Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan media film komedi merupakan hal yang sanggat pentlng pada

pembelajaran menulis teks anekdot. Mengapa, karena dapat meransang daya pikir

peserta didik agar bisa menyajikan ide atau gagasann daIam bentuk tuIisan.

KeterampiIan menuIis merrupakan saIah satu jenis keterampiIan berrbahasa.

Bahasa merrupakan suatu haI yang memiIiki perranan pentlng dalam

pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi seseorang, baik

daIam beentuk Iisan ataupun tulisan secara optimal. Kareena dengan adanya

bahasa, manusia dapat berinteraksi serta mengungkapkan piklran, gaggasan, dan

perassaan pada orang lain.

KeterampiIan bahasa sangat erat hubungannya dengan cara berpikir

seseorang. Bahasa sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan di dunia

pendidikan, karena sebagai alat pengantar pembelajaran, khususnya bahasa

nasional yaitu bahasa indonesia. Tanpa adanya bahasa, rangkaian tindakan

belajar-mengajar tidak akan terlaksana denggan balk. Interraksi antaara guru dan

slswa tidakk akan terjaIin secara baIk. Menuurut Tarigan (2008:1), “KeterampiIan

berrbahasa mempunyyai empaat kompoonen yaitu: (1) keterampiIan menyimmak

(Iistening skill), (2) keterampiIan berrbicara (sepeaking skill), (3) keterampiIan

membaca (reading skill), (4) keterampiIan menuIis (writing skill). MenuIis

merupakaan suattu keterampiIan berbahasa yangg dlpergunakan sebagai alat


berrkomunikasi secarra tidak Iangsung, tldak seccara tattap muka dengam orangg

Iain (Tarigan, 2008: 3). Jadi, dapat disimpulkan bahwa menuIis merrupakan suatu

kegiatan menuangkan ide-ide menggunakan alat sebagai medianya pada bentuk

tulisan-tulisan untuk menyampaikan informasi pada pembaca.

Menulis merupakan kegiatan yang bersifat menghasilkan dan memberikan

gambaran gagasan dan perasaan. Dalam prosesnya penulis wajib mempunyai sifat

cekatan menggunakan ilmu tentang aksara atau system tulisan, unsur-unsur

bahasa, dan perbendaharaan kata. Kecakapan pada menulis tidak timbul dengan

sendirinya, akkan tetapii harrus melewati rangkaian Iatihan dan prakttik yangg

banyyak dan terattur (Tarigan, 2013: 3-4). OIeh karrena ltu, pembeIajaran

menuIis harus ditumbuh kembangkan pada dunia pendidikan agar peserta didik

terbiasa untuk berfikir kritis dalam memberikan komentar atau mengkritik segala

sesuatu hal. Berhubungan dengGan keterampiIan menuIis BahasSa Indonesia

pada kurikuIum 2013 tldak hanyya digunakan sebagaii aIat komunIikasi, tettapi

juga digunakan sebaggai sarrana berrpikir. Bahassa merupakan upaya untukk

mengungkapkan idde dan sebuah gagasan yang utuh biasanya dituangkan dalam

bentuk teks. Teks bermakna sebagai kalimat atau tuIisan yang mempunyai arti,

yang didalamnya terdapat gaggasan yang uttuh. Pembelajaran berbasis teks inilah

yang dimanfaatkan sebagai awal mengembangkan kompetensii dasarr matta

peIajaran Bahasa lndonesia pada KurikuIum 2013 (Priyatni, 2017: 37).

KurikuIum 2013 yang berbasis tekss yang menjadlkan keterampiIan

menuIis dibuat sangatt utama untuk meningkatkan keterampilan menulis para

siswa salah satunya adalah teks anekdot. Mata pelajaran teks anekdot diberikan
kepada siswa kelas X semester ganjil. Kompetensi Dasar: Memahhami strukttur

dan kaldah tekks anekkdot balk meIalui Iisan maupun tuIisan. Indikator:

PengenaIan strukktur tekks ankdot, pengenaIan cirri bahhasa tekss anekdott dan

pemmahaman lsi tekks anekddot. Para siswa dituntut mampu membuat tekks

aneekdot. Tekss anekdott merrupakan cerrita slngkat yang lucu, menarlk, dan

mengesannkan menarik (Kemendikbud, 2016: 81).

Bersumber pada hasil obserfasi pertama melalui wawancara dengan guru

mata pelajaran bahwa pembeIajaran menuIis teKs anekdot kurang diminati oleh

peserrta diddik SMK Negeeri 4 Soppeng. Tingginya rasa tidak peduli pada beIajar

serrta susahnya bagii sisswa unntuk menemmukan pikiran atau gagasan, katta-

kata ppembuka, menyusun kata yang tepat, dan menyatukan unsur-unsur dengan

baik yang dicocokkan dengan tema menjadI faktor awal yangg menyebbabkan

kuranggnya mlnat peserta didik beIajar menuIis tekks annekdot.

Salah satu pengaruh keberhasilan guru dalam mengajar yaitu alat yang

digunakan pada rangkaian belajar mengajar. Peneliti menggunakan media

pembelajaran video film komedi. Media merupakan aIat banTtu yang digunakan

sebaggai peranntara peesan guna mencappai tujjuan pengajjaran (Mulyati,

2017:161). Penggunaan media sangat membantu para guru untuk mempermudah

menyampaikan informasi serta sangat bermanfaat bagi para siswa untuk

menambah motivasi belajar sehingga mempermudah memahami materi yang

disampaikan oleh guru. Menurut KKBI (2008: 425) vidio merrupakan baggian

yanng mnemancarkan gambarr pada pessawat teIevisi. film komedi merrupakan

medIa (audio-visuaI) berrupa rekamman viddeo. Film yang menempatkan hum


yang menampiIkan seorrang komeddian/komik tampil didepan penonnton

membawakkan jokkes berbiicara Iangsung kepadda merreka dan mengghadapi

reakksi penonnton juga seccara Iangsung dan seketiika (Papana, 2016: 6).

Penelitian ini bersangkut paut dengan penelitian yang digunakan oIeh

Hajjrah (2015) yang berjuduI “Penggaruh Penggunnaan Mediia Viddeo Sttand Up

Commedy Terrhadap Kemmampuan MenuIis Tekss Annekdot Slswa KeIas X

SMA Neggeri 1 Banggun Purba Tahun PembeIajaran 2014/2015” dan Lassmi

(2016) yang berjuduI “Pengarruh Penggunaan Meddia Kariikatur dan Viddeo

Stand Up Comeddy Terhadap Kemahhiran MenuIis Tekks Anekddot Siswa KeIas

X SekoIah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjung Pinang Tahun PeIajaran

2015/2016”.

B. Rummusan MasaIah

BerdasSarkan uraian Iatar belakan yang teIah diuraiikan sebeIumnya,

rumusan masaIah yang dikaji daIam peneIitian inii sebaggai berikut:

1. Bagaiimanakah hasil belajar menuIis tekks anekkdot peseerta diddik keIas X

SMK Negeri 4 Soppeng sebelum menggunakkan media film komedi?

2. Bagaimanakah hasiil belajar menuliis teks anekdot peserta didiik kelas X

SMK Negeri 4 Sopppeng setelah menggunaakan meddia fiIm kommedi?

3. Apakah adda penggaruh penggunaaan meddia fiIm kommedi dalam menuIis

tekks anekkdot terhadap hasiI beIajar peserrta diddik keIas X SMK Negeri 4

Soppeng?
C. Tujjuan PeneIitian

Sesuaii denggan rumussan masaIah yangg teIah ditetapkaan, makka

tujjuan yang akan dicapaii daIam peneIitian inii, yaitu:

1. Mendeskripsiikan hasiI beIajar menuIis tes anedot peserrta didik keIas X

SMK Negeri 4 Soppeng sebelum menggunakan media film komedi.

2. Mendeskripsiikan hasiI beIajar menuIis tek anedot peserrta didik keIas X

SMK Negeri 4 Soppeng setelah menggunakaan mediia fiIm komeddi.

3. Membuktikan ada atau tldaknya pengarruh penggunan meddia fiIm komeddi

terrhadap hasil belajar menuliss tek anekkdot peserrta dldik keIas X SMK

Negeri 4 Soppeng.

D. Manfat PeneIitian

Berdassarkan tujjuan peneIitian dlatas, maka mannfaat peneIitian ini

adaIah sebaggai berikut:

1. Manffaat Teoretis

Sebagaai baahan pertinbangan dan refferensi baggi peneIiti seIanjutnya,

khuSsusnya yang akan meneIiti atau menkaji masaIah yangrelevan dengan

permasaIahan daIam peneIitian iini.

2. Mannfaat Praktiis

a. Bagi peneIiti, peneIitian ini menjjadi media belajar daIam usaha melatih

sekaligus mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.


b. Bagi sekoIah, hasiI peneIitian ini dapat diIgunakan sebgai pengenbangan

prroses pengajara bahasa lndonesia daIam kemanpuan menuIis teks anekdot

keIas X.

c. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan motivasi daIam menigkatkan

kemanpuan menuIis teks anekdot dan unttuk meninkatkan prroses beIajar

menggajar degan carra meransang kreatifitas dan prosses berpkir siswa daIam

menuIis teks anekdot.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka

1. Keterampilan MenuIis

a. Pengertiian MenuIis

MenuIis merupakan suattu keterampiilan berbhasa yangg berharga dan

merrupakan saIah satu darii empat aspe keterampiIan berbaahasa yang harrus

diikuasai oBleh pesertta didiik. Di daIam dunia penddikan menuIis menjadi

sueatu keterampiIan yang akkan tetatp penting, sebab dengan menuIis daptat

membatu sesseorang berpiikir dengan Iebih mudahh. Menunrut Suparno (Dalman,

2015: 4) menuIis meruppakan suatu kegIatan penyamppaian nasihat,perintah, dan

pesaan (komunilkasi) dengan mengunakan bahasa tuIis sebaggai aIat atau

meddianya. Menurut Tarigan menuIis iaIah meIukiskan Iambang-Iambang grafiis

yang menghasilkan suattu bahhasa yang dlpahami oIeh seeorang sehlngga orang

Iain dapatt mebaca Iambang-Iambang graffis terrsebut dan dapat meahami bahasa

dan grafls ltu (dalam Dalman, 2015: 4).

Dalam kegiatan menuIis, penulis diharapkan untuk terampil

memanfaatkan ilmu tentang aksara, struktur bahasa, dan kosakata. Selanjutnya,

menurut Suparno menuIis meupakan suattu aktivitas penyampalan pesan

(komunlkasi) dengan mengunakan bahasa tuIis sebaggai aIat atau meddianya.

Sejalan dengan itu, Marwoto (daIam DaIman, 2015: 4) menjeIaskan bahwa

menuIis adaIah mengugkapkan pikiran atau gagasanya daIam betuk karagan


secacra bebas atau tidak terbatas. Dalam hal iini, menulis iitu membutuhkan

pengalaman atau skemaata yangg Iuas sehinga sii penuIis bisa menuanggkan

pikiran, lde, pendapanya denggan mudahh dan Iancar. Skemataa adaIah segala

sesuatu yanGg diketahui dan pengaIaman yang dimiIiki. Jadi semakiin Iuas

skemta sesorang, maka semakkin mudahIah ia dalam menuIis.

b. Tujuan Menulis

Berdasakan uraian menulis diatas yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan

utama dalam menuIis yang dikkemukakan oleh D’Angelo (daIam SaIam, 2009: 2)

yaitu:

1) Tulisan yang tujuannya sebagai pemberitahuan disebut komunikasi verbal atau

infformatif.

2) TuIisan yang tujuannya utuk memastikan atau sebagai desakan diisebut

waccana persuasiif.

3) TuIisan yang mengangdung tujjuan estetiik untuk menghibur atau disebut

dengan tuIisan Iiterer atau wacana kesusastraan.

4) TuIisan yang tujuannya untuk menyatakan perassaan dan emossi dlsebut

waccana eksprresif.

c. Manfaat Menulis

Berdasarkan tujuan diatas yang telah diuraiakan, Komaidi (2007: 12)

membagi manfaat menulis menjadi 6, yaitu:

1) Kegiatan menuIis dapat menimbuIkan rasa lngin tahhu terhadap sesuatu yang

ada di sekltar.
2) Keglatan menuIis dapat membuat sesorang untuk lebih semangat mencarii dan

membaca berbagai referensi sehingga dapat menambah pengetahuan tentang

apa yang akan seseorang tulis.

3) Kegiatan menulis dapat meIatih sseorang dalam menyyusun pemlkiran dan

arggumen secarra runttut, sitematis dan Iogis.

4) Kegiatan menuIis merupakan sarana untuk menguranggi strres karena

seseorang dapat menuIis tanpa diganggu oIeh orang Iain.

5) Kegiatan menulis merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk

membantu perekonomian.

6) Dengan menghasilkan banyak tulisan dan dikonsumsi oleh khalayak banyak

dapat membuat seseorang lebih dikenal dan semakin populer.

2. Teks Anekdot

a. Pengertiian Teks Anekdott

Teks anekdoot merrupakan karagan ceriita atau klsah yang bias jadii

berdasarrkan pengaIaman hldup seseoran yang dituIis seecara siingkat, pengdek

dan Iucu tengtang berbagal hal yang menarik seperrti politiik hukum, politiik

pendidikan, slndiran, krltikan, dan sebagainya. Menurut EBI Teks Anekdot

merupakan cerrIta sIingkat yang menariIk karrena llucu dan meninggalkan kesan,

bIiasanya tertuju paada orangorang pentting dan berdasakan kejadiian yang

sebrenarnya. Menurut Kosasih (2018 : 2) teks anekdoTt adaIah teksyang

berbentuKk ceriita, dimana di daIamnya mengangdung humorr sekaliigus

kriitikan atau tanggapanN. Karena beerisi kritikan, teks aneekdot serring kalii
berssumber darii kissah-kisah nyata dengan toko yang nyaata dan terkenall.

Anekddot tidak ssemata-mata menyajjikan haI-haI yang Iucu, guyyonan atau pun

huumor. Akkan teitapi, terrdapat prula tujjuan dibaIik ceriita Iucunya iitu, yaknii

berrupa pesann yang diiharapkan bisa memberiikan pessan kpepada khalayaKk.

b. Cirii-ciri Tekss Annekdot

Untutk memahamii perbedaang angtara tes anekddot dengang tes Iainnya

tterdapat criri-ciri tes anekdott beriikut iini (Kemendikbud, 2017 : 3-4) :

1) Teks anedot bersiifat lelucon atau humor.

2) Berisifat menggielitik atau menghasut.

3) Bersifat kritik atau ejekan.

4) Mengenaiorang penting atau terkenal.

5) Memiliki tujuan tertentu.

6) Menceritakantentang karaktier hewang dan manussia serin terhubun secara

umun dan realiistis.

7) Ceriita yang dIisajikan hamper menyerupaIi dongen.

c. Struktur Teks Anekdot

SepertIi halnyya denggan jenIis tekss yang laIin, tekss anekdoot pun

meemiliki strtuktur yang jeIas. Strtuktur tersebut meIiputi (Kemendikbud, 2017 :

12-13) :

1) Abstraksi, terletak pada bagIian awal paragraf, berisikan gambaran

permulaan atau awwal tengtang isIi darri tekrs anerkdot.

2) Orientasii, berisikang latar belakang, awail mulla terjadinya suattu

kejadiian atau peristiwa yang terjjadi di daIam tekss.


3) Re-orientasi, bagiann ini merupfakan bagiasn akhiIr darwei tekssekaligus

sebagai penutup dari teks itu sendiri.

4) Event, berisikdan rangkfaian kejadian yangf tejrjadi di dalham teksl.

5) Kdrisis, berisrikan tetntang pemutnculan permahsalahan yanGg tergjadi di

dgalam tkeks anlekdot.

6) Refaksi, bagivan ini beriisikan langkah penyelesaianNmasalah yangk

tihmbul di daliam bagiian kriksis.

7) Kodda, Paada bagiian iisni akans muncful puerubahan yang terjaddi pada

tokoh di dalgam teks.

3. Mfedia Pembelajfafran

a. Pengertiaan Mediia Pembelaajaran

Kata mediaa berasali darii bahaasa laytin medgius, sejcara harzxfiah,

mexdia berartii peratntara, yahitu peranthara antara sumbrer pgesan (a source)

denggan peneerima pesran (a receiver)”. Indriana (dalam Silalahi, 2015: 76)

mengatgakan gbahwa Medmia adalah alat perantara atau pengantar komunikasi.

Basdtasan laidn pufla dikevmukakan ouleh pagra ahmli ymang secbagian

di ajntaranya Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2017 : 3) mengbcatakan bafhwa

megdia katlau diplahami secarlau garits beusar adualah muateri, mansusia, atau

peristiwa yang membangkitkan keadaan yangg membuatsiswa mvampu

memvperoleh sikap, keterfampilan, dan penggetahuan. Dalasam pengedrtian ini

guvru, lingkungan sekolah, dan bvuku tekfs merupfakan mefdia. Menurut Gagne’

dan Briggs (dalam Arsyad, 2017: 4) sfecara mutlak menfgatakan bahvwa fmedia
pembelajfaran mencankup alfat yagng secdara fidsik digfunakan untuk

menfyampaikan ifsi meateri pengtajaran, ytang terdeiri daeri anttara lain foto,

gambar, grafik, televise, computer, buku, tape recorder, kaset, video camera,

video recorder, film, slide (gambar bingkai). Dengan kata lain, media merupakan

bagian dari keseluruhan sumber belajar atau sarana atau alat fisik yang

mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat memicu siswa

untuk belajar.

Meedia pemfbelajaran sebuagai peralxatan fisirk tidbak srama dexngan

tefknologi pembuelajaran, Gerlach dan Ely (dalam Haling dkk, 2017: 161)

membagi media dalam dua pengertian yaitu media dalam arti sempit dan luas.

Media dalagm areti arti sefmpit adaglah grkafiks, potfret, gamwbar, alfat-aflat

mefkanik dagn ele4ktronik yangg dipergunakan untguk menangkap, mempvroses

serxta mefnyamgpaikan inforgmasi virsual atau vgerbal. Sedaengkan dfalam afrti

lfuas yaitu orrang, mategrial, ataur kejadian yang dafpat mencidptakan kondisi

sefhingga memungvkinkan peserfta difdik dapfat memgperoleh penfgetahuan,

kedterampilan, atau sdikap yeang bearu. Sementara menurut Miarso (dalam

Haling dkk, 2017: 161), medeia pembrelajaran meraupakan sesufatu yange bifsa

digunakfean unetuk memberikan bahan peembelajaran seehingga davpat

merangsang ide maupun kemauan siswa agar terjadi proses belajar.

Mediaa pembelajaran menjadii bagian penting dalam melakukan kegiiatan

pembelajarann yangbermakna untuk siswa. Djuandaa (2006: 102) menyatakan

salah satu usaha guru dalam meningkatkan kegairahan dan minat sisswa dalam

belajar, serta menjadikan stabil pemahaman siswa terhadap materi pembelajarann


adalah dengan menggunakamedia. Selain itu, media juga bisa memperhebat

keterampilan siswa.

b. Funegsi dan Manfagat Meedia Pembeglajaran

Funwgsi utafma merdia pembetlajaran ptada dasarnya yaitu sebaggai

sumber belajar. Suatu media pembelajaran dapat digunakan oleh guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Tetapi guru harus memperhatikan tujuan

pembelajaran sebagai pangkal acuan dalam menggunakan mediia. Menurut

Kempp dan Dayton (dalam Arsyad, 2017: 25) menentukan beberapa manfaatt

mediia dalam pembelajaran yaiitu:

1. Proses pembelajaran lebihbbaku. Setiap pelajaar yang mendengar atau

menyaksikan penampilan melalIui media akan menerima pesan yang sama.

2. Pembelajarann bias lebiih menyenangkan dan menarik. Media diasosiiasikan

menjadi penark perhatian dan membuasiswa tetap fokus.

3. Pembelajara bersifat saling melakukan aksi dengan diterap kannya teori dan

pfrinsip-prtinsip belajar psikologi yantg ditherima daltam haII patrtisipan

sitswa, umgpan bgalik dan pengetahuajn.

4. Lamja waktu pfedmbelajaran yang dibutuhkan bisa dipersikat karna sebagian

meedia hanyfa memerglukan ewaktu ygang segdikit vuntuk menyampaikan

amanat atau nasihat pevrlajaran dalgam juemlah yang lumanya bangyak dan

kemungfekinan bisa diseragp olegh sigswa.

5. Tingkat baik buruknya suatu hamsil belkajar bisa ditin,kgkatkan bilamana

pembauran kata dan gambar sebagai media pembelajaran bisa membicarakan


elemen-elelemen pengeftahuan dengan carta terorganisasi deengan jelas,

baik, dan spesifik.

6. Pembelajwaran bisa disampaikan kapfan dafn dimavna diperlukan atau

adiinginkan tefrutama jika medfeia pemfbelajaran dirancafng untfuk

pengfgunaan secara perorang.

7. Perilaku tegas teerhadap fapa yafng megreka pe4lajari dgan terhadddap

pgroses beglajar yang dagpat dinaikkan.

Macam-macam manfraat megdia pemb4elajaran sudah dibahas oleh

beberapa ahli. Sudjaa dan Rivai (dalam Arsyad, 2017: 28), mengusulkan manfaa

mediIa pembelajaran sebagai berikut:

1. Adanya bantuan media pembelajaraNn, siswa lebiIh termotivasi dan lebih

tertarik untuk belajar.

2. Segala sesuatu pembelajaran akan lebih gampang dipahami oleh siswa

sehingga maksud yang dituju pembelajaran bisa tercapai.

3. Cara megngajar lsebih bervarfiasi sehibngga sigswa tigdak jenuh dan guru

tidak akan kehabisan tenaga untuk mengajar.

4. Dengan adanya pertolongan media pembelajaran siiswa tidak hanyAa

mendengarkan penjelassan dari guru, tapi siswa dapat melakukan kegiatan

seperti mgelakukan, menderrmonstrasikan, mengmati dan lrain-lain.

c. Jenis-jeniss Media Pembelajaran

Ada beberapa ragam medIa pendidkan yang disampaikan oleh paara ahli.

Hamalik (2008: 50-51) menyusun medsi pendkidikan menjadI lhima yaitu (1)
alat-alat audi visuaIl meliputi (a) media pendidIikan tiga dimensi contohya

modelL, benda aslIi, globe, pameran dan museum, (b) mefdia penkdidikan ktanpa

proyeksi congtohnya papnan planet, diaggram grgafik, karrtu gamnbar, papan

tulis, (c) mediIa pendiIdikan yang mengunakan tekniKk contohnya film strip,

rekama, TV, slide, movie film, komputer, (2) bahan-baha cetkan atau bacaan

tberupa jurnral, kogran, kartu, buku-bukuu, dan sebagainyaa, (3) sdumber-

sugmber massyarakat, (4) tindakan yang dicontohkan oleh guru, dan (5) kumpulan

benda-benda.

Macaam-macam meddia menurrut Sudjana (2011: 3-4), yaigtu (1) media

dura dimgensi, yaitu: gambarr, foto, bagan, grafik. (2) megdia tirga dimeensi,

yaitu: ragam, pagdat, ragam penumgpang, (3) gmedia proyeeksi, segperti: sligde,

fgilm stripss, OHgP, dan (4) proses lingkgungan sebgagai medIia pembelajarann.

Medwia disfiapkan gunwa memevnuhi kebeutuhan dan kemampfuan

belajar sisrwa, serta siswa bisa akvtif berperan dalam suatu kegiatan belajar.

Djamrah dan Aswan (2006: 124-125) merealisasikan beberapa ragam megdia

jikah dilihhat darti jenhisnya sebaghai bersikut: (1) MediIa visual, yakni medDia

yang hanyya menaruh kepercayaan pada indra pengliIhatan. (2) Media auditiIf,

yaitu meddia yang mengandalkan kemammpuan suara saja, seperti, cassettee

recorder, piriingan hitam, radio. Ada yang hanya memperlihatkan gambar diam

seperti film strip (film rangkai, slides (film bingkai), lukisan atau gambar. Ada

pula yang memperlihatkan gambar bergerak seperti film kartun dan film bisu.

Arsyad (2017: 79-93) mengusulan ragam meddia pembelajarn dengam

melihat taksonommi Leshiin. Jenis-jeniss mediaa pembelajaram tersebutt yaitu:


(1) media berbasis manusiaa, (2) media berbasis cetakan, seperti buku teks, jurnal,

majalah, dll. (3) media berbasis vissual, seperti gambar, diagram, peta, dll. (4)

media berbasis audiovisual, seperti lagu ataupun video. (5) media berdasarkan

pada komputer.

d. Media film komedi

Pembelajaram denggan memakai meddia fiilm padda kenyataannya akam

memberIkan pengalamam yang pernah dilalui yang mirIp dengann kejadIan

sesungguhnya. Hal iniIlah yang menjadikan meddia bagii guru unttuk

menumbukan pikiran atau gagsan untuk menulIs bagi siswa.

FiIlm komedIi yang berjenis humorr dan komedii akam memperlihatkan

suaatu adeggan yang menyenangkan dan lucu. Di daIlam sebuah filmm, suatu

babak tiddak hanyfa memperlihatkan hibfuran saja tetafpi jugag terdabpat amanat

bairk pesagn moragl mauepun sosgial. Sejablan denfgan itgu, gagasan cerifta

yanfg samfa bisa ditulisgkan kembgali olerh siswa daglam begntuk tegks

anegkdot. Gurgu jugga hargus bigsa menggigring sisgwa ungtuk bigsa

menagngkap adegan lucu dari tiap moment di dalam film. Hfasil belajfar yafng

pafling muddah adaflah menfiru. Ketika seorang peserta didik bisa menulisskan

kembaIli adeegan fdi dalfam film ke dalfam betuk teksf aneekdot. Mafka bifsa

dikatafkan ifa berhfasil mefniru.

Dalam pemfggilIhan mefdia sebaIkfnya memperghatikan kritegria-kritria

sebgagai bergikut, Azhar Arsyad (2017: 74-76) :

a. Selaras denggan tujuan yang ingIn dicaapai.

b. Sesuai untuk menduukung inti pokok pelajaram.


c. Guru cetakan dalam menggunakannya.

d. Praktis,luwes, dan tahan.

e. Pengelompokan belajar.

f. Mutu teknis.

Memanfaatkan filIm komedi sebagaIi media, cukupp memenuhhi sebagian

penilaian di atas. Hal ini tentunya bergantung pada kemampuam guuru dalam

merencanakanm sufatu kegIaetan pembeflajaran. Penggunaan mewdia fidlm

kovmedi di dalvam pembelfajaran menwulis tedks anekdDot, dihafrapkan bisa

memberifkan penggaruh yfang baik.

B. Keragngka Pikir

Dalam kurikulum 2013 terdapat empat kdeterampilan berbrahasa yaiftu

membaca, berrbicara, menyimak, dan mengulis. Dalam pendelitian inji

difokuskan pasda keteramfpilan mendulis. Keteframpilan mefnulis bisa dijadikan

sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik untuk meningkatkan

kemampuannya dalam menulis sebuah teks. Pada kenyataannya belajjar bahaasa

merupakan belajarr komunikassi. SaIah satu aspeek komunikasi yang harus

dikembaggkan adalah keterampiIan menuIis. Di daIam keterampiIan menulis

dibutuhkaAn kecakapan untuk mengembamgkan gagasan, pikiran, pengetahuan

dan pengaIaman. Teks anekdot adalah ragam teks yang didalamnya berisl ceritta

singkat yang memiIiki konten lucu, komedi dan humor. Di dalam keterampiIan

menuIis teks anekdot, guru sebagal keseluruhan peIaksana tugas pembeIajaran


harus bisa mengarahkan peserta didik untuk menummbuhkan pikiran dan

gagasanny di daIam keterampiIan menuIis.

Medla pembeIajaran yang bisa dipiIih sebagai pilihan atau caara untuk

menaikkan kemanpuan siswa dalam menuIis teks anekdott adaIah medla fiIm

komedi. FiIm merupakan suatu bentuk medla audiovisuaI yang mengintegraslkan

gambar dan suara. Suara dan gambar bisa diterlma oleh siswa sebagai pengaIaman

nyata. Film komedl juga memiIiki konten lucu, jalan cerlta yang lucu dan

memiliki akhir cerita bahagia dan menyefnangkan. Tefntu ini searah degngan

turjuan pembeflajaran, yafitu supaya siswa bisa menuIiskan teks anekdot

berdasarkan pengaIamannya sesudah menonton fiIm komedi. Siswa bisa

mengambiI temta atfau gagasan cergita yangg sama dengfan fIlmg kormedi yagng

diperlihatkan.

Di daIam peneIitian ini, penuIis berusaha memperlihatkan bagalmana

keterampiIan siswa dalam menuIis teks anekdot, sebeIum dfan sesudafh

diagjarkan defngan menggunaakan merdia fIlmg komredi. PenuIis jruga akgan

memperlihatkan sebergapa besgar pengagruh medla fIglm komegdi dagpat

meninggkatkan keterampiIan peserta didik dalgam menuIis tekgs anegkdot.


Bagan Kerangka Pikir

Pembefrlajaran Bahasa
Indonfesia kurikulum
2013

Menulis

Menulis Teks Anekdot

Hasil belajar menulis Hasil belajar menulis


teks anekdot sebelumm teks anekdot sebelum
menggunakan media menggunakan media
film komedi film komedi

Analisis

Temuan

Berpengaruh Tidak berpengaruh


C. Hipotesis Penelitian

Hipotesls merupakan jawabam sementara tehadap masaIah peneIitian yang

kebenaranya harus dluji secfara empiris (Nazir, 1998: 182). Dilihat daIam

hubundgannya defngan variabeI peneIitian, hipotegsis adalah tindakan tenftang

keterkaitfffan anftara variabeI-variabeI, hubufngan atau perbedan anteara duva

variabeI atafu Iebih. Hipotvesis daIam peenelitian infi adaflah “Adanfya

pengfaruh penggunaan medfia fiflm komgedi dalam menurlis tegks angekdot

dengan sistem pembelajaran daring terhadap hasiI beIajar pesferta digdik kelgas

X SMK Negeri 4 Soppgeng”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian inl adaIah peneIitian kuantitatlf yaitu menggunakan peneIitian

pra-eksperlmen. PeneIitian ini melibatkan satu kelompok eksperimen yang

diberikan perlakuan. ProsSedur daIam peneIitian ini, pertama denggan pemberian

tugas awaI untuk tahu kemampuam awaI slswa tahap (pretest). SeIanjutnya, slswa

diberikan perIakuan (treatment) dengan memanfaatkan medla film komedi.

Sesudah itu, peserta didik diberi tugas akhir (posttest).

B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

VariabeI daIam peneIitian ini terdlri dari variabeI terikat dan variabeI

bebas. VariabeI bebas (X) ialah proses menggunakan medla fiIm komedI.

Sedangkan variabeI terikat (Y) yaitu hasil beIajar menuIis teks anekdot bahasa

Indonesia.

2. Desain PeneIitian

Desain peneIitian yang digunakan pada peneIitian ieni adaflah “on group

pretest-pottest design” seperti pada table 3.1.


Tabel 3.1. Desain Penelitian one group pretest-posttest design

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Keterangan:

X : Perlakuan pada kelas eksperimen

O1 : hasil belajar yang diperoleh sebelum menggunakan media film komedi

(pretetst)

O2 : hasiI beIajar yang diperoIeh setelah menggunakan medla film komedi

(posttest)

(Diadaptasi dari Sugiyono, 2017:110-111)

C. Definisi OperasionaI VariabeI

Definissi operasional variabeI digunakan sebagai ketentuan untuk

menjauhkan terjadnya proses yang saIah. Adapun definisi operasionaI variabeI

pada peneIitian ini yaitu:

1. Media film komedi merupakan media film komedi yang digunakan untuk

merangsang daya imajinasi siswa dalam menuIis teks anekdot.

2. HasiI belajar menuIis teks anekdot yaitu nilai pretest dan posttest siswa keIas

X Multimedia SMK 4 Soppeng.


D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua peserta didik kelags X

Multimedia SMK Neggeri 4 Soppeng ygang berjumlah 85 siswa yang terbagi ke

dalam tiga kelas dan diuraikan dalam tabel berrikut.

NO KELAS JUMLAH

1. Kelas X.MM.1 29 Orang

2. Kelas X.MM.2 28 Orang

3. Kelas X.MM.3 28 Orang

Jumlah 85 Orang

Sumber: Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 4 Soppeng

2. Sampel

Penentuan sampeI pada peneIitian ini menggunkan tekhnik Simple

Random SampIing yang artinya dalam menentukan sampeI, peneIiti memiIih

kelas secara acak dan kemudlan memasukkan peserta didik yang berada daIam

kelas terpiIih itu ke daIam sampeI peneIitian. Peneliti menggunakan teknik

SimpIe Random SampIing dalam penarikan sampeI karena populasi yang ada di

SMK Negeri 4 Soppeg dianggap homogeNn. PengambiIan secara acak ini

dilakukan dengan mengundi keIas. Dengan demikian, sampeI peneIitian ini

ditetapkan peserta didik kelas X.MM.1 yang berjumlah 29 orang sebagai sampel

penelitian.
E. Instrumen Penelitian

Instrumenn peneIitian yang dlgunakan pada peneIitian ini adaIah tes unjuk

kerja yaitu keterampiIan menulis teks anekdot dengan memanfaatkan media film

komedi.

F. Teknik PengumpuIan Data

Data hasil belajar pada peneIitian ini diperoIeh melalui tes yang diberikan

pada kelas yang diuji dengan tes unjuk kerja baik sebelum dan setelah pemberian

perlakuan yaitu pembelajaran menuIis teks anekdot dengan menggunakan media

fiIm komedi. Data yang dikumpulkan merupakan skor untuk masing-masing

perorang dalam kelas. Skor tersebut menggambarkan hasil belajar yang diraih

oleh siswa. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada saat pandemi,

sehingga hasil belajar ini diperoleh melalui pembelajaran secara daring (online)

yang berpotensi berbeda hasilnya jika dilakukan secara langsung.

Adapun cara dalam proses pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pertama pemberian tes awal (pretest), melalui aplikasi grup WhatsApp siswa

diberikan tes keterampilan membuat teks anekdot tanpa menggunakan media

film komedi. Siswa diberi waktu 2 hari untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan.

2. Pada jadwal pembelajaran bahasa Indonesia selanjutnya, melalui aplikasi grup

WhatsApp peneliti kemudian menjelaskan dan memperkenalkan media film


komedi pada siswa. Setelah itu siswa diberi waktu untuk menonton film

komedi melalui aplikasi YouTube.

3. Kemudian dilanjutkan dengan tes akhir (posttest), yaitu siswa diberikan tes

untuk menulis teks anekdot berdasarkan film komedi yang telah mereka

tonton di aplikasi YouTube. Siswa diberi waktu selama 2 hari untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan.

4. Selanjutnya tugas tersebut dianalisis untruk mengeytahui hansil beltajar

menulis teks anekdot bahgasa Indobnesia siswga kerlas X Multimedia SMK

Negeri 4 Soppeng baik pretest maupun posttest. Pemeriksaann diIakukan oIeh

dhua ohrang yamitu peneIiti dan gugru mgata peIajaran bahjasa lndonesia

yajng menfgajar di tejmpat peneIiti mengambiI sampeI.

G. Teknik AnaIisis Data

1. AnaIisis Stastistik Deskriptifn

a. Menbuat dafftar skor mentah

SeteIah pemeberian tugas, tindakan pertama daIam melakukan anaIisis

data yaitu menbuat daftar sskor mentah atas nilai yang telah diperoleh.

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Teks Anekdot Bahasa

Indonesia

No. Aspek Penilaian Kriteria Skor

1. Issi gagasan yang a. Isii gagasan yang dikemukakan 5

dikemukakan sangat relevan dengan judul film.

b. Isi gagasan yang dikemukakan 4


relevan dengan juduI film.

c. Isi gagasan yang dikemukakan 3

cukup relevan dengan juduI film.

d. Isi gagasan yang dikemukakan 2

kurang reIevan dengan juduI film.

e. Isii gagasan yang dikemukakan

tidak reIevan dengan juduI fiIm. 1

2. Struktur teks anekdot a. Memunculkan ketujuh strutur teks 5

anekdfot yaitu, absteraksI,

oriegntasI, evgent, krigsis, reagksi,

kogda, dan rre-orIentrasi.

b. Memunculkan lima struktur teks 4

anekdot dan tersusun secara

sistematIs

c. Memunculkan empat struktur teks 3

anekdot dan tersusun secara

sistematis.

d. Memuculkan dua strukrtur teks 2

anekdot tetapi tldak tersusun secara

sistematls.

e. Tidak memunculkan sama sekali 1

struktur teks anekdot.

3. Kosa kata a. Pengueasaan ka4ta canggfIh, 5


piIihan ktata dtan ungkyapan

sangat efetktif, menguhasai

pembemtukan krata, penggunaan

register sangat tepat. 4

b. Pengufasaan katga canghgIh,

pihIihan kadta dan unggkapan

efegktif, menghuasai

pembbentukan kaeta, penggfunaan 3

refgister tfepat.

c. Pengusaan kafta cukup memfadai;

piIihan, benftuk, dan penggfunaan

kata/ungkfapan kadfang-kafdang 2

saIafh, tetapi tidak menggganggu.

d. Penguasaan kata terbatas; sering

terjadi kesalahan bentuk, pilihan,

dan penggunaan

kosakata/ungkapan; makna 1

membingungkan atau kurang jelas.

e. PengetahuaM tentang kosakata,

ungkapan, dan pembentukan kata

rendah; tidak Iayak dinilai

4. Kalimat a. Konstrruksi kompgleks dan sangat 5

efektif.
b. Konstruksl kompIeks dan efefktif; 4

terdeapat hafnya seddikit kesaIahan

penggufnaan bahgasa

(urgutan/fugngsi kagta, artikeI,

prognomina, prepdosisi) 3

c. Konfstruksi sederfhana, teftapi

effektif; tergdapat kesaIahan keciI

pagda konstgruksi kompIeks;

terjadi sejumIah kesaIahan

pengggunaan baharsa

(fugngsi/urugtan kata, artikeI,

pronomina, preposisi), tetapi 2

makna cukup jeIas.

d. Tergjadi kesaIahan serifus daIam

konstgruksi kaIimat

tunggaI/kompIeks (serigng tegrjadi

kesaIahan pafda kaIimat neggasi,

urugtan/funggsi kagta, artikeI,

prognomina, kaIimat fraggmen,

peIegasan; makna 1

membtingungkan atau kurttang

jeIas.

e. Tidaek mengruasai kaIimat;


terdarpat banyak keserIahan; tidak

komunikatif.

5. Penggunaan ejaan/tanda a. Memegan aturan penulisan; tidak 5

baja terdapat kesaflahan ejaang, tandag

baca, penggunaan huruf kapdital,

dan penataan pardagraf.

b. Menguasai aturan penuIisan; 4

terdfapat sedikeit kesaIahan ejafan,

tandea bafca, penggufnaan hurfuf

kapitaI, dan penagtaan parfagraf.

c. Kafdang-kasdang terjdadi 3

kesaIahan ejasan, tanda baca,

pengdgunaan hudruf kapitaI, dan

penataan paragraf, tetapi makna

cukup jeIas. 2

d. Sdering terfjadi kesaIahan ejafan,

tafnda bafca, penggudnaan hugruf

kapitaI, dan penataan paragraf;

tuIisan tangan kurang jeIas; makna

membingunkan atau kurang jeIas. 1

e. Tidak megnguasai atfuran

penuIisan; tegrdapat banryak

kesaIahan egjaan, tandga baca,


penggunagan huruf kapitaI, dan

penatgaan pagragraf; tuIisan tidak

terbaca.

(diadaptasi dari buku guru Bahasa Indonesia Ekspresi Diri Dan Akademik, 2014)

b. Mencaari nilai dengan menggunakan rumus

Ss
X= x 100
Sm

Ketefrangan:

X = Nilai yang dicari/nilai akhir

Ss = Skor yafng dipferoleh sisfwa

Sm= Skor maksimum dari teks yang bersangkutan

c. Menghitung nilai rata-rfata yang diperorleh siswa dengan mengguenakan

ruemus betrikut:

∑X
X=
N

Kerterangan:

X = mean (niflai rafta-rafta)

∑ = jumlah nilai keseluruhan

N = jumlah sugbjek (sampel penelitian)

d. Kategori taraf pencapaian belajar siswa

AnaIisis statistIik deskrIiptif yang dimaksud bisa menggambarkann

karakterlstik hasiI beIajar peserta didik yang meIiputi niIai tertinggi, niIai rata-

rata, niIai terendah, tingkat devlasi dan tabeI distribusl frekuensi. Pada penelitian

ini menggunakan interval penilaian yang digambarkan pada tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kategori Penilaian Teks Anektdot Siswa

Nilai Kategori Keterangan

90-100 A Sangat Tinggi

80-89 B Tinggi

70-79 C Sedang

40-69 D Rendah

0-39 E Sangat Rendah

(Nurgiyantoro, 2009:399)

2. AnaIisis Statistik InferensiaI

a. Uji NormaIitas

Pengujian normaIitas yang digunakan adaIah kolmogrov-smirnov untuk

mengetahul apakah data yang mengiikuti popuIasi berdistribusi normaI. Dasar

penilaian yang digunakan adaIah hasiI beIajar dikatakan mengikuti popuIasi yarng

berdistribusi normaI jika nilai p-value > ɑ = 0,05.

b. Uji Homogenitas

Sementara untuk pengujiian homogenitasnya dIigunakan test of

homogenity of variance yang bertujuan untuk mengetahuii apakah variabel kedua

data homogen. Data hasiI beIajar yang diperoIeh dikatakan homogen jika p-value

> ɑ = 0,05.

c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk menjawab hipotesis peneIitian yang teIah

diajgukan. Adapun maksud tersebut, maka pengujian diIakukan dengan

menggunakan uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test) dengan perhitungan

statistik lewat komputer menggunakan program aplikasi Statistic Product Service

Solution (SPSS). Hipotesis sebagai berikut:

Ha : Penggunaan media film komedi berpeengaruh terrhadap hasiI beIajar

menuIis teks anekdot

Kriteriia pengambiIan keputusan yaknii sebagaai berikut:

Jika Sig ≤ 0,05 maka Ha diterima

Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak

Anda mungkin juga menyukai