Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syanindita Naratama Kania

NPM : 1821052
Kelas : A.6.2
Mata Kuliah : Perencanaan Pementasan Drama
Dosen Pengampu : Emilia Contessa, M.Pd.
Pertemuan :1&2

DASAR-DASAR PEMENTASAN DRAMA

A. Dasar-dasar Akting
Akting adalah segala kegiatan, gerak, atau perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku.
Akting meliputi mimik, pantomim, dialog, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
adegan aktor atau pemain drama. Tujuan akting adalah “to be a character”, yaitu
mengekspresikan suatu perwatakan yang khas dari seorang tokoh. Menurut Dewojati
(2010:255) Akting adalah wujud yang kasat mata dari suatu seni peragaan tubuh, yang
menirukan perilaku-perilaku manusia yang mencakup segala segi, lahir dan batin. Sifat
peragaan ini pulalah yang menjadikan akting dalam seni pertunjukan drama berbeda dengan
seni-seni kreatif lainnya.
Tambayong menambahkan bahwa dalam akting terdapat tiga ciri dasar yang harus
dimiliki oleh seorang aktor. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bakat
Bakat merupakan karunia yang diberikan oleh tuhan. Bakat manusia satu dengan yang
lain nya tidaklah sama. Bakat seseorang dalam keterampilan seni harus dikembangkna
melalui proses yang memerlukan kerja keras. Bakat yang tidak diolah akan menjadi bakat
yang terpendam atau bahkan tenggelam (Anirun, 1998:173).

2. Kemauan
Kemauan dan bakat setiap orang dapat diuji melalui semangat dan gairah seseorang,
ketika terlibat dalam kegiatan berkesenian. Kecintaannya terhadap seni dapat dicerminkan
melalui kemauan dan keikhlasannya dalam mengikuti setiap proses belajar dan proses
berkesenian.
3. Latihan
Dalam menjalani teater dan drama, perlu dipahami oleh aktor bahwa tidak ada satu pun
kesenian yang mencapai tingkat memuaskan di mata peminat dan penikmatnya tanpa adanya
latihan-latihan. Latihan-latihan tersebut merupakan sebuah proses untuk mendapatkan
pementasan yang sukses.

B. Pembangunan Akting dan Karakter


Menurut Dewojati (2010:257) Dalam melakukan akting di atas panggung, terdapat
beberapa alat yang harus dikuasai oleh aktor, alat-alat tersebut hanya dapat dikuasai jika aktor
melakukan latihan dengan sungguh-sungguh. Alat-alat itu antara lain sebagai berikut.
1. Konsentrasi
Dalam akting atau seni peran, konsentrasi merupakan ajaran tang pertama dan utama.
Selanjutnya Anirun menambahkan bahwa dasar dari ajaran konsentrasi adalah penguasaan
diri sendiri, sedangkan penguasaan diri sendiri hanya dapat dicapai melalui telaah diri dan
berlatih. Dalam berlatih konsentrasi, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Proses mencari-cari
b. Proses mencipta konstruktif
Boleslavsky (1959: 28) mengemukakan bahwa sasaran konsentrasi seorang aktor adalah
sukma manusia. Selanjutnya Bolselavsky menambahkan bahwa aktor tidak dapat melakukan
kewajibannya sebagai aktor jika ia tidak mempunyai kematangan sukma. Oleh karena itu, ada
proses pendidikan (latihan) yang harus ditempuh oleh seorang aktor dengan kerja keras.
Melatih konsentrasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan.
a. Melatih panca indera kita dengan melatih penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, dan pengecapan terhadap sesuatu yang fiktif atau semu.
b. Melatih perasaan terhadap emosi-emosi tertentu, misalnya perasaan takut, sedih,
gembira, benci, marah, gelisah, gugp, tetekan, dan lain sebagainya (Anirun, 1998:174).

2. Vokal
Vokal merupakan unsur utama dalam menyampikan pesan atau gagasan aktor kepada
penonton. Menurut Tambayong (2000:19), dialog yang diucapakan aktor masing-masing
memiliki matra lambat-laju, lembut-kasar, atau sangar-dayu, sangat bergantung pada suasana-
suasana yang ingin dibangun. Selanjutnya, Tambayong menambahkan adanya latihan-latihan
dasar yang harus dilakukan oleh aktor untuk mendapatkan vokal yang baik. Latihan-latihan
tersebut antara lain adalah latihan pernafasan, latihan menyanyi, dan berdeklamasi.
Anirun (1998:166) menyebutkan bahwa ada tiga macam pernafasan. Pertama pernafasan
dada, kedua pernafasan perut, ketiga pernafasan diafragma. Selain pernafasan, latihan
menyanyi juga sangat diperlukan untuk pembentukan kualitas vokal yang peka terhadap
irama dan nada.
Di samping latihan pernafasan, latihan deklamasi juga diperlukan untuk melatih
kemampuan vokal pada pengetahuan irama dan nada dari sudut sastra. Menurut Rendra
(1993:59) deklamasi dapat dibawakan melalui rekaman dan bisa juga dibawakan di muka
penonton.
Dalam latihan vokal, setelah latihan pernafasan, bernyanyi, dan berdeklamasi, seorang
aktor kemudian dituntut untuk dapat mengucapkan dialognya dengan jelas. Rendra
berpendapat bahwa apabila para pemain tidak jelas mengucapkan dialognya, maka penonton
tidak akan dapat menangkap jalan cerita drama yang dipertunjukkan. Selanjutnya, Rendra
juga menambahkan bahwa seorang aktor juga harus memperhatikan tekanan ucapan. Tekanan
ucapan dibagi menjadi tiga. Pertama tekanan dinamik, kedua tekanan tempo, ketiga tekanan
nada.

3. Indera
Panca indera merupakan bagian terpenting yang harus dilatih karena berpengaruh pada
kesan yang akan ditangkap oleh penonton. Dalam melakukan latihan indera, terdapat
beberapa alat yang harus dikuasai dan dipahami oleh seorang aktor. Alat-alat indera itu antara
lain adalah mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Menurut Rendra, mata mempunyai
kekuatan dan kegunaan yang sama seperti tangan. Pandangan mata diibaratkan mampu
menusuk hati seseorang.
Selain mata, indera yang harus dilatih adalah indera pendengaran atau telinga guna
menciptakan kepekaan aktor terhadap suara-suara yang ada di sekitarnya. Latihan indera
pendengaran ini berhubungan dengan adanya tanggapan yang akan dilakukan aktor terhadap
lawan mainnya di atas panggung. Adapun yang harus ditanggapi oleh aktor adalah lawan
mainnya, sifat adegan, dan limgkungan adegan (bdk Rendra, 1993:13).
Selanjutnya, hal yang harus dilatih oleh seorang aktor adalah indera penciuman untuk
mengenal bau, yaitu hidung. Seorang aktor harus dapat mengumpulkan pengalaman bau yang
disimpan dalam ingatannya dan kemudian melalui imajinasi seorang aktor tersebut harus
mampu menghayatinya (Tambayong, 2000:27).
Sehubungan dengan indera pengecapan atau lidah, seorang aktor harus dapat
meyakinkan kepada penonton apa yang dirasakan atau dinikmati olehnya. Lain halnya
dengan indera rasa atau kulit yang mengacu pada kepekaan jasmani yang diperoleh dari
bahasa tubuh. Dengan bahasa tubuh, persoalan verbal dapat digantikan dengan gerakan-
gerakan anggota tubuh (bdk Tambayong, 2000:29).

4. Tubuh
Perwujudan peran adalah penampilan sosok raga secara total, lahir-batin, dan kasat mata.
Menurut Boleslavsky, tubuh ini sangat erat hubungannya dengan laku dramatis. Laku
dramatis merupakan perbuatan yang bersifat ekspresif dari emosi. Di atas panggung, gerakan
tubuh dibagi menjadi dua, yaitu gerakan besar dan kecil.
Menurut Rendra (1993:35-36), dihadapan penonton seorang aktor harus dapat bertingkah
wajar dan tidak boleh melakukan gerakan tanpa alasan. Adapun alasan untuk bergerak ada
dua sumber, yaitu alasan kewajaran dan alasan kejiwaan. Tanpa kedua alasan itu, lebih baik
secara wajar seorang aktor tidak bergerak.
Menurut Ricahard Boleslavsky di kutip Dewojati (2010:264) latihan tubuh oleh aktor ini
memiliki beberapa cara, di antaranya adalah yang tertulis sebagai berikut.
a. Senam irama
b. Tari klasik dan pengutaraan
c. Main anggar
d. Berbagai jenis latihan bernapas
e. Latihan menempatkan suara, diksi, bernyanyi
f. Pantomim
g. Tata rias

5. Intelegensia
Dalam konsentrasinya aktor harus dapat memerintahkan pikiran dan intelegensinya
sendiri sehingga dapat mengubahnya untuk peran apa pun yang sedang lakonkannya. Adapun
subjek-subjek yang harus dikuasai seorang aktor menurut Boleslavsky dalam Dewojati
(2010:265-266) adalah sebagai berikut.
a. Pengetahuan perihal tokoh-tokoh teater
b. Pengetahuan tentang kusastraan dunia pada umumnya
c. Pengetahuan tentang sejarah seni lukis, seni pahat, seni musik, dan seni lainnya
d. Pengetahuan tentang psikologi; memahami psikoanalisis; pernyataan emosi; logika
perasaan
e. Pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia
f. Pengetahuan tentang sosiologi
g. Pengetahuan filosofis

6. Ingatan Emosi
Aktor harus berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dan halaman-
halaman sejarah kehidupan yang telah silam. Seorang aktor dalam proses pembentukan
perannya harus berusaha menggali, mencari, dan menemukan emosi yang tidak dimilikinya.
Emosi yang ditemukan tersebut harus dikembangkan agar memadai dengan tuntutan peran.
Ingatan emosi adalah perangkat sang aktor untuk dapat mengungkap dan melakukan hal-hal
yang berada di luar dirinya (Anirun, 1998:176)

7. Imajinasi
Ingatan emosi sangat berhubungan dengan imajinasi. Tambayong di kutip Dewojati
(2010: 266) berpendapat bahwa daya cipta dari tidak ada menjadi ada sangat ditentukan oleh
imajinasi. Selain itu, imajinasi akan memberi arti pada suatu pengandaian aktif atas
kebenaran objektif menjadi kebenaran subjektif. Tambayong menambahkan bahwa latihan-
latihan dasar untuk merangsang imajinasi selain dengan menghayal juga dapat dilakukan
dengan menikmati lukisan dan menikmati musik klasik.

8. Pembangunan Watak
Jika aktor sudah mendapat gambaran tentang peran yang akan dipegangnya, Harymawan
di kutip Dewojati (2010:267) berpendapat bahwa gambaran tersebut baru dapat diperjelas
lagi dengan jalan sebagai berikut.
a. Menelaah struktur psikis peran dengan membuat deret pertanyaan
b. Memberikan identifikasi
c. Mencari hubungan emosi dengan peran
d. Penguasaan teknis
1. Irama
Agar lakon dapat menhanyutkan para penonton ke arah yang dituju maka permainan itu
harus mempergunakan irama yang tepat. Dalam teater digunakan istilah tempo atau
kecepatan ada hubungannya dengan irama. Sebuah lakon biasanya mempunyai irama yang
menggiring ke arah klimaks.Rendra (1993:30) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
klimaks adalah puncak tanjakan. Membina klimaks sama dengan membina perkembangan.
Perkembangan dan klimaks memberi pengaruh keasyikan pada penonton, sebaliknya yang
datar dapat menimbulkan kebosanan.

Anda mungkin juga menyukai