RENCANA SKRIPSI
Oleh :
ANGGUN ASRI EGAMARDIANA
NPM : 19310110069
UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2022
PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE STYLE,
STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PRODUK FASHION KOREA EDITION
RENCANA SKRIPSI
Oleh :
ANGGUN ASRI EGAMARDIANA
NPM : 19310110069
UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2022
PENGARUH KUALITAS PRODUK, BRAND IMAGE, LIFE STYLE,
STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PAKAIAN FASHION KOREA EDITION
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Anggun Asri Egamardiana
NPM : 19310110069
Telah diketahui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Wijayakusuma
Purwokerto.
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kualitas produk berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan pembelian fashion kores edition?
2. Apakah brand image berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion kores edition?
3. Apakah life style berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion kores edition?
4. Apakah store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian fashion korea edition?
5. Apakah kualitas produk, brand image, store atmosphere, lifestyle secara
simultan bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap keputusan
pembelian fashion korea edition?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi masalah kualitas produk, brand image, life style dan
store atmosphere terhadap keputusan pembelian fashion korea edition
Purwokerto. Ruang lingkup penelitian terbatas pada konsumen pembelian
fashion korea edition Purwokerto.
Penelitian ini dilaksanakan pada …………….. 2022.
D. Tujuan Dan Keguanaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk secara
persial terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image secara
persial terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Lifestyle secara persial
terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
d. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh store atmosphere
terhadap keputusan pembelian fashion korea edition?
2. Kegunanaan Penelitian
a. Bagi penelitian
Penelitian ini dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman dan ilmu yang telah di dapat di bangku kuliah terutama
dalam kaitannya pengaruh kualitas produk, brand image, life style
terhadap pembelian pakaian anak-anak pada toko kasibahshop
purwokerto
b. Bagi perusahaan
Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi
perusahaan mengenai kualitas produk, brand image, life style terhadap
keputusan pembelian pakaian anak-anak pada toko kasibahshop
purwokerto.
c. Bagi fakultas
Dapat memberikan tambahan informasi yang berguna terhadap dunia
ilmu pendidikan, selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
A. Tinjauan Pustaka
1. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan Pembelian adalah aktifitas yang dilakukan dalam
sebeuah perusahaan bisnis untuk memperoleh barang yang diinginkan.
Sedangkan, keputusan pembelian merupakan pikiran setiap individu
untuk melihat, dan mempertimbangkan berbagai pilihan dan
memutuskan untuk memilih satu produk atau lebih dari satu produk.
Menurut Kotler & Amstrong (2014), keputusan pembelian adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen
bener-bener membeli oleh konsumen atau pembeli dipengaruhi pula
oleh kebiasaan. Kebiasaan tersebut mencakup kapan waktunya
pembelian dilakukan dlaam jumlah berapa pembelian dilaksanakan, dan
dimana pembelian terseut dilakukan.
Selain itu, menurut Mangkunegara (2015:43) Keputusan pembelian
merupakan salah satu proses dari perilaku konsumen, perilaku
konsumen adalah kerangka kinnerja atau sesuatu yang mewakili apa
yang diyakini konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Dalam
keputusan pembelian dengan membeli produk atau merek yang paling
disukai ada 2 faktor yang muncul antar niat dalam membuat keputusan
untuk membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain dan yang
kedua faktor situasi yang tidak diharapkan. Setelah membeli produk,
konsumen akan mengalami proses keputusan sebagai tingkah laku
paska pembelian yaitu suatu perasaan senang atau kecewa seseorang
yang berasal dari perbandinngan antara kesannya terhadap kinerja atau
hasil suatu produk dan harapannya. Jika kinerja dibawah harapan,
konsumen tidak akan puas dan jika kinerja memenuhi harapan
konsumen maka akan menimbulkan senang.
Keputusan pembelian merupakan salah satu proses dari perilaku
konsumen. Menurut perilaku konsumen adalah kerangka kinerja atau
sesuatu yang mewakili apa yang diyakini konsumen dalam mengambil
keputusan membeli. Dalam keputusan pembelian dengan membeli
produk atau merk yang paling disuka (Mangkunegara, 2015:43)
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keputusan
pembelian adalah proses yang harus berawal dari mengenal masalahnya
lalu dianalisis dan menutuskan produk yang paling sesuai dengan yang
diinginkan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah
penglihatan pertama pada produk beserta harga yang terpajang sehingga
menarik perhatian konsumen.
3) Pembeli (Buyer)
Orang yang memiliki wewenang formal untuk memilih pemasok
dan penyususn syarat pembelian.
4) Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa
yang telah dibeli.
e. Indikator keputusan pembelian menurut Kotler & Keller (2007) yaitu:
1) Tujuan dalam membeli sebuah produk
2) Proses informasi untuk sampai ke pemilihan merek
3) Kemapanan pada sebuah produk
4) Merekomendasikan pada orang lain
5) Melakukan pembelian
Menurut Yuliani, Mitariani, dan Atmaja (2021) indikator keputusan
pembelian adalah:
a) Kemantapan pada sebuah produk
b) Kebiasaan dalam membeli produk
c) Memberikan rekomendasi kepada orang lain
d) Melakukan pembelian ulang
2. Kualitas Produk
a. Pengertian Kualitas Produk
Kualitas Produk menurut Kotler (2012) mendefinisikan salah satu
pemosisian utama bagi pemasar. Kualitas produk berkaitan erat dengan
nilai dan kepuasan pelanggan. Menurut Kotler dan Armstrong (2012),
kualitas produk adalah karakteristik suatu produk yang berkaitan
dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang
dinyatakan atau makna yang tersiat.
Kualitas Produk merupakan suatu kemampuan produk dalam
melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan,
kehandalan, ketelitian, yang diperoleh produk dengan secara keseluran
Kualitas produk adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau
pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan atau tersirat.
Kualitas produk bukan berarti sekedar produk bebas didefinisikan oleh
pelanggan, bukan organisasi atau manejer departemen pengendalian
kualitas kenyataannya ekspektasi pelanggan bersifat individual.
Kualitas bagi seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan
lain. Kualitas produk merupakan aset perusahaan untuk bertahan dalam
dunia bisnis. Apabila kualitas produk yang diharapkan konsumen tidak
terpenuhi dari suatu produk, maka konsumen akan berpindah ke produk
yang menjanjikan kualitas yang diharapkan.
b. Dimensi Kualitas Produk
Menurut Kotler (2012) mengungkapkan bahwa ada delapan dimensi
kualitas produk sebagai berikut (Syafarudin & Mulya 2019: Hertati
2018):
1) Performance atau kinerja produk merupakan ciri atau fungsi utama
dari suatu prodk. Inilah manfaat atau manfaat utama dari produk
yang kita beli.
2) Reabilitas atau keandalan produk, yaitu peluang suatu produk akan
memperbaiki dirinya sendiri dari kegagalan saat menjalankan
fungsinya.
3) Fitur produk atau features adalah ciri atau fitur tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk.
4) Durability atau daya tahan menunjukkan umur produk, yaitu jumlah
pemakaian suatu produk sebelum diganti atau rusak. Semakin lama
daya tahannya, semakin tahan lama. Produk yang tahan lama akan
dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada produk
yang cepat habis atau cepat ganti merek.
5) Dimensi kesesuaian atau kesesuaian Kesesuaian adalah kesesuaian
kinerja produk dengan standar yang ditetapkan suatu produk. Ini
adalah jenis janji yang harus dipenuhi oleh suatu produk. Produk
yang memiliki kualitas dimensi ini berarti sesuai dengan standar
produk.
6) Serviceability atau repairability Dalam pengertian ini, kualitas
produk ditentukan berdasarkan repairability: mudah, cepat, dan
kompeten. Produk yang dapat diperbaiki kualitasnya lebih tinggi
daripada produk yang tidak atau sulit diperbaiki.
7) Estetika atau keindahan tampilan produk Estetika atau keindahan
menyangkut penampilan suatu produk yang membuat konsumen
menyukainya. Hal ini sering dilakukan dalam bentuk desain produk
atau kemasan. Beberapa brand memperbarui wajahnya agar lebih
cantik di mata konsumen. Rasa produk, adalah semua yang dirasakan
atau dialami oleh lidah, baik itu rasa pahit, manis, asam, dan
sebagainya.
8) Kualitas yang dirasakan kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut
penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk dengan
merek terkenal biasanya dianggap memiliki kualitas yang lebih
tinggi daripada merek yang tidak dikenal. Itulah sebabnya produk
selalu berusaha membangun mereknya agar memiliki ekuitas merek
yang tinggi.
Berdasarkan dimensi – dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu dimensi kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk
memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai harapan.
Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan
suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar
produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan
sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap
produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas
produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen
sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun.
3. Brand Image
a. Pengertian Brand Image
Brand image (citra merek) merupakan serangkaian asosiasi (persepsi)
yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya
terorganisasi menjadi suatu makna (Tjiptono, 2012). Hubungan
terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada
pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi
merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang
objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi (presepsi)
inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan loyalitas merek
(brand loyalty) dari konsumen. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu
merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi,
2010).
Citra Merek adalah “The set of belief held about a particular brand is
known as brand image”. Yang artinya kutipan pada halaman
sebelumnya adalah sekumpulan keyakinan terhadap suatu merek
disebut citra merek (Kotler & Armstrong, 2012).
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
citra merek merupakan suatu persepsi dari konsumen tentang suatu
merek dimana berdasarkan memori konsumen tentang suatu produk
yang dibentuk dari informasi, pengalaman, dan apa yang dirasakan oleh
seseorang terhadap merek tersebut. Produk dengan brand image yang
baik akan membantu perusahaan dalam mempromosikan produk
sehingga menjadi kekuatan perusahaan dalam persaingan bisnis.
Hubungan brand image terhadap keputusan pembelian konsumen,
merek kerap muncul sebagai kriteria determinan, berfungsi sebagai
indikator pengganti dari mutu produk dan kepentingannya tampak
bervariasi dengan kemudahan dimana kualitas dapat dinilai secara
obyektif. Jika sulit untuk menilai kualitas, konsumen kadang akan
merasakan tingkat resiko yang tinggi dalam pembelian, jadi
kepercayaan pada merek terkenal dengan reputasi kualitas yang sudah
lama dapat menjadi cara efektif mengurangi resiko (Wijaya E. A.,
2014).
b. Dimensi Brand Image
Merangkum dari hasil studi terhadap berbagai literatur dan riset-riset
yang relevan, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi utama
yang memengaruhi dan membentuk citra sebuah merek tertuang dalam
berikut ini:
1) Brand Identity
2) Brand Personality
3) Brand Association
4) Brand Attitude & Behavior
5) Brand Benefit & Competence
c. Tujuan Brand Image
Brand image memiliki berbagai macam tujuan (Tjiptono, 2012), yaitu:
a) Sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan produk
pesaing, sehingga mudah mengenali dan melakukan pembelian
ulang.
b) Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk
(misalnya dengan bentuk desain dan warna-warna menarik).
c) Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan,
jaminan kualitas, serta citra prestise tertentu kepada konsumen.
d) Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Artinya, dengan
membangun merek yang terkenal, bercitra baik, dan dilindungi hak
eksklusif berdasarkan hak cipta/paten, maka perusahaan dapat
meraih dan mempertahankan loyalitas konsumen.
d. Indikator Brand Image
Menurut Keller (2003:67) yang dikutip Edy terdapat 3 indikator yang
mendukung terbentuknya brand image, yaitu :
a) Keunggulan Merek
Dalam membentuk suatu brand image diperlukan keunggulan.
Yang diharapkan produk tersebut dapat unggul dalam persaingan.
Karena dengan keunggulan yang dimiliki seperti kualitas, model,
dan ciri khas itu akan menimbulkan daya tarik dimata konsumen.
b) Kekuatan Merek
Agar memiliki kekuatan merek, suatu brand harus terlihat popular
dimata konsumennya. Caranya dengan memasarkan brand tersebut
dalam bentuk iklan atau promosi lainnya, agar brand tersebut
dikenal oleh masyarakat dan tetap bisa tampil ditengah – tengah
maraknya persaingan.
c) Keunikan Merek
Brand image juga dituntut untuk memiliki keunikan, agar terbentuk
brand yang kuat ditengah maraknya persaingan. Karena dengan
adanya keunikan yang dimiliki produk, akan timbul keuntungan –
keuntungan diantaranya yaitu:
a) Meningkatkan prospek bisnis untuk kedepannya supaya lebih
dikenal.
b) Meningkatkan loyalitas pada konsumen
c) Terciptanya diferensiasi produk
d) Lebih mudah diingat oleh konsumen
e) Melancarkan keuangan perusahaan.
f) Meninimalisir resiko terjadinya kebangkrutan.
g) Dapat membuka lapangan pekerjaan
h) Mudah mendapatkan investor
Menciptakan brand image yang positif dapat dilakukan dengan
cara menghubungkan asosiasi merek yang kuat, unik dan
menguntungkan dalam memori konsumen melalui program
pemasaran. Asosiasi merek bisa berupa atribut merek atau manfaat
merek.
4. Lifestyle
a. Pengertian Lifestyle
Lifestyle adalah suatu pola konsumsi uang mencerminkan pilihan
seseorang terhadap berbagai hal dan bagaimana menghabisikan waktu
dan uangnya. Mowen dan minor dalam Dwi Ilham (2014) mendefiniskan
“gaya hidup adalah bagaimana orang hidup, bagaimana
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengolaksikan waktu (Kasali
dalam Dwi Ilham, 2014). Fashion lifestyle merupakan perilaku atau gaya
hidup seseorang yang terdiri dari sikap, opini dan ketertarikan terhadap
fashion. Fashion lifestyle berpengaruh sangat signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen pada produk fashion.
Shim dan Bickle (2007) menerangkan bahwa ada 3 segmen fashion
lifestyle diantaranya adalah:
1) Symbolic atau instrumental user yaitu melambangkan kelas sosial
dalam dunia fashion.
2) Conservative atau practical user yakni kegunaan fashion lifestyle
bagi penampilan.
3) Aphatic user adalah konsumen yang senang mencari diskon saat
berbelanja.
b. Dimensi Lifestyle
Menurut Kasali dalam Andri Tri, Achmad Fauzi, Brillyanes (2015) para
peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-vaariabel AIO, yaitun
aktivitas, minat, dan opini. Menurut Joseph T.Plumber dalam Andri Tri,
Achmad Fauzi, Brilyyanes (2015) mengatakan bahwa gaya hidup
mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal :
1) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya
2) Minat mereka apa yang dianggap penting di sekitarnya.
3) Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap
orang lain.
4) Karakter-karakter dasar seperti tahap yangmereka telah lalui dalam
kehidupan (life-cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka
tinggal.
5. Store Atmosphere
a. Pengertian Store Atmosphere
Menurut Levy dan Weitz (2012) Store Atmosphere adalah mendisain
suatu lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik
dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dari pelanggan dan
pada akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka.
Store atmosphere merupakan Kotler (2008) adalah suasana setiap gerai
mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk
berputar-putar di dalamnya. Setiap gerai mempunyai perbedaan yang
berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, dan suram. suatu gerai
harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli gerai tersebut.
Store atmosphere memiliki elemen-elemen untuk membangun
atmosphere yang ingin diciptakan.
Menurut Levy dan Weitz (2012) Atmosphere mengacu pada desain
lingkungan seperti komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan
aroma untuk mensimulasikan respon persepsi dan emosi pelanggan dan
pada akhirnya memengaruhi perilaku pembelian mereka. Utami (2007)
mengatakan bahwa store atmosphere adalah desain lingkungan dari segi
komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian
untuk merangsang respon emosional dan persepsi pelanggan dan
mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.
b. Faktor-faktor Store Atmosphere
Terdapat sejumlah faktor dari atmosfer toko yang mempengaruhi emosi,
perilaku atau keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut antara lain
eksterior, layout dan interior (Kusumowidagdo, 2010; Nofiawati dan
Yuliandi, 2014)
c. Indikator Store Atmosphere
Berman dan Evan (2014), Indikator yang digunakan store atmosphere
adalah:
1. Eksterior
2. General Interior
3. Store Layout
4. Interior Display
Indikator Store Atmosphere menurut Levy dan weitz (2012):
1. Pencahayaan
2. Tata letak barang
3. Suhu di dalam ruangan
4. Fasilitas
5. Desain dan warna toko
6. Elemen Store Atmosphere
Menurut Berman dan Evans (2010:509) store atmosphere dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Eksterior (Bagian Luar Toko)
Exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut,
sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.
2. Storefront (Bagian Depan Toko)
Bagian depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk,
dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan
keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai
dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang sering
menilai toko dari penampilan luarnya sehingga merupakan faktor
penting untuk mempengaruhi konsumen mengunjungi toko.
3. Marquee (Papan Nama Toko)
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama
atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik
pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon.
Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau
dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya
efektif, marquee harus diletakan di luar, terlihat berbeda, dan lebih
menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.
4. Entrance (Pintu Masuk Toko)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat
mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan
juga mengurangikemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.
5. Dispay Windows (Tampilan Pajangan)
Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan
suatu toko dengan memajang barang-barang yang mencerminkan
keunikan toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk.
Dalam membuat jendela pajangan yang baik harus
dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang,
warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya.
6. Exterior Building Height
Exterior Building Height dapat disamarkan atau tidak disamarkan.
Dengan menyamarkan tinggi bangunan, bagian dari toko atau
shopping center dapat dibawah ground level. Dengan tidak
menyamarkan tinggi bangunan, maka seluruh toko atau shopping
center dapat dilihat oleh pejalan kaki.
7. Sorrounding Stores and Area (Toko dan Area Sekitarnya)
Lingkungan sekitar toko dapat mengisyaratkan kisaran harga, level
of service, dan lainnya. Daerah sekitar toko mencerminkan
demografi dan gaya hidup orang-orang yang tinggal dekat dengan
toko.
8. Parking Facilities (Fasilitas Tempat Parkir)
Fasilitas parkir yang luas, gratis, dekat dengan toko akan
menciptakan citra positif dibandingkan dengan parkir yang langka,
mahal dan jauh.
9. General Interior (Interior Umum)
General interior terdiri dari:
a. Flooring (Jenis Lantai)
Penentuan jenis lantai, ukuran, desain, dan warna lantai dapat
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra toko.
b. Colour and Lighting (Warna dan Pencahayaan)
Pencahayaan yang terang, warna-warna cerah berkontribusi
pada suasana yang berbeda daripada cahaya pastel atau dinding
putih polos. Kadang-kadangketika warna berubah, pelanggan
mungkin awalnya tidak nyaman sampaimereka terbiasa dengan
skema yang baru.
c. Scent and Sound (Aroma dan Musik)
Aroma dan musik dapat mempengaruhi suasana hati pelanggan.
d. Store Fixtures (Perabot Toko)
Perabot toko dapat direncanakan berdasarkan kedua utilitas
dan estetika.
e. Wall Textures (Tekstur Dinding)
Pemilihan tekstur dinding juga dapat mempengaruhi
peningkatan dan kesan dari konsumen terhadap toko.
f. Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara dalam toko sehingga
tidak terlalu panas ataupun tidak terlalu dingin.
g. Aisle Space (Lorong Ruangan)
Rak barang diatur dengan maksud agar terdapat space yang
cukup sehingga lalu lintas di dalam toko lancar dan nyaman.
h. Dressing Facilities (Kamar Pas)
Kamar pas dapat dibuat polos atau tidak ada. Namun ada
beberapa konsumen, adanya kamar pas dapat menjadi salah satu
faktor untuk memilih toko tersebut.
i. Vertical Transportation (Alat Transportasi Antar Lantai)
Suatu toko yang terdiri dari beberapa lantai harus memiliki
vertical transportation berupa elevator, escalator, atau tangga.
j. Store Personnel (Karyawan Toko)
Karyawan yang sopan, rapih, berpengetahuan dapat membuat
atmosphere yang positif.
k. Technology (Teknologi)
Toko yang menggunakan teknologi akan mengesankan orang
dengan operasi yang efisien dan cepat.
l. Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen
untuk berbelanja di toko tersebut. Pengelola toko harus
mempunyai rencana yangbaik dalam pemeliharaan kebersihan
toko.
m. Store Layout (Tata Letak Toko)
Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan
pengaturan dari peralatan, barang dagangan, gang-gang dalam
toko serta fasilitas toko.
n. Classification of Store Offerings (Klasifikasi Penawaran Toko).
Penawaran sebuah toko yang selanjutnya diklasifikasikan ke
dalam kelompok produk. Empat tipe dari pengelompokan yang
biasa digunakan adalah:
1. Pengelompokan produk berdasarkan fungsi
2. Pengelompokan produk berdasarkan motivasi membeli
3. Pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar
4. Pengelompokan produk berdasarkan storability
B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
kualitas produk, brand image, lifestyle, store atmosphere terhadap keputusan
pembelian. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Judul Alat Hasil Penelitian
Tahun Analisis
1 Wayan Pengaruh Brand Image Regresi Pengaruh Brand Image
Ardani Dan Brand Trust Linier dan Brand Trust
(2020) Terhadap Keputusan Berganda berpengaruh positif
Pembelian Konsumen signifikan terhadap
Sepatu Converse Di kepuasan pembelian
Kota Denpasar, Bali.
Tahun 2020
2 Samuel Pengaruh Citra Merek, Regresi Pengaruh Citra Merek,
Tenang Kualitas Produk Dan Ordinal Kualitas Produk Dan
Ukur Harga Terhadap Harga Berpengaruh
Ardianta Keputusan Pembelian Positif Signifikan
Ginting, Smartphone Vivo Pada Terhadap Keputusan
dkk (2022) Xln Store Di Medan Pembelian
3 Muhamma Pengaruh Kualitas Regresi Pengaruh Kualitas
d Syariful Produk, Harga dan Linier Produk, Harga dan
Anam Brand Image Terhadap Berganda Brand Image
(2021) Keputusan Pembelian Berpengaruh Positif
Produk Hand and Body Signifikan Terhadap
Lotion Merek Citra Keputusan Pembelian
(Studi Kasus pada
Manusia IAIN Salatiga)