Anda di halaman 1dari 190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG INTERAKTIF


MATA NAJWA METRO TV DENGAN PEJABAT PUBLIK
PERIODE JANUARI-JULI 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Indah Rahayu
NIM: 131224039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini saya persembahkan untuk

Tuhan Allahku yang setia mendengar setiap keluh kesahku,memberikan

penguatan, kedamaian, dan selalu menghadirkan berkat tak terduga disepanjang

hariku.

Malaikat hidupku yaitu orang tuaku tercinta yang telah mengorbankan waktu,

tenaga, dan materi demi pendidikanku.

Omku tercinta Agustinus Birat AP. (Alm) yang telah membantu serta setia

mendukungku semasa perjalanan perkuliahanku.

Kakakku tersayang Heru Susanto yang selalu mengingatkan tentang tanggung

jawab dan memberikan semangat selama perjalanan bangku pendidikanku.

Mereka adalah alasan terbesarku untuk tetap kuat menjalani setiap kehidupan

ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

Kalian tidak akan mempu memberi kepada semua orang dengan hartamu, akan

tetapi kamu bisa memberi kepada semua orang dengan senyuman dan akhlak

mulia.

[Musnad Al-Bazzar: Hasan]

Tangga menuju langit adalah kepalamu, maka letakkan kakimu di atas kepalamu.

Untuk mencapai Tuhan injak-injaklah pikiran dan kesombongan rasionalmu.

[Sujiwo Tejo]

Ketika kamu berfikir untuk menyerah dan kalah, ingatlah anak-anakmu berhak

lahir dari seorang ibu yang hebat dan sukses.

[Indah Rahayu]

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Rahayu, Indah. 2018. “Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata


Najwa Metro TV dengan Pejabat Publik Periode Januari-Juli
2017.”.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.

Penelitian ini menganalisis implikatur percakapan dalam dialog interaktif


Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, bagaimana wujud implikatur
percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik
periode Januari-Juli 2017. Kedua, bagaimana maksud implikatur percakapan
dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode
Januari-Juli 2017. Teori dasar yang digunakan peneliti adalah teori tindak tutur
dari Searle dan Yule, yakni tindak tutur representatif, deklaratif,ekspresif, direktif,
dan ekspresif. Kelima tindak tutur tersebut sebagai acuan untuk menganalisis
wujud, dan maksud implikatur percakapan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah video dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat
publik periode Januari-Juli 2017, sedangkan data dalam penelitian ini berupa
tuturan-tuturan yang dicurigai mengandung implikatur percakapan dalam dialog
interaktif Mata Najwa Metro TV periode Januari-Juli 2017. Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik catat. Instrumen dalam
penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri yang merupakan alat pengumpul data
utama. Analisis data dilakukan dalam tahapan: (1) mengidentifikasikan data hasil
temuan, (2) mengklasifikasikan atau mengelompokkan data penelitian
berdasarkan wujud dan maksud implikatur percakapan, (3) menginterpretasikan
atau menafsirkan data berdasarkan wujud dan maksud implikatur percakapan
yang sudah diklasifikasikan, (4) Mendeskripsikan hasil analisis data.
Sesuai dengan kedua rumusan masalah di atas, hasil dari penelitian ini
adalah (1) peneliti menemukan empat wujud implikatur percakapan berupa tindak
tutur dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik
periode Januari-Juli 2017, yakni: 1) representatif, 2) komisif, 3) direktif, dan 4)
ekspresif. (2) peneliti menemukan tujuh belas maksud implikatur percakapan
berupa tindak tutur, yakni: 1) menyatakan, 2) menjelaskan, 3) berspekulasi, 4)
menunjukkan, 5) memberitahukan, 6) mengakui, 7) memberi kesaksian, 8)
melaporkan, 9) menolak, 10) mengajak, 11) mendesak, 12) menyarankan, 13)
melarang, 14) memohon, 15) mengkritik, 16) menyalahkan, 17) menyindir.

Kata Kunci: Implikatur, Wujud dan ciri penanda, Maksud, Tindak tutur

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Rahayu, Indah. 2018. "Implications of Conversations in Metro TV's Mata


Najwa Interactive Dialogue with Public Officials Period January to July
2017." Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study
Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University.

This research analyzes the conversational implicatures on the interactive


dialogue of Mata Najwa Metro TV with public officials period January-July 2017.
This study has two objectives. First, what is the form purpose of the implicature
markers of conversation in the interactive dialogue of Mata Najwa Metro TV with
public officials period January-July 2017. Second, how is the implicatures of
conversations in the interactive dialogue of Mata Najwa Metro TV with public
officials period January-July 2017. The basic theory that the researcher used is the
theory of speech acts of Searle (1975) and Yule (2006), namely speech acts
representative, declarative, expressive, directive, and expressive. Those five
speech acts be a reference for analyzing the form, character of the marker, and the
purpose of the implicature of the conversation.

This research is included in this type of qualitative descriptive research.


The data source of this research is interactive video dialogue of Mata Najwa
Metro TV with public official period January to July 2017, while the data in this
research is a speech that is suspected to contain conversation implicatur in
interactive dialog of Mata Najwa Metro TV period January-July 2017. Data
collection of this study is referring to the noted technique. The instrument in this
research is the researcher itself which is the main data collecting tool. Data
analysis is done in the stages: (1) identifying the findings data, (2) classifying or
grouping research data based on the form and the purpose of conversational
implicature; (3) interpreting the data based on the form and meaning of the
classified conversation implicature, (4) Describe the results of data analysis.

In accordance with the two formulation of the problems, the results of this
study are (1) the researchers found four forms of speech implicatur in the form of
speech acts in the interactive dialogue of Mata Najwa Metro TV with public
officials period January to July 2017, namely: 1) representative, 2) commissive ,
3) directive, and 4) expressive. (2) the researcher found seventeen purposes of
speech implicature in the form of speech acts, namely: 1) states, 2) explains, 3)
speculates, 4) shows, 5) notices, 6) admits, 7) testifies, 8) reports, 9 ) refused, 10)
invited, 11) urged, 12) suggested, 13) forbade, 14) pleaded, 15) criticized, 16)
blamed, 17) satirical.

Keywords: Implications, Beings and marker characteristics, Purpose, Speech

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat, pertolongan, dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat

menyeselasikan skripsi yang berjudul Implikatur Percakapan dalam Dialog

Interaktif Mata Najwa Metro TV dengan Pejabat Publik Periode Januari-Juli

2017. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Banyak pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, maka perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik yang secara

langsung maupun tidak langsung. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang memberikan dukungan,

pendampingan, dan nasihat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

3. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang senantiasa membantu penulis

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan,

mendengarkan keluh kesah, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik,

membimbing, memberikan dukungan, dan menghantarkan penulis untuk

meraih cita-cita sesuai bidangnya dari awal hingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

6. Th. Rusmiyanti selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia yang turut membantu kelancaran penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Tiyas Irawan dan Ibu Suyati yang

selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan, kasih sayang, motivasi,

dan perhatian dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah bersusah payah

mencari biaya mengorbankan waktu dan tenaga untuk membiayai kuliah

dan biaya hidup saya sampai sejauh ini.

8. Kedua kakak saya, Heru Susanto dan Andri Yana yang selalu memberikan

nasihat dan dukungan kepada penulis.

9. Adik keponakan saya, Elsa Setia Pambayun yang memberikan

penghiburan kepada penulis disela-sela kejenuhan mengerjakan skripsi.

10. Agustinus Birat (Alm) yang sekarang sudah dipanggil Bapa di sorga.

Terima kasih karena sudah bersedia membantu penulis dari segi materi

maupun motivasi selama perkuliahan.

11. Pakde Yohanes Kuwat dan Bude Cicilia Karsinem sebagai orang tua

kedua penulis yang telah memberikan fasilitas, dukungan dan perhatian

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepada penulis sehingga semakin mendorong penulis untuk kuliah dengan

baik.

12. Saudara-saudara sepupu saya, Dyonisius Dwi Irwan Saputra, Monica Tri

Irianti, Theresia Catur Tri I. yang selalu menghibur melalui seloroh yang

menggelitik, memberikan dukungan baik dari segi materi maupun doa

kepada penulis selama perkuliahan.

13. Saudara-saudara saya, Rita Indah (Alm), Stefani Yuyun, Hendra Tamba,

Ignasius Riandy, Risko Kurniawan, Vincentius Dwi N, Waldy Lermatan,

Anggraeni Sunu, dan Patrisia Sugestianto yang memberikan penghiburan

melalui candaan, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi.

14. Kepada seluruh keluarga besarku di Lampung Tengah yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu dalam memberikan dukungan dan doa

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabatku tercinta dalam satu almamater Riska Safitri, Cicilia

Kumara, Clara Wahyu Kurnia, Maria Kiki Adhy, Fransiska Kumala Sari,

Yohana Augusta, Yuliana Herwinda, Faradhita Dian Maharani, Margareta

Anggraini, Natalia Kartika, Lukas Budi Husada, Timotius Tri Yogatama,

dan Lintang Samudra, yang selalu setia menemani selama masa

perkuliahan, memberikan penghiburan, masukan, dan hujatan yang berbau

candaan sehingga membuat masa perkuliahan saya menjadi berwarna.

16. Teman-teman prodi PBSI angkatan 2013 kelas A, yang selalu memberikan

dukungan dan keharmonisan selama kuliah.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
MOTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
5. Batasan Istilah ....................................................................................... 7
6. Ruang Lingkup ...................................................................................... 10
7. Sistematika Penyajian ........................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori yang Relevan.................................................................... 12
2.2 Landasan Teori ...................................................................................... 16
2.2.1. Pragmatik .................................................................................... 16

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.2 Konteks ....................................................................................... 18


2.2.3 Tindak Tutur ............................................................................... 22
2.2.4 Pengertian Implikatur ................................................................. 30
2.2.5 Jenis-jenis Implikatur ................................................................. 35
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 43
3.2 Sumber Data dan Data ......................................................................... 43
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 44
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 45
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 46
3.6 Triangulasi ........................................................................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Data ...................................................................................... 48
4.2 Hasil Analisis Data ............................................................................... 49
4.2.1 Wujud Implikatur Percakapan ........................................................ 49
4.2.1.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Representatif ... 50
4.2.1.2 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif ........... 56
4.2.1.3 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif ............ 59
4.2.1.4 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif .......... 63
4.2.2 Maksud Implikatur Percakapan ...................................................... 69
4.2.2.1 Maksud Menyatakan ................................................................. 69
4.2.2.2 Maksud Menjelaskan ................................................................ 72
4.2.2.3 Maksud Berspekulasi ................................................................ 73
4.2.2.4 Maksud Menunjukkan ............................................................... 77
4.2.2.5 Maksud Memberitahukan ......................................................... 80
4.2.2.6 Maksud Mengakui..................................................................... 82
4.2.2.7 Maksud Memberi Kesaksian ..................................................... 83
4.2.2.8 Maksud Melaporkan.................................................................. 85

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.9 Maksud Menolak ....................................................................... 86


4.2.2.10 Maksud Mengajak ................................................................... 87
4.2.2.11 Maksud Mendesak .................................................................. 89
4.2.2.12 Maksud Menyarankan ............................................................. 91
4.2.2.13 Maksud Melarang.................................................................... 94
4.2.2.14 Maksud Memohon .................................................................. 95
4.2.2.15 Maksud Mengkritik ................................................................. 96
4.2.2.16 Maksud Menyalahkan ............................................................. 100
4.2.2.17 Maksud Menyindir .................................................................. 101
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 103

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 109
5.2 Saran ...................................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 111


LAMPIRAN ............................................................................................... 115
BIODATA PENULIS ................................................................................ 173

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Contoh format tabel klasifikasi data wujud dan maksud dalam
dialog interaktif Mata Najwa Metro TV ……………………… 45

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk

bertahan hidup. Manusia yang satu dengan manusia yang lain pasti akan

berinteraksi. Proses interaksi tersebut membutuhkan bahasa sebagai alat

komunikasi. Bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi yang arbiter, yang

digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri (KBBI, 2008:116). Dapat disimpulkan bahwa bahasa

adalah sistem lambang bunyi yang disepakati, untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan kemauan manusia. Pemakaian bahasa seseorang juga dipengaruhi

oleh latar belakang pendidikan, jabatan,dan status sosial.

Kajian mengenai bahasa sendiri tidak akan sempurna tanpa meneliti

tataran kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penggunaan bahasa yang paling

umum dan integral dalam pemahamannya. Bahasa yang digunakan manusia

bukanlah bahasa yang statis, tetapi bahasa yang selalu berkembang sesuai

kebutuhan manusia sebagai penggunanya. Berbagai fenomena yang muncul di

dalam kehidupan praktis akan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan

bahasa. Sering kali kaidah-kaidah bahasa yang disepakati mengalami stagnasi

menghadapi fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis. Pengkajian

bahasa pada tataran struktural saja sering kali tidak menghasilkan suatu kajian

yang maksimal. Kondisi praktis penggunaan bahasa sering kali „keluar‟ dari

kaidah-kaidah struktural, tetapi proses komunikasi yang terjadi tidak menemui

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

suatu kendala dan justru mengahasilkan suatu komunikasi yang lebih efektif dan

efesien. Fenomena seperti inilah yang mendorong kajian bahasa tidak hanya dari

sudut pandang struktur saja, melainkan harus dikaitkan dengan aspek-aspek di

luar struktur bahasa.

Salah satu kajian bahasa yang mampu mengakomodasikan aspek-aspek di

luar bahasa adalah ilmu bahasa kajian pragmatik. Yule (2006: 3) pragmatik adalah

studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh

pendengar (atau pembaca). Pengkajian bahasa menggunakan pragmatik tentu

melibatkan aspek-aspek di luar bahasa yang turut memberi makna dalam suatu

komunikasi. Penutur dan pendengar dalam percakapan umumnya bekerja sama,

kerja sama yang dimaksud berupa kesamaan latar belakang pengetahuan. Menurut

Wijana (1996:86) setiap peserta pertuturan sama-sama menyadari bahwa ada

kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya.

Percakapan yang terjadi antar pelibat sering kali mengandung maksud-maksud

yang lebih banyak dari pada sekadar kata-kata itu sendiri. Kondisi seperti itu

menyebabkan implikatur percakapan menjadi peran yang tepat untuk mengkaji

aspek-aspek luar penggunaan bahasa. Menurut Brown dan Yule (1996:31)

implikatur adalah apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh

penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur.

Implikatur dianggap penting untuk diteliti lebih jauh terutama implikatur

percakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Percakapan yang sesungguhnya, antara penutur dan mitra tutur dapat

secara lancar berkomunikasi karen mereka berdua memiliki semacam kesamaan

latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Menurut Grice

(dalam Rahardi, 2005:43) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation

menyatakan “sebuah tuturan dapat mengimplikasikan preposisi yang bukan

merpakan bagian dari tuturan tersebut”. Preposisi yang diimplikasikan itu dapat

disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Cuacanya panas

ya, penutur tidak semata-mata bermaksud untuk memberitahukan lawan tuturnya

bahwa cuacanya sedang panas. Penutur bermaksud menyuruh mitra tuturnya

untuk menyalakan kipas angin. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh

keadaan sekitar tuturan itu.

Fenomena implikatur juga banyak ditemukan dalam program-program

televisi, seperti program talk show, komedi, maupun program-program dengan

konsep memotivasi pendengar atau penonton. Penggunaan bahasa yang

mengandung implikatur dapat menyulitkan pendengar atau penonton apabila

mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memaknai bahasa itu.

Melibatkan situasi ujar saja tidak cukup bagi pendengar atau penonton untuk

menangkap maksud bentuk bahasa yang mengandung implikatur. Oleh karena itu,

implikatur memang sangat menarik untuk diteliti, sehingga bentuk-bentuk bahasa

tertentu yang digunakan dalam percakapan dapat diketahui. Implikatur dianggap

menarik untuk diteliti karena tidak sedikit percakapan yang pelaku tuturnya tidak

menerapkan prinsip kerja sama, sehingga pemaknaan suatu bentuk bahasa yang

implikatif menjadi sulit. Di samping itu, ketertarikan terhadap implikatur ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diharapkan dapat membantu penikmat program televisi untuk lebih mudah

memahami tuturan yang berimplikatur.

Mata Najwa menjadi salah satu program televisi swasta yang dinikmati

oleh jutaan penduduk Indonesia. Mata Najwa adalah program dialog interaktif

yang dikemas menarik, mengangkat fenomena-fenomena sosial yang sedang

hangat di perbincangkan di tengah masyarakat dengan menghadirkan

narasumbernya secara langsung. Penduduk Indonesia terdiri dari beragam suku,

budaya, agama, pekerjaan, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Tidak

semua penduduk Indonesia mengetahui maksud sebenarnya yang dituturkan oleh

Najwa Shihab dan pejabat publik dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV.

Hal ini disebabkan oleh bentuk percakapan antara Najwa Shihab dengan pejabat

publik mengandung maksud percakapan di luar struktur kebahasaan. Kondisi

seperti inilah peran ilmu kebahasaan pragmatik khususnya implikatur diperlukan

untuk menjelaskan maksud-maksud tuturan tersebut.

Penelitian ini akan mengkaji implikatur percakapan dalam dialog interaktif

Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik. Dialog interaktif Mata Najwa

dipandu oleh jurnalis senior bernama Najwa Shihab. Najwa terkenal mahir

memberi pertanyaan kritis dan tajam kepada narasumbernya yang terkadang sulit

untuk dijawab narasumber tersebut. Pertanyaan yang diajukan Najwa Shihab

maksud tidak selalu disampaikan secara eksplisit dalam tuturan, tetapi

tersembunyi di balik tuturan itu sendiri, begitu pula sebaliknya. Pejabat publik

dalam menjawab pertanyaan terkadang berbelit-belit dan mempunyi maksud

tersembunyi di balik jawaban tersebut. Peneliti ingin membantu masyarakat untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mendeskripsikan mengenai wuju dan maksud-maksud percakapan Najwa Shihab

dan pejabat publik yang mengandung implikatur percakapan berdasarkan teori

tindak tutur.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang muncul berkaitan dengan uraian latar belakang di atas dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro

TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017?

Berdasarkan masalah utama di atas kemudian dibagi menjadi dua submasalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana wujud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017?

b. Bagaimanakan maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

Mendeskripsikan implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa

Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

Tujuan yang hendak dicapai dalam submasalah penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan wujud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

b. Mendeskripsikan maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif

Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis

sebagai berikut

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam kaitannya

dengan kajian ilmu kebahasaan yaitu pragmatik, khususnya penelitian

mengenai penggunaan implikatur percakapan dalam dialog interaktif

Mata Najwa Metro TV. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi

penelitian lainnya yang berhubungan dengan pengguaan implikatur

percakapan.

b. Manfaat praktis

1) Bagi penonton/publik

Penelitian ini diharapkan agar penonton dapat memahami maksud-

maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa

Metro TV dengan pejabat publik. Selain itu, dengan adanya teori

mengenai pragmatik diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai ilmu kebahasaan agar informasi yang mereka serap melalui

bahasa dapat disikapi dengan baik.

2) Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan

bagi mahasiswa mengenai ilmu kebahasaan, terutama mahasiswa

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengkaji ilmu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pragmatik khususnya mengenai implikatur percakapan dalam dialog

interaktif.

3) Bagi pejabat publik

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pejabat

publik atau politikus untuk lebih menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh masyarakat luas, karena tidak semua masyarakat

Indonesia memiliki latar belakang pendidikan tinggi.

4) Bagi peneliti yang lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan

mengenai objek penelitian yang masih terus perlu dikembangkan,

terutama dalam hal wujud dan maksud penggunaan implikatur

percakapan pada situasi konkret lain agar lebih bermanfaat bagi

pengguna bahasa.

1.5 Batasan Istilah

Penelitian membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

Istilah-istilah itu sebagai berikut:

a. Pragmatik

Yule (2006:3) pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan

oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).

b. Konteks

Konteks adalah aspek-aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan

sosial sebuah tuturan (Leech:1993).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Implikatur

Implikatur yaitu contoh utama dari banyaknya informasi yang

disampaikan daripada yang dikatakan (Yule, 2006:62).

d. Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan adalah makna yang dipahami tetapi tidak atau

kurang terungkap dalam apa yang diucapkan (Kridalaksana, 1993).

e. Tindak Tutur

Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan

(Yule, 2006:82).

f. Tindak Tutur Direktif

Yule (2006:92) menyatakan bahwa tindak tutur deklarasi adalah jenis

tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.

g. Tindak Tutur Representatif

Menurut Yule (2006:92) representatif adalah jenis tindak tutur yang

menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian

tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan,

kesimpulan, dan pendeskripsian.

h. Tindak Tutur Komisif

Yule (2006: 94) mengatakan bahwa komisif adalah tindak tutur yang

dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-

tindakan di masa yang akan datang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i. Tindak Tutur Direktif

Menurut Yule (2006: 93) direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai

oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

j. Tindak Tutur Ekspresif

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur Yule (2006: 93).

k. Wujud

Menurut KBBI (2008:1564) wujud adalah rupa, dan bentuk yang dapat

diraba.

l. Maksud

Menurut Chaer (2013:35) maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang

yang berbicara, atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu

mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang

dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri.

m. Dialog Interaktif.

Dialog interaktif adalah kegiatan bertanya jawab yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi

(Wirajaya dan Sudarmawarti, 2008:77).

n. Pejabat Publik

Menurut UU No. 8/2008 dinyatakan dalam pasal 1 angka 3 (dalam Anand,

2014:30) pejabat publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas

untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya menyangkut wujud dan maksud

implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan

pejabat publik. Tuturan yang diteliti adalah percakapan yang diucapkan Najwa

dan pejabat publik. Tuturan tersebut melibatkan seorang pembawa acara dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dan 20 orang pejabat publik. Tema yang dipilih

sebagai bahan penelitian dalam dialog Mata Najwa adalah tema politik dengan

jumlah video sebanyak 5 (lima) episode.

1.7 Sistematika Penyajian

Penulisan skripsi ini terdapat lima bagian yang dipaparkan sebagai berikut.

Bab I mengemukakan uraian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah,

ruang lingkup, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan mengenai kajian

teori terdahulu yang relevan dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian

sebagai pisau analisis untuk menjawab masalah-masalah yang diangkat dalam

penelitian ini. Bab III memaparkan jenis penelitian, sumber data dan data, metode

dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data,

triangulasi. Bab IV memaparkan mengenai deskripsi analisis wujud dan maksud-

maksud implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV.

Pembahasan ini menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam Bab I.

Pembahasan ini dilakukan berdasarkan landasan teori dan metodologi yang telah

disusun dalam bab sebelumnya. Bab V berisi simpulan dan saran dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

penelitian yang sudah dilakukan peneliti. Bab V merupakan bab akhir sajian

penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan

Berbicara mengenai pragmatik, tentunya tidaklah asing bagi kita, terutama

bagi ilmuwan yang menggeluti bidang kebahasaan khususnya. Dewasa ini topik

mengenai ilmu pragmatik mulai terkenal sebagai salah satu cabang ilmu bahasa

linguistik, mengingat sebelumnya ilmu pragmatik hampir tidak pernah disebut

oleh ahli bahasa. Seiring berkembangan ilmu kebahasaan, penelitian mengenai

ilmu pragmatik semakin banyak dilakukan. Salah satu pendapat yang

dikemukakan oleh Leech bahwa manusia tidak akan dapat mengerti benar-benar

sifat bahasa itu sendiri bila tidak mengerti pragmatik, yakni bagaimana bahasa

digunakan.

Berikut dua penelitian relevan yang pernah dilakukan dalam kajian

pragmatik untuk mendukung penelitian ini. Penelitian pertama disusun oleh

Handayani, Sumawarti, dan Suhita (2014) dengan judul Implikatur Percakapan

Dalam Acara Talk Show Mata Najwa di Metro TV. Penelitian tersebut bertujuan

untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk implikatur

percakapan serta fungsi implikatur percakapan itu sendiri. Penelitian yang

digunakan menggunakan teori kajian pragmatik ilmu kebahasaan berupa

implikatur percakapan. Teori kajian pragmatik yang digunakan peneliti adalah

teori Leech (1993) untuk memahami pragmatik dalam kaitannya dengan makna

sebuah ujaran. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah metode content analysis dan expert judgement. Metode content analysis,

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

peneliti menganalisis seluruh isi tuturan pada acara Mata Najwa di Metro TV

untuk mengambil simpulan isi data tersebut. Sedangkan, pada metode expert

judgement peneliti menggunakan ahli yang berkompeten sesuai bidang penelitian.

Dalam penelitian ini, data-data diambil dari tuturan Najwa yang dicurigai

mengandung implikatur. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Triangulasi teori

digunakan untuk mengetahui kebenaran data berdasarkan perspektif teori yang

berbeda. Sedangkan, validitas data melalui triangulasi sumber peneliti

menggunakan beberapa informan yang terdiri dari empat ahli bahasa. Dengan

menggunakan metode tersebut, peneliti menjabarkan hasil temuannya mengenai

bentuk dan fungsi implikatur percakapan pada acara Mata Najwa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 318 tindak tutur yang

mengandung implikatur. Selanjutnya, peneliti mengklasifikasikan jenisnya

menggunakan teori tindak tutur Searle dan Yule. Empat jenis tindak tutur tersebut

diantaranya, 172 tindak tutur representatif, 136 tindak tutur direktif, 8 tindak tutur

ekspresif, dan 2 tindak tutur komisif. Peneliti menemukan tujuh fungsi implikatur

percakapan pada acara Mata Najwa, yaitu memberi penjelasan, menyatakan

harapan, memberikan usulan, memberikan saran, mengajak untuk melakukan

sesuatu, menunjukkan perasaan, dan berjanji.

Penelitian kedua disusun oleh Hariyono, Agung, P.J.R, (2014) dengan

judul Implikatur Percakapan Dalam Iklan Produk Obat Di Televisi. Berpijak dari

teori pragmatik peneliti menganalisis mengenai (1) implikatur percakapan dalam

produk obat di televisi dan (2) mendeskripsikan penanda implikatur percakapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

yang terdapat pada iklan produk obat di televisi. Teori pragmatik dalam penelitian

yang dilakukan peneliti untuk mendeskripsikan mengenai pragmatik merujuk

pada pendapat yang dikemukakan oleh Wijana (1996:2) bahwa pragmatik dan

semantik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan

lingual, hanya saja semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan

pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Metode pengumpulan data

penelitian relevan yang kedua ini, peneliti menggunakan metode simak dan

rekam. Peneliti merekam menggunakan tape recorder iklan produk obat di

televisi. Setelah perekaman selesai, peneliti mentranskrip tuturan-tuturan yang

terdapat dalam rekaman iklan produk obat dan kemudian menyimaknya.

Transkrip terhadap data tersebut bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

mengamati data-data yang akan dianalisis. Teknik ini dilakukan dengan

menggunakan kartu data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode

deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data

yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya, peneliti mengklasifikasikan ke dalam

kategori-kategori tertentu. Data yang telah dikelompokkan oleh peneliti dipahami

secara utuh untuk menangkap permasalahan dan dinamika yang terjadi. Setelah

data terkelompokkan, kemudian peneliti memberikan uraian terperinci dari kasus

yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik padan.

Teknik padan yang digunakan adalah teknik padan pragmatik. Alat atau unsur

penentu di luar bahasa itu adalah konteks tuturan. Teknik padan pada penelitian

ini difokuskan pada implikatur percakapan dan penyimpangan kerja sama sebagai

penanda implikatur percakapan yang terdapat dalam iklan produk obat di televisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Hasil dari penelitian yang dilakukan yakni pertama, implikatur percakapan

yang terdapat dalam iklan produk obat di televisi berupa 1) meyakinkan, 2)

membandingkan, 3) menyarankan, dan 4) menyindir. Kedua, Penanda

kemunculan implikatur percakapan berupa penyimpangan prinsip kerjasama 1)

maksim kuantitas, 2) maksim pelaksanaan, 3) maksim kualitas, 4) maksim

relevansi, 5) maksim kuantitas dan maksim pelaksanaan, 6) maksim kuantitas dan

maksim relevansi, 7) maksim kuantitas dan maksim kualitas, dan 8) maksim

relevansi dan maksim pelaksanaan.

Dua penelitian terdahulu yang ditemukan peneliti menemukan fokus

penelitian yang berbeda. Penelitian terdahulu yang pertama fokus penelitiannya

adalah penggunaan implikatur percakapan dan jenis-jenisnya pada acara Mata

Najwa, sedangkan fokus kajian penelitian yang kedua adalah mendeskripsikan

implikatur dan penanda dalam iklan produk obat di televisi. Keduanya memang

memiliki dasar yang sama yakni implikatur percakapan, hanya saja terdapat

perbedaan dalam fokus penelitiannya. Keterkaitan dengan penelitian yang

sekarang adalah sama-sama mengenai implikatur percakapan. Namun, fokus

penelitian yang digunakan adalah tuturan Najwa Shihab dengan pejabat publik

dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian

sebelumnya mengenai implikatur percakapan. Sumber data dalam penelitian ini

adalah video dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik.

Sementara itu, data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan Najwa dan pejabat

publik yang dicurigai mengandung implikatur percakapan. Penelitian ini memiliki


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

tujuan untuk menemukan wujud implikatur percakapan, cirri penanda, dan

maksud implikatur percakapan yang terdapat pada tuturan Najwa dan pejabat

publik. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya,

terutama pada teknik dan fokus penelitian.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Leech (1993) menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang

makna dalam hubungannya dengan situasi ujar atau speech situations. Levinson

(dalam Rahardi, 2005:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang

mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Menurut Yule (2006:3) pragmatik

adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan

ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Berdasarkan beberapa pandangan

mengenai pengertian pragmatik di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik

adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari sruktur bahasa (secara

eksternal) yang disampaikan penutur kepada mitra tutur berdasarkan konteks yang

melatarbelakangi suatu ujaran. Fokus kajian ilmu pragmatik adalah tuturan dan

konteks yang melatarbelakangi sebuah komunikasi. Oleh sebab itu, studi ini

mempelajari analisis mengenai apa yang dimaksudkan penutur berdasarkan

tuturannya, daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan

dalam tuturan itu sendiri.

Ilmu pragmatik perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang

dimaksudkan orang di dalam konteks khusus dan bagaimana konteks itu

berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang

disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam

keadaan apa. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang

dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka,

maksud dan tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh:permohonan)

yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang berbicara. Kelemahan pragmatik

adalah bahwa konsep manusia ini sulit dianalisis dalam suatu cara yang konsisten

dan objektif. Jadi, pragmatik adalah ilmu bahasa yang menarik untuk dipelajari

karena melibatkan bagaimana orang saling memahami satu sama lain secara

linguistik,. Pragmatik dapat mematahkan semangat karena studi ini mengharuskan

kita untuk memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka menurut

Yule (2006:6). Penutur dan lawan tutur bisa memanfaatkan pengalaman bersama

(Background knowledge) .

Contoh:

Dialog yang dilakukan oleh kakak dan adik


Kak Johan : “Ada apa dengan mobilmu?”
Siska : “Maaf kak, tadi aku habis menabrak motor”.
Kak Johan : “Bagus besok diulangi lagi ya”.
(Konteks: Johan mendapati mobil Siska lecet-lecet)

Kata “bagus, besok diulangi lagi ya” dalam tuturan kakak di atas

digunakan untuk menyindir Siska yang sebenarnya bermakna “Jangan diulangi

lagi”. Kalau kita perhatikan dari percakapan di atas maksud dari penutur dapat

kita pahami berlandaskan pada makna bahasa dalam komunikasi sesuai konteks

penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Mey (dalam Rahardi, 2005:49) mengemukakan dua macam konteks yang

melingkupi kajian pragmatik, diantaranya yaitu konteks yang bersifat sosial dan

konteks yang bersifat sosietal. Konteks sosial adalah konteks yang timbul sebagai

akibat dari munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam suatu masyarakat

sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud konteks sosietal adalah

konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat

dalam instusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat sosial dan budaya

tertentu. Jadi dalam hal ini, dasar dari konteks sosial yaitu kekuasaan, sedangkan

dasar dari konteks sosietal adalah solidaritas.

Pragmatik mempunyai beberapa fokus yaitu, tindak tutur, deiksis,

pranggapan, dan implikatur. Fokus dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti

adalah kajian pragmatik implikatur. Konsep implikatur pertama kali dikenalkan

Grice untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan

oleh teori semantik biasa. Implikatur bahasa digunakan untuk memperhitungkan

apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang

berbeda dari apa yang dinyatakan secara harafiah Brown dan Yule (dalam Rani,

2006:176).

2.2.2 Konteks

Menurut Leech (1993:20) konteks adalah suatu pengetahuan latar

belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur untuk membantu

menafsirkan makna tuturan. Sejalan dengan hal itu, Mulyana (2005:21)

memberijan devinisi bahwa konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu

komunikasi. Menurut Rahardi (2005:50) konteks adalah segala latar belakang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang

menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Berdasarkan pendapat dari beberapa

ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah suatu latar belakang

pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam sebuah

tuturan. Dengan berpijak pada pendapat Leech , Wijana (dalam Rahardi, 2005:

50) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu disebut dengan konteks situasi

tutur (Speech situational contexts). Konteks situasi tutur, menurutnya mencakup

aspek-aspek sebagai berikut:

a. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khusnya menurut

Searle (dalam Rahardi, 2005), lazim dilambangkan dengan S (speaker)

yang diartikan „pembicara tau penutur‟ dan H (hearer) yang dapat

diartikan „pendengar atau mitra tutur‟. Digunakannya lambing S dan H itu

tidak dengan sendirinya membatasi cakupan pragmatik semata-mata hanya

pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat mencakup ragam

bahasa tulis.

b. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis.

Konteks dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara

fisik maupun nonfisik. Konteks dapat juga diartikan sebagai semua latar

belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan

mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang

dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur.

c. Tujuan tuturan berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan

demikian, karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tuturan yang jelas dan tertentu

sifatnya. Secara pragmatik, satu bentuk tutur dapat memiliki maksud dan

tujuan yang bermacam-macam. Demikian sebaliknya, satu maksud atau

tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda.

Di sinilah dapat dilihat perbedaan mendasar antara pragmatik yang

berorientasi fungsional dengan tata bahasa yang berorientasi formal atau

struktural.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang

ditangani pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang

terdapat dalam situasi tutur tertentu, dapat dikatakan bahwa yang

dibicarakan di dalam pragmatik itu bersifat konkret karena jelas

keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana tempat tuturnya, kapan waktu

tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan.

e. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat

dikatakan demikian, karena pada dasarnya tuturan yang ada di dalam

sebuah pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan

segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya.

Tiap-tiap peristiwa percakapan selalu terdapat faktor-faktor yang

mengambil peranan dalam peristiwa itu seperti penutur, lawan bicara, pokok

pembicaraan, tempat bicara dan lain-lain. Pembicara akan memperhitungkan

dengan siapa dia berbicara, tentang apa yang dibicarakan, dimana dibicarakan,

bila dibicarakan, situasi bicara dan lain-lain yang akan membagi warna terhadap

pembicaraan itu. Keseluruhan peristiwa itu disebut speech event (peristiwa tutur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Peristiwa semacam itu, jelas terlihat pada diskusi karena disitu akan terlihat

mengenai tempat diskusi, peserta diskusi, suasana diskusi, dan tujuan diskusi,

aturan diskusi, dan ragam diskusi. Dell Hymes (dalam Chaer dan Agustina,

2004:48-49), mengemukakan tentang komponen-komponen dalam peristiwa

komunikasi. Komponen tersebut jika dirangkai menggunakan jembatan keledai

akan terbentuk SPEAKING. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.

S: Setting atau Scene, yaitu waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan

scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis

penutur

P: Participant, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan.

E: Ends, yaitu makna dan tujuan pertuturan.

A: Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya dan

hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.

K: Key: nada suara dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam menyampaikan

pendapatnya dan cara mengemukakan pendapatnya.

I: Instrumentalities: alat untuk menyampaikan pendapat. Misalnya secara

lisan, tertulis, lewat telepon, dan sebagainya.

N: Norms, mengacu pada norma atau tuturan dalam berinteraksi.

G: Genre: mengacu pada jenis penyampaiannya.

Ada empat macam konteks terjadinya suatu percakapan menurut Syafi‟ie

(dalam Mulyana, 2005:24) yaitu:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

a. Konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat yang terdapat

dalam sebuah percakapan.

b. Konteks epistemis (epistemic context), yaitu latar belakang pengetahuan

yang sama-sama diketahui oleh partisipan atau pelaku tutur.

c. Konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan,

objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan.

d. Konteks sosial (social context), yaitu relasi sosio-kultural yang

melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan.

Menurut Hymes (dalam Rani, dkk, 2006:190) ada delapan komponen tutur

yang merupakan ciri khas konteks, yaitu: (1) penutur, (2) pendengar, (3) pokok

pembicaraan, (4) latar, (5) penghubung: bahasa lisan/tulisan, (6) dialek, (7) bentuk

pesan, dan (8) peristiwa tutur.

2.2.3 Tindak Tutur

Menurut Yule (2006:82) tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

ditampilkan melalui tuturan. Senada dengan hal itu, Kridalaksana (dalam

Putrayasa, 2014:85) mengatakan bahwa tindak tutur adalah pengujaran kalimat

untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembaca diketahui pendengar.

Putrayasa (2014:86) menjelaskan bahwa tindak tutur adalah kegiatan seseorang

menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan

sesuatu. Berdasarkan tiga pengertian mengenai tindak tutur di atas dapat

disimpulkan bahwa tindak tutur adalah tuturan yang bertujuan untuk

mengkomunikasikan suatu maksud penutur agar dapat dimengerti oleh lawan

tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:12) pada hakekatnya semua tuturan

mengandung arti tindakan. Searle (dalam Nadar, 2009:12) mengklasifikasikan tiga

macam tindakan yang berbeda, yakni tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan

tindak perlokusioner. Tindakan-tindakan tersebut diatur oleh aturan atau norma

penggunaan bahasa dalam situasi percakapan antara dua pihak, misalnya situasi

perkuliahan, situasi perkenalan, situasi upacara keagamaan, dan lain-lain, Schmidt

dan Richards (dalam Nadar, 2009:14).

1. Lokusioner

Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) tindak tutur lokusioner adalah

tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu, biasanya dipandang

kurang penting dalam kajian tindak tutur.

Contoh: Aloysia adalah mahasiswi PBSI angkatan 2013 yang lulus pertama
dengan predikat cumlaude.

Pada kalimat di atas diutarakan semata-mata hanya menginformasikan

sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi mempengaruhi

lawan tuturnya. Kalimat di atas hanya berupa informasi yang tidak berdampak

apa-apa terhadap mitra tuturnya.

2. Ilokusioner

Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) tindak tutur ilokusioner adalah

apa yang ingin dicapai penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat

merupakan tindakan menyatakan berjanji, minta maaf, mengancam,

meramalkan, memerintah, meminta dan lain sebagainya. Tindak ilokusioner

dapat dikatakan sebagai tindak terpenting dalam kajian dan pemahaman dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tindak tutur. Berikut contoh ilokusioner menurut Wijana (dalam Nadar,

2009:15) untuk memahami ilokusioner secara jelas.

Contoh: (1) Saya tidak dapat datang.


(2) Kamu lebih baik belajar sekarang.

Kalimat (1) memang menyatakan ketidakmampuan penutur untuk

tidak dapat datang, tetapi bila dituturkan kepada teman yang baru saja

merayakan ulang tahun berarti bertujuan untuk mengungkapkan permintaan

maaf karena tidak bisa datang dalam acara pesta ulang tahunnya. Kalimat (2)

seandainya tuturan tersebut dituturkan oleh seorang ayah kepada anaknya

yang masih sekolah di suatu sekolah dasar, tuturan itu merupakan sebuah

perintah. Namun, apabila tuturan tersebut dituturkan oleh seorang mahasiswa

kepada temannya dalam satu rumah kos, tentu tuturan tersebut tidak dapat

dianggap sebagai perintah. Tuturan tersebut lebih tepatnya bermakna sebagai

anjuran atau bujukan.

3. Perlokusioner

Menurut Searle (dalam Nadar, 2009:14) perlokusioner adalah tindakan

untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi,

membujuk dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dibawah ini!

Contoh: (1) baru-baru ini Walikota Denpasar telah membuka Wijaya


Departement Store yang terletak di pusat perbelanjaan dengan
tempat parkir yang luas dan aman.

Kalimat (1) disusun bukan semata-mata untuk memberikan sesuatu,

tetapi secara tidak langsung merupakan undangan atau ajakan untuk

berbelanja ke Departemen Store bersangkutan. Letak Departement Store yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

strategis dengan tempat yang amat luas serta aman diharapkan memiliki efek

untuk membujuk para pembacanya.

Sistem klasifikasi umum mencantumkan lima jenis fungsi umum

tindak tutur yaitu, deklarasi, representatatif, ekspresif, direktif, dan komisif

menurut Searle (dalam Yule, 2006:92-94). Penjelasan tentang ke lima macam

fungsi tersebut sebagai berikut.

a. Deklarasi

Menurut Yule (2006:92) tindak tutur deklarasi adalah jenis tindak

tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Menurut Putrayasa (2014:90)

tindak tutur deklaratif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan

sesuatu yang dinyatakan, antara lain dengan setuju, tidak setuju, benar-

benar salah, dan sebagainya.

Contoh: (1) Anda keluar !

Kalimat (1) pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah

dunia dengan kata-kata.

Menurut Dardjowidjojo (2010:96) dalam tindak ujaran deklaratif

untu menyatakan sebuah pernyataan seseorang harus memiliki wewenang

untuk melakukannya. Syarat seperti ini disebut dengan istilah felicity

condition (syarat kelayakan).

Contoh: Dengan ini kami menjatuhkan hukuman penjara 15


tahun.

Kalimat di atas hanya layak diucapkan oleh yang berwenang yaitu

seorang hakim yang menjatuhkan vonis kepada seorang tersangka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

b. Representatif

Menurut Yule (2006: 92) representatif adalah jenis tindak tutur

yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam

artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan,

kesimpulan, dan pendeskripsian. Tindak tutur yang berfungsi untuk

menetapkan atau menjelaskan suatu apa adanya. Tindak tutur ini seperti

melaporkan, menyatakan, memberitahukan, menjelaskan,

mempertahankan, berspekulasi dan lain-lain. Tindak menyatakan,

mempertahankan maksudnya adalah penutur mengucapkan sesuatu, maka

mitra tutur percaya terhadap ujaran penutur. Tindakan melaporkan

memberitahukan, maksudnya ketika penutur mengujarkan sesuatu, maka

penutur percaya bahwa telah terjadi sesuatu.

Contoh: “Malam puncak dies natalis diselenggarakan di gedung


auditorium Sanata Dharma”.

Menurut Dardjowidjojo (2010), karena tindak ujaran representatif

hanyalah merupakan pernyataan mengenai sesuatu, maka yang perlu kita

lakukan adalah menghimpun muatan proposisi dan memahami mana yang

merupakan informasi lama dan mana yang baru. Dalam menghimpun

muatan proposisi ini kita cari mana argumennya dan mana predikasinya;

siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi pasiennya; mana yang

memodifikasi yang mana (mata air atau air mata), dst. Kemudian kita

mencari pula mana dari informasi yang didengar itu yang lama dan mana

yang baru. Contohnya sebagai berikut.

(c) Sari yang menyanyi lagu Fly Me to the Moon.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Dalam kalimat (c), informasi lamanya adalah “menyanyi lagu Fly

Me to the Moon”. Sedangkan informasi barunya adalah Sari.

Berdasarkan pendapat dari kedua pakar di atas serta contoh-contoh

yang dikemukakan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur

representatif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mendeskripsikan

suatu informasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan nilai

kebenarannya yang diyakini oleh penutur.

c. Komisif

Yule (2006:94) mengatakan bahwa komisif adalah tindak tutur

yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap

tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Komisif terdiri atas dua

tipe, yaitu menjanjikan dan menawarkan (Ibrahim,1993). Tindak

menjanjikan, mengutuk dan bersumpah maksudnya penutur menjanjikan

mitra tutur untuk melakukan A, berdasarkan kondisi mitra tutur

menunjukkan dia ingin penutur melakukan A.

Contoh: (1) Saya berjanji akan datang besok.

Tuturan di atas merupakan salah satu contoh tindak komisif yang

termasuk dalam menjanjikan.

Menurut Dardjowidjojo (2010:95) tindak tutur komisif sebenarnya

bisa dianggap sama dengan tindak ujaran direktif, hanya arahnya yang

berbeda. Pada ujaran direktif si pendengarlah yang diharapkan

melakukan sesuatu. Pada tindak ujaran komisif, “perintah” itu diarahkan

kepada pembicara sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Contoh: Saya saya bersumpah untuk membalas kematian adik


saya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas

dapat disimpulkan bahwa tindak tutur komisif adalah sebuah tindak tutur

yang melibatkan dirinya sendiri terhadap tindakan di masa yang akan

datang.

d. Direktif

Tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pedengar

melakukan sesuatu misalnya menyuruh, perintah, meminta. Menurut

Ibrahim (1993) direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap

tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur misalnya meminta,

memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan. Menurut

Yule (2006: 93) direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh

penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jadi. Tindak

tutur direktif adalah tindak tutur yang digunakan penutur terhadap

tindakan yang akan dilakukan mitra tutur untuk melakukan sesuatu.

Dardjowidjojo (2010: 101) menyatakan tindak ujaran direktif dapat

dibagi menjadi tiga kelompok yang lebih kecil yaitu pertanyaan dengan

jawaban ya/tidak/belum/bukan, pertanyaan yang memerlukan jawaban

mana/(si/meng)apa, dan perintah untuk melakukan sesuatu.

Tindak meminta maksudnya ketika mengucapkan sesuatu, penutur

meminta mitra tutur untuk melakukan A, maksudnya mitra tutur

melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak memerintah,

maksudnya ketika penutur mengekspresikan keinginannya pada mitra


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

tutur untuk melakukan A, mitra tutur harus melakukan A, mitra tutur

melakukan A karena keinginan penutur. Tindak bertanya, ketika

mengucapkan sesuatu penutur bertanya, mengekspresikan keinginan

kepada mitra tutur, mitra tutur menjawab apa yang ditanya oleh penutur.

Contoh: (1)Guru: Siapa yang piket hari ini?


Siswa: Ani (siswa yang bersangkutan maju)

Tuturan di atas, merupakan suatu pertanyaan yang tujuannya

meminta informasi mitra tutur.

Guru: Coba, ulangi jawabannya.

Tuturan ini juga termasuk tindak tutur direktif yang maksudnya

menyuruh atau meminta mitra tutur mengulangi kembali jawabannya.

e. Ekspresif

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur (Yule, 2006:93). Tindak tutur ekspresif bertujuan

untuk mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa

tindak meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat,

memuji, dan mengkritik. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu

kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni.

Perasaan dan pengekspresian penutur untuk jenis situasi tertentu yang

dapat berupa tindak penyampaian salam(greeting) yang

mengekspresikan perasaan senang karena bertemu dan melihat

seseorang, tindak berterima kasih (thinking) yang mengekspresikan rasa

syukur karena telah menerima sesuatu. Tindak meminta maaf


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

(apologizing) mengekspresikan simpati karena penutur telah melukai

atau mengganggu mitra tutur.

Contoh: Ya, bagus sekali nilai rapormu.

Tuturan di atas, merupakan salah satu tindak ekspresif yang

termasuk pujian.

Dardjowidjojo (2010: 106) mengatakan karena tindak ujaran

ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka

pelaksanakannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan

fisik. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk

mengekspresikan perasaan psikologis dari penutur itu sendiri dan tanpa

melibatkan perbuatan fisik baik dari penutur maupun mitra tuturnya.

2.2.4 Pengertian Implikatur

Konsep implikatur pertama kali dikemukakan oleh Grice untuk

memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori

semantik biasa. Menurut Brown dan Yule (1996:1) implikatur adalah apa yang

disarankan atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari

apa yang dinyatakan secara harafiah. Yule (2006:62) menjelaskan bahwa

implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan

daripada yang dikatakan. Menurut Grice (dalam Rahardi, 2005:43) di dalam

artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa

implikatur adalah sebuah tuturan dapat mengimplikasikan preposisi yang bukan

merupakan bagian dari tuturan itu. Preposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

dengan implikatur. Berdasarkan berbagai pandangan yang dikemukakan oleh

pakar-pakar di atas mengenai pengertian implikatur , dapat disimpulkan bahwa

implikatur adalah maksud yang terkandung dalam sebuah tuturan yang terikat

dengan penutur, lawan tutur, konteks, dan tujuan tuturan.

Perhatikan contoh di bawah ini untuk lebih jelas:

Contoh: (-) Riska: Monica sekarang memelihara kucing.


Indah: Hati-hati menyimpan daging.

Konteks: Percakapan dilakukan antara Riska dan Indah yang tinggal dalam
sebuah kos-kosan, percakapan diatas mengandung percakapan memberi
informasi.

Tuturan Indah bukan merupakan bagian dari tuturan Riska. Tuturan Riska

muncul akibat inferensi yang disadari oleh latar belakang pengetahuan bersama

tentang kucing dengan segala sifatnya. Adapun salah satu sifat kucing adalah

senang makan daging.

Contoh : (-) Siang ini panas sekali ya.

Penutur dalam kalimat di atas bukan sekadar menyatakan bahwa hari itu

siang sangat panas. Penutur mengatakan kalimat tersebut sebenarnya

menghendaki mitra tuturnya melakukan suatu tindakan. Tindakan yang harus

diambil oleh mitra tuturnya tergantung pada konteks apa kalimat tersebut

dituturkan. Bila saat itu mereka berada di dalam sebuah ruangan, berarti penutur

menghendaki pendingin ruangan dinyalakan. Lain halnya ketika mereka berada di

sekitar sebuah kios yang menjual minuman. Arti tuturan di atas menjadi bermakna

ajakan untuk membeli minuman. Jika mereka berada di tengah lapangan, arti

tuturan tersebut menjadi ajakan untuk berteduh.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Makna sebuah kalimat tidak hanya diterangkan oleh kata-kata yang

mendukung kalimat itu saja, karena kalau hanya itu yang dijadikan bahan untuk

menentukan makna kalimat kita hanya baru sampai pada tataran inferensi

konvensi belaka. Inferensi pembicaraan (percakapan) merupakan proses

interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Hamid (2011:70)

menjelaskan bahwa implikatur adalah ketika si pendengar dalam percakapan

menduga kemauan si pembicara, dengan itu pula si pendengar memberikan

responnya. Seperti yang sudah dikatan oleh Gunpers bahwa inferensi percakapan

itu ditentukan oleh situasi dan konteks, tidak melulu oleh pendukung kalimat itu.

Sering terjadi kesalahan apa yang dimaksud oleh pembicara tidak sama dengan

apa yang ditanggap oleh si pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar

tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya

dengan cara kalimat lain supaya pendengar dapat mengerti. Levinson (dalam

Nababan, 1987:28) menjelaskan empat kegunaan konsep implikatur diantaranya:

1. Memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak

terjangkau oleh teori linguistik.

2. Memberikan penjelasan yang tegas/eksplisit tentang bagaimana mungkinnya

bahwa apa yang diucapkan secara lahririah berbeda dari apa yang dimaksud

dan bahwa pemakai bahasa itu mengerti (=dapat menangkap) pesan yang

dimaksud.

Contoh: P : Jam berapa sekarang?


Q : Kereta api belum lewat.

Kelihatannya, secara konvensional struktural, kedua kalimat itu tidak

berkaitan. Tetapi bagi orang yang mengerti penggunaan bahasa dalam situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

berbicara itu, terdapat juga faktor-faktor dalam bagian yang dalam kurung di

bawah :

P : Sanggupkah Anda memberitahukan kepada saya jam berapa sekarang

(sebagaimana biasanya dinyatakan dalam penunjuk jam, dan kalau

sanggup, harap diberitahukan kepada saya).

Q : (Saya tidak tahu secara tepat jam berapa sekarang, tetapi dapat saya

beritahukan kepada Anda suatu kejadian dari mana Anda dapat menduga

kira-kira jam berapa sekaran, yaitu) kereta api (yang biasa) belum lewat.

Penting diperhatikan dalam percakapan ini ialah bahwa informasi

jawaban yang diperlukan tidak secara langsung/lengkap diberikan dalam (2),

keterangan yang disampaikan dalam (3) dapat diketahui oleh yang bertanya

itu. Perbedaan antara (2) dan (3) cukup besar, dan tidak dapat dijelaskan oleh

teori semantik konvensional. Solusi untuk menaggulangi permasalahan seperti

ini diperlukan suatu sistem dan konsep pragmatik ternyata dapat mengisi

kebutuhan itu.

3. Konsep implikatur dapat menyederhakan pemerian semantik dari perbedaan

hubungan antar klausa, walaupun klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata-

kata struktur yang sama.

Contoh: (-) “Anak itu menaiki sepedanya dan dia pergi ke sekolah”.
Kedua klausa dalam kalimat itu tidak dapat ditukar tempatnya menjadi “Anak

itu pergi ke sekolah dan dia menaiki sepedanya.”

Tetapi dalam kalimat yang berikut:

(-) “Jakarta ibu kota Indonesia dan Manila ibu kota Filipina.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Dapat dibalik kedua klausanya menjadi “Manila ibu kota Filipina dan Jakarta

ibu kota Indonesia.”

Berdasarkan kedua contoh di atas dapat dilihat sulitnya membedakan

hubungan kedua klausa bagian kalimat itu secara struktural dan semantik

konvensional. Dalam hal ini, kita dapat mengatasi kesulitannya dengan

menerima kedua kalimat itu, didasari oleh dua pola pragmatik atau dua

perangkat implikatur yang berbeda.

4. Memberikan berbagai fakta secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah

berlawanan. Penggunaan implikatur dalam berbahasa mempunyai

pertimbangan seperti untuk memperhalus tuturan, menjaga etika kesopanan,

menyindir dengan halus (tak langsung) dan menjaga agar tidak menyinggung

perasaan secara langsung.

Konsep lain dari ilmuwan yang paling menonjolkan pragmatik sebagai

cabang ilmu bahasa ialah konsep implikatur dari Grice dalam Ceramah William

James di Universitas Harvard pada tahun 1967 untuk menanggulangi personalan

makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik. Grice (dalam

Nababan, 1987:28) menyebutkan bahwa implicatum (= apa yang diimplikasi) dan

gejala ini disebutnya dengan implikatur (dalam bahasa Inggris disebut dengan

implicature/implik∂c∂r/). Jadi, konsep implikatur ini dipakai untuk menerangkan

perbedaan yang sering terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang

diimplikasi” (atau implicatum). Contoh kalimat berikut ini diberikan B kepada

pertanyaan A tentang kemajuan teman mereka C yang sekarang bekerja di suatu

bank.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Contoh: (-) Kelihatannya baik, dia suka teman sejawatnya, dan dia belum masuk
penjara.
Jawaban itu mungkin mendorong A bertanya kepada B apa yang

dimaksudnya dengan “dia belum masuk penjara”. Ini dapat dijawab B dengan

mengatakan bahwa C adalah orang yang gampang tergoda oleh kesempatan

(menggelapkan uang) yang ada dalam macam pekerjaannya itu atau bahwa teman-

teman sejawat C itu adalah orang-orang yang jahat (yang suka menjerumuskan

orang-orang baru) dan sebagainya. Akan tetapi boleh juga jawaban B itu sudah

jelas sebelumnya bagi si A dalam konteks pembicaraan mereka. Yang rasanya

cukup jelas bagi pembaca ialah bahwa apa saja yang dimaksud atau dibayangkan

oleh si B adalah lain/berbeda dengan yang diucapkannya, yakni bahwa “dia belum

masuk penjara”.

2.2.5 Jenis-jenis Implikatur

Menurut Grice (dalam Rani, dkk, 2006:177) implikatur terdiri dari dua

macam, yaitu (a) implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan

(conversation implikature) dan (b) implikatur konvensional (convnsional

implicature).

1. Implikatur Percakapan

Implikatur percakapan merupakan implikatur yang muncul dalam konteks

pemakaian bahasa yang bersifat khusus (Zamzani, 2007:28). Implikatur

percakapan adalah makna yang dipahami tetapi tidak atau kurang terungkap

dalam apa yang diucapkan (Kridalaksana, 2008:91). Implikatur percakapan

memiliki makna yang lebih bervariasi, karena pemahaman terhadap implikasi

sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. Suatu komunikasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

atau percakapan sering kali terjadi seorang penutur tidak mengatakan maksud

tuturan secara langsung.

Berdasarkan beberapa pandangan yang disebutkan oleh pakar-pakar

mengenai pengertian implikatur percakapan dapat disimpulkan bahwa

implikatur percakapan adalah maksud dari pemakaian bahasa yang tidak

terungkap tetapi dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur karena memiliki

latar belakang pengetahuan yang sama.

Contoh: Linda: “Kamu tidak ikut makan-makan ulang tahun Winda?”


Randi: “Dari tadi saya sudah makan banyak kok”

Konteks: Linda menanyakan kepada Randi mengenai undangan makan-


makan acara ulang tahun Winda.

Percakapan antara Linda dengan Randi pada contoh di atas mengandung

implikatur percakapan yang bermakna “tidak” dilihat dari jawaban Randi atas

pertanyaan yang diungkapkan Linda.

a) Implikatur Percakapan Khusus

Implikatur percakapan khusus bertolak dengan implikatur

percakapan umum. Menurut Yule (2006:74) implikatur percakapan

khusus adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat

khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal.

Implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang diturunkan dari

percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks percakapan,

hubungan antarpembicara serta kesamaan pengetahuan, dengan

pengetahuan khusus itulah maksud atau implikatur dapat diturunkan.

Contoh: Cicil : “Hari ini aku tidak masak bubur untuk pakde”
Indah : “Aku ke kampus sampe sore”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Konteks: Cicil dan Indah adalah kakak adik sepupu yang


tinggal satu rumah.
Sekilas tuturan di atas tidak berhubungan sama sekali, namun bagi

kedua penutur dan orang lain yang telah memahami latar belakang

tuturan atau konteks tuturan tersebut akan mampu menangkap

maksudnya dengan baik. Implikatur percakapan khusus di atas adalah

Indah tidak bisa menggantikan Cicil memasak bubur untuk pakde hari

itu karena juga akan pergi.

b) Implikatur Percakapan Umum

Menurut Nadar (dalam Purayasa, 2014:70) implikatur percakapan

umum adalah implikatur yang kehadirannya di dalam percakapan tidak

memerlukan konteks khusus. Apabila pengetahuan khusus tidak

dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna tambahan yang

disampaikan, hal ini disebut implikatur percakapan umum. Contoh di

bawah ini menmperlihatkan hal tersebut. Implikatur (1) sebagai akibat

adanya tuturan (2) merupakan implikatur percakapan umum.

(1) Saya menemukan uang.


(2) (Uang itu bukan milik saya).
Contoh lain:
(3) Saya suka warna merah.
(4) (Saya tidak suka warna merah).
(5) Saya menemukan buku.
(6) (Buku itu bukan milik saya).

c) Implikatur Berskala

Informasi berskala tentu selalu disampaikan dengan memilih

sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan

kuantitas, seperti yang ditunjukkan dalam skala (11), di mana istilah-

istilah itu didaftar dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah.

(11) (semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit)


(selalu, sering, kadang-kadang)

Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu

yang paling informatif dan benar (kualitas dan kuantitas).

Contoh: (12) Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah
melengkapi beberapa mata pelajaran yang
dipersyaratkan.
Dengan memilih kata „beberapa‟ dalam (12), penutur menciptakan

suatu implikatur ( + > tidak semua). Inilah salah satu implikatur tuturan

berskala (12). Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk

negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun

dalam skala itu dinyatakan. Skala yang pertama dalam (11) mengandung

„seluruh‟, „sebagian besar‟, dan „banyak‟, berskala lebih tinggi dari pada

„beberapa‟. Dengan adanya batasan implikatur berskala, konsekuansinya

adalah, dalam mengatakan „sebagian dari mata pelajaran yang

dipersyaratkan‟, penutur juga menciptakan implikatur lain (misalnya; +

> tidak sebagian besar, + > tidak banyak). Apabila penutur melanjutkan

untuk menjelaskan mata pelajaran linguistik itu seperti dalam (13), maka

kita akan mengetahui lebih banyak implikatur berskala lagi.

Contoh: (13) Mereka kadang-kadang sangat menarik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Dengan menggunakan „kadang-kadang‟ dalam (13) penutur

menyampaikan bentuk-bentuk negatif yang tatarannya lebih tinggi dalam

skala kekerapan melalui implikatur (+ > tidak selalu, + > tidak sering).

Banyak implikatur berskala yang dihasilkan dengan menggunakan

ungkapan-ungkapan yang mungkin tidak kita pikirkan dengan cepat

sebagai bagian dari suatu skala. Misalnya tuturan dari (14 a.) akan

diinterpretasikan sebagai pengkaitan „+ > tidak tentu‟ sebagai suatu nilai

yang lebih tinggi pada skala „kemungkinan‟ dan (14 b.) „ + > tidak

mesti‟ dalam skala „keharusan‟ dan „ + > tidak beku‟ dalam skala

„perbandingan‟

(14) a. (mungkin mereka tertunda)


b. (ini harus disimpan di tempat yang dingin).

Salah satu ciri yang terlihat pada implikatur berskala ialah apabila

penutur mengoreksi diri mereka sendiri tentang beberapa rincian, seperti

dalam (15), mereka secara khusus membatalkan salah satu dari

implikatur berskala.

(15) (Saya membeli beberapa dari perhiasan ini di Hongkong.


Em… Saya kira sebenarnya saya membeli sebagian besar
perhiasan ini di sana).
Dalam (15), penutur pada awalnya mengaitkan „ + > tidak mesti‟

dengan mengatakan „beberapa‟, tetapi ia kemudian mengoreksi dirinya

sendiri dengan sebenarnya menyatakan „sebagian besar‟. Akan tetapi

pernyataan yang terakhir itu kelihatannya masih perlu diterjemahkan

dengan suatu implikatur berskala (+ > tidak semua).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

2. Implikatur Konvensional

Menurut Yule (2006:78), ia menyatakan bahwa implikatur konvensional

kebalikan dari implikatur percakapan yaitu implikatur konvensional tidak

harus terjadi dalam percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus

untuk menginterpretasikannya. Zamzani (2007: 28) menyatakan bahwa

implikatur konvensional adalah implikatur yang langsung diperoleh dari kata-

kata dan kaidah gramatikal. Kridalaksana (2008:91) menyatakan bahwa

implikatur konvensional merupakan makna yang dipahami atau diharapkan

pada bentuk-bentuk bahasa tertentu tetapi tidak terungkap. Artinya bahwa

implikatur konvensional adalah makna harfiah seperti yang dinyatakan oleh

elemen kalimat secara formal struktural. Dapat disimpulkan bahwa implikatur

konvensional lebih menjelaskan pada apa yang dimaksud. Jadi, peserta tutur

umumnya sudah mengetahui tentang maksud atau pengertian sesuatu hal

tertentu. Mulyana (2005: 12) memberikan contoh implikatur konvensional

sebagai berikut.

Contoh: Lestari putri Solo, jadi ia luwes.

Selama ini, kota Solo selalu mendapat predikat sebagai kota kebudayaan

yang penuh dengan kehalusan dan keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang

muncul adalah bahwa perempuan atau wanita Solo umumnya dikenal luwes

penampilannya.

2.2.6 Dialog Interaktif

Dialog interaktif didefinisikan sebagai dialog yang dilakukan di televisi

atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Sriwidianingsih (2015:52). Dialog interaktif adalah kegiatan bertanya jawab

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan

suatu informasi Wirajaya dan Sudarmawarti (2008:77). Berdialog dengan

narasumber dapat disebut juga sebagai kegiatan wawancara. Jadi pengertian

dialog interaktif adalah dialog yang dilakukan antara narasumber di televisi atau

radio dengan pemirsa atau pendengar tentang suatu hal yang sedang

diperbincangkan.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Penelitian ini mendeskripsikan mengenai penggunaan implikatur percakapan

dalam dialog interaktif Mata Nanja Metro TV dengan pejabat publik periode

Januari-Juli 2017. Hal ini mengacu pada wujud dan maksud implikatur

percakapan yang terdapat dalam tuturan Najwa dan pejabat public dalam acara

dialog interaktif Mata Najwa.

2. Landasan teori yang digunakan adalah teori-teori, pragmatik, konteks, tindak

tutur, implikatur, implikatur percakapan.

3. Atas dasar teori tersebut peneliti akan menjelaskan atau mendeskripsikan

secara jelas mengenai wujud dan maksud implikatur percakapan yang

digunakan oleh Najwa dan pejabat publik di Mata Najwa.

4. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menitik

beratkan pada deskripsi data penelitian dengan instrument penelitian yaitu

peneliti itu sendiri yang memiliki bekal pengetahuan mengenai teori-teori


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

pragmatik, implikatur percakapan, dan tindak tutur. Skema berikut ini

digunakan untuk memperjelas kerangka berpikir di atas. Skema kerangka

berpikir disusun secara rinci sebagai berikut.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG INTERATIF


MATA NAJWA METRO TV DENGAN PEJABAT PUBLIK
PERIODE JANUARI-JULI 2017

PRAGMATIK

KONTEKS

TINDAK TUTUR

IMPLIKATUR

IMPLIKATUR IMPLIKATUR
PERCAKAPAN KONVENSIONAL

IMPLIKATUR IMPLIKATUR IMPLIKATUR


PERCAKAPAN PERCAKAPAN BERSKALA
UUMUM KHUSUS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengkaji mengenai implikatur percakapan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

Penelitian ini mnelaskan mengenai wujud, ciri penanda, dan maksud implikatur

percakapan yang dilakukan oleh Najwa Shihab pembawa acara Mata Najwa

Metro TV dan narasumber yang meliputi pejabat publik. Berdasarkan kajian

tersebut maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif . Penelitian

deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha memberi gambaran

secara sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi

tertentu (Zuriah, 2005:14). Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa

adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk

membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang

diteliti.

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh

(Arikunto, 2002:196). Sumber data dalam penelitian ini adalah video dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV yang diunduh melalui internet. Data dalam

penelitian ini adalah tuturan-tuturan Najwa Shihab dan 19 (sembilan belas) orang

pejabat publik yang dicurigai mengandung implikatur percakapan.

43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyediakan data, secara umum ada dua metode yaitu metode simak

dan metode cakap menurut Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014:206-211).

Penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu metode yakni metode simak

dengan teknik lanjutan. Metode simak dilakukan dengan menyimak video dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik yang dicurigai

mengandung implikatur percakapan. Dalam metode penelitian ini peneliti

menggunaka teori Muhammad (2014:206-211).

3.3.1 Metode simak

Menurut Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014:207) menyatakan bahwa

untuk menyimak objek penelitian dilakukan dengan menyadap. Dengan kata lain,

metode simak secara praktik dilakukan dengan menyadap percakapan Najwa

Shihab dengan pejabat publik, guna menemukan tuturan yang dicurigai

mengandung implikatur percakapan. Aktivitas penyadapan merupakan cara yang

mula-mula untuk memperolah data yang dimaksud. Karena dilakukan di awal

penelitian, aktivitas ini dapat dipandang sebagai teknik dasar dan disebut “dasar”

dengan meminjam istilah Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014). Menurut

Muhammad metode simak dengan teknik dasar dibagi menjadi empat teknik tetapi

berikut hanya akan dijelaskan teknik yang akan digunakan peneliti dalam

memperoleh data yang sesuai dengan jenis penelitiannya.

3.3.2 Teknik catat

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan sumber data primer yaitu video Mata Najwa Metro TV yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

diunduh. Peneliti menggunakan teknik catat atau taking note method. Setelah

pencatatan dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokkan

menurut Muhammad (2014:211). Teknik catat dilakukan untuk mencatat tuturan-

tuturan yang mengandung implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV sehingga peneliti dapat menganalisisnya. Teknik catat dalam

penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi data yang sudah dikumpulkan.

Peneliti mengidentifikasi hasil temuan-temuan berupa kalimat dalam percakapan

Najwa dan pejabat publik yang dicurigai mengandung implikatur percakapan.

Untuk mempermudah dalam inventaris data, peneliti menggunakan tabel sebagai

berikut.

Tabel 1. Contoh format tabel klasifikasi data wujud dan maksud dalam

dialog interaktif Mata Najwa Metro TV

No. Tuturan & Konteks Wujud Penanda Maksud

1.

2.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah penliti itu sendiri. Peneliti dalam penelitian

ini peneliti menggunakan kemampuannya dengan berbekal teori pragmatik untuk

menganlisis tuturan-tuturan yang mengandung implikatur percakapan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya

merujuk pada kajian analisis deskriptif dan analisis kontekstual. Nurastuti

(2007:103) menjelaskan yang dimaksud dengan analisis deskriptif adalah analisis

yang dilakukan dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar

(menyeluruh) keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Jadi, teknik

analisis data secara deskriptif ini, peneliti benar-benar menangkap masalah

penelitian ini dengan cara mendeskripsikan, menjelaskan, dan memaparkan

masalah penelitian tersebut. Pada teknik analisis data ini, peneliti menggunakan

ancangan pragmatik yang menekankan pada maksud tuturan beserta konteksnya.

Maksud tuturan dan konteks di sini dideskripsikan secara mendetail guna

mendapatkan hasil yang maksimal. Peneliti kemudian mengaitkan deskripsi atau

paparan masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat, sehingga peneliti ini

benar-benar jelas. Analisis data dilakukan pada saat pertama kali peneliti

mengumpulkan data. Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan

analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi

Tahap ini peneliti akan mengidentifikasikan data implikatur percakapan dalam

dialog interaktif Mata Najwa Metro TV berdasarkan teori tindak tutur Searle

dan Yule.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

b. Mengklasifikasi

Dalam tahap ini, peneliti mengelompokkan data-data penelitian berdasarkan

wujud, ciri penanda, dan maksud implikatur percakapan disertai konteks

setiap datanya dalam sebuah tabel.

c. Interpretasi

Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan data

berdasarkan wujud dan maksud implikatur percakapan yang sudah

diklasifikasikan.

d. Mendeskripsikan

Dalam tahap ini, peneliti melaporkan hasil analisis data.

3.6 Triangulasi

Moloeng (dalam Andi, 2014: 269) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Menurut Moloeng (2005:178) terdapat empat macam triangulasi yaitu

triangulasi dengan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi data dalam

penelitian ini menggunakan peran penyidik. Penyidik berperan sebagai pengecek

maupun evaluator terkait kajian objek penelitian. Penyidik yang dipilih adalah

seorang ahli dalam bidangnya yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan

peneliti. Bapak Danang Satria Nugraha M.A. adalah triangulator yang dipilih

peneliti sebagai penyidik dalam penelitian ini mengenai kajian pragmatik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

implikatur percakapan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan

pejabat publik periode Januari-Juli 2017. Sumber data dari penelitian ini adalah

video youtube dialog interaktif Mata Najwa Metro TV yang diunduh melalui

internet. Sedangkan data dari penelitian berupa tuturan-tuturan Najwa Shihab dan

pejabat publik yang dicurigai mengandung implikatur percakapan. Fokus

penelitian ini berupa tuturan implikatur percakapan yang dilakukan oleh Najwa

dan pejabat publik ketika dialog interaktif berlangsung. Data yang berhasil

dikumpulkan ada 64 data. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dari hasil menyimak video Mata Najwa yang sudah diunduh dari youtube. Data

diperoleh melalui metode simak dengan teknik catat yang dilakukan pneliti mulai

tanggal 03 Juni 2017 sampai dengan 05 Juli 2017.

Hasil dari penelitian tersebut ditemukan empat wujud implikatur

percakapan berdasarkan tindak tutur yaitu, 26 tuturan implikatur representatif, 4

tuturan implikatur komisif, 15 implikatur direktif, dan 13 implikatur ekspresif

pada dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode

Januari-Juli 2017. Selain itu, ditemukan pula tujuh belas maksud implikatur

percakapan berdasarkan teori tindak tutur. Tujuh belas makna pragmatik tersebut

adalah 10 menyatakan, 1 menjelaskan, 4 berspekulasi,7 menunjukkan, 1

memberitahukan, 1 mengakui, 1 memberi kesaksian, 1 melaporkan, 4 menolak, 1

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

mengajak, 3 mendesak, 8 menyarankan, 2 melarang, 1 memohon, 6 mengkritik, I

menyalahkan, dan 6 menyindir.

Data dalam penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi data

dilaksanakan pada tanggal 06 November 2017. Triangulasi data dilakukan oleh

dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta yaitu bapak Danang Satria Nugraha, M.A. berdasarkan hasil

triangulasi terdapat 6 dari 64 data yang tidak disetujui oleh dosen triangulator

(dapat dilihat pada lampiran).

4.2 Hasil Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu wujud dan

maksud implikatur percakapan. Kedua hal tersebut dijadikan satu sub bagian

dalam analisis data sesuai dengan masing-masing wujud implikatur percakapan

yang ditemukan peneliti. Peneliti menggunakan teori Searle dan Yule untuk

mengklasifikasikan wujud dan maksud implikatur percakapan berdasarkan teori

tindak tutur menjadi beberapa bagian. .Kombinasi teori dari kedua ahli tersebut

digunakan untuk memperkuat teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini.

Wujud-wujud tuturan implikatur percakapan yang ditemukan peneliti akan

dipaparkan secara rinci sebagai berikut.

4.2.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata Najwa

Metro TV dengan Pejabat Publik Periode Januari- Juli 2017

Berdasarkan data Dialog Interaktif Mata Najwa Metro TV dengan Pejabat

Publik Periode Januari-Juli 2017, peneliti menemukan empat wujud implikatur

percakapan berupa tindak tutur. Keempat wujud implikatur tersebut berupa:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Representatif, komisif, direktif, dan ekspresif. Berikut akan diuraikan mengenai

wujud-wujud implikatur yang terdapat dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro

TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

4.2.1.1 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Representatif

Yule (2006: 92) mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur

yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak

tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan

pendeskripsian. Tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan

suatu apa adanya. Tindak tutur ini seperti melaporkan, menyatakan,

memberitahukan, menjelaskan, mempertahankan, dan lain-lain. Berdasarkan data

yang terkumpul, peneliti menemukan wujud implikatur berupa tindak tutur

representatif. Peneliti menemukan 26 data yang mengandung wujud implikatur

representatif dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik

periode Januari-Juli 2017. Perhatikan data berikut sebagai contoh implikatur

representatif.

(1) Najwa : “Ibu Noor kenapa ibu mau maju menggantikan Bapak jadi
bupati?”
Noor : “Ada Perjuangan di sini, karena saya merupakan satu-
satunya wanita di Kalimantan yang mau maju sebagai
calon bupati. Sebelumnya saya wanita pertama juga di
Kalimantan Selatan yang menjadi ketua DPRD propinsi
Kalimantan Selatan dengan suara terbanyak hampir 50
ribu ditambah suara golkar saya bisa membawa teman
saya satu dapil”. (VI/DT.1)
(Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Rabu, 12
Januari 2017)
Konteks : Mata Najwa mendatangkan bintang tamu calon bupati dari
Kalimantan Selatan bernama ibu Noor. Najwa mewawancarai ibu
Noor mengenai alasan beliau maju mencalonkan diri sebagi calon
bupati, mengingat status suami ibu Noor adalah mantan bupati
Kalimantan Selatan. Ibu Noor maju menjadi calon bupati wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

pertama yang mewakili Kalimantan Selatan yang melewati proses


pemilihan.

(2) Najwa : “Jadi menurut Anda Djarot lebih baik dari pasangan nomor
urut satu dan tiga?”.
Ahok : “Oh pasti dong rekam jejak. Inikan ada teori presiden ke16
Amerika, kalau mau nguji karakter sejati dari seseorang
kasih kekuasaan. Kami ini sudah pernah berkuasa, nah saya
perlu sampaikan itu kepada seseorang supaya menangkis
tuduhan-tuduhan. Lagi pula mana mungkin sih aku masuk
penjara saksinya aja palsu”.(V2/DT.4)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)
Konteks : Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan santai
diiringi tepuk tangan penonton studio Mata Najwa yang menandakan
setuju dengan pernyataan yang diungkapan Ahok. Najwa bertanya
kepada pak Ahok mengenai kualitas pasangan nomor urut satu dan tiga
dibanding dengan pak Djarot yang menjabat sebagai wakil gubernur.
Pak Ahok menjelaskan bahwa pak Djarot lebih banyak memiliki
pengalaman dalam dunia politik dibandingkan dengan pasangan nomor
urut satu dan tiga.

(3) Najwa : “Pak Ahok pak Djarot, debat yang terjadi seminggu yang lalu
jauh lebih berkualitas jika dibandingkan debat lima tahun
yang lalu?”.
Ahok : “Saya nggak tau”.
Najwa :“Anda mengalami dua-duanya walaupun posisinya berbeda”.
Ahok : “Minimal ada perbedaan, karena debat lima tahun yang lalu
kami menghadapi seorang petahana seorang birokrat yang
sudah lama. Kalau debat sekarang jujur saja bu Silfi tidak
menunjukkan dia seorang pengalaman birokrat senior, jadi
beda”. (V2/DT.10)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari, kondisi terjadinya
tuturan di dalam studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai
dan tenang. Najwa menanyakan kepada pak Ahok dan pak Djarot
mengenai kualitas debat lima tahun lalu dengan sekarang. Menurut
pak Ahok debat yang diikuti lima tahun lalu lebih berkualitas karena
yang dihadapi adalah orang yang memiliki pengalaman dalam dunia
politik yang jauh lebih banyak dibanding bu Silfi.

(4) Najwa : “Pak Surate saya ingin tanyakan karena informasi yang
kemudian saya baca, menteri dalam negeri pak Cahyo bos
Anda mengatakan, sekarang belum bisa mencetak karena
belum ada blanko karena masih hutang pak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

perusahaan Amerika. Saya bacakan „Kita masih hutang


dengan perusahaan Amerika tidak mungkin saya bayar
sendiri pake APBN juga tidak mungkin karena jumlahnya
mencapai 90 juta dolar Amerika‟. Menang tender sudah
kerja tapi belum bayar, makanya sekarang banyak yang
ga bisa punya E-KTP karena blankonya belum ada.
Perusahaannya belum dibayar e pak utang 90 juta dolar
pak”.
I Gede: “Itu adalah dua hal yang berbeda, pak menteri saya kan
seorang negarawan cara berbahasanya seperti itu.
Berarti memang ada pihak yang mengklaim ada haknya
belum dibayar, tetapi saya selaku sekretaris Dirjen kan
saya bekerja dengan dokumen pada dokumen saya tidak
ada hutang Negara kita kepada pihak ketiga yang
menyelenggarakan proyek E-KTP ini lunas”. (V3/DT.10)
(MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-
KTP” Rabu, 8 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
menanyakan kepada pak I Gede mengenai proyek E-KTP yang
berhenti lantaran blanko belum dibayar menurut pengakuan menteri
dalam negeri tetapi pak I Gede menegaskan bahwa dalam
dokumennya tidak ada hutang terhadap konsorsium.

Tuturan pada contoh data (1) dengan kode (V1/DT.1) merupakan wujud

implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena mengandung suatu

pendapat atau pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Noor, berangkat dari fakta

yang terjadi di Kalimantan Selatan. Dalam kalimat tersebut, Ibu Noor

menjelaskan mengenai alasan mengapa beliau maju sebagai bupati di Kalimantan

Selatan. Penanda wujud implikatur representatif adalah tuturan “Perjuangan”,

tuturan tersebut menjelaskan bahwa alasan ibu Noor maju sebagai calon bupati di

Kalimantan Selatan bukan semata-mata untuk mengikuti jejak ayahnya yang

pernah menjabat sebagai bupati, tetapi ada suatu hal yang sedang diperjuangkan

oleh ibu Noor melalui pencalonannya. Fakta yang terjadi adalah di Kalimantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Selatan belum pernah ada wanita yang mencalonkan diri menjadi bupati, oleh

sebab itu ibu Noor ingin membuktikan kepada seluruh wanita di Kalimantan

Selatan bahwa seorang wanita bisa menjadi pemimpin. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Yule mengenai pengertian implikatur

percakapan berdasarkan tindak tutur representatif. Yule (2006: 92) representatif

adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau

bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta,

penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

Tuturan pada contoh data (2) dengan kode (V2/DT.4) adalah wujud

implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang

dikemukakan Ahok berisi pernyataan sebuah fakta, pendeskripsian, dan

penjelasan mengenai suatu hal. Kalimat tersebut diungkapkan oleh Ahok sebagai

bintang tamu Mata Najwa kepada Najwa Shihab selaku pemandu acara. Kalimat

tersebut menjelaskan bahwa menurut Ahok, Djarot lebih baik dan lebih

berkualitas dibandingkan dengan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur

nomor urut satu dan tiga. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh presiden ke16

Amerika untuk menguji karakter dari seseorang adalah dengan memberikan

kekuasaan. Dari teori presiden Amerika tersebut ditemukan fakta bahwa Ahok

dan Djarot sudah pernah berkuasa dengan menjabat sebagai gubernur dan wakil

gubernur DKI Jakarta dan terbukti melalui berbagai macam kinerja yang sudah

dilakukan. Hal tersebut ditandai pada tuturan “Kami ini sudah pernah berkuasa”,

dalam kalimat tersebut Ahok bermaksud memberikan sebuah pernyataan kepada

lawan tuturnya bahwa kualitas Ahok dan Djarot dapat terbukti dari kinerja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

program-program yang sudah dilakukan dengan upaya membangun Jakarta

menjadi lebih baik selama menjabat menjadi gubernur dan wakil gubernur. Kata

“berkuasa” itu sendiri menurut KBBI (2008:745) memiliki arti wewenang atas

sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb).

Analisis pada contoh data (3) dengan kode (V2/DT.10) adalah wujud

implikatur percakapan dalam tuturan representatif, karena dalam tuturan tersebut

Ahok mendeskripsikan suatu hal berdasarkan fakta yang dialaminya. Tuturan

tersebut diungkapkan Ahok gubernur DKI Jakarta yang menjadi bintang tamu

Mata Najwa kepada Najwa pemandu acara. Pendapat yang diungkapkan Ahok

mengenai debat lima tahun yang lalu Ahok menghadapi seorang calon gubernur

dan wakil gubernur petahana Jakarta yang memiliki pengalaman luas dalam

birokrat. Sedangkan debat seminggu lalu yang dihadapi Ahok salah satunya

adalah Silfi calon wakil gubernur Jakarta nomor urut satu, menurut Ahok Silfi

belum menunjukkan seorang yang berpengalaman dalam birokrat. Fakta yang

terjadi adalah debat lima tahun yang lalu Ahok menjabat sebagai calon wakil

gubernur Jakarta mendampingi pak Jokowi, sedangkan debat seminggu yang lalu

Ahok menjabat sebagai calon gubernur jakarta, dalam hal ini Ahok mengalami

kedua situasi yang sama hanya dengan waktu yang berbeda. Hal tersebut terlihat

pada tuturan “debat lima tahun yang lalu kami menghadapi seorang petahana

seorang birokrat yang sudah lama. Kalau debat sekarang jujur saja bu Silfi tidak

menunjukkan dia seorang pengalaman birokrat senior”. Berdasarkan tuturan

tersebut Ahok bermaksud menunjukkan jawaban dari pertanyaan Najwa melalui

pendeskripsian fakta yang dialami pak Ahok. Oleh sebab itu, data tersebut sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Yule (2006:92) bahwa representatif

adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau

bukan, dalam artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta,

penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

Analisis pada contoh data (4) dengan kode (V3/DT.10) adalah wujud

implikatur percakapan dalam tuturan representatif karena dalam tuturan yang

diungkapkan pak Gede mengandung pernyataan, pendeskripsian fakta yang

dialami oleh pak Gede. Hal tersebut sejalan dengan pengertian representatif

menurut Yule (2006: 92) mengatakan bahwa representatif adalah jenis tindak tutur

yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak

tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan

pendeskripsian. Kalimat pada contoh data (4) berupa pernyataan dan

pendeskripsian fakta yang diungkapkan oleh pak Gede selaku sekretaris dirjen

dukcapil kemendagri bahwa negara tidak memiliki hutang kepada perusahaan

Amerika mengenai balnko pembuatan E-KTP. Hal tersebut ditandai pada tuturan

“tetapi saya selaku sekretaris Dirjen kan saya bekerja dengan dokumen, pada

dokumen saya tidak ada hutang negara kita kepada pihak ketiga yang

menyelenggarakan proyek E-KTP ini lunas”. Dalam tuturan tersebut pak Gede

mendeskripsikan sebuah fakta bahwa pak Gede yang menjabat sebagai sekretaris

kemendagri dan bekerja berdasarkan dokumen yang ada, dalam dokumen tersebut

tidak disebutkan bahwa negara memiliki hutang kepada perusahaan Amerika yang

menyebabkan terbengakalainya proyek E-KTP.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

4.2.1.2 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Komisif

Yule (2006:94) mengatakan bahwa komisif adalah tindak tutur yang

dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di

masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan

oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, ikrar,

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan 4 data tuturan yang mengandung

implikatur dengan wujud komisif. Perhatikan data berikut sebagai contoh yang

mengandung implikatur komisif.

(5) Najwa : “Fakta bahwa Anda anak gubernur berpengaruh tidak?”


Karolin: “Ada anak gubernur yang juga mencalonkan diri dan
tidak mendapat dukungan semua parpol. Jadi, saya
kira faktornya tidak hanya satu.” (V1/DT.7)
(Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Rabu,
12 Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Mata Najwa
mendatangkan Karolin Margaret calon bupati Landak, Kalimantan
Barat. Najwa bertanya kepada ibu Karolin mengenai pengaruh
ayahnya yang pernah menjabat sebagai gubernur Landak terhadap
pencalonannya sebagai calon bupati Landak. Menurut Karolin menjadi
anak gubernur bukan suatu jaminan untuk memperoleh dukungan dari
partai politik.

(6) Najwa : “Tapi terlihat figure, terlihat agak menyusut apa karena stres
ya pak Ahok?”
Ahok : “Karena kalau di Lembang itu saya ajarin kalau mau diet
yang baik itu dari sarapan pagi sampe siang itu jangan
makan apa-apa cukup air putih aja terus langsung Anda
turun dua kilo sampai tiga kilo. Karena di Lembang itu
ngga sempet makan layanin foto tanda tangan itukan dari
jam delapan sampai jam dua belas tiga puluh ya”.
(V2/DT.3)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan santai
sedang bercanda, kondisi berlangsungnya tuturan di dalam ruangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

studio Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai pak Ahok


mengenai perubahan tubuh pak Ahok yang terlihat kurus disinyalir
akibat stress yang akhirnya disanggah pak Ahok.
(7) Najwa : “Pak Ahok dan pak Djarot yang jelas waktu untuk kampanye
kurang dari satu bulan. Apakah akan ada perbedaan
strategi atau adakah jurus tersembunyi yang belum
dikeluarkan oleh Anda pak Ahok dan pak Djarot?”
Ahok : “Tanya yang jago silat”. (V2/DT.6)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari, suasana tuturan santai.
Kondisi berlangsungnya tuturan di dalam ruangan studio. Najwa
bertanya kepada pasangan calon gubernur no. urut 2 perihal strategi
kampanye. Pak Ahok meminta agar pak Djarot yang menjawab
pertanyaan Najwa Shihab.
(8) Najwa :“Pak Surate saya ingin tanyakan karena informasi yang
kemudian saya baca, menteri dalam negeri pak Cahyo
bos Anda mengatakan, sekarang belum bisa mencetak
karena belum ada blanko karena masih hutang pak
dengan perusahaan Amerika saya bacakan „Kita masih
hutang dengan perusahaan Amerika tidak mungkin saya
bayar sendiri pake APBN juga tidak mungkin karena
jumlahnya mencapai 90 juta dolar Amerika. Menang
tender sudah kerja tapi belum bayar‟. Makanya sekarang
banyak yang ga bisa punya E-KTP karena blankonya
belum ada perusahaannya belum dibayar e pak utang 90
juta dolar pak”.
I Gede : “Itu adalah dua hal yang berbeda, pak menteri saya kan
seorang negarawan cara berbahasanya seperti itu”.
(V3/DT.6)
(MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-KTP”
Rabu, 8 Maret 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
menanyakan kepada pak I Gede mengenai proyek E-KTP yang
berhenti lantaran blanko belum dibayar menurut pengakuan menteri
dalam negeri tetapi pak I Gede menegaskan bahwa dalam dokumennya
tidak ada hutang terhadap konsorsium.
Analisis pada contoh data (5) dengan kode (V1/DT.7) dapat digolongkan

ke dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan komisif, karena dalam

tuturan yang diungkapkan Karolin perintah ditujukan pada dirinya sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tuturan tersebut menjelaskan bahwa Karolin menolak pernyataan dari Najwa

yang menyebutkan bahwa ayah Karolin selaku mantan gubernur Landak

berpengaruh dalam pencalonannya. Hal itu ditandai dalam tuturan “Ada anak

gubernur” dan “tidak mendapat dukungan semua parpol”, mengartikan bahwa

belum tentu seseorang yang orang tuanya memiliki jabatan dalam pemerintahan

berpengaruh dalam pencalonan anaknya. Jadi dalam tuturan tersebut, Karolin

menolak pernyataan Najwa yang diungkapkan secara implisit dalam tuturan

tersebut. Pada ujaran direktif si pendengarlah yang diharapkan melakukan

sesuatu. Tuturan diungkapkan oleh Karolin bintang tamu Mata Najwa kepada

Najwa Shihab pembawa acara tersebut.

Tuturan pada data (6) dengan kode (V2/DT.3) dapat digolongkan ke

dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan komisif. Kalimat tersebut

menjelaskan penolakan Ahok terhadap pernyataan Najwa yang mengatakan

bahwa Ahok kurus karena stres. Hal ini ditandai dalam tuturan “ngga sempet

makan layanin foto tanda tangan” dalam tuturan tersebut secara halus dan

implisit Ahok menolak pernyataan Najwa. Ahok menjelaskan bahwa beliau kurus

bukan karena stres tetapi karena kesibukannya melayani foto dan tanda tangan

sehingga Ahok tidak sempat untuk makan. Dalam tuturan tersebut Ahok tidak

memerintah mitra tuturnya tetapi tuturan tersebut diarahkan pada diri pak Ahok

sendiri. Oleh sebab itu, data (6) dengan kode (V2/DT.3) sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh

Tuturan pada data (7) dengan kode (V2/DT.6) merupakan wujud

implikatur percakapan komisif. Kalimat tersebut menjelaskan adanya penolakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

dari Ahok untuk menjawab pertanyaan Najwa. Penanda implikatur percakapan

menolak yaitu tuturan “Tanya yang jago silat”, tuturan “jago silat” tersebut

merujuk kepada Djarot selaku calon wakil gubernur Jakarta yang mendampingi

Ahok. Dalam tuturan tersebut Ahok bermaksud menolak menjawab pertanyaan

Najwa secara halus dalam tuturan implisit, Ahok meminta supaya Najwa

melimpahkan pertanyaannya kepada Djarot. Pada ujaran direktif si pendengarlah

yang diharapkan melakukan sesuatu. Pada tindak ujaran komisif, “perintah” itu

diarahkan kepada pembicara sendiri.

Tuturan pada data (8) dengan kode (V3/DT.6) dapat digolongkan

kedalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan komisif. Tuturan tersebut

menjelaskan bahwa I Gede Surate menolak pernyataan Najwa mengenai komentar

menteri dalam negeri yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki hutang sebesar

90 juta dolar kepada perusahaan Amerika. Tuturan “dua hal yang berbeda”,

menandakan sebuah penolakan bahwa tidak adanya blanko E-KTP bukan karena

negara memiliki hutang kepada perusahaan Amerika.

4.2.1.3 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Direktif

Menurut Yule (2006: 93) direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai

oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini,

peneliti menemukan 15 data tuturan yang mengandung implikatur wujud direktif.

Perhatikan data berikut sebagai contoh yang mengandung implikatur direktif.

(9) Najwa : “Kacau-balau karena korupsi ini ya pak?”


I Gede : “Itu yang terjadi makanya jangan korupsi lagi”. (V3/DT.5)
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai, Najwa mewawancarai pak Gede
mengenai keadaan Kemendagri setelah dua anggota Kemendagri berstatus
menjadi tersangka korupsi E-KTP. Pak Gede menceritakan mengenai
situasi Kemendagri yang kacau dan mental yang hancur setelah kasus
korupsi dana E-KTP.

(10) Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya untuk melemahkan
karena mau mengobo-obok DPR?”
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR yang sudah kita
proses sebelumnya. Dalam konteks hari ini KPK akan
bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang. Dan sekaligus kita minta, tolong publik
kawal penanganan perkara ini dan juga penanganan
perkara yang lain tentu harus dikawal agar bisa tuntas.
Dan kami berharap kerja yang dilakukan oleh penegak
hukum tidak hanya KPK sebenarnya, polisi dan jaksa
janganlah diganggu dengan upaya pelemahan-pelemahan
dengan berbagai cara agar kita bisa bekerja secara
pofesional dan melakukan penegakan hukum”.
(V3/DT.13)
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-KTP”
Rabu, 8 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai. Najwa mewawancarai seorang
juru bicara KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan KPK. Febri
menjelaskan bahwa KPK bekerja sesuai kewenangan yang tertera dalam
undang-undang. KPK meminta kepada seluruh masyarakat Indonesia
untuk ikut mengawasi kasus yang ditangani KPK. Febri juga melarang
kepada pihak-pihak tertentu yang berusaha menjegal kerja KPK.

(11) Nasir : “Saya pikir Negara sudah sangat memperhatikan


kesejahteraan para hakim, tinggal bagaimana para
hakim memberikan pengabdian yang terbaik sehingga
putusan mereka itukan menentukan masa depan
Negara. Makin baik putusan mereka makin
bermartabat Negara dimata rakyat kira-kira begitu.
Najwa : “Tetapi yang jelas selain remunerasi yang cukup baik
harus ada sistem yang memang memastikan agar orang
yang tadinya mau tergoda agar mau kembali kejalan
yang lurus”. (V4/DT.17)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia”
Rabu, 01 Maret 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio


Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Bang
Nasir dan Najwa membahas mengenai gaji dan kesejahteraan yang
baik sudah diberikan Negara kepada hakim konstitusi. Sudah
selayaknya hakim-hakim konstitusi bekerja dengan baik.

(12) Najwa : “Kang Maman Anda menunggu kawan, kawan di dalam


atau kawan di luar? Kalau kawan di luar saya yakin ini
mau membantu ni Ray, Tama, Febri. Anda menunggu
kawan yang mana?”. (V5/DT.10)
Maman : “Mas Ray bang Tama, dan mas Febri ini adalah kawan-
kawan kita dan saya tahu persis penegakan …”.
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO”
Rabu, 19 Juli 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
menanyakan kepada Maman tentang orang yang akan diajak
melaporkan SN. Tetapi Maman ketika didesak Najwa terlihat bingung
dan mengelak.

Tuturan pada contoh data (9) pada kode (V3/DT.5) dapat digolongkan

dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif karena mengandung

tuturan perintah. Tuturan diungkapkan oleh pak Gede selaku sekretaris

kemendagri yang diundang menjadi bintang tamu Mata Najwa kepada Najwa

Shihab pembawa acara tersebut. Terlihat pada tuturan pak Gede mengandung

makna perintah pak Gede kepada para pejabat yang bekerja di kemendagri untuk

tidak melakukan korupsi. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006:93) direktif

adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain

melakukan sesuatu. Penanda implikatur percakapan direktif yaitu pada tuturan

“jangan korupsi lagi. Kata “jangan” itu sendiri menurut KBBI (2008:564)

menyatakan larangan untuk tidak boleh melakukan sesuatu. Berdasarkan konteks

tuturan yang terjadi pak Gede bermaksud melarang para pejabat yang bekerja di

kemendagri untuk tidak melakukan korupsi lagi karena dua orang dari kemendagri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

sudah tertangkap korupsi mega proyek E-KTP sehingga dianggap menjatuhkan

citra kemendagri.

Analisis pada contoh data (10) dengan kode (V3/DT.13) dapat

digolongkan ke dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif karena

tuturan yang diungkapkan Najwa bertujuan untuk menyuruh orang lain

melakukan sesuatu. Tuturan diungkapkan oleh Febri selaku juru bicara KPK

kepada Najwa Shihab. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa Febri meminta publik

(masyarakat Indonesia) untuk membantu KPK mengawasi kasus yang sedang

diselidiki KPK dalam meyelesaikan perkara yang melibatkan anggota DPR dalam

proyek E-KTP. Penanda implikatur percakapan wujud direktif yaitu penggunaan

kata “tolong”, kata tersebut memiliki arti meminta bantuan. Tuturan tersebut

Febri bermaksud memohon kepada publik untuk membantu KPK mengawasi

penanganan kasus korupsi E-KTP sampai selesai. Hal ini sejalan dengan

pengertian Yule (2006: 93) yakni direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai

oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

Analisis pada contoh data (11) dengan kode (V4/DT.17) dapat

digolong dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif, karena dalam

tuturan Najwa mengandung unsur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

Tuturan diungkapkan oleh Najwa pembawa acara Mata Najwa kepada Nasir

anggota komisi III DPR RI yang menjadi bintang tamunya. Kalimat tersebut

menjelaskan bahwa Najwa meminta kepada pemerintah untuk membuat sistem

yang bisa menjamin hakim konstitusi untuk tidak mudah tergoda dengan suap

sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik. Penanda wujud implikatur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

percakapan direktif terdapat pada tuturan “harus ada sistem, dalam hal ini Najwa

menyampaikan saran kepada pemerintah untuk melakukan sesuatu. Najwa

bermaksud menyuruh pemerintah untuk membuat sebuah sistem agar hakim tidak

korupsi. Contoh pada data (11) dengan kode (V4/DT.17) sesuai dengan teori yang

diungkapkan oleh Yule (2006: 93) yakni direktif adalah jenis tindak tutur yang

dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

Tuturan pada contoh data (12) dengan kode (V5/DT.10) merupakan wujud

implikatur percakapan dalam tuturan direktif, karena dalam tuturan tersebut

Najwa menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tuturan diungkapkan oleh Najwa

kepada Maman bintang tamu Mata Najwa yang menjabat sebagai anggota

mahkamah kehormatan dewan. Hal ini ditandai dalam tuturan Najwa yaitu pada

tuturan “kawan di luar” berarti seseorang yang bekerja di luar dari mahkamah

kehormatan dewan. Sedangkan tuturan “saya yakin ini mau membantu ni Ray,

Tama, Febri” dalam tuturan yang diungkapkan Najwa tersebut mengandung

maksud memberikan saran kepada Maman supaya mengajak Ray dan Tama

dalam upaya melaporkan Setya Novanto terkait kasus korupsi E-KTP. Oleh sebab

itu, data dengan kode (V5/DT.10) tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan

oleh Yule (2006: 93) bahwa direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh

penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

4.2.1.4 Wujud Implikatur Percakapan dalam Tuturan Ekspresif

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur (Yule, 2006: 93). Tindak tutur ekspresif bertujuan untuk

mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, dan mengkritik.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 13 data tuturan yang mengandung

implikatur dengan wujud direktif. Perhatikan data berikut sebagai contoh yang

mengandung implikatur direktif.

(13) Najwa : “Jadi artinya berbagai macam dinamika yang terjadi tidak
akan mengubah rencana Anda kalau terpilih?”
Ahok : “Oh enggak saya sudah tegaskan, rumah susun siap. Orang
dulu tanya sama saya misalnya dulu KPU datang kepada
saya „pak boleh nggak pak kalau menjelang pilkada Bapak
tidak melakukan relokasi?‟ Saya bilang nggak bisa karena
saya mau ngejar mengatasi banjir. Kalau rusunya siap
tetep saya pindahin. Toh mereka bisa pilih di rumah susun
ya kerja berat sedikit dong. Nah kalau kami berdua otaknya
cuma mau jadi gubernur akhirnya akan bohongin, kami
nggak gusur, kami nggak normalisasi”. (V2/DT.11)
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan


santai dan tenang, kondisi berlangsungnya tuturan di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai pak Ahok apakah
akan melanjutkan proyeknya ketika terpilih menjadi gubernur
Jakarta lagi. Ahok tetap akan melanjutkan proyeknya apapun
kondisinya. Tuturan Ahok muncul karena mendengar pernyataan
calon pasangan nomor urut 3 yang mengatakan bahwa mereka
tidak akan menggusur rumah warga Jakarta yang tinggal dipinggir
sungai tetapi hanya akan menggesernya.

(14) Najwa : “Patrialis jadi hakim MK permainan politik ?”


Mahfud : “Iya”.
Najwa : “Jadi memang sejak awal baunya sudah tidak enak ini?
(V4/DT.6)
Mahfud : “Iya-iya sejak awal”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio


Mata Najwa Metro TV. Situasi tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai pak Mahfud Md. mengenai pengangangkatan
Patrialis Akbar menjadi hakim MK karena ada kepentingan politik
di dalamnya. Pak Mahfud menjelaskan bahwa sejak awal sudah
merasa pengangkatan Patrialis Akbar sebagai hakim MK sudah ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

kepentingan politik di dalamnya yang dilakukan antara pak SBY


dan Patrialis Akbar.

(15) Najwa : “Apakah karena itu juga Anda sempat mengatakan bahwa
„SBY harus meminta maaf paksakan Patrialis jadi hakim
MK‟?”
Mahfud : “Kalau secara moral pak SBY harus bertanggung jawab
karena itu sudah diprotes banyak orang dan sudah
pernah dibatalkan oleh pengadilan kok dipaksakan
diangkat gitu. Nah, pak SBY secara hukum tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban karena dia tidak ikut
korupsi tidak menerima suap, tapi secara moral dia
yang memaksakan Patrialis ini dan kita sejak awal
sudah tahu gejalanya ndak bagus kalau Patrialis.
Semua orang sudah protes gitu, nah itu yang terjadi
kan? (V4/DT.8)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia”
Rabu, 01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio Mata Najwa
Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa mewawancarai pak
Mahfud mengenai pernyataan pak Mahfud kepada pak SBY untuk
meminta maaf karena memilih Patrialis menjadi hakim MK dengan
tergesa-gesa dan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu. Pak Mahfud
Md. menjelaskan bahwa pak SBY adalah orang yang secara moral harus
bertanggung jawab atas kasus Patrialis Akbar.

(16) Najwa : “Jadi orang habis-habisan tidak apa-apa.”


Emerson : “Kita mengambil contoh suap Akil Muhtar nilai suap
minimal 500 juta maksimal 19 milyar jadi bayangkan
itu hanya lima belas sengketa pilkada, MK kebanjiran
tuh kalau soal pilkada serentak pasti akan muncul
sengketa-sengketa pilkada. Di luar titik rawan sengketa
ada soal uji materi undang-undang, dikasusnya pak
Patrialis dia korban diuji materi undang-undang.
Najwa : “Padahal kalau kita lihat gaji hakim MK 121 juta ya pak
Mahfud?” (V4/DT.14)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia”
Rabu, 01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio Mata


Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai Emerson mengenai fenomena-fenomena yang
biasanya dilakukan seseorang untuk menyuap hakim konstitusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

agar kasusnya dimenangkan. Hakim konstitusi akan menerima


banyak tawaran suap ketika pilkada serentak.

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Firman
memberikan penjelasan mengenai tanggapan pihak-pihak yang
menyudutkan Setya Novanto terkait status tersangka yang
disandangnya.

Analisis pada contoh data (13) dengan kode (V2/DT.11) dapat

digolongkan ke dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif.

Kalimat tersebut di tuturkan oleh Ahok gubernur Jakarta bintang tamu Mata

Najwa kepada Najwa selaku pembawa acara. Data (13) dengan kode (V/DT.11)

mengungkapkan ekspresi dan sikap Ahok ketika menyindir pasangan calon

gubernur dan wakil gubernur nomor urut tiga. Penanda bahwa tuturan Ahok

adalah wujud implikatur percakapan ekspresif yaitu tuturan “kalau kami berdua

otaknya cuma mau jadi gubernur akhirnya akan bohongin, kami nggak gusur,

kami nggak normalisasi”. Kalimat “kalau kami berdua otaknya cuma mau jadi

gubernur” merupakan ekspresi kekesalan penutur terhadap pernyataan yang

pernah dilontarkan oleh pasangan gubernur dan calon wakil gubernur nomor urut

tiga. Sedangkam kata“akhirnya akan bohongin, kami nggak gusur, kami nggak

normalisasi”, dalam tuturan tersebut Ahok bermaksud menyindir pasangan Anies

dan Sandi. Menurut Ahok program yang dijanjikan Anies Sandi hanya bohong

dan semata-mata hanya karena memburu kursi jabatan. Oleh sebab itu, kalimat

tersebut sesuai dengan teori dari Yule (2006: 93) bahwa ekspresif adalah jenis

tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur.

Analisis tuturan pada contoh data (14) dengan kode (V4/DT.6) dapat

digolongkan ke dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tuturan tersebut diungkapkan oleh Najwa pembawa acara Mata Najwa kepada

bintang tamunya Mahfud Md. mantan hakim mahkamah konstitusi. Dalam tuturan

tersebut, Najwa mengungkapkan sikap dan ekspresi kekesalannya menanggapi

kasus yang menimpa Patrialis Akbar. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006:

93) bahwa ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang

dirasakan oleh penutur. Karena dalam tuturan tersebut tidak ada tindakan atau

perbuatan fisik yang ditujukan Najwa kepada Mahfud, tuturan tuturan tersebut

hanya mengungkapkan keadaan psikologis Najwa. Hal ini ditandai dalam tuturan

“Jadi memang sejak awal baunya sudah tidak enak ini?”, dalam kalimat tersebut

Najwa bermaksud menyindir panitia seleksi yang memilih Patrialis sebagai hakim

karena adanya kerja sama politik demi kepentingan individu dari masing-masing

politikus. Kalimat “memang sejak awal” menjelaskan mengenai awal pencalonan

Patrialis sudah ada permainan politik di dalamnya. Sedangkan kata “baunya

sudah tidak enak” mengartikan ada sesuatu yang tidak benar bersifat rahasia yang

sedang terjadi selama proses pemilihan Patrialis Akbar.

Tuturan pada contoh data (15) dapat digolongkan ke dalam wujud

implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif, karena dalam tuturan tersebut pak

Mahfud mengungkapkan ekspresi kekesalan yang ditujukan kepada SBY. Hal ini

ditandai dalam tuturan “secara moral dia yang memaksakan Patrialis ini dan kita

sejak awal sudah tahu gejalanya ndak bagus kalau Patrialis” dan “itu yang

terjadi kan”, kata “moral” itu sendiri berarti sikap. Tuturan Mahfud menjelaskan

bahwa SBY seharusnya bertanggungjawab atas kasus suap yang terjadi pada

Patrialis, karena SBY adalah orang memutuskan Patrialis menjadi hakim


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

konstitusi. Menurut Mahfud sejak awal pemilihan Patrialis sudah menunjukkan

tanda-tanda jika Patrialis menjadi hakim konstitusi akan menimbulkan dampak

buruk tetapi SBY tetap memilihnya. Akibatnya adalah Patrialis masuk penjara

karena kasus suap yang dilakukannya sehingga merusak citra mahkamah

kehormatan yang menjunjung nilai keadilan. Mahfud bermaksud mengkritik sikap

dan keputusan SBY yang dianggap salah dan tidak mau bertanggungjawab. Oleh

sebab itu, data (15) dengan kode (V4/DT.8) sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Yule (2006: 93) bahwa ekspresif adalah jenis tindak tutur yang

menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur.

Analisis contoh data (16) dengan kode (V4/DT.14) dapat digolongkan ke

dalam wujud implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif, karena dalam tuturan

tersebut Najwa mengekspresikan ungkapan sindiran kepada Akil Mukhtar. Hal ini

sejalan dengan pengertian implikatur percakapan ekspresi menurut Yule (2006:

93) yaitu jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur.

Tuturan diungkapkan oleh Najwa selaku pembawa acara Mata Najwa kepada

bintang tamunya Emerson selaku koordinator hukum dan ICW. Penanda bahwa

tuturan (16) disebut implikatur percakapan ekspresif yaitu penggunaan kalimat

“gaji hakim MK 121 juta ya pak Mahfud, tuturan tersebut menjelaskan bahwa

Najwa bermaksud menyindir Akil Mukhtar dan Patrialis yang terkena kasus suap.

Menurut Najwa tidak sepantasnya hakim menerima suap karena negara sudah

memberikan gaji yang besar, yaitu 121 juta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

4.2.2 Maksud Implikatur Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata Najwa

dengan Pejabat Publik Periode Januari- Juli 2017

Menurut Putu Wijana, Rohmadi Muhammad (2008:10) memberikan

definisi bahwa maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari

pembicara, sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari

isi tuturan. Maksud bersifat subjektif, sedangkan informasi bersifat objektif.

4.2.2.1 Maksud Menyatakan

Menurut KBBI (2008:972) menyatakan berarti menerangkan,menjelaskan,

menunjukkan, memperlihatkan, menandakan, mengatakan, serta mengemukakan

dengan pikiran dan sepenuh hati. Berikut contoh data wujud implikatur

representatif dengan maksud menyatakan yang peneliti temukan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(1) Najwa : “Dua dari rekan Anda akan sidang perdana dan mungkin
saja tersangka dan terdakwanya akan terus bertambahan
seiring perjalanan kasus ini. Saya ingin tahu apa yang
terjadi di Kemendagri pak?”
I Gede : “Tentu saya akan menjawab dengan apa yang saya tahu.
Yang saya tahu adalah mereka semua mengerjakan
dengan semangat, yang itu adalah hak-hak konstitusioal
warga Negara Indonesia. Tapi dalam perjalanannya
walaupun ada hal-hal yang tidak sesuai dengan hal-hal
yang harus dilakukan itu sudah ditangani oleh KPK. Saya
tidak ingin mencampuri itu, karena kasusnya sudah
disana. Nah sekarang fokus kita adalah setelah ini, proyek
ini proyek pemberian identitas kepada warga Negara
harus tetap berjalan dan KPK juga telah menyatakan itu
harus tetap berjalan”. (V3/DT.2)
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-KTP”
Rabu, 8 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan antara Najwa dan pak Gede Suratha
saat itu serius dan tegang. Najwa mewawancarai pak I Gede Suratha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

selaku sekretaris dirjen dukcapil kemendagri. Dua orang anggota dukcapil


akan sidang dan kemungkinan jumlah tersangkanya akan bertambah.
Najwa Shihab meminta pak Gede Suratha untuk menjelaskan
permasalahan yang tengah terjadi di kemendagri, tetapi pak Gede hanya
mau menjelaskan apa yang dia ketahui saja.

(2) Mahfud : “Bagus lo yang hasil seleksi tim independen karena


generasi pertama dan kedua itu yang melahirkan bu
Maria, Ahmad Sodikin, Mukhti Fajar itu seleksi terbuka
yang dilakukan oleh pansel yang bebas, itu bersih. Tetapi
yang yang kemudiaan sesudah itu dipemerintah mundur
sendiri lalu menunjuk secara sepihak gitu terjadilah
sesuatu. Kalau di DPR sejak awal sudah sering terjadi
tawar menawar diantara para fraksi.”
Najwa : “Apakah begitu?”
Mahfud : “Ialah orang saya orang DPR waktu itu”. (V4/DT.11)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu, 01 Maret
2017

Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio Mata


Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai. Najwa mewawancarai pak
Mahfud mengenai proses seleksi hakim konstitusi. Menurut pak
Mahfud seleksi pemilihan hakim konstitusi periode pertama dan kedua
yang dilakukan oleh tim independen lebih baik karena proses seleksi
dilakukan dengan sistem terbuka. Periode selanjutnya pemilihan hakim
konstitusi berubah sistem karena pemilihan dilakukan dengan cara
menunjuk secara sepihak. Di kursi DPR sendiri pemilihan dilakukan
dengan cara tawar-menawar yang bertujuan untuk mencari keuntungan
politik. Najwa mempertegas pernyataan pak Mahfud kemudian pak
Mahfud meyakinkan karena pada waktu itu beliau duduk di kursi DPR
jadi mengetahui apa yang terjadi di DPR.

(3) Najwa : “Sudah hadir di studio Mata Najwa kita mulai dari sebelah
kanan dulu ketua harian DPP partai golkar Nurdin
Halim, selamat malam bang Nurdin”.
Nurdin H. : “Selamat malam golkar tetap jaya”. (V5/DT.1)
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO”
Rabu, 19 Juli 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Mata Najwa
menghadirkan politisi bang Nurdin H. yang menjabat sebagai ketua
harian DPP golkar. Najwa memperkenalkan narasumbernya kepada
publik kemudian menyapa dengan mengucapkan salam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Maksud tuturan pada kalimat (1) kode (V3/DT.2) adalah maksud

memberikan pernyataan atau menyatakan. Kalimat (1) adalah wujud implikatur

percakapan representatif, karena dalam kalimat yang dituturkan pak Gede

mengandung sebuah pernyataan. Pak Gede mengatakan kepada Najwa mengenai

proyek pembuatan E-KTP. Hal ini ditandai pada penggunaan kalimat “proyek

pemberian identitas kepada warga Negara harus tetap berjalan dan KPK juga

telah menyatakan itu harus tetap berjalan”, tuturan tesebut pak Gede menyatakan

bahwa proyek E-KTP akan tetap berjalan dan KPK juga menyetejui bahwa E-

KTP tetap dilaksanakan.

Maksud dalam tutura data (2) kode (V4/DT. 11) adalah maksud

memberikan pernyataan dan tuturan tersebut digolongkan dalam wujud implikatur

percakapan representatif. Mahfud memberikan tanggapan kepada Najwa

mengenai proses seleksi hakim mahkamah konstitusi yang berubah dan dinilai

tidak sehat karena terjadi proses kerja sama yang tidak baik antara DPR dengan

fraksi-fraksi. Penanda bahwa kalimat (2) mengandung maksud memberikan

pernyataan dibuktikan dalam tuturan “saya orang DPR waktu itu”. Berdasarkan

konteks tuturan tersebut, Mahfud mengungkapkan pernyataan kepada Najwa

bahwa beliau adalah orang yang bekerja di DPR pada waktu itu sehingga tahu

situasi yang terjadi di DPR.

Maksud yang terdapat pada tuturan (3) dengan kode (V5/DT.1) yaitu

penutur bermaksud memberikan pernyataan atau menyatakan. Kalimat tersebut

digolongkan dalam wujud implikatur percakapan representatif. Dapat dibuktikan

dalam tutura “golkar tetap jaya”, dalam tuturan tersebut penutur mengemukakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

kepada publik bahwa partai golkar tetap baik-baik dan tidak terganggu kinerjanya

meskipun ketua umumnya yaitu Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka

kasus korupsi proyek E-KTP oleh KPK.

2.2.2.2 Maksud Menjelaskan

Menurut KBBI (2008:574) menjelaskan adalah menerangkan, menguraikan

secara terang. Penutur hanya menemukan dua data yang mengandung maksud

menjelaskan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik

periode Januari-Juli 2017. Berikut paparan data implikatur representatif dengan

maksud menjelaskan yang ditemukan peneliti.

(4) Najwa : “Kita bahas pilkada malam ini saya ingin ke mbak Titi, mbak
Titi tolong komentari tadi ada gerakan masyarakat kotak
kosong calon tunggal itu sesuatu yang sehat bukan?”
Titi : “Itu sesuatu yang sehat dan merupakan realita demokrasi
yang harus didorong. Jadi kalau ada pemilih, publik yang
mengatakan sudah pasti menang itu yang harus dikoreksi.
Bahwa pilihan demokasi itu tidak berhenti dengan hanya
ada satu pasangan calon, justru ujian demokrasi kita
semakin kuat semakin mapan untuk menguji apakah calon
tunggal itu tercipta secara alamiah karena memang
kinerja bagus prestasi bagus. Kalau kita lihat background
tadi dari sembilan itu delapan adalah petahana yang satu
lagi juga petahana plus kerabat dari petahana ibu Karolin
dari Landak. Nah ini yang kita bisa koreksi apakah
kehadiran mereka secara alamiah karena memang kinerja
dan dikehendaki atau karena memang ada ruang dan
membatasi lahirnya alternatif yang bisa dipilih oleh
pemilih. (V1/DT.4)
(Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Rabu, 12
Januari 2017)

Konteks: Najwa menghadirkan bintang tamu yang menjabat sebagai


direktur eksekutif Perludem bernama Titi. Najwa mewawancarai mbak
Titi mengenai gerakan „kotak kosong‟. Tuturan terjadi pada malam hari di
dalam studio Mata Najwa Metro TV, suasana tuturan santai dan tenang.
Menurut mbak Titi gerakan „kotak kosong‟adalah demokrasi yang sah.
Demokrasi yang hanya diisi satu pasangan calon justru akan menguji
prestasi dan kinerja seorang calon pemimpin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Maksud tuturan pada data (4) dengan kode (V1/DT.4) adalah maksud

memberikan penjelasan atau menjelaskan. Maksud menjelaskan digolongkan

dalam wujud implikatur percakapan representatif. Dalam tuturan tersebut Titi

bermaksud memberikan penjelasan dan menguraikan mengenai gerakan kotak

kosong yang hanya ada satu pasangan calon dalam pilkada. Penanda bahwa

tuturan (4) memiliki maksud menjelaskan adalah penggunaan kalimat “Jadi kalau

ada pemilih, publik yang mengatakan sudah pasti menang itu yang harus

dikoreksi”. Kata “itu yang harus dikoreksi” dalam tuturan tersebut penutur

menjelaskan jika ada publik mengatakan bahwa satu pasangan calon sudah pasti

menang, sebaiknya dikoreksi karena hal tersebut belum tentu kebenarannya.

Sejalan dengan pendapat Yule (2006: 92) representatif adalah jenis tindak tutur

yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak

tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan

pendeskripsian.

4.2.2.3 Maksud Spekulasi

Menurut KBBI (2008:1334) spekulasi adalah suatu pendapat atau dugaaan

yang tidak berdasarkan kenyataan; tindakan yang bersifat untung-untungan.

Berikut contoh data yang termasuk dalam wujud implikatur representatif dengan

maksud spekulasi dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat

publik periode Januari-Juli 2017.

(5) Najwa : “Mas Budiman saya ingin Anda menanggapi apa yang
tadi dilontarkan Nazarudin. Hal yang berulang kali dia
sebutkan, menyebutkan nama ketua DPR, menyebut
nama politisi semua komisi 2. Saya ingin tahu Anda
percaya pada Nazarudin tidak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Sudjatmiko : “Setiap orang yang punya kekuasaan punya celah untuk


korup, kita harus curiga bahkan saya juga harus
mencurigai diri saya, bahwa saya memiliki potensi
untuk korupsi bahkan setiap orang yang punya
pemegang kuasa anggaran eksekutif, legislatif, bahkan
yudikatif sekalipun punya potensi untuk korup”.
(V3/DT.6)
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-KTP” Rabu, 8
Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari, kondisi berlangsungnya


tuturan di dalam ruangan Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai,
Najwa menanyakan kepada Budiman Sudjatmiko mengenai pernyataan
Nazarudin yang mengatakan bahwa Setya Novanto terlibat korupsi proyek
E-KTP. Menurut Sudjatmiko semua orang yang punya kuasa pemegang
anggaran Negara berpotensi melakukan korupsi.

(6) Najwa : “Saya ingin minta tanggapan Anda sisa dua hari, adakah
nama-nama yang perlu didorong untuk mendaftar
supaya kita tidak menyesal dikemudian hari bang
Nasir?”
Nasir : “Iya saya pikir panitia punya inisiatif kalau memang bisa
melakukan hal itu, terus terang saja dengan kejadian
yang pernah menimpa Akil Mukhtar lalu kemudian
Patrialis Akbar tentukan orang ngeri-ngeri sedap juga
mau jadi hakim konstitusi ya kan? Tentu saja harus
dihindari jangan seolah-olah ada diskriminasi kenapa
kami tidak dipanggil yang itu dipanggil nah itu menurut
saya caranya saja bagaimana, sehingga kemudian bisa
memenuhi apa harapan publik sehingga kemudian
kekhawatiran publik bahwa nanti hakim ini sama saja,
itukan nanti menimbulkan apatisme publik nah itu
bahaya menurut saya”.
Najwa :“Jangan-jangan sudah apatis publik sekarang”. (V4/DT.4)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa. Suasana tuturan santai dan tenang. Mata Najwa mendatangkan
bintang tamu yang menjabat sebagai anggota komisi 3 DPR RI. Najwa
mewawancarai bang Nasir mengenai nama-nama calon yang perlu diberi
dorongan untuk mencalonkan diri, mengingat kasus yang pernah menimpa
Akil Mukhtar yang memberikan dampak tidak baik kepada calon hakim
selanjutnya. Selain itu, bang Nasir juga meminta agar panitia benar-benar
mempertimbangkan proses pemilihannya dengan baik. Supaya publik tidak
menganggap semua hakim konstitusi itu sama yaitu bisa disuap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

mengesampingkan nilai keadilah yang seharusnya dijunjung tinggi seorang


hakim konstitusi.

(7) Najwa : “Yang baru saja kita saksikan bersama-sama adalah parodi
dari teman-teman ICW ketika Patrialis pertama kali
masuk menjadi hakim konstitusi. Ada yang menarik,
„pengambilan sumpah serapah bukan sumpah jabatan,
saya berjanji akan menjadi hakim konstitusi mahkamah
komedi yang selucu-lucunya dan secepat-cepatnya, saya
siap disumpahi banyak orang dan juga bukan orang jika
saya tidak lucu‟. Jadi sejak awal Anda dan teman-teman
sudah melihat proses Patrialis Akbar menjadi hakim
konstitusi itu banyak masalah?”.
Emerson: “Pertama yang akan kita katakan jangan-jangan itu pak
SBY bercanda gitu ya ketika memilih Patrialis Akbar. Ada
tiga hal yang akan kita kritisi, pertama dari proses
rekruitmen Patrialis Akbar ini tidak terbuka dan
partisipatif gitu, tiba-tiba ujug-ujug ada Patrialis dan ibu
Maria waktu itu. Kemudian yang kedua dari sisi syarat
salah satu syaratnya kan kenegarawan, kita tidak melihat
sosok Patrialis Akbar itu negarawan dalam artian
sesungguhnya. Ketika dia menjabat sebagai menteri,
Patrialis dikenal sebagai raja obral remisi buat para
koruptor”. (V4/DT.5)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Mata Najwa
mendatangkan Emerson Yunantho yang menjabat sebagai kordinator
hukum dan peradilan ICW. Najwa mewawancarai Emerson mengenai
parodi dari ICW yang ditujukan untuk menyindir Patrialis Akbar yang
diketahui sudah bermasalah sejak awal tetapi SBY yang menjabat sebagai
presiden pada masa itu memaksakan diri untuk mengangkat Patrialis
sebagai hakim MK. Setelah video ditayangkan kemudian Najwa meminta
Emerson menjelaskan mengenai kejanggalan-kejanggalan yang dirasakan
oleh Emerson ketika Patrialis Akbar diangkat menjadi hakim konstitusi.
Emerson merasa janggal dengan keputusan pak SBY dalam memilih
Patrialis Akbar karena keputusan diambil secara sepihak dan tertutup.

Maksud tuturan pada contoh data (5) dengan kode (V3/DT.6) yaitu

penutur bermaksud memberikan spekulasi atau berspekulasi. Spekulasi

digolongkan ke dalam wujud implikatur percakapan representatif. Dalam tuturan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

tersebut Sudjatmiko bermaksud memberikan spekulasi atau menduga-duga bahwa

Setya Novanto terlibat melakukan korupsi proyek E-KTP. Dikatakan memiliki

maksud berspekulasi atau menduga-duga karena pada tuturan “kita harus

curiga”, sesuai dengan konteks dalam tuturan tersebut kata “curiga” memiliki

arti bahwa Sudjatmiko menduga Setya Novanto terlibat dalam kasus proyek E-

KTP. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yule (2006: 92) representatif

adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau

bukan. Jadi, data (5) tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yule

karena penutur memberikan spekulasi mengenai apa yang penutur yakini dan

penutur ketahui tentang keterlibatan Setya Novanto dalam kasus proyek E-KTP.

Maksud tuturan pada data (6) dengan kode (V4/DT.4) yaitu penutur

bermaksud untuk memberikan spekulasi atau berspekulasi. Maksud berspekulasi

digolongkan dalam wujud implikatur percakapan representatif. Tuturan tersebut

Najwa memberikan dugaan atau menduga bahwa publik sudah memiliki

pemikiran yang apatis karena proses seleksi hakim konstitusi yang dilakukan oleh

panitia seleksi dianggap tidak terbuka. Kalimat (6) memiliki maksud berspekulasi

karena penutur menuturkan frasa “Jangan-jangan”, arti kata “jangan-jangan” itu

sendiri adalah mungkin atau kemungkinan. Jadi, dalam tuturan tersebut Najwa

baru menduga tentang apa yang diyakini oleh Najwa itu sendiri. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Yule (2006: 92) representatif adalah jenis

tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam

artian tindak tutur representatif berupa pernyataan suatu fakta, penegasan,

kesimpulan, dan pendeskripsian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Maksud tuturan pada data (7) dengan kode (V4/DT.5) adalah maksud

memberikan spekulasi atau berpsekulasi dan digolongkan dalam wujud implikatur

percakapan representatif. Tuturan Emerson tersebut mengenai keputusan pak SBY

memilih secara sepihak Patrialis Akbar untuk menjadi hakim konstitusi yang sejak

awal terbukti bermasalah. Emerson menganggap bahwa Patrialis tidak memiliki

syarat „negarawan‟ dan ketika menjabat menteri Patrialis dianggap sering

memberikan remisi kepada koruptor. Oleh sebab itu, Emerson menduga atau

berspekulasi bahwa SBY hanya bermain-main ketika memilih Patrialis Akbar. Hal

itu ditandai pada tuturan “jangan-jangan itu pak SBY bercanda”, dalam tuturan

tersebut Emerson menduga bahwa SBY hanya main-main ketika mengangkat

Patrialis Akbar karena latar belakang yang buruk dari Patrialis.

4.2.2.4 Maksud Menunjukkan

Menurut KBBI (2008:1506) pengertian menunjukkan adalah

memperlihatkan; menyatakan; menerangkan dengan bukti; dan mendakan

(bahwa). Berikut contoh data yang termasuk dalam wujud implikatur representatif

dengan maksud menunjukkan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV

dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017,

(8) Najwa : “Godaan terbesar yang akan dihadapi oleh hakim-hakim


ini berangkat dari pengalaman Anda ketika duduk di
mahkamah konstitusi dan yang sudah kita lihat dua
orang akhirnya tertangkap tangan oleh KPK, pak
Mahfud?”
Mahfud : “Pertama godaan politik ya, dari para politisi dari para
pejabat itu kadang kala juga sering kali meminta tolong
untuk perkara ini. Saya punya kasus kepala daerah
disana itu dari partai saya sudah menang atau kalah
ingin menang, banyak itu masuk. Tetapi kalau itu
gampang, godaan uang itu banyak sekali, ada yang
seperti yang sudah tertangkap itukan godaan uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

sudah jelas. Masyarakat sering salah sangka itu tidak


mungkin Patrialis atau Akil bekerja sama sendiri pasti
bekerja sama dengan hakim lain karena putusannya
kolektif katanya, itu salah. Belum tentu hakim itu korupsi
bekerja sama dengan hakim lain. Karena begini
misalnya kita hakim, sekarang diputuskan itu besok
bacaannya dua minggu lagi atau sebulan lagi. Nah
dalam waktu ini seorang hakim bisa menjual sendiri
tanpa harus berbicara pada hakim lain”. (V4/DT.12)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa meminta
pak Mahfud untuk menjelaskan mengenai godaan suap yang akan
dihadapi oleh hakim konstitusi, berangkat dari pengalaman pak
Mahfud ketika menjabat hakim mahkamah konstitusi. Menurut pak
Mahfud godaan yang sering datang berasal dari politisi atau pejabat
yang meminta tolong agar perkaranya dimenangkan. Godaan berupa
uang banyak ditawarkan ketika menjabat menjadi hakim konstitusi,
seperti yang sudah terbukti dilakukan oleh Akil Mukhtar dan
Patrialis Akbar. Pak Mahfud juga menjelaskan kepada publik yang
sering salah pengertian bahwa semua hakim konstitusi itu bekerja
sama ketika akan melakukan korupsi. Menurut pak Mahfud belum
tentu ketika seorang hakim akan melakukan tindak korupsi bekerja
sama dengan hakim lain, karena ketika perkara sudah diputuskan
pembacaan putusan perkara bisa dilakukan dalam jangka waktu yang
lama sehingga selama jeda bisa digunakan hakim yang nakal
melakukan kecurangan.

(9) Najwa : “Khusus untuk Patrialis Akbar sudah ada informasi paling
banyak dilaporkan?”.
Emerson : “Betul, paling banyak dilaporkan toh tidak bisa apa-apa hanya
bisa memberikan sangsi ringan. Begini tugas hakim
konstitusi itukan relatif mudah kan hanya mengawasi
delapan orang kok bisa lolos? Ada faktor yang juga kita
ingatkan yaitu soal komitmennya anti korupsi hakim
konstitusi. Paling tidak ada enam putusan mahkamah
konstitusi. Lima dari sembilan belum memperbarui laporan
harta kekayaan”. (V4/DT.16)
Najwa : “Lima dari Sembilan ?”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu, 01
Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata Najwa
Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa mewawancarai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Emerson mengenai kasus Patrialis. Kasus Patrialis banyak dilaporkan tetapi


hanya diberikan sangsi ringan. Emerson menjelaskan bahwa dari sembilan
hakim konstitusi tetapi baru empat yang melaporkan harta kekayaan, karena
itu berpengaruh pada komitmen anti korupsi hakim konstitusi yang
menjunjung tinggi nilai kejujuran.

(10) Najwa : “Kang Maman tidak perlu laporan, saya juga sudah membaca kok
aturan itu dan saya akan tunjukkan kepemirsa”.
Maman : “Betul itu dipasal 124”.
Najwa : “Tidak perlu aturan pasal 4 ayat 1 tanpa aturanpun, tanpa
laporanpun, tanpa pengaduanpun, bisa kok MKD mengusut
kasus ini kalau memang mau”. (V5/DT.9)
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO” Rabu,
19 Juli 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata Najwa
Metro TV. Suasana tuturan tegang karena Najwa dan Maman saling beradu
argumen.

Maksud tuturan pada kalimat (8) dengan kode (V4/DT.12) mengandung

maksud menunjukkan dalam wujud implikatur percakapan representatif. Hal ini

dikarenakan dalam tuturan yang diungkapkan Mahfud mengandung maksud

menunjukkan atau memperlihatkan kepada Najwa sebagai mitra tuturya. Tuturan

pada data (8) Mahfud selaku mantan hakim konstitusi menjelaskan mengenai

godaan-godaan yang ditemukan ketika menjabat menjadi hakim konstitusi,

sehingga menyeret nama Akil Mukhtar dan Patrialis Akbar. Penanda maksud

menunjukkan adalah tuturan “godaan politik” dan “godaan uang”, tuturan-

tuturan tersebut mengindikasikan bahwa penutur menunjukkan godaan apa saja

yang ditawarkan selama menjabat sebagai hakim konstitusi. Selain itu, dengan

menyebut tokoh politik dan kepala daerah penutur bermaksud menunjukkan

bahwa godaan yang berasal dari pejabat lebih banyak.

Maksud yang terkandung dalam tuturan (9) dengan kode (V4/DT.12)

adalah maksud menunjukkan dan digolongkan dalam wujud impliktur percakapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

representatif. Tuturan (9) mengenai tugas dan komitmen anti korupsi yang

dipegang oleh hakim konstitusi. Emerson bermaksud menunjukkan kepada Najwa

bahwa dari sembilan orang hakim konstitusi ada lima orang diantaranya yang

belum memperbarui harta kekayaan. Maksud menunjukkan ditandai dalam

penggunaan kalimat “Lima dari sembilan belum memperbarui laporan harta

kekayaan”, dalam tuturan tersebut Emerson menunjukkan dan menyebutkan

jumlah hakim konstitusi yang belum melaporkan harta kekayaan.

Maksud dalam tuturan (10) dengan kode (V5/DT.9) yaitu penutur

bermaksud menunjukkan atau memperliatkan, tuturan tersebut digolongkan dalam

wujud implikatur percakapan representatif. Dalam tuturan tersebut Najwa

menanggapi bahwa sebenarnya Mahkamah Kehormatan Dewan bisa melaporkan

Setya Novanto dan mengusut kasusnya jika mau. Berdasarkan hal tersebut, Najwa

mengungapkan pernyataan yang bermaksud untuk menunjukkan. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan kalimat “Tidak perlu aturan pasal 4 ayat 1”, pernyataan

tersebut mengindikasikan bahwa Najwa menunjukkan bukti berdasarkan pasal

yang ada jika MKD sebenarnya bisa mengusut kasus Setya Novanto tanpa

menunggu laporan dari publik.

4.2.2.5 Maksud Memberitahukan

Menurut KBBI (2008:179) pengertian memberitahukan adalah

menyampaikan kabar dan sebagainya supaya diketahui; mengumumkan;

memperluaskan. Peneliti hanya menemukan satu wujud implikatur representatif

dengan maksud memberitakan dalam penelitiannya. Berikut contoh data


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

implikatur dengan maksud memberitahukan yang peneliti temukan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(11) Najwa : “Saya ingin tanya pak Djarot dan pak Ahok, seperti yang
Anda katakana bahwa warga sudah hidup enak, Anda bisa
yakin bahwa warga semua yang digeser ke rumah susun
semuanya sudah menikmati hidup yang memang lebih
enak dari sekarang?”
Djarot : “Sekarang gini, enak atau tidak itukan sangat relatif. Tapi
itu lingkungan lebih sehat, tidak banjir, anak-anaknya
sekolah kita biayai bus juga kita tanggung, biaya
kesehatan juga kita berikan, pelatihan usaha juga ada
disitu, disitu juga arena bermain. Kalau kami ukuran yang
normal kalau konotasinya enak atau tidak enak bagi orang
relatif.”.
Ahok : “Sekarang gini ajalah dulu waktu saya kecil saya suka lihat
anak-anak, yang temen saya itu bermain ujan, main
disungai seenaknya lalu saya protes sama mamak saya.
Kok jangankan saya berenang disungai, hujan-hujan saja
mamak saya suka marah sama saya. Saya protes dong kok
dia boleh ma, terus mama saya bilang begini, „itu karena
mama sayang sama kamu justru kasian temenmu
mamanya nggak peeduli‟. Nah itu yang kami lakukan
kepada orang yang tinggal di sungai”. (V2/DT.7)
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana terjadinya tuturan
santai, dan kondisi berlangsungnya tuturan di dalam ruangan studio Mata
Najwa Metro TV, Najwa menanyakan kepada pak Djarot mengenai
perubahan kualitas hidup warga Jakarta. Pak Djarot dan pak Ahok
menjelaskan fasilitas yang diberikan kepada warga Jakarta yang tinggal di
rusun. Pak Ahok menggusur rumah warga yang tinggal di bibir sungai
untuk mengurangi banjir dan merelokasikannya di rusun dengan fasilitas
yang sudah disediakan.

Maksud dalam tuturan data (11) dengan kode (V2/DT.7) yaitu penutur

bermaksud memberitahukan dalam wujud implikatur percakapan representatif.

Tuturan tersebut Ahok menjelaskan bentuk perhatian Ahok kepada warga Jakarta

yang digambarkan melalui bagaimana sikap ibunya ketika memperlakukan Ahok

semasa kecil. Penanda maksud memberitahukan adalah tuturan “itu karena mama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

sayang sama kamu”, dalam pernyataan tersebut mengindikasikan jika Ahok

bermaksud memberitahukan kepada warga Jakarta bahwa apa yang dilakukan

ibunya sama dengan apa yang Ahok lakukan kepada warga Jakarta, yaitu karena

semata-mata Ahok sayang kepada warga Jakarta.

4.2.2.6 Maksud Mengakui

Menurut KBBI (2008:32) mengakui adalah mengaku akan (kesalahan,

dosan dsb); menyatakan (sah, benar, berlaku, dsb) ; menyatakan berhak (atas);

memasuki. Peneliti hanya menemukan satu wujud implikatur representatif dengan

maksud mengakui dalam penelitiannya. Berikut contoh data implikatur dengan

maksud mengakui yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa

Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(12) Najwa : “Targetnya berapa banyak pak, kan yang mau dipilih
cuma satu.”
Haryono : “Jadi begini, memang ada persoalan di dalam seleksi
hakim ini karena selotnya hanya satu. Tapi, meskipun
hanya satu kita juga mengharapkan bahwa jangan dilihat
bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan. Kalaupun toh
belum ada yang dipilih tidak berarti bahwa dia tidak
memenuhi. Oleh karena itu, ada yang bertanya kepada
saya bagaimana yang pernah mendaftar? Nggak ada
persoalan yang pernah mendaftar kalaupun toh
memenuhi syarat silahkan mendaftar saja, sejauh itu
memenuhi syarat. Kalau kemudian tidak memenuhi syarat
daftar dahulu umurnya sudah pas-pasan sekarang sudah
lewat saya kira kita tidak bisa terima.” (V4/DT.1)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio


Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai . Mata Najwa
mendatangkan bintang tamu seorang pejabat publik yang menjabat
sebagai ketua panitia seleksi hakim MK bernama pak Haryono.
Najwa mewawancarai pak Haryono selaku ketua tim seleksi
mengenai jumlah partisipan yang mendaftar sebagai calon hakim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

mahkamah konstitusi. Menurut pak Haryono semuanya berhak


mendaftar asal memenuhi syarat.

Maksud pada tuturan (12) dengan kode data (V4/DT.1) yaitu maksud

mengakui dalam wujud tuturan representatif. Tuturan tersebut, Haryono selaku

ketua panitia seleksi hakim konstitusi menjelaskan kepada Najwa mengenai

prosedur pendaftaran hakim mahkamah konstitusi. Menurut Haryono apabila ada

calon hakim yang sudah pernah mendaftar kemudian mendaftar kembali tidak

menjadi masalah asalkan memenuhi semua persyaratan yang ada. Tuturan data

(12) tersebut Haryono bermaksud memberikan pengakuan atau mengakui kepada

Najwa mengenai persoalan atau masalah yang dialami oleh panitia seleksi dalam

pemilihan hakim konstitusi. Hal itu ditandai dalam tuturan “memang ada

persoalan”.

4.2.2.7 Maksud Memberi Kesaksian

Menurut KBBI (2008:1205) pengertian memberikan kesakian adalah

orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian); orang

yang dimintai hadir pada suatu peristiwa yang dianggap mengetahui kejadian

tersebut agar pada suatu ketika, apabila diperlukan, dapat memberikan keterangan

yang membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi. Peneliti hanya

menemukan satu wujud implikatur representatif dengan maksud memberikan

kesaksian dalam penelitiannya. Berikut contoh data implikatur dengan maksud

memberikan kesaksian yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa

Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(13) Najwa : “Dalam fraksi karena kan nama-nama sejumlah


anggota fraksi PDIP juga disebut dan diperiksa?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Sudjatmiko : “Dipoksi PDIP tidak ada lagi rapat-rapat membahas


soal ini nggak ada. Kebetulan ketua poksi kami pak
Komarudin Watubun saya pernah berbicara dia
bertanya kepada saya, „kamu dipanggil Bud?‟ „saya
tidak terlibat‟. „Oke kalau kamu tidak terlibat
silahkan berbicara secara terus terang‟ (Sudjatmiko
mengiyakan). Karena itu saya berani beberapa kali
saya datang ke media televisi kemarin atau mungkin
besok dan sekarang di Mata Najwa. Karena saya
pikir setiap anggota komisi dua, karena komisi dua
sudah digeneralir diasosiasikan bersalah saya
sebagai aggota komisi dua terutama dari periode
lampau merasa perlu proaktif muncul di televisi
menjelaskan ini. Karena kesempatan saya
menjelaskan diKPK nggak ada karena saya nggak
diundang sampai sekarang tu, tiga kali penyidikan
saya tidak pernah dipanggil KPK saya juga
bingung”. (V3/DT.7)
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-
KTP” Rabu, 8 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai Budiman Sudjatmiko tentang peran fraksi dalam
menanggapi kasus proyek E-KTP karena ada sejumlah anggota fraksi yang
namanya terlibat dalam kasus korupsi proyek E-KTP. Menurut Sudjatmiko
di poksi PDIP tidak ada yang membahas mengenai kasus E-KTP. Pak
Komarudin Watubun yang menjabat sebagai ketua fraksi PDIP
memberikan izin kepada mas Sudjatmiko untuk memberikan keterangan
ke media karena komisi dua sudah digeneralir bersalah dalam proyek E-
KTP.

Maksud tuturan pada data (13) dengan kode (V3/DT.7) adalah maksud

memberikan kesaksian atau bersaksi, bersaksi digolongkan dalam wujud

implikatur percakapan representatif. Karena dalam tuturan tersebut Sudjatmiko

bermaksud memberikan kesaksian di depan publik. Dalam tuturan tersebut

Sudjatmiko menjelaskan bahwa dalam anggota fraksi PDIP tidak ada yang

membahas mengenai kasus korupsi E-KTP, selain itu Sudjatmiko juga

menjelaskan bahwa tidak semua anggota komisi dua terlibat dalam kasus korupsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

mega proyek E-KTP. Penanda maksud memberikan kesaksian adalah pernyataan

“saya sebagai aggota komisi dua terutama dari periode lampau”, dalam tuturan

tersebut Sudjatmiko selaku anggota komisi dua yang dinyatakan tidak terlibat

dalam kasus korupsi mega proyek E-KTP bermaksud memberikan kesaksian

mengenai tuduhan korupsi yang melibatkan semua anggota komisi dua.

4.2.2.8 Maksud Melaporkan

Menurut KBBI (2008:790) pengertian melaporkan adalah

memberitahukan. Peneliti hanya menemukan satu wujud implikatur representatif

dengan maksud melaporkan dalam penelitiannya.Berikut contoh data implikatur

dengan maksud melaporkan yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(14) Najwa : “Oke biar pemirsa clear jadi disebutkan SN atau Setya
Novanto berpesan kepada saksi?”
Tama : “Berpesan kepada saksi agar tadi misalnya „bu Diyah
tolong sampaikan kepada pak Irman kalau ditanya
bilang nggak kenal saya”. (V5/DT.6)
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO”
Rabu, 19 Juli 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio


Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
menanyakan kepada Tama S. mengenai pesan SN untuk bu Diyah.
Bu Diyah adalah salah satu saksi kasus proyek E-KTP.

Maksud tuturan pada data (14) dengan kode (V5/DT.6) penutur

bermaksud melaporkan dalam wujud tuturan representatif. Tuturan tersebut Tama

bermaksud memberikan informasi kepada Najwa mengenai pesan yang

disampaikan Setya Novanto ketika menyuruh ibu Diyah untuk memberitahu

Irman agar mengatakan tidak mengenal Setya Novanto ketika memberikan

kesaksian di persidangan. Tuturan “Bu Diyah tolong sampaikan kepada pak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Irman kalau ditanya bilang nggak kenal saya”, adalah sebuah informasi dari

penutur tentang suatu kejadian sesuai apa yang diketahui.

4.2.2.9 Maksud Menolak

Menurut KBBI (2008:1447) pengertian menolak adalah tidak menerima

(memberi, meluluskan, mengabulkan), tidak membernarkan (pendapat). Peneliti

menemukan empat data wujud implikatur komisif dengan maksud menolak.

Berikut contoh data implikatur dengan maksud menolak yang peneliti temukan

dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode

Januari-Juli 2017.

(15) Najwa : “Fakta bahwa Anda anak gubernur berpengaruh tidak?”


Karolin : “Ada anak gubernur yang juga mencalonkan diri dan tidak
mendapat dukungan semua parpol. Jadi, saya kira
faktornya tidak hanya satu”. (V1/DT.7)
(Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Rabu, 12
Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Mata Najwa
mendatangkan Karolin Margaret calon bupati Landak, Kalimantan
Barat . Najwa bertanya kepada ibu Karolin mengenai pengaruh
ayahnya sebagai mantan gubernur terhadap pencalonannya sebagai
calon bupati Landak. Menurut Karolin menjadi anak gubernur bukan
suatu jaminan untuk memperoleh dukungan dari partai politik.
(16) Najwa : “Tapi terlihat figur, terlihat agak menyusut apa karena stres
ya pak Ahok?”
Ahok : “Karena kalau di Lembang itu saya ajarin kalau mau diet
yang baik itu dari sarapan pagi sampe siang itu jangan
makan apa-apa cukup air putih aja terus langsung Anda
turun dua kilo sampai tiga kilo. Karena di Lembang itu
ngga sempet makan layanin foto tanda tangan itukan dari
jam delapan sampai jam dua belas tiga puluh ya”.
(V2/DT.3)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)
Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan
santai sedang bercanda, kondisi berlangsungnya tuturan di dalam
ruangan studio Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Ahok mengenai perubahan tubuh pak Ahok yang terlihat kurus


disinyalir akibat stress yang akhirnya disanggah pak Ahok.

Maksud tuturan pada data (15) dengan kode (V1/DT.7) penutur

bermaksud menolak dalam wujud tuturan implikatur komisif. Berdasarkan

konteks tuturan, penutur bermaksud menolak pernyataan Najwa bahwa ayahnya

tidak memiliki pengaruh dalam pencalonannya sebagai bupati Landak. Penanda

maksud menolak terdapat pada tuturan “Ada anak gubernur yang juga

mencalonkan diri dan tidak mendapat dukungan semua parpol”.

Maksud tuturan pada data (16) dengan kode (V2/DT.3) yaitu maksud

menolak dalam wujud tuturan komisif. Berdasarkan konteks tuturan, penutur

menolak pendapat Najwa bahwa Ahok kurus karena stres. Dalam tuturan tersebut

Ahok menjelaskan bahwa penyebab Ahok kurus karena sibuk melayani tanda

tangan dan foto bersama warga di Lembang. Tuturan penolakan Ahok

disampaikan secara implisit. Maksud tuturan menolak ditandai pada kalimat di

Lembang itu ngga sempet makan layanin foto tanda tangan

4.2.2.10 Maksud Mengajak

Menurut KBBI (2008:22) pengertian mengajak adalah meminta

(menyilakan, menyuruh, dsb) supaya turut (datang dsb). Peneliti hanya

menemukan satu wujud implikatur direktif dengan maksud mengajak dalam

penelitiannya.Berikut contoh data implikatur dengan maksud mengajak yang

peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat

publik periode Januari-Juli 2017.

(18) Najwa :“Kita bahas pilkada malam ini saya ingin ke mbak Titi,
mbak Titi tolong komentari tadi ada gerakan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

kotak kosong calon tunggal itu sesuatu yang sehat


bukan?”
Titi :“Itu sesuatu yang sehat dan merupakan realita demokrasi
yang harus didorong. Jadi kalau ada pemilih, publik yang
mengatakan sudah pasti menang itu yang harus
dikoreksi. Bahwa pilihan demokasi itu tidak berhenti
dengan hanya ada satu pasangan calon, justru ujian
demokrasi kita semakin kuat semakin mapan untuk
menguji apakah calon tunggal itu tercipta secara alamiah
karena memang kinerja bagus prestasi bagus. Kalau kita
lihat background tadi dari sembilan itu delapan adalah
petahana yang satu lagi juga petahana plus kerabat dari
petahana ibu Karolin dari Landak. Nah ini yang kita bisa
koreksi apakah kehadiran mereka secara alamiah karena
memang kinerja dan dikehendaki atau karena memang
ada ruang dan membatasi lahirnya alternatif yang bisa
dipilih oleh pemilih. Jadi, mari buktikan bahwa
kehadiran mereka merefleksikan suara rakyat atau
sebaliknya upaya membungkam suara rakyat. Apa yang
dilakukan oleh kawan-kawan di Pati itu sebuah kegiatan
yang mestinya difasilitasi oleh KPU dan kemudian
diberikan ruang sehingga tidak berhenti saluran itu”.
(V1/DT.5)
(Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Rabu, 12
Januari 2017)

Konteks: Najwa meminta bu Titi direktur eksekutif perludem untuk


menjelaskan mengenai gerakan „kotak kosong‟. Menurut mbak Titi
gerakan „kotak kosong‟adalah demokrasi yang sah. Demokrasi dengan
satu pasangan calon justru akan menguji prestasi dan kinerja seorang
calon pemimpin.

Maksud tuturan pada data (18) dengan kode (V1/DT.5) adalah maksud

mengajak dalam wujud tuturan percakapan direktif. Dalam tuturan tersebut

penutur memerintah mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu. Titi menjelaskan

bahwa gerakan kotak kosong adalah realita demokrasi yang sehat dan harus

didorong, karena demokrasi dengan satu pasangan calon akan menguji karakter

seorang calon pemimpin tunggal. Penutur sebagai bintang tamu Mata Najwa yang

menjabat sebagai direktur eksekutif perludem bermaksud mengajak publik untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

membuktikan bahwa satu pasangan calon merefleksikan suara rakyat atau

sebaliknya. Maksud mengajak dalam tuturan tersebut ditandai pada penggunaan

kata “mari”, yang berarti ajakan.

4.2.2.11 Maksud Mendesak

Menurut KBBI (2008: 319) pengertian mendesak adalah meminta

(menganjurkan dsb) dengan sangat; memaksa untuk segera dilakukan (dipenuhi,

diselesaikan karena ada dalam keadaan darurat, genting, dsb). Peneliti dalam

penelitiannya menemukan tiga data wujud implikatur direktif dengan maksud

menolak. Berikut contoh data implikatur dengan maksud mendesak yang peneliti

temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik

periode Januari-Juli 2017.

(19) Najwa : “Apakah karena itu juga Anda sempat mengatakan bahwa
„SBY harus meminta maaf paksakan Patrialis jadi hakim
MK‟?”
Mahfud : “Kalau secara moral pak SBY harus bertanggung jawab
karena itu sudah diprotes banyak orang dan sudah
pernah dibatalkan oleh pengadilan kok dipaksakan
diangkat gitu. Nah, pak SBY secara hukum tidak bisa
dimintai pertanggungjawaban karena dia tidak ikut
korupsi tidak menerima suap, tapi secara moral dia yang
memaksakan Patrialis ini dan kita sejak awal sudah tahu
gejalanya ndak bagus kalau Patrialis. Semua orang
sudah protes gitu, nah itu yang terjadi kan?(V4/DT.7)
(MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio Mata


Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai pak Mahfud mengenai pernyataan pak Mahfud kepada
pak SBY untuk meminta maaf karena memilih Patrialis menjadi
hakim MK dengan tergesa-gesa dan tanpa mempertimbangkan
terlebih dahulu. Pak Mahfud Md. menjelaskan bahwa pak SBY
adalah orang yang secara moral harus bertanggung jawab atas kasus
Patrialis Akbar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

(20) Najwa : “Anda tidak ingin menjawab pertanyaan saya langsung kak
Febri?”(V5/DT.4)
Febri : “Hasil tuntutan tersebut kita analisis dan kita pertajam
ketemulah minimal dua alat bukti tersebut. Bukti permulaan
yang cukup tersangka SN diduga melalui AA, AA ini adalah
tersangka sebelumnya sudah kita proses lebih dari 140
saksi kita periksa disana. Tersangka SN melalui AA diduga
melakukan perbuatan-perbuatan baik itu aktif maupun pasif
dalam proses pembahasan anggaran. Perlu diketahui
bahwa indikasi korupsi EKTP elektronik ini tidak hanya
bicara soal pengadaan tapi sebelum anggaran disahkan
sudah ada indikasi pertemuan-pertemuan pembicaraan-
pembicaraan dan pengaturan yang dilakukan sejumlah
pihak dan SN melalui AA”.
(MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO”
Rabu, 19 Juli 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai kak Febi selaku juru bicara KPK. Najwa menanyakan
keterlibatan Setyan Novanto dalam kasus E-KTP.

Tuturan pada data (19) dengan kode (V14/DT.7) memiliki maksud

mendesak atau memaksa dalam wujud tuturan implikatur percakapan direktif.

Tuturan tersebut mengandung perintah Mahfud yang ditujukan kepada SBY.

Mahfud mendesak agar SBY bertanggung jawab atas kasus suap yang menimpa

Patrialis Akbar, karena secara sepihak SBY yang memaksa untuk mengangkat

Patrialis menjadi hakim konstitusi padahal sudah diketahui akan memberikan

dampak buruk pada mahkamah konstitusi. Tuturan Mahfud tersebut mengandung

maksud mendesak terlihat pada penggunaan tuturan “harus”. Kata harus itu

sendiri menurut KBBI (2008:486) yaitu wajib, mesti (tidak boleh tidak), oleh

karena itu kalimat tersebut dikatakan memiliki maksud mendesak karena Mahfud

mengharuskan SBY untuk bertanggungjawab.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Analisis pada contoh data (20) dengan kode (V5/DT.4) mengandung

maksud mendesak dalam wujud tuturan implikatur percakapan direktif. Tuturan

Najwa meminta kepada Febri juru bicara KPK untuk menjawab pertanyaan Najwa

sesuai inti pertanyaan yang ada karena dalam konteks tuturan tersebut Febri

menjawab secara luas dan tidak memberikan jawaban sesuai dengan inti yang

ditanyakan Najwa. Tuturan “Anda tidak ingin menjawab pertanyaan saya

langsung” mengindikasikan bahwa penutur mendesak untuk segera menjawab

pertanyaannya.

4.2.2.12 Maksud Menyarankan

Menurut KBBI (2008:1226) pengertian menyarankan adalah memberikan

saran (anjuran dsb); menganjurkan. Peneliti dalam penelitiannya menemukan

delapan wujud implikatur direktif dengan maksud menyarankan. Berikut contoh

data implikatur dengan maksud menyarankan yang peneliti temukan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(21) Najwa : “Tapi terlihat figure, terlihat agak menyusut apa karena
stres ya pak Ahok?”
Ahok : “Karena kalau di Lembang itu saya ajarin kalau mau diet
yang baik itu dari sarapan pagi sampe siang itu jangan
makan apa-apa cukup air putih aja terus langsung Anda
turun dua kilo sampai tiga kilo. Karena di Lembang itu
ngga sempet makan layanin foto tanda tangan itukan dari
jam delapan sampai jam dua belas tiga puluh ya”.
(V2/DT.2)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu,
18 Januari 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan santai
sedang bercanda, kondisi berlangsungnya tuturan di dalam ruangan
studio Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai pak Ahok
mengenai perubahan tubuh pak Ahok yang terlihat kurus disinyalir
akibat stress yang akhirnya disanggah pak Ahok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

(22) Najwa : “Tapi lebih rawan itu Anda akui kan?”


Nasir : “Saya akui itu sangat rawan dengan situasi politik saat ini
ya..”
Najwa: “Jadi dari pada cari yang rawan-rawan kita cari yang jelas-
jelas saja Anda setuju kan?”. (V4/DT.10)
(MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana terjadinya tuturan santai bernada humor. Najwa
mewawancarai bang Nasir mengenai dua hakim mahkamah konstitusi
yang berasal dari partai politik tertangkap kasus suap. Hakim yang dipilih
dari partai politik dianggap lebih rawan melakukan korupsi. Bang Nasir
menyetujui bahwa hakim konstitusi yang berasal dari partai politik
memang lebih rawan.

(23) Nasir : “Saya pikir Negara sudah sangat memperhatikan


kesejahteraan para hakim, tinggal bagaimana para
hakim memberikan pengabdian yang terbaik sehingga
putusan mereka itukan menentukan masa depan
Negara. Makin baik putusan mereka makin
bermartabat Negara dimata rakyat kira-kira begitu.
Najwa : “Tetapi yang jelas selain remunerasi yang cukup baik
harus ada sistem yang memang memastikan agar orang
yang tadinya mau tergoda agar mau kembali kejalan
yang lurus”. (V4/DT.17)
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia”
Rabu, 01 Maret 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio


Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Bang
Nasir dan Najwa membahas mengenai gaji dan kesejahteraan yang
baik sudah diberikan Negara kepada hakim konstitusi. Sudah
selayaknya hakim-hakim konstitusi bekerja dengan baik.

Maksud tuturn pada data (21) dengan kode (V2/DT.2) merupakan maksud

memberikan saran atau menyarankan. Tuturan diucapkan oleh Ahok seorang

gubernur DKI Jakarta yang menjadi bintang tamu Mata Najwa kepada mitra

tuturnya Najwa Shihab. Tuturan Ahok memberikan saran kepada warga di

Lembang mengenai cara melakukan diet yang sehat dengan cara minum air putih

setelah sarapan pagi sampai siang. Penanda wujud direktif dengan maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

menyarankan adalah tuturan “kalau mau diet yang baik itu dari sarapan pagi

sampe siang itu jangan makan apa-apa cukup air putih”. Kalimat tersebut

menandakan bahwa tindak tutur itu ingin memberikan saran atau usulan kepada

orang lain dengan bahasa yang halus.

Maksud tuturan pada data (22) dengan kode (V2/DT.9) yaitu penutur

bermaksud memberikan saran atau menyarankan dalam wujud tuturan implikatur

percakapan direktif. Tuturan disampaikan oleh Najwa Shihab pembawa acara

Mata Najwa kepada bintang tamunya bang Nasir yang menjabat sebagai anggota

komisi III DPR RI. Tuturan pada data (22) mengimplikasikan bahwa penutur

memberi saran kepada mitra tuturnya untuk mencari hakim konstitusi yang bukan

berasal dari partai politik. Menurut penutur hakim mahkamah konstitusi yang

berasal dari partai politik lebih berpotensi melakukan korupsi. Penanda implikatur

direktif dengan maksud menyarankan yaitu tuturan “dari pada cari yang rawan-

rawan kita cari yang jelas-jelas saja”.

Maksud tuturan pada data (23) dengan kode (V4/DT.17) adalah maksud

memberikan saran atau menyarankan. Tuturan disampaikan oleh Najwa pembawa

acara Mata Najwa kepada bang Nasir. Tuturan pada data (23) tentang pendapat

Najwa yang ditujukan kepada pemerintah agar membuat sebuah sistem yang

memadai untuk menjamin seorang hakim konstitusi tidak melakukan korupsi.

Penanda implikatur direktif dengan maksud memberi saran yaitu pada tuturan

“selain renumerasi yang cukup baik harus ada sistem yang memang

memastikan”. Kalimat tersebut menandakan bahwa penutur ingin memberikan

saran kepada pemerintah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

4.2.2.13 Maksud Melarang

Menurut KBBI (2008:791) pengertian melarang adalah memerintahkan

supaya tidak melakukan sesuatu; tidak memperbolehkan berbuat sesuatu. Peneliti

dalam penelitiannya menemukan dua wujud implikatur direktif dengan maksud

melarang. Berikut contoh data implikatur dengan maksud melarang yang peneliti

temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik

periode Januari-Juli 2017.

(24) Najwa : “Kacau-balau karena korupsi ini ya pak?”


I Gede : “Itu yang terjadi makanya jangan korupsi lagi”. (V3/DT.5)
(MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai, Najwa mewawancarai pak
Gede mengenai keadaan Kemendagri setelah dua anggota Kemendagri
berstatus menjadi tersangka korupsi E-KTP. Pak Gede menceritakan
mengenai situasi Kemendagri yang kacau dan mental yang hancur
setelah kasus korupsi dana E-KTP.

(25) Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya untuk melemahkan
karena mau mengobo-obok DPR?”
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR yang sudah kita
proses sebelumnya. Dalam konteks hari ini KPK akan
bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang dan sekaligus kita minta, tolong publik
kawal penanganan perkara ini dan juga penanganan
perkara yang lain tentu harus dikawal agar bisa tuntas.
Dan kami berharap kerja yang dilakukan oleh penegak
hukum tidak hanya KPK sebenarnya, polisi dan jaksa
janganlah diganggu dengan upaya pelemahan-pelemahan
dengan berbagai cara agar kita bisa bekerja secara
pofesional dan melakukan penegakan hukum”.(V3/DT.19)
(MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-KTP”
Rabu, 8 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai. Najwa mewawancarai
seorang juru bicara KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan
KPK. Febri menjelaskan bahwa KPK bekerja sesuai kewenangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

tertera dalam undang-undang. KPK meminta kepada seluruh


masyarakat Indonesia untuk ikut mengawasi kasus yang ditangani
KPK. Febri juga melarang kepada pihak-pihak tertentu yang berusaha
menjegal kerja KPK.

Maksud tuturan pada data (24) dengan kode (V3/DT.5) mengandung

maksud melarang dalam wujud tuturan direktif. Dalam tuturan tersebut I Gede

melarang pejabat kemendagri untuk tidak korupsi lagi karena citra mahkamah

konstitusi sudah dinilai buruk akibat dua orang yang bekerja di mahkamah

konstitusi tertangkap kasus suap E-KTP. Penanda wujud implikatur direktif

dengan maksud melarang yaitu kata “jangan”, kata tersebut mengindikasikan

bahwa penutur memberikan larangan yang ditujukan kepada pejabat kemendagri.

Maksud tuturan pada data (25) dengan kode (V3/DT.19) mengandung

maksud melarang. Tuturan Febri berkomentar mengenai upaya DPR untuk

melemahkan kinerja KPK dalam penanganan kasus mega proyek E-KTP. Ciri

penanda wujud direktif dengan maksud melarang adalah adanya perintah dari

penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Frase “janganlah

diganggu” menandakan bahwa penutur melarang pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab untuk berhenti menganggu aparat penegak hukum dalam

menuntaskan kasus korupsi.

4.2.2.14 Maksud Memohon

Menurut KBBI (2008:925) pengertian memohon adalah meminta dengan

hormat. Peneliti dalam penelitiannya hanya menemukan satu wujud implikatur

direktif dengan maksud memohon. Berikut contoh data implikatur dengan maksud

memohon yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV

dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

(26) Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya untuk melemahkan
karena mau mengobo-obok DPR?”
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR yang sudah kita
proses sebelumnya. Dalam konteks hari ini KPK akan
bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang. Dan sekaligus kita minta tolong publik
kawal penanganan perkara ini dan juga penanganan
perkara yang lain tentu harus dikawal agar bisa tuntas.
Dan kami berharap kerja yang dilakukan oleh penegak
hukum tidak hanya KPK sebenarnya, polisi dan jaksa
janganlah diganggu dengan upaya pelemahan-pelemahan
dengan berbagai cara agar kita bisa bekerja secara
pofesional dan melakukan penegakan hukum”.(V3/DT.13)
(MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-
KTP” Rabu, 8 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai. Najwa mewawancarai
seorang juru bicara KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan
KPK. Febri menjelaskan bahwa KPK bekerja sesuai kewenangan yang
tertera dalam undang-undang. KPK meminta kepada seluruh
masyarakat Indonesia untuk ikut mengawasi kasus yang ditangani
KPK. Febri juga melarang kepada pihak-pihak tertentu yang berusaha
menjegal kerja KPK.

Maksud tuturan pada data (26) dengan kode (V3/DT.13) yaitu maksud

memohon dalam wujud implikatur percakapan direktif. Pada tuturan tersebut

Febri meminta dengan hormat kepada publik untuk terlibat membantu KPK

menjaga penanganan perkara kasus korupsi mega proyek E-KTP yang dicurigai

dilakukan oleh anggota DPR. Penanda bahwa tuturan Febri mengandung maksud

memohon yaitu penggunaan kalimat “kita minta tolong”, kalimat tersebut

mengimplikasikan bahwa penutur meminta tolong dengan halus kepada publik

untuk membantu KPK.

4.2.2.15 Maksud Mengkritik

Menurut KBBI (2008: 742) pengertian mengkritik adalah mengemukakan

kritik atau mengecam. Peneliti dalam penelitiannya menemukan enam wujud


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

implikatur ekspresif dengan maksud mengkritik. Berikut contoh data implikatur

dengan maksud mengkritik yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(27) Najwa : “Apakah karena itu juga Anda sempat mengatakan bahwa
„SBY harus meminta maaf paksakan Patrialis jadi hakim
MK‟?”
Mahfud : “Kalau secara moral pak SBY harus bertanggung jawab
karena itu sudah diprotes banyak orang dan sudah pernah
dibatalkan oleh pengadilan kok dipaksakan diangkat gitu.
Nah, pak SBY secara hukum tidak bisa dimintai
pertanggungjawaban karena dia tidak ikut korupsi tidak
menerima suap, tapi secara moral dia yang memaksakan
Patrialis ini dan kita sejak awal sudah tahu gejalanya
ndak bagus kalau Patrialis. Semua orang sudah protes
gitu, nah itu yang terjadi kan?” (V4/DT.8)
(MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio Mata


Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai pak Mahfud mengenai pernyataan pak Mahfud kepada
pak SBY untuk meminta maaf karena memilih Patrialis menjadi
hakim MK dengan tergesa-gesa dan tanpa mempertimbangkan
terlebih dahulu. Pak Mahfud Md. menjelaskan bahwa pak SBY
adalah orang yang secara moral harus bertanggung jawab atas kasus
Patrialis Akbar.

(28) Najwa : “Karena itulah seharusnya kecelakaan sejarah, saya ingat


waktu itu Anda sempat mengatakan itu bang Nasir.
Patrialis adalah kecelakaan sejarah yang seharusnya bisa
dihindari kalau saja prosesnya sejak awal dibuat
terbuka?”
Nasir : “Iya, jadi memang proses seleksi itu mempengaruhi hasil ya.
Jadi kalau sampah yang masuk sampah juga yang keluar
kira-kira begitu. Nah karenanya memang proses seleksi
ini menurut saya juga memang bukan pekerjaan yang
mudah. Karena yang kita cari kan negarawan, perbedaan
hakim dimahkamah agung dan hakim dimahkamah
konstitusi adalah sisi negarawannya. Nah sampai saat ini
belum ada definisi seperti apa negarawan itu ya. Apakah
pak Mahfud misalnya bisa kita sebut sebagai negarawan,
apakah pak Haryono misalnya bisa kita sebut sebagai
negarawan. Nah sampai hari ini badan pemilihan hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

nasional itu sedang mendiskusikan seperti apa devinisi


negarawan, sebagai apa sosok negarawan. Dan saya juga
tidak tahu kenapa waktu itu pembentuk undang-undang
ketika proses amandemen undang-undang dasar
mencantumkan soal ini ituloh”.(V4/DT.19)
(MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai bang Nasir mengenai tanggapan bang Nasir terhadap
kasus Patrialis bahwa kasus yang menimpa Patrialis adalah kejadian
terburuk sepanjang sejarah yang menimpa mahkamah kehormatan
konstitusi. Kasus yang menimpa Patrialis Akbar sebenarnya bisa
dihindari apabila proses pemilihannya sejak awal dilakukan secara
terbuka. Bang Nasir menjelaskan mengenai perbedaan antara hakim
agung dan hakim konstitusi adalah syarat kenegarawan yang harus
dimiliki hakim konstitusi. Badan pemilihan hukum sampai sekarang
masih mencari arti dan indikator negarawan yang disebutkan oleh
pembentuk undang-undang dasar.

(29) Najwa : “Khusus untuk Patrialis Akbar sudah ada informasi paling
banyak dilaporkan?”.
Emerson : “Betul, paling banyak dilaporkan toh tidak bisa apa-apa
hanya bisa memberikan sangsi ringan. Begini tugas
hakim konstitusi itu kan relatif mudah kan hanya
mengawasi delapan orang kok bisa lolos. Ada faktor
yang juga kita ingatkan yaitu soal komitmennya anti
korupsi hakim konstitusi. Paling tidak ada enam putusan
mahkamah konstitusi. Lima dari sembilan belum
memperbaharui laporan harta kekayaan”. (V4/DT.15)
Najwa : “Lima dari Sembilan ?”
(MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang Mulia” Rabu,
01 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
mewawancarai Emerson mengenai kasus Patrialis. Kasus Patrialis
banyak dilaporkan tetapi hanya diberikan sangsi ringan. Emerson
menjelaskan bahwa ada Sembilan hakim konstitusi tetapi baru empat
yang melaporkan harta kekayaan, karena itu berpengaruh pada
komitmen hakim konstitusi yang menjunjung tinggi nilai kejujuran
yang anti korupsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Maksud tuturan pada data (27) dengan kode (V4/DT.8) yaitu penutur

bermaksud memberikan kritikan dalam wujud tuturan implikatur percakapan

ekspresif. Dalam tuturan tersebut penutur menyampaikan kritikan secara halus

kepada mitra tutur. Mahfud menyampaikan kritikan kepada SBY mengenai sikap

SBY yang memaksakan untuk mengangkat Patrialis menjadi hakim konstitusi

yang sejak awal diketahui akan memberikan dampak buruk. Penanda tuturan

Mahfud mengandung implikatur maksud mengkritik yaitu tuturan “secara moral

dia yang memaksakan Patrialis ini dan kita sejak awal sudah tahu gejalanya ndak

bagus kalau Patrialis”.

Maksud tuturan pada data (28) dengan kode (V4/DT.19) adalah maksud

mengkritik dalam wujud tuturan implikatur percakapan ekspresif. Dalam tuturan

tersebut, penutur memberikan kritikan secara halus kepada mitra tuturnya

mengenai proses seleksi hakim konstitusi. Penanda maksud mengkritik terlihat

pada tuturan “proses seleksi itu mempengaruhi hasil ya. Jadi kalau sampah yang

masuk sampah juga yang keluar”. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa

penutur mengkritisi proses seleksi hakim konstitusi yang dilakukan oleh tim

seleksi. Kata “sampah” pada tuturan tersebut berarti seseorang yang memiliki

sikap atau kepribadian buruk yang tidak pantas menjadi seorang pemimpin.

Maksud tuturan pada data (29) dengan kode (V4/DT.15) yaitu penutur

bermaksud mengkritik dalam wujud tuturan implikatur percakapan ekspresif.

Dalam tuturan tersebut, penutur mengkritisi aparat penegak hukum di Indonesia

yang tidak bisa memberikan sangsi tegas kepada Patrialis Akbar. Penanda maksud

mengkritik terdapat pada tuturan “paling banyak dilaporkan toh tidak bisa apa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

apa hanya bisa memberikan sangsi ringan”. Pernyataan tersebut mengindikasikan

sebuah sindiran atau kritikan yang diungkapkan penutur kepada mitra tuturnya

dengan bahasa yang halus.

4.2.2.16 Maksud Menyalahkan

Menurut KBBI (2008: 1207) pengertian menyalahkan adalah menyatakan

(memandang, menganggap) salah. Peneliti hanya menemukan satu wujud

implikatur ekspresif dengan maksud menyalahkan dalam penelitiannya. Berikut

contoh data implikatur ekspresif dengan maksud menyalahkan yang peneliti

temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik

periode Januari-Juli 2017.

(30) Najwa : “Gambarkan ke kami seberapa masif sesungguhnya E-KTP


ini?
Tama : “Sebetulnya kita melakukan review ya terhadap kasus ini
sudah lama sudah sejak 2011 ya. Nah itu kenapa kita
memberikan perhatian lebih terhadap E-KTP karena
sebelumnyapun beberapa proses menunjukkan bahwa ini
ada persoalan, dalam proyek uji coba E-KTP, uji petik itu
ada penetapan tersangka oleh kejaksaan. Jadi memang dari
awal ini ada persoalan yang serius padahal kita butuh yang
namanya E-KTP”.
Najwa : “Jadi baru uji coba saja sudah ada tersangkanya?”.
(V3/DT.1)
(MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Proyek E-
KTP” Rabu, 8 Maret 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang. Najwa
menanyakan kepada Tama mengenai seberapa besar kasus korupsi E-
KTP. Tama menjelaskan bahwa kecurigaan terhadap proyek E-KTP
sudah lama.

Maksud tuturan data (30) dengan kode (V3/DT.1) adalah maksud

memberikan kritikan dalam wujud tuturan implikatur ekspresif. Tuturan tersebut

tentang pernyataan Najwa mengenai kasus korupsi E-KTP yang sudah ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

pelakunya padahal baru dilakukan uji petik. Penutur bermaksud memberikan

kritikan kepada pejabat negara yang melakukan korupsi mega proyek E-KTP.

Penanda wujud implikatur ekspresif dengan maksud menyalahkan yaitu tuturan

“baru uji coba saja sudah ada tersangkanya” tuturan tersebut mengimplikasikan

bahwa penutur menyalahkan para pejabat Negara yang sudah melakukan korupsi

sejak awal proyek E-KTP dilaksanakan.

4.2.2.17 Maksud Menyindir

Menurut KBBI (2008: 1311) pengertian menyindir adalah mengkritik

(mencela, mengejek, dsb) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang.

Peneliti menemukan enam wujud implikatur ekspresif dengan maksud menyindir

dalam penelitiannya. Berikut contoh data implikatur ekspresif dengan maksud

menyindir yang peneliti temukan dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV

dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

(31) Najwa : “Jadi artinya berbagai macam dinamika yang terjadi tidak
akan mengubah rencana Anda kalau terpilih?”
Ahok : “Oh enggak saya sudah tegaskan, rumah susun siap. Orang
dulu tanya sama saya misalnya dulu KPU datang kepada saya
„pak boleh nggak pak kalau menjelang pilkada Bapak tidak
melakukan relokasi?‟ Saya bilang nggak bisa karena saya
mau ngejar mengatasi banjir. Kalau rusunya siap tetep saya
pindahin. Toh mereka bisa pilih di rumah susun ya kerja berat
sedikit dong. Nah kalau kami berdua otaknya cuma mau jadi
gubernur akhirnya akan bohongin, kami nggak gusur, kami
nggak normalisasi”. (V2/DT.11)
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Rabu, 18
Januari 2017

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tuturan santai dan
tenang, kondisi berlangsungnya tuturan di dalam studio Mata Najwa Metro
TV. Najwa mewawancarai pak Ahok apakah akan melanjutkan proyeknya
ketika terpilih menjadi Gubernur Jakarta lagi. Ahok tetap akan
melanjutkan proyeknya apapun kondisinya. Tuturan Ahok muncul karena
mendengar pernyataan calon pasangan nomor urut 3 yang mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

bahwa mereka tidak akan menggusur rumah warga Jakarta yang tinggal
dipinggir sungai tetapi hanya akan menggesernya.

(32) Najwa : “Saya ingin mas Ray ?”


Ray : “Saya ingin ngomong apa lagi mbak Najwa ya, kalau kasus
begini ya bagi golkar nggak merasa terhina. Kasus sudah
begini berulang kali dikatakan juga „enggak kita hebat‟
terus saya mau ngomong apa lagi?” (V5/DT.7)
(MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA NOVANTO”
Rabu, 19 Juli 2017)

Konteks: Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam studio Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai dan tenang.Najwa meminta
tanggapan kepada pak Ray perihal kasus Setyan Novanto yang
berdampak pada citra partai Golkar. Pak Ray merasa heran mendengar
tanggapan dari Nurdin.

Maksud implikatur pada data (31) dengan kode (V2/DT.11) yaitu

memberikan sindiran atau menyindir dalam wujud tuturan implikatur percakapan

ekspresif. Tuturan tersebut Ahok mengekspresikan sindiran yang ditujukan

kepada pasangan gubernur dan wakil gubernur nomor urut tiga. Ahok menyindir

pernyataan yang diungkapkan Anies untuk tidak menggusur tetapi hanya

menggeser rumah warga yang tinggal di bantaran sungai. Menurut Ahok, Anies

hanya mengincar jabatan sebagai gubernur Jakarta tanpa berfikir secara logis.

Tuturan Ahok yang menandakan maksud sindiran yaitu pada kalimat kalau kami

berdua otaknya cuma mau jadi gubernur akhirnya akan bohongin, kami nggak

gusur, kami nggak normalisasi”.

Maksud tuturan pada data (32) dengan kode (V5/DT.70) yaitu maksud

menyindir atau memberikan sindiran dalam wujud tuturan ekspresif. Penutur

bermaksud memberikan sindiran kepada ketua harian partai golkar. Penanda

wujud ekspresif dengan maksud mengkritik adalah tuturan “Saya mau ngomong

apa lagi mbak Najwa ya, kalau kasus begini ya bagi golkar nggak merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

terhina”. Tuturan penanda tersebut mengindikasikan bahwa penutur memberikan

kritikan secara halus kepada ketua DPP harian Golkar yang tidak tahu malu, ketua

umumnya Setya Novanto ditetapkan menjadi tersangka tetapi merasa golkar tetap

baik dan hebat.

4.3 Pembahasan

Penelitian berjudul Implikatur Percakapan dalam Dialog Intraktif Mata

Najwa Metro TV dengan Pejabat Publik ini bertujuan untuk mendeskripsikan

wujud, dan maksud implikatur percakapan. Dalam melakukan penelitian ini,

peneliti menggunakan teori pragmatik, konteks, tindak tutur, implikatur, dan

implikatur percakapan. Sasaran dalam penelitian ini adalah tuturan Najwa dan

pejabat publik ketika melakukan dialog interaktif dalam acara Mata Najwa Metro

TV.

Peneliti mengangkat implikatur percakapan yang diuturkan Najwa dan

pejabat publik sebagai topik penelitian karena penelitian tersebut masih jarang

dilakukan. Selain itu, peneliti melakukan penelitian implikatur pecakapan Najwa

dan pejabat publik karena melihat kenyataan bahwa pertanyaan yang diajukan

Najwa Shihab memiliki maksud tersembunyi di balik pertanyaan tesebut,

sebaliknya seorang pejabat dalam menjawab pertanyaan terkadang berbelit-belit

dan mempunyi maksud tersembunyi di balik jawaban tersebut. Selain itu, Mata

Najwa adalah salah satu program dialog interaktif di media televisi yang paling

banyak mendapat apresiasi oleh masyarakat, sementara masyarakat Indonesia

tidak semua memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Hal-hal tersebut

yang menjadi pertimbangan peneliti sebelum melakukan penelitian mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

implikatur percakapan oleh Najwa dan pejabat publik. Peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data berupa metode simak dengan teknik catat.

Dalam dialog interaktif Mata Najwa Metro TV, peneliti banyak

menemukan berbagai macam informasi baik pernyataan, penjelasan, spekulasi,

perintah, kritikan, dan sebagainya. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan,

tuturan dengan maksud menyatakan paling banyak ditemukan dalam dialog

interaktif Mata Najwa. Pisau analisis untuk mengkaji tuturan-tuturan yang

mengandung implikatur percakapan dan menemukan maksud-maksud implikatur

dalam dialog interaktif Mata Najwa peneliti menggunakan teori Searle dan Yule.

Salah satu ruang lingkup pragmatik adalah implikatur percakapan,

implikatur percakapan tidak bisa lepas dari peran konteks. Seperti yang

dikemukakan oleh Levinson (dalam Rahardi, 2005: 48) mendefinisikan bahwa

pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan

konteksnya. Dalam dialog interaktif Mata Najwa, untuk memahami pokok

pembahasan yang didiskusikan seorang peserta harus memahami setiap konteks

tuturan-tuturan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan empat wujud implikatur berupa

tindak tutur, yaitu implikatur percakapan dalam tuturan representatif, komisif,

direktif, dan ekspresif. Selain itu, peneliti menemukan tujuh belas maksud-

maksud implikatur percakapan yang terdapat dalam acara dialog interaktif Mata

Najwa Metro TV edisi Januari-Juli 2017.

Menurut Yule (2006: 92) tindak tutur representatif adalah jenis tindak tutur

yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan, dalam artian tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

tutur representatif berupa pernyataan mengenai suatu fakta, penegasan,

kesimpulan, dan pendeskripsian. Pengertian lain dikemukakan oleh Dardjowidjojo

(2010), bahwa tindak ujaran representatif hanyalah merupakan pernyataan

mengenai sesuatu, maka yang perlu kita lakukan adalah menghimpun muatan

proposisi dan memahami mana yang merupakan informasi lama dan mana yang

baru. Menurut peneliti, tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang

berfungsi untuk mendeskripsikan suatu informasi sehingga dapat

dipertanggungjawabkan nilai kebenarannya yang diyakini oleh penutur. Dalam

penelitiannya, peneliti menemukan 26 (dua puluh enam) tuturan yang

mengandung implikatur percakapan representatif. Dua puluh enam tuturan

implikatur representatif tersebut mengandung sembilan wujud maksud tuturan

yang menandakan bahwa tuturan tersebut adalah wujud implikatur representatif.

Sembilan maksud tersebut yaitu, 10 menyatakan, 1 menjelaskan, 4 berspekulasi, 7

menunjukkan, 1 memberitahukan, 1 mengakui, 1 memberi kesaksian, dan 1

melaporkan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai maksud-maksud implikatur

representatif tersebut dapat disimpulkan bahwa sembilan maksud tersebut

mendukung pengertian dari wujud implikatur representatif. Sembilan maksud dari

wujud implikatur representatif tersebut yang paling banyak ditemukan adalah

maksud menyatakan. Maksud menyatakan digunakan penutur dalam dialog

interaktif Mata Najwa untuk menerangkan, mengemukakan buah pikiran untuk

memberikan informasi berdasarkan bukti yang diyakini penutur, seperti yang

dijelaskam dalam KBBI (2008:972), menyatakan berarti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

menerangkan,menjelaskan, menunjukkan, memperlihatkan, menandakan,

mengatakan, serta mengemukakan dengan pikiran dan sepenuh hati.

Implikatur komisif adalah wujud implikatur dengan dasar teori tindak tutur

komisif. Tindak tutur komisif menurut Yule (2006: 94) adalah tindak tutur yang

dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di

masa yang akan datang. Menurut Dardjowidjojo (2010:95) tindak tutur komisif

sebenarnya bisa dianggap sama dengan tindak ujaran direktif, hanya arahnya yang

berbeda. Pada ujaran direktif si pendengarlah yang diharapkan melakukan sesuatu.

Pada tindak ujaran komisif, “perintah” itu diarahkan kepada pembicara sendiri.

Menurut peneliti tindak tutur komisif adalah sebuah tindak tutur yang melibatkan

dirinya sendiri terhadap tindakan di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini

disebut dengan wujud implikatur komisif. Dalam penelitian ini, peneliti

menemukan 4 (empat) tuturan yang mengandung implikatur percakapan dalam

dialog Interaktif Mata Najwa. Empat tuturan wujud implikatur tersebut peneliti

menemukan satu macam maksud tuturan yang termasuk dalam wujud implikatur

komisif, yaitu maksud menolak. Maksud tersebut mendukung pengertian dari

wujud implikatur komisif , yakni suatu tindak tutur yang dipahami oleh penutur

untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.

Maksud menolak digunakan penutur dalam dialog inetraktif Mata Najwa untuk

menyanggah sebuah pendapat yang dikemukakan lawan tuturnya kepada diri

penutur. Seperti yang dijelaskan dalam KBBI (2008:1447) pengertian menolak

adalah tidak menerima (memberi, meluluskan, mengabulkan), tidak

membernarkan (pendapat).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Menurut Ibrahim (1993) direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap

tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur misalnya meminta, memohon,

mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan. Menurut Yule (2006: 93)

direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang

lain melakukan sesuatu. Jadi, tindak tutur direktif adalah suatu tindak tutur yang

digunakan penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan mitra tutur untuk

melakukan sesuatu. Dardjowidjojo (2010: 101) menyatakan tindak ujaran direktif

dapat dibagi menjadi tiga kelompok yang lebih kecil yaitu pertanyaan dengan

jawaban ya/tidak/belum/bukan, pertanyaan yang memerlukan jawaban

mana/(si/meng)apa, dan perintah untuk melakukan sesuatu. Dalam dialog

interaktif Mata Najwa, peneliti menemukan 15 (lima belas) tuturan yang

mengandung wujud implikatur percakapan direktif. Lima belas maksud tersebut

mengandung 5 (lima) maksud tuturan yang tergolong dalam wujud implikatur

direktif. Kelima maksud tersebut yakni, 6 mengajak, 3 mendesak, 8 menyarankan,

2 melarang, dan 1 memohon. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima maksud tersebut mendukung pengertian

dari wujud implikatur direktif. Kelima maksud dari wujud direktif tersebut yang

paling banyak ditemukan adalah tuturan dengan maksud menyarankan. Maksud

menyarankan digunakan penutur untuk menyampaikan saran, memberikan

anjuran seperti yang dijeaskan dalam KBBI (2008: 1226) pengertian menyarankan

adalah memberikan saran (anjuran dsb); menganjurkan.

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan

oleh penutur (Yule, 2006: 93). Selain itu Dardjowidjojo (2010: 106) mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

tindak ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka

pelaksanakannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fisik.

Menurut peneliti tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk

mengekspresikan perasaan psikologis dari penutur itu sendiri dan tanpa

melibatkan perbuatan fisik baik dari penutur maupun mitra tuturnya. Dalam

penelitian ini disebut dengan implikatur ekspresif. Dalam dialog interaktif Mata

Najwa peneliti menemukan 13 (tiga belas) wujud tuturan yang mengandung

implikatur percakapan ekspresif. Tiga belas wujud tersebut mengandung tiga

maksud tuturan yang menandakan bahwa maksud-maksud tersebut dalam wujud

implikatur ekspresif. Ketiga maksud tersebut yaitu, 6 mengkritik, 1 menyalahkan,

dan 6 menyindir. Maksud tuturan ekspresif yang paling banyak ditemukan adalah

maksud mengkritik dan menyindir. Berdasarkan penemuan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa ketiga maksud tersebut mendukung pengertian dari wujud

implikatur ekspresif, yaitu suatu tuturan yang digunakan penutur untuk

menyatakan suatu perasaan kepada mitra tuturnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian

ini peneliti menemukan empat wujud implikatur percakapan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017.

Keempat wujud implikatur yang berbentuk tindak tutur tersebut adalah wujud

implikatur percakapan dalam tuturan representatif, wujud implikatur percakapan

dalam tuturan komisif, wujud implikatur percakapan dalam tuturan direktif, dan

implikatur percakapan dalam tuturan ekspresif. Selain itu peneliti juga

menemukan maksud-maksud implikatur percakapan yang terdapat dalam dialog

interaktif Mata Najwa Metro TV dengan pejabat publik periode Januari-Juli 2017,

ada (17) tujuh belas maksud-maksud implikatur. Maksud-maksud tersebut antara

lain, yakni: 1) menyatakan, 2) menjelaskan, 3) berspekulasi, 4) menunjukkan, 5)

memberitahukan, 6) mengakui, 7) memberi kesaksian, 8) melaporkan, 9)

menolak, 10) mengajak, 11) mendesak, 12) menyarankan, 13) melarang, 14)

memohon, 15) mengkritik, 16) menyalahkan, 17) menyindir.

Implikatur percakapan yang paling banyak muncul dalam dialog interaktif

Mata Najwa Metro TV yaitu implikatur percakapan dalam wujud tuturan

representatif dengan jumlah 26 tuturan. Maksud yang paling banyak muncul yaitu

maksud menyatakan.

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, penelitian ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis menemukan beberapa saran yang dapat

dipergunakan oleh peneliti selanjutnya terutama dalam penelitian sejenis.

1. Penelitian ini hanya meneliti implikatur percakapan dalam dialog

interaktif Mata Najwa Mero TV. Oleh karena itu, peneliti lain yang

sejenis dapat menganalisis dua dialog interaktif dalam stasiun televisi

yang berbeda, agar ada perbandingan penggunaan implikatur

percakapan oleh pejabat publik manakah yang lebih banyak antara

kedua dialog interaktif tersebut.

2. Penelitian ini hanya membahas mengenai implikatur percakapan.

Diharapkan peneliti lain yang tertarik untuk meneliti, masih ada aspek

yang merupakan ruang lingkup pragmatik yang menarik, seperti deiksis

atau pranggapan yang terdapat pada berita politik juga menarik dan

bermanfaat bagi pembaca.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anand, G. (2014). Karakteristik Jabatan Notaris di Indonesia. Sidoarjo: Zifatama


Publisher.

Andi, P. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Reinika Cipta.

Brown, G. dan Yule, G. (1996). Analisis Wacana.Jakarta: Gramedia.

Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:


Rineka Cipta.

Christianto, S. E. (2017). Analisis Implikatur pada Wacana Surat Pembaca


Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2016. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

Cummings, L. (2007). Pragmatik Sebuah Persepektif Multidisipliner.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Dardjowidjojo, S. (2010). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Halliday, M.A.K. (1985). An Introduction to Functional Grammar. London:


Longman Group Ltd.

Handayani, C. Sumawarti, dan Suhita, R. (2014). Implikatur Percakapan dalam


Acara Talk Show Mata Najwa di Metro TV. Vol. 2. No. 3. Diakses 16
Januari 2017.

Hariyono, A.P.J.R.(2014) Implikatur Percakapan dalam Iklan Produk Obat di


Televisi. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas
Negeri Yogyakarta.

111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Hamid, H. (2011). Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Hira, T. dan Lukman, G. (2010). Penggunaan Implikatur Dan Pelanggaran


Prinsip Kerja Sama Dalam Acara Sentilan Di Metri Tv: Tinjauan
Pragmatik. Makasar.

Ibrahim, Abd dan Syukur. (1993). Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usah Nasional.

Leech,G. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M.D.D. Oka).


Jakarta:Universitas Indonesia.

Kristia, dkk. (2015). Implikatur dalam Wacana “Bang Podjok” Bali Post: Kajian
Teori Grice dalam Jurnal. Undiksha. Vol. 3. No. 1 Tahun 2013.

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Moloeng, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muhammad. (2014). Metode Penelitian Bahasa. AR-Ruza Media:Yogyakarta.

Mulyana. (2005). Kajian Wacana Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip


Analisis Wacana. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Mustikawati, F. (2011). Implikatur Dalam Wacana Nuwun Sewu Pada Surat


Kabar Solopos. Yogyakarta.

Nadar, F.X. (2009). Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nababan, P. W. J. (1987). Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.

Nugraheni, Y. (2010). “Analisis Implikatur pada Naskah Film Harry Potter and
the Goblet Of Fire”. (9) . 390-396.

Nurastuti, W. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.

Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta:Graha Ilmu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Rahardi, K. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Rahayu, P. (2011). Implikatur Percakapan Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia Di Kelas V SD Negeri Pondok 1 Kecamatan Nguter
Kabupaten Sukoharjo. Solo.

Rahmawati, F. (2009). Implikatur Komik Doraemon Pendekatan Pragmatik.


Surakarta.

Rahman, C. (2016). Iklan Politik Capres dan Cawapres Tahun 2014: Analisis
Pragmatik. Surabaya.

Rani, A. dkk. (2006). Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing

Sriwidianingsih, N. (2015). Dialog Interaktif di Televisi dengan Rekaman untuk


Pembelajaran Menyimak. Vol. 13.No.1.
file:///C:/Users/user15/AppData/Local/Temp/54-88-1-SM.pdf. Diakses 11
Januari 2018.

Rustono. (1999). Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods.


Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syamsuddin. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wijana, I. D. P. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Pelajar Offset.

Wirajaya, A. Y. dan Sudarmawanti. (2008). Berbahasa dan Bersastra. Jakarta:


Pusat Perbukuan Depdiknas.

Yule, G. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zamzani. (2007) Kajian Sosiolinguistik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Zuriah, N. (2005). Metode Penelitian Sosial dan Politik. Jakarta:Bumi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Klasifikasi Subjek Penelitian dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Metro

TV dengan Pejabat Publik Periode Januari-Juli 2017

No. Nama Usia Jabatan Jenis Kelamin

1. Najwa Shihab 40 tahun Pembawa acara Perempuan

2. Noormili 49 tahun Calon Bupati Perempuan


Kalimantan Selatan
3. Dewanti 47 tahun Calon Walikota Batu Perempuan
Jawa Timur
4. Umar 50 tahun Calon Bupati Tulang Laki-laki
Bawang Lampung
5. Karolin 41 tahun Calon Bupati Landak Perempuan
Kalimantan Barat
6. Titi 48 tahun Direktur eksekutif Perempuan
Perludem
7. Basuki Tjahaja 51 tahun Calon Gubernus DKI Laki-laki
(Ahok) Jakarta
8. Djarot Saiful H. 55 tahun Calon wakil Gubernur Laki-laki
DKI Jakarta
9. Tama S. 43 tahun Anggota divisi Laki-laki
Langkung investigasi dan publikasi
ICW
10. I Gede Suratha 59 tahun Sekretaris Dirjen Laki-laki
Dukcapil
11. Budiman 47 tahun Anggota DPR komisi III Laki-laki
Sudjatmiko
12. Febri Diansyah 44 tahun Juru bicara KPK Laki-laki

13. Mahfud Md. 60 tahun Mantan Hakim MK Laki-laki

14. Nasir 46 tahun Anggota komisi III DPR Laki-laki


RI
15. Emerson 42 tahun Koordinator hukum dan Laki-laki
peradilan ICW
16. Nurdin H. 59 tahun Ketua harian DPP Laki-laki
Golkar
17. Firman 49 tahun Kuasa hukum Setya Laki-laki
Novanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

18. Ray Rangkuti 48 tahun Direktur eksekutif Laki-laki


lingkar madani
19. Tama 44 tahun Koordinator Divisi Laki-laki
Hukum dan Monitoring
Peradilan ICW
20. Maman 48 tahun Anggota kehormatan Laki-laki
MK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRIANGULASI HASIL PENELITIAN


IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM DIALOG INTERAKTIF MATA NAJWA METRO TV DENGAN PEJABAT PUBLIK
PERIODE JANUARI-JULI 2017

Triangulator dimohon untuk memeriksa kembali data yang diperoleh peneliti untuk keperluan keabsahan data. Triangulator yang dipercaya untuk memeriksa data penelitian
adalah penyidik yang memiliki kemampuan dalam bidang pragmatik.
Petunjuk Pengisian:
1. Triangulator dimohon untuk memberikan tanda centang (Ѵ) pada kolom Triangulasi (setuju atau tidak setuju) berdasarkan ketetapan wujud, ciri penanda, dan
maksud tuturan implikatur percakapan yang terjadi dalam tuturan Najwa Shihab dan pejabat publik.
2. Triangulator dimohon untuk memberikan kritik dan masukan pada kolom komentar.
A. IMPLIKATUR DALAM WUJUD TUTURAN REPRESENTATIF

No. Implikaturnya
Tuturan & Konteks Wujud Ciri Penanda Maksud Benar Komentar
Ya Tidak

1. (V1/DT.1) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √


Najwa: “Ibu Noor kenapa ibu mau maju percakapan dengan maksud
menggantikan Bapak jadi Bupati?” “Ada Perjuangan di sini, karena menyatakan ditunjukkan
Noor : “Ada Perjuangan di sini, karena saya saya merupakan satu-satunya pada kalimat “Ada
merupakan satu-satunya wanita di wanita di Kalimantan yang mau Perjuangan di sini karena
Kalimantan yang mau maju sebagai maju sebagai calon Bupati. saya merupakan satu-satunya
calon Bupati. Sebelumnya saya wanita Sebelumnya saya wanita wanita di Kalimantan yang
pertama juga di Kalimantan Selatan pertama juga di Kalimantan mau maju sebagai calon
yang menjadi ketua DPRD propinsi Selatan yang menjadi ketua Bupati”.
Kalimantan Selatan dengan suara DPRD propinsi Kalimantan
terbanyak hampir 50 ribu ditambah Selatan dengan suara terbanyak Tuturan tersebut merupakan
suara Golkar saya bisa membawa teman hampir 50 ribu ditambah suara tindak tutur representatif
saya satu DaPil”. Golkar saya bisa membawa sebab berisi informasi yang

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” teman saya satu dapil”. penuturnya terikat unsur
Rabu, 12 Januari 2017 kebenaran isi tuturan
tersebut. Penutur
Konteks: bertanggung jawab bahwa
Mata Najwa mendatangkan bintang tamu calon tuturan yang diucapkan berisi
Bupati dari Kalimantan Selatan bernama ibu Noor. tentang fakta bahwa penutur
Najwa mewawancarai ibu Noor mengenai alasan adalah calon Bupati wanita
beliau maju mencalonkan diri sebagi calon bupati, pertama dan untuk
mengingat status suami ibu Noor adalah mantan mencalonkan menjadi Bupati
bupati Kalimantan Selatan. ibu Noor maju menjadi penutur melewati proses
calon bupati wanita pertama yang mewakili pemilihan.
Kalimantan Selatan yang melewati proses
pemilihan.
2. (V1/DT.4) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menjelaskan √
Najwa : “Kita bahas pilkada malam ini saya ingin percakapan representatif
ke mbak Titi, mbak Titi tolong “Itu sesuatu yang sehat dan dengan maksud menjelaskan
komentari tadi ada gerakan masyarakat merupakan realita demokrasi ditandai dengan munculnya
kotak kosong calon tunggal itu sesuatu yang harus didorong. Jadi kalau kalimat “Jadi kalau ada
yang sehat bukan?” ada pemilih, publik yang pemilih, publik yang
Titi :“Itu sesuatu yang sehat dan merupakan realita mengatakan sudah pasti menang mengatakan sudah pasti
demokrasi yang harus didorong. Jadi itu yang harus dikoreksi. Bahwa menang itu yang harus
kalau ada pemilih, publik yang pilihan demokasi itu tidak dikoreksi”.
mengatakan sudah pasti menang itu berhenti dengan hanya ada satu
yang harus dikoreksi. Bahwa pilihan pasangan calon, justru ujian Penanda maksud menyatakan
demokasi itu tidak berhenti dengan demokrasi kita semakin kuat tersebut mengindikasikan
hanya ada satu pasangan calon, justru semakin mapan untuk menguji bahwa penutur menegaskan
ujian demokrasi kita semakin kuat apakah calon tunggal itu kepada lawan tutur bahwa
semakin mapan untuk menguji apakah tercipta secara alamiah karena calon tunggal belum tentu
calon tunggal itu tercipta secara alamiah memang kinerja bagus prestasi menang dalam sebuah
karena memang kinerja bagus prestasi bagus. Kalau kita lihat pemilihan seorang pemimpin.
bagus. Kalau kita lihat background tadi background tadi dari sembilan Justru seorang calon tunggal
dari sembilan itu delapan adalah itu delapan adalah petahana akan lebih membuktikan
petahana yang satu lagi juga petahana yang satu lagi juga petahana bagaimana nilai demokrasi di
plus kerabat dari petahana ibu Karolin plus kerabat dari petahana ibu Indonesia sesuai dengan
dari Landak. Nah ini yang kita bisa Karolin dari Landak. Nah ini prestasi dan kinerja calon
yang kita bisa koreksi apakah

118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

koreksi apakah kehadiran mereka secara kehadiran mereka secara pemimpin.


alamiah karena memang kinerja dan alamiah karena memang kinerja
dikehendaki atau karena memang ada dan dikehendaki atau karena
ruang dan membatasi lahirnya alternatif memang ada ruang dan
yang bisa dipilih oleh pemilih. Jadi, membatasi lahirnya alternatif
mari buktikan bahwa kehadiran mereka yang bisa dipilih oleh pemilih.
merefleksikan suara rakyat atau
sebaliknya upaya membungkam suara
rakyat. Apa yang dilakukan oleh kawan-
kawan di Pati itu sebuah kegiatan yang
mestinya difasilitasi oleh KPU dan
kemudian diberikan ruang sehingga
tidak berhenti saluran itu”.
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa”
Rabu, 12 Januari 2017

Konteks:
Najwa menghadirkan bintang tamu yang menjabat
sebagai direktur eksekutif Perludem bernama Titi.
Najwa mewawancarai mbak Titi mengenai gerakan
„kotak kosong‟. Tuturan terjadi pada malam hari di
dalam studio Mata Najwa Metro TV, suasana
tuturan santai dan tenang. Menurut mbak Titi
gerakan „kotak kosong‟adalah demokrasi yang sah.
Demokrasi yang hanya diisi satu pasangan calon
justru akan menguji prestasi dan kinerja seorang
calon pemimpin.

3. (V2/DT.1) (Representatif) Ciri penanda implikatur Berspekulasi √


Najwa : “Pak Ahok agak beda ya? Kayak agak percakapan representatif
kurusan gitu? Agak kurus terus “Pak Ahok agak beda ya? Kayak dengan maksud berspekulasi
rambut putih tumben nggak di cat itu agak kurusan gitu? Agak kurus ditandai dengan kalimat
pak?”. terus rambut putih tumben pertanyaan Najwa “Pak Ahok
Ahok : “Ini lebih kurus atau lebih pack ya nggak di cat itu pak?”. agak beda ya? Kayak agak
hahaha”. kurusan gitu?”
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”

119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rabu, 18 Januari 2017 Kata „agak beda‟ dan kata


„kayak‟ mengindikasikan
Konteks: bahwa penutur menduga
Najwa menghadirkan calon gubernur dan wakil mengenai perubahan fisik
gubernur Jakarta. Tuturan terjadi pada saat malam pak Ahok.
hari. Suasana tuturan santai sedang bercanda dan
disambut dengan tepuk tangan penonton. Kondisi
berlangsungnya tuturan di ruang studio Mata
Najwa Metro TV. Penutur merupakan pembawa
acaran dalam acara Mata Najwa, sedangkan mitra
tutur adalah bintang tamu acara Mata Najwa yang
menjabat sebagai petahana calon gubernur Jakarta.
Tuturan Najwa mengenai pendapatnya terhadap
perubahan fisik pak Ahok.
4. (V2/DT.4) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Jadi menurut Anda, Djarot lebih baik dari percakapan representatif
pasangan nomor urut satu dan tiga?”. “Oh pasti dong rekam jejak. dengan maksud menyatakan
Ahok : “Oh pasti dong rekam jejak. Inikan ada Inikan ada teori presiden ke-16 ditandai dengan kalimat
teori presiden ke-16 Amerika, kalau mau Amerika, kalau mau nguji “Kami ini sudah pernah
nguji karakter sejati dari seseorang kasih karakter sejati dari seseorang berkuasa”
kekuasaan. Kami ini sudah pernah kasih kekuasaan. Kami ini sudah
berkuasa, nah saya perlu sampaikan itu pernah berkuasa, nah saya perlu Penutur menyatakan kepada
kepada seseorang supaya menangkis sampaikan itu kepada seseorang mitra tutur bahwa beliau
tuduhan-tuduhan. Lagi pula mana supaya menangkis tuduhan- sudah pernah menjabat
mungkin sih aku masuk penjara saksinya tuduhan. sebagai Gubernur Jakarta dan
aja palsu”. sudah teruji karakternya.
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”
Rabu, 18 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan santai diiringi tepuk tangan penonton Mata
Najwa yang menandakan setuju dengan pernyataan
yang diungkapan Ahok. Najwa mewawancarai pak
Ahok mengenai kualitas pasangan nomor urut satu
dan tiga dibanding pak Djarot sebagai wakil

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gubernur. Pak Ahok menjelaskan bahwa pak


Djarot memiliki kemampuan yang baik karena
pengalaman politik yang dimiliki pak Djarot.
5. (V2/DT.5) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √
Najwa : “Jadi menurut Anda Djarot lebih baik dari percakapan representatif
pasangan nomor urut satu dan tiga?”. “Lagi pula mana mungkin sih dengan maksud menunjukkan
Ahok : “Oh pasti dong rekam jejak. Inikan ada aku masuk penjara saksinya aja ditandai dengan penggunaan
teori presiden ke16 Amerika, kalau mau palsu”. kalimat “saksinya aja
nguji karakter sejati dari seseorang palsu”.
kasih kekuasaan. Kami ini sudah pernah
berkuasa, nah saya perlu sampaikan itu kalimat diatas penutur
kepada seseorang supaya menangkis sampaikan dengan maksud
tuduhan-tuduhan. Lagi pula mana menunjukkan kepada mitra
mungkin sih aku masuk penjara tutur bahwa saksi dalam
saksinya aja palsu”. persidangannya palsu.
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”
Rabu, 18 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan santai diiringi tepuk tangan penonton
studio Mata Najwa yang menandakan setuju
dengan pernyataan yang diungkapan Ahok. Najwa
mewawancarai pak Ahok mengenai kualitas
pasangan nomor urut satu dan tiga dibanding pak
Djarot sebagai wakil gubernur. Pak Ahok
menjelaskan bahwa pak Djarot memiliki
kemampuan yang baik karena pengalaman politik
yang dimiliki pak Djarot.

6. (V2/DT.6) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √


Najwa : “Oke Anda merasa Djarot lebih baik dari percakapan representatif
nomor satu dan nomor tiga. Apakah “Saya nggak tahu, saya dengan maksud menunjukkan
Djarot lebih baik dari Anda?” gubernur dia wakil kok”. ditandai dengan penggunaan
Pak Ahok: “Saya nggak tahu, saya gubernur dia kalimat “saya gubernur dia
wakil kok”.

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” wakil kok”.


Rabu, 18 Januari 2017
Pernyataan di atas memiliki
Konteks: arti bahwa penutur ingin
Tuturan terjadi pada malam hari. Suasana tuturan menunjukkan kepada mitra
santai diiringi tepuk tangan dan tawa dari penonton tuturnya bahwa pak Djarot
setelah mendengar tuturan yang diucapkan pak adalah wakil sementara pak
Ahok. Kondisi berlangsungnya tuturan di dalam Ahok adalah Gubernurnya
studio Mata Najwa Metro TV. Najwa pada saat itu jadi dari situ mitra tutur bisa
mewawancarai pak Ahok yang merupakan menilai sendiri.
gubernur Jakarta mengenai siapa yang memiliki
kemampuan lebih baik antara pak Ahok dan pak
Djarot. Pak Ahok menjawab sambil tertawa.

7. (V2/DT.7) (Representatif) Ciri penanda implikatur Memberitahuka √


Najwa : “Saya ingin tanya pak Djarot dan pak percakapan representatif n
Ahok, seperti yang Anda katakana bahwa “Sekarang gini ajalah dulu dengan maksud
warga sudah hidup enak, Anda bisa waktu saya kecil saya suka lihat memberitahukan ditandai
yakin bahwa warga semua yang digeser anak-anak. Yang temen saya itu dengan kalimat „itu karena
ke rumah susun semuanya sudah bermain ujan, main disungai mama sayang sama kamu”
menikmati hidup yang memang lebih seenaknya. Lalu saya protes
enak dari sekarang?” sama mamak saya, kok Tuturan di atas disampaikan
Djarot : “Sekarang gini, enak atau tidak itukan jangankan saya berenang penutur dengan indikasi agar
sangat relatif. Tapi itu lingkungan lebih disungai, hujan-hujan saja mitra tutur dan publik tahu
sehat, tidak banjir, anak-anaknya sekolah mamak saya suka marah sama bahwa alasan pak Ahok
kita biayai bus juga kita tanggung, biaya saya. Saya protes dong kok dia melakukan penggusuran
kesehatan juga kita berikan, pelatihan boleh ma, terus mama saya karena beliau peduli dan
usaha juga ada disitu, disitu juga arena bilang begini, „itu karena mama sayang kepada warga Jakarta.
bermain. Kalau kami ukuran yang sayang sama kamu justru kasian
normal kalau konotasinya enak atau tidak temenmu mamanya nggak
enak bagi orang relatif.”. peduli‟. Nah itu yang kami
Ahok : “Sekarang gini ajalah dulu waktu saya kecil lakukan kepada orang yang
saya suka lihat anak-anak, yang temen tinggal di sungai”.
saya itu bermain ujan, main disungai

122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seenaknya lalu saya protes sama mamak


saya. Kok jangankan saya berenang
disungai, hujan-hujan saja mamak saya
suka marah sama saya. Saya protes
dong kok dia boleh ma, terus mama
saya bilang begini, „itu karena mama
sayang sama kamu justru kasian
temenmu mamanya nggak peeduli‟.
Nah itu yang kami lakukan kepada
orang yang tinggal di sungai”.
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”
Rabu, 18 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
terjadinya tuturan santai, dan kondisi
berlangsungnya tuturan di dalam ruangan studio
Mata Najwa Metro TV, Najwa menanyakan
kepada pak Djarot mengenai perubahan kualitas
hidup warga Jakarta. Pak Djarot dan pak Ahok
menjelaskan fasilitas yang diberikan kepada warga
Jakarta yang tinggal di rusun. Pak Ahok
menggusur rumah warga yang tinggal di bibir
sungai untuk mengurangi banjir dan
merelokasikannya di rusun dengan fasilitas yang
sudah disediakan.
8. (V2/DT.8) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Jadi artinya berbagai macam dinamika percakapan representatif
yang terjadi tidak akan mengubah “Oh enggak saya sudah dengan maksud menyatakan
rencana Anda kalau terpilih?” tegaskan, rumah susun siap. ditunjukkan pada kalimat
Ahok : “Oh enggak saya sudah tegaskan, rumah Orang dulu tanya sama saya “Kalau rusunya siap tetep
susun siap. Orang dulu tanya sama saya misalnya dulu KPU datang saya pindahin. Toh mereka
misalnya dulu KPU datang kepada saya kepada saya „pak boleh nggak bisa pilih di rumah susun ya
„pak boleh nggak pak kalau menjelang pak kalau menjelang pilkada kerja berat sedikit dong”.
pilkada Bapak tidak melakukan Bapak tidak melakukan
relokasi?‟ Saya bilang nggak bisa karena relokasi‟. Saya bilang nggak Tuturan tersebut
bisa karena saya mau ngejar mengindikasikan bahwa

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

saya mau ngejar mengatasi banjir. Kalau mengatasi banjir. Kalau rusunya penutur memberikan
rusunya siap tetep saya pindahin. Toh siap tetep saya pindahin. Toh pernyataan bahwa apabila
mereka bisa pilih di rumah susun ya mereka bisa pilih di rumah rusun sudah siap pak Ahok
kerja berat sedikit dong. Nah kalau kami susun ya kerja berat sedikit tetap menyuruh warga
berdua otaknya cuma mau jadi gubernur dong”. Jakarta pindah ke rumah
akhirnya akan bohongin, kami nggak susun apabila sudah jadi.
gusur, kami nggak normalisasi”.
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”
Rabu, 18 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan santai dan tenang, kondisi berlangsungnya
tuturan di dalam studio Mata Najwa Metro TV.
Najwa mewawancarai pak Ahok apakah akan
melanjutkan proyeknya ketika terpilih menjadi
Gubernur Jakarta lagi. Ahok tetap akan
melanjutkan proyeknya apapun kondisinya.
Tuturan Ahok muncul karena mendengar
pernyataan calon pasangan nomor urut 3 yang
mengatakan bahwa mereka tidak akan menggusur
rumah warga Jakarta yang tinggal dipinggir sungai
tetapi hanya akan menggesernya.
9. (V2/DT.10) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √
Najwa : “Pak Ahok pak Djarot, debat yang terjadi “Minimal ada perbedaan, percakapan representatif
seminggu yang lalu jauh lebih karena debat lima tahun yang dengan maksud menunjukkan
berkualitas jika dibandingkan debat lima lalu kami menghadapi seorang ditandai dengan kalimat
tahun yang lalu?”. petahana seorang birokrat yang “karena debat lima tahun
Ahok : “Saya nggak tau”. sudah lama, kalau debat yang lalu kami menghadapi
Najwa : “Anda mengalami dua-duanya walaupun sekarang jujur saja bu Silfi tidak seorang petahana seorang
posisinya berbeda”. menunjukkan dia seorang birokrat yang sudah lama,
Ahok : “Minimal ada perbedaan, karena debat pengalaman birokrat senior, kalau debat sekarang jujur
lima tahun yang lalu kami menghadapi jadi beda”. saja bu Silfi tidak
seorang petahana seorang birokrat yang menunjukkan dia seorang
sudah lama, kalau debat sekarang jujur pengalaman birokrat senior,
saja bu Silfi tidak menunjukkan dia jadi beda”.

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seorang pengalaman birokrat senior, jadi Kalimat di atas


beda”. mengindikasikan bahwa
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” penutur ingin menunjukkan
Rabu, 18 Januari 2017 kepada mitra tuturnya bahwa
Konteks: ada perbedaan kualitas antara
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana debat yang dahulu karena
tuturan santai diiringi tepuk tangan penonton lawan pak Ahok adalah
studio Mata Najwa yang menandakan setuju seorang petahana yang sudah
dengan pernyataan yang diungkapan Ahok. Najwa berpengalaman di dunia
bertanya kepada pak Ahok mengenai kualitas politik. Informasi yang kedua
pasangan nomor urut satu dan tiga dibanding adalah pak Ahok
dengan pak Djarot yang menjabat sebagai wakil menunjukkan kepada mitra
gubernur. Pak Ahok menjelaskan bahwa pak tuturnya bahwa ibu Silvi
Djarot lebih banyak memiliki pengalaman dalam adalah seniornya pak Ahok
dunia politik dibandingkan dengan pasangan sehingga masih di bawah pak
nomor urut satu dan tiga. Ahok kemampuan dan
pengalamannya.

10 (V3/DT.2) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √


Najwa :“Dua dari rekan Anda akan sidang perdana “Nah sekarang fokus kita adalah percakapan representatif
dan mungkin saja tersangka dan setelah ini, proyek ini proyek dengan maksud menyatakan
terdakwanya akan terus bertambahan pemberian identitas kepada ditandai dengan kalimat
seiring perjalanan kasus ini. Saya warga Negara harus tetap “proyek ini proyek
ingin tahu apa yang terjadi di berjalan dan KPK juga telah pemberian identitas kepada
Kemendagri pak?” menyatakan itu harus tetap warga Negara harus tetap
I Gede : “Tentu saya akan menjawab dengan apa berjalan”. berjalan dan KPK juga telah
yang saya tahu. Yang saya tahu adalah menyatakan itu harus tetap
mereka semua mengerjakan dengan berjalan”.
semangat, yang itu adalah hak-hak
konstitusioal warga Negara Indonesia. Pernyataan di atas
Tapi dalam perjalanannya walaupun mengindikasikan bahwa
ada hal-hal yang tidak sesuai dengan penutur menyatakan kepada
hal-hal yang harus dilakukan itu sudah mitra tutur dan publik bahwa
ditangani oleh KPK. Saya tidak ingin proyek E-KTP harus tetap
mencampuri itu, karena kasusnya dilanjutkan karena
sudah disana. Nah sekarang fokus kita menyangkut dengan

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adalah setelah ini, proyek ini proyek pemberian identitas warga


pemberian identitas kepada warga negara Indonesia sekalipun
Negara harus tetap berjalan dan KPK negara sudah mengalami
juga telah menyatakan itu harus tetap banyak kerugian.
berjalan”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
antara Najwa dan pak Gede Suratha saat itu serius
dan tegang. Najwa mewawancarai pak I Gede
Suratha selaku sekretaris dirjen dukcapil
kemendagri. Dua orang anggota dukcapil akan
sidang dan kemungkinan jumlah tersangkanya
akan bertambah. Najwa Shihab meminta pak Gede
Suratha untuk menjelaskan permasalahan yang
tengah terjadi di kemendagri, tetapi pak Gede
hanya mau menjelaskan apa yang dia ketahui saja.
11 (V3/DT.3) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menjelaskan √
Najwa : “Dua dari rekan Anda akan sidang perdana “Tentu saya akan menjawab percakapan ekspresif dengan
dan mungkin saja tersangka dan dengan apa yang saya tahu. maksud memberi kesaksian
terdakwanya akan terus bertambahan Yang saya tahu adalah mereka ditandai dengan tuturan
seiring perjalanan kasus ini. Saya ingin semua mengerjakan dengan “Tentu saya akan menjawab
tahu apa yang terjadi di Kemendagri semangat yang itu adalah hak-
dengan apa yang saya tahu”.
pak?” hak konstitusioal warga
Tuturan tersebut
I Gede : “Tentu saya akan menjawab dengan apa Negara Indonesia. Tapi dalam
yang saya tahu. Yang saya tahu adalah mengindikasikan bahwa
perjalanannya walaupun ada
mereka semua mengerjakan dengan penutur memberikan
hal-hal yang tidak sesuai dengan
semangat yang itu adalah hak-hak informasi kesaksian sesuai
hal-hal yang harus dilakukan itu
konstitusioal warga Negara Indonesia. dengan yang dilihatnya
sudah ditangani oleh KPK. Saya
Tapi dalam perjalanannya walaupun ada selama bekerja di
tidak ingin mencampuri itu,
hal-hal yang tidak sesuai dengan hal-hal Kemendagri.
karena kasusnya sudah disana”.
yang harus dilakukan itu sudah ditangani
oleh KPK. Saya tidak ingin mencampuri

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu, karena kasusnya sudah disana. Nah


sekarang fokus kita adalah setelah ini,
proyek ini proyek pemberian identitas
kepada warga Negara harus tetap
berjalan dan KPK juga telah menyatakan
itu harus tetap berjalan”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
antara Najwa dan pak Gede Suratha saat itu serius
dan tegang. Najwa mewawancarai pak I Gede
Suratha selaku sekretaris Dirjen Dukcapil
Kemendagri. Dua orang anggota Dukcapil akan
sidang dan kemungkinan jumlah tersangkanya
akan bertambah. Najwa Shihab meminta pak Gede
Suratha untuk menjelaskan permasalahan yang
tengah terjadi di Kemendagri, tetapi pak Gede
hanya mau menjelaskan apa yang dia ketahui saja.

12. (V3/DT.4) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √


Najwa : “Termasuk nama-nama besar yang tadi “Di KPK sebenarnya percakapan representatif
disinyalir terlibat?” diperspektif penanganan dengan maksud menunjukkan
Febri : “Di KPK sebenarnya diperspektif perkara tidak ada nama besar ditandai dengan kalimat
penanganan perkara tidak ada nama ataupun nama kecil tetapi kami “kami akan melihat peran
besar ataupun nama kecil tetapi kami akan melihat peran dari mereka dari mereka sesuai dengan
akan melihat peran dari mereka sesuai sesuai dengan kewenangannya kewenangannya dan sesuai
dengan kewenangannya dan sesuai dan sesuai dengan bukti”. dengan bukti”.
dengan bukti”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega Pernyataan di atas
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017 mengindikasikan bahwa
Konteks: penutur mengemukakan
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam kepada mitra tuturnya bahwa
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan di KPK dalam penanganan

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

santai, Najwa mewawancarai mas Febri selaku juru kasus tidak memandang
bicara KPK mengenai tokoh politik yang memiliki jabatan, tetapi KPK akan
jabatan tinggi dan diduga mengetahui tentang memproses berdasarkan
aliran dana E-KTP baik yang berstatus tersangka peran dan bukti.
atau saksi-saksi. Pertanyaan Najwa muncul karena
mendengar pengakuan dari Nazarudin yang
mengatakan bahwa Setya Novanto terlibat dalam
kasus korupsi proyek E-KTP. Menurut mas Febri
KPK tidak membedakan nama besar dan nama
kecil tetapi KPK akan bekerja sesuai dengan bukti
dan kewenangan.
13. (V3/DT.6) (Representatif) Ciri penanda implikatur Berspekulasi √
Najwa : “Mas Budiman saya ingin Anda “Setiap orang yang punya percakapan representatif
menanggapi apa yang tadi kekuasaan punya celah untuk dengan maksud memberikan
dilontarkan Nazarudin. Hal yang korup, kita harus curiga bahkan spekulasi ditandai dengan
berulang kali dia sebutkan, saya juga harus mencurigai diri penggunaan kalimat “kita
menyebutkan nama ketua DPR, saya, bahwa saya memiliki harus curiga bahkan saya
menyebut nama politisi semua potensi untuk korupsi, bahkan juga harus mencurigai diri
komisi 2. Saya ingin tahu Anda setiap orang yang punya saya”
percaya pada Nazarudin tidak?” pemegang kuasa anggaran
Sudjatmiko :“Setiap orang yang punya kekuasaan eksekutif, legislatif, bahkan Tuturan di atas
punya celah untuk korup, kita harus yudikatif sekalipun punya mengindikasikan dugaan
curiga bahkan saya juga harus potensi untuk korup”. penutur kepada m
mencurigai diri saya, bahwa saya
memiliki potensi untuk korupsi
bahkan setiap orang yang punya
pemegang kuasa anggaran eksekutif,
legislatif, bahkan yudikatif sekalipun
punya potensi untuk korup”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari, kondisi
berlangsungnya tuturan di dalam ruangan Mata
Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai, Najwa

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menanyakan kepada Budiman Sudjatmiko


mengenai pernyataan Nazarudin yang mengatakan
bahwa Setya Novanto terlibat korupsi proyek E-
KTP. Menurut Sudjatmiko semua orang yang
punya kuasa pemegang anggaran Negara
berpotensi melakukan korupsi.
14 (V3/DT.7) (Representatif Ciri penanda implikatur Memberi √
Najwa : “Dalam fraksi karena kan nama-nama “Dipoksi PDIP tidak ada lagi percakapan ekspresif dengan kesaksian
sejumlah anggota fraksi PDIP juga rapat-rapat membahas soal ini maksud memberi kesaksian
disebut dan diperiksa?” nggak ada, kebetulan ketua ditandai dengan “tuturan
Sudjatmiko : “Dipoksi PDIP tidak ada lagi rapat- poksi kami pak Komarudin saya sebagai aggota komisi
rapat membahas soal ini nggak ada. Watubun. Saya pernah dua terutama dari periode
Kebetulan ketua poksi kami pak berbicara dia bertanya kepada lampau merasa perlu
Komarudin Watubun saya pernah proaktif muncul di televisi
saya, „kamu dipanggil Bud?‟
berbicara dia bertanya kepada saya, menjelaskan ini” menjadi
„saya tidak terlibat‟. „Oke kalau
„kamu dipanggil Bud?‟ „saya tidak penanda bahwa penutur
terlibat‟. „Oke kalau kamu tidak kamu tidak terlibat silahkan memberikan informasi
terlibat silahkan berbicara secara berbicara secara terus terang‟ kesaksian tentang diri
terus terang‟ (Sudjatmiko (Sudjatmiko mengiyakan). penutur.
mengiyakan). Karena itu saya Karena itu saya berani beberapa
berani beberapa kali saya datang ke kali saya datang ke media
media televisi kemarin atau televisi kemarin atau mungkin
mungkin besok dan sekarang di besok dan sekarang di Mata
Mata Najwa. Karena saya pikir Najwa. Karena saya pikir setiap
setiap anggota komisi dua, karena anggota komisi dua, karena
komisi dua sudah digeneralir komisi dua sudah digeneralir
diasosiasikan bersalah saya sebagai diasosiasikan bersalah saya
aggota komisi dua terutama dari
sebagai aggota komisi dua
periode lampau merasa perlu
proaktif muncul di televisi terutama dari periode lampau
menjelaskan ini. Karena merasa perlu proaktif muncul di
kesempatan saya menjelaskan televisi menjelaskan ini”.
diKPK nggak ada karena saya
nggak diundang sampai sekarang
tu, tiga kali penyidikan saya tidak

129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pernah dipanggil KPK saya juga


bingung”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai Budiman
Sudjatmiko tentang peran fraksi dalam
menanggapi kasus proyek E-KTP karena ada
sejumlah anggota fraksi yang namanya terlibat
dalam kasus korupsi proyek E-KTP. Menurut
Sudjatmiko di poksi PDIP tidak ada yang
membahas mengenai kasus E-KTP. Pak
Komarudin Watubun yang menjabat sebagai ketua
fraksi PDIP memberikan izin kepada mas
Sudjatmiko untuk memberikan keterangan ke
media karena komisi dua sudah digeneralir
bersalah dalam proyek E-KTP.

15. (V3/DT.8) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menjelaskan √


Najwa : “Dalam fraksi karena kan nama-nama Karena kesempatan saya percakapan representatif
sejumlah anggota fraksi PDIP juga menjelaskan di KPK nggak ada bermaksud menunjukkan
disebut dan diperiksa?” karena saya nggak diundang ditandai dengan kalimat “tiga
Sudjatmiko:“Dipoksi PDIP tidak ada lagi rapat- sampai sekarang tu, tiga kali kali penyidikan saya tidak
rapat membahas soal ini nggak ada. penyidikan saya tidak pernah pernah dipanggil KPK saya
Kebetulan ketua poksi kami pak dipanggil KPK saya juga juga bingung”.
Komarudin Watubun saya pernah bingung”.
berbicara dia bertanya kepada saya, Pernyataan tersebut
„kamu dipanggil Bud?‟ „saya tidak mengindikasikan bahwa
terlibat‟. „Oke kalau kamu tidak penutur menunjukkan
terlibat silahkan berbicara secara informasi kepada mitra tutur
terus terang‟ (Sudjatmiko bahwa KPK sudah
mengiyakan). Karena itu saya berani melakukan penyidikan
beberapa kali saya datang ke media sebanyak tiga kali mengenai

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

televisi kemarin atau mungkin besok kasus mega proyek E-KTP


dan sekarang di Mata Najwa. Karena tetapi Sudjatmiko tidak
saya pikir setiap anggota komisi dua, dipanggil sebagai saksi.
karena komisi dua sudah digeneralir,
diasosiasikan bersalah saya sebagai
aggota komisi dua terutama dari
periode lampau merasa perlu
proaktif muncul di televisi
menjelaskan ini. Karena kesempatan
saya menjelaskan di KPK nggak ada
karena saya nggak diundang sampai
sekarang tu, tiga kali penyidikan
saya tidak pernah dipanggil KPK
saya juga bingung”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai Budiman
Sudjatmiko tentang peran fraksi dalam
menanggapi kasus proyek E-KTP karena ada
sejumlah anggota fraksi yang namanya terlibat
dalam kasus korupsi proyek E-KTP. Menurut
Sudjatmiko di poksi PDIP tidak ada yang
membahas mengenai kasus E-KTP. Pak
Komarudin Watubun yang menjabat sebagai ketua
fraksi PDIP memberikan izin kepada mas
Sudjatmiko untuk memberikan keterangan ke
media karena komisi dua sudah digeneralir
bersalah dalam proyek E-KTP.
16. (V3/DT.10) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Pak Surate saya ingin tanyakan karena “Berarti memang ada pihak percakapan representatif
informasi yang kemudian saya baca, yang mengklaim ada haknya dengan maksud menyatakan
menteri dalam negeri pak Cahyo bos belum dibayar, tetapi saya ditandai pada penggunaan

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anda mengatakan, sekarang belum selaku sekretaris dirjen kan saya kalimat “pada dokumen saya
bisa mencetak karena belum ada bekerja dengan dokumen pada tidak ada hutang Negara kita
blanko karena masih hutang pak dokumen saya tidak ada hutang kepada pihak ketiga yang
dengan perusahaan Amerika saya Negara kita kepada pihak ketiga menyelenggarakan proyek E-
bacakan „Kita masih hutang dengan yang menyelenggarakan proyek KTP ini lunas”.
perusahaan Amerika tidak mungkin E-KTP ini lunas”.
saya bayar sendiri pake APBN juga Pernyataan tersebut
tidak mungkin karena jumlahnya mengindikasikan bahwa
mencapai 90 juta dolar Amerika. penutur menyatakan jika
Menang tender sudah kerja tapi dalam dokumennya negara
belum bayar‟. Makanya sekarang tidak memiliki hutang kepada
banyak yang ga bisa punya E-KTP pihak ketiga.
karena blankonya belum ada
perusahaannya belum dibayar e pak
utang 90 juta dolar pak”.
I Gede: “ Itu adalah dua hal yang berbeda, pak
menteri saya kan seorang negarawan
cara berbahasanya seperti itu. Berarti
memang ada pihak yang mengklaim
ada haknya belum dibayar, tetapi saya
selaku sekretaris Dirjen kan saya
bekerja dengan dokumen pada
dokumen saya tidak ada hutang
Negara kita kepada pihak ketiga yang
menyelenggarakan proyek E-KTP ini
lunas”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa menanyakan kepada pak
I Gede mengenai proyek E-KTP yang berhenti
lantaran blanko belum dibayar menurut pengakuan
menteri dalam negeri tetapi pak I Gede
menegaskan bahwa dalam dokumennya tidak ada

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hutang terhadap konsorsium.


17. (V3/DT.11) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa :“PT. Biofom ini yang kemudian “Tidak, jadi mereka seperti kita percakapan representatif
memenangkan thender untuk mengurusi sekarang membetulkan atau dengan maksud menyatakan
ini diawal, data-data ada di mereka kan menguras ATM, yang kita tahu ditunjukkan dengan kalimat
pak?” petugasnya itu pada masuk “masuk keruangan itu harus
I Gede :“Tidak, jadi mereka seperti kita sekarang keruangan itu harus ditelanjangi ditelanjangi kemudian keluar
membetulkan atau menguras ATM, yang kemudian keluar ditelanjangi”. ditelanjangi”.
kita tahu petugasnya itu pada masuk Pernyataan di atas
keruangan itu harus ditelanjangi mengindikasikan bahwa
kemudian keluar ditelanjangi”. penutur menjelaskan kepada
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega mitra tutur jika data-data E-
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017 KTP bersih tidak ada
Konteks: ditangan PT. Biofom karena
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam ketika mengerjakan proyek
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan E-KTP petugasnya diawasi
santai dan tenang. Najwa mewawancarai pak I dengan ketat.
Gede Suratha mengenai PT. Biofom yang
memenangkan thender yang diduga menyimpan
data-data E-KTP. Pak Gede menjelaskan bahwa
data bersih tidak tersimpan oleh PT. Biofom.
18. (V3/DT.12) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya “Sebenarnya cukup banyak percakapan dengan maksud
untuk melemahkan karena mau anggota DPR yang sudah kita menyatakan ditandai dengan
mengobok-obok DPR?” proses sebelumnya. Dalam kalimat “Sebenarnya cukup
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR konteks hari ini KPK akan banyak anggota DPR yang
yang sudah kita proses sebelumnya. bekerja berdasarkan sudah kita proses
Dalam konteks hari ini KPK akan kewenangan yang diberikan oleh sebelumnya”.
bekerja berdasarkan kewenangan yang undang-undang”.
diberikan oleh undang-undang dan Tuturan di atas menandakan
sekaligus kita minta, tolong publik kawal bahwa penutur memberikan
penanganan perkara ini dan juga informasi kepada lawan
penanganan perkara yang lain tentu harus tuturnya bahwa KPK sudah
dikawal agar bisa tuntas. Dan kami banyak memproses anggota
berharap kerja yang dilakukan oleh DPR yang diduga terlibat

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penegak hukum tidak hanya KPK kasus korupsi E-KTP.


sebenarnya, polisi dan jaksa janganlah
diganggu dengan upaya pelemahan-
pelemahan dengan berbagai cara agar
kita bisa bekerja secara pofesional dan
melakukan penegakan hukum”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai. Najwa mewawancarai seorang juru bicara
KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan
KPK. Febri menjelaskan bahwa KPK bekerja
sesuai kewenangan yang tertera dalam undang-
undang. KPK meminta kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk ikut mengawasi kasus yang
ditangani KPK. Febri juga melarang kepada pihak-
pihak tertentu yang berusaha menjegal kerja KPK.
19. (V4/DT.1) (Representatif) Ciri penanda implikatur Mengakui √
Najwa : “Targetnya berapa banyak pak, kan yang “Jadi begini, memang ada percakapan representatif
mau dipilih cuma satu.” persoalan di dalam seleksi dengan maksud mengakui
Haryono : “Jadi begini, memang ada persoalan di hakim ini karena selotnya hanya ditandai dengan tuturan
dalam seleksi hakim ini karena satu”. “memang ada persoalan”
selotnya hanya satu. Tapi, meskipun
hanya satu kita juga mengharapkan Tuturan di atas
bahwa jangan dilihat bahwa ini mengindikasikan bahwa
adalah satu-satunya kesempatan. penutur mengakui jika di
Kalaupun toh belum ada yang dipilih dalam proses seleksi hakim
tidak berarti bahwa dia tidak MK ada kendala yang
memenuhi. Oleh karena itu, ada yang dialami oleh panitia seleksi.
bertanya kepada saya bagaimana
yang pernah mendaftar? Nggak ada
persoalan yang pernah mendaftar
kalaupun toh memenuhi syarat

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

silahkan mendaftar saja, sejauh itu


memenuhi syarat. Kalau kemudian
tidak memenuhi syarat daftar dahulu
umurnya sudah pas-pasan sekarang
sudah lewat saya kira kita tidak bisa
terima.”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai . Mata Najwa mendatangkan bintang tamu
seorang pejabat publik yang menjabat sebagai
ketua panitia seleksi hakim MK bernama pak
Haryono. Najwa mewawancarai pak Haryono
selaku ketua tim seleksi mengenai jumlah
partisipan yang mendaftar sebagai calon hakim
mahkamah konstitusi. Menurut pak Haryono
semuanya berhak mendaftar asal memenuhi syarat.
20. (V4/DT.4) (Representatif) Ciri penanda implikatur Berspekulasi √
Najwa : “Saya ingin minta tanggapan Anda sisa “Jangan-jangan sudah apatis percakapan representatif
dua hari, adakah nama-nama yang publik sekarang”. dengan maksud memberikan
perlu didorong untuk mendaftar spekulasi ditandai dengan
supaya kita tidak menyesal penggunaan frase „Jangan-
dikemudian hari bang Nasir?” jangan‟. Penutur masih
Nasir : “Iya saya pikir panitia punya inisiatif menduga-duga tanpa adanya
kalau memang bisa melakukan hal itu, bukti atau fakta yang jelas.
terus terang saja dengan kejadian yang
pernah menimpa Akil Mukhtar lalu
kemudian Patrialis Akbar tentukan
orang ngeri-ngeri sedap juga mau jadi
hakim konstitusi ya kan? Tentu saja
harus dihindari jangan seolah-olah ada
diskriminasi kenapa kami tidak
dipanggil yang itu dipanggil nah itu

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menurut saya caranya saja bagaimana,


sehingga kemudian bisa memenuhi
apa harapan publik sehingga kemudian
kekhawatiran publik bahwa nanti
hakim ini sama saja, itukan nanti
menimbulkan apatisme publik nah itu
bahaya menurut saya.”
Najwa : “Jangan-jangan sudah apatis publik
sekarang”.
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa. Suasana tuturan santai dan
tenang. Mata Najwa mendatangkan bintang tamu
yang menjabat sebagai anggota komisi 3 DPR RI.
Najwa mewawancarai bang Nasir mengenai nama-
nama calon yang perlu diberi dorongan untuk
mencalonkan diri, mengingat kasus yang pernah
menimpa Akil Mukhtar yang memberikan dampak
tidak baik kepada calon hakim selanjutnya. Selain
itu, bang Nasir juga meminta agar panitia benar-
benar mempertimbangkan proses pemilihannya
dengan baik. Supaya publik tidak menganggap
semua hakim konstitusi itu sama yaitu bisa disuap
dan mengesampingkan nilai keadilah yang
seharusnya dijunjung tinggi seorang hakim
konstitusi.
21. (V4/DT.5) (Representatif) Ciri penanda implikatur Berspekulasi √
Najwa : “Yang baru saja kita saksikan bersama- “Pertama yang akan kita percakapan representatif
sama adalah parodi dari teman-teman katakan jangan-jangan itu pak dengan maksud memberikan
ICW ketika Patrialis pertama kali SBY bercanda gitu ya ketika spekulasi ditandai dengan
masuk menjadi hakim konstitusi. Ada memilih Patrialis Akbar. Ada penggunaan frase „Jangan-
yang menarik, „pengambilan sumpah tiga hal yang akan kita kritisi, jangan‟.
serapah bukan sumpah jabatan, saya pertama dari proses rekruitmen

136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berjanji akan menjadi hakim Patrialis Akbar ini tidak


konstitusi mahkamah komedi yang terbuka dan partisipatif gitu,
selucu-lucunya dan secepat-cepatnya, tiba-tiba ujug-ujug ada
saya siap disumpahi banyak orang Patrialis dan ibu Maria waktu
dan juga bukan orang jika saya tidak itu. Kemudian yang kedua dari
lucu‟. Jadi sejak awal Anda dan sisi syarat salah satu syaratnya
teman-teman sudah melihat proses kan kenegarawan, kita tidak
Patrialis Akbar menjadi hakim melihat sosok Patrialis Akbar
konstitusi itu banyak masalah?”. itu negarawan dalam artian
Emerson: “Pertama yang akan kita katakan jangan- sesungguhnya. Ketika dia
jangan itu pak SBY bercanda gitu ya menjabat sebagai menteri,
ketika memilih Patrialis Akbar. Ada Patrialis dikenal sebagai raja
tiga hal yang akan kita kritisi, obral remisi buat para
pertama dari proses rekruitmen koruptor”.
Patrialis Akbar ini tidak terbuka dan
partisipatif gitu, tiba-tiba ujug-ujug
ada Patrialis dan ibu Maria waktu itu.
Kemudian yang kedua dari sisi syarat
salah satu syaratnya kan
kenegarawan, kita tidak melihat sosok
Patrialis Akbar itu negarawan dalam
artian sesungguhnya. Ketika dia
menjabat sebagai menteri, Patrialis
dikenal sebagai raja obral remisi buat
para koruptor”.
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Mata Najwa mendatangkan
Emerson Yunantho yang menjabat sebagai
kordinator hukum dan peradilan ICW. Najwa
mewawancarai Emerson mengenai parodi dari
ICW yang ditujukan untuk menyindir Patrialis
Akbar yang diketahui sudah bermasalah sejak awal

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tetapi SBY yang menjabat sebagai presiden pada


masa itu memaksakan diri untuk mengangkat
Patrialis sebagai hakim MK. Setelah video
ditayangkan kemudian Najwa meminta Emerson
menjelaskan mengenai kejanggalan-kejanggalan
yang dirasakan oleh Emerson ketika Patrialis
Akbar diangkat menjadi hakim konstitusi. Emerson
merasa janggal dengan keputusan pak SBY dalam
memilih Patrialis Akbar karena keputusan diambil
secara sepihak dan tertutup.
22. (V4/DT.11) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Mahfud : “Bagus lo yang hasil seleksi tim “Ialah orang saya orang DPR percakapan representatif
independen karena generasi pertama waktu itu”. dengan maksud memberi
dan kedua itu yang melahirkan bu kesaksian terdapat pada
Maria, Ahmad Sodikin, Mukhti Fajar tuturan “orang saya orang
itu seleksi terbuka yang dilakukan DPR”
oleh pansel yang bebas, itu bersih.
Tetapi yang yang kemudiaan sesudah Tuturan tersebut
itu dipemerintah mundur sendiri lalu mengindikasikan bahwa
menunjuk secara sepihak gitu penutur memberi keterangan
terjadilah sesuatu. Kalau di DPR dan kesaksian bahwa penutur
sejak awal sudah sering terjadi tawar adalah orang yang juga
menawar diantara para fraksi.” bekerja di DPR jadi tahu
Najwa : “Apakah begitu?” mengenai proses tawar-
Mahfud : “Ialah orang saya orang DPR waktu itu”. menawar antara para fraksi
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang mengenai pemilihan hakim
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017 MK.
Konteks:
Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai.
Najwa mewawancarai pak Mahfud mengenai
proses seleksi hakim konstitusi. Menurut pak
Mahfud seleksi pemilihan hakim konstitusi periode
pertama dan kedua yang dilakukan oleh tim
independen lebih baik karena proses seleksi

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan dengan sistem terbuka. Periode


selanjutnya pemilihan hakim konstitusi berubah
sistem karena pemilihan dilakukan dengan cara
menunjuk secara sepihak. Di kursi DPR sendiri
pemilihan dilakukan dengan cara tawar-menawar
yang bertujuan untuk mencari keuntungan politik.
Najwa mempertegas pernyataan pak Mahfud
kemudian pak Mahfud meyakinkan karena pada
waktu itu beliau duduk di kursi DPR jadi
mengetahui apa yang terjadi di DPR.
23. (V4/DT.12) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √
Najwa : “Godaan terbesar yang akan dihadapi oleh “Pertama godaan politik ya, percakapan representatif
hakim-hakim ini berangkat dari dari para politisi dari para dengan maksud menunjukkan
pengalaman Anda ketika duduk di pejabat itu kadang kala juga ditandai pada tuturan
mahkamah konstitusi dan yang sudah sering kali meminta tolong untuk “Pertama godaan politik ya”
kita lihat dua orang akhirnya tertangkap perkara ini. Saya punya kasus
tangan oleh KPK, pak Mahfud?” kepala daerah disana itu dari Pernyataan di atas
Mahfud : “Pertama godaan politik ya, dari para partai saya sudah menang atau mengindikasikan bahwa
politisi dari para pejabat itu kadang kala kalah ingin menang, banyak itu penutur hendak menunjukkan
juga sering kali meminta tolong untuk masuk. Tetapi kalau itu informasi kepada lawan
perkara ini. Saya punya kasus kepala gampang, godaan uang itu tuturnya bahwa dalam
daerah disana itu dari partai saya sudah banyak sekali, ada yang seperti menjadi hakim mahkamah
menang atau kalah ingin menang, yang sudah tertangkap itukan konstitusi akan mendapatkan
banyak itu masuk. Tetapi kalau itu godaan uang sudah jelas”. godaan dari segi politik.
gampang, godaan uang itu banyak Selain itu tuturan bermaksud
sekali, ada yang seperti yang sudah menunjukkan ditandai
tertangkap itukan godaan uang sudah dengan tuturan yang berbunyi
jelas. Masyarakat sering salah sangka “godaan uang itu banyak
itu tidak mungkin Patrialis atau Akil sekali” dari tuturan tersebut
bekerja sama sendiri pasti bekerja sama penutur bermaksud
dengan hakim lain karena putusannya menunjukkan kepada lawan
kolektif katanya, itu salah. Belum tentu tuturnya jika godaan bentuk
hakim itu korupsi bekerja sama dengan uang akan lebih banyak
hakim lain. Karena begini misalnya kita ditemukan dalam menjabat
hakim, sekarang diputuskan itu besok menjadi hakim mahkamah

139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bacaannya dua minggu lagi atau sebulan konstitusi.


lagi. Nah dalam waktu ini seorang
hakim bisa menjual sendiri tanpa harus
berbicara pada hakim lain”.
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa meminta pak Mahfud
untuk menjelaskan mengenai godaan suap yang
akan dihadapi oleh hakim konstitusi, berangkat
dari pengalaman pak Mahfud ketika menjabat
hakim mahkamah konstitusi. Menurut pak Mahfud
godaan yang sering datang berasal dari politisi atau
pejabat yang meminta tolong agar perkaranya
dimenangkan. Godaan berupa uang banyak
ditawarkan ketika menjabat menjadi hakim
konstitusi, seperti yang sudah terbukti dilakukan
oleh Akil Mukhtar dan Patrialis Akbar. Pak
Mahfud juga menjelaskan kepada publik yang
sering salah pengertian bahwa semua hakim
konstitusi itu bekerja sama ketika akan melakukan
korupsi. Menurut pak Mahfud belum tentu ketika
seorang hakim akan melakukan tindak korupsi
bekerja sama dengan hakim lain, karena ketika
perkara sudah diputuskan pembacaan putusan
perkara bisa dilakukan dalam jangka waktu yang
lama sehingga selama jeda bisa digunakan hakim
yang nakal melakukan kecurangan.
24. (V4/DT.13) (Representatif) Penanda bahwa tuturan Menyatakan √
Najwa : “Godaan terbesar yang akan dihadapi oleh “Masyarakat sering salah tersebut termasuk dalam
hakim-hakim ini berangkat dari sangka itu tidak mungkin wujud representatif adalah
pengalaman Anda ketika duduk di Patrialis atau Akil bekerja sama ditemukan informasi lama
mahkamah konstitusi dan yang sudah sendiri pasti bekerja sama dan baru’. Informasi lama

140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kita lihat dua orang akhirnya tertangkap dengan hakim lain karena ditandai dengan tuturan
tangan oleh KPK, pak Mahfud?” putusannya kolektif katanya, itu “Masyarakat sering salah
Mahfud : “Pertama godaan politik ya, dari para salah. Belum tentu hakim itu sangka itu tidak mungkin
politisi dari para pejabat itu kadang kala korupsi bekerja sama dengan Patrialis atau Akil bekerja
juga sering kali meminta tolong untuk hakim lain. Karena begini sama sendiri pasti bekerja
perkara ini. Saya punya kasus kepala misalnya kita hakim, sekarang sama dengan hakim lain
daerah disana itu dari partai saya sudah diputuskan itu besok bacaannya karena putusannya kolektif
menang atau kalah ingin menang, dua minggu lagi atau sebulan katanya, itu salah”,
banyak itu masuk. Tetapi kalau itu lagi. Nah dalam waktu ini sedangkan informasi baru
gampang, godaan uang itu banyak seorang hakim bisa menjual ditandai dengan tururan
sekali, ada yang seperti yang sudah sendiri tanpa harus berbicara “Belum tentu hakim itu
tertangkap itukan godaan uang sudah pada hakim lain”. korupsi bekerja sama dengan
jelas. Masyarakat sering salah sangka hakim lain” Penanda maksud
itu tidak mungkin Patrialis atau Akil menyatakan tersebut
bekerja sama sendiri pasti bekerja sama mengindikasikan bahwa
dengan hakim lain karena putusannya penutur membrikan informasi
kolektif katanya, itu salah. Belum tentu kepada lawan tutur dan
hakim itu korupsi bekerja sama dengan publik bahwa seorang hakim
hakim lain. Karena begini misalnya kita yang korupsi belum tentu
hakim, sekarang diputuskan itu besok melibatkan hakim lainnya.
bacaannya dua minggu lagi atau sebulan
lagi. Nah dalam waktu ini seorang
hakim bisa menjual sendiri tanpa harus
berbicara pada hakim lain”.
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa meminta pak Mahfud
untuk menjelaskan mengenai godaan suap yang
akan dihadapi oleh hakim konstitusi, berangkat
dari pengalaman pak Mahfud ketika menjabat
hakim mahkamah konstitusi. Menurut pak Mahfud
godaan yang sering datang berasal dari politisi atau
pejabat yang meminta tolong agar perkaranya

141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dimenangkan. Godaan berupa uang banyak


ditawarkan ketika menjabat menjadi hakim
konstitusi, seperti yang sudah terbukti dilakukan
oleh Akil Mukhtar dan Patrialis Akbar. Pak
Mahfud juga menjelaskan kepada publik yang
sering salah pengertian bahwa semua hakim
konstitusi itu bekerja sama ketika akan melakukan
korupsi. Menurut pak Mahfud belum tentu ketika
seorang hakim akan melakukan tindak korupsi
bekerja sama dengan hakim lain, karena ketika
perkara sudah diputuskan pembacaan putusan
perkara bisa dilakukan dalam jangka waktu yang
lama sehingga selama jeda bisa digunakan hakim
yang nakal melakukan kecurangan.
25. (V4/DT.16) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √
Najwa : “Khusus untuk Patrialis Akbar sudah ada “Lima dari sembilan belum percakapan representatif
informasi paling banyak dilaporkan?”. memperbaharui laporan harta dengan maksud melaporkan
Emerson : “Betul, paling banyak dilaporkan toh kekayaan”. ditandai dengan kalimat
tidak bisa apa-apa hanya bisa “Lima dari sembilan belum
memberikan sangsi ringan. Begini memperbarui laporan harta
tugas hakim konstitusi itukan relatif kekayaan”.
mudah kan hanya mengawasi delapan menjadi penanda wujud
orang kok bisa lolos? Ada faktor yang representatif dan maksud
juga kita ingatkan yaitu soal menunjukkan, karena adanya
komitmennya anti korupsi hakim informasi lama dan informasi
konstitusi. Paling tidak ada enam baru. Informasi lama adalah
putusan mahkamah konstitusi. Lima “Lima dari sembilan”,
dari sembilan belum memperbarui sedangkan informasi baru
laporan harta kekayaan”. pada kalimat “belum
Najwa : “Lima dari Sembilan ?” memperbaharui laporan
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang harta kekayaan”
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan

142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

santai dan tenang. Najwa mewawancarai Emerson


mengenai kasus Patrialis. Kasus Patrialis banyak
dilaporkan tetapi hanya diberikan sangsi ringan.
Emerson menjelaskan bahwa dari sembilan hakim
konstitusi tetapi baru empat yang melaporkan harta
kekayaan, karena itu berpengaruh pada komitmen
anti korupsi hakim konstitusi yang menjunjung
tinggi nilai kejujuran.
26. (V5/DT.1) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Sudah hadir di studio Mata Najwa kita “Selamat malam Golkar tetap percakapan representatif
mulai dari sebelah kanan dulu ketua jaya”. dengan maksud memberikan
harian DPP partai Golkar Nurdin pernyataan ditandai dengan
Halim, selamat malam bang Nurdin”. kalimat “Golkar tetap jaya”
Nurdin H. : “Selamat malam Golkar tetap jaya”.
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA Penanda maksud menyatakan
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 tersebut mengindikasikan
Konteks: bahwa partai Golkar tetap
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam jaya sekalipun ketua
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan umumnya ditetapkan menjadi
santai dan tenang. Mata Najwa menghadirkan tersangka kasus mega proyek
politisi bang Nurdin H. yang menjabat sebagai E-KTP.
ketua harian DPP Golkar. Najwa memperkenalkan
narasumbernya kepada publik kemudian menyapa
dengan mengucapkan salam.
27. (V5/DT.2) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menyatakan √
Najwa : “Mas Firman kami mengundang klien “Ya saya rasa banyak cara percakapan representatif
Anda Setya Novanto berkali-kali untuk menjawab persoala- dengan maksud menyatakan
dengan berbagai cara tetapi menolak persoalan yang disampaikan ditandai dengan kalimat “Ya
untuk hadir di Mata Najwa mas oleh Mata Najwa dan itu suara saya rasa banyak cara untuk
Firman”. Setya Novanto sama aja”. menjawab persoala-
Firman : “Ya saya rasa banyak cara untuk persoalan yang disampaikan
menjawab persoala-persoalan yang oleh Mata Najwa dan itu
disampaikan oleh Mata Najwa dan itu suara Setya Novanto sama
suara Setya Novanto sama aja”. aja”.
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA
Dari tuturan di atas

143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 menandakan implikatur


percakapan dengan maksud
Konteks: menyatakan karena adanya
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam informasi lama “Ya saya
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan rasa banyak cara untuk
santai dan tenang. Mata Najwa menghadirkan menjawab persoala-
Firman yang ditunjuk Setya Novanto menjadi persoalan yang disampaikan
pengacaranya. Najwa mewawancarai Firman oleh Mata Najwa”, selain itu
mengenai penolakan Setya Novanto setiap kali ada informasi baru berupa
diundang di Mata Najwa, menurut keterangan tuturan “dan itu suara Setya
Firman hak Setya Novanto untuk hadir atau tidak. Novanto sama aja”.
28. (V5/DT.6) (Representatif) Ciri penanda wujud Melaporkan √
Najwa : “Oke biar pemirsa clear jadi disebutkan “Berpesan kepada saksi agar representatif dengan maksud
SN atau Setya Novanto berpesan tadi misalnya „bu Diyah tolong melaporkan adalah adanya
kepada saksi?” sampaikan kepada pak Irman informasi lama dan informasi
Tama : “Berpesan kepada saksi agar tadi misalnya kalau ditanya bilang nggak baru. Tuturan “Berpesan
„bu Diyah tolong sampaikan kepada kenal saya”. kepada saksi” merupakan
pak Irman kalau ditanya bilang nggak informasi lama, dan tuturan
kenal saya”. “bu Diyah tolong sampaikan
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA kepada pak Irman kalau
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 ditanya bilang nggak kenal
saya” merupakan informasi
Konteks: baru.
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa menanyakan kepada
Tama S. mengenai pesan SN untuk bu Diyah. Bu
Diyah adalah salah satu saksi kasus proyek E-KTP.
29. (V5/DT.9) (Representatif) Ciri penanda implikatur Menunjukkan √
Najwa : “Kang Maman tidak perlu laporan, saya “Tidak perlu aturan pasal 4 ayat percakapan representatif
juga sudah membaca kok aturan itu dan 1 tanpa aturanpun, tanpa dengan maksud
saya akan tunjukkan kepemirsa”. laporanpun, tanpa memberitahukan ditandai
Maman : “Betul itu dipasal 124”. pengaduanpun, bisa kok MKD dengan kalimat “Tidak perlu
Najwa : “Tidak perlu aturan pasal 4 ayat 1 tanpa mengusut kasus ini kalau aturan pasal 4 ayat 1 tanpa
aturanpun, tanpa laporanpun, tanpa memang mau”. aturanpun, tanpa

144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengaduanpun, bisa kok MKD laporanpun, tanpa


mengusut kasus ini kalau memang pengaduanpun, bisa kok
mau”. MKD mengusut kasus ini
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA kalau memang mau”.
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017
Konteks: Tuturan di atas menjadi
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam penanda wujud representatif
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan dan maksud menunjukkan,
tegang karena Najwa dan Maman saling beradu karena adanya informasi
argumen. lama dan informasi baru.
Informasi lama adalah
“Tidak perlu aturan pasal 4
ayat 1 tanpa aturanpun,
tanpa laporanpun, tanpa
pengaduanpun”, sedangkan
informasi baru pada kalimat
“bisa kok MKD mengusut
kasus ini kalau memang
mau”.

145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. IMPLIKATUR DALAM WUJUD TUTURAN KOMISIF

Implikatur
No. Tuturan & Konteks Wujud Ciri Penanda Maksud nya Benar Komentar
Ya Tidak

1. (V1/DT.7) (Komisif) Penanda wujud komisif Menolak √


Najwa : “Fakta bahwa Anda anak gubernur dengan maksud penolakan
berpengaruh tidak?” “Ada anak gubernur yang juga adalah tuturan “Ada anak
Karolin : “Ada anak gubernur yang juga mencalonkan diri dan tidak gubernur yang juga
mencalonkan diri dan tidak mendapat mendapat dukungan semua mencalonkan diri dan tidak
dukungan semua parpol. Jadi, saya kira parpol. Jadi, saya kira faktornya mendapat dukungan semua
faktornya tidak hanya satu.” tidak hanya satu.” Parpol”. Tuturan tersebut
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” secara jelas mengindikasikan
Rabu, 12 Januari 2017 bahwa penutur memberikan
sebuah penolakan atau
Konteks: sanggahan atas pernyataan
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam yang diberikan lawan
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan tuturannya mengenai
santai dan tenang. Mata Najwa mendatangkan pengaruh ayahnya untuk
Karolin Margaret calon bupati Landak, mendapatkan dukungan
Kalimantan Barat . Najwa bertanya kepada ibu semua Parpol.
Karolin mengenai pengaruh ayahnya sebagai
mantan gubernur terhadap pencalonannya sebagai
calon bupati Landak. Menurut Karolin menjadi
anak gubernur bukan suatu jaminan untuk
memperoleh dukungan dari partai politik.
2. (V2/DT.3) (Komisif) Penanda wujud komisif Menolak √
Najwa : “Tapi terlihat figur, terlihat agak dengan maksud penolakan
menyusut apa karena stres ya pak “Karena di Lembang itu ngga adalah tuturan “ngga sempet
Ahok?” sempet makan layanin foto tanda makan layanin foto tanda
Ahok : “Karena kalau di Lembang itu saya ajarin tangan itukan dari jam delapan tangan” tuturan tersebut
kalau mau diet yang baik itu dari sampai jam dua belas tiga puluh secara jelas mengindikasikan
sarapan pagi sampe siang itu jangan ya”. bahwa penutur memberikan
makan apa-apa cukup air putih aja sebuah penolakan atau
terus langsung Anda turun dua kilo sanggahan kepada mitra tutur

146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sampai tiga kilo. Karena di Lembang bahwa tubuh pak Ahok


itu ngga sempet makan layanin foto menyusut bukan karena stres
tanda tangan itukan dari jam delapan atas kasus hukum yang
sampai jam dua belas tiga puluh ya”. menimpanya tetapi karena
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” kesibukan pak Ahok
Rabu, 18 Januari 2017 melayani foto dan tanda
tangan kepada warga.
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan santai sedang bercanda, kondisi
berlangsungnya tuturan di dalam ruangan studio
Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai
pak Ahok mengenai perubahan tubuh pak Ahok
yang terlihat kurus disinyalir akibat stress yang
akhirnya disanggah pak Ahok.
3. (V2/DT.6) (Komisif) Penanda wujud komisif Menolak √
Najwa : “Pak Ahok dan pak Djarot yang jelas dengan maksud penolakan
waktu untuk kampanye kurang dari “Tanya yang jago silat”. adalah tuturan “Tanya yang
satu bulan. Apakah akan ada jago silat”. Tuturan tersebut
perbedaan strategi atau adakah jurus secara jelas mengindikasikan
tersembunyi yang belum dikeluarkan bahwa penutur memberikan
oleh Anda pak Ahok dan pak sebuah penolakan kepada
Djarot?” mitra tutur untuk menjawab
Ahok : “ Tanya yang jago silat”. pertanyaan yang diberikan
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” dan menunjuk pak Djarot
Rabu, 18 Januari 2017 supaya menjawab.
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari, suasana
tuturan santai. Kondisi berlangsungnya tuturan di
dalam ruangan studio Mata Najwa Metro TV.
Najwa bertanya kepada pasangan calon gubernur
nomor urut dua mengenai strategi kampanye. Pak
Ahok meminta kepada pak Djarot untuk
menjawab pertanyaan dari Najwa Shihab.
4. (V3/DT.8) (Komisif) Penanda wujud komisif Menolak √
Najwa :“Pak Surate saya ingin tanyakan karena “ Itu adalah dua hal yang dengan maksud penolakan

147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

informasi yang kemudian saya baca, berbeda, pak menteri saya kan adalah tuturan “Itu adalah
menteri dalam negeri pak Cahyo bos seorang negarawan cara dua hal yang berbeda” .
Anda mengatakan, sekarang belum berbahasanya seperti itu”. Tuturan tersebut secara jelas
bisa mencetak karena belum ada mengindikasikan bahwa
blanko karena masih hutang pak penutur memberikan sebuah
dengan perusahaan Amerika. Saya penolakan atas ketidak
bacakan „Kita masih hutang dengan setujuannya terhadap
perusahaan Amerika tidak mungkin pernyataan yang diberikan
saya bayar sendiri pake APBN juga pak Cahyo.
tidak mungkin karena jumlahnya
mencapai 90 juta dolar Amerika.
Menang tender sudah kerja tapi
belum bayar‟. Makanya sekarang
banyak yang ga bisa punya E-KTP
karena blankonya belum ada
perusahaannya belum dibayar e pak,
utang 90 juta dolar pak”.
I Gede : “ Itu adalah dua hal yang berbeda, pak
menteri saya kan seorang negarawan
cara berbahasanya seperti itu. Berarti
memang ada pihak yang mengklaim
ada haknya belum dibayar, tetapi
saya selaku sekretaris dirjen kan saya
bekerja dengan dokumen pada
dokumen saya tidak ada hutang
Negara kita kepada pihak ketiga
yang menyelenggarakan proyek E-
KTP ini lunas”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa menanyakan kepada pak
I Gede mengenai proyek E-KTP yang berhenti
lantaran blanko belum dibayar berdasarkan

148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengakuan menteri dalam negeri. Pak I Gede


menegaskan bahwa dalam dokumennya tidak ada
hutang terhadap konsorsium.

149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. IMPLIKATUR DALAM WUJUD TUTURAN DIREKTIF

No. Tuturan & Konteks Wujud Ciri Penanda Maksud Implikaturnya Komentar
Benar
Ya Tidak

1. (V1/DT.5) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Mengajak √


Najwa:“Kita bahas pilkada malam ini saya ingin “Jadi, mari buktikan bahwa dengan maksud mengajak
ke mbak Titi, mbak Titi tolong komentari kehadiran mereka merefleksikan adalah adanya unsur perintah
tadi ada gerakan masyarakat kotak kosong suara rakyat atau sebaliknya dari penutur kepada mitra
calon tunggal itu sesuatu yang sehat upaya membungkam suara tutur untuk melakukan
bukan?” rakyat. Apa yang dilakukan oleh sesuatu. Penutur mengajak
Titi:“Itu sesuatu yang sehat dan merupakan realita kawan-kawan di Pati itu sebuah lawan tuturnya secara halus
demokrasi yang harus didorong. Jadi kalau kegiatan yang mestinya untuk membuktikan kinerja
ada pemilih, publik yang mengatakan sudah difasilitasi oleh KPU dan calon pemimpin tunggal
pasti menang itu yang harus dikoreksi. kemudian diberikan ruang ditandai dengan frase “mari
Bahwa pilihan demokasi itu tidak berhenti sehingga tidak berhenti saluran buktikan”.
dengan hanya ada satu pasangan calon, itu”.
justru ujian demokrasi kita semakin kuat
semakin mapan untuk menguji apakah
calon tunggal itu tercipta secara alamiah
karena memang kinerja bagus prestasi
bagus. Kalau kita lihat background tadi dari
sembilan itu delapan adalah petahana yang
satu lagi juga petahana plus kerabat dari
petahana ibu Karolin dari Landak. Nah ini
yang kita bisa koreksi apakah kehadiran
mereka secara alamiah karena memang
kinerja dan dikehendaki atau karena
memang ada ruang dan membatasi lahirnya
alternatif yang bisa dipilih oleh pemilih.
Jadi, mari buktikan bahwa kehadiran
mereka merefleksikan suara rakyat atau
sebaliknya upaya membungkam suara
rakyat. Apa yang dilakukan oleh kawan-

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kawan di Pati itu sebuah kegiatan yang


mestinya difasilitasi oleh KPU dan
kemudian diberikan ruang sehingga tidak
berhenti saluran itu”.
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa”
Rabu, 12 Januari 2017
Konteks:
Najwa meminta bu Titi direktur eksekutif
perludem untuk menjelaskan mengenai gerakan
„kotak kosong‟. Menurut mbak Titi gerakan „kotak
kosong‟adalah demokrasi yang sah. Demokrasi
dengan satu pasangan calon justru akan menguji
prestasi dan kinerja seorang calon pemimpin.

2. (V1/DT.8) (Direktif) Ciri penanda implikatur Mendesak √


Najwa :“Supaya lebih jelas, jadi Ibu menggantikan direktif dengan maksud
Bapak, calon wakil Ibu keponakan “Supaya lebih jelas, jadi Ibu mendesak ditandai dengan
Bapak juga. Tidak ada yang janggal menggantikan Bapak, calon “kalimat Tidak ada yang
menurut Ibu dari situ?” wakil Ibu keponakan Bapak janggal menurut Ibu dari
Noor : “Tidak karena itu suara terbanyak”. juga. Tidak ada yang janggal situ?”. Tuturan tersebut
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” menurut Ibu dari situ?” mengindikasikan bahwa
Rabu, 12 Januari 2017 bentuk protes Najwa kepada
Konteks: ibu Noor mengenai hubungan
kekerabatan ibu Noor dalam
Najwa bertanya mengenai perasaan ibu Noor pencalonannya sebagai calon
sebagai calon bupati Kalimantan Selatan terkait Bupati Kalimantan Selatan.
hubungan kekerabatan dalam pencalonannya.
Ibu Noor menjelaskan bahwa pencalonannya Penanda wujud direktif
diambil dari pemerolehan suara terbanyak. dengan maksud mendesak
adalah adanya perintah dari
penutur kepada mitra tutur
untuk melakukan sesuatu.

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. (V2/DT.2) (Direktif) Pernyataan “saya ajarin Menyarankan √


Najwa : “Tapi terlihat figure, terlihat agak kalau mau diet yang baik
menyusut apa karena stres ya pak “Karena kalau di Lembang itu itu” menjadi penanda bahwa
Ahok?” saya ajarin kalau mau diet yang tuturan tersebut merupakan
Ahok : “Karena kalau di Lembang itu saya ajarin baik itu dari sarapan pagi sampe wujud direktif dan maksud
kalau mau diet yang baik itu dari sarapan siang itu jangan makan apa-apa menyarankan dan memiliki
pagi sampe siang itu jangan makan apa- cukup air putih aja terus arti lain bahwa penutur
apa cukup air putih aja terus langsung langsung Anda turun dua kilo memerintah kepada mitra
Anda turun dua kilo sampai tiga kilo. sampai tiga kilo”. tutur untuk melakukan
Karena di Lembang itu ngga sempet sesuatu.
makan layanin foto tanda tangan itukan
dari jam delapan sampai jam dua belas
tiga puluh ya”.
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot”
Rabu, 18 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan santai sedang bercanda, kondisi
berlangsungnya tuturan di dalam ruangan studio
Mata Najwa Metro TV. Najwa mewawancarai
pak Ahok mengenai perubahan tubuh pak Ahok
yang terlihat kurus disinyalir akibat stress yang
akhirnya disanggah pak Ahok.
4. (V2/DT.9) ((Direktif) Ciri penanda wujud direktif Menyarankan √
Najwa : “Termasuk ketika dihadang termasuk dengan maksud menyarankan
ketika ditolak?”. “Mba Nana kita itu sekarang adalah adanya unsur perintah
Djarot : “Mba Nana kita itu sekarang lagi mencari lagi mencari pelayan dari penutur kepada mitra
pelayan masyarakat, pemimpin masyarakat pemimpin tutur untuk melakukan
masyarakat. Jangan dong karena masyarakat. Jangan dong sesuatu. Djarot meminta
mencari pelayan masyarakat pemimpin karena mencari pelayan kepada warga Indonesia
masyarakat kemudian dibawa-bawa masyarakat, pemimpin untuk tidak membawa urusan
urusan agama dan suku. Semua berhak masyarakat kemudian dibawa- agama dan suku dalam
untuk menjadi camat, menjadi lurah, bawa urusan agama dan suku. urusan politik. Ditandai
menjadi wali kota, menjadi bupati, Semua berhak untuk menjadi dengan penggunaan kalimat
gubernur, wakil gubernur, di Negara camat, menjadi lurah, menjadi “Jangan dong karena
wali kota, menjadi bupati,

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kesatuan republik Indonesia kita ini gubernur, wakil gubernur, di mencari pelayan masyarakat,
sebangsa lho ya. Negara kesatuan republik pemimpin masyarakat
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” Indonesia kita ini sebangsa lho kemudian dibawa-bawa
Rabu, 18 Januari 2017 ya”. urusan agama dan suku”
Konteks:
Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio
Mata Najwa. Suasana tuturan santai dan tenang.
Najwa mewawancarai pak Djarot calon wakil
Gubernur Jakarta nomor urut dua. Najwa
menanyakan mengenai sikap pak Djarot ketika
kampanye dan mendapat penolakan dari beberapa
warga Jakarta yang tidak suka dengan sikap Ahok
lantaran diduga melakukan penodaan agama Islam
dalam pidatonya di Kepulauan Seribu. Pak Djarot
meminta kepada semua pihak dan kalangan
masyarakat untuk tidak memperkeruh keadaan
dengan membawa-bawa urusan agama, suku
dengan proses pemilihan Gubernur.
5. (V3/DT.5) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Melarang √
Najwa : “Kacau-balau karena korupsi ini ya pak?” “Itu yang terjadi makanya dengan maksud melarang
I Gede : “Itu yang terjadi makanya jangan korupsi jangan korupsi lagi”. adalah adanya unsur perintah
lagi”. dari penutur kepada mitra
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” tutur untuk melakukan
Rabu, 18 Januari 2017 sesuatu. Penanda paling jelas
Konteks: yang menunjukkan tuturan
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam tersebut termasuk wujud
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan direktif dan maksud
santai, Najwa mewawancarai pak Gede mengenai memlarang adalah frase
keadaan Kemendagri setelah dua anggota “jangan korupsi lagi”. Pak
Kemendagri berstatus menjadi tersangka korupsi Gede melarang korupsi lagi
E-KTP. Pak Gede menceritakan mengenai situasi kepada orang yang bekerja
Kemendagri yang kacau dan mental yang hancur diKemendagri karena
setelah kasus korupsi dana E-KTP. menurut pak Gede citra
Kemendagri sedang anjlok.

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. (V3/DT.13) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Memohon √


Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya “Dan sekaligus kita minta, dan maksud memohon
untuk melemahkan karena mau tolong publik kawal penanganan tuturan ditandai dengan kata
mengobo-obok DPR?” perkara ini dan juga “tolong”. Kata tersebut
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR penanganan perkara yang lain mengindikasikan bahwa
yang sudah kita proses sebelumnya. tentu harus dikawal agar bisa penutur meminta secara halus
Dalam konteks hari ini KPK akan tuntas”. kepada publik untuk
bekerja berdasarkan kewenangan yang membantu mengawal KPK
diberikan oleh undang-undang. Dan dalam menjalankan tugasnya.
sekaligus kita minta, tolong publik
kawal penanganan perkara ini dan juga
penanganan perkara yang lain tentu
harus dikawal agar bisa tuntas. Dan
kami berharap kerja yang dilakukan oleh
penegak hukum tidak hanya KPK
sebenarnya, polisi dan jaksa janganlah
diganggu dengan upaya pelemahan-
pelemahan dengan berbagai cara agar
kita bisa bekerja secara pofesional dan
melakukan penegakan hukum”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai. Najwa mewawancarai seorang juru bicara
KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan
KPK. Febri menjelaskan bahwa KPK bekerja
sesuai kewenangan yang tertera dalam undang-
undang. KPK meminta kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk ikut mengawasi kasus yang
ditangani KPK. Febri juga melarang kepada
pihak-pihak tertentu yang berusaha menjegal kerja
KPK.
7. (V3/DT.19) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Melarang √

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Najwa : “Apakah KPK melihat bahwa itu upaya “Dan kami berharap kerja yang dengan maksud melarang
untuk melemahkan karena mau dilakukan oleh penegak hukum adalah adanya perintah dari
mengobo-obok DPR?” tidak hanya KPK sebenarnya, penutur kepada mitra tutur
Febri : “Sebenarnya cukup banyak anggota DPR polisi dan jaksa janganlah untuk melakukan sesuatu.
yang sudah kita proses sebelumnya. diganggu dengan upaya Frase “janganlah diganggu”
Dalam konteks hari ini KPK akan pelemahan-pelemahan dengan menandakan bahwa penutur
bekerja berdasarkan kewenangan yang berbagai cara agar kita bisa melarang pihak-pihak yang
diberikan oleh undang-undang dan bekerja secara pofesional dan tidak bertanggung jawab
sekaligus kita minta, tolong publik melakukan penegakan hukum”. untuk berhenti menganggu
kawal penanganan perkara ini dan juga aparat penegak hukum dalam
penanganan perkara yang lain tentu menuntaskan kasus korupsi.
harus dikawal agar bisa tuntas. Dan
kami berharap kerja yang dilakukan oleh
penegak hukum tidak hanya KPK
sebenarnya, polisi dan jaksa janganlah
diganggu dengan upaya pelemahan-
pelemahan dengan berbagai cara agar
kita bisa bekerja secara pofesional dan
melakukan penegakan hukum”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai. Najwa mewawancarai seorang juru bicara
KPK mengenai upaya DPR untuk melemahkan
KPK. Febri menjelaskan bahwa KPK bekerja
sesuai kewenangan yang tertera dalam undang-
undang. KPK meminta kepada seluruh masyarakat
Indonesia untuk ikut mengawasi kasus yang
ditangani KPK. Febri juga melarang kepada
pihak-pihak tertentu yang berusaha menjegal kerja
KPK.
8. (V4/DT.2) (Direktif) Penanda wujud direktif Menyarankan √
Najwa : “Targetnya berapa banyak pak, kan yang “Tapi, meskipun hanya satu kita dengan maksud menyarankan

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mau dipilih Cuma satu.” juga mengharapkan bahwa adalah ada unsur suatu
Haryono : “Jadi begini, memang ada persoalan di jangan dilihat bahwa ini adalah perintah dari penutur kepada
dalam seleksi hakim ini karena satu-satunya kesempatan. mitra tutur untuk melakukan
selotnya hanya satu. Tapi, meskipun Kalaupun toh belum ada yang sesuatu. Tuturan “meskipun
hanya satu kita juga mengharapkan dipilih tidak berarti bahwa dia hanya satu kita juga
bahwa jangan dilihat bahwa ini tidak memenuhi. Oleh karena itu mengharapkan bahwa jangan
adalah satu-satunya kesempatan. ada yang bertanya kepada saya dilihat bahwa ini adalah
Kalaupun toh belum ada yang dipilih bagaimana yang pernah satu-satunya kesempatan”
tidak berarti bahwa dia tidak mendaftar? Nggak ada adalah indikasi bahwa
memenuhi. Oleh karena itu ada yang persoalan yang pernah penutur meminta secara halus
bertanya kepada saya bagaimana mendaftar kalaupun toh kepada mitra tutur untuk
yang pernah mendaftar? Nggak ada memenuhi syarat silahkan tetap optimis mendaftar
persoalan yang pernah mendaftar mendaftar saja, sejauh itu menjadi hakim MK.
kalaupun toh memenuhi syarat memenuhi syarat. Kalau
silahkan mendaftar saja, sejauh itu kemudian tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat. Kalau kemudian daftar dahulu umurnya sudah
tidak memenuhi syarat daftar dahulu pas-pasan sekarang sudah lewat
umurnya sudah pas-pasan sekarang saya kira kita tidak bisa terima.”
sudah lewat saya kira kita tidak bisa
terima.”
Najwa : “Jadi intinya sebanyak orang didorong
untuk mau mendaftar.”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai . Mata Najwa mendatangkan bintang tamu
seorang pejabat publik yang menjabat sebagai
ketua panitia seleksi hakim MK bernama pak
Haryono. Najwa mewawancarai pak Haryono
selaku ketua tim seleksi mengenai jumlah
partisipan yang mendaftar sebagai calon hakim
mahkamah konstitusi. Menurut pak Haryono
semuanya berhak mendaftar asal memenuhi
syarat.

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. (V4/DT.3) (Direktif) Penanda wujud direktif Menyarankan √


Najwa : “Ada calon-calon yang menurut Anda “Saya punya beberapa nama dengan maksud menyarankan
harus didorong untuk mendaftar? tapi saya tidak tau apa tertarik adalah adanya perintah dari
waktunya tinggal dua hari lagi kalau apa umurnya sudah sampe, penutur kepada mitra tutur
kita ingin mengharapkan mahkamah kalau aktivis agak energik itu untuk melakukan sesuatu.
konstitusi akan mendapatkan darah ada Befitri, Deni Indaryana, Ditandai dengan tuturan
segar yang baru gitu?” Refli Harun, Zainal Arifin “Saya punya beberapa
Mahfud : “Saya punya beberapa nama tapi saya Husein. Saya amati ini pengamat nama” penutur menyarankan
tidak tau apa tertarik apa umurnya MK dan orangnya baik-baik agar Befitri, Deni Indaryana,
sudah sampe, kalau aktivis agak mudah-mudahan mereka mau Refli Harum, Zainal Arifin
energik itu ada Befitri, Deni Indaryana, mendaftar.” Husein untuk mendaftarkan
Refli Harun, Zainal Arifin Husein. diri menjadi calon hakim di
Saya amati ini pengamat MK dan mahkamah konstitusi.
orangnya baik-baik mudah-mudahan
mereka mau mendaftar.”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Mata Najwa juga
mendatangkan bintang tamu seorang pejabat
publik yang bersatus sebagai mantan hakim
konstitusi bernama Mahfud Md. Najwa
mewawancarai pak Mahfud Md. mengenai batas
pendaftaran calon hakim konstitusi tinggal dua
hari. Najwa menanyakan calon-calon yang masih
muda yang bisa direkomendasikan untuk
mendaftar menjadi calon hakim mahkamah
konstitusi. Pak Mahfud menyebutkan aktivis-
aktivis MK yang dinilai baik dan berkompeten.
10. (V4/DT.7) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Mendesak √
Najwa : “Apakah karena itu juga Anda sempat “Kalau secara moral pak SBY dengan maksud mendesak
mengatakan bahwa „SBY harus harus bertanggung jawab adalah adanya perintah dari
meminta maaf paksakan Patrialis karena itu sudah diprotes penutur kepada mitra tutur

157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jadi hakim MK‟?” banyak orang dan sudah pernah untuk melakukan sesuatu.
Mahfud : “Kalau secara moral pak SBY harus dibatalkan oleh pengadilan kok Pak Mahfud dengan keras
bertanggung jawab karena itu sudah dipaksakan diangkat gitu”. meminta agar pak SBY
diprotes banyak orang dan sudah meminta maaf kepada publik
pernah dibatalkan oleh pengadilan atas kasus yang terjadi pada
kok dipaksakan diangkat gitu. Nah, Patrialis, karena pak SBY
pak SBY secara hukum tidak bisa yang memaksakan agar
dimintai pertanggungjawaban karena Patrialis diangkat menjadi
dia tidak ikut korupsi tidak menerima hakim mahkamah konstitusi.
suap, tapi secara moral dia yang Tuturan “secara moral pak
memaksakan Patrialis ini dan kita SBY harus bertanggung
sejak awal sudah tahu gejalanya ndak jawab”. Mengindikasikan
bagus kalau Patrialis. Semua orang bahwa penutur mendesak
sudah protes gitu, nah itu yang supaya pak SBY meminta
terjadi kan? maaf.
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai
dan tenang. Najwa mewawancarai pak Mahfud
mengenai pernyataan pak Mahfud kepada pak
SBY untuk meminta maaf karena memilih
Patrialis menjadi hakim MK dengan tergesa-gesa
dan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.
Pak Mahfud Md. menjelaskan bahwa pak SBY
adalah orang yang secara moral harus bertanggung
jawab atas kasus Patrialis Akbar.
11. (V4/DT.10) (Direktif) Penanda wujud direktif Menyarankan √
Najwa: “Tapi lebih rawan itu Anda akui kan?” “Jadi dari pada cari yang dengan maksud menyarankan
Nasir : “Saya akui itu sangat rawan dengan situasi rawan-rawan kita cari yang adalah adanya perintah dari
politik saat ini ya..” jelas-jelas saja Anda setuju penutur kepada mitra tutur
Najwa: “Jadi dari pada cari yang rawan-rawan kan?” untuk melakukan sesuatu.
kita cari yang jelas-jelas saja Anda Tuturan “dari pada cari yang
setuju kan?” rawan-rawan kita cari yang

158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang jelas-jelas saja”


Mulia” Rabu, 01 Maret 2017 mengindikasikan bahwa
Konteks: penutur memberikan saran
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam secara halus kepada lawan
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana terjadinya tuturnya untuk tidak memilih
tuturan santai bernada humor. Najwa hakim konstitusi yang berasal
mewawancarai bang Nasir mengenai dua hakim dari partai politik karena
mahkamah konstitusi yang berasal dari partai dianggap lebih berpotensi
politik tertangkap kasus suap. Hakim yang dipilih melakukan korupsi.
dari partai politik dianggap lebih rawan
melakukan korupsi. Bang Nasir menyetujui bahwa
hakim konstitusi yang berasal dari partai politik
memang lebih rawan.
12. (V4/DT.17) (Direktif) Penanda wujud direktif Menyarankan √
Nasir : “Saya pikir Negara sudah sangat “Tetapi yang jelas selain dengan maksud menyarankan
memperhatikan kesejahteraan para remunerasi yang cukup baik adalah adanya perintah dari
hakim, tinggal bagaimana para hakim harus ada sistem yang memang penutur kepada mitra tutur
memberikan pengabdian yang terbaik memastikan agar orang yang untuk melakukan sesuatu.
sehingga putusan mereka itukan tadinya mau tergoda agar mau Tuturan “harus ada sistem
menentukan masa depan Negara. kembali kejalan yang lurus”. yang memang memastikan
Makin baik putusan mereka makin agar orang yang tadinya mau
bermartabat Negara dimata rakyat tergoda agar mau kembali
kira-kira begitu. kejalan yang lurus”
Najwa : “Tetapi yang jelas selain remunerasi mengindikasikan bahwa
yang cukup baik harus ada sistem penutur memberikan saran
yang memang memastikan agar orang secara halus kepada
yang tadinya mau tergoda agar mau pemerintah untuk membuat
kembali kejalan yang lurus”. sistem yang baik kepada
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang hakim konstitusi agar tidak
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017 mudah tergoda untuk
Konteks: korupsi.
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Bang Nasir dan Najwa
membahas mengenai gaji dan kesejahteraan yang

159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

baik sudah diberikan Negara kepada hakim


konstitusi. Sudah selayaknya hakim-hakim
konstitusi bekerja dengan baik.
13. (V5/DT.4) (Direktif) Penanda wujud direktif Mendesak √
Najwa : “Anda tidak ingin menjawab pertanyaan “Anda tidak ingin menjawab dengan maksud mendesak
saya langsung kak Febri?” pertanyaan saya langsung kak adalah adanya perintah dari
Febri : “Hasil tuntutan tersebut kita analisis dan Febri?” penutur kepada mitra tutur
kita pertajam ketemulah minimal dua untuk melakukan sesuatu.
alat bukti tersebut. Bukti permulaan Tuturan “Anda tidak ingin
yang cukup tersangka SN diduga menjawab pertanyaan saya
melalui AA, AA ini adalah tersangka langsung kak Febri?”
sebelumnya sudah kita proses lebih mengindikasikan bahwa
dari 140 saksi kita periksa disana. penutur meminta secara keras
Tersangka SN melalui AA diduga kepada lawan tuturnta untuk
melakukan perbuatan-perbuatan baik segera menjawab pertanyaan
itu aktif maupun pasif dalam proses yang diberikan secara jelas
pembahasan anggaran. Perlu diketahui dan singkat.
bahwa indikasi korupsi EKTP
elektronik ini tidak hanya bicara soal
pengadaan tapi sebelum anggaran
disahkan sudah ada indikasi
pertemuan-pertemuan pembicaraan-
pembicaraan dan pengaturan yang
dilakukan sejumlah pihak dan SN
melalui AA”.
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai kak Febi
selaku juru bicara KPK. Najwa menanyakan
keterlibatan Setyan Novanto dalam kasus E-KTP.
14. (V5/DT.8) (Direktif) Ciri penanda wujud direktif Menyarankan √
Najwa :“Apakah akan dilakukan ?” “Kita lihat sampai sejauh mana dengan maksud menyarankan

160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Maman : “Kita lihat sampai sejauh mana sebenarnya publik adalah adanya perintah dari
sebenarnya publik mengapresiasi mengapresiasi kasus ini, karena penutur kepada mitra tutur
kasus ini, karena saya masih melihat saya masih melihat bahwa untuk melakukan sesuatu.
bahwa sesungguhnya publik juga sesungguhnya publik juga harus Tuturan “sesungguhnya
harus disadarkan tentang proses disadarkan tentang proses publik juga harus disadarkan
peradilan yang adil transparan dan peradilan yang adil transparan tentang proses peradilan
juga memberikan hak. Jadi jangan dan juga memberikan hak. Jadi yang adil transparan dan
sampai Negara kita punya budaya jangan sampai Negara kita juga memberikan hak”
yang terlalu reaktif, emosional”. punya budaya yang terlalu tuturan tersebut menjadi
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA reaktif emosional”. implikatur direktif maskud
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 menyarankan kepada
Konteks: pemerintah khususnya
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam lembaga penegak hukum,
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan agar masyarakat Indonesia
santai dan tenang. Mata Najwa mendatangkan paham dan mengerti
bintang tamu lain yakni bapak Maman Imanulhaq mengenai hukum di
anggota mahkamah kehormatan dewan. Najwa Indonesia.
menanyakan apakah mahkamah kehormatan akan
melaporkan SN, mengingat peran dari mahkamah
kehormatan adalah menjaga nama baik dari
kehormatan dewan. Maman akan melihat terlebih
dahulu bagaimana reaksi publik menanggapi kasus
yang sedang terjadi.
15. (V5/DT.10) (Direktif) Penanda wujud direktif Menyarankan √
Najwa : “Kang Maman Anda menunggu kawan, “Kang Maman Anda menunggu dengan maksud menyarankan
kawan di dalam atau kawan di luar? kawan, kawan di dalam atau adalah adanya perintah dari
Kalau kawan di luar saya yakin ini mau kawan di luar? Kalau kawan di penutur kepada mitra tutur
membantu ni Ray, Tama, Anda luar saya yakin ini mau untuk melakukan sesuatu.
menunggu kawan yang mana?”. membantu ni Ray, Tama, Anda Tuturan “Kalau kawan di
Maman : “Mas Ray bang Tama, dan mas Febri ini menunggu kawan yang mana?”. luar saya yakin ini mau
adalah kawan-kawan kita dan saya tahu membantu ni Ray, Tama,
persis penegakan …”. Anda menunggu kawan yang
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA mana?”, penutur
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 menyarankan kepada mitra
Konteks: tuturnya untuk mengajak Ray

161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam dan Tama untuk bersatu
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan melaporkan Setya Novanto.
santai dan tenang. Najwa menanyakan kepada
Maman tentang orang yang akan diajak
melaporkan SN. Tetapi Maman ketika didesak
Najwa terlihat bingung dan mengelak.

162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. IMPLIKATUR DALAM WUJUD TUTURAN EKSPRESIF

No. Tuturan & Konteks Wujud Ciri Penanda Maksud Implikatur- Komentar
nya Benar
Ya Tidak

1. (V1/DT.2) (Ekspresif) Tuturan tersebut merupakan Mengkritik √


Najwa :“Ibu Dewanti juga merasa biasa, tidak ungkapan perasaan penutur
aneh, tidak ada rasa risih sama sekali?” “Ibu Dewanti juga merasa dengan sebuah kritikan
Dewanti:“Risih ada, tapi semua itu karena proses. biasa, tidak aneh, tidak ada rasa berupa pengungkapan
Orang melihat dimana akhirnya partai risih sama sekali?” pertanyaan. “Ibu Dewanti
merekomendasikan saya karena melihat juga merasa biasa, tidak
track record. Sehingga saya walaupun aneh, tidak ada rasa risih
memiliki rasa agak bagaimana, seperti sama sekali?” tuturan di atas
mas Tedi memberikan tongkat estafet”. adalah bentuk ungkapan
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” kritikan Najwa kepada ibu
Rabu, 12 Januari 2017 Dewanti yang juga maju
Konteks: menjadi calon Walikota Batu
Tuturan terjadi pada malam hari. Suasana tuturan karena suaminya adalah
santai dan tenang. Kondisi berlangsunya tuturan di mantan Walikota Batu. Kata
dalam studio Mata Najwa Metro TV. Penutur “Ibu Dewanti juga merasa
adalah pembawa acara Mata Najwa sedangkan biasa” adalah bentuk kritikan
mitra tutur adalah seorang tokoh politik dari kota Najwa mengenai hubungan
Batu yang mencalonkan diri sebagai Walikota kekerabatan yang terjadi
Batu Jawa Timur. Najwa menanyakan mengenai dalam pencalonan ibu
perasaan ibu Dewanti yang berstatus sebagai istri Dewanti menjadi Walikota
mantan walikota Batu. Ibu Dewanti mengakui Batu.
bahwa ada perasaan tidak nyaman tetapi dibalik
itu ibu Dewanti dipilih untuk menjadi calon
Walikota berdasarkan kinerjanya.
2. (V1/DT.3) (Ekspresif) Ciri penanda implikatur Mengkritik √
Najwa :“ Kok bisa sepuluh partai cuma percakapan ekspresif dengan
mencalonkan Anda?” “Kok bisa sepuluh partai cuma maksud mengkritik ditandai
Umar:“Nah itu perdebatan-perdebatan sudah mencalonkan Anda?” dengan kalimat “Kok bisa
dilakukan sebelumnya. Perdebatan itu sepuluh partai cuma

163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukan soal siapa? Tetapi perdebatan mau mencalonkan Anda?”.


berbuat apa?karena Tulang Bawang Tuturan tersebut merupakan
daerah yang baru berumur tujuh tahun….” ungkapan perasaan penutur
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” dengan sebuah sindiran atau
Rabu, 12 Januari 2017 kritikan dengan ungkapan
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam pertanyaan. Najwa merasa
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan heran mengapa sepuluh partai
santai dan tenang. Pertanyaan Najwa tersebut semua memilih pak Umar.
muncul karena sepuluh partai semua kompak
hanya memilih pak Umar yang maju mencalonkan
diri sebagai Bupati Tulang Bawang Lampung .
3. (V1/DT.6) (Ekspresif) Ciri penanda implikatur Mengkritik √
Najwa : “ Pak Umar, di tempat Anda kenapa percakapan ekspresif dengan
sampai tidak ada yang berani melawan “Pak Umar, di tempat Anda maksud mengkritik ditandai
Anda?” kenapa sampai tidak ada yang dengan kemunculan
Umar: “Bukan soal berani atau tidak berani. Saya berani melawan Anda?” pertanyaann“kenapa
itu Bupati yang sebenarnya tidak dipilih sampai”menunjukkan suatu
awalnya (terangkat), karena Bupati saya keheranan dan kata tanya
dulu jadi wakil gubernur Lampung “tidak ada yang berani
mendampingi pak Ridho saya menjadi melawan Anda?”
Bupati Tulang Bawang Barat secara mengindikasikan bentuk
otomatis. Kemudian selama dua tahun sindiran atau kritikan kepada
kita selalu melakukan komunikasi dengan pak Umar atas
baik kepada seluruh unsur-unsur politik di pencalonannya sebagai calon
Tulang Bawang Barat. tunggal Bupati Tulang
Mata Najwa Episode “Drama Berebut Kuasa” Bawang.
Rabu, 12 Januari 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana
tuturan tenang dan santai. Kondisi terjadinya
tuturan di dalam studio Mata Najwa. Penutur
merupakan pembawa acara Mata Najwa
sedangkan mitra tutur adalah tokoh politisi dari
Lampung yang mencalonkan diri sebagai Bupati
Tulang Bawang. Najwa bertanya mengenai tidak

164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

adanya peserta lain yang maju mencalonkan diri


sebagai Bupati. Pak Umar menjelaskan bahwa
beliau tidak dipilih dari suara rakyat tetapi karena
„terangkat‟.
4. (V2/DT.11) √
Najwa : “Jadi artinya berbagai macam dinamika
yang terjadi tidak akan mengubah (Ekspresif) Ciri penanda wujud direktif Menyindir
rencana Anda kalau terpilih?” dengan maksud menyindir
“Nah kalau kami berdua ditandai dengan kalimat
Ahok : “Oh enggak saya sudah tegaskan, rumah otaknya cuma mau jadi
susun siap. Orang dulu tanya sama saya “otaknya cuma mau jadi
gubernur akhirnya akan Gubernur akhirnya akan
misalnya dulu KPU datang kepada saya bohongin, kami nggak gusur,
„pak boleh nggak pak kalau menjelang bohongin, kami nggak gusur,
kami nggak normalisasi”. kami nggak normalisasi”.
pilkada Bapak tidak melakukan
relokasi?‟ Saya bilang nggak bisa karena Kata tersebut
saya mau ngejar mengatasi banjir. Kalau mengindikasikan bahwa
rusunya siap tetep saya pindahin. Toh penutur menyindir secara
mereka bisa pilih di rumah susun ya halus kepada calon Gubernur
kerja berat sedikit dong. Nah kalau kami nomor urut 3 (Anies B. dan
berdua otaknya cuma mau jadi gubernur Sandiaga Uno) terkait
akhirnya akan bohongin, kami nggak pernyataannya dalam debat
gusur, kami nggak normalisasi”. Cagub DKI, Anies dan Sandi
MATA NAJWA EPISODE “Jurus Ahok Djarot” mengatakan tidak akan
Rabu, 18 Januari 2017 menggusur rumah warga DKI
Konteks: yang tinggal di bibir sungai
Tuturan terjadi pada saat malam hari. Suasana tetapi hanya akan menggeser.
tuturan santai dan tenang, kondisi
berlangsungnya tuturan di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Najwa
mewawancarai pak Ahok apakah akan
melanjutkan proyeknya ketika terpilih
menjadi Gubernur Jakarta lagi. Ahok
tetap akan melanjutkan proyeknya
apapun kondisinya. Tuturan Ahok
muncul karena mendengar pernyataan
calon pasangan nomor urut 3 yang

165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengatakan bahwa mereka tidak akan


menggusur rumah warga Jakarta yang
tinggal dipinggir sungai tetapi hanya
akan menggesernya.
5. (V3/DT.1) (Ekspresif) Ciri penanda implikatur Menyalahka √
Najwa : “Gambarkan ke kami seberapa masif percakapan ekspresif dengan n
sesungguhnya E-KTP ini? “Jadi baru uji coba saja sudah maksud menyalahkan
Tama : “Sebetulnya kita melakukan review ya ada tersangkanya?” ditandai dengan munculnya
terhadap kasus ini sudah lama sudah tuturan “baru uji coba saja
sejak 2011 ya. Nah itu kenapa kita sudah ada tersangkanya?”
memberikan perhatian lebih terhadap E- keadaan ini dibiarkan
KTP karena sebelumnyapun beberapa berbulan-bulan”. Pernyataan
proses menunjukkan bahwa ini ada tersebut mengindikasikan
persoalan, dalam proyek uji coba E- bahwa penutur menyalahkan
KTP, uji petik itu ada penetapan para koruptor yang begitu
tersangka oleh kejaksaan. Jadi memang cepat melakukan korupsi
dari awal ini ada persoalan yang serius proyek E-KTP.
padahal kita butuh yang namanya E-
KTP”.
Najwa : “Jadi baru uji coba saja sudah ada
tersangkanya?”.
MATA NAJWA EPISODE “Skandal Mega
Proyek E-KTP” Rabu, 8 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa menanyakan kepada
Tama mengenai seberapa besar kasus korupsi E-
KTP. Tama menjelaskan bahwa kecurigaan
terhadap proyek E-KTP sudah lama.
6. (V4/DT.6) (Ekspresif) Kata “baunya sudah tidak Menyindir √
Najwa : “Patrialis jadi hakim MK permainan “Jadi memang sejak awal enak” pada tuturan tersebut
politik ?” baunya sudah tidak enak ini? menjadi penanda wujud
Mahfud : “Iya”. ekspresif dengan maksud
Najwa : “Jadi memang sejak awal baunya sudah mengkritik. Kata tersebut

166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak enak ini? dapat berarti kecurigaan


Mahfud : “Iya-iya sejak awal” terhadap Patrialis yang
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang diangkat menjadi hakim
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017 padahal sudah jelas banyak
Konteks: kejanggalan yang ditemukan.
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Situasi tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai pak
Mahfud Md. mengenai pengangangkatan Patrialis
Akbar menjadi hakim MK karena ada kepentingan
politik di dalamnya. Pak Mahfud menjelaskan
bahwa sejak awal sudah merasa pengangkatan
Patrialis Akbar sebagai hakim MK sudah ada
kepentingan politik di dalamnya yang dilakukan
antara pak SBY dan Patrialis Akbar.
7. (V4/DT.8) (Ekspresif) Tuturan “secara moral dia Mengkritik √
Najwa : “Apakah karena itu juga Anda sempat Nah, pak SBY secara hukum yang memaksakan Patrialis
mengatakan bahwa „SBY harus tidak bisa dimintai ini dan kita sejak awal sudah
meminta maaf paksakan Patrialis pertanggungjawaban karena dia tahu gejalanya ndak bagus
jadi hakim MK‟?” tidak ikut korupsi tidak kalau Patrialis” tuturan
Mahfud : “Kalau secara moral pak SBY harus menerima suap, tapi secara tersebut merupakan sebuah
bertanggung jawab karena itu sudah moral dia yang memaksakan evaluasi dari pak Mahfud
diprotes banyak orang dan sudah Patrialis ini dan kita sejak awal sebagai mantan hakim MK
pernah dibatalkan oleh pengadilan sudah tahu gejalanya ndak terhadap keputusan pak SBY
kok dipaksakan diangkat gitu. Nah, bagus kalau Patrialis. Semua yang memasakan memilih
pak SBY secara hukum tidak bisa orang sudah protes gitu, nah itu Patrialis padahal sudah jelas
dimintai pertanggungjawaban karena yang terjadi kan? kalau akan berakibat buruk.
dia tidak ikut korupsi tidak menerima
suap, tapi secara moral dia yang
memaksakan Patrialis ini dan kita
sejak awal sudah tahu gejalanya ndak
bagus kalau Patrialis. Semua orang
sudah protes gitu, nah itu yang
terjadi kan?
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang

167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mulia” Rabu, 01 Maret 2017


Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai
dan tenang. Najwa mewawancarai pak Mahfud
mengenai pernyataan pak Mahfud kepada pak
SBY untuk meminta maaf karena memilih
Patrialis menjadi hakim MK dengan tergesa-gesa
dan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.
Pak Mahfud Md. menjelaskan bahwa pak SBY
adalah orang yang secara moral harus bertanggung
jawab atas kasus Patrialis Akbar.
8. (V4/DT.19) (Ekspresif) Ciri penanda implikatur Mengkritik √
Najwa : “Karena itulah seharusnya kecelakaan “Iya, jadi memang proses seleksi percakapan ekspresif dengan
sejarah, saya ingat waktu itu Anda itu mempengaruhi hasil ya. Jadi maksud mengkritik ditandai
sempat mengatakan itu bang Nasir. kalau sampah yang masuk dengan tuturan “Iya, jadi
Patrialis adalah kecelakaan sejarah sampah juga yang keluar kira- memang proses seleksi itu
yang seharusnya bisa dihindari kalau kira begitu. Nah karenanya mempengaruhi hasil ya. Jadi
saja prosesnya sejak awal dibuat memang proses seleksi ini kalau sampah yang masuk
terbuka?” menurut saya juga memang sampah juga yang keluar
Nasi : “Iya, jadi memang proses seleksi itu bukan pekerjaan yang mudah. kira-kira begitu” tuturan
mempengaruhi hasil ya. Jadi kalau Karena yang kita cari kan tersebut mengindikasikan
sampah yang masuk sampah juga negarawan, perbedaan hakim bentuk ungkapan evaluasi
yang keluar kira-kira begitu. Nah dimahkamah agung dan hakim penutur kepada panitia
karenanya memang proses seleksi ini dimahkamah konstitusi adalah seleksi hakim konstitusi yang
menurut saya juga memang bukan sisi negarawannya. Nah sampai kinerjanya belum baik,
pekerjaan yang mudah. Karena yang saat ini belum ada definisi terbukti atas kasus yang
kita cari kan negarawan, perbedaan seperti apa negarawan itu ya. terjadi pada Patrialis Akbar.
hakim dimahkamah agung dan hakim Apakah pak Mahfud misalnya Selain itu ditemukan tuturan
dimahkamah konstitusi adalah sisi bisa kita sebut sebagai lain yang menggambarkan
negarawannya. Nah sampai saat ini negarawan, apakah pak bentuk kritikan penutur yakni
belum ada definisi seperti apa Haryono misalnya bisa kita pada kalimat “Dan saya juga
negarawan itu ya. Apakah pak sebut sebagai negarawan. Nah tidak tahu kenapa waktu itu
Mahfud misalnya bisa kita sebut sampai hari ini badan pemilihan pembentuk undang-undang
sebagai negarawan, apakah pak hukum nasional itu sedang ketika proses amandemen
Haryono misalnya bisa kita sebut mendiskusikan seperti apa undang-undang dasar

168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagai negarawan. Nah sampai hari devinisi negarawan, sebagai apa mencantumkan soal ini
ini badan pemilihan hukum nasional sosok negarawan. Dan saya juga ituloh”. Tuturan tersebut
itu sedang mendiskusikan seperti apa tidak tahu kenapa waktu itu menggambarkan bentuk
devinisi negarawan, sebagai apa pembentuk undang-undang ketidak setujuan penutur
sosok negarawan. Dan saya juga ketika proses amandemen kepada badan pembentuk
tidak tahu kenapa waktu itu undang-undang dasar undang-undang yang
pembentuk undang-undang ketika mencantumkan soal ini ituloh”. mencantumkan syarat
proses amandemen undang-undang „negarawan‟ karena makna
dasar mencantumkan soal ini ituloh”. kata tersebut susah
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang ditafsirkan.
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai bang
Nasir mengenai tanggapan bang Nasir terhadap
kasus Patrialis bahwa kasus yang menimpa
Patrialis adalah kejadian terburuk sepanjang
sejarah yang menimpa mahkamah kehormatan
konstitusi. Kasus yang menimpa Patrialis Akbar
sebenarnya bisa dihindari apabila proses
pemilihannya sejak awal dilakukan secara terbuka.
Bang Nasir menjelaskan mengenai perbedaan
antara hakim agung dan hakim konstitusi adalah
syarat kenegarawan yang harus dimiliki hakim
konstitusi. Badan pemilihan hukum sampai
sekarang masih mencari arti dan indikator
negarawan yang disebutkan oleh pembentuk
undang-undang dasar.
9. (V4/DT.14) (Ekspresif) Penanda wujud ekspresif dan Menyindir √
Najwa : “Jadi orang habis-habisan tidak apa- “Padahal kalau kita lihat gaji maksud menyindir terlihat
apa.” hakim MK 121 juta ya pak pada tuturan “Padahal kalau
Emerson : “Kita mengambil contoh suap Akil Mahfud?” kita lihat gaji hakim MK 121
Muhtar nilai suap minimal 500 juta juta ya pak Mahfud?” yang
maksimal 19 milyar jadi bayangkan mengindikasikan sebuah

169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

itu hanya lima belas sengketa sindiran bentuk protes


pilkada, MK kebanjiran tuh kalau penutur kepada Patrialis
soal pilkada serentak pasti akan Akbar yang masih melakukan
muncul sengketa-sengketa pilkada. korupsi padahal gajinya
Di luar titik rawan sengketa ada soal sudah tinggi.
uji materi undang-undang,
dikasusnya pak Patrialis dia korban
diuji materi undang-undang.
Najwa : “Padahal kalau kita lihat gaji hakim MK
121 juta ya pak Mahfud?”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada malam hari di dalam studio
Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan santai
dan tenang. Najwa mewawancarai Emerson
mengenai fenomena-fenomena yang biasanya
dilakukan seseorang untuk menyuap hakim
konstitusi agar kasusnya dimenangkan. Hakim
konstitusi akan menerima banyak tawaran suap
ketika pilkada serentak.
10. (V4/DT.15) (Ekspresif) Penanda wujud ekspresif Mengkritik √
Najwa : “Khusus untuk Patrialis Akbar sudah ada “Betul, paling banyak dengan maksud mengkritik
informasi paling banyak dilaporkan?”. dilaporkan toh tidak bisa apa- adalah tuturan “paling
Emerson : “Betul, paling banyak dilaporkan toh apa hanya bisa memberikan banyak dilaporkan toh tidak
tidak bisa apa-apa hanya bisa sangsi ringan. Begini tugas bisa apa-apa hanya bisa
memberikan sangsi ringan. Begini hakim konstitusi itu kan relatif memberikan sangsi ringan”.
tugas hakim konstitusi itu kan relatif mudah kan? hanya mengawasi Tuturan penanda tersebut
mudah kan hanya mengawasi delapan delapan orang kok bisa lolos. mengindikasikan bahwa
orang kok bisa lolos. Ada faktor yang Ada faktor yang juga kita penutur memberikan kritikan
juga kita ingatkan yaitu soal ingatkan yaitu soal komitmennya secara keras kepada hakim
komitmennya anti korupsi hakim anti korupsi hakim konstitusi. konstitusi yang tidak bisa
konstitusi. Paling tidak ada enam Paling tidak ada enam putusan memberikan hukuman yang
putusan mahkamah konstitusi. Lima mahkamah konstitusi”. tegas dan keras kepada
dari sembilan belum memperbaharui Patrialis yang terbukti

170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

laporan harta kekayaan”. melakukan korupsi.


Najwa : “Lima dari Sembilan ?”
MATA NAJWA EPISODE “Mencari Yang
Mulia” Rabu, 01 Maret 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa mewawancarai Emerson
mengenai kasus Patrialis. Kasus Patrialis banyak
dilaporkan tetapi hanya diberikan sangsi ringan.
Emerson menjelaskan bahwa ada Sembilan hakim
konstitusi tetapi baru empat yang melaporkan
harta kekayaan, karena itu berpengaruh pada
komitmen hakim konstitusi yang menjunjung
tinggi nilai kejujuran yang anti korupsi.
11. (V5/DT.4) (Ekpresif) Menyindir √
Najwa : “Dan yang paling ujung orang yang “Dan yang paling ujung orang
selalu paling kencang kalau berbicara yang selalu paling kencang
soal DPR, direktur eksekutif lingkar kalau berbicara soal DPR,
madani Ray Rangkuti. Selamat malam direktur eksekutif lingkar
kak Ray”. madani Ray Rangkuti. Selamat
Ray : “Selamat malam buk”. malam kak Ray”.
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017
Konteks:
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan
santai dan tenang. Najwa memperkenalkan
bintang tamu selanjutnya yakni seorang direktur
eksekutif lingkar madani Ray Rangkuti.
12. (V5/DT.5) (Ekspresif) Penanda wujud ekspresif Menyindir √
Firman : “Jadi hemat saya kita tidak boleh dalam “Jadi hemat saya kita tidak dengan maksud mengkritik
posisi over prejudice ataupun over boleh dalam posisi over adalah tuturan “kita tidak
prasangka sesuai dengan tingkatannya prejudice ataupun over boleh dalam posisi over
saja”. prasangka sesuai dengan prejudice ataupun over

171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Najwa : “Siapa menurut Anda yang over tingkatannya saja”. prasangka sesuai dengan
prejudice over prasangka siapa mas tingkatannya saja”. Tuturan
Firman?” tersebut mengindikasikan
\MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA bahwa penutur memberikan
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 kritikan secara halus disertai
Konteks: penjelasan yang kontra
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam terhadap pihak-pihak yang
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan meminta agar pak Setya
santai dan tenang. Firman memberikan penjelasan Novanto mundur dari
mengenai tanggapan pihak-pihak yang jabatannya terkait statusnya
menyudutkan Setya Novanto terkait status menjadi tersangka kasus
tersangka yang disandangnya. korupsi mega proyek E-KTP.

13. (V5/DT.7) (Ekspresif) Penanda wujud ekspresif Menyindir √


Najwa : “Saya ingin mas Ray ?” “Saya ingin ngomong apa lagi dengan maksud mengkritik
Ray : “Saya ingin ngomong apa lagi mbak mbak Najwa ya, kalau kasus adalah tuturan “Saya mau
Najwa ya, kalau kasus begini ya bagi begini ya bagi Golkar nggak ngomong apa lagi mbak
Golkar nggak merasa terhina. Kasus merasa terhina. Kasus sudah Najwa ya, kalau kasus begini
sudah begini berulang kali dikatakan begini berulang kali dikatakan ya bagi Golkar nggak merasa
juga „enggak kita hebat‟ terus saya mau juga „enggak kita hebat‟ terus terhina”. Tuturan penanda
ngomong apa lagi?” saya mau ngomong apa lagi?” tersebut mengindikasikan
MATA NAJWA EPISODE “NASIB SETYA bahwa penutur memberikan
NOVANTO” Rabu, 19 Juli 2017 kritikan secara halus kepada
Konteks: ketua DPP harian Golkar
Tuturan terjadi pada saat malam hari di dalam yang tidak tahu malu, ketua
studio Mata Najwa Metro TV. Suasana tuturan umumnya Setya Novanto
santai dan tenang.Najwa meminta tanggapan ditetapkan menjadi tersangka
kepada pak Ray perihal kasus Setyan Novanto tetapi merasa Golkar tetap
yang berdampak pada citra partai Golkar. Pak Ray baik dan hebat.
merasa heran mendengar tanggapan dari Nurdin.

172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Indah Rahayu lahir di Bumi Nabung Ilir,

Lampung Tengah, 01 Januari 1994. Pendidikan

dasar ditempuh di MI Maftahul Hidayah Bumi

Ilir pada tahun 2001-2006. Pada tahun 2007-

2009, Ia melanjutkan pendidikan menengah

pertama di SMP Negeri 2 Way Seputih Lampung

Tengah. Selanjutnya, pada tahun 2010-2012 Ia

menempuh pendidikan menengah atas di SMK

Paramarta 2 Seputih Banyak, Lampung tengah,

Pada tahun 2013, Ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma

diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Implikatur

Percakapan dalam Dialog Interaktif Mata Najwa Metro TV dengan Pejabat

Publik Periode Januari-Juli 2017.

173

Anda mungkin juga menyukai