Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2

1. Risna Berliana
2. Roland Epriady Sianturi
3. Serliana Rajagukguk
4. Silvia Novianti
5. Zahara Suciani Putri

Ruang Kolaborasi – Topik 7


Perancangan Dan Pengembangan Kurilulum

“Problematika Dan Evaluasi Implementasi UbD”

“Problematika Penerapan Kerangka UbD Di Lembaga Formal


Sebagai Kepala Sekolah”

Apa itu Understanding by Design?

Understanding by Design sebagai sebuah pendekatan pembelajaran secara mendalam dan


keterlibatan peserta didik. Design pembelajaran ini berorientasi dari hasil belajar atau cara
berpikir tentang pembelajaran, penilaian, dan pengajaran yang menempatkan peserta didik di
tengah proses pembelajaran melalui Backward Design
Tahap 1 : Menentukan hasil yang diinginkan
Tahap 2 : Menentukan bukti penilaian
Tahap 3 : Merencanakan kegiatan pembelajaran

Dalam Lembaga formal


Implementasi dan evaluasi penerapan UbD adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Stakeholder, yaitu setiap individu atau kelompok yang memiliki kepentingan
dalam Lembaga formal adalah Stakeholder. Mereka dapat termasuk orang tua peserta
didik, anggota masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya.
2. Sebagai Kepala Sekolah, yaitu kepala sekolah memainkan peran kunci dengan tugas
memastikan keberhasilan imolementasi UbD melalui pengorganisasian sumber daya,
dukungan kepada guru, strategi implementasi, dan memastikan pemahaman prinsip-
prinsip UbD oleh seluruh staf pendidik.
3. Sebagai Wakil Kurikulum, yaitu wakil kurikulum bertanggung jawan mengembankan
dan mengelola kurikulm, berkolaborasi dengan guru dalam merancang rencana
pembelajaran, menyusun bahan ajar, serta memastikan inklusi elemen pemahaman
mendalam dam kurikulum UbD.
4. Sebagai Guru, yaitu guru memiliki peran sentral dalam implementasi UbD. Mereka
harus merancang kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan
pemahaman konsep, mengembangkan aktivitas yang mendukung pemahaman, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik secara berkelanjutan.
5. Sebagai Siswa, yaitu peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran UbD dengan
terlibat dalam pemahaman yang mendalam, mengajukan pertanyaan, menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, serta berpartisipasi dalam refleksi
pembelajaran.

Problematika Penerapan Kurikulum Menggunakan Kerangka UbD

Transformasi pendidikan di Indonesia kembali terjadi dengan munculnya era merdeka


belajar yang mana menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) telah
menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2020 tentang kebijakan Merdeka Belajar
dalam penentuan kelulusan peserta didik dan penerimaan peserta didik baru tahun ajaran
2020/2021. Esensi kurikulum merdeka belajar adalah menciptakan proses pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student centered learning) (Ramadhan, 2021: 137). Kurikulum
merdeka ini menganut kerangka Understanding By Design (UbD) yang terkenal dengan design
mundur atau penyelenggaraan pembelajaran dianggap lebih berpihak pada pada peserta didik
dilihat pada tahap awal rancangan pembelajaran dimulai dari tujuan pembelajaran dengan
pertimbangan bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan jenis asesmen yang sesuai sekaligus perancangan pelaksanaan pembelajaran di
kelas.

Dengan adanya UbD di Indonesia, tentu tidak serta merta dapat dilaksanakan secara
maksimal, terlebih konsep UbD ini sangat berbeda dengan konsep kurikulum yang pernah
berlaku sebelumnya. Hal ini pada akhirnya menimbulkan berbagai problematika terutama pada
penyelenggaraan kurikulum ditingkat mikro seperti Kepala sekolah. Menurut Daryanto (dalam
Syafrizal, 2016: 68) kepala sekolah merupakan personel yang bertanggung jawab dan mmiliki
kewenangan terhadap semua kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya
sehingga kepala sekolah ini merupakan sosok yang memiliki visi dan misi, serta strategi
manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Artinya kepala sekolah
merupakan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang
diimplementasikan sebagai strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk
memimpin sekolah yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar atau terjadinya interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Tugas pokok
kepala sekolah yaitu, sebagai edukator, manajer, inovator, leader, supervisor, motivator dan
administrator.

1. Sebagai Supervisor
Problematika : keterbatasan waktu kepala sekolah untuk melakukan monitoring
terhadap perancangan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan UbD.
Solusi
• Meningkatkan dan menetapkan disiplin kerja guru dan peserta didik
• Bekerja sama dengan tim lain seperti tim pengembangan kurikulum
2. Sebagai Edukator
Problematika : Kepala sekolah kesulitan dalam membimbing dan mendorong guru
untuk meningkatkan dalam pembelajaran karena guru profesionalisme dalam
menerapkan UbD menganggap melakukan sesuatu yang baru itu memberatkan serta
kurangnya sumber informasi terkait UbD. Pinar dan Irawan dalam artikelnya pada
tahun 2005 menyatakan bahwa hanya ada sedikit inforasi tersedia dari desain kurikulum
mundur.
Solusi
• Membuat rencana kerja skolah (RKS) salah satunya dengan menghadirkan
praktisi yang memberikan sosialisasi mengenai penerapan dan UbD
pengembangan kurikulum (Nuruzzaman, 2014)
• Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan keterampilan
3. Sebagai Motivator
Problematika : Kepala sekolah kesulitan merumuskan, menetapkan, dan menerapkan
UbD di sekolah karena kurangnya dukungan dan pemahaman guru terhadap
peengembangan dan implementasinya. UbD dalam pembelajarannya hanya sedikit
guru yang memiliki tekad, keterlibatan dan dukungan untuk membuat perubahan yang
signifikan terkait penerapan kerangka UbD dalam pembelajaran.
Solusi
• Melakukan monitoring, evaluasi, supervise, dan membuat laporan kerja
terhadap penerapan kurikulum di sekolah baik terhadap guru, siswa, maupun
staf di sekolah.
• Mengevaluasi secara menyeluruh dengan mengadakan pertemuan antara guru
dan tim pengembang kurikulum untuk mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi.
4. Sebagai Manajer
Problematika : Terjadinya kesenjangan komunikasi antara kepala sekolah dengan
pendidik sehingga kebijakan kepala sekolah yang sudah ditetapkan termasuk dakam
mengimplementasikan UbD ini sering tidak diterima oleh semua pendidik karena
dianggap melakukan sesuatu yang baru itu memberatkan akibatnya implementasi UbD
ini tidak berjalan dengan maksimal
Solusi
• Melakukan pembinaan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan kurikulum UbD
• Menyusun program kegiatan sekolah
• Bekerja sama dengan wakil kurikulum untuk mengembangkan program
pengembangan kurikulum
5. Sebagai Inovator
Problematika : kurangnya kerjsama tim dalam mengimplementasikan UbD di sekolah
dan sebagai guru bersikap acuh tak acuh dan tetap menggunakan metode konvensional
sehingga membuat lemahnya kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan.
Solusi
• Memperkenalkan dan memberikan inovasi baru terkait penerapan kurikulum di
sekolah
• Mendatangkan narasumber dengan melakukan sosialisasi atau seminar
• Memberikan pelatihan kepada guru atau membentuk kaderisasi dan melakukan
sosialosasi dengan tujuan untuk mengetahui guru yang memiliki kompetensi
yang baik, menjadi teladan bagi yang lain dan membimbing guru lainnya.
6. Sebagai Leader
Problematika : Kurang leluasanya kepala sekolah dalam menerapkan UbD di sekolah
karena banyak guru yang telah senior dibanding dengan kepala sekolah sehingga
kebijakan yang telah disepakati bersama tidak dijalankan dengan maksimal.
Solusi
• Memberikan sanksi bagi pendidik yang tidak melaksanakan tugas dan
kewajiban dengan baik
• Mengganti tipe kepemimpinan kepala sekolah dan berusaha untuk lebih
mendekatkan diri dengan para guru.

Kesimpulan
Sebagai kepala sekolah, perlu memastikan adanya komunikasi yang jelas dan
berkesinambungan antara semua pihak terkait, termasuk guru, staf, dan orang tua peserta didik.
Selain itu, menyediakan sumber daya dan pelatihan yang memadai untuk mendukung
implementasi UbD akan menjadi kunci kesuksesan. Dengan langkah-langkah ini dapat
mengatasi permasalahan kurikulum yang ada dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih
efektif dan relevan bagi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai