Peran Komunitas Kreatif dalam Pengembangan Pariwisata Budaya di Situs Megalitikum Gunung Padang
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 1, April 2013, hlm.65 – 80
Oktaniza Nafila
Abstrak
Gunung Padang adalah salah satu cagar budaya yang berada di Kabupaten Cianjur. Situs ini
masih dalam tahap perencanaan destinasi wisata. Namun jumlah kedatangan pengunjung
meningkat tajam dari tahun 2010. Pengunjung yang mendatangi situs ini mempunyai tujuan
yang berbeda-beda, mulai dari melakukan ritual kepercayaannya sampai pengunjung yang
hanya ingin tahu bentuk situs ini. Salah satu stakeholder yang membawa pengunjung datang
ke Gunung Padang adalah komunitas kreatif. Komunitas kreatif ini mengembangkan produk
wisata yang berbeda sesuai dengan target peserta tur tersebut. Komunitas kreatif ini
mengadakan tur ke situs Gunung Padang namun situs tersebut masih dalam tahap
perencanaan. Belum matangnya perencanaan pariwisata di wilayah ini, kemungkinan
kerusakan pusaka budaya yang menjadi daya tarik pariwisata budaya itu sendiri. Komunitas
kreatif memiliki peran dalam pengembangan pariwisata budaya namun belum teridentifikasi.
Peran ini perlu diidentifikasi karena dapat menjadi potensi dalma pengembangan pariwisata
budaya Situs Gunung Padang itu sendiri.
Abstract
Mount Padang is one of the cultural heritage that is in Cianjur. The site is still in the planning
stages tourist destinations. However, the number of visitor arrivals increased sharply from
2010. Visitors who come to this site have different purposes, ranging from performing a ritual
belief to visitors who just want to know the form of this site. One of the stakeholders that take
visitors come to Mount Padang is a creative community. This creative community to develop
tourism products that differ according to the target audience of the tour. This creative
community toured Mount Padang site but the site is still in the planning stages. Immaturity of
tourism planning in the region, the possibility of damage to cultural heritage tourism is the
main attraction of the culture itself. Creative community has a role in the development of
cultural tourism has not been identified yet. This role needs to be identified because of the
potential of cultural tourism development Dalma Mount Padang site itself.
sebuah tempat yang berbeda dari lingkungan perlu diketahui untuk mempermudah kerjasama
tempat tinggalnya. Dalam pariwisata budaya antar stakeholder dalam pengembangan
pengunjung diajak untuk mengenali budaya dan pariwisata budaya. Agar potensi yang dimiliki
komunitas lokal, pemandangan, nilai dan gaya oleh komunitas kreatif ini bisa dimanfaatkan,
hidup lokal, museum dan tempat bersejarah, maka perlu diketahui sejauh mana peran
seni pertunjukan, tradisi dan kuliner dari komunitas kreatif dalam mengembangkan
populasi lokal atau komunitas asli (sumber pariwisata budaya di Situs Megalitikum
website resmi ICOMOS : http://www.icomos- Gunung Padang. Untuk mengidentifikasi peran
ictc.org). Oleh karena itu pengembangan komunitas kreatif dalam pengembangan
pariwisata budaya tidak lepas dari pengelolaan pariwisata budaya di Situs Megalitikum
aset budaya yang menjadi daya tarik. Hal Gunung Padang, sasaran yang perlu dicapai
tersebut merupakan salah satu hal yang adalah
dipertimbangkan dalam pengembangan 1. Teridentifikasi karakteristik destinasi
destinasi wisata budaya. wisata budaya Situs Megalitukum Gunung
Padang.
Komunitas kreatif ini adalah salah satu 2. Teridentifikasi karakteristik komunitas
stakeholder yang membawa pengunjung masuk kreatif yang mengembangkan produk
ke dalam situs ini. Komunitas kreatif ini wisata ke Situs Megalit Gunung Padang.
mengembangkan produk wisata yang berbeda 3. Teridentifikasi produk wisata yang
sesuai dengan target peserta tur tersebut. direncanakan dan dikembangkan oleh
Komunitas kreatif ini mengadakan tur ke situs komunitas kreatif.
Gunung Padang namun situs tersebut masih 4. Teridentifikasi peran komunitas kreatif
dalam tahap perencanaan. Fasilitas-fasilitas dalam pengembangan pariwisata Situs
yang diberikan dalam situs tersebut masih Megalitikum Gunung Padang
belum memadai untuk memuaskan pengunjung.
Selain itu, dengan belum matangnya Penelitian ini terdiri dari lima bagian utama.
perencanaan pariwisata di wilayah ini, Bagian pertama membahas latar belakang dan
kemungkinan kerusakan pusaka budaya yang tujuan penelitian. Bagian kedua membahas
menjadi daya tarik pariwisata budaya itu tinjauan literature terkait konsep
sendiri. pengembangan pariwisata budaya serta
komunitas kreatif dan pengembangan destinasi
Komunitas kreatif merupakan salah satu potensi wisata. Bagian ketiga membahas metodologi
bagi pemerintah dalam mengembangkan penelitian. Bagian keempat berisi destinasi
destinasi wisata budaya di daerah ini baik dari wisata Gunung Padang, karakteristik komunitas
sisi tangible maupun intangible. Namun di sisi kreatif yagn mengembangkan produk wisata,
lain, komunitas-komunitas ini membawa produk wisata komunitas kreatif Gunung
pengunjung tanpa adanya pengelolaan yang Padang, serta peran komunits kreatif dalam
memadai di cagar budaya tersebut. Sampai saat pengembangan Gunung Padang. Bagian
ini, kebijakan yang ada belum menjelaskan terakhir berisi kesimpulan.
tentang kewajiban dan hak tiap stakeholder
yang ada di dalam pengembangan destinasi
pariwisata budaya di Situs Megalitikum
Gunung Padang, termasuk salah satu di
antaranya komunitas kreatif. Peran tersebut
66
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
67
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
aset budaya dan pusaka budaya yang mulai 2. Penggunaan Aset Pusaka Budaya
berkurang. Selanjutnya, mereka menyatakan ICOMOS (2012) mendefinisikan heritage
bahwa pariwisata bisa dilihat sebagai pisau sebagai konsep luas yang melingkupi
bermata dua bagi komunitas pengelolaan tangible assets, seperti lingkungan alam
pusaka budaya. Di satu sisi, kebutuhan wisata dan lingkungan budaya meliputi
memberikan justifikasi politik dan ekonomi pemandangan, tempat bersejarah, situs dan
yang kuat untuk memperluas kegiatan lingkungan terbangun dan aset intagible,
konservasi. Akan tetapi di sisi lain, peningkatan seperti paktek budaya, pengetahuan dan
kunjungan, pemakaian yang berlebihan, pengalaman hidup. Aset-aset ini
pemakaian yang tidak pantas dan komodifikasi diidentifikasi dan dikonservasi lebih
aset yang sama tanpa menghargai nilai budaya melihat nilai intrinsik dan significance
yang memberikan ancaman bagi integritas aset. untuk komunitas dibandingkan nilai
Pengkomodifikasian tersebut seringkali ekstrinsik seperti atraksi wisata.
bertentangan dengan prinsip-prinsip 3. Konsumsi pengalaman wisata dan produk
pengelolaan pusaka budaya. MacCannel (1992) Wisatawan budaya ingin mengkonsumsi
dan Greenwood (1989) dalam Soeriaatmaja, pengalaman budaya yang bervariasi.
(2005) mempermasalahkan “pengkomoditasan” Untuk memfasilitasi konsumsi ini, pusaka
(commodification) budaya dimana budaya budaya (cultural heritage) harus diubah
menjadi pelayan dari konsumerisme sehingga menjadi produk wisata budaya. Proses
nilai-nilai mendalam, fungsi-fungsi sosial dan pengubahan tersebut tidak baik di mata
authenticity (keaslian) hilang menjadi sesuatu beberapa pihak namun hal tersebut
yang dangkal. Soeriaatmaja menjelaskan bahwa merupakan salah satu cara dalam
istilah authenticity bisa mencerminkan suatu pengembangan yang baik dan pengelolaan
benda, budaya atau lingkungan secara sebenar- yang berkelanjutan bagi produk pariwisata
benarnya. budaya.
4. Wisatawan
McKercher (2002) menjelaskan bahwa Pariwisata budaya mempertimbangkan
pariwisata budaya terdiri dari 4 elemen yaitu wisatawannya, Banyak definisi yang
pariwisata, penggunaan aset pusaka budaya, mengatakan bahwa semua wisatawan
konsumsi produk dan pengalaman serta budaya termotivasi atau memutuskan
wisatawan budaya. Elemen-elemen tersebut untuk berwisata untuk pembelajaran yang
akan dijelaskan sebagai berikut. dalam, penuh pengalaman atau alasan
1. Pariwisata. eksplorasi diri. Tapi tidak jarang
Pariwisata budaya merupakan salah satu wisatawan yang hanya melakukan
bentuk dari pariwisata itu sendiri bukan kunjungan ke suatu pusaka budaya untuk
salah satu cara pengelolaan pusaka budaya. mengetahui saja atau bahkan hanya bagian
Sebagai salah satu bentuk pariwisata, maka dari sebuah perjalanan.
kegiatan pariwisata budaya akan menarik
pengunjung dari luar wilayah setempat Untuk mencapai pariwisata budaya seperti yang
yang melakukan perjalanan untuk mencari disebutkan di atas, diperlukan informasi tentang
kesenangan dalam waktu yang sempit, dan pusaka budaya yang terdiseminasi di tiap
yang hanya tahu sendikit tentang aset yang stakeholder yang berperan dalam pengelolaan
dikunjungi. pusaka budaya dan pengelolaan wisata.
McKercher dan du Cros (2002) menyebutkan
68
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
pariwisata budaya mempunyai pengaruh besar individuality, meritocracy dan diversity and
dalam bagaimana penyajian pusaka budaya openness. Creative Class menyukai kerja keras,
direncanakan. Di negara maju, pengaruh tantangan dan stimulus. Setiap anggotanya
terbesar pariwisata budaya adalah pengelolaan memiliki kecenderungan untuk menentukan
pusaka budaya menjadi lebih dewasa dan sadar tujuan dan prestasi. Creative class juga mencari
akan penggunaan dan pengguna jika lingkungan yang menerima perbedaan.
dibandingkan yang dilakukan dalam
perencanaan konservasi. ICOMOS (sumber Menurut Florida (2002), dalam memilih tempat
website resmi ICOMOS :http://www.icomos- bekerja, orang yang termasuk komunitas kreatif
ictc.org) menyebutkan bahwa pariwisata mengutamakan adanya tantangan dan tanggung
budaya adalah komponen vital dari kepedulian jawab, fleksibilitas terutama dalam waktu dan
masyarakat umum terhadap pusaka budaya. tempat, kehormatan yang didapat dari
kelompok dan keterlibatan tempat dan
2.2 Komunitas Kreatif dalam komunitas/masyarakat. Menginginkan
Pengembangan Destinasi Wisata kebebasan dan kelonggaran dalam mengejar
proyek sampingan dan ketertarikan lain.
Florida (2002) menyebutkan ada tiga poin dasar Komunitas kreatif memiliki waktu kerja yang
dari kreativitas. Pertama, kreativitas sangat paling panjang dibanding dengan komunitas
penting dalam cara hidup dan bekerja sekarang lainnya karena mereka termotivasi dan
dan sampai kapanpun. Kedua, kreativitas menyukai pekerjaan mereka.
manusia sangat beragam dan multidimensi
tidak terbatas dalam inovasi teknologi dan Widiastuti (2010) mengatakan komunitas
model bisnis baru. Ketiga, isu yang ada kreatif bisa membuat ruang terbuka yang tidak
sekarang adalah tekanan terus menerus antara berfungsi menjadi lebih menarik untuk
organisasi dan kreativitas. Florida menyatakan didatangi dan menggunakannya untuk kegiatan
kreativitas melibatkan perbedaan cara berpikir yang mereka suka. Selain itu, di jurnal yang
dan kebiasaan yang harus diusahakan oleh sama Widiastuti juga menyatakan salah satu
individu maupun masyarakat sekitar. Etos permasalahan antara komunitas dan pemerintah
kreatif akan menggambarkan norma dan nilai di dalam proses perencanaan dan implementasi
yang nantinya menumbuhkan kreativitas dan adalah koordinasi yang kurang dan tidak adanya
menguatkan peran yang dimainkan. batasan antara pemangku kepentingan
(pemerintah, developer, komunitas). Keputusan
Menurut Richard dan Wilson (2006), Ada tentang perancangan dan perencanaan sering
banyak alasan mengapa kreativitas menjadi dibuat berdasarkan masukan dari developer dan
popular dalam strategi pembangunan kota. pemerintah, mengeluarkan komunitas dalam
Industri kreatif sering dilihat sebagai baru dan prosesnya. Santoso (2006) dalam Widiastuti
dinamis dan mempunyai daya tarik yang lebih (2006). Keputusan yang dikeluarkan hanya dari
luas dibandingkan dengan industri budaya yang developer dan pemerintah tanpa melibatkan
sudah ketinggalan jaman. atau mempertimbangkan pendapat pengguna
atau komunitas dalam prosesnya hanya akan
Kebangkitan Creative Class menurut Florida membuat konflik dan menyebabkan penurunan
direfleksikan dalam pergantian yang kuat dan kualitas lingkungan di masa depan.
signifikan dalam nilai, norma dan perilaku.
Creative class sendiri memiliki tiga nilai yaitu
69
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
70
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
71
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
72
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
beda dan memiliki peran tersendiri dalam kreatif yang mereka miliki, komunitas ini
mengembangakan wisata budaya di Situs memberikan pengetahuan yang mereka miliki
Gunung Padang. kepada publik melalui dunia maya. Komunitas
ini berdiri dengan tujuan mengenal lebih jauh
Menurut Florida (2002), dasar dari kelompok tentang kota Bandung dengan menjelajahinya
kreatif yang disebut creative class adalah bersama dan mendiskusikan sejarahnya. Dalam
ekonomi. Komunitas kreatif terdiri dari orang- perkembangannya komunitas ini menjadi
orang yang membuat nilai ekonomi dari komunitas belajar. Mereka menamai mereka
kreativitas mereka. Mereka terdiri dari pekerja komunitas apresiasi sejarah dan wisata.
berpengetahuan, analis simbolis dan
profesional serta pekerja teknis namun Gambar 4. Blog sebagai Salah Satu Media
menegaskan peran mereka sebenar-benarnya di Interaksi Komunitas Kreatif
perekonomian.Komunitas-komunitas kreatif
yang merencanakan produk wisata ke Gunung
Padang merupakan komunitas yang sangat
dinamis dan mempunyai karakter unik
tersendiri. Mereka umumnya terdiri dari orang-
orang kreatif dan mempunyai cara unik dalam
bekerja atau berkegiatan.
Komunitas Aleut adalah salah satu komunitas Sumber: Hasil Observasi, 2012
kreatif Bandung yang bergerak dalam bidang
apresiasi budaya dan sejarah. Komunitas ini Berbeda dengan komunitas Aleut!, Komunitas
resmi berdiri pada tanggal 20 Mei 2006 di Geotrek Indonesia merupakan komunitas yang
Bandung. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh berasal dari peserta kegiatan-kegiatan Geotrek
Komunitas Aleut! adalah kegiatan apresiasi yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini pada
kota melalui kegiatan yang menyenangkan. Di awalnya adalah sebuah kegiatan yang
dalamnya penggiat komunitas diajak belajar direncanakan oleh Budi Brahmantyo dan
sejarah dengan cara menyenangkan yaitu jalan- T.Bachtiar sebagai penulis buku Wisata Bumi
jalan. Belajar sejarah di sini adalah salah satu Cekungan Bandung dan penerbit buku tersebut
bentuk apresiasi sejarah. Menurut Reza, yaitu Penerbit Truedee. Ketika itu, kegiatannya
Koordinator Komunitas Aleut!, apresiasi bernama Jajal Geotrek. Jajal Geotrek ini adalah
dilakukan untuk menghargai sesuatu dan kegiatan wisata yang menerapkan rute-rute
mengangkat nilainya agar lebih dihargai dengan yang terdapat di buku Wisata Bumi Cekungan
caranya sendiri. Dengan adanya kegiatan Aleut! Bandung. Rute-rute tersebut lalu direncanakan
ini diharapkan penggiatnya menyadari dan dijalankan oleh Trudee dan Budi
keindahan Kota Bandung yang sebenarnya. Brahmantyo dengan mengundang publik untuk
ikut di dalamnya. Kedua penulis, Budi
Komunitas ini sangat dinamis dan bersifat Brahmantyo dan T. Bachtiar berperan sebagai
kekeluargaan. Di dalamnya, penggiat interpreter di setiap perjalanannya.
mendapatkan banyak pengetahuan yang
berbeda dari pengetahuan yang diterima dari Komunitas ini terdiri dari berbagai kalangan
kegiatan hariannya. Komunitas ini sangat yang ingin belajar banyak dan tertarik dengan
peduli dengan isu-isu kota dan dengan ide wisata edukatif yang ditawarkan oleh
73
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
komunitas ini. Hal ini terlihat dari materi yang konsumen. Oleh karena itu dibuatlah tur-tur
disampaikan ketika melakukan wisata. Mereka untuk Bandung dan sekitarnya, yang sejarahnya
menyiapkan pakar yang menjadi ahli dalam masih berhubungan dengan Bandung. Target
bidangnya dan menyiapkan bundel materi. konsumen tur tersebut adalah wisatawan yang
Interaksi antar anggota komunitas terjadi di datang ke Bandung di akhir pekan. Dengan
dalam facebook cukup intensif terjadi terutama begitu, tur ini sengaja dibuat dan direncanakan
ketika ada publikasi kegiatan yang dilakukan. hanya membutuhkan waktu sehari atau paling
Interaksi inilah membangun komunitas ini dan tidak 12 jam perjalanan dari titik awal kembali
membuat informasi bergerak dinamis dalam ke titik awal.
komunitas ini.
Komunitas Mahanagari merupakan komunitas
Gambar 5. Contoh Bundel Materi Geotrek yang terdiri dari konsumen-konsumen dan
Indonesia penggemar setia Mahanagari. Selain konsumen,
kontributor-kontributor desain juga merupakan
anggota komunitas ini. Dari hasil internet
research yang dilakukan, komunitas ini sangat
aktif dalam mengkampanyekan sejarah dan
budaya Bandung. Mahanagari sering
mengeluarkan foto-foto Bandung pada jaman
kolonial Belanda dan memperlihatkan
bangunan-bangunan bersejarah yang ada di
Bandung kala itu lalu dibandingkan dengan
kondisinya sekarang. Dari situ, komunitas ini
membangun rasa bangga masyarakat yang lebih
luas terhadap Bandung.
Sumber: Hasil Observasi, 2012
4.3 Produk Wisata Komunitas Kreatif di
Mahanagari adalah perusahaan retail yang Situs Gunung Padang
berdiri tahun 2005. Perusahaan ini akhirnya
berkembang juga membentuk tur wisata Menurut Yoeti (2007) Produk wisata
edukatif di sekitar Bandung. Awal berdirinya merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya
perusahaan ini adalah karena berkembangnya memiliki segi ekonomis tapi juga mempunyai
Bandung menjadi kota fashion, dimana banyak segi sosial, psikologis dan alam. Produk wisata
tumbuh FO dan distro. Untuk bertahan di dunia juga merupakan gabungan dari tiga komponen
enterpreneur, maka MahaNahagi harus yaitu (1)atraksi suatu daerah tujuan wisata,
mempunyai karakter tersendiri dan dipiliha satu (2)fasilitas yang tersedia, dan (3) aksesibilitas
karakteristik yaitu Mahanagari yang Bandung ke dan dari daerah tujuan wisata. Dalam
Pisan. Mahanagari memilih untuk membuat t- pembahasan ini, dijelaskan juga tentang
shirt dengan tema Bandung. Mahanagari bagaimana produk wisata tersebut direncanakan
memperluas kegiatannya dengan membuat tur dan dikembangkan oleh komunitas kreatif.
karena adanya kesadaran bahwa untuk lebih
peduli kota tidak bisa hanya dengan membeli Produk wisata yang dikembangkan tiap
kaos. Dengan membeli kaos hanya sedikit komunitas memiliki ciri khas tersendiri dalam
pengetahuan tentang kota yang didapat memberikan pengalaman kepada peserta tur.
74
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
Karakteristik komunitas kreatif mempengaruhi penggiat aktif lainnya. Hal tersebut akan
bentuk produk wisata dari bagaimana cara menambah pengalaman yang diberikan ke
komunitas kreatif tersebut merencanakan penggiat aktif yang ikut perjalanan termasuk
hingga apa saja fasilitas yang diberikan kepada perjalanan ke Gunung Padang. Saling berbagi
peserta tur. Tur yang dilaksanakan informasi dan berdiskusi akan membuat
mengunjungi daya tarik yang sama namun dari penggiat aktif mendapatkan pengetahuan yang
penyampaian interpretasi dan fasilitas yang lebih mendalam. Penulisan cerita perjalanan di
diberikan berbeda satu sama lain. Hal ini dalam facebook adalah salah satu cara berbagi
disebabkan adanya perbedaan target pasar. di dalam Aleut! sendiri.
Tabel 1 menjelaskan perbedaan antara
Komunitas Aleut!, Geotrek Indonesia dan Namun dengan adanya penulisan cerita
Mahanagari. perjalanan tersebut di media sosial dan internet,
maka itu secara tidak langsung membuka
Komunitas Aleut! melaksanakan kegiatannya informasi tentang Gunung Padang ke
dengan prinsip dari komunitas, oleh komunitas masyarakat yang lebih luas, tidak hanya ke
dan untuk komunitas. Dari awal perencanaan dalam komunitas.
hingga setelah melakukan perjalanan semua
dilakukan bersama-sama dengan penggiat-
Tabel 1. Perbandingan Produk Wisata Komunitas Aleut!, Geotrek Indonesia, dan Mahanagari
No Aspek Aleut! Geotrek Mahanagari
Proses Perencanaan
1 Ide Berasal dari ide penggiat Berasal dari Ridwan Hutagalung Berasal dari pencarian pusaka
budaya
2 Bahan Interpretasi Hasil internet research Dari Pakar-pakar yang diundang, Hasil riset
yang telah melakukan riset
3 Publikasi Melalui Jarkom dan Media Melalui Media Sosial (facebook) Melalui brosur, media sosial
Sosial (facebook)
4 Persiapan perjalanan Disiapkan oleh penggiat- Disiapkan oleh Ridwan Disiapkan dan disurvei terlebih
penggiatnya Hutagalung dan Ummy Latifah dulu oleh pekerja-pekerja di
Mahanagari
Pelaksanaan Tur
5 Rute yang Bandung - Stasiun Lampegan Bandung - Stasiun Padalarang- Bandung - Stasiun Lampegan -
dijalankan - Gunung Padang - Bandung Stasiun Cianjur - Stasiun Gunung Padang - Curug
Lampegan - Gunung Padang - Cikondang - Bandung
Bandung
6 Fasilitas Transportasi (2 bus sedang), Transportasi (minibus dan Transportasi (elf), interpreter dan
interpreter sebagian memakai kendaraan guide, makan 1x
pribadi), interpreter, makan 1x
7 Interpreter Ridwan Hutagalung, Juru Pakar : Budi Brahmantyo, Lucky Guide terlatih, Juru pelihara
Pelihara, Penggiat aktif Hendrawan, Lutfi Yondri, Awang
HS dan Juru Pelihara
8 Kegiatan yang Berdiskusi Berdiskusi dengan Pakar Menikmati perjalanan sambil
dilakukan belajar
9 Peserta (Pasar) Penggiat aktif dan tidak aktif Pendaftar Pendaftar
Pasca Pelaksanaan
10 Kegiatan Pasca Penulisan di blog - -
Pelaksanaan
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Geotrek Indonesia mengembangkan perjalanan oleh Komunitas Aleut!. Hal tersebut dapat
yang lebih nyaman dan aman dibandingkan dilihat dari fasilitas-fasilitas yang ditawarkan.
75
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
Pengetahuan yang diberikan juga terdiri dari empat (4) elemen yaitu pariwisata, penggunaan
berbagai pandangan sehingga memperkaya asset pusaka budaya, konsumsi pengalaman dan
pengetahuan bagi peserta. Peserta mendapatkan produk wisata serta wisatawan. Elemen-elemen
pengetahuan dari pakar-pakar yang ikut hadir tersebut dijelaskan sebagai berikut.
dalam tur tersebut. Penyampaian interpretasi
tidak hanya secara lisan melainkan melalui Pariwisata
leaftlet dan buku materi yang telah diberikan di Pariwisata budaya menarik pengunjung
awal perjalananNamun komunitas ini tidak dari luar wilayah ke aset budaya dengan
melupakan sisi menyenangkan dari wisata tujuan utama bersenang-senang dalam
budaya. waktu yang singkat. Oleh karena itu
pariwisata budaya ini harus
Gambar 6. Contoh Leaflet Mahanagari memperhatikan hubungan antar
stakeholder di dalam pengelolaan
pariwisata tersebut sehingga pengunjung
mendapatkan kesenangan yang cukup.
Pariwisata juga harus memberikan manfaat
terhadap pengelolaan pusaka budaya itu
sendiri dengan adanya alokasi pendapatan
untuk pengelolaan tersebut.
76
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
produk wisata yang menyajikan aset hari. Masyarakat lokal dan masyarakat adat
budaya tersebut sedemikian rupa sehingga tentunya mempunyai kebutuhan dan
dapat memuaskan wisatawan yang kepentingan terhadap situs ini. Semisal sampai
berkunjung ke aset budaya. sekarang masyarakat adat masih ada yang
melakukan ritual-ritual khusus di malam hari.
Wisatawan
Jenis wisatawan yang datang berbeda-beda Dalam pengelolaan dan penggunaan aset
dari mulai wisatawan yang melakukan pusaka budaya komunitas kreatif berperan
kunjungan untuk mengejar ilmu hingga dalam memberikan interpretasi yang
wisatawan yang hanya menjadikan aset meningkatkan apresiasi dan pengetahuan
pusaka budaya sebagai tempat singgah dan tentang pusaka budaya, menyajikan pentingnya
dengan keingintahuan yang sangat sedikit. pusaka budaya dengan cara yang mudah
Oleh karena itu, harus difasilitasi dengan dimengerti, mengkonservasi nilai intrinsik.
penyajian informasi yang sesuai dengan memberikan interpretasi yang mendorong
karakteristik wisatawan dan penyediaan kepedulian dan dukungan publik terhadap
fasilitas yang cukup pusaka budaya, dan mengubah pusaka budaya
menjadi produk wisata budaya umtuk
Dari elemen pariwisata, komunitas-komunitas memfasilitasi konsumsi pengalaman. Hal
kreatif telah berperan dalam memberikan tersebut terlihat dalam cara komunitas
manfaat kepada masyarakat setempat melalui menginterpretasikan dan meyajikan informasi
pemberian kesempatan kerja sebagai local bagi wisatawan. Dalam pengembangan
guides atau interpreter dan menyediakan pariwisata budaya nilai intrinsik harus dijaga
alokasi pendapatan untuk penjagaan, dengan baik karena hal tersebut merupakan
konservasi dan penyajian objek wisata. Hal warisan dari generasi sebelumnya dan harus
tersebut memperlihatkan bahwa secara tidak diteruskan ke generasi selanjutnya. Komunitas-
langsung komunitas-komunitas kreatif ini komunitas ini menurunkan nilai intrinsik
memberikan manfaat kepada masyarakat tersebut melalui interpretasi yang diberikan juru
dengan menambah lapangan pekerjaan di dalam pelihara. Komunitas-komunitas ini juga secara
wilayah situs tersebut. Ketiga komunitas ini tidak langsung telah mendorong kepedulian dan
juga menyediakan alokasi pendapatan unrtuk dukungan publik terhadap pusaka budaya
penjagaan, konservasi dan penyajian objek dengan memberikan informasi dan interpretasi
wisata. Tiap tur yang dilakukan selalu di dalam blog, website ataupun facebook.
membayar tiket masuk ke dalam Gunung
Padang. Dalam blog-blog menceritakan Dalam pengembangan wisata, satu hal yang
perjalanannya dengan komunitas-komunitas sangat penting adalah pengalaman wisata.
ini. Di dalam blog Komunitas Aleut!, ada dua Wisatawan budaya ingin mengkonsumsi
tulisan tentang Gunung Padang. Di antaranya pengalaman budaya yang bervariasi. Untuk
adalah menjelaskan tentang perasaannya yang memfasilitasi konsumsi ini, pusaka budaya
menyenangkan dalam perjalanan dan (cultural heritage) harus diubah menjadi
pengetahuannya tentang Gunung Padang itu produk wisata budaya. Proses pengubahan
sendiri. Namun dalam perencanaan tur ini, tersebut merupakan salah satu cara dalam
belum melibatkan masyarakat lokal ataupun pengembangan yang baik dan pengelolaan yang
masyarakat adat yang menggunakan situs ini berkelanjutan bagi produk pariwisata budaya.
sebagai bagian dari kehidupan budaya sehari- Produk wisata adalah sesuatu yang diinginkan
77
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
78
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
79
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 1 April 2010
80