Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE STYLE,

STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN


PRODUK FASHION KOREA EDITION

RENCANA SKRIPSI

Oleh :
ANGGUN ASRI EGAMARDIANA
NPM : 19310110069

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2022
PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE STYLE,
STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PRODUK FASHION KOREA EDITION

RENCANA SKRIPSI

Oleh :
ANGGUN ASRI EGAMARDIANA
NPM : 19310110069

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Wijayakusuma Purwokerto

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2022
PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE STYLE,
STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PAKAIAN FASHION KOREA EDITION
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Anggun Asri Egamardiana
NPM : 19310110069
Telah diketahui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Wijayakusuma
Purwokerto.

Dosen Pembimbing I

Dra. Hj. Arinastuti, M.Si


NIS. 6100732050

Dosen Pembimbing II

Mayla Surveyandini, S.E., M.Si


NIS. 6100734082
Mengetahui,
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Ketua,
Dekan,

H. Ady Achadi, S.E., M.Si.


Andhi Johan S, S.E., M.Si.
NIS. 6100735093
NIS. 6100734086
Rencana Skripsi
Judul : PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE
STYLE, STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK FASHION KOREA EDITION
Nama : ANGGUN ASRI EGAMARDIANA
NPM : 19310110069

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan yang terjadi pada dunia fashion di Indonesia saat ini
berkembang pesat, terutama perkembangan fashion merek korea edition.
Penyebaran informasi pada media massa saat ini berkaitan dengan budaya
populer atau dikenal sebagai budaya pop. Budaya populer di Indonesia tidak
hanya budaya barat. Jepang dan Korea pun mulai menjadi produsen dari
budaya populer melalui tayangan hiburan dan menjadi saingan bagi Amerika
dan Eropa (Wuryanta, 2011). Budaya asing yang menjadi fenomena di
Indonesia saat ini adalah demam Korea. Hal ini mengacu pada popularitas
budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea. Budaya tersebut
nampak dalam drama dan film, fashion, pernak-pernik, dan musik pop Korea
yang biasa disebut dengan K-pop. Budaya populer Korea ini mampu
menjangkau segala usia mulai dari anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Soekanto (2010) menjelaskan, pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur budaya asing
yang masuk melalui proses alkulturasi.
Budaya pop secara sosiologis merupakan budaya yang sedang trend,
banyak diminati dan cepat berganti. Budaya pop saat ini tidak hanya di
dominasi budaya Barat seperti Amerika dan Eropa. Wilayah Asia juga mulai
menjadi salah satu pengekspor budaya pop. Salah satu negara di Asia yang
menjadi pengekspor budaya pop adalah Korea. Korea secara khusus memiliki
budaya khas yang membuat sebagian orang tertarik untuk mengetahui aspek
negara tersebut. Budaya pop Korea disebut juga dengan gelombang Korea.
Budaya tersebut menarik perhatian dari masyarakat di seluruh belahan dunia.
Fenomena budaya korea inilah yang membuat industri fashion Korea
memasuki di kota purwokerto.
Komunitas penggemar Korea dikenal dengan sebutan Korean Lovers.
Fatimah (2010) menjelaskan bahwa KCB (Korea Community Bandung)
memiliki anggota yang tersebar di berbagai kota besar, seperti Bogor,
Malang, Sukabumi, Bandung, Palembang, Surabaya, Solo, Balikpapan,
Malaysia dan Jakarta. Korean Lovers menunjukkan identitas “ke-korea-an”
diri melalui produk yang digunakan mulai dari elektronik, makanan, make-
up, dan gaya fashion. Fashion yang dimaksud adalah cara berpakaiannya,
gaya rambut hingga gaya berdandan artis Korea baik pria maupun wanita.
Bentuk fashion Korea mulai dari gaya rambut yang lurus berwarna (pirang)
dan berponi, model baju berbahan rajut, bolero, dan baju yang berrenda.
(Winarso, 2011). Namun juga menjadi lokasi yang strategis bagi pelaku
industri seni dari luar Indonesia, termasuk korean wave untuk berbisnis dan
memperkenalkan kebudayaan yang dimiliki. Perkembangan fashion korea
edition di Purwokerto menjual perlengkapan fashion seperti pakaian,
kosmetik, aksesoris dan lainnya sesuai dengan trend di Korea Edition.
Fashion Korea pada saat ini banyak diminati oleh kalangan anak-anak,
dan remaja. Melalui penampilan artis Korea yang memiliki wajah yang
menarik, kulit putih dan bersih, dan mempunyai badan yang tinggi membuat
anak-anak dan remaja meniru gaya fashion sang idola mereka. Pemilik usaha
industri hiburan serta pemerintah Korea Selatan berhasil mengubah pola pikir
penggemar korean.
Pendapat ini membuktikan bahwa target utama oleh produsen industri
Korea adalah pasar remaja yang sebagai konsumen. Hal tersebut membuat
anak-anak dan remaja mudah terpengaruh dan akan mengikuti hingga
terpesona dengan fashion yang dikenakan oleh selebritis korea serta menjadi
panutan mereka dalam hal berpenampilan mulai dari pakaian, kosmetik dan
aksesoris. Dengan panutan mereka terhadap selebritis Korea membuat remaja
perempuan saat ini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif. Remaja
menggunakan uang saku yang diberikan oleh orang tua mereka untuk
membeli kosmetik, pakaian serta aksesoris Korea dan membuat mereka
seolah-olah tidak sadar dalam membeli produk yang mereka butuhkan dan
yang diinginkan.
Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan dan kondisi masyarakat
khususnya anak-anak yang meliputi berbagai hal, seperti gaya hidup,
ekonomi, sosial, politik dan budaya yang mempengaruhi munculnya merek
korea edtition. Pengaruh kualitas produk, brand image, lifestyle, store
atmosphere juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Kualitas produk adalah bagaimana produk tersebut memiliki nilai yang
dapat memuaskan konsumen baik secara fisik maupun secara psikologis yang
menunjukan pada atribut atau sifat-sifat yang terdapat suatu barang atau hasil
(Kotler dan Amstrong, 2015:224). Brand Image adalah deskripsi asosiasi dan
keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek (Brand Image)
adalah pengamatan dan kepercayaan yang dingenggam konsumen, separate
yang dicerminkan di asosiasi aau di ingatan konsumen (Tjiptono, 2015:49).
Lifestyle (Gaya Hidup) secara luas luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasi bagaimana orang lain menghabiskan waktu mereka (aktivitas)
dilihat dari pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, dan kegiatan sosia; serta
interest (minat) terdiri dari makanan, mode, keluarga, rekreasi dan juga
opinion (pendapat) terdiri dari mengenai diri mereka sendiri, masalah
masalah sosial, bisnis, dan produk. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih
dari sekedar kelas sosial ataupun kepribadian seseorang (Sutisna dalam Heru
Suprihhadi, 2017). Store Atmosphere (Suasana) merupakan setiap toko
mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk
berputar-putar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan yang
berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, dan suram.
Perubahan tren saat ini sangat cepat, hanya kurang dari waktu satu
bulan tren yang baru sudah muncul. Perkembangan teknologi yang
dimanfaatkan oleh produsen membuat tren baru cepat menyebar luas di
masyarakat. Dengan adanya perubahan tren yang sangat cepat, para
konsumen didorong untuk mengikuti dan menyesuaikan diri dengan tren yang
baru agar tidak ketinggalan merek koreaedition.
Fashion sendiri adalah salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari
seseorang yang memiliki gaya hidup yang tinggi. Untuk memuaskan gaya
hidup seseorang, tentunya pembeli akan mengarahkan kajian terlebih dahulu
untuk dipikirkan sebelum membeli suatu barang. Ada beberapa faktor yang
dapat memengaruhi pilihan pembelian, khususnya psikologi, karakteristik
pembeli, dan lebih jauh lagi, status ekonomi pembeli. Kemajuan finansial
menyebabkan perubahan dalam cara hidup seorang individu.
Gaya berbelanja dapat mencerminkan penggunaan energi waktu dan
uang seseorang. Semakin banyak waktu yang dimiliki konsumen semakin
banyak peluang belanja yang mereka miliki semakin banyak uang yang
dimiliki konsumen semakin tinggi daya beli mereka. Sifat konsumtif yang
mudah bosan dengan satu jenis tren dan selalu membutuhkan hal-hal baru
menghadirkan peluang besar bagi para fund manager khususnya di industri
fashion. Dapat dilihat bahwa saat ini banyak sekali toko yang menjual produk
fashion dengan desain yang unik dan menarik baik untuk pria maupun wanita.
Jenis mode yang dipilih seseorang dapat menentukan gaya hidup yang
mereka pilih.
Masyarakat Indonesia terutama dikalangan anak-anak, remaja, dewasa
sangat memperhatikan penampilan yang mereka gunakan dari fashion korea
edition. Saat ini hal tersebut sudah menjadi gaya hidup yang diperhatikan
oleh masyarakat. Akibatnya para produsen harus mampu memenuhi
permintaan dan memahami keinginan konsumen yang makin meningkat.
Perilaku masyarakat Indonesia yang dengan mudah menyerap perubahan
tren, menjadi peluang besar bagi para pelaku bisnis fashion. Di indonesia saat
ini, banyak industri pakaian berkembang pesat, dari pakaian lokal sampai
dengan pakaian import.
Memahami perilaku pembeli juga penting bagi profesional keuangan
karena setiap konsumen memiliki alasan khusus untuk memilih suatu produk.
Pembeli dapat melakukan pembelian berdasarkan kualitas dan pengelolaan
barang yang diterimanya. Penjelasan lainnya adalah untuk memenuhi
keutuhan mereka atau jarang ada yang melakukan pembelian dengan praktis
tanpa penjelasan khusus atau langsung (Tandywijaya 2015).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) pelanggan akan sering
mempercayakan barangnya kepada merek yang lebih populer atau terkenal.
Hal ini menjadi dasar bagi perusahaan untuk memperkuat posisi mereknya
guna membangun citra merek yang positif dan tahan lama di benak
konsumen.
Melalui branding konsumen dapat mengenali barang mengevaluasi
kualitas mengurangi risiko pembelian serta memperoleh pengalaman dan
kepuasan dari perbedaan produk tertentu (Lin et al. 2007 hlm. 122). Selain
faktor tersebut persepsi harga juga mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Persepsi harga mengacu pada bagaimana penilaian harga
dipengaruhi oleh persepsi konsumen sehingga pada akhirnya suatu produk
dapat dipersepsikan memiliki harga yang tinggi atau rendah (Peter&Olson
2000: 228).
Demikian pula keputusan pembelian konsumen penting bagi
pertumbuhan bisnis karena semakin banyak pembeli yang ingin membeli
barang atau jasa bisnis semakin menguntungkan bisnis tersebut dan
mempertahankan pelanggannya. Keputusan pembelian tidak hanya dapat
menjadi peluang bagi bisnis untuk mendapatkan keuntungan dari perspektif
bisnis tetapi dengan semakin banyaknya orang yang membeli suatu barang
bisnis tersebut akan mendapatkan semakin banyak pengakuan individu dan
pembeli akan menjadi loyal kepada perusahaan. Bagi seseorang untuk
memilih membeli produk yang direkomendasikan oleh perusahaan,
perusahaan dapat melakukannya dengan beberapa cara seperti menawarkan
kualitas terbaik dari produk tersebut. Menurut Sciffman & Kanuk (2008:85)
keputusan pembelian dapat dipahami sebagai pemilihan dua atau lebih
alternatif keputusan pembelian. Artinya bagi seseorang sebelum membeli
produk ada beberapa alternatif lain sehingga ia harus memilih salah satu.
Menurut penelitian ini variabel petama yang mempengaruhi keputusan
pembelian adalah kualitas produk, menurut Gerung, dkk (2017) kualitas
produk adalah setiap apa saja yang ditawarkan dipasar untuk mendapatkan
perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan manusia. Menurut Margaretta (2017) kualitas
produk merupakan pemahamanbahwa produk yang ditawarkan oleh penjual
mempunyai nilai jauh lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Kualitas
menyatakan tingkah kemampuan suatu produk tertentu dalam melaksanakan
fungsinya yang diharapkan. Dari segi pandangan pemasaran, kualitas diukur
dalam ukuran persepsi pembeli tentang mutu atau kualitas produk terhadap
keputusan pembelian dibuktikan dengan hasil penelitian Achiddah dan
Hasiolan (2016) yang menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil yang sama juga dibuktikan
oleh hasil pembelian Santoso, dkk (2013) bahwa kualitas produk berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Pembelian
dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Rumonder, dkk (2017) bahwa
kualitas produk berpengaruh tidka signifikan terhadap keputusan pembelian.
Variabel kedua yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah Brand
Image. Citra merek merupakan salah satu hal terpenting bagi persaingan
dengan produk penyedia ponsel pesaing lainnya (Mendagi dkk., 2018).
Menunjukkan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap niat beli
dan keputusan pembelian (Wicaksono & Mudiantono, 2017). Kemudian citra
merek dimana citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian (Andriyanto et al., 2018).
Variabel ketiga yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah
lifestyle. Menurut Lifestyle (Gaya hidup) adalah pendekatan terkenal yang
dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen. Kegiatan, Minat,
dan Opini (AIO) teori adalah pengukuran gaya hidup yang paling terkenal
(Plummer, 1974). Menunjukkan variabel Lifestyle berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian pakaian.
Variabel keempat yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah
store atmosphere. Bahwa store atmosphere adalah suasana toko yang
menggambarkan perubahan dalam perencanaan pembelian lingkungan yang
menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen
mengambil tindakan untuk membeli (Juharsah & Hartini, 2019). Pengaruh
store atmosphere terhadap Keputusan Pembelian seperti yang ditunjukkan
oleh penelitian bahwa store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian (R. Hidayat & Sujud, 2019; Prambudi & Rachmi, 2017;
Setianingsih, 2016). Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil yang
disimpulkan bahwa variabel store atmosphere tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (An’nisa, 2016; Djohansyah & Pratomo, 2017).
Berdasarkan dari fenomena yang ada dan didukung oleh penelitian
terdahulu, maka penelitian tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh
Kualitas Produk, Brand Image, Life Style, Store Atmosphere Terhadap
Keputusan Pembelian Fashion Korea edition”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan pembelian fashion kores edition?
2. Apakah brand image berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion kores edition?
3. Apakah life style berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion kores edition?
4. Apakah store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion korea edition?
5. Apakah kualitas produk, brand image, store atmosphere, lifestyle secara
simultan bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap keputusan
pembelian fashion korea edition?

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi masalah kualitas produk, brand image, life style dan
store atmosphere terhadap keputusan pembelian fashion korea edition
Purwokerto. Ruang lingkup penelitian terbatas pada konsumen pembelian
fashion korea edition Purwokerto.
Penelitian ini dilaksanakan pada …………….. 2022.
D. Tujuan Dan Keguanaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk secara
persial terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image secara
persial terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Lifestyle secara persial
terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
d. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh store atmosphere
terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
2. Kegunanaan Penelitian
a. Bagi penelitian
Penelitian ini dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman dan ilmu yang telah di dapat di bangku kuliah terutama
dalam kaitannya pengaruh kualitas produk, brand image, life style
terhadap pembelian pakaian anak-anak pada toko kasibahshop
purwokerto
b. Bagi perusahaan
Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi
perusahaan mengenai kualitas produk, brand image, life style terhadap
keputusan pembelian pakaian anak-anak pada toko kasibahshop
purwokerto.
c. Bagi fakultas
Dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terhadap dunia
ilmu pendidikan, selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
A. Tinjauan Pustaka
1. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan Pembelian adalah aktifitas yang dilakukan dalam
sebeuah perusahaan bisnis untuk memperoleh barang yang diinginkan.
Sedangkan, keputusan pembelian merupakan pikiran setiap individu
untuk melihat, dan mempertimbangkan berbagai pilihan dan
memutuskan untuk memilih satu produk atau lebih dari satu produk.
Menurut Kotler & Amstrong (2014), keputusan pembelian adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen
bener-bener membeli oleh konsumen atau pembeli dipengaruhi pula
oleh kebiasaan. Kebiasaan tersebut mencakup kapan waktunya
pembelian dilakukan dlaam jumlah berapa pembelian dilaksanakan, dan
dimana pembelian terseut dilakukan.
Selain itu, menurut Mangkunegara (2015:43) Keputusan pembelian
merupakan salah satu proses dari perilaku konsumen, perilaku
konsumen adalah kerangka kinnerja atau sesuatu yang mewakili apa
yang diyakini konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Dalam
keputusan pembelian dengan membeli produk atau merek yang paling
disukai ada 2 faktor yang muncul antar niat dalam membuat keputusan
untuk membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain dan yang
kedua faktor situasi yang tidak diharapkan. Setelah membeli produk,
konsumen akan mengalami proses keputusan sebagai tingkah laku
paska pembelian yaitu suatu perasaan senang atau kecewa seseorang
yang berasal dari perbandinngan antara kesannya terhadap kinerja atau
hasil suatu produk dan harapannya. Jika kinerja dibawah harapan,
konsumen tidak akan puas dan jika kinerja memenuhi harapan
konsumen maka akan menimbulkan senang.
Keputusan pembelian merupakan salah satu proses dari perilaku
konsumen. Menurut perilaku konsumen adalah kerangka kinerja atau
sesuatu yang mewakili apa yang diyakini konsumen dalam mengambil
keputusan membeli. Dalam keputusan pembelian dengan membeli
produk atau merk yang paling disuka (Mangkunegara, 2015:43)
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
pembelian adalah proses yang harus berawal dari mengenal masalahnya
lalu dianalisis dan menutuskan produk yang paling sesuai dengan yang
diinginkan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah
penglihatan pertama pada produk beserta harga yang terpajang sehingga
menarik perhatian konsumen.

Menurut Kotler dan Kaller (2012) menyatakan faktor-faktor yang


mempengaruhi keputusan pembelian terdiri atas :
1) Faktor Budaya
Budaya mempunnyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam
terhadap keputusan pembelian. Pemasar harus memehami peran
yang dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial pembeli.
2) Faktor Sosial
Keputusan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial
separate kelompok acuan, keluarga, peran dan dan status sosial
dari konsumen.
3) Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh usia dan tahap
siklus hidup pembeli, pekerjaan dan lingkungan ekonomi,
kepribadian, konsep diri gaya hidup dan nilai.
4) Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis yang utama, yaitu motivasi, persepsi, proses
pembelajaran serta kepercayaan dan sikap.
c. Tahap-tahapan keputusan pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2014) konsumen akan melalui lima
tahap dalam pengambilan keputusan pembelian, yaitu :
1) Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama proses
keputusan pembeli, dimana konsumen menyadari suatu masalah
atau kebutuhan
2) Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak,
konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian atau
melakukan pencarian informasi secara aktif.
3) Evaluasi alternatif merupakan tahap proses keputusan pembeli
dimana konsumen menggunakan informasi utuk mengevaluasi
merek alternatif dalam sekelompok pilihan.
4) Keputusan pembelian merupakan keputusan pembelian tentang
merek mana yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada
antara niat membeli dan keputusan pembelian.
5) Perilaku pasca pembelian merupakan tahap proses keputusan
pembelian dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya
setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan
mereka.
d. Peranan keputusan pembelian
Menurut kotler dan keller (2007)
1) Pencetus (Initiator)
Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan dan
kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa tertentu.
1) Pemberi Pengaruh (Influencer)
Yang memberi pandangan, nasihat atau pendapat sehingga dapat
mempengaruhi keputusan pembelian.
2) Pengambilan keputusan (Desider)
Orang yang mengambil keputusan mengenai setiap komponen
keputusan pembelian yang mencakup mengenai apakah membeli
barang tersebut atau tidak, mengenai bagaimana cara membelinya
atau dimana membelinya.

3) Pembeli (Buyer)
Orang yang memiliki wewenang formal untuk memilih pemasok
dan penyususn syarat pembelian.
4) Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa
yang telah dibeli.
e. Indikator keputusan pembelian menurut Kotler & Keller (2007) yaitu:
1) Tujuan dalam membeli sebuah produk
2) Proses informasi untuk sampai ke pemilihan merek
3) Kemapanan pada sebuah produk
4) Merekomendasikan pada orang lain
5) Melakukan pembelian
Menurut Yuliani, Mitariani, dan Atmaja (2021) indikator keputusan
pembelian adalah:
a) Kemantapan pada sebuah produk
b) Kebiasaan dalam membeli produk
c) Memberikan rekomendasi kepada orang lain
d) Melakukan pembelian ulang

2. Kualitas Produk
a. Pengertian Kualitas Produk
Kualitas Produk menurut Kotler (2012) mendefinisikan salah satu
pemosisian utama bagi pemasar. Kualitas produk berkaitan erat dengan
nilai dan kepuasan pelanggan. Menurut Kotler dan Armstrong (2012),
kualitas produk adalah karakteristik suatu produk yang berkaitan
dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang
dinyatakan atau makna yang tersiat.
Kualitas Produk merupakan suatu kemampuan produk dalam
melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan,
kehandalan, ketelitian, yang diperoleh produk dengan secara keseluran
Kualitas produk adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau
pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan atau tersirat.
Kualitas produk bukan berarti sekedar produk bebas didefinisikan oleh
pelanggan, bukan organisasi atau manejer departemen pengendalian
kualitas kenyataannya ekspektasi pelanggan bersifat individual.
Kualitas bagi seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan
lain. Kualitas produk merupakan aset perusahaan untuk bertahan dalam
dunia bisnis. Apabila kualitas produk yang diharapkan konsumen tidak
terpenuhi dari suatu produk, maka konsumen akan berpindah ke produk
yang menjanjikan kualitas yang diharapkan.
b. Dimensi Kualitas Produk
Menurut Kotler (2012) mengungkapkan bahwa ada delapan dimensi
kualitas produk sebagai berikut (Syafarudin & Mulya 2019: Hertati
2018):
1) Performance atau kinerja produk merupakan ciri atau fungsi utama
dari suatu prodk. Inilah manfaat atau manfaat utama dari produk
yang kita beli.
2) Reabilitas atau keandalan produk, yaitu peluang suatu produk akan
memperbaiki dirinya sendiri dari kegagalan saat menjalankan
fungsinya.
3) Fitur produk atau features adalah ciri atau fitur tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk.
4) Durability atau daya tahan menunjukkan umur produk, yaitu jumlah
pemakaian suatu produk sebelum diganti atau rusak. Semakin lama
daya tahannya, semakin tahan lama. Produk yang tahan lama akan
dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada produk
yang cepat habis atau cepat ganti merek.
5) Dimensi kesesuaian atau kesesuaian Kesesuaian adalah kesesuaian
kinerja produk dengan standar yang ditetapkan suatu produk. Ini
adalah jenis janji yang harus dipenuhi oleh suatu produk. Produk
yang memiliki kualitas dimensi ini berarti sesuai dengan standar
produk.
6) Serviceability atau repairability Dalam pengertian ini, kualitas
produk ditentukan berdasarkan repairability: mudah, cepat, dan
kompeten. Produk yang dapat diperbaiki kualitasnya lebih tinggi
daripada produk yang tidak atau sulit diperbaiki.
7) Estetika atau keindahan tampilan produk Estetika atau keindahan
menyangkut penampilan suatu produk yang membuat konsumen
menyukainya. Hal ini sering dilakukan dalam bentuk desain produk
atau kemasan. Beberapa brand memperbarui wajahnya agar lebih
cantik di mata konsumen. Rasa produk, adalah semua yang dirasakan
atau dialami oleh lidah, baik itu rasa pahit, manis, asam, dan
sebagainya.
8) Kualitas yang dirasakan kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut
penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk dengan
merek terkenal biasanya dianggap memiliki kualitas yang lebih
tinggi daripada merek yang tidak dikenal. Itulah sebabnya produk
selalu berusaha membangun mereknya agar memiliki ekuitas merek
yang tinggi.
Berdasarkan dimensi – dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu dimensi kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk
memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai harapan.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan
suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar
produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan
sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap
produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas
produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen
sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun.

c. Indikator Kualitas Produk


Menurut Garvin yang dikutipoleh (Tjiptono, 2012) kualitas produk
memiliki indikator-indikator yaitu sebagai berikut :
1) Desain produk
2) Daya tahan produk
3) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan
4) Kenyamanan penggunaan
d. Tujuan Kualitas Produk
Menurut Kotler dalam (Aisah, 2015) adapun tujuan kualitas produk
adalah sebagai berikut :
1. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar
yang telah ditetapkan.
1. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
2. Mengusahan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil
mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin

3. Brand Image
a. Pengertian Brand Image
Brand image (citra merek) merupakan serangkaian asosiasi (persepsi)
yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya
terorganisasi menjadi suatu makna (Tjiptono, 2012). Hubungan
terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada
pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi
merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang
objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi (presepsi)
inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan loyalitas merek
(brand loyalty) dari konsumen. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu
merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi,
2010).
Citra Merek adalah “The set of belief held about a particular brand is
known as brand image”. Yang artinya kutipan pada halaman
sebelumnya adalah sekumpulan keyakinan terhadap suatu merek
disebut citra merek (Kotler & Armstrong, 2012).
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
citra merek merupakan suatu persepsi dari konsumen tentang suatu
merek dimana berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk
yang dibentuk dari informasi, pengalaman, dan apa yang dirasakan oleh
seseorang terhadap merek tersebut. Produk dengan brand image yang
baik akan membantu perusahaan dalam mempromosikan produk
sehingga menjadi kekuatan perusahaan dalam persaingan bisnis.
Hubungan brand image terhadap keputusan pembelian konsumen,
merek kerap muncul sebagai kriteria determinan, berfungsi sebagai
indikator pengganti dari mutu produk dan kepentingannya tampak
bervariasi dengan kemudahan dimana kualitas dapat dinilai secara
obyektif. Jika sulit untuk menilai kualitas, konsumen kadang akan
merasakan tingkat resiko yang tinggi dalam pembelian, jadi
kepercayaan pada merek terkenal dengan reputasi kualitas yang sudah
lama dapat menjadi cara efektif mengurangi resiko (Wijaya E. A.,
2014).
b. Dimensi Brand Image
Merangkum dari hasil studi terhadap berbagai literatur dan riset-riset
yang relevan, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi utama
yang memengaruhi dan membentuk citra sebuah merek tertuang dalam
berikut ini:
1) Brand Identity
2) Brand Personality
3) Brand Association
4) Brand Attitude & Behavior
5) Brand Benefit & Competence
c. Tujuan Brand Image
Brand image memiliki berbagai macam tujuan (Tjiptono, 2012), yaitu:
a) Sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan produk
pesaing, sehingga mudah mengenali dan melakukan pembelian
ulang.
b) Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk
(misalnya dengan bentuk desain dan warna-warna menarik).
c) Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan,
jaminan kualitas, serta citra prestise tertentu kepada konsumen.
d) Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Artinya, dengan
membangun merek yang terkenal, bercitra baik, dan dilindungi hak
eksklusif berdasarkan hak cipta/paten, maka perusahaan dapat
meraih dan mempertahankan loyalitas konsumen.
d. Indikator Brand Image
Menurut Keller (2003:67) yang dikutip Edy terdapat 3 indikator yang
mendukung terbentuknya brand image, yaitu :
a) Keunggulan Merek
Dalam membentuk suatu brand image diperlukan keunggulan.
Yang diharapkan produk tersebut dapat unggul dalam persaingan.
Karena dengan keunggulan yang dimiliki seperti kualitas, model,
dan ciri khas itu akan menimbulkan daya tarik dimata konsumen.
b) Kekuatan Merek
Agar memiliki kekuatan merek, suatu brand harus terlihat popular
dimata konsumennya. Caranya dengan memasarkan brand tersebut
dalam bentuk iklan atau promosi lainnya, agar brand tersebut
dikenal oleh masyarakat dan tetap bisa tampil ditengah – tengah
maraknya persaingan.
c) Keunikan Merek
Brand image juga dituntut untuk memiliki keunikan, agar terbentuk
brand yang kuat ditengah maraknya persaingan. Karena dengan
adanya keunikan yang dimiliki produk, akan timbul keuntungan –
keuntungan diantaranya yaitu:
a) Meningkatkan prospek bisnis untuk kedepannya supaya lebih
dikenal.
b) Meningkatkan loyalitas pada konsumen
c) Terciptanya diferensiasi produk
d) Lebih mudah diingat oleh konsumen
e) Melancarkan keuangan perusahaan.
f) Meninimalisir resiko terjadinya kebangkrutan.
g) Dapat membuka lapangan pekerjaan
h) Mudah mendapatkan investor
Menciptakan brand image yang positif dapat dilakukan dengan
cara menghubungkan asosiasi merek yang kuat, unik dan
menguntungkan dalam memori konsumen melalui program
pemasaran. Asosiasi merek bisa berupa atribut merek atau manfaat
merek.

4. Lifestyle
a. Pengertian Lifestyle
Lifestyle adalah suatu pola konsumsi uang mencerminkan pilihan
seseorang terhadap berbagai hal dan bagaimana menghabisikan waktu
dan uangnya. Mowen dan minor dalam Dwi Ilham (2014) mendefiniskan
“gaya hidup adalah bagaimana orang hidup, bagaimana
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengolaksikan waktu (Kasali
dalam Dwi Ilham, 2014). Fashion lifestyle merupakan perilaku atau gaya
hidup seseorang yang terdiri dari sikap, opini dan ketertarikan terhadap
fashion. Fashion lifestyle berpengaruh sangat signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen pada produk fashion.
Shim dan Bickle (2007) menerangkan bahwa ada 3 segmen fashion
lifestyle diantaranya adalah:
1) Symbolic atau instrumental user yaitu melambangkan kelas sosial
dalam dunia fashion.
2) Conservative atau practical user yakni kegunaan fashion lifestyle
bagi penampilan.
3) Aphatic user adalah konsumen yang senang mencari diskon saat
berbelanja.
b. Dimensi Lifestyle
Menurut Kasali dalam Andri Tri, Achmad Fauzi, Brillyanes (2015) para
peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-vaariabel AIO, yaitun
aktivitas, minat, dan opini. Menurut Joseph T.Plumber dalam Andri Tri,
Achmad Fauzi, Brilyyanes (2015) mengatakan bahwa gaya hidup
mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal :
1) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya
2) Minat mereka apa yang dianggap penting di sekitarnya.
3) Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap
orang lain.
4) Karakter-karakter dasar seperti tahap yangmereka telah lalui dalam
kehidupan (life-cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka
tinggal.

c. Indikator Fashion Lifestyle


Berdasarkan penelitian terdahulu dalam jurnal Li et al (2011)
menerangkan indicator fashion lifestyle ada 4 yaitu:
1) Brand prestige artinya pakaian berfungsi untuk meningkatkan rasa
percaya diri dan kelas sosial. Serta beranggapan bahwa pakaian yang
memiliki kualitas bagus pasti mahal.
2) Personality artinya persepsi seseorang terhadap pakaian sesuai dengan
kepribadiannya.
3) Practical artinya kegunaan pakaian dimata konsumen lebih penting dari
pada yang lainnya seperti warna ataupun desain.
4) Informational artinya konsumen senang mencari informasi terlebih
dahulu sebelum memutuskan untuk membeli pakaian seperti referensi,
tempat, ide, trend dan inspirasi.
d. Faktor-Faktor Life Style
(Mandey, 2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor gaya hidup dari para
peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel aktivitas,
interest (minat), dan opini pandangan-pandangan. Josep Plumer misalnya
mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas
manusia dalam hal :
1) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.
2) Minat mereka, apa yang dianggap penting disekitarnya.
3) Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain.
4) Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka telah lalui dalam
kehidupan, penghasilan, pendidikan dan dimana mereka tinggal.

5. Store Atmosphere
a. Pengertian Store Atmosphere
Menurut Levy dan Weitz (2012) Store Atmosphere adalah mendisain
suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik
dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan
pada akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.
Store atmosphere merupakan Kotler (2008) adalah suasana setiap gerai
mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk
berputar-putar di dalamnya. Setiap gerai mempunyai perbedaan yang
berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, dan suram. suatu gerai
harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli gerai tersebut.
Store atmosphere memiliki elemen-elemen untuk membangun
atmosphere yang ingin diciptakan.
Menurut Levy dan Weitz (2012) Atmosphere mengacu pada desain
lingkungan seperti komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan
aroma untuk mensimulasikan respon persepsi dan emosi pelanggan dan
pada akhirnya memengaruhi perilaku pembelian mereka. Utami (2007)
mengatakan bahwa store atmosphere adalah desain lingkungan dari segi
komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian
untuk merangsang respon emosional dan persepsi pelanggan dan
mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.
b. Faktor-faktor Store Atmosphere
Terdapat sejumlah faktor dari atmosfer toko yang mempengaruhi emosi,
perilaku atau keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut antara lain
eksterior, layout dan interior (Kusumowidagdo, 2010; Nofiawati dan
Yuliandi, 2014)
c. Indikator Store Atmosphere
Berman dan Evan (2014), Indikator yang digunakan store atmosphere
adalah:
1. Eksterior
2. General Interior
3. Store Layout
4. Interior Display
Indikator Store Atmosphere menurut Levy dan weitz (2012):
1. Pencahayaan
2. Tata letak barang
3. Suhu di dalam ruangan
4. Fasilitas
5. Desain dan warna toko
6. Elemen Store Atmosphere
Menurut Berman dan Evans (2010:509) store atmosphere dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Eksterior (Bagian Luar Toko)
Exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,
sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.
2. Storefront (Bagian Depan Toko)
Bagian depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk,
dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan
keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai
dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang sering
menilai toko dari penampilan luarnya sehingga merupakan faktor
penting untuk mempengaruhi konsumen mengunjungi toko.
3. Marquee (Papan Nama Toko)
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama
atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik
pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon.
Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau
dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya
efektif, marquee harus diletakan di luar, terlihat berbeda, dan lebih
menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.
4. Entrance (Pintu Masuk Toko)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat
mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan
juga mengurangikemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.
5. Dispay Windows (Tampilan Pajangan)
Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan
suatu toko dengan memajang barang-barang yang mencerminkan
keunikan toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk.
Dalam membuat jendela pajangan yang baik harus
dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang,
warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya.
6. Exterior Building Height
Exterior Building Height dapat disamarkan atau tidak disamarkan.
Dengan menyamarkan tinggi bangunan, bagian dari toko atau
shopping center dapat dibawah ground level. Dengan tidak
menyamarkan tinggi bangunan, maka seluruh toko atau shopping
center dapat dilihat oleh pejalan kaki.
7. Sorrounding Stores and Area (Toko dan Area Sekitarnya)
Lingkungan sekitar toko dapat mengisyaratkan kisaran harga, level
of service, dan lainnya. Daerah sekitar toko mencerminkan
demografi dan gaya hidup orang-orang yang tinggal dekat dengan
toko.
8. Parking Facilities (Fasilitas Tempat Parkir)
Fasilitas parkir yang luas, gratis, dekat dengan toko akan
menciptakan citra positif dibandingkan dengan parkir yang langka,
mahal dan jauh.
9. General Interior (Interior Umum)
General interior terdiri dari:
a. Flooring (Jenis Lantai)
Penentuan jenis lantai, ukuran, desain, dan warna lantai dapat
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra toko.
b. Colour and Lighting (Warna dan Pencahayaan)
Pencahayaan yang terang, warna-warna cerah berkontribusi
pada suasana yang berbeda daripada cahaya pastel atau dinding
putih polos. Kadang-kadangketika warna berubah, pelanggan
mungkin awalnya tidak nyaman sampaimereka terbiasa dengan
skema yang baru.
c. Scent and Sound (Aroma dan Musik)
Aroma dan musik dapat mempengaruhi suasana hati pelanggan.
d. Store Fixtures (Perabot Toko)
Perabot toko dapat direncanakan berdasarkan kedua utilitas
dan estetika.
e. Wall Textures (Tekstur Dinding)
Pemilihan tekstur dinding juga dapat mempengaruhi
peningkatan dan kesan dari konsumen terhadap toko.
f. Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara dalam toko sehingga
tidak terlalu panas ataupun tidak terlalu dingin.
g. Aisle Space (Lorong Ruangan)
Rak barang diatur dengan maksud agar terdapat space yang
cukup sehingga lalu lintas di dalam toko lancar dan nyaman.
h. Dressing Facilities (Kamar Pas)
Kamar pas dapat dibuat polos atau tidak ada. Namun ada
beberapa konsumen, adanya kamar pas dapat menjadi salah satu
faktor untuk memilih toko tersebut.
i. Vertical Transportation (Alat Transportasi Antar Lantai)
Suatu toko yang terdiri dari beberapa lantai harus memiliki
vertical transportation berupa elevator, escalator, atau tangga.
j. Store Personnel (Karyawan Toko)
Karyawan yang sopan, rapih, berpengetahuan dapat membuat
atmosphere yang positif.
k. Technology (Teknologi)
Toko yang menggunakan teknologi akan mengesankan orang
dengan operasi yang efisien dan cepat.
l. Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen
untuk berbelanja di toko tersebut. Pengelola toko harus
mempunyai rencana yangbaik dalam pemeliharaan kebersihan
toko.
m. Store Layout (Tata Letak Toko)
Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan
pengaturan dari peralatan, barang dagangan, gang-gang dalam
toko serta fasilitas toko.
n. Classification of Store Offerings (Klasifikasi Penawaran Toko).
Penawaran sebuah toko yang selanjutnya diklasifikasikan ke
dalam kelompok produk. Empat tipe dari pengelompokan yang
biasa digunakan adalah:
1. Pengelompokan produk berdasarkan fungsi
2. Pengelompokan produk berdasarkan motivasi membeli
3. Pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar
4. Pengelompokan produk berdasarkan storability

B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
kualitas produk, brand image, lifestyle, store atmosphere terhadap keputusan
pembelian. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Judul Alat Hasil Penelitian
Tahun Analisis
1 Wayan Pengaruh Brand Image Regresi Pengaruh Brand Image
Ardani Dan Brand Trust Linier dan Brand Trust
(2020) Terhadap Keputusan Berganda berpengaruh positif
Pembelian Konsumen signifikan terhadap
Sepatu Converse Di kepuasan pembelian
Kota Denpasar, Bali.
Tahun 2020
2 Samuel Pengaruh Citra Merek, Regresi Pengaruh Citra Merek,
Tenang Kualitas Produk Dan Ordinal Kualitas Produk Dan
Ukur Harga Terhadap Harga Berpengaruh
Ardianta Keputusan Pembelian Positif Signifikan
Ginting, Smartphone Vivo Pada Terhadap Keputusan
dkk (2022) Xln Store Di Medan Pembelian
3 Muhamma Pengaruh Kualitas Regresi Pengaruh Kualitas
d Syariful Produk, Harga dan Linier Produk, Harga dan
Anam Brand Image Terhadap Berganda Brand Image
(2021) Keputusan Pembelian Berpengaruh Positif
Produk Hand and Body Signifikan Terhadap
Lotion Merek Citra Keputusan Pembelian
(Studi Kasus pada
Manusia IAIN Salatiga)

4 Wita Pengaruh Kualitas Regresi Pengaruh Kualitas


Marantika, Produk Word Of Mouth Linier Produk Word Of
dkk Dan Store Image Berganda Mouth Dan Store
(2020) Terhadap Keputusan Image Berpengaruh
Pembelian: Studi Pada Positif Signifikan
Pengunjung Toko Terhadap Keputusan
Amigo Pedan Pembelian
5 Alli Pengaruh Harga, Regresi Pengaruh Harga,
SahputraD Servicescape, Kualitas Linier Servicescape, Kualitas
alimunthe Produk Dan Store Berganda Produk Dan Store
(2021) Atmosphere Terhadap Atmosphere
Keputusan Pembelian Berpengaruh Positif
Konsumen Di Putri Signifikan Terhadap
Shop Kota Pinang Keputusan Pembelian

No Peneliti/ Judul Alat Hasil Penelitian


Tahun
6 Yoseph P. Pengaruh Kualitas Kuantitatif Pengaruh Kualitas
hutabarat,Produk, Brand Image Bersifat Produk, Brand Image
SE., M.Si Dan Life Style Asosiatif Dan Life Style
(2022) Terhadap Keputusan Berpengaruh Positif
Pembelian Pakaian Signifikan Terhadap
Wanita Pada Brand Keputusan Pembelian
Valino Donna Di
Parkson Medan
7. Rido Pengaruh Lifestyle Regresi Pengaruh Lifestyle
Kurniawan Terhadap Keputusan Linier Berpengaruh Positif
, Febsri Pembelian Pada Merk Berganda Signifikan Terhadap
Susanti Sepatu Fladeo Di Basko Keputusan Pembelian
(2019) Grand Mall Padang

8 Alvendo Pengaruh kualitas Kuantitatif Pengaruh kualitas


Teguh pelayanan, kualitas Dan pelayanan, kualitas
Santosa produk, store Objektif produk, store
(2019) atmosphere, Dan E- atmosphere, Dan E-
WOM Terhadap WOM Berpengaruh
Konsumen Pembelian Terhadap Konsumen
(Survei Terhadap Pembelian
Konsumen Zenbu-
House Of Mozaru Paris
Van Java, Bandung)
9 Dwi Bella Pengaruh Citra Merek, Regresi Pengaruh Citra Merek,
Fani Harga, Dan Kualitas Berganda Harga, Dan Kualitas
Pratiwi, Produk Terhadap Produk Berpengaruh
Dkk Keputusan Pembelian Positif Signifikan
(2022) Pada Store Thriftermlg Terhadap Keputusan
Di Kota Malang Pembelian
10 Winda Pengaruh Brand Image, Diskrimin Pengaruh Brand
Atika Lifestyle, dan Promosi an Image, Lifestyle, dan
Dewi, Dkk Media Sosial Terhadap Promosi Media Sosial
(2021) Keputusan Pembelian di Berpengaruh Positif
Toko 3Second Signifikan Terhadap
Keputusan Pembelian

No Peneliti/ Judul Alat Hasil Penelitian


Tahun
11 Ngec- The Effect of Lifestyle, Regresi Pengaruh Gaya
Long Brand Image and Linier Hidup, Citra
Nguyeng, Persoalities on Berganda Merek dan
Dkk Smartphone Purchase Persoalitas
(2020) Decision Of Consumers Berpengaruh
in Hochiminh City Positif Signifikan
Terhadap
Keputusan
Pembelian
12 Rand Al- The Effect of Lifestyle Regresi Pengarub Gaya Hidup
Dmour, on Online Purchasing Linier Berpengaruh Positif
Dkk Decision for Electronik Berganda Signifikan Terhadap
(2017) Service: The Jordanian Keputusan Pembelian
Flying E-Tickets Case
13 Dede The Influence of Brand Regresi Pengaruh Citra
Solihin, Image and Atmosphere Linier Merek dan Suasana
dkk (2021) Store on Purchase Berganda Toko Berpengaruh
Decision for Samsung Positif Signifikan
Brand Smartphone Terhadap Keputusan
Pembelian
14 Peni The Effects of Brand Regresi Pengaruh Citra
Puspita, Image and Product Linier Merek dan Kualitas
Dkk Quality on Purchase Berganda Produk Berpengaruh
(2021) Decisions Positif Signifikan
Terhadap
Keputusan Pembelian
15 R. Adjeng Knowledge on Batik Regresi Pengetahuan Batik dan
Mariana and Lifestyle on Linier Gaya Hidup
Febrianti, Purchace Decisions Berganda Berpengaruh Positif
Dkk withSatisfaction as Signifikan Terhadap
(2021) Intervening (Case Study Keputusan Pembelian
of Batik SME’S in
Jambi City)

16 Sri The Impact of Product Structural Pengaruh Kualitas


Wahyuni, Quality, Price and Equation Produk, Harga dan
Mervianna Distribution on Modeling Distribusi
Ginting Purchasing Decision on (SEM) Berpengaruh Positif
(2017) the Astra Motor Signifikan Terhadap
Products in Jakarta Keputusan
Pembelian

No Peneliti/ Judul Alat Hasil Penelitian


Tahun
17 Lily Effect Of Product Structural Pengaruh Kualitas
Suhaily, Quality, Perceived Price Equation Produk, Persepsi
Syarief And Brand Image On Modeling Harga Dan Citra
Darmoyo Purchase Decision (SEM) Merek Berpengaruh
(2017) Mediated By Customer Positif Signifikan
Trust (Study On Terhadap
Japanese Brand Keputusan
Electronic Product) Pembelian

18 Satria The Effect Of Product Structural Pengaruh Kualitas


Mulia Quality, Service Equation Produk, Kualitas
Chaerudin, Quality, Price On Modeling Pelayanan, Harga
Afriapoll Product Purchasing (SEM) Terhadap Keputusan
Syafarudin Decisions On Consumer Pembelian
Satisfaction
19 Bayu The Influence Of Regresi Pengaruh Kualitas
Bagas Product Quality, Brand Linier Produk, Citra Merek
Hapsoro Image On Purchase Berganda Berpengaruh Positif
(2018) Decisions Through Signifikan
Brand Trust As Terhadap Keputusan
Mediating Variable Pembelian
20 Arya The Influence Of Pengaruh Celebrity
WigunaM Product Quality, Brand Endorser, Brand
aha Image, Brand Trust On Image, dan
Diputra Customer Satisfaction Kepercayaan Merek
(2021) And Loyality Berpengaruh Positif
Signifikan
terhadap Keputusan
Pembelian

Anda mungkin juga menyukai