E-ISSN: 2685-9075
September 2019
ABSTRAK
Kota Bandung dikenal sebagai kota pusaka karena mewarisi berbagai bangunan pusaka.
Salah satu bentuk pelestarian pada pusaka adalah pemanfaatan lewat pariwisata. Pelaku
yang melakukan pemanfaatan pada pusaka adalah pelaku wisata budaya berbasis
komunitas, seperti Historical Trips. Saat ini wisata pusaka makin diminati oleh wisatawan
tetapi pengetahuan wisatawan terhadap bangunan cagar budaya setelah mengikuti wisata
pusaka yang diadakan oleh pelaku wisata budaya berbasis komunitas belum diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengguna jasa Historical
Trips, mengetahui tipologi wisatawan yang mengikuti wisata Explore Logeweg dan
menganalisis pengetahuan wisatawan terhadap bangunan cagar budaya di kawasan pusat
kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan
menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik pengguna jasa Historical Trips yang paling banyak mengikuti wisata
Explore Logeweg adalah berjenis kelamin perempuan, berusia 31-50 tahun, berprofesi
sebagai pegawai swasta dengan pendidikan S1, belum menikah dan berdomisili di kota
Bandung. Tipologi wisatawan yang mengikuti wisata Explore Logeweg adalah the
purposeful cultural tourist, the sightseeing cultural tourist, the serendipitous cultural
tourist, dan the casual cultural tourist. Wisatawan yang mengikuti wisata Explore
Logeweg memiliki pengetahuan yang cukup dan baik terhadap bangunan cagar budaya di
kawasan pusat kota Bandung. Tingkat pengetahuan para wisatawan berada di tingkat tahu
dan memahami. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada Historical Trips adalah terus
mengadakan wisata edukasi dan melakukan interpretasi yang akurat untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kepedulian wisatawan akan pentingnya bangunan cagar
budaya.
© 2019 Asdep Industri dan Regulasi Pariwisata
43
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
ABSTRACT
The city of Bandung is known as a heritage city because it inherits various heritage
buildings. A form in heritage conservation is through tourism. One of the stakeholders
who use heritage buildings for tourism is community, such as Historical Trips.
Nowadays, heritage tourism is increasingly in demand but the tourists' knowledge of
cultural heritage buildings after attending heritage tours held by community is unknown.
The purposes of this study are to determine the characteristics of Historical Trips’ users,
find out the typology of tourists who took Explore Logeweg Tour and analyze tourist
knowledge of cultural heritage buildings in the central area of Bandung. The method
used in this research is quantitative method and using questionnaires to collect data. The
result showed that the characteristics of Historical Trips’ users who joined Explore
Logeweg are female, aged 31-50 years, work as private employees with bachelor’s
degree, unmarried and from Bandung city. The typologies of tourists who part in the
Explore Logeweg Tour are the purposeful cultural tourist, the sightseeing cultural
tourist, the serendipitous cultural tourist, and the casual cultural tourist. Tourists who
attended Explore Logeweg Tour have enough and good knowledge of cultural heritage
buildings in the central area of Bandung. The level of their knowledge is at the level of
knowing and understanding (comprehension). The recommendations that can be given to
Historical Trips are to continue holding educational tours and make accurate
interpretations to increase tourists' knowledge, awareness and concern for the
importance of cultural heritage buildings.
44
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
pusaka. Meski mewarisi banyak bangunan tourist menurut McKercher dan Du Cros
pusaka, kota Bandung belum termasuk (2012:39) adalah those who visit a cultural
dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia. or heritage attraction, a museum, or
Berdasarkan Peraturan Daerah attend a performance sometime during
Kota Bandung no. 19 Tahun 2009 tentang their trip. Menurut McKercher dan Du
Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cros (2012:144), tipologi wisatawan
Cagar Budaya, kota Bandung memiliki budaya (cultural tourist) terbagi menjadi
enam kawasan cagar budaya yang lima yaitu:
merupakan kawasan pelestarian bangunan 1. The purposeful cultural tourist-
fisik. Kawasan cagar budaya tersebut cultural tourism is the primary motive
adalah Kawasan Pusat Kota Bersejarah, for visiting a destination, and the
Kawasan Pecinan/Perdagangan, Kawasan individual has a deep cultural
Pertahanan dan Keamanan/Militer, experience.
Kawasan Etnik Sunda, Kawasan 2. The sightseeing cultural tourist-
Perumahan Villa dan non-Villa serta cultural tourism is a primary or major
Kawasan Industri. reason for visiting a destination, but
Setiap bangunan cagar budaya di the experience is more shallow.
enam kawasan tersebut memiliki nilai 3. The serendipitous cultural tourist-a
budaya yang tinggi dan mempunyai tourist who does not travel for cultural
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu tourism reasons, but who, after
pengetahuan sehingga perlu dilestarikan. participating, ends up having a deep
Dalam konteks sumber daya kultural atau cultural tourism experience.
warisan cagar budaya, istilah pelestarian 4. The casual cultural tourist-cultural
menurut Nurmala (dalam Antariksa, tourism is a weak motive for visiting a
2016:82) adalah upaya untuk melindungi destination, and the resultant
dan memelihara bangunan atau lingkungan experience is shallow.
bersejarah sesuai dengan keadaannya dan 5. The incidental cultural tourist-this
mengoptimalkan bangunan tersebut tourist does not travel for cultural
dengan memanfaatkannya sesuai dengan tourism reasons but nonetheless
fungsi lama, yang dapat meningkatkan participates in some activities and has
kualitas bangunan tersebut maupun shallow experiences.
lingkungan sekitarnya yang bertujuan Pelaku yang melakukan
untuk memahami masa lalu dan pemanfaatan bangunan cagar budaya
memperkaya masa kini. dengan wisata pusaka adalah pelaku
Salah satu bentuk pelestarian wisata budaya berbasis komunitas dan
bangunan cagar budaya adalah pelaku wisata budaya berbasis industri.
pemanfaatan lewat wisata pusaka atau Historical Trips adalah salah satu
heritage tourism. Heritage tourism pelaku wisata budaya berbasis komunitas
menurut Texas Historical Commission yang berkegiatan sebulan sekali. Historical
dalam www.achp.gov adalah travel Trips didirikan oleh Hasan Sobirin
directed toward experiencing the heritage bersama dengan ketiga temannya pada
of a city, region, state or country. tahun 2016 dan mulai berkegiatan pada
Wisatawan yang mengunjungi tanggal 27 April 2017.
bangunan cagar budaya disebut cultural Sekretariat dari Historical Trips
tourist. Definisi operasional dari cultural adalah di Kompleks Cimindi Raya Blok D
45
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
Wisata ini menggunakan moda berjalan digunakan dalam penelitian ini adalah
kaki menyusuri dan mengunjungi usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
bangunan cagar budaya di kawasan pusat perkawinan, wilayah, dan pendidikan.
kota Bandung. Instrumen dalam menjawab
Bangunan cagar budaya yang akan tipologi wisatawan budaya adalah
dibahas dalam penelitian ini adalah kuesioner yang item pertanyaannya
bangunan cagar budaya golongan A yang dikembangkan dari tipologi wisatawan
berada di Jalan Braga pendek ke Jalan menurut McKercher dan Du Cros
Wastukencana (Logeweg). Menurut (2012:144). Tipologi wisatawan budaya
Peraturan Daerah Kota Bandung no 19 adalah the purposeful cultural tourist, the
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan sightseeing cultural tourist, the
dan Bangunan Cagar Budaya Pasal 19 serendipitous cultural tourist, the casual
Ayat 4, bangunan cagar budaya golongan cultural tourist dan the incidental cultural
A (Utama) adalah bangunan cagar budaya tourist.
yang memenuhi 4 (empat) kriteria dari 5 Instrumen untuk menjawab
(lima) kriteria yang ada. Kriteria yang pengetahuan wisatawan tentang sejarah
dimaksud adalah nilai sejarah, nilai bangunan cagar budaya adalah kuesioner
arsitektur; nilai ilmu pengetahuan, nilai yang item pertanyaannya dikembangkan
sosial budaya, dan umur. dari domain kognitif menurut Bloom
Bangunan-bangunan yang (dalam Sunaryo, 2004:23) dimana kognitif
dikunjungi dalam wisata Explore Logeweg diukur dari pengetahuan. Selain itu peneliti
adalah: BMC (Bandoengsche Melk juga akan menggunakan kuesioner untuk
Centrale), Bank Indonesia, Ex Insulide mengukur sejauh mana atau setinggi mana
(Ex. Kantor Residen Priangan), Gereja pengetahuan seseorang terhadap bangunan
Bethel, Kantor Pemkot Bandung, SMK cagar budaya.
Negeri 1, Centre Point, dan Landmark. Skala yang digunakan untuk
Teknik pengambilan sampel yang mengukur pengetahuan adalah dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman. Jawaban yang akan didapat
teknik sampling jenuh dimana semua dari penggunaan skala ini adalah jawaban
anggota populasi digunakan sebagai yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-
sampel. Metode pengumpulan data yang salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-
digunakan adalah metode survei. Metode negatif” dan lain-lain (Sugiyono,
survei adalah metode pengumpulan data 2014:140). Peneliti akan menggunakan
atau informasi dengan partisipasi aktif dari skala Guttman dalam bentuk pilihan ganda
konsumen (Sangadji dan Sopiah, dengan dua interval (benar-salah).
2013:300). Teknik pengumpulan data Skala Guttman dipilih peneliti
dalam metode survei yang digunakan karena sangat sesuai dengan penelitian ini
dalam penelitian ini adalah kuesioner dan menurut Mahmud (2017:242)
(angket). jawabannya mudah dinilai dan dapat
Instrumen dalam menjawab dinilai oleh siapapun asalkan kunci
karakteristik pengguna jasa Historical skoringnya tersedia. Setiap jawaban item
Trips adalah kuesioner yang item pertanyaan pengetahuan tentang sejarah
pertanyaannya dikembangkan dari konsep bangunan cagar budaya memiliki peluang
demografi menurut Sangadji dan Sopiah skor 0 untuk jawaban yang salah dan skor
(2013:89). Variabel demografis yang 1 untuk jawaban yang benar sehingga
47
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
48
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
wisatawan tentang sejarah bangunan cagar cultural tourist karena motivasi mereka
budaya bervariasi namun kategori yang berwisata adalah untuk jalan-jalan namun
paling banyak muncul adalah baik. memiliki pengetahuan tentang sejarah
Dengan demikian dapat disimpulkan bangunan cagar budaya yang baik. Dua
pengetahuan wisatawan terhadap sejarah orang (8%) dikelompokkan sebagai the
bangunan cagar budaya di kawasan pusat casual cultural tourist karena memiliki
kota Bandung adalah baik. motivasi untuk jalan-jalan dan memiliki
Peneliti juga dapat melihat bahwa pengetahuan yang cukup tentang sejarah
terdapat 16 orang responden (64%) yang bangunan cagar budaya.
merupakan the purposeful cultural tourist, Berdasarkan pemaparan di atas
5 orang (20%) merupakan the sightseeing maka didapatkan hasil bahwa motivasi
cultural tourist, 2 orang (8%) merupakan budaya menjadi motif utama para peserta
the serendipitous cultural tourist dan 2 untuk mengikuti wisata Explore Logeweg.
orang (8%) merupakan the casual cultural Rata-rata peserta memiliki ketertarikan
tourist. Pengelompokan ini dilihat dari pada sejarah dan ingin menambah
motivasi para wisatawan dan dari kategori pengetahuan mereka tentang sejarah kota
pengetahuan tentang sejarah bangunan Bandung dan bangunan cagar budaya kota
cagar budaya di kawasan pusat kota Bandung khususnya di kawasan pusat kota
Bandung. Kedua pertanyaan ini berguna Bandung. Hal ini sesuai dengan
untuk mengetahui tipologi wisatawan. pernyataan McKercher dan Du Cros
Enam belas responden (64%) (2012:144) dimana cultural tourist
disebut sebagai the purposeful cultural termotivasi melakukan perjalanan untuk
tourist karena motivasi mereka mengikuti alasan pembelajaran secara mendalam,
wisata ini adalah untuk mendapatkan pengalaman, atau eksplorasi diri.
pengetahuan tentang sejarah sesuai dengan Pendidikan para wisatawan yang
pengertian cultural tourism menurut mayoritas sarjana juga memegang peranan
ATLAS (dalam Richards, 1996:24) yaitu bagi motivasi mereka untuk mengikuti
gathering new information and wisata Explore Logeweg. Hal ini didukung
experiences to satisfy their cultural needs oleh pendapat Patria (2015:181) dimana
dan mereka memiliki pengetahuan tentang semakin tinggi tingkat pendidikan atau
sejarah bangunan cagar budaya yang baik. wawasan seseorang serta tingkat
Lima orang (20%) disebut sebagai ekonominya, semakin tinggi kebutuhan
the sightseeing cultural tourist karena akan wisata yang bersifat edukatif.
memiliki motivasi cultural tourism dan
memiliki pengetahuan tentang sejarah Berikut adalah tabel tipologi
bangunan cagar budaya yang cukup. Dua wisatawan yang mengikuti Explore
orang (8%) merupakan the serendipitous Logeweg.
51
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
55
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019
56