Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

“Analisis Minat wisatawan Pasca Covid-19”


Studi Kasus di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Astrid Nurul Yunisa (1409520012)

Muhammad Lutfi Ainurofiq Mohtar (1409520022)

PROPOSAL STUDI USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JAKARTA, 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi saat ini sektor pariwisata menjadi salah satu

industri terbesar dan terkuat di dunia, karena sektor pariwisata

merupakan penyumbang yang cukup besar terhadap pemasukan

pendapatan terutama dalam hal perekonomian masyarakat dan negara.

Kegiatan pariwisata sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat

yang ada di kota sampai pada masyarakat yang ada di desa.

Pengembangan pariwisata terbukti memberikan kontribusi positif

bagi daerah sekitarnya. Manfaat dari destinasi pariwisata yang

berkembang diantaranya adalah dapat meningkatkan jumlah lapangan

kerja, mengurangi jumlah pengangguran, dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (Sunaryo, 2013)1. Walaupun demikian, kondisi

pariwisata di Indonesia saat ini terdampak pandemi Covid-19.

Sugihamretha (2020) menjelaskan bahwa jumlah kunjungan wisatawan

menurun selama masa pandemi Covid-192. Penurunan jumlah kunjungan

wisatawan berdampak juga pada penurunan pendapatan pelaku usaha di

bidang pariwisata.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam

destinasi wisata berupa wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat

1
Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia
2
Sugihamretha, I. D. G. (2020). Respon Kebijakan: Mitigasi Dampak Wabah Covid-19 Pada Sektor
Pariwisata. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning,
4(2), 191–206

1
2

khusus. Adapun salah satu destinasi wisata unggulan yang dimiliki

Indonesia yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamaasi, yang terletak

di kawasan menteng Jakarta Pusat.

Museum sendiri merupakan salah satu daya tarik wisata yang

menarik untuk dikunjungi dan dapat memberikan informasi serta edukasi

tentang sejarah dan budaya dari kehidupan masa lampau. Mendengar

kata museum dengan sendirinya mengingatkan kita dengan benda-benda

kuno atau benda bersejarah yang terikatdengan peradaban maupun

budaya di masa lalu. Sering kali museum dianggap sebaga itempat yang

sangat membosankan karena hanya berisikan barang kuno, selain itu

terlepas dari image museum sendiri yang terkesan statis dan konservatif

dan beberapa bangungan museum yang menyeramkan dan terkesan

angker. Dengan adanya pandangan yang seperti ini dapat menyebabkan

menurunnya tingkat kunjungan masyarakat, mengingat masih kurangnya

minat wisatawan untuk berkunjung ke museum.

Berkaitan dengan hal tersebut sangat penting bagi Pemerintah

daerah untuk memperhatikan lebih jauh lagi tentang bagaimana

menerapkan strategi pengembangan yang tepat pada sektor pariwisata.

Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada

jumlah wisatawan yang datang. Oleh karena itu harus ditunjang dengan

peningkatan pemanfaatan daerah wisata sehingga industri pariwisata

akan berkembang dengan baik.

Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Oleh karena

itu, pemerintah daerah harus mengupayakan untuk dapat


3

mengembangkan potensi objek-objek wisata yang ada sehingga dapat

menarik wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut.

Wisatawan yang akan berkunjung di suatu tempat ditentukan oleh

motivasi dan keinginan individu itu sendiri (faktor pendorong) serta

adanya daya tarik (faktor penarik) yang ditawarkan di suatu objek wisata.

Pada umumnya tujuan wisatawan untuk berwisata adalah mendapat

kepuasan dan kesenangan tersendiri di suatu objek wisata yang

dikunjunginya

Berdasarkan pemaparan diatas penulis manaruh perhatian untuk

melakukan analisis perihal strategi pengembangan Museum Perumusan

Naskah Proklamasi untuk meningkatkan minat wisatawan untuk

berkunjung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telahdiuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Strategi pengembangan Museum Perumusan Naskah Proklamasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memberikan gambaran umum untuk Strategi pengembangan Museum

Perumusan Naskah Proklamasi untuk menarik wisatawan


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Museum

Museum menurut International Council of Museums (ICOM)

adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,

melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,

memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-

artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan

studi, pendidikan dan rekreasi. Sedangkan Museum menurut Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga,

tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan

benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan

lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian

kekayaan budaya bangsa (Rahardjo, 2011: 161) 3.

Pembangunan Museum mempunyai beberapa tujuan. Tujuan

museum menurut Kotler & Kotler dalam Rahardjo (2011: 161) adalah

sebagai berikut4:

1. Meningkatkan jumlah pengunjung

2. Membangun keanggotaan

3. Memperbanyak koleksi yang relevan

4. Merancang pameran dan program yang dapat menarik

pengunjung dari berbagai kelompok masyarakat.

3
Supratikno Rahardjo. (2011). Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia.
4
Ibid

4
5

5. Memperluas jangkauan fungsi pendidikan

6. Mengembangkan fasilitas

7. Meningkatkan pelayanan kepada pengunjung

8. Menignkatkan bantuan dana

9. Menghilangkan defisit operasional

Dewasa ini terjadi permasalahan-permasalahan dalam dunia

permuseuman. Beberapa permasalahan museum menurut Rahardjo

(2011: 159-160) antara lain:

1. Museum terancam ditinggalkan oleh pengunjungnya karena

pusat-pusat kegiatan untuk mengisi waktu luang semakin

bervariasi, sementara itu museum yang ada tidak dapat mengikuti

perkembangan tuntutan komsumen.

2. Apresiasi pengunjung terhadap koleksi museum yag dipamerkan

tidak menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Penataan

koleksi dianggap membosankan karena bersifat statis.

3. Pengelola museum terkesan kurang antusias dalam menjalankan

profesinya sehingga pengunjung tidak dapat memperoleh kesan

yang mendalam atau mendapat pengetahuan baru ketika

mengunjungi museum.

Bangunan untuk museum kurang terawat, fasilitas umum kurang

diperhatikan dan koleksi kurang ditampilkan dengan menarik sehingga

museum terkesan seperti gudang yang justru membuat calon

pengunjung enggan untuk mendatangi museum.


6

2.2 Pariwisita

Pengertian Pariwisata menurut Profesor K. Krapt dalam Yoeti

(1996: 112) adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari

perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat

tinggal sementara, asalkan orang asing itu tidak tinggal menetap dan

tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara 5.

Spillane (1987: 29-31) membedakan jenis pariwisata menjadi

sebagai berikut6:

1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang

meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari

udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya,

untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat

sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau

bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di

daerah luar kota.

2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang

menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat,

untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,

yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk

mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat


5
Oka A. Yoeti. (1996). Pemasaran Pariwisata
6
Spillane J. (1987). Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya
7

daerah lain, selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah,

peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-

pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival

seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)

Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori:

a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya

peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games,

World Cup, dan lain-lain.

b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga

bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri,

seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain.

5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau

perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan

yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah

tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)

Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta

yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara

penyelenggara.
8

2.3 Faktor Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang unik,

serta memiliki unsur keindahan dari kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia (Marpaung, 2019) 7. Daya tarik wisata

dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu daya tarik wisata alam, daya

tarik wisata budaya, serta daya tarik wisata hasil buatan manusia

(Kristiana & Liana, 2019)8. Daya tarik wisata alam bersumber dari

keunikan dan keindahan lingkungan alam, daya tarik wisata budaya

bersumber dari hasil olah cipta rasa, dan karsa manusia sebagai

makhluk budaya, sedangkan daya tarik wisata hasil buatan manusia

bersumber dari kreasi artifisial manusia. Lebih lanjut, daya tarik

wisata juga dapat diukur berdasarkan 3 indikator yaitu something to

see, something to do, dan something to buy (Purba & Simarmata,

2018; Sunaryo, 2013)9. Something to see adalah segala sesuatu

yang menarik untuk dilihat, something to do adala segala sesuatu

yang menarik untuk dilakukan wisatawan, sedangkan something to

buy adalah segala sesuatu yang menarik untuk dibeli oleh wisatawan.

Semakin menarik atraksi atau daya tarik wisata yang ditawarkan oleh

destinasi wisata, maka akan semakin berminat wisatawan untuk

mengunjungi destinasi wisata tersebut (Marpaung, 2019; Purba &

Simarmata, 2018)10.

7
Marpaung, B. (2019). Pengaruh Daya Tarik, Kualitas Pelayanan, Fasilitas Dan Keselamatan Dengan
Kepuasan Wisatawan Sebagai Variabel Interventing Terhadap Minat Kunjungan Ulang Wisatawan.
8
Kristiana, Y., & Liana, L. (2019). Analisis Minat Wisatawan Lokal Terhadap Taman Rekreasi Di
Tangerang Selatan.
9
Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia
10
Purba, M. L., & Simarmata, G. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Budaya Terhadap Daya
Tarik dan Minat Berkunjung ke Wisata Percut
9

2.3.1 Kualitas Pelayanan

Schiffman & Kanuk (2008) menjelaskan bahwa kualitas

pelayanan merupakan perbandingan dari persepsi konsumen

tentang pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang

diterima sesungguhnya. Kualitas pelayanan diukur berdasarkan

indikator SERVQUAL yang terdiri dari 5 dimensi yaitu tangible,

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy (Minh dkk.,

2015; Nurinsani, Aini, & Suardi, 2020) 11. Dimensi tangible diukur

berdasarkan ketersediaan fasilitas, kondisi fasilitas dan

penampilan dari fasilitas yang disediakan. Dimensi reliability

diukur berdasarkan kesesuaian layanan yang dijanjikan pada

konsumen dengan layanan yang diterima oleh konsumen.

Dimensi responsiveness diukur berdasarkan daya tanggap atau

respon terhadap kebutuhan konsumen dan kecepatan layanan

yang diberikan. Dimensi assurance dapat diukur berdasarkan

keterampilan penyedia layanan dan terjaminnya rasa aman.

Dimensi empathy diukur berdasarkan perhatian yang diberikan

oleh penyedia layanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan

suatu destinasi wisata dibuktikan memiliki pengaruh yang positif

terhadap minat kunjung wisatawan, sehingga semakin

berkualitas layanan yang diberikan maka semakin berminat

wisatawan untuk berkunjung (Sulastri et al., 2018) 12.

11
Nurinsani, A., Aini, W., & Suardi, S. (2020). Analisis Kualitas Pelayanan Pramuwisata Dalam Persepsi
Wisatawan Di Museum La Galigo Kota Makassar
12
Sulastri, Rapini, T., & Kristiyana, N. (2018). Analisis Pengaruh Daya Tarik, Kualitas Pelayanan
Terhadap Minat Berkunjung Ulang Pengunjung yang Berkunjung di Mojosemi Forest Park Kabupaten
Magetan Dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening
10

2.3.2 Kepercayaan atau Kepuasan Wisatawan

Kepercayaan dijelaskan sebagai keyakinan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen tentang suatu produk

terkait atribut produk dan manfaatnya (Astari & Herlambang,

2019)13. Kotler & Keller, (2018) juga menjelaskan bahwa

kepercayaan berhubungan dengan keyakinan tentang benar

atau salahnya sesuatu berdasarkan bukti, sugesti, pengalaman,

dan intuisi konsumen14. Kepercayaan merupakan aspek yang

dapat memotivasi wisatawan untuk memutuskan membeli jasa

pariwisata (Suprihatin, 2020)15. Kepercayaan dapat diukur

berdasarkan kemampuan penyedia layanan menyediakan

layanan yang dapat dipercaya, pengetahuan dan keterampilan

dari penyedia layanan, serta kebenaran dari produk (Anggraeni

& Madiawati, 2016; Nguyen, Leclerc, & LeBlanc, 2013) 16.

2.3.3 Minat Berkunjung Wisatawan

Dalam pemasaran, konsep minat berkunjung wisatawan

erat kaitannya dengan konsep minat beli konsumen. Satria

(2017) menjelaskan bahwa minat beli konsumen diukur

berdasarkan beberapa indikator seperti tingkat kesadaran

konsumen (awareness), tingkat pengetahuan terhadap produk,

tingkat kesukaan konsumen terhadap produk, preferensi, dan

13
Astari, N. W., & Herlambang, P. G. D. (2019). Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pada Hotel Dante di Kabupaten Gianyar
14
Kotler, P., & Keller, K. L. (2018). Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas Jilid 2
15
Suprihatin, W. (2020). Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi Covid-19
16
Nguyen, N., Leclerc, A., & LeBlanc, G. (2013). The Mediating Role of Customer Trust on Customer
Loyalty
11

tingkat keyakinan untuk membeli produk 17. Minat beli wisatawan

terhadap produk dan jasa wisata juga diukur berdasarkan

indikator tersebut (Fuady dkk., 2020) 18. Adapun minat

berkunjung wisatawan diukur berdasarkan indikator diantaranya

yaitu keaktifan wisatawan mencari informasi terkait produk,

kemantapan untuk berkunjung, serta keputusan untuk

berkunjung (Ramadoni & Rumorong, 2019)19.

2.4 Profile Museum Perumusan Naskah Proklamasi

2.4.1 Sejarah Berdirinya Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Museum Proklamasi ini dulunya dirancang sebagai

bangunan “kota taman” pertama di Indonesia oleh Belanda pada

tahun 1910. Gedungnya sendiri dibangun pada 1920 silam.

Gedung dengan luas tanah 3.914 meter persegi dan luas

bangunan 1.138 meter persegi ini dibangun dengan gaya

arsitektur Eropa oleh Belanda. Sampai akhirnya pada saat

Perang Pasifik terjadi, Jepang masuk dan mengambil alih

Indonesia. Pada masa itulah gedung ini kemudian dijadikan

tempat tinggal oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda. Saat itu,

Laksamana Maeda menjabat sebagai seorang Kepala

Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran

Jepang.  Pada 16 Agustus 1945, Tadashi Maeda mengizinkan


17
Satria, A. A. (2017). Pengaruh Harga, Promosi, dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Konsumen
Pada Perusahaan A-36
18
Fuady, I., Ramadhan, T., Sunarya, M. A., & Hisyam, G. (2020). Hubungan Terpaan Promosi Wisata
Terhadap Minat Berkunjung ke Objek Wisata Citumang
19
Ramadoni, W., & Rumorong, N. E. (2019). Pengaruh Kualitas Produk Wisata dan Harga Terhadap
Minat Beli Wisatawan ke Yogyakarta
12

rumahnya menjadi tempat disusunnya perumusan naskah

proklamasi Indonesia. Naskah proklamasi dirancang oleh

Soekarno, Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, dan Sayuti Melik (juru

ketik). 

Berdasarkan dari surat ukur No. 955 Tanggal 21

Desember 1931, pemilik dari gedung ini adalah PT Asuransi

Jiwasraya yang dulu bernama Nederlandsch Indiesche

Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859

(NILLMIJ). Sebelum akhirnya diresmikan menjadi Museum

Proklamasi, gedung ini sudah beberapa kali berubah fungsi.

Sebelum Perang Pasifik, gedung tersebut dijadikan sebagai

British Council General (Konsulat Jenderal Inggris). Kemudian

berganti lagi menjadi rumah kediaman Laksamana Tadashi

Maeda, setelah Jepang menguasai Indonesia. Pada tahun 1947,

gedung ini berubah fungsi menjadi kediaman resmi Duta Besar

Kerajaan Inggris. Terjadinya aksi nasionalisasi terhadap bangsa

asing ini membuat pemerintah berniat untuk mengambil alih

gedung tersebut. Gedung ini kemudian diserahkan kepada

Departemen Keuangan dan dikelola oleh PT. Asuransi Jiwasraya.

Pada 1961, gedung ini kemudian dikontrak oleh Kedutaan Inggris

selama 20 tahun, sampai tahun 1981. Sebenarnya, sejak tahun

1976, Indonesia sudah berusaha untuk menjadikan gedung

tersebut sebagai gedung monumen bersejarah.


13

Pada tanggal 25 November 1980, diadakan rapat

Koordinasi Bidang Kesra Departemen Dalam Negeri dan Pemda

DKI Jakarta. Hasil dari rapat tersebut memutuskan bahwa

gedung ini akan dijadikan Monumen Sejarah Indonesia.

Keputusan ini juga didukung dan diterima oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian disahkan pada

tanggal 28 Desember 1981. Pengertian museum berdasarkan

peraturan pemerintah No. 66 Tahun 2015 adalah lembaga yang

berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi,

dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan menerima gedung tersebut dari PT

Asuransi Jiwasraya dengan penggantian uang anggaran

Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam beberapa waktu, gedung

ini dikelola lebih dulu oleh Kanwil Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan DKI Jakarta. Lalu, pada tahun 1984, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. Nugroho Notosusanto

memberikan perintah kepada Direktur Permuseuman untuk

segera merealisir gedung bersejarah ini menjadi Museum

Perumusan Naskah Proklamasi. Sampai akhirnya pada 26 Maret

1987, gedung ini diberikan kepada Direktorat Permuseuman dan

dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.


14

2.4.2 Visi dan Misi

 VISI:

Terbentuknya insan dan ekosistem museum yang berkarakter

dalam melestarikan nilai Sejarah Proklamasi Indonesia dengan

Berlandaskan Gotong Royong

 MISI:

1. Mewujudkan pengelolaan koleksi museum dalam

melestarikan dan memanfaatkan nilai sejarah proklamasi.

2. Mewujudkan layanan edukasi yang menyenangkan di

museum.

3. Meningkatkan peran museum sebagai pusat pengkajian dan

informasi sejarah sekitar proklamasi.

4. Meningkatkan kekuatan kompetisi tata kelola sumber daya

museum dan melibatkan publik dalam mengemgbangkan

koordinasi dan kerjasama lintas sektor.

2.4.3 Jam Operasional dan Harga Tiket

Jadi, museum buka dari hari Selasa hingga Minggu.

Untuk hari Selasa–Kamis, museum dibuka mulai pukul 08.00–

12.00 WIB. Dilanjutkan pukul 13.00–16.00 WIB. Sementara di

hari Jumat, museum dibuka untuk umum mulai pukul 08.00–

11.30 WIB. Dilanjutkan pukul 13.00–16.30 WIB.

Adapun di akhir munggu atau hari Sabtu–Minggu,

museum dibuka mulai pukul 08.00–16.00 WIB. Karcis masuk

Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu Rp 2.000 untuk


15

dewasa per orangan. Sementara untuk rombongan dewasa

(minimal 20 orang), harga karcs masuknya Rp 1.000 per orang.

Anak-anak yang ingin masuk museum ini dikenai karcis

Rp 1.000 per orang. Sementara untuk rombongan anak-anak

(minimal 20 orang), hanya dikenai harga karcis Rp 500 per

orang. Wisatawan atau pengunjung asing yang ingin masuk

dikenai harga karcis Rp 10.000 per orang.

2.4.4 Struktur Organisaasi


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Lexy J. Moleong (2010: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah 20. Penggunaan metode penelitian

kualitatif ini membantu peneliti dalam mengumpulkan berbagai informasi

yang terkait dengan strategi yang dilakukan Museum Perumasan Naskah

Proklamasi dalam menarik minat wisatawan agar berkunjung ke museum.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Museum Perumasan Naskah

Proklamasi yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol 1, Menteng, Jakarta

Pusat. Pemilihan lokasi tersebut disarakan pada pada pertimbangan

bahwa museum tersebut termasuk Museum Negeri yang sepi dari

pengunjung dan merupakan museum yang memiliki nilai sejarah yang

tinggi.

3.3 Sumber Data


20
Moleong, Lexy J. (2010). Metode Penelitian kualitataif

16
17

3.3.1 Data Primer

Lofland dalam Moleong (2010: 157) mengemukakan bahwa

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan21. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang

diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

Sebelum dilakukannya wawancara peneliti melakukan observasi

dilokasi untuk mendapat informasi tentang kondisi lokasi penelitian.

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung

tentang Strategi Museum Perumusan Naskah Proklamasi dalam

meningkatkan minat pengunjung museum yaitu dengan wawancara

dengan Kepala Museum dan wisatawan yang berkunjung ke Museum

Perjuangan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,

buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen

resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat

berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-

lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-

hasil studi, tesis, hasil survei, studi historis, dan sebagainya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi
21
Ibid
18

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan indera tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu

menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi atau

pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat

penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.

Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis

pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan

tergantung pada jenis dan variasi pendekatan (Moleong, 2010:

242). Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah

direncanakan secara sistematik mengenai bagaimana strategi

Museum Perumusan Naskah Proklamasi dalam menarik minat

pengunjung Museum dengan cara mengamati bagaimana

pelayanan yang diberikan oleh petugas Museum kepada

pengunjung, apa saja fasilitas yang ditawarkan dan bagaimana

keadaan lingkungan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

3.4.2 Wawancara

Menurut Moleong (2010: 187) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan petunjuk umum. Jenis wawancara ini

mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar

pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara


19

berurutan (semi struktur). Penggunaan teknik wawancara dengan

menggunakan petunjuk umum wawancara dikarenakan agar garis

besar hal-hal yang akan ditanyakan kepada narasumber terkait

dengan strategi Museum Perumusan Naskah Proklamasi dalam

menarik minat pengunjung Museum dapat tercakup dan dapat

semua terjawab. Wawancara dilakukan dengan membawa

pedoman wawancara (interview guide) dengan tujuan agar

wawancara tidak menyimpang dari permasalahan. Wawancara ini

ditujukan kepada Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Sedangkan untuk wisatawan yang berkunjung ke Museum

Perumusan Naskah Proklamasi menggunakan wawancara

terstrukrut dengan cara wisatawan mengisisi daftar pertanyaan

yang telah disediakan.

3.4.3 Dokumentasi

Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka,

dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur,

laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen

peraturan pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia

pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan

disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh

data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian

yang akan dilakukan.

3.5 Sistematika Penulisan


20

a. BAB I Pendahuluan, Bagian ini berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, yang diterapkan dalam pembuatan

Proposal.

b. BAB II Landasan Teori, Dalam bab ini akan dibahas tentang

Museum,Pariwisata, Daya tarik Wisata, Profil Museum Perumusan

Naskah Proklamasi (Sejarah, visi misi, struktur Organisasi)

c. BAB III Metode Penelitian, dalam bab ini akan dibahas tentang desain

penelitian yang digunakan termasuk lokasi penelitian, sumber data,

teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan


DAFTAR PUSTAKA

Astari, N. W., & Herlambang, P. G. D. (2019). Pengaruh Kepercayaan dan


Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pada
Hotel Dante di Kabupaten Gianyar. Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Equilibrium, 5(1), 72–79
Fuady, I., Ramadhan, T., Sunarya, M. A., & Hisyam, G. (2020). Hubungan
Terpaan Promosi Wisata Terhadap Minat Berkunjung ke Objek
Wisata Citumang. Jurnal Pariwisata, 7(1), 44–51
Kotler, P., & Keller, K. L. (2018). Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas
Jilid 2. Jakarta: Indeks
Kristiana, Y., & Liana, L. (2019). Analisis Minat Wisatawan Lokal Terhadap
Taman Rekreasi Di Tangerang Selatan. Jurnal Pariwisata, 6(2),
128–135
Marpaung, B. (2019). Pengaruh Daya Tarik, Kualitas Pelayanan, Fasilitas
Dan Keselamatan Dengan Kepuasan Wisatawan Sebagai Variabel
Interventing Terhadap Minat Kunjungan Ulang Wisatawan. Mpu
Procuratio: Jurnal Penelitian Manajemen, 1(2), 144–156
Moleong, Lexy J. (2010). Metode Penelitian kualitataif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nguyen, N., Leclerc, A., & LeBlanc, G. (2013). The Mediating Role of
Customer Trust on Customer Loyalty. Journal of Service Science
and Management, 06(01), 96–109
Nurinsani, A., Aini, W., & Suardi, S. (2020). Analisis Kualitas Pelayanan
Pramuwisata Dalam Persepsi Wisatawan Di Museum La Galigo
Kota Makassar. Jurnal Pariwisata, 7(2), 106–114
Oka A. Yoeti. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Purba, M. L., & Simarmata, G. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan
Budaya Terhadap Daya Tarik dan Minat Berkunjung ke Wisata
Percut. Jkbm (Jurnal Konsep Bisnis Dan Manajemen), 5(1), 106–
117
Ramadoni, W., & Rumorong, N. E. (2019). Pengaruh Kualitas Produk Wisata
dan Harga Terhadap Minat Beli Wisatawan ke Yogyakarta (Studi
Kasus Pada Wisatawan yang Menggunakan Jasa Pada CV
Hosanna Global Partner). Jurnal Eksekutif, 16(2), 279–294
Satria, A. A. (2017). Pengaruh Harga, Promosi, dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Perusahaan A-36. Jurnal
Manajemen Dan Start-Up Bisnis Volume, 2(1)

21
22

Spillane J. J, 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prospeknya,


Yogyakarta: Kansius.
Sugihamretha, I. D. G. (2020). Respon Kebijakan: Mitigasi Dampak Wabah
Covid-19 Pada Sektor Pariwisata. Jurnal Perencanaan
Pembangunan: The Indonesian Journal of Development Planning,
4(2), 191–206
Sulastri, Rapini, T., & Kristiyana, N. (2018). Analisis Pengaruh Daya Tarik,
Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang Pengunjung
yang Berkunjung di Mojosemi Forest Park Kabupaten Magetan
Dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 2(1), 37–45
Sunaryo, B. (2013). Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Suprgatikno Rahardjo. (2011). Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia.
Bandung: Lubuk Asung.
Suprihatin, W. (2020). Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Pariwisata di Nusa Tenggara Barat). Jurnal
Bestari, 19(1), 56–66

Anda mungkin juga menyukai