2. CULTURE TOURISM. Wisata budaya adalah salah satu bentuk tertua dari
pariwisata minat khusus dan bukan bentuk pengelolaan warisan budaya.
Beberapa konsep dan terminologi pariwisata budaya adalah :
a. pergerakan orang ke tempat atraksi budaya seperti situs warisan, manifes
artistik dan budaya, seni dan pertunjukan di luar tempat tinggalnya untuk
tujuan memperoleh informasi, pengetahuan dan pengalaman baru.
(UNWTO: Whyte, Hood and White 2012: 10)
b. suatu perjalanan yang dilakukan untuk tujuan meningkatkan apresiasi dan
pengetahuan tentang warisan budaya (LORD, 2003).
c. melibatkan empat elemen utama yaitu pariwisata; pemanfatan aset
budaya; produk wisata, pengalaman dan pengetahuan; serta wisatawan
(Mc Kercher dan du Cros 2005)
d. dikategorikan sebagai landasan yang memayungi berbagai bentuk
aktivitas pariwisata baik yang terkait dengan warisan (Cultural Heritage
Tourism) bersifat tangible, maupun yang terkait dengan budaya itu
sendiri (Living Culture Tourism) bersifat intangible
ANALISIS SITUASI
Global Nasional
Isu Strategis
1. Dari sekian banyak kekayaan berupa keanekaragaman sumberdaya budaya, salah satunya adalah benda arkeologi baik sebagai
cagar budaya (CB) atau objek diduga cagar budaya (ODCB) yang tersebar di seluruh wilayah keunikanya masing-masing
2. Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan baik bergerak atau
tidak bergerak dalam bentuk benda, bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
3. Benda budaya yang memiliki scientific values dan economic values dimaksud merupakan aset strategis pembentuk identitas
bangsa yang harus dikelola dengan benar, namun pengelolaan yang dimandatkan dalam UU belum banyak memberikan
manfaatnya kepada masyarakat untuk ilmu pengetahuan apalagi kesejahteraan.
4. Saat ini jati diri bangsa cenderung menurun, ketidak pedulian terhadap identitas bangsa meningkat, nilai etika dan budaya
dalam kehidupan bergeser, maka merupakan keniscayaan untuk kembali ke akar budaya melalui nilai-nilai kesejarahan dan
kebudayaan yang terkandung pada warisan budaya atau benda cagar budaya.
5. Upaya pelestarian keberadaan dan pemahaman nilai-nilai benda cagar budaya yang membutuhkan keterlibatan banyak pihak
khususnya masyarakat dari berbagai aspek ideologis, akademis, sosiologis, dan ekonomis, menjadi penting dilakukan salah
satunya melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan dengan konsep wisata berbasis pelestarian CB disebut.
6. Konsep Arkeowisata merupakan salah satu alat memperkuat pelestarian dan apresiasi terhadap cagar budaya sebagai aset
strategis bangsa, sekaligus menjadikan sebagai daya tarik wisata minat khusus yang berorientasi pada ekonomisasi
pengalaman unik dan pengetahuan otentik.
1. ANALISIS SITUASI
2. FORMULASI STRATEGI
3. IMPLEMENTASI STRATEGI
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
1. Pariwisata bukan tujuan akhir, pariwisata adalah alat, konsep, pendekatan untuk
mencapai tujuan akhir
2. Pariwisata berhubungan dengan pergerakan manusia bersifat sementara dari satu
tempat (wilayah rutinitas) ke tempat lain (wilayah baru) untuk berbagai tujuan,
kecuali mencari nafkah.
3. Pariwisata sangat terkait dengan atraksi, yang syaratnya harus Unik (berbeda), dan
hanya bisa didapat dari daya tarik sumber daya budaya serta sumber daya alam yang
sifatnya endemik (langka).
4. Pariwisata mengandung semangat konservasi, bukan eksploitasi (mencegah
komersialisasi alam dan budaya);
5. Pariwisata merupakan proses ekonomisasi pengalaman dan pengetahuan, terkait
pemuasan kebutuhan manusia;
6. Pariwisata merupakan perjalanan memperoleh kepuasan dari pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari sesuatu yang dilihat, diamati, dirasakan dan
dilakukan di destinasi.
7. Pariwisata tumbuh secara alami berbasis dari, untuk dan oleh masyarakat dalam
memanfaatkan daya tarik lingkungan alam dan budaya;
8. Pariwisata memiliki derajat koordinasi tinggi yang holistik dalam membangun
destinasi wisata yang berkelanjutan;
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
ARAH PRINSIP
1. Nilai Lingkungan
1. Layak secara Budaya (culturally appropiate);
sumberdaya alam dan budaya di destinasi merupakan satu kesatuan dalam
mampu menyesuaikan dengan norma dan nilai budaya dan mempertahankan keberadaan ekosistem lingkungan.
agama masyarakat setempat.
2. Nilai Sosial Budaya
2. Diterima di Kehidupan Sosial (socially accepted); keanekaragaman sumber daya alam destinasi mempunyai nilai manfaat sosial
dan budaya bagi masyarakat dalam menggantungkan kehidupan kesehariannya
mampu diterima dalam kehidupan sosial keseharian
3. Nilai Edukasi/Pendidikan
masyarakat setempat untuk jadi mandiri.
lingkungan alam dan budaya di destinasi merupakan kapsul ilmu pengetahuan
3. Melibatkan Aktif Masyarakat (people centred); yang dapat menjadi media edukasi/pendidikan
mampu memaksimalkan pembangunan pariwisata dari, oleh 4. Nilai Ekonomi
untuk masyarakat. sumberdaya alam dan budaya beserta lingkungannya di destinasi memiliki
manfaat menginspirasi dan menciptakan berbagai jenis mata pencaharian
4. Adil (indiscriminative); secara berkelanjutan .
mampu dilaksanakan tanpa melihat pada status sosial, 5. Nilai Rekreatif.
agama, suku dan dan lain sebagainya. keanekaragaman sumberdaya lingkungan alam dan budaya yang unik dan
otentik, memiliki magnet untuk memotivasi orang berkunjung dan berekreasi
5. Ramah Lingkungan (environmentally sound). 6. Nilai Estetika
mampu mengelola nilai dan keberadaan lingkungan alam kondisi geografis lingkungan dengan keanekaragaman sumberdayanya memiliki
dan budaya secara terpadu dan berkelanjutan. estetika (keindahan) tersendiri untuk diapresiasi nilai dan keberadaannya.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
Konseptual
1. Pariwisata Budaya
Pariwisata yang berbasis pada upaya mendukung penguatan perlindungan, Pengembangan dan
Pemanfaatan cagar Budaya dan lingkungan sekitarnya
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pendampingan masyarakat dalam pelestarian potensi warisan budaya di wilayahnya, sekaligus
meningkatkan kebanggaan terhadap aset budayanya
b. Pendampingan masyarakat dalam memperkuat kelembagaan masyarakat setempat untuk
terlibat dalam penyelenggaraan arkeowisata, sekaligus penyebaran apresiasi kepada
pengunjung
3. Keberlanjutan
a. Arkeowisata tidak hanya untuk memandang masa sekarang, akan tetapi juga memberikan
kesempatan untuk dapat mengembangkan pengetahuan budaya dari masa lalu sebagai identitas
yang harus dipahami sekarang untuk kehidupan masa mendatang.
b. Arkeowisata diposisikan sebagai alat yang memanfaatkan daya tarik upaya pelestarian nilai dan
keberadaan cagar budaya sebagai bagian dari pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
Pelestarian
1. Upaya dinamis untuk mempertahankan nilai dan keberadaan Cagar Budaya dengan cara:
a. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan
dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
b. Pengembangan, adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta
pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan
dengan tujuan Pelestarian.
c. Pemanfaatan. adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
2. Menjaga nilai dan keberadaan Cagar Budaya dari minimnya apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap nilai-
nilai cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa yang membawa dampak:
a. perusakan benda peninggalan sejarah,
b. pencurian dan penyelundupan benda-benda peninggalan sejarah,
c. transaksi jual beli benda-benda kuno yang merupakan peninggalan sejarah.
d. penemuan-penemuan benda bersejarah yang tidak dilaporkan
e. pembongkaran bangunan bersejarah untuk tujuan ekonomis
3. Perubahan paradigma “pelestarian” dari yang diartikan sempit sebagai unsur perlindungan yang bersifat statis ke
sebuah hubungan antar unsur pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan yang terpadu dan berkelanjutan.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
Pariwisata Berkelanjutan:
1. pariwisata berbasis alam dan budaya (Eco-Culture
Tourism) yang dikembangkan dengan memadukan
ragam produk wisata (composite tourism products)
melalui konsep Wisata Petualangan.
Interpretasi
1. Pemaknaan/penafsiran kembali nilai-nilai terkandung pada benda CB-ODCB untuk berbagai kepentingan dan
memudahkan penggambaran pengetahuan kesejarahan dan budaya yang tercermin dapat dikomunikasikan (Story
Telling) kepada masyarakat sebagai atraksi arkeowisata.
2. Efektifitas penafsiran situs arkeologi termasuk menempatkan konteks situs dalam sejarah, waktu, dan ruang geografis,
sangat berperan penting bagi keberhasilan interpreter (story teller) menjamin kepuasan pengunjung/wisatawan
memperoleh pengalaman unik dan pengetahuan otentik di situs CB-ODCB
3. Pemaknaan CB-ODCB dapat menjadi media, alat atau cara:
a. promosi dan kampanye. Mempertahankan keberlanjutan situs cagar budaya
b. pendidikan, Mengembangkan kemampuan berpikir dan nalar secara umum dan ilmiah melalui kurikulum sekolah dan kegiatan
praktis, tentang bagaimana masa lalu diinterpretasikan oleh para arkeolog
c. Edutainment. Memberikan kemudahan, keamanan dan kenyamaan pada pengunjung memperoleh pengalaman dan
pengetahuan pada waktu luang.
d. Kebanggaan dan Identitas. Memprovokasi rasa nasionalisme dari berbagai pengaruh
e. Pengalaman Unik. Story telling di lingkungan cagar budaya yang mengandung nilai kesejarahan dan budaya peradaban masa lalu
memberikan pengalaman dan pengetahuan diluar ekspetasi pengunjung
f. Ekonomi. Daya tarik nilai kesejarahan dan kebudayaan dari benda cagar budaya serta konteksnya dengan lingkungan sekitarnya,
memotivasi kedatangan pengunjung/wisatawan yang berdampak pada aktivitas ekonomi.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan
Ekonomi Kreatif
Berbagai kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan eksplorasi dan atau
eksploitasi pengetahuan dan informasi
3. IMPLEMENTASI STRATEGI
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
Empat ‘A’
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
Produk Wisata
SUSTAINABLE TOURISM
Mass Market Niche Market
Arkeowisata / Villages
Tourism
Penelusuran ilmiah data & informasi untuk kepentingan CB & Pendokumentasian data dan informasi untuk kepentingan
Penelitian
ODCB Penetapan sebagai CB & ODCB
Pendidikan Edukasi iptek dan karakter Story telling, simulasi dan workshop
Memperkenalkan/promosi daerah tujuan wisata berbasis Wisata minat khusus semi aktif dan aktif dalam program
Pemanfaatan Pariwisata
budaya perlindungan, pengembangan atau pemanfaatan
Sosial Budaya Religi dan kebudayaan (tradisi, adat istiadat & kearifan lokal) Upacara, festival, even dan diplomasi budaya
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
Pasar Wisatawan
PENGATURAN
KARAKTERISTIK PASAR WISATAWAN MOTIVASI DTW PERJALANAN KEBUTUHAN LAYANAN
Kebijakan
INTERNASIONAL NASIONAL DAERAH
1. UNESCO: 1. UUD 1945 pasal 32 ayat 1 : negara memajukan kebudayaan nasional 1. Perda tentang Rencana Tata Ruang
• Safeguarding Traditional and Popular Culture mengembangkan nilai-nilai budayanya. Wilayah
of 1989 dan 2003 2. UU No. 11 Th. 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Perda tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata
• UNWTO 1999, kesepakatan mempromosikan 3. UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
pelestarian warisan budaya melalui pariwisata 3. Adat Istiadat dan Kearifan Lokal
4. UU No 10 Th. 2009 tentang Kepariwisataan yang bertujuan
berkelanjutan. melestarikan kebudayaan untuk memperkukuh jati diri bangsa serta 4. Kesepakatan lokal (local license)
• Universal Declaration on Cultural Diversity of melestarikan mutu dan fungsi ligkungan;
2001, 5. UU No 6 Th. 2014 tentang Desa
• UNESCO Convention on Culture Tourism 6. UU No. 23 Th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. World Summit 1992 dan 2002 tentang 7. UU No 19 Th 2004: Perubahan Atas UU No 41 th 1999 Tentang
Pembangunan berkelanjutan
Kehutanan Menjadi Undang-Undang
3. Charter For Parwisata berkelanjutan 1995
8. UU No 1 Th 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
4. The Hue Declaration on Cultural Tourism and Kecil
Poverty Alleviation 2004; 9. UU No 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. ICOMOS 1999 International Cultural Tourism 10. PP Republik Indonesia nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Charter Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010 – 2025
6. WTO Tourism Code Of Conduct 11. Permen Nomor 14 Th 2016 tentang Pedoman Pengembangan Destinasi
7. Deklarasi Yogyakarta tentang pariwisata budaya Pariwisata Berkelanjutan
dan pemberdayaan masyarakat, 2006
12. Kepmendikbud Nomor 087 tahun 1993 tentang pendaftaran Cagar
Budaya
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
Industri Kreatif
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
1. Kesenian Global
a. Musik: blues, celtic, classical, jazz, reggae, rock.
b. Tari: ballet, butoh, flamenco, hip hop, modern, samba.
Acara budaya klas dunia
2. Siapa mendominasi apa EDINBURGH FESTIVAL, MONTREUX JAZZ FESTIVAL
SCOTLAND JENEWA yang paling menarik dan
a. US: blues, jazz, rap, r&b
berkelanjutan adalah:
b. EUROPE: classical, celtic, flamenco
1. Berbasis pada
c. JAMAICA: reggae konteksnya
d. SOUTH ASIA: raga 2. Berbasis
e. SE ASIA: gamelan Masyarakat
3. Dapatkah kita mengglobal dengan menggunakan material NOTTING HILL FESTIVAL RIO CARNIVAL 3. Tidak untuk
INGGRIS BRAZIL
global? keuntungan
a. Dapatkah Indonesia menjadi otoritas musik Jazz dunia?
b. Dapatkah Jepang menjadi referensi samba dunia?
c. Dapatkah Perancis menjadi negara utama gamelan?
4. GOING GLOBAL IS MORE POSSIBLE BY DOING LOCAL (serrano
sianturi)
Roby Ardiwidjaja
roby.ardiwidjaya@parekraf.go.id
r_ardiwidjaja@yahoo.com