SKRIPSI
Oleh:
Agustinus Pogang
NIM: 141224041
YOGYAKARTA
2020
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan terima kasih kepada Tuhan Yesus dan
Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan saya kekuatan dan semangat
2. Orang tua dan keluarga besar Poga yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat serta cinta kasihnya pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
penuh canda, tawa, ceria, dan sedih. Semua kenangan tidak akan terlupakan dan
4. Keluarga besar Wakdays Crew dan Gorongan Squad yang selalu menemani
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa yang
“Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya berolah kesempatan
(Roma 1:10)
“Jadilah bintang di antara bintang, kita akan bertemu di titik yang sama.”
(Agustinus Pogang)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Pogang, Agustinus. 2020. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam
Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur
batin Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Penelitian ini memilih kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta yang memiliki
dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul puisi sebagai
objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik sosial yang
menjadi fenomena dan realita di negara saat ini. Tujuh puisi yang dianalisis yaitu
“Pengakuan Gunel“, “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang“, “Hari Pertama di
Tahun yang Lama“, “Mengadukan Gugatan“, “Serupa Maskumambang“,
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi“, “Kesaksian Luka“. Data dalam penelititan ini
berupa Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce,
sedangkan sumber data berupa puisi-puisi dari kumpulan puisi esai tersebut. Data
berupa kritik sosial, kemudian diklasifikasikan sesuai unsur struktur fisik maupun
struktur batin lalu ditabulasi. Tabulasi data diserahkan kepada triangulator untuk
dilakukan triangulasi. Instrumen penelitian ini berupa data klasifikasi kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Metode dan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik catat kemudian dilakukan ketika
menerapkan teknik baca. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, (1)
mengklasifikasi data-data, (2) melakukan identifikasi terhadap data-data berdasarkan
tuturan, (3) pemberian makna dan (4) mendeskripsikan data penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam struktur fisik meliputi, diksi; imaji;
kata konkret; bahasa figurati: kiasan, dan perlambangan; verifikasi: ritma, dan rima
yang terdiri atas bentuk intern pola bunyi aliterasi di awal kata, bentuk intern pola
bunyi asonansi di akhir kata, dan pengulangan kata; dan tipografi, sudah dimiliki oleh
kelima lagu tersebut. Pada puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” tidak ada
pengulangan kata. Pada struktur batin meliputi, tema, perasaan, nada dan suasana,
dan amanat sudah didapati pada ketujuh puisi. Hampir keseluruhan puisi memiliki
tema yang sama, yaitu kritik sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketujuh
puisi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce memiliki struktur fisik beragam dan struktur batin hampir sama yang
ditunjukkan melalui tema serupa tentang kritik sosial.
Kata Kunci: Struktur Fisik, Struktur Batin, Puisi.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Pogang, Agustinus. 2020. An Analysis of Physical and Inner Structures in The
Collection of Essay Poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi
Huizhce. Final Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University.
The aim of the research is to describe the physical and inner structures in the
collection of essay poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The
researcher chose this essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta which has
twenty two titles of poetry. The researcher used only seven titles of poetry as the
object of study because those seven titles have a theme of social criticism which
becomes a phenomenon and reality in this country nowadays. Those seven titles of
poetry which were analyzed are “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah dalam
Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan
Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,
“Kesaksian Luka”. The data of this research is in the form of Essay Poetry
Collection Mata Luka Senkon Karta by Peri Sandi Huizhce, while the data source is
the poems of those essay poetry collection. The data of social criticism were
classified according to the elements of physical and inner structures right before
being tabulated. The data tabulation was given to the triangulator for being
triangulated. The instrument of the research is a classification data of essay poetry
collection Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The method and
technique of collecting data is the note technique which was done while doing the
reading technique. The data analysis technique which was used, (1) classifying data,
(2) identifying data according to the speech, (3) giving meaning and (4) describing
the research data.
The result of the research shows the physical structures such as, diction;
image; concrete word; figurative language; metaphor, and symbol; verification:
rhythm, and rhyme which contains internal form of alliteration sound patterns on the
beginning of the word, internal form of assonance sound patterns on the end of the
word, and word repetition; and typography, which has already owned by those five
songs. However, there is no word repetition in the poetry “Menginjakkan Kaki di
Jeruji Besi:. The inner structures involve theme, feeling, tone and atmosphere, and
message which were owned by those seven titles of poetry. All of those poetry almost
have an equal theme, which is social criticism. The conclusion of the research is
those seven titles of poetry of the essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta
by Peri Sandi Huizhce have various physical structures and have almost same inner
structures which were shown through the similar theme of social criticism.
Keywords: Physical Structures, Inner Structures, Poetry.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Fisik dan
Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta ” dapat
peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras peneliti, melainkan juga berkat
bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing pertama yang
kepada peneliti.
3. Septina Krimawati S.S., M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang sudah
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 225
B. Saran ............................................................................................................ 228
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 230
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 232
LAMPIRAN .................................................................................................... 234
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan
1990:71). Karya sastra terjadi jika ada seorang pengarang menuangkan ide, pikiran,
dan perasaan yang ada dalam imajinasinya dan melahirkan sebuah karya yang disebut
karya sastra. Daya imajinasinya inilah yang mampu membedakan antara karya sastra
kehidupan manusia dalam sastra didasarkan pada daya imajinasi sehingga kehidupan
Puisi merupakan bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang
yang berirama (Pradopo 2002:113). Rene Wellek dan Austin Warren (dalam
sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seni
berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya
(seni) sastra. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetikanya dominan pada unsur-
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai wacana. Struktur fisik merupakan
medium penangkap struktur batin puisi. Struktur fisik yaitu: diksi, pengimajian, kata
konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), bersivikasi (meliputi rima, ritma, dan
metrum), tipografi, dan sarana retorika. Adapun struktur batin yaitu puisi terdiri atas
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk membahas struktur fisik dan sruktur
batin kumpulan puisi esai karya Peri Sandi Huizhce. Dengan mengkaji struktur puisi
ini akan memperoleh gambaran yang komprehensif terhadap maksud penulis akan
puisinya. Struktur dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur
yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling
menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan
atau tumpukkan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-
Penelitian ini akan membahas secara rinci terkait struktur lahir puisi seperti diksi,
pengimajian, kata konkret, majas, rima, tipografi, pada kumpulan puisi esai Mata
Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, sedangkan analisis struktur batin akan
difokuskan pada tema, nada, perasaan, dan amanat. Dengan menganalisis struktur ini
pembaca akan lebih menikmati dan merasakan makna yang dituangkan penyair dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
puisi tersebut. Salah satu mengapa peneliti memilih struktur fisik dan struktur batin
karena dalam kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce
menggunakan susunan dan tulisan yang indah serta dilengkapi gaya bahasa menarik.
Selain itu, masih banyak pembaca karya sastra kurang memahaminya. Maka dari itu,
peneliti ingin menyampaikan pada pembaca mengenai struktur fisik dan struktur batin
Kelebihan dari kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi
dan realita di negara Indonesia saat ini yang bergejolak pada kasus kegagalan
penegakan keadilan. Arti Sengkon Karta yaitu dua orang petani yang berdomisili di
Desa Bojongsari, Bekasi menjadi pihak tertuduh dalam kasus pembunuhan, sehingga
mereka mencari keadilan bagi dirinya. Kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon
Karta memiliki dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul
puisi sebagai objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik
sosial yang menjadi fenomena dan realita di negara saat ini, sedangkan lima belas
struktur fisik dan struktur batin pada puisi. Selain itu, menambah pengetahuan
berbagai jenis struktur pembangun puisi terutama untuk para pendidik dan peminat
1.2.1 Bagaimana struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
1.2.2 Bagaimana struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
Tujuan suatu penelitian tentu saja selaras dengan rumusan masalah. Oleh karena
1.3.1 Mendeskripsikan struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon
1.3.2 Mendeskripsikan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon
praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data mengenai analisis struktur
fisik dan struktur batin lirik lagu. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga dapat
memperkaya kajian dalam bidang analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Bagi Pendidik
fisik dan struktur batin puisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pembaca dalam menganalisis puisi secara benar atau membantu untuk memahami isi
puisi.
1.5.1 Puisi
Puisi adalah bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan
perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.
Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan,
dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan (Rachmat Djoko Pradopo, 200:113).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi
bersifat khas. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapkan makna secara tidak langsung
dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bab landasan
teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III
merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini berisi mengenai jenis penelitian,
analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan
bab penutup. Pada bab ini berisi simpuan dari data yang sudah diolah dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian mengenai struktur fisik dan batin puisi yang ada di Indonesia memang
penelitian itu sangat beragam sesuai dengan masalah yang diamati. Sumber data yang
dianalisis pun beragam. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, peneliti
mengambil tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu Deadsquad Album
Horror Vision Tahun 2009. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut
adalah mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad
Album Horror Vision Tahun 2009. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian
tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada lirik lagu Deadsquad Album
analitis. Hasil dari penelitian adalah analisis kelima lagu karya Deadsquad dalam
album Horror Vision tahun 2009. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa lagu
dari album Horror Vision tahun 2009 karya Deadsquad memiliki struktur fisik dan
struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2)
pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(tipografi). Sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema, (2) perasaan penyair, (3)
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,
penelitian pertama objek penelitiannya adalah lirik lagu Deadsquad Album Vision
Tahun 2009, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai
Kedua, Penelitian dilakukan oleh Syifa (2018) berjudul Struktur Batin dan Batin
Puisi Karya Anak dalam Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
struktur fisik dan struktur batin dalam Majalah Bobo dan Implikasinya terhadap
penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi karya anak
dalam Majalah Bobo serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
data, dapat disimpulkan bahwa anak-anak sudah dapat menciptakan karyanya sendiri
serta faktor psikologi anak dalam menciptakan puisi sangat berpengaruh bagi anak.
Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4)
bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah (tipografi). Struktur batin yaitu: (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tema, (2) perasaan penyair, (3) nada, dan (4) amanat, sedangkan perkembangan
perkembangan sosial.
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik, struktur batin dan perkembangan psikologi. Perbedaannya terletak pada
objek penelitian, penelitian pertama objek penelitiannya adalah Puisi Karya Anak
dalam Majala Bobo dan Implemantasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai
Ketiga, penelitian dilakukan oleh Fahlevi (2018) berjudul Analisis Struktur Fisik
dan Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Tujuan
penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam puisi
Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi Senja Di
deskriptif-analitis. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut terlihat
biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi Chairil
memiliki struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang
digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
versifikasi, (6) tata wajah (tipografi), sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema,
(2) perasaan penyair, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat.
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,
penelitian pertama objek penelitiannya adalah puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya
Chairil Anwar sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi
penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan peneliti
metode dan teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data. Tepatnya, penelitian
ini kesamaannya menganalisis struktur fisik dan struktur batin dengan menggunakan
teori Waluyo. Penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti tentang analisis
struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi esai. Kebaruan penelitian yang akan
keakuratan data. Hal ini dianggap penting karena teori itu sendiri lahir dari kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ilmiah yang sudah terbukti kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan
2.2.1 Puisi
dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu yang penting, yang
Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tentunya harus mempunyai fungsi
estetik yang harus ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Puisi merupakan karya
sastra. Wellek dan Warren (dari Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa
dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya
Puisi adalah bahasa perasaan, yang dapat memadukan suatu tindakan yang
mendalam dalam beberapa kata. Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra,
kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair pernyataan itu berisi
pengalaman batinnya sebagai hasil proses kreatif terhadap objek seni. Objek
seni ini berupa masalah-masalah kehidupan dan alam sekitar ataupun segala
Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan di dalamya ada
unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahasanya. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetikanya atau aspek kepuitisannya. Jenis-
jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan
wacana yang dipergunakan scara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua
itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Pradopo (2002:7)
yang merangsang imajinasi panca interpretasi pengalaman manusia yang penting dan
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi itu adalah salah
satu karya sastra yang mempunyai nilai estetik (seni) yang tinggi dan berasal dari
intepretasi pengalaman hidup manusia yang paling berkesan atau sebagai hasil
imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik.
estetik manusia, tetapi satu yang tidak berubah dari puisi yaitu ketaklangsungan
perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata.
Untuk menganalisis puisi setepat-tepatnya maka perlu diketahui wujud dari puisi itu
(Pradopo, 1987:14).
Puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin puisi.
Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu
menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur
teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Satu
konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa
di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang
Untuk dapat memahami makna suatu karya sastra, maka perlu dilakukan analisis
semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan
2003: 112).
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi
bersifat khas. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik ialah: diksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi
peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya
sastra khususnya puisi. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus
memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan
mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai
dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, dalam memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
kemampuan daya cipta. Penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka
Barfield (dalam Pradopo, 2014: 55) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih
dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinyamenimbulkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik.
Untuk hal ini, penyair memilih kata yang setepat-tepanya yang dapat menjelma
selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata
Sebagai contoh dalam puisi “Aku”, Chairil menulis salah satu baris berbunyi:
kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan merayu; kata-kata dalam baris itu
tidak boleh dibolak-balik menjadi: kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang
merayu; atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna: kalau sampai saatku/
kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata dan penggantian kata-
kata akan merusak kontruksi puisi itu sehingga kehilangan daya imaji atau keindahan
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi yang dimaksud
adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Kata-kata
yang dipilih merupakan kata-kata yang dapat menimbulkan arti lain, dengan begitu
kata-kata tersebut akan terlihat indah dan lebih bermakna bagi pembaca. Karena puisi
mengungkapkan banyak hal, kata-kata dan diksi harus dipilih secermat mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.4.2 Pengimajian
gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam
pikiran dan penginderaan, untuk menari perhatian, untuk memberikan kesan mental
angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa
disebut dengan istilah citra atau imaji. Cara membentuk kesan mental atau gambaran
sesuatu biasa disebut dengan citraan (imagery). Hal-hal ini yang berkaitan dengan
citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Sayuti (dalam Wicaksono,
2014:24) menjelaskan bahwa citraan adalah kata atau rangkaian kata yang mampu
Menurut Waluyo (1991: 78), ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-
kata menjadi lebih konkret seperti ketika dihayati melalui penglihatan, pendengaran,
atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat
perasaan. Baris atau bait puisi itu seola mengandung gema suara (imaji auditif),
benda yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan
penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar atau cita
rasa tertentu. Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Imaji auditif (suara), adalah
imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair menginginkan imaji pendengar,
maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah mendengarkan sesuatu, (2) Imaji
visual (penglihatan), adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
melukiskan sesuatu yang bergerak, (3) Imaji taktil (raba dan sentuh), adalah imaji
yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh. Jika penyair
menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati seolah-olah merasakan sentuhan
perasaan.
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Priangan si Jelita”, Ramadhan K.H.
mengungkapkan imaji auditif dan imaji visual berbunyi sebagai berikut (Waluyo
1987:81).
Dalam puisi “Doa”, Chairil Anwar mengungkapkan imaji taktil berbunyi sebagai
Tuhanku/ aku hilang bentuk/ remuk/ Tuhanku/ aku mengembara di negeri asing/
Dengan pengimajian yang cukup jelas itu, pembaca seakan ikut mengusapkan
18
hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah kita selama. Maka penyair berkata: “ tidak
dimaksud untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan ini terfokus
pada gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih
hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk
gambaran angan.
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
karya Chairil Anwar yang menggambar jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar
menggunakan kata:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang buat untuk kembali ke jalan Tuhan,
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah
kata yang dapat ditangkap oleh indera dan terlibat penuh secara batin ke dalam puisi
menyebabkan puisi menjadi primatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung menungkapkan
makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Selain itu, Waluyo
(1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan
makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Untuk memahami
bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat
terdiri dari metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan
perlambangan terdiri dari lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan
lambang suasana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Perrine (dalam Waluyo, 1991: 83) mengatakan bahwa bahasa figuratif dipandang
lebih efektif untuk menyatakan hal yang dimaksudkan penyair. Alasannya (1) bahasa
figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara
untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret
dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah
intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4)
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa
yang singkat.
Pradopo (2002:62), menguraikan ada beberapa gaya bahasa atau majas yang
sering muncul dalam puisi. Majas dapat dibagi menjadi lima, yaitu(1) Perbandingan,
perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan ang menyamakan
satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata sebanding seperti bagai,
sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepan-tun, (2) Metafora, metafora adalah
pembanding, (3) Allegori, ialah cerita kiasan ataupun lukisan. Cerita kiasan atau
lukisan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain, (4) Personifikasi, yaitu kiasan ini
berpikir, dan sebagainya seperti manusia, (5) Metonomia, metonimi dalam bahasa
Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan
sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
21
kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini
atau mempersamakan sesuatu hal deengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas,
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Surat Kepada Bunda Tentang Calon
Burung dara jantan/ yang dulu kau pelihara/ kini telah terbang dan
Dalam sajak puisi “Dewa Telah Mati” melambangkan kehidupan yang kotor,
merupakan bahasa yang membantu penyair untuk memperindah syair dan juga makna
dibaliknya. Akan tetapi, peneliti memilih analisis bahasa figuratif puisi menggunakan
teori Waluyo karena dirasa lebih lengkap yang meliputi kiasan dan lambang.
2.2.4.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Rima adalah pengulangan bunyi
22
bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga
Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah peng-ulangan
bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada
b. Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud bentuk internal ini, adalah:
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi yang dominan menciptakan suasana
gelisah dalam puisi “Surat Cinta” karya Rendra, terdapat bunyi itu dipadu dengan /b/,
23
Pada baris kelima dan keenam, konsonan /h/ mempertegas kegelisahan itu.
Perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan huruf /n/ dan angin
dapat terlihat dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar
2.2.4.6 Tipografi
awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam
prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah
periodsitet yang disebut bait. Tipografi sebagai aspek bentuk visual yang berupa tata
hubungan, susunan baris, dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan
24
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Selain itu, Waluyo (1991: 97) menjelaskan bahwa baris-baris prosa dapat saja
disusun seperti tipografi puisi. Namun, maksud prosa tersebut kemudian akan
berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya jika
orang tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara
sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan.
pembeda yang paling awal yang dijumpai dalam membedakan puisi dengan prosa.
Jumlah bait maupun larik dalam puisi tidak di batasi, serta penulisan larik tidak
Sebagai contoh tipografi puisi Armijn Pane – penyair Pujangga Baru, sebagai
berikut.
Hamba Buruh
25
Gaji dihitung-hitung,
sebelumnya. Antara larik yang menepi dan larik yang menjorok membentuk
hubungan kasual. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan Armijn Pane juga
tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk
fisik yang mampu mendukung isi rasa, dan suasana. Selain itu, tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak
26
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan
oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
2.2.5.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau subject-
matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu
pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan
Tuhan, puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih
kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk
memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan
cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan
adalah pokok persoalan (subject matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui
menafsirkan). Makna sebuah puisi dapat dipahami setelah membaca karya, arti tiap
mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun
yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Waluyo (1991: 121) berpendapat
bahwa untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan
yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.
Selain itu, Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta,
kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan. Selain itu juga, menurutnya dalam
menciptakan.
Sebagai contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail, sebagai berikut.
Karangan Bunga
28
Datang ke Salemba
Sore itu.
Siang tadi!‟
antara Toto dengan Taufiq. Toto begitu dalam melibatkan rasa harunya terhadap
gadis kecil berkaleng kecil, sedangkan Taufiq melibatkan keharuan kepada tiga anak
akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca dengan keras. Membaca puisi dengan suara
perasaan gembira, sedih, terharu, patah hati, sombong, mencekam, kesepian, takut
dan menyesal.
pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan
suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap
pembacanya.
Dengan nada dan suasana hati, penyair memberikan kesan yang lebih mendalam
kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu
ungkapan yang total karena seluruh aspek psikologis penyair turut terlibat dan aspek-
aspek psikologis itu dikonsentrasikan untuk memperoleh daya gaib (Waluyo, 1991:
130). Wicaksono (2014:23) berpendapat nada adalah sikap penyair terhadap pembaca
atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap
Sebagai contoh puisi bernada main-main dan santai “Belajar Menghargai Hak
Jika
Laki mahasiswa
Ya perempuan mahasiswi
Jika
Laki saudara
Ya perempuan saudari
Laki pemuda
Ya perempuan pemudi
30
Ya perempuan putri
Ya perempuan kawin
Jika
Kawan kawin
Ya jangan ngintip
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap
penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana
tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan
suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan
2.2.5.4 Amanat
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang
diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar
berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat
yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
puisi merupakan pesan didalam sebuah puisi, yang disampaikan oleh penyair kepada
pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.
Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal. Meskipun dientukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat
tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.
Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang digunakan
dalam unsur-unsur pembangun pada kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta
Karya Peri Sandi Huizhce. Unsur-unsur pembangun pada puisi meliputi struktur fisik
dan struktur batin. Struktur fisik merupakan pengucapan maksud yang hendak
secara tidak langsung dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwa.
atau kritik sosial. Saat ini masih bergejolak pada kasus kegagalan penegakan
keadilan. Sumber data yang digunakan yaitu tujuh puisi esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Setiap data akan ditafsirkan stuktur fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
struktur batin ke dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan
dalam kumpulan puisi menggunakan gaya bahasa dan makna yang puitis artinya
setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti dengan
berbekal beberapa teori dan contoh. Harapannya dengan menganalisis struktur fisik
dan struktur batin dalam puisi ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca
sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
FENOMENA KETIDAKADILAN
TERHADAP HUKUM DI
INDONESIA
STRUKTUR
STRUKTUR
FISIK
BATIN
1. DIKSI
2. PENGIMAJIAN 1. TEMA
3. KATA KONKRET 2. PERASAAN
4. BAHASA FIGURATIF 3. NADA
5. VERSIFIKASI 4. AMANAT
6. TIPOGRAFI
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur fisik dan Struktur Batin dalam
kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce” ini
termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data maupun fakta yang telah
yang diteliti adalah orang atau manusia) memiliki fungsi untuk menetapkan fokus
menilai kualitas data yang dipakai dalam penelitian ini, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Di samping itu, Moleong (2007:6)
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
Dalam penelitian sastra ini merupakan jenis penelitian struktural. Kata struktural
mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dalam
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
memberi makna (Waluyo, 1992:93). Analisis struktural adalah analisis yang melihat
Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur
lainnya. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya berupa kumpulan
atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal yang
Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan puisi esai Mata Luka
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Menurut KBBI (2008: 296), data
merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis
atau kesimpulan). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
33
(Arikunto, 210: 172). Sumber data penelitian
71 ini adalah kumpulan puisi esai Mata
Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa frasa, dan kalimat yang mengandung unsur pembangun puisi,
yaitu struktur fisik dan struktur batin. Puisi yang diambil dari kumpulan puisi esai
tersebut berjumlah tujuh, yaitu Pengakuan Gunel, Terengah-Engah dalam Tabung dan
36
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat dan baca.
Berkaitan dengan hal tersebut, Mahsun (2007:243) mengatakan bahwa teknik catat
merupakan teknik lanjut yang dilakukan ketika menerapkan teknik baca, yaitu
mencatat data yang diklasifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu Kumpulan Puisi Esai Mata
Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Data yang sudah ada dicermati dan
batin. Selanjutnya, puisi lebih dispesifikasikan lagi dalam kategori yang terdapat
a) Peneliti membaca kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri
Sandi Huizhce.
b) Peneliti menelaah kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri
Sandi Huizhce.
37
Instrumen dalam penelitian ini yaitu penelitian sendiri (human instrument) yang
merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena apabila
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan terlebih dahulu sebagai
yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, sangat tidak mungkin untuk
2014:33). Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian
ini adalah peneliti yang sudah ada berbekal teori struktur fisik dan batin puisi pada
khususnya. Selain itu, peneliti juga berbekal mengenai teori sastra khususnya
teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993:55), yaitu teknik
untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur
satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonima satu sama lain. Teknik perluasan
38
terdapat dalam data penelitian yang berupa struktur fisik dan struktur batik dalam
kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.
Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data.
Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan langkah
sebagai berikut:
mengkaji tuturan dengan menggunakan teori stuktur fisik dan stuktur batin
puisi.
data-data tersebut.
39
Tabel 3.1
2. Pengimajian
3. Kata Konkret
4. Bahasa Figuratif
(Majas)
5. Versifikasi
6. Tata Wajah
Tabel 3.2
2. Perasaan
4. Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dengan
kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbabagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu
peneliti dapat melakukan dengan jalan: (1) mengajukan berbagai macam variasi
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis data
Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga, peneliti melakukan
perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data sesuai petunjuk
Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan
digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV. Dalam
penelitian ini, peneliti meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk mengecek
derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Bapak Petrus Hariyanto, M.Pd untuk megecek dan penelitian dengan cara
BAB IV
struktur fisik dan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
karya Peri Sandi Huizhce, puisi tersebut yaitu “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah
dalam Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan
“Kesaksian Luka”. Unsur-unsur yang terdapat dalam ketujuh puisi nantinya akan
diklarifikasikan lagi menurut unsur-unsur dari struktur fisik dan struktur batin. Unsur-
unsur struktur fisik yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),
versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan unsur-unsur struktur batin yaitu
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat. Berikut akan diuraikan
pembahasan terkait struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi Esai Mata Luka
penderitaan dalam kehidupan sosial. Puisi ini terdiri atas tiga bait. Berikut dijelaskan
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Ketololan
Kesedihan Kemarahan Kegoblogan
Kata
Suasana
Konkret
KRITIK
SOSIAL
Pengimajian Kiasan
(Gaya
Pilihan
Bahasa)
Kata
Gambar 4.1
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Pengakuan Gunel”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
“woi ABRI…woi…Polisi…
45
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Pengakuan Gunel”.
digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang lepas dari segala hukuman. Pilihan
kata /mata picek/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang buta. Pilihan
hokum yang berlaku itu tidak berguna. Pilihan kata /todongkan pistol/ digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penyair untuk menunjukkan senjata yang diarahkan kearah tubuhnya. Bait kedua,
pilihan kata /aman/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebagai bebas dari
ancaman lainnya. Bait ketiga, pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk
dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah pilihan kata atau diksi yang
sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan
melalui adanya kata-kata lolos, mata picek, ketotolan dan kegoblogan. Bait ketiga,
4.1.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
47
Bait ke-1
“woi ABRI…woi…Polisi…
48
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata /woi
polisi.
2) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata coba buka
kain dan pistol dan senjata. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
akan mengeluh seseorang yang mengeluh kepada ABRI dan polisi. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” sudah menggambarkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
jelas apa itu “Pengakuan Gunel”. Ini digambarkan adanya imaji auditif yang
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
50
kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba todongkan pistol dan
senjata pistol, ke kepala anak kalian. Hal tersebut dikarena seseorang yang
merasakan ketidakadilan di Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui kata-kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
51
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
a. Sinekdoke
menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas pro toto ( menyebut
sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk
maksud sebagian) (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah sinekdoke puisi “Pengakuan
Gunel”.
“woi ABRI…woi…Polisi…
52
Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada waktu itu berada di dalam penjara,
menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa
yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini
dan mendekam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
Bait ke-3
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata
menyendiri yang berada disebuah penjara. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa lambang yang dapat memperkuat makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui adanya lambang
4.1.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
Bait ke-2
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/. Larik pertama sampai
55
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-1
Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedalapan; /k/ pada kata
Bait ke-3
Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata di
dan dengan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Bait ke-1
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada
buka dan mata, dan asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada coba, senjata
dan kepala.
Bait ke-2
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada dua
dan penjara.
Bait ke-3
57
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /u/ pada waktu
dan aku., dan asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada penjara dan
sempurna.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-2
Bait ke-3
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata waktu dalam bait ke-2 larik
58
2) Ritma
“woi ABRI…woi…Polisi…/
59
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.
Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait
saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia terhadap hukum
di negeri ini, pada bait ke-2 mengungkapkan menjadi korban, bait ke-3
60
Puisi tersebut terdiri dari tiga bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari enam belas larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua
terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari
empat kata, larik kelima terdiri dari enam kata, larik keenam terdiri dari lima kata,
larik ketujuh terdiri dari empat kata, larik kedelapan terdiri dari lima kata, larik
kesembilan terdiri dari enam kata, larik kesepuluh terdiri dari delapan kata, larik
kesebelas terdiri dari enam kata, larik kedua belas terdiri dari delapan kata, larik
ketiga belas terdiri dari enam kata, larik ketiga belas terdiri dari lima kata, larik
keempat belas terdiri dari empat kata, larik kelima belas terdiri dari empat kata, larik
keenam belas terdiri dari empat kata. Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama
terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga
kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
61
4.1.2. Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait menggambarkan tentang kritik
sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang kegagalan penegak
moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan
hukum. Kegagalan penegakan keadilan tersebut dapat dilihat dari kata disalahkan,
picek, kegoblogan, ketololan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah
unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,
4.1.2.2 Perasaan
62
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada setiap akhir puisi. Berikut kutipan
63
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
Hingga yang benar di dekatkan dengan hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari
hukum. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata seperti picek, kegoblogan,
ketololan. Kata-kata itu terlihat jelas mewakili peristiwa kekesalan dan kemarahan
yang marak saat itu. Bertolak dari hal itu suasana kekesalan atau pun marah akan
4.1.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
64
Amanat dari puisi ini yaitu penyair menyampaikan agar pemerintah di negeri ini
macam apa yang dilakukan hukum) . Karena tujuan adanya lembaga peradilan sendiri
65
cara-cara menghidupi untuk rakyat yang tertindas. Puisi ini terdiri atas lima belas
Pancasila
Kesedihan Kemarahan Petani
Kata
Suasana
Konkret
KRITIK
SOSIAL
Perasaan
Pengimajian Kiasan
Pilihan
Kata
UUD Menghidupi
Pendengaran Penglihatan mimpi
Lambang
Garuda
Gambar 4.2
66
67
68
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Terangah-Engah dalam
mununjukkan seorang petani menghidupin dirinya dari menanam padi. Bait kedua,
negara Indonesia. Bait ketiga, pilihan kata /dasarnya pancasila/ digunakan penyair
lima/ digunakan penyair untuk menunjukkan hukum dasar tertulis. Bait keempat,
menunjukkan pergantian kepala negara secara paksa yaitu Bung Karno diganti Pak
Harto. Pilihan kata /dalih keamanan negara/ digunakan penyair untuk menunjukkan
kelima, pilihan kata /pembantaian enam jenderal satu perwira/ digunakan penyair
untuk menujukkan suatu sejarah Indonesia yaitu peristiwa G30S. Bait keenam,
pilihan kata /pemusnahan golongan kri PKI wajib mati/ digunakan penyair untuk
menujukkan suatu rencana untuk membunuh semua orang PKI. Pilihan kata
70
menunjukkan sebuah situasi suram dan menegangkan. Pilihan kata /penguasa tahta
yang tidak ada bisa di ada-ada/ digunakan penyair untuk menunjukkan suatu
pandangan seseorang yang memiliki harta lebih. Bait kesembilan, pilihan kata
/banyak orang jadi rampok, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,
yang melupakan rakyatnya Bait kesebelas, pilihan kata /pemerintah dan rakyat
seperti air dan api/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah situasi
menjatuhkan. Bait kedua belas, pilihan kata /1971 benih mulai dikomersialkan/
digunakan penulis untuk menunjukkan situasi harga semakin mahal. Bait ketiga
belas, pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada, padi jadi rusak/ digunakan penyair
untuk menunjukkan situasi suram dan menyedihkan. Bait keempat belas, pilihan kata
menyedihkan. Bait kelima belas, pilihan kata /berusaha mengenang setiap luka/
yang menarik dan menonjol dari puisi“Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
adalah pilihan kata atau diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu
terangah-engah dalam tabung dan selang. Ini digambarkan melalui adanya kata-kata
4.2.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
Bait ke-15
72
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata batuk.
2) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
Bait ke-2
menghidupi mimpi
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata seorang
petani bojongsari dan padi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat seorang petani bojongsari dan padi yang ditanam sendiri.
Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
73
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata garuda dan
seakan-akan melihat lambang garuda dan undang-undang empat lima yaitu satu
Bait ke-8
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
bisa diada-ada
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata got, tali dan
seseorang diburu sampai digot, kemudian diikat tali dan dikafani karung.
Bait 9
74
saling bunuh
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata rampok,
Bait ke-11
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata air dan api.
Bait ke-12
75
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata pupuk dan
obat hama. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat
pupuk dan obat hama yang dikomersialkan dan memiliki harga yang tidak
sembarang.
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
Bait ke-14
mencekik
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata paceklik.
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan
mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan
melalui adanya imaji auditif yang digambarkan dengan batuk, imaji visual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
lima, rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul, pupuk dan
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”
Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
Untuk mengkonkretkan sebuah sebuah umur negara Indonesia pada tahun 1974,
penyair menggunakan kata dua puluh sembilan tahun. Untuk mengkonretkan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
ideologi dan lambang dasar negara Indonesia. Penyair menggunakan kata lambang
Bait ke-4
Bait ke-5
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang sudah lama terjadi di masa G30S,
Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
78
yang begitu tinggi pada saat itu, penyair menggunakan kata penembak misterius.
Bait ke-8
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
bisa diada-ada
pada saat itu, penyair menggunakan kata diburu sampai got dor, kepala, tali
Bait ke-9
79
saling bunuh
kata jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh.
Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Bait ke-11
menggunakan kata air dan api. Untuk mengkonkretkan sebuah kebencian, penyair
Bait ke-12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Bait ke-13
panen gagal
Bait ke-14
mencekik
aspek ekonomi, penyair menggunakan kata paceklik. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata lambang
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
82
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Terengah-Engah
Bait ke-1
menghidupi mimpi
menghidupi mimpi, dari padi yang ditanam sendiri. Pada kata menghidupi mimpi
diartikan sebagai sesuatu yang terlihat dalam tidur dan berangan-angan. Pada kata
padi yang ditanam sendiri diartikan sebagai sesuatu yang menghidupi untuk
kemudian hari.
Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
83
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata. lambang
yang melambangkan satu kesatuan Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah
bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
metafora gaya seperti menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri dan
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Benda
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
84
Bait ke-1
menghidupi mimpi
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata padi dan
petani. Kata tersebut digunakan penyair untuk melambangkan kehidupan yang begitu
berat.
Bait ke-8
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata tali dan
karung. Kata tali dan karung digunakan penyair untuk melambangkan kekerasan
atau kejahatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Bait ke-12
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata pupuk
dan obat hama. Kata pupuk dan obat hama digunakan penyair untuk Untuk
melambangkan kenaikan harga bahan pembasmi. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah beberapa lambang
yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan
melalui adanya lambang benda seperti petani, padi, tali, karung, pupuk dan hama.
4.2.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
86
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”.
Bait ke-1
menghidupi mimpi
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /i/-/i/-/i/. Larik pertama sampai
Bait ke-2
dapat untung
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/u/-u/. Larik pertama sampai
87
Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada
bait tersebut terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi,
sedangkan larik pertama, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh memilik
persamaan bunyi a.
Bait ke-4
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/o/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
88
Bait ke-5
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-/ia/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik kelima dan keenam tidak memiliki persamaan
Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu a/-/u/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
89
Bait ke-13
panen gagal
Rima yang sering muncul pada bait ke-13 yaitu /a/-/a/-a/-/a/. Larik pertama
sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-14
mencekik
Rima yang sering muncul pada bait ke-14 yaitu /i/-/i/-i/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi i.
Bait ke-15
Rima yang sering muncul pada bait ke-15 yaitu /i/-/a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
90
Bait ke-1
menghidupi mimpi
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata
Bait ke-2
dapat untung
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata
Bait ke-9
91
saling bunuh
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kata pada larik kedua;
/p/ pada kata pencopet, penipu, penjudi dan aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /p/
Bait ke-1
menghidupi mimpi
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata
Bait ke-3
92
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /o/ pada kata
Bait ke-5
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata
mati dan di, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata ada dan
mahabarata, asonansi di akhir kata pada larik keenam; /a/ pada kata hanya dan
Indonesia.
Bait ke-11
93
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
seperti dan api, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /i/ pada kata bagi dan
petani
Bait ke-13
panen gagal
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata
daya dan ada, dan asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata hama dan
seenaknya.
Bait ke-14
mencekik
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan
94
Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Bait ke-11
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata pemerintah dalam bait ke-10
2) Ritma
95
di tahun-tahun berikutnya/
kudapati/ penembak misterius/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
di mulut dor/
di kepala/
diikat tali/
dikafani karung/
bisa diada-ada /
saling bunuh/
kemana pemerintah?/
sibuk membangun/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
panen gagal/
mencekik/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Terengah-Engah dalam Tabung dan
Selang” berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-
beda dan larik dalam satu bait saling berkesinambungan. Bait dalam puisi memiliki
kehidupan, bait ke-3 mengungkapkan tentang berdirinya sebuah negara, bait ke-4
tentang peristiwa sejarah Indonesia yang telah terjadi, bait ke-6 mengungkapkan
99
Penyairan di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan
dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari empat kata, larik kedua terdiri dari dua kata, dan larik ketiga terdiri lima kata.
Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri
dari dua kata, dan larik ketiga terdiri tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri
tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik
keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri
tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik
keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuh terdiri dari tiga kata. Bait ke-4 terdiri dari
tiga larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari lima kata, dan
larik ketiga terdiri empat kata. Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dari empat kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari tiga
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari satu kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari dua
Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik keempat terdiri dari lima kata.
Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri tiga kata, larik keempat terdiri dari dua
kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik keenam terdiri dari dua kata, lari, larik
ketujuh terdiri dari tiga kata, larik kedelapan terdiri dari tiga kata, larik kesembilan
terdiri dari dua kata. Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari
empat kata. Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari dua kata. Bait ke-11 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri
dari tiga kata, larik kedua terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-12 terdiri
dari lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tujuh
kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata. Bait ke-13 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
terdiri dari tiga kata. Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri satu kata. Bait ke-15 terdiri
dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat
kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari lima kata.
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
4.2.2. Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
yaknik kritik sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan pertentangan antara dua
hal yang sangat berlawanan antara pemerintah dan rakyat. Hal tersebut ditunjukkan
seperti kata rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,
saling bunuh atas dasar kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
4.2.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
puisi yang bercerita pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya
sibuk membangun
103
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini
pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet saling bunuh atas dasar
kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri) yang dilakukan pemerintah
kepada rakyatnya. Bertolak dari hal itu, suasana kekesalan serta marah dapat
4.2.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
Amanat dari puisi ini yaitu kita sebagai rakyat yang harus saling
104
punya tahta yang tidak ada bisa diada-ada) oleh pemerintah yang nantinya memecah
105
ketidakadilan itu hanya menambah luka. Puisi ini terdiri atas empat bait. Berikut
tawon
Kekesalan Kemaraha
n Bunga
mekar
Kata
Suasana
Konkret
KRITIK
SOSIAL Seperti
bunga mekar
Pengimajian Kiasan
(Gaya
Pilihan Bahasa)
Kata
Luka Menambah
Perasaan Penglihata
luka
n Berilmu
Gambar 4.3
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Hari Pertama di
106
(1) Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
(2) tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
4.3.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
107
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Hari Pertama di Tahun
Yang Lama”.
Bait pertama, pilihan kata /semuaa orang berilmu datang kerumah/ digunakan
/rumah seperti bunga mekar/ digunakan penyair untuk menunjukkan sesuatu yang
sebuah serangan. Bait kedua, pilihan kata /hanya menambah luka/ digunakan penyair
untuk menunjukkan sesuatu masalah. Bait ketiga, pilihan kata /keadilan mesti keluar
seseorang tentang keadilan. Bait keempat, pilihan kata /pasal yang rumit dan
kata /para ahli hukum/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang
banyak dianggap sebagai sumber terpercaya. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
adanya kata-kata rumah seperti bunga mekar, tawon, hanya menambah luka.
4.3.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata rumah
seperti bunga mekar dan diburu tawon. Penyair mengajak pembaca atau pendengar
rakyat.
2) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata luka.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan luka. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
visual yang digambarkan dengan rumah seperti bunga mekar, diburu tawon dan imaji
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
111
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
menambah luka.
Bait ke-3
Bait ke-4
membingungkan, penyair menggunakan kata bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
yang Lama” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,
mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
113
a. Simile
sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu memerlukan upaya secara ekplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, laksana dan
sebagaianya. Berikut adalah simile dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
Pada bait diatas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata seperti. Pada kata
seperti menjelaskan suatu proses yang telah terjadi. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah beberapa gaya
bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini
114
b. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Hari Pertama di
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata rumah
seperti bunga mekar. Pada kata rumah seperti bunga mekar diartikan sebagai
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
115
menambah luka. Pada kata menambah luka diartikan sebagai seseorang yang
tersakiti. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang
Lama” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna
dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Benda
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
116
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata rumah,
bunga dan tawon. Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan
b. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
117
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata luka.
yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan
melalui adanya lambang benda seperti rumah, bunga dan tawon, dan lambang
4.3.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/-/u/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai kelima berbunyi a-a-b-b-b.
Bait ke-3
Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
rima patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.
Bait ke-4
Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-/u/. Pada bait tersebut terdapat rimah
119
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Hari Pertama di Tahun
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ pada kata
Bait ke-3
Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata
120
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Hari Pertama di
Bait ke-1
Dibebaskan
diburu tawon
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
121
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata
Bait ke-3
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
mesti, dari dan hati, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata
Bait ke-4
Pada bait di atas terdapat Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
dimengerti dan ahli.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”
122
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
Bait ke-4
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan pengulangan kata hanya, pada bait
2) Ritma
123
berita/
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Hari Pertama di Tahun yang Lama”
berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan
larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengadu gugatan, pada bait
ke-2 mengungkapkan hukum bisa dibeli dengan uang, bait ke-3 mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
tentang berita yang tidak benar, beait ke-4 mengungkapkan tentang mencari
keuntungan.
Puisi tersebut terdiri dari empat bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri lima, empat, tiga, dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari satu kata, larik kedua terdiri dari
tiga kata, larik ketiga terdiri dari enam kata, larik keempat terdiri dari enam kata,
larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri dari dua kata. Bait ke-2
terdiri dari lima larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga
kata, larik ketiga terdiri dari lima kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari
empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua terdiri dari
enam kata.
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan
oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur struktur batin tidak
langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin
puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
4.3.2.1 Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema besar kehidupan
sosial. Secara khusus puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Ketidakadilan yang
dimaksud ialah dalam mengatur undang-undang yang dibuat negara. Hukum adalah
memberikan keadilan kepada setiap orang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga
akhir bait terdapat kata seperti orang, bunga mekar, diburu tawon, berbelit-belit. Di
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
4.3.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
126
ketidakdilan hukum di negeri ini. Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada
menyarankan ini-itu
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekeasalan dan
127
rakyat yang tertindas(semua orang berilmu datang ke rumah, rumah seperti bunga
4.3.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
Amanat dari puisi ini yaitu yaitu seluruh rakyat Indonesia berhak mendapat
keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat, rakyat kecil, orang
atau miskin (tanya ini-itu, menyarankan ini-itu, padahal aku ingin damai sejahtera).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Puisi “Mengadukan Gugatan” secara khusus menceritakan kritik sosial. Puisi ini
terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi
Kata
Suasana
Konkret
KRITIK
SOSIAL
Perasaan
Pengimajia Gaya
n Bahasa
Pilihan
Kata
Penglihatan mengup
Pendengaran as Ketololan dan
n kegebologan
Merongronf
Gambar 4.4
Gugagatan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu
merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Mengadukan Gugatan”.
Bait pertama, pilihan kata /semua orang merongrong/ digunakan penyair untuk
menunjukkan orang yang saling menjatuhkan. Bait kedua, pilihan kata /UUD: ujung-
Bait ketiga, pilihan kata /mengupas/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah
tindakan. Bait keempat, pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan penyair untuk
penerbitnya/ digunakan untuk sindiran terhadap penerbit. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Mengaduka Gugatan” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
4.4.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata semua
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
Bait ke-5
berita
132
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata berita.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat berita. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Mengaduka Gugatan” adalah kata-kata
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang
berita.
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”
Bait ke-1
133
Bait ke-2
menggunakan UUD: ujung-ujungnya duit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Mengadukan Gugatan” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-
olah melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
134
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu
Gugatan”.
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata semua orang
merongrong. Pada kata semua orang merongrong diartikan sebagai sesuatu tindakan
135
Bait ke-3
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
seindonesia. Pada kata meledak seindonesia diartikan sebagai suatu berita yang
sudah beredar dimana-mana. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
“Mengadukan Gugatan” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait
dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Benda
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
136
Bait ke-2
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
uang dan duit. Untuk melambangkan suatu keadilan yang bisa dibeli. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Mengadukan Gugatan” adalah beberapa lambang
yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui adanya
4.4.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
137
Bait ke-1
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b-b.
Bait ke-2
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-3
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-4
138
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-5
berita
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-3
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
139
Bait ke-2
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata sekali
dan lagi.
Bait ke-3
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata beritanya
dan seindonesia.
Bait ke-4
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata artinya
dan berita.
Bait ke-5
berita
140
Pada bait di atas asonansi akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata hanya dan
penerbitnya.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
sebagai berikut.
Bait ke-4
Bait ke-5
berita
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata berita pada bait ke-4 larik
2) Ritma
141
berita/
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-
bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia
uang, bait ke-3 mengungkapkan kemarahan terhadap berita-berita yang tidak benar,
bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan berita
Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1
terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari
empat kata, larik ketiga terdiri dari limat kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari enam kata, larik kedua terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri
dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.
Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari empat kata. Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
143
4.4.2.1 Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
puisi ini, penulis memaparkan bahwa bahwa keadilan berujung pada uang, sehingga
keadilan bisa dibeli dengan uang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir
bait terdapat kata seperti keadilan sekali lagi berujung pada uang, UUD: ujung-
ujungnya duit. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur
yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,
sosial.
4.4.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
Kecewa itu terbukti dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
menjadi satu. Ini dalam puisi tersebut menceritakan penderitaan (uang dikedepankan
4.4.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan
uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
tema khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas enam bait. Berikut dijelaskan
Ilahi
Kesedihan Kemarahan Hewani
Kata
Suasana
Konkret
KRITIK
Perasaan
SOSIAL
Pengimajia Gaya
n Bahasa
Pilihan
Kata
Penglihatan Pupuh
Dunia fana
Pendengaran
Wejangan dan abadi
n
Gambar 4.5
Maskumambang”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
148
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Serupa Maskumambang”.
Bait pertama, pilihan kata /pupuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah
banyaknya suku kata dalam bait. Pilihan kata /wejangan hidup/ digunakan penyair
untuk menunjukkan menjadi hidup yang lebih. Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/
keadaan yang berbahaya. Bait ketiga, pilihan kata /kodrat hewani/ digunakan penyair
untuk menunjukkan kekuasaan yang diberikan Tuhan. Pilihan kata /jalan ilahi/
digunakan penyair untuk menunjukkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Bait
digunakan penyair untuk menunjukkan kehidupan yang hilang dan tidak kekal. Bait
yang dilakukan oleh sifat manusia. Bait keenam, pilihan kata /Tuhan yang
dilakukan oleh manusia akan ditentukan oleh Tuhan. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah pilihan kata atau diksi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan
melalui adanya kata-kata wejangan hidup, kodrat hewani, jalan ilahi, menembus
4.5.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
Bait ke-2
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
kecapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Bait ke-5
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
menganga akibat ulah manusia. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
kecapi dalam suara sunyi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
Bait ke-2
151
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata suara
suara genting.
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata nyeri.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan nyeri. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Serupa Maskumambang” adalah kata-kata
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang
digambarkan dengan kecapi, ulah manusia, imaji auditif digambarkan dengan suara
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
Bait ke-1
sunyi menyendiri.
Bait ke-2
kecapi.
Bait ke-3
153
Untuk mengkonkretkan makhluk yang berakal budi dan suatu hukum alam,
Bait ke-6
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah kata-
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
154
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu
Gugatan”.
Bait ke-1
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi dalam
suara sunyi menyendiri. Pada kata kecapi dalam suara sunyi menyendiri diartikan
155
Bait ke-2
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi
membalut nyeri. Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan sebagai sesuatu
Bait ke-3
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata menembus
dunia fana dan abadi. Pada kata menembus dunia fana dan abadi diartikan sebagai
tempat tinggal manusia yang masih hidup dan tidak kekal. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah beberapa gaya bahasa yang
dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan
melalui gaya bahasa metafora gaya seperti kecapi membalut nyeri, menembus dunia
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Benda
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
Bait ke-1
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
b. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Bait ke-1
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah
beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati.
Ini digambarkan melalui adanya lambang benda seperti kecapi, dan lambang suasana
4.5.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
Bait ke-1
Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah patah.
Bait ke-2
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah terus.
Bait ke-3
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
159
Bait ke-4
dan abadi
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. Pada bait tersebut
terdapat rimah patah. Larik pertama sampai keempat memiliki bunyi a-b-a-b.
Bait ke-5
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-6
Rima yang sering muncul pada bait ke-6 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
160
Bait ke-1
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/ pada kata
Bait ke-3
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
Bait ke-4
dan abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
Bait ke-5
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/ pada kata
Bait ke-6
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
Bait ke-1
162
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata kecapi,
Bait ke-2
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kecapi
dan nyeri.
Bait ke-3
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama /i/ pada kata memiliki
dan budi, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata didampingi dan
hewani, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata mencapai dan ilahi.
Bait ke-5
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ dan /i/ pada kata
terluka, melukai, dilukai dan luka-luka, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
163
Bait ke-6
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata manusia
dan cerita.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
sebagai berikut.
Bait ke-1
Bait ke-2
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata pupuh pada bait ke-1 larik
2) Ritma
164
dan abadi/
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam
setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kesunyiaan dan kesepian,
berserah kepada Tuhan, bait ke-4 mengungkapkan tentang kehidupan yang tidak
Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari
lima kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri
dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari dua kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri
dari empat kata. Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata,
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
4.5.2.1 Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.
Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain
sebagainya sedang menjadi sorotan. Hal tersebut ditunjukkan seperti kata manusia,
hewani, sanubari, melukai, ulah manusia. Di samping itu, tema dapat dibuktikan
setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang
4.5.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
keprihatinan dan kesedihan dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi
negara Indonesia pada saat ini.. Berikut kutipan dari puisi tersebut.
dan abadi
168
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
(terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka, menganga akibat ulah manusia). Bertolak
dari hal itu, suasana kekesalan dan kemarahan itu akan timbul dari pembaca setelah
4.5.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
Amanat dari puisi ini yaitu sebagai manusia yang bernegara kita harus orang
169
mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan (manusia yang menjalankan cerita,
170
Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” secara khusus menceritakan kritik sosial.
Puisi ini terdiri atas sepuluh bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur
Kata Konkret
Suasana
KRITIK
SOSIAL
Falsafah
Perasaan hidup
Bodogol
Pakan
Serupa
Pendengaran Anjing
Falsafah
Penglihatan
Gambar 4.6
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Menginjak Kaki di
Jeruji Besi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
172
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Menginjak Kaki di Jeruji
Besi”.
Bait pertama, ilihan kata /itulah falsafah hidup dalam penjara/ digunakan
penulis untuk menunjukkan keadaan seseorang hidup di dalam penjara. Bait kedua,
pilihan kata pilihan kata /bagai sampah/ digunakan penulis untuk menunjukkan
sesuatu yang hina. Pilihan kata /penjara untuk membuat jera/ digunakan penulis
untuk menunjukkan keadaan menyesal yang dirasakan. Bait ketiga, pilihan kata
/pakan untuk hewan serupa anjing/ digunakan penulis untuk menunjukkan sesuatu
makan yang hewan yang diberikan kepada manusia. Bait keempat, pilihan kata
menunjukkan bahan makan yang berasal dari umbi-umbian. Pilihan kata /jantung cau
bahkan bodogol nya kami makan/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu
bagian dalam pohong pisang. Bait kelima, pilihan kata /kami hitung setiap batang
besi di kamar/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan
selalu dirasakan.
Bait keenam, pilihan kata /ada kerinduan yang menjerit/ digunakan penulis untuk
malam hari dengan menatap ke langit. Bait ketujuh, pilihan kata /membuat keluh-
kesah/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan dirasakan.
Bait kedelapan, pilihan kata / aku ingin terus berdoa/ digunakan penulis untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
menunjukkan seseorang yang ingin selalu berserah diri kepada Tuhan. Bait
pilihan kata /bahwa tukang angon dan majikan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan derajat manusia di dunia itu sama. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
adanya kata-kata falsafah hidup, hewan serupa anjing, kerinduan yang menjerit,
keluh-kesah.
4.6.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
175
Bait ke-3
nyatanya di sana
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata hewan
Bait ke-4
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata gaplek,
goreng gadung, kulit singkong dan bodogol. Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan melihat gaplek, goreng gadung, kulit singkong dan
bodogol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Bait ke-6
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata anak-
anak dan berjuta-juta bintang. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
dinding kamar, di wc, sajadah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
177
2) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
Bait ke-6
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata ada
kerinduan yang menjerit. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata keluh-
merasakan keluh-kesah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak
Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan anjing, gaplek,
goreng gadung, kulit singkong, bodogol, anak-anak dan berjuta-juta bintang, dinding
kamar, di wc, sajadah, imaji taktil digambarkan dengan kerinduan dan keluh-kesah.
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-6
179
berkedip
jendela.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
melakukan hal tertentu., Penyair menggunakan kata dinding kamar, sajadah. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
180
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
a. Simile
Simile adalah kiasan yang tidak langsung, benda yang dikiaskan kedua duanya
ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai,
bak, dan sebagainya (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah simile dari lagu
Bait ke-2
bagai sampah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Bait ke-3
nyatanya di sana
Pada bait di atas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata serupa. Pada kata
serupa untuk menyatakan nama dari seseorang. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat
memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui
b. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Menginjakkan
182
Bait ke-6
berkedip
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata ada kerinduan
yang menjerit dan berjuta-juta bintang. Pada kata ada kerinduan yang menjerit
diartikan sebagai keingingan dan harapan seseorang (akan bertemu). Pada kata
hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah
beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya
denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti ada
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Benda
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
Bait ke-2
bagai sampah
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
Bait ke-4
184
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
gaplek, goreng gadung, kulit singkong. Untuk melambangkan bahan makanan yang
Bait ke-5
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
b. Lambang Suasana
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
Bait ke-6
185
berkedip
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
dengan seseorang
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa
lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui
adanya benda seperti sampah, gaplek, goreng gadung, kulit singkong, batang besi
4.6.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”.
Bait ke-1
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah terus. Larik pertama sampai terakhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-2
bagai sampah
187
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.
Bait ke-3
nyatanya di sana
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/i/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik pertama sampai keenam memiliki memilik bunyi
a-b.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-8
Rima yang sering muncul pada bait ke-8 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-9
Rima yang sering muncul pada bait ke-9 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
Bait ke-10
kami yakin
Rima yang sering muncul pada bait ke-10 yaitu /i/-/a/-/a/.Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik pertama, kedua dan ketiga memiliki bunyi a-b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Bait ke-1
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata
Bait ke-4
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /g/ pada kata
gaplek, goreng dan gadung, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata
190
Bait ke-6
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/ pada kata
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
bahkan sajadah
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata
Bait ke-8
191
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/ pada kata
Bait ke-9
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata
Bait ke-2
bagai sampah
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata penjara
dan jera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Bait ke-5
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kami dan
besi.
Bait ke-6
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata berjuta-
Bait ke-10
kami yakin
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata sama dan rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
2) Ritma
194
195
kami yakin/
bahwa tukang angon/ dan majikan/
sama rata di depan tuhan/
4.6.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”
berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan
larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan ketidakadilan,
pada bait ke-2 mengungkapkan hukum berujung dengan uang, bait ke-3
yang dirasakan, bait ke-8 mengungkapkan kejujuran dan keadilan, bait ke-9
manusia di duni itu sama. Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait dan tiap bait berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di
mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris
berikutnya Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri lima
kata. Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari dua kata, larik keempat terdiri
empat kata, larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait
ke-3 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri
dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait ke-4 terdiri dari
empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata,
larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik keempat terdiri empat kata.
Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari
lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri enam kata, larik kelima
terdiri dari delapan kata. Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari
tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri dua kata. Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari
empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata. Bait
ke-9 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
dari lima kata. Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari dua kata,
larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
4.6.2.1 Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni
kritik sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena
hukum yang berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai
peraturan. Hukum di negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang
memiliki jabatan kekuasaan. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingg akhir bait
198
unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,
4.6.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
kepedihan perasan itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan
199
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini
karena dalam puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan
atau kekuasan (siapa yang kuat, dia berkuasa siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan) akan kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan
4.6.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan
uang. Maka dari itu, kita sebagai manusia tentunya harus pandai dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
hal apapun (aku ingin terus berdoa inilah satu-satunya senjata mempertegas
kejujuran dan kebohongan) sehingga kita tidak mudah dibodohi oleh sesuatu yang
201
Puisi “Kesaksian Luka” secara khusus menceritakan kritik sosial dan tema
khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai
struktur fisik dan struktur batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Pisau
Kesedihan Kemarahan Catatan hitam
Kata Konkret
Suasana
Pilihan Kata
Penglihatan
Mata
Pendengaran Tubuh luka
n indonesia
Gambar 4.7
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Kesaksian Luka”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
2) bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
4) indonesia
203
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Kesaksian Luka”.
Pada bait pertama, pilihan kata /reka adegan dari sejarah terpendam/ digunakan
penulis untuk menunjukkan sejarah yang tersembunyi. Pilihan kata /menjadi catata
hitam/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang kurang baik. Pada bait kedua,
pilihan kata /diawali luka yang berdarah/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa
yang mengalami penderitaan. Pada bait ketiga, Pilihan kata /berawal dari mana pisau
peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang sangat menyakitkan. Pada
bait keempat, pilihan kata /membangun dirinya dari segala luka/ digunakan penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
untuk sebuah peristiwa membangun tetapi penuh penderitaan. Pilihan kata /tubuh
Indonesia tak terawat/ digunakan penulis untuk sebuah keadaan Indonesia yang tidak
terpelihara. Pada bait kelima, Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan penulis
untuk menunjuukkan betapa menderitanya negara Indonesia pada waktu itu. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah pilihan kata atau
diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu kesaksian luka. Ini
peristiwa.
4.7.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
205
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
Bait ke-5
dilakukan
untukmu
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata kata
206
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
Bait ke-2
sehabis peperangan?
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata luka
merasakan luka yang berdarah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan catatan hitam,
imaji auditif digambarkan dengan kata yang diucapkan, dan imaji taktil digambarkan
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Bait ke-3
mengiris-ngiris kulitmu
pendidikankah?
hukum?
Bait ke-4
indonesia
208
menggunakan kata tubuh indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Kesaksian Luka” dapat memperindah puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Kesaksian Luka”.
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata catatan hitam.
Pada kata catatan hitam diartikan sebagai sebuah peristiwa yang kurang baik.
Bait ke-2
sehabis peperangan?
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
diawali luka yang berdarah. Pada kata diawali luka yang berdarah diartikan sebagai
210
Bait ke-3
mengiris-ngiris kulitmu
Pendidikankah?
Hukum?
Agama?
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
tindakan yang membuat seseorang terluka. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait
dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
metafora gaya seperti catatan hitam, diawali luka yang berdarah, mengiris-ngiris
kulitmu.
2) Perlambangan
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
a. Lambang Warna
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Pada bait di atas terdapat lambang warna yang ditunjukkan dengan kata-kata
catatan hitam. Untuk melambangkan peristiwa yang kurang baik. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa lambang yang
dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan melalui
4.7.1.5 Versifikasi
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah terus. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-2
sehabis peperangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-3
mengiris-ngiris kulitmu
pendidikankah?
hukum?
agama?
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/u/-/a/-/u/. Pada bait
tersebut terdapat rima bersilang. Larik pertama sampai akhir memiliki bunyi a-b-a-b.
Bait ke-4
indonesia
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Bait ke-5
dilakukan
untukmu
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-/u/. Pada bait tersebut
terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai ketiga berbeda dengan larik keempat
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Kesaksian Luka” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-2
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /t/ pada kata
tidak dan tunggal, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata di dan dunia.
Bait ke-3
mengiris-ngiris kulitmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
pendidikankah?
hukum?
agama?
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ pada kata
Bait ke-4
indonesia
Pada bait di atas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata
dirinya dan dari, aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /t/ pada kata tubuh dan
terawatt, aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata ditampilkan dan
dengan.
Bait ke-5
dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
untukmu
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ pada kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Kesaksian Luka”
Bait ke-2
sehabis peperangan?
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata negara
dan dunia.
Bait ke-3
mengiris-ngiris kulitmu
pendidikankah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
hukum?
agama?
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata mana
dan peristiwa.
Bait ke-4
indonesia
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata segala
dan luka.
Bait ke-5
dilakukan
untukmu
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata mata
dan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Kesaksian Luka” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-1
sejarah terlupakan
Bait ke-2
sehabis peperangan?
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata sejarah pada bait ke-1 larik
2) Ritma
219
sejarah terlupakan/
sehabis peperangan?
mengiris-ngiris kulitmu/
pendidikankah?
hukum?
Indonesia/
220
dilakukan/
untukmu/
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.
Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait
saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan peristiwa kelam yang terjadi di
bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan penderitaan
yang di alami Indonesia pada waktu itu.. Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap
bait berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu.
Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-2 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri
dari enam kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri dari dua
kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua
terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari satu
kata, larik kelima terdiri dari satu kata, larik keenam terdiri dari satu kata, larik
ketujuh terdiri dari enam kata. Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri
dari satu kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari empat kata,
larik keempat terdiri dari lima kata. Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik pertama
terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari satu
kata, larik keempat terdiri dari empat kata, larik kelima terdiri dari satu kata.
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
222
4.7.2.1 Tema
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema
khususnya kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah
ditunjukkan pada awal bait hingga akhir bait menggambarkan kesaksian manusia.
Kesaksian tersebut dapat terlihat dari kata, catata hitam, luka, pisau peristiwa. Di
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
4.7.2.2 Perasaan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
223
Sehingga Indonesia menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain. Berikut
mengiris-ngiris kulitmu
pendidikankah?
hukum?
(4) indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
(5) berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
4.7.2.3 Nada dan Suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
terlupakan, menjadi catatan hitam) dan penderitaan (membangun dirinya dari segala
luka tubuh indonesia tak terawatt namun tetap ditampilkan dengan semangat) yang
4.7.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
Amanat dari puisi ini yaitu agar kita mengetahui tentang keadaan sebenarnya yang
di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah dilupakan (menjadi catatan
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ketujuh puisi karya Peri Sandi Huizhce dalam
kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta, diperoleh simpulan sebagai berikut.
Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce memiliki
struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan sebagai
analisis lagu meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),
verifikasi, dan tipografi. Struktur batin yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu
Penggunaan diksi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya
Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce menggunakan diksi yang mencakup sifat hakiki dari puisi,
yaitu emotif, objektif, imitatif atau referensial dan konotatif. Diksi yang paling
banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Penggunaan pengimajian dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Sehingga hal yang digambarkan seolah-
olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
Pengimajian yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce adalah imaji visual dan imaji auditif.
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Penggunaan kata konkret dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kata-kata yang didapat menyarankan arti yang
menyeluruh, seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Kata konkret yang paling
banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Untuk memahami bahasa
figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair
baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari
metafora, simile, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari lambang
warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana. Kiasan(gaya bahasa)
yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
Penggunaan versifikasi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Penggunaan versifikasi yang bervariasi
itu yaitu menggunakan rima berdasarkan bunyi ada dua jenis, yaitu bentuk intern pola
bunyi aliterasi di awal kata dan bentuk intern pola bunyi asonansi di akhir kata. Rima
yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce adala rima patah. Selain penggunaan rima, puisi anak
dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
sudah melakukan permainan bunyi melalui ritma. Ritma yang dihasilkan dalam
bentuk pengulangan kata atau kelompok kata atau pola-pola yang hampir sama.
Bentuk pengulangan tersebut yaitu bentuk repetisi dan bentuk paralelisme. Ritma
yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
Penggunaan tipografi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
Pemilihan tema dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Sandi Huizhce mengandung tema besar yaitu mengandung tema besar kehidupan
hukuman. Secara khusus tema yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce yaitu kritik sosial.
Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Perasaan(feeling) beraneka ragam
mungkin perasaan sedih, kecewa, kemarahan, terharu, benci, rindu, cinta, kagum,
bahagia. Perasaan(feeling) yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce kemaraham dan kekecewaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Penggunaan amanat pada kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya
Peri Sandi Huizhce sudah baik. Amanat yang ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, yaitu mengajak pembaca untuk
menghargai suatu keadilan, karena keadilan merupakan suatu hal yang berkaitan
dengan sikap dan tindakan hubungan antar manusia yang berisi tuntutan agar antar
5.2 Saran
terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Penelitian ini hanya mengkaji struktur fisik dan struktur batin kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Diharapkan kepada
peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji struktur fisik dan struktur batin
penelitian sejenis dengan menggunakan objek yang lebih baru. Hasil penelitian
ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi. Selain itu, nantinya
3) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami isi puisi secara
mendalam. Dengan begitu tidak akan salah mengartikan maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis puisi tersebut. Selain itu, pendalaman pengetahuan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
pembaca dalam bidang karya sastra, sehingga pembaca dapat memahami dan
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fahlevi, Igbal. 2018. Analisisstruktur Fisik Dan Struktur Batin Puisi Senja Di
Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Skripsi. PBSI. Medan: Universitas
Muhammadiyah
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.
Hidayatullah, Syifa. 2018. Struktur Batin dan Batin Puisi Karya Anak Dalam
Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Skripsi. PBSI. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Uizche, Peri Sandi. 2013. Mata Luka Sengkon Karta: Kumpulan Puisi Esai. Jakarta:
PT. Jurnal Sajak Indonesia.
Jabrohim, Dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya
(Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyadi, dkk. 2019. Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method. Depok: Raja
Grafindo Persada
Moleong, Lexi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univesity Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, dan
Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Saputra, Adven.2018. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu
Deadsquad Album Horror Vision Tahun 2009.Skripsi. PBSI. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Bandung: Pustaka Jaya.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Xaverius 2 Jambi. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, pada tahun
2014. Penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi yang berjudul Analisis Struktur Fisik Dan
Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri
Sandi Huizhce.
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Triangulasi Data
Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce”
Oleh : Agustinus Poga (141224041)
Pembimbing 1 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum
Pembimbing 2 : Septina Krismawati, S.S., M.A
Petunjuk Triangulasi:
1. Triangulator memberikan tanda centang (√) pada kolom Setuju/Tidak Setuju yang menggambarkan penilaian
Anda.
2. Berikan catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur fisik dan struktur
batin puisi
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.
Struktur Fisik Puisi Pengakuan Gunel Triangulator
No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
1. Bait ke-1 1) Pilihan kata /ABRI/ dimaksudkan
yang benar tapi disalahkan sebagai Angakatan Bersenjata √
aku salah tapi lolos dari hukum Republik Indonesia.
“woi ABRI…woi…Polisi… 2) Pilihan kata /lolos/ digunakan penulis
mata kalian mata picek! untuk menunjukkan seseorang lepas √
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
236
237
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Imaji Visual Deskrispsi
4. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
apakah tidak ada penyidikan kembali pada untuk seakan-akan melihat kegoblogan yang
kasus ini disertai ketololan hukum di negeri ini.
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
5. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
dua belas tahun penjara untuk seakan-akan melihat situasi dua belas
waktu yang sebentar tahun di penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
239
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
240
241
242
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Versifikasi
Rima Deskripsi
11. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
12. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik kedelapan; √
apakah tidak ada penyidikan kembali pada /k/ pada kata kegoblogan dan ketololan.
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
244
245
19. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari 3 bait. √
“Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait. 1) Bait ke-1 terdiri dari enam belas larik;
Puisi tersebut terdiri dari 3 bait dan tiap bait larik pertama terdiri dari empat kata,
berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri larik kedua terdiri dari enam kata,
enam belas,tiga,dua dan satu . Larik dalam larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik
setiap bait saling berkaitan. keempat terdiri dari empat kata, larik
kelima terdiri dari enam kata, larik
keenam terdiri dari lima kata, larik
ketujuh terdiri dari empat kata, larik
kedelapan terdiri dari lima kata, larik
kesembilan terdiri dari enam kata,
larik kesepuluh terdiri dari delapan
kata, larik kesebelas terdiri dari enam
kata, larik kedua belas terdiri dari
delapan kata, larik ketiga belas terdiri
dari enam kata, larik ketiga belas
terdiri dari lima kata, larik keempat
belas terdiri dari empat kata, larik
kelima belas terdiri dari empat kata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
247
21. Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai √
kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.
Nada
22. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekesalan. Penyair mengingatkan pembaca untuk √
memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini. Hingga yang benar di dekatkan dengan
hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari hukum.
Amanat
23. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar pemerintah di √
negeri ini menindaklanjuti ketidakadilan dalam hukum. Karena tujuan adanya lembaga
peradilan sendiri untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.
248
249
250
251
252
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
36. Bait ke-13 Pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada √
apalah daya uangpun tak ada padi jadi rusak/ digunakan penulis untuk
padi jadi rusak menunjukkan sebuah situasi suram dan
panen gagal menyedihkan.
hama berkeliaran seenaknya
37. Bait ke-14 Pilihan kata /musim paceklik mencekik/ √
bagi keluarga kami digunakan penulis untuk menunjukkan situasi
inilah musim paceklik menyedihkan
mencekik
38. Bait ke-15 Pilihan kata /berusaha mengenang setiap √
akulah sengkon yang sakit luka/ digunakan penulis untuk menunjukkan
berusaha mengenang setiap luka keadaan sekarat yang terabaikan.
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Pengimajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
254
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
43. Bait ke-12 Penyair mengajak pembaca atau √
1971 benih mulai dikomersialkan pendengar untuk seakan-akan melihat pupuk
pupuk dan obat hama harganya tak dan obat hama yang dikomersialkan dan
sembarang memiliki harga yang tidak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Imaji Taktil Deskripsi
44. Bait ke-14 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
bagi keluarga kami untuk seakan-akan merasakan paceklik.
inilah musim paceklik
mencekik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
78. Bait ke-1 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
aku seorang petani bojongsari pada kata petani dan bojongsari.
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
79. Bait ke-3 1) Asonansi di akhir kata pada larik √
peralihan kepemimpinan yang mendesak kedua; /o/ pada kata karno dan harto.
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
267
268
269
270
271
272
273
274
diburu tawon
275
menyarankan ini-itu
93. Bait ke-3 Pilihan kata /keadilan mesti keluar dari dalam √
keadilan bukan untuk diperdebatkan hati/ digunakan penulis untuk menunjukkan
sebuah pengungkapan seseorang tentang
keadilan mesti keluar dari dalam hati
keadilan.
untuk menghargai diri
276
Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
95. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
untuk seakan-akan melihat semua orang
Dibebaskan
berilmu datang ke rumah, rumah seperti
bunga mekar dan diburu tawon.
seluruh indonesia tahu
diburu tawon
277
278
279
diburu tawon
Metafora Deskripsi
102. Bait ke-1 Pada kata semua orang berilmu datang √
Dibebaskan kerumah diartikan sebagai seseorang yang
memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan
seluruh indonesia tahu
atau kepandaian.
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
280
diburu tawon
menyarankan ini-itu
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
104. Bait ke-1 1. Untuk melambangkan perkembangan, √
Dibebaskan penyair menggunakan kata rumah
seperti bunga mekar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
diburu tawon
menyarankan ini-itu
Versifikasi
Rima Deskripsi
106. Bait ke-2 Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/- √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
menyarankan ini-itu
107. Bait ke-3 Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/- √
keadilan bukan untuk diperdebatkan /i/-/i/.
108. Bait ke-4 Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/- √
bukan dijadikan pasal yang rumit dan /u/.
berbelit-belit
283
diburu tawon
110. Bait ke-2 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /i/ √
tanya ini-itu pada kata itu dan ini.
menyarankan ini-itu
111. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ √
keadilan bukan untuk diperdebatkan pada kata keadilan dan keluar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
diburu tawon
113. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √
tanya ini-itu pada kata hanya dan luka.
menyarankan ini-itu
285
115. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ √
bukan dijadikan pasal yang rumit dan pada kata dimengerti dan ahli.
berbelit-belit
menyarankan ini-itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
287
288
120. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan rasa √
kekecewaan dan kemarahan karena dalam puisi tersebut bercerita tentang ketidakadilan itu
hanya menambah luka.
Nada
121. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekesalan dan kemarahan. √
Penulis mengajak pembaca untuk memahami keadilan-keadilan yang sesungguhnya.
Amanat
122. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu seluruh rakyat √
Indonesia berhak mendapat keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat,
rakyat kecil, orang atau miskin.
289
kemenangan
Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
128. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
291
292
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
137. Bait ke-2 Untuk melambangkan keadilan, penyair √
keadilan sekali lagi berujung pada uang menggunakan kata uang atau duit.
Versifikasi
Rima Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
294
145. Bait ke-3 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
majalah mengupas berita salah tangkap pada kata beritanya dan seindonesia.
146. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ √
apalah artinya berita pada kata artinya dan berita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
147. Bait ke-5 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
berita pada kata hanya dan penerbitnya.
296
“Mengadukan Gugatan” berbentuk bait- 1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan pertama terdiri dari tiga kata, larik
tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada kedua terdiri dari empat kata, larik
yang terdiri tiga, dua, dan satu. Larik ketiga terdiri dari limat kata.
dalam setiap bait saling berkaitan. 2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari enam kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
Struktur Batin Puisi Mengadukan Gugatan
Tema
152. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui puisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
ini, penulis memaparkan bahwa keadilan berujung pada uang. Sehingga keadilan bisa dibeli
dengan uang.
Perasaan
153. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengungkapkan rasa kecewa. Perasaan itu terbukti √
dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang dikedepankan sebagai gugatan. Uang
adalah segalanya dalam keadilan.
Nada
154. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” bernada kesedihan dan kekecewaan yang berbaur √
menjadi satu. Penulis mengajak pembaca untuk memahami penderitaan dan kesedihan yang
dirasakan orang-orang yang mengalami ketidakadilan.
Amanat
155. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu suatu keadilan √
bukanlah tempat untu menghasilkan uang. Melainkan keadilan adalah suatu hal yang
berkaitan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi tuntutan
agar antar sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.
298
299
300
301
dan abadi
302
303
dan abadi
2. Penyair menggunakan kata menembus √
duni fana dan abadi untuk
mengkonkretkan sesuatu alam tempat
tinggal manusia yang masih hidup dan
tidak kekal.
304
177. Bait ke-3 Pada kata menembus dunia fana dan abadi √
inilah maskumambang yang melayang diartikan sebagai tempat tinggal manusia
yang masih hidup dan tidak kekal.
menyelinap ke dasar sanubari
dan abadi
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
178. Bait ke-1 Untuk melambangkan alat musik dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
Versifikasi
Rima Deskripsi
180. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. √
pupuh mengantarkan wejangan hidup
306
dan abadi
307
187. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
manusia memiliki akal dan budi pada kata manusia dan memiliki.
188. Bait ke-4 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
inilah maskumambang yang melayang pada kata maskumambang dan melayang.
dan abadi
189. Bait ke-5 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka pada kata menganga dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
308
190. Bait ke-6 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
manusia yang menjalankan cerita pada kata manusia dan menjalankan.
192. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
pupuh dan kecapi membalut nyeri pada kata kecapi dan nyeri.
309
310
311
312
202. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu sebagai manusia yang √
bernegara kita harus orang berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang
Indonesia tidak mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan.
313
dirasakan.
314
315
316
317
318
319
pada suara pintu tertutup keinginan dan harapan yang ingin bertemu
ada bisikan anak-anak kami dengan seseorang.
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan atau kekuasan akan
kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan yang tinggi.
Amanat
257. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai manusia √
tentunya harus pandai dalam melakukan hal apapun. Jangan sampai kita dibodohi oleh
sesuatu yang nantinya memecah bela kita sebagai manusia.
334
335
namun tetap ditampilkan dengan semangat 2) Pilihan kata /tubuh Indonesia tak √
terawat/ digunakan penulis untuk
sebuah keadaan Indonesia yang tidak
terpelihara.
262. Bait ke-5 Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan √
berawal dari kata penulis untuk menunjuukkan betapa
kata yang diucapkan menderitanya negara Indonesia pada waktu
dilakukan itu.
inilah mata luka itu
untukmu
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
263. Bait ke-5 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
berawal dari kata seakan-akan mendengar kata yang
kata yang diucapkan diucapkan.
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Imaji Visual Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
336
337
338
339
Versifikasi
Rima Deskripsi
273. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
274. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
340
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
341
279. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ √
berawal dari mana pisau peristiwa pada kata para dan pejabat.
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
342
namun tetap ditampilkan dengan semangat 3) Aliterasi di awal kata pada larik √
keempat; /d/ pada kata ditampilkan
dan dengan.
281. Bait ke-5 Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ √
berawal dari kata pada kata inilah dan itu.
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
282. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal? pada kata negara dan dunia.
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
283. Bait ke-3 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ √
berawal dari mana pisau peristiwa pada kata mana dan peristiwa.
mengiris-ngiris kulitmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
343
284. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
indonesia pada kata segala dan luka.
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
285. Bait ke-5 Asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ √
berawal dari kata pada kata mata dan luka.
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
286. Bait ke-1 Terdapat pengulangan kata sejarah pada bait √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
344
reka adegan dari sejarah terpendam ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik
sejarah terlupakan pertama.
menjadi catatan hitam
287. Bait ke-2 √
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Tata wajah (Tipografi) Deskripsi
288. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari lima bait. √
“Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait. 1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
Tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada pertama terdiri dari lima kata, larik
tujuh, lima, empat, tiga. Larik dalam satu kedua terdiri dari dua kata, larik
bait berkaitan satu sama lain. ketiga terdiri dari tiga kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari empat larik; larik
√
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
345
346
347
Mengetahui,