Disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Literasi Lintas Mata Pelajaran
Oleh
Hera Gusrianti
E4R12310126
PRODI Matematika
UNIVERSITAS Mataram
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kenyataanya literasi bukan hanya tentang membaca sebuah tulisan yang
berbentuk teks namun ada banyak jenis teks yang dapat digunakan dalam kegiatan
literasi. Jenis teks tersebut biasa di sebut deng teks multimodal.Teks multimodal
merupakan teks yang berupa perpaduan teks tulis atau lisan dan gambar atau animasi.
Teks multimodal tidak hanya berupa teks verbal saja, tetapi perpaduan antara teks baik
tulis maupun lisan dengan gambar, audio, atau video.
Teks multimodal menggabungkan bahasa dan cara komunikasi lainnya seperti visual,
bunyi, atau lisan yang disajikan dalam satu teks yang utuh dan hadir secara bersamaan.
Hal itu sesuai dengan pendapat (Pratiwy & Wulan, 2018) bahwa teks multimodal berupa
bahasa, gambar, musik, gestur, dan arsitek. Dengan bahan bacaan berupa teks multimodal,
peserta didik tidak hanya mendapat pemahaman dari membaca teks, tetapi juga melihat
gambar atau mendengarkan audio, dan menonton animasi atau video.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuanya yaitu untuk mengetahui kemajuan belajar dalam mata kuliah literasi lintas
mata pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum saya belajar mengenai literasi dimata kuliah literasi lintas mata pelajaran
ini, saya hanya saja mengetahui literasi sebagai proses membaca dan menulis yang hanya
ada pada mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia saja. Selain
itu, saya juga sama sekali tidak mengetahui tentang teks multimoda. Namun nyatanya,
pengertian dari literasi dan teks multimoda ini sudah sangat awam dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Hanya saja, pada penggunaan kata ini belum cukup tersebar luas
dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Saya hanya mengetahui
Kegiatan literasi tidak hanya ada pada mata pelajaran bahasa Indonesia, melainkan
ada di mata pelajaran lain, bahkan dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Literasi
lintas mata pelajaran melibatkan penggunaan strategi pembelajaran secara efektif
untuk membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan konten. Selain itu, ternyata
penggunaan literasi ini sangat penting untuk semua mata pelajaran. Dimana salah satu
tujuan utama dari pembelajaran lintas mata pelajaran adalah untuk menghasilkan
peserta didik yang mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, sesuai dengan
keterampilan Abad Ke-21 yang perlu dimiliki oleh setiap peserta didik. Setelah
mengikuti perkuliahan ini, saya baru mengetahui bahwa “teks” dalam literasi ini tidak
hanya berwujud teks tulis, melainkan dalam bentuk lisan (audio), visual (gambar),
auditori (suara), audiovisual (video), spasial, nonverbal (kinestetik dan sebagainya).
Kemudian arti dari istilah “membaca” yang digunakan dalam kegiatan literasi ini pun
sangat luas. Literasi menurut Kern (2006) yaitu penggunaan prakti-praktik situasi
sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna
melalui teks. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa literasi memerlukan
kemampuan yang kompleks.
Terdapat tujuh unsur yang membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan dengan
interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi,
dan penggunaan bahasa. Ketujuh hal tersebut merupakan prinsip-prinsip dari literasi.
Namun, literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Clay (2001) menjabarkan bahwa literasi terdiri dari literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Melalui literasi,
peserta didik akan mengalami perkembangan visual dan grafis serta wacana verbal.
Mereka juga mendapat kesempatan untuk mengungkapkan keunikannya melalui upaya
artistik dan tertulis (Feret dan Smith, 2010). Strategi literasi dapat digunakan untuk
mendorong pengembangan keterampilan berbahasa peserta didik dalam mata pelajaran
non bahasa. Berikut merupakan delapan strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut:
1. Memupuk kolaborasi, kolaborasi ini akan terjadi ketika siswa mampu bekerja
sama mencapai tujuan. Guru harus memastikan bahwa kegiatan kelompok yang
dibentuk dapat membuat mereka untuk berkolaborasi.
2. Mendorong diskusi, peserta didik dan guru harus melakukan pertukaran ide
mengenai topik tertentu. Guru dapat menggunakan strategi think-pair-share
untuk mendorong kegiatan diskusi yang akan dilakukan di kelas.
5. Model Think Aloud, terjadi ketika guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan secara eksplisit proses berpikir mereka.
Semua mata pelajaran pada intinya sudah memberikan ruang gerak yang luas untuk
menerapkan strategi literasi. Setiap mata pelajaran memiliki kekhususan dalam hal
pemanfaatan teks sebagai sumber belajar. Istilah “teks” dalam literasi dapat berwujud
teks tulis, lisan (audio), visual, auditori, audiovisual, spasial, nonverbal (kinestetik dsb).
Wujud teks bisa digital maupun non digital. Sejalan dengan itu, istilah "membaca" yang
digunakan dalam kegiatan literasi juga merujuk pada membaca dalam arti luas. Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan
oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas dalam diri peserta didik dan
berpartisipasi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Ada dua kompetensi mendasar
yang diukur AKM literasi membaca dan literasi numerasi.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan literasi dalam AKM adalah literasi membaca.
Soal-soal AKM dirancang sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa kompetensi
literasi diperlukan di semua disiplin ilmu dan mata pelajaran. Literasi sains saat ini
diperluas, dan digunakan untuk langkah dalam menyelesaikan masalah dengan
pendekatan sains. Literasi itu banyak ragamnya, mulai dari literasi matematika, literasi
sains, dan literasi lainnya. Agar dapat mengembangkan kemampuan metakognitif,
pembelajaran yang menerapkan strategi literasi perlu memiliki 7 (tujuh) karakteristik
(Beers, 2010: Pahl & Rowsell, 2005), antara lain:
1. Memantau proses pemahaman teks pada tiga tahap dalam pembelajaran (sebelum,
ketika, dan setelah membaca).
6. Membuat pertanyaan
Kegiatan literasi yang ditemukan di lapangan ini sangatlah beragam, dan terkadang
tanpa disadari oleh siswa maupun guru bahwa mereka telah melakukan kegiatan literasi.
Kegiatan literasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap sebelum membaca,
ketika membaca dan setelah membaca yang pada setiap tahapnya memiliki tujuan berbeda.
Pembelajaran di kelas biasanya dilakukan dengan di awali oleh strategi literasi pratinjau,
yaitu dengan apersepsi yang dilakukan oleh guru terkait materi yang akan dibahas.
Setelah melakukan pratinjau guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk
melakukan review materi yang telah disampaikan, kemudian memprediksi apa yang akan
dipelajari selanjutnya. Kemudian, informasi yang telah didapat biasanya dikategorikan
sesuai dengan konsep pemahaman yang siswa dapatkan.
Pada tahap kedua, yaitu ketika membaca memiliki tujuan agar siswa mempelajari
informasi baru, mengingat informasi yang sudah ada, dan mempelajari kosakata baru.
Strategi yang dilakukan dalam tahap ini biasanya siswa mencatat setiap temuan baru,
dan mengajukan pertanyaan jika dirasa belum cukup paham atau mengerti mengenai
penjelasan yang diberikan oleh guru. Meringkas atau membuat rangkuman pun sering
sekali guru perintahkan ke murid, apalagi jika guru terkendala untuk masuk kelas,
biasanya penugasan dilakukan dengan menginstruksikan siswa untuk merangkum materi
yang sedang dipelajari. Selain itu guru menginstruksikan siswa untuk menjelaskan
setiap kosa kata yang terdapat pada peta konsep, dan mengubahnya ke dalam bentuk
paragraf. Setelah pembelajaran berlangsung, siswa menceritakan kembali pengetahuan
yang telah ia dapatkan selama pembelajaran dan disampaikan kepada rekannya di depan
kelas. Jika pembelajaran menggunakan perangkat berupa video, siswa dapat melakukan
inferensi yaitu mencari informasi yang tersirat dalam video dan menyampaikannya
kepada rekan di kelas, atau dapat juga dengan menuliskan informasi-informasi penting
yang didapatkan.
Tahap terakhir, yaitu tahap setelah membaca yang memiliki tujuan untuk
mendorong keterkaitan teks, serta memperdalam pemahaman peserta didik tentang
materi dan pengalaman baru. Strategi yang dapat digunakan sama dengan kebanyakan
strategi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu membaca kembali tulisan siswa,
mengajukan pertanyaan untuk pemahaman yang kurang di mengerti, mencatat informasi
penting dan mencari informasi yang tersirat dalam proses kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan perbandingan, sebab-akibat dan gagasan utama. Sedangkan strategi
lainnya yaitu, membuat keterkaitan antar teks, dengan diri sendiri maupun dengan isu
masyarakat dan dunia, memvisualisasi dan memberikan respon sensorik dengan
menggunakan panca indera, serta melakukan refleksi melalui berbicara, menulis,
menggambar, atau melalui musik dan juga gerakan yang dapat menjelaskan pemahaman
yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Refleksi dilakukan dengan menjelaskan ulang video yang telah ditayangkan, dan
mendeskripsikan gambar yang telah digunakan sebelumnya untuk dipaparkan kembali.
Kegiatan literasi tidak hanya dapat dilakukan dalam proses pembelajaran, namun juga
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan
warga sekolah, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, maupun orang tua siswa. Kegiatan
literasi yang biasa dilakukan di sekolah yaitu pembuatan mading di sekolah, membuat
pohon literasi, fasilitas pojok literasi, dan juga perlombaan-perlombaan yang dilakukan
di sekolah seperti lomba membuat video iklan, membaca cerpen dan lain sebagainya.
Proses pembelajaran selama kuliah terkait mata kuliah Literasi dalam Lintas Mata
Pelajaran ini sangat menyenangkan, karena saya banyak mendapatkan ilmu baru terkait
strategi pembelajaran yang baru, yaitu strategi literasi yang dapat digunakan sebagai
alternatif pembelajaran agar berjalan secara efektif dan dapat membantu peserta didik
mendapatkan pengetahuan konten. Literasi harus mampu membuat seseorang untuk
mampu merumuskan higher-older thinking skills (HOTS), Middle-order thinking skillS
(MOTS) dan lower-order thinking skills (LOTS). Selain itu harus mampu mendesign
pembelajaran dengan indikator yang dibuat dengan mencatat, mengamati dan persentasi
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Sejauh ini, pembelajaran yang dilakukan selama perkuliahan dapat dengan mudah
untuk dipahami, karena sumber bacaan dan referensi pun cukup mudah untuk
didapatkan, mulai dari modul pembelajaran yang di sediakan oleh pusat maupun
referensi jurnal lain di internet.
BAB III
KESIMPULAN
Beers, Carol S., Beers, James W., Smith, Jeffry O. (2010). A Principal’s guide to literacy
instruction. New York: The Guilford Press.
Feret, A. J., & Smith, J. J. (2010). Literacy and art: Collage for pre-service teachers.
InSight: A Journal of Scholarly Teaching, 5, 37-53.
Greenleaf, C. dkk. 2011. "Integrating literacy and science in Biology: Teaching and
learning impacts of reading apprenticeship professional development." American
Educational Research Journal 48 (3): 647-717.
Kern, R. 2001. Literacy & Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.
Pahl. K, Rowsell, J. 2005. Literacy and education. London: Paul Chapman Publishing.
Pratiwy, D., & Wulan, S. (2018). Multimodal discourse analysis inDettol Tv advertisement.
KnE Social Sciences, 207–217.
Robb, L. 2003. Teaching reading in social studies, science, and math: Practical ways to
weave comprehension strategies into your content area teaching. New York:
Scholastic Professional Books.
Toolin, R.E. 2004. "Striking a balance between innovation and standards: A study of
teachers implementing project-based approaches to teaching science." Journal of
Science Education and Technology 13 (2): 179-187.