Anda di halaman 1dari 362

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN

DALAM KUMPULAN PUISI ESAI MATA LUKA SENGKON KARTA

KARYA PERI SANDI HUIZHCE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia

Oleh:
Agustinus Pogang
NIM: 141224041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN


iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan terima kasih kepada Tuhan Yesus dan

Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan saya kekuatan dan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Orang tua dan keluarga besar Poga yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat serta cinta kasihnya pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman saya, keluarga PBSI A 2014 terima kasih untuk kebersamaan

penuh canda, tawa, ceria, dan sedih. Semua kenangan tidak akan terlupakan dan

sukses untuk kita semua

4. Keluarga besar Wakdays Crew dan Gorongan Squad yang selalu menemani

ketika suka dan duka dialami peneliti.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa yang

selalu benar, dan murid bukanlah kerbau!”

(Soe Hok Gie)

“Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya berolah kesempatan

untuk mengunjungi kamu”

(Roma 1:10)

“Jadilah bintang di antara bintang, kita akan bertemu di titik yang sama.”

(Agustinus Pogang)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARY


vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA


vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Pogang, Agustinus. 2020. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam
Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur
batin Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Penelitian ini memilih kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta yang memiliki
dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul puisi sebagai
objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik sosial yang
menjadi fenomena dan realita di negara saat ini. Tujuh puisi yang dianalisis yaitu
“Pengakuan Gunel“, “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang“, “Hari Pertama di
Tahun yang Lama“, “Mengadukan Gugatan“, “Serupa Maskumambang“,
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi“, “Kesaksian Luka“. Data dalam penelititan ini
berupa Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce,
sedangkan sumber data berupa puisi-puisi dari kumpulan puisi esai tersebut. Data
berupa kritik sosial, kemudian diklasifikasikan sesuai unsur struktur fisik maupun
struktur batin lalu ditabulasi. Tabulasi data diserahkan kepada triangulator untuk
dilakukan triangulasi. Instrumen penelitian ini berupa data klasifikasi kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Metode dan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik catat kemudian dilakukan ketika
menerapkan teknik baca. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, (1)
mengklasifikasi data-data, (2) melakukan identifikasi terhadap data-data berdasarkan
tuturan, (3) pemberian makna dan (4) mendeskripsikan data penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam struktur fisik meliputi, diksi; imaji;
kata konkret; bahasa figurati: kiasan, dan perlambangan; verifikasi: ritma, dan rima
yang terdiri atas bentuk intern pola bunyi aliterasi di awal kata, bentuk intern pola
bunyi asonansi di akhir kata, dan pengulangan kata; dan tipografi, sudah dimiliki oleh
kelima lagu tersebut. Pada puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” tidak ada
pengulangan kata. Pada struktur batin meliputi, tema, perasaan, nada dan suasana,
dan amanat sudah didapati pada ketujuh puisi. Hampir keseluruhan puisi memiliki
tema yang sama, yaitu kritik sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketujuh
puisi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce memiliki struktur fisik beragam dan struktur batin hampir sama yang
ditunjukkan melalui tema serupa tentang kritik sosial.
Kata Kunci: Struktur Fisik, Struktur Batin, Puisi.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Pogang, Agustinus. 2020. An Analysis of Physical and Inner Structures in The
Collection of Essay Poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi
Huizhce. Final Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University.
The aim of the research is to describe the physical and inner structures in the
collection of essay poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The
researcher chose this essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta which has
twenty two titles of poetry. The researcher used only seven titles of poetry as the
object of study because those seven titles have a theme of social criticism which
becomes a phenomenon and reality in this country nowadays. Those seven titles of
poetry which were analyzed are “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah dalam
Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan
Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,
“Kesaksian Luka”. The data of this research is in the form of Essay Poetry
Collection Mata Luka Senkon Karta by Peri Sandi Huizhce, while the data source is
the poems of those essay poetry collection. The data of social criticism were
classified according to the elements of physical and inner structures right before
being tabulated. The data tabulation was given to the triangulator for being
triangulated. The instrument of the research is a classification data of essay poetry
collection Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The method and
technique of collecting data is the note technique which was done while doing the
reading technique. The data analysis technique which was used, (1) classifying data,
(2) identifying data according to the speech, (3) giving meaning and (4) describing
the research data.
The result of the research shows the physical structures such as, diction;
image; concrete word; figurative language; metaphor, and symbol; verification:
rhythm, and rhyme which contains internal form of alliteration sound patterns on the
beginning of the word, internal form of assonance sound patterns on the end of the
word, and word repetition; and typography, which has already owned by those five
songs. However, there is no word repetition in the poetry “Menginjakkan Kaki di
Jeruji Besi:. The inner structures involve theme, feeling, tone and atmosphere, and
message which were owned by those seven titles of poetry. All of those poetry almost
have an equal theme, which is social criticism. The conclusion of the research is
those seven titles of poetry of the essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta
by Peri Sandi Huizhce have various physical structures and have almost same inner
structures which were shown through the similar theme of social criticism.
Keywords: Physical Structures, Inner Structures, Poetry.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Fisik dan

Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta ” dapat

peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras peneliti, melainkan juga berkat

bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung

ataupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing pertama yang

sudah membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi

kepada peneliti.

3. Septina Krimawati S.S., M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang sudah

membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. P. Hariyanto, M.Pd selaku dosen Studi Pendidikan Bahasa dan S


xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 5
A. Bagi Program Studi ........................................................................... 5
B. Bagi Pendidik .................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 5
1.5.1 Puisi ................................................................................................... 5
1.5.2 Struktur Fisik..................................................................................... 6

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5.3 Struktur Batin .................................................................................... 6


1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 7
2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 10
2.2.1 Puisi ................................................................................................... 11
2.2.2 Struktur Puisi...................................................................................... 12
2.2.3 Teori Strukturalisme........................................................................... 13
2.2.4 Struktur Fisik...................................................................................... 13
2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)..................................................................... 14
2.2.4.2 Pengimajian ................................................................................. 16
2.2.4.3 Kata Konkret ............................................................................... 18
2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas) ............................................................. 19
2.2.4.5 Versifikasi .................................................................................. 21
a. Onomatope ................................................................................ 22
b. Bentuk intern pola bunyi .......................................................... 22
c. Pengulangan kata/ungkapan ..................................................... 22
2.2.4.6 Tipografi ...................................................................................... 23
2.2.5 Struktur Batin .................................................................................... 26
2.2.5.1 Tema ........................................................................................... 26
2.2.5.2 Perasaan (Feeling)...................................................................... 27
2.2.5.3 Nada dan Suasana ...................................................................... 28
2.2.5.4 Amanat ....................................................................................... 30
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 34
3.3 Sumber Data dan Data ............................................................................... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian................................................................................... 37
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
3.7 Triangulasi Data ......................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Puisi “Pengakuan Gunel” ........................................................................... 42
4.1.1 Struktur Fisik....................................................................................... 45
4.1.2 Struktur Batin ...................................................................................... 60
4.2 Puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” ................................ 65
4.2.1 Struktur Fisik....................................................................................... 68
4.2.2 Struktur Batin ...................................................................................... 101
4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” .............................................. 105
4.3.1 Struktur Fisik....................................................................................... 106
4.3.2 Struktur Batin ...................................................................................... 124
4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan” .................................................................. 128
4.4.1 Struktur Fisik....................................................................................... 129
4.4.2 Struktur Batin ...................................................................................... 142
4.5 Puisi “Serupa Maskumambang” .............................................................. 146
4.5.1 Struktur Fisik....................................................................................... 147
4.5.2 Struktur Batin ...................................................................................... 166
4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” ..................................................... 170

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.6.1 Struktur Fisik....................................................................................... 172


4.6.2 Struktur Batin ...................................................................................... 197
4.7 Puisi “Kesaksian Luka” ........................................................................... 201
4.7.1 Struktur Fisik....................................................................................... 203
4.7.2 Struktur Batin ...................................................................................... 221

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 225
B. Saran ............................................................................................................ 228
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 230
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 232
LAMPIRAN .................................................................................................... 234

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan

seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman

1990:71). Karya sastra terjadi jika ada seorang pengarang menuangkan ide, pikiran,

dan perasaan yang ada dalam imajinasinya dan melahirkan sebuah karya yang disebut

karya sastra. Daya imajinasinya inilah yang mampu membedakan antara karya sastra

yang satu dengan yang lain.

Wicaksono (2014:1) berpendapat sastra merupakan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dapat dikatakan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan manusia. Penggambaran

kehidupan manusia dalam sastra didasarkan pada daya imajinasi sehingga kehidupan

tersebut bersifat imajinatif meskipun tidak semua karya bersifat imajinatif.

Puisi merupakan bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang

menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam sususan

yang berirama (Pradopo 2002:113). Rene Wellek dan Austin Warren (dalam

Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa paling baik memandang kesusatraan

sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seni

berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya

(seni) sastra. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetikanya dominan pada unsur-

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

unsurnya. Unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya

persajakan, diksi(pilihan kata), irama dan gaya bahasanya.

Waluyo (1995:27) mengemukakan bahwa struktur fisik terdiri dari baris-baris

puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Bait-bait itu membangun

kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai wacana. Struktur fisik merupakan

medium penangkap struktur batin puisi. Struktur fisik yaitu: diksi, pengimajian, kata

konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), bersivikasi (meliputi rima, ritma, dan

metrum), tipografi, dan sarana retorika. Adapun struktur batin yaitu puisi terdiri atas

tema, nada, perasaan, dan amanat.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk membahas struktur fisik dan sruktur

batin kumpulan puisi esai karya Peri Sandi Huizhce. Dengan mengkaji struktur puisi

ini akan memperoleh gambaran yang komprehensif terhadap maksud penulis akan

puisinya. Struktur dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur

yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling

menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan

atau tumpukkan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-

hal yang terikat, saling berkaitan, saling bergantung.

Penelitian ini akan membahas secara rinci terkait struktur lahir puisi seperti diksi,

pengimajian, kata konkret, majas, rima, tipografi, pada kumpulan puisi esai Mata

Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, sedangkan analisis struktur batin akan

difokuskan pada tema, nada, perasaan, dan amanat. Dengan menganalisis struktur ini

pembaca akan lebih menikmati dan merasakan makna yang dituangkan penyair dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

puisi tersebut. Salah satu mengapa peneliti memilih struktur fisik dan struktur batin

karena dalam kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce

menggunakan susunan dan tulisan yang indah serta dilengkapi gaya bahasa menarik.

Selain itu, masih banyak pembaca karya sastra kurang memahaminya. Maka dari itu,

peneliti ingin menyampaikan pada pembaca mengenai struktur fisik dan struktur batin

puisi dalam penelitian ini.

Kelebihan dari kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi

Huizhce yang mendasari peneliti memilih sebagai objek penelitian karena

bertemakan kemanusiaan dan kritik sosial. Tema tersebut menceritakan fenomena

dan realita di negara Indonesia saat ini yang bergejolak pada kasus kegagalan

penegakan keadilan. Arti Sengkon Karta yaitu dua orang petani yang berdomisili di

Desa Bojongsari, Bekasi menjadi pihak tertuduh dalam kasus pembunuhan, sehingga

mereka mencari keadilan bagi dirinya. Kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon

Karta memiliki dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul

puisi sebagai objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik

sosial yang menjadi fenomena dan realita di negara saat ini, sedangkan lima belas

puisi lainnya menceritakan penindasan pada rakyat kecil.

Harapannya peneliti dapat memberikan pemahaman mengenai penggunaan

struktur fisik dan struktur batin pada puisi. Selain itu, menambah pengetahuan

berbagai jenis struktur pembangun puisi terutama untuk para pendidik dan peminat

sastra agar terus mengembangkan karya-karya sastra yang dihasilkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi Huizhce ?

1.2.2 Bagaimana struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi huizhce ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian tentu saja selaras dengan rumusan masalah. Oleh karena

itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon

karta karya Peri Sandi huizhce ?

1.3.2 Mendeskripsikan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon

karta karya Peri Sandi huizhce ?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoretis maupun

praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data mengenai analisis struktur

fisik dan struktur batin lirik lagu. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga dapat

memperkaya kajian dalam bidang analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4.2 Manfaat Praktis

A. Bagi Program Studi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan/referensi bagi program studi

mengenai analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.

B. Bagi Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menerapkan analisis struktur

fisik dan struktur batin puisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

pembaca dalam menganalisis puisi secara benar atau membantu untuk memahami isi

puisi.

1.5. Batasan Istilah

Penulis akan mencantumkan batasan-batasan istillah yang disusun dalam

penelitian ini. Batasan istilah tersebut sebagai berikut.

1.5.1 Puisi

Puisi adalah bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan

rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan

perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan,

dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan (Rachmat Djoko Pradopo, 200:113).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.5.2 Struktur Fisik

Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium

pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi

bersifat khas. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif

(majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

1.5.3 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapkan makna secara tidak langsung

dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).

1.6. Sistematika Penulisan

Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab

pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bab landasan

teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III

merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini berisi mengenai jenis penelitian,

sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknis

analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan

pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan

bab penutup. Pada bab ini berisi simpuan dari data yang sudah diolah dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai struktur fisik dan batin puisi yang ada di Indonesia memang

sudah banyak dilakukan sebelumnya. Walaupun demikian, kajian penelitian-

penelitian itu sangat beragam sesuai dengan masalah yang diamati. Sumber data yang

dianalisis pun beragam. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, peneliti

mengambil tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

Pertama, penelitian dilakukan oleh Christian Adven Saputra (2018) berjudul

Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu Deadsquad Album

Horror Vision Tahun 2009. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut

adalah mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad

Album Horror Vision Tahun 2009. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian

tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada lirik lagu Deadsquad Album

Horror Vision Tahun 2009. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-

analitis. Hasil dari penelitian adalah analisis kelima lagu karya Deadsquad dalam

album Horror Vision tahun 2009. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa lagu

dari album Horror Vision tahun 2009 karya Deadsquad memiliki struktur fisik dan

struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2)

pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(tipografi). Sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema, (2) perasaan penyair, (3)

nada dan suasana, dan (4) amanat.

Relevansi penelitian pertama dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,

penelitian pertama objek penelitiannya adalah lirik lagu Deadsquad Album Vision

Tahun 2009, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai

Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Kedua, Penelitian dilakukan oleh Syifa (2018) berjudul Struktur Batin dan Batin

Puisi Karya Anak dalam Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuan penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan

struktur fisik dan struktur batin dalam Majalah Bobo dan Implikasinya terhadap

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi karya anak

dalam Majalah Bobo serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis. Dari analisi

data, dapat disimpulkan bahwa anak-anak sudah dapat menciptakan karyanya sendiri

dan menuangkan pengalaman-pengalaman pribadinya ke dalam puisi yang ia ciptakan

serta faktor psikologi anak dalam menciptakan puisi sangat berpengaruh bagi anak.

Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4)

bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah (tipografi). Struktur batin yaitu: (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tema, (2) perasaan penyair, (3) nada, dan (4) amanat, sedangkan perkembangan

psikologi yaitu: (1) perkembangan kognitif, (2) perkembangan pribadi, (3)

perkembangan sosial.

Relevansi penelitian kedua dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik, struktur batin dan perkembangan psikologi. Perbedaannya terletak pada

objek penelitian, penelitian pertama objek penelitiannya adalah Puisi Karya Anak

dalam Majala Bobo dan Implemantasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai

Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh Fahlevi (2018) berjudul Analisis Struktur Fisik

dan Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Tujuan

penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam puisi

Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi Senja Di

Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Penelitian tersebut menggunakan metode

deskriptif-analitis. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut terlihat

biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi Chairil

memberikannya sebagai kata-kata yang mengandung makna konotasi, selain itu

memiliki struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang

digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

versifikasi, (6) tata wajah (tipografi), sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema,

(2) perasaan penyair, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat.

Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis

Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis

struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,

penelitian pertama objek penelitiannya adalah puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya

Chairil Anwar sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi

esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa terdapat

penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan peneliti

memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian di atas, yaitu tentang penggunaan

metode dan teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data. Tepatnya, penelitian

ini kesamaannya menganalisis struktur fisik dan struktur batin dengan menggunakan

teori Waluyo. Penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti tentang analisis

struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi esai. Kebaruan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu penelitian sebelumnya menganalisis tentang puisi sedangkan

penelitian ini berfokus pada kumpulan puisi esai.

2.2 Kajian Teori

Kajian teori digunakan untuk memperkuat penelitian serta mendukung

keakuratan data. Hal ini dianggap penting karena teori itu sendiri lahir dari kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

ilmiah yang sudah terbukti kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan

memaparkan tentang puisi, struktur fisik, dan struktur batin.

2.2.1 Puisi

Muljana (dalam Pradopo, 2002:113 mengemukakan puisi sebagai bentuk sastra

dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.

Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang

imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu yang penting, yang

direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tentunya harus mempunyai fungsi

estetik yang harus ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Puisi merupakan karya

sastra. Wellek dan Warren (dari Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa

paling memandang kesusatraan sebagai karya yang dalamnya fungsi estetikanya

dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya

kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra.

Puisi adalah bahasa perasaan, yang dapat memadukan suatu tindakan yang

mendalam dalam beberapa kata. Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra,

kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair pernyataan itu berisi

pengalaman batinnya sebagai hasil proses kreatif terhadap objek seni. Objek

seni ini berupa masalah-masalah kehidupan dan alam sekitar ataupun segala

kerahasiaan (misteri) dibalik alam realitas , dunia metafisis.

Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan di dalamya ada

unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

bahasanya. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk

mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetikanya atau aspek kepuitisannya. Jenis-

jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan

wacana yang dipergunakan scara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua

itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Pradopo (2002:7)

menyatakan bahwa puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan

yang merangsang imajinasi panca interpretasi pengalaman manusia yang penting dan

digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi itu adalah salah

satu karya sastra yang mempunyai nilai estetik (seni) yang tinggi dan berasal dari

intepretasi pengalaman hidup manusia yang paling berkesan atau sebagai hasil

imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik.

Perubahan itu berdasarkan dari perkembangan evolusi selera perubahan konsep

estetik manusia, tetapi satu yang tidak berubah dari puisi yaitu ketaklangsungan

ucapannya. Hal inilah yang membuat puisi menjadi istimewa.

2.2.2 Struktur Puisi

Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya

perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata.

Untuk menganalisis puisi setepat-tepatnya maka perlu diketahui wujud dari puisi itu

(Pradopo, 1987:14).

Puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin puisi.

Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu

menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur

lainnya dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Pradopo, 1987:27).

2.2.3 Teori Strukturalisme

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-

teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Satu

konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa

di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang

dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur

pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo, 1985: 6).

Untuk dapat memahami makna suatu karya sastra, maka perlu dilakukan analisis

struktural. Analisis struktural memiliki beberapa langkah yang berurutan yang

ditujukan untuk mengetahui keterkaitan antarunsur dan aspek-aspek dalam karya

sastra. Analisis ini bertujuan untuk membongkar, memaparkan secermat, seteliti,

semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan

aspek karya sastra yang bersama–sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw,

2003: 112).

2.2.4 Struktur Fisik

Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium

pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi

bersifat khas. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik ialah: diksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi

rima, ritma, dan metrum), tipografi (tata wajah).

2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)

Wicaksono (2014:23) mengungkapkan bahwa diksi atau pilihan kata mempunyai

peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya

sastra khususnya puisi. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus

memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan

mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai

dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak

gaya bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan.

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, dalam memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut.

Diksi merupakan esensi penulisan puisi yang merupakan faktor penentu

kemampuan daya cipta. Penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka

menumbuhkan suasana puitik yang membawa pembaca pada penikmatan dan

pemahaman yang menyeluruh atau total (Suminto A. Sayuti, 2008:143-144).

Barfield (dalam Pradopo, 2014: 55) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih

dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinyamenimbulkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya disebut diksi

puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik.

Penyair ingin mengekpresikan pengalaman jiwanya secara pada dan intens.

Untuk hal ini, penyair memilih kata yang setepat-tepanya yang dapat menjelma

pengalaman jiwanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta upaya

selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata

dengan secermat-cermat (Altenbernd, 1970:9).

Sebagai contoh dalam puisi “Aku”, Chairil menulis salah satu baris berbunyi:

kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan merayu; kata-kata dalam baris itu

tidak boleh dibolak-balik menjadi: kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang

merayu; atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna: kalau sampai saatku/

kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata dan penggantian kata-

kata akan merusak kontruksi puisi itu sehingga kehilangan daya imaji atau keindahan

yang ada dalam puisi (Waluyo, 1987:73).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi yang dimaksud

adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Kata-kata

yang dipilih merupakan kata-kata yang dapat menimbulkan arti lain, dengan begitu

kata-kata tersebut akan terlihat indah dan lebih bermakna bagi pembaca. Karena puisi

adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, kata-kata dan diksi harus dipilih secermat mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2.2.4.2 Pengimajian

Wicaksono (2014:2) berpendapat pengimajian ini berguna untuk memberi

gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam

pikiran dan penginderaan, untuk menari perhatian, untuk memberikan kesan mental

atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran

angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa

disebut dengan istilah citra atau imaji. Cara membentuk kesan mental atau gambaran

sesuatu biasa disebut dengan citraan (imagery). Hal-hal ini yang berkaitan dengan

citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Sayuti (dalam Wicaksono,

2014:24) menjelaskan bahwa citraan adalah kata atau rangkaian kata yang mampu

menggugah pengalaman keindahan atau menggugah indra dalam proses penikmatan

(membaca dan mendengarkan).

Menurut Waluyo (1991: 78), ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-

kata menjadi lebih konkret seperti ketika dihayati melalui penglihatan, pendengaran,

atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat

mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan

perasaan. Baris atau bait puisi itu seola mengandung gema suara (imaji auditif),

benda yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan

penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar atau cita

rasa tertentu. Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang

dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran,

dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Imaji auditif (suara), adalah

imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair menginginkan imaji pendengar,

maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah mendengarkan sesuatu, (2) Imaji

visual (penglihatan), adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak, (3) Imaji taktil (raba dan sentuh), adalah imaji

yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh. Jika penyair

menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati seolah-olah merasakan sentuhan

perasaan.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Priangan si Jelita”, Ramadhan K.H.

mengungkapkan imaji auditif dan imaji visual berbunyi sebagai berikut (Waluyo

1987:81).

Seruling di pasir ipis, merdu/ antara gundukan pohon pina.

Dalam sajak tersebut mengajak untuk seolah-olah mendengar suara seruling

(auditif) dan seolah melihat pasir yang membentang (visual).

Dalam puisi “Doa”, Chairil Anwar mengungkapkan imaji taktil berbunyi sebagai

berikut (Waluyo 1987:80).

Tuhanku/ aku hilang bentuk/ remuk/ Tuhanku/ aku mengembara di negeri asing/

Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling

Dengan pengimajian yang cukup jelas itu, pembaca seakan ikut mengusapkan

tangan di dada, menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah kita selama. Maka penyair berkata: “ tidak

bisa lagi berpaling”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian yang

dimaksud untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan ini terfokus

pada gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih

hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk

memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-

gambaran angan.

2.2.4.3 Kata Konkret

Wicaksono (2014:25) mengemukakan kata konkret adalah kata-kata yang

digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana

batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha

mengkonkretkan kata-kata, maksud kata-kata itu diupayakan dapat menyaran kepada

arti yang menyuluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret

merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1987: 81).

Waluyo (1991:81), memberikan sebuah contoh kata-kata konkret pada puisi

karya Chairil Anwar yang menggambar jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar

menggunakan kata:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

”aku hilang bentuk/remuk”.

Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang buat untuk kembali ke jalan Tuhan,

diperkonkret dengan ungkapan:

“Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah

kata yang dapat ditangkap oleh indera dan terlibat penuh secara batin ke dalam puisi

tersebut. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu

diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.

2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991:83) mengungkapkan bahwa penyair menggunakan bahasa yang

tersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif

menyebabkan puisi menjadi primatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya

akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan

sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung menungkapkan

makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Selain itu, Waluyo

(1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan

makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Untuk memahami

bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat

penyair baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan

terdiri dari metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan

perlambangan terdiri dari lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan

lambang suasana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Perrine (dalam Waluyo, 1991: 83) mengatakan bahwa bahasa figuratif dipandang

lebih efektif untuk menyatakan hal yang dimaksudkan penyair. Alasannya (1) bahasa

figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara

untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret

dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah

intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4)

bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak

disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa

yang singkat.

Pradopo (2002:62), menguraikan ada beberapa gaya bahasa atau majas yang

sering muncul dalam puisi. Majas dapat dibagi menjadi lima, yaitu(1) Perbandingan,

perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan ang menyamakan

satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata sebanding seperti bagai,

sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepan-tun, (2) Metafora, metafora adalah

bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata

pembanding, (3) Allegori, ialah cerita kiasan ataupun lukisan. Cerita kiasan atau

lukisan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain, (4) Personifikasi, yaitu kiasan ini

mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,

berpikir, dan sebagainya seperti manusia, (5) Metonomia, metonimi dalam bahasa

Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan

sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan

untuk mengganti objek tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Pradopo (2014:62) berpendapat unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan

kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini

menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan

terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan

atau mempersamakan sesuatu hal deengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas,

lebih menarik, dan hidup.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Surat Kepada Bunda Tentang Calon

Menantunya”, Rendra melambangkan dirinya sebagai berikut (Waluyo, 1987:82).

Burung dara jantan/ yang dulu kau pelihara/ kini telah terbang dan

menemukan jodohnya/ Ia akan pulang/ buat selama-lamanya.

Dalam sajak puisi “Dewa Telah Mati” melambangkan kehidupan yang kotor,

yang mesum, kehidupan penuh percabulan.

Bumi ini perempuan jalang

Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa

Ke rawa-rawa mesum ini

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif

merupakan bahasa yang membantu penyair untuk memperindah syair dan juga makna

dibaliknya. Akan tetapi, peneliti memilih analisis bahasa figuratif puisi menggunakan

teori Waluyo karena dirasa lebih lengkap yang meliputi kiasan dan lambang.

2.2.4.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Rima adalah pengulangan bunyi

dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga

mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi

mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991: 90).

Wicaksono (2014:27) berpendapat versifikasi meliputi ritma, rima dan metrum.

Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang

pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah peng-ulangan

bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada

keseluruhan baris dan bait puisi.

Marjorie Boulton (dalam Waluyo 1987:90-91) menyebut rima adalah

pengulangan bunyi dalam puisi. Berikut bentuk-bentuk rima.

a. Onomatope, berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Dalam puisi,

bunyi-bunyi yang dipilih oleh penyair diharapkan dapat memberikan gema

atau memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan penyair.

b. Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud bentuk internal ini, adalah:

aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak

berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.

c. Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi,

namun mungkin kata-kata atau ungkapan. Pengulangan bunyi/kata/frasa

memberikan intelektua dan efek magis yang murni.

Sebagai contoh dalam bait sajak puisi yang dominan menciptakan suasana

gelisah dalam puisi “Surat Cinta” karya Rendra, terdapat bunyi itu dipadu dengan /b/,

/t/, dan /r/ (Waluyo, 1987:91).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Kutulis surat ini

Kala hujan gerimis

Bagai bunyi tambur mainan

Anak peri dunia yang gaib

Dan angina mendesah

Mengeluh dan mendesah

Pada baris kelima dan keenam, konsonan /h/ mempertegas kegelisahan itu.

Perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan huruf /n/ dan angin

mendesah. Bunyi dalam ini sangat merdu dan efektif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa versifikasi

merupakan persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya

dapat terlihat dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar

merdu ketika menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.

2.2.4.6 Tipografi

Wicaksono (2014:27) berpendapat tipografi merupakan pembeda yang paling

awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam

prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah

periodsitet yang disebut bait. Tipografi sebagai aspek bentuk visual yang berupa tata

hubungan, susunan baris, dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan

bentuk yang menarik agar indah dipandang (Sayuti, 2008:329-330). Maksud

penyusunan tipografi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung

pengedepanan makna, rasa, dan suasana puisi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Selain itu, Waluyo (1991: 97) menjelaskan bahwa baris-baris prosa dapat saja

disusun seperti tipografi puisi. Namun, maksud prosa tersebut kemudian akan

berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya jika

orang tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara

sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan.

Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan

pembeda yang paling awal yang dijumpai dalam membedakan puisi dengan prosa.

Jumlah bait maupun larik dalam puisi tidak di batasi, serta penulisan larik tidak

diharuskan berawal dari kiri, kanan, atau tengah.

Sebagai contoh tipografi puisi Armijn Pane – penyair Pujangga Baru, sebagai

berikut.

Hamba Buruh

Aku menimbang-nimbang mungkin,

Kita berdua menjadi satu;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Gaji dihitung-hitung,

Cukup tidak untuk berdua,

Hati ingin sempurna dengan engkau,

Sama derita sama gembira,

Kepala pusing menimbang-nimbang,

Menghitung-hitung uang bagi kita,

Aku ingin hidup damai tua,

Mikir anak istri setia;

Kalbu pecah merasa susah,

Hamba buruh apa dikata.

Larik yang menjorok ke tengah halaman memberikan jawaban kepada larik

sebelumnya. Antara larik yang menepi dan larik yang menjorok membentuk

hubungan kasual. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan Armijn Pane juga

menyebabkan ritma puisi menjadi padu (Waluyo, 1987:98).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan

tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk

fisik yang mampu mendukung isi rasa, dan suasana. Selain itu, tipografi merupakan

pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak

berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

2.2.5 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan

oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).

2.2.5.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau subject-

matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu

kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan

Tuhan, puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih

kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk

memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan

cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan

hati karena cinta.

Wiyatmi (dalam Wicaksono, 2014:22) berpendapat bahwa tema atau sense

adalah pokok persoalan (subject matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui

puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung

maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari,

menafsirkan). Makna sebuah puisi dapat dipahami setelah membaca karya, arti tiap

kata, juga memperhatikan unsur puisi lain yang mendukung makna.

Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang

mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan

masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh

penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang

mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun

sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan

masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh

penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.

2.2.5.2 Perasaan (Feeling)

Wicaksono (2014:23) berpendapat perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok

persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan

yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Waluyo (1991: 121) berpendapat

bahwa untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan

yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.

Selain itu, Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan

yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta,

kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan. Selain itu juga, menurutnya dalam

menciptakan.

Sebagai contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail, sebagai berikut.

Karangan Bunga

Tiga anak kecil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu.

„Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi!‟

Perbedaan perasaan haru itu disebabkan karena perbedaan keterlibatan batin

antara Toto dengan Taufiq. Toto begitu dalam melibatkan rasa harunya terhadap

gadis kecil berkaleng kecil, sedangkan Taufiq melibatkan keharuan kepada tiga anak

kecil yang membawa karangan bunga (Waluyo, 1987:123).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan perasaan dalam puisi

merupakan pengungkapan perasaan penyair. Nada dan perasaan perasaan penyair

akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca dengan keras. Membaca puisi dengan suara

keras akan lebih membantu untuk menemukan perasaan penyair yang

melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa

perasaan gembira, sedih, terharu, patah hati, sombong, mencekam, kesepian, takut

dan menyesal.

2.2.5.3 Nada dan Suasana

Waluyo (1991:125) menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap

pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan

suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap

pembacanya.

Dengan nada dan suasana hati, penyair memberikan kesan yang lebih mendalam

kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu

ungkapan yang total karena seluruh aspek psikologis penyair turut terlibat dan aspek-

aspek psikologis itu dikonsentrasikan untuk memperoleh daya gaib (Waluyo, 1991:

130). Wicaksono (2014:23) berpendapat nada adalah sikap penyair terhadap pembaca

atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap

rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.

Sebagai contoh puisi bernada main-main dan santai “Belajar Menghargai Hak

azasi Kawan”, sebagai berikut (Waluyo, 1987:126).

Belajar Menghargai Hak azasi Kawan

Jika

Laki mahasiswa

Ya perempuan mahasiswi

Jika

Laki saudara

Ya perempuan saudari

Laki pemuda

Ya perempuan pemudi

Jika laki putra


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Ya perempuan putri

Jika laki kawan

Ya perempuan kawin

Jika

Kawan kawin

Ya jangan ngintip

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap

penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah

membaca puisi itu akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.

Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana

tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan

suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan

suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.

2.2.5.4 Amanat

Waluyo (1991:130) berpendapat bahwa amanat yang hendak disampaikan oleh

penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.

Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.

Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang

diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar

berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat

yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan

kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,

namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Berdasarkan dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat dalam

puisi merupakan pesan didalam sebuah puisi, yang disampaikan oleh penyair kepada

pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.

Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca

terhadap suatu hal. Meskipun dientukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat

tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang digunakan

dalam unsur-unsur pembangun pada kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta

Karya Peri Sandi Huizhce. Unsur-unsur pembangun pada puisi meliputi struktur fisik

dan struktur batin. Struktur fisik merupakan pengucapan maksud yang hendak

disampaikan penyair melalui bahasa. Struktur batin adalah mengungkapkan makna

secara tidak langsung dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwa.

Data yang ditemukan yaitu fenomena ketidakdilan terhadap hukum di Indonesia

atau kritik sosial. Saat ini masih bergejolak pada kasus kegagalan penegakan

keadilan. Sumber data yang digunakan yaitu tujuh puisi esai Mata Luka Sengkon

Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Setiap data akan ditafsirkan stuktur fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

struktur batin ke dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan

dalam kumpulan puisi menggunakan gaya bahasa dan makna yang puitis artinya

setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti dengan

berbekal beberapa teori dan contoh. Harapannya dengan menganalisis struktur fisik

dan struktur batin dalam puisi ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca

sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

FENOMENA KETIDAKADILAN
TERHADAP HUKUM DI
INDONESIA

TUJUH PUISI ESAI MATA LUKA


SENGKON KARTA KARYA PERI
SANDI HUIZHCE

TEORI STUKTUR FISIK


DAN STRUKTUR BATIN
DARI WALUYO (1991),
WICAKSONO (2014),
PRADOPO (2014)

STRUKTUR
STRUKTUR
FISIK
BATIN
1. DIKSI
2. PENGIMAJIAN 1. TEMA
3. KATA KONKRET 2. PERASAAN
4. BAHASA FIGURATIF 3. NADA
5. VERSIFIKASI 4. AMANAT
6. TIPOGRAFI

ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR


BATIN DALAM KUMPULAN PUISI ESAI
MATA LUKA SENGKON KARTA KARYA PERI
SANDI HUIZHCE

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur fisik dan Struktur Batin dalam

kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce” ini

termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data maupun fakta yang telah

dihimpun oleh peneliti berbentuk kata atau gambar. Sugiyono (2010:222)

memaparkan bahwa penelitian kualitatif dipilih sebagai human instrument (instrumen

yang diteliti adalah orang atau manusia) memiliki fungsi untuk menetapkan fokus

penelitian, pemilihan informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,

menilai kualitas data yang dipakai dalam penelitian ini, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Di samping itu, Moleong (2007:6)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian sastra ini merupakan jenis penelitian struktural. Kata struktural

mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dalam

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

memberi makna (Waluyo, 1992:93). Analisis struktural adalah analisis yang melihat

bahwa unsur-unsur struktur saling berhubungan erat, saling menentukan artinya.

Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur

lainnya. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya berupa kumpulan

atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal yang

saling terikat, saling berkaitan, dan bergantung (Pradopo, 1987:118).

3.3. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan puisi esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Menurut KBBI (2008: 296), data

merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis

atau kesimpulan). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
33
(Arikunto, 210: 172). Sumber data penelitian
71 ini adalah kumpulan puisi esai Mata

Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa frasa, dan kalimat yang mengandung unsur pembangun puisi,

yaitu struktur fisik dan struktur batin. Puisi yang diambil dari kumpulan puisi esai

tersebut berjumlah tujuh, yaitu Pengakuan Gunel, Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang, Hari Pertama di Tahun yang Lama, Mengadukan Gugatan, Serupa

Maskumambang, Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi, Kesaksian Luka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat dan baca.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mahsun (2007:243) mengatakan bahwa teknik catat

merupakan teknik lanjut yang dilakukan ketika menerapkan teknik baca, yaitu

mencatat data yang diklasifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu Kumpulan Puisi Esai Mata

Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Data yang sudah ada dicermati dan

dipilah-pilah yang kemudian diklasifikasikan ke dalam struktur fisik dan struktur

batin. Selanjutnya, puisi lebih dispesifikasikan lagi dalam kategori yang terdapat

dalam struktur fisik maupun struktur batin. Langkah-langkah dalam pengumpulan

data tersebut sebagai berikut.

a) Peneliti membaca kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri

Sandi Huizhce.

b) Peneliti menelaah kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri

Sandi Huizhce.

c) Peneliti mencatat kata-kata yang berkaitan dengan unsur-unsur struktur fisik

maupun struktur batin.

d) Peneliti membuat tabulasi mengenai unsur-unsur struktur fisik dan struktur

batin yaitu dengan cara mengklasifikasikan dan menganalisis data.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

3.5. Intrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu penelitian sendiri (human instrument) yang

merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena apabila

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan terlebih dahulu sebagai

yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, sangat tidak mungkin untuk

mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada (Ghony dan Almansur,

2014:33). Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian

ini adalah peneliti yang sudah ada berbekal teori struktur fisik dan batin puisi pada

khususnya. Selain itu, peneliti juga berbekal mengenai teori sastra khususnya

pemakaian bahasa dalam puisi.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993:55), yaitu teknik

perluasan. Adapun kegunaan teknik perluasan adalah untuk menentukan segi-segi

kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluasan juga digunakan

untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur

satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonima satu sama lain. Teknik perluasan

yang diutarakan Sudaryanto kemudian dikembangkan disesuaikan dengan objek

penelitian. Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

terdapat dalam data penelitian yang berupa struktur fisik dan struktur batik dalam

kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.

Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data.

Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan langkah

sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi, data-data yang telah terkumpul diidentifikasi dengan

mengkaji tuturan dengan menggunakan teori stuktur fisik dan stuktur batin

puisi.

b) Mengklasifikasi, data diklasifikasikan berdasarkan kesamaan kasus atau

masalah penelitian yang mengacu pada teori.

c) Menginterpretasi, atau dilakukan pemberian makna atau pemaknaan pada

data-data tersebut.

d) Mendeskripsikan, data yang sudah dikaji kemudian dipaparkan dan dijelaskan

e) Menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator untuk diperiksa.

f) Melakukan perbaikan sesuai dengan saran triangulator.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel 3.1

Tabel Klasifikasi Struktur Fisik

No. Struktur Fisik Puisi Triangulasi

1. Diksi (pilihan kata) Deskripsi Setuju Tidak setuju

2. Pengimajian

3. Kata Konkret

4. Bahasa Figuratif

(Majas)

5. Versifikasi

6. Tata Wajah

Tabel 3.2

Tabel Klasifikasi Struktur Batin

No. Struktur Fisik Batin Triangulasi

1. Tema Deskripsi Setuju Tidak setuju

2. Perasaan

3. Nada dan Suasana

4. Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3.7. Triangulasi Data

Moleong (2007: 330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dengan

kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan

jalan membandingkannya dengan berbabagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu

peneliti dapat melakukan dengan jalan: (1) mengajukan berbagai macam variasi

pertanyaan, (2) mengeceknya dengan berbagai sumber data, (3) memanfaatkan

berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis data

penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator.

Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga, peneliti melakukan

perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data sesuai petunjuk

triangulator. Keempat, peneliti menyerahkan hasil perbaikan kepada triangulator.

Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan

digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV. Dalam

penelitian ini, peneliti meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk mengecek

keabsahan penelitian. Trianggulasi penyidik adalah teknik tringgulasi yang

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Bapak Petrus Hariyanto, M.Pd untuk megecek dan penelitian dengan cara

mencocokkan dengan teori yang sudah didapatkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penyair akan menguraikan hasil-hasil penelitian sekaligus

pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan ini menyangkut unsur-unsur

struktur fisik dan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta

karya Peri Sandi Huizhce, puisi tersebut yaitu “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan

Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,

“Kesaksian Luka”. Unsur-unsur yang terdapat dalam ketujuh puisi nantinya akan

diklarifikasikan lagi menurut unsur-unsur dari struktur fisik dan struktur batin. Unsur-

unsur struktur fisik yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),

versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan unsur-unsur struktur batin yaitu

tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat. Berikut akan diuraikan

pembahasan terkait struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi Esai Mata Luka

Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.

4.1 Puisi “Pengakuan Gunel”

Puisi “Pengakuan Gunel” secara khusus menceritakan tentang ketidakadilan dan

penderitaan dalam kehidupan sosial. Puisi ini terdiri atas tiga bait. Berikut dijelaskan

puisi tersebut secara lengkap.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Ketololan
Kesedihan Kemarahan Kegoblogan

Kata
Suasana
Konkret

KRITIK
SOSIAL

Pengimajian Kiasan
(Gaya
Pilihan
Bahasa)
Kata

ABRI Ketololan dan


Pendengaran Penglihatan
kegebologan
n Mata Picek

Gambar 4.1

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Pengakuan Gunel”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

(1) yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

(2) dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

(3) waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

4.1.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.1.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Pengakuan Gunel”.

Bait pertama, pilihan /woi ABRI…woi…Polisi/ digunakan penyair untuk

menunjukkan sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pilihan kata /lolos/

digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang lepas dari segala hukuman. Pilihan

kata /mata picek/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang buta. Pilihan

kata /ketotolan dan kegoblogan/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa

hokum yang berlaku itu tidak berguna. Pilihan kata /todongkan pistol/ digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

penyair untuk menunjukkan senjata yang diarahkan kearah tubuhnya. Bait kedua,

pilihan kata /aman/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebagai bebas dari

ancaman lainnya. Bait ketiga, pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk

menunjukkan seseorang yang bersembunyi di sebuah ruangan. Hal-hal yang menarik

dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah pilihan kata atau diksi yang

sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan

melalui adanya kata-kata lolos, mata picek, ketotolan dan kegoblogan. Bait ketiga,

pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang

bersembunyi di sebuah ruangan.

4.1.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Bait ke-1

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata /woi

ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/. Penyair mengajak mengajak

pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar seseorang mengeluh kepada

polisi.

2) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata coba buka

kain dan pistol dan senjata. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mengeluh seseorang yang mengeluh kepada ABRI dan polisi. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” sudah menggambarkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

jelas apa itu “Pengakuan Gunel”. Ini digambarkan adanya imaji auditif yang

digambarkan dengan /woi ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/, timaji

visual yang digambarkan dengan kain dan pistol dan senjata.

4.1.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Untuk mengkonkretkan sebuah keadaan di dalam penjara, penyair menggunakan

kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba todongkan pistol dan

senjata pistol, ke kepala anak kalian. Hal tersebut dikarena seseorang yang

merasakan ketidakadilan di Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Pengakuan Gunel” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba

todongkan pistol dan senjata pistol, ke kepala anak kalian

4.1.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Sinekdoke

Sinekdoke adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau

menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas pro toto ( menyebut

sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk

maksud sebagian) (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah sinekdoke puisi “Pengakuan

Gunel”.

Bait ke-1 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)

yang benar tapi disalahkan

aku salah tapi lolos dari hukum

“woi ABRI…woi…Polisi…

mata kalian mata picek!

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya

mereka tak akan mengakui kesalahan

karena mereka tak melakukannya,

kecuali kalian paksa dan siksa

ketololan macam apa yang dilakukan hukum


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang mengeluh terhadap hukum di negeri

ini, penyair menggunakan kata-kata seperti ketololan dan kegoblogan.

Bait ke-3 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada waktu itu berada di dalam penjara,

penyair melukiskan dengan menggunakan kata-kata seperti mendekam. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa

yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini

digambarkan melalui gaya bahasa sinekdoke gaya seperti ketotolan, kegogblogan,

dan mendekam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata

mendekam. Kata tersebut digunakan penyair untuk menggambarkan seseorang

menyendiri yang berada disebuah penjara. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa lambang yang dapat memperkuat makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui adanya lambang

suasana seperti mendekam.

4.1.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Pengakuan Gunel”.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi a.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini

goblog benar hukum di negeri ini

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata

ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedalapan; /k/ pada kata

kegoblogan dan ketololan.

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata di

dan dengan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Pengakuan

Gunel” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

coba buka kain yang menutupi mata keadilan

coba todongkan pistol dan senjata ke kepala anak kalian

kegoblogan yang disertai ketololan

hanya akan menghasilkan pembusukan!”

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada

buka dan mata, dan asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada coba, senjata

dan kepala.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada dua

dan penjara.

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /u/ pada waktu

dan aku., dan asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada penjara dan

sempurna.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-2

dua belas tahun penjara

waktu yang sebentar

aku aman di dalamnya

Bait ke-3

waktu malam kujadikan operasi perampokan

waktu siang aku mendekam

tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata waktu dalam bait ke-2 larik

pertama dengan bait ke-3 larik pertama dan kedua.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

yang benar tapi disalahkan/

aku salah tapi lolos dari hukum/

“woi ABRI…woi…Polisi…/

mata kalian mata picek!/

sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya/

mereka tak akan mengakui kesalahan/

karena mereka tak melakukannya/

kecuali kalian paksa/ dan siksa/

ketololan macam apa yang dilakukan hokum/

apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini/

goblog benar hukum di negeri ini/

coba buka kain yang menutupi mata keadilan/

coba todongkan pistol dan senjata/ ke kepala anak kalian/

kegoblogan/ yang disertai ketololan/

hanya akan menghasilkan pembusukan!”/


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

dua belas/ tahun penjara/

waktu yang sebentar/

aku aman/ di dalamnya/

waktu malam/ kujadikan operasi perampokan/

waktu siang/ aku mendekam/

tinggal di penjara/ dengan ilmu yang sempurna/

4.1.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.

Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait

saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia terhadap hukum

di negeri ini, pada bait ke-2 mengungkapkan menjadi korban, bait ke-3

mengungkapkan manusia yang berada dipenjara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Puisi tersebut terdiri dari tiga bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari enam belas larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua

terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari

empat kata, larik kelima terdiri dari enam kata, larik keenam terdiri dari lima kata,

larik ketujuh terdiri dari empat kata, larik kedelapan terdiri dari lima kata, larik

kesembilan terdiri dari enam kata, larik kesepuluh terdiri dari delapan kata, larik

kesebelas terdiri dari enam kata, larik kedua belas terdiri dari delapan kata, larik

ketiga belas terdiri dari enam kata, larik ketiga belas terdiri dari lima kata, larik

keempat belas terdiri dari empat kata, larik kelima belas terdiri dari empat kata, larik

keenam belas terdiri dari empat kata. Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama

terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga

kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.

4.1.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

4.1.2. Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara

khusus puisi tersebut bertemakan gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat.

Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait menggambarkan tentang kritik

sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang kegagalan penegak

keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi integritas

moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan

hukum. Kegagalan penegakan keadilan tersebut dapat dilihat dari kata disalahkan,

picek, kegoblogan, ketololan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah

unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,

bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat

tema kehidupan sosial.

4.1.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai

kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.

Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada setiap akhir puisi. Berikut kutipan

dari puisi tersebut.

(1) yang benar tapi disalahkan


aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

4.1.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekeasalan dan kemarahan. Penyair

mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini.

Hingga yang benar di dekatkan dengan hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari

hukum. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata seperti picek, kegoblogan,

ketololan. Kata-kata itu terlihat jelas mewakili peristiwa kekesalan dan kemarahan

yang marak saat itu. Bertolak dari hal itu suasana kekesalan atau pun marah akan

timbul dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.

4.1.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Amanat dari puisi ini yaitu penyair menyampaikan agar pemerintah di negeri ini

menindaklanjutin ketidakadilan dalam hukum (yang benar tapi disalahkan, ketotolan

macam apa yang dilakukan hukum) . Karena tujuan adanya lembaga peradilan sendiri

untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

4.2 Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

Puisi ”Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” secara khusus menceritakan

cara-cara menghidupi untuk rakyat yang tertindas. Puisi ini terdiri atas lima belas

bait. Berikut dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.

Pancasila
Kesedihan Kemarahan Petani

Kata
Suasana
Konkret

KRITIK
SOSIAL
Perasaan

Pengimajian Kiasan
Pilihan
Kata

UUD Menghidupi
Pendengaran Penglihatan mimpi
Lambang
Garuda

Gambar 4.2

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

(1) aku seorang petani bojongsari


menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
(2) kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
(3) 1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
(4) peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
(5) pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
(6) pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati
pemimpin otoriter
REPELITA
rencana pembangunan lima tahun
bisa jadi
rencana pembantaian lima tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

(7) di tahun-tahun berikutnya


kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
(8) pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
(9) banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
(10) kemana pemerintah?
sibuk membangun
(11) pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
(12) 1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

kesulitan benih bagus


(13) apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
(14) bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
(15) akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

4.2.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.2.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Terangah-Engah dalam

Tabung dan Selang”.

Bait pertama, pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan penyair untuk

mununjukkan seorang petani menghidupin dirinya dari menanam padi. Bait kedua,

pilihan kata /lambang garuda/ digunakan penyair untuk menunjukkan lambing

negara Indonesia. Bait ketiga, pilihan kata /dasarnya pancasila/ digunakan penyair

untuk menunjukkan ideologi negara Indonesia. Pilihan kata /undang-undang empat

lima/ digunakan penyair untuk menunjukkan hukum dasar tertulis. Bait keempat,

pilihan kata /peralihan kepemimpinan yang mendesak/ digunakan penyair untuk

menunjukkan pergantian kepala negara secara paksa yaitu Bung Karno diganti Pak

Harto. Pilihan kata /dalih keamanan negara/ digunakan penyair untuk menunjukkan

pergantian kepempimpinan tersebut dilandasi dengan alasan keamanan negara. Bait

kelima, pilihan kata /pembantaian enam jenderal satu perwira/ digunakan penyair

untuk menujukkan suatu sejarah Indonesia yaitu peristiwa G30S. Bait keenam,

pilihan kata /pemusnahan golongan kri PKI wajib mati/ digunakan penyair untuk

menujukkan suatu rencana untuk membunuh semua orang PKI. Pilihan kata

/REPELITA/ digunakan penyair untuk menunjukkan membangun kembali Indonesia

selama lima tahun.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Bait ketujuh, pilihan kata /di tahun-tahun berikutnya, kudapati penembak

misterius/ digunakan penyair untuk menunjukkan dalam situasi menegangkan. Bait

kedelapan, pilihan kata /pembantaian dimana-mana/ digunakan penyair untuk

menunjukkan sebuah situasi suram dan menegangkan. Pilihan kata /penguasa tahta

yang tidak ada bisa di ada-ada/ digunakan penyair untuk menunjukkan suatu

pandangan seseorang yang memiliki harta lebih. Bait kesembilan, pilihan kata

/banyak orang jadi rampok, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,

saling membunuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam

kehidupan. Bait kesepuluh, pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk membangun

kesulitan benih bagus/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa pemerintah

yang melupakan rakyatnya Bait kesebelas, pilihan kata /pemerintah dan rakyat

seperti air dan api/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah situasi

menegangkan antara pemerintah dengan rakyat. Pilihan kata /saling memusnahkan

meski berdampingan/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi yang saling

menjatuhkan. Bait kedua belas, pilihan kata /1971 benih mulai dikomersialkan/

digunakan penulis untuk menunjukkan situasi harga semakin mahal. Bait ketiga

belas, pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada, padi jadi rusak/ digunakan penyair

untuk menunjukkan situasi suram dan menyedihkan. Bait keempat belas, pilihan kata

/musim paceklik/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi kekurangan dan

menyedihkan. Bait kelima belas, pilihan kata /berusaha mengenang setiap luka/

digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan sekarat yang terabaikan. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi“Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

adalah pilihan kata atau diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu

terangah-engah dalam tabung dan selang. Ini digambarkan melalui adanya kata-kata

lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

4.2.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata batuk.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar suara

batuk yang berlapis tubercolusis.

2) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-2

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata seorang

petani bojongsari dan padi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat seorang petani bojongsari dan padi yang ditanam sendiri.

Bait ke-3

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata garuda dan

undang-undang empat lima. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat lambang garuda dan undang-undang empat lima yaitu satu

kesatuan negara indonesia.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata got, tali dan

karung. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

seseorang diburu sampai digot, kemudian diikat tali dan dikafani karung.

Bait 9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata rampok,

pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul. Penyair mengajak

pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat rampok, pencopet, penipu,

penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata air dan api.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat pemerintah

dan rakyat seperti air dan api yang saling memunaskan.

Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata pupuk dan

obat hama. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

pupuk dan obat hama yang dikomersialkan dan memiliki harga yang tidak

sembarang.

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata paceklik.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan paceklik.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan

Selang” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,

mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan

melalui adanya imaji auditif yang digambarkan dengan batuk, imaji visual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

digambarkan dengan seorang petani, padi, lambang garuda, undang-undang empat

lima, rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul, pupuk dan

obat hama dan imaji taktil digambarkan dengan paceklik.

4.2.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Untuk mengkonkretkan sebuah sebuah umur negara Indonesia pada tahun 1974,

penyair menggunakan kata dua puluh sembilan tahun. Untuk mengkonretkan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

ideologi dan lambang dasar negara Indonesia. Penyair menggunakan kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

Untuk mengkonkretkan sebuah pergantian kepemimpinan negara, penyair

menggunakan kata peralihan kepemimpinan.

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang sudah lama terjadi di masa G30S,

penyair menggunakan kata pembantaian enam jenderal satu perwira.

Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa untuk menanggulangi tingkat kejahatan

yang begitu tinggi pada saat itu, penyair menggunakan kata penembak misterius.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

bisa diada-ada

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa penembakan masal yang dilakukan

pada saat itu, penyair menggunakan kata diburu sampai got dor, kepala, tali

Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Untuk mengkonkretkan atas dasar kebutuhan ekonomi, penyair menggunakan

kata jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara tuyul, ngepet

saling bunuh.

Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Untuk mengkonkretkan sebuah sindiran terhadap pemerintah yang sibuk

mengurus urusan lainnya, penyair menggunakan kata kemana pemerintah ?.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!

Untuk mengkonkretkan sebuah keterkaitan yang menjadi satu, penyair

menggunakan kata air dan api. Untuk mengkonkretkan sebuah kebencian, penyair

menggunakan kata memusnahkan.

Bait ke-12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Untuk mengkonkretkan perdagangan barang dengan yang tidak sesuai demi

mendapatkan keuntungan, penyair menggunakan kata pupuk dan obat hama.

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Untuk mengkonkretkan situasi kegagalan dan kesedihan yang dirasakan oleh

para petani, penyair menggunakan kata panen gagal.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Untuk mengkonkretkan sebuah situasi yang mengalami kekurangann dalam

aspek ekonomi, penyair menggunakan kata paceklik. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

4.2.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang”.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata

menghidupi mimpi, dari padi yang ditanam sendiri. Pada kata menghidupi mimpi

diartikan sebagai sesuatu yang terlihat dalam tidur dan berangan-angan. Pada kata

padi yang ditanam sendiri diartikan sebagai sesuatu yang menghidupi untuk

kemudian hari.

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

merajut banyak peristiwa

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata. lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima. Pada kata lambang

garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima diartikan sebagai sesuatu

yang melambangkan satu kesatuan Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah

bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri dan

lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata padi dan

petani. Kata tersebut digunakan penyair untuk melambangkan kehidupan yang begitu

berat.

Bait ke-8

pembantaian dimana mana

diburu sampai got dor

di mulut dor

di kepala

diikat tali

dikafani karung

penguasa punya tahta

yang tidak ada

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata tali dan

karung. Kata tali dan karung digunakan penyair untuk melambangkan kekerasan

atau kejahatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Bait ke-12

1971 benih mulai dikomersialkan

pupuk dan obat hama harganya tak sembarang

iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi

teknologi ikut-ikutan membebani

kesulitan benih bagus

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata pupuk

dan obat hama. Kata pupuk dan obat hama digunakan penyair untuk Untuk

melambangkan kenaikan harga bahan pembasmi. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah beberapa lambang

yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan

melalui adanya lambang benda seperti petani, padi, tali, karung, pupuk dan hama.

4.2.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri aku aman di dalamnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /i/-/i/-/i/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi i.

Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/u/-u/. Larik pertama sampai

ketiga memiliki persamaan bunyi u.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Bait ke-3

1974 tanah air yang kucinta

berumur dua puluh sembilan tahun

waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

lambang garuda

dasarnya pancasila

undang-undang empat lima

merajut banyak peristiwa

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada

bait tersebut terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi,

sedangkan larik pertama, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh memilik

persamaan bunyi a.

Bait ke-4

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/o/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama dan ketiga memiliki persamaan bunyi a.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-/ia/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik kelima dan keenam tidak memiliki persamaan

bunyi, sedangkan larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-7

di tahun-tahun berikutnya

kudapati penembak misterius

tak ada salah apalagi benar

tak ada hukum negara

Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu a/-/u/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi a


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Rima yang sering muncul pada bait ke-13 yaitu /a/-/a/-a/-/a/. Larik pertama
sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Rima yang sering muncul pada bait ke-14 yaitu /i/-/i/-i/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi i.

Bait ke-15

akulah sengkon yang sakit

berusaha mengenang setiap luka

di dada, di punggung, di kaki

di batuk yang berlapis tuberculosis

Rima yang sering muncul pada bait ke-15 yaitu /i/-/a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik

pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi i.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Terengah-Engah dalam

Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata

dari dan ditanam

Bait ke-2

kesederhanaan panutan hidup

dapat untung

dilipat dan ditabung

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata

dilipat dan ditabung.

Bait ke-9

banyak orang jadi rampok

pencopet, penipu, penjudi

pesugihan, pelihara tuyul, ngepet


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

saling bunuh

atas dasar kebutuhan untuk makan

mencari suaka di tanah sendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kata pada larik kedua;

/p/ pada kata pencopet, penipu, penjudi dan aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /p/

pada kata pesugihan dan pelihara.

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Terengah-Engah

dalam Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

aku seorang petani bojongsari

menghidupi mimpi

dari padi yang ditanam sendiri

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata

petani dan bojongsari.

Bait ke-3

peralihan kepemimpinan yang mendesak

bung karno diganti pak harto

dengan dalih keamanan negara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /o/ pada kata

karno dan harto.

Bait ke-5

pembantaian enam jenderal satu perwira

enam jam dalam satu malam

mati di lubang tak berguna

tak ada dalam perang mahabarata

bahkan di sejarah dunia

hanya di sejarah Indonesia

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata

mati dan di, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata ada dan

mahabarata, asonansi di akhir kata pada larik keenam; /a/ pada kata hanya dan

Indonesia.

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata

seperti dan api, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /i/ pada kata bagi dan

petani

Bait ke-13

apalah daya uangpun tak ada

padi jadi rusak

panen gagal

hama berkeliaran seenaknya

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata

daya dan ada, dan asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata hama dan

seenaknya.

Bait ke-14

bagi keluarga kami

inilah musim paceklik

mencekik

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata

bagi dan kami.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang” adalah sebagai berikut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Bait ke-10

kemana pemerintah?

sibuk membangun

Bait ke-11

pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata pemerintah dalam bait ke-10

larik pertama dengan bait ke-11 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

aku seorang petani bojongsari/


menghidupi mimpi/
dari padi yang ditanam sendiri/

kesederhanaan panutan hidup/


dapat untung/
dilipat dan ditabung/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

1974 tanah air yang kucinta/


berumur dua puluh sembilan tahun/
waktu yang mud/a bagi berdirinya sebuah negara/
lambang garuda/
dasarnya pancasila/
undang-undang empat lima/
merajut banyak peristiwa/

peralihan kepemimpinan yang mendesak/


bung karno/ diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara/

pembantaian enam jenderal satu perwira/


enam jam dalam satu malam/
mati di lubang tak berguna/
tak ada dalam perang mahabarata/
bahkan di sejarah dunia/
hanya di sejarah Indonesia/

pemusnahan golongan kiri/


PKI wajib mati/
pemimpin otoriter/
REPELITA/
rencana pembangunan lima tahun/
bisa jadi/
rencana pembantaian lima tahun/

di tahun-tahun berikutnya/
kudapati/ penembak misterius/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

tak ada salah/ apalagi benar/

tak ada hukum negara /

pembantaian dimana mana/

diburu sampai got dor/

di mulut dor/

di kepala/

diikat tali/

dikafani karung/

penguasa punya tahta/

yang tidak ada/

bisa diada-ada /

banyak orang jadi rampok/

pencopet/ penipu/ penjudi

pesugihan/ pelihara tuyul/ ngepet

saling bunuh/

atas dasar kebutuhan/ untuk makan/

mencari suaka di tanah sendiri/

kemana pemerintah?/

sibuk membangun/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

pemerintah dan rakyat/

seperti air dan api/

saling memusnahkan/ meski berdampingan/

berdampak bagi petani! /

1971 benih mulai dikomersialkan/

pupuk dan obat hama/ harganya tak sembarang/

iuran ulu-ulu dengan/ dalih perbaikan irigasi/

teknologi ikut-ikutan membebani/

kesulitan benih bagus /

apalah daya uangpun tak ada/

padi jadi rusak/

panen gagal/

hama berkeliaran seenaknya/

bagi keluarga kami/

inilah musim paceklik/

mencekik/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

akulah sengkon/ yang sakit/

berusaha mengenang setiap luka/

di dada/ di punggung/ di kaki/

di batuk yang berlapis tuberculosis/

4.2.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Terengah-Engah dalam Tabung dan

Selang” berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-

beda dan larik dalam satu bait saling berkesinambungan. Bait dalam puisi memiliki

fokus pembahasan yang berbeda-beda. Pada bait ke-1 mengungkapkan tentang

kehidupan petani, bait ke-2 mengungkapkan tentang kesederhanaan dalam menjalani

kehidupan, bait ke-3 mengungkapkan tentang berdirinya sebuah negara, bait ke-4

mengungkapkan tentang pergantian kepemimpinan, bait ke-5 mengungkapkan

tentang peristiwa sejarah Indonesia yang telah terjadi, bait ke-6 mengungkapkan

tentang pembangunan kembali, bait ke-7 mengungkapkan tentang penderitaan, bait


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

ke-8 mengungkapkan tentang pembantaian, bait ke-9 mengungkapkan tentang

penyimpangan dalam berkehidupan, bait ke-10 mengungkapkan tentang kesibukan,

bait ke-11 mengungkapkan tentang penderitaan, bait ke-12 mengungkapkan tentang

penderitaan, bait ke-13 mengungkapkan tentang kemiskinan, bait ke-14

mengungkapkan tentang kekurangan dalam ekonomi, bait ke-15 mengungkapkan

tentang luka dan penderitaan.

Penyairan di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan

dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari empat kata, larik kedua terdiri dari dua kata, dan larik ketiga terdiri lima kata.

Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri

dari dua kata, dan larik ketiga terdiri tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri

tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik

keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri

tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik

keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuh terdiri dari tiga kata. Bait ke-4 terdiri dari

tiga larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari lima kata, dan

larik ketiga terdiri empat kata. Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik

keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

dari empat kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari tiga

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat

terdiri dari satu kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari dua

kata, lari, larik ketujuh terdiri dari lima kata.

Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik keempat terdiri dari lima kata.

Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri tiga kata, larik keempat terdiri dari dua

kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik keenam terdiri dari dua kata, lari, larik

ketujuh terdiri dari tiga kata, larik kedelapan terdiri dari tiga kata, larik kesembilan

terdiri dari dua kata. Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik keempat

terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari

empat kata. Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari dua kata, larik

kedua terdiri dari dua kata. Bait ke-11 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri

dari tiga kata, larik kedua terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik

keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-12 terdiri

dari lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tujuh

kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik kelima

terdiri dari tiga kata. Bait ke-13 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

terdiri dari tiga kata. Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga

kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri satu kata. Bait ke-15 terdiri

dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat

kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari lima kata.

4.2.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.2.2. Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema khusus

yaknik kritik sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan pertentangan antara dua

hal yang sangat berlawanan antara pemerintah dan rakyat. Hal tersebut ditunjukkan

seperti kata rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,

saling bunuh atas dasar kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.

4.2.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis

mengungkapkan rasa kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan

puisi yang bercerita pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya

sengsara. Berikut kutipan puisi tersebut.

(10) kemana pemerintah?

sibuk membangun

(11) pemerintah dan rakyat

seperti air dan api

saling memusnahkan meski berdampingan

berdampak bagi petani!


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

4.2.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini

dalam puisi tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan (banyak orang jadi rampok,

pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet saling bunuh atas dasar

kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri) yang dilakukan pemerintah

kepada rakyatnya. Bertolak dari hal itu, suasana kekesalan serta marah dapat

ditimbulkan dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.

4.2.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu kita sebagai rakyat yang harus saling

bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita dibodohi (penguasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

punya tahta yang tidak ada bisa diada-ada) oleh pemerintah yang nantinya memecah

belah kita sebagai manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” secara khusus menceritakan

ketidakadilan itu hanya menambah luka. Puisi ini terdiri atas empat bait. Berikut

dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.

tawon
Kekesalan Kemaraha
n Bunga
mekar

Kata
Suasana
Konkret

KRITIK
SOSIAL Seperti
bunga mekar

Pengimajian Kiasan
(Gaya
Pilihan Bahasa)
Kata

Luka Menambah
Perasaan Penglihata
luka
n Berilmu

Gambar 4.3

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

(1) Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
(2) tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
4.3.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

4.3.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Hari Pertama di Tahun

Yang Lama”.

Bait pertama, pilihan kata /semuaa orang berilmu datang kerumah/ digunakan

penyair untuk menunjukkan orang-orang yang mempunyai intelektual. Pilihan kata

/rumah seperti bunga mekar/ digunakan penyair untuk menunjukkan sesuatu yang

sedang berkembang. Pilihan kata /tawon/ digunakan penyair untuk menunjukkan

sebuah serangan. Bait kedua, pilihan kata /hanya menambah luka/ digunakan penyair

untuk menunjukkan sesuatu masalah. Bait ketiga, pilihan kata /keadilan mesti keluar

dari dalam hati/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah pengungkapan

seseorang tentang keadilan. Bait keempat, pilihan kata /pasal yang rumit dan

berbelit-belit/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah ketidakpastian. Pilihan

kata /para ahli hukum/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang

banyak dianggap sebagai sumber terpercaya. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata rumah seperti bunga mekar, tawon, hanya menambah luka.

4.3.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata rumah

seperti bunga mekar dan diburu tawon. Penyair mengajak pembaca atau pendengar

untuk seakan-akan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada

rakyat.

2) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata luka.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan luka. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

visual yang digambarkan dengan rumah seperti bunga mekar, diburu tawon dan imaji

taktil digambarkan dengan luka.

4.3.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Untuk mengkonkretkan seseorang yang mempunyai intelektual yang tinggi,

penyair menggunakan kata orang, rumah, bunga, tawon. Untuk mengkonkretkan

suatu perkembangan yang telah terjadi antara pemerintah dan rakyatnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka.

Untuk mengkonkretkan sebuah kesedihan, penyair mengunakan kata hanya

menambah luka.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Untuk mengkonkretkan sebuah pengungkapan seseorang tentang keadilan,


penyair menggunakan kata keadilan mesti keluar dari dalam hati.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Untuk mengkonkretkan sebuah peraturan undang-undang yang dibuat

membingungkan, penyair menggunakan kata bukan dijadikan pasal yang rumit dan

berbelit-belit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

yang Lama” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,

mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan

melalui kata-kata orang, rumah, bunga, tawon, luka.

4.3.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

a. Simile

Menurut Keraf (1981:123) perumpamaan atau simile adalah perbandingan yang

bersifat ekplisit. Perbandingan eksplisit adalah bahwa tidak langsung menyatakan

sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu memerlukan upaya secara ekplisit

menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, laksana dan

sebagaianya. Berikut adalah simile dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata seperti. Pada kata

seperti menjelaskan suatu proses yang telah terjadi. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah beberapa gaya

bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini

digambarkan melalui gaya bahasa simile gaya seperti kata seperti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

b. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama”.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata rumah

seperti bunga mekar. Pada kata rumah seperti bunga mekar diartikan sebagai

seseorang yang memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan atau kepandaian.

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

hanya menambah luka

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata

menambah luka. Pada kata menambah luka diartikan sebagai seseorang yang

tersakiti. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang

Lama” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna

dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti

rumah seperti bunga mekar dan menambah luka.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata rumah,

bunga dan tawon. Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan

perkembangan dan peperangan.

b. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata luka.

Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan kesedihan. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah

beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan

melalui adanya lambang benda seperti rumah, bunga dan tawon, dan lambang

suasana seperti luka.

4.3.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/-/u/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai kelima berbunyi a-a-b-b-b.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-/u/. Pada bait tersebut terdapat rimah

patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Hari Pertama di Tahun

yang Lama” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ pada kata

majalah dan memuat.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata

keadilan dan keluar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Hari Pertama di

Tahun yang Lama” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

Dibebaskan

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata

berita dan negara.

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata

hanya dan luka.

Bait ke-3

keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata

mesti, dari dan hati, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata

menghargai dan diri.

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Pada bait di atas terdapat Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
dimengerti dan ahli.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Bait ke-2

tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Bait ke-4

bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan pengulangan kata hanya, pada bait

ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

semua orang merongrong/

uang dikedepankan/ sebagai gugatan/

nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/

keadilan/ sekali lagi berujung pada uang/


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

UUD: ujung-ujungnya duit/

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia/

apalah artinya berita/

jika tak mengubah apa-apa /

berita/

hanya menguntungkan penerbitnya/

4.3.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak

bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan

dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak

berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan

eksistensif sebuah puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Hari Pertama di Tahun yang Lama”

berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan

larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengadu gugatan, pada bait

ke-2 mengungkapkan hukum bisa dibeli dengan uang, bait ke-3 mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

tentang berita yang tidak benar, beait ke-4 mengungkapkan tentang mencari

keuntungan.

Puisi tersebut terdiri dari empat bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri lima, empat, tiga, dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari satu kata, larik kedua terdiri dari

tiga kata, larik ketiga terdiri dari enam kata, larik keempat terdiri dari enam kata,

larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri dari dua kata. Bait ke-2

terdiri dari lima larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga

kata, larik ketiga terdiri dari lima kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik

kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari

empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua terdiri dari

enam kata.

4.3.2. Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan

oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur struktur batin tidak

langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin

puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

4.3.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema besar kehidupan

sosial. Secara khusus puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Ketidakadilan yang

dimaksud ialah dalam mengatur undang-undang yang dibuat negara. Hukum adalah

memberikan keadilan kepada setiap orang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga

akhir bait terdapat kata seperti orang, bunga mekar, diburu tawon, berbelit-belit. Di

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kehidupan sosial.

4.3.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan

perasaan sedih disertai kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

ketidakdilan hukum di negeri ini. Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada

setiap akhir puisi. Berikut kutipan dari puisi tersebut.

(2) tanya ini-itu

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

4.3.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekeasalan dan

kemarahan. Penyair mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan (hanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

menambah luka) terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah terhadap

rakyat yang tertindas(semua orang berilmu datang ke rumah, rumah seperti bunga

mekar diburu tawon).

4.3.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan

penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan

kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,

namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu yaitu seluruh rakyat Indonesia berhak mendapat

keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat, rakyat kecil, orang

atau miskin (tanya ini-itu, menyarankan ini-itu, padahal aku ingin damai sejahtera).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan”

Puisi “Mengadukan Gugatan” secara khusus menceritakan kritik sosial. Puisi ini

terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.


UUD
Sedih Marah Berita

Kata
Suasana
Konkret

KRITIK
SOSIAL
Perasaan

Pengimajia Gaya
n Bahasa
Pilihan
Kata

Penglihatan mengup
Pendengaran as Ketololan dan
n kegebologan
Merongronf

Gambar 4.4

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Mengadu

Gugagatan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

(1) semua orang merongrong


uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
(3) majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
(4) apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
(5) berita
hanya menguntungkan penerbitnya
4.4.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu

merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata

konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.4.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Mengadukan Gugatan”.

Bait pertama, pilihan kata /semua orang merongrong/ digunakan penyair untuk

menunjukkan orang yang saling menjatuhkan. Bait kedua, pilihan kata /UUD: ujung-

ujungnya duit/ digunakan penyair untuk menunjukkan semua membutuhkan uang.

Bait ketiga, pilihan kata /mengupas/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah

tindakan. Bait keempat, pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan penyair untuk

menunjukkan pengungkapan. Bait kelima, pilihan kata /hanya menguntungkan

penerbitnya/ digunakan untuk sindiran terhadap penerbit. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Mengaduka Gugatan” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata semua orang merongrong, UUD: ujung-ujungnya duit.

4.4.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata semua

orang merongrong. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat semua orang merongrong.

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata berita.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat berita. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Mengaduka Gugatan” adalah kata-kata

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang

digambarkan dengan semua orang merongrong, imaji auditif digambarkan dengan

berita.

4.4.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Untuk mengkonretkan sebuah tindakan seseorang, penyair menggunakan kata

semua orang merongrong, uang. Sedangkan untuk mengkonkretkan sebuah tuntutan,

penyair menggunakan kata gugatan.

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Untuk mengkonretkan sebuah keadilan yang didasari oleh uang, penyair

menggunakan UUD: ujung-ujungnya duit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Mengadukan Gugatan” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-

olah melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata semua orang, uang, UUD: ujung-ujungnya duit.

4.4.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu

Gugatan”.

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata semua orang

merongrong. Pada kata semua orang merongrong diartikan sebagai sesuatu tindakan

yang merugikan orang lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

seindonesia. Pada kata meledak seindonesia diartikan sebagai suatu berita yang

sudah beredar dimana-mana. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Mengadukan Gugatan” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait

dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti semua orang merongrong dan meledak seindonesia.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

uang dan duit. Untuk melambangkan suatu keadilan yang bisa dibeli. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Mengadukan Gugatan” adalah beberapa lambang

yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui adanya

lambang benda seperti uang dan duit.

4.4.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Mengadukan Gugatan”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

Bait ke-1

semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b-b.

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Mengadukan Gugatan”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

majalah dan mengupas.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Mengadukan

Gugatan” adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Bait ke-2

keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata sekali

dan lagi.

Bait ke-3

majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata beritanya

dan seindonesia.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata artinya

dan berita.

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Pada bait di atas asonansi akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata hanya dan
penerbitnya.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Mengadukan Gugatan” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-4

apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

Bait ke-5

berita

hanya menguntungkan penerbitnya

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata berita pada bait ke-4 larik

pertama dan bait ke-5 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

semua orang merongrong/

uang dikedepankan sebagai gugatan/


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/

keadilan sekali lagi/ berujung pada uang/

UUD: ujung-ujungnya duit/

majalah mengupas berita/ salah tangkap/

beritanya meledak seindonesia/

apalah artinya berita/

jika tak mengubah apa-apa/

berita/

hanya menguntungkan penerbitnya/

4.4.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-

bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia

terhadap gugatan-gugatan, pada bait ke-2 mengungkapkan keadilan berujung pada

uang, bait ke-3 mengungkapkan kemarahan terhadap berita-berita yang tidak benar,

bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan berita

hanya mencari keuntungan.

Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1

terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari

empat kata, larik ketiga terdiri dari limat kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik

pertama terdiri dari enam kata, larik kedua terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri

dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.

Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua

terdiri dari empat kata. Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari

satu kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.

4.4.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

4.4.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui

puisi ini, penulis memaparkan bahwa bahwa keadilan berujung pada uang, sehingga

keadilan bisa dibeli dengan uang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir

bait terdapat kata seperti keadilan sekali lagi berujung pada uang, UUD: ujung-

ujungnya duit. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur

yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,

versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik

sosial.

4.4.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Mengadukan Gugatan”, penulis mengungkapkan rasa kecewa.

Kecewa itu terbukti dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

dikedepankan sebagai gugatan. Uang adalah segalanya dalam keadilan. Berikut

kutipan dari puisi tersebut.

(1) semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan

(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

4.4.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” kesedihan dan kekecewaan yang berbaur

menjadi satu. Ini dalam puisi tersebut menceritakan penderitaan (uang dikedepankan

sebagai gugatan) dan kesedihan yang dirasakan orang-orang yang mengalami

ketidakadilan (keadilan sekali lagi berujung pada uang).

4.4.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan

uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

4.5 Puisi “Serupa Maskumambang”

Puisi “Serupa Maskumambang” secara khusus menceritakan kritik sosial dan

tema khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas enam bait. Berikut dijelaskan

puisi tersebut secara lengkap.

Ilahi
Kesedihan Kemarahan Hewani

Kata
Suasana
Konkret

KRITIK
Perasaan
SOSIAL

Pengimajia Gaya
n Bahasa
Pilihan
Kata

Penglihatan Pupuh
Dunia fana
Pendengaran
Wejangan dan abadi
n

Gambar 4.5

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Serupa

Maskumambang”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

(1) pupuh mengantarkan wejangan hidup


kecapi dalam suara sunyi menyendiri
(2) pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
(3) manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
(4) inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
(5) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
(6) manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya

4.5.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.5.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Serupa Maskumambang”.

Bait pertama, pilihan kata /pupuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah

banyaknya suku kata dalam bait. Pilihan kata /wejangan hidup/ digunakan penyair

untuk menunjukkan menjadi hidup yang lebih. Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/

digunakan penyair untuk menunjukkan kehiduupan yang menyendiri. Bait kedua,

pilihan kata /kecapi membalut peri/ digunakan penyair untuk menunjukkan

kesedihan. Pilihan kata /suara genting/ digunakan penyair untuk menunjukkan

keadaan yang berbahaya. Bait ketiga, pilihan kata /kodrat hewani/ digunakan penyair

untuk menunjukkan kekuasaan yang diberikan Tuhan. Pilihan kata /jalan ilahi/

digunakan penyair untuk menunjukkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Bait

keempat, pilihan kata /maskumambang/ digunakan penyair untuk menunjukkan

sebuah kehidupan yang memprihatinkan. Pilihan kata /menembus dunia fana/

digunakan penyair untuk menunjukkan kehidupan yang hilang dan tidak kekal. Bait

kelima, pilihan kata /menganga/ digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan

yang dilakukan oleh sifat manusia. Bait keenam, pilihan kata /Tuhan yang

menentukan akhirnya/ digunakan penyair unutk menunjukkan semua perilaku yang

dilakukan oleh manusia akan ditentukan oleh Tuhan. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah pilihan kata atau diksi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan

melalui adanya kata-kata wejangan hidup, kodrat hewani, jalan ilahi, menembus

dunia fana, Tuhan yang menentukan akhirnya.

4.5.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat

kecapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

menganga akibat ulah manusia. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat ulah manusia.

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi dalam suara sunyi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mendengar kecapi dalam suara sunyi.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata suara

genting Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar

suara genting.

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991:79).

Bait ke-1

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata nyeri.

Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan nyeri. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Serupa Maskumambang” adalah kata-kata

yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan

apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang

digambarkan dengan kecapi, ulah manusia, imaji auditif digambarkan dengan suara

genting dan imaji taktil digambarkan dengan nyeri.

4.5.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Untuk mengkonkretkan menghantarkan kehidupan yang lebih baik, penyair

menggunakan kata mengantarkan wejangan hidup, sedangkan untuk

mengkonkretkan suatu kehidupan yang mandiri, penyair menggunakan kata suara

sunyi menyendiri.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Untuk mengkonkretkan suatu luka dan kesedihan, penyair menggunakan kata

kecapi.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

Untuk mengkonkretkan makhluk yang berakal budi dan suatu hukum alam,

penyair menggunakan kata manusia dan hewani.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Untuk mengkonkretkan manusia harus berserah kepada Tuhan, karena Tuhanlah

Maha segala-Nya, penyair menggunakan kata Tuhan yang menentukan akhirnya.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah kata-

kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata

kecapi, manusia, hewani, Tuhan.

4.5.1.4 Bahasa Figuratif

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu

Gugatan”.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi dalam

suara sunyi menyendiri. Pada kata kecapi dalam suara sunyi menyendiri diartikan

sebagai sesuatu alat musik yang memberikan ketenangan dalam menyendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi

membalut nyeri. Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan sebagai sesuatu

kepedihan yang dirasakan manusia.

Bait ke-3

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana dan abadi

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata menembus

dunia fana dan abadi. Pada kata menembus dunia fana dan abadi diartikan sebagai

tempat tinggal manusia yang masih hidup dan tidak kekal. Hal-hal yang menarik dan

menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah beberapa gaya bahasa yang

dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan

melalui gaya bahasa metafora gaya seperti kecapi membalut nyeri, menembus dunia

fana dan abadi.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

kecapi. Untuk melambangkan alat musik dalam kesendirian seseorang, penyair

menggunakan kata kecapi.

b. Lambang Suasana

Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.

Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian

yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,

1991: 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

sunyi menyendiri. Untuk melambangkan hening, penyair menggunakan kata sunyi.

Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah

beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati.

Ini digambarkan melalui adanya lambang benda seperti kecapi, dan lambang suasana

seperti sunyi menyendiri

4.5.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Serupa Maskumambang”.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah patah.

Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah terus.

Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. Pada bait tersebut

terdapat rimah patah. Larik pertama sampai keempat memiliki bunyi a-b-a-b.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Rima yang sering muncul pada bait ke-6 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Serupa Maskumambang”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/ pada kata

suara dan sunyi.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

manusia dan memiliki.

Bait ke-4

inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

maskumambang dan melayang.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/ pada kata

menganga dan manusia.

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata

manusia dan menjalankan.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Serupa

Maskumambang” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata kecapi,

sunyi dan menyendiri.

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kecapi

dan nyeri.

Bait ke-3

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama /i/ pada kata memiliki

dan budi, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata didampingi dan

hewani, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata mencapai dan ilahi.

Bait ke-5

terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ dan /i/ pada kata

terluka, melukai, dilukai dan luka-luka, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/

pada kata menganga dan manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

Bait ke-6

manusia yang menjalankan cerita

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata manusia
dan cerita.

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Serupa Maskumambang” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-1

pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Bait ke-2

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata pupuh pada bait ke-1 larik

pertama dan bait ke-2 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

manusia memiliki akal dan budi/

didampingi kodrat/ hewani/

mencapai jalan ilahi/

inilah maskumambang/ yang melayang/

menyelinap ke dasar sanubari/

menembus dunia fana/

dan abadi/

terluka/ melukai/ dilukai/ dan luka-luka/

menganga akibat ulah manusia/

manusia yang menjalankan cerita/

tuhan yang menentukan akhirnya/

4.5.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Serupa Maskumambang” berbentuk

bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam

setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kesunyiaan dan kesepian,

pada bait ke-2 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-3 mengungkapkan

berserah kepada Tuhan, bait ke-4 mengungkapkan tentang kehidupan yang tidak

kekal, bait ke-5 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-6 mengungkapkan

tentang manusia yang menjalankannya.

Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada

yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri

halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-

1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari

lima kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari empat kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri

dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari dua kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri

dari empat kata. Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata,

larik kedua terdiri dari empat kata.

4.5.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.5.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.

Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain

sebagainya sedang menjadi sorotan. Hal tersebut ditunjukkan seperti kata manusia,

hewani, sanubari, melukai, ulah manusia. Di samping itu, tema dapat dibuktikan

setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang

memperkuat tema kritik sosial.

4.5.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Serupa Maskumambang”, penulis mengungkapkan rasa

keprihatinan dan kesedihan dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi

negara Indonesia pada saat ini.. Berikut kutipan dari puisi tersebut.

(5) inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

(6) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

(7) manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

4.5.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak

pembaca untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia

(terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka, menganga akibat ulah manusia). Bertolak

dari hal itu, suasana kekesalan dan kemarahan itu akan timbul dari pembaca setelah

memehami puisi tersebut.

4.5.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu sebagai manusia yang bernegara kita harus orang

berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang Indonesia tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan (manusia yang menjalankan cerita,

Tuhan yang menentukan akhirnya).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi”

Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” secara khusus menceritakan kritik sosial.

Puisi ini terdiri atas sepuluh bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur

batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.


Dinding
Kesedihan kamar
Kepedihan Sejadah

Kata Konkret
Suasana

KRITIK
SOSIAL
Falsafah
Perasaan hidup

Pilihan Gaya Bahasa


Pengimajian Kata

Bodogol
Pakan
Serupa
Pendengaran Anjing
Falsafah
Penglihatan

Gambar 4.6

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Menginjak Kaki di

Jeruji Besi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

1) siapa yang kuat, dia berkuasa


siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
2) orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
3) jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
4) sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami makan
karena kami dilahirkan miskin
5) kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah
6) ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
membuat keluh-kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

7) yang kami goreskan


di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
8) aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan
9) menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di pengadilan
10) kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
4.6.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.6.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Menginjak Kaki di Jeruji

Besi”.

Bait pertama, ilihan kata /itulah falsafah hidup dalam penjara/ digunakan

penulis untuk menunjukkan keadaan seseorang hidup di dalam penjara. Bait kedua,

pilihan kata pilihan kata /bagai sampah/ digunakan penulis untuk menunjukkan

sesuatu yang hina. Pilihan kata /penjara untuk membuat jera/ digunakan penulis

untuk menunjukkan keadaan menyesal yang dirasakan. Bait ketiga, pilihan kata

/pakan untuk hewan serupa anjing/ digunakan penulis untuk menunjukkan sesuatu

makan yang hewan yang diberikan kepada manusia. Bait keempat, pilihan kata

/dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong/ digunakan penulis untuk

menunjukkan bahan makan yang berasal dari umbi-umbian. Pilihan kata /jantung cau

bahkan bodogol nya kami makan/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu

bagian dalam pohong pisang. Bait kelima, pilihan kata /kami hitung setiap batang

besi di kamar/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan

selalu dirasakan.

Bait keenam, pilihan kata /ada kerinduan yang menjerit/ digunakan penulis untuk

menunjukkan sesuatu kerinduan yang mendalam. Pilihan kata / ada berjuta-juta

bintang di luar jendela kecil/ digunakan penulis untuk menunjukkan keadaan di

malam hari dengan menatap ke langit. Bait ketujuh, pilihan kata /membuat keluh-

kesah/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan dirasakan.

Bait kedelapan, pilihan kata / aku ingin terus berdoa/ digunakan penulis untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

menunjukkan seseorang yang ingin selalu berserah diri kepada Tuhan. Bait

kesembilan, pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di pengadilan/ digunakan

penulis untuk menunjukkan keadaan menuntaskan ketidakadilan. Bait kesepuluh,

pilihan kata /bahwa tukang angon dan majikan/ digunakan penulis untuk

menunjukkan derajat manusia di dunia itu sama. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah

menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui

adanya kata-kata falsafah hidup, hewan serupa anjing, kerinduan yang menjerit,

keluh-kesah.

4.6.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata hewan

serupa anjing. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat seekor anjing.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata gaplek,

goreng gadung, kulit singkong dan bodogol. Penyair mengajak pembaca atau

pendengar untuk seakan-akan melihat gaplek, goreng gadung, kulit singkong dan

bodogol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata anak-

anak dan berjuta-juta bintang. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat anak-anak dan berjuta-juta bintang.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

dinding kamar, di wc, sajadah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk

seakan-akan melihat dinding kamar, di wc, sajadah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

2) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata ada

kerinduan yang menjerit. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-

akan mendengar merasakan ada kerinduan yang menjerit.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata keluh-

kesah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar

merasakan keluh-kesah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak

Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan anjing, gaplek,

goreng gadung, kulit singkong, bodogol, anak-anak dan berjuta-juta bintang, dinding

kamar, di wc, sajadah, imaji taktil digambarkan dengan kerinduan dan keluh-kesah.

4.6.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata

konkret yang terdapat dalam puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Untuk mengkonkretkan bahwa keinginan dan harapan yang ingin bertemu

dengan seseorang, penyair menggunakan kata anak-anal, berjuta-juta bintang,

jendela.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Untuk mengkonkretkan kehidupan seseorang yang merasakan kepedihan dalam

melakukan hal tertentu., Penyair menggunakan kata dinding kamar, sajadah. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-

kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau

merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata

anak-anak, bintang, jendela, dinding kamar, sajadah.

4.6.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,

personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari

lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah

puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi

lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Simile

Simile adalah kiasan yang tidak langsung, benda yang dikiaskan kedua duanya

ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai,

bak, dan sebagainya (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah simile dari lagu

“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Pada bait di atas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata serupa. Pada kata

serupa untuk menyatakan nama dari seseorang. Hal-hal yang menarik dan menonjol

dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat

memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui

gaya bahasa simile seperti kata serupa.

b. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Menginjakkan

Kaki di Jeruji Besi”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata ada kerinduan

yang menjerit dan berjuta-juta bintang. Pada kata ada kerinduan yang menjerit

diartikan sebagai keingingan dan harapan seseorang (akan bertemu). Pada kata

berjuta-juta bintang diartikan sebagai memancarkan cahaya dalam kehidupan. Hal-

hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah

beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya

denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti ada

kerinduan yang menjerit dan berjuta-juta bintang.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Benda

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

sampah. Untuk melambangkan manusia yang melanggar hukum.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

gaplek, goreng gadung, kulit singkong. Untuk melambangkan bahan makanan yang

berasal dari umbi-umbian.

Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata

batang besi. Untuk melambangkan sel/penjara.

b. Lambang Suasana

Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai

lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil

berkedip

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

kerinduan. Untuk melambangkan manusia dalam keinginginannya untuk bertemu

dengan seseorang

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata

keluh-kesah. Untuk melambangkan kehidupan yang penuh kepedihan. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa

lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui

adanya benda seperti sampah, gaplek, goreng gadung, kulit singkong, batang besi

dan lambang suasana seperti kerinduan, keluh-kesah.

4.6.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”.

Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah terus. Larik pertama sampai terakhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.

Bait ke-3

jam makan tiba

jam keluhan narapidana

makanan yang kami makan

didatangkan dari amerika

nyatanya di sana

pakan untuk hewan serupa anjing

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/i/. Pada bait

tersebut terdapat rima patah. Larik pertama sampai keenam memiliki memilik bunyi

a-b.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan

Rima yang sering muncul pada bait ke-8 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

Rima yang sering muncul pada bait ke-9 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat

rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Rima yang sering muncul pada bait ke-10 yaitu /i/-/a/-/a/.Pada bait tersebut

terdapat rima patah. Larik pertama, kedua dan ketiga memiliki bunyi a-b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Menginjakkan Kaki di

Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.

Bait ke-1

siapa yang kuat, dia berkuasa

siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan istimewa

itulah falsafah hidup dalam penjara

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata

dekat dan dengan.

Bait ke-4

sengkon karta sudah terbiasa

dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong

jantung cau bahkan bodogol nya kami makan

karena kami dilahirkan miskin

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /g/ pada kata

gaplek, goreng dan gadung, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata

karena dan kami.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/ pada kata

setiap dan sipir.

Bait ke-7

membuat keluh-kesah

yang kami goreskan

di dinding kamar, di wc,

bahkan sajadah

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata

keluh dan kesah.

Bait ke-8

aku ingin terus berdoa

inilah satu-satunya senjata

mempertegas kejujuran dan kebohongan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/ pada kata

kejujuran dan kebohongan.

Bait ke-9

menguak keadilan dan kecurangan

merobohkan dinding tuduhan di pengadilan

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata

keadilan dan kecurangan .

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Menginjakkan

Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.

Bait ke-2

orang-orang yang melanggar hukum

bagai sampah

sebagian yang lain dimanfaatkan

bahkan kalau bisa diuangkan

penjara untuk membuat jera

nyatanya alat pencari keuntungan semata

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata penjara

dan jera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

Bait ke-5

kami hitung setiap batang besi di kamar

kami hitung pergantian orang

menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kami dan
besi.

Bait ke-6

ada kerinduan yang menjerit

pada suara pintu tertutup

ada bisikan anak-anak kami

setiap sipir ngobrol sambil main gapleh

ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata berjuta-

juta dan jendela.

Bait ke-10

kami yakin

bahwa tukang angon dan majikan

sama rata di depan tuhan

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata sama dan rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).

siapa yang kuat/ dia berkuasa/


siapa yang dekat/ dengan aparat/
memperoleh perlakuan istimewa/
itulah falsafah hidup/ dalam penjara/

orang-orang yang melanggar hukum/


bagai sampah/
sebagian yang lain dimanfaatkan/
bahkan/ kalau bisa diuangkan/
penjara untuk membuat jera/
nyatanya/ alat pencari keuntungan semata/

jam makan tiba/


jam keluhan narapidana/
makanan yang kami makan/
didatangkan dari amerika/
nyatanya di sana/
pakan untuk hewan/ serupa anjing/

sengkon karta sudah terbiasa/


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

dengan gaplek/ goreng gadung/ kulit singkong/


jantung cau/ bahkan bodogol nya kami makan/

karena kami/ dilahirkan miskin/


kami hitung/ setiap batang besi di kamar/
kami hitung/ pergantian orang/
menghitung perkiraan jarak/ dari sel ke rumah/

ada kerinduan yang menjerit/


pada suara pintu tertutup/
ada bisikan anak-anak kami/
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang/ di luar jendela kecil berkedip/
membuat keluh-kesah

yang kami goreskan/


di dinding kamar/ di wc/
bahkan sajadah/

aku ingin terus berdoa/


inilah/ satu-satunya senjata/
mempertegas kejujuran/ dan kebohongan/

menguak keadilan/ dan kecurangan/


merobohkan dinding/ tuduhan di pengadilan/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

kami yakin/
bahwa tukang angon/ dan majikan/
sama rata di depan tuhan/
4.6.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”

berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan

larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan ketidakadilan,

pada bait ke-2 mengungkapkan hukum berujung dengan uang, bait ke-3

mengungkapkan kemarahan terhadap hukum, bait ke-4 mengungkapkan kesedihan,

bait ke-5 mengungkapkan kesengsaraan berada di dalam penjara, bait ke-6

mengungkapkan kerinduan yang menyiksa, bait ke-7 mengungkapkan kegelisahan

yang dirasakan, bait ke-8 mengungkapkan kejujuran dan keadilan, bait ke-9

mengungkapkan keadaan menuntaskan ketidakadilan, ke-10 mengungkapkan derajat

manusia di duni itu sama. Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait dan tiap bait berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di

mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris

berikutnya Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik

kedua terdiri dari lima, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri lima

kata. Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik

kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari dua kata, larik keempat terdiri

empat kata, larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait

ke-3 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri

dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri tiga kata, larik

kelima terdiri dari tiga kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait ke-4 terdiri dari

empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata,

larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik keempat terdiri empat kata.

Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua

terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari

lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat kata,

larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri enam kata, larik kelima

terdiri dari delapan kata. Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari

tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik

keempat terdiri dua kata. Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari

empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata. Bait

ke-9 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

dari lima kata. Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari dua kata,

larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.

4.6.2 Struktur Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).

4.6.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni

kritik sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena

dalam puisi tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai

hukum yang berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai

peraturan. Hukum di negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang

memiliki jabatan kekuasaan. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingg akhir bait

terdapat kata seperti berkuasa, dimanfaatkan, diuangkan, keluh-kesah, kecurangan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

merobohkan, tuduhan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah

unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,

bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat

tema kritik sosial.

4.6.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”, penulis mengungkapkan rasa

kepedihan perasan itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan

dalam pemberian hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele

menjadi hal yang besar.

(1) siapa yang kuat, dia berkuasa


siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
(2) orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

nyatanya alat pencari keuntungan semata


4.6.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini

karena dalam puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan

atau kekuasan (siapa yang kuat, dia berkuasa siapa yang dekat dengan aparat

memperoleh perlakuan) akan kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan

yang tinggi (memperoleh perlakuan istimewa).

4.6.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan

uang. Maka dari itu, kita sebagai manusia tentunya harus pandai dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

hal apapun (aku ingin terus berdoa inilah satu-satunya senjata mempertegas

kejujuran dan kebohongan) sehingga kita tidak mudah dibodohi oleh sesuatu yang

nantinya memecah bela sebagai manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

4.7 Puisi “Kesaksian Luka”

Puisi “Kesaksian Luka” secara khusus menceritakan kritik sosial dan tema

khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai

struktur fisik dan struktur batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Pisau
Kesedihan Kemarahan Catatan hitam

Kata Konkret
Suasana

KRITIK diawali luka


Perasaan
SOSIAL yang berdarah

Pengimajian Gaya Bahasa

Pilihan Kata

Penglihatan
Mata
Pendengaran Tubuh luka
n indonesia

Gambar 4.7

Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Kesaksian Luka”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202

1) reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
2) bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia


diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
3) berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
4) indonesia

membangun dirinya dari segala luka


tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
5) berawal dari kata

kata yang diucapkan


dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

4.7.1 Struktur Fisik

Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik

puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan

kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa

figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

4.7.1.1 Diksi (Pilihan Kata)

Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih

kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi

bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan

kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata

yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya

magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Kesaksian Luka”.

Pada bait pertama, pilihan kata /reka adegan dari sejarah terpendam/ digunakan

penulis untuk menunjukkan sejarah yang tersembunyi. Pilihan kata /menjadi catata

hitam/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang kurang baik. Pada bait kedua,

pilihan kata /diawali luka yang berdarah/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa

yang mengalami penderitaan. Pada bait ketiga, Pilihan kata /berawal dari mana pisau

peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang sangat menyakitkan. Pada

bait keempat, pilihan kata /membangun dirinya dari segala luka/ digunakan penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204

untuk sebuah peristiwa membangun tetapi penuh penderitaan. Pilihan kata /tubuh

Indonesia tak terawat/ digunakan penulis untuk sebuah keadaan Indonesia yang tidak

terpelihara. Pada bait kelima, Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan penulis

untuk menunjuukkan betapa menderitanya negara Indonesia pada waktu itu. Hal-hal

yang menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah pilihan kata atau

diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu kesaksian luka. Ini

digambarkan melalui adanya kata-kata sejarah terpendam, catatan hitam, pisau

peristiwa.

4.7.1.2 Pengimajian

Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan

kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian

adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa

yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat

dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

1) Imaji Visual

Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika

penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah

melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata

catatan hitam. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

melihat catatan hitam

2) Imaji Auditif

Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair

menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah

mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata kata

yang diucapkan. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

mendengarkan kata yang diucapkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206

3) Imaji Taktil

Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,

atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati

seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata luka

yang berdarah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan

merasakan luka yang berdarah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan catatan hitam,

imaji auditif digambarkan dengan kata yang diucapkan, dan imaji taktil digambarkan

dengan luka yang berdarah.

4.7.1.3 Kata Konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus

diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207

menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang kurang terbaik, penyair

mengggunakan kata catatan hitam

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang dialami oleh rakyat, penyair

menggunakan kata pisau peristiwa

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Untuk mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang penuh luka, Penyair

menggunakan kata tubuh indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi

“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah

melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini

digambarkan melalui kata-kata catatan hitam, pisau peristiwa, tubuh indonesia.

4.7.1.4 Bahasa Figuratif

Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan

penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak

langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca

harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang

konvensional maupun yang nonkonvensional.

1) Kiasan

Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih

luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut

gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan

efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:

84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Kesaksian Luka” dapat memperindah puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209

itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih

hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.

a. Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak

disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Kesaksian Luka”.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata catatan hitam.

Pada kata catatan hitam diartikan sebagai sebuah peristiwa yang kurang baik.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

diawali luka yang berdarah. Pada kata diawali luka yang berdarah diartikan sebagai

suatu keadaan dimulai dari penuh penderitaan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

Pendidikankah?

Hukum?

Agama?

Atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak

mengiris-ngiris kulitmu. Pada kata mengiris-ngiris kulitmu diartikan sebagai suatu

tindakan yang membuat seseorang terluka. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari

puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait

dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa

metafora gaya seperti catatan hitam, diawali luka yang berdarah, mengiris-ngiris

kulitmu.

2) Perlambangan

Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk

memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,

sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211

dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih

mudah dibayangkan oleh pembaca.

a. Lambang Warna

Lambang warna digunakan penyair untuk menggambarkan karakteristik watak

tertentu. Banyak puisi yang menggunakan lambang warna untuk mengungkapkan

perasaan penyair (Waluyo, 1991: 87).

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Pada bait di atas terdapat lambang warna yang ditunjukkan dengan kata-kata

catatan hitam. Untuk melambangkan peristiwa yang kurang baik. Hal-hal yang

menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa lambang yang

dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan melalui

adanya lambang warna seperti catatan hitam.

4.7.1.5 Versifikasi

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan

persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat

dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212

menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan

ritme sebagai berikut.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau

orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk

mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara

ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:

90). Berikut adalah rima dari puisi “Kesaksian Luka”.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rimah terus. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213

Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/u/-/a/-/u/. Pada bait

tersebut terdapat rima bersilang. Larik pertama sampai akhir memiliki bunyi a-b-a-b.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut

terdapat rima terus. Larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-/u/. Pada bait tersebut

terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai ketiga berbeda dengan larik keempat

dan kelima memiliki persamaan bunyi a-a-b-b.

a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata

Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Kesaksian Luka” adalah

sebagai berikut.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /t/ pada kata

tidak dan tunggal, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata di dan dunia.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ pada kata

para dan pejabat.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawatt

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Pada bait di atas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata

dirinya dan dari, aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /t/ pada kata tubuh dan

terawatt, aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata ditampilkan dan

dengan.

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

216

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ pada kata

inilah dan itu.

b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata

Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Kesaksian Luka”

adalah sebagai berikut.

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata negara

dan dunia.

Bait ke-3

berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217

hukum?

agama?

atau para pejabat yang korup itu?

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata mana

dan peristiwa.

Bait ke-4

indonesia

membangun dirinya dari segala luka

tubuh indonesia tak terawat

namun tetap ditampilkan dengan semangat

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata segala
dan luka.

Bait ke-5

berawal dari kata

kata yang diucapkan

dilakukan

inilah mata luka itu

untukmu

Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata mata
dan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218

c. Pengulangan Kata/Ungkapan

Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Kesaksian Luka” adalah sebagai

berikut.

Bait ke-1

reka adegan dari sejarah terpendam

sejarah terlupakan

menjadi catatan hitam

Bait ke-2

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?

bukankah negara yang berdiri di dunia

diawali luka yang berdarah

sehabis peperangan?

Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata sejarah pada bait ke-1 larik

pertama dan bait ke-2 larik pertama.

2) Ritma

Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/

lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk

keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219

reka adegan/ dari sejarah terpendam/

sejarah terlupakan/

menjadi catatan hitam/

bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?/

bukankah negara yang berdiri di dunia/

diawali luka/ yang berdarah/

sehabis peperangan?

berawal dari mana pisau peristiwa/

mengiris-ngiris kulitmu/

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

Indonesia/

membangun dirinya/ dari segala luka/

tubuh indonesia tak terawatt/

namun/ tetap ditampilkan dengan semangat/

berawal dari kata/


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220

kata yang diucapkan/

dilakukan/

inilah/ mata luka itu/

untukmu/

4.7.1.6 Tata Wajah (Tipografi)

Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang

penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman

yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi

tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah

puisi.

Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.

Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait

saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan peristiwa kelam yang terjadi di

Indonesia, pada bait ke-2 mengungkapkan penderitaan yang mendalam atas

peristiwa-peristiwa yang terjadi, bait ke-3 mengungkapkan tindakan yang melukai,

bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan penderitaan

yang di alami Indonesia pada waktu itu.. Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap

bait berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu.

Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221

dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri

dari lima kata, larik kedua terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait

ke-2 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri

dari enam kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri dari dua

kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua

terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari satu

kata, larik kelima terdiri dari satu kata, larik keenam terdiri dari satu kata, larik

ketujuh terdiri dari enam kata. Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri

dari satu kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari empat kata,

larik keempat terdiri dari lima kata. Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik pertama

terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari satu

kata, larik keempat terdiri dari empat kata, larik kelima terdiri dari satu kata.

4.7.2 Struktu Batin

Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak

dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur

struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi

tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat

(Waluyo, 1991: 102).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

4.7.2.1 Tema

Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu

begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama

pengucapannya.

Puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema

khususnya kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah

Indonesia yang terpendam akan luka-luka sehabis peperangan. Hal tersebut

ditunjukkan pada awal bait hingga akhir bait menggambarkan kesaksian manusia.

Kesaksian tersebut dapat terlihat dari kata, catata hitam, luka, pisau peristiwa. Di

samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada

struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta

tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.

4.7.2.2 Perasaan

Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah

perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan

perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,

rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.

Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan

kepedihan. Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

menjelaskan bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.

Sehingga Indonesia menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain. Berikut

kutipan dari lirik lagu tersebut.

3) berawal dari mana pisau peristiwa

mengiris-ngiris kulitmu

berawal dari ekonomikah?

pendidikankah?

hukum?

agama? atau para pejabat yang korup itu?

(4) indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
(5) berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
4.7.2.3 Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana

adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224

berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya

(Waluyo, 1991: 125).

Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca

untuk memahami kesaksikan (reka adegan dari sejarah terpendam sejarah

terlupakan, menjadi catatan hitam) dan penderitaan (membangun dirinya dari segala

luka tubuh indonesia tak terawatt namun tetap ditampilkan dengan semangat) yang

dirasakan oleh negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.

4.7.2.4 Amanat

Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang

hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak

disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat

manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak

secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.

Amanat dari puisi ini yaitu agar kita mengetahui tentang keadaan sebenarnya yang

di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah dilupakan (menjadi catatan

hitam), karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ketujuh puisi karya Peri Sandi Huizhce dalam

kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta, diperoleh simpulan sebagai berikut.

Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce memiliki

struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan sebagai

analisis lagu meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),

verifikasi, dan tipografi. Struktur batin yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu

meliputi: tema, perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat.

Penggunaan diksi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya

Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce menggunakan diksi yang mencakup sifat hakiki dari puisi,

yaitu emotif, objektif, imitatif atau referensial dan konotatif. Diksi yang paling

banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce adalah kata yang bersifat emotif.

Penggunaan pengimajian dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Sehingga hal yang digambarkan seolah-

olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

Pengimajian yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce adalah imaji visual dan imaji auditif.

225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

226

Penggunaan kata konkret dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kata-kata yang didapat menyarankan arti yang

menyeluruh, seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat

hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Kata konkret yang paling

banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce adalah perlambangan.

Penggunaan bahasa figuratif(majas) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka

Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Untuk memahami bahasa

figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair

baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari

metafora, simile, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari lambang

warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana. Kiasan(gaya bahasa)

yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adalah metafora.

Penggunaan versifikasi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Penggunaan versifikasi yang bervariasi

itu yaitu menggunakan rima berdasarkan bunyi ada dua jenis, yaitu bentuk intern pola

bunyi aliterasi di awal kata dan bentuk intern pola bunyi asonansi di akhir kata. Rima

yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adala rima patah. Selain penggunaan rima, puisi anak

dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227

sudah melakukan permainan bunyi melalui ritma. Ritma yang dihasilkan dalam

bentuk pengulangan kata atau kelompok kata atau pola-pola yang hampir sama.

Bentuk pengulangan tersebut yaitu bentuk repetisi dan bentuk paralelisme. Ritma

yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce adalah bentuk repetisi.

Penggunaan tipografi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta

karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Larik-larik puisi tidak membangun

periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula

dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.

Pemilihan tema dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri

Sandi Huizhce mengandung tema besar yaitu mengandung tema besar kehidupan

sosial. Seperti contoh mencerminkan kepedihan ketidakadilan dalam pemberian

hukuman. Secara khusus tema yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi

Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce yaitu kritik sosial.

Penggunaan perasaan(feeling) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon

Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Perasaan(feeling) beraneka ragam

mungkin perasaan sedih, kecewa, kemarahan, terharu, benci, rindu, cinta, kagum,

bahagia. Perasaan(feeling) yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai

Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce kemaraham dan kekecewaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

228

Penggunaan amanat pada kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya

Peri Sandi Huizhce sudah baik. Amanat yang ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai

Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, yaitu mengajak pembaca untuk

menghargai suatu keadilan, karena keadilan merupakan suatu hal yang berkaitan

dengan sikap dan tindakan hubungan antar manusia yang berisi tuntutan agar antar

sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum

terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain

sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya mengkaji struktur fisik dan struktur batin kumpulan Puisi

Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Diharapkan kepada

peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji struktur fisik dan struktur batin

kumpulan puisi esai lainnya.

2) Diharapkan kepada peneliti selanjunya dapat meneliti maupun mengembangkan

penelitian sejenis dengan menggunakan objek yang lebih baru. Hasil penelitian

ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi. Selain itu, nantinya

teori struktur fisik maupun struktur batin dapat semakin diperdalam.

3) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami isi puisi secara

mendalam. Dengan begitu tidak akan salah mengartikan maksud yang ingin

disampaikan oleh penulis puisi tersebut. Selain itu, pendalaman pengetahuan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

229

pembaca dalam bidang karya sastra, sehingga pembaca dapat memahami dan

mengapresiasikan karya sastra untuk memetik nilai-nilai yang terdapat di

dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fahlevi, Igbal. 2018. Analisisstruktur Fisik Dan Struktur Batin Puisi Senja Di
Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Skripsi. PBSI. Medan: Universitas
Muhammadiyah
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.
Hidayatullah, Syifa. 2018. Struktur Batin dan Batin Puisi Karya Anak Dalam
Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Skripsi. PBSI. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Uizche, Peri Sandi. 2013. Mata Luka Sengkon Karta: Kumpulan Puisi Esai. Jakarta:
PT. Jurnal Sajak Indonesia.
Jabrohim, Dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya
(Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyadi, dkk. 2019. Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method. Depok: Raja
Grafindo Persada
Moleong, Lexi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univesity Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, dan
Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius

230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

231

Saputra, Adven.2018. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu
Deadsquad Album Horror Vision Tahun 2009.Skripsi. PBSI. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Bandung: Pustaka Jaya.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Agustinus Pogang, lahir di Jambi pada tanggal 26 Agustus

1996. Penulis berasal dari Kelurahan Thehok, Kecamatan

Jambi Selatan, Jambi. Anak ketujuh dari Bapak Markus

Bele (Alm) dan Ibu Poniyem. Pendidikan tingkat sekolah

dasar di SDN 57 Jambi. Kemudian melanjutkan studinya di

SMP Xaverius 1 Jambi. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di SMA

Xaverius 2 Jambi. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, pada tahun

2014. Penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2020 dengan

menyelesaikan tugas akhir atau skripsi yang berjudul Analisis Struktur Fisik Dan

Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri

Sandi Huizhce.

232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

233

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Triangulasi Data
Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce”
Oleh : Agustinus Poga (141224041)
Pembimbing 1 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum
Pembimbing 2 : Septina Krismawati, S.S., M.A
Petunjuk Triangulasi:
1. Triangulator memberikan tanda centang (√) pada kolom Setuju/Tidak Setuju yang menggambarkan penilaian
Anda.
2. Berikan catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur fisik dan struktur
batin puisi
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.
Struktur Fisik Puisi Pengakuan Gunel Triangulator
No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
1. Bait ke-1 1) Pilihan kata /ABRI/ dimaksudkan
yang benar tapi disalahkan sebagai Angakatan Bersenjata √
aku salah tapi lolos dari hukum Republik Indonesia.
“woi ABRI…woi…Polisi… 2) Pilihan kata /lolos/ digunakan penulis
mata kalian mata picek! untuk menunjukkan seseorang lepas √

234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

235

sayalah pembunuh dan perampok yang dari hukuman.


sebenarnya 3) Pilihan kata /mata picek/ digunakan
mereka tak akan mengakui kesalahan penulis untuk menunjukkan seseorang
karena mereka tak melakukannya, yang buta.
kecuali kalian paksa dan siksa 4) Pilihan kata /ketololan dan
ketololan macam apa yang dilakukan hukum kegoblogan/ digunakan penulis untuk √
apakah tidak ada penyidikan kembali pada menunjukkan bahwa hukum itu sangat
kasus ini bodoh.
goblog benar hukum di negeri ini 5) Pilihan kata /todongkan pistol/
coba buka kain yang menutupi mata digunakan penulis menunjukan
keadilan mengarahkan pistol atau senjata ke
coba todongkan pistol dan senjata arah tubuhnya. √
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”

2. Bait ke-3 Pilihan kata /mendekam/ digunakan penulis


waktu malam kujadikan operasi untuk menunjukkan bersembunyi di sebuah
perampokan ruangan. √
waktu siang aku mendekam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

236

tinggal di penjara dengan ilmu yang


sempurna
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
3. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
yang benar tapi disalahkan untuk seakan-akan mendengar seseorang yang
aku salah tapi lolos dari hukum mengeluh kepada ABRI dan polisi.
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

237

keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Imaji Visual Deskrispsi
4. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
apakah tidak ada penyidikan kembali pada untuk seakan-akan melihat kegoblogan yang
kasus ini disertai ketololan hukum di negeri ini.
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
5. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
dua belas tahun penjara untuk seakan-akan melihat situasi dua belas
waktu yang sebentar tahun di penjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

238

aku aman di dalamnya

Kata Konkret Deskripsi


6. Bait ke-1 1) Penyair menggunakan kata lolos untuk √
yang benar tapi disalahkan mengonkretkan keadaan yang lepas
aku salah tapi lolos dari hukum dari hukuman.
“woi ABRI…woi…Polisi… 2) Penyair menggunakan kata ketololan √
mata kalian mata picek! dan kegoblogan untuk
sayalah pembunuh dan perampok yang mengongkretkan situasi hukum di
sebenarnya negeri ini.
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan
hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

239

keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”

7. Bait ke-3 Penyair menggunakan kata mendekam untuk √


waktu malam kujadikan operasi mengongkretkan sebuah keadaan di dalam
perampokan penjara.
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

240

Bahasa Figuratif (Majas)


Kiasan (Gaya Bahasa)
Sinekdoke Deskripsi
8. Bait ke-1 (sebagian menjelaskan Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang √
keseluruhan/ part pro toto) mengeluh terhadap hukum di negeri ini,
penyair menggunakan kata-kata seperti
yang benar tapi disalahkan ketololan dan kegoblogan.
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan
hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

241

goblog benar hukum di negeri ini


coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
9. Bait ke-3 (sebagian menjelaskan Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada √
keseluruhan/ part pro toto) waktu itu berada di dalam penjara, penyair
melukiskan dengan menggunakan kata-kata
waktu malam kujadikan operasi seperti mendekam.
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Perlambangan

Lambang Suasana Deskripsi


10. Bait ke-3 Untuk melambangkan suasana menyedihkan, √
waktu malam kujadikan operasi penyair menggunakan kata mendekam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

242

perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Versifikasi
Rima Deskripsi
11. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
12. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik kedelapan; √
apakah tidak ada penyidikan kembali pada /k/ pada kata kegoblogan dan ketololan.
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

243

ke kepala anak kalian


kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
13. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ √
waktu malam kujadikan operasi perampokan pada kata di dan dengan.
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
14. Bait ke-1 1) Asonansi di akhir kata pada larik √
coba buka kain yang menutupi mata pertama; /a/ pada buka dan mata.
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata ke kepala 2) Asonansi di akhir kata pada larik √

anak kalian kedua; /a/ pada coba, senjata dan

kegoblogan yang disertai ketololan kepala.

hanya akan menghasilkan pembusukan!”


15. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; √
dua belas tahun penjara /a/ pada dua dan penjara.
waktu yang sebentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

244

aku aman di dalamnya


16. Bait ke-3 1) Asonansi di akhir kata pada larik √
waktu malam kujadikan operasi perampokan kedua; /u/ pada waktu dan aku.
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang 2) Asonansi di akhir kata pada larik √
sempurna ketiga; /a/ pada penjara dan
sempurna.
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
17. Bait ke-2 √
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya Terdapat pengulangan kata waktu pada bait
18. Bait ke-3 ke-2 larik ke kedua dengan bait ke-3 larik
waktu malam kujadikan operasi pertama dan kedua.
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

245

19. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari 3 bait. √
“Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait. 1) Bait ke-1 terdiri dari enam belas larik;
Puisi tersebut terdiri dari 3 bait dan tiap bait larik pertama terdiri dari empat kata,
berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri larik kedua terdiri dari enam kata,
enam belas,tiga,dua dan satu . Larik dalam larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik
setiap bait saling berkaitan. keempat terdiri dari empat kata, larik
kelima terdiri dari enam kata, larik
keenam terdiri dari lima kata, larik
ketujuh terdiri dari empat kata, larik
kedelapan terdiri dari lima kata, larik
kesembilan terdiri dari enam kata,
larik kesepuluh terdiri dari delapan
kata, larik kesebelas terdiri dari enam
kata, larik kedua belas terdiri dari
delapan kata, larik ketiga belas terdiri
dari enam kata, larik ketiga belas
terdiri dari lima kata, larik keempat
belas terdiri dari empat kata, larik
kelima belas terdiri dari empat kata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

246

larik keenam belas terdiri dari empat


kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik √
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata

Struktur Batin Puisi Puisi Pengakuan Gunel


Tema
20. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara khusus √
puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait
menggambarkan tentang kritik sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang
kegagalan penegak keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi
integritas moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan
hukum.
Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

247

21. Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai √
kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.
Nada
22. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekesalan. Penyair mengingatkan pembaca untuk √
memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini. Hingga yang benar di dekatkan dengan
hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari hukum.
Amanat
23. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar pemerintah di √
negeri ini menindaklanjuti ketidakadilan dalam hukum. Karena tujuan adanya lembaga
peradilan sendiri untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.

Struktur Fisik Puisi Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang Trianggulator


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
24. Bait ke-1 Pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan √
aku seorang petani bojongsari penulis untuk menunjukkan seorang petani
menghidupi mimpi menghidupi dirinya dari menanam padi.
dari padi yang ditanam sendiri
25. Bait ke-2 Pilihan kata /kesederhanaan panutan hidup √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

248

kesederhanaan panutan hidup dapat untung/ digunakan penulis untuk


dapat untung menunjukkan bahwa dengan kehidupan yang
dilipat dan ditabung sederhana akan selalu diberkahi.
26. Bait ke-3 1) Pilihan kata /lambang garuda/ √
1974 tanah air yang kucinta digunakan penulis untuk menunjukkan
berumur dua puluh sembilan tahun lambang negara Indonesia
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah 2) Pilihan kata /dasarnya pancasila/ √
negara digunakan penulis untuk menunjukkan
lambang garuda ideologi negara Indonesia
dasarnya pancasila 3) Pilihan kata /undang-undang empat √
undang-undang empat lima lima/ digunakan penulis untuk
merajut banyak peristiwa menunjukkan hukum dasar tertulis.

27. Bait ke-4 1) Pilihan kata /peralihan kepemimpinan √


peralihan kepemimpinan yang mendesak yang mendesak/ digunakan penulis
bung karno diganti pak harto untuk menujukkan pergantian kepala
dengan dalih keamanan negara negara secara paksa yaitu bung karno
diganti pak harto.
2) Pilihan kata /dalih keamanan negara/
digunakan penulis untuk menunjukkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

249

pergantian kepemimpinan tersebut


dilandasi dengan alasan keamanan
negara.
28. Bait ke-5 Pilihan kata dalam/ pembantaian enam √
pembantaian enam jenderal satu perwira jenderal satu perwira/ digunakan penulis
enam jam dalam satu malam untuk menunjukkan suatu sejarah Indonesia
mati di lubang tak berguna yaitu peristiwa G30S
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
29. Bait ke-6 1) Pilihan kata /pemusnahan golongan √
pemusnahan golongan kiri kiri PKI wajib mati/ digunakan penulis
PKI wajib mati untuk menunjukkan suatu rencan
pemimpin otoriter untuk membunuh semua orang PKI
REPELITA 2) Pilihan /REPELITA/ digunakan √
rencana pembangunan lima tahun penulis untuk menunjukkan
bisa jadi membangun kembali Indonesia selama
rencana pembantaian lima tahun lima tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

250

30. Bait ke-7 1) Pilihan kata /di tahun-tahun √


di tahun-tahun berikutnya berikutnya, kudapati penembak
kudapati penembak misterius misterius/ digunakan penulis untuk
tak ada salah apalagi benar menunjukkan dalam situasi
tak ada hukum negara menegangkan.

31. Bait ke-8 1) Pilihan kata /pembantaian dimana- √


pembantaian dimana mana mana/ digunakan penulis untuk
diburu sampai got dor menunjukkan sebuah situasi suram
di mulut dor dan menegangkan.
di kepala 2) Pilihan kata /penguasa punya tahta √
diikat tali yang tidak ada bisa di ada-ada/
dikafani karung digunakan penulis untuk menunjukkan
penguasa punya tahta yang tidak ada suatu pandangan orang yang memiliki
bisa diada-ada harta lebih
32. Bait ke-9 Pilihan kata /banyak orang jadi rampok √
banyak orang jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara
pencopet, penipu, penjudi tuyul, ngepet saling bunuh/ digunakan penulis
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam
saling bunuh kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

251

atas dasar kebutuhan untuk makan


mencari suaka di tanah sendiri
33. Bait ke-10 Pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk √
kemana pemerintah? membangun kesulitan benih bagus/ digunakan
sibuk membangun kesulitan benih bagus penulis untuk mununjukkan bahwa dimana
pemerintah lupa dengan rakyatnya.
34. Bait ke-11 1) Pilihan kata /pemerintah dan rakyat √
pemerintah dan rakyat seperti air dan api/ digunakan penulis
seperti air dan api untuk menunjukkan sebuah situasi
saling memusnahkan meski berdampingan menegangkan antara pemerintah dan
berdampak bagi petani rakyat.
2) Pilihan kata /saling memusnakan
meskin berdampingan/ digunakan
penulis untuk menunjukkan saling
menjatuhkan.

35. Bait ke-12 Pilihan kata /1971 benih mulai √


1971 benih mulai dikomersialkan dikomersialkan/ digunakan penulis untuk
pupuk dan obat hama harganya tak menunjukkan situasi harga semakin mahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

252

sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
36. Bait ke-13 Pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada √
apalah daya uangpun tak ada padi jadi rusak/ digunakan penulis untuk
padi jadi rusak menunjukkan sebuah situasi suram dan
panen gagal menyedihkan.
hama berkeliaran seenaknya
37. Bait ke-14 Pilihan kata /musim paceklik mencekik/ √
bagi keluarga kami digunakan penulis untuk menunjukkan situasi
inilah musim paceklik menyedihkan
mencekik
38. Bait ke-15 Pilihan kata /berusaha mengenang setiap √
akulah sengkon yang sakit luka/ digunakan penulis untuk menunjukkan
berusaha mengenang setiap luka keadaan sekarat yang terabaikan.
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Pengimajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

253

Imaji Auditif Deskripsi


39. Bait ke-15 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
akulah sengkon yang sakit untuk seakan-akan mendengar suara batuk
berusaha mengenang setiap luka yang berlapis tuberculosis.
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Imaji Visual Deskripsi
40. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
aku seorang petani bojongsari untuk seakan-akan melihat seorang petani
menghidupi mimpi bojongsari dan padi.
dari padi yang ditanam sendiri
41. Bait ke-3 Penyair mengajak pembaca atau √
lambang garuda pendengar untuk seakan-akan melihat
dasarnya pancasila lambang garuda yaitu lambang negara
undang-undang empat lima Indonesia.
merajut banyak peristiwa
42. Bait ke-8 Penyair mengajak pembaca atau √
pembantaian dimana mana pendengar untuk seakan-akan melihat
diburu sampai got dor seseorang diikat tali dan dikafani karung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

254

di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
43. Bait ke-12 Penyair mengajak pembaca atau √
1971 benih mulai dikomersialkan pendengar untuk seakan-akan melihat pupuk
pupuk dan obat hama harganya tak dan obat hama yang dikomersialkan dan
sembarang memiliki harga yang tidak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Imaji Taktil Deskripsi
44. Bait ke-14 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
bagi keluarga kami untuk seakan-akan merasakan paceklik.
inilah musim paceklik
mencekik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

255

Kata Konkret Deskripsi


45. Bait ke-1 Penyair menggunakan kata menghidupi √
aku seorang petani bojongsari mimpi untuk mengkonkretkan sebuah
menghidupi mimpi kehidupan
dari padi yang ditanam sendiri
46. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata kesederhanaan √
kesederhanaan panutan hidup untuk mengkonkretkan sebuah kesederhanaan
dapat untung dalam hidup itu menjadi panutan semua
dilipat dan ditabung orang.
47. Bait ke-3 1) Penyair menggunakan kata dua puluh √
1974 tanah air yang kucinta sembilan tahun untuk
berumur dua puluh sembilan tahun mengkonkretkan sebuah umur negara
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah Indonesia pada tahun 1974.
negara 2) Penyair menggunakan kata lambang √
lambang garuda garuda dasarnya pancasila undang-
dasarnya pancasila undang empat lima untuk
undang-undang empat lima mengkonkretkan suatu negara
merajut banyak peristiwa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

256

48. Bait ke-4 Penyair menggunakan kata peralihan √


peralihan kepemimpinan yang mendesak kepemimpinan untuk mengkonkretkan
bung karno diganti pak harto sebuah pergantian kepemimpinan negara.
dengan dalih keamanan negara
49. Bait ke-5 Penyair menggunakan kata pembantaian √
pembantaian enam jenderal satu perwira enam jenderal satu perwira untuk
enam jam dalam satu malam mengkonkretkan sebuah peristiwa yang
mati di lubang tak berguna terjadi sudah lama terjadi.
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
50. Bait ke-6 1) Penyair menggunakan kata PKI wajib √
pemusnahan golongan kiri mati untuk mengkonkretkan kelompok
PKI wajib mati PKI diancam pada peristiwa di masa
pemimpin otoriter lalu.
REPELITA 2) Penyair menggunakan kata √
rencana pembangunan lima tahun REPELITA untuk mengkonkretkan
bisa jadi sebuah rencana pembangunan lima
rencana pembantaian lima tahun tahun itu bisa terjadi di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

257

51. Bait ke-7 Penyair menggunakan kata penembak √


di tahun-tahun berikutnya misterius untuk mengkonkretkan peristiwa-
kudapati penembak misterius peristiwa yang terjadi pada masa itu.
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
52. Bait ke-8 1) Penyair menggunakan kata √
pembantaian dimana mana pembantaian dimana-mana untuk
diburu sampai got dor mengkonkretkan sebuah peristiwa
di mulut dor penembakan masal yang dilakukan
di kepala pada saat itu.
diikat tali 2) Penyair menggunakan kata penguasa √
dikafani karung punya tahta untuk mengkonkretkan
penguasa punya tahta seseorang yang mempunyai kekuasaan
yang tidak ada atau kedudukan bisa melalukan
bisa diada-ada apapun.

53. Bait ke-9 Penyair menggunakan kata jadi rampok √


banyak orang jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan,
pencopet, penipu, penjudi pelihara tuyul, ngepet saling bunuh untuk
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet mengkonkretkan atas dasar kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

258

saling bunuh ekonomi.


atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
54. Bait ke-10 Penyair menggunakan kata kemana √
kemana pemerintah? pemerintah? untuk mengkonkretkan sebuah
sibuk membangun sindiran terhadap pemerintah yang sibuk
mengurus urusan lainnya.
55. Bait ke-11 1) Penyair menggunakan kata air dan √
pemerintah dan rakyat kopi untuk mengkonkretkan yaitu
seperti air dan api saling berkaitan.
saling memusnahkan meski berdampingan 2) Penyair menggunakan kata saling √
berdampak bagi petani! memusnahkan untuk
mengkonkretkan sebuah kebencian.
56. Bait ke-12 Penyair menggunakan dikomersialkan untuk √
1971 benih mulai dikomersialkan mengkonkretkan ketika memperdagangkan
pupuk dan obat hama harganya tak barang dengan harga yang tidak sesuai demi
sembarang mendapat keuntungan lebih.
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

259

kesulitan benih bagus


57. Bait ke-13 Penyair menggunakan kata panen gagal √
apalah daya uangpun tak ada untuk mengkonkretkan sebuah kegagalan.
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
58. Bait ke-14 Penyair menggunakan kata paceklik √
bagi keluarga kami mencekik untuk mengkonkretkan sebuah
inilah musim paceklik musim kekurangan dalam aspek ekonomi.
mencekik
59. Bait ke 15 Penyair menggunakan kata tuberculosis √
akulah sengkon yang sakit untuk mengkonkretkan sebuah penyakit
berusaha mengenang setiap luka infeksi yang disebabkan oleh
di dada, di punggung, di kaki bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
di batuk yang berlapis tuberculosis ini paling sering menyerang paru-paru
walaupun pada sepertiga kasus menyerang
organ tubuh lain dan ditularkan orang ke
orang.
Bahasa Figuratif (Majas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

260

Kiasan (Gaya Bahasa)


Metafora Deskripsi
60. Bait ke-1 1) Pada kata menghidupi mimpi √
aku seorang petani bojongsari diartikan sebagai sesuatu yang terlihat
menghidupi mimpi dalam tidur dan berangan-angan.
dari padi yang ditanam sendiri 2) Pada kata dari padi yang ditanam
sendiri diartikan sebagai sesuatu yang
menghidupi untuk kemudian hari.
61. Bait ke-3 Pada kata lambang garuda diartikan sebagai √
1974 tanah air yang kucinta sesuatu yang melambangkan dasar negara
berumur dua puluh sembilan tahun Indonesia.
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

261

62. Bait ke-1 Untuk melambangkan kehidupan yang begitu √


aku seorang petani bojongsari berat, penyair menggunakan kata petani dan
menghidupi mimpi padi.
dari padi yang ditanam sendiri
63. Bait ke-8 Untuk melambangkan kekerasan atau √
pembantaian dimana mana kejahatan, penyair menggunakan kata tali dan
diburu sampai got dor karung
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
64. Bait ke-12 Untuk melambangkan kenaikan harga bahan √
1971 benih mulai dikomersialkan pembasmi, penyair menggunakan kata pupuk
pupuk dan obat hama harganya tak dan obat hama.
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

262

teknologi ikut-ikutan membebani


kesulitan benih bagus
Versifikasi
Rima Deskripsi
65. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
66. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /u/-/u/-u/. √
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
67. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/- √
1974 tanah air yang kucinta /a/-/a/-/a/-/a/.
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

263

undang-undang empat lima


merajut banyak peristiwa
68. Bait ke-5 Rima yang sering muncul /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/- √
pembantaian enam jenderal satu perwira /ia/.
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
69. Bait ke-7 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/. √
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
70. Bait ke-11 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a-/i/. √
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

264

71. Bait ke-13 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √


apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
72. Bait ke-14 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
73. Bait ke-15 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/i/-/i/ √
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
74. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ √
aku seorang petani bojongsari pada kata dari dan ditanam.
menghidupi mimpi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

265

dari padi yang ditanam sendiri


75. Bait ke-2 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ √
kesederhanaan panutan hidup pada kata dilipat dan ditabung.
dapat untung
dilipat dan ditabung
76. Bait ke-9 1) Aliterasi di awal kata pada larik √
banyak orang jadi rampok kedua; /p/ pada kata pencopet, penipu
pencopet, penipu, penjudi dan penjudi.
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet 2) Aliterasi di awal kata pada larik √
saling bunuh ketiga; /p/ pada kata pesugihan dan
atas dasar kebutuhan untuk makan pelihara.
mencari suaka di tanah sendiri
77. Bait ke-11 1) Aliterasi di awal kata pada larik √
pemerintah dan rakyat ketiga; /n/ pada kata memusnahkan
seperti air dan api dan berdampingan.
saling memusnahkan meski berdampingan 2) Aliterasi di awal kata pada larik
berdampak bagi petani! keempat; /b/ pada kata berdampak dan
bagi.
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

266

78. Bait ke-1 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
aku seorang petani bojongsari pada kata petani dan bojongsari.
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
79. Bait ke-3 1) Asonansi di akhir kata pada larik √
peralihan kepemimpinan yang mendesak kedua; /o/ pada kata karno dan harto.
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara

80. Bait ke-5 1) Asonansi di akhir kata pada larik √


pembantaian enam jenderal satu perwira ketiga; /i/ pada kata mati dan di.
enam jam dalam satu malam 2) Asonansi di akhir kata pada larik √
mati di lubang tak berguna keempat; /a/ pada kata ada dan
tak ada dalam perang mahabarata mahabarata.
bahkan di sejarah dunia 3) Asonansi di akhir kata pada larik √
hanya di sejarah Indonesia keenam; /a/ pada kata hanya dan
Indonesia.

81. Bait ke-11 1) Asonansi di akhir kata pada larik √


pemerintah dan rakyat kedua; /i/ pada kata seperti dan api.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

267

seperti air dan api 2) Asonansi di akhir kata pada larik √


saling memusnahkan meski berdampingan keempat; /i/ pada kata bagi dan petani.
berdampak bagi petani!
82. Bait ke-13 1) Asonansi di akhir kata pada larik √
apalah daya uangpun tak ada pertama; /a/ pada kata daya dan ada.
padi jadi rusak 2) Asonansi di akhir kata pada larik √
panen gagal keempat; /a/ pada kata hama dan
hama berkeliaran seenaknya seenaknya.
83. Bait ke-14 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
bagi keluarga kami pada kata bagi dan kami.
inilah musim paceklik
mencekik
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
84. Bait ke-10 Terdapat pengulangan kata pemerintah pada √
kemana pemerintah? bait ke-10 larik kedua; bait ke-11 larik
sibuk membangun pertama.
85. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

268

saling memusnahkan meski berdampingan


berdampak bagi petani
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
86. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari limabelas bait. √
“Terengah-Engah dalam Tabung dan 1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
Selang” berbentuk bait-bait. Jumlah bait pertama terdiri dari empat kata, larik
yang dimiliki adalah lima belas bait. Tiap kedua terdiri dari dua kata, dan larik
bait berisi larik yang bervariasi, ada yang ketiga terdiri lima kata.
sepuluh, delapan, tujuh, enam dan paling 2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik √
sedikit dua larik. Larik dalam satu bait pertama terdiri dari tiga kata, larik
saing berkaitan satu sama lain. kedua terdiri dari dua kata, dan larik
ketiga terdiri tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik √
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima
terdiri dari dua kata, larik keenam
terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

269

ke-4 terdiri dari tiga larik; larik


pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima
terdiri dari dua kata, larik keenam
terdiri dari tiga kata, larik ketujuh
terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, dan larik
ketiga terdiri empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik √
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri lima kata, larik keempat
terdiri dari lima kata, larik kelima
terdiri dari lima kata, larik keenam
terdiri dari empat kata, larik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

270

6) Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik √


pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari satu kata, larik kelima
terdiri dari lima kata, larik keenam
terdiri dari dua kata, lari, larik ketujuh
terdiri dari lima kata.
7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik √
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri lima kata, larik keempat
terdiri dari lima kata..
8) Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik; √
larik pertama terdiri dari tiga kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri tiga kata, larik
keempat terdiri dari dua kata, larik
kelima terdiri dari dua kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

271

keenam terdiri dari dua kata, lari,


larik ketujuh terdiri dari tiga kata,
larik kedelapan terdiri dari tiga kata,
larik kesembilan terdiri dari dua kata.
9) Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari dua kata, larik
kelima terdiri dari lima kata, larik
keenam terdiri dari empat kata.
10) Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari dua kata.
11) Bait ke-11 terdiri dari empat larik; √
larik pertama terdiri dari tiga kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

272

kelima terdiri dari tiga kata.


12) Bait ke-12 terdiri dari lima larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tujuh kata, larik
ketiga terdiri enam kata, larik keempat
terdiri dari tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata.
13) Bait ke-13 terdiri dari empat larik; √
larik pertama terdiri dari lima kata,
larik kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari tiga kata.
14) Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik √
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri satu kata.
15) Bait ke-15 terdiri dari empat larik; √
larik pertama terdiri dari empat kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

273

larik ketiga terdiri enam kata, larik


keempat terdiri dari lima kata.
Struktur Batin Puisi Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang
Tema
87. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema yaknik kritik √
sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa saat ini banyak sekali kesalahan-
kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya. Sehingga kita sebagai rakyat
merasa tidak nyaman dalam hidup bernegara.
Perasaan
88. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis mengungkapkan rasa √
kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi yang bercerita
pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya sengsara.
Nada
89. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini dalam puisi √
tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya.
Amanat
90. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai rakyat √
yang harus saling bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita
dibodohi oleh pemerintah yang nantinya memecah belah kita sebagai manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

274

Struktur Fisik Puisi Hari Pertama di Tahun yang Lama Triangulator


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
91. Bait ke-1 1) Pilihan kata /semua orang berilmu √
Dibebaskan datang kerumah/ digunakan penulis
untuk menunjukkan orang-orang yang
seluruh indonesia tahu mempunyai intelektual.
2) Pilihan kata /rumah seperti bunga √
majalah ingin memuat berita kesalahan
mekar/ digunakan penulis untuk
negara
menunjukkan sesuatu yang sedang
semua orang berilmu datang ke rumah berkembang.
3) Pilihan kata /tawon/ digunakan penulis √
rumah seperti bunga mekar untuk menunjukkan sebuah serangan.

diburu tawon

92. Bait ke-2 Pilihan kata /hanya menambah luka/ √


tanya ini-itu digunakan penulis untuk menunjukkan
sesuatu masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

275

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

93. Bait ke-3 Pilihan kata /keadilan mesti keluar dari dalam √
keadilan bukan untuk diperdebatkan hati/ digunakan penulis untuk menunjukkan
sebuah pengungkapan seseorang tentang
keadilan mesti keluar dari dalam hati
keadilan.
untuk menghargai diri

94. Bait ke-4 1) Pilihan kata /pasal yang rumit dan √


bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sebuah ketidakpastian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

276

berbelit-belit 2) Pilihan kata /para ahli hukum/ √


digunakan penulis untuk menunjukkan
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
seseorang yang banyak dianggap
sebagai sumber terpercaya.

Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
95. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
untuk seakan-akan melihat semua orang
Dibebaskan
berilmu datang ke rumah, rumah seperti
bunga mekar dan diburu tawon.
seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan


negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Imaji Taktil Deskripsi


96. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca tau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

277

tanya ini-itu untuk seakan-akan merasakan luka.


menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Kata Konkret Deskripsi
97. Bait ke-1 1) Penyair menggunakan kata semua √
Dibebaskan orang berilmu datang ke rumah
untuk mengkonkretkan suatu orang-
seluruh indonesia tahu
orang yang mempunyai intelektual
majalah ingin memuat berita kesalahan yang tinggi.
negara
2) Penyair menggunakan kata rumah √
semua orang berilmu datang ke rumah seperti bunga mekar untuk

rumah seperti bunga mekar mengkonkretkan suatu perkembangan


yang telah terjadi.
diburu tawon
3) Penyair menggunakan kata diburu √
tawon untuk mengkonkretkan sebuah
serangan.

98. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata hanya menambah √


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

278

tanya ini-itu luka untuk mengkonkretkan sebuah


kesedihan
menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

99. Bait ke-3 Penyair menggunakan kata keadilan mesti √


keadilan bukan untuk diperdebatkan keluar dari dalam hati untuk
mengkonkretkan sebuah pengungkapan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
seseorang tentang keadilan.
untuk menghargai diri

100. Bait ke-4 Penyair menggunakan kata bukan dijadikan √


pasal yang rumit dan berbelit-belit untuk
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
mengkonkretkan sebuah peraturan undang-
berbelit-belit
undang yang dibuat membingungkan.
hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Bahasa Figuratif (Majas)


Kiasan (Gaya Bahasa)
Simile Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

279

101. Bait ke-1 Pada kata rumah seperti bunga mekar √


Dibebaskan menjelaskan suatu proses yang perkembangan
yang terjadi
seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan


negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Metafora Deskripsi
102. Bait ke-1 Pada kata semua orang berilmu datang √
Dibebaskan kerumah diartikan sebagai seseorang yang
memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan
seluruh indonesia tahu
atau kepandaian.
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

280

diburu tawon

103. Bait ke-2 Pada kata menambah luka diartikan sebagai √


tanya ini-itu seseorang yang tersakiti.

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
104. Bait ke-1 1. Untuk melambangkan perkembangan, √
Dibebaskan penyair menggunakan kata rumah
seperti bunga mekar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

281

seluruh indonesia tahu 2. Untuk melambangkan serangan atau √


peperangan, penyair menggunakan
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara diburu tawon.

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

Lambang Suasana Deskripsi


105. Bait ke-2 Untuk melambangkan suasana sedih , penyair √
tanya ini-itu menggunakan kata luka.

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

Versifikasi
Rima Deskripsi
106. Bait ke-2 Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/- √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

282

tanya ini-itu /u/-/a/-/a/-/a/.

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

107. Bait ke-3 Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/- √
keadilan bukan untuk diperdebatkan /i/-/i/.

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

108. Bait ke-4 Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/- √
bukan dijadikan pasal yang rumit dan /u/.
berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Bentuk Intern Pola Bunyi


Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
109. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

283

Dibebaskan pada kata majalah dan memuat.

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan


negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

110. Bait ke-2 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /i/ √
tanya ini-itu pada kata itu dan ini.

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

111. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ √
keadilan bukan untuk diperdebatkan pada kata keadilan dan keluar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

284

keadilan mesti keluar dari dalam hati

untuk menghargai diri

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi


112. Bait ke-1 Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ √
Dibebaskan pada kata berita dan negara.

seluruh indonesia tahu

majalah ingin memuat berita kesalahan


negara

semua orang berilmu datang ke rumah

rumah seperti bunga mekar

diburu tawon

113. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √
tanya ini-itu pada kata hanya dan luka.

menyarankan ini-itu

padahal aku ingin damai sejahtera


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

285

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

114. Bait ke-3 1) Asonansi di akhir kata pada larik √


keadilan bukan untuk diperdebatkan kedua; /i/ pada kata mesti, dari dan
hati.
keadilan mesti keluar dari dalam hati
2) Asonansi di akhir kata pada larik √
untuk menghargai diri
ketiga; /i/ pada kata menghargai dan
diri.

115. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ √
bukan dijadikan pasal yang rumit dan pada kata dimengerti dan ahli.
berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi


116. Bait ke-2 Terdapat pengulangan kata hanya, pada bait √
tanya ini-itu ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.

menyarankan ini-itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

286

padahal aku ingin damai sejahtera

tak perlu dibesar-besarkan

hanya menambah luka

117. Bait ke-4


bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit

hanya dimengerti oleh para ahli hukum

Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi


118. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari empat bait. √
“Hari Pertama di Tahun yang Lama” 1) Bait ke-1 terdiri dari enam larik; larik
berbentuk bait-bait. Puisi tersebut terdiri pertama terdiri dari satu kata, larik
dari 4 bait dan tiap bait berisi larik yang kedua terdiri dari tiga kata, larik
bervariasi, ada yang terdiri enam, lima, ketiga terdiri dari enam kata, larik
empat, tiga,dua dan satu . Larik dalam keempat terdiri dari enam kata, larik
setiap bait saling berkaitan. kelima terdiri dari empat kata, larik
keenam terdiri dari dua kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

287

2) Bait ke-2 terdiri dari lima larik; larik √


pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata, larik
keempat terdiri dari tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari tujuh kata, larik
kedua terdiri dari enam kata.

Struktur Batin Hari Pertama di Tahun yang Lama


Tema
119. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema yaknik kritik sosial. √
Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa ketidakadilan dalam mengatur undang-
undang yang dibuat negara. Hukum adalah memberikan keadilan kepada setiap orang.
Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

288

120. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan rasa √
kekecewaan dan kemarahan karena dalam puisi tersebut bercerita tentang ketidakadilan itu
hanya menambah luka.
Nada
121. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekesalan dan kemarahan. √
Penulis mengajak pembaca untuk memahami keadilan-keadilan yang sesungguhnya.
Amanat
122. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu seluruh rakyat √
Indonesia berhak mendapat keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat,
rakyat kecil, orang atau miskin.

Struktur Fisik Puisi Mengadukan Gugatan Triangulator


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
123. Bait ke-1 Pilihan kata /semua orang merongrong/ √
semua orang merongrong digunakan untuk menunjukkan orang yang
saling menjatuhkan.
uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

289

kemenangan

124. Bait ke-2 Pilihan kata /UUD: ujung-ujungnya duit/ √


keadilan sekali lagi berujung pada uang digunakan untuk menunjukkan semua
membutuhkan uang.
UUD: ujung-ujungnya duit

125. Bait ke-3 Plihan kata /mengupas/ digunakan untuk √


majalah mengupas berita salah tangkap menunjukkan sebuah tindakan.

beritanya meledak seindonesia

126. Bait ke-4 Pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan √


apalah artinya berita untuk menunjukkan sebuah pengungkapan.

jika tak mengubah apa-apa

127. Bait ke-5 Pilihan kata /hanya mennguntungkan √


berita penerbitnya/ digunakan untuk sindiran.

hanya menguntungkan penerbitnya

Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
128. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

290

semua orang merongrong untuk seakan-akan melihat semua orang


merongrong.
uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan


kemenangan
Imaji Auditif Deskripsi
129. Bait ke-5 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
berita untuk seakan-akan melihat berita.

hanya menguntungkan penerbitnya


Imaji Taktil Deskripsi
130. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
semua orang merongrong untuk seakan-akan merasakan merongrong.

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan


kemenangan
Kata Konkret Deskripsi
131. Bait ke-1 1) Penyair menggunakan kata √
semua orang merongrong merongrong untuk mengkonkretkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

291

uang dikedepankan sebagai gugatan sebuah tindakan seseorang.


2) Penyair menggunakan kata gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan untuk mengkonkretkan sebuah
tuntutan.
132. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata UUD: ujung- √
keadilan sekali lagi berujung pada uang ujungnya duit untuk mengkonkretkan sebuah
keadilan yang didasari oleh uang.
UUD: ujung-ujungnya duit

133. Bait ke-3 1) Penyair menggunakan kata mengupas √


majalah mengupas berita salah tangkap berita untuk mengkonkretkan sebuah
peristiwa yang telah dianalisis.
beritanya meledak seindonesia
2) Penyair menggunakan kata meledak √
seindonesia untun mengkonkretkan
sebuah peristiwa yang mengalami
perpecahan.
134. Bait ke-4 Penyair menggunakan kata tak mengubah √
apalah artinya berita apa-apa untuk mengkonkretkan sebuah
peristiwa yang tidak terjadi apa-apa.
jika tak mengubah apa-apa

Bahasa Figuratif (Majas)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

292

Kiasa (Gaya Bahasa)


Metafora Deskripsi
135. Bait ke-1 Pada kata semua orang merongrong √
semua orang merongrong diartikan sebagai sesuatu tindakan yang
merugikan orang lain.
uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan


kemenangan

136. Bait ke-3 Pada kata beritanya meledak seindonesia √


majalah mengupas berita salah tangkap diartikan sebagai suatu berita yang beredar
dimana-mana.
beritanya meledak seindonesia

Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
137. Bait ke-2 Untuk melambangkan keadilan, penyair √
keadilan sekali lagi berujung pada uang menggunakan kata uang atau duit.

UUD: ujung-ujungnya duit

Versifikasi
Rima Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

293

138. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /o/-/a/-/a/. √


semua orang merongrong

uang dikedepankan sebagai gugatan

nyatanya ditolak tak menghasilkan


kemenangan

139. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/. √


keadilan sekali lagi berujung pada uang

UUD: ujung-ujungnya duit

140. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/ia/. √


majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

141. Bait ke-4 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √


apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa

142. Bait ke-5 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √


berita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

294

hanya menguntungkan penerbitnya

Bentuk Intern Pola Bunyi


Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
143. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
pada kata majalah dan mengupas.
majalah mengupas berita salah tangkap

beritanya meledak seindonesia

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi


144. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
keadilan sekali lagi berujung pada uang pada kata sekali dan lagi.

UUD: ujung-ujungnya duit

145. Bait ke-3 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
majalah mengupas berita salah tangkap pada kata beritanya dan seindonesia.

beritanya meledak seindonesia

146. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ √
apalah artinya berita pada kata artinya dan berita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

295

jika tak mengubah apa-apa

147. Bait ke-5 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
berita pada kata hanya dan penerbitnya.

hanya menguntungkan penerbitnya

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi


148. Bait ke-3 Terdapat pengulangan kata berita pada bait √
majalah mengupas berita salah tangkap ke-3 larik pertama, bait ke-4 larik pertama
dan bait ke-5 larik pertama.
beritanya meledak seindonesia
149. Bait ke-4
apalah artinya berita

jika tak mengubah apa-apa


150. Bait ke-5
berita

hanya menguntungkan penerbitnya


Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
151. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari lima bait. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

296

“Mengadukan Gugatan” berbentuk bait- 1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan pertama terdiri dari tiga kata, larik
tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada kedua terdiri dari empat kata, larik
yang terdiri tiga, dua, dan satu. Larik ketiga terdiri dari limat kata.
dalam setiap bait saling berkaitan. 2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari enam kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik √
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
Struktur Batin Puisi Mengadukan Gugatan
Tema
152. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui puisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

297

ini, penulis memaparkan bahwa keadilan berujung pada uang. Sehingga keadilan bisa dibeli
dengan uang.
Perasaan
153. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengungkapkan rasa kecewa. Perasaan itu terbukti √
dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang dikedepankan sebagai gugatan. Uang
adalah segalanya dalam keadilan.
Nada
154. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” bernada kesedihan dan kekecewaan yang berbaur √
menjadi satu. Penulis mengajak pembaca untuk memahami penderitaan dan kesedihan yang
dirasakan orang-orang yang mengalami ketidakadilan.
Amanat
155. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu suatu keadilan √
bukanlah tempat untu menghasilkan uang. Melainkan keadilan adalah suatu hal yang
berkaitan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi tuntutan
agar antar sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

Struktur Fisik Puisi Serupa Maskumambang Triangalutor


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

298

156. Bait ke-1 1) Pilihan kata /pupuh/ digunakan untuk √


pupuh mengantarkan wejangan hidup menunjukkan sebuah banyaknya suku
kata dalam bait.
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
2) Pilihan kata /wejangan hidup/ √
digunakan untuk menunjukkan untuk
hidup yang lebih baik.
3) Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/ √
digunakan untuk menunjukkan
kehidupan manusia yang sendiri.

157. Bait ke-2 1) Pilihan kata /kecapi membalut nyeri/ √


pupuh dan kecapi membalut nyeri digunakan untuk menunjukkan
kesedihan.
menyatu dalam suara genting
2) Pilihan kata /suara genting/ digunakan √
untuk menunjukkan kehidupan yang
berbahaya.

158. Bait ke-3 1) Pilihan kata /kodrat hewani/ √


manusia memiliki akal dan budi digunakan untuk menunjukkan
kekuasaan yang diberikan Tuhan.
didampingi kodrat hewani
2) Pilihan kata /jalan ilahi/ digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

299

mencapai jalan ilahi untuk menunjukkan hal-hal yang


berhubungan dengan Tuhan.

159. Bait ke-4 1) Pilihan kata /maskumambang/ √


inilah maskumambang yang melayang digunakan untuk menunjukkan sebuah
kehidupan yang memprihatinkan.
menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana 2) Pilihan kata /menembus dunia fana √


dan abadi/ digunakan untuk
dan abadi
menunjukkan kehidupan yang hilang
dan tidak kekal.

160. Bait ke-5 Pilihan kata /menganga/ digunakan untuk √


terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka menunjukkan keadaan yang dilakukan oleh
sifat manusia
menganga akibat ulah manusia

161. Bait ke-6 Pilihan kata /tuhan yang menentukan √


akhirnya/ digunakan untuk menunjukkan
manusia yang menjalankan cerita
semua perilaku yang dilakukan oleh manusia
tuhan yang menentukan akhirnya akan ditentukan oleh Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

300

Imaji Auditif Deskripsi


162. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
pupuh mengantarkan wejangan hidup untuk seakan-akan mendengar kecapi dalam
suara sunyi.
kecapi dalam suara sunyi menyendiri

163. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √


pupuh dan kecapi membalut nyeri untuk seakan-akan mendengar suara genting.

menyatu dalam suara genting


Imaji Visual Deskripsi
164. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
pupuh dan kecapi membalut nyeri untuk seakan-akan melihat kecapi.

menyatu dalam suara genting


165. Bait ke-5 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka untuk seakan-akan melihat menganga akibat
ulah manusia.
menganga akibat ulah manusia

Imaji Taktil Deskripsi


166. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

301

pupuh dan kecapi membalut nyeri untuk seakan-akan merasakan nyeri.

menyatu dalam suara genting

167. Bait ke-4 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √


inilah maskumambang yang melayang untuk seakan-akan merasakan sanubari.

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

168. Bait ke-5 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √


terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka untuk seakan-akan merasakan terluka,
melukai, dilukai, dan luka-luka.
menganga akibat ulah manusia

Kata Konkret Deskrispi


169. Bait ke-1 1) Penyair menggunakan kata √
pupuh mengantarkan wejangan hidup mengantarkan wejangan hidup untuk
mengkonkretkan menghantarkan
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
kehidupan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

302

2) Penyair menggunakan kata suara √


sunyi menyendiri untuk
mengkonkretkan suatu kehidupan
yang mandiri.
170. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata membalut nyeri √
pupuh dan kecapi membalut nyeri untuk mengkonkretkan sesuatu luka dan
kesedihan.
menyatu dalam suara genting

171. Bait ke-3 1) Penyair menggunakan kata √


manusia memiliki akal dan budi didampingi kodrat hewani untuk
mengkonkretkan sesuatu hukum alam.
didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi 2) Penyair menggunakan kata mencapai
jalan ilahi untuk mengkonkretkan
sesuatu diberikan oleh kekuasaan
Tuhan.
172. Bait ke-4 1. Penyair menggunakan kata √
inilah maskumambang yang melayang menyelinap ke dasar sanubari untuk
mengkonkretkan sesuatu perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

303

menyelinap ke dasar sanubari batin manusia.

menembus dunia fana

dan abadi
2. Penyair menggunakan kata menembus √
duni fana dan abadi untuk
mengkonkretkan sesuatu alam tempat
tinggal manusia yang masih hidup dan
tidak kekal.

173. Bait ke-5 Penyair menggunakan kata terluka, melukai, √


terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka dilukai, dan luka-luka untuk
mengkonkretkan sesuatu kepedihan dan
menganga akibat ulah manusia
kesedihan yang dialami manusia.
174. Bait ke-6 Penyair menggunakan kata Tuhan yang √
manusia yang menjalankan cerita menentukan akhirnya untuk
mengkonkretkan manusia harus berserah
tuhan yang menentukan akhirnya
kepada Tuhan, karena Tuhanlah Maha segala-
Nya.
Bahasa Figuratif (Majas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

304

Kiasan (Gaya Bahasa)


Metafora Deskripsi
175. Bait ke-1 Pada kata kecapi dalam suara sunyi √
pupuh mengantarkan wejangan hidup menyendiri diartikan sebagai sesuatu alat
musik yang memberikan ketenangan dalam
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
menyendiri.
176. Bait ke-2 Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan √
pupuh dan kecapi membalut nyeri sebagai sesuatu kepedihan yang dirasakan
manusia.
menyatu dalam suara genting

177. Bait ke-3 Pada kata menembus dunia fana dan abadi √
inilah maskumambang yang melayang diartikan sebagai tempat tinggal manusia
yang masih hidup dan tidak kekal.
menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
178. Bait ke-1 Untuk melambangkan alat musik dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

305

pupuh mengantarkan wejangan hidup kesendirian seseorang, penyair menggunakan


kata kecapi.
kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Lambang Suasana Deskripsi


179. Bait ke-1 Untuk melambangkan hening, penyair √
menggunakan kata sunyi.
pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Versifikasi
Rima Deskripsi
180. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. √
pupuh mengantarkan wejangan hidup

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

181. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. √


pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting

182. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

306

manusia memiliki akal dan budi

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

183. Bait ke-4 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. √


inilah maskumambang yang melayang

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

184. Bait ke-5 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √


terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka

menganga akibat ulah manusia

185. Bait ke-6 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √


manusia yang menjalankan cerita

tuhan yang menentukan akhirnya

Bentuk Intern Pola Bunyi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

307

Aliterasi di Awal Kata Deskripsi


186. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/ √
pupuh mengantarkan wejangan hidup pada kata suara dan sunyi.

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

187. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
manusia memiliki akal dan budi pada kata manusia dan memiliki.

didampingi kodrat hewani

mencapai jalan ilahi

188. Bait ke-4 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
inilah maskumambang yang melayang pada kata maskumambang dan melayang.

menyelinap ke dasar sanubari

menembus dunia fana

dan abadi

189. Bait ke-5 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka pada kata menganga dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

308

menganga akibat ulah manusia

190. Bait ke-6 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ √
manusia yang menjalankan cerita pada kata manusia dan menjalankan.

tuhan yang menentukan akhirnya

Asonansi di Akhir Kata Deskripsi


191. Bait ke-1 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ √
pupuh mengantarkan wejangan hidup pada kata kecapi, sunyi dan menyendiri.

kecapi dalam suara sunyi menyendiri

192. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
pupuh dan kecapi membalut nyeri pada kata kecapi dan nyeri.

menyatu dalam suara genting

193. Bait ke-3 1) Asonansi di akhir kata pada larik √


manusia memiliki akal dan budi pertama /i/ pada kata memiliki dan
budi.
didampingi kodrat hewani
2) Asonansi di akhir kata pada larik √
mencapai jalan ilahi kedua; /i/ pada kata didampingi dan
hewani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

309

3) Asonansi di akhir kata pada larik √


ketiga; /i/ pada kata mencapai dan
ilahi.

194. Bait ke-5 1) Asonansi di akhir kata pada larik √


terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka pertama; /a/ dan /i/ pada kata terluka,
melukai, dilukai dan luka-luka.
menganga akibat ulah manusia
2) Asonansi di akhir kata pada larik √
kedua; /a/ pada kata menganga dan
manusia.
195. Bait ke-6 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ √
manusia yang menjalankan cerita pada kata manusia dan cerita.

tuhan yang menentukan akhirnya

Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi


196. Bait ke-1 Terdapat pengulangan kata pupuh pada bait √
pupuh mengantarkan wejangan hidup ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik
pertama.
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
197. Bait ke-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

310

pupuh dan kecapi membalut nyeri

menyatu dalam suara genting


Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
198. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari enam bait. √
“Serupa Maskumambang” berbentuk bait- 1) Bait ke-1 terdiri dari dua larik; larik
bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan pertama terdiri dari empat kata, larik
tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada kedua terdiri dari lima kata.
yang terdiri empat, tiga, dua, dan satu. 2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik √
Larik dalam setiap bait saling berkaitan. pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata, larik
keempat terdiri dari dua kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

311

5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik √


pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.

6) Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
Struktur Batin Puisi Serupa Maskumambang
Tema
199. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial. √
Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain
sebagainya sedang menjadi sorotan.
Perasaan
200. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengungkapkan rasa keprihatinan dan kesedihan √
dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi negara Indonesia pada saat ini.
Keadilan berujung pada pada uang dan semua saling menguntungkan.
Nada
201. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak pembaca √
untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia.
Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

312

202. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu sebagai manusia yang √
bernegara kita harus orang berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang
Indonesia tidak mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan.

Struktur Fisik Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi Triangulator


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
203. Bait ke-1 Pilihan kata /itulah falsafah hidup dalam √
siapa yang kuat, dia berkuasa penjara/ digunakan penulis untuk
siapa yang dekat dengan aparat menunjukkan keadaan seseorang hidup di
memperoleh perlakuan istimewa dalam penjara.
itulah falsafah hidup dalam penjara
204. Bait ke-2 1) Pilihan kata /bagai sampah/ √
orang-orang yang melanggar hukum digunakan penulis untuk menunjukkan
bagai sampah sesuatu yang hina.
sebagian yang lain dimanfaatkan 2) Pilihan kata /penjara untuk membuat √
bahkan kalau bisa diuangkan
jera/ digunakan penulis untuk
penjara untuk membuat jera
menunjukkan keadaan menyesal yang
nyatanya alat pencari keuntungan semata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

313

dirasakan.

205. Bait ke-3 Pilihan kata /pakan untuk hewan serupa √


jam makan tiba anjing/ digunakan penulis untuk
jam keluhan narapidana menunjukkan sesuatu makan yang hewan
makanan yang kami makan yang diberikan kepada manusia.
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
206. Bait ke-4 1) Pilihan kata /dengan gaplek, goreng √
sengkon karta sudah terbiasa gadung, kulit singkong/ digunakan
dengan gaplek, goreng gadung, kulit penulis untuk menunjukkan bahan
singkong makan yang berasal dari umbi-
jantung cau bahkan bodogol nya kami umbian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

314

makan 2) Pilihan kata /jantung cau bahkan √


karena kami dilahirkan miskin bodogol nya kami makan/ digunakan
penulis untuk menunjukkan suatu
bagian dalam pohong pisang.
207. Bait ke-5 Pilihan kata / kami hitung setiap batang besi √
kami hitung setiap batang besi di kamar di kamar/ digunakan penulis untuk
kami hitung pergantian orang menunjukkan suatu kegelisahan yang akan
menghitung perkiraan jarak dari sel ke selalu dirasakan.
rumah
208. Bait ke-6 1) Pilihan kata /ada kerinduan yang √
ada kerinduan yang menjerit menjerit/ digunakan penulis untuk
pada suara pintu tertutup menunjukkan sesuatu kerinduan yang
ada bisikan anak-anak kami mendalam.
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh 2) Pilihan kata / ada berjuta-juta bintang √
ada berjuta-juta bintang di luar jendela di luar jendela kecil/ digunakan
kecil berkedip penulis untuk menunjukkan keadaan
di malam hari dengan menatap ke
langit.
209. Bait ke-7 Pilihan kata /membuat keluh-kesah/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

315

membuat keluh-kesah digunakan penulis untuk menunjukkan suatu


yang kami goreskan kegelisahan yang akan dirasakan.
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
210. Bait ke-8 Pilihan kata / aku ingin terus berdoa/ √
aku ingin terus berdoa digunakan penulis untuk menunjukkan
inilah satu-satunya senjata seseorang yang ingin selalu berserah diri
mempertegas kejujuran dan kebohongan kepada Tuhan.

211. Bait ke-9 Pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di √
menguak keadilan dan kecurangan pengadilan/ digunakan penulis untuk
merobohkan dinding tuduhan di menunjukkan keadaan menuntaskan
pengadilan ketidakadilan.

212. Bait ke-10 Pilihan kata /bahwa tukang angon dan √


kami yakin majikan/ digunakan penulis untuk
bahwa tukang angon dan majikan menunjukkan derajat manusia di dunia itu
sama rata di depan tuhan sama.
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

316

213. Bait ke-6 1) Penyair mengajak pembaca atau √


ada kerinduan yang menjerit pendengar untuk seakan-akan
pada suara pintu tertutup mendengar sebuah suara pintu.
ada bisikan anak-anak kami 2) Penyair mengajak pembaca atau √
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh pendengar untuk seakan-akan
ada berjuta-juta bintang di luar jendela mendengar sebuah bisikan.
kecil
berkedip

Imaji Visual Deskripsi


214. Bait ke-3 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
jam makan tiba untuk seakan-akan mendengar melihat pakan
jam keluhan narapidana untuk hewan serupa anjing.
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
215. Bait ke-4 1) Penyair mengajak pembaca atau √
sengkon karta sudah terbiasa pendengar untuk seakan-akan
dengan gaplek, goreng gadung, kulit mendengar melihat gaplek, goreng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

317

singkong gadung, kulit singkong.


jantung cau bahkan bodogol nya kami 2) Penyair mengajak pembaca atau
makan pendengar untuk seakan-akan
karena kami dilahirkan miskin mendengar melihat bodogol.

216. Bait ke-6 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √


ada kerinduan yang menjerit untuk seakan-akan mendengar melihat ada
pada suara pintu tertutup berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
ada bisikan anak-anak kami berkedip.
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
217. Bait ke-7 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
membuat keluh-kesah untuk seakan-akan mendengar melihat
yang kami goreskan dinding kamar, di wc, bahkan sajadah.
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Imaji Taktil Deskripsi
218. Bait ke-6 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

318

ada kerinduan yang menjerit untuk seakan-akan mendengar merasakan ada


pada suara pintu tertutup kerinduan yang menjerit.
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
219. Bait ke-7 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
membuat keluh-kesah untuk seakan-akan mendengar merasakan
yang kami goreskan keluh-kesah.
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Kata Konkret Deskripsi
220. Bait ke-1 Penyair menggunakan kata siapa yang kuat, √
siapa yang kuat, dia berkuasa dia berkuasa untuk mengkonkretkan bahwa
siapa yang dekat dengan aparat kehidupan yang mempunyai uang banyak
memperoleh perlakuan istimewa akan aman dari gangguan hukum.
itulah falsafah hidup dalam penjara
221. Bait ke-6 Penyair menggunakan kata ada kerinduan √
ada kerinduan yang menjerit yang menjerit untuk mengkonkretkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

319

pada suara pintu tertutup keinginan dan harapan yang ingin bertemu
ada bisikan anak-anak kami dengan seseorang.
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip

222. Bait ke-7 Penyair menggunakan kata membuat keluh- √


membuat keluh-kesah kesah untuk mengkonkretkan kehidupan
yang kami goreskan seseorang yang merasakan kepedihan dalam
di dinding kamar, di wc, melakukan hal tertentu.
bahkan sajadah

Bahasa Figuratif (Majas)


Kiasan (Gaya Bahasa)
Simile Deskripsi
223. Bait ke-2 Pada kata bagai sampah tersebut √
orang-orang yang melanggar hukum mengibaratkan orang-orang yang melanggar
bagai sampah hukum.
sebagian yang lain dimanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

320

bahkan kalau bisa diuangkan


penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
224. Bait ke-3 Pada kata serupa anjing tersebut √
jam makan tiba mengibaratkan makanan-makanan yang
jam keluhan narapidana diberikan kepada narapidana.
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Metafora Deskripsi
225. Bait ke-1 Pada kata falsafah hidup dijelaskan sebagai √
siapa yang kuat, dia berkuasa sikap batin yang paling mendasar yang
siapa yang dekat dengan aparat dimiliki orang atau masyarakat.
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
226. Bait ke-6 1) Pada kata ada kerinduan yang √
ada kerinduan yang menjerit menjerit diartikan sebagai keingingan
pada suara pintu tertutup dan harapan seseorang (akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

321

ada bisikan anak-anak kami bertemu).


setiap sipir ngobrol sambil main gapleh 2) Pada kata berjuta-juta bintang
ada berjuta-juta bintang di luar jendela diartikan sebagai memancarkan
kecil cahaya dalam kehidupam
berkedip
227. Bait ke-7 Pada kata membuat keluh-kesah diartikan √
membuat keluh-kesah sebagai kehidupan yang dipenuhi kepedihan.
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
228. Bait ke-2 Untuk melambangkan manusia yang √
orang-orang yang melanggar hukum melanggar hukum dengan seenaknya, penyair
bagai sampah menggunakan kata sampah.
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

322

229. Bait ke-4 Untuk melambangkan bahan makanan yang √


sengkon karta sudah terbiasa berasal dari umbi-umbian, penyair
dengan gaplek, goreng gadung, kulit menggunakan kata gaplek, goring gadung,
singkong kulit singkong.
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin

230. Bait ke-5 Untuk melambangkan sel/penjara, penyair √


kami hitung setiap batang besi di kamar menggunakan kata batang besi.
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah

Lambang Suasana Deskripsi


231. Bait ke-6 Untuk melambangkan manusia dalam √
ada kerinduan yang menjerit keinginginannya untuk bertemu dengan
pada suara pintu tertutup seseorang, penyair menggunakan kata
ada bisikan anak-anak kami kerinduan.
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

323

ada berjuta-juta bintang di luar jendela


kecil
berkedip
232. Bait ke-7 Untuk melambangkan kehidupan yang penuh √
membuat keluh-kesah kepedihan, penyair menggunakan kata keluh-
yang kami goreskan kesah.
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Versifikasi
Rima Deskripsi
233. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
234. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /u/-/a/-/a/- √
orang-orang yang melanggar hukum /a/- a/-/a/.
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

324

bahkan kalau bisa diuangkan


penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
235. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/- √
jam makan tiba /a/- a/-/i/.
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
236. Bait ke-4 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/o/-/a/-/i/. √
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin
237. Bait ke-5 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
kami hitung setiap batang besi di kamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

325

kami hitung pergantian orang


menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
238. Bait ke-6 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/u/-/i/-/e/- √
ada kerinduan yang menjerit /i/-/i/.
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
239. Bait ke-7 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
240. Bait ke-8 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

326

mempertegas kejujuran dan kebohongan


241. Bait ke-9 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan
242. Bait ke-10 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/a/. √
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
243. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ √
siapa yang kuat, dia berkuasa pada kata dekat dan dengan.
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
244. Bait ke-4 1) Aliterasi di awal kata pada larik √
sengkon karta sudah terbiasa kedua; /g/ pada kata gaplek, goreng
dengan gaplek, goreng gadung, kulit dan gadung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

327

singkong 2) Aliterasi di awal kata pada larik √


jantung cau bahkan bodogol nya kami kedua; /k/ pada kata karena dan kami.
makan
karena kami dilahirkan miskin
245. Bait ke-6 Aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/ √
ada kerinduan yang menjerit pada kata setiap dan sipir.
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
246. Bait ke-7 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ √
membuat keluh-kesah pada kata keluh dan kesah.
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
247. Bait ke-8 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/ √
aku ingin terus berdoa pada kata kejujuran dan kebohongan.
inilah satu-satunya senjata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

328

mempertegas kejujuran dan kebohongan


248. Bait ke-9 Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ √
menguak keadilan dan kecurangan pada kata keadilan dan kecurangan .
merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
249. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √
orang-orang yang melanggar hukum pada kata penjara dan jera.
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
250. Bait ke-5 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ √
kami hitung setiap batang besi di kamar pada kata kami dan besi.
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
251. Bait ke-6 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

329

ada kerinduan yang menjerit pada kata berjuta-juta dan jendela.


pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
252. Bait ke-10 Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ √
kami yakin pada kata sama dan rata.
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
253. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait. √
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” 1) Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik
berbentuk bait-bait. Tiap bait berisi larik pertama terdiri dari lima kata, larik
yang bervariasi, ada sepuluh, enam, lima, kedua terdiri dari lima, larik ketiga
empat, tiga. Larik dalam satu bait berkaitan terdiri dari tiga kata, larik keempat
satu sama lain. terdiri lima kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik √
pertama terdiri dari empat kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

330

kedua terdiri dari lima kata, larik


ketiga terdiri dari dua kata, larik
keempat terdiri empat kata, larik
kelima terdiri dari empat kata, larik
keenam terdiri lima kata. √
3) Bait ke-3 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata, larik keenam
terdiri lima kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari tujuh kata, larik
keempat terdiri empat kata. √
5) Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari tujuh kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

331

kedua terdiri dari empat kata, larik


ketiga terdiri dari tujuh kata, larik.

6) Bait ke-6 terdiri dari lima larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri enam kata, larik

kelima terdiri dari delapan kata.
7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga, larik ketiga
terdiri dari empat kata, larik keempat

terdiri dua kata.
8) Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik

ketiga terdiri dari empat kata.
9) Bait ke-9 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

332

kedua terdiri dari lima kata.


10) Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata.

Struktur Batin Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi


Tema
254. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni kritik √
sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena dalam puisi
tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai hukum yang
berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. Hukum di
negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang memiliki jabatan kekuasaan.
Perasan
255. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengungkapkan rasa kepedihan perasan √
itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan dalam pemberian
hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele menjadi hal yang besar.
Nada
256. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini karena dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

333

puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan atau kekuasan akan
kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan yang tinggi.
Amanat
257. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai manusia √
tentunya harus pandai dalam melakukan hal apapun. Jangan sampai kita dibodohi oleh
sesuatu yang nantinya memecah bela kita sebagai manusia.

Struktur Fisik Puisi Kesaksian Luka Triangulasi


No. Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
258. Bait ke-1 1) Pilihan kata /reka adegan dari sejarah √
reka adegan dari sejarah terpendam terpendam/ digunakan penulis untuk
sejarah terlupakan menunjukkan sejarah yang
menjadi catatan hitam tersembunyi.
2) Pilihan kata /menjadi catata hitam/
digunakan penulis untuk sebuah
peristiwa yang kurang baik.
259. Bait ke-2 Pilihan kata /diawali luka yang berdarah/ √
bukankah kebenaran sejarah tidak digunakan penulis untuk sebuah peristiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

334

tunggal? yang mengalami penderitaan yang mendalam.


bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
260. Bait ke-3 Pilihan kata /berawal dari mana pisau √
berawal dari mana pisau peristiwa peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah
mengiris-ngiris kulitmu peristiwa yang sangat menyakitkan.
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?

261. Bait ke-4 1) Pilihan kata /membangun dirinya dari √


indonesia segala luka/ digunakan penulis untuk
membangun dirinya dari segala luka sebuah peristiwa membangun tetapi
tubuh indonesia tak terawat penuh penderitaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

335

namun tetap ditampilkan dengan semangat 2) Pilihan kata /tubuh Indonesia tak √
terawat/ digunakan penulis untuk
sebuah keadaan Indonesia yang tidak
terpelihara.

262. Bait ke-5 Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan √
berawal dari kata penulis untuk menunjuukkan betapa
kata yang diucapkan menderitanya negara Indonesia pada waktu
dilakukan itu.
inilah mata luka itu
untukmu

Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
263. Bait ke-5 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
berawal dari kata seakan-akan mendengar kata yang
kata yang diucapkan diucapkan.
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Imaji Visual Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

336

264. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √


reka adegan dari sejarah terpendam untuk seakan-akan melihat reka adegan dari
sejarah terlupakan sejarah terpendam.
menjadi catatan hitam
Imaji Taktil Deskripsi
265. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
bukankah kebenaran sejarah tidak untuk seakan-akan merasakan luka yang
tunggal? berdarah.
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Kata Konkret Deskripsi
266. Bait ke-1 1) Penyair menggunakan kata reka √
reka adegan dari sejarah terpendam adegan dari sejarah terpendam untuk
sejarah terlupakan mengkonkretkan sebuah peristiwa
menjadi catatan hitam lampau yang telah terjadi.
2) Penyair mengggunakan kata menjadi √
catatan hitam untuk mengkonkretkan
sebuah peristiwa yang kurang terbaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

337

267. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata diawali luka yang √


bukankah kebenaran sejarah tidak berdarah untuk mengkonkretkan sebuah
tunggal? peristiwa yang dimulai dari awal dan
bukankah negara yang berdiri di dunia mengalami penderitaan.
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
268. Bait ke-4 Penyair menggunakan kata membangun √
indonesia dirinya dari segala luka untuk
membangun dirinya dari segala luka mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang
tubuh indonesia tak terawat penuh luka.
namun tetap ditampilkan dengan semangat

Bahasa Figuratif (Majas)


Kiasan (Gaya Bahasa)
Metafora Deskripsi
269. Bait ke-1 Pada kata catatan hitam mengartikan sebuah √
reka adegan dari sejarah terpendam peristiwa yang baik.
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

338

270. Bait ke-2 Pada kata diawali luka yang berdarah √


bukankah kebenaran sejarah tidak mengartikan suatu keadaan dimulai dari
tunggal? penuh penderitaan.
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?

271. Bait ke-3 Pada kata mengiris-ngiris kulitmu √


berawal dari mana pisau peristiwa mengartikan suatu tindakan yang membuat
mengiris-ngiris kulitmu seseorang terluka.
berawal dari ekonomikah?
Pendidikankah?
Hukum?
Agama?
Atau para pejabat yang korup itu?
Perlambangan
Lambang Warna Deskripsi
272. Bait ke-1 Untuk melambangkan peristiwa yang kurang √
reka adegan dari sejarah terpendam baik, penyair menggunakan kata catatan
sejarah terlupakan hitam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

339

menjadi catatan hitam

Versifikasi
Rima Deskripsi
273. Bait ke-1 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
274. Bait ke-2 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?

275. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/- √


berawal dari mana pisau peristiwa /u/-/a/-/u/.
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

340

hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?

276. Bait ke-4 Rima yang sering muncul yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. √


indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat

277. Bait ke-5 Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/u/- √


berawal dari kata /u/.
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

341

278. Bait ke-2 1) Aliterasi di awal kata pada larik √


bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal? pertama; /t/ pada kata tidak dan
bukankah negara yang berdiri di dunia tunggal.
diawali luka yang berdarah 2) Aliterasi di awal kata pada larik √
sehabis peperangan? kedua; /d/ pada kata di dan dunia.

279. Bait ke-3 Aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ √
berawal dari mana pisau peristiwa pada kata para dan pejabat.
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?

280. Bait ke-4 1) Aliterasi di awal kata pada larik √


indonesia kedua; /d/ pada kata dirinya dan dari.
membangun dirinya dari segala luka 2) Aliterasi di awal kata pada larik √
tubuh indonesia tak terawat ketiga; /t/ pada kata tubuh dan
terawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

342

namun tetap ditampilkan dengan semangat 3) Aliterasi di awal kata pada larik √
keempat; /d/ pada kata ditampilkan
dan dengan.

281. Bait ke-5 Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ √
berawal dari kata pada kata inilah dan itu.
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
282. Bait ke-2 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal? pada kata negara dan dunia.
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?

283. Bait ke-3 Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ √
berawal dari mana pisau peristiwa pada kata mana dan peristiwa.
mengiris-ngiris kulitmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

343

berawal dari ekonomikah?


pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?

284. Bait ke-4 Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ √
indonesia pada kata segala dan luka.
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat

285. Bait ke-5 Asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ √
berawal dari kata pada kata mata dan luka.
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
286. Bait ke-1 Terdapat pengulangan kata sejarah pada bait √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

344

reka adegan dari sejarah terpendam ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik
sejarah terlupakan pertama.
menjadi catatan hitam
287. Bait ke-2 √
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Tata wajah (Tipografi) Deskripsi
288. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari lima bait. √
“Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait. 1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
Tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada pertama terdiri dari lima kata, larik
tujuh, lima, empat, tiga. Larik dalam satu kedua terdiri dari dua kata, larik
bait berkaitan satu sama lain. ketiga terdiri dari tiga kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari empat larik; larik

pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

345

keempat terdiri dari dua kata.



3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari dua kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata, larik
keempat terdiri dari satu kata, larik
kelima terdiri dari satu kata, larik
keenam terdiri dari satu kata, larik
ketujuh terdiri dari enam kata.

4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik √
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari satu kata, larik
keempat terdiri dari empat kata, larik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

346

kelima terdiri dari satu kata.

Struktur Batin Puisi Kesaksian Luka


Tema
289. Dalam puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema khususnya √
kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah Indonesia yang
terpendam akan luka-luka sehabis peperangan.
Perasaan
290. Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan kepedihan. √
Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi menjelaskan
bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka. Sehingga Indonesia
menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain.
Nada
291. Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca untuk √
memahami kesaksikan dan penderitaan yang dirasakan oleh negara Indonesia membangun
dirinya dari segala luka.
Amanat
292. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar kita mengetahui √
tentang keadaan sebenarnya yang di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

347

dilupakan, karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing, Dosen Triangulator

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum Petrus Hariyanto, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai