang diinginkan dapat diperoleh. Dalam

menggunakan teknik baca, teknik, catat, dan teknik pustaka langkah awal yang

harus peneliti lakukan yaitu dengan membaca keseluruhan isi novel Dilan

1990 Karya Pidi Baiq dengan teliti dan cermat khususnya memperhatikan

kata-kata dan kalimat yang menjadi titik penelitian, selanjutnya peneliti

mencatat bagian-bagian penting yaitu kata-kata dan kalimat dalam novel Dilan

1990 Karya Pidi Baiq yang merujuk pada nilai pendidikan. Proses pembacaan

harus secara berulang-ulang agar data yang diambil sebagai penelitian dapat

dikumpulkan lebih maksimal.


22

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2017:248),

adalah upayah yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadei satuan yang daqpat

dikelolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan merumuskan apa yang diceritakan

kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang

dilakukan terhadap novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq yang telah ditentukan

sebagai objek penelitian. Adapun prisedur analisis adalah sebagai berikut :

1. Membaca novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq yang telah diambil sebagai

objek penelitian secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan pembacaan

secara teliti, cermat dan menginterpretasikan penggunaan gaya Bahasa

retoritis dalam novel tersebut.

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penggunaan gaya Bahasa

retoritis dalam novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq.

3. Mencatat semua hasil identifikasi dan klasifikasi penggunaan Bahasa

retoritis dalam novel Dilan 1990 Karya Pidi Baiq.

4. Menginterpretasi penggunaan gaya Bahasa retoritis dalam novel Dilan

1990 Karya Pidi Baiq.

5. Menarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian.


23

3.5 Pengecekkan Keabsahan Data

Data yang diperoleh suatu peneliti perlu dilakukan pengecekan atau

diperiksa keabsahan datanya. Untuk menjamin keabsahan data tersebut ,

peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2017:330)

Denzin dalam (Moleong, 2017:330) membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik dan teori.

1. Teriangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu infoemasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda.

2. Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data, atau

mengecek keabsahan data temuan penelitian.

3. Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua teori atau lebih untuk diadu

atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan penelitian pengumpulan

data dan analisis data yang lengkap.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi teori. teknik ini

dipakai dalam penelitian Teori yang digunakan adalah penggunaan gaya

Bahasa retoritis.
24

Anda mungkin juga menyukai