Anda di halaman 1dari 30

ARKEOWISATA

“Upaya Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Daya Tarik Wisata”


PENDAHULUAN
Banyak Destinasi wisata dikembangkan:
1. hanya untuk mendatangkan sebanyaknya
wisatawan untuk memperoleh pendapatan
ekonomi sebesar-besarnya
2. tidak memperhatikan secara holistik nilai
keberlanjutan lingkungan, sosial, budaya, edukasi,
ideologi, estetika serta kepuasan masyarakat
setempat.
3. sering menimbulkan konflik kewenangan dan
kepentingan, bahkan menimbulkan konflik
masyarakat dengan wisatawan.
Perlu konsep pembangunan pariwisata ke depan yang
mampu secara berkelanjutan
4. melestarikan sekaligus menampilkan atraksi unik
ke Indonesiaan yang sebagian besar berada di
daerah pedalaman, terpencil dan tertinggal yang
minim infrastruktur,
5. mampu mendukung program membangun dari
pinggir dan poros maritim dunia secara terpadu
dan berkelanjutan.
1. ANALISIS SITUASI
2. FORMULASI STRATEGI
3. IMPLEMENTASI STRATEGI
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

1. SUSTAINABLE TOURISM. Disebut juga sebagai “Wise Tourism”, merupakan


konsep dasar yang diacu dan memayungi segala aktivitas yang terkait dengan
kepariwisataan. Pariwisata berkelanjutan secara global di posisikan sebagai:
a. upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup
melalui pengaturan, penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sumberdaya alam dan budaya yang secara ekologis
sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap
masyarakat.
b. pembangunan kepariwisataan yang memperhatikan kelestarian dan
peluang pemanfaatan dan pengembangan sumber daya bagi generasi di
masa depan dengan tetap menyesesuaikan kebutuhan wisatawan .
c. Alat memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat dengan
mempertimbangkan kepentingan ekonomi, sosial dan estetika dalam
mengelola sumberdaya dapat terpenuhi, sekaligus melindungi integritas
budaya, ekologi, keanekaragaman hayati, serta sistem pendukung
kehidupan (WTO, 1997: 34).
d. strategic weapon dalam memperkuat keberadaan keragaman sumber
daya alam dan budaya, sekaligus menjadikan upaya pelestarian sebagai
daya tarik wisata (Butler, 1993 dalam Chand & Vivek 2012).
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

2. CULTURE TOURISM. Wisata budaya adalah salah satu bentuk tertua dari
pariwisata minat khusus dan bukan bentuk pengelolaan warisan budaya.
Beberapa konsep dan terminologi pariwisata budaya adalah :
a. pergerakan orang ke tempat atraksi budaya seperti situs warisan, manifes
artistik dan budaya, seni dan pertunjukan di luar tempat tinggalnya untuk
tujuan memperoleh informasi, pengetahuan dan pengalaman baru.
(UNWTO: Whyte, Hood and White 2012: 10)
b. suatu perjalanan yang dilakukan untuk tujuan meningkatkan apresiasi dan
pengetahuan tentang warisan budaya (LORD, 2003).
c. melibatkan empat elemen utama yaitu pariwisata; pemanfatan aset
budaya; produk wisata, pengalaman dan pengetahuan; serta wisatawan
(Mc Kercher dan du Cros 2005)
d. dikategorikan sebagai landasan yang memayungi berbagai bentuk
aktivitas pariwisata baik yang terkait dengan warisan (Cultural Heritage
Tourism) bersifat tangible, maupun yang terkait dengan budaya itu
sendiri (Living Culture Tourism) bersifat intangible
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

3. ARKEOWISATA. Disebut juga archaeotourism atau archaeological tourism yang


bertujuan memenuhi kepentingan publik terkait arkeologi dan konservasi situs
bersejarah. Dalam penyelenggaraannya, Arkeowisata:
a. Menjadi bagian pariwisata budaya yang terkait dengan budaya hidup, benda warisan
budaya masa lalu, aset budaya tak benda, lansekap budaya, serta penemuan material
masyarakat masa lalu (McGettigan & Rozenkiewicz 2013; Pacifico & Vogel 2012).
b. Memiliki sumber daya yang terbatas, unik, rapuh, rentan dan tidak terbarukan serta
memiliki nilai kesejarahan dan kebudayaan mencakup artefak dan ekofak; struktur;
bangunan kuno dan kompleks; monumen; situs dan kawasan situs arkeologi; kota tua,
candi yang sudah tidak dimanfaatkan, koleksi museum
c. Merupakan perjalanan yang fokus edukasi dan memperoleh pengalaman di situs dan
tempat-tempat bersejarah masa lalu yang dikunjungi (Archaeological Institute of
America 2000).
d. mencakup semua produk yang terkait dengan promosi arkeologi publik, kunjungan ke
situs arkeologi, museum, pusat interpretasi, pemeragaan kejadian bersejarah, dan
penemuan kembali produk asli (Walker, 2005)
e. Di banyak negara sudah dimanfaatkan sebagai alat dalam memperkuat upaya
pelestarian, meningkatkan kepedulian, apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya cagar budaya
In 2009, The Archaeological Institute of America (AIA) in collaboration with the Adventure Travel Trade
Association (ATTA) created a set of guidelines both for people interested in organizing tours to archaeological
sites and for those interested in visiting sites.
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

Potensi Daya Tarik Distribusi Wisatawan


OBJEK YANG DIKUN- ATRAKSI WISATA BU-
Museum
JUNGI WISNUS DAYA YANG DIKUNJUNGI
WISMAN Situs
Alam 11. Pertunjukan
20.68 4.34
94
15. 17.
1.29 Even
22.89 Budaya 07 27
68.7 22.05
Lainnya Religi
Lainnya
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

KRITERIA DESTINASI PARIWISATA INDONESIA


UU KEPARIWISATAAN NO 10 TAHUN 2009
(PASAL 1)

DAERAH TUJUAN WISATA YANG SELANJUTNYA


DISEBUT DESTINASI PARIWISATA ADALAH
KAWASAN GEOGRAFIS YANG BERADA DALAM
SATU ATAU LEBIH WILAYAH ADMINISTRATIF
YANG DI DALAMNYA TERDAPAT DAYA TARIK
WISATA (ATRAKSI DAN AKTIVITAS), FASILITAS
UMUM, FASILITAS PARIWISATA, AKSESIBILITAS
SERTA MASYARAKAT YANG SALING TERKAIT
DAN MELENGKAPI TERWUJUDNYA
KEPARIWISATAAN YANG TERPADU DAN
BERKELANJUTAN
ANALISIS SITUASI
Global Nasional

Isu Strategis
1. Dari sekian banyak kekayaan berupa keanekaragaman sumberdaya budaya, salah satunya adalah benda arkeologi baik sebagai
cagar budaya (CB) atau objek diduga cagar budaya (ODCB) yang tersebar di seluruh wilayah keunikanya masing-masing
2. Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan baik bergerak atau
tidak bergerak dalam bentuk benda, bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
3. Benda budaya yang memiliki scientific values dan economic values dimaksud merupakan aset strategis pembentuk identitas
bangsa yang harus dikelola dengan benar, namun pengelolaan yang dimandatkan dalam UU belum banyak memberikan
manfaatnya kepada masyarakat untuk ilmu pengetahuan apalagi kesejahteraan.
4. Saat ini jati diri bangsa cenderung menurun, ketidak pedulian terhadap identitas bangsa meningkat, nilai etika dan budaya
dalam kehidupan bergeser, maka merupakan keniscayaan untuk kembali ke akar budaya melalui nilai-nilai kesejarahan dan
kebudayaan yang terkandung pada warisan budaya atau benda cagar budaya.
5. Upaya pelestarian keberadaan dan pemahaman nilai-nilai benda cagar budaya yang membutuhkan keterlibatan banyak pihak
khususnya masyarakat dari berbagai aspek ideologis, akademis, sosiologis, dan ekonomis, menjadi penting dilakukan salah
satunya melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan dengan konsep wisata berbasis pelestarian CB disebut.
6. Konsep Arkeowisata merupakan salah satu alat memperkuat pelestarian dan apresiasi terhadap cagar budaya sebagai aset
strategis bangsa, sekaligus menjadikan sebagai daya tarik wisata minat khusus yang berorientasi pada ekonomisasi
pengalaman unik dan pengetahuan otentik.
1. ANALISIS SITUASI

2. FORMULASI STRATEGI
3. IMPLEMENTASI STRATEGI
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

1. Pariwisata bukan tujuan akhir, pariwisata adalah alat, konsep, pendekatan untuk
mencapai tujuan akhir
2. Pariwisata berhubungan dengan pergerakan manusia bersifat sementara dari satu
tempat (wilayah rutinitas) ke tempat lain (wilayah baru) untuk berbagai tujuan,
kecuali mencari nafkah.
3. Pariwisata sangat terkait dengan atraksi, yang syaratnya harus Unik (berbeda), dan
hanya bisa didapat dari daya tarik sumber daya budaya serta sumber daya alam yang
sifatnya endemik (langka).
4. Pariwisata mengandung semangat konservasi, bukan eksploitasi (mencegah
komersialisasi alam dan budaya);
5. Pariwisata merupakan proses ekonomisasi pengalaman dan pengetahuan, terkait
pemuasan kebutuhan manusia;
6. Pariwisata merupakan perjalanan memperoleh kepuasan dari pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh dari sesuatu yang dilihat, diamati, dirasakan dan
dilakukan di destinasi.
7. Pariwisata tumbuh secara alami berbasis dari, untuk dan oleh masyarakat dalam
memanfaatkan daya tarik lingkungan alam dan budaya;
8. Pariwisata memiliki derajat koordinasi tinggi yang holistik dalam membangun
destinasi wisata yang berkelanjutan;
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

ARAH PRINSIP
1. Nilai Lingkungan
1. Layak secara Budaya (culturally appropiate);
sumberdaya alam dan budaya di destinasi merupakan satu kesatuan dalam
mampu menyesuaikan dengan norma dan nilai budaya dan mempertahankan keberadaan ekosistem lingkungan.
agama masyarakat setempat.
2. Nilai Sosial Budaya
2. Diterima di Kehidupan Sosial (socially accepted); keanekaragaman sumber daya alam destinasi mempunyai nilai manfaat sosial
dan budaya bagi masyarakat dalam menggantungkan kehidupan kesehariannya
mampu diterima dalam kehidupan sosial keseharian
3. Nilai Edukasi/Pendidikan
masyarakat setempat untuk jadi mandiri.
lingkungan alam dan budaya di destinasi merupakan kapsul ilmu pengetahuan
3. Melibatkan Aktif Masyarakat (people centred); yang dapat menjadi media edukasi/pendidikan
mampu memaksimalkan pembangunan pariwisata dari, oleh 4. Nilai Ekonomi
untuk masyarakat. sumberdaya alam dan budaya beserta lingkungannya di destinasi memiliki
manfaat menginspirasi dan menciptakan berbagai jenis mata pencaharian
4. Adil (indiscriminative); secara berkelanjutan .
mampu dilaksanakan tanpa melihat pada status sosial, 5. Nilai Rekreatif.
agama, suku dan dan lain sebagainya. keanekaragaman sumberdaya lingkungan alam dan budaya yang unik dan
otentik, memiliki magnet untuk memotivasi orang berkunjung dan berekreasi
5. Ramah Lingkungan (environmentally sound). 6. Nilai Estetika
mampu mengelola nilai dan keberadaan lingkungan alam kondisi geografis lingkungan dengan keanekaragaman sumberdayanya memiliki
dan budaya secara terpadu dan berkelanjutan. estetika (keindahan) tersendiri untuk diapresiasi nilai dan keberadaannya.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

Konseptual
1. Pariwisata Budaya
Pariwisata yang berbasis pada upaya mendukung penguatan perlindungan, Pengembangan dan
Pemanfaatan cagar Budaya dan lingkungan sekitarnya
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pendampingan masyarakat dalam pelestarian potensi warisan budaya di wilayahnya, sekaligus
meningkatkan kebanggaan terhadap aset budayanya
b. Pendampingan masyarakat dalam memperkuat kelembagaan masyarakat setempat untuk
terlibat dalam penyelenggaraan arkeowisata, sekaligus penyebaran apresiasi kepada
pengunjung
3. Keberlanjutan
a. Arkeowisata tidak hanya untuk memandang masa sekarang, akan tetapi juga memberikan
kesempatan untuk dapat mengembangkan pengetahuan budaya dari masa lalu sebagai identitas
yang harus dipahami sekarang untuk kehidupan masa mendatang.
b. Arkeowisata diposisikan sebagai alat yang memanfaatkan daya tarik upaya pelestarian nilai dan
keberadaan cagar budaya sebagai bagian dari pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

Pelestarian
1. Upaya dinamis untuk mempertahankan nilai dan keberadaan Cagar Budaya dengan cara:
a. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan
dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
b. Pengembangan, adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta
pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan
dengan tujuan Pelestarian.
c. Pemanfaatan. adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
2. Menjaga nilai dan keberadaan Cagar Budaya dari minimnya apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap nilai-
nilai cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa yang membawa dampak:
a. perusakan benda peninggalan sejarah,
b. pencurian dan penyelundupan benda-benda peninggalan sejarah,
c. transaksi jual beli benda-benda kuno yang merupakan peninggalan sejarah.
d. penemuan-penemuan benda bersejarah yang tidak dilaporkan
e. pembongkaran bangunan bersejarah untuk tujuan ekonomis
3. Perubahan paradigma “pelestarian” dari yang diartikan sempit sebagai unsur perlindungan yang bersifat statis ke
sebuah hubungan antar unsur pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan yang terpadu dan berkelanjutan.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

Pariwisata Berkelanjutan:
1. pariwisata berbasis alam dan budaya (Eco-Culture
Tourism) yang dikembangkan dengan memadukan
ragam produk wisata (composite tourism products)
melalui konsep Wisata Petualangan.

2. Wisata Petualangan mampu memberikan


pengalaman dan pengetahuan dari aktivitas luar
ruang yang berinteraksi langsung pada saat yang
bersamaan dengan aktivitas pisik, lingkungan alam
alami dan lingkungan budaya masyarakat setempat,

3. Wisata Petualangan mampu mendukung


percepatan pembangunan di daerah, wilayah atau
kawasan eksotis, pedalaman dan terpencil
khususnya yang memiliki keterbatasan infrastruktur
sosial.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

Interpretasi
1. Pemaknaan/penafsiran kembali nilai-nilai terkandung pada benda CB-ODCB untuk berbagai kepentingan dan
memudahkan penggambaran pengetahuan kesejarahan dan budaya yang tercermin dapat dikomunikasikan (Story
Telling) kepada masyarakat sebagai atraksi arkeowisata.
2. Efektifitas penafsiran situs arkeologi termasuk menempatkan konteks situs dalam sejarah, waktu, dan ruang geografis,
sangat berperan penting bagi keberhasilan interpreter (story teller) menjamin kepuasan pengunjung/wisatawan
memperoleh pengalaman unik dan pengetahuan otentik di situs CB-ODCB
3. Pemaknaan CB-ODCB dapat menjadi media, alat atau cara:
a. promosi dan kampanye. Mempertahankan keberlanjutan situs cagar budaya
b. pendidikan, Mengembangkan kemampuan berpikir dan nalar secara umum dan ilmiah melalui kurikulum sekolah dan kegiatan
praktis, tentang bagaimana masa lalu diinterpretasikan oleh para arkeolog
c. Edutainment. Memberikan kemudahan, keamanan dan kenyamaan pada pengunjung memperoleh pengalaman dan
pengetahuan pada waktu luang.
d. Kebanggaan dan Identitas. Memprovokasi rasa nasionalisme dari berbagai pengaruh
e. Pengalaman Unik. Story telling di lingkungan cagar budaya yang mengandung nilai kesejarahan dan budaya peradaban masa lalu
memberikan pengalaman dan pengetahuan diluar ekspetasi pengunjung
f. Ekonomi. Daya tarik nilai kesejarahan dan kebudayaan dari benda cagar budaya serta konteksnya dengan lingkungan sekitarnya,
memotivasi kedatangan pengunjung/wisatawan yang berdampak pada aktivitas ekonomi.
FORMULASI STRATEGI
Paradigma Pembangunan Pendekatan

Ekonomi Kreatif
Berbagai kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan eksplorasi dan atau
eksploitasi pengetahuan dan informasi

Pemicu munculnya ekonomi kreatif


1. Inisiatif oleh Sekretaris Negara Inggris Bidang Budaya, Media dan Olahraga
2. Pertumbuhan pasar untuk barang kreatif dan properti intelektual
3. Ide Ekonomi Baru yang berbasis kemajuan Teknologi, pasar global dan
pengetahuan atau kreatifitas individu/masyarakat

Terminologi lain ekonomi kreatif


4. Kreatif Industri
5. Industri Budaya
6. “New Term for Old Subject”
1. SITUASI ANALISIS
2. FORMULASI STRATEGI

3. IMPLEMENTASI STRATEGI
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

Empat ‘A’
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

Produk Wisata
SUSTAINABLE TOURISM
Mass Market Niche Market

Other Business Sun & Beach /


Cultural Nature
Tourism Travel Tourism Tourism Experiences & Knowledge Tourism
Source: WTO Modified 1972
Conservation Based Adventure Transportation
Tourism (Traditional Cruise
Unique & Authentic
& Cycling)
Heritage Tourism Cultural Heritage
Rural /Urban
Tourism
Tourism

Arkeowisata / Villages
Tourism

Cagar Budaya-ODCB Pola Hidup Tradisi

Marine Based Land Based

Source: Ardiwidjaja, 2018


IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

AKTIVITAS PELESTARIAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA


TAHAPAN PROGRAM KEGIATAN AKTIVITAS
Penyelamatan Penanggulangan CB & ODCB dari kerusakan/hancur/musnah Reconeisance, salvage (eskavasi)
Pengamanan Pencegahan CB & ODCB dari ganguan alam dan manusia Pemagaran/cungkub/pengumuman, pengangkatan
Zonasi Penentuan batas keruangan CB & ODCB Pemasanagan patok, sinage, dos & dont
Perlindungan
Pemeliharaan Perawatan kondisi CB & ODCB tetap utuh Pembersihan, pengawetan, perbaikan dan penyimpanan
(insitu, lab, Museum)

Rekonstruksi, rehabilitasi dan restorasi fisik CB & ODCB


Pemugaran Pengembalian kondisi CB & ODCB sesuai dengan aslinya seuai kondisi asli

Penelusuran ilmiah data & informasi untuk kepentingan CB & Pendokumentasian data dan informasi untuk kepentingan
Penelitian
ODCB Penetapan sebagai CB & ODCB

Mengkaji serta sosialisasi hasil kajian penataan ruang, letak


Menumbuhkan nilai-nilai penting CB & ODCB dengan fungsi dan fungsi dari nilai nilai kesejarahan dan kebudayaan
Revitalisasi yang sesuai prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat
Pengembangan terkait CB & ODCB serta lingkungan sekitarnya

Pengembangan kelayakan nilai pengetahuan (scientific


Adaptasi Mengembangkan CB & ODCB dengan batasan tertentu untuk values) dan nilai ekonomi (economic values) CB & ODCB
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masa kini untuk dapat dimanfaatkan saat ini secara berkelanjutan.

Pendidikan Edukasi iptek dan karakter Story telling, simulasi dan workshop

Memperkenalkan/promosi daerah tujuan wisata berbasis Wisata minat khusus semi aktif dan aktif dalam program
Pemanfaatan Pariwisata
budaya perlindungan, pengembangan atau pemanfaatan

Sosial Budaya Religi dan kebudayaan (tradisi, adat istiadat & kearifan lokal) Upacara, festival, even dan diplomasi budaya
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

Pasar Wisatawan
PENGATURAN
KARAKTERISTIK PASAR WISATAWAN MOTIVASI DTW PERJALANAN KEBUTUHAN LAYANAN

1. Ekspedisi/Petualangan 1. Kawasan terpencil 1. Mandiri/mengatur 1. Minim sarana dan


Pengalaman khusus tidak Kawasan yang belum sendiri fasilitas
HARD 2. 2.
umum terjamah 2. Perorangan 2. Perlengkapan outdoor
TOURISTS
INDIVIDUAL 3. Penemuan/perintisan 3. Situs/kawasan 3. Interpreter 3. Jalan kaki, kendaraan
4. Tantangan fisk tinggi situs/desa terpencil 4. Dibantu penunjuk roda dua atau khusus
5. Resiko tinggi jalan/porter

1. Wisata – penjelajahan minat 1. Kawasan berbasis 1. Mandiri/mengatur 1. Menerima sarana dan


khusus. lingkungan alam dan sendiri fasilitas yang tersedia
2. Pengalaman khusus alami dan budaya alami 2. Menggunakan jasa 2. kendaraan kecil
otentik 2. Kawasan sensitif operator minat
3. Pemahaman dan pembelajaran 3. Kawasan yang khusus (outbound)
INDIVIDUAL - 4. Tantangan fisk rendah - sedang dipromosikan secara 3. Perorangan –
KELOMPOK KECIL terbatas kelompok kecil (15
5. Resiko rendah - sedang
4. Situs/kawasan orang)
situs/Museum 4. interpreter

SOFT 1. Wisata 1. Kawasan berbasis 1. Menggunakan jasa 1. Membutuhkan sarana


2. Pengalaman umum lingkungan alam dan operator perjalanan dan fasilitas lengkap
TOURISTS binaan kelompok kecil - dan memadai
3. Perubahan suasana 2.
KELOMPOK SEDANG - 4. Tantangan rendah 2. Kawasan yang besar 2. kendaraan besar
dipromosikan secara 3. Interpreter/
BESAR 5. Resiko rendah luas 4. Dibantu tour guide
3. Museum, Kota Tua
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

Kebijakan
INTERNASIONAL NASIONAL DAERAH
1. UNESCO: 1. UUD 1945 pasal 32 ayat 1 : negara memajukan kebudayaan nasional 1. Perda tentang Rencana Tata Ruang
• Safeguarding Traditional and Popular Culture mengembangkan nilai-nilai budayanya. Wilayah
of 1989 dan 2003 2. UU No. 11 Th. 2010 tentang Cagar Budaya. 2. Perda tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata
• UNWTO 1999, kesepakatan mempromosikan 3. UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
pelestarian warisan budaya melalui pariwisata 3. Adat Istiadat dan Kearifan Lokal
4. UU No 10 Th. 2009 tentang Kepariwisataan yang bertujuan
berkelanjutan. melestarikan kebudayaan untuk memperkukuh jati diri bangsa serta 4. Kesepakatan lokal (local license)
• Universal Declaration on Cultural Diversity of melestarikan mutu dan fungsi ligkungan;
2001, 5. UU No 6 Th. 2014 tentang Desa
• UNESCO Convention on Culture Tourism 6. UU No. 23 Th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. World Summit 1992 dan 2002 tentang 7. UU No 19 Th 2004: Perubahan Atas UU No 41 th 1999 Tentang
Pembangunan berkelanjutan
Kehutanan Menjadi Undang-Undang
3. Charter For Parwisata berkelanjutan 1995
8. UU No 1 Th 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
4. The Hue Declaration on Cultural Tourism and Kecil
Poverty Alleviation 2004; 9. UU No 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5. ICOMOS 1999 International Cultural Tourism 10. PP Republik Indonesia nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk
Charter Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010 – 2025
6. WTO Tourism Code Of Conduct 11. Permen Nomor 14 Th 2016 tentang Pedoman Pengembangan Destinasi
7. Deklarasi Yogyakarta tentang pariwisata budaya Pariwisata Berkelanjutan
dan pemberdayaan masyarakat, 2006
12. Kepmendikbud Nomor 087 tahun 1993 tentang pendaftaran Cagar
Budaya
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

• Badan Pembuat dan Pelaksana Kebijakan dan Regulasi (Governing Bodies),


Pelibatan Stakeholder & Shareholder yang memiliki kewenangan membuat dan menegakkan kebijakan antara lain
pemerintah (Dikbud, BP3, Balar), pemerintah daerah, WTO, World Heritage
Centre, UNESCO dan UNEP);
• Badan Pelestari (Conservation Agencies), yang menempatkan pelestarian
kebudayaan dan lingkungan dalam kerangka berkelanjutan antara lain (IAAI,
BPPI, JPPI, The Nature Conservancy (TNC), International Council on
Monument and Sites (ICOMOS),
• Pengembang (Developer), yang menggerakkan penyelenggaraan arkeowisata
dalam bentuk perseroan, koperasi, yayasan, komunitas di bidang penyedia
layanan sarana dan fasilitas wisata seperti Biro Perjalanan, Pemandu Wisata,
Pengelola kawasan, Pengusaha Cinderamata (termasuk Pengrajin).
• Masyarakat Lokal (Hosting Communities), yang memiliki asal usul kelokalan
di kawasan situs cagar budaya dan sekitarnya, serta berkepentingan menjaga
identitas, otentisitas, sistem nilai serta kesejahteraan mereka.
• Wisatawan (Tourists), yang melakukan sebuah perjalanan karena
ketertarikan minat khusus terkait warisan budaya dan arkeowisata sebagai
bagian dari pariwisata budaya
• Lembaga Donor (Funding Agencies), yang memberikan bantuan dana dan
atau fasilitas berupa hibah kepada pihak yang melakukan upaya pelestarian
antara lain Rockefeller Foundation, Ford Foundation, Sampurna, Asia
Foundation.
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

Industri Kreatif
IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola

KESESENIAN GLOBAL BERBASIS LOKAL


INDONESIA MENGGLOBAL BERBASIS LOKAL.....Mungkinkah?

1. Kesenian Global
a. Musik: blues, celtic, classical, jazz, reggae, rock.
b. Tari: ballet, butoh, flamenco, hip hop, modern, samba.
Acara budaya klas dunia
2. Siapa mendominasi apa EDINBURGH FESTIVAL, MONTREUX JAZZ FESTIVAL
SCOTLAND JENEWA yang paling menarik dan
a. US: blues, jazz, rap, r&b
berkelanjutan adalah:
b. EUROPE: classical, celtic, flamenco
1. Berbasis pada
c. JAMAICA: reggae konteksnya
d. SOUTH ASIA: raga 2. Berbasis
e. SE ASIA: gamelan Masyarakat
3. Dapatkah kita mengglobal dengan menggunakan material NOTTING HILL FESTIVAL RIO CARNIVAL 3. Tidak untuk
INGGRIS BRAZIL
global? keuntungan
a. Dapatkah Indonesia menjadi otoritas musik Jazz dunia?
b. Dapatkah Jepang menjadi referensi samba dunia?
c. Dapatkah Perancis menjadi negara utama gamelan?
4. GOING GLOBAL IS MORE POSSIBLE BY DOING LOCAL (serrano
sianturi)

TOMATO FESTIVAL. SPANYOL


IMPLEMENTASI STRATEGI
Mapping & Assessment Glokalisasi Tata Kelola
P E N U T U P
FOOD FOR THOUGHTS
• Archaeological tourism as a signpost to national identity (Stritch, 2001)
• The public interest in archaeological resources and their interpretation makes them an excellent focus for heritage
tourism and related public education efforts (ACHP, 2004)
• Creativity and innovation cannot lead to sustainable economies without respect for cultural diversity, which is itself
a source of creativity and innovation (Figeľ, 2009)
• Cultural manifestations always have an economic aspect, but commercialization has never been a motivation (Rano
Sianturi, 2004)
• Sustainable tourism development to provide for intergenerational equity. Equitable distribution of costs and benefits
of tourism development must take place among present and future generation. To be fair to future generations of
tourists and travel industry, sustainable tourism must therefore avoid resource allocation actions that are irreversible
(WTO, 1997: 34).
• Here is your country. Cherish these natural wonders, cherish the natural resources, cherish the history and culture as
a sacred heritage, for your children and your children's children. Do not let selfish men or greedy interests skin your
country of its beauty, its riches or its culture.( Theodore Roosevelt )
• We need to think about cultural tourism because really there is no other kind of tourism. It's what tourism is...People
don't come for our airports, people don't come for our hotels, or the recreation facilities.... They come for our culture:
high culture, low culture, middle culture, right, left or real (Keillor, 1995) .... or imagined -- they come here to see the
real Indonesia.
TERIMA KASIH
PROTECT : your cultural heritages values as a strategic asset

PRESERVE : your cultural environment

TRANSMIT : your cultural heritage to the new generation

ENRICH : your cultural values with modern activities

Roby Ardiwidjaja
roby.ardiwidjaya@parekraf.go.id
r_ardiwidjaja@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai