Anda di halaman 1dari 5

Nama :Salsabella Wawa Anasya

Nim : RRA1B117008

Mata Kuliah : Pertunjukan

Materi Minggu Ke-12: Hal-hal yang harus dilakukan untuk pertunjukan teater.

Tugas:

1. Sesuai dengan naskah teater yang akan saudara tampilkan, apa sajakah
yang harus saudara lakukan. Jelaskanlah secara teoritis dengan mengutip
para ahli dari sumber yang akurat, misalnya dari jurnal, e-book, atau
sumber ilmiah lainnya. Jelaskan data sumber ilmiah yang digunakan
seperti membuat daftar rujukan.

Jawab :

Dalam melakukan pertunjukan teater naskah dukun-dukan ada 5 hal yang harus
dilakukan:

1. Dekorasi Panggung
Tata Pentas, digunakan istilah pentas, karena pementasan drama tidak
selalu dipanggung. Waluyo (2001:141) berpendapat ada 4 jenis pentas dalam
teater modern yakni; (1) pentas konvensional, yaitu bentuk pentas panggung yang
masih mengunakan proscenium (tirai depan), (2) pentas arena, yaitu bentuk pentas
tidak di panggung tetapi sejajar dan dekat dengan penonton, (3) revolving, yaitu
panggung yang dapat berputar, (4) elevator atau lift, yaitu tiga pentas berupa
panggung atau lebih disusun secara vertikal dan digunakan silih berganti dengan
menaikkan atau menurunkan panggung.
Dalam pertunjukan dukun-dukunan,sutradara menggunakan pentas arena agar
energi dan reaksi yang diciptakan oleh para aktor dapat terasakan oleh penonton.
Kedekatan jarak antara aktor dan penonton memang diupayakan di dalam
pertunjukan ini.
Pada pertunjukan Dukun-dukunan, setting properti yang digunakan tidak
permanen, namun keseluruhan yang berada dipanggung, baik itu properti, kostum,
tubuh para aktor, dan cahaya menjadi sett yang bergerak dan mengisi ruang
dipanggung. Penggunaan warna-warni di panggung baik kostum maupun property
direlevansikan dengan berbagai keragaman.
2. Persiapan Aktor
Seorang akor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini
seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian,
makin sanggup ia memusatkan perhatian. Jelas sekali sebelum anda sanggup
menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus
belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupan yang sejati atau
imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah
untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang
pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film,
tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus
memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus
memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam.
Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak
punya hubungan dengan kehidupan.
Dalam naskah dukun-dukunan para actor mempersiapkan diri sebelum
menampilakn pertunjukan dengan olah vocal/suara, olah rasa/jiwa
3. Penataan Cahaya
Menurut Rendra (1993:104), tata lampu adalah pengaturan penerangan
panggung selama pementasan. Tujuannya tidak hanya sekedar permainan bisa
dilihat penonton, tetapi juga agar suasana di panggung selalu memikat akibat
penyorotaan lampu yang diperhitungkan menurut kebutuhan pertunjukan.
Sedangkan Waluyo (2001:137) berpendapat bahwa lampu dapat
memberikan pengaruh psikologis, juga dapat berfungsi sebagai ilustrasi
(hiasan), dan penunjuk waktu (pagi, sore) serta membangun suasana pentas.
Lebih jelas tujuan tata lampu dapat dinyatakan sebagai berikut: (1)
penerangan terhadap pentas dan aktor, pentas dengan segala isisnya dapat
trlihat jelas oleh penonton, (2) memberikan efek alamiah dari waktu, seperti
jam, musim, cuaca dan suasanan, (3) membantu melukis dekor (scenery) dalam
menambah nilai warna hingga terdapat efek sinar bayangan, (4) melambangkan
maksud dengan memperkuat kejiwaanya, (5) tata lampu juga dapat
mengekspresikan mood dan atmosfir dari lakon, guna mengungkapkan gaya
dan tema lakon itu, (6) tata lampu juga memberikan variasi-variasi, sehingga
adegan-adegan tidak statis.
Dalam pertunjukan dukun-dukunan, lampu yang digunakan berwarna
merah, putih, kuning, biru, blitz warna-warni, serta warna netral sebgaai
pencahayan.
4. Penataan Musik
Menurut Rendra, (1993:104) tata musik adalah pengaturan musik yang
mengiringi permainan sandiwara. Sedangkan menurut Waluyo, (2001:148)
music dapat menjadi bagian alkon, tetapi kebanyakan sebagai ilustrasi, baik
sebagai pembuka lakon, pembuka adegan dan pemberi efek pada lakon,
maupun sebagai penutup.
Dalam pertunjukan Dukun-dukunan, menggunakanmusik dari komputer
agar suara berupa perwakilan teror dapat hadir di atas panggung. Bunyi yang
dihasilkan dari hasil efek bunyi.

5. Penataan Rias dan Busana


Secara umum tata rias dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah
menjadi lebih sempurna. Tata rias juga diartikan sebagai kegiatan mengubah
penampilan dari bentuk aslinya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Selain itu
juga tata rias memerlukan berbagai pengetahuan untuk memahami 1) anatomi (agar
mengenali bentuk ideal anggota tubuh), 2) karakterisasi warna dan garis, 3) gradasi
warna, dan 4) komposisi warna. Pada dasarnya, banyak bagian tubuh yang dapat
dieksplorasi untuk mempercantik penampilan.
Tata rias merupakan cara untuk mempercantik diri khususnya pada bagian
muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan
diperlukan untuk menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. “Tata rias
adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah
peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada pemain diatas
panggung/ pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar. (Harymawan)
Kostum merupakan unsur pelengkap yang tidak kalah pentingnya untuk
menunjang kreasi anatara kostum, tat arias wajah, hiasan dan asesoris. Kostum
yang pertama kali tampak membantu menggariskan karakternya, dan kostum
tampak kemudian memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut keperluan
pemeran atau pemain.
Tata busana dalam panggung berguna untuk menandakan karakter dari
seorang tokoh. Tetapi dalam perwujudannya, tata busana mesti memperhatikan
bentuk, warna, dan konsep warna secara keseluruhan. Di samping itu, tak kalah
pentingnya adalah koordinasi dengan penata gerak, penata rias, penata artistik,
penata cahaya, pemain, dan sutradara. Koordinasi tersebut penting manfaatnya
karena semua diarahkan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu keberhasilan
suatu pementasan teater.
Tata busana juga dapat menunjukkan asal usul dan status sosial tertentu.
Dari busana yang dipakai seorang aktor dapat diketahui peran apa yang dimainkan
aktor tersebut. Misalnya, seorang pembantu, majikan, polisi, tentara, guru, kyai,
orang Jawa, Irian, Belanda, dan sebagainya dapat diketahui lewat busana yang
dipakainya. Di samping itu, lewat busana yang dipakai juga dapat menunjukkan
usia peran yang dimainkan seorang aktor. Misalnya, seorang lelaki tua, lelaki
muda, perempuan tua, perempuan muda, dan seterusnya dapat dibantu dengan tata
busana, di samping tata rias, gerak, akting, dan sebagainya.
Dalam naskah dukun-dukunan ini tata rias yang digunakan tidak terlalu
banyak kecuali oeran eyang progo, pembantu dan orang kaya. Sedangkan busana
digunakan keluarga miskin hanya menggunakan daster (istri), baju lusuh (suami),
baju modern untuk keluarga kaya.
DAFTAR RUJUKAN

Suhariyadi. 2014. Dramaturgi. CV Pustaka Ilalang Group, Lamongan.

Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 19, No. 1, Juni 2017. ISSN: 1412 – 1662 E-ISSN 2580-2208

Purwatiningsih.2017. Pengembangan Materi Seni Budaya Cabang Seni Teater.


Kemendikbud

Ardelia Suktiarno Putri, 2017 Studi Komparasi Tata Rias Dan Busana Tari
Badaya Karya R.Sambas Wirakusumah Dan Karya Iyus Rusliana. Universitasi
Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai