Anda di halaman 1dari 14

P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56

E-ISSN: 2685-9075
September 2019

MERETAS JALAN PENINGKATAN PENGETAHUAN


WISATAWAN TERHADAP BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI
KOTA BANDUNG
Initiating The Pathway To Increase The Tourists’ Knowledge
Towards Cultural Heritage Building In Bandung
Marciella Elyanta

Politeknik Pariwisata Medan


Jalan Rumah Sakit Haji no. 12 Medan 20371
Email: marciella.e@gmail.com

Diterima: 16 Mei 2019 Disetujui: 25 September 2019. Dipublikasikan: 30 September 2019

ABSTRAK

Kota Bandung dikenal sebagai kota pusaka karena mewarisi berbagai bangunan pusaka.
Salah satu bentuk pelestarian pada pusaka adalah pemanfaatan lewat pariwisata. Pelaku
yang melakukan pemanfaatan pada pusaka adalah pelaku wisata budaya berbasis
komunitas, seperti Historical Trips. Saat ini wisata pusaka makin diminati oleh wisatawan
tetapi pengetahuan wisatawan terhadap bangunan cagar budaya setelah mengikuti wisata
pusaka yang diadakan oleh pelaku wisata budaya berbasis komunitas belum diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengguna jasa Historical
Trips, mengetahui tipologi wisatawan yang mengikuti wisata Explore Logeweg dan
menganalisis pengetahuan wisatawan terhadap bangunan cagar budaya di kawasan pusat
kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan
menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik pengguna jasa Historical Trips yang paling banyak mengikuti wisata
Explore Logeweg adalah berjenis kelamin perempuan, berusia 31-50 tahun, berprofesi
sebagai pegawai swasta dengan pendidikan S1, belum menikah dan berdomisili di kota
Bandung. Tipologi wisatawan yang mengikuti wisata Explore Logeweg adalah the
purposeful cultural tourist, the sightseeing cultural tourist, the serendipitous cultural
tourist, dan the casual cultural tourist. Wisatawan yang mengikuti wisata Explore
Logeweg memiliki pengetahuan yang cukup dan baik terhadap bangunan cagar budaya di
kawasan pusat kota Bandung. Tingkat pengetahuan para wisatawan berada di tingkat tahu
dan memahami. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada Historical Trips adalah terus
mengadakan wisata edukasi dan melakukan interpretasi yang akurat untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kepedulian wisatawan akan pentingnya bangunan cagar
budaya.
© 2019 Asdep Industri dan Regulasi Pariwisata

Kata kunci: karakteristik, pengetahuan, tipologi wisatawan

43
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

ABSTRACT

The city of Bandung is known as a heritage city because it inherits various heritage
buildings. A form in heritage conservation is through tourism. One of the stakeholders
who use heritage buildings for tourism is community, such as Historical Trips.
Nowadays, heritage tourism is increasingly in demand but the tourists' knowledge of
cultural heritage buildings after attending heritage tours held by community is unknown.
The purposes of this study are to determine the characteristics of Historical Trips’ users,
find out the typology of tourists who took Explore Logeweg Tour and analyze tourist
knowledge of cultural heritage buildings in the central area of Bandung. The method
used in this research is quantitative method and using questionnaires to collect data. The
result showed that the characteristics of Historical Trips’ users who joined Explore
Logeweg are female, aged 31-50 years, work as private employees with bachelor’s
degree, unmarried and from Bandung city. The typologies of tourists who part in the
Explore Logeweg Tour are the purposeful cultural tourist, the sightseeing cultural
tourist, the serendipitous cultural tourist, and the casual cultural tourist. Tourists who
attended Explore Logeweg Tour have enough and good knowledge of cultural heritage
buildings in the central area of Bandung. The level of their knowledge is at the level of
knowing and understanding (comprehension). The recommendations that can be given to
Historical Trips are to continue holding educational tours and make accurate
interpretations to increase tourists' knowledge, awareness and concern for the
importance of cultural heritage buildings.

© 2019 Asdep Industri dan Regulasi Pariwisata

Keywords: characteristic, knowledge, typology of tourist

PENDAHULUAN movement of persons to cultural


attractions away from their normal place
Budaya memiliki peranan penting of residence, with the intention to gather
dalam kegiatan pariwisata. Budaya new information and experiences to satisfy
menjadi salah satu faktor penarik their cultural needs.
seseorang melakukan perjalanan wisata Heritage adalah salah satu daya
menurut Jackson (dalam Pitana dan tarik dalam pariwisata budaya. Menurut
Gayatri, 2005:68). Oleh karena budaya UNESCO (dalam Cahyadi dan
disebut sebagai faktor penarik, maka Gunawijaya, 2009:2), heritage (pusaka)
dikenal jenis pariwisata yang dipahami sebagai segala sesuatu (baik
menampilkan budaya sebagai objeknya yang bersifat materi maupun nonmateri)
yaitu pariwisata budaya. yang diwariskan dari satu generasi ke
Jika dilihat dari tujuannya, generasi berikutnya yang ingin kita jaga
pariwisata budaya memiliki tujuan agar keberadaan dan keberlangsungannya.
wisatawan dapat belajar dan mendapatkan Kota Bandung selain dikenal
sebuah pengalaman. Hal ini dinyatakan sebagai kota mode juga dikenal sebagai
oleh ATLAS (dalam Richards, 1996:24) kota pusaka. Julukan ini diberikan karena
dimana pariwisata budaya adalah the Bandung mewarisi berbagai bangunan

44
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

pusaka. Meski mewarisi banyak bangunan tourist menurut McKercher dan Du Cros
pusaka, kota Bandung belum termasuk (2012:39) adalah those who visit a cultural
dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia. or heritage attraction, a museum, or
Berdasarkan Peraturan Daerah attend a performance sometime during
Kota Bandung no. 19 Tahun 2009 tentang their trip. Menurut McKercher dan Du
Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cros (2012:144), tipologi wisatawan
Cagar Budaya, kota Bandung memiliki budaya (cultural tourist) terbagi menjadi
enam kawasan cagar budaya yang lima yaitu:
merupakan kawasan pelestarian bangunan 1. The purposeful cultural tourist-
fisik. Kawasan cagar budaya tersebut cultural tourism is the primary motive
adalah Kawasan Pusat Kota Bersejarah, for visiting a destination, and the
Kawasan Pecinan/Perdagangan, Kawasan individual has a deep cultural
Pertahanan dan Keamanan/Militer, experience.
Kawasan Etnik Sunda, Kawasan 2. The sightseeing cultural tourist-
Perumahan Villa dan non-Villa serta cultural tourism is a primary or major
Kawasan Industri. reason for visiting a destination, but
Setiap bangunan cagar budaya di the experience is more shallow.
enam kawasan tersebut memiliki nilai 3. The serendipitous cultural tourist-a
budaya yang tinggi dan mempunyai tourist who does not travel for cultural
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu tourism reasons, but who, after
pengetahuan sehingga perlu dilestarikan. participating, ends up having a deep
Dalam konteks sumber daya kultural atau cultural tourism experience.
warisan cagar budaya, istilah pelestarian 4. The casual cultural tourist-cultural
menurut Nurmala (dalam Antariksa, tourism is a weak motive for visiting a
2016:82) adalah upaya untuk melindungi destination, and the resultant
dan memelihara bangunan atau lingkungan experience is shallow.
bersejarah sesuai dengan keadaannya dan 5. The incidental cultural tourist-this
mengoptimalkan bangunan tersebut tourist does not travel for cultural
dengan memanfaatkannya sesuai dengan tourism reasons but nonetheless
fungsi lama, yang dapat meningkatkan participates in some activities and has
kualitas bangunan tersebut maupun shallow experiences.
lingkungan sekitarnya yang bertujuan Pelaku yang melakukan
untuk memahami masa lalu dan pemanfaatan bangunan cagar budaya
memperkaya masa kini. dengan wisata pusaka adalah pelaku
Salah satu bentuk pelestarian wisata budaya berbasis komunitas dan
bangunan cagar budaya adalah pelaku wisata budaya berbasis industri.
pemanfaatan lewat wisata pusaka atau Historical Trips adalah salah satu
heritage tourism. Heritage tourism pelaku wisata budaya berbasis komunitas
menurut Texas Historical Commission yang berkegiatan sebulan sekali. Historical
dalam www.achp.gov adalah travel Trips didirikan oleh Hasan Sobirin
directed toward experiencing the heritage bersama dengan ketiga temannya pada
of a city, region, state or country. tahun 2016 dan mulai berkegiatan pada
Wisatawan yang mengunjungi tanggal 27 April 2017.
bangunan cagar budaya disebut cultural Sekretariat dari Historical Trips
tourist. Definisi operasional dari cultural adalah di Kompleks Cimindi Raya Blok D
45
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

no. 8 Cimahi. Meski berdomisili di (dalam Reisinger, 2009:274). Notoatmodjo


Cimahi, wisata budaya yang dilakukan (2003:121) menyatakan bahwa
oleh Historical Trips sudah menjangkau pengetahuan adalah merupakan hasil dari
wilayah kota Bandung, Kabupaten tahu, dan ini terjadi setelah orang
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan melakukan penginderaan terhadap suatu
Kabupaten Subang. objek tertentu. Penginderaan tersebut
Historical Trips memiliki visi terjadi melalui panca indra manusia yakni
untuk menumbuhkan kesadaran penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
masyarakat tentang kekayaan budaya baik dan raba. Sebagian besar pengetahuan
itu berupa tangible heritage maupun manusia itu diperoleh melalui indra mata
intangible heritage, sehingga masyarakat dan telinga.
bisa melindungi, mengembangkan, Fenomena wisata pusaka di kota
memanfaatkan kekayaan tersebut. Misi Bandung baru dikenal di awal tahun 2000-
Historical Trips adalah mengenalkan an dan saat ini semakin diminati banyak
sejarah kepada masyarakat sebagai salah orang, baik oleh wisatawan domestik
satu bagian dari pendidikan ilmu sosial maupun internasional. Hal ini sesuai
melalui kegiatan yang bersifat edukatif dengan pendapat Patria (2015:170) dimana
dan rekreatif. pariwisata pusaka (heritage tourism)
Sejak tahun 2017, Historical Trips merupakan jenis yang semakin populer
sudah rutin membuat produk wisata dan semakin banyak diminati. Namun
budaya berbayar. Produk yang dijual pengetahuan wisatawan terhadap
adalah paket wisata pusaka dan sejarah bangunan cagar budaya setelah mengikuti
dengan moda berjalan kaki ataupun wisata pusaka yang diadakan oleh pelaku
dengan transportasi. Dengan mengikuti wisata budaya berbasis komunitas belum
wisata sejarah atau pusaka, para wisatawan diketahui.
atau masyarakat akan mendapatkan Penelitian ini bertujuan untuk
pengetahuan tentang sejarah dan pusaka. mengetahui karakteristik pengguna jasa
Pengetahuan merupakan salah satu Historical Trips, mengetahui tipologi
domain perilaku, selain sikap dan wisatawan yang mengikuti wisata Explore
tindakan. Ketiga domain ini diberikan Logeweg dan menganalisis pengetahuan
kepada manusia sebagai makhluk ciptaan wisatawan terhadap bangunan cagar
Tuhan. Kita mengenalnya dengan istilah budaya di kawasan pusat kota Bandung.
cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa Pengetahuan yang akan dibahas dalam
(psychomotor) yang merupakan perilaku penelitian ini adalah pengetahuan
setiap individu. wisatawan setelah mengikuti wisata
Berdasarkan ilmu psikologi, pusaka dengan judul Explore Logeweg
perilaku adalah keseluruhan (totalitas) yang diadakan oleh Historical Trips.
pemahaman dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil rangsangan (stimulus) METODE
baik dari dalam diri individu (internal) dan
dari luar diri individu (eksternal). Metode penelitian yang digunakan
Pengertian ini dinyatakan oleh Kholid dalam penelitian ini adalah metode
(2012:17). kuantitatif. Populasi dan sampel dalam
Pengetahuan adalah salah satu penelitian ini adalah 25 orang wisatawan
kebutuhan manusia menurut Maslow yang mengikuti wisata Explore Logeweg.
46
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

Wisata ini menggunakan moda berjalan digunakan dalam penelitian ini adalah
kaki menyusuri dan mengunjungi usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
bangunan cagar budaya di kawasan pusat perkawinan, wilayah, dan pendidikan.
kota Bandung. Instrumen dalam menjawab
Bangunan cagar budaya yang akan tipologi wisatawan budaya adalah
dibahas dalam penelitian ini adalah kuesioner yang item pertanyaannya
bangunan cagar budaya golongan A yang dikembangkan dari tipologi wisatawan
berada di Jalan Braga pendek ke Jalan menurut McKercher dan Du Cros
Wastukencana (Logeweg). Menurut (2012:144). Tipologi wisatawan budaya
Peraturan Daerah Kota Bandung no 19 adalah the purposeful cultural tourist, the
Tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan sightseeing cultural tourist, the
dan Bangunan Cagar Budaya Pasal 19 serendipitous cultural tourist, the casual
Ayat 4, bangunan cagar budaya golongan cultural tourist dan the incidental cultural
A (Utama) adalah bangunan cagar budaya tourist.
yang memenuhi 4 (empat) kriteria dari 5 Instrumen untuk menjawab
(lima) kriteria yang ada. Kriteria yang pengetahuan wisatawan tentang sejarah
dimaksud adalah nilai sejarah, nilai bangunan cagar budaya adalah kuesioner
arsitektur; nilai ilmu pengetahuan, nilai yang item pertanyaannya dikembangkan
sosial budaya, dan umur. dari domain kognitif menurut Bloom
Bangunan-bangunan yang (dalam Sunaryo, 2004:23) dimana kognitif
dikunjungi dalam wisata Explore Logeweg diukur dari pengetahuan. Selain itu peneliti
adalah: BMC (Bandoengsche Melk juga akan menggunakan kuesioner untuk
Centrale), Bank Indonesia, Ex Insulide mengukur sejauh mana atau setinggi mana
(Ex. Kantor Residen Priangan), Gereja pengetahuan seseorang terhadap bangunan
Bethel, Kantor Pemkot Bandung, SMK cagar budaya.
Negeri 1, Centre Point, dan Landmark. Skala yang digunakan untuk
Teknik pengambilan sampel yang mengukur pengetahuan adalah dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman. Jawaban yang akan didapat
teknik sampling jenuh dimana semua dari penggunaan skala ini adalah jawaban
anggota populasi digunakan sebagai yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-
sampel. Metode pengumpulan data yang salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-
digunakan adalah metode survei. Metode negatif” dan lain-lain (Sugiyono,
survei adalah metode pengumpulan data 2014:140). Peneliti akan menggunakan
atau informasi dengan partisipasi aktif dari skala Guttman dalam bentuk pilihan ganda
konsumen (Sangadji dan Sopiah, dengan dua interval (benar-salah).
2013:300). Teknik pengumpulan data Skala Guttman dipilih peneliti
dalam metode survei yang digunakan karena sangat sesuai dengan penelitian ini
dalam penelitian ini adalah kuesioner dan menurut Mahmud (2017:242)
(angket). jawabannya mudah dinilai dan dapat
Instrumen dalam menjawab dinilai oleh siapapun asalkan kunci
karakteristik pengguna jasa Historical skoringnya tersedia. Setiap jawaban item
Trips adalah kuesioner yang item pertanyaan pengetahuan tentang sejarah
pertanyaannya dikembangkan dari konsep bangunan cagar budaya memiliki peluang
demografi menurut Sangadji dan Sopiah skor 0 untuk jawaban yang salah dan skor
(2013:89). Variabel demografis yang 1 untuk jawaban yang benar sehingga
47
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

setiap responden memiliki kemungkinan persentil, perhitungan penyebaran data


untuk mendapatkan skor minimal 0 dan melalui perhitungan rata-rata dan standar
skor maksimal 10. Setelah dinilai, peneliti deviasi, perhitungan prosentase (Sugiyono,
melakukan perhitungan skor dan mencari 2014:200).
persentase jawaban yang benar.
Rumus pengukuran pengetahuan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang digunakan oleh peneliti adalah :
P = f/N x 100% 1. Karakteristik Pengguna Jasa
dimana: Historical Trips
P : adalah persentase Penelitian ini dilakukan terhadap
f : frekuensi item soal benar 25 orang wisatawan yang mengikuti
N : jumlah soal wisata Explore Logeweg yang diadakan
Menurut Arikunto (dalam Wawan oleh Historical Trips pada tanggal 19
dan Dewi, 2011:18), pengetahuan Agustus 2017.
seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase < 56%
Metode yang digunakan untuk
menganalisis data kuantitatif adalah
dengan statistik deskriptif. Statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis Gambar 1. Peserta Historical Trips
Sumber : Dokumen Peneliti, 2017
data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
Beberapa bangunan cagar budaya
terkumpul apa adanya tanpa bermaksud
di kawasan pusat kota Bandung yang
membuat kesimpulan yang berlaku untuk
dikunjungi dalam Explore Logeweg adalah
umum atau generalisasi. Termasuk dalam
sebagai berikut:
statistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik,
diagram lingkaran, pictogram, perhitungan
modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil,

48
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

Tabel 1. Daftar Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Pusat Kota Bandung


No. Nama Bangunan Alamat
1 BMC (Bandoengsche Melk Centrale) Jl. Aceh No.30
2 Bank Indonesia Jl. Braga No. 108
3 Ex Insulide (Ex. Kantor Residen Priangan) Jl. Braga No. 135
4 Gereja Bethel Jl. Wastukancana No.1
5 Kantor Pemkot Bandung Jl. Wastukancana No.2
6 SMK Negeri 1 Jl. Wastukancana No.3
7 Centre Point Jl. Braga No. 117
8 Landmark Jl. Braga No. 31
Sumber: Peraturan Daerah Kota Bandung no 19 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan
Bangunan Cagar Budaya

Variabel demografis yang Media sosial merupakan stimulus


menggambarkan karakteristik pengguna bagi wisatawan dalam membeli produk
jasa Historical Trips adalah jenis kelamin, Historical Trips. Stimulus tersebut berupa
usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, status promosi. Saat ini media sosial menjadi
perkawinan dan domisili atau wilayah media promosi periklanan yang sangat
tempat tinggal. Karakteristik ini efektif untuk memasarkan produk berupa
merupakan salah satu dimensi dalam paket wisata. Historical Trips pun
model perilaku konsumen. menggunakan media ini untuk mengurangi
Konsumen perempuan dengan usia biaya pemasaran karena beriklan melalui
31 – 50 tahun, berprofesi sebagai pegawai media sosial tidak menghabiskan banyak
swasta dengan pendidikan S1, belum biaya. Media promosi yang gratis ini
menikah dan berdomisili di kota Bandung ternyata dapat mempengaruhi perilaku
merupakan pengguna jasa terbanyak yang konsumen untuk melakukan sebuah
membeli paket wisata Explore Logeweg respons yaitu membeli produk paket
yang dijual oleh Historical Trips. wisata budaya yang dijual oleh Historical
Selain variabel demografis, Trips.
peneliti menanyakan kepada wisatawan Dari pemaparan di atas maka
tentang sumber dalam mengetahui dapat disimpulkan bahwa stimulus
informasi wisata Explore Logeweg. Dari pemasaran yang dirancang oleh Historical
penyebaran kuesioner, didapatkan hasil Trips dan karakteristik wisatawan sebagai
bahwa 17 responden (68%) mengetahui pengguna jasa Historical Trips dapat
wisata ini dari media sosial (facebook, mempengaruhi dan memotivasi perilaku
whatsapp, dan instagram), 4 responden konsumen untuk melakukan pembelian
(16%) mengetahui wisata ini dari paket wisata Explore Logeweg.
komunitasnya, 2 responden (8%) Berikut ini adalah tabel
mengetahuinya dari media cetak yaitu karakteristik pengguna jasa Historical
koran Pikiran Rakyat, 1 responden (4%) Trips dan sumber dalam mengetahui
mengetahui kegiatan ini dari teman dan 1 informasi wisata Explore Logeweg.
responden (4%) mengetahui wisata
Explore Logeweg dari saudaranya.
49
Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56

Tabel 2. Karakteristik Pengguna Jasa Historical Trips


Karakteristik Variabel Demografis Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 10 40
Jenis Kelamin
Perempuan 15 60
11-20 tahun 1 4
21-30 tahun 6 24
Usia 31-40 tahun 7 28
41-50 tahun 7 28
51-60 tahun 4 16
Mahasiswa 3 12
Pegawai Swasta 13 52
Pekerjaan
Pegawai Negeri 1 4
Lainnya 8 32
SMP 1 4
SMA/SMK 3 12
Pendidikan Terakhir Diploma 6 24
S1 12 48
S2 3 12
Belum Kawin 13 52
Status Perkawinan
Kawin 12 48
Kota Bandung 19 76
Cimahi 3 12
Domisili
Kabupaten Bandung 1 4
Lainnya 2 8
Sumber : Pengolahan Data, 2019

Tabel 3. Sumber dalam Mengetahui Informasi Wisata Explore Logeweg


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Media Sosial 17 68.0 68.0 68.0
Media Cetak
2 8.0 8.0 76.0
(Pikiran Rakyat)
Komunitas 4 16.0 16.0 92.0
Teman 1 4.0 4.0 96.0
Saudara 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Sumber : Pengolahan Data, 2019

2. Tipologi Wisatawan yang Mengikuti terbuka untuk mengetahui motivasi


Wisata Explore Logeweg wisatawan dan pertanyaan tertutup untuk
Untuk mengetahui tipologi mengukur pengetahuan wisatawan
wisatawan budaya, peneliti menggunakan terhadap bangunan cagar budaya di
konsep tipologi wisatawan McKercher dan kawasan pusat kota Bandung.
Du Cros dalam membuat pertanyaan di Berdasarkan tabel 4, didapatkan
kuesioner. Peneliti membuat pertanyaan hasil bahwa kategori pengetahuan para
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

wisatawan tentang sejarah bangunan cagar cultural tourist karena motivasi mereka
budaya bervariasi namun kategori yang berwisata adalah untuk jalan-jalan namun
paling banyak muncul adalah baik. memiliki pengetahuan tentang sejarah
Dengan demikian dapat disimpulkan bangunan cagar budaya yang baik. Dua
pengetahuan wisatawan terhadap sejarah orang (8%) dikelompokkan sebagai the
bangunan cagar budaya di kawasan pusat casual cultural tourist karena memiliki
kota Bandung adalah baik. motivasi untuk jalan-jalan dan memiliki
Peneliti juga dapat melihat bahwa pengetahuan yang cukup tentang sejarah
terdapat 16 orang responden (64%) yang bangunan cagar budaya.
merupakan the purposeful cultural tourist, Berdasarkan pemaparan di atas
5 orang (20%) merupakan the sightseeing maka didapatkan hasil bahwa motivasi
cultural tourist, 2 orang (8%) merupakan budaya menjadi motif utama para peserta
the serendipitous cultural tourist dan 2 untuk mengikuti wisata Explore Logeweg.
orang (8%) merupakan the casual cultural Rata-rata peserta memiliki ketertarikan
tourist. Pengelompokan ini dilihat dari pada sejarah dan ingin menambah
motivasi para wisatawan dan dari kategori pengetahuan mereka tentang sejarah kota
pengetahuan tentang sejarah bangunan Bandung dan bangunan cagar budaya kota
cagar budaya di kawasan pusat kota Bandung khususnya di kawasan pusat kota
Bandung. Kedua pertanyaan ini berguna Bandung. Hal ini sesuai dengan
untuk mengetahui tipologi wisatawan. pernyataan McKercher dan Du Cros
Enam belas responden (64%) (2012:144) dimana cultural tourist
disebut sebagai the purposeful cultural termotivasi melakukan perjalanan untuk
tourist karena motivasi mereka mengikuti alasan pembelajaran secara mendalam,
wisata ini adalah untuk mendapatkan pengalaman, atau eksplorasi diri.
pengetahuan tentang sejarah sesuai dengan Pendidikan para wisatawan yang
pengertian cultural tourism menurut mayoritas sarjana juga memegang peranan
ATLAS (dalam Richards, 1996:24) yaitu bagi motivasi mereka untuk mengikuti
gathering new information and wisata Explore Logeweg. Hal ini didukung
experiences to satisfy their cultural needs oleh pendapat Patria (2015:181) dimana
dan mereka memiliki pengetahuan tentang semakin tinggi tingkat pendidikan atau
sejarah bangunan cagar budaya yang baik. wawasan seseorang serta tingkat
Lima orang (20%) disebut sebagai ekonominya, semakin tinggi kebutuhan
the sightseeing cultural tourist karena akan wisata yang bersifat edukatif.
memiliki motivasi cultural tourism dan
memiliki pengetahuan tentang sejarah Berikut adalah tabel tipologi
bangunan cagar budaya yang cukup. Dua wisatawan yang mengikuti Explore
orang (8%) merupakan the serendipitous Logeweg.

Tabel 4. Tipologi Wisatawan yang Mengikuti Wisata Explore Logeweg


Motivasi untuk Mengikuti
No Kategori Pengetahuan Tipologi Wisatawan
Explore Logeweg
1 Senang jalan. Baik The Serendipitous Cultural Tourist
2 Melengkapi pengetahuan. Baik The Purposeful Cultural Tourist
3 Saya ingin mengenal sejarah kota Cukup The Sightseeing Cultural Tourist

51
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

dimana saya tinggal.


4 Lebih mengenal Bandung. Cukup The Sightseeing Cultural Tourist
Mendalami lebih jauh sejarah
5 yang belum terinformasikan Cukup The Sightseeing Cultural Tourist
tentang kota Bandung.
6 Saya suka sejarah. Baik The Purposeful Cultural Tourist
Untuk mengetahui sejarah kota
7 Cukup The Sightseeing Cultural Tourist
Bandung lebih detail.
Mengetahui lebih detail tentang
keberadaan bangunan-bangunan
bersejarah yang layak dijadikan
8 Baik The Purposeful Cultural Tourist
cagar budaya, agar makin tumbuh
rasa cinta pada asal usul
peradaban sebuah kota.
Ingin lebih mengenal kota
Bandung diantaranya sejarah kota
9 Baik The Purposeful Cultural Tourist
Bandung dan bangunan-bangunan
peninggalan tempo dulu.
Jalan-jalan sambil menambah
10 pengetahuan sejarah kota Cukup The Casual Cultural Tourist
Bandung khususnya Braga.
Karena memang menyukai
11 Baik The Purposeful Cultural Tourist
sejarah.
12 Sejarah dan bangunan lamanya. Baik The Purposeful Cultural Tourist
Saya suka traveling dan fotografi
13 Cukup The Casual Cultural Tourist
juga bangunan kuno.
Ingin mengetahui lebih jelas
14 mengenai gedung-gedung Baik The Purposeful Cultural Tourist
bersejarah di kota Bandung.
15 Lebih mengenal Bandung. Baik The Purposeful Cultural Tourist
Belajar hal-hal baru tentang
16 sejarah kota, bertemu banyak Baik The Purposeful Cultural Tourist
teman baru.
17 Menambah ilmu pengetahuan. Baik The Purposeful Cultural Tourist
Ingin mengetahui secara detail
18 Baik The Purposeful Cultural Tourist
tentang bangunan heritage.
Senang dengan sejarah, gedung
tua, barang-barang antik yang
19 mempunyai cerita dan sejarah Baik The Purposeful Cultural Tourist
lalu; mengenal kota dan sejarah di
dalamnya.
Ingin lebih mengenal lagi kota
Bandung dan cerita-cerita yang
20 Cukup The Sightseeing Cultural Tourist
tidak diajarkan di pelajaran
sejarah.
Jalan-jalan sambil dapat
21 pengetahuan tentang gedung- Baik The Serendipitous Cultural Tourist
gedung tua/Belanda di Bandung.
22 Ingin tahu Logeweg zaman dulu. Baik The Purposeful Cultural Tourist
52
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

Karena senang sejarah dan


23 Baik The Purposeful Cultural Tourist
travelling juga.
24 Ingin tahu. Baik The Purposeful Cultural Tourist
Untuk mengetahui bangunan-
25 bangunan lama di Bandung dan Baik The Purposeful Cultural Tourist
sejarahnya.
Sumber : Pengolahan Data, 2019

3. Pengetahuan Wisatawan terhadap Tahu artinya dapat mengingat atau


Bangunan Cagar Budaya di mengingat kembali suatu materi yang telah
Kawasan Pusat Kota Bandung dipelajari sebelumnya (Sunaryo, 2014:25).
Untuk mengetahui tingkatan Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah
pengetahuan wisatawan, peneliti ia dapat menyebutkan, menguraikan,
memberikan pertanyaan terbuka tentang mendefinisikan, dan menyatakan.
bangunan cagar budaya. Jawaban dari Memahami, artinya kemampuan untuk
wisatawan kemudian dibandingkan dengan menjelaskan dan menginterpretasikan
teori tingkatan pengetahuan menurut dengan benar tentang objek yang diketahui
Bloom (taksonomi Bloom). (Sunaryo, 2004:26). Seseorang yang telah
Menurut Bloom (dalam Sunaryo, paham tentang sesuatu harus dapat
2004:25-27), tingkat pengetahuan di dalam menjelaskan, memberikan contoh, dan
domain kognitif adalah tahu, memahami, menyimpulkan.
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berikut adalah hasil pengolahan
Tahu merupakan tingkat pengetahuan data dari pertanyaan terbuka di kuesioner.
paling rendah sedangkan evaluasi adalah
tingkat pengetahuan paling tinggi.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Wisatawan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Tahu 4 16.0 16.0 16.0
Tahu 13 52.0 52.0 68.0
Memahami 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Sumber: Pengolahan Data, 2019

Dari tabel di atas, dapat diketahui menerangkan tentang bangunan cagar


tingkatan pengetahuan wisatawan adalah budaya.
dari tidak tahu sampai memahami. Dari 8 responden yang berada
Responden yang berada di tingkatan tidak pada tingkatan memahami, 2 (8%)
tahu adalah sebanyak 16% (4 orang), tahu responden dapat menjelaskan tentang
sebanyak 52% (13 orang), dan memahami bangunan cagar budaya dan 6 responden
sebanyak 32% (8 orang). (24%) lainnya dapat memberikan contoh
Dari 13 responden yang berada bangunan cagar budaya.
pada tingkatan tahu, 5 responden (20%) Proses terbentuknya pengetahuan
dapat mendefinisikan tentang bangunan yang dimiliki wisatawan Explore Logeweg
cagar budaya dan 8 responden lainnya diperoleh melalui cara pendekatan
(32%) dapat menyatakan atau aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh
53
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

melalui pendekatan aposteriori menurut kota Bandung merupakan salah satu


Ihsan (2010:126) adalah pengetahuan komponen yang membentuk atau
yang diperoleh wisatawan melalui mengubah sikap wisatawan terhadap
informasi dari interpreter (interpretasi). bangunan cagar budaya. Hal ini sesuai
Interpretasi adalah salah satu cara dengan pernyataan Slameto (2010:191)
untuk meningkatkan pemahaman, apresiasi dimana ada beberapa metode yang
dan proteksi masyarakat terhadap dipergunakan untuk mengubah sikap,
bangunan cagar budaya. Hal ini sesuai antara lain dengan mengubah komponen
dengan pendapat Ardiwidjaja (2018:36) kognitif dari sikap yang bersangkutan.
dimana edukasi melalui interpretasi (story Caranya dengan memberi informasi-
telling) dapat meningkatkan kepedulian, informasi baru mengenai objek sikap,
kesadaran dan apresiasi khususnya sehingga komponen kognitif menjadi luas.
wisatawan dan masyarakat setempat Hal ini akhirnya diharapkan akan
tentang pentingnya warisan budaya merangsang komponen afektif dan
misalnya nilai kearifan lokal, tradisi, nilai komponen tingkah lakunya (perilaku
kepercayaan, adat istiadat, serta sejarah terbuka atau perilaku yang tampak)
masyarakat setempat untuk dilestarikan. terutama dalam hal melestarikan bangunan
Dari hasil tingkat pengetahuan di cagar budaya.
atas maka dapat diketahui interpretasi Ketika wisatawan yang mengikuti
yang disampaikan oleh interpreter wisata Explore Logeweg mengetahui
Historical Trips sudah baik dan efektif tentang bangunan cagar budaya maka akan
dalam meningkatkan pengetahuan. muncul rasa menghargai mereka pada
Interpretasi yang diberikan adalah dalam bangunan cagar budaya dan selanjutnya
bentuk tuturan cerita (story telling) tentang akan muncul tindakan kepedulian untuk
sejarah bangunan cagar budaya di kawasan melestarikan bangunan cagar budaya,
pusat kota Bandung. Cara penyampaian yaitu dengan cara tidak melakukan
informasi yang kreatif, menarik dan sering vandalisme dan membuang sampah pada
diselingi humor juga membuat wisatawan tempatnya selama berada di bangunan
menjadi tertarik untuk mempelajari cagar budaya kawasan pusat kota
sejarah. Bandung. Tindakan sederhana ini
Selain itu, pengetahuan juga dapat memiliki pengaruh positif kepada
dipengaruhi oleh faktor pendidikan baik bangunan cagar budaya kota Bandung.
itu formal maupun non-formal. Hasil atau perubahan perilaku dari
Pengetahuan sangat erat hubungannya program edukasi berupa interpretasi dalam
dengan pendidikan, dimana diharapkan wisata pusaka yang diselenggarakan
apabila seseorang memiliki pendidikan Historical Trips memang memakan waktu
yang tinggi maka orang tersebut memiliki yang lama, tetapi perubahan yang dicapai
pengetahuan yang luas. Pada umumnya akan bersifat langgeng daripada perilaku
semakin tinggi pendidikan seseorang maka yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal
semakin mudah orang tersebut menerima ini dikarenakan perubahan perilakunya
informasi. Selain pendidikan, faktor didasari oleh kesadaran mereka sendiri
pekerjaan dan usia juga dapat (bukan paksaan).
mempengaruhi pengetahuan wisatawan.
Pengetahuan wisatawan terhadap
bangunan cagar budaya di kawasan pusat
54
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Berdasarkan hasil dan Peneliti mengucapkan terima kasih kepada


pembahasan penelitian, maka kesimpulan Prof. Dr. Cece Sobarna, Prof. I Gde Pitana
dari penelitian ini adalah sebagai berikut: dan Prof. Dr. Hj. Fatimah Djajasudarma
Karakteristik pengguna jasa Historical untuk arahan dan bimbingannya sehingga
Trips yang paling banyak mengikuti artikel ini dapat ditulis.
wisata Explore Logeweg adalah berjenis
kelamin perempuan, berusia 31-50 tahun, DAFTAR PUSTAKA
berprofesi sebagai pegawai swasta dengan
pendidikan S1, belum menikah dan Buku
berdomisili di kota Bandung. Antariksa. (2016). Teori dan Metode
Tipologi wisatawan budaya yang Pelestarian Kawasan Pecinan.
mengikuti wisata Explore Logeweg yang Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
diadakan oleh Historical Trips adalah the Ardiwidjaja, Roby. (2018). Arkeowisata:
purposeful cultural tourist, the sightseeing Mengembangkan Daya Tarik Pelestarian
Warisan Budaya. Yogyakarta:
cultural tourist, the serendipitous cultural
Deepublish.
tourist, dan the casual cultural tourist.
Cahyadi, Rusli dan Jajang Gunawijaya. (2009).
Motivasi utama kebanyakan wisatawan Pariwisata Pusaka Masa Depan Bagi
yang mengikuti wisata Explore Logeweg Kita, Alam dan Warisan Budaya
adalah motivasi budaya (cultural Bersama. Jakarta: UNESCO.
motivation). Ihsan, Fuad. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta:
Wisatawan yang mengikuti wisata Rineka Cipta.
Explore Logeweg memiliki pengetahuan Kholid, Ahmad. (2012). Promosi Kesehatan
yang cukup dan baik terhadap sejarah dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya (Untuk
bangunan cagar budaya di kawasan pusat
Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan).
kota Bandung. Hal ini dilihat dari
Jakarta: Rajawali Pers.
frekuensi item soal benar yang dapat
Mahmud, M. Dimyati. (2017). Psikologi
dijawab oleh wisatawan. Selain itu, tingkat Pendidikan Edisi Terbaru. Yogyakarta:
pengetahuan para wisatawan tentang Andi dan BPFE.
bangunan cagar budaya berada di tingkat McKercher, Bob dan Hilary du Cros. (2012).
tahu dan memahami. Cultural Tourism: The Partnership
Adapun rekomendasi yang dapat Between Tourism and Cultural Heritage
diberikan oleh peneliti kepada Historical Management. New York: Routledge.
Trips adalah terus mengadakan program Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan
edukasi lewat wisata secara konsisten dan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
melakukan interpretasi yang akurat untuk
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. (2005).
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
kepedulian wisatawan akan pentingnya Reisinger, Yvette. (2009). International
bangunan cagar budaya. Selain itu Tourism: Cultures and Behavior.
interpretasi yang diberikan harus sesuai Oxford: Elsevier.
fakta, kreatif dan harus didasarkan pada Richards, Greg. (1996). Cultural Tourism in
prinsip-prinsip pelestarian bangunan cagar Europe. Wallingford: CAB International.
budaya. Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. (2013).
Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis

55
P-ISSN: 1907 - 9419 Jurnal Kepariwisataan Indonesia 13 (1) (2019) 43 - 56
E-ISSN: 2685-9075
September 2019

Disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Tinjauan dari Sisi Penawaran dan


Yogyakarta: Andi. Permintaan di Kota Bandung. Binus
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Business Review, 6(2), 169-183.
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Sumber Online
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian ACHP. (2006). Defining Heritage Tourism.
Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Diakses dari
Alfabeta. http://www.achp.gov/ht/defining.html
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC. Peraturan Perundang-undangan
Wawan, A. dan M, Dewi. (2011). Teori & Peraturan Daerah Kota Bandung no 19 Tahun
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Bangunan Cagar Budaya. Dinas
Medika. Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bandung. Bandung
Jurnal/Proceeding/Skirpsi/Tesis/Disertasi
Patria, Teguh Amor. (2015). Dinamika
Perkembangan Pariwisata Pusaka:

56

Anda mungkin juga menyukai