Anda di halaman 1dari 82

MAKNA PENGGUNA MAKE UP SEBAGAI PENUNJANG IDENTITAS DIRI

(Studi Mahasiswi Fisip Universitas Palangka Raya)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya

Oleh:

ANGELINAR FAU
193010701007

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan make up yang semakin berkembang pesat mengikuti

perkembangan zaman dengan berbagai inovasi untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan para penggunanya. Kemajuan dalam perkembangan make up

membuat berbagai produk dan jenis make up digemari oleh semua kalangan,

khususnya perempuan yang menggunakan make up dalam kesehariannya yang

berguna dalam menunjang penampilannya, dalam hal ini termasuk juga

mahasiswi.

Make up telah ada dan telah digunakan lebih dari 5.000 tahun yang lalu

dengan berbagai alasan yang berbeda, ada yang digunakan untuk menunjukkan

status sosial, jenis kelamin dan bahkan untuk membuat penampilan si

pemakainya terlihat lebih cantik atau menarik. Perempuan kelas tinggi mesir

kuno pada zaman dahulu terkenal sering mendandani diri mereka agar terlihat

lebih menarik dan cantik. Orang-orang mesir kuno terkenal memakai tembaga

hidrosilikat. Zat ini adalah dasar kosmetik mereka yang berfungsi sebagai tabir

surya. Dari kebiasaan ini, munculah pengguna kosmetik yang bertujuan untuk

menghias diri dan kemudian akhirnya berkembang jauh sampai sekarang ini

dimana minat para kaum perempuan akan make up menjadi meningkat dengan

tajam. (Sari, 2018:10-11)


Perkembangan make up saat ini berjalan dengan begitu sangat cepat. Hal

ini didasari karena adanya kebutuhan akan pentingnya make up itu sendiri.

Kemunculan berbagai jenis produk make up dan juga klinik kecantikan menjadi

bukti perkembangan make up yang semakin pesat. Kebutuhan perempuan akan

make up tak tanggung-tanggung. Diberbagai negara, perempuan berusaha sebisa

mungkin mempercantik dirinya sesuai kebudayaan yang ada di tempatnya.

Contohnya di Brazil, perempuan yang memiliki hidung mancung akan dianggap

cantik. dengan kebudayaan ini, perempuan-perempuan brazil akhirnya

berlomba-lomba untuk membuat hidung mereka menjadi mancung, disinilah

make up berperan, dengan olesan shading, perempuan brazil tidak perlu lagi

menghabiskan uang mereka untuk melakukan operasi plastik demi

memancungkan hidung mereka. Memberikan olesan shading pada ruas hidung,

maka hidung akan terlihat mancung dari sebelumnya. (Sari, 2018:11)

Perkembangan make up yang sangat pesat membuat euphoria tersendiri.

Berbagai inspirasi padu padan make up mulai diproklamirkan. Seperti di

Indonesia pada era 80-an, perempuan Indonesia kerap menggunakan make up

yang glamor. Make up glamor ini merupakan penggunaan make up yang tebal,

blush on berwarna merah merona, lipstik merah menyala, dan shading yang

menonjol merupakan riasan wajib yang digunakan perempuan pada saat itu, baik

saat berpergian atau digunakan dalam sehari-hari. Jenis make up glamor ini

kemudian menjadi trend pada saat itu, bahkan artis di film-film turut

menggunakan jenis make up ini. Contohnya artis yang bernama Meriam Bellinna
dengan gaya rambut keriting spiral menggunakan make up yang foundation nya

tebal serta blush on dan lipstick yang berwarna merah menyala. (Sari, 2018:12)

Sepuluh tahun kemudian, jenis make up glamor akhirnya mulai tergeser.

Para make up stylist mulai menciptakan jenis make up yang baru dengan tujuan

make up yang mereka ciptakan bukan sekedar dempul bedak yang tebal saja serta

ada banyak juga yang beranggapan bahwa menggunakan make up yang glamor

membutuhkan banyak peralatan make up dan juga waktu yang banyak. Sehingga

sedikit demi sedikit pengguna make up tebal ini mulai berkurang. Jenis make up

yang kemudian mulai muncul yaitu make up minimalis atau biasa disebut make

up yang lembut, natural dan alami. Jenis make up minimalis ini memadukan

warna-warna natural yang kemudian membuat penampilan seorang perempuan

menjadi terlihat lebih alami. Berbeda dengan jenis make up sebelumnya jenis

make up minimalis ini tidak terlalu banyak menggunakan produk make up cukup

dengan menggunakan make up dasar saja, seperti pelembab, bedak, dan lipgloss.

Namun semuanya itu tergantung selera si pemakai nya. (Sari, 2018, 12-13)

Memasuki tahun 2000, inspirasi jenis make up minimalis ini mulai

menjadi idaman para kaum perempuan. Trend cantik minimalis menjadi favorit

kaum perempuan. Ternyata bukan hanya di dunia kecantikan saja namun di

berbagai sektor kehidupan lainnya juga. Seperti diminatinya keberadaan

arsitektur minimalis dipelbagai ruangan rumah. Pada akhirnya, kehadiran make

up merupakan faktor penting bagi penampilan perempuan. Hingga sampai saat

ini, penggunaan make up bukan lagi menjadi pelengkap untuk mempercantik


diri, namun make up sudah menjadi kebutuhan tersendiri bagi perempuan

bahkan pria. (Sari, 2018:13)

Data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia memaparkan,

industri kosmetik nasional mencatat kenaikan pertumbuhan 20% atau empat kali

lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017. Kenaikan

pertumbuhan yang besar ini didorong oleh permintaan besar dari pasar domestik

dan ekspor seiring trend masyarakat yang mulai memperhatikan produk

perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama. Berdasarkan data, jumlah pasar di

Indonesia yang menggiurkan yakni 267 juta jiwa, dengan demografi populasi

perempuan mencapai 130 juta jiwa dan sekitar 68 % nya merupakan usia

perempuan produktif. Dari data tersebut, kita mengetahui bahwa pasar kosmetik

di Indonesia sangat menggiurkan. Mahasiswi dikategorikan sebagai perempuan

usia produktif yang artinya pasar kosmetik di Indonesia salah satunya kalangan

dari mahasiswi. (Investor Daily, 2018)

Kini make up semakin digandrungi oleh masyarakat, apalagi kalangan

mahasisiwi. Mahasiswi merupakan salah satu kelompok sosial dalam

masyarakat yang rentan terhadap gaya hidup dan trend yang sedang berlaku.

Bagi mahasiswi sendiri, penampilan dan kecantikan merupakan bagian yang

sangat penting untuk mendapatkan perhatian yang khusus. Mahasiswi yang

menggunakan make up ternyata juga mengikuti trend-trend make up yang

sedang berkembang saat ini dan menjadikan trend tersebut sebagai inspirasi

mereka untuk menggunakan make up nya dalam kehidupan sehari-hari. Trend

make up tidak terlepas dari berkembangnya budaya populer saat ini, salah satu
inspirasi make up yang sedang trend ialah make up Korean look, yang terkenal

natural namun tetap terkesan terlihat cantik. Kemana pun mereka, kapanpun dan

apapun acaranya, mereka selalu tidak lupa untuk menggunakan make up. Jika

dulu make up merupakan barang mewah yang hanya digunakan pada saat-saat

tertentu, sekarang make up seolah-olah menjadi kebutuhan yang paling penting

bagi mahasiswi. Ditambah dengan banyaknya harga make up yang sangat

terjangkau, para perempuan semakin gemar untuk membeli produk-produk make

up yang mereka butuhkan. Baik itu produk luar maupun dalam negeri, kaum

perempuan saat ini gemar sekali mengoleksi beberapa produk make up untuk

aktivitas sehari-hari mereka, hingga di kalangan mahasiswa pun tidak

ketinggalan dengan penggunaan make up (Monica, 2020:71).

Dalam survei yang dilakukan Nusaresearch (2020) dari total 2830

responden yang mengikuti survei ini, 57.3% dari responden menyatakan bahwa

menggunakan make up, dan 42.7% lainnya kadang-kadang menggunakan make

up. Kemudian ketika ditanya alasan mengapa menggunakan make up, 75.1%

dari responden menyatakan bahwa menggunakan make up untuk mempercantik

diri, selanjutnya 66.7% dari responden juga menyatakan untuk meningkatkan

kepercayaan diri. Ada 34.7% dari responden menyatakan bahwa memakai make

up hanya karena terkait dengan pekerjaan, selain itu 22.5% lainnya juga

menyatakan bahwa menggunakan make up karena untuk menutupi kulit yang

kurang bagus. Kemudian 22.5% dari responden tidak memiliki alasan khusus

mengapa menggunakan makeup. Dari hasil survei diatas menunjukan bahwa

alasan perempuan menggunakan make up untuk tampil menarik, percaya diri,


serta untuk terlihat lebih cantik dan segar menjadikan alasan para perempuan

menggunakan make up.

Penggunaan make up di kalangan mahasiswi saat ini bukan hanya

mahasiswi tingkat akhir, namun mahasiswi baru juga ikut menggunakan make

up, sehingga semakin sulit untuk membedakan mana mahasiswi baru dan

mahasiswi akhir, make up lah yang menyebabkan hal ini. Mahasiswi yang

menggunakan make up di kampus berusaha menampilkan dirinya sebagai

mahasiswi yang menggunakan make up, bisa diibaratkan bahwa setiap hari

mahasiswi melakukan sebuah pertunjukan tentang dirinya di depan banyak

orang, oleh karena itu ia ingin menunjukan penampilan terbaik yang ia milik

untuk membuat dirinya menjadi lebih percaya diri. Dalam masalah ini banyak

mahasiswi menjadikan pemakaian make up seperti di pipi, berwarna merah

dengan kesan yang bisa membuat menarik perhatian orang lalu di bibir seperti

lipstik berwarna pink muda untuk memberi kesan yang hangat dan natural,

hingga di kelopak mata berwarna orange yang menandakan kenyamanan diri

semua digunakan agar lebih terlihat cantik.

Kecantikan dibagi menjadi dua kategori yaitu kecantikan dari dalam

(inner beauty) dan kecantikan dari luar (outer beauty). Kecantikan dari dalam

(inner beauty) dapat terpancar dari budi pekerti yang baik misalnya selalu

mengucapkan perkataan yang santun. Sedangkan kecantikan dari luar (outer

beauty) adalah cantik yang dapat dilihat dari segi fisik saja, misalnya

mempunyai rambut yang indah, mata yang bulat, dan sebagainya semuanya itu
dapat ditunjang dari perawatan diri dengan menggunakan peralatan kosmetik.

(Sari, 2018:9)

Mahasiswi yang sudah mengenal berbagai jenis make up dan juga

menggunakan make up di dalam kesehariannya sama halnya mereka sedang

menunjukkan identitas diri mereka. Identitas diri disini merujuk pada siapa

dirinya, artinya adalah mahasiswi tersebut berusaha menampilkan dirinya

sebaik mungkin sesuai dengan apa yang dia inginkan, dia ingin orang lain

menganggap dirinya seperti apa yang dia mau.

Menurut Giddens (1991:53), identitas diri terbentuk oleh kemampuan

untuk melanggengkan narasi tentang diri, sehingga membentuk suatu perasaan

terus menerus tentang adanya kontinuitas biografis. Individu berusaha

mengkonstruksi suatu narasi identitas koheren dimana diri membentuk suatu

lintasan, perkembangan dari masa lalu sampai masa depan yang dapat

diperkirakan. Jadi identitas diri bukanlah sifat distingtif atau bahkan kumpulan

sifat-sifat yang dimiliki oleh individu. Identitas adalah diri sebagaimana yang

dipahami secara refleksif oleh orang dalam konteks biografinya. Identitas diri

adalah apa yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi (Barker, 2008:

175).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ellianti (2017:17) mengenai

“Makna Penggunaan Make Up Sebagai Identitas Diri (Studi Mahasiswi

Universitas Negeri Yogyakarta)”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

Penggunaan make up dengan produk-produk kosmetik saat ini sudah menjadi

sebuah kebutuhan yang mendasar bagi para mahasiswi, menggunakan make up


menjadi sebuah kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan, bahkan make up

sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat juga makna

penggunaan make up sebagai identitas diri bagi mahasiswi dipengaruhi oleh

adanya interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya dan dari

kepribadiannya sendiri. Makna tersebut diantaranya, adanya keinginan untuk

dapat tampil dengan sempurna, ingin mendapatkan perhatian dari lingkungan

disekitarnya, dan adanya kepuasan dan kebanggaan dari dalam dirinya jika

tampil dengan penampilan terbaiknya.

Berdasarkan hasil Pra-Observasi yang telah peneliti lakukan pada

tanggal 1 Februari sampai dengan 17 Februari 2023, peneliti menemukan

bahwa mahasiswi yang datang ke kampus selalu menggunakan make up di

wajahnya, serta beberapa dari mereka membawa peralatan kosmetik seperti

lipstick, eye pencil, eye mascara, blus-on, dan juga cermin mini. Dengan alasan

untuk mengantisipasi make up mereka yang luntur atau terhapus saat terkena

hujan dan berkeringat. Hal ini membuktikan bahwa make up memiliki makna

besar bagi penampilan mahasiswi. Selain itu peneliti juga melihat mahasiswi

yang menggunakan make up selalu tampil percaya diri saat berjalan di area

kampus atau fakultas dan selalu menjadi pusat perhatian banyak orang.

Mahasiswi yang menggunakan make up di kampus memiliki gaya make

up nya masing-masing, ada yang ber-make up biasa saja seperti menggunakan

bedak baby saja lalu menggunakan lipstick untuk menghindari tampilan wajah

yang pucat, dan ada juga yang ber-make up dengan menggunakan perona pipi,
lipstick, dan gambar alis untuk mempertegas penampilan wajahnya agar tetap

terlihat cantik.

Dari hasil Pra-Observasi singkat tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian kepada mahasiswi yang menggunakan make up di

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya, tentang

makna make up sebagai penunjang identitas diri. Ketika seorang perempuan

sedang berhias, maka sebenarnya pada saat itu dia sedang membangun sebuah

identitas atas dirinya. Make up memang memiliki kemampuan untuk merubah

sosok perempuan menjadi sosok yang berbeda dan menjadi alat sosialisasi diri

yang menjadikan suatu prioritas untuk percaya diri.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam

penelitian ini peneliti mengambil adul “Makna Penggunaan Make up Sebagai

Identitas Diri (Studi Mahasiswi FISIP Universitas Palangka Raya)”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mahasiswi memaknai make up sebagai identitas diri?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui makna make up sebagai identitas diri.


1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan keilmuan

yang dapat disajikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya,

khususnya yang menguji masalah makna penggunaan make up sebagai

identitas diri.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, pemahaman, dan wawasan bagi pembaca, khususnya yang

ingin mengetahui bagaimana makna penggunaan make up sebagai identitas

diri pada mahasiswi FISIP UPR.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konstruksi Sosial, Identitas dan Kenikmatan

2.1.1 Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann

Konstruksi sosial atas realitas diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckmann. Menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksi

di mana orang-orang secara terus menerus menciptakan realitas yang dimiliki

bersama dan dialami secara subyektif. Realitas sosial terbagi menjadi dua dalam

pengertiannya, yaitu. realitas dan pengetahuan dalam konteks sosial. Teori

sosiologi harus mampu menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat merupakan

suatu konstruksi yang berkesinambungan, fenomena sosial masyarakat sehari-hari

selalu dalam proses. Berger melihat realitas dalam dua cara, yaitu secara obyektif

dan subyektif, dan diartikan sebagai suatu kualitas yang melekat pada realitas

yang diakui keberadaannya dan tidak bergantung pada kehendak kita. Pada saat

yang sama, pengetahuan diartikan sebagai kejelasan bahwa realitas itu nyata dan

mempunyai ciri-ciri tertentu, Berger dan Luckmann (1990: 18-19).

Konstruksi realitas dibagi menjadi tiga bagian untuk memahami

masyarakat, yaitu eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Ada suatu masa

dalam kehidupan setiap individu ketika kehidupan individu menjadi bagian dari

dialektika masyarakat, yang diawali dengan internalisasi, pemahaman atau

penafsiran langsung terhadap suatu peristiwa objektif sebagai ungkapan makna.

Ada tiga jenis konstruktivisme yaitu konstruktivisme radikal, realisme hipotetis,

dan konstruktivisme biasa. Di antara ketiga jenis konstruktivisme tersebut


terdapat persamaan yaitu konstruktivisme dipandang sebagai kerja kognitif

individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena adanya hubungan

sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Individu

kemudian menciptakan pengetahuannya sendiri tentang realitas yang dilihatnya

berdasarkan struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Suparno, 1997:30).

Menggunakan atau memakai make up merupakan hasil dari konstruksi

sosial terhadap terhadap kenyataan yang ada dilingkungan sosial. Make up

merupakan hasil pengetahuan yang didasarkan pada kenyataan. Realitas tersebut

tidak lepas dari pengungkapan tiga tahapan Berger dan Luckman (eksternalisasi,

objektifikasi, dan internalisasi) yang dapat dibangun melalui keluarga,

masyarakat, agama, dan media. Selain itu, lingkungan membantu membangun

struktur perempuan cantik saat berdandan. Perempuan melihat realitas kecantikan

yang terkonstruksi seperti kulit putih, tinggi, rambut panjang, hidung mancung,

mata bulat dan langsing, yang membuat mereka mengikuti cara menggunakan

atau memakai make up. Perempuan juga percaya bahwa bermake up sudah

menjadi hal yang biasa bagi mereka.


2.1.2 Identitas dan Kenikmatan Ariel Heryanto

Identitas dan kesenangan ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi.

Perjuangan yang dilakukan setiap orang untuk membentuk identitas diri tidak

lepas dari keinginan akan kenikmatan. Upaya masyarakat untuk menampilkan

identitasnya dalam ruang budaya pop yang trendi merupakan contoh bagaimana

identitas dan kenikmata saling menguatkan. Oleh karena itu, tidak semua

perjuangan umat Islam perkotaan dalam kegiatan keagamaan dapat dianggap

sebagai kepentingan konsumen. (Heryanto, 2015: 27–28)

Perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk jati dirinya tidaklah berdiri

sendiri. Kehadiran media baru, budaya massa, dan budaya pop memberikan

dampak nyata terhadap politik identitas yang dibentuk masyarakat. Menurut

Ariel, budaya pop memberikan ruang bagi masyarakat untuk berdebat

memperjuangkan identitasnya. Melalui berbagai media baru (seperti film,

televisi, video, Facebook dan masih banyak media sosial lainnya), setiap

penonton berusaha menampilkan dirinya dengan image yang beragam dan

seringkali bersaing. Budaya populer dihasilkan oleh media elektronik berbasis

layar seperti film dan serial televisi.

Ariel menjelaskan bagaimana budaya layar memiliki kaitan yang kuat

dengan pembentukan identitas masyarakat Indonesia pasca jatuhnya Orde Baru.

Budaya populer yang dimaksud Ariel dalam penelitiannya terbagi dalam dua

definisi; Pertama, budaya populer, artinya segala materi yang diproduksi untuk

tujuan hiburan, film, musik, fashion, program televisi. Pada tahap ini, budaya

populer diartikan sebagai produk industri komersial. Kedua, budaya populer


diartikan sebagai produk non-industri. Suatu produk dapat berupa karya yang

dihasilkan secara mandiri dan didistribusikan secara mandiri kepada masyarakat

untuk dikonsumsi. Heryanto, 2015: 243–244) Ariel mencatat beberapa hal yang

memunculkan fenomena pembentukan identitas. Pertama, keterbukaan

informasi dan penyebaran media massa. Salah satunya adalah media elektronik,

termasuk film. Bagi Ariel, film bukanlah sesuatu yang diproduksi begitu saja.

Ini adalah kristalisasi dan perwujudan dari apa yang diinginkan dan diinginkan

masyarakat. Film tidak bisa dianggap remeh dan diartikan sebagai hiburan

belaka. Film merupakan sesuatu yang serius dalam benak Ariel sehingga cukup

tepat dan menarik untuk dijadikan objek penelitian. Film dibuat dengan

pembelajaran serius. Selain itu, karena film diproduksi untuk tujuan komersil,

maka harus dibuat dengan sungguh-sungguh, disajikan dengan sungguh-

sungguh, meskipun mengandung hiburan. Film komersial beroperasi pada

tataran ideologi pasar dan sekaligus hanya mengkonsolidasikan apa yang sudah

ada dan sedang terjadi di masyarakat. (Heryanto, 2015: 132–137)

Dengan fokus pada film, Ariel mencoba menarik perhatian terhadap K-pop

dan budaya jalanan kelas bawah, khususnya dalam hal K-pop, Ariel seolah ingin

menyimpulkan bahwa generasi muda merupakan partisipan aktif dalam

pembentukan identitas. Masyarakat Indonesia. Kesimpulan tersebut berdasarkan

pengamatannya yang menemukan adanya tren yang terus berkembang, karena

fashion muslimah perkotaan semakin menjadi kawasan komersial yang

mendominasi pasar. Heryanto, 2015:54-55). Ariel menegaskan, dominasi K-Pop

bukan sekedar hype yang tidak ada artinya dan tidak ada artinya. Ia bukanlah
pemuda yang mengalami krisis identitas dari “budaya ketuhanan” Indonesia.

Alasan terbesar terjadinya demam K-pop bukan hanya kedekatan budaya antara

Indonesia dan Korea Selatan, tetapi juga faktor hibrida budaya yang

menghubungkan apa yang disebut perbatasan barat dan timur. Faktor inilah yang

membuat generasi muda kelas menengah Indonesia jatuh cinta pada K-pop dan

K-drama. Singkatnya, yang mereka lakukan sebenarnya adalah membentuk

identitas berdasarkan “kesenangan”. Ariel menunjukkan bahwa ada tren baru

dalam penemuan kembali identitas. Identitas lama dihancurkan, diubah, dan

kemudian didefinisikan ulang. (Heryanto. 2015: 244-245)

2.2 Penelitian Terdahulu


1. Hasil Penelitian Lita Donna Elianti, (2017)

Penelitian Lita Donna Elianti (2017), berjudul “Makna Pengguna

Make up Sebagai identitas Diri (Studi Mahasiswi Universitas Negeri

Yogyakarta)”. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode

kualitatif deskriptif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

penggunaan dengan produk-produk kosmetik dewasa ini sudah menjadi sebuah

kebutuhan yang mendasar bagi para mahasiswi, menggunakan menjadi faktor

kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan, bahkan sudah menjadi bagian dalam

kehidupan sehari-hari. Ada beberapa faktor yang mendasari penggunaan di

kalangan mahasiswi, baik faktor internal dari pribadi mahasiswi, maupun

faktor eksternal penggunaan.


Penggunaan dalam kehidupan sehari-hari tentunya membawa dampak

tersendiri bagi mahasiswi pengguna, baik dampak positif dan juga dampak

negatif yang timbul akibat dari penggunaan di kalangan mahasiswi. Terdapat

juga makna penggunaan sebagai identitas diri bagi mahasiswi dipengaruhi oleh

adanya interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya dan dari

kepribadiannya sendiri. Makna tersebut diantaranya, adanya keinginan untuk

dapat tampil dengan sempurna, ingin mendapatkan perhatian dari lingkungan

disekitarnya, dan adanya kepuasan dan kebanggaan dari dalam dirinya jika

tampil dengan penampilan terbaiknya.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang

dilakukan sekarang adalah subjek dan lokasi yang diteliti berbeda yang dimana

peneliti terdahulu meneliti mahasiwi Universitas Negeri Yogyakarta

sedangkan penelitian sekarang ini meneliti di FISIP UPR dan subjeknya adalah

mahasiswi FISIP UPR.

2. Hasil penelitian Mada Kumalasari, (2019)

Penelitian Mada Kumalasari (2019), berjudul “Kepercayaan Diri

Mahasiswi Pengguna Make up Di Surakarta”. penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, Make up digunakan oleh

mahasiswi untuk menutupi segala kekurangan terlebih yang ada di wajah

seperti menyamarkan noda bekas jerawat, menghilangkan kulit yang kusam,

mengontrol minyak, lebih memberi warna di wajah agar tidak terlihat pucat.

Selain memperbaiki fisik juga dapat memperbaiki perasaan seperti mahasiswi


yang merasa dirinya tidak cantik, kesulitan untuk fokus dalam menjalankan

kegiatan, tidak bersemangat dalam menjalankan segala aktivitasnya, merasa

rendah diri saat berada di lingkungan dan juga sulitnya berkomunikasi dengan

orang lain karena perasaan malu. Hal-hal tersebut berubah ketika mahasiswi

menggunakan make up. Dampak yang dirasakan oleh mahasiswi secara

internal seperti mahasiswi lebih percaya diri, merasa dirinya lebih menarik dan

cantik, merasa nyaman ketika beraktivitas, merasakan kepuasan diri ketika

menampilkan penampilan yang terbaik kepada orang lain, merasa lebih mampu

daripada rekan-rekannya dengan menganggap sebuah keterampilan yang

dimiliki selain itu secara eksternal mahasiswi lebih berani berbicara yang

secara tidak langsung memperbaiki hubungan interpersonalnya.Selain itu

peneliti juga menemukan temuan baru yaitu terdapat beberapa informan yang

merasa dirinya memiliki kepercayaan diri yang kurang baik bahkan saat

menggunakan make up.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang

dilakukan sekarang adalah penelitian terdahulu meneliti tentang kepercayaan

diri mahasiswi pengguna make up di Surakarta sedangkan penelitian yang

peneliti teliti adalah makna make up sebagai identitas diri mahasiswi FISIP

UPR.

3. Hasil penelitian Kafa Bella Syahida, (2021)

Penelitian Kafa Bella Syahida, (2021) berjudul “Penggunaan Make up

Terhadap Kepercayaan Diri Perempuan Dewasa Awal (Study Pada

Mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta”.


Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif

deskriptif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, ada

tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan make up terhadap kepercayaan

diri yaitu: faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Faktor sosial yang

membuat mahasiswi terpacu untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan

sosialnya untuk kepuasan serta kepercayaan diri sehingga berpengaruh pada

tindakan, sikap dan perilakunya terhadap penggunaan. Faktor pribadi yang

terjadi dalam subjek penelitian ini adalah habbit yang disadari dalam

penggunaan sehari-hari sehingga membuatnya menjadi berbeda jika tidak

menggunakan. Faktor psikologis berada pada dalam diri yang dipengaruhi oleh

faktor pribadi itu sendiri dengan merasa adanya perubahan fisik dalam

pemakaian, dapat menutupi kekurangan yang ada dan meningkatkan

kepercayaan dalam dirinya. Pada faktor-faktor inilah yang menyebabkan

mahasiswi tersebut menggunakan make up sehingga dapat memberikan

dampak terkait kepercayaan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya

faktor-faktor penyebab yang signifikan bahwa mahasiswi memiliki tingkat

kepercayaan diri yang tinggi apabila sedang menggunakan make up.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang

dilakukan sekarang adalah penelitian terdahulu meneliti tentang Penggunaan

Make up Terhadap Kepercayaan Diri Perempuan Dewasa Awal (Study Pada

Mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Sedangkan peneliti sekarang ini meneliti tentang makan pengguna make up

sebagai identitas diri mahasisi FISIP UPR.

2.3 Penggunaan Make up


2.3.1 Pengertian Penggunaan Make up
Make up ialah seni dimana seseorang mengubah bentuk asli atau merias

wajah memanfaatkan bantuan kosmetik sebagai alat yang tujuannya guna

menutupi kekurangan dan menambah keindahan yang dimiliki (Lita, 2017:9).

Mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) make up istilahnya

menyerupai dengan dandan yang berarti memakai hiasan atau pakaian disertai

alat-alat rias, guna perbaikan agar lebih rapi dan bagus (Kbbi.web.id, 2020).

Make up atau dandan atau yang lebih dikenal dengan tata rias adalah

seni yang memanfaatkan bahan-bahan rias guna melakukan perubahan bentuk

wajah alamiah agar semakin artistik (Priyanto, 2004:71). Sedangkan mengacu

Puspita (2009:59), seni merias wajah (make up) menjadi dua unsur

dikombinasikan yakni: unsur membuat wajah menjadi lebih cantik melalui

bagian wajah yang sudah indah yang ditonjolkan lalu kemudian menutup atau

menyamarkan kekurangan yang dimiliki wajah.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka make up bisa ditarik

pengertian yakni suatu alat atau media guna mempercantik diri atau sebagai

penunjang penampilan atas bentuk sesungguhnya menuju bentuk yang

dikehendaki. Kesimpulan dari intensitas penggunaan make up adalah proses

seseorang menggunakan make up dengan tujuan mengubah penampilan sesuai

dengan keinginan melalui durasi perhatian (dalam jam) dan pengulangan atau

frekuensi dalam sehari-hari.


2.3.2 Manfaat Penggunaan Make up

Berikut ini merupakan manfaat menggunakan make up (Sari, 2018:13-

14):

1. Make up dapat mengubah penampilan

Menggunakan riasan membuat seseorang terlihat lebih rapi.

Dengan kata lain, seseorang dapat menekankan aspek lain dari

kepribadiannya sehingga membuatnya berbeda dari biasanya.

Misalnya saja riasan yang bisa membuat wajah gemuk terlihat lebih

tirus.

2. Make up menyelamatkan kekurangan fisik

Foundation dapat menutupi ketidakrataan pada wajah. Misalnya

saja wajah yang berjerawat dan berbekas. Masalah wajah yang

demikian bisa ditutupi dengan riasan untuk menghaluskan

permukaan wajah. Selain itu, riasan juga bisa membuat mata

terlihat lebih besar dan menjadi cantik.

3. Make up membantu kepercayaan diri

Riasan dapat membuat wajah terlihat cerah dan ceria serta membuat

Anda merasa lebih percaya diri saat beraktivitas.


2.3.3 Tujuan Make up

Djajadisastra mengatakan, seseorang yang menggunakan riasan

secara intensif (sering) pasti karena tertarik dengan riasan yang dibelinya,

seseorang tertarik dengan fungsi riasan, kegunaan praktisnya, dan efek

riasan, misalnya. riasan yang digunakan. Intensitas penggunaan riasan

sebaiknya menyesuaikan dengan aturan yang berlaku. Harus sesuai

misalnya dengan kebutuhan kulit, manfaat yang dicapai, warna kulit, waktu

penggunaan, usia dan dosis juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi efek

yang tidak diinginkan (Djajadisastra, 2005): 15). Jadi, dapat disimpulkan

bahwa tujuan penggunaan riasan adalah sebagai hiasan (makeup) agar

terlihat lebih baik dan cantik dari wajah aslinya, untuk menutupi

ketidaksempurnaan pada wajah dan bagian tubuh lainnya.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Make up

Penggunaan produk make up era sekarang telah dijadikan kebiasaan

yang tidak bisa ditinggalkan. Make up bagi kalangan perempuan sudah

menjadi hal yang lumrah. Tanpa make up, perempuan akan merasa ada

sesuatu yang kurang dari penampilan mereka.

Sejumlah faktor yang memberi dorongan mahasiswi guna memakai

make up. Mora (2017: 24-27):

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan sebuah ilmu, konsep, ide, dan pemahaman

mengenai dunia dan segala isinya. Pengetahuan ini mencangkup


penalaran, penjelasan, dan pemahaman mengenai segala hal termasuk

di dalamnya keterampilan praktis atau teknis untuk menyelesaikan

berbagai masalah kehidupan yang belum terbukti secara sistematis dan

medis. Pengetahuan juga sebuah kumpulan atas pengalaman serta

perpaduan beberapa orang pada bangunan yang teratur.

b. Perilaku

Perilaku adalah aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku

manusia mengacu pada segala aktivitas ataupun kegiatan manusia,

termasuk aktivitas yang bisa dilihat langsung atau yang tidak bisa dilihat

dunia luar.

c. Sosial Budaya

Sosial budaya adalah suatu kebiasaan atau kepercayaan masyarakat

terhadap pengalaman masa lalu. Pada zaman modern sekarang,

kebudayaan penggunaan make up memiliki pengaruh sangat besar.

Penyebabnya yakni adanya pengaruh sosial budaya yang mudah didapat

hanya dengan perantara media cetak misalnya majalah, koran koran, dan

media elektronik misalnya Youtube, Instagram.

Namun, menggunakan make up di era sekarang tidak lagi mampu

dijadikan bagian dari suatu budaya karena saat ini make up telah dijadikan

sebagai teman bahkan menjadi bagian penting bagi sebagian orang.


2.3.5 Jenis-Jenis Make up Pada Wajah

Make up digunakan untuk merias wajah hingga beberapa memakai

untuk merias badan seperti melukis hingga 3D. Make up terdiri dari beberapa

jenis. Menurut Basuki, make up terdiri dari dua tahap (Basuki, 2003: 50):

a. Riasan dasar

1. Pelembab (moisturizer) digunakan untuk mengurangi kekeringan

kulit dan mengurangi penguapan kulit.

2. Alas bedak (foundation) digunakan untuk melindungi kulit terhadap

polusi dan untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan pada wajah.

3. Bedak (powder) fungsinya untuk menyamarkan ketidak-

sempurnaan pada kulit wajah dan memberi kesan lebih cerah pada

wajah.

b. Riasan dekoratif

1. Perona mata (eyeshadow) digunakan untuk merias kelopak mata,

terdiri dari berbagai macam warna

2. Pensil alis digunakan untuk membentuk alis mata.

3. Maskara digunakan untuk merias bulu mata yang dapat

menghitamkan, menebalkan, dan memanjangkan bulu mata.

4. Eyeliner digunakan untuk memperjelas garis bulu mata dengan

warna gelap.

5. Perona pipi (blush on) digunakan untuk menampilkan warna

kosmetik yang lebih lembut pada wajah dengan membuat garis


bentuk muka yang lebih baik dan mengurangi tampilan yang kurang

baik pada wajah.

6. Pemulas bibir atau lipstik digunakan sebagai pewarna bibir yang

terdiri dari berbagai macam warna. Sedangkan, Lipgloss digunakan

sebagai pewarna bibir pengkilap bibir yang dapat membuat bibir

agak menyala, tidak mudah kering dan pecah-pecah.

Make up merupakan suatu bahan yang dipergunakan pada wajah

dengan cara meriasnya, memiliki kekuatan untuk merubah penampilan wajah

supaya terlihat lebih menarik sekaligus dapat menaikkan rasa percaya diri.

Make up terdiri dari 10 jenis, yaitu moisturizer, foundation, bedak, eyeshadow,

pensil alis, maskara, eyeliner, blush on, lipstick, dan lipgloss.

2.4 Perempuan dan Cantik

2.4.1 Makna Perempuan

Perempuan merupakan salah satu dari dua jenis kelamin manusia yang

ditetapkan Tuhan sebagai karakter yang istimewa. Ia istimewa karena memiliki

kecantikan yang memikat laki-laki lawan jenis, sehingga kehadirannya cenderung

memposisikan dirinya sebagai sosok yang mampu membuat laki-laki tunduk dan

mau mengorbankan jiwa dan raganya. Nefertiti yang berarti "wanita cantik telah

datang" telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Helen menjadi wanita yang

diperjuangkan cintanya, sehingga memicu perang sepuluh tahun antara Yunani dan

Trojan. (Pramesti, 2018: 1–2). Lucrezia Borgia merupakan seorang wanita Italia

yang hidup pada Abad Pertengahan dan tubuhnya dikatakan sebagai wanita yang
penampilannya paling dihargai karena dianggap seksi, sehingga tubuhnya banyak

ditampilkan di film dan produksi televisi. Joan of Arc adalah seorang wanita asal

Inggris yang dipuja karena kecantikannya serta kecerdasan dan keberaniannya

menghadapi pemerintahan kolonial Perancis di Inggris sebagai sosok yang

kontroversial.

Menuju Zaman Keemasan atau 1930-1950. memasuki tahun, ada wanita

tercantik sepanjang masa yaitu Marilyn Monroe yang memiliki paras cantik dan

tubuh yang sangat seksi. Ketika memasuki generasi bunga, Twigg menjadi ikon

wanita cantik bermata bulat besar dan berbadan sangat kurus (Pramesti, 2018: 1-2).

Lalu ada supermodel Amerika Cindy Crawford yang dinobatkan sebagai wanita

tercantik di dunia oleh majalah People pada 1980-an dan 1990-an, dan di era

kecantikan postmodern, Gisele Bundchen, Jennifer Lopez, Madonna yang

mewakili wanita cantik. bukan hanya untuk mereka. tubuh yang indah, tetapi juga

karena mereka memiliki kepribadian yang sempurna. percaya diri, aktif dan bugar.

Gambar kecantikan tersebut mewakili evolusi standar kecantikan wanita di abad

ke-21. (Pramesti, 2018: 1–2) Sejak dulu, perempuan dikonstruksikan sebagai sosok

cantik dengan idealisme kulit pucat atau putih, tubuh langsing, mata besar, kaki

jenjang, rambut panjang, payudara dan bokong besar, serta perut rata.

Kecantikan merupakan hal yang sangat berharga sehingga banyak wanita

yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan atau mempercantik tubuhnya.

Perusahaan kecantikan seperti salon kecantikan, spa, pusat kebugaran dan klinik

kecantikan hadir dari arena sosial untuk menciptakan tubuh yang sempurna.

(Pramesti, 2018: 1–2) Belum lagi berbagai produk kecantikan untuk wajah, rambut,
dan tubuh juga dikonsumsi untuk menciptakan tampilan cantik memukau. Jadi

faktanya wanita cantik dan langsing lebih dihargai. Fakta ini didukung oleh

penelitian yang berasumsi bahwa wanita yang menarik secara fisik tidak hanya

dianggap sebagai pasangan atau teman saja, namun juga berkaitan dengan

kepribadian yang baik. Misalnya, mereka dipandang lebih sukses dalam hidup,

lebih berbakat, lebih mudah diajak berkomunikasi, lebih percaya diri dan sekaligus

mendapat perlakuan yang lebih baik dari komunitasnya (Melliana S., 2006: 17)

2.4.2 Makna Cantik

Cantik artinya adalah sesuatu yang indah dan enak dipandang. Memang

kecantikan sering kali diartikan sebagai penampilan fisik seseorang, keindahan

alam, atau makhluk lain yang diciptakan oleh-Nya. Padahal, kecantikan seorang

wanita bisa berasal dari hal-hal di luar dirinya dan hal-hal yang ada di dalam

dirinya. Peneliti musiman Dr. Khalid (Indriya, 2010 :3) mengatakan bahwa

kecantikan itu ada dua jenis; Kecantikan batin adalah keindahan yang dicari oleh

kodrat seseorang, seperti keindahan ilmu, kecerdasan, dan kemurnian diri. Orang

yang memiliki kecantikan dari dalam akan terlihat cantik, mulia, penuh kharisma,

sedangkan kecantikan lahiriah adalah kecantikan fisik yang dapat dilihat melalui

panca indera kita (Indriya, 2010: 4). Hampir semua wanita meyakini bahwa

kecantikan merupakan lambang kesempurnaan (Kartini, 2016: 6)

Kecantikan merupakan dambaan setiap wanita di dunia. Setiap budaya

mempunyai visi keindahan yang berbeda-beda dari masa ke masa, kecantikan

sebagai sebuah konsep tidak pernah statis, namun selalu berkembang sesuai

keinginan zamannya (Olivia, 2010: 43). Jadi kriteria kecantikan terus berubah.
Kecantikan alami tidak perlu hiasan, apalagi rambut sintetis. Pasti ada hal lain yang

terpancar kuat dari dalam diri, agar kecantikan tidak lekang oleh waktu (Olivia,

2010: 130). Kata cantik berasal dari kata latin bellus. Sedangkan menurut Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008), kausin artinya indah, indah,

indah dan indah. Kemudian, dalam praktiknya, makna kecantikan yang dimiliki

seseorang berbeda-beda bahkan berubah dari waktu ke waktu. Persepsi seseorang

terhadap keindahan di suatu daerah bisa saja berbeda dengan persepsi seseorang

terhadap keindahan di daerah lain (Syata, 2012:14).

Kecantikan sejati harus mampu memberikan energi positif kepada orang-

orang disekitarnya, sehingga kriteria kecantikan berubah dari berkulit putih dan

berbadan langsing menjadi pribadi yang memiliki keterampilan dan prestasi tinggi

yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Berperilaku baik,

mau membantu orang lain dan sebagainya (Syata, 2012:10). Menurut Synnot,

kecantikan selalu dihubungkan dengan kebahagiaan, kebenaran, kebaikan, kualitas

positif dan terutama ditekankan pada wajah. Menurut Melliana, kecantikan tidak

lepas dari kecantikan fisik atau raga. Abdullah juga menegaskan bahwa keindahan

sebenarnya merupakan bagian dari sistem budaya yang direpresentasikan melalui

simbol-simbol (Khulsum, 2014: 8-9).

Kecantikan Eksternal Menurut Syata (2012:58), kecantikan eksternal

meliputi kulit putih, ketampanan, kebersihan dan wajah yang langsung terlihat dan

terlihat. Bagi Syata (2012:63), inner beauty berarti lebih jiwa dan hati, pikiran dan

pikiran serta kepribadian (Metha, 2013:61).


1. Kecantikan dari sudut pandang psikologis

Kondisi psikologis dan moral yang membentuk seorang wanita sangat

mempengaruhi kejernihan atau kekeruhan jiwa dan kecantikan seorang wanita.

Kecantikan wajah tidak memiliki standar tetap atau prinsip yang disepakati.

Dalam konsep hierarki kebutuhan yang dipopulerkan oleh Abraham

Maslow, keindahan merupakan sesuatu yang membingungkan untuk dipahami.

Hierarki kebutuhannya adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis atau dasar

2. Kebutuhan akan rasa aman

3. Kebutuhan untuk dicintai dan dimanjakan

4. Kebutuhan untuk dihargai

Di antara empat tingkat kebutuhan manusia, banyak orang yang

mengapresiasi bahwa kecantikan termasuk dalam tingkat keempat, yaitu Self

Eksteem atau kebutuhan akan harga diri. Pujian, penghargaan dari orang lain,

kekaguman, rasa hormat dan sebagainya biasanya disebut-sebut sebagai penjelasan

atas kebutuhan tersebut. Pada waktunya, tentu saja karena keindahannya. Penulis

melihat makna keindahan terus berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan

lingkungan sosial dan budaya yang mendasarinya. Awalnya, konsep kecantikan

adalah ukuran laki-laki yang mereka buat untuk kekuatan mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kecantikan

dalam persepsi psikologis merupakan bagian dari hakikat diri seseorang, yang
sebagian besar diwujudkan dalam bentuk kekaguman, pengakuan dan

penghormatan terhadap kecantikan seseorang.

2. Berbagai jenis kecantikan

Kecantikan secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a) kecantikan jiwa dan hati

Kecantikan yang satu ini merupakan jenis kecantikan yang memberikan

pemiliknya kecantikan abadi yang tidak memudar dimakan usia. Indahnya jiwa

berarti cinta dan kebaikan dalam segala bentuknya, seperti mendekatkan diri

kepada Allah, berbuat baik kepada sesama, berakhlak mulia hati yang selalu

membawa kebaikan kepada sesama, bahasa yang selalu mengucapkan kata-kata

yang baik dan selalu berpikiran baik kepada lingkungan sekitar. Kecantikan yang

satu ini merupakan jenis kecantikan yang memberikan pemiliknya kecantikan abadi

yang tidak memudar dimakan usia.

b) Kecantikan jiwa dan pikiran

Keindahan pikiran dan akal sangat penting untuk diketahui. Orang dengan

kecantikan ini adalah orang yang cerdas, kreatif, inovatif, menerapkan pemikiran

dengan cerdas, kreatif dan benar, mengambil keputusan yang bijaksana dan benar

dalam tindakannya, sehingga memberikan pemiliknya kecantikan yang unik dan

dapat melindunginya dari kecerobohan dan jarak. kebencian terhadap orang lain

(Hindun, 2009: 27-34).


c) Kecantikan wajah dan tubuh

Kecantikan seperti ini adalah anugerah dari Allah. Namun kecantikan jenis

ini tidak abadi seperti dua jenis kecantikan sebelumnya. Abdul Qadir Manshur,

guru besar kajian al-Qur’an di Universitas Sayf al-Dawlah, tidak jauh berbeda

dengan Abdullah Muhammad yang beragama Hindu, berpendapat bahwa

kecantikan manusia meliputi tubuh (fisik), hati, pikiran dan perilaku, yang masing-

masing memiliki ciri khasnya masing-masing. elemen sendiri. yang menambah

kecantikan. Berdasarkan uraian di atas, macam-macam kecantikan dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu kecantikan jiwa dan hati, kecantikan pikiran dan jiwa, serta

kecantikan wajah dan badan. Dimana setiap keindahan dinilai dari sudut pandang

yang berbeda.
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir

Penggunaan Make Up Pada Mahasiswi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Palangka Raya

Konstruksi Sosial Peter L. Beger Dan Thomas Luckman

Identitas dan Kenikmatan Ariel Heryanto

Alasan mahasiswi menggunakan Make Up

Makna Make Up Sebagai Penunjag Identitas Diri


Mahasiswi
2.5 Kerangka Berpikir

Make up semakin digandrungi oleh masyarakat, apalagi kalangan

mahasisiwi. Mahasiswi merupakan salah satu kelompok sosial dalam

masyarakat yang rentan terhadap gaya hidup dan trend, yang sedang berlaku.

Bagi mahasiswi sendiri, penampilan dan kecantikan merupakan bagian yang

sangat penting untuk mendapatkan perhatian yang khusus. Mahasiswi yang

menggunakan make up ternyata juga mengikuti trend-trend make up yang

sedang berkembang saat ini dan menjadikan trend tersebut sebagai inspirasi

mereka untuk menggunakan make up nya dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan make up dikalangan mahasiswi memiliki makna tersendiri bagi diri

mahasiswi itu sendiri, yang kemudian mahasiswi jadikan sebagai penunjang

identitas diri mereka masing-masing.

Konstruksi sosial merupakan teori dari Peter L. Beger Dan Thomas

Luckman. Konstruksi sosial merupakan proses sosial melalui tindakan dan

interaksi di mana orang-orang secara terus menerus menciptakan realitas yang

dimiliki bersama dan dialami secara subyektif. Realitas sosial terbagi menjadi

dua dalam pengertiannya, yaitu. realitas dan pengetahuan dalam konteks sosial.

Konstruksi realitas dibagi menjadi tiga bagian untuk memahami masyarakat,

yaitu eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi Berger dan Luckmann

(1990: 18-19).

Teori Ariel Heryanto tentang Identitas dan kenikmatan merupakan sesuatu

yang saling terhubung atau saling melengkapi. Dalam mencari identitas diri

tidak pernah lepas dari keinginan untuk mendapatkan kenikmatan. Upaya


masyarakat untuk menampilkan identitasnya dalam ruang budaya pop yang

trendi merupakan contoh bagaimana identitas dan kenikmata saling

berhubungan (Heryanto, 2015: 27–28).


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah metode dimana

seorang peneliti mengumpulkan data, kemudian menganalisis data tersebut

secara kritis dan menyimpulkannya berdasarkan fakta-fakta pada saat

penelitian berlangsung. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan serta mendeskripsikan berbagai fakta dan fenomena yang

ditemukan kemudian menghubungkannya antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Sugiyono ( 2017:9) menyatakan bahwa “Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau

interpretatif, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana

peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi ( gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang

diperoleh cenderung kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan,

mengkonstruksi fenomena, dan menemukan hipotesis”. Kemudian Menurut

Bogdan dan Taylor (1992:3) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif

adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

ucapan atau tulisan dan perilaku orang orang yang diamati. Maka dalam upaya

menemukan fakta dan data secara ilmiah yang melandasi, peneliti menetapkan
untuk menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap

permasalahan yang diteliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Palangka Raya.

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2014:97) fokus penelitian merupakan inti yang

didapatkan dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh

dari studi kepustakaan ilmiah. Penelitian ini berfokus pada makna pengguna

make up sebagai identitas diri mahasiswi FISIP UPR.

3.4 Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang diperoleh

atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan

penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di

dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian memilih kriteria

informan sebagai berikut:

1. Informan merupakan mahasiswi perempuan FISIP UPR angkatan

2019 dan 2020;

2. Mahasiswi yang menggunakan alat kategori seperti foundation, lipstik,

eye pencil, eye mascara dan blus-on sehari-hari;


3. Mahasiswi membawa perlengkapan make up di kampus setiap harinya;

4. Bersedia menjadi informan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada

(Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer

yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian

terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara Mendalam

Peneliti menggunakan wawancara mendalam (in depth interview) Menurut

Sugiyono (2016:317) wawancara mendalam digunakan sebagai teknik

pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. Wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara

bebas namun masih tetap berada pada pedoman wawancara yang sudah dibuat.

Pertanyaan akan berkembang pada saat melakukan wawancara kepada

informan.

3.5.2 Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204) Observasi merupakan kegiatan pemuatan

penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan

pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan nonpartisipan.


Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi non-

partisipan. Dalam melakukan observasi, peneliti memilih hal-hal yang diamati

dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Observasi yang

dilakukan pada penelitian ini adalah mengamati informan yang menggunakan

make up di kampus.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen-dokumen dengan bukti akurat dari hasil pencatatan sumber informasi

(Kutha Ratna, 2010:511). Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu yang berbentuk tulisan, gambar atau karya gambar monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2007:82). Dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dimana hasil penelitian akan

lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang terdiri dari dokumen

dan rekaman, dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen yang berada di tempat penelitian maupun

diluar tempat penelitian yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

Menurut Bungin (2008:121) teknik dokumentasi adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial untuk

menelusuri data historis.


3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang

digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,

dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya atau

mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto-foto atau karya

tulis akademik yang telah ada.

Berikut ini teknik analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman,

yaitu (Sugiyono, 2009:337- 345):

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan

peralatan elektronik seperti komputer, dengan memberikan kode-kode

pada aspek tertentu.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, tahap selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk


uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan

sejenisnya. Milles dan Hubberman menyatakan bahwa yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat deskriptif

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Milles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel atau dapat dipercaya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Universitas Palangka Raya

A. Sejarah Berdirinya Universitas Palangka Raya

Dikutip dari upr.ac.id awal pembentukan Universita Palangka Raya

dilakukan pada tahun 1962 oleh Panitia Persiapan Pembentukan Universitas

di Kalimantan Tengah yang mendapat dukungan formal dari Pemerintah

Daerah Kalimantan Tengah dengan nama Universitas Palangka Raya yang

diresmikan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP)

yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwijaya berdasarkan Surat Keputusan

Menteri PTIP Nomor 141 Tanggal 10 November 1963 dengan 3 (tiga)

fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian dan Fakultas

Kehutanan. Pada saat yang bersamaan berdiri pula IKIP Bandung Cabang

Palangka Raya dengan 2 (dua) fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan

(FIP) dan Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS). Pada tanggal 24 Juli 1969,

IKIP Bandung Cabang Palangka Raya tersebut diintegrasi ke dalam

Universitas Palangka Raya. 52 Perjalanan selanjutnya, Fakultas Pertanian

dan Fakultas Kehutanan yang waktu itu ditempatkan di Kuala Kapuas,

hanya dapat berjalan kurang lebih 1 (satu) tahun.

Pada tahun 1973, FKIS diubah namanya menjadi Fakultas

Keguruan. Oleh karena itu, hingga tahun 1981 Universitas Palangka Raya

hanya memiliki 3 (tiga) fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu


Pendidikan dan Fakultas Keguruan. Menyadari kebutuhan akan tenaga-

tenaga terampil di bidang pertanian dan kehutanan di Kalimantan Tengah,

maka pada tahun 1981 Universitas Palangka Raya membuka fakultas baru

yaitu Fakultas Non Gelar Teknologi yang menyelenggarakan program

pendidikan pada jenjang Diploma 3 (D-3). Pada Tahun 1982, berdasarkan

Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 67/1982 tanggal 7

September 1982, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Keguruan

digabung menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) hingga

sekarang. Sementara itu pada tahun 1991, Fakultas Pertanian secara resmi

berdiri menggantikan Fakultas Non-Gelar Teknologi sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0312/0/1991

tanggal 6 Juni 1991.

Kemudian, seiring dengan perkembangan dari masa ke masa, pada

tahun 2000, berdirilah Fakultas Teknik dan kemudian diikuti oleh

berdirinya Fakultas Hukum pada tahun 2003. Fakultas Ilmu Sosial dan 53

Pemerintah diresmikan pada tahun 2012 selanjutnya pada tahun 2013

berdirilah Fakultas Kedokteran dan terakhir pada tahun 2018 diresmikannya

Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Palangka Raya.

Sehingga dengan demikian, hingga saat ini, Universitas Palangka Raya

telah memiliki 8 (delapan) fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Pertanian, Fakultas

Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas

Kedokteran serta Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam.


B. Visi Dan Misi Universitas Palangka Raya

1) Visi

Universitas Palangka Raya menjadi perguruan tinggi terbaik dalam

menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, bermoral

Pancasila dan berdaya saing tinggi.

2) Misi

a) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara efektif dan

profesional;

b) Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan

masyarakat;

c) Membina kehidupan akademik yang demokratis dan dinamis dengan

mendayagunakan sumber daya secara optimal. transparan, akuntabel,

dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia berkelanjutan;

d) Menyelenggarakan pengelolaan universitas berdasarkan paradigma

baru manajemen pendidikan tinggi yang berasal otonomi, evaluasi,

akuntabilitas, akreditasi, dan jaminan mutu yang bermuara pada

peningkatan kualitas yang berkelanjutan.


C. Lokasi Universitas Palangka Raya

Secara geografis, kampus Universitas Palangka Raya dibagi atas tiga

area, yaitu Kampus Tunjung Nyaho di Jalan Yos Sudarso dengan luas lahan

mencapai 300 Hektar, Kampus Kartini dengan luas 50 Hektar, dan Hutan

Penelitian dan Pendidikan di Hampangen yang mencakup luasan lahan

5,000 Hektar, sehingga Universitas Palangka Raya memiliki luas

keseluruhan sebesar 5,350 Hektar. Kegiatan administrasi Universitas

Palangka Raya dipusatkan di Rektorat Universitas Palangka Raya di

Kampus Tunjung Nyaho. Mayoritas fakultas berada di Kampus Tunjung

Nyaho dengan atmosfer green campus karena hanya 5% lahan yang

digunakan sebagai sarana akademik, riset serta kemahasiswaan, dan sekitar

95% wilayah Kampus Tunjung Nyaho bisa dikatakan sebagai area hijau

yang berwujud sebagai hutan kota.

4.1.2 Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Palangka Raya

A. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dikutip dari fisip.upr Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas Palangka Raya adalah salah satu unit/fakultas yang ada di

Universitas Palangka Raya. Pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Palangka Raya diawali dengan pembentukan Jurusan Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya Tahun 2005 berdasarkan

Surat Keputusan Rektor Universitas Palangka Raya No. 494/J.24/AK/2005


tentang Pembentukan Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jenjang Strata

Satu (S-1).

Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada awalnya berada di bawah

Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya, penerima mahasiswa baru

pertama kali pada tahun akademik 2005/2006 untuk Jurusan Ilmu Sosiologi

dan tahun akademik 2006/2007 untuk Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

Kemudian tahun 2008 memperoleh izin operasional dari Dirjen Dikti

dengan SK Dirjen Dikti No. No. 553/D/T/2008. Tahun akademik 2009/2010

Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik kembali membuka program studi baru

yaitu Program Studi Ilmu Pemerintahan sesuai dengan Surat Dirjen Dikti

Nomor: 1690/D/T/2009 tanggal 17 September 2009. Dengan demikian

sejak tahun 2009 Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara resmi memiliki

3 (tiga) program jurusan.

Sejak awal pendiriannya hingga dilaksanakannya persiapan

pembentukan fakultas, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Palangka Raya dipimpin oleh Dr. Sidik Rahman Usop, MS sebagai Ketua

Jurusan dan Joni Rusmanto, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan. Dr. Sidik

Rahman Usop, MS bisa dikatakan sebagai pionir terbentuknya Jurusan Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang merupakan cikal bakal pembentukannya telah

dijajaki sejak tahun 2004. Pada akhir tahun 2010 dilakukan persiapan

intensif pembentukan fakultas dengan ditugaskannya Prof. Dr. Eddy Lion,

M.Pd menjadi Ketua Tim Penyusun Naskah Akademik Pendirian Fakultas.

Tanggal 7 Januari 2012 Rektor Universitas Palangka Raya Bapak Dr. Henry
Singarasa, M.S menetapkan Peraturan Rektor Universitas Palangka Raya

Nomor: 04/UN/KL/2012 tentang Pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Palangka Raya dan sejak saat itu berdirilah Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya secara resmi dengan

Prof. Dr. Eddy Lion, M.Pd sebagai Dekan pertama FISIP Universitas

Palangka Raya(2012-2013)

Selanjutnya pada bulan Januari 2014 telah dilaksanakan pergantian

Dekan FISIP Universitas Palangka Raya dari Prof. Dr. Eddy Lion, M.Pd

kepada Prof. Drs. Kumpiady Widen, MA., Ph.D. sebagai Dekan ke-II

FISIP(Surat Keputusan Rektor Universitas Palangka Raya Nomor:

06/UN24/KP/2014, tanggal 3 Januari 2014). Pergantian kepemimpinan ini

merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas organisasi dan

penyegaran di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Palangka Raya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka

Raya resmi dinyatakan berdiri berdasarkan Surat Keputusan Rektor

Universitas Palangka Raya Nomor: 04/UN24/KL/2012, tanggal 7 Januari

2012. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) adalah fakultas ke-6 di

lingkungan Universitas Palangka Raya. Pada saat ini Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya baru memiliki tiga jurusan.

Memang ada wacana untuk menambah beberapa Jurusan baru di lingkungan

FISIP seperti: Jurusan Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Politik, dan jurusan

Keuangan Daerah. Namun rencana tersebut belum bisa segera diwujudkan


karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dosen tetap

(ASN) dan fasilitas infrastruktur, terutama gedung kuliah.

B. Visi Dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

1) Visi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik memiliki visi adalah Menjadi

Fakultas yang unggul dalam menghasilkan sumber daya manusia

berkualitas di bidang Sosial, Budaya dan Politik, berbasis Falsafah

Betang.

2) Misi

a. Menyelenggarakan dan mengembangkan Pendidikan dan Pengajaran

secara profesional untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan

sesuai dengan kebutuhan pasar.

b. Melaksanakan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

sebagai upaya untuk menerapkan dan mengembangkan Ilmu

Pengetahuan, khususnya bidang sosial, budaya, gender,

pemerintahan, administrasi dan politik, serta lingkungan untuk

kemajuan, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan

Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Palangka Raya.

c. Membangun suasana akademik yang harmonis dan menyenangkan

bagi seluruh civitas akademika FISIP untuk meningkatkan kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga terbina hubungan kolegial

dan kekeluargaan berdasarkan Falsafah Betang.

d. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi, organisasi

dan keuangan fakultas berdasarkan pada prinsip Pelayanan Prima

(transparansi dan akuntabel).

C. Lokasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Berlokasi di Universitas Palangka Raya alamat, Jl. Hendrik Timang,

Palangka, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah

73112.

4.2 Gambaran Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 2 orang

mahasiswi jurusan Sosiologi, 2 orang mahasiswi jurusan Ilmu Pemerintahan, dan 1

orang mahasiswi jurusan Ilmu Administrasi Negara. Peneliti akan menguraikan

mengenai identitas informan penelitian. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut:


Table 4.1 identitas informan penelitian

No. Nama Usia Jurusan

1 Ulfa Stamarah 20 Tahun Ilmu Pemerintahan

2 Rita Zega 18 Tahun Administrasi Negara

3 Gusti Nanda Kristiani Mano 19 Tahun Ilmu Pemerintahan

4 Seprimayani Telaumbanua 20 Tahun Sosiologi

5 Maya Puspita Lumban Gaol 21 Tahu Sosiologi

4.3 Biografi Informan

a. Ulfah Stamarah

Ulfah Stamarah, adalah seorang mahasiswi di Universitas Palangka Raya,

yang menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik jurusan

Ilmu Pemerintahan angkatan 2022. Umur 20 tahun.

b. Rita Zega

Rita Zega, adalah seorang mahasiswi di Universitas Palangka Raya, yang

menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik jurusan

Administrasi Negara angkatan 2022. Umur 18 tahun.


c. Gusti Nanda Kristiani Manao

Gusti Nanda Kristiani Manao, adalah seorang mahasiswi di

Universitas Palangka Raya, yang menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2022. Umur

19 tahun.

d. Seprimayani Telaumbanua

Seprimayani Telaumbanua, adalah seorang mahasiswi di

Universitas Palangka Raya, yang menempuh Pendidikan di Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi angkatan 2022. Umur 20 tahun

e. Maya puspita lumban gaol

Maya puspita lumban gaol, adalah seorang mahasiswi di universitas

palangka raya, yang menempuh Pendidikan di fakultas ilmu sosial dan ilmu

politik jurusan Sosiologi angkatan 2021. Umur 20 tahun.


4.4 Hasil Penelitian Makna Penggunaan Make Up Sebagai Penunjang
Identitas Diri

4.4.1 Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan membutuhkan waktu 1 minggu. Wawancara dengan informan

dimulai dari tanggal 30 Agustus 2023 s/d 5 september 2023.

1. Awal menggunakan make up

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada

mahasiswi yang menggunakan make up terkait dengan sejak kapan mereka

mulai menggunakan make up berikut adalah kutipannya:

“aku tuh sebenarnya mulai menggunakan make up itu kak sejak SMP,
awalnya kan cuma coba-coba dimulai dari pakai lipstik dan bedak tabur
doang, eh taunya malah keterusan sampai Sekarang karena udah merasa
cocok aja gitu menggunakan make up”. (Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Rita, Ia mulai

menggunakan make up sejak Ia duduk dibangku Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Dimulai dengan menggunakan lipstik dan bedak tabur saja

hingga akhirnya ia menjadi terbiasa dan merasa cocok menggunakan make

up sampai sekarang.

“aku tau make up itu ya kak saat SMA kelas X, dari medsos juga, tapi dulu
aku tidak pake make-up setiap hari, baru saat masuk kuliah aku jadinya
lebih sering menggunakan make up karenakan udah dewasa juga kan, jadi
harus bisa berdandan, terus kita juga sering ketemu teman-teman dikampus
jadi aku sekarang lebih sering menggunakan make up sih kak. (Nanda, 31
Agustus 2023)
Menurut hasil wawancara diatas dengan Nanda, ia mulai

menggunakan make up sejak duduk dibangku kelas sepuluh (X) Sekolah

Menengah Atas (SMA). Ia mulai mengenal make up melalui media sosial

yang dimilikinya, akan tetapi saat itu ia tidak menggunakan make up setiap

hari, namun disaat memasuki dunia perkuliahan keinginan Nanda untuk

menggunakan make up semakin bertambah ia merasa ber-make up sudah

pantas ia gunakan karena sudah dewasa dan juga karena sering melakukan

aktifitas diluar sehingga ia lebih sering menggunakan make up setiap

harinya.

“saya mulai menggunakan make itu saat saya masih SMA, tapi make up
yang saya pakai saat itu hanya lipsik, pensil alis, bedak dan eyeshadow.
Kemudian saat sudah kuliah saya jadi bebas menggunakan jenis make up
apa saja yang saya mau, kayak yang aku pakai sekarang nih” (Ulfah
Stamarah, 4 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Ulfah, terkait awal mula ia

menggunakan make up yaitu pada saat ia masih duduk dibangku Sekolah

Menengah Atas (SMA) jenis make up yang ia gunakan diantaranya lipsik,

pensil alis, bedak dan eyeshadow, ia menggunakan make up hanya disaat-

saat tertentu saja. Kebebasan dan seringnya ia menggunakan make up

dimulai saat ia memasuki perkuliahan.

“aku tertarik sama yang namanya Make up itu awal kuliah kak, saat itu aku
nemu di tik-tok konten tutorial bikin alis,terus teman-teman aku juga pada
pakai make up lalu aku ikutin deh memang awalnya susah yaah tapi karena
aku sering belajar jadi aku bisa deh sekarang, terus gak hanya alis ku
doang dong yang aku percantik, aku juga belajar menggunakan make up
lainnya kayak apa tuh bikin eyesliner, bikin hidung terlihat mancung
soalnya kan aku pesek hehehe, terus masih banyak lagi deh kak. Oh iya itu
juga pasang bulu mata aku juga udah bisa sekarang”. (Seprimayani
Telaumbanua, 5 September 2023)

Menurut hasil wawancara dengan Seprimayani diatas, bahwa awal

mula ia tertarik menggunakan make up saat masuk dunia perkuliahan,

berawal dari ia menonton konten tutorial make up di platform Tik-tokt. Hal

inilah yang membuatnya tertarik untuk mencoba dan belajar menggunakan

make up dari cara membentuk alis yang bagus, cara memancungkan hidung

dengan make up, cara memasang alis dan masih banyak lagi.

“awalnya aku mengenal make up itu saat masih SD, kemudian saat SMP
aku mulai memberanikan diri untuk mencoba-coba make up kayak lipstick,
bedak, pensil alis karena penasaran aja gitu sama wajah aku kalau pakai
make up dan ternyata aku suka banget dengan hasilnya jadi dimulai saat
itu aku senang menggunakan make up sampai sekarang”. (Maya, 6
September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Maya, ia mulai mengenal

make up saat ia masih Sekolah Dasar (SD), kemudian berlanjut dengan

menggunakan make up seperti lipstick, bedak dan pensil alis saat ia sudah

masuk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena ia penasaran

dengan wajahnya jika menggunakan make up dan ternyata hasil make up

nya memuaskan sehingga mulai saat itu Maya senang menggunakan make

up sampai sekarang.
2. Alasan Pertama Kali Menggunakan Make Up

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan tentang

alasan menggunakan make up berikut kutipan dari para informan:

“Alasan sebenanrya tuh aku di suruh mama buat coba pakai make up tapi
dulu kalau aku pakai make up biasanya suka timbul jerawat jadi aku gak
terusin waktu itu, tapi setelah masuk kuliah aku coba mulai pake make up,
tapi kali ini jenis make up nya aku yang nentuin sesuai enggak sama tipe
kulit wajah aku, kalau sesuai aku pakai kalua enggak yah aku cari yang
lain”. (Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara dengan Rita, tentang alasan dari


menggunakan make-up yaitu berawal dari saran sang Ibu yang
menyuruhnya untuk menggunakan make-up. Akan tetapi hal itu
menimbulkan efek samping dari penggunaan make-up yakni timbulnya
jerawat pada wajah Rita. Keinginan dan motivasi Rita untuk Kembali
menggunakan make-up saat ia sudah memasuk dunia perkuliahan, namun
kali ini Rita sudah bisa memilah produk make up apa yang pantas ia
gunakan atau yang cocok dengan kulit wajahnya.

“cantik itu ya kayak punya kulit putih, mulus kayak yang di TV gituloh kak”
(Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut Rita cantik merupakan perempuan yang memiliki kulit


putih dan mulus hal ini berdasarkan apa yang Rita lihat pada media massa
yaitu TV(Televisi).

“alasan ku menggunakan make up itu karena melihat Make up dari sosial


media. Bahkan yang membuatku lebih tertarik dan seneng ngoleksi Make
up itu karena adanya berbagai macam masukan dari temen-temen sekolah
aku dulunya mereka sering bilang ke aku kalo hey Nanda kamu itu
bagusnya pakai lipstik warna ini, warna itu, terus coba deh kamu pakai
eyeshadow warna ini, mereka lebih ke banyak menyarankan sih kak apa
yang cocok untuk aku pakai. Jadinya lama-lama aku suka pake Make up
(Nanda, 31 Agustus 2023)
Menurut hasil wawancara diatas dengan Nanda, tentang alasan dari
Ia menggunakan make-up yaitu berawal dari sosial media kemudian
berlanjut pada dukungan dari teman-teman sekolahnya yang menyarankan
model make-up yang cocok untuk dirinya. Misalnya dari warna eyeshadow
dan lipstik. Hal ini lah yang mendorongnya untuk terus menggunakan
make-up dan menjadi suatu kebiasaan baru bagi keseharian Nanda.

“menurut ku cantik itu perempuan yang bisa merawat diri, punya wajah
bersih, bisa make up-an, terus juga punya stylist yang rapi dan bagus.
akupun begitu karena pengen seperti cewek-cewek korea yang ada di
drama-drama itu berkulit putih, mata yang bulat tapi gak terlalu besar, itu
karena mereka pakai make up makanya matanya bisa jadi cantik gituh ”
(Nanda, 31 Agustus 2023)

Nanda memaknai cantik dari segi fisik yakni punya wajah bersih,
pandai ber make up dan juga memiliki stylist yang rapi dan bagus, seperti
perempuan korea pada umumnya yang biasa Nanda lihat di drama korea.

“alasannya ya karena aku mulai merasa sudah waktunya aja aku harus
menggunakan make up untuk mempercantik diri sendiri, tapi make up yang
saya pakai saat itu hanya lipsik, pensil alis, bedak dan eyeshadow.
Kemudian saat sudah kuliah jadinya aku lebih bebas menggunakan jenis
make up apa saja yang saya mau.” (Ulfah Stamarah, 4 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Ulfah, tentang alasan dari


menggunakan make-up yaitu karena Ulfah merasa bahwa sudah saatnya
menggunakan make-up dengan tujuan mempercantik diri.
“kalau aku, cantik itu wajahnya pasti mulus karenakan biasanya yang ku
lihat dilingkungan sekitar emang begitu kak, kayak cewek korea mukanya
pada mulus-mulus semua jadi banyak cowok yang suka liat Drakor” (Ulfah
Stamarah, 4 September 2023)

Ulfah memaknai cantik dari segi fisik yaitu cantik memiliki wajah
yang mulus seperti perempuan korea yang ada pada drama korea.

“alasan ku itu karena kayak yang aku jelaskan tadi kak, berawal dari tik-
tok dan juga pengaruh dari teman-teman sekamarnya aku terus juga karena
make up ini kan bisa mempercantik wajah kita dan juga bisa menutupi
kekurang pada wajah kita, jadi aku merasa bahwa make up bisa mengatasi
masalah atau kekurang yang ada pada wajah ku ini loh kak, terus juga
karena aku pernah dapat pujian dari teman-teman aku, kalau ternyata make
up aku bagus jadi yeah sekarang aku senang menggunakan make up”.
(Seprimayani telaumbanua, 07 juni 2023)

Menurut hasil wawancara di atas dengan Seprimayani, tentang


alasan dari menggunakan make-up yaitu karena tertarik dengan konten
make up yang ada di tik tok dan juga karena dipengaruhi oleh teman-teman
sekamarnya, selain itu Seprimayani merasa bahwa bermake -up bisa
menutupi segala kekurangan yang ada pada wajahnya sehingga ia
memutuskan untuk menggunakan make up agar penampilannya tetap
terlihat cantik dan menarik. Seprimayani juga mendapatkan respon dan
penilaian yang baik dari lingkungannya terhadap make-up yang digunakan.

“aku gak mau munafik ya kak, tapi menurut ku cantik itu harus berkulit
putih, punya body yang bagus, hidung mancung, rambut Panjang dan
hitam. Karena kenapa yang terjadi saat ini emang begitukan semua cewek
berlomba-lomba melakukan perawatan diri biar bisa cantik. Karena
dimedia sosial sekarang banyak menampilkan cewek-cewek cantik, jadi itu
mungkin salah satunya”
(Seprimayani telaumbanua, 07 juni 2023)

Seprimayani memaknai cantik dari segi fisik yakni memiliki kulit


putih, tubuh yang ideal, memiliki rambut yang panjang dan hitam.
Seprimayani memaknai cantik berdasarkan apa yang Seprimayani lihat di
media sosial.
“Karena aku merasa menjadi lebih cantik saat pake make up, berhubung
kondisi wajahku juga agak kusam dan banyak flek hitamnya akhirnya aku
atasi dengan menggunakan make up deh, sampai saat ini aku masih
menggunakan make up. kemudian aku juga sering nonton video tutorial
make up di youtube, trus aku juga mengikuti akun sosial media para beauty
vlogger di ig supaya aku tetap bisa melihat make up yang sedang mereka
pakai atau yang lagi tren” (Maya, 09 juni 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Maya, tentang alasan dari


menggunakan makeup yaitu berasal dari keinginan dan kesadaran dari diri
sendiri akan pentingnya penampilan yang terlihat cantik. Tujuan dari
menggunakan make-up yang dilakukan oleh Maya yakni untuk menutupi
kekurangan yang ada diwajah seperti flek hitam dan kulit yang kusam.
Selain itu untuk menambah pengetahuan dan skill tentang make-up Maya
mengunjungi dan mengikuti akun media sosial dari para konten creator baik
itu melalui platform youtube, dan Instagram.

“cantik itu menurut ku ya kak, punya wajah yang bagus, putih, mulus,
bersih terus langsing juga soalnya kalau badan langsing tuh segala jenis
baju pasti masuk dibadan, seperti IU aku suka banget postur tubuhnya
mungil gitu tapi cantik” (Maya, 09 juni 2023)

Menurut Maya cantik itu memiliki warna kulit yang putih, mulus,
bersih dan postur tubuh yang langsing. Menurutnya memilki postus tubuh
yang langsing bisa menggunakan jenis pakaian apa saja. Maya juga sangat
menyukai salah satu artis korea bernama IU yang Maya jadikan sebagai
standar cantik sesungguhnya karena memiliki postur tubuh yang mungil
namun tetap terlihat cantik.

3. Sering membawa dan Menggunakan Make Up di Kampus


“iya kak, aku tuh sering banget menggunakan make up di kampus juga
membawa beberapa jenis make upnya”
(Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Rita, bahwa Ia sering

menggunakan make up saat di kampus dan juga membawa beberapa

peralatan make up di kampus, Rita juga menambahkan alasan Ia


menggunakan dan membawa peralatan make up di kampus berikut

kutipannya:

“alasan ku tuh yaah karena kalau gak menggunakan make up saat di luar
kayak saat di kampus ini kayak gimana-gimana gitu,, kelihatannya pucat
banget muka ku apa lagi kalua gak pakai lipstik gak kebayang deh., terus
juga aku bawa make up tuh buat jaga-jaga kalau make up nya luntur. Jadi
intinya tuh wajib menggunakan make up setidaknya bedak sama lipstick
doang, itu setidaknya ya kak” (Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut Rita alasan Ia menggunakan make up di kampus karena

wajahnya akan terlihat pucat dan merasa ada yang kurang pada dirinya

terutama pada penampilan wajahnya sehingga Ia merasa make up

merupakan sesuatu hal yang wajib ia gunakan dan Ia bawa saat berada di

kampus walaupun setidaknya hanya menggunakan bedak dan lipstik.

“Hehehe, iya dong kak, ini nih aku pakai make up sekarang ditas ku juga
ada make up” (Nanda, 31 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Nanda, bahwa Ia sering

menggunakan make up serta membawa make up di kampus. Nanda juga

menambahkan alasan Ia menggunakan dan membawa make up di kampus

berikut kutipannya:

“gini kak kita nih udah dewasa jadi perlu gak sih untuk mempercantik diri,
gimana caranya dengan menggunakan make up dan juga aku bawa make
up itu untuk aku pakai jika make up ku udah kehapus gara-gara keringetan
minum air atau bibir u kering jadi aku biasanya tinggal touch up lagi terus
juga aku lihat di kampus gak adakan larangan untuk bermake up jadi aku
rasa fine-fine aja kalua menggunakan make up di kampus” (Nanda, 31
Agustus 2023)
Menurut Nanda alasan Ia menggunakan make up kampus karena Ia

sudah dewasa sehingga wajar baginya untuk ber make up dengan tujuan

mempercantik diri, Nanda juga beralasan bahwa Ia membawa make up di

kampus untuk melakukan touch up kembali pada wajahnya jika make up

nya sudah terhapus. Nanda juga menambahkan alasan lainnya yaitu di

kampus tidak ada aturan yang melarang menggunakan make up di kampus,

sehingga Ia merasa tidak masalah jika menggunakan make up di kampus.

“kalau ditanya jawabannya pasti iya lah kak” (Ulfah Stamarah, 4


September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Ulfah, bahwa benar Ia

sering menggunakan dan membawa peralatan make up di kampus. Ulfah

juga menambahkan alasannya Ia menggunakan dan membawa make up di

kampus, berikut kutipannya:

“Karena ya kak, dikampuskan kita banyak ketemu orang-orang, jadi kita


jugakan harus memperhatikan penampilan kitanya, masa pakaian kita udah
bagus-bagus tapi muka kita kusam gituh, apa kata dunia? Jadi aku harus
merapikan wajah ku juga kayak penampilan ku juga biar cantik aja gituloh
kak,” (Ulfah Stamarah, 4 September 2023)

Alasan Ulfah menggunakan dan membawa make up di kampus

karena di kampus Ulfah banyak bertemu orang-orang jadi menurutnya Ia

perlu memperhatikan penampilannya, jika pakaiannya rapi atau bagus maka

wajahnya juga harus menarik atau cantik dengan menggunakan make up

supaya penampilannya menjadi sempurna.


“Iya kak sering, kalua masuk kuliah, datang ke perpus, juga kalau ada
urusan administrasi di kampus” (Seprimayani, 07 Juni 2023)

Menurut hasil wawancara di atas dengan Seprimayani, mengatakan

bahwa Ia sering menggunakan dan membawa make up di kampus seperti

pada saat waktu perkuliahan, sekedar membaca di perpustakaan dan juga

saat ada pengurusan berkas di kampus. Seprimayani juga menambahkan

alasan Ia menggunakan make up saat di kampus. Berikut Kutipannya:

“aku orangnya suka make up banget ya kak kak, jadi kalau kemana-mana
itu harus menggunakan make up, kayak di kampus sekarang. Terus kan kak
kalau lagi istirahat itu kan biasanya make up kita suka luntur karena makan
atau minumkan jadi aku biasanya pakai lagi tuh make up ku karena udah
senyaman dan sesuka itu sama make up jadi kalua gak pakai make up itu
kayak ada yang kurang, ibaratnya kayak sayur tanpa garam kurang pas
gitu asyikkk” (Seprimayani, 07 Juni 2023)

Alasan seprimayani menggunakan dan membawa make up

dikampus karena Ia merupakan pecinta make up dan sudah merasa nyaman

menggunakan make up, jadi kemanapun seprimayani pergi Ia akan selalu

membawa dan menggunakan make up agar penampilannya selalu menarik.

“yap betul dan sering banget kak, karena yah kalau gak pakai make up itu
aku sering gak pd, contohnya saja kalau aku gak pakai lipstik pasti bibirku
kelihatan hitam, karena memang bibiku begitu sih, terus juga muka ku pasti
kelihatan puca jadi aku perlu persiapkan peralatan make up ku ditas. Make
up itu benar-benar membantu aku banget untuk mengatasi kekurangan
pada wajah ku ini, apalagi kalau saat presentasi didepan kelas pasti aku
tambah gak pd diliatin banyak teman-teman dan dosen” (Maya, 09 Juni
2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Maya, bahwa Ia sering

menggunakan dan membawa make up di kampus, dengan alasan bahwa jika

tanpa make up wajahnya akan terlihat pucat saat tidak menggunakan lipstick
pada bibirnya serta maya merasa tidak percaya diri saat tampil didepan

teman-teman kelasnya tanpa menggunakan make up, sehingga Maya

merasa make up benar-benar membantu masalah pada ketidak percayaan

dirinya.

4. Perubahan Yang Dirasakan Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Make Up

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan tentang

perubahan yang dirasakan sebelum dan sesudah menggunakan make up

berikut kutipan dari para informan:

“ini tentang yang aku rasakan sebelum dan sesudah menggunakan make up
ya kak, sebelumnya aku merasa minder karena biasanya diwajah aku ada
bekas jerawat jadi sering banget gak percaya diri saat kemana-mana
namun setelah menggunakan make up aku jauh lebih enakan kak, kayak gak
ada yang perlu disembunyikan dari wajah ini karena udah ada make up
yang nutupin bekas jerawatnya aku juga merasa penampilan ku menjadi
lebih baik dari sebelumnya” (Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas, sebelum Rita menggunakan make-

up, ada rasa minder dan kurang percaya diri terhadap penampilan apabila

hendak bepergian. Setelah menggunakan make-up Rita merasa jauh lebih

baik karena make-up dapat membantu menutupi kekurangan yang ada di

wajahnya sehingga ia merasa lebih percaya diri saat beraktivitas di luar

rumah.

“sebelum aku menggunakan make up ya kak aku sering malas keluar rumah
karena teman-teman lebih cantik tampilan mereka daripada aku, tapi
setelah aku menggunakan make up aku mulai bebas mengekspresikan diri
ku di khalayak umum, aku juga mulai merasa percaya diri dan terlihat lebih
baik sekarang daripada sebelumnya” (Nanda, 31 Agustus 2023)
Menurut hasil wawancara diatas, sebelum Nanda menggunakan

make up ia malas untuk keluar rumah karena menurutnya penampilannya

yang dulu tidak sama dengan teman-temannya yang memiliki penampilan

bagus dan juga cantik, namun setelah Nanda menggunakan make up ia

mulai percaya diri untuk tampil di khalayak umum dengan penampilan

terbaiknya tanpa harus minder.

“aku merasakan perubahan dalam diri ku kak, karena sebelum aku


menggunakan make- up aku ireng banget aku juga sering diejek saat
presetasi di depan kelas, tetapi setelah aku pakai make up nih ya aku benar-
benar merasa waow penampilan ku semakin cantik terus teman-teman aku
yang dulu yang mengejek aku jadi muji-muji aku aku merasa make up ini
bisa merubah penampilan ku yang dulu menjadi cantik sekarang ini” (Ulfah
Stamarah, 4 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas, Ulfah merasakan perubahan dalam

dirinya, disaat sebelum ia belum mengenal dan menggunakan make up.

Teman-temannya seringkali mengejek penampilannya. Namun perubahan

terjadi seiring dengan adanya kesadaran diri untuk merawat dan merubah

penampilannya menjadi lebih baik, salah satunya dengan menggunakan

make-up.

“yang aku rasakan sebelum menggunakan make up itu penampilan ku


biasa-biasa aja kayak bocil-bocil pada umumnya tidak ada yang terlalu
menarik, tapi setelah aku menggunakan make up penampilan ku jadi lebih
baik karena hasil make up yang aku pakai juga bagus jadi aku merasa
senang dan bangga dengan penampilan ku sendiri saat ini” (Seprimayani,
5 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas, Seprimayani merasa


penampilannya jauh lebih baik setelah menggunakan make up, ia juga
merasa senang dan bangga pada dirinya sendiri karena mampu membuat
dirinya menjadi cantik, dibanding dengan penampilan sebelumnya saat
belum mengenal dan menggunakan make-up.

“beda jauh banget kak yang aku rasakan sebelum dan sesudah
menggunakan make up, dulu tuh yaa sebelum menggunakan make up kulit
ku kusam dan bibir ku pucat tapi untungnya setelah pake beberapa alat
make up wajah ku menjadi fres dan aku jadi lebih sering tampil percaya
diri saat berada di luar rumah” (Maya, 6 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas, Maya merasa adanya perbedaan


yang dialami sebelum dan sesudah menggunakan make up. Maya merasa
wajahnya lebih fresh saat menggunakan beberapa alat make up dan mampu
membuatnya tampil lebih percaya diri.

5. Makna penggunaan make up bagi mahasiswi Fisip Universitas Palangka

Raya

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan tentang

makna make up bagi pengguna make-up berikut kutipan dari para informan:

“Kalo menurut aku sih kak makna make up itu bisa dibilang kayak
kreativitas orang-orang dalam memakai dan memanfaatkan alat kosmetik,
tapi kalo menurut aku,make up itu sesuatu hal yang bisa mengubah
penampilanku dari yang biasa-biasa aja kemudian membuatku menjadi
lebih terlihat cantik”. (Rita, 30 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Rita, bahwasanya makna

make-up bagi dirinya adalah sebuah kreativitas dalam memakai dan

memanfaatkan peralatan kosmetik dan merupakan suatu hal yang dapat

mengubah penampilan dirinya dari yang terlihat biasa saja menjadi terlihat

lebih cantik.
“ehm..menurutku makna make-up pastinya identik sama berdandan ya kak,
jadi gunanya itu yaa bisa membuat seseorang terlihat cantik, dan juga bisa
menambah ke pd an loh kak soalnya setau aku yang good looking biasanya
lebih bebas berekspresi gitu loh kak jadi biasanyao rang yang seperti itu
pasti akan lebih banyak mendapatkan perhatian dari orang lain”. (Nanda,
31 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Nanda, bahwasanya make

up identik dengan berdandan, dimana seseorang menggunakan make up

dengan tujuan agar terlihat lebih cantik dan menambah rasa percaya diri.

Menurut Nanda seseorang yang memiliki penampilan bagus dan cantik

biasanya mampu berekspresi dengan bebas serta mendapatkan perhatian

khusus dari orang lain.

“oh. makna make-up yaa, kalo menurut ulfah make-up itu lebih ke suatu
cara untuk memperoleh penampilan yang bagus dengan cara menghias diri
agar terlihat lebih fresh terus makna aku menggunakan make up itu sendiri
ya supaya penampilan ku menjadi lebih menarik lagi karenakan kita
memang harus memperhatikan penampilan kita dimanapun kita berada
biar gak malu-maluin juga”. (Ulfah Stamarah, 4 September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Ulfah, ia memaknai make-

up sebagai suatu cara untuk memperoleh penampilan yang terbaik dengan

cara menghias dirinya dengan berbagai peralatan make-up supaya terlihat

fresh dan menarik. Ulfah juga menambahkan bahwa penampilan juga harus

diperhatikan dimanapun kita berada supaya tidak malu-maluin.

“Menurutku sih kak, makna make-up lebih ke kemampuan seseorang dalam


mengubah penampilan diri yang biasanya digunakan di wajah dengan
bantuan alat-alat kosmetik itu tadi, biar apa? ya biar mempercantik wajah
kita terus juga kan make up bisa menutupi kekurang pada wajah kita loh
kak. Seperti yang aku bilang tadi make up bisa memancungkan hidung
dengan menggunakan contour jadi sangat bermakna sekali sih bagi ku”.
(Seprimayani, 07 Juni 2023)
Menurut hasil wawancara di atas dengan Seprimayani, ia memaknai

make-up sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mengubah penampilan

diri khususnya pada bagian wajah dengan menggunakan bantuan peralatan

kosmetik seperti contour yang bisa memancungkan hidung bagi yang ingin

hidungnya terlihat mancung.

“ini maksudnya makna make-up menurut aku ya kak, kalo menurutku make
up dapat dinilai sesuatu yang magic karna mampu mengubah dan
memberikan pengaruh besar pada perubahan penampilan bagi
penggunanya kak dengan pake make-up kita bisa menarik perhatian orang
lain, biasanya gitu kak“. (Maya, 09 Juni 2023)

Menurut hasil wawancara dengan Maya, ia memaknai make-up

sebagai sesuatu yang luar biasa seperti sulap karena mampu memberikan

pengaruh dalam mengubah penampilan seseorang dan dengan

berpenampilan menarik atau cantik bisa menarik perhatian orang lain

terhadap dirinya.

6. jenis-jenis make up yang digunakan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan tentang

kapan dan dimana saja menggunakan make up berikut kutipan dari para

informan:

“aku biasannya menggunakan foundation, loose powder, blush on,


eyeshadow, eyeliner, pensil alis, eyeliner, maskara, dan lipstick”. (Rita, 30
Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Rita, tentang jenis make-up


yang digunakan diantaranya terdiri dari alas bedak (foundation,) bedak
tabur (loose powder), perona pipi (blush on), perona mata (eyeshadow),
pensil mata (eyeliner), pensil alis, pelentik bulu mata (maskara), dan
pewarna bibir (lipstick).
“Jenis make up yang aku pakai itu ada lipstick, bedak tabur kadang juga
pakai bedak padat, eyeliner, foundation, pensil alis wajib banget karena
alis ku botak, dan juga maskara”. (Nanda, 31 Agustus 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Nanda, tentang jenis make-


up yang digunakan yaitu terdiri dari bedak padat, pensil mata (eyeliner), alas
bedak (foundation), pensil alis untuk membentuk alis dan juga pelentik bulu
mata (mascara).

“Kalau jenis make up yang aku gunakan itu ada foundation, ada lipstik,
ada maskara, ada juga bedak ada juga pensil alis kak”. (Ulfah, 4
September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Ulfah, tentang jenis make-


up yang digunakan dalam keseharian terdiri dari alas bedak, lipstik,
maskara, bedak dan pensil alis.

“Lipstick, bedak baby, foundation, maskara, eyeliner, eyeshadow, pensil


alis, dan contour”. (Seprimayani, 5 September 2023)
Menurut hasil wawancara di atas dengan Seprimayani, tentang jenis
make-up yang digunakan dalam keseharian diantaranya Lipstick, bedak
baby, foundation, mascara, eyeliner, eyeshadow, pensil alis, dan warna
yang digunakan untuk mempertegas siluet wajah (contour)

“aku biasanya menggunakan make up Foundation, powder, blush on,


eyeshadow, eyeliner, mascara, lipstick dan setting spray”. (Maya, 6
September 2023)

Menurut hasil wawancara diatas dengan Maya, tentang jenis make-


up yang digunakan dalam keseharian diantaranya yaitu Foundation,
powder, blush on, eyeshadow, eyeliner, mascara, lipstick dan setting spray.
4.4.2 Hasil Observasi

Dilansir dari mengenal jenis-jenis teks (2019), teks laporan hasil

observasi (LHO) adalah laporan yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu

yang didasarkan pada hasil kegiatan observasi. Kegiatan observasi bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang tingkah laku, keadaan, kondisi, atau situasi

dari objek yang diteliti.

Observasi telah dilakukan peneliti pada tanggal 21 Agustus 2023 sampai

dengan 29 Agustus 2023. Peneliti menemukan informan mengguanakan make

up saat berada dilingkungan kampus, gaya make up setiap informan berbeda-

beda, namun tetap terlihat mencolok. Peneliti juga menemukan informan

membawa peralatan make up dikampus. Jenis peralatan make up yang mereka

bawa yaitu bedak padat, bedak bubuk, mascara, pensil alis, lipstick, Blush On,

dan juga lipstick. Informan biasanya sering melakukan touch up make up

kembali pada wajahnya supaya make up mereka kembali sempurna. Hal ini

biasanya dilakukan saat jam istrahat atau saat pembelajaran dikampus selesai,

beberapa dari mereka melakukan touch up make up di dalam kelas dan ada juga

yang ke toilet. Peneliti juga menemukan fakta lainnya yaitu informan menjadi

pusat perhatian banyak orang karena penampilannya yang menarik dan cantik.
BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Makna Penggunaan Make-Up Bagi Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik (FISIP) Universitas Palangka Raya

Makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (KBBI, 2005). Bentuk makna

diperhitungkan sebagai istilah. Sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam

bidang tertentu, yakni dalam bidang linguistik (Alex Sobur, 2001: 255).

Penafsiran akan sesuatu makna pada dasarnya dinilai bersifat pribadi setiap

orang.

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti

tentang makna penggunaan make up bagi mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya.

a. Makna Penggunaan Make Up

Makna dari penggunaan make up sebagai identitas diri di kalangan

mahasiswi tentunya tidak selalu sama bagi setiap mahasiswi, hal ini

dikarenakan penafsiran akan suatu makna bersifat pribadi bagi setiap orang,

namun berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini bisa diambil

sebuah garis besar yang mendasari makna penggunaan make up dikalangan

mahasiswi. Adanya interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya tentu

membawa berbagai dampak dan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

Makna yang timbul dari penggunaan make up karena adanya interaksi ini

diantaranya adalah, adanya tuntutan untuk tampil dengan sempurna pada


dirinya, tuntutan ini sebenarnya berasal dari dalam diri mahasiswi itu

sendiri, tuntutan ini dipengaruhi oleh penilaian-penilaian orang lain

terhadap penampilan dirinya. Kedua, makna dari penggunaan make up

dikalangan mahasiswi adalah untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan

sosial disekitarnya, setiap orang tentunya ingin bila penampilan dan

kehadiranya mendapat perhatian lebih dari lingkungan disekitarnya,

khususnya bagi para wanita, mahasiswi juga termasuk kalangan yang selalu

ingin menjadi sebuah pusat perhatian dilingkungan sosialnya, tentunya

karena sebuah citra positif pada dirinya, baik dari penampilan, prestasi,

maupun kecantikanya. Penggunaan make up yang digunakan untuk

membuat penampilanya lebih menjadi cantik dan percaya diri menjadi

sebuah alat penunjang yang bisa digunakan untuk mendapatkan perhatian

dari lingkungan sekitarnya.

Makna penggunaan make up dikalangan mahasiswi yang

selanjutnya ini berasal bukan dari adanya interaksi dengan orang lain,

melainkan dari dalam dirinya sendiri. Makna tersebut adalah adanya sebuah

keinginan akan penampilan yang indah bagi dirinya sehingga individu

tersebut bisa merasa bangga akan keindahan penampilannya. Banyak

mahasiswi yang kurang puas akan penampilannya, oleh karena itu mereka

menggunakan berbagai cara untuk bisa membuat penampilannya menarik

dan akhirnya mereka bangga dengan penampilannya sendiri. Kepuasan

yang ada dalam diri inilah yang menjadi sebuah makna yang terdapat dalam

penggunaan make up dikalangan mahasiswi.


5.2 Konstruksi Penggunaan Make Up Pada Mahasiswa FISIP Universitas

Palangka Raya

Konstruksi penggunaan make up pada mahasiswi FISIP Universitas

Palangka Raya juga tercipta melalui konstruksi realitas yang mereka alami.

Proses sosial ini melalui tiga tahap kontruksi sosial dari Berger dan

Luckman yaitu eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi.

a. Ekternalisasi, Eksternalisasi merupakan bentuk penyesuaian diri

informan kedalam lingkungan yang mempengaruhi informan untuk

menggunakan make up. Adapun dua faktor yang mempengaruhi

informan dalam menggunakan make up yaitu; faktor internal, yaitu

adanya dorongan yang kuat dalam diri mereka tanpa adanya pengaruh

dari luar yang mendasari mereka untuk menggunakan make-up. Alasan

yang mendasari penggunaan make-up bagi informan diantaranya yaitu:

adanya kekurangan fisik pada wajah yang akhirnya membuat informan

tidak percaya diri sehingga mereka menutupi kekurangan itu dengan

menggunakan make-up. Selain itu, adanya kesadaran dalam diri

informan untuk memperhatikan penampilan supaya menjadi lebih baik

daripada sebelumnya. Kemudian faktor Eksternal yang terdiri dari

beberapa hal yaitu media massa, keluarga, dan teman sebaya. Media

massa menjadi alasan informan dalam menggunakan make-up seperti

beberapa informan yang melihat konten tutorial make-up di youtube

dan tren make-up yang sedang tren yang digemari oleh banyak orang,

selain itu sejauh in pemahaman informan tentang cantik yang dimaksud


ialah berkulit putih, langsing, tinggi, hidung mancung, memiliki rambut

panjang dan hitam, memiliki postur tubuh yang ideal. Hal ini tidak

pernah lepas dari efek media massa yang selalu menampilakn sisi

penampilan sempurna pada perempuan. Inilah yang kemudian

membuat informan memiliki keinginan untuk tampil cantik dan

menarik dengan menggunakan make up. Keluarga menjadi salah satu

alasan dari beberapa informan dalam menggunakan make-up seperti

menyarankan untuk mulai belajar menggunakan make-up. Faktor

eksternal lainnya yaitu pengaruh dari teman sebaya. Saat informan

memiliki lingkup pertemanan yang menyukai dan menggunakan make-

up maka terbangunlah keinginan dalam diri informan untuk

menggunakan make-up.

b. Objektifikasi, Objektifikasi merupakan perspektif informan dalam

melihat produk make-up seperti pemilihan jenis make-up yang

digunakan, merk produk, kualitas dan bahan yang terkandung

didalamnya, peralatan make up yang cocok dengan kebutuhan

informan. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti

terhadap informan tentang jenis-jenis make up yang digunakan oleh

informan yaitu: perona pipi (foundation,) bedak tabur (loose powder),

perona pipi (blush on), perona mata (eyeshadow), pensil mata

(eyeliner), pensil alis, pelentik bulu mata (maskara), dan pewarna bibir

(lipstick).
c. Internalisasi, Internalisasi merupakan Tindakan atau pengidentifikasian

yang dilakukan informan untuk menunjukan jati diri atas keinginan

untuk tampil sempurna dan menarik, karena ingin mendapatkan

perhatian lebih dari lingkungan disekitarnya. Tindakan tersebut yaitu

dengan menggunakan make up dikampus. Dari hasil wawancara dan

observasi yang dilakukan peneliti terhadap informan tentang alasan

menggunakan make up dikampus yaitu informan menggunakan make

up di kampus dikarenakan ingin menunjukan jati diri mereka sebagai

mahasiswi yang berpenampilan cantik dan menarik dengan

menggunakan make up serta bisa mendapatkan pujian dan perhatian

orang lain. Tindakan lain yang dilakukan oleh mahasiswi yaitu dengan

cara menonton tutorial make up di youtube, tiktok, dan Instagram

sebagai bahan referensi dalam bermake up. Dalam lingkungan kampus

mahasiswi juga sering melakukan touch up make up. Hal ini sering

dilakukan saat jam istrahat dan saat jadwal kuliah sudah selesai.

Alasannya, karena untuk memperbaiki kembali make up mereka yang

sudah luntur akibat keringatan atau terkena hujan.

5.3 Identitas Dan Kenikmatan Pengguna Make Up Pada Mahasiswi FISIP


Universitas Palangka Raya

Menurut Ariel Heryanto identitas dan kenikmatan merupakan satu

kesatuan yang diperjuangkan oleh banyak orang (Heryanto, 2015: 27–28)

supaya mereka dapat disebut, dianggap dan dinilai oleh orang lain. Untuk itu,

mereka akan berusaha mendapatkan hal tersebut dengan cara membentuk ulang
identitas baru mereka. Ariel Heryanto menjelaskan bahwa kemunculan budaya

populer membawa pengaruh besar bagi kehidupan banyak orang, tidak

terkecuali kelompok mahasiswi. Kemuculan budaya popular tidak pernah lepas

dari adanya media masa yang mendorong masyarakat untuk mengonsumsi dan

memproduksi budaya populer.

Tren make-up merupakan salah satu dari budaya populer yang

digunakan oleh banyak orang, khususnya para mahasiswi dalam menunjang

penampilan mereka agar tetap terlihat cantik dan menarik sebagai salah satu

representasi dari identitas diri mereka. Kemunculan tren make up ini membuat

mahasiswi gemar menggunakan make up karena mampu membuat penampilan

mereka menjadi lebih baik dan juga terlihat cantik. Mahasiswi memanfaatkan

media masa sebagai referensi dalam bermake up, seperti menonton tutorial para

beauty vlogger di youtube, tiktok dan intragram. Hal ini membentuk suatu

kebiasaan baru dari kegiatan bermake up yang mahasiswi lakukan secara intens

yang kemudian melahirkan identitas baru pada mahasiswi yaitu identitas

sebagai pengguna make up. Dari identitas baru mahasiwi sebagai pengguna

make up tersebut menghasilkan representasi diantaranya yaitu; terlihat cantik,

menarik, dipuji dan mendapat perhatian dari orang lain. Hal ini menjadi suatu

kenikmatan dan kebanggan tersendiri terhadap informan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan

tentang perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan make up yaitu; sebelum

menggunakan make up informan merasa kurang puas dengan penampilannya

hal ini disebabkan karena masalah yang ada pada bagian wajah mereka seperti
bekas jerawat, flek hitam dan kekurangan lainnya, sehingga mereka cenderung

kurang percaya diri untuk tampil di depan umum. Namun sesudah

menggunakan make up mereka merasa penampilan mereka jauh lebih menarik

dari sebelumnya karena dengan menggunakan make up wajah mereka menjadi

lebih cantik dan fresh serta mampu menutupi segala kekurangan yang ada pada

bagian wajah mereka, selain itu mereka juga mampu tampil percaya diri

didepan umum sehingga menjadi pusat pusat perhatian bagi orang lain serta

mendapatkan pujian karena kecantikan dan keindahan yang informan miliki.

Upaya untuk meraih kenikmatan dan identitas yang baru tersebut diiringi

dengan kepuasan mengonsumsi produk menjadi bagian penting dari proses

tersebut.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L Berger Dan

Thomas Luckmaan. Konstruksi sosial merupakan proses sosial dimana setiap

individu atau kelompok sosial membentuk realitas sosial yang dialami secara terus

menerus. Konstruksi sosial terbentukan karena adanya proses sosial yang ada dalam

masyarakat. Adapun proses sosial yang membentuk konstruki sosial dalam

masyarakat yaitu eksternalisasi, objektifasi dan internalisasi.

Eksternalisasi merupakan bentuk penyesuaian diri informan kedalam

lingkungan yang mempengaruhi informan untuk menggunakan make up.

Lingkungan tersebut terdiri dari lingkup keluarga dan pertemanan yang mendorong

informan dalam menggunakan make-up, media massa juga turut serta dalam

pengenalan produk make-up terhadap informan. Penyesuaian diri tersebut

ditunjukan melalui tindakan dan perilaku berupa aktivitas seperti meonoton tutorial

make-up di chanel youtube para beauty vlogger yang menjadi inspirasi, kemudian

informan mulai memilih dan memilah produk make-up yang cocok untuk

digunakan kapan dan dimana saja. Dari aktivitas tersebut terbentuklah suatu

kebiasaan yang dimaknai oleh informan sebagai suatu makna penggunaan make-

up.

Objektifikasi merupakan perspektif informan dalam melihat produk make-

up seperti pemilihan jenis make-up yang digunakan, merk produk, kualitas dan
bahan yang terkandung didalamnya, peralatan make -up yang cocok dengan

kebutuhan informan.

Internalisasi merupakan Tindakan atau pengidentifikasian yang dilakukan

informan untuk menunjukan jati diri atas keinginan untuk tampil sempurna dan

menarik, karena ingin mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan disekitarnya.

Tindakan tersebut yaitu dengan menggunakan make-up dan meniru cara make up

para beauty vlogger dalam gaya make up nya. Hal ini menimbulkan adanya

kepuasan dan kebanggan diri dari informan dan menjadikannya sebagai bentuk

identitas diri.

Menurut Ariel Heryanto identitas dan kenikmatan merupakan satu kesatuan

yang diperjuangkan oleh banyak orang, Hal ini dikarenakan dalam merumuskan

identitasnya individu tidak dapat dipisahkan dari keinginan mereka untuk

mendapatkan kenikmatan. Tren make-up merupakan tren baru yang digunakan

banyak orang khususnya kaum perempuan dalam menunjang penampilan mereka

agar tetap terlihat cantik dan menarik sebagai salah satu representasi dari identitas

diri mereka. Hasil dari representasi dari identitas diri tersebut yaitu terlihat cantik

dan menarik menjadi suatu kenikmatan dan kebanggan tersendiri terhadap

informan. Upaya untuk meraih kenikmatan dan Hasrat gaya hidup yang baru

tersebut diiringi dengan kepuasan mengonsumsi produk menjadi bagian penting

dari proses tersebut.

Dari hasil wawancara dan observasi dengan kelima informan bahwasanya

menggunakan make-up memiliki makna dan kenikmatan tersendiri didalam diri


mereka, kepuasan akan hasil dari pengaplikasian make pada wajah mampu

menambah rasa peracaya diri dan perubahan penampilan menjadi lebih baik

daripada sebelumnya. Kenikmatan yang telah menjadi gaya hidup dan kebiasaan

inilah yang menjadi bentuk dari identitas diri informan yang didapatkan dengan

menggunakan make up.

Makna penggunaan make up sebagai identitas diri bagi mahasiswi

dipengaruhi oleh adanya interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya dan dari

kepribadiannya sendiri. Makna tersebut diantaranya, adanya keinginan untuk dapat

tampil dengan sempurna, ingin mendapatkan perhatian dari lingkungan

disekitarnya, dan adanya kepuasan dan kebanggaan dari dalam dirinya jika tampil

dengan penampilan terbaiknya. Penggunaan make up dengan produk-produk

kosmetik dewasa ini sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar bagi para

mahasiswi, menggunakan make up menjadi sebuah kebiasaan yang tidak pernah

ditinggalkan, bahkan make up sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang makna penggunaan make up sebagai

identitas diri di kalangan mahasiswi FISIP Universitas Palangka Raya, maka

diperoleh beberapa saran agar penggunaan make up lebih bisa memberikan manfaat

yang lebih bagi mahasiswi, saran-saran tersebut diantaranya adalah:

a. Pemaknaan kecantikan itu berbeda-beda setiap orang dan juga bisa berubah-

ubah disetiap waktu mengikuti perkembangan zaman dan tren, Jadi tidak ada

sebuah definisi pasti mengenai makna cantik yang sebenarnya, oleh karena itu
mahasiswi diharapkan lebih dapat mensyukuri segala karunia yang telah Tuhan

berikan, dan tidak perlu merasa kurang percaya diri apabila memiliki

kekurangan.

b. Adanya anggapan bahwa wanita yang ingin cantik harus menggunakan make

up adalah anggapan yang kurang tepat karena setiap wanita itu adalah cantik

dengan kelebihannya masing-masing.

c. Kedewasaan seseorang bukan karena sudah pandai berdandan dan merawat

kecantikan, tetapi lebih kepada sifat atau kepribadian mahasiswi.

d. Mahasiswi tidak perlu malu dengan penampilannya apabila tidak

menggunakan make up.

e. Pembelian make up membuat mahasiswa lebih konsumtif hal ini tentunya perlu

dikurangi dan membeli kebutuhan seperlunya saja.

Peneliti berharap agar penemuan dalam penelitian ini dapat dilanjutkan dan

dikembangkan lebih banyak lagi untuk peneliti yang lain dalam melihat gejala dan

masalah tentang make up. Adapun saran peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu:

a. Pengaruh Intensitas Penggunaan Make Up Terhadap Kepercayaan Diri

b. Pengaruh Fungsi Make Up Sebagai Camouflage Dan Seducation

c. Konsep Diri Pecinta Make Up Korea


DAFTAR PUSTAKA

Adams, G. R. (1998). The Objective Meansure of Ego Identity Status. A Reference


Manual.

Alek, Sobur. 2001. Analisis teks: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja.

Anastasia, Melliana. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan.


Yogyakarta: LKis.

Aprilia (2005). Wanita dalam Iklan Sebagai Daya Tarik, Yogyakarta.

Aprilita, D dan Listyani, R. H. (2016). Representasi kecantikan perempuan dalam


media sosial instagram (analisis semiotika roland barthes pada akun
@mostbeautyindo, @bidadarisurga, dan @papuan_girl). Paradigma. 4(3),
1-13.
Barker, Chris. 2008. Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Basuki, S.K. (2003). Pedoman untuk Merawat dan Merias Wajah ala Salon
Kecantikan: Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.

Berger, Peter L. Dan Thomas, Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality.
A Treatise in the Sociology of Knowledge.

Berger, P. L. and Luckmann, T. (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah


tentang Sosiologi Pengetahuan. Terj. Hasan Basari (Jakarta: LP3ES).

Chaplin, J. P. 2011. Kamus Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Daily, Investor. (2018). “Industri Kosmetik Nasional Tumbuh 20%”


https://kemenperin.go.id/artikel/18957/Industri-Kosmetik-Nasional-
Tumbuh-20
Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Rosda. Bandung.

Djajadisastra. 2005. Teknologi Kosmetik. Tangerang: Departemen Farmasi FMIPA


Universitas Indonesia.

Djajasudarma. F. (2009). Semantik 1. Bandung: PT Reflika Aditama.


Elianti, l. D., & Pinasti, V. I. S. (2017). Makna Penggunaan Make up Sebagai
Identitas Diri (Studi Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta). Jurnal
Pendidikan Sosiologi, 1-18.

Erikson, E. H. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia; Bunga Rampai 1.


Penerjemah: Agus Cremers. Jakarta: Gramedia.

Giddens, Anthony. (1991). Modernity And Self-Identity. Cambridge, UK: Polity

Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.


Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta A B. Takko, 2014. Berkarakter nilai
MARITIM sawerigading merai

Heryanto ariel. 2015. Identitas Dan Kenikmatan: Politik Budaya Layer Indonesia,
Jakarta: PT. Gramedia.

Indriya. Cantik Dengan Sedekah. Jakarta: QultumMedia, 2010.

Kartini S, 2016. Beuaty Morphosis, ketika cantik fisik saja tidaklah cukup. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama

Khulsum, Umi. 2014. Perspektif Cantik Perempuan Korea Dalam Film


Minyeoneun Georowo.Depok: Universitas Indonesia

Kumalasari, Mada. (2019). “Kepercayaan Diri Pada Mahasiswi Pengguna Make


up Di Surakarta”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Marcia, J. 1966. Development And Validation Of Ego Identity Status. Journal Of


Personality An Social Psychology. Vol. 3

Marcia, J. E. (1966). Development and Validation of Ego- Identity Status. Journal


of Personality and Social Psychology, 551-558.

Metha Gunawan. 2013. Penerimaan Penggemar SNSD terhadap Kecantikan SNSD


dalam Video Klip Gee.Junal E-KomunikasiVolume 1 Nomor 3 Hal 61

Moleong, L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Monica, R. M. (2020). Makna Make up Korea Bagi Mahasiswi Ilmu Komunikasi


Universitas Singaperbangsa Karawang. JPRMEDCOM, 69-79.
Mora, A. S. (2017). “Studi Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Penggunaan Kosmetik pada Siswi SMA N 10 Medan”. Skripsi.
Medan: Universitas Medan Area.

Nikmah, K. (2016). Perubahan Konsep Kecantikan Menurut Iklan Kosmetik


dimajalah Femina Tahun 1977-1995. e-Journal Pendidikan Sejarah, Vol.4,
No.1.
Nusaresearch. (2020). “Laporan Tentang Make Up Routine”
https://nusaresearch.net/public/news/996-laporan-tentang-makeup-
routine.nsrs

Olivia, Femi, 2010. Change Yourself into Swan, itik buruk rupa juga bisa jadi
binatang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Papalia, dkk. 2009. Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Prabaningtyas, A. W. (2007). Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja


Putri Dilihat Dari Pemakaian Kosmetika Wajah (Skripsi). Diambil Dari:
https://repository.usd.ac.id/.

Pramesti, Desiana E. 2018. Dekontruksi Mitos Kecantikan Kajian Semiologi


Struktural Atas Iklan Sabun Dove “Real Beauty Campaign: Inner Critic”.
Jurnal Semiotika Vol 12 (No. 1). Universitas Bunda Mulia.

Priyanto, W. P. (2004:71). Pengertian Tata Rias.

Puspita, M. (2009). Make up 101 Basic Personal Make up. Jakarta PT. Gramedia
Pustaka.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu
Sosial Humaniora Pada Umumnya. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Sabekti, R. (2019). “Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial (Jejaring


Sosial) dengan Kecenderungan Narsisme dan Aktualisasi Diri Remaja
Akhir”. Skripsi. Surabaya: Airlangga.

Sari, N. R. (2018). Tampil Cantik Dengan Make Up Minimalis Dalam 10 Menit.


Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Setiadi, J. (2003). Perilaku Konsumen. Bogor: Kencana.

Soetjiningsih, (2004). Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.

Suparno, Pual. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta:


Kanesius.

Syahida, K. B. (2021). Penggunaan Make up Terhadap Kepercayaan Diri


Perempuan Dewasa Awal (Study Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis
Islam Uin Susan Kalijaga Yogyakarta).

Syata, Novitalista. 2012. Makna Cantik Di Kalangan Mahasiswa Dalam Perspektif


Fenomenologi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Tranggono, I. S. Retno. (1992). Kiat Apik Menjadi Sehat dan Cantik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf. S. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai