Anda di halaman 1dari 5

Akting, Pemeranan, Seni Peran

Oleh; Unon Saraswati Hananingtyas NIM: 2311271014


Dikutip dari berbagai sumber

Akting, pemeranan, atau seni peran adalah kegiatan menceritakan sebuah cerita melalui tindakan
oleh seorang pemeran yang meniru tindakan karakter. Akting dapat dilakukan di teater, televisi, film,
radio, atau media lain apa pun yang menggunakan mode mimetik. Sebagian besar penelitan dari
sumber kuno di budaya Barat (Yunani: ὑπόκρισις, hipokrisis) menganggap akting sebagai bagian
dari retorika.
Akting melibatkan berbagai keterampilan dalam hal pengembangan imajinasi, pengendalian
emosional, ekspresifitas fisik, proyeksi vokal, kecakapan wicara, dan kemampuan untuk menafsirkan
drama. Akting juga memerlukan kemampuan untuk menggunakan dialek, aksen, improvisasi,
observasi. Selain itu, diperlukan emulasi, pantomim, dan pertarungan panggung.
Sebagian besar aktor pemula mengembangkan kemampuannya dengan mengikuti program spesialis
atau perguruan tinggi, sedangkan sebagian besar aktor profesional mengikuti pelatihan secara
teratur dan berkelanjutan. Instruktur dan guru disediakan bagi para pemeran untuk berbagai
pelatihan. Kegiatan pelatihan meliputi kegiatan menyanyi, adegan bekerja, teknik audisi, dan
bersandiwara di depan kamera.

Sejarah Akting
Salah satu aktor pertama yang diketahui adalah seorang Yunani kuno adalah seorang yang
tinggal di Athena bernama Thespis. Ia berasal dari Ikaria. Aristoteles menulis dalam
bukunya Poetics (ca. 335 BCE) bahwa Thespis memilih berhenti bekerja dari paduan
suara dithyrambic.
Nama Thespis diperoleh dari kata “thespian”. Ia menyebut Thepsis sebagai karakter yang
terpisah. Sebelum Thespis, ia menjadi pemeran paduan suara dengan menyebutkan tokoh
bernama Dionysus. Setelah ia keluar, ia mengganti nama Dionysus dengan penyebutan
dirinya.
Dua abad setelah peristiwa itu, menunjukkan Aristoteles kemudian membedakan kedua
jenis penceritaan ini dengan tindakan dan narasi dan menggunakan istilah ” mimesis ” untuk
penceritaan dengan tindakan dan “diegesis” untuk penceritaan dengan narasi.

Pelatihan Aktor
Pelatihan konservatori dan sekolah drama biasanya berlangsung antara dua hingga empat tahun
hanya untuk mempelajari semua aspek tentang akting. Sementara itu, sebagian besar universitas
menawarkan program pelatihan selama tiga hingga empat tahun.
Dalam universitas, peserta didik dapat memilih fokus pada akting sambil mempelajari aspek teater
lainnya. Tiap sekolah menggunakan pendekatan yang berbeda-beda dalam mengajar akting. Metode
yang paling populer di Amerika Utara adalah program Konstantin Stanislavski. Program ini
dikembangkan dan dipopulerkan di Amerika sebagai metode yang digunakan oleh Lee Strasberg,
Stella Adler, dan Sanford Meisner.
Pendekatan lain berupa orientasi berbasis fisik. Pendekatan ini dipromosikan oleh praktisi teater
antara lain Anne Bogart, Jacques Lecoq, Jerzy Grotowski dan Vsevolod Meyerhold. Kelas akting juga
meliputi psikoteknik, pekerjaan topeng, teater fisik, improvisasi, dan akting di depan kamera.
Selain pendekatan dari sekolah, peserta pelatihan harus mengikuti pelatihan intensif. Pendekatan ini
menggunakan interpretasi tekstual, suara, dan gerakan. Audisi ekstensif umumnya digunakan untuk
memilih program drama dan konservatori yang akan diberikan.
Pendaftar berasal dari peserta yang berusia lebih dari 18 tahun. Beberapa jenis pelatihan juga dapat
dimulai pada usia yang lebih muda. Kelas dan sekolah profesional dengan peserta berusia di bawah
18 tahun banyak ditemukan. Aktor muda diperkenalkan oleh pelatih ke berbagai aspek akting dan
teater. Salah satu aspek ini adalah studi adegan.
Pelatihan ketenangan dan santai secara fisiologi diadakan dengan peningkatan pelatihan dan
paparan pidato. Perubahan stres diukur dengan menghitung jumlah detak jantung pembicara publik.
Kecemasan terukur ketika detak jantung meningkat. Aktor dengan peningkatan kinerja memiliki
detak jantung dan bukti stres yang lebih rendah.
Pidato merupakan latihan penting untuk aktor, karena termasuk tindakan adaptasi yang dapat
mengatur kecemasan dari dalam diri maupun dari luar diri. Tindakan fisiologi akan meningkat dengan
menghadiri institusi dengan spesialisasi akting. Tubuh menjadi lebih rileks dan stres dapat berkurang.
Efek yang ditimbulkan bersifat menyehatkan secara hormonal hingga kesehatan kognitif. Efek ini
mampu memengaruhi kualitas hidup dan kinerja.

Unsur-Unsur dalam Akting


1. Improvisasi dalam Akting
Beberapa bentuk akting klasik memanfaatkan elemen substansial. Akting dilakukan dengan
improvisasi dari pemeran. Contoh improvisasi adalah pada rombongan commedia dell’arte.
Kelompok ini merupakan suatu bentuk komedi bertopeng yang sering diadakan di Italia.
Praktisi teater Rusia yang bernama Konstantin Stanislavski menjadikan improvisasi sebagai
pendekatan utama untuk akting. Ia mengembangkan sistem pelatihan aktor pada tahun
1910-an. Akhir tahun 1910, Stanislavski diundang ke Capri untuk berdiskusi dengan
dramawan bernama Maxim Gorky. Keduanya membahas pelatihan dan tata bahasa dalam
akting.
Gorky terinspirasi oleh pertunjukan teater populer di Napoli yang memanfaatkan teknik
commedia dell’arte. Ia menyarankan agar Stanislavski membentuk sebuah perusahaan
bersamanya. Selain itu, ia menyarankan agar perusahaan ini meniru pemain berjalan abad
pertengahan. Pada model drama ini, drama baru dirancang bersama oleh seorang penulis
naskah dan sekelompok aktor muda melalui improvisasi.
Stanislavski menyetujuinya dan mengembangkan penggunaan improvisasi ini dalam
karyanya dengan studio pertamanya di Teater Seni Moskow. Murid-murid Stanislavski
menegmbangkan sistemnya dalam pendekatan akting. Dua murid Stanislavski adalah
Michael Chekhov dan Maria Knebel.
Penggunaan improvisasi dipelopori di Inggris pada tahun 1930-an oleh Joan Littlewood.
Penggunaan teknik improvisasi ini kemudian dilanjutkan oleh Keith Johnstone dan Clive
Barker. Sementara di Amerika Serikat, Viola Spolin menjadi orang pertama yang
mempromosikan improvisasi. Ia memulai promosinya setelah mulai bekerja dengan Neva
Boyd di Hull House di Chicago, Illinois.
Spolin menjadi murid Boyd dari tahun 1924 hingga tahun 1927. Seperti praktisi Inggris,
Spolin meyakini bahwa permainan merupakan sarana yang berguna dalam pelatihan dan
peningkatan kinerja aktor. Ia meyakini bahwa improvisasi mampu membuat seseorang
menemukan kebebasan berekspresi. Alasannya adalah improvisasi berubah seiring kondisi
tertentu.
Improvisasi menuntut pikiran terbuka agar spontanitas dapat dipertahankan. Ini berbeda
dengan merencanakan respons sebelumnya. Aktor menciptakan sebuah karakter tanpa
mengacu pada teks dramatis sehingga sebuah drama dapat dikembangkan dari interaksi
spontan dengan aktor lain. Pendekatan ini telah dikembangkan secara substansial oleh
pembuat film Inggris Mike Leigh. Ia menerapkannya dalam film-film seperti Secrets &
Lies (1996), Vera Drake (2004), Another Year (2010), dan Mr. Turner (2014).

2. Efek Fisiologis dalam Akting


Stres dapat timbul ketika pemeran sedang berbicara atau berakting di depan penonton.
Stres ini mengakibatkan peningkatan detak jantung. Namun, kesalahan seorang pemeran
juga dapat ditutupi dengan mengadakan improvisasi.
Pada 2017, diadakan sebuah studi kepada para mahasiswa di Amerika Serikat yang belajar
menjadi pemeran. Para pemeran ini menunjukkan peningkatan detak jantung yang sama
sepanjang penampilan mereka walaupun memiliki tingkat pengalaman yang berbeda-beda.
Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa detak jantung meningkat, baik pada
aktor profesional maupun aktor amatir.
Stres dialami oleh semua jenis aktor, tetapi terdapat perbedaan dalam keragaman jumlah
detak jantung. Aktor yang lebih berpengalaman memiliki detak jantung yang berubah
dengan rentang nilai yang kecil. Sementara aktor amatir memiliki detak jantung yang
beragam dengan rentang yang lebih besar. Stres yang dialami oleh aktor yang lebih
berpengalaman lebih sedikit dibandingkan aktor amatir. Kestabilan detak jantung dengan
demikian ditentukan oleh tingkat pengalaman dari seorang pemeran.
3. Semiotika dalam Akting
Akting memanfaatkan ilmu semiotika untuk mengetahui tentang cara-cara memulai pertunjukan
dengan menjadikan penonton sebagai tanda. Semiotika sebagian besar melibatkan pembentuksn
makna yang mempengaruhi kinerja aktor dalam konteks yang lebih luas. Tindakan dramatis dalam
dunia nyata dapat membentuk hubungan masing-masing aktor.

Perbedaan Akting Panggung dan Film


Akting bisa dilakukan di televisi, teater atau panggung dan film. Akting yang dilakukan dalam
teater atau panggung bisa disebut dengan akting panggung, sedangkan akting yang
dilakukan di depan kamera biasa disebut akting film. Nah, ada perbedaan akting panggung
dan film lho!
Akting panggung adalah gerak, dialog, dan ekspresi wajah yang ditunjukkan seorang aktor
atau aktris di panggung pertunjukkan. Akting film adalah gerak dan dialog pemain yang akan
direkam menggunakan kamera di sebuah set. Set dibangun oleh dari beberaa divisi. Divisi
tersebut di antaranya artistik, penata cahaya, penata suara, penata gambar, penata rias,
penata kostum, dan lain sebagainya. Kedua jenis akting ini memiliki kriteria dan cara
latihannya masing-masing. Berikut lima perbedaan akting panggung dan film yang harus
kamu ketahui!

1. Vokal
Vokal jadi satu perbedaan yang paling kentara. Dalam melakukan akting panggung, aktor
dan aktris harus memiliki vokal yang lantang, dan jelas. Kenapa? Karena dalam akting
panggung, seorang aktor dan aktris harus mampu menjangkau pendengaran penontonnya
dari barisan depan sampai barisan paling belakang.
Selain vokal yang lantang dan jelas, seorang aktor dan aktris yang melakukan akting
panggung diwajibkan untuk memiliki artikulasi dan intonasi yang tepat. Berbeda dengan
akting film, para aktor dan aktris tidak terlalu dibebankan soal vokal. Hal ini dikarenakan,
adanya penata suara yang memasang clip on di masing-masing pemain, dan boom mic untuk
meng-cover atmosfer. Hasil dari perekaman suara ini akan disunting oleh seorang penata
suara sehingga bisa menghasilkan suara yang diinginkan.

2. Gerak Tubuh
Secara sederhana, akting panggung gerak tubuh pemain akan lebih berlebihan daripada
akting film. Kenapa? Karena akting panggung harus pandai merepresentasi karakter dan
emosi sehingga penonton merasa dekat dengan cerita yang sedang berjalan.
Gestur dan fleksibilitas gerak tubuh harus dimiliki oleh seorang aktor dan aktris yang
melakukan akting panggung. Seorang aktor atau aktris yang melakukan akting film
cenderung bisa mengadaptasi dari kebiasaan sehari-hari, apalagi kalau ceritanya drama.
Gestur dan gerak tubuh akting film bisa di-cover dari berbagai sudut kamera sehingga
penonton mampu merasakan emosi dan kedekatan dengan cerita dan karakter tersebut.
3. Ekspresi dan Mimik Wajah
Ekspresi dan mimik wajah adalah dua hal yang serupa, tetapi tidaklah sama. Ekspresi adalah
ungkapan perasaan yang ditunjukkan melalui gerakan tubuh, ucapan dan wajah. Mimik
wajah lebih detil dari sekadar ekspresi. Mimik wajah bisa menunjukkan lirikan mata, kerutan
dahi, gerakan pipi, mulut, rahang dan leher secara berkeseinambungan untuk membentuk
suatu ekspresi.
Dalam akting panggung, aktor dan aktris harus memiliki ekspresi dan mimik wajah yang
jelas. Permainan mata jadi salah satu faktor pendukung terbesar untuk menuturkan sebuah
ekspresi. Mata adalah pusat segala ekspresi, mulai dari perasaan marah, sedih, bahagia, bisa
terpancar melalui mata. Di panggung pertunjukkan, seorang aktor dan aktris harus mampu
mengekspresikan segala perasaan lakon yang sedang ia perankan. Ekspresi dan mimik wajah
harus jelas dan kuat, karena akan berpengaruh pada penonton.
Berbeda pada akting film, aktor dan aktris memang harus memiliki ekspresi dan mimik
wajah yang kuat tetapi tidak harus berlebihan seperti akting panggung. Hal ini dikarenakan
pada akting film, aktor dan aktris akan diekspos dari banyak sudut kamera. Ekspresi dan
mimik wajah harus mampu tersampaikan kepada penontonnya, terlebih jika sedang
berakting drama atau mengekspresikan kesedihan. Nah, jika aktor atau aktris yang berakting
di kamera bisa menyentuh hati penonton agar turut merasakan kesedihan, cerita dan
aktingnya berhasil.

4. Blocking
Perbedaan akting panggung dan film selanjutnya adalah blocking. Jika aktor dan aktris
melakukan akting panggung, mereka harus sadar dengan kehadiran penonton. Hal ini
dikarenakan mereka harus mampu menyampaikan cerita dengan baik kepada penonton
yang ada di depan mereka secara langsung. Selain penonton, aktor dan aktris yang berakting
di panggung harus peka terhadap kehadiran tim dokumentasi.
Para aktor dan aktris di panggung tidak boleh sadar kamera, walaupun mereka tahu bahwa
ada tim dokumentasi baik foto maupun video yang sedang meliput mereka. Blocking jadi hal
yang sangat penting di dalam akting panggung, mengingat para aktor dan aktris akan banyak
imporivisasi dan saling menyesuaikan aksinya satu sama lain. Ditambah dengan adanya
penonton, para pemain tidak boleh membelakangi penonton, karena akan sangat
mengganggu pertunjukkan yang sedang berlangsung.
Blocking aktor dan aktris di dalam akting film bisa dilakukan berulang kali. Hal ini sangat
berbeda dengan akting panggung. Blocking dilakukan pada masa recce, reherseal di lokasi
bahkan juga bisa dilakukan saat hari syuting berlangsung. Blocking aktor dan aktris juga bisa
berubah saat ada perubahan di lokasi atau set-nya. Hal ini dikarenakan adanya hal-hal teknis
yang sangat dipertimbangkan, bisa jadi soal lokasi, set, teknis kamera, atau divisi teknis
lainnya. Blocking akting film diharuskan untuk tidak sadar kamera, kecuali memang ada
konsep yang membutuhkan kamera subjektif sebagai tokoh utamanya.

5. Improvisasi
Akting panggung dan film tentu memiliki jenis improvisasi yang berbeda. Akting panggung
melakukan improvisasi ketika ada tiga hal yang terjadi. Pertama, saat aktor dan aktris lupa
dialog dia harus mampu berimprovisasi. Aktor dan aktris harus peka untuk menyelaraskan
improvisasi dengan dialog lawan mainnya sesuai dengan skenario yang sedang berjalan.
Kedua, improvisasi dilakukan ketika ada lawan main yang lupa dialog atau salah blocking.
Sebagai aktor dan aktris panggung, ia harus bisa menutupi kesalahan yang terjadi di
panggung dengan cara berimprovisasi. Ketiga, aktor dan aktris harus bisa melakukan
improvisasi jika terjadi kecelakaan panggung pertunjukkan, misalnya wardrobe terlepas dari
pemain, pemain jatuh, dan lain sebagainya.
Kepekaan berimprovisasi seorang aktor dan aktris di atas panggung ini bertujuan agar
penonton tetap bisa menikmati sajian cerita tanpa tergganggu hal-hal yang tidak diinginkan.
Aktor dan aktris yang melakukan akting film bisa melakukan improvisasi dialog, tetapi jarang
yang bisa melakukan improvisasi adegan. Hal ini dikarenakan adanya perencanaan matang
melalui pembuatan floor plan, story board, dan blocking pemain. Improvisasi dialog pun
dilakukan apabila ada kata yang susah diucapkan, maka kalimat dialog bisa disederhanakan.

Selesai
Dikutip dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai