OLEH :
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Oriflame adalah perusahaan kosmetik perawatan tubuh dan wajah pria atau wanita
yang berkualitas tinggi melalui jaringan penjualan mandiri dengan sistem penjualan
langsung. Oriflame didirikan di Swedia oleh kakak beradik Robert dan Jonas Af Jochnick
beserta rekannya Bengt Hellsten pada tahun 1967. Saat ini oriflame sudah beroperasi lebih
dari 63 negara di dunia dan penjualan tahunan melebihi 1,5 miliar euro. Oriflame
mengembangkan produk yang berkualitas dengan jumlah karyawan oriflame sekitar 8.000
karyawan, serta memiliki sekitar 1.000 jenis produk yang diproduksi sendiri di 5 pabrik
oriflame yang terkenal di Swedia, Polandia, India, Cina dan Rusia. Oriflame masuk di
Indonesia sejak tahun 1986 dan telah berjaya di Indonesia selama 33 tahun dengan
memasarkan jaringan lengkap perawatan kulit, wewangian, dan kosmetik di bawah PT.
Orindo Alam Ayu dan memiliki 23 cabang. Nama oriflame sudah tidak asing lagi di telinga
orang Indonesia, khususnya para wanita. Merek produk kesehatan dan kecantikan asal
Swedia ini tidak hanya menjual produk-produk yang bermutu tapi juga membuka peluang
bisnis untuk orang Indonesia. Oriflame mengembangkan formulasi dan produk kosmetiknya
dari bahan-bahan-bahan dasar alami yang dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan yang
canggih, pabrik utamanya berada di Republik Irlandia. (http://googleweblight.com/i?
u=http://indonesiakosmetikoriflame.blogspot.com/2012/03/sejarah-oriflame.html?m
%3D1&hl=id-ID.Tanggal 12 februari 2019).
Berdasarkan deskripsi permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah
produk oriflame mempengaruhi pembentukkan perilaku konsumtif perempuan di Jurusan
Sosiologi FISIP Undana Kupang?
1.5 MANFAAT PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi di dalam
masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang dapat
mendatangkan kepuasan tersendiri, gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan adanya
gejala konsumtifisme.
Menurut Tambunan, 2007 (dalam Anugrahati, 2014) Perilaku konsumtif terjadi
karena masyarakat mempunyai kecenderungan materialistik, hasrat yang besar untuk
memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya dan sebagian besar pembelian
yang dilakukan didorong keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Memang
belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif ini. Namun konsumtif
biasanya digunakan untuk menujuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai
uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi
kebutuhan pokok.
Perilaku konsumtif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang
dilakukan oleh kaum perempuan di Jurusan Sosiologi FISIP Undana Kupang dalam
menggunakan produk oriflame untuk menunjang penampilannya.
2.1.4 Iklan
2.1.5 Modernisasi
Istilah modern sering kali dilawankan dengan istilah tradisional. Arti kata
modernisasi dengan kata dasar “modern” berasal dari bahasa latin “modernus” yang
dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjuk pada
adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau
proses menuju masyarakat yang modern. Marx (dalam Martono, 2014:187)
Perkembangan modernisasi justru semakin memperlebar jurang ketidaksetaraan
antarmanusia itu sendiri, kemudian, modernisasi justru dianggap berpotensi
menjauhkan manusia dari manusia yang lain, mereka terpisahkan oleh teknologi.
2.1.6 Globalisasi
Globalisasi adalah penyebaran praktik, relasi, kesadaran, dan organisasi ke
berbagai penjuru dunia, yang telah melahirkan transformasi dalam berbagai aspek
kehidupan manusia (Suyanto, 2013:169). Globalisasi membawa isu yang dapat
mengubah dunia secara keseluruhan dengan mengikuti budaya barat. Seluruh dunia
akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola konsumsi, nilai dan norma serta gagasan dan
keyakinan masyarakat barat (Martono, 2014:201). Menurut asal katanya, kata
“globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad
Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
(http://googleweblight.com/i?u=http://www.kuliah.info/2015/05/apa-itu globalisasi-
ini-pengertian.html?m%3D1&hl=id-ID).
Globalisasi membawa isu yang mampu mengubah dunia secara keseluruhan,
homogenisasi budaya (lebih tepatnya adalah homogenisasi budaya menjadi budaya
barat) dan kapitalisme. Seluruh dunia akan menjadi jiplakan gaya hidup, pola
konsumsi, nilai dan norma serta gagasan dan keyakinan Barat (Martono, 2014:201).
Fenomena globalisasi ditandai dengan ekspansi pasar dan eskalasi perilaku konsumtif
di berbagai bidang kehidupan. Fenomena konsumtif ini menunjukkan berbagai varian
penindasan kemanusiaan dalam bungkus masyarakat industri yang mengejar
pertumbuhan meskipun dengan muncul kesadaran semu masyarakat sehingga
penindasan itu memuaskan (Ritzer, 2006). Menurut Ritzer inilah globalisasi
kehampaan, kita sedang ditindas oleh produk-produk globaliasi kehampaan, namun
kita justru bangga mengkonsumsinya dan bahkan saling bersaing dalam
mengkonsumsi. Khususnya bidang konsumsi dicirikan dengan meningkatkan
kehampaan (Ritzer, 2006:3). Dengan demikian semakin banyak orang-orang
mendefinisikan kehampaan sebagai keberadaan.
Globalisasi yang dimaksud dalam penelitian ini ialah dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, akhirnya menjerumuskan masyarakat pada gaya hidup
kekinian, dimana kaum perempuan di Jurusan Sosiologi FISIP Undana Kupang
memiliki perilaku konsumtif dari perubahan gaya hidup yang tradisonal menjadi
modern sesuai zaman, dengan mengkonsumsi produk kosmetik oriflame.
2.2.1 Penelitian pertama oleh Anugrahati Rifa Dwi Styaning (2014) dengan judul
Gaya Hidup Shopaholic Sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif Pada Kalangan
Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Jurusan
Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta).
2.2.2 Penelitian kedua oleh Maria Elisabeth Lazar (2017) dengan judul Perilaku
Konsumtif Mahasiswa Sosiologi Dan Ilmu Komunikasi FISIP Undana (Studi
Kasus di Jurusan Sosiologi dan Ilmu Komunikasi FISIP Undana)
PRODUK ORIFLAME
PERILAKU
KONSUMTIF
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Produk oriflamme adalah sebuah produk yang sedang trend pada masyarakat saat ini,
yang dapat menyajikan berbagai jenis kosmetik kepada kaum perempuan agar tampil cantik.
Dengan adanya produk ini akhirnya dapat mempempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang
khususnya mahasiswa dengan mengkonsumsi dan membeli produk tersebut. Kalangan
mahasiswa merupakan salah satu kelompok sosial dalam masyarakat yang rentan terhadap
pengaruh gaya hidup, trend, dan mode yang sedang berlaku. Bagi mahasiswa sendiri, mode,
penampilan, dan kecantikan merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus.
Perilaku konsumtif adalah tindakan individu sebagai konsumen untuk membeli, menggunakan,
atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Informan dalam penelitian ini adalah kaum perempuan yang berada di Jurusan
Sosiologi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik yang bertujuan untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber (Moleong, 2007 : 204), dengan kriteria sebagai
berikut:
a) Mahasiswa khususnya kaum perempuan yang bergabung dalam bisnis oriflame ini.
b) Mahasiswa khususnya kaum perempuan yang menjadi anggota (member) dan pengguna
produk kosmetik oriflame.
Menurut Sugiyono, purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan berbagai pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh
nantinya bisa direpresentasi (Sugiyono: 2005).
Menurut Loflan (1984: 47) dalam Moleong (2014: 157) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah “kata-kata atau tindakan” selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumentasi dan lain-lain berkaitan dengan hal ini maka secara eksplisit data dibagi
kedalam dua jenis yaitu:
a. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data.
b. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek dan situasi di lokasi penelitian
agar memperoleh gambaran nyata tentang masalah produk oriflame mempengaruhi
pembentukkan perilaku konsumtif perempuan di Jurusan Sosiologi FISIP Undana
Kupang yang diteliti guna mendapatkan data dan informasi yang akurat lewat wawancara
mendalam yang akan dilakukan, artinya peneliti melakukan observasi melalui wawancara
terlebih dahulu agar memperoleh data yang akurat.
2. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi,
yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpulan data (pewawancara)
dengan sumber data (responden) (Prasadja, 1991:73). Wawancara dilakukan langsung
dengan kaum perempuan dengan tujuan mendapatkan informasi secara lengkap.
3. Dokumentasi, yaitu dilakukan agar hasil wawancara dapat direkam dengan baik oleh
peneliti sebagai bukti memperkuat data hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
Adi, Rianto dan Heru Prasadja. 2017. Langkah-Langkah Penelitian Social. Jakarta :Arcan.
Hidayah Witri Rizika. 2015. Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Produk Fashion
Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rivers, L. William. 2008. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta : Kencana.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Edisi Terbaru (Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern).Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Sulaeman, Munandar dan Homzah. 2010. Kekerasan Terhadap Perempuan. Bandung : Refika
Aditama.
Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat
Post-Modernisme). Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Karya ilmiah
Anugrahati Styaning Dwi Rifa. 2014. Gaya Hidup Shopahlic Sebagai Bentuk Perilaku
Konsumtif Pada Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
Lazar Elisabeth Maria. 2017. Perilaku Konsumtif Mahasiswa Sosiologi dan Ilmu
Muthia Riva. 2016. Analisis Makna Cantik Dalam Iklan ( Analisis Semiotika Pada Iklan
Clean And Clear Foaming Facial Wash Versi “ See The Real Me “ Di Televisi ).
Bandarlampung.
Nurnanengsi. 2016. Representasi Konsep Cantik Dalam Iklan Televisi ( Analisis Semiotika
Dalam “ Iklan Pelembab Wajah Fair And Lovely Versi Gita Virga“). Makasar.
Internet
http://www.google.co.id/search?
safe=strict&q=pengertian+perilaku+konsumtif&oqpengertian+perilaku+k&aqs=mobile-gws-
lite.2.01