Anda di halaman 1dari 5

Nama : Josua Alex Sandro Situmorang

Nim : 190702010

Prodi : Sastra Melayu

Nim : 190702010

Mk : Seni Budaya Dan Pariwisata

Seni Pertunjukan

Abstrak

Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri istimewa, yaitu sebagai sosok seni yang sangat lentur dan cair
karena lingkungan masyarakatnya selalu berada dalam kondisi yang terus berubah pada suatu kurun
waktu tertentu, mapan, dan tumbuh sebagai suatu "tradisi" (Kayam, 1981:21). "Tradisi" yang dimaksud
di sini adalah penerimaan masyarakat kepada suatu "hasil budaya" yang dialihteruskan secara turun-
temurun. Seni pertunjukan tradisi juga tumbuh bersama dengan sistem kepercayaan dalam masyarakat
pertanian, yang teraktualisasi dalam berbagai ritus yang nantinya menyebabkan keanekaragaman
bentuk dan gerak seni pertunjukan tradisi. Soedarsono (2003:1) menyebutkan fungsi seni pertunjukan di
dalam kehidupan masyarakat sangat beragam, di antaranya sebagai ritual kesuburan, memperingati
daur hidup sejak kelahiran manusia sampai meninggal, mengusir wabah penyakit, melindungi
masyarakat dari berbagai ancaman bahaya, hiburan pribadi, presentasi estetik (tontonan), media
propaganda, penggugah solidaritas sosial, pengikat solidaritas nasional, dan sebagainya. Seni
pertunjukan tradisi disebut juga seni pertunjukan "lokal" karena tumbuh dan berkembang di berbagai
wilayah etnis di KePulauan Indonesia.

Pendahuluan

Seni pertunjukan merupakan salah satu dari kesenian tradisional suku Bugis, di antaranya adalah seni
musik dan seni tari. Pertunjukan ini dipentaskan baik pada momen-momen yang sakral, upacara
maupun dalam sebuah acara yang menghibur. Seperti yang dikatakan oleh Soedarsono sebagai
berikut :Dilihat daripada fungsinya, secara luas tari dapat berfungsi bermacammacam dalam kehiupan
manusia. Ia dapat berfungsi sebagai sarana upacara, upacara adat maupun dalam upacara keagamaan,
ia dapat berfungsi sebagai sarana hiburan atau pergaulan, dan yang terakhir ia dapat berfungsi sebagai
sarana tontonan atau pertunjukan.Suku Bugis kaya akan musik dan seni tradisional, hal ini dikarenakan
banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Jumlahnya yang
sebanyak 23 kabupaten ini juga memiliki kesenian tradisional yang berbeda-beda. Karena jarak antar
kota/kabupaten yang begitu jauh, sangat sulit untuk menyaksikan kekayaan kesenian tradisional
Bugis.Peminat seni pertunjukan tradisi Bugis di Sulawesi Selatan mengalami pemerosotan seiring
dengan perkembangan kebudayaan. Sampai saat ini musisi dan seniman tradisional lokal di provinsi
Sulawesi Selatan sangat minim jumlahnya. Sebab-sebab yang melatarbelakangi lunturnya seni
pertunjukan tradisi Bugis yaitu hilangnya secara berangsur

angsur kepandaian-kepandaian teknik tradisionil yang merupakan salah satu ciri kepribadian setempat,
sehingga generasi-generasi berikutnya kehilangan warisan kebudayaan yang bernilai dari generasi-
generasi sebelumnya.

Pembahasan

Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu. Di dalamnya mengandung empat unsur, yakni waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan
seniman dengan penonton. Seni pertunjukan disajikan dalam bentuk pentas seni dengan tujuan
memberikan hiburan. Di sisi lain, seni pertunjukan juga merupakan ungkapan budaya, wahana untuk
menyampaikan nilai-nilai budaya, norma-norma estetik-artistik sesuai perkembangan zaman. Adapun
jenis dari seni pertunjukan terdiri dari seni tari dan seni drama. Pengertian Seni Pertunjukan Dikutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keduakata “pertunjukan” diartikan sebagai “sesuatu yang
dipertunjukan; tontonan (bioskop, wayang, dsb); pameran (barang-barang)”. Kata “pertunjukan”
mengandung 3 makna yaitu sebagai berikut: Adanya pelaku kegiatan yang disebut penyaji; Adanya
kegiatan yang dilakukan oleh penyaji dan kemudian disebut pertunjukan; Adanya orang (khalayak) yang
menjadi sasaran suatu pertunjukan (pendengar atau audiens). Hiburan seni ini dimaksudkan supaya
orang-orang yang telah melakukan rutinitas sehari-hari menjadi terhibur, hilang rasa penat, dan lelah
selama bekerja. Menurut Sumardjo dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia seni pertunjukan adalah
kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari. Seni adalah kegiatan di waktu senggang yang berarti kegiatan
di luar jam-jam kerja mencari nafkah. Selain itu, masih dalam buku yang sama, seni pertunjukan pun
berbeda dengan cabang-cabang seni yang lain. Sebab, seni pertunjukan bukanlah seni yang membenda.
Sebuah seni pertunjukan dimulai dan selesai dalam waktu tertentu dan tempat tertentu pula, sesudah
itu tak ada lagi wujud seni pertunjukan. Jenis-jenis Seni Pertunjukan Dikutip dari buku Antropologi Kelas
XII oleh Puji Lestari seni pertunjukan meliputi seni tari dan seni drama.

1. Seni Tari Curt Sach dalam World History of The Dance mengatakan, tari merupakan gerak yang
berirama. Sedangkan, menurut penari Corrie Hartong, tari adalah gerak-gerik badan yang diberi bentuk
dan irama di dalam ruang. Tari merupakan ungkapan gagasan maupun perasaan yang bersifat estetik
dan memiliki makna yang dimplementasikan melalui gerak tubuh yang ditata dengan prinsip tertentu.
Unsur utama dalam seni tari adalah gerak dan irama. Berikut adalah contoh macam-macam seni tari di
Indonesia: Tari Saman (Propinsi Aceh); Tari Tor-Tor (Sumatera Utara); Tari Sriwijaya (Sumatera Selatan);
Tari Payung (Bukit Tinggi, Sumatera Barat); Tari Ya-Fatah (Jambi); Tari Tabot Tari (kotamadya Bengkulu).

2. Seni Drama Istillah drama berasal dari bahasa Yunani “dramon” yang berarti “perbuatan” atau
“gerak”. Sehingga, dapat diartikan bahwa drama merupakan seni untuk mengungkapkan pekerti
manusia melalui perbuatan dipanggungkan. Teater (drama) di Indonesia merupakan seni pertunjukan
yang berfokus pada cerita, dialog, dan seni peran (akting). Ini termasuk dalam seni yang menggunakan
lebih dari satu media. Dalam mengungkapkan makna, seni teater menggunakan bahasa teatrikal
(pengalaman teater). Tujuan utama seni teater adalah pengalaman dan kenikmatan teatrikal. Secara
sederhana, teater (drama) adalah ungkapan, gagasan, maupun perasaan yang bersifat estetik dan
memiliki makna serta diwujudkan melalui media gerak, suara, dan rupa yang ditata dengan prinsip-
prinsip tertentu. Seni drama dibagi menjadi dua, yaitu tradisional dan modern. Adapun contoh seni
drama sebagai berikut: Lenong (Betawi) Kethoprak (Jawa Tengah dan DIY) Ludruk (Jawa Timur) Cupak
Gerantang (Lombok) Wayang (Jawa) Arja (Bali)

1.PENGERTIAN Seni pertunjukan merupakan salah satu dari kesenian tradisional suku Bugis, di
antaranya adalah seni musik dan seni tari. Pertunjukan ini dipentaskan baik pada momen-momen yang
sakral, upacara maupun dalam sebuah acara yang menghibur. Seperti yang dikatakan oleh Soedarsono
sebagai berikut :Dilihat daripada fungsinya, secara luas tari dapat berfungsi bermacammacam dalam
kehiupan manusia. Ia dapat berfungsi sebagai sarana upacara, upacara adat maupun dalam upacara
keagamaan, ia dapat berfungsi sebagai sarana hiburan atau pergaulan, dan yang terakhir ia dapat
berfungsi sebagai sarana tontonan atau pertunjukan.Suku Bugis kaya akan musik dan seni tradisional,
hal ini dikarenakan banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi
Selatan. Jumlahnya yang sebanyak 23 kabupaten ini juga memiliki kesenian tradisional yang berbeda-
beda. Karena jarak antar kota/kabupaten yang begitu jauh, sangat sulit untuk menyaksikan kekayaan
kesenian tradisional Bugis.Peminat seni pertunjukan tradisi Bugis di Sulawesi Selatan mengalami
pemerosotan seiring dengan perkembangan kebudayaan. Sampai saat ini musisi dan seniman tradisional
lokal di provinsi Sulawesi Selatan sangat minim jumlahnya. Sebab-sebab yang melatarbelakangi
lunturnya seni pertunjukan tradisi Bugis yaitu hilangnya secara berangsur-angsur kepandaian-
kepandaian teknik tradisionil yang merupakan salah satu ciri kepribadian setempat, sehingga generasi-
generasi berikutnya kehilangan warisan kebudayaan yang bernilai dari generasi-generasi sebelumnya,
selain ENI PERTUNJUKAN

Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art. Seni pertunjukan
merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan gabungan antara berbagai bidang seni.
Jika kamu perhatikan, sebuah pertunjukan kesenian seperti teater atau sendratari biasanya terdiri atas
seni musik, dialog, kostum, panggung, pencahayaan, dan seni rias. Seni pertunjukan sangat menonjolkan
manusia sebagai aktor atau aktrisnya.

Seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern atau yang
muncul belakangan ini.

Apabila dilihat dari perkembangannya akan terlihat bahwa seni pertunjukan tradisional kalah
berkembang dengan seni pertunjukan modern. Apabila tidak diantisipasi dengan baik, bukan tidak
mungkin seni pertunjukan tradisional tersebut akan hilang.

a.Seni Pertunjukan Tradisional

Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional selalu membawa misi yang ingin
disampaikan kepada penonton. Misi atau pesan itu dapat bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya.
Sebenarnya dalam setiap pertunjukan seni tradisional ada beberapa nilai tertentu yang dikandungnya.
Seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi ritual, fungsi
pendidikan sebagai media tuntunan, fungsi atau media penerangan atau kritik sosial dan fungsi hiburan
atau tontonan.

Untuk memenuhi fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak pada aturan-
aturan tradisi. Misalnya sesaji sebelum pementasan wayang, ritual-ritual bersih desa dengan seni
pertunjukan dan sesaji tertentu, pantanganpantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan
dan lainlain. Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya
yang ada dalam seni pertunjukan tradisional tersebut. Oleh karena itu, seorang seniman betul-betul
dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang dibawakannya. Seni pertunjukan
tradisional (wayang kulit, wayang orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung media pendidikan
pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan juga dalam ceritanya.
Misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan Pandawa,
nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain.

Pada masa sekarang ini seni pertunjukan tradisional cukup efektif pula sebagai media penerangan
ataupun kritik sosial.

Kesimpulan

Dari banyaknya cabang seni, seni pertunjukan merupakan salah satu seni yang dapat menyampaikan
informasi melalui audio dan visual, yang membuat pesan yang disampaikan di dalamnya dapat lebih
mudah untuk sampai kepada penonton. Karenanya, penting bagi seni teater untuk lebih dikenal dan
meluas juga untuk masyarakat umum karena penyampaian informasi dapat sampai lebih cepat dan
tertanam di benak penontonnya. Seni pertunjukan diekspresikan dalam bentuk kelompok-kelompok
teater, yang sayang sekali belum banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat umum.
Karenanya, kesenian yang diperkenalkan melalui kelompok teater ini perlu mendapatkan sebuah wajah;
sebuah identitas yang mampu menarik perhatian masyarakat, apalagi setiap kelompok teater memiliki
ciri khas dan keunikan masing-masing yang juga dapat memperluas informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat. Teater kontemporer sendiri dipilih terutama di era ketika zaman mulai bergerak ke arah
modern, teater kontemporer dapat menjembatani antara nilai sosial dan budaya serta ciri tradisional di
dalam kehidupan modern. Ciri khas ekspresif dan bercermin kembali pada tradisi, serta isu sosial yang
diangkat oleh Teater Garasi dapat menjadi jembatan yang tepat untuk masyarakat umum yang ingin
menikmati seni dengan membaca isu sosial-budaya. Diharapkan rebranding serta perancangan promosi
yang dilakukan dalam bentuk event ini akan membuat Teater Garasi semakin dikenal masyarakat dan
membawa falsafah budaya melalui teater untuk turut menjangkau masyarakat umum, karena
rebranding visual sangat berperan untuk memberikan sebuah identitas visual yang dapat tertanam pada
setiap orang yang melihatnya, serta memberikan ciri khas yang dapat membedakan dari kelompok
teater lain.Pada rebranding ini dititikberatkan pada perancangan identitas visual yang bergaya ekspresif,
disertai dengan perancangan event promosi yang dilakukan secara keliling untuk menarik perhatian
masyarakat dan memberikan efek kejutan. Pada perancangan ini juga disertakan pula gimmick untuk
menjadi media promosi yang dapat disebarkan pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Muhammad. Pusat Pagelaran Musik di Surakarta Dengan Penekanan Pada Arsitektur Post-
Modern. UNS: Tugas Akhir Arsitektur, 2007. Ferawati, Hadiah Ari. Taman Pertunjukan Seni di Surakarta.
UNS: Tugas Akhir Arsitektur, 2008. Intan, Catherina. Pusat Pagelaran Musik Modern di Surakarta. UNS:
Tugas Akhir Arsitektur, 2006. Ismunandar. Joglo, Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. Semarang: Dahara
Prize, 1986. Moertjipto, dan dll. Bentuk-bentuk Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Jawa.
Yogyakarta: Depdikbud, 1990. Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid I Edisi 33. Jakarta: Erlangga, 1996. —.
Data Arsitek Jilid II Edisi 33. Jakarta: Erlangga, 2002. Priharyanto, Yudha Eka. Bandar udara Internasional
di Majalengka. UNS: Tugas Akhir Arsitektur, 2006. Rahmah, Ulya. Taman Rekreasi Seni di Surakarta. UNS:
Tugas Akhir Arsitektur, 2008. Santosa, Eko, dan dkk. Seni Teater Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMK, 2008. Sedyawati, Edi. Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1983. Setiawati,
Rahmida. Seni Tari Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK, 2008. Soedarsono, R. M. Seni Pertunjukan
Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Depdikbud, 1998. Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Modern. Ujung
Pandang: Gajahmada University Press, 1996. Wiranto. ―Arsitektur Vernakular Indonesia Perannya
Dalam Pengembangan Jati Diri. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.27, No.2, 19

Anda mungkin juga menyukai