Anda di halaman 1dari 4

Analisis Tokoh Tranvesti Bedayan Dalam Ludruk “Gegere Alas Angker”

Spesial Pentas Perdana Status (SPERTUS)

Oleh : Rara

Program Studi S1 Pendidikan Sendratasik


Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Ludruk adalah seni pertunjukan tradisional dari Jawa Timur, Indonesia, yang mencakup teater
komedi, tari, dan musik. Pertunjukan Ludruk biasanya diisi oleh berbagai karakter, termasuk
tokoh protagonis dan antagonis, serta tokoh transgender atau waria. Dalam kisah Ludruk,
karakter-karakter tersebut saling berinteraksi dan menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai
budaya kepada penonton. Pertunjukan Ludruk juga biasanya disertai dengan musik tradisional
dan tari, serta kostum dan dekorasi panggung yang khas. Meskipun Ludruk telah ada selama
beberapa abad, seniman dan budayawan terus mengembangkan seni pertunjukan ini agar tetap
relevan di era modern. Saat ini, Ludruk masih menjadi hiburan populer di Jawa Timur dan
sekitarnya, dan dianggap sebagai warisan budaya yang penting untuk dilestarikan. Salah satunya
Ludruk “Gegere Alas Angker” yang menjadikan sebuah pertunjukan Ludruk terkesan berbeda
dengan pertunjukan yang sebbelum-sebelumnya. Dalam pertunjukan Ludruk “Gegere Alas
Angker” ini juga tidak meninggalkan ciri khas ludruk aslinya yang terdapat tokoh tranvesti atau
transgnder atau yang lebih dikenal dengan sebutan banci atau waria yang seringkali dihadirkan
sebagai karakter yang cerdas, humoris, dan penghibur dalam kisah Ludruk. Penelitian ini akan
meneliti terkait tokoh transgender atau tranvesti dalam Ludruk “Gegere Alas Angker” guna
memberikan sebuah informasi tentang pentingnya tokoh transgender dalam Ludruk “Gegere Alas
Angker” serta perannya dalam berkembangnya seni tradisi ludruk.

Kata kunci : Tranvesti, Ludruk.


PENDAHULUAN

Seni pertunjukan Ludruk adalah bagian penting dari kebudayaan Jawa Timur, Indonesia.
Ludruk merupakan jenis teater komedi yang melibatkan tari, musik, dan berbagai karakter yang
menghadirkan cerita khas dari kehidupan sehari-hari. Pertunjukan Ludruk telah hadir selama
berabad-abad dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Jawa Timur dan
sekitarnya. Dalam pertunjukan Ludruk, penonton dapat menikmati cerita-cerita yang menghibur
dan mengajarkan nilai-nilai budaya yang penting. Pertunjukan ini biasanya melibatkan karakter-
karakter yang beragam, seperti tokoh protagonis, antagonis, dan tokoh transgender atau waria.
Karakter-karakter dalam Ludruk menampilkan dialog-dialog yang lucu dan kocak yang
menghibur penonton.
Meskipun Ludruk telah hadir selama berabad-abad, seniman dan budayawan terus
mengembangkan seni pertunjukan ini agar tetap relevan di era modern. Saat ini, Ludruk menjadi
bagian penting dari kebudayaan Indonesia dan dianggap sebagai warisan budaya yang penting
untuk dilestarikan. Salah satunya Ludruk “Gegere Alas Angker” yang turut melestarikan
kesenian ini. Ludruk “Gegere Alas Angker” merupakan salah satu kelompok seni pertunjukan
Ludruk yang berasal dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang terletak di Jawa Timur,
Indonesia. Kelompok seni ini telah berdiri sejak tahun 2001 dan menjadi salah satu ikon budaya
kampus UNESA yang memiliki banyak penggemar di kampus maupun di luar kampus.
Ludruk “Gegere Alas Angker” UNESA memiliki ciri khas dalam pertunjukannya dengan
menampilkan cerita-cerita khas dari masyarakat Jawa Timur yang menghibur dan
memperkenalkan kebudayaan daerah. Pertunjukan ini melibatkan berbagai karakter, seperti
tokoh protagonis, antagonis, dan tokoh transgender atau waria. Selain sebagai sarana hiburan,
Ludruk “Gegere Alas Angker” juga memiliki misi untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa
Timur kepada masyarakat luas dan melestarikan seni pertunjukan Ludruk sebagai bagian dari
warisan budaya Indonesia yang penting. Oleh karena itu, Ludruk “Gegere Alas Angker” aktif
dalam berbagai kegiatan seperti festival budaya, pertunjukan di berbagai kampus dan acara-acara
kultural di luar kampus.
Dalam tulisan ini, akan dibahas lebih lanjut tentang Ludruk “Gegere Alas Angker”
UNESA, salah satunya karakter-karakter tranvesti atau transgender yang biasa dihadirkan, serta
kontribusinya dalam melestarikan seni pertunjukan Ludruk dan memperkenalkan kebudayaan
Jawa Timur kepada masyarakat luas.
PEMBAHASAN

Tokoh transgender atau tranvesti dalam seni pertunjukan Ludruk, yang juga dikenal
dengan sebutan waria atau banci, seringkali dihadirkan sebagai karakter yang cerdas, humoris,
dan penghibur dalam kisah Ludruk. Meskipun terkadang terdapat stereotip yang terkait dengan
tokoh transgender dalam seni pertunjukan, seniman dan budayawan terus berupaya untuk
menghadirkan tokoh waria dengan cara yang lebih inklusif dan menghormati identitas gender
mereka. Dalam pertunjukan Ludruk, tokoh waria seringkali dihadirkan sebagai sahabat atau
teman dari tokoh utama, dan memberikan humor dan komedi dalam pertunjukan. Karakter waria
dalam Ludruk juga dapat memainkan peran yang penting dalam memperkaya plot cerita dengan
kehadiran mereka yang berbeda dan unik.
Karakter tranvesti atau waria menjadi salah satu karakter yang biasa dihadirkan dalam
pertunjukan Ludruk. Karakter ini biasanya ditampilkan sebagai tokoh kocak yang menghibur
penonton dengan tingkah laku dan dialognya yang lucu. Namun, di balik sifat kocaknya, karakter
tranvesti dalam Ludruk seringkali disertai dengan stereotip dan diskriminasi terhadap individu
LGBT. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya peran seniman dalam mempertahankan nilai-
nilai keadilan dan kesetaraan dalam seni pertunjukan Ludruk. Seiring dengan perubahan sosial
dan budaya di Indonesia, seniman dan budayawan harus senantiasa berupaya untuk
menghilangkan stereotip yang terkadang melekat pada karakter tranvesti atau waria dalam
Ludruk.
Pada Ludruk “Gegere Alas Angker” UNESA, karakter tranvesti dihadirkan sebagai
bagian dari cerita dan tidak ditampilkan secara stereotip. Kelompok seni ini memiliki upaya
untuk menunjukkan bahwa karakter tranvesti atau waria juga memiliki peran penting dalam
masyarakat dan bisa dihadirkan dengan cara yang menghormati dan menghargai keberagaman
gender. Sebagai kelompok seni, Ludruk “Gegere Alas Angker” UNESA juga melakukan
berbagai kegiatan untuk memperkenalkan keberagaman gender dan menumbuhkan kesadaran
tentang hak-hak LGBT. Kelompok seni ini seringkali mengadakan diskusi terbuka dan pelatihan
untuk membahas isu-isu LGBT, serta melakukan kerja sama dengan organisasi yang bekerja
untuk mendukung hak-hak LGBT di Indonesia.
Dalam keseluruhan, karakter tranvesti atau waria dalam pertunjukan Ludruk memang
seringkali disertai dengan stereotip dan diskriminasi. Namun, seniman dan budayawan terus
berupaya untuk menghilangkan stereotip tersebut dan memperkenalkan keberagaman gender
dengan cara yang positif dan menghormati. Ludruk “Gegere Alas Angker” UNESA adalah salah
satu kelompok seni yang aktif dalam mempromosikan kesetaraan gender dan mendukung hak-
hak LGBT di Indonesia.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas bahwa dengan demikian, karakter tranvesti dalam


pertunjukan Ludruk “Gegere Alas Angker” dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan
keberagaman gender dan menumbuhkan kesadaran tentang hak-hak LGBT di Indonesia.
Seniman dan budayawan harus terus berupaya untuk mempertahankan nilai-nilai keadilan dan
kesetaraan dalam seni pertunjukan Ludruk dan memastikan bahwa karakter tranvesti atau waria
dihadirkan dengan cara yang menghormati dan menghargai keberagaman gender.

Anda mungkin juga menyukai