Remaja merupakan suatu masa transisi dalam kehidupan manusia dimana proses
kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis terbentuk pada
masa remaja. Selain proses-proses pokok tersebut, proses konsumsi pun terbentuk
pada masa-masa remaja, seperti yang dijelaskan oleh Tambunan (2001). Remaja,
khususnya remaja putri, memiliki sifat ingin diterima oleh orang lain khususnya
oleh lawan jenis. Adanya perasaan memiliki kekurangan dalam segi fisik remaja
putri, membuat mereka mencari informasi mengenai cara untuk menutupi
kekurangan tersebut, khususnya dalam perawatan kecantikan wajah.
Gloria Swanson (Synnott, 1993) mengatakan bahwa wajah menjadi penentu dasar
bagi persepsi mengenai kecantikan atau kejelekan individu, dan semua persepsi
ini secara langsung membuka penghargaan diri dan kesempatan hidup kita. Wajah
sungguh-sungguh menyimbolkan diri dan menandai banyak hal dari bagian diri
yang berbeda. Seseorang dapat diidentifikasikan melalui wajahnya dibandingkan
dengan bagian tubuh lainnya.
Seperti yang terjadi pada kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi sekarang ini,
banyak mahasiswa yang merasa tertarik untuk melakukan perawatan dan
mengkonsumsi produk kecantikan. Keinginan untuk terlihat cantik dengan
memiliki kulit wajah yang bersih dan putih telah mendorong mereka untuk
menjadi pelanggan produk kecantikan tertentu dan menyebabkan timbulnya
perilaku konsumtif. Salah satu informasi yang mereka dapatkan adalah dari iklan
kecantikan di televisi. Iklan kecantikan di televisi mempunyai kemampuan untuk
menarik perhatian para remaja untuk mengkonsumsi produk-produk kecantikan
yang ditawarkan (Hasil Observasi, 2016).
Pengiklanannya pun lebih bersifat emosional, dimana bagian yang dirangsang
adalah emosi pemirsa untuk membeli produk atau jasa tersebut (Kasali, 1992).
Menurut pemerhati gender,(Iswara, 2003), iklan memiliki kekuatan ideologis
untuk membangkitkan respons masyarakat, yang secara tidak sadar, telah
membeli citra dan gaya hidup yang ditawarkan iklan. Hal paling pribadi dalam
diri seseorang, yaitu penampilan dan gaya hidup, telah menjadi ranah publik
karena telah dimodifikasikan dan dijadikan arena dagang. Fleksibilitas sebuah
media televisi dimanfaatkan dengan baik oleh para produsen produk untuk
memasarkan produk mereka kepada masyarakat dengan memanfaatkan ruang
iklan sebagai representasi keunggulan produk kecantikan.
Maraknya tayangan iklan di televisi sebagai salah satu bentuk promosi yang
dilakukan olah para produsen dalam rangka memperkenalkan dan
mempertahankan merek atas produk-produk yang mereka keluarkan khususnya
produk kosmetik kepada masyarakat. Salah satu bentuk iklan yang seringkali
ditemui di televisi adalah iklan produk kecantikan yang banyak menampilkan
model perempuan sebagai representasi produk mereka.
Melihat permasalahan yang timbul dari tayangan iklan kecantikan di televisi yang
merepresentasikan suatu produk secara positif maupun negatif, maka menjadi
menarik untuk diteliti mengenai seberapa jauh tayangan iklan kecantikan
mempengaruhi remaja putri, khusunya kalangan mahasiswa merupakan salah satu
kelompok sosial dalam masyarakat yang rentan terhadap pengaruh gaya hidup,
trend, dan mode yang sedang berlaku. Bagi mahasiswa sendiri, mode,
penampilan, dan kecantikan merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian
khusus. Cross dan Cross menerangkan bahwa kecantikan dan daya tarik fisik
sangat penting bagi umat manusia. Dukungan sosial, popularitas, pemilihan teman
hidup dan karier dipengaruhi oleh daya tarik seseorang (Hurlock, 1980).
Iklan kecantikan dan perempuan adalah dua hal yang hampir selalu berkaitan dan
akan sangat terasa dalam pembahasan mengenai representasi perempuan dalam
media massa. Pada umumnya penggambaran perempuan dalam media massa
diwarnai oleh berbagai macam pencitraan dan komoditasi atau pelaris produk. Hal
tersebut dapat dicermati dari tayangan iklan yang banyak mengumbar perempuan
hanya dari penampilan fisik mereka. Perempuan dipojokkan dengan adanya
standarisasi kriteria- kriteria perempuan cantik yang dianggap ideal dalam
masyarakat (Melliana, 2006).
Steve H. Sohn (2016) Dampak dari ukuran tubuh model iklan pada kualitas
produk : pendekatan berbasis induction approach. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persepsi kuno tentang peran gender dan perfeksionis berhubungan dengan
ukuran tubuh dari seorang model, hal tersebut mempengaruhi persepsi konsumen
pada kualitas dari suatu iklan.
Hasil penelitian Nurul Hidayah, Ali Imran (2014) “Prilaku Konsumtif Mahasiswi
Pengguna Perawatan Wajah Di Klinik kecantikan Kota Surabaya (Kajian
Simulakra, Simulasi dan Hiperealitas J.P Baudrillard). Diperoleh data bahwa
setiap klinik kecantikan telah terjadi proses simulasi yaitu dengan cara
menawarkan keunggulan untuk membuat masyarakat tertarik dan konsumen
merasa puas. Gaya hidup konsumtif dalam memilih melakukan perawatan di
klinik kecantikan dikarenakan keunggulan masing-masing klinik kecantikan.
Melakukan perawatan klinik kecantikan lebih terjamin keamanannya karena
memiliki dokter spesialis. Heperealitas yang terjadi adalah keinginan mahasiswi
melakukan merawatan di nklinik kecantikan karena lebih cepat atau instan
memutihkan wajah. Akan tetapi dampak yang terjadi adalah perilaku konsumtif
karena perawatan di klinik kecantikan dapan menyebabkan ketergantungan
sehingga perilaku konsumtif tidak dapat dihindari. Kebutuhan wanita akan
penampilan kini telah menjadi kebutuhan primer yang sangat penting dan telah
mencerminkan suatu nilai tanda atau nilai simbol.
Nimrah Azhar and Faiza Maqbool Shah (2015) Dampak tidak etis dari suatu iklan
terhadap konsumen wanita di pakistan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada
suatu hubungan yang kuat antara variabel dependen (kepuasan dan harga yang
sesuai) dan variabel independen (kepercayaan & kejujuran dan iklan ofensif -
iklan yang terus menerus) ditemukan melalui metode regresi. Temuan tersebut
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kepuasan dan iklan ofensif karena
peneliti menolak hipotesis null yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
kesesuaian harga dengan kepercayaan dan kejujuran pada konsumen wanita, dan
juga ada hubungan signifikan antara kesesuaian harga dan iklan ofensif. Penelitian
ini menunjukkan bahwa iklan tidak etis sangat berdampak pada perilaku
konsumtif dari konsumen wanita di pakistan.
Nadine Bibi & Britt Grydeland (2014). Gambar perempuan dalam iklan :
penelitian tentang reaksi konsumen tentang ketidaksesuaian pada model iklan.
Kesimpulannya meskipun kami sudah membuat upaya untuk memberikan
pemahaman tentang bagaimana seharusnya marketing dalam menggunakan model
iklan yang sesuai dan bagaimana persepsi konsumen dari budaya yang berbeda
dapat menerima, namun masih banyak yang harus dibenahi dan dikemudian hari
dianjurkan adanya topik penelitian yang merekomendasikan hal tersebut lebih
banyak lagi.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus,
meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok
dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya
sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan
individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi
dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses
belajar, dan pengetahuannya.
Proses Persepsi
Menurut Toha (2003), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa
tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu
stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik
yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat
indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat
informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang
terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting
yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses
interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan
kepribadian seseorang.
Dampak negatif iklan bagi pertumbuhan masyarakat dan ekonomi terkait dengan
penyalahgunaan pemasaran dengan tindakan yang berpangkal pada penggunaan
iklan (Kasali, 1992). Bentuk iklan-iklan tersebut, salah satunya iklan produk
kecantikan, menjerumuskan pola pikir dan pemahaman masyarakat pada ideologi
kebudayaan yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa dan memungkinkan
terciptanya sikap konsumtif yang berlebihan, serta tidak sesuai dengan
kemampuan masyarakat golongan tertentu. Salah satu golongan dalam masyarakat
tersebut adalah golongan remaja, khususnya remaja putri. Proses pencarian
identitas diri berikut usaha untuk independen dalam diri seorang remaja,
khususnya remaja putri, menjadikan mereka rentan terhadap berbagai pengaruh
lingkungan, termasuk iklan yang menggambarkan bahwa cantik itu penting dalam
pergaulan, atau pula digambarkannya citra kecantikan dengan ukuran tertentu
seperti kulit putih, rambut lurus, dan semacamnya.
Yang dimaksud persepsi mahasiswa dalam penelitian ini adalah anggapan yang
diperoleh mahasiswa setelah melihat iklan kecantikan. Mahasiswa dapat
berperilaku konsumtif apa yang telah didapatkan setelah melihat iklan kecantikan.
Hipotesis
Ada pengaruhpositif antarapersepsi iklan kecantikan terhadap perilaku konsumtif
mahasiswa
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metodesurvey,
dimana peneliti melakukan observasi dalam pengumpulan data, peneliti hanya
mencatat data seperti apa adanya, menganalisis dan menafsirkan data tersebut.
Menurut Singarimbun (1995), penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang di jadikan objek penelitian adalah mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Peneliti mengambil objek
penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.Teknik ini bisa diartikan sebagai
suatu proses penentuan subyek penelitian yang gemar membeli produk-produk
kecantikan.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Tabel 1
Kategori Pemberian Skor
Kategori Jawaban Skala
Sangat Sering 4
Sering 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi iklan kecantikan. Penyusunan
skala berdasarkan aspek-aspek pola hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari,
yang terdiri 30 item. Ada 4 kemungkinan jawaban yaitu (SS)sangat sesuai,
(S)sesuai, (TS)tidak sesuai, (STS)sangat tidak sesuai. Untuk scoring favorable
pilihan adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kategori Pemberian Skor
Kategori Jawaban Skala
Sangat Sesuai 4
Sesuai 3
Tidak Sesuai 2
Sangat Tidak Sesuai 1
Selanjutnya dilakukan uji instrument di sini terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Dan uji reliabilitas, yaitu uji untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap skala yang digunakan dalam
penelitian ini dengan bantuan SPSS for Windows.Untuk uji asumsi dalam
penelitian ini menggunakan analisa data dengan uji korelasi product moment,
untuk menguji hubungan antara variabel X dan Y.
REFERENSI
Rombe. 2014. Hubungan Body Image Dan Kepercayaan Diri Dengan Perilaku
Konsumtif Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 5 Samarinda. Samarinda:
Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman
Sari, Tiurma Yustisi. 2009. Hubungan antara Perilaku Konsumtif dengan Body
Image pada Remaja Putri. Skripsi. Sumatera Utara: Fakultas Psikologi
Sumatera Utara.
Shimp, A. Terence. 2003. Periklanan dan Promosi, Erlangga, Jakarta.
Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S, Jakarta
Siswoyo,Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Sugihartono, dkk.2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko perbankan. Yogyakarta: Graha. Ilmu.
Suharman, 2005, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC
Saefudin, A. B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Kesehatan. Jakarta : JNPKKR POGI dan Yayasan Bina Pustaka
Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri, dan Masyarakat.
Yogyakarta: Jalasutra
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan
Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tambunan, Raymond, Remaja dan Perilaku Konsumtif, Jurnal Psikologi dan
Masyarakat, http://www.e-psikologi.com/remaja/270210.htm
Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Rajawali Press.
Trigita, Ardikawati Java Tresna, 2013. Perilaku konsumtif di kalangan
mahasiswa. FIS UNY
Waidi. 2006. The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta:
Gramedia.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. PT.Grasindo. Jakarta.
Wolf, Naomi, 2002, Beauty Myth, New York, Harper Collins, E-books.