Anda di halaman 1dari 109

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL

DALAM FILM JOKOWI

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)

Oleh :
Ishmatun Nisa
NIM 1110051000065

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, November 2014

Ishmatun Nisa
ABSTRAK

Ishmatun Nisa
Analisis Semiotika Pesan Moral Film Jokowi

Seiring berkembangnya zaman, penyampaian pesan dakwah yang salah


satunya adalah pesan moral yakni dengan menggunakan media elektronik, media
cetak, dan internet. Begitu juga dengan film, yang menjadi sarana bagi para movie
maker untuk menuangkan ide kreatifnya tanpa batas. Keberadaan film juga
disukai berbagai kalangan masyarakat, dari anak-anak, remaja, sampai dewasa
yang juga sebagai media komunikasi. Dengan media film bisa meningkatkan
inovasi dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah termasuk pesan moral.
Film Jokowi adalah film fiksi yang dibuat berdasarkan kehidupan masa
kecil Jokowi seorang anak miskin yang ingin merubah kehidupannya hingga dia
menjadi walikota Solo, kemudian gubernur DKI Jakarta, dan sekarang adalah
sebagai calon presiden Republik Indonesia. Dimana dalam cerita kehidupan masa
kecilnya mengandung banyak pesan moral yang memang ditujukan untuk seluruh
kalangan masyarakat khususnya kaum muda. Kemudian muncul pertanyaan,
representamen, object, dan interpretant apa saja yang terdapat dalam film
Jokowi? Kemudian, apa saja pesan moral yang terdapat dalam film Jokowi?
Teori yang digunakan adalah teori Charles Sanders Pierce yaitu dengan
melihat tanda representamen (ikon, indeks, simbol), object, dan interpretant.
Ikon, indeks, dan simbol adalah trilogi tanda dalam teori ini. Dan tanda-tanda
tersebut bekerja untuk menghasilkan makna.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sifat penelitian
deskriptif. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari DVD Film
Jokowi digabungkan dengan buku-buku yang membahas mengenai film dan pesan
moral, wawancara, dan juga dokumentasi.
Kesimpulannya adalah dalam film Jokowi ini dari sepuluh Scene ini
menjelaskan tentang sifat toleransi, hubungan kepada Tuhan, berbakti kepada
orang tua, syukur, tolong menolong, rajin, ulet, dan sebagainya. Sepuluh Scene
tersebut mengandung pesan-pesan moral yang bisa dicontoh untuk para anak-anak
agar tertanam pada diri mereka sifat-sifat atau moral yang mulia. Serta bisa
menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk mencapai masa depan yang gemilang.
Kata kunci: Film Jokowi, Joko, semiotika, semiotika Charles S. Pierce,
pesan moral.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala

berkah, kekuatan, dan atas izin yang diberikan-Nya. sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir karya tulis ilmiah ini.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada yang tersayang, penyeru

kebenaran, pembawa keberkahan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para

sahabatnya. Semoga kita tetap istiqomah menjadi umatnya hingga hari kiamat.

Aamiin.

Selama proses penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIKA

PESAN MORAL DALAM FILM JOKOWI penulis banyak mendapat bantuan,

dukungan, serta bimbingan baik secara moril, materil, maupun akademis dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr. Sunandar Ibnu Noer, M.Ag

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris Jurusan KPI

Ibu Fita Fathurrokmah, SS., M.Si yang membantu penulis dalam menjalankan

ii
proses birokrasi yang ada. Serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu

penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang

baik dan benar.

4. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan

pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis dalam mencari bahan referensi penelitian ini.

7. Kedua orang tua saya, Bapak Abdul Kalim dan Ibu Titing Aisyah, S.Pd.SD,

yang tidak pernah lelah dalam mendidik anak-anaknya, terimakasih untuk

kasih sayang, do’a, nasihat, serta fasilitas yang diberikan. Adik saya Nur

Muhammad Imannuddien dan Aghnia Ulya Musyarrofatul Maula terimakasih

untuk warna-warni dalam kesehariannya. Emak Saya, dan keluarga

terimakasih sudah bekerja di rumah dan membantu saya dengan kesabaran

yang luar biasa selama 18 tahun ini.

8. Keluarga Besar Drs. H. A. Mumun Solihin dan Hj. Ai Aminah (Kota

Sukabumi, Jawa Barat) dan Keluarga Besar (Alm) Bakri dan (Alm) Siti

iii
Salamah (Kabupaten Jombang, Jawa Timur) atas kasih sayang, dukungan dan

do’a yang diberikan.

9. R. Djumantoro Jayengputro, S.Pd terimakasih ayah atas kesabaran, kasih

sayang, pengertian, waktu, tenaga, fasilitas, dan semua motivasi dalam

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Terimakasih untuk Azhar Kinoi Lubis, selaku narasumber penulis yakni

sutradara film Jokowi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan

data-data untuk melengkapi skripsi ini.

11. Sahabat tercinta Iveta Rahmalia dan Gina Dwi Nur Afifah terimakasih atas

pengertian, kesabaran, dan keceriaan yang luar biasa selama ini dan dalam

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

12. Alvionita Jayussarah, S.Kom.I dan Marisa Febrilian, S.I.Kom terimakasih

telah membantu memberikan arahan dan pinjaman buku yang diberikan dalam

penyelesaian skripsi ini.

13. Teman-teman Kece (Andari Novianti, Alfia Nurlayla, Ais Muflihah, Diana

Nopiana, Miftakhul Aida, dan Safitri) dan seluruh anggota KPI B 2010

terimakasih untuk kesabaran, bantuan, dukungan, dan keceriaan selama

pembuatan skripsi ini dan selama 4 tahun ini.

14. Teman-teman dan senior dari HMJ KPI dan HMI Komfakda terimakasih atas

ilmu dan pengalamannya selama saya bergabung.

15. Seluruh bagian yang membantu saya selama ini yang tidak tercantum dalam

halaman ini, saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila adanya

kesalahan yang saya lakukan.

iv
Tangerang Selatan, November 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………………………………...………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………........ vi

DAFTAR GAMBAR…………………………………...……………………... viii

DAFTAR TABEL………………..…………………………………….…......... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………..……….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…………………………..... 4
D. Tinjauan Pustaka……………………………………..………. 5
E. Metodologi Penelitian………………………………………... 6
F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 10

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Tentang Semiotika …...…...…......……………….. 11
1. Pengertian Semiotika …….………...…..………...…….. 11
2. Semiotika Charles Sanders Pierce ……………………… 12
B. Pesan Moral…………………………………………………..15
C. Tinjauan Tentang Film…………………….………………... 17
1. Pengertian Film………………………..………..……… 17
2. Unsur-unsur Pembentuk Film ………………..………… 18
3. Jenis dan Klasifikasi Film………………..……………... 19
4. Struktur Film…………..…………………………........... 22
5. Sinematografi…………………………..……………….. 23
6. Jenis Suara dalam Film Fiksi …………………………... 24

vi
BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI
A. Sekilas Tentang Film Jokowi……...……............................... 27
B. Konsep Film Jokowi ……………………………………….. 29
C. Visi dan Misi film Jokowi…………………………………... 29
D. Sinopsis Film Jokowi ………………………………………. 29
E. Karakter Pemain…….………………………………………. 31
F. Profil Sutradara …………………………………………….. 32
G. Profil Pemain Inti Film Jokowi …………………………….. 33

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Temuan Data…………………..…………………………..... 40
B. Makna Representamen, Object, dan Interpretant ………….. 44
C. Interpretasi Penulis Terhadap Film Jokowi.……………….... 73

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………..………………………..…… 78
B. Saran ……………………………………..………..………... 79

DAFTAR PUSTAKA…………….………………………………………….… 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Charles Sanders Pierce ...…………………………………… 12

Gambar 2.2 Unsur-unsur Pembentuk Film ……………………..……………… 18

Gambar 3.1 Foto Azhar Kinoi Lubis……..………..………………………...…. 32

Gambar 3.2 Foto Teuku Rifnu Wikana…………………………………………. 33

Gambar 3.3 Foto Prisia Nasution..……………………………………………… 34

Gambar 3.4 Foto Susilo Badar………………………………………………….. 35

Gambar 3.5 Foto Ayu Diah Pasha.....................………………………………… 36

Gambar 3.6 Foto Landung Simatupang………...………………………………. 37

Gambar 3.7 Foto Ratna Riantiarno………………….…………...……………... 38

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Tanda Teori Semiotika Pierce………………………………….. 13

Tabel 2.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder…………………..……….. 22

Tabel 4.1 Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko …… 45

Tabel 4.2 Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama …………………......... 48

Tabel 4.3 Scene 3: Anto Memberi Joko Uang …………………………………. 51

Tabel 4.4 Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan ………………...... 54

Tabel 4.5 Scene 5: Bapak dan Joko Sedang Memancing di Sungai …………… 57

Tabel 4.6 Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah …………………………….. 60

Tabel 4.7 Scene 7: Joko Sedang Memili Kaset Musik Rock …………………... 63

Tabel 4.8 Scene 8: Ibunda Joko Sedang Berdo’a Setelah Shalat ……………… 66

Tabel 4.9 Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak ………………………… 68

Tabel 4.10 Scene 10: Joko Mengantar Nenek Tua Pulang …………………….. 70

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak pernah luput dari komunikasi. Proses interaksi

berinteraksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Komunikasi pasti memiliki

tujuan. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima.

Harold Laswell menegaskan bahwa “cara paling sederhana menggambarkan

komunikasi adalah Siapa? Berkata apa? Melalui saluran apa? Kepada siapa? Dan

dengan efek apa?”1

Di zaman globalisasi saat ini, kemajuan teknologi media komunikasi

dengan berbagai jenis terus meningkat. Ini membawa pengaruh yang besar bagi

masyarakat dunia. Banyak faktor yang mengajak manusia untuk hidup serba

instan, mewah, dan budaya barat yang telah masuk ke masyarakat Indonesia dari

berbagai sisi. Hal ini menjadikan adanya pergeseran tata nilai moral dan budaya

yang terjadi.

Beragam media komunikasi baik visual dan audiovisual pun hadir di

masyarakat. Hal ini menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Apalagi inovasi

yang terus muncul dalam media komunikasi menjadikan menjadi lebih canggih

dari sebelumnya. Ini dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai media

berdakwah dalam peningkatan iman dan takwa. Media komunikasi juga dapat

digunakan sebagai sarana penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam

1
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Kelima, (Jakarta, Erlangga, 2008),
h. 5.

1
2

Islam atau yang diterima masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut

untuk lebih berinovasi melalui media komunikasi dalam menyampaikan pesan

moral dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.

Pesan moral yang disampaikan melalui media komunikasi sangat banyak

jenisnya. Salah satunya adalah melalui media film yang bersifat komprehensif

bagi masyarakat. Film merupakan karya estetika dan alat informasi yang memiliki

sifat penghibur dan dapat menjadi sarana edukasi bagi penikmatnya. Di sisi lain

juga dapat menyebarluaskan nilai-nilai budaya baru.

Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk.

Namun yang jelas, film sebenarnya memiliki kekuatan bujukan atau persuasi yang

besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa

sebenarnya film juga sangat berpengaruh. 2

Film muncul dari kreatifitas. Diperlukan ide-ide, konsep, teknis, dan

memerlukan waktu dan proses yang panjang untuk menghasilkan karya yang

berkualitas secara visual dan verbal. Pencarian ide atau gagasan ini dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara seperti mengangkat kisah dari novel,

kisah nyata, cerpen, puisi, dongeng, atau bisa juga mengacu pada catatan pribadi.

Salah satu film yang diangkat dari kisah nyata adalah Jokowi.

Film Jokowi berusaha memberi warna pada perfilman Indonesia. Film ini

banyak mengungkap pesan-pesan moral dan sosial yang ditujukan bagi generasi

muda agar semangat menggapai kehidupan yang lebih baik lagi. Film ini

merupakan kisah nyata anak tukang kayu yang miskin yang sukses memimpin

2
Rivers, L. William, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media,
2004), h. 252.

2
3

kota Solo yakni Ir. H. Joko Widodo. Dari pesan moral yang dia dapatkan dari

orang tua, situasi, pengalaman, dan keadaan yang dia rasakan mengungkap bahwa

untuk maju tidak perlu melihat latar belakang yang susah. Semua dapat maju

asalkan terus berusaha dan berdo’a.

Sosok Jokowi memiliki nilai lebih di mata masyarakat. Saat

kepemimpinannya sebagai walikota Solo beliau masuk ke dalam sepuluh besar

walikota terbaik di dunia. Dan juga banyak gebrakan-gebrakan dalam kebijakan

dan hasil-hasil yang ditunjukkan dari kepemimpinannya. Hal ini langsung menjadi

sorotan masyarakat Indonesia. Kota Solo berhasil maju drastis di berbagai sektor

melalui tangan Jokowi.

Film ini mendapat sambutan yang sangat baik bagi masyarakat Indonesia.

Saat peluncuran film ini, beliau sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau

dikenal merakyat, sederhana, dan gemar blusukan. Karena sosok pemimpin

seperti ini sudah jarang ditemui di Indonesia. Hal ini menjadikan elektabilitas

Joko Widodo (Jokowi) terus meningkat di masyarakat Indonesia. Apalagi saat ini

beliau adalah salah satu calon presiden 2014-2019.

Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut tanda-tanda komunikasi yang tersirat di dalamnya dan makna simbolis

mengenai pesan moral yang disampaikan pada film Jokowi. Dari apa yang telah

dipaparkan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan

sebagai judul skripsi, yaitu: ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL

DALAM FILM “JOKOWI”.

3
4

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka apa yang menjadi

sorotan dalam film ini adalah sepuluh adegan (scene) baik secara visual dan

verbal yang berisi pesan moral. Peneliti menganalisis tanda-tanda sebagai

bentuk representasi yang terkandung di dalamnya.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Apa representamen, object, dan intrepretant yang terdapat dalam

film Jokowi?

b. Bagaimana interpretasi penulis terhadap film Jokowi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melihat permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini

dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui dan memahami representamen,

object, dan intrepretant yang terdapat dalam film Jokowi.

2. Manfaat penelitian terbagi menjadi:

a. Manfaat Akademis

Menambah informasi dan referensi perkembangan dunia film sebagai

sarana komunikasi dan fungsinya sebagai penyampaian pesan-pesan

positif diberbagai sisi. Salah satunya adalah pesan moral.

4
5

Adanya kesadaran masyarakat bahwa film saat ini tidak hanya sekadar

tontonan atau hiburan saja, tetapi dapat berdiri sendiri, menyampaikan

pesan, dan penuh makna.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para akademisi

dakwah dalam mengemas pesan melalui media audio visual yaitu film.

Moral selain itu, dapat menambah informasi bagi penelitian yang

sama dalam pembahasan analisis semiotika film.

D. Tinjauan Kepustakaan

Sebelum peneliti melakukan analisis semiotika terhadap film Jokowi, telah

ada penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis makna dan tanda

menggunakan semiotika sebagai metode analisis maupun penelitian yang meneliti

film dengan metode yang sama ataupun berbeda. Adapun dua penelitian terdahulu

yang menggunakan semiotika sebagai metode penelitian untuk menganalisis

makna dan film sebagai unit analisisnya.

1. “Analisis Semiotik Pesan Moral Film Three Idiots”, oleh Mohamad

Samlawi, tahun 2013, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. “Analisis Semiotika Film CIN(T)A Karya Sammaria Simanjuntak”,

oleh Nurlaelatul Fajriah, tahun 2011, Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5
6

Banyaknya skripsi mengenai semiotika yang ada, tetapi penulis tidak

menemukan skripsi tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis adalah orang pertama yang mengambil

skripsi mengenai hal tersebut.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif. Jenis

penelitian kualitatif berfungsi untuk menjelaskan suatu fenomena atau objek

penelitian sekomprehensif mungkin melalui pengumpulan data sedalam-

dalamnya. 3 Disamping itu, pendekatan ini juga memungkinkan peneliti

untuk menggunakan data sebaik mungkin hingga mampu mengembangkan

komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual, kategoris, dan

fleksibel.

“Menurut Denzim dan Lincoln (1987), penelitian kualitatif


adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.”4

Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang mengandalkan data,

tidak menjadikan populasi atau sampling sebagai prioritas. Yang ditekankan

kualitas bukan kuantitas. Dalam proses pembentukannya, penelitian

kualitatif ini dikemas secara deskriptif. Sifat penelitian deskriptif ini

3
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 56.
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013, h. 5.

6
7

bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang

fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.5

Penelitian kualitatif-deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Data

tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya.6

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik, yang secara

umum bersifat kualitatif deskriptif. “Semiotika mempelajari sistem-sistem,

aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut

mempunyai arti.”7

Peneliti memilih analisis semiotika Charles S. Pierce untuk

menganalisis film Jokowi ini.

3. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada pemeran penting dalam film ini yakni

sosok Joko. Beberapa potongan gambar dalam film ini diamati dan dianalisis

berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

5
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 69.
6
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11.
7
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 263.

7
8

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan

dokumen maupun literatur yang mendukung penelitian. Data-data yang

dikumpulkan dalam teknik ini terbagi dua, yaitu:

1) Data Primer

Studi dokumentasi yang dilakukan penulis dengan melakukan

pencarian sebelas scene film Jokowi yang mengandung pesan moral.

Sepuluh scene itu diambil dari DVD Original Film Jokowi sebagai

data primer.

2) Data Sekunder

Selain pengumpulan data primer, penulis juga melakukan

pencarian melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh

informasi mengenai objek penelitian ini sebagai data sekunder.

Mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian

melalui buku, artikel, dan internet.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Proses

percakapan ini dilakukan langsung (face to face) dengan penulis yang

merupakan sutradara film Jokowi yakni Azhar Kinoi Lubis untuk

mengklarifikasi tentang informasi film Jokowi.

8
9

5. Unit Analisis

Berdasarkan subjek pada penelitian ini yakni film, maka unit analisis

dalam penelitian ini meliputi tanda-tanda verbal dan tanda-tanda visual (non

verbal) yang terdapat dalam setiap scene dengan menggunakan teknik

semiotika.

6. Teknik Analisa Data

Penulis menggunakan mertode analisis semiotika dengan teori

Charles S. Pierce untuk teknik analisis datanya. Analisis ini bertujuan untuk

melihat bagaimana serangkaian tanda bekerja untuk membentuk suatu

realitas atau makna tertentu. Dalam penelitian ini, semiotika Charles S.

Pierce dipilih untuk menganalisa makna dibalik tanda-tanda yang tersaji

dalam scene film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis.

Karya film yang akan dianalisis dalam penelitian ini memiliki latar

belakang pesan moral yang cukup kental. Peneliti harus mempelajari dan

memahami definisi pesan moral pada umumnya.

Menurut Kriyantono, analisis semiotika berupaya untuk


menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik
sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat
kontekstual dan bergantung pada penggunaan tanda tersebut.
Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil dari pengaruh berbagai
konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.8

8
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 264.

9
10

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang konsep semiotika, semiotika

Charles Sanders Pierce, pesan moral, film, klasifikasi film,

struktur film, sinematografi, dan jenis suara dalam film fiksi.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI

Pada bab ini pembahasan gambaran umum film Jokowi, profil

pemain, dan sinopsis film.

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang analisis penelitian yang mencakup

analisis semiotika gambar (film Jokowi) model Semiotika

Charles S. Pierce) dan interpretasi penulis terhadap film

tersebut.

BAB V PENUTUP

Penulis mengakhiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan

sebagai jawaban atas rumusan masalah pada bab I dan disertai

dengan saran-saran dari penulis.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Kata “semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti

“tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Semiotika berakar dari

studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika.

Semiotika pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu

sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu

sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna.

Menurut Charles S. Pierce semiotika yakni “doktrin formal


tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs); sementara bagi
Ferdinand de Saussure semiologi adalah ilmu umum tentang tanda,
“suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam
masyarakat” (a science that studies the life if signs within society).
Dengan demikian, bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari
filsafat; sedangkan bagi Saussure semiologi adalah bagian dari
disiplin ilmu psikologi sosial.1

Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana

kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify)

dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to

communicate).2

1
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3.
2
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 16.

11
11
12

Istilah kata semiotika disamping kata semiologi sampai kini masih

dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam istilah linguistik

adapula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik

untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari

suatu tanda atau lambang.3

Tujuan analisis semiotik yakni “berupaya menemukan makna tanda

termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita).

Yang dimaksud “tanda’ ini sangat luas. Peirce membedakan tanda atas

lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index).”4

2. Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Pierce kata Aart van Zoest adalah seorang


filsuf Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Pierce
lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839 (ayahnya,
Benjamin adalah seorang profesor matematika di Harvard). Pada
tahun 1859, 1862, dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar
B.A., M.A., dan B.Sc. dari Universitas Harvard.

Semiosis interpretant

sign

representamen object

Gambar 2.1

Teori Charles Sanders Pierce

3
Ibid. h. 11.
4
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2006, ed. 1, h. 264.
13

Teori dari Pierce sering kali disebut ‘grand theory’ dalam semiotika

karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural, dari semua

sistem penandaan. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda

dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.

Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S. Pierce adalah sesuatu

yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau

kapasitas. Sesuatu yang lain oleh Pierce disebut interpretant dinamakan

sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu

pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce, sebuah tanda atau

representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan

objeknya.Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu

proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain

yang disebut objek. Proses ini oleh Pierce disebut sebagai signifikasi. 5

Tabel 2.1

Jenis Tanda Teori Charles Sanders Pierce

Jenis Tanda Hubungan antar Tanda dan Contoh


(Representamen) Sumber Acuannya
Ikon Tanda dirancang untuk Segala macam
merepresentasikan sumber gambar (bagian,
acuan melalui simulasi atau diagram, dan lain-
persamaan (artinya, sumber lain), photo, kata-kata
acuan dapat dilihat, didengar, onomatopoeia, dan
dan seterusnya, dalam ikon). seterusnya.
Indeks Tanda dirancang untuk Jari yang menunjuk,
mengindikasikan sumber kata keterangan
acuan atau saling seperti, di sini, sana,

5
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
Dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17-24.
14

menghubungkan sumber kata ganti seperti aku,


acuan. kau, ia, dan
seterusnya.
Simbol Tanda dirancang untuk Simbol sosial seperti
menyandikan sumber acuan mawar, simbol
melalui kesepakatan atau matematika, dan
persetujuan. seterusnya.

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda

memiliki kekhasan meski tidak dibilang sederhana. Pierce membedakan

tipe-tipe tanda menjadi: ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol)

yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya sebagai

berikut.6

a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu

mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara

representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa

kausalitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakantanda

yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan

dengan objek yang sebenarnya.

b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau

eksistensial diantara representamendan objeknya. Di dalam indeks,

hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan

biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak

telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari

seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu

merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’ di rumah kita.

6
Ibid, h. 24.
15

c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional

sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.

Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak

sedikit rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.

B. Pesan Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu

jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap

perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilah

yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,

pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik,

buruk.7

Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advanced Leaner’s Dictionary

of Current English. Di buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai

berikut.

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan

buruk;

2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;

3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa “moral adalah


istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika
dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral,

7
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 92.
16

maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya


baik.”8

Achmad Charris Zubair dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan

bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan

manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan

norma yang berlaku. Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani yang

dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, gewetan, dan

dalam bahasa Arab disebut dengan qalb fu’ad. Dan kesadaran moral mencangkup

tiga hal, yakni perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang

bermoral, kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan obyektif, dan

kesadaran moral juga dapat muncul dalam bentuk kebebasan.9

Moral atau Moralitas berarti suatu orientasi aktivitas yang


impersonal. Tindakan demi kepentingan diri sendiri tidak pernah dianggap
bersifat moral. Tetapi jika perilaku yang bersifat moral tidak
diorientasikan kepada diri sendiri, obyek manakah yang pantas menjadi
fokusnya? “Karena orang lain tidak dapat menuntut secara sah kepuasan
yang jika ditujukan kepada diri kita sendiri akan bersifat amoral, maka
obyek perilaku moral haruslah sesuatu yang berada di luar diri seseorang
atau di luar seseorang sejumlah orang dari sejumlah orang lain.”10

Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu:11

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk dengan alam.

8
Ibid, h. 92-93.
9
Ibid, h. 94-95.
10
Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. xi.
11
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University,
1998), h. 323.
17

Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita film. Adegan-adegan

yang mengandung suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik

buruknya perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur dalam film tersebut merupakan

pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya. Hal ini

berhubungan dengan kehidupan seperti sikap, tingkah laku, prinsip, pendirian, dan

sebagainya. Penyampaian hal tersebut melalui penampilan aktor-aktor pada cerita.

C. Tinjauan Teoritis Film

1. Pengertian Film

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat

gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif

(yang akan dimainkan di bioskop).12

“Film adalah gambaran hidup, juga sering disebut movie.


Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri
bersumber dari kata kinematik atau gerak. Pengertian secara harfiah,
film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema
dan tho artinya phytos (cahaya), graphie atau graph (tulisan atau
gambar atau citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan
cahaya. Agar kita dapat melukis gerak denga cahaya, kita harus
menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.”13

12
Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 125.
13
AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 27.
18

2. Unsur-unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni,

unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dapat

dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah,

sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam

film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.

Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.

FILM

Unsur Naratif Unsur Sinematik

Mise en scene
Sinematografi
Editing
Suara

Gambar 2.2

Unsur-unsur Pembentuk Film

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.

Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik,

lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur

naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan

peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa


19

terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat).

Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen

pokok pembentuk naratif.

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi

sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni,

mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Mise-en-scene adalah

segala hal yang berada di depan kamera. Sinematografi adalah perlakuan

terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang

diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) lainnya. Sedangkan

suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera

pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling terkait, mengisi, serta

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara

keseluruhan. 14

3. Jenis dan Klasifikasi Film


Secara umum film dapat dibagi menjadi menjadi tiga jenis, yakni:15

a. Film Dokumenter

Kunci utama dalam film dokumenter adalah adalah penyajian fakta.

Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa,

dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu

peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-

sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter tidak memiliki plot namun

14
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1-2.
15
Ibid, h. 4-8.
20

memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen

dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis

dan antagonis, konflik, serta penyelesaiannya. Struktur bertutur film

dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahan

penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.

Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagi maksud dan tujuan

seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial,

ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya.

b. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot.

Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar

kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang

sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita

biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan

konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas. Dari sisi

produksi dan manajemen film fiksi terbilang lebih kompleks.

c. Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki

struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi insting subyektif sineas seperti

gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental

umumnya juga tidak bercerita apapun bahkan kadang menentang

kausalitas, seperti yang dilakukan para sineas surealis dan dada.Film-

film eksperimental umumnya bersifat abstrak dan tidak mudah dipahami.


21

Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal

yang mereka ciptakan sendiri.

Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film.

Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam

mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre. Dalam film, genre dapat

didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang

memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti seperti setting, isi,

subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya,

situasi, ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut kemudian

menghasilkan genre-genre populer.

Hollywood sebagai industri film terbesar di dunia sejak awal

dijadikan sebagai titik tolak perkembangan genre-genre besar dan

berpengaruh. Genre-genre besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:16

a. Genre Induk Primer

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan

populer sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an.

Bisa dikatakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu

unsur genre induk primer. Namun lazimnya sebuah film adalah

kombinasi dari beberapa genre induk sekaligus.

b. Genre Induk Sekunder

Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang

merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer.

16
Ibid,h. 10-21.
22

Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri dan karakter yang lebih

khusus.

Tabel 2.2

Skema Genre Induk Primer dan Sekunder

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder


Aksi Bencana
Drama Biografi
Epik Sejarah Detektif
Fantasi Film noir
Fiksi-Ilmiah Melodrama
Horor Olahraga
Komedi Perjalanan
Kriminal dan Gengster Roman
Musikal Superhero
Petualangan Supernatural
Perang Spionase
Western Thriller

4. Struktur Film

Secara fisik film memiliki struktur dan dapat dipecah menjadi unsur-

unsur, yakni:17

a. Shot

Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar

sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dimatikan (off) atau sering

diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah

17
Ibid, h. 29-30.
23

film telah jadi (pasca produksi) memiliki artian satu rangkaian gambar

utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan

beberapa shot biasanya biasanya dapat dikelompokkan menjadi beberapa

adegan.

b. Adegan

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,

waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya tediri

dari beberapa shot yang saling berhubungan.

c. Sekuen (Sequence)

Sekuan adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian

peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan

yang saling berhubungan.

5. Sinematografi

Sinematografi mencangkup perlakuan sineas terhadap kamera serta

stok filmnya. Dalam framing yang merupakan bagian dari sinematografi

terdapat karakteristik jarak. Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak

kamera terhadap obyek dalam frame. Kamera secara fisik tidak perlu berada

dalam jarak tertentu karena dapat dimanipulasi menggunakan lensa

zoom.Adapun dimensi jarak kamera terhadap objek dapat dikelompokkan

menjadi tujuh, yaitu:18

18
Ibid,h. 104-106.
24

a. Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari

objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak.

b. Long Shot merupakan jarak kamera dimana tubuh fisik manusia telah

nampak jelas namun latar belakang masih dominan.

c. Medium Long Shot merupakan jarak dimana tubuh manusia terlihat

dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan

sekitar relatif seimbang.

d. Medium Shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.

Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai

dominan dalam frame.

e. Medium Close-up memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas.

Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi

dominan.

f. Close-up umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah

obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi

wajah dengan jelas dan gestur yang mendetil.

g. Extreme Close-up mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari

wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari

sebuah objek.

6. Jenis Suara dalam Film Fiksi

Pada dasarnya ada jenis suara dalam film fiksi, yaitu pembicaraan

(speech), musik, dan efek suara.Suara pembicaraan sering juga disebut


25

dengan dialog. Pada beberapa kasus, kategori ini bisa saling overlap

(menumpuk). Berikut penjelasan lebih rinci:19

a. Pembicaraan terdiri dari

1) Dialog, pembicaraan antara dua orang atau lebih dimana

sumber suara atau pembicaranya muncul dalam frame atau

tempat kejadian.

2) Monolog, pembicaraan satu orang dimana tokohnya bisa

kelihatan berbicara dalam frame atau tokohnya tidak berbicara

namun suaranya terdengar. Yang terakhir ini sering disebut

monolog interior.

3) Narasi, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak

muncul dalam frame atau tidak berada di ruang kejadian.

4) Direct Address, pembicaraan dimana sumber suara atau

pembicara muncul dalam frame dan mengarahkan

pandangannya langsung ke arah kamera, yang berarti ke arah

penonton.

b. Musik, terdiri dari:

1) Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak

tampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional

dengan gambar.

2) Musik realistik, musik yang sumber suaranya muncul di dalam

adegan frame atau berada di dalam ruang kejadian film.

19
Ming Muslimin, Jenis Suara Pada Film Fiksi, artikel ini di akses pada 30 Oktober 2014
pukul 18.25 WIB dari www.academia .edu/8012843/JENIS_SUARA_PADA_FILM_FIKSI
26

c. Efek suara, terdiri dari:

1) Efek suara realistik, yaitu efek suara yang sumber suara muncul

dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.

2) Efek suara fungsional, efek suara yang sumber suaranya tidak

tampak pada gambar tetapi memiliki hubunga fungsional

dengan gambar.
BAB III

GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI

A. Sekilas tentang Film Jokowi

Jokowi adalah fenomena, semenjak menjabat Walikota Solo, pria yang

lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini sudah banyak disebut dimana-dimana,

termasuk target pemberitaan media-media kecil maupun besar. Punya nama

lengkap Joko Widodo, Jokowi dikenal suka melakukan terobosan-terobosan baru

yang justru menyenangkan rakyatnya, bukan sebaliknya menyusahkan, khususnya

Kota Solo.

Beliau berhasil merelokasikan pedagang kaki lima tanpa berujung rusuh

adalah salah satu terobosannya, seperti yang biasa kita lihat di televisi. Saat

bangsa ini kekurangan sosok pemimpin yang ideal, Jokowi kemudian tampil bak

“Ratu Adil” yang selama ini dinanti-nantikan. Namanya pun makin santer

dibicarakan saat di aterjun dalam bursa pemilihan calon Gubernur DKI Jakarta

dan berduet bersama Basuki Tjahaja Purnama, atau lebih dikenal dengan Ahok.

Ahok dan Jokowi akhirnya memang orang yang dipilih untuk memimpin Ibukota

yang punya setumpuk masalah ini. Setelah resmi menjabat, Jokowi pun

melakukan gerak cepat merealisasikan visi dan misi ketika berkampanye dulu,

membuat namanya hampir tidak pernah absen dari pemberitaan media.

Terkesan aji mumpung, KK Dheeraj produser film terkenal pun gerak

cepat, memfilmkan Jokowi di bawah bendera production house K2K. “Jokowi”

tidak saja menjadi kesempatan untuk KK Dheeraj untuk lebih mengenal Pak

27
28

Gubernur yang juga suka musik metal tersebut. Disutradarai oleh Azhar Kinoi

Lubis dengan judul awal “Cerita Kecil Dari Solo”, “Jokowi” mengawali ceritanya

dengan kisah masa kecil Joko Widodo, lahir di lingkungan keluarga yang bisa

dibilang miskin, Jokowi kecil sudah biasa hidup susah, bahkan harus rela pindah

kesana-kemari ketika Bapaknya tak bisa melunasi uang kontrakan rumah. Hanya

mengandalkan upah dari kerja sebagai tukang kayu, Bapaknya masih tetap bisa

menyekolahkan anaknya dan Jokowi tak menyia-nyiakan kerja keras orang

tuanya, di sekolah dia anak yang berprestasi. Dari Sekolah Dasar sampai SMA

dan kemudian lanjut kuliah mengambil jurusan kehutanan, Jokowi terus

memperlihatkan kalau otaknya memang cemerlang. Kepintarannya pun diikuti

oleh perilaku yang terpuji, hasil dari didikan petuah-petuah kebaikan dari Bapak

dan kakeknya yang didapat sedari kecil.

Sebuah film biopik dengan formula yang bisa dikatakan basi, “from zero

to hero” yang menyuguhkan seorang tokoh yang dipuja-puji tanpa cela. Jokowi di

film ini benar-benar seperti malaikat, sedikit pun noda tak dibiarkan menyentuh

Jokowi dan kesempurnaannya yang sudah dibangun sejak awal film. Satu-satunya

kesalahan yang diperlihatkan Jokowi hanya kedapatan berkelahi, akhirnya kena

marah oleh Bapaknya, walaupun sebenarnya Jokowi kecil dipukul karena dia

menolak uang sogokan dari temannya, balas memukul pun tidak.1

1
Rangga Adithia, Review: Jokowi (2013), artikel ini diakses pada tanggal 17 September
2014 pukul 15.00 WIB dari http://raditherapy.com/2013/06/review-jokowi-2013/
29

B. Konsep Film Jokowi

Konsep film Jokowi menceritakan kehidupan Jokowi saat kecil yang

sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan kerabatnya. Hal itu dikarenakan sang

tokoh tidak dapat menjadi sumber dan sulit ditemui. Film ini tidak ada batasan

dan penulis cerita bebas berekspresi yang penting tidak melewati konsep yang

ada. Hanya saja Jokowi berpesan untuk tidak menyentuh ranah politik dalam

ceritanya. Akhirnya difokuskan kepada konsep cerita masa kecil beliau yang bisa

menjadi motivasi bahwa orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting

kita mau berusaha pasti akan maju.2

C. Visi dan Misi Film Jokowi

Visi yang diangkat adalah menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir

khususnya masa kecil beliau yang belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi

sukses seperti sekarang ini.3

Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan

memberikan pesan moral dan pelajaran besar bagi masyarakat khususnya kaum

muda dalam menjalani kehidupan. Senantiasa berusaha dan tidak putus asa dalam

menggapai impian untuk mencapai kesuksesan. 4

D. Sinopsis Film Jokowi

Film Jokowi berkisah tentang seorang anak tukang kayu bernama Joko

Widodo, yang tinggal dan hidup di rumah kecil pinggiran sungai. Masa kanak-
2
Azhar Kinoi Lubis, Sutradara Film Jokowi, Wawancara Pribadi, pada 7 Agustus 2014.
3
Ibid.
4
Ibid.
30

kanak yang jauh dari istilah kecukupan telah dilaluinya. Namun hal itu tidak

menyurutkan semangat anak kampung pemburu telor bebek ini meneruskan

sekolahnya ke pendidikan yang lebih tinggi. Kecintaanya pada musik rock yang

tetap bertahan hingga saat ia menjabat menjadi pemimpin besar nantinya itu,

seolah mampu memotivasi semangat hidupnya.

Kisah Cinta dengan Iriana, seorang gadis sederhana yang merupakan teman

sekolah adiknya menjadi pendorong semangat sang pemimpin masa depan ini

untuk menghadapi berbagai tantangan. Sepeninggal Pak Notomiharjo, orang tua,

guru sekaligus sahabatnya, Joko seperti tak mau tenggelam dalam kedukaan.

Usahanya untuk membuktikan semua pelajaran dari sang ayah, makin keras ia

lakukan. Dan waktu mengantarkan anak bantaran kali ini, menjadi sosok yang

bukan hanya besar dimata orang-orang disekitarnya namun juga rendah hati dan

selalu memanusiakan sesamanya. Dari pinggiran sungai di desa kecil yang

bernama Srambatan, Joko telah mampu tampil menjadi pemimpin Kota Solo yang

menulis lembaran baru.

Setiap orang bangga akan kepemimpinannya, Kota Solo seperti menemukan

pahlawan baru. Joko Widodo kini lebih dikenal sebagai Jokowi, sebuah nama

yang diberikan seorang pengusaha Prancis yang mengaguminya, yang mana telah

menjadi tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Solo dan kelas akan menjadi

tokoh yang berpengaruh di Indonesia. 5

5
Indosinema, Sinopsis: Film Jokowi (2013), artikel ini diakses pada Rabu, 3 September
2014 pukul dari http://indosinema.com/2013/05/sinopsis-film-jokowi/
31

E. Karakter Pemain

1. Teuku Rifnu Wikana

Teuku Rifnu Wikana merupakan pemeran utama yakni Joko. Dia

berperan sebagai tokoh protagonis. Dia baik hati, rendah hati, sederhana,

sopan, pemalu, dan tidak pantang menyerah.

2. Prisia Nasution

Sosok Iriana yang diperankan oleh Prisia Nasution adalah termasuk

tokoh protagonis. Ia memiliki karakter sopan, rendah hati, pemalu,

sederhana, dan setia.

3. Susilo Badar

Susilo Badar memerankan tokoh protagonis yakni sebagai Notomiharjo

(ayahanda Joko). Sosok yang banyak memberikan pelajaran kepada

Jokowi ini memiliki sifat pekerja keras, tanggungjawab, penyayang,

mandiri, dan apa adanya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik

untuk keluarganya. Ia sedikit keras kepada anaknya apabila melakukan

kesalahan tanpa harus menyakitinya.

4. Ayu Diah Pasha

Tokoh Sujiatmi (ibunda Joko) diperankan oleh Ayu Diah Pasha. Sebagai

tokoh protagonis tokoh ini berkarakter keibuan, penyayang, dan setia.

5. Landung Simatupang

Sebagai pemeran Wiharjo (kakeknya Joko). Landung Simatupang

memiliki karakter penyayang, berpendirian teguh, dan banyak


32

memberikan nasihat kepada Jokowi. Ia lebih banyak muncul pada bagian

Jokowi kecil.

6. Ratna Riantiarno

Tetangga Joko yang diperankan oleh Ratna Riantiarno bernama Bu

Harjo memiliki agama yang berbeda dengan agama keluarga Jokowi.

Tetapi beliau tetap saling tenggang rasa, peduli, dan saling membantu

satu sama lain.

F. Profil Sutradara Film Jokowi

Gambar 3.1

Foto Azhar Kinoi Lubis

Azhar Kinoi Lubis lahir di Kisaran, 20 April 1980, dikenal sebagai

Direktur Film. Dia lulus dari departemen Film, Film mengarahkan utama, film

dan televisi fakultas, Institut Kesenian Jakarta tahun 2003. Beliau memulai

karirnya dengan "Peron", sebuah omnibus berkolaborasi dengan 9 Direktur,

bernama "Belkibolang" yang diputar di JIFFEST 2010, Festival Film

Internasional Rotterdam 2011, Festival Film Internasional Hongkong 2011, Udine

Film Festival 2011. Sekarang, ia sudah mengarahkan 2 film, "Jokowi" dan "Di

Balik Pintu Istana".


33

Sebelum "Belkibolang", dia menjadi asisten sutradara dalam 24 judul film,

37 TV proyek komersial dengan beberapa direktur wellknown, seperti Garin

Nugroho, Teddy Soeriaatmadja, Ari Sihasale, Hanny R. Saputra, Nan T. Achnas,

dll. Dan ia juga memiliki 9 film pendek independen.6

Filmography Azhar Kinoi Lubis sebagai sutradara, meliputi: 2 film (Film

Jokowi (2013) dan Film Dibalik Pintu Istana 2014, 22 film televisi, dan 9 film

pendek. Sedangkan kiprahnya sebagai asisten sutradara, meliputi: 24 film lokal,

42 video clip/TVC/PSA, dan 6 FTV/sinetron.7

G. Profil Pemain Inti Film Jokowi

1. Teuku Rifnu Wikana

Gambar 3.2

Foto Teuku Rifnu Wikana

Bermodal sedikit ilmu akting, ditinggalkannya kampung halaman di

pelosok Sumatera Utara itu. Saking kuatnya tekad untuk mengadu nasib di

ibukota, bangku kuliah pun tak lagi diperdulikannya. Menjadi aktor, itu

tekadnya. Ilmu akting dirasa cukup bagi Rifnu untuk percaya diri. Keahlian

6
Azhar Kinoi Lubis, About Me, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul
12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/About_Me.html
7
Azhar Kinoi Lubis, Filmography, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul
12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/Filmography.html
34

itu diasahnya lewat kelompok teater di kampung halaman sejak usia belia.

Tak heran, tatkala Rifnu mulai merambah Jakarta 2003, sebuah ajang

kompetisi film independen pun dicobanya. Sayangnya, nasib Rifnu masih

belum beruntung. Hidup di Jakarta menjadi seorang seniman, tepatnya aktor

teater, masih belum cukup, bahkan untuk hidupnya yang masih serabutan.

Untunglah, perjuangan itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar setahun di

ibukota nasibnya segera berubah. Sudah jamak cerita, jika orang yang

mengantar ikut juga diminta ikut audisi. Benar saja, kendati sempat terpikir

di benak Rifnu jika dia dikadali, peran itu diperolehnya juga.

Bersama sineas Rudy Soedjarwo, jalan karir Rifnu lumayan

mulus.Bukan porsi peran yang besar memang. Namun, peran dalam 9 Naga

hingga Mendadak Dangdut bisa segera direngkuhnya tanpa banyak

kesulitan berarti. Tampang Rifnu pun perlahan mulai familiar di benak

pecinta film tanah air. Setelah dengan sabar menanti, akhirnya ada juga film

yang menempatkan Rifnu pada porsi penting. 8

2. Prisia Nasution

Gambar 3.3

Foto Prisia Nasution

8
Teuku Rifnu Wikana, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.00 WIB
http://www.ceritamu.com/info/pemain-film/Teuku-Rifnu-Wikana
35

Prisia Wulansari Nasution, atau lebih dikenal dengan nama Prisia

Nasution. Prisia, yang akrab di sapa Phia lahir di Jakarta, 1 Juni 1984. Dia

ini adalah seorang artis Indonesia, namanya cukup dikenal oleh masyarakat

karena seringnya dia muncul di layar televisi sebagai pemain FTV yang

tayang di SCTV.9 Dia juga aktif sebagai model dan pembawa acara.

Beragam judul FTV telah dimainkan, dan 4 film sudah yang dibintanginya,

seperti Sang Penari, Rectoverso, Laura & Marsha, dan Jokowi. Filmnya

yang berjudul Sang Penari (2011) berhasil mengantarkan wanita ini, meraih

penghargaan Aktris terbaik FFI 2011 (Festival Film Indonesia).10

3. Susilo Badar

Gambar 3.4

Foto Susilo Badar

Susilo Badar adalah seorang aktor dan produser. Film yang telah

diperankannya antara lain Angkerbatu (2007), Pokun Roxy (2013), dan

9
Rahasia, Biodata Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul
10.04 WIB dari http://mencari-rahasia.blogspot.com/2013/05/biodata-prisia-nasution.html
10
Metrotvnews.com, Profil Tokoh: Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3
September 2014 pukul 9.54 WIB dari http://profile.metrotvnews.com/read/53/prisia-nasution
36

Jokowi (2013). Sedangkan pada film Wanita Tetap Wanita beliau bertindak

sebagai line producer.11

4. Ayu Diah Pasha

Gambar 3.5

Foto Ayu Diah Pasha

Ayu Diah Pasha lahir di Makassar, 4 Februari 1964. Sarjana Hukum

lulusan Universitas Trisakti Jakarta ini menambah wawasan dan

keterampilannya dengan berbagai pendidikan yang berkaitan erat dengan

upaya pengayaan diri. Ayu sering tampil sebagai peragawati dan kini aktif

sebagai pembicara dan moderator dalam berbagai seminar dan talk show,

MC di berbagai acara, juga pemain sinetron, film & teater. Pengalamannya

sebagai pengajar grooming, etiket, komunikasi dan body language untuk

berbagai kalangan boleh dikatakan tak terbilang. 12

Ayu Diah Pasha memang lebih sering terlihat di layar televisi.

Puluhan sinetron telah dia bintangi. Selain dunia sinetron, dia juga aktif

tampil di sebagai host di beberapa acara televisi, aktor dalam berbagai

pertunjukkan teater, serta dunia perfilman. Film yang pernah dibintanginya,

11
Susilo Badar, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.09 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm2682075/
12
Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03 WIB
darihttp://ayudyahpasha.wordpress.com/about/
37

yaitu: Petualangan 100 Jam (2004), Mengejar Matahari (2004), Dunia

Mereka (2006), Menebus Impian (2010), Cinta 2 Hati (2010), My Last Love

(2012), Cinta Tapi Beda (2012), Jokowi (2013), dan Soul Quest

(upcoming).13

5. Landung Simatupang

Gambar 3.6

Foto Landung Simatupang

Landung lahir di Yogyakarta, 25 Nopember 1951. Dia adalah seorang

aktor dan sutradara teater yang berdomisili di Yogyakarta. Perjalanan

karirnya dimulai dengan terjun kedalam dunia teater saat kuliah di Gadjah

Mada. Sejak itu, ia mulai terlibat dalam pementasan teater luar negeri

bersama dengan Black Swan Theater Company, dari Perth, Australia.

Dengan berbagai kelompok Teater, Landung telah menyutradarai dan

memainkan naskah-naskah Indonesia maupun asing.

Keahliannya dalam berbahasa Inggris dimanfaatkan sebagai

penerjemah, dan mengajar bahasa Inggris di berbagai sekolah, yang

kemudian menggembangkannya pula sebagai editor dan peneliti. Salah

satunya pernah mengajar di Fakultas Sastra UGM jurusan Inggris dan

13
Ibid.
38

menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan UGM,

asisten peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan UGM, dan peneliti Seksi

Monitoring Sosial Yayasan Dian Desa.

Filmografi Landung Simatupang, yaitu: Pendekar Tongkat Emas

(2014), Negeri Tanpa Telinga (2014), Jokowi (2013), Optatissimus (2013),

Ambilkan Bulan (2012), Rindu Purnama (2011), Sang Penari (2011),

Soegija (2011), Rumah Dan Musim Hujan (2011), Garuda Didadaku (2009),

dan Sang Pemimpi (2009).14

6. Ratna Riantiarno

Gambar 3.7

Foto Ratna Riantiarno

Ratna Riantiarno adalah seorang aktris, manajer seni pentas dan juga

aktivis teater Indonesia. Lahir di Manado, 23 April 1952, Ratna mengenal

dunia kesenian lewat seni tari, yang kemudian mengantarkan dirinya

berkeliling dunia.

Sementara seni drama digeluti pada 1969 dengan pementasan

pertamanya bersama Teater Kecil dalam lakon Kapai Kapai (1969). Disusul

14
Landung Simatupang, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.15
WIB darihttp://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yohanes-rusyanto-landung-laksono-
simatuandung-simatupang.html
39

perannya dalam beberapa pementasan karya Arifin C. Noer, seperti Sumur

Tanpa Dasar, Mega-Mega, Madekur Tarkeni, dan Kocak-Kacik.

Ratna kemudian ikut mendirikan Teater Koma, pada 1 Maret 1977.

Bermain dalam banyak lakon karya penulis drama dan sutradara, N.

Riantiarno, yang kemudian pada 1978 menikahinya. Bersama Teater Koma,

lakon yang pernah didukungnya seperti Rumah Kertas, Bom Waktu, Opera

Kecoa, Opera Primadona, Sampek Engtay, Konglomerat Burisrawa,

Suksesi, Kala, Republik Bagong, Presiden Burung-Burung, Republik Togog,

dan Maaf.Maaf.Maaf. Selain seni panggung, Ratna juga mengeluti dunia

film. Film Akibat Buah Terlarang, Jangan Ambil Nyawaku, Petualang-

Petualang, Jakarta 66, Opera Jakarta, Petualangan Sherina, Brownies,

Rindu Purnama, dan Jokowi adalah sejumlah film yang turut dibintanginya.

Di sisi lain Ratna juga pernah bekerja sebagai asisten kehumasan

Majalah Pertiwi, direktris perusahaan PR, RR & Associates dan pernah

menduduki sejumlah jabatan penting di bidang kebudayaan, termasuk

sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta, periode 1996-2003.15

15
Profil Ratna Riantiarno, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.16
WIB dari http://www.kapanlagi.com/indonesia/r/ratna_riantiarno/
BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITAN

A. Temuan Data

Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film. Adapun

metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam mengklasifikasi film

adalah berdasarkan genre. Film Jokowi termasuk ke dalam genre drama. Film

drama umumnya berhubungan dengan cerita, tema, karakter, dan suasana yang

memotret kehidupan nyata. Alur cerita dalam film drama terkadang membuat

penonton tersenyum, sedih, bahkan sampai meneteskan air mata. Karena film ini

mengisahkan realita kehidupan masa kecil sosok yang berasal dari keluarga

miskin dan perjuangan hidupnya hingga menjadi orang besar.

Di Indonesia banyak film yang hampir mirip dengan film ini. Hanya saja

biasanya cerita fiksi. Atau kisah nyata seseorang biasa yang inspiratif yang

diangkat ke layar lebar. Untuk film Jokowi ini sosok yang di angkat adalah sosok

dari kalangan pemerintahan yang menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia

saat ini. Sangat jarang ini terjadi. Jika itu ada, sosok yang di angkat sudah

meninggal atau pahlawan.

Film berjudul Jokowi mengusung tema perjuangan hidup dan cinta. Film

ini diangkat dari kisah nyata sosok Jokowi dari mulai beliau lahir sampai

dilantiknya beliau menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dalam film ini diceritakan dari

beliau adalah seorang anak miskin, hingga menjadi pengusaha mebel, dan menjadi

orang nomor 1 di Jakarta. Penderitaan-penderitaan yang terjadi pada Jokowi dan

40
41

keluarganya banyak dikisahkan. Dapat dikatakan alur ceritanya adalah alur

mundur. Karena mengisahkan kejadian tahun 1961-2012.Padahal film ini

diproduksi pada tahun 2013.

Film ini berlatar tahun 1961 saat Jokowi lahir. Dan 1965 saat Jokowi

Balita.Tahun 1973 saat Jokowi Sekolah Dasar. Dan tahun 1976 saat Jokowi

SMA.Semua berlatar Surakarta. Saat Jokowi kuliah di UGM berlatar Yogyakarta.

Film ini memiliki konsep Jawa. Hal itu terlihat pula dengan gaya pakaian, bentuk

rumah, adat istiadat, tradisi, alat transportasi, dan tempat makan angkringan yang

digunakan sangat cocok dengan latar tahun yang diceritakan. Memang sekilas

terlihat biasa. Namun bagi orang yang sudah lama tinggal di kota dan khususnya

yang masih berdarah Jawa membuat mereka nostalgia dengan masa lalu. Beberapa

wilayah yang digunakan sebagai lokasi syuting yaitu Kali Anyar, Keraton,

Kauman, Pasar Gede, dan Laweyan.

Dalam film ini pemain dapat memerankan peran mereka dengan

baik.Mulai dari Jokowi kecil. Jokowi saat masih bayi diperankan oleh Ilham

Ridho Ilahi, saat usia 4 tahun diperankan oleh Vincentius Aldy Pyo, dan saat usia

10 tahun diperankan oleh Ilham Rohman Wijaya. Mereka bukan aktor tetapi anak-

anak asli pinggiran Kalianyar yang benar-benar baru belajar akting saat itu dan

tidak memiliki pengalaman sama sekali. Setelah diberi arahan dan dididik mereka

sanggup memerankan tokoh Jokowi kecil dengan sangat baik. Tokoh utama yang

ditampilkan, yakni Jokowi dewasa diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana dengan

sangat menjiwai dan sesuai dengan sosok Jokowi. Sosok Ibu Iriana yang

diperanan Prisia Nasution juga optimal diperankan. Begitu pula sosok kakek
42

(Landung Simatupang), ayah (Susilo Badar), dan ibu (Ayu Diah Pasha), dan Bu

Hardjo tetangga Jokowi (Ratna Riantiarno) membuat para penonton tersentuh

dengan akting yang dibawakan.

Film ini berdurasi 117 menit. Bagian pertama film ini bercerita tentang

realita. Dimana kehidupan Jokowi sangat berbeda 100% dari sekarang. Hal ini

sangat baik jika ditonton oleh anak-anak karena sangat inspiratif. Menurut saya,

bagian ini merupakan bagian paling spesial di hati masyarakat. Karena selama ini

mereka hanya tahu kehidupan Jokowi saat sudah sukses. Tapi mereka tidak tahu

dengan kehidupan masa kecilnya. Bagian kedua bercerita tentang asmaranya

dengan Iriana yang membawa kebahagiaan dan tawa bagi penonton. Saat itu

masih berstatus mahasiswa. Dan bagian ketiga adalah bagian sedih dimana saat

dimarahi bapaknya tapi bapaknya malah menyalahkan dirinya sendiri, saat

rumahnya di hancurkan oleh petugas, dan saat dia kehilangan orang tua yang

dicintainya yaitu kakek dan bapaknya.

Beberapa pesan moral yang ditunjukkan disini diantaranya adalah selalu

berusaha, tidak mudah putus asa, dan ulet terhadap kehidupan. Sebagaimana

dijelaskan dalam QS. Al Insyirah ayat 1-8 berikut:

           

              

       


“(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, (2) Dan
Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, (3) yang memberatkan
punggungmu?, (4) Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.(5)
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6)
43

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (7) Maka apabila


kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh urusan yang lain, (8) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.”

Dari ayat diatas terdapat isi kandungan:1

1. Sabar atau berlapang adalah kunci menghilangkan kesulitan, rintangan

dan cobaan. Kita harus menerima ujian dari Allah SWT dengan hati

yang tenang (sabar dan ikhlas) agar beban yang dipikul kita tidak

terasa. Allah meringankan beban Nabi Muhammad sengan beberapa

cara sebagai berikut.

a. Allah mengangkat derajat Nabi Muhammad dengan cara

meninggikan dan memuliakan akhlaknya di sisi Allah.

b. Penyebutan lafaz Allah selalu berdampingan dengan nama

Muhammad. Contohnya dalam dua kalimat syahadat.

c. Dimasukkannya seorang umat, Adikknya Umar Bin Khatab,

Fatimah.

2. Dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Ulet adalah sifat yang harus kita

miliki. Orang yang ulet akan selalu mencari jalan keluar dalam

memecahkan masalah. Tentunya dengan disertai sabar dan tidak

mudah putus asa.

3. Bekerja keras disertai niat sungguh-sungguh, insya Allah keinginan

kita dapat terkabul. Orang yang terbiasa hidup kerja keras mereka

selalu bekerja menyelesaikan masalah yang belum tuntas. Pekerja

1
Arsyadini Basnur, Jangan Menyerah!! (Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Menghindari
Perilaku Berputus Asa), artikel ini diakses pada tanggal 17 Septermber 2014 pukul 01:23 WIB dari
arsyadinib.blogspot.com/2013/05/jangan-menyerah-ayat-ayat-al-guran.html?m=1
44

keras juga orang yang pandai membagi waktu. Bayangkan saja, apabila

mereka menggunakan waktu untuk nongkrong dipinggir trotoar, hidup

mereka tidak akan sukses. Karena sesungguhnya kebanyakan orang

sukses berasal dari kerja keras. Berusaha dari nol dan pantang

menyerah.

Untuk mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, penulis

membuat tabel yang membedakan Representamen (Ikon, Indeks, Simbol), Object,

dan Interpretant yang terdapat dalam teori Charles Sanders Peirce, serta yang

mangandung makna pesan moral dalam film Jokowi. Selain itu penulis juga

menambahkan gambar beserta tokoh-tokohnya yang mempermudah para pembaca

mengerti apa yang diteliti, serta melihat tanda-tanda yang ada dalam film Jokowi.

Kemudian penulis menambahkan pada sub bagian terakhir mengenai

interpretasi penulis terhadap film Jokowi yang mengandung makna pesan akhlak.

B. Makna Representamen, Object, dan Interpretant

Pada bagian ini dipilih sepuluh scene yang akan dijabarkan makna

representamen (ikon, indeks, dan simbol), object, interpretant, serta pesan moral

yang terkandung dalam masing-masing scene. Penjabaran kategori tersebut

berdasarkan visual (gambar) dan verbal (dialog) yang terdapat dalam scene

tersebut. Pemilihan scene berdasarkan pada latar belakang masalah yang diusung.
45

Tabel 4.1

Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko

Visual Verbal
Mbah: (sambil memainkan wayang)
”Oe.. Lay… Lay..
Panjenengan sedoyo Pandowo
Lelimo. Kedah tansah elingdateng
Sang Hyang Widi mangkeden.
Monggo kulo aturi sing tetep. Tansah
damel kabicikan dateng sesama.
Mekateden tuwukipun sedoyonipun
dados sae. Yo kakang tak estokke
dawuh.
Joko: (memperhatikan)
Mbah: “Ini siapa ini namanya le?”
Joko: “Semar.”
Mbah: “Semar. Ini cuma abdi. Dia
bukan yang punya pangkat bukan
pembesar tapi ini Raden Janoko
majikannya nurut sama Semar ini.
Sebab apa? Semar walaupun cuma
abdi atau pembantu, dia ini titisan
dewa. Dewa Ismoyo namanya, dewa
yang sakti.”
No. Tipe Tanda Data
1 Representamen (X): - Gambar 1, seorang kakek menggunakan baju
Ikon khas Jawa dan penutup kepala bermotif batik
(Wiharjo). Dan seorang anak laki-laki (Joko).
Keduanya memegang wayang. Terdapat sepeda
yang terparkir dibelakangnya menunjukkan latar
tempat berada di teras depan rumah.
Indeks Kakek bercerita ke Joko sambil memegang wayang
menunjukkan kakek memperkenalkan budaya
Indonesia yang berasal dari Jawa
Simbol Kesenian Jawa
2 Objek (Y) Wayang Semar dan Raden Janoko
3 Interpretan (X=Y) Representasi orang yang bermain wayang
menunjukkan kaum priyayi.

Berdasarkan analisis penulis, gambar di atas mempresentasikan seorang

kakek yang menggunakan baju khas Jawa dan kepala yang diikat kain batik
46

menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang masih memelihara nilai-nilai

kebudayaan. Seperti yang ditujukkan juga pada kolom indeks sang kakek bermain

wayang karena ingin memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada cucunya. Untuk

simbol tercantum bahwa wayang memberikan nasihat. Dalam setiap pertunjukan,

wayang selalu memberikan nasihat positif melalui para tokohnya. Kakek berharap

Joko akan mengikuti nasihat yang diberikan yakni selalu ingat kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Sedangkan objeknya adalah wayang. Wayang terlihat dimainkan oleh

kakek dan cucunya. Wayang merupakan pertunjukan kesenian Indonesia yang

berkembang pesat di Jawa dan Bali. Dalam dialog dikatakan wayang tersebut

merupakan adalah Pandawa Lima, tokoh Semar dan Raden Janoko. Pandawa

Lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira,

Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Semar adalah salah satu tokoh wayang yang

sangat sakti karena ketinggian ilmunya. Dia memiliki tubuh bulat seperti bumi

yang dapat diartikan ia memiliki pribadi yang rendah hati, bulat sempurna dan

punya sifat bumi. Raden Janoko adalah nama lain dari Arjuna yang memiliki sifat

cerdik, pandai, lemah lembut budinya, berani, dan suka melindungi yang lemah.

Dan kakek Joko beharap sekali Joko kelak akan memiliki sifat-sifat terpuji yang

dimiliki tokoh itu.

Penulis menginterpretasikan gambaran ini adalah gambaran orang priyayi.

Priyayi menganggap bahwa wayang adalah salah satu perwujudan kesenian yang

alus.dan kesenian itu mengekspresikan nilai- nilai priyayi.


47

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang dapat kita ambil yaitu:

1. Melestarikan budaya Indonesia. Ini termasuk pesan moral kategori manusia

dengan manusia lain dan lingkungannya.

2. Harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa untuk

membantu sesama. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia

dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalamQS. Al Baqarah ayat 152

berikut:

      


“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada

gambar di atas adalah teknik medium close up. Dimana terlihat tubuh manusia

(kakek) dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar

belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke

dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara kakek dan Joko dimana sumber

suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian

film.
48

Tabel 4.2

Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama

Visual Verbal
Tatri:“Eh Joko, mau kemana? Mau
ke langgar ya?”
Joko: “Iya mba, mau ngaji.”
Tatri: “Barengan aku aja, aku mau
ke gereja.”
Joko: “Yo wis.”
(Joko pun dibonceng Tatri
menggunakan sepeda)
Joko: “Makasih ya mba.”
Tatri: “Sama-sama de.”

No. Tipe Tanda Data


1 Representamen (X): - Gambar 1, seorang anak perempuan
Ikon menggunakan baju rok, kalung rosario, dan
rambut dijepit rapi sambil menuntun sepeda
(Tarti). Ada seorang anak laki-laki
menggunakan baju koko dan peci sambil
membawa buku (Joko). Latar tempat gambar
menunjukkan sebuah perkampungan dimana
terdapat rumah penduduk dan aktivitas warga
terlihat.
- Gambar 2, Tarti membonceng Joko dengan
sepeda. Latar tempat menunjukkan jalan
perkampungan depan langgar dimana terlihat
anak sedang berwudhu dan seorang bapak
berjalan menggunakan baju koko dan peci
menuju tempat itu.
Indeks Pada gambar di atas Joko menggunakan baju koko
dan peci itu menunjukkan dia beragama Islam.
Sedangkan Tarti dengan menggunakan kalung
Rosario menunjukkan dia beragama Katolik.
Simbol Islam dan Kristen
2 Objek (Y) Gereja dan langgar
3 Interpretan (X=Y) Menunjukkan orang yang agamis dan perbedaan
49

agama antara keduanya.

Berdasarkan analisis penulis, gambar ini merepresentasikan seorang anak

perempuan dengan menggunakan kalung rosario dan seorang anak laki-laki

dengan menggunakan baju koko dan peci. Keduanya menunjukkan identitas

dirinya masing-masing.

Gambar tersebut menunjukkan identitas dari kedua anak tersebut. Tarti

beragama Katolik dan Joko beragama Islam. Hal itu terlihat dari atribut yang

mereka gunakan. Tarti menggunakan kalung rosario yang banyak dikenal bagi

para umat Katolik, yang biasanya dipakai dalam doa yang dipanjatkan sebagai

devosi kepada Bunda Maria. Sedangkan baju koko dan peci sangat identik dengan

busana muslim yang lazim digunakanan oleh pria muslim di Indonesia. Diperkuat

dengan data verbal sebagai objek yang menunjukkan Tarti akan pergi ke gereja

yang merupakan tempat ibadah umat Katolik dan Joko akan ke langgar yang

merupakan tempat ibadah umat Islam. Kita tahu di Indonesia agama mayoritas

adalah Islam dan Katolik sebagai minoritas. Tetapi inkulturasi budaya Jawa dan

Katolik sudah terjadi sejak abad ke 19.

Penulis mengintrepetasikan bahwa dalam gambar tersebut menunjukkan

orang yang agamis. Terlihat dari atribut yang keduanya. Dan tempat yang akan

dituju keduanya, yakni Tarti akan ke gereja dan Joko akan ke langgar untuk

beribadah. Dan perbedaan agama diantara keduanya justru menunjukkan

kerukunan yang sangat besar. Tarti mengajak Joko untuk berangkat bersama. Dan

ia mengantar Joko terlebih dahulu ke langgar kemudian dia baru ke gereja.


50

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang diberikan, yaitu:

1. Memperlihatkan identitas diri kita sebagai seorang yang beragama. Ini

termasuk pesan moral kategori manusia dengan dirinya sendiri.

2. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Saling menghormati dan

berbuat baik tanpa harus membeda-bedakan. Ini termasuk pesan moral

kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial.

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 13 dan QS. Al Kafirun

ayat 6 berikut:

          

           
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.”

    

“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada

gambar di atas adalah teknik long shot. Tubuh fisik manusia (Tarti dan Joko) telah

tampak jelas namun latar belakang perkampungan masih dominan. Dan jenis

suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan


51

antara Tarti dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame

atau berada dalam ruang kejadian film.

Tabel 4.3

Scene 3: Anto Memberi Joko Uang

Visual Verbal
Anto: “Ini.” (menyodorkan uang)
Joko: “Apa itu?”
Anto: “Jangan bilang ke Pak Ustadz
kalau kami kabur.”
Joko: “Maaf kalau seperti ini aku
ndak bisa terima.”
(Joko dan Toto pun pergi
meninggalkan Anto, Ruli, dan Jupri).

No. Tipe Tanda Data


1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang anak laki-laki menggunakan
Ikon kain sarung menyodorkan uang logam (Anto).
Dan orang anak laki-laki menggunakan peci dan
baju koko (Joko) dan seorang anak laki-laki
dengan sarung di pundak (Toto).
- Gambar 2, Joko dan Toto pergi meninggalkan
Anto dan kedua temannya (Rulli dan Jupri). Latar
tempat kedua gambar di atas menunjukkan di
jalan pinggir sungai.
Indeks Anto memberikan Joko uang agar Joko tidak
melapor ke Pak Ustadz bahwa Anto kabur dari
pengajian.
Simbol Alat tukar atau pembayaran
2 Objek (Y) Uang logam
3 Interpretan (X=Y) Suap menyuap di kalangan anak-anak
52

Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan data visual dan

verbal di atas adalah seorang anak laki-laki menggunakan kain sarung yang

menyodorkan uang (Anto) kepada seorang anak laki-laki menggunakan peci dan

baju koko (Joko). Mereka terlihat hendak pulang sehabis mengaji di langgar.Anto

menyodorkan uang tersebut dengan syarat Anto tidak melapor ke Pak Ustadz.

Akan tetapi Joko menolak menerima uang tersebut dengan baik.Ini menunjukkan

sikap keras Anto yang memaksa Joko menerimanya karena dia takut. Dan sikap

jujur Joko yang menolak yang bukan menjadi haknya.

Sedangkan objek pada gambar tersebut uang logam. Kita tahu uang adalah

alat tukar yang dapat diterima secara umum. Dan berguna sebagai pembayaran

barang atau jasa. Uang berbentuk kertas dan logam. Uang logam biasa disebut

sebagai uang receh atau uang kecil yang umumnya dipakai jajan untuk anak-anak.

Uang logam yang Anto beri adalah uang Rp 100,-. Ini dilihat pada tahun kejadian

dalam gambar yakni 1973.

Sehingga penulis menginterpretasikan gambar ini adalah suap menyuap

yang terjadi di kalangan anak-anak. Anto menyuap Joko dengan uang dengan

syarat Joko tidak melapor ke Pak Ustadz kalau mereka kabur dari pengajian. Joko

menolak uang tersebut. Ini menunjukkan budaya suap menyuap sudah lama

terjadi. Pada zaman penjajahan pun sudah ada dan lebih dikenal dengan upeti.

Kejadian pada gambar terjadi pada tahun 1973 yakni masa orde baru. Dimana

momentum akbar tumbuh suburnya korupsi bermula pada masa tersebut.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang diberikan, yaitu:


53

1. Jangan pernah melakukan suap. Dan jangan menerima suap. Karena suap

hukumnya haram. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia

dengan dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat

188 berikut:

  
    
 
       
    
  
 
    
    
           
 

 
 
    
   
  
   
   
    
  
  
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko)

dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi

dominan. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik long shot. Ini

memperlihatan tubuh manusia (Joko, Anto, Toto, Jupri, dan Rulli) tampak jelas

namun latar belakang masih dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas

termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Anto dan Joko

dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam

ruang kejadian film.


54

Tabel 4.4

Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan

Visual Verbal
Ibu Guru:“Joko Widodo.”
“Ibu heran, kamu ini nilainya selalu
bagus. Dari kelas satu nilainya
selalu seratus.”
Joko: (diam)
Murid-murid: (bertepuk tangan)

No. Tipe Tanda Data


1 Representamen (X): - Gambar 1, seorang Ibu guru memakai kebaya
Ikon warna hijau dan bawahan kain dengan rambut
disanggul. Ada seorang anak laki-laki memakai
seragam sekolah putih-putih berdiri di depan
Ibu guru yaitu Joko. Ibu guru memperlihatkan
kertas kepada Joko.
- Gambar 2, anak laki-laki gemuk dengan muka
terkena tepung dan seorang anak perempuan
sedang bertepuk tangan. Kedua latar tempat ini
adalah di dalam ruang kelas.
Indeks Ibu Guru memuji nilai Joko karena dari kelas satu
nilainya selalu bagus selalu seratus.
Simbol Prestasi cemerlang
2 Objek (Y) Nilai ulangan Joko
3 Interpretan (X=Y) Representasi anak berprestasi di sekolah

Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan seorang ibu

guru dengan baju kebaya dan di sanggul menunjukkan ia adalah seorang wanita

yang berasal dari desa, sederhana, dan masih menjaga warisan budaya. Dan anak
55

laki-laki (Joko) mengenakan seragam putih-putih adalah seragam tingkat Sekolah

Dasar. Kertas yang dipegang Ibu guru adalah kertas nilai ulangan murid-murid.

Objek yang ditunjukkan adalah nilai ulangan Joko. Nilai ulangan Joko

selalu bagus dari kelas satu selalu seratus. Ini menunjukkan bahwa Joko anak

yang rajin. Sesuai pepatah rajin pangkal pandai. Selain rajin ia juga ulet. Karena

tidak mudah mempertahankan nilai itu dari kelas satu hingga saat itu. Apalagi

Joko berasal dari keluarga miskin. Tapi dia memiliki semangat belajar yang

tinggi. Hingga mencapai prestasi cemerlang di sekolahnya.

Penulis menginterpretasikan scene ini yakni Joko siswa berprestasi di

sekolah. Kemampuannya dalam pencapaian berpikirnya cukup tinggi. Penilaian

yang dicapai Joko dalam kegiatan belajar terbilang amat baik dengan nilai yang

selalu seratus. Dapat diartikan Joko sudah mencapai keberhasilan dalam belajar.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang diberikan, yaitu:

1. Untuk mencapai prestasi dan kesuksesan diperlukan sifat rajin dan ulet yang

berasal dari diri sendiri. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia

dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ar Rad ayat 11 dan

QS. Al Mujadilah ayah 11 berikut:

 
   
   
     
   
  
  
  
 
     
  
   
  
  
    

   
   
 
  
  
          
  
 
         
  
 
  
      

  
      
      
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
56

Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga


mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”

          

            

        


“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko

dan Ibu Guru) dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan

lingkungan sekitar relatif seimbang. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik

medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia (siswa siswi) dari pinggang ke

atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan

dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis

monolog. Pembicaraan hanya dilakukan oleh ibu guru yang lain hanya diam dan

bertepuk tangan yang terlihat dalam frame.


57

Tabel 4.5

Scene 5: Bapak dan Joko sedang Memancing di Sungai

Bapak: “Kamu lihat orang-orang


yang disana itu le.”
Joko: (memandang ke depan)
Bapak: “Lahir dan menghabiskan
hidupnya di bantaran kali. Ndak
sekolah. Kita juga akan seperti itu.
Tinggal nunggu nasib. Tapi kalau
kita mau belajar dan berikhtiar, kita
bisa loh memperbaiki hidup kita.
Lahir sebagai orang miskin itu ndak
salah. Tapi mati sebagai orang
miskin itu salah. Tandanya kita ndak
berusaha. Padahal Allah kasih
kemampuan untuk berusaha.”

No. Tipe Tanda Data


1 Representamen (X): - Gambar 1, Terdapat gambar seorang bapak dan
Ikon anaknya. Itu adalah Joko dan bapaknya sedang
memancing disebuah batu menggunakan kaos dan
celana. Dipinggir sungai terdapat ibu-ibu mencuci
baju dan anak-anak berenang menggunakan ban.
Berlatar tempat di sungai. Terdapat rumah dan
pepohonan di pinggir sungai dan jemuran berisi
kain.
- Gambar 2, Joko dan Bapak duduk di sebuah batu.
Indeks Bapak dan Joko sedang memancing dan
membicarakan orang-orang pinggiran sungai
karena bapak tidak ingin memiliki kehidupan
seperti itu.
Simbol Berusaha merubah nasib
2 Objek (Y) Orang-orang pinggiran sungai.
3 Interpretan (X=Y) Representasi masyarakat bantaran sungai yang
miskin

Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan seorang

Bapak dan anaknya (Pak Notomiharjo dan Joko) sedang memancing disebuah
58

batu menggunakan kaos dan celana. Mereka memperhatikan dan membicarakan

orang-orang yang mereka lihat dipinggir sungai.

Objek pada scene di atas adalah orang-orang di pinggir sungai dimana

kehidupan mereka sebagian besar dilakukan di sungai. Mulai dai bermain,

mencuci, mandi, dan sebagainya. Tidak sekolah dan belajar.Ini merupakan ciri

orang-orang tertinggal. Memang di masa itu orang-orang desa masih banyak yang

mengikuti nasib tidak ada keinginan untuk maju.

Penulis menginterpretasikan scene ini adalah masyarakat bantaran sungai

yang miskin. Mereka menghabiskan hidupnya di bantaran sungai. Dengan

aktivitas yang mereka lakukan menunjukkan tingkat ekonomi dan pendidikan

mereka yang rendah.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang diberikan, yaitu:

1. Selalu bersyukur dengan kehidupan kita yang lebih baik daripada orang lain.

Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan Tuhan. Sebagaimana

dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 152 berikut:

      


“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu”

2. Berusaha dengan kemampuan yang kita miliki untuk dapat memperbaiki

hidup kita menjadi lebih baik lagi. Bahwa Allah memberikan kemampuan

kepada kita agar kita berusaha mecapai kemajuan. Ini termasuk pesan moral

kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan

dalam QS. Al Najm ayat 39 dan QS. Ar Rad ayat 11 berikut:


59

      


“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.”

 
   
   
     
   
  
  
  
 
     
  
   
  
  
    

   
   
 
  
  
          
  
 
         
  
 
  
      

  
      
      
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik long shot. Memperlihatkan tubuh fisik manusia (Joko dan

Bapak) telah tampak jelas. Namun latar belakang masih dominan. Gambar kedua

medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko dan Bapak) dari

bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif

seimbang. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog.

Terdapat pembicaraan antara Bapak dan Joko dimana sumber suara atau

pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
60

Tabel 4.6

Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah

Visual Verbal
Bapak: “Kamu kenapa? Daritadi
kok merengut terus. Apa masih
tentang sekolahmu itu?”
Ibu: “Mbok ya dicoba dulu toh le..
Lama-lama kan pasti seneng. Cari
temen baru biar betah.”
Joko: “Aku pengen sekolah di SMA
1, sekolah favorit, bagus. Lah iki
opo? Sekolah baru, ndak mutu.”
Bapak: “Jok, bapak punya cerita
soal baju. Yang bikin baju itu bagus
apa toh?”
Joko: “Kok bapak malah ngomongin
baju toh pak. Kalo baju bagus ya
bagus. Kalo baju jelek ya jelek.”
Bapak: “Coba sekarang bapak tanya
lagi. Kalo baju bagus dipake orang
jelek?”
Joko: “ Ya jelek.”
Bapak: “Kamu lupa le.. Yang bikin
baju itu bagus atau jelek tergantung
dari yang make. Kalo baju itu butut
atau jelek dipakai oleh orang
kelihatan baik, makenya juga baik,
apa gak kelihatan bagus? Yang
penting nyaman, anget, rapi.”
Bapak: (minum kopi) “Ada masalah
apa dengan sekolahmu yang jelek
itu?”
Joko: (diam dan tampak berpikir)
Bapak: “Kalo kamu belajar dengan
tekun dan menimba ilmu sebanyak-
banyaknya, biarpun sekolahmu jelek
kamu tetep jadi orang pintar.”
Joko: (diam dan tersenyum)
No. Tipe Tanda Data
1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang wanita dewasa
Ikon mengggunakan kebaya dan lelaki dewasa
menggunakan baju Jawa dan penutup kepala
batik sedang duduk bersebelahan di kursi. Dia
adalah Sujiatmi (ibunda Joko) dan Notomiharjo
61

(bapaknya Joko). Didepannya terdapat piring


berisi makanan dan secangkir kopi diatas meja.
Nampak ada lemari kaca dibelakang mereka.
- Gambar 2, Pak Notomiharjo nampak memegang
bajunya dibagian pundak.
- Gambar 3, Joko menggunakan seragam SMA
dibelakangnya terdapat lemari kaca. Dari ketiga
gambar menunjukkan latar tempat adalah ruang
keluarga.
Indeks Joko murung dan tidak bersemangat karena
sekolah barunya tidak sesuai dengan
keinginannya.
Simbol Penilaian seseorang
2 Objek (Y) Sekolah baru Joko yang tidak bermutu
3 Interpretan (X=Y) Representasi sikap anak yang tidak setuju dengan
pilihan orang tuanya

Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan gambar

seorang anak laki-laki (Joko), seorang ibu dan bapak (Sujiatmi dan Notomiharjo)

sedang duduk di ruang keluarga. Terlihat Joko akan berangkat sekolah dengan

muka murung. Ini menunjukkan rasa kecewa, protes, dan sedih yang terjadi pada

Joko.

Objek pada scene di atas adalah sekolah baru Joko yang menurutnya tidak

bermutu. Memang pada tahun itu tidak mulai banyak sekolah baru yang

bermunculan. Dan belum diketahui kualitasnya.Joko ingin sekolah di sekolah

favorit. Namun orang tuanya hanya mampu menyekolahkan Joko di sekolah baru

itu.

Penulis dapat menginterpretasikan pada scene ini adalah representasi sikap

anak yang tidak setuju dengan pilihan orang tuanya. Joko mencoba memberikan

pendapatnya kepada kedua orang tuanya dengan sikap murung. Namun pada
62

akhirnya dengan musyawarah dan memberikan nasihat kepada Joko. Akhirnya

Joko pun mengerti.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral yang diberikan, yaitu rasa bersyukur dengan yang kita dapat dan baik

buruknya sesuatu untuk kita itu sudah ditentukan Allah SWT kita hanya dapat

berusaha. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan

dan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 216 berikut:

            

             

 
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci.Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi [pula] kamu menyukai sesuatu, padahal
ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia (Ibu dan

Bapak) dari pinggang ke atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Pada

gambar kedua dan ketiga menggunakan teknik medium close up. Ini

memperlihatkan tubuh manusia (Bapak dan Joko) dari dada ke atas. Sosok

manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Sosok

manusia mulai dominan dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas

termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Ibu, Bapak, dan
63

Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada

dalam ruang kejadian film.

Tabel 4.7

Scene 7: Joko Sedang Membeli Kaset Musik Rock

Visual Verbal
Joko: “Mas e…”
Pedagang: “Wah ada pelanggan
dateng. Nih ada yang baru Queen,
Rolling Stone, Jimmy Hendrik.”
(sambil memberikan kaset)
Joko: “Les Caplin baru ono ora?”
Pedagang: “Wah ora ene. Wes ta
catetin wae besok ta goleke.”
Joko: “Yow wis.”
Pedagang: “Ni ada yang baru nih.
(meyodorkan kaset). Ni borong
semua bisa korting.”
Joko: “Ya sudah yang ini wae.”
(mengeluarkan uang)
Pedagang: “Baru dapet duit dari
bapak ya?”
Joko: “Ya ndak, iki uang jajang ta
kumpulke buat ini.”
Pedagang: “Itu baru perjuangan
roker sejati.”
Joko: “Iso wae.”
(Tiba-tiba datang seorang pengemis.)
Pengemis: “Matur nyuwun mas..”
Joko: “Sakedap mas. iki mbah.”
(memberikan uang)
Pengemis: “Matur sembah nuwun
mas..mugi-mugi mas sekolah saget
lancar, dan juga lekas pinter, sing
maju ya mas.” (dan kemudian pergi)
Joko: “Njih. Makasih ya mbah.”
Pedagang: “Iki mau yang mana? opo
wae?”
Joko: “Aku ambil Rolling Stonenya
aja.”
Pedagang: “Gak jadi beli semua?”
Joko: “Nanti ta kumpulke lagi
64

uangnya. Ini apa ini? Sakalian ini.”


(memberikan uang)
Pedagang: “Matur nuwun.”
(memberikan plastik berisi kaset)
Pedagang: “Laris..laris..laris.”
No. Tipe Tanda Data
1 Representamen (X): - Gambar 1, gambar seorang pria menggunakan
Ikon baju seragam sekolah dan membawa tas
dipundaknya (Joko). Dan seorang lelaki berambut
ikal dengan menggunakan kemeja. Dia adalah
pedagang kaset yang memegang kertas dan
pulpen. Di depan joko terdapat lapak berisi kaset-
kaset lagu.
- Gambar 2, Hampir sama dengan gambar 1. Hanya
saja terdapat pengemis seorang nenek. Latar
tempat kedua gambar menunjukkan di sebuah
jalan yang berisi bermacam-macam pedagang.
Indeks Joko tidak jadi membeli semua kaset pilihannya
karena sebagian uangnya dia berikan kepada
pengemis.
Simbol Sedekah
2 Objek (Y) Pengemis tua
3 Interpretan (X=Y) Memberi uang kepada orang miskin dan lemah.

Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan gambar

seorang siswa SMA (Joko), tukang kaset, dan pengemis tua. Joko sedang memilih

kaset yang akan dibeli, tiba-tiba datang seorang pengemis. Kemudian Joko

langsung memberikan sebagian uangnya untuk pengemis itu. Ini menunjukkan

sikap suka memberi yang dimiliki Joko.

Objek pada scene di atas adalah pengemis tua. Pada tahun tersebut

memang banyak sekali nenek tua yang menjadi pengemis itu dikaarenakan dia

sudah tua dan tidak mampu bekerja lagi. Tidak seperti zaman sekarang banyak

anak kecil atau kaum muda menjadi pengemis.

Penulis menginterpretasikan scene ini adalah memberi uang kepada orang

miskin dan lemah.Ini penggambaran dari pengemis tua. Joko lebih mementingkan
65

orang lain daripada diri sendiri. Dia rela memberikan sebagian uangnya dan tidak

jadi membeli semua kaset pilihannya melainkan hanya sebagian saja.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan

moral untuk selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Ini termasuk

pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 245 berikut:

 
   
   
     
   
  
  
  
 
     
  
   
  
  
    

   
   
 
  
  
          
  
 
         
  
 
  
      

  
      
      
”Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko,

tukang kaset, dan pengemis) dari pinggang sampai ke atas. Sosok tubuh manusia

mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara

pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara

Joko, tukang kaset, dan pengemis dimana sumber suara atau pembicaraan muncul

dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.


66

Tabel 4.8

Scene 8: Ibunda Joko sedang Berdo’a Setelah Shalat

Visual Verbal
Ibu: (ibu berdo’a sambil menangis)
“Ya Gusti Ya allah tolong jaga anakku
Joko. Jaga dia dari segala goda dan
kemungkaran. Jangan sampai dia
kehilangan keyakinan atas
kebesaranMu Ya Gusti. Ya Gusti..”
Joko: (menghampiri ibunya)
Ibu: (sambil menangis) “Sejak kamu
kecil sampai kamu sebesar ini ibu
selalu mendo’akanmu supaya kamu
lebih baik, lebih mapan daripada
bapak dan ibumu yang ndak punya
apa-apa ini.” “Kalau sampai kamu
keblinger trus tersesat aku tak akan
meninggalkanmu.”
Joko: (memandang ibunya dengan
bingung)“Ono opo toh bu?”
No. Tipe Tanda Data
1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang Ibu sedang duduk memakai
Ikon mukena dengan mata terpejam dan menangis. Dia
adalah Sujiatmi (ibunda Joko). Kedua tangannya
diangkat mengadah ke atas.
- Gambar 2, Ibu memengang rambut Joko. Dan Joko
yang mengenakan seragam sekolah duduk
didepannya. Latar kedua tempat menunjukkan
sebuah kamar.
- Teknik pengambilan gambar pada ketiga gambar
menggunakan teknik medium close up.
Indeks Ibu menggunakan mukena menunjukkan ibu selesai
shalat. Dan dia mengadahkan tangan ke atas
menunjukkan ibu sedang berdo’a untuk anaknya.
Simbol Harapan ibu kepada anaknya.
2 Objek (Y) Joko
3 Interpretan (X=Y) Representasi rasa sayang ibu kepada anaknya.

Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar seorang

ibu menggunakan mukena, sambil menangis, dan mengadahkan tangannya ke

atas. Menunjukkan ia selesai shalat dan berdo’a. Kemudian seorang anak (Joko)
67

menghampiri ibunya yang menangis dengan wajah bingung. Menunjukkan Joko

tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya hingga dia menangis.

Objek pada scene ini adalah Joko. Joko adalah anak dari Sujiatmi. Anak

yang baik, rendah hati, berprestasi, dan berbakti kepada kedua orang tua. Maka

menunjukkan ibu sehabis shalat mendo’akan Joko agar selalu dalam

lindunganNya dan dijauhi dari hal-hal buruk.

Penulis menginterpretasikan scene ini adalah representasi rasa sayang

seorang ibu kepada anaknya. Tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang

seorang ibu kepada anaknya.

Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan sikap

Ibu Sujiatmi memberikan pesan moral kekuatan do’a seorang ibu. Ini termasuk

pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan

dalam hadist berikut:

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda,


‫ث دَﻋَﻮَاتٍ ُﻣﺴْﺘَﺠَﺎﺑَﺎتٌ ﻻَ ﺷَﻚَّ ﻓِﯿﮭِﻦَّ دَﻋْﻮَةُ اﻟْﻮَاﻟِﺪِ وَ َدﻋْﻮَ ُة اﻟْ ُﻤﺴَﺎﻓِ ِﺮ‬ ُ ‫ﻼ‬َ َ‫ﺛ‬
ِ‫وَ َدﻋْﻮَ ُة اﻟْﻤَﻈْﻠُﻮم‬
“Tiga do’a yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu do’a orang
tua, do’a orang yang bepergian (safar) dan do’a orang yang
dizholimi.”[HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa
hadits ini hasan]

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada kedua gambar

menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Bapak

dan Joko) dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar

belakang tidak lagi dominan. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Dan

jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat


68

pembicaraan antara Ibu dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul

dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.

Tabel 4.9

Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak

Visual Verbal
Ilham: “Setelah almarhum bapak
saya meninggal, saya yang
menyimpan barang-barangnya.
Mungkin barang yang mas Joko cari
ada disini.”
Joko: (diam lalu mengambil jamnya)
Joko: “Arloji ini berarti sekali buat
bapak saya mas. Dan saya akan
bayar berapapun bunganya mas.”
Ilham: “Kalo begitu, almarhum
bapak saya pas justru akan lebih
bahagia kalo arloji itu kembali
kepada pemiliknya. Kalo begitu mas
Joko langsung bawa aja, gak usah
bayar.”
No. Tipe Tanda Data
1 Representamen (X): - Gambar 1, Dua orang lelaki dewasa. Keduanya
Ikon sama-sama menggunakan kemeja dan celana
panjang. Mereka sedang duduk di ruang tamu
sebuah rumah. Adanya mebel, pajangan, dan
pintu menguatkan latar tempat ini. Di meja
terdapat piring berisi bemacam-macam jam
tangan. Itu adalah Joko dan Ilham anak Pak
Darmo.
- Gambar 2, Joko mencari jam milik bapaknya
diantara puluhan jam.
Indeks Joko menebus jam tangan bapaknya yang sudah
puluhan tahun digadaikan karena jam tersebut
sangat berarti bagi bapaknya.
Simbol Kewajiban seorang anak
2 Objek (Y) Jam tangan bapak
3 Interpretan (X=Y) Representasi anak yang berbakti kepada orang tua
69

Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar dua

orang laki-laki dewasa yakni Joko dan Ilham. Joko mendatangi rumah Ilham

karena ingin menebus jam tangan bapaknya yang sudah digadai puluhan tahun. Ini

menunjukkan rasa kesungguhan dari diri Joko.

Objek dari penelitian ini adalah jam tangan bapak. Jam tangan ini adalah

jam tangan yang sangat berarti bagi Pak Notomiharjo. Dimana itu adalah

peninggalan dari kakeknya Joko.

Penulis merepresentasikan scene ini adalah representasi anak yang

berbakti kepada orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban

seorang anak setelah seorang anak telah melakukan kewajiban utamanya kepada

Tuhan.

Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam

scene ini adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Ini termasuk pesan moral

kategori hubungan manusia dengan manusia lain. Sebagaimana dijelaskan dalam

QS. Al Isra ayat 23-24 berikut:

            

           

          

    


(24)“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
70

perkataan yang mulia”(23) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka


berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium long shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh

manusia (Joko dan Ilham) dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia

dan lingkungan sekitar relatif seimbang.Gambar kedua menggunakan teknik close

up. Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil

lainnya. Disini yang diperlihatkan adalah tangan Joko. Teknik ini memperlihatkan

gestur yang mendetail. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam

jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Joko dan Ilham dimana sumber suara

atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.

Tabel 4.10

Scene 10: Joko Mengantar Nenek Tua Pulang

Visual Verbal
(Bapak: Orang miskin itu juga
manusia dan mereka harus
dimanusiakan. Menolong orang itu
tidak perlu menunggu. Apapun yang
bisa kita lakukan itu yang seharusnya
kita lakukan)
71

No. Tipe Tanda Data


1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang anak lelaki menggunakan
Ikon kemeja dan celana pendek membawa daun
pisang yang dijadikan sebagai payung. Dia
adalah Joko. Terdapat seorang nenek tua miskin
yang hanya menggunakan kain sebagai penutup
badannya.
- Gambar 2, Joko dan nenek yang berjalan di
jembatan rel kereta api menggunakan daun
pisang. Joko menuntun nenek tersebut.
Indeks Joko menolong nenek tua itu pulang karena nenek
itu sedang bingung tidak dapat pulang sendiri dan
hujan.
Simbol Sifat terpuji
2 Objek (Y) Nenek tua miskin
3 Interpretan (X=Y) Representasi tolong menolong dalam masyarakat
Berdasarkan analisis penulis, scene ini merepresentasikan gambar seorang

anak laki-laki (Joko) dan nenek tua. Nenek tersebut tampak bingung pulang ke

rumahnya karena hujan. Joko pun mengantar nenek itu pulang walau hanya

menggunakan pelepah pisang sebagai pengganti payung. Secara perlahan Joko

dengan sabar menuntun nenek tersebut. Menunjukkan rasa sabar dan kepedulian

sosial yang tinggi. Ini merupakan sifat terpuji.

Objek pada scene ini adalah nenek tua yang miskin. Terlihat dari pakaian

yang digunakan hanya kain yang menutupi badannya tanpa alas kaki. Dan dia

berada dipinggir jalan sendirian tanpa seorang pun.

Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam

scene ini adalah saling tolong menolong kepada sesama dan memanusiakan orang

miskin. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia

lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Maidah ayat

2 berikut:
72

  
  
    
         
  
  
      
    
 
     
 
       

      


   
     
 
  
          
   
    
  
    
  

 
 
   
 
 
 
 
  
   
   
 
 
     
 
     
 
       

  
    
     
   
  
         
            
    

  
 
    
 
 
 
  
   
   
     
     
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya
dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama

menggunakan teknik medium shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh manusia

(Joko dan Nenek tua) dapi pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai

tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Gambar kedua

menggunakan teknik long shot. Pada teknik ini tubuh fisik manusia (Joko dan

nenek tua) telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Dan jenis

suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis narasi. Pembicaraan dimana

sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada dalam

ruang kejadian film.


73

C. Interpretasi Penulis Terhadap Film Jokowi

Film Jokowi ini memang sangat sarat mengandung makna pesan moral

yang baik bagi para pembacanya. Walaupun film ini ditujukan untuk semua usia

tapi ini lebih banyak berpengaruh kepada kalangan anak muda ataupun anak-anak

yang sangat butuh pendidikan moral sebagai pondasi untuk kehidupan

kedepannya. Moral adalah batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai

(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Seseorang dikatakan bermoral jika

dia memiliki tingkah laku yang baik. Jadi, moral tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan beragama.

Maka dari itu adanya pendidikan moral seperti yang telah dibuat oleh

seorang produser KK Dheeraj dan sutradara yang juga sebagai penulis film

tersebut Azhar Kinoi Lubis merupakan usaha sadar dan tidak sadar yang mereka

lakukan untuk membentuk perilaku yang baik kepada penonton film ini sehingga

membentuk manusia yang bermoral baik kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain,

dan lingkungannya. Dengan adanya film yang berjenis biopik perjuangan hidup

seseorang yang sebelumnya adalah wali kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini

menambah pendidikan moral yang baik pula kepada penontonnya khususnya

kaum muda. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan akhlaq” (HR Bukhari). Hadist ini secara tegas mengutus Nabi

Muhammad SAW adalah untuk menegakkan akhlak. Secara luas, dapat

disimpulkan bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk

menegakkan akhlak atau moral manusia.


74

Semua manusia yang diciptakan dimuka bumi ini masing-masing memiliki

moral dalam dirinya, yang telah dipupuk sejak kecil. Tetapi moral setiap manusia

bisa saja berubah sesuai dengan niat, usaha, kerja keras, dan juga faktor

lingkungan sosialnya.

Terbitnya film ini memang bertujuan memberikan motivasi dan pesan

moral kepada masyarakat khususnya kaum muda agar nilai-nilai baik dalam film

dapat diambil dan diaplikasikan kedalam kehidupannya. Agar sifat-sifatnya

menjadi mulia yang tidak mudah terbelenggu dengan hal-hal yang

menjerumuskan ke dalam perbuatan negatif yang dapat timbul dari pikiran dan

hati manusia itu sendiri. Inilah yang menjadi alasan, sebagai manusia umumnya

dan khususnya kaum muda yang masih dalam masa perkembangan, yang harus

diberikan nilai-nilai positif didalam kehidupannya, haruslah selalu diberikan

semangat dalam menjalankan kehidupan, bersyukur, optimis, atau selalu

mengamalkan perbuatannya agar menjadi manusia yang memiliki visi, misi, dan

sukses agar bisa memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik lagi.

Pesan moral yang ditunjukkan dalam film ini meliputi, ketuhanan,

melestarikan budaya, kerukunan antar umat beragama, saling tolong menolong,

bersyukur, kekuatan doa ibu, berbakti kepada kedua orang tua, menolak suap,

kerja keras, rajin belajar, optimis, sedekah, dan rendah hati. Interpretasi penulis

terhadap scene yang diambil pada penilitian ini dapat dijabarkan seperti berikut:

Scene 1, Mbah sedang bermain wayang bersama Joko di depan rumah.

Selain melestarikan budaya dan kesenian Jawa, wayang juga memberikan pesan-

pesan dalam setiap ceritanya. Dalam hal ini pesan moral yang disampaikan adalah
75

kita harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa setiap saat dan senantiasa

untuk membantu sesama.

Scene 2, Saat Joko hendak pergi ke langgar untuk ngaji di tengah jalan

bertemu Tarti tetangga Joko yang hendak pergi ke gereja. Tarti dengan ramahnya

mengajak Joko untuk berangkat bersama. Akhirnya Joko pergi ke langgar dengan

dibonceng Tarti menggunakan sepeda.Setelah mengantar Joko, Tarti segera

melanjutkan perjalanan menuju gereja. Ini memberikan pesan moral toleransi dan

kerukunan antar umat beragama yang sangat kuat yang ditunjukkan oleh Joko dan

Tarti.

Scene 3, Saat Joko pulang mengaji bersama Toto, dia dijegat oleh Anto,

Rulli, dan Jupri di jalan pinggir sungai. Anto berniat menyuap Joko dengan uang

agar Joko tidak melaporkan ke Pak Ustadz jika mereka telah kabur dari pengajian.

Joko merasa itu bukan hal baik dan uang itu juga bukan haknya.Akhirnya dia

menolak secara halus dan pergi. Sikap Joko ini menunjukkan bahwa kita harus

berani menolak suap.

Scene 4, Ibu Guru membacakan nilai ulangan seluruh siswa. Saat nama

Joko dipanggil dan maju ke depan, Joko dipuji Ibu Guru karena nilainya selalu

bagus dan selalu seratus dari kelas 1. Dalam hal ini pesan yang diberikan adalah

kita harus rajin, ulet, dan kerja keras untuk mencapai keberhasilan.

Scene 5, Bapak menemani Joko yang sedang memancing di sungai.

Mereka melihat aktivitas orang-orang yang tinggal di bantaran sungai tersebut.

Kemudian bapak menasehati Joko. Pesan moral yang dapat diambil dari nasehat

tersebut adalah senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki dan kehidupan
76

kita yang lebih baik dari orang lain. Juga kita harus memiliki niat dan usaha untuk

memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik lagi.

Scene 6, Wajah Joko nampak murung saat akan berangkat sekolah. Joko

tidak suka dengan sekolahnya yang baru karena menurutnya tidak bermutu. Dia

ingin sekolah di sekolah favorit. Kemudian bapak mengajak ngobrol dan

menasehati Joko bahwa baju bagus atau jelek itu tergantung siapa yang pakai.

Begitu pula dengan sekolah walaupun sekolah itu jelek tetapi kita belajar tekun

dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya tetap jadi siswa pintar. Kita harus

bersyukur dan berpikir positif dengan apa yang kita dapat karena baik buruknya

sesuatu itu sudah ditentukan Allah SWT.

Scene 7, Joko akan membeli kaset music rock dengan uang tabungannya.

Kemudian seorang pengemis tua menghampirinya saat dia akan membayar

seluruh kaset yang dipilihnya. Joko kemudian memberikan sebagian uangnya

kepada pengemis tua itu dan hanya membeli sebagian dari kaset yang dipilihnya.

Sikap Joko menunjukkan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Bersedekah kepada yang membutuhkan.

Scene 8, Ibunda Joko nampak berdoa sambil menangis seusai beliau

shalat. Joko yang baru pulang sekolah menghampirinya. Doa ibu agar Joko selalu

dilindungi Tuhan dan dijauhkan dari kemungkaran. Kekuatan doa seorang ibu

sangat besar terhadap anaknya.

Scene 9, Joko mendatangi rumah Pak Darmo untuk menebus jam tangan

bapaknya yang sudah digadai puluhan tahun. Jam tersebut sangat berarti bagi

bapaknya. Ini menunjukkan anak yang berbakti kepada orang tuanya.


77

Scene 10, Joko menemukan nenek tua yang miskin tidak dapat pulang di

pinggir kampung. Saat itu hujan lebat daan Joko hanya menggunakan pelepah

pisang sebagai pengganti payung, Joko dengan cekatannya mengantar nenek

tersebut pulang melintasi jembatan rel kereta api dengan pelan-pelan. Ini

menunjukkan bahwa menolong orang tidak perlu menunggu. Apapun yang kita

dapat kita lakukan itu yang seharusnya kita lakukan. Dan kita harus perlakukan

orang miskin seperti yang lain tidak dibedakan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek dalam penelitian ini adalah sepuluh scene film Jokowi karya Azhar

Kinoi Lubis tahun 2013. Sepuluh scene itu dikaji menggunakan semiotika Charles

S. Pierce dengan menganalisis tipologi tanda (ikon, indeks, dan simbol).

Berdasarkan analisis yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa film

Jokowi ini mengandung pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-

tanda yang muncul baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya.

Tokoh yang sering muncul dalam film ini adalah Joko. Kehadiran Joko

disetiap scene menjadi tanda bahwa ia adalah tokoh yang menjadi pemeran paling

utama di antara Bapak, Ibu, atau lainnya. Peran Joko yang menjadi salah satu

tokoh utama ini memang selalu muncul dalam setiap scene dan menjadi simbol

sebagai seorang anak yang cerdas, berbakti kepada kedua orang tua, dan bermoral.

Ini dapat dikategorikan sebagai tanda visual. Penokohan yang ada dalam cerita ini

mewakili lapisan masyarakat, khususnya masyarakat menengah kebawah. Dan

setting cerita dalam film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masa lalu

seorang Joko Widodo.

Sedangkan tanda-tanda verbal yang muncul dalam setiap scene film

Jokowi dikategorikan sebagai tanda simbol. Dan tanda ini muncul di setiap

pembicaraan para tokoh. Disanalah pesan moral terkait kehidupan Jokowi

tertuang. Dengan demikian dapat disimpulkan tokoh dan pembicaraan yang ada

78
79

disetiap scene ini merupakan representasi dari pesan moral.

B. Saran

Saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk para movie maker hendaklah mengasah kreativitasnya dalam

membuat film yang mengandung nilai-nilai moral dan dikemas dengan

bentuk yang menarik perhatian penikmatnya. Hal ini dapat menjadi

pesan dakwah yang dapat diberikan kepada penonton.

2. Untuk para penonton atau penikmat film, jangan hanya melihat sisi film

sebagai media hiburan semata, karena banyak juga film yang menjadikan

media edukasi yang tidak membosankan.

3. Untuk sutradara dan K2K Production, judul film yang diberikan terlalu

luas dibanding dengan cerita yang dituju. Sebaiknya judul film ini

ditambah agar lebih spesifik seperti jalan cerita didalamnya.

4. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dikembangkan lebih mendalam

lagi melalui sudut pandang yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa. EdisiKelima. Jakarta: Erlangga.


2008.
Barthes, Roland. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.
Berger, Arthur Asa. Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta:
Tiara WacanaYogya. 2000.
Biagi, Shirley. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba
Humanika. 2010.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, danMakna. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.
Durkheim, Emile. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 1990.
Haricahyo, Cheppy. Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Pers,
1995.
Husen, Ida Sundari dan Hidayat, Rahayu. Meretas Ranah: Bahasa, Semiotika, dan
Budaya. Jakarta: Bentang. 2001.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2007.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2010.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University. 1998.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT Lembaga Kajian Islam
dan Sosial (LKIS). 2007.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008.
Qodratillah, Meity Taqdir, dkk. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. 2011.
Rivers, L. William, dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada
Media. 2004.
Sobur, Alex, Drs., M.Si. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2009.
Sumandiria, AS. Haris. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan
Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006.

80
81

Wibowo, Indiwan Setyo Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi


Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2003.

WEBSITE
Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03
WIB dari http://ayudyahpasha.wordpress.com/about/
Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03
WIB dari http://ayudyahpasha.wordpress.com/filmografi/
Azhar Kinoi Lubis, About Me, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014
pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/About_Me.html
Azhar Kinoi Lubis, Filmography, artikel ini diakses pada tanggal 3 September
2014 pukul 12.10 WIB dari
http://www.azharkinoilubis.com/Filmography.html
Indosinema, Sinopsis: Film Jokowi (2013), artikel ini diakses pada Rabu, 3
September 2014 pukul dari http://indosinema.com/2013/05/sinopsis-film-
jokowi/
Landung Simatupang, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul
12.15 WIB darihttp://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yohanes-
rusyanto-landung-laksono-simatuandung-simatupang.html
Metrotvnews.com, Profil Tokoh: Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal
3 September 2014 pukul 9.54 WIB dari
http://profile.metrotvnews.com/read/53/prisia-nasution
Ming Muslimin, Jenis Suara Pada Film Fiksi, artikel ini di akses pada 30 Oktober
2014 pukul 18.25 WIB dari
www.academia.edu/8012843/JENIS_SUARA_PADA_FILM_FIKSI
Profil Ratna Riantiarno, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014
pukul 12.16 WIB dari
http://www.kapanlagi.com/indonesia/r/ratna_riantiarno/
Rahasia, Biodata Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September
2014 pukul 10.04 WIB dari http://mencari-
rahasia.blogspot.com/2013/05/biodata-prisia-nasution.html
Rangga Adithia, Review: Jokowi (2013), artikel ini diakses pada tanggal 17
September 2014 pukul 15.00 WIB dari
http://raditherapy.com/2013/06/review-jokowi-2013/
Susilo Badar, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.09 WIB
dari http://www.imdb.com/name/nm2682075/
Teuku Rifnu Wikana, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul
10.00 WIB http://www.ceritamu.com/info/pemain-film/Teuku-Rifnu-
Wikana
82

WAWANCARA
Azhar Kinoi Lubis, Sutradara Film Jokowi, Wawancara Pribadi, pada 7 Agustus
2014.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
COVER DVD FILM JOKOWI
DAFTAR NAMA PEMAIN DAN TIM PRODUKSI FILM JOKOWI

Jabatan Nama
Director Azhar Kinoi Lubis
Producer KK Dheeraj
1st Assistant Director Riska Talitha
2nd Assistant Director Oktiarini Imaniar
3rd Assistant Director Hari Saputra Hamim
Cast
Jokowi Teuku Rifnu Wikana
Iriana Prisia Nasution
Notomiharjo Susilo Badar
Sujiatmi Ayu Diah Pasha
Jokowi (4tahun) Ilham Ridho Ilahi
Jokowi (10tahun) Vincentius Aldy Pyo
Jokowi (bayi) Ilham Rohman Wijaya
Wiharjo Landung Simatupang
Bu Hardjo Ratna Riantiarno
De Jarwo Rukman Rossadi
Iit (dewasa) Annisa Hertami
Iit (8tahun) Nurul Hidayati
Iit (4 tahun) Farisah
Pak De Miyono Pritt Timothy
Satpol 2 Sapari Husni
Satpol 1 Mbah Bayu
Satpol 3 Doddy Eskha
Bidan K. Chandra Dewi
Lucky Damayanti
Lek Roso Ghati
Tentara Anta
Tarti (12 dan 18 tahun) Novitasari
Dormo Darus Hengki Rifai
Toto (8 tahun) Syafik
Anto (10 tahun) Redhana Putra Lokananta
Waruli Ahmad
Jupri Danni
Ida (6 tahun) Fatia Hasna A.
Ida (dewasa) Anisya Ichank
Titi (4 tahun) Alfi
Titi (remaja) Rhani Riyanti
Ayah Iriana Pak Haryono
Handoko Kedung Dharma R.
Tigor Markus Tampubolon
Penjual Kaset Gogot
Raka (bayi) Rafta Benzema
Raka (10 tahun) Pradana
Kahiyang (5 tahun) Dhea
Kahiyang (8 tahun) Yudan
Ilham Anak Dharmo Abe
Penjual Soto Mega Rita Marsita
Amartanie Octoviani
Pembeli Soto Bang Bogor
Pengamen Eko Balung
Guru Sekolah Dasar Ibu Tarti
Guru Sekolah Menengah Atas Elisabeth Ida Ari
Joko Blankon
Tetangga Rini
Pak Sobri
Pedagang Pak Kusno
Aisah Jupe
Ali Makmur Riki
Kamal Eca
Ibu Kamal Ibu Wiwik
Ibu Pencuci Ibu Bambang
Pemesan Meubel William Van Kuik
Dosen Ichong
Tukang Becak Mas Jupri
The Flash Band Robbie Orlando (Vocal)
Yudi Emprit (Guitar)
Aryo (Bass)
Danang (Keyboard)
Rudi Lehhon (Drum)
Rintis Pratikyo (Manager)
Agus Yul (Road Manager)
Julio (Stage Crew)
Eddy Daned’s (Soundman)
Production Crew
Unit Production Manager Otong Tarmidi
Yorris Rumsayor
Production Secretary and Srie Wahyuni
Cashier
Production Assistant Zee
Location Manager in Solo Chevy
Burhan
Toni
Location Manager in Yogyakarta Adit
Debong
Iwan
Script Continuity Thomas Aquinas
Clapper Anggi Edison
Talent Coordinator Syaiful Rahman
Yana Gartiwa
Extras Coordinator Lilo Acting School
1st Camera Assistant Dodon Ramadhan
2nd Camera Assistant Rivan Hanggarai
D.I.T Person Donny Matahari
Assistant DIT Iqbal
Gaffer Anto Saman
Assistant Gaffer Saman
Lightingmen Ady Suryo
Dery Tanjung
Leo
Aan Putro
Jimmy Jib Operator Gatot The Jibs
Rigging Sondang
Camera Guard Dijan
1st Dolly Grip Sugeng
2nd Dolly Grip Untung
Lighting Guard Sulis
Jul
Genset Operator Rony
Har Top Driver for Generator Ricky
Sound Recordist Asst. Docky
Boomer Arif/Gepeng
Assistant Art Director Frans Bogor
Art Dept Finance Joko
Property’s Master Endang Sanusi
Property’s Buyers Amartanie Octoviani
Budi
Art Crew Antonius Budihar
Dodi
Pepeng
Supri
Mbah Bayu
Weldy
Junaedy
Set Builder Crew Sardi Cs
Assistant Make Up Nia Syamsudin
Donna
Ketty
Ani
Assistant Wardrobe Danny
Abie
Tiyo
Agus
Behind The Scene Bimo
Gozali
Poster Designed by Michael Tju
Photographer for Poster Donny Herlambang
Production Runner Yoyok Bram Saputra
Kuple
Ian
Production Helper Yeye
Oky
Agus
Andri
Fendi
Scafolding Guard Devi
Rain Coodinator Angga
Agency for Extras Burhan Management
Lilo Acting School
Aleena Management
Prit Management
Rini Agency
Dwi Agency
Wulan Agency
Ida Agency
Catering Service Dyah Catering
Post Production
Post Production Coordinator Kiki Machina
Assistant Editor Panji Gendhis
Offline Editing at Batarini Film Post
Editor for Trailer Aline Jusria
Assistant Editor for Trailer Nicky Andrian
Supported by INAFEd (Indonesian Film Editor)
Motion Graphic by Adrian Sugiono
Final Mixing at AulXo posT Jakarta, Indonesia
Assistant Sound Designer Luthfi Ginanjar
Studio Manager Era Adityawan
Junior Sound Engineer Gilang Putra Pamungkas
Aditya Koeswardhana
Online and Colour Grading at Kantana Digital Post
Production Director Wikanda Chaiviriyachok
Post Producer Anurak Jongyusook
Digital Colourist Noppasak Poontipat
Assistant Colourist Peeti Unprasert
Conform Ittiphone Mantabhand
Flame Artist Amnuay Lingee
Online Editor Su Kaiyun
All Music Mix and Mastered by Yovial Tri Purnnomo Virgi
Seruling Player Saat
Vocal by Christine Theodosia Lubis
Camera and Lighting Equipment PT. Cinerent Sumber Sarana, Jkt
DCP Mastering at Fresto
Drivers Theo
Yadi
Yanto
Agung
Asep Sound
Devi
Yono
Asep Art
Agus Bocor
Iwan
Madi Purnomo
Tilip
Birin
Adang
Joni
Kholid
Kholik
Didit
Lembar Pertanyaan Wawancara

Narasumber : Azhar Kinoi Lubis


Jabatan : Penulis dan Sutradara Film Jokowi
Hari, tanggal : Kamis, 7 Agustus 2014
Waktu : 12.20-13.00
Tempat : Jl. Moch. Kahfi 1 Gg. Kakas No. 7 Ciganjur, Jagakarsa

1. Apa yang melatarbelakangi Anda untuk membuat film Jokowi?


Pada awalnya saya ingin memperkenalkan sosok Jokowi saat dia kecil. Karena masyarakat
kan sudah tau bagaimana Jokowi saat menjabat sebagai walikota solo hingga menjadi
gubernur DKI Jakarta. Tapi apakah masyarakat tahu bagaimana kehidupan Jokowi saat kecil?
Dan Jokowi juga bukan berasal dari kalangan atas, tapi kalangan orang miskin. Bapaknya
hanya tukang kayu. Nah, itu dia yang ingin diangkat dalah film ini yakni bagaimana
kehidupan Jokowi saat masih kecil hingga bisa sukses seperti sekarang ini.

2. Bagaimana konsep yang disuguhkan dalam film ini?


Menceritakan biografi Jokowi saat kecil yang sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan
kerabatnya. Dan ini bener-bener saya membuat film ini tidak ada batasan dan bebas
berekpresi dengan ceritanya. Tidak seperti film Habibie dan Ainun yang harus persis sesuai
faktanya dan diawasi langsung oleh narasumbernya. Untuk film ini sangat sulit. Karena
Jokowi tidak mau menjadi narasumber. Beliau hanya ingin fokus ke pekerjaannya saat kami
temui. Justru beliau merasa belum pantas untuk kehidupannya dibuat sebuah film. Wong
saya ndeso katanya. Beliau hanya berpesan jangan ada berbau politiknya dalam film tersebut.
Akhirnya saya fokus ke konsep cerita masa kecil beliau yang bisa menjadi motivasi bahwa
orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting kita mau berusaha pasti akan maju.

3. Apa visi misi film Jokowi?


Visinya menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir khususnya masa kecil beliau yang
belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi sukses seperti sekarang ini.
Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan memberikan pelajaran
besar bagi masyarakat khususnya kaum muda untuk bisa menjadi lebih baik.

4. Apa tujuan yang dicapai dalam pembuatan film ini?


Memberikan motivasi dan pesan moral ke masyarakat melalui sosok Jokowi ini. Bahwa
orang miskin atau desa itu juga bisa sukses.

5. Bagaimana proses penggarapan skenario film ini?


Karena Jokowi tidak mau menjadi narasumber, maka kami mencari narasumber lain. Tidak
hanya tidak mau menjadi narasumber. Orang lain yang ingin membuat buku tentang beliau
juga sama sulit mencari info melalui beliau. Saya baca buku-buku tentang beliau. Kami
survei langsung ke Solo. Kami cari informasi selengkap-lengkapnya melalui ibunda Jokowi,
adik-adik Jokowi, kerabatnya, dan warga pinggiran Kalianyar yang menjadi saksi saat itu.

6. Bagaimana proses pemilihan pemain dalam film ini?


Untuk pemilihan pemain kami tidak mengadakan casting. Pemain dipilih oleh saya dan KK
Dheeraj selaku produser film ini. Untuk pemeran Iriana KK Dheeraj menginginkan Prisia
Nasution. Okelah menurut saya. Tapi untuk pemeran Jokowi dia menginginkan artis yang
menurut saya tidak sesuai dengan sosok Jokowi. Jokowi kan mukanya ndeso jadi ya harus
sesuai. Saya mengajukan Teuku Rifnu Wikana. Dia belum pernah menjadi pemeran utama
selama dia berkancah di entertainment. Awalnya produser tidak setuju. Tapi saya tekankan
muka Jokowi kan ndeso ya sesuai dengan mukanya Teuku Rifnu Wikana. Dan yang sulit
adalah suara yang bisa mirip dengan suara Jokowi. Cuma Teuku Rifnu Wikana yang
suaranya mirip dengan Jokowi. Untuk Ratna Riantiarno, Ayu Diah Pasha, dan Landunk
Simatupank ya tidak ada masalah lah. Saat mencari pemeran bapaknya Jokowi itu sangat
sulit. Produser memilih artis kawakan. Dan tidak melirik Susilo Badar yang saya ajukan.
Akhirnya saya jelaskan mukanya Susilo Badar kan muka jawa trus muka susah kan. Ini justru
yang dicari. Mukanya mendukung. Akhirnya setuju. Nah saat mencari pemeran Jokowi kecil
itu yang sulit. Jokowi dibawah lima tahun dan Jokowi SD. Produser menginginkan artis cilik
yang terkenal. Tapi saya tidak setuju. Apakah mau artis itu saya minta turun jalan disungai?
Pasti cara jalannya juga berbeda. Dan feelnya juga gak dapet. Akhirnya saya ya itu tadi
survei ke pinggiran sungai Kalianyar. Saya interaksi dengan warga disana. Akhirnya saya
memilih anak-anak asli sana untuk memerankan Jokowi kecil. Anak-anak disana kan ga
mengerti acting. Melihat kamera pun mereka anggap asing. Dan mereka juga seneng bisa
lihat diri mereka besar di film. Saya bilang ke produser. saya yakini, saya yang akan ajarkan
mereka. Dan saya akan bentuk mereka untuk dapat memerankan tokoh tersebut.

7. Bagaimana karakter Jokowi menurut Anda?


Ini yang saya bangga. Awalnya saya kan tidak tahu Jokowi itu bagaimana orangnya. Hanya
tau sebagai walikota Solo yang senang blusukan. Tapi yang membuat saya tertarik saat
mengetahui beliau mendapat penghargaan sebagai 10 besar walikota terbaik sedunia. Disitu
saya langsung cari tahu tentang beliau. Ternyata orangnya luar biasa. Merakyat, rendah hati,
dan sederhana.

8. Berapa lama proses pembuatan film ini?


Seluruh proses memakan waktu kurang lebih 5 bulan.

9. Sebagai penulis dan bertindak sebagai sutradara, Apa kendala yang dialami dalam pembuatan
film ini?
Adanya perbedaan pendapat dalam memilih tokoh dengan produser. Dan mencari informasi
tentang sosok Jokowi.

10. Apa hal yang paling menyenangkan selama pembuatan film ini?
Selama pembuatan film, tokoh yang dipilih sesuai dengan cerita yang diinginkan dan dapat
memerankan peran masing-masing dengan baik.

11. Apa pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? Pesan moral?
Bahwa kita itu untuk sukses tidak memndang kita miskin atau kaya. Keteguhan, ketegaran
sosok Jokowi ini patut dicontoh.

12. Apa harapan ke depannya tentang film ini? Apakah ada rencana untuk membuat film serupa?
Semoga film ini menjadi contoh yang patut ditiru dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat
khususnya kaum muda. Untuk membuat film serupa tidak ada rencana lagi kecuali jika
diminta dari pihak tertentu. Tapi kemungkinan besar tidak ada rencana lagi.

13. Terakhir, Apa pesan dan harapan Anda untuk perfilman Indonesia?
Semoga perfilman Indonesia menjadi terus maju dan banyak sisi positif yang dibangun.
Film-film yang berkualitas terus ditingkatkan.

Narasumber

Azhar Kinoi Lubis


FOTO BERSAMA PENULIS DAN SUTRADARA FILM JOKOWI
(AZHAR KINOI LUBIS)

Anda mungkin juga menyukai