Akhlak atau kelakuan yang baik adalah segala tingkah laku yang terpuji. Menurut Salam
(2000:168), akhlak terpuji dapat terwujud apabila kita memiliki sifat-sifat terpuji pula,
.Cerita ini menggunakan alur maju dengan sudut pandang orang ketiga dan berlatar di
Negeri Jambi, kerajaan dan bukit. Cerita ini bertemakan kepercayaaan, dengan amanat
perkataan dan perbuatan kita harus benar agar dapat dipercaya orang lain, jika berjanji
menggambarkan nilai moral benar, amanat, hemat, malu dan menepati janji.
“Setiap pagi dan sore ketiga dubalang itu secara bergiliran naik ke atas bukit untuk
melihat dan memeriksa lukah-lukah tersebut. Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga
hari keenam, belum menunjukkan adanya tanda-tanda yang mencurigakan. Pada hari
ketujuh di pagi hari, Dubalang Duo Belas mendapat giliran naik ke atas bukit untuk
memeriksa lukah-lukah tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia berada di atas bukit. Ia
melihat sesuatu menggelepar-gelepar di dalam sebuah lukah.”
Nilai moral sabar yang terdapat adalah warga sabar dan tetap naik ke bukit setiap
hari hanya ingin melihat lukah-lukah tersebut walaupun sampai 7 hari.
“Apa saja kehendak Tuanku akan hamba berikan, asalkan hamba bebas dari lukah ini.
Bukankah Tuan adalah raja yang arif bijaksana.” Raja berpikir sebentar, kemudian
katanya “Kalau begitu, baiklah.Pertama aku minta kau enyah dari Negeri Jambi, atau
jangan mengganggu rakyat Jambi, baik anak-anak maupun orang tua. Kedua aku minta
cincin pinto- pinto (pinta-pinta), yaitu cincin sakti, apo yang kuminta haruss ado.”
Dengan cepat Hantu Pirau itu menyanggupi. Secara ajaib, Hantu Pirau telah memegang
sebuah cincin pinto-pinto, lalu diserahkan kepada raja. Salah seorang dubalang
diperintahkan raja untuk melepaskan Hantu Pirau itu dari dalam lukah. Sejak itu, Negeri
Jambi tidak pernah lagi diganggu Hantu Pirau.”
Pada kutipan tersebut Hantu Pirau yang menggangu rakyat Negeri Jambi pada
saat itu tertangkap oleh jebakan yang dipasang rakyat negeri atas perintah raja. Dengan
memohon kepada raja Hantu Pirau minta tilepaskan dari jebakan tersebut, raja pun
Jika ia memberikan cincin pinto-pinto dan ia harus lenyap tidak akan mengganggu
warga desa lagi. Hantu Pirau pun menyanggupi persyaratan yang diajukan raja dan ia
pun dilepaskan. Bisa saja Hantu Pirau berbohong ketika itu dan ia menggangu warga
desa kembali. Tetapi ia termasuk hantu yang jujur dan berbuat sesuai dengan
perkataanya. Sejak saat itu Hantu Pirau tidak pernah lagi menggangu rakyat Negeri
Jambi. . Pada cerita rakyat Dongeng Hantu Pirau nilai moral benar ditunjukkan oleh
Raja Negeri Jambi dan Hantu Pirau yang perkataannya benar sesuai dengan
perbuatannya.
“Anaknya yang bernama Sultan Baring mematuhi perintah ayahnya, lalu berangkat ke
Negeri Jambi, membawa surat pengangkatannya menjadi Raja Negeri Jambi, yaitu raja
kedua setelah ayahnya. Sultan Baring juga terkenal raja yang arif bijaksana seperti
ayahnya.”
Pada kutipan di atas Sultan Baring mendapat amanat dari ayahnya, Raja
Jambi dari Negeri Keling untuk menggantikan beliau menjadi raja Negeri Jambi.
ayahnya tersebut. Dengan menjadi raja Jambi bisa saja Sultan Baring berlaku
sendiri. Namun Sultan Baring dapat dipercaya ia tidak melakukan hal tersebut, ia
mejalankan amanah ayahnya dengan baik. Sultan Baring menjadi raja Jambi yang
oleh Sultan Baring yang menjalankan perintah sesuai dengan amanah ayahnya.
raja untuk meminta petunjuk cara menghadapi Hantu Pirau, ketika sampai di
untuk melaksanakn perintah yang telah ditunjukkan oleh raja, yaitu memasang
lukah di bukit. Dalam sehari saja lukah-lukah tersebut telah selesai dan mereka
langsung memasang lukah tersebut di bukit. Rakyat Jambi dapat memanfaatkan
waktu dengan baik, sehingga Hantu Pirau pun dapat tertangkap dengan cepat.
Pada cerita rakyat Dongeng Hantu Pirau nilai moral hemat ditunjukkan
oleh para Dubalang dan rakyat Jambi yang menghemat waktu dengan langsung
Pada kutipan tersebut rakyat Negeri Jambi ketika itu dibuat resah oleh Hantu Pirau yang
menggangu anak. Mereka malu mau cepat-cepat menghadap raja untuk melaporkan dan
meminta pertolongan untuk mengatasi Hantu Pirau tersebut. Takut berbuat kesalahan
dan dimarahi raja karena tidak bisa mengatasi sendiri hal itu. Sehingga mereka masih
mencoba mengatasi dengan segala mantra yang mereka kuasai. Walaupun pada akhirnya
oleh rakyat Jambi yang malu jika berbuat kesalahan terhadap raja mereka.
(1) “Ketiga dubalang itu mohon diri setelah berjanji akan melaksanakan
perintah raja. Dalam perjalanan pulang, ketiga orang itu tetap heran
dalam hati.
Sesampainya di negeri masing-masing, perintah raja pun disampaikan
kepada semua penduduk.”
(2) “Dengan cepat Hantu Pirau itu menyanggupi. Secara ajaib Hantu Pirau
telah memegang cincin pinto-pinto lalu diserahkan kepada raja. Seorang
dubalang diperintahkan raja untuk melepas Hantu Pirau itu dari dalam
lukah.
Pada kutipan (1) dan (2) dubalang yang menghadap raja Negeri Jambi kembali
dengan membawa informasi bagaimana cara mengatasi Hantu Pirau. Mereka berjanji
akan melaksanakan perintah raja tersebut. Ketika merek dalam perjalanan pulang, mereka
tetap merasa heran terhadap perintah raja untuk memasang lukah atau penagkap ikan di
perintah raja tatap disampaikan kepada semua penduduk. Ternyata benar, lukah yang
mereka pasang di bukit berhasil menagkap Hantu Pirau. Hantu Pirau minta dilepaskan
kepada raja. Merekapun melakukan perjanjian dan keduanya saling menepati apa yang
Pada cerita rakyat Dongeng Hantu Pirau nilai moral menepati janji ditunjukkan
oleh rakyar Jambi, Raja dan Hantu Pirau dengan melakukan apa yang telah disanggupiya.